BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.poltekkesjogja.ac.id/4026/3/3. Chapter 1.pdf ·...

16
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang memiliki tugas perkembangan terkait dengan hubungan yang matang dengan teman sebaya, pencapaian aspirasi karir, keterlibatan dalam kehidupan masyarakat, serta persiapan untuk membangun sebuah pernikahan dan keluarga. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 hingga 19 tahun dan belum menikah. Remaja merupakan salah satu sasaran program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja di Indonesia sekitar 27,6%, yang berarti setiap empat orang terdapat satu remaja. 1 Periode remaja merupakan periode penting di dalam pertumbuhan manusia mengingat banyaknya proses, baik fisik maupun psikis. Proses pertumbuhan ini dapat terganggu oleh beberapa hal, salah satunya yakni pernikahan dini (early marriage). Pernikahan dini mengacu kepada sebuah pernikahan yang berada di bawah batas usia dewasa atau pernikahan yang melibatkan satu atau dua pihak yang masih anak-anak. 2 Ditinjau dari segi kesehatan, pernikahan dini dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim karena hubungan seksual dilakukan pada saat secara anatomi sel-sel serviks belum matur, meningkatkan angka kematian bayi dan ibu, risiko komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. 3,4 Berdasarkan data United Nations Fund for Population Activities (UNFPA) tahun 2012, sebanyak satu dari tiga anak perempuan di negara

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.poltekkesjogja.ac.id/4026/3/3. Chapter 1.pdf ·...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.poltekkesjogja.ac.id/4026/3/3. Chapter 1.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

masa dewasa yang memiliki tugas perkembangan terkait dengan hubungan yang

matang dengan teman sebaya, pencapaian aspirasi karir, keterlibatan dalam

kehidupan masyarakat, serta persiapan untuk membangun sebuah pernikahan

dan keluarga. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10

hingga 19 tahun dan belum menikah. Remaja merupakan salah satu sasaran

program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),

mengingat jumlah penduduk usia remaja di Indonesia sekitar 27,6%, yang

berarti setiap empat orang terdapat satu remaja.1

Periode remaja merupakan periode penting di dalam pertumbuhan

manusia mengingat banyaknya proses, baik fisik maupun psikis. Proses

pertumbuhan ini dapat terganggu oleh beberapa hal, salah satunya yakni

pernikahan dini (early marriage). Pernikahan dini mengacu kepada sebuah

pernikahan yang berada di bawah batas usia dewasa atau pernikahan yang

melibatkan satu atau dua pihak yang masih anak-anak.2 Ditinjau dari segi

kesehatan, pernikahan dini dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim

karena hubungan seksual dilakukan pada saat secara anatomi sel-sel serviks

belum matur, meningkatkan angka kematian bayi dan ibu, risiko komplikasi

kehamilan, persalinan dan nifas.3,4

Berdasarkan data United Nations Fund for Population Activities

(UNFPA) tahun 2012, sebanyak satu dari tiga anak perempuan di negara

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.poltekkesjogja.ac.id/4026/3/3. Chapter 1.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

2

berkembang menikah sebelum usia 18 tahun dan satu dari sembilan anak

perempuan menikah sebelum usia 15 tahun. Sebagian besar menikah karena

kemiskinan, kurangnya pendidikan, dan tinggal di pedesaan. Pada tahun 2011

hingga tahun 2020 diperkirakan sebanyak 14,2 juta anak perempuan di bawah

usia 18 tahun menikah setiap tahun atau sekitar 39.000 anak perempuan

menikah setiap hari. Pada tahun 2021 hingga tahun 2030, jika kecenderungan

ini terus berlanjut maka akan meningkat menjadi 15,1 juta setiap tahun.

Pernikahan anak perempuan di bawah usia 15 tahun telah mengalami

penurunan, tetapi terdapat 50 juta anak perempuan yang masih berisiko

menikah sebelum usia 15 tahun dalam satu dekade ini.. Berdasarkan data United

Nations Department of Economic and Social Affairs (UNDESA) tahun 2010,

persentase pernikahan dini di Indonesia masuk peringkat ke-37 dan merupakan

tertinggi ke-2 di ASEAN setelah Kamboja.5,6

Masalah perkawinan anak juga mendapat perhatian khusus dalam target

kelima SDGs (Sustainable Development Goals) ke-5 yang bertujuan “mencapai

kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak

perempuan” dengan salah satu targetnya adalah menghapus segala bentuk

praktik yang berbahaya seperti perkawinan anak dan perkawinan paksa serta

sunat perempuan”. Fenomena peningkatan perkawinan anak dalam angka yang

disajikan BPS tahun 2017, justru menunjukan bukti nyata bahwa Pemerintah

Indonesia berpotensi gagal mencapai tujuan SDGs target kelima. 7,8

Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.poltekkesjogja.ac.id/4026/3/3. Chapter 1.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

3

Perkawinan Pasal 1 yang berbunyi “Perkawinan hanya diizinkan apabila pria

dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun”. Dalam hal ini

batas minimal umur perkawinan bagi wanita dipersamakan dengan batas

minimal umur perkawinan bagi pria, yaitu 19 (sembilan belas) tahun. Batas usia

dimaksud dinilai telah matang jiwa raganya untuk dapat melangsungkan

perkawinan agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa

berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang sehat dan berkualitas.

Diharapkan juga kenaikan batas umur yang lebih tinggi dari 16 (enam belas)

tahun bagi wanita untuk kawin akan mengakibatkan laju kelahiran yang lebih

rendah dan menurunkan resiko kematian ibu dan anak. Selain itu juga dapat

terpenuhinya hak-hak anak sehingga mengoptimalkan tumbuh kembang anak

termasuk pendampingan orang tua serta memberikan akses anak terhadap

pendidikan setinggi mungkin.9

Gambar 1 Presentase Perempuan Pernah Kawin Usia 20-24 Tahun yang menikah

sebelum usia 18 tahun di Indonesia, 2008-2017 (BPS, 2017)

Tahun 2008, persentase perempuan yang pernah kawin usia 20 – 24 tahun

yang menikah sebelum usia 18 tahun di Indonesia menempati angka 27,4%.

Angka ini terus menurun hingga tahun 2010 hingga sempat berjumlah 24,5 %.

Namun setelah tahun 2010 hingga 2012, angka perkawinan anak perlahan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.poltekkesjogja.ac.id/4026/3/3. Chapter 1.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

4

kembali naik 0,5 % di tahun 2012 menjadi 25%. Namun pasca tahun 2012

hingga 2015 terjadi penurunan persentase sejumlah 2,2% pada 2015 hingga

angka persentase tersebut mencapai titik terendah selama kurun waktu 7 tahun

terakhir, yakni 22,8 %. Selang 2 tahun kemudian, angka perempuan yang

menikah sebelum usia 18 tahun ini melonjak tajam hingga peningkatan

persentase sebanyak 2,9% di dua tahun terakhir.8

Data-data ini memperlihatkan betapa seriusnya masalah perkawinan

anak karena praktik perkawinan anak di usia yang masih sangat muda (10 – 15

tahun) bahkan melebihi angka 10 persen, yang berarti anak perempuan usia

sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama sudah dikawinkan. Angka

perkawinan di usia 16 – 18 tahun lebih mengkhawatirkan lagi karena meskipun

usia 16 – 18 tahun tergolong usia yang sudah lebih besar dari angka 10 – 15

tahun, usia tersebut masih tergolong usia anak. Ada implikasi yang sangat serius

dari terlaksananya pernikahan sebelum usia 18 tahun. Berdasarkan data

tersebut, terungkap bahwa anak perempuan Indonesia 7,5 kali lebih rentan

untuk menjadi korban perkawinan anak dibandingkan anak laki-laki. 7

Penelitian yang dilakukan oleh Muazzam Nasrullah dan tim untuk BMC

Public Health pada tahun 2014 yang berjudul “Knowledge and Attitude towards

Child Marriage Practive among Women Married as Children – a Qualitative

Study in Urban Slums of Lahore, Pakistan”. Nasrullah memfokuskan

penelitiannya pada pengetahuan dan sikap perempuan yang telah menikah

terhadap kehidupan perkawinan yang telah mereka jalankan sekurang-

kurangnya lima tahun dan telah memiliki sedikitnya satu orang anak. Hasil

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.poltekkesjogja.ac.id/4026/3/3. Chapter 1.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

5

penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian tidak

menyadari dampak langsung perkawinan anak terhadap kesehatan walaupun

mereka mengakui bahwa mereka mengalami masalah-masalah kesehatan lebih

banyak daripada perempuan yang menikah di luar usia anak.10

Rendahnya lama bersekolah sangat erat kaitannya dengan masalah

perkawinan anak, karena kebanyakan perempuan yang kawin di usia sangat

muda dan memiliki anak tidak akan melanjutkan ke sekolah, artinya akses

pendidikanya terputus. Partisipasi perempuan bersekolah di tingkat SD

cenderung lebih tinggi dari laki-laki, namun pada jenjang pendidikan yang lebih

tinggi (tingkat SLTP, SLTA dan perguruan tinggi), tingkat partisipasi

perempuan merosot dan lebih rendah dari laki-laki. Ini mengindikasikan bahwa

banyak perempuan tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi dari

tingkat SD, dan kemungkinan besar dipengaruhi oleh kondisi perkawinan di

usia muda yang dihadapinya.8

Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti tahun 2017 tentang hubungan

status ekonomi, pengetahuan, dan perilaku seksual pra nikah dengan pernikahan

dini di Kecamatan Selo Boyolali menyebutkan bahwa, ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan dengan pernikahan dini Responden yang

menikah dini lebih banyak yang memiliki pengetahuan rendah dibandingkan

dengan responden yang tidak menikah dini. Terdapat 44 orang (57,9%) dengan

pengetahuan rendah yang menikah dini, dan 32 orang (42,1%) yang memiliki

pengetahuan tinggi yang menikah dini. Sedangkan responden yang tidak

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.poltekkesjogja.ac.id/4026/3/3. Chapter 1.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

6

menikah dini sebanyak 54 orang (71,1%) yang memiliki pengetahuan tinggi dan

22 orang (28,9%) yang memiliki pengetahuan rendah.11

Pengetahuan merupakan salah satu faktor intern dan faktor domain

perilaku yang dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku manusia dan dapat

diterima dengan mudah melalui indera. Menurut para sosiolog menjelaskan

bahwa yang terkait indera, yang paling banyak menyalurkan informasi berupa

pengetahuan adalah mata kurang lebih 75% sampai 87%. Sedangkan 13%

sampai 25 % lainnya disalurkan melalui indra lain dan dapat disimpulkan bahwa

alat-alat visual lebih mudah dalam penyampaian dan penerimaan informasi atau

bahan pendidikan. Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses pendidikan

kesehatan melalui alat bantu kesehatan.12

Pengetahuan sendiri merupakan domain yang sangat penting dalam

terbentuknya suatu tindakan. Dengan demikian terbentuknya perilaku terhadap

seseorang karena adanya pengetahuan yang ada pada dirinya terbentuknya

suatu perilaku baru, terutama yang ada pada orang dewasa dimulai pada

domain kognitif. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Karnasih Tjiptaningrum di Jakarta mengenai hubungan pengetahuan kesehatan

reproduksi remaja dan pencegahan perilaku hubungan seksual pranikah dengan

menggunakan desain penelitian cross sectional didapatkan hubungan antara

pengetahuan kesehatan reproduksi dengan pencegahan perilaku hubungan

seksual pranikah (RP=1,3 ; ρ=0,03).13

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dwinanda, dkk tahun

2015 yang berjudul “Hubungan Antara Pendidikan Ibu Dan Pengetahuan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.poltekkesjogja.ac.id/4026/3/3. Chapter 1.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

7

Responden Dengan Pernikahan Usia Dini”, bahwa didapatkan ada hubungan

antara pengetahuan responden yang rendah mengenai pernikahan usia dini

dengan kejadian pernikahan usia dini (p-value : 0,000). Diketahui responden

yang memiliki pengetahuan rendah mengenai pernikahan usia dini memiliki

risiko untuk melakukan pernikahan dini sebesar 4,286 kali dari pada responden

yang memiliki pengetahuan tinggi mengenai pernikahan usia dini (95% CI:

2,082-8,825).14

Salah satu komponen pendidikan kesehatan dalam five level of

prevention dari Level and Clark adalah tindakan preventif yang dapat dilakukan

melalui promosi kesehatan menggunakan media pendidikan (alat bantu) yang

berfungsi sebagai alat peraga dalam menyampaikan informasi atau pesan-pesan

agar pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas. Faktor media yang

berpengaruh dalam media promosi kesehatan dikelompokkan menjadi media

cetak (poster, leaflet, flyer, atau brosur, modul, majalah, dll), media elektronik

(televisi, radio, film, video, dll), dan media luar angkasa (papan reklame,

banner, televisi, layer lebar). 12,15

Alat peraga akan sangat membantu didalam promosi kesehatan agar

pesan-pesan kesehatan dapat tersampaikan dengan jelas, dan sasaran dapat

menerima pesan tersebut dengan jelas dan tepat pula. Buku juga merupakan

salah satu contoh media cetak yang digunakan dalam pendidikan. Salah satu

jenis buku yang digunakan sebagai media dalam melakukan pendidikan adalah

e-book. 15

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.poltekkesjogja.ac.id/4026/3/3. Chapter 1.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

8

E-book adalah dalah suatu buku yang bentuknya digital atau elektronik

dimana biasanya berisi informasi atau panduan/ tutorial. Buku elektronik ini

hanya bisa dibuka dan dibaca melalui perangkat elektronik seperti komputer,

tablet, dan smartphone.Tak berbeda jauh dengan buku cetak pada umumnya, e-

book (electronic book) atau buku elektronik juga berisi tulisan-tulisan dan

gambar dengan berbagai tema, misalnya seperti e-book teknologi, e-book ilmu

pengetahuan, e-book motivasi, e-book tutorial, dan masih banyak tema lainnya.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rosida, dkk (2016) bahwa,

Hasil penelitian ternyata penggunaan bahan ajar e-book interaktif cukup efektif

dalam menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa. Dalam pembelajaran

pada kelas eksperimen yang menggunakan e-book interaktif lebih tinggi (71,5)

dibandingkan dengan kelas kontrol (56,5). Hal ini menunjukkan bahwa daya

tarik penggunaan e-book interaktif dapat meningkatkan aktivitas siswa untuk

terlibat aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Barat tahun 2016, dilihat dari

angka absolut Jawa Barat memiliki jumlah tertinggi remaja perempuan pernah

kawin dibawah umur 18 tahun dengan jumlah 220.501 dengan prevalensi

12,3% dari seluruh provinsi di Indonesia dengan peringkat ke-17 di Indonesia.

Kota Bandung merupakan ibu kota Jawa Barat dimana jumlah remaja hampir

60 persen dari jumlah penduduk yang ada di Kota Bandung. Sehingga,

penyuluhan untuk mengedukasi dan menginformasikan tentang kesehatan

reproduksi remaja bagi semua remaja yang akan berumah tangga harus gencar

dilakukan.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.poltekkesjogja.ac.id/4026/3/3. Chapter 1.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

9

Pernikahan dini masih menjadi permasalahan di Pulau Jawa. Meskipun

Pulau Jawa sebagai pusat pembangunan, ekonomi, dan industri di Indonesia.

Dibawah ini adalah tabel presentase angka pernikahan dini tahun 2017 di Pulau

Jawa.16

Tabel 1. Presentase Angka Pernikahan dini Tahun 2017

Provinsi di Pulau Jawa Angka Pernikahan Dini

DKI Jakarta 12,76%

Jawa Timur 27,09%

Jawa Barat 27,02%

Jawa Tengah 19,92%

Banten 20,71%

DIY Yogyakarta 11,07%

Sumber : Diolah dari Badan Pusat Statistik 2017 dan Buku Saku Pemantauan Statuz

Gizi Tahun 2017 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Berdasarkan tabel diatas meskipun pernikahan tertinggi di Jawa Timur

tetapi, angka stunting tertinggi ada di Jawa Barat sendiri yakni 13,4%. Ibu Kota

Jawa Barat sendiri yakni Kota Bandung menyumbang angka pernikahan dini

di tahun 2017 yang mencapai 27,13% dan justru mengalami peningkatan di

tahun 2018 yang mencapai 40,18%. Diagram dari angka pernikahan dini Kota

Bandung dapat dilihat pada gambar berikut.16

Gambar 2 Persentase Pernikahan dini di Kota Bandung 2017-2018 menurut

data Statistik Kesejahteraan Rakyat Kota Bandung

Angka pernikahan dini yang semakin meningkat merupakan salah satu

isu strategis yang tertuang didalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

2017 2018

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.poltekkesjogja.ac.id/4026/3/3. Chapter 1.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

10

Nasional (RPJN) 2015-2019. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional yakni perlunya peningkatan pemahaman dan kesadaran remaja

mengenai kesehatan reproduksi dan penyiapan kehidupan berkeluarga. Dengan

demikian penurunan presentase pernikahan di Kota Bandung dapat dicegah

melalui peran pemerintah dalam melakukan berbagai program dan kegiatan yang

disebar ke instantsi berkaitan tugas, pokok, dan fungsi.16

Sekolah merupakan tempat belajar sebagian terbesar remaja, merupakan

tempat ideal untuk melakukan pendidikan kesehatan, khususnya kesehatan

reproduksi remaja. Temasuk didalam materi pelajaran misalnya IMS secara

garis besar, pergaulan antar remaja dan perilaku seksual yang sehat, umur yang

dianggap cukup untuk hubungan seks, dan kehamilan yang tidak dikehendaki,.

Hal ini juga berhubungan dengan budaya dan adat ketimuran tentang seksualitas

ini menyangkut norma perkawinan dan norma agama. 3

Peranan sekolah dalam perkembangan sosial anak lebih sulit dilakukan

secara terinci seperti yang dapat dilakukan pada keluarga-keluarga justru

karena kesulitan dalam menentukan apakah pengaruh itu hanya disebabkan

keadaan keadaan di sekolah atau pengaruh tersebut turut ditentukan pula oleh

berbagai macam keadaan di keluarga anak yang bersangkutan . Hasil penelitian

ini memperlihatkan bahwa lingkungan sekolah berpengaruh terhadap

pengetahuan. Nilai uji terhadap koefisien parameter antara variabel lingkungan

sekolah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel

pengetahuan dengan nilai T-Statistik 2,665> 1,96 pada α = 0,05 atau CI 95%

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.poltekkesjogja.ac.id/4026/3/3. Chapter 1.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

11

dengan besaran 0,187. Dapat diartikan bahwa lingkungan sekolah memberikan

pengaruh yang baik terhadap pengetahuan.13

SMPN 25 Bandung merupakan salah satu Sekolah Menengah Pertama

yang ada di Bandung yang berada di kecamatan Astana Anyar. Berdasarkan

data kependudukan Kelurahan Karang Anyar tahun 2012, prevalensi usia

produktif di wilayah Astana Anyar 78,8% dari jumlah penduduk. Hal ini pun

menunjukkan bahwa pasangan usia subur menjadi mayoritas, sehingga wilayah

tersebut dapat dijadikan tempat penelitian yang sesuai.

Di era teknologi yang berkembang dengan pesat ini, peminat yang

sebelumnya gemar membaca buku fisik kini beralih menjadi gemar membaca

ebook dengan segala kelebihannya seperti lebih praktis atau simpel. Fenomena

beralihnya teknologi dari yang konvensional menjadi leih modern seperti

peminatan buku fisik yang beralih kepada ebook ini tidak dapat dihindari. Hal

ini terjadi sebagai akibat dari kemajuan teknologi serta era yang terus

berkembang. Di mana saat ini masyarakat menginginkan proses pemenuhan

kebutuhan dan keinginan hidup dengan cara yang lebih mudah dan tidak

merepotkan. Kemudahan-kemudahan ini hadir dibawa oleh ebook yang sejak

kemunculannya telah memiliki keunggulannya sendiri dan mempengaruhi

peminat buku fisik untuk beralih kepada buku digital.17

Penelitian yang dilakukan Ghofur dan Rachma tahun 2019,

menyebutkan bahwa usia masyarakat yang membaca untuk remaja awal

sebanyak 19.38%, untuk remaja akhir sebanyak 26.47%, sedangkan untuk

kategori dewasa (diatas 25 tahun) sebanyak 18.86%. Masyarakat juga gemar

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.poltekkesjogja.ac.id/4026/3/3. Chapter 1.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

12

membaca melalui internet tentang berita, media sosial (facebook, instagram, dll)

hiburan seperti lagu-lagu, film dan hiburan lainnya, Pendidikan seperti E-

journal, E-book dan e-artikel dan yang lain adalah layanan publik seperti iklan,

toko online dan lainnya. Perangkat yang digunakan Responden dalam

mengakses Internet kebanyakan melalui handphone atau smartphone, yakni

sebanyak 91.13%.18

Maka dari itu, peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk

mengetahui pengaruh e-book tentang pernikahan dini terhadap peningkatan

pengetahuan siswi di SMPN 25 Bandung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Statistik Kesejahteraan Rakyat Kota Bandung bahwa, angka

pernikahan dini di Kota Bandung mengalami peningkatan dari tahun 2017-2018.

Kota Bandung menyumbang angka pernikahan dini di tahun 2017 yang

mencapai 27,13% dan mengalami peningkatan di tahun 2018 yang mencapai

40,18%. Salah satu faktor penyebab pernikahan dini adalah pengetahuan.

Pengetahuan sendiri merupakan domain yang sangat penting dalam

terbentuknya suatu tindakan. Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan

pengetahuan seseorang dengan bantuan alat peraga atau media lainnya.

Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai

pengaruh e-book terhadap peningkatan pengetahuan tentang pernikahan dini.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan

masalah yang melandasi penelitian ini adalah : “Bagaimana pengaruh e-book

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.poltekkesjogja.ac.id/4026/3/3. Chapter 1.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

13

terhadap peningkatan pengetahuan tentang pernikahan dini pada siswi di SMPN

25 Bandung?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh e-book NGOPI terhadap peningkatan

pengetahuan tentang pernikahan dini pada siswi di SMPN 25 Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik siswi SMPN 25 Bandung meliputi

umur, sosial ekonomi dan informasi.

b. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata pengetahuan siswi sebelum dan

sesudah diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen dan

c. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata pengetahuan siswi sebelum dan

sesudah diberikan perlakuan pada kelompok kontrol.

d. Untuk mengetahui selisih peningkatan pengetahuan pada kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah kesehatan reproduksi.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat

dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan

pendidikan kesehatan dan pernikahan dini.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.poltekkesjogja.ac.id/4026/3/3. Chapter 1.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

14

2. Manfaat Praktis

a. Bagi BKKBN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai

pernikahan dini sehingga dapat dilakukan antisipasi dan pencegahan.

b. Bagi siswi SMPN 25 Bandung

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

pada siswi SMPN 25 Bandung mengenai pernikahan dini.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk

pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan media

pendidikan kesehatan dan masalah remaja.

F. Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan oleh Lia Artika Sari yang berjudul “Efektivitas

Media Booklet Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Remaja Putri Tentang

Dampak Kehamilan Remaja” Penelitian ini merupakan penelitian quasi

eksperimen dengan rancangan two group pre-test post-test design. Sampel

pada penelitian ini berjumlah 56 orang. Teknik pengambilan sampel dengan

cara proporsional stratified random sampling. Analisa data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisa univariat untuk mengetahui pengaruh

sebelum dan sesudah diberikan booklet dan leaflet dengan menggunakan

Uji T dependen, dan analisa bivariat untuk mengetahui efektivitas media

booklet dan leaflet menggunakan Uji T independen. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa booklet dan leaflet memiliki pengaruh dalam

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.poltekkesjogja.ac.id/4026/3/3. Chapter 1.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

15

meningkatkan pengetahuan remaja tentang dampak kehamilan remaja

dengan nilai p-value 0,001. Perbedaan penelitian adalah teknik pegumpulan

sampel dengan purposive sample. Variabel independen yaitu e-book dan

slide. Tempat penelitian, waktu penelitian berbeda.19

2. Penelitian yang dilakukan Nurul Aeni dan Diyah Sri Yuhandini yang

berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Video Dan

Metode Demonstrasi Terhadap Pengetahuan SADARI” Penelitian ini

menggunakan desain penelitian pretest-posttest. Sampel sebagai subyek

penelitian dikumpulkan melalui teknik purposive sampling untuk 60 siswa

perempuan yang dibagi menjadi dua kelompok, demonstrasi dan kelompok

video dengan 30 siswa di masing-masing kelompok. Informasi tersebut

dieksplorasi menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan Paired T-

test dan independent T-test. Nilai rata-rata pengetahuan sebelum dan

sesudah kelompok pertama diberi intervensi video masing-masing adalah

65,17 dan 76,50 sedangkan kelompok kedua masing-masing adalah 61,50

dan 67,50. Media dalam bentuk video dan metode demonstrasi terbukti

meningkatkan pengetahuan remaja tentang BSE sebelum dan sesudah

intervensi dengan tidak ada perbedaan signifikan pada peningkatan

pengetahuan antara kedua kelompok. Perbedaan penelitian adalah desain

penelitian dengan quasi eksperimen, variabel independen yaitu e-book dan

slide. Tempat, dan waktu penelitian berbeda. 20

3. Penelitian yang dilakukan Yulina Dwi Hastuty yang berjudul “Faktor-

Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Pernikahan Dini Di Desa

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.poltekkesjogja.ac.id/4026/3/3. Chapter 1.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

16

Sunggal Kanan Kabupaten Deliserdang”. Penelitian bersifat studi korelasi

dengan pendekatan Cross Sectional dan jenis data primer. Populasi

sebanyak 136 responden dan sampel sebanyak 37 responden dengan

menggunakan metode accidental Sampling. Data dianalisis secara univariat

dan bivariat menggunakan uji korelasi Sphearman. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pernikahan dini memiliki hubungan cukup kuat

dengan pendidikan dimana rho sebesar –0,369. Ditemukan hubungan cukup

kuat dengan tingkat ekonomi keluarga dimana rho sebesar –0,476.

Hubungan kuat dengan dukungan keluarga dimana rho sebesar –0,596 dan

hubungan yang kuat juga ditemukan dengan sumber informasi dimana rho

sebesar 0,691, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

faktor pendidikan, tingkat ekonomi keluarga, dukungan keluarga, sumber

informasi dengan terjadinya pernikahan dini. Perbedaan penelitian adalah

desain penelitian adalah quasi eksperimen. Variabel independen e-book dan

slide dan variabel dependen adalah peningkatan pengetatahuan. Analisis

peneliitian dengan Paired T-test dan independent T-test. Tempat dan waktu

penelitian berbeda.21