BAB I PENDAHULUAN A. Latar...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan populasi terbesar dalam demografi penduduk dunia.
Sebanyak 88% dari jumlah keseluruhan remaja hidup di negara berkembang.
Sekitar 49% remaja putri hidup di enam negara, yaitu: China, India, Indonesia,
Nigeria, Pakistan dan Amerika Serikat (WHO, 2011; UNFPA, 2013). Di
Indonesia, pada tahun 2010 jumlah remaja umur 10-24 tahun mencapai 27,6%
dari keseluruhan jumlah penduduk (BKKBN, 2012).
Di beberapa negara, permasalahan remaja masih belum menjadi
prioritas. Kematian remaja pada tahun 2012 mencapai sekitar 1,3 juta,
sebagian besar penyebab kematian tersebut dapat dicegah atau diobati. Sekitar
70.000 remaja di negara berkembang meninggal setiap tahun dengan
penyebab yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Kehamilan dan
persalinan merupakan penyebab kematian terkemuka untuk remaja perempuan
di negara-negara berkembang. Kehamilan remaja lebih cenderung terjadi pada
remaja perempuan dari rumah tangga berpendapatan rendah, tingkat
pendidikan rendah dan tinggal di daerah pedesaan (UNFPA, 2013; WHO,
2014).
Kehamilan pada remaja merupakan salah satu masalah kesehatan yang
berkelanjutan. Kehamilan pada remaja meningkatkan biaya kesehatan, karena
adanya risiko tinggi pada seseorang yang melahirkan di bawah usia 20 tahun.
Risiko tersebut antara lain: bayi dengan berat badan lahir rendah, kelahiran
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
prematur, kematian bayi dan ibu. Masalah remaja tidak berhenti setelah
remaja melahirkan (Trejos-castillo, et al., 2012). Ketika orangtua adalah
seorang remaja, pekerjaan lebih keras lagi dan dihadapkan pada rintangan
yang berat di jalan menuju kehidupan yang lebih baik bagi dirinya sendiri dan
anak-anaknya. Selain itu, orangtua remaja memberikan beban keuangan pada
masyarakat secara keseluruhan. Ekonomi satu negara dipengaruhi oleh remaja
yang hamil, sebab ibu remaja terhalang untuk masuk bursa kerja (Holcombe,
et al., 2009).
Kehamilan pada remaja memiliki dampak yang sangat besar, baik pada
remaja perempuan tersebut, pasangan yang menghamilinya, maupun anak
yang dikandungnya serta keluarga mereka. Seorang perempuan yang
melahirkan anak di usia remaja memiliki peluang yang lebih besar untuk
memiliki anak lagi dalam rentang kurang dari dua tahun (Hoffman &
Maynard, 1997). Kehamilan remaja juga meningkatkan pernikahan pada
remaja. Pernikahan remaja dua kali lebih mungkin untuk berakhir dengan
perceraian, akibatnya seorang ibu yang masih remaja menghabiskan lebih
banyak waktu sebagai orangtua tunggal. Pencapaian pendidikan pada ibu yang
masih remaja tidak dapat tercapai secara maksimal dan akan mempengaruhi
cara mendidik anak dan pekerjaan yang selanjutnya berdampak pada
pendapatan. Orangtua remaja memiliki aspirasi karier yang lebih rendah,
prestige pekerjaan yang lebih rendah dan cenderung kurang puas dengan
pekerjaan dan kemajuan kariernya. Orangtua yang masih berusia remaja lebih
cenderung hidup miskin dan ditandai dengan perumahan kumuh, kejahatan
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
tinggi, sekolah-sekolah miskin serta pelayanan kesehatan yang terbatas
(Berglas, et al., 2003).
Data dari UNFPA (2013) tentang persentase perempuan yang
melahirkan di bawah usia 18 tahun dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Persentase perempuan usia antara 20-24 yang melahirkan pertama kali sebelum usia 18 tahun dan sebelum usia 15 tahun (dihitung berdasarkan data dari 81 negara, dan mewakili lebih dari 83% dari populasi pada daerah tersebut, menggunakan data yang dikumpulkan dari tahun 1995-2011 (UNFPA, 2013)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh UNFPA (2013), dari
79 negara yang disurvei, masyarakat yang berasal dari daerah urban memiliki
jumlah terbesar kejadian kehamilan pada usia remaja. Pendidikan juga
memiliki pengaruh yang besar terhadap kejadian kehamilan pada remaja. Hal
ini terlihat pada Gambar 2 yang menyebutkan semakin tinggi pendidikan
semakin berkurang kejadian kehamilan pada remaja. Hal ini juga terlihat pada
0.2112446
3
4810
1822
2528
19
0 5 10 15 20 25 30 35
EasternEurope&CentralAsia
EastAsia&Pacific
ArabStates
Latin&theCaribean
SouthAsia
East&SouthernAfrica
West&CentralAfrica
DevelopingCountries
Reportingfirstbirthbeforeage15Reportingfirstbirthbeforeage18
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
karakteristik kemampuan ekonomi masyarakat. Masyarakat miskin memiliki
kejadian kehamilan pada remaja yang lebih tinggi dibandingkan dengan
masyarakat yang memiliki status ekonomi yang baik.
Gambar 2. Tingkat kelahiran remaja berdasarkan karakteristik latar belakang (Data dari 79 Negara) (UNFPA, 2013)
Di Indonesia, berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) (2012), angka fertilitas total untuk periode tiga tahun
terakhir adalah 2,6 anak per wanita, angka ini tidak berubah sejak SDKI 2002-
2003. Angka fertilitas di daerah perkotaan sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan di daerah pedesaan, yaitu masing-masing 2,4 dan 2,8 anak. Data SDKI
(2012) juga menyebutkan, persentase wanita dan pria usia 15-24 tahun (belum
kawin) di Yogyakarta, yang berpikir bahwa perempuan bisa menjadi hamil
setelah melakukan hubungan pertama kali ada 74,3% dan 53,8%. Data Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) (2014) menyebutkan
angka kejadian dispensasi nikah (menikah di bawah umur 16 tahun untuk
remaja putri) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) termasuk cukup tinggi.
4277
95109118
56119
15456
10385
0 50 100 150RichestFourthMiddleSecondPoorest
SecondaryorhigherPrimary
NoEducationUrbanRural
DevelopingCountries
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
Gambar 3. Dispensasi nikah di Daerah Istimewa Yogyakarta (sumber: Pengadilan Agama, DIY, 2013) (BPPM DIY, 2014)
Berdasarkan Gambar 3, dispensasi nikah yang paling banyak pada tahun
2013 adalah di Kabupaten Bantul, yaitu sebanyak 178 orang. Menurut
Pengadilan Agama, hampir semua pengajuan dispensasi menikah memiliki
alasan karena telah terjadi kehamilan (BPPM DIY, 2014). Data kehamilan
remaja yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul tahun 2013
menunjukkan angka tertinggi di Kecamatan Kasihan, yaitu jumlah
primigravida < 20 tahun sebanyak 174 orang dan yang kedua di Kecamatan
Imogiri dengan jumlah primigravida < 20 tahun sebanyak 96 orang.
Kesehatan reproduksi dan seksual remaja merupakan area yang
membutuhkan penelitian dan kebijakan berbasis bukti. Selama hampir dua
dekade, program aksi International Conference on Population and
Development (ICPD) difokuskan secara khusus pada masalah yang
mempengaruhi remaja. Hal ini termasuk kehamilan remaja, penularan HIV
dan ketidaksetaraan gender dalam bidang kesehatan dan hak-hak reproduksi,
serta dampak dari masalah ini terhadap kemiskinan dan pembangunan pada
54
178 161126
44
PAWates PABantul PAWonosari
PASleman PAYogyakarta
2011 2012 2013
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
umumnya. Hal tersebut terutama menyoroti kaum muda dalam proses
pembangunan secara umum yang berhubungan antara kesehatan,
kependudukan dan pembangunan dalam upaya pencapaian Millenium
Development Goals (MDGs) (WHO, 2011; Hindin et al., 2012).
Beberapa kebijakan terkait dengan upaya preventif dalam
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi remaja, terutama di sekolah,
telah dilakukan di Indonesia. Berdasarkan penelusuran peneliti, berikut adalah
program yang telah dilaksanakan:
1. Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR)
Program PKPR merupakan program dari Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR)
merupakan salah satu strategi dalam mengupayakan kesehatan remaja
secara optimal melalui penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang
berkualitas di puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya. Program ini juga
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja
dalam pencegahan masalah kesehatan, serta melibatkan remaja dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan remaja (Kemenkes RI, 2011).
Program ini telah dilaksanakan oleh semua puskesmas yang ada di bawah
pengawasan Dinas Kesehatan DIY. Berdasarkan studi pendahuluan di
Dinas Kesehatan DIY bidang kesehatan keluarga, program ini belum
maksimal. Salah satu kendala yang dihadapi adalah beberapa puskesmas
yang hanya buka pada waktu pagi hingga siang hari, sementara pada
waktu tersebut remaja sedang bersekolah.
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
2. Program generasi berencana (GenRe)
Program generasi berencana atau yang dikenal dengan istilah
program GenRe merupakan program dari Badan Kependudukan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN). Program ini dikembangkan dalam rangka
penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja/mahasiswa yang diarahkan
untuk mencapai “tegar remaja/mahasiswa” agar menjadi “tegar keluarga”
demi terwujudnya keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Pusat informasi
dan konseling remaja/mahasiswa (PIK R/M) merupakan suatu wadah
program GenRe dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi
remaja/mahasiswa yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja/mahasiswa
guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang perencanaan
kehidupan berkeluarga bagi remaja/mahasiswa serta kegiatan penunjang
lainnya (BKKBN, 2012). Di Yogyakarta, PIK R/M sudah dilaksanakan di
hampir semua sekolah, namun berdasarkan hasil studi pendahuluan di
BKKBN dan beberapa sekolah, ada beberapa sekolah yang tidak aktif.
Hal ini, salah satunya, dikarenakan kurangnya sumber daya manusia di
sekolah yang mampu memberikan pengetahuan terkait dengan kesehatan
reproduksi.
Program berbasis sekolah memiliki potensi untuk mencapai
mayoritas remaja di negara-negara maju dan sejumlah besar remaja di
negara-negara dengan tingkat partisipasi sekolah tinggi (Kirby, 2007).
Negara-negara Eropa lebih memilih pendidikan seks berbasis sekolah,
karena sekolah adalah satu-satunya institusi dalam masyarakat yang secara
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
teratur dihadiri oleh hampir 95% dari semua remaja (Kirby, 2001).
Efek positif dari pendidikan seks yang memadai di sekolah dibahas sejak
lebih dari 40 tahun yang lalu. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa
program pendidikan seks dapat meningkatkan pengetahuan reproduksi
manusia (Conell dan Dawson dalam Kirchengast, 2012).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan peneliti di beberapa
sekolah di Kabupaten Bantul, hasil diskusi dengan guru, diketahui bahwa
sekolah sudah terbuka dengan program-program kesehatan reproduksi remaja,
namun permasalahannya terletak pada team teaching yang memberikan
informasi mengenai kesehatan reproduksi di sekolah yang belum bisa
terpenuhi. Guru menyampaikan bahwa pengaruh terbesar berasal dari teman
sebaya, sehingga diperlukan pemberian pengetahuan dan keterampilan ke
siswa agar siswa tersebut dapat menjadi peer educator bagi temannya. Data
SDKI (2012) juga menyebutkan bahwa persentase diskusi yang dilakukan
remaja terkait dengan kesehatan reproduksi yang paling banyak dilakukan
adalah dengan teman sebaya (Gambar 4).
Gambar 4. Persentase wanita dan pria belum kawin umur 15-24 tahun yang
0102030405060708090
Wanita belum kawin 15-24 tahun
Pria belum kawin 15-24 tahun
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
mendiskusikan kesehatan reproduksi dengan orang lain, Yogyakarta 2012 (SDKI, 2012)
Berdasarkan studi pendahuluan melalui survei di masyarakat pada
remaja yang telah mengalami kehamilan, kehamilan yang tidak direncanakan
sudah terjadi sejak usia remaja di bawah 16 tahun, artinya ketika remaja
berada di sekolah menengah pertama (SMP). Hal ini dikarenakan rasa
penasaran dan ingin mencoba-coba serta informasi yang kurang. Survei yang
dilakukan terhadap 79 remaja menyatakan sikap positif terhadap upaya
pencegahan kehamilan pada remaja (Gambar 5).
Gambar 5. Persepsi remaja di Bantul terhadap kehamilan pada usia remaja
0
10
20
30
40
50
60
70
Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
Tidak melakukan hubungan seks akan membantu mencegah kehamilan yang tidakdiinginkan
Pengetahuan yang memadai tentang kesehatan seksual dan reproduksi akan membantumencegah kehamilan yang tidak diinginkan
Menanamkan agama dan nilai moral yang menjadi anak-anak akan membantu mencegahkehamilan yang tidak diinginkan
Kehamilan yang tidak diinginkan dapat dicegah dengan membentuk klinik di sekolah
Pengenalan dan pengajaran pendidikan seks di sekolah akan membantu mencegahkehamilan yang tidak diinginkan
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
(Data studi pendahuluan penulis tahun 2014)
Berdasarkan data survei tersebut, terlihat bahwa mayoritas remaja sangat
setuju dengan adanya pendidikan seks yang memadai yang dilakukan di
sekolah, sebagai upaya mencegah kehamilan pada remaja. Adanya kendala di
sekolah terkait dengan upaya tersebut dapat diatasi dengan keterlibatan
mahasiswa kebidanan dalam penyampaian informasi kesehatan reproduksi
bagi remaja di sekolah. Selama ini, bidan lebih difokuskan untuk menolong
persalinan saja, padahal sebenarnya peran bidan dalam upaya pencegahan
kehamilan yang berisiko tinggi sangat diperlukan untuk menekan angka
kematian ibu maupun angka kematian bayi.
International Confederation of Midwives (2005) menyatakan bahwa
bidan memiliki tugas penting dalam penyuluhan dan edukasi kesehatan, tidak
hanya untuk perempuan, tetapi juga keluarga dan masyarakat. Tugas tersebut
meliputi pendidikan antenatal, persiapan untuk menjadi orangtua, kesehatan
perempuan, kesehatan seksual atau reproduksi serta perawatan anak. Seorang
bidan yang baik juga harus memiliki beberapa karakter: pengetahuan teoritis,
kompetensi profesional, kepribadian yang baik, kemampuan komunikasi dan
nilai moral/ etika. Oleh karena itu, dalam upaya pencapaian tersebut,
pendidikan pada mahasiswa kebidanan diperlukan sistem pembelajaran yang
memberikan bekal agar mampu berpikir secara kritis, mampu memecahkan
masalah, dan mampu melakukan pengambilan keputusan pada kondisi nyata
di lapangan (ICM, 2005; Borrelli & Studies, 2014).
Keterlibatan mahasiswa kebidanan dalam memberikan edukasi
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
kesehatan di sekolah, juga akan memberikan kontribusi dalam pembelajaran
mahasiswa itu sendiri, yaitu experiential learning. Penelitian Dornan and
Bundy (2004) menyebutkan bahwa pembelajaran berbasis pengalaman akan
membuat mahasiswa lebih percaya diri untuk mendekati pasien, memotivasi
mereka, memperdalam pengetahuan teoritis, mengajarkan keterampilan
intelektual, memperkuat belajar ilmu perilaku dan sosial serta mengajarkan
mereka tentang peran tenaga kesehatan. Hal ini sebagian proses sosialisasi
profesional yang harus dimulai lebih awal untuk menghindari transisi tiba-
tiba. "Pengalaman" dapat didefinisikan sebagai "kontak manusia otentik dalam
konteks sosial atau klinis yang meningkatkan pembelajaran kesehatan,
penyakit dan peran kesehatan profesional."
Menurut Kessenich (1997) dalam Finnoto et al., (2013), pengetahuan
tenaga medis yang hanya mengandalkan buku, tidak cukup untuk
mengembangkan pemikiran kritis dan pengambilan keputusan dari para
mahasiswa. Hal ini penting untuk pendidikan kesehatan dalam rangka
meningkatkan belajar mandiri dan metode berbasis pengambilan keputusan.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Theory of Planned
Behavior (TPB). Teori ini digunakan dalam rangka menjelaskan perilaku dari
upaya pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan. Teori ini akan
memberikan perhatian utama terhadap faktor-faktor kognitif yang
mempengaruhi niat seseorang untuk melakukan perilaku. Niat dipilih sebagai
penentu yang paling penting dari perilaku karena tindakan yang berkaitan
dengan kesehatan dan biasanya diadopsi secara sadar atau terencana. Teori ini
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
berpendapat bahwa perilaku disengaja ditentukan oleh tiga anteseden (pemicu
perilaku), yaitu: sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan perceived
behavior control (PBC) (Glanz, et al., 2008).
Niat untuk melakukan tindakan dipengaruhi oleh dua kekuatan, yaitu:
1) sikap terhadap kinerja perilaku (misalnya, terlibat dalam perilaku yang
dianggap baik atau buruk), dan 2) keyakinan individu dalam norma-norma
subjektif yang menentukan harapan masyarakat mengenai perilaku (misalnya,
individu percaya dengan keluarga dan teman-teman serta berpikir yang harus
dilakukan). Selanjutnya, sikap dan norma subjektif masing-masing terdiri dari
dua komponen. Sikap terhadap perilaku tertentu merupakan fungsi dari
keyakinan individu mengenai konsekuensi yang mungkin untuk mengambil
tindakan. Norma subjektif ditentukan oleh keyakinan individu tentang yang
menonjol dari orang lain (misalnya, keluarga dan teman-teman), dilihat dari
motivasi individu untuk menyesuaikan diri dengan keinginan orang lain
(Brindis et al., 2005). Perceived behavior control memiliki afinitas dengan
kontruks self-efficacy dalam teori sosial kognitif, tetapi tidak identik (Terry &
O'Leary, 1995). PBC dapat mempengaruhi baik niat untuk melakukan
perilaku dan perilaku yang sebenarnya (Ajzen & Madden, 1986).
Sementara, niat perilaku merupakan penyebab perilaku, tidak cukup
biasanya dalam dirinya sendiri untuk memprediksi perilaku. Latar belakang,
kepribadian, variabel sosial dan psikologis mempengaruhi sikap dan norma
subjektif. Sikap dan persepsi subjektif dari norma memiliki efek pada niat.
Selanjutnya, niat mempengaruhi perilaku (Brindis et al., 2005). Dalam
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
penelitian ini juga dilakukan intervensi dengan mengimplementasikan sebuah
program, sehingga teori perilaku yang digunakan tidak hanya TPB tetapi juga
logic model. Dalam logic model dijelaskan tahap-tahap dalam
mengimplementasikan sebuah program mulai dari input, activities, outcomes
dan goal dari program yang akan dicapai (Kemm and Close, 1995).
Beberapa program intervensi promosi kesehatan terkait dengan
pencegahan kehamilan pada remaja telah dilakukan di sekolah. Sommart and
Sota (2013) meneliti efektivitas program pendidikan kesehatan seksual
berbasis sekolah pada remaja SMP. Program tersebut dilakukan dengan
menggunakan proses pembelajaran partisipatif. Topik yang diberikan, adalah:
1) perkembangan remaja; 2) perilaku seksual berisiko dan pencegahannya,
termasuk keterampilan bernegosiasi; 3) penyakit menular seksual (PMS) dan
pencegahan; 4) kehamilan dan pencegahan remaja; dan 5) metode kontrasepsi
(seperti kondom, pil KB). Gaya kegiatan yang digunakan adalah: bermain
peran, demonstrasi, studi kasus dan diskusi kelompok. Waktu 50 menit
dialokasikan untuk setiap topik ruang kelas, dan program selesai dalam tujuh
minggu. Semua sesi dilakukan oleh peneliti dan empat fasilitator yang
semuanya personil kesehatan dan mereka disambut oleh para siswa. Sebelum
intervensi dimulai, fasilitator menghabiskan dua hari untuk berlatih, baik isi
program maupun cara untuk melaksanakan teknik partisipatif, untuk
memastikan bahwa pelaksanaan selesai secara efektif. Tidak ada program
pendidikan kesehatan seksual menggunakan proses pembelajaran partisipatif
yang diberikan kepada kelompok kontrol. Siswa hanya menerima kurikulum
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
reguler sekolah. Skor rata-rata pengetahuan kesehatan seksual pada kelompok
intervensi dan kontrol sebelum intervensi dilakukan, pada tingkat sedang.
Setelah intervensi, ditemukan bahwa nilai rata-rata kelompok intervensi pada
posttest lebih tinggi daripada pretest dengan signifikansi secara statistik (mean
diff. = 1,58; P = 0,0013; 95% CI = 0,6 sampai dengan 2,56). Skor rata-rata
antara kedua kelompok menunjukkan bahwa kelompok intervensi memiliki
nilai rata-rata pengetahuan yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol
dengan perbedaan yang signifikan secara statistik (mean diff. = 0,94; P =
0,0160; 95% CI = 0,08 sampai dengan 1,80). Nilai rata-rata sikap kelompok
intervensi pada posttest lebih tinggi dari pada pretest, dengan signifikansi
secara statistik (mean diff. = 4,42; P = 0,0001; 95% CI = 2,31 sampai dengan
6,54). Skor rata-rata sikap pada kelompok intervensi lebih tinggi daripada
kelompok kontrol dengan perbedaan yang signifikan (perbedaan rata-rata:
6,52; P < 0,0001; 95% CI = 3,66 sampai dengan 9,37). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa setelah dilakukan intervensi, kelompok intervensi
memiliki perbedaan yang signifikan dalam pengetahuan dan sikap, sementara
kelompok kontrol tidak signifikan.
Penelitian Cha (2005) menyebutkan bahwa TPB telah menunjukkan
penerapan untuk memprediksi niat seks pranikah dan penggunaan kondom
sebagai cara untuk mengurangi perilaku seksual berisiko dalam budaya Korea.
Sebanyak 49% siswa laki-laki dan sekitar 12% siswa perempuan telah
melakukan hubungan seks pranikah. Namun, hanya 26,7% siswa yang aktif
secara seksual selalu menggunakan kondom. Melihat model seks pranikah,
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
perilaku pranikah adalah prediktor kuat niat seks pranikah untuk kedua jenis
kelamin. Bagi laki-laki, komponen sikap TPB, kontrol perilaku yang
dirasakan, norma subjektif menjelaskan niat seks pranikah. Namun, kontrol
perilaku yang dirasakan tidak memprediksi niat seks pranikah untuk wanita.
Melihat model penggunaan kondom, khasiat kondom adalah prediktor kuat
dari niat penggunaan kondom, dan semua komponen TPB secara signifikan
memprediksi niat penggunaan kondom. Khasiat kondom yang lebih tinggi
memprediksi niat yang lebih tinggi. Temuan penelitian memberikan informasi
untuk mengembangkan program pendidikan seks yang lebih baik bagi remaja
akhir dan dewasa muda di Korea.
Chin et al. (2012) melakukan systematic review mengenai keefektifan
dua strategi intervensi perilaku berbasis kelompok untuk remaja;
1) pengurangan risiko secara komprehensif, dan 2) pendidikan abtinance pada
kehamilan, HIV dan IMS. Efektivitas intervensi ini ditentukan oleh penurunan
perilaku seksual berisiko, kehamilan, HIV, IMS dan peningkatan dalam
perlindungan dari perilaku seksual berisiko. Meta-analisis dilakukan untuk
setiap strategi pada tujuh hasil utama aktivitas seksual yang diidentifikasi oleh
tim koordinasi, yaitu; frekuensi aktivitas seksual; jumlah pasangan seks;
frekuensi aktivitas seksual yang tidak terlindungi; penggunaan proteksi
(kondom dan/atau kontrasepsi hormonal); kehamilan; dan IMS. Hasil meta-
analisis untuk pengurangan risiko secara komprehensif ini menunjukkan efek
yang menguntungkan bagi semua hasil yang ditinjau, sedangkan untuk
pengurangan risiko secara abstinence, hasil meta-analisis menunjukkan sedikit
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
penelitian, dengan penelitian yang tidak konsisten di semua penelitian yang
bervariasi menurut rancangan studi dan waktu tindak lanjut. Berdasarkan
pengkajian yang dilakukan oleh Chin et al. (2012), pengurangan risiko secara
komprehensif berbasis kelompok ditemukan sebagai strategi yang efektif
untuk mengurangi kehamilan remaja, HIV, dan IMS. Tidak ada kesimpulan
yang bisa ditarik mengenai efektivitas pendidikan pantangan berbasis
kelompok.
B. Rumusan Masalah
Beberapa model promosi kesehatan dalam upaya pencegahan kehamilan
remaja telah banyak dilakukan. Di Indonesia, model promosi kesehatan yang
sudah ada untuk mengatasi masalah kehamilan pada remaja di antaranya
melalui program PKPR dan program GenRe dalam PIK R/M. Namun, masih
ada beberapa kendala, di antaranya, belum semua remaja dapat tersentuh
program tersebut, mayoritas layanan PKPR yang masih fokus pada jam
sekolah, team teaching kesehatan reproduksi di sekolah yang menurut pihak
sekolah masih kurang kuat. Sementara, mahasiswa kebidanan memiliki
potensi yang diharapkan bisa menjadi agent of change perilaku remaja, agar
tidak mengalami kehamilan yang berisiko dikarenakan hamil di saat usia
remaja. Hal ini juga dapat memberikan pengalaman mahasiswa berbasis
praktik di lapangan yang dapat menjadi bekal ketika menjadi bidan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah ini adalah: Bagaimana
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
model promosi kesehatan dalam upaya pencegahan kehamilan pada remaja
SMP melalui penerapan experiential learning oleh mahasiswa kebidanan?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mengembangkan,
mengimplementasikan dan mengevaluasi suatu model promosi kesehatan
dalam upaya pencegahan kehamilan pada remaja SMP melalui penerapan
experiential learning oleh mahasiswa kebidanan.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk:
a. Mengidentifikasi model promosi kesehatan yang dibutuhkan oleh
siswa, orangtua dan guru dalam upaya pencegahan kehamilan remaja.
b. Mengembangkan model promosi kesehatan yang tepat guna bagi siswa
SMP dalam upaya pencegahan kehamilan remaja.
c. Mengetahui hasil penerapan model promosi kesehatan dalam upaya
pencegahan kehamilan remaja pada siswa melalui penerapan
experiential learning oleh mahasiswa kebidanan.
d. Melakukan evaluasi model promosi kesehatan dalam upaya
pencegahan kehamilan remaja, terhadap pengetahuan siswa dalam
mencegah kehamilan remaja.
e. Melakukan evaluasi model promosi kesehatan dalam upaya
pencegahan kehamilan remaja, terhadap sikap siswa dalam mencegah
kehamilan remaja.
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
f. Melakukan evaluasi model promosi kesehatan dalam upaya
pencegahan kehamilan remaja, terhadap norma subjektif siswa dalam
mencegah kehamilan remaja.
g. Melakukan evaluasi model promosi kesehatan dalam upaya
pencegahan kehamilan remaja, terhadap efikasi diri siswa dalam
mencegah kehamilan remaja.
h. Melakukan evaluasi model promosi kesehatan dalam upaya
pencegahan kehamilan remaja, terhadap intensi siswa dalam mencegah
kehamilan remaja.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Dapat memberikan masukan tentang pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya model promosi kesehatan reproduksi bagi remaja sebagai
upaya preventif kehamilan remaja.
2. Model promosi kesehatan ini dapat menjadi panduan remaja dalam
melakukan pendidikan sebaya/konselor sebaya dengan teman sebayanya
sebagai upaya preventif kehamilan remaja.
3. Hasil penelitian dapat menjadi salah satu masukan instansi terkait untuk
perencanaan dan pelaksanaan program kesehatan reproduksi remaja,
terutama dalam upaya preventif kehamilan remaja pada remaja SMP.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi remaja untuk lebih giat
melakukan upaya preventif terhadap kehamilan pada remaja.
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
19
5. Penelitian ini dapat menjadikan wahana untuk mendapatkan pengalaman
nyata pada mahasiswa kebidanan.
E. Keaslian Penelitian
Dalam mendapatkan data keaslian penelitian dilakukan pencarian
artikel melalui beberapa ‘search engine’ yaitu: Science Direct, PubMed,
Emerald, ProQuest, SAGE publication, dan Google Scholar. Juga dilakukan
dengan menggunakan website universitas dan jurnal yang berkaitan dengan
pencegahan kehamilan remaja berbasis sekolah, seperti: perpustakaan UGM,
BKKBN, perpustakaan Akademi Kebidanan Yogyakarta, Journal of
Adolescent Health dan lainnya. Berdasarkan penelusuran literatur tersebut,
muncul beberapa penelitian yang sejenis dengan penelitian yang dilakukan,
yaitu tentang upaya pencegahan kehamilan remaja berbasis sekolah, di
antaranya terlihat pada Tabel 1. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan,
adalah penelitian yang dilakukan menganalisis kebutuhan siswa dan siswi
untuk membuat model promosi, dengan melibatkan tim profesional untuk
merancang program, melibatkan mahasiswa kebidanan sebagai agent of
change pencegahan kehamilan pada remaja serta mengaplikasikan teori TPB
dan logic model.
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
20
Tabel 1. Keaslian penelitian No Nama dan lokasi Penulis Kegiatan Hasil Perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan
Persamaan dengan penelitian yang
dilakukan 1 School-based sexual
health education program pada remaja SMP di Khon Kaen, Thailand. Tujuan program untuk melindungi remaja dari perilaku seksual berisiko.
Sommart and Sota (2013)
Penelitian ini melibatkan 33 siswa kelompok intervensi dan 33 siswa sebagai kontrol. Program terdiri dari lima topik, yaitu: 1) perkembangan remaja; 2) perilaku dan pencegahan perilaku seksual yang tidak pantas, termasuk keterampilan komunikasi; 3) penyakit menular seksual (PMS) dan pencegahan; 4) kehamilan remaja dan pencegahan; dan 5) metode kontrasepsi (seperti kondom, pil KB) dan dampak seks pranikah. Program ini dilakukan dengan menggunakan proses pembelajaran partisipatif. Model kegiatan yang digunakan adalah: bermain peran, demonstrasi, studi kasus dan diskusi kelompok. Dialokasikan waktu 50 menit untuk setiap topik dan program selesai dalam tujuh minggu. Semua sesi dilakukan oleh peneliti dan empat fasilitator yang semua personil kesehatan.
Intervensi menunjukkan perbedaan tingkat pengetahuan terkait dengan perilaku seksual berisiko yang signifikan pada kelompok yang diintervensi, sedangkan kontrol tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada tahapan pengembangan model promosi kesehatan, variabel yang diukur dalam penelitian yang dilakukan, dan tidak adanya penekanan materi kontrasepsi sebagai bagian dari materi intervensi.
Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan dua sekolah menengah pertama sebagai kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
2 The Family Life Abstinence Program (FLAP). FLAP dilaksanakan di Bronx, New York. Tujuan program untuk menurunkan perilaku seksual berisiko melalui intervensi berbasis sekolah.
Yamada et al.
(2010)
Penelitian ini dilakukan pada 700 siswa sebagai kelompok intervensi dan 500 siswa sebagai kontrol. Penelitian ini mengaplikasikan precede and proceed untuk promosi pencegahan kehamilan pada siswa tingkat enam dan tujuh diukur dengan quasi experiment evaluasi group treatment –control. Pada program ini pendidikan seks dilaksanakan selama dua tahun yang terdiri dari 45 minggu pertemuan dengan durasi 45-60 menit dari tahun 2008-2010.
Intervensi menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan kontrol. Intervensi kesehatan berbasis sekolah menunjukkan efektivitas.
Penelitian yang dilakukan mengaplikasikan theory planned behavior dan menggunakan penelitian kualitatif terlebih dahulu untuk menentukan model promosi.
Persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan unit analisis sekolah sebagai tempat penelitian, penggunaan metode quasi experiment.
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
21
No Nama dan lokasi Penulis Kegiatan Hasil Perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan
Persamaan dengan penelitian yang
dilakukan 3 Peer educator and peer
counsellor’s oleh BKKBN. Penelitian dilaksanakan di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun 2003
Hull et al.
(2004)
Dalam penelitian ini mendidik 80 pendidik sebaya melalui kelompok kecil di 10 kabupaten. Penelitian melibatkan kurang lebih 1300 remaja dan 40 konsultan sebaya dalam 20 tim.
Penelitian ini cukup berhasil, namun belum mampu mencukupi kebutuhan semua remaja di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan menggunakan mahasiswa kebidanan sebagai fasilitator dalam pemberian intervensi.
Persamaan dengan penelitian ini adalah adanya tindakan perlakuan pada subjek penelitian.
4 Teen Prevention Education Program (Teen PEP) dilaksanakan di North Carolina. Program ini dilakukan karena tingginya tingkat kehamilan dan penularan penyakit infeksi seksual termasuk HIV dan AIDS.
Layzer et al. (2014)
Kegiatan program ini meliputi observasi, wawancara mendalam dengan pemangku kebijakan. FGD dengan remaja dan survei terhadap peserta. Program ini melibatkan empat sekolah 62 pendidik sebaya dan 60 siswa kelas sembilan dan survei singkat pada remaja (N = 678).
Teen PEP sangat membantu siswa dalam tiga hal yaitu kognitif dan perilaku, konsep diri serta perubahan informasi atau pengetahuan (mengetahui cara mengontrol kelahiran dan tempat harus periksa terkait dengan IMS dan tes HIV. Replikasi program teen PEP membutuhkan adaptasi.
Penelitian yang dilakukan melibatkan guru, orangtua siswa dan siswa dalam pengambilan data kualitatif secara FGD untuk pengembangan model promosi kesehatan di sekolah.
Persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan model school health promotion dengan setting yang berbeda.
Model Promosi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Kehamilan pada Remaja Sekolah MenengahPertama (SMP)Melalui Penerapan Experiential Learning oleh Mahasiswa KebidananFITRIANI MEDIASTUTIUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/