BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media Indonesia terutama headline berita tentang Presiden SBY, oleh masyarakat ditanggapi beragam, khususnya pada masyarakat tradisional yang daya analitiknya rendah. Sehingga apa yang disajikan media itulah yang diikuti. Karena dalam memandang suatu peristiwa mempunyai peluang berbeda dalam menafsirkannya. Bisa jadi satu peristiwa yang sama bisa berbeda dalam penyajiannya, sesuai dengan sudut pandangnya. Atau sangat mungkin dirasuki oleh ideologi dan kepentingan tertentu. Sehingga peristiwa satu bisa dianggap penting oleh media yang satu, tapi tidak bagi yang lain. Tergantung pada siapa dalam media itu. Kehadiran headline pada surat kabar online Media Indonesia secara teknis dituntut untuk mudah dimengerti pada saat dibaca, serta dapat berkomunikasi secara cepat dengan ide yang tepat pula. Headline berita yang dipilih kemudian ditampilkan dan terkesan bebas untuk ditafsirkan. Misalnya, headline surat kabar Media Indonesia pada Rabu, 23 Maret 2011 yaitu “Presiden SBY Sebut WikiLeaks Ancaman Teror Model Baru”. Bersandar pada bocoran info WikiLeaks, The Age memberitakan bahwa presiden SBY telah melakukan yang mereka sebut penyalahgunaan kekuasaan, akibatnya gelar SBY sebagai reformis yang bersih seakan menjadi ternodai. Tentu seorang penulis banyak berperan akan isi dan makna dari tulisan dalam surat kabar tersebut. Maka kondisi ideologi seorang penulis akan berbanding lurus dengan tulisan yang analisisnya dibumbui ideologi dengan latar belakang dan cita rasa yang bias. 1 1 Dalam konteks ini, sangatlah wajar jika muncul pembacaan ulang, bahwa apa yang diberitakan The Age, Sydney Morning Herald (SMH), Times, The Wall Street Journal terkait juga dengan upaya menjadikan Indonesia dalam zona perang informasi. Pada 11 Maret 2011, The Age dan SMH yang sama-sama berada di dalam naungan grup Fairfax Media secara berbarengan memublikasikan informasi yang mendiskreditkan SBY. Judul besar The Age misalnya, Yudhoyono ‘Abused Power’, menjadi headline dan dibedah dengan bahasa yang provokatif yang bersumber dari bocoran WikiLeaks. Terlepas dari benar tidaknya substansi pemberitaan tersebut, ada garis merah penyetingan agenda terkait dengan momentum ledakan informasi tersebut. 10

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengaruh Media Indonesia terutama headline berita tentang Presiden SBY,

oleh masyarakat ditanggapi beragam, khususnya pada masyarakat tradisional yang

daya analitiknya rendah. Sehingga apa yang disajikan media itulah yang diikuti.

Karena dalam memandang suatu peristiwa mempunyai peluang berbeda dalam

menafsirkannya. Bisa jadi satu peristiwa yang sama bisa berbeda dalam

penyajiannya, sesuai dengan sudut pandangnya. Atau sangat mungkin dirasuki

oleh ideologi dan kepentingan tertentu. Sehingga peristiwa satu bisa dianggap

penting oleh media yang satu, tapi tidak bagi yang lain. Tergantung pada siapa

dalam media itu.

Kehadiran headline pada surat kabar online Media Indonesia secara teknis

dituntut untuk mudah dimengerti pada saat dibaca, serta dapat berkomunikasi

secara cepat dengan ide yang tepat pula. Headline berita yang dipilih kemudian

ditampilkan dan terkesan bebas untuk ditafsirkan. Misalnya, headline surat kabar

Media Indonesia pada Rabu, 23 Maret 2011 yaitu “Presiden SBY Sebut

WikiLeaks Ancaman Teror Model Baru”. Bersandar pada bocoran info

WikiLeaks, The Age memberitakan bahwa presiden SBY telah melakukan yang

mereka sebut penyalahgunaan kekuasaan, akibatnya gelar SBY sebagai reformis

yang bersih seakan menjadi ternodai. Tentu seorang penulis banyak berperan akan

isi dan makna dari tulisan dalam surat kabar tersebut. Maka kondisi ideologi

seorang penulis akan berbanding lurus dengan tulisan yang analisisnya dibumbui

ideologi dengan latar belakang dan cita rasa yang bias.1

1 Dalam konteks ini, sangatlah wajar jika muncul pembacaan ulang, bahwa apa yang diberitakan The Age, Sydney Morning Herald (SMH), Times, The Wall Street Journal terkait juga dengan upaya menjadikan Indonesia dalam zona perang informasi. Pada 11 Maret 2011, The Age dan SMH yang sama-sama berada di dalam naungan grup Fairfax Media secara berbarengan memublikasikan informasi yang mendiskreditkan SBY. Judul besar The Age misalnya, Yudhoyono ‘Abused Power’, menjadi headline dan dibedah dengan bahasa yang provokatif yang bersumber dari bocoran WikiLeaks. Terlepas dari benar tidaknya substansi pemberitaan tersebut, ada garis merah penyetingan agenda terkait dengan momentum ledakan informasi tersebut.

10

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

Dalam pemberitaan, terutama pemilihan headline berita dituntut untuk

bersikap adil dan netral serta objektif. Namun pada kenyataan tidak. Sangat

banyak peristiwa yang sebenarnya sangat krusial namun media cenderung

mengabaikannya.2 Sebagai contoh kasus tertangkapnya terduga kasus korupsi

Wisma Atlet yang melibatkan Muhammad Nazaruddin, yang cenderung dibesar-

besarkan namun pada saat bersamaan terjadi kasus pembajakan kereta api

Gajayana di Stasiun Senen Jakarta. Kemudian peran media menentukan mana

yang lebih penting, apakah masih dengan headline kasus Wisma Atlet ataukah

pembajakan itu. Di sinilah nanti terlihat bagaimana media mengemas sebuah

peristiwa sehingga seolah-olah sangat penting walau pada hakikatnya biasa-biasa

saja. Karena mereka punya kepentingan. Pada dasarnya sangat sulit bersikap

netral karena mereka dihantui oleh berbagai kepentingan. Belum lagi aspek

ideologi. Berbagai kepentingan, baik bisnis maupun politik sangat berpengaruh

pada bagaimana menafsirkan peristiwa tertentu.

Selain permasalahan di atas, Media Indonesia online menempatkan kolom

politiknya pada posisi pertama pada deretan kolom lainnya. Media Indonesia

online atau mediaindonesia.com dengan kolom politiknya tersebut, maka dalam

mengkonstruksi beritapun Media Indonesia mengutamakan ada pada aktualitas

dan kontroversi peristiwa politik dengan melakukan dramatisasi yang panas,

ironis dan kontroversial daripada peristiwa-peristiwa lain. Pengambilan berita

tentang Presiden SBY sebagai headline-nya, maka keberadaan headline tidak lagi

sebagai alat semata untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan

menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas –realitas media–

yang akan muncul di benak khalayak. Terdapat berbagai cara Media Indonesia ini

mempengaruhi bahasa dan makna pada headline-nya yakni mengembangkan kata-

kata baru serta makna asosiatifnya; memperluas makna dari istilah-istilah yang

ada; mengganti makna lama sebuah istilah dengan makna baru; memantapkan

konvensi makna yang telah ada dalam suatu sistem bahasa. Oleh karena persoalan

2 Dalam The Political Literacy Institute, menyatakan bahwa kekuasaan di dunia ini tentu sangat sadar jika media merupakan second hand reality atau realitas buatan sehingga sangat mungkin dipengaruhi oleh acuan ideologi dan politik yang dikemas menjadi seolah-olah “kepribadian” masing-masing media. Fenomena inilah yang oleh C Wright Mills dalam buku The Power Elite (1968) dikategorikan sebagai penyajian dunia “pulasan”.

11

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

makna, maka penggunaan bahasa berpengaruh terhadap konstruksi realitas,

terlebih atas hasilnya adalah makna dan citra.

Dalam Hamad, sebuah peristiwa politik menjadi menarik perhatian media

massa sebagai bahan liputan, disebabkan dua faktor, pertama, saat ini media

berada di era mediasi (politics in the age of mediation), yakni media massa. Para

aktor politik senantiasa berusaha menarik perhatian wartawan agar aktivitas

politiknya memperoleh liputan dari media3. Kedua, peristiwa politik dalam bentuk

tingkah laku dan pernyataan para aktor politik lazimnya selalu mempunyai nilai

berita sekalipun peristiwa politik itu bersifat rutin belaka. Sebuah liputan politik

yang terbentuk menjadi sebuah berita memiliki dimensi opini publik, baik yang

diharapkan politisi maupun oleh para wartawan. Dalam politik, bagi Hamad citra

setara dengan opini publik. Sebuah peristiwa politik bisa menimbulkan opini

publik yang berbeda-beda sehingga bagi Hamad, realitas politik dalam media

massa bukan realitas yang sebenarnya4.

Lebih dari itu, penyampaian sebuah headline ternyata menyimpan

subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah headline akan

dinilai apa adanya. Headline kemudian akan dipandang sebagai barang suci yang

penuh dengan objektivitas. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang

memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap headline

tersebut, yaitu dalam setiap penulisan headline selalu menyimpan ideologis atau

latar belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide

mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan.

Catatan lain yang layak dikemukakan adalah penjelasan mengenai

“kepentingan” di balik karakter tersebut. Pada beberapa headline Media Indonesia

lebih dipengaruhi oleh kepentingan ideologi dan politik. Hal ini sesuai dengan

ideologi nasionalisme/kebangsaan yang dianut Media Indonesia. Jika dikaitkan

dengan kecenderungan harian ini yang terkesan sering menulis headline tentang

Presiden SBY, maka apakah benar bila dikatakan bahwa kepentingan ideologi dan

3 Ibnu Hamad dalam tulisannya tentang Perkembangan Analisis Wacana Dalam Ilmu Komunikasi, Sebuah Telaah Ringkas, yang di dalamnya terdapat berbagai alur tentang pengertian-pengertian yang terkait dengan penelitian analisis wacana. 4 Ibid, Hamad, 2004: 3

12

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

politik yang dianut tidak sejalan dengan kepentingan lain yang dalam hal ini

adalah pemerintahan Presiden SBY.

Demikian halnya dengan aspek kepentingan ekonomi, apakah hanya

sebatas kepentingan pemeliharaan pasar (pembaca) Media Indonesia. Mungkin

karena ketidaknetralan yang dibangun Media Indonesia memungkinkan harian

online ini berani menuliskan headline yang lugas dan terus terang. Tetapi,

sebenarnya tidak mudah untuk menjelaskan korelasi antara kepentingan ekonomi

yang ada di balik kepentingan Media Indonesia. Bagaimanapun, menyangkut

aspek fungsinya sebagai informator, Media Indonesia kerap dituduh bias dalam

memilih informasi untuk dipublikasikan. Bias ini setidaknya dipengaruhi oleh tiga

hal, yakni kapasitas dan kualitas pengelola, kuatnya kepentingan yang bermain

dalam realitas sosial, dan taraf kekritisan masyarakat.

Pemilihan topik dan penempatan berita di sebuah halaman sebenarnya

menunjukkan subyektivitas media sehingga obyektivitas media sebenarnya adalah

obyektivitas yang subyektif. Jika demikian halnya, sasaran Media Indonesia

menuliskan headline tentang Presiden SBY itu bukan lagi sekedar menyampaikan

informasi untuk masyarakat, tetapi sudah menjadikan masyarakat sebagai sasaran

kelompok kepentingan kekuasaan tertentu melalui informasi tersebut. Inilah yang

semestinya dibongkar secara lebih tuntas.

Melalui analisis hermeneutika pada headline berita yang dikatakan realis,

bebas nilai, dan memisahkan subjek dan objek penelitian, hermeneutika akan

memberikan model penelitian yang khas ilmu komunikasi. Headline bukanlah

benda yang ketika diteliti hanya menyajikan efek yang sama, headline itu hidup

dan dapat mengonstruksi tanggapan tertentu ketika diteliti. Maka ke-objektifan tak

bisa ditemukan sebagaimana kita menemukannya ketika meneliti benda-benda.

Walaupun demikian, menurut hermeneutika, keobjektifan dapat ditemukan sejauh

hubungannya dengan teori yang dipergunakan dan tidak terlepas dari banyaknya

kelemahan.

Secara teoritik, studi analisis hermeneutika ini tidak menekankan pada satu

headline saja, tetapi akan diambil beberapa headline yang kemudian secara umum

13

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

akan diperoleh gambaran yang lugas tentang pesan headline pada sebuah media5.

Kecenderungan memperoleh informasi itu semata-mata berdasarkan pada apa

yang disajikan media massa. Pada akhirnya, membentuk tafsir dan citra

berdasarkan realitas kedua (second hand reality) yang ditampilkan oleh headline

berita pada media massa. Headline (berita utama) mencerminkan perhatian

terhadap peristiwa tertentu. Headline dalam sebuah surat kabar merupakan

representasi dari media itu sendiri dalam memandang penting tidaknya suatu

peristiwa. Pemilihan headline sangat berpengaruh pada khalayak pembacanya.

Terutama masyarakat yang daya kritis dan analitiknya kurang.

Untuk memudahkan jalannya teori tersebut, headline berita tentang

Presiden SBY pada Media Indonesia online kemudian dipilah menjadi empat

sentimen dasar pemilahan headline, yakni (1) headline dengan sentimen negatif;

(2) headline dengan sentimen positif; headline dengan sentimen positif-negatif;

dan (4) headline dengan sentimen netral. Bagaimana menentukan bentuk-bentuk

sentimen tersebut yakni dengan melihat latarbelakang konten beritanya juga

secara jelas pada teks headline-nya. Bentuk sentimen inilah yang dalam penelitian

ini didapati sebagai data utamanya. Sehingga jalannya kaidah teoritik tersebut

merupakan sebuah upaya rasional menafsirkan realitas headline (ontologis) untuk

mengungkapkan hakikat atau substansi yang sesungguhnya muncul dari segala

sesuatu yang ada (being) yang dalam bahasa teknis-ilmiah disebut sebagai “true

conditions”. Dengan kata yang sederhana dapat disebutkan bahwa sentimen-

sentimen headline pada teori tersebut ialah kegiatan awal dalam olah pikir yang

menafsirkan dan memahami makna suatu teks headline (realitas) secara rasional

untuk mencari/menemukan hakikatnya.

Secara konseptual sebagai jawaban atas rumusan masalah, maka tafsir

pesan yang ada di balik headline berita tentang Presiden SBY pada surat kabar

online Media Indonesia edisi Juli 2011 merupakan instrumen pokok yang

menceritakan realitas tetapi secara ideologi bukan sebuah hakikat kebenaran,

5 Dengan kata lain, kita saat ini cenderung mendefinisikan pengalaman dalam bentuk yang sepenuhnya berorientasi kea rah pengetahuan semata, tidak mengindahkan historisitas pengalaman dalam. Jika demikian halnya, kita secara tidak sadar memenuhi tujuan ilmu yakni “mengobjektifkan pengalaman yang meniadakan ragam peristiwa historis terhadapnya”, Dialektika Gadamer oleh Richard E. Palmer (2005: 231) dalam bukunya Hermeneutika; Teori Baru Mengenai Interpretasi.

14

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

karena pengaruh sentimen-sentimen yang membawanya. Seperti yang sudah

dijelaskan di awal, bahwa kondisi headline hampir tidak mungkin tanpa memuat

sebuah kepentingan. Melihat latar belakang Media Indonesia online yang syarat

akan kepentingan ideologi, politik, bahkan kepentingan ekonomi.

Tafsir tentang Presiden SBY merupakan respon dan reaksi dari sebuah

sentimen headline yang dalam kategorisasinya lebih menekankan sentimen

negatif, karena sentimen yang muncul dipengaruhi kuat oleh berbagai kepentingan

tersebut. Menguak hakikat tafsir yang sesungguhnya adalah tugas dari

hermeneutika Gadamer yang tertuang dalam penelitian ini. Tafsir pesan yang ada

di balik headline berita tentang Presiden SBY pada surat kabar online Media

Indonesia edisi Juli 2011 mengindikasikan adanya “Roh” yang dalam

hermeneutika Gadamer tidak bisa ditaruh keberadaan hakikat yang benar tanpa

melihat secara mendalam “Roh” itu sendiri. Dalam bahasa sederhana “Roh”

tersebut adalah surat kabar online Media Indonesia edisi Juli 2011.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dari

penelitian ini yakni apa tafsir pesan dan makna yang ada di balik headline berita

tentang Presiden SBY pada surat kabar online Media Indonesia edisi Juli 2011.

C. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah headline berita tentang Presiden SBY pada surat

kabar online Media Indonesia edisi Juli 2011. Penentuan surat kabar ditetapkan

peneliti karena Media Indonesia adalah salah satu media online/digital yang

tergolong sebagai media nasional.

Muatan headline pada Media Indonesia online lebih menekankan pada

aspek politiknya, dan merupakan sajian utama dalam setiap pemberitaannya yang

kemudian melatarbelakangi dimuatnya headline dengan berani, lugas, dan tegas.

Kondisi-kondisi headline yang ada di Media Indonesia, dengan selalu memuat

SBY sebagai patokan pembuatan headline-nya maka untuk mengungkap tafsir

pesan di balik kehadiran headline diharapkan pembaca tidak terlalu subjektif,

15

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

sehingga maksud dari headline-headline itu sendiri tidak menjadi kabur.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang di paparkan, sangat menarik bila

headline pemberitaan Presiden SBY dijadikan sebagai bahan objek penelitian,

sebab headline yang diambil dari media online mediaindonesia.com ini sangat

kritis dalam mengkritik pemerintahan Presiden SBY.

D. Tujuan Penelitian

1. Secara Teroritis

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan sumbangsih teoritis bagi

pengembangan ilmu komunikasi, khususnya bagi pengembangan penelitian yang

menitikberatkan pada kajian hermeneutika.

2. Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan bagaimana

Media Indonesia online mengambil sikap dalam penentuan headline dan sekaligus

memandang suatu peristiwa, tentunya dalam sebuah fakta kebenaran.

E. Tinjauan Pustaka

Inspirasi penelitian tesis ini berangkat dari buku karya Radford, G. P.

dalam Hermeneutics: An Intellectual Tradition for Communication Studies,

menjelaskan bahwa pendekatan hermeneutika menawarkan perspektif alternatif

reduksionis dari ilmu alam yang didasarkan pada epistemologi realis.

Hermeneutika juga memiliki potensi untuk memenuhi peran yang sama tersebut

sehubungan dengan pendekatan kontemporer dalam studi komunikasi di Amerika.

Dalam tradisi Amerika, studi komunikasi, seperti ilmu-ilmu sosial pada

umumnya, telah secara implisit mengadopsi epistemologi realis dalam penelitian

tentang "ilmu komunikasi" menggambarkan banyak yang menganggap penelitian

hermeneutika sebagai penelitian komunikasi dapat diterima, namun dalam

kenyataannya ini jelas terdapat dalam model ilmu komunikasi sendiri, yakni:

Communication science seeks to understand the production, processing, and effects of symbols and signal systems by developing testable theories, containing lawful generalizations,

16

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

that explain phenomena associated with production, processing, and effects (1991: 17).

Dalam penelitian thesis ini, kontruksi realitas media juga menjadi telaah

penting dalam rangka membongkar fakta yang ada dalam peran media. Dalam

proses pembentukan realitas, ada dua titik perhatian. Pertama, bahasa.

Bahasa, sebagaimana dipahami oleh kalangan strukturalis, merupakan berbeda

pada peristiwa yang sama. Makna yang berbeda dapat dilekatkan pada

peristiwa yang sama. Hal ini mengisyaratkan bahwa kajian media berita online

harus lebih masuk pada perubahan paradigmatik proses produksi berita pada sisi

lingkungan sosial dan material, pola temporer dalam produksi berita dan

penggunaan sumber-sumber informasi.

Kedua, politik penandaan, yakni bagaimana praktik sosial dalam

membentuk makna, mengontrol, dan menentukan makna. Titik perhatian di sini

adalah peran media dalam menandakan peristiwa atau realitas dalam pandangan

tertentu, dan menunjukkan bagaimana kekuasaan ideologi di sini berperan.

Ideologi menjadi bidang di mana pertarungan dari kelompok yang ada dalam

masyarakat. Akan tetapi, posisi demikian juga menunjukkan bahwa ideologi

melekat dalam produksi sosial, produksi media, dan sistem budaya. Setiap

budaya memberikan bentuk episode pemikiran tertentu, dan menyediakan

anggota dari komunitas tersebut sebuah pemikiran atau gagasan tertentu sehingga

mereka tinggal menerima (taken for granted) dalam pengetahuan mereka.

Gambaran bagaimana sesuatu ditandakan untuk kita, tergantung pada proses

penandaan itu sendiri. Efek dari ideologi dalam media itu adalah menampilkan

pesan dan realitas hasil konstruksi tersebut tampak seperti nyata, natural, dan

benar. Pengertian tentang realitas itu tergantung pada bagaimana sesuatu

tersebut ditandakan dan dimaknai.

Literatur pembahasan khusus Hans Georg Gadamer dalam bentuk buku

mapun jurnal belum banyak ditemukan di Indonesia, kalaupun ada hanya sebagai

pengantar dalam menelusuri pokok- pokok pikirannya. Misalnya, Agus Darmaji

alumni Program Studi Filsafat Universitas Indonesia lulusan tahun 1999

mengangkat judul tesis Pergeseran Hermeneutik Ontologis Melalui Bahasa dalam

17

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

Pemikiran Hans Georg Gadamer. Dalam tesisnya itu, tidak ada satu sub

pembahasan pun yang membahas tentang hermeneutika yang khas ilmu

komunikasi.

Sehingga tesis ini meletakkan posisinya sebagai yang awal untuk

mengungkap sebuah fenomena yang ada dalam sebuah hermeneutika.

Hermeneutika di pahami sebagai suatu proses sending massage, tetapi lebih dari

itu. Secara sederhana proses hermeneutika sama seperti proses komunikasi pada

umumnya yakni dipahami sebagai proses penyampaian pesan dengan

menggunakan tanda-tanda atau makna dalam sebuah teks atau bahasa. Akan

tetapi persoalan hermeneutika tidak sederhana sebagai suatu pengiriman pesan

saja, namun hermeneutika juga merupakan produksi dan pertukaran makna-

makna.

F. Kerangka Teori

Teori hermeneutika berpusat pada kajian untuk memahami apa yang

dimaksud dengan konsep hermeneutika. Hermeneutika kritis mengkaji bagaimana

menerapkan konsep hermeneutika kedalam tindakan praktis. Hermeneutika

Gadamer merupakan suatu kritik terhadap positivisme dengan menekankan pada

subyek yang menafsirkan. Gadamer menolak dengan keras metodologi yang

ditawarkan positivitik yaitu pendekatan ilmu alam yang membicarakan angka-

angka dan rumus-rumus yang tidak mungkin diterapkan dalam bidang humaniora.

Satu proposisi positivistik yang dipandang oleh Gadamer sebagai istilah “haram”

bagi hermeneutika, yaitu generalitas. Kebenaran adalah kontekstualisasi

(universalitas). Oleh karena itu, menurut Gadamer, metodologi yang digunakan

adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologis partisipan, yaitu memaknai

realitas sosial atau teks dengan memahami perilaku, pemahaman, sikap, dan

tindakan objek penelitian.

Gadamer memang mendapatkan banyak sekali inspirasi dari Heidegger.

Namun Gadamer kemudian mengembangkannya serta menerapkannya pada hal

yang lebih spesifik, yakni proses penafsiran tekstual di dalam literatur dan filsafat.

Inilah inti dari Hermeneutika Gadamer. Gadamer menunjuk metode interpretasi

18

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

pada hermeneutika intensionalisme, yaitu mencari makna yang diletakan atau

dimaksudkan pengarangnya. Sebab, arti sebuah teks tidak hanya terbatas pada

pengarangnya saja, akan tetapi terbuka bagi adanya penafsiran baru sesuai

kreativitas penafsir. Bahkan, baginya tidak ada jaminan bagi pengarang asli untuk

menjadi penafsir ideal atas karyanya. Pandangan ini mengindikasikan bahwa

sebuah teks yang sudah dituangkan dalam tulisan dan dilempar ke ruang publik

sepenuhnya menjadi milik pembaca.

Dengan demikian, kegiatan penafsiran, bukan hanya sebatas

mereproduksi makna, tetapi juga memproduksi makna. Untuk pemaknaan

intensionalisme dengan hermeneutika Gadamer, secara metodolgis dapat

dirumuskan dengan pertanyaan, kalau hermeneutika intensionalisme, menyatakan,

“Maksud apa yang diungkapkan dalam headline berita tentang Presiden SBY,

sementara hermeneutika Gadamer, “Apakah signifikasi headline berita tentang

Presiden SBY bagi sebagian masyarakat interpretatif tertentu.

Makna suatu fenomena, menurut Gadamer bukanlah sesuatu yang ada

pada fenomena itu sendiri. Tetapi, makna selalu bermakna bagi seseorang

sehingga bersifat relatif bagi penafsirnya. Untuk itu dalam teori ini tidak pernah

melibatkan satu unsur pun (agen dan niatnya), namun dua unsur yang harus di

interpretasikan dan interpreternya. Makna muncul dari hubungan antara suatu

fenomena dengan mereka yang berusaha memahami makna fenomena itu

merupakan produk interaksi antara dua subyek.

Contoh dari teori ini, misalnya pernyataan Presiden SBY tentang Dugaan

Kasus Korupsi Wisma Atlet, untuk memahami pernyataan itu, tidak cukup sang

penafsir hanya menginterpretasikan secara subyektif apa yang dinyatakan

Presiden SBY. Dalam perspektif Gadamerian hal tersebut masih dalam wilayah

hermeneutika intensionalisme. Padahal untuk mendapatkan “fusi horizon-horizon”

seperti yang dinyatakan Gadamer harus ada interaksi dua subyek. Untuk itu dalam

memaknai pernyataan Presiden SBY harus di interpretasi subyek lain yang

menanggapi pernyataan itu.

Prinsip dasar teori gadamer adalah bahwa seseorang selalu memahami

pengalaman dari perspektif prasangka dan asumsi. Tradisi kita memberi cara

19

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

untuk memahami sesuatu, dan kita tidak bis dipisahkan dari tradisi. Pengamatan,

alasan dan pemahaman tidak mungkin murni; sebelumnya dipengaruhi oleh

sejarah dan pengalaman kita dengan orang lain. Gadamer percaya bahwa

pengalaman bersifat linguistik. Kita tidak bisa dipisahkan dari bahasa. Perspektif-

perspektif tradisi, dimana kita selalu melihat dunia berbentuk kata-kata.

Teori ini seperti mirip dengan pendekatan interaksi simbolik yang

menyatakan bahasa dan makna diciptakan melalui interaksi. Maksud Gadamer

adalah bahwa bahasa itu sendiri mendasari semua pengalaman. Dunia dihadirkan

melalui bahasa. Dengan demikian dalam komunikasi, dua manusia tidak

menggunakan bahasa untuk saling berinteraksi, melainkan komunikasi

menggunakan tiga rangkaian, yaitu dua individu dan sebuah bahasa.

Kajian hermeneutika penelitian ini adalah studi relasi antara interpretator

dan teks headline. Interpretator didefinisikan sebagai aktor independen atas teks.

Pertama, tujuan aktor memaknai teks adalah membebaskan aktor dari dogmatisasi

teks dan bahkan membongkar kebohongan teks. Kedua, aktor memaknai teks

harus keluar dari metodologi yang dianggap membatasi pemaknaan aktor atas

teks. Yang dibutuhkan dalam hermeneutika bukan metodologi tapi ketepatan aktor

dalam memposisikan teks berdasarkan ruang dan waktu. Ketiga, adanya ruang

dialogisasi antara aktor dan teks dalam menentukan titik tengah kebenaran. Ruang

dialogisasi bertujuan untuk mengkomunikasikan isi teks dan perspektif aktor

terhadap teks itu. Keempat, pendekatan dalam mencari makna teks digunakan

pendekatan komprehensif tidak monoton pada satu aspek (pengarang atau penulis

saja) tapi melalui sejarah dan pengalaman hidup. Hal ini dilakukan untuk

menghindari pengaruh ”kebenaran” teks atas aktor. Kelima, aktor berhak merubah

kebenaran teks selama menemukan kejanggalan realitas melalui pendekatan

historikalitas dan kekinian.

Dalam pandangan Gadamer yang penting adalah bahwa setiap orang

memahami pengalamannya berdasarkan pra anggapan yang dibentuk oleh tradisi

yang bersifat historis. Oleh karena itu, dalam pandangan Gadamer, kita secara

simultan merupakan bagian dari masa lalu, masa kini, dan masa akan datang.

Perubahan dalam hal ini dipandang sebagai hasil dari jarak temporal yang

20

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

terbentuk melalui waktu yang mmpengaruhi kita cara mengantisipasi masa

mendatang. Dengan demikian, pemahaman kita terhadap peristiwa dan objek

sejarah diperkaya oleh jarak hisroris. Lebih jelasnya, pemaknaan teks, dalam

pandangan Gadamer, merupakan hasil dialog dari makna yang kita miliki saat ini

dan makna yang terdapat dalam teks secara historis. Proses interpretif tersebut

bersifat paradoks, sebab di samping kita membiarkan teks berbicara, kita tidak

dapat memahami teks terpisah dari prasangka dan praanggapan yang kita miliki.

Hasil analisa tersebut, oleh Gadamer disebut “prasangka legitimate”.

Berikut bagan yang dapat menjelaskan uraian tersebut: Bagan 1.1 Konsep Teoritik Hermeneutika

Sumber: Kesimpulan penjelasan Josef Bleicher tentang Hermeneutika Gadamer dalam bukunya yang berjudul Hermeneutika Kontemporer, Cetakan 2007.

Pada penelitian ini, bagan 1.1 di atas menjelaskan proses hermeneutika

Gadamer yang dapat disimpulkan bahwa terdapat enam elemen vital dalam

hermeneutika diantaranya sebagai berikut:

1. Interpretator. Adalah peneliti.

2. Teks Interpretatif. Adalah headline tentang Presiden SBY pada surat kabar

online Media Indonesia.

3. Historis teks. Adalah pendekatan metodologis hermeneutika.

4. Prasangka Interpretator. Adalah asumsi bebas peneliti terhadap headline.

5. Analisa data. Adalah proses reduksi antara headline dan historis headline.

Interpretator

Historis Teks

Teks Interpretatif

Analisis Hermene

utika

Prasangka Interpretator

Hasil Hermeneutik atas Teks/ Prasangka

Legitimate

21

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

6. Prasangka Ligitimate. Adalah prasangka yang sudah dibuktikan oleh

pembenaran historis atas headline.

Gadamer percaya bahwa pengalaman kita secara inheren terdapat dalam

bahasa. Sebab perspektif tradisi yang kita gunakan untuk memahami dunia

terdapat dalam kata-kata. Oleh karena itu, Gadamer berpendapat bahwa bahasalah

yang menyediakan cara kita memahami pengalaman kita. Dengan kata lain, dalam

komunikasi, hubungan terjadi bukan semata-mata interaksi antarpersonal,

melainkan hubungan triadik, yaitu hubungan interaksi antarpersonal dan bahasa.

Dengan cara ini, Gadamer menganggap bahwa fenomenologi dan hermeneutika

merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan.

Gadamer berpendapat bahwa sebuah komunikasi tidak hanya tergantung

pada bahasa saja, tetapi tergantung pada dua individu yang saling berinteraksi dan

juga bahasa yang digunakan. Gadamer membawa fenomenologi dan hermenetik

dalam satu proses fenomenologi atau pemahaman melalui pengalaman dan

hermentika atau interpretasi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Gadamer

menghabiskan banyak waktu dalam membicarakan pertanyaan, metode apa yang

tepat untuk melakukan pemaknaan (penafsiran) terhadap teks, dan bagimana

menerapkan pemaknaan. Hal ini dapat dijumpai pada isi bukunya yang berjudul

Truth and Method..

Dapat disimpulkan, hermeneutika Gadamer berada pada dua wilayah

kajian yaitu filsafat dan praktis (ontologis) hermeneutika. Berikut ini diuraikan

bagan khusus tentang hermeneutika Gadamer yang peneliti gunakan sebagai

rujukan utama dalam kajian teoritiknya.

Konteksi Historikalitas/Prasangka

Penafsir Teks (headline) Maksud Pengarang Linguistikalitas Hermeneutik

Bagan 1.2 Bagan Hermeneutika

22

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

Merujuk pada Buku Gadamer yang berjudul Truth and Metodh,

hermeneutik Gadamer lebih bersifat ontologis ketimbangan epsitemologis.

Gadamer mengawali dengan analisa hermeneutis pengalaman estetis. Analisis

tersebut mendasari analisis hakikat pemahaman hermeneutik. Baginya,

pemahaman selalu terikat dengan aspek historisitasnya dan tidak melakukan usaha

pemahaman dari kesadaran kosong. Aspek kesejarahan dan unsur-unsur subjektik

penafsir menjadi prasyarat usaha pemahaman.

Dalam penjelasan makna hermeneutiknya berikut adalah proporsisi yang

peneliti gunakan dalam menguraikan makna yang terembunyi di balik headline

yakni sebagai berikut ini:

1. Makna Historikalitas.

Proposisi historikalitas adalah penyadaran bagi subjek (interpretator teks)

dalam melakukan analisis (penafsiran teks) diharuskan untuk tidak terlepas

dari kajian pengalaman- pengalaman (historis) yang berkatian dengan teks.

Pemahaman Gadamer tentang sejarah tidak seperti pemahaman orang pada

umunya, yang menganggap sejarah adalah bagian dari teks ”mati” (teks mati

adalah pemahan positivistik yang beranggapan sejarah itu mati dan tidak

berkontribusi bagi masa kini atau masa depan). Bagi Gadamer, sejarah adalah

objek dinamis yang perlu dikaji oleh subjek dalam menentukan objektivitas

teks (objek).

Proposisi ini berangkat dari pemikiran Heidegger yang beranggapan dalam

penafsiran sejarah, diusahakan subjek melakukan visualisasi dan imajinasi

pemikiran. Gadamer mendefinisikan penjelasan tersebut adalah kerja

prasangka subjek. Subjek dalam mengalisis pengalaman diberi kesempatan

untuk melakukan prasangka atas sejarah teks. Menurut Heidegger, dalam

penafsiran sejarah, subjek tidak berangkat dengan otak kosong, subjek harus

berangkat dari prasangka, ide dan gagasan. Tanpa hal tersebut subjek tidak

bisa menggiring sejarah pada posisi dinamisasi. Karena pada intinya, kerja

hermeneutika adalah kerja dialogisasi. Oleh karena itu, sejarah harus dibentuk

sebagai objek dinamisasi melalui prasangka subjek. Prasangka subjek adalah

23

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

pertanyaan awal atas objek. Ingat, pertanyaan atau prasangka hanyalah proses

bukan akhir.

2. Makna Dialogis Dialektis

Propoisi ini menjadi hal yang penting dalam hermeneutika Gadamer dengan

alasan, pertama, melalui dialogisasi subjek dan objek mampu menghindari

pemahaman dogmatisasi atas kebenaran (menurut Gadamer,d ogmatisasi

adalah istilah haram dimliki oleh hermeneutikasian), kedua, dialog adalah

prasyarat utama dalam membahasakan teks, ketiga, dialog adalah prasayat

utama dalam menemukan titik tengah atas multitafsiran teks.

3. Makna Linguistikalitas

Bagi Gadamer, dalam hermeneutika bahasa menjadi kata kunci utama setelah

dialogisasi. Bahasa dalam pandangan Gadamer tidak seperti yang dipahami

oleh orang pada umumnya. Menurut Gadamer, bahasa adalah individu dan

struktur sosial (tradisi, budaya, norma, dan nilai). Bahasa berperan penting

bagi pembentukan perilaku subjek maupun teks. Oleh karena itu memahami

bahasa adalah memahami teks.

4. Makna Kebenaran (true conditions)

Sub makna dan kebenaran ini adalah sub penting bagi kita dalam memahami

hermeunitika Gadamer. Bagi Gadamer manusia tidak akan bisa menemukan

kebenaran sejati (kebenaran aksiomatik), sekalipun menggunakan filsafat

hermeunitika seperti yang diuraikan sebelumnya. Inilah inti dari ajaran

hermeunitika Gadamer. Pertanyaanya, jika tidak dapat menemukan kebenaran

lalu apa tujuan hermeunitika? Kenapa Gadamer mengatakan tidak ada

kebenaran sejati. Berikut penjelasan Gadamer.

The furnising of assertions is not an appropriate way of saying what onen means, because the language event of understanding holds together what is said with an infinity of what unsaid in the unity of one meaning, and in this way gives it to be said’ are brought in to language. The words will thereby express a relation ship to the totality of being, and allow it to enter in to language. In contrast to that, anyone who only repeats what has been said will unavoidably and without exception change the sense of what has been said, because precisely in the repestition of the un spoken context of meaning the original utterence disappears.

24

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

Apa yang ada di dalam pernyataan bukanlah cara yang tepat untuk

mengatakan apa yang dimaksudkan seseorang karena peristiwa pemahaman

bahasa sekaligus memuat apa yang dikatakan ketidakterbatasan dari apa yang tak

terkatakan dalam satu kesatuan dengan ketidakterbatasan dari apa yang tak

terkatakan dalam satu kesatuan makna, sehingga dengan cara demikian

membuatnya dapat dimengerti. Tepatnya dengan cara ini apa yang tak terkatakan

dan apa yang akan dikatakan sama- sama terkandung dalam bahasa. Maka kata-

kata akan mengungkapkan suatu hubungan tertentu dengan totalitas ada dan

membiarkannya masuk ke dalam bahasa itu sendiri. Sebaliknya, setiap orang yang

hanya mengulangi apa yang sudah dikatakan tersebut karena didalam setiap

pengulangan, ungkapan asli mengenai konteks makna yang tidak dibicarakan

menghilang (Agus Darmaji, 1999).

Sudah jelas, bagi Gadamer esensi kebenaran adalah relatif, yaitu

tergantung bagaimana orang menafsirkannya, dan dalam konteks mana teks itu

muncul. Ingat, kebenaran teks adalah kebenaran kontekstualitas bukan

universalisisme seperti kaum positivistik memahaminya. Oleh karena itu,

Gadamer mewajibkan kepada siapun, jika ingin memahami teks maka pahamilah

sejarah munculnya teks itu. Inilah kunci utama Gadamer dalam ilmu

hermeunitika.

Selain itu, kenapa kebenaran sulit dijumpai, yang tidak kalah penting

adalah karena keterbatasan manusia dalam mengusai teks itu. Dalam hal ini bukan

karena si penafsir tidak berusaha untuk memahami teks, tetapi karena teksnya

yang tidak totalitas menyampaikan alasan- alasan atas pesan yang disampaikannya

itu. Di sisilain, menurt Gadamer sesungguhnya si penafsir dan teks dalam proses

dialogis dialektis ada pihak ketiga yang mengatur makna dan bahasa. Pihak ketiga

itu Gadamer menyebutnya ”Roh”. Roh berperan mengatur settingan pikiran

manusia sebagai penafsir dan pembuat teks (pengarang). Sayangnya, Gadamer

tidak menyebutkan secara spesifik, siapa roh itu, dan seberapa besar intervensi roh

terhadap teks dan si penafsir dalam proses dialogis dialektis. Apakah sebagai

pengarah agar berfikir dan berdialektika, atau totalitas dalam mengarahkan teks

dan penafsir. Dalam tulisan ini penulis tidak bisa menyampaikan jawaban atas

25

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

pertanyaan tersebut. Hemat penulis, roh yang dimaksud oleh Gadamer adalah

tangan yang tidak kelihatan

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, data utama diperoleh dari

peneliti sendiri yang secara langsung pada sebuah data dari objek penelitian.

Penelitian ini dilakukan secara intensif tiap hari dengan menganalisis headline

berita pada surat kabar online/digital Media Indonesia selama bulan Juli 2011.

Data utama penelitian ini adalah berita headline pada halaman surat kabar

online/digital Media Indonesia. Untuk menjaga kurangnya data, maka penentuan

sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Hal ini dimaksudkan

untuk mentabulasi berita headline secara keseluruhan agar tidak ada berita yang

lepas.

2. Metode Penelitian

Hermeneutika sebagai sebuah kajian teoritisnya, yang pada penelitian ini

menggunakan hermeneutika Gadamer, maka pengaruh pemikiran fenomenologi

ini nantinya cukup kental dalam karya Gadamer yakni Wahrheit un Methode

(1960) atau Truth and Method dan atas “temuan”-nya ini Gadamer dipandang

sebagai tokoh filsafat hermenutika modern yang mengelaborasi penafsiran sebagai

usaha memahami realitas yang hakiki dalam konteks sejarah dan tradisi.6

Oleh karena Gadamer dianggap sebagai “bapak hermeneutika modern”

maka porsi pembahasannya cukup panjang lebar, terlebih lagi mengingat bahwa

hermeneutika Gadamer diadopsi para pakar untuk membangun teori komunikasi

(Deetz, 1976; Palmer, 1999). Dengan demikian, mengelaborasi bagaimana filsafat

hermeneutika berproses dan berdialektika menjadi teori komunikasi sangatlah

menarik dan sangat relevan dengan “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Sekaligus

6 Brice R Wachterhauser dalam Hermeneutic and Modern Philosophy disebutkan juga bahwa Gadamer menegaskan kalau kontemplasi metodikal berlawanan dengan pengalaman dan refleksi. Menurut Gadamer, manusia dapat meraih kebenaran hanya dengan mengerti atau bahkan menguasai pengalamannya. Oleh karena metode hermeneutika mengandalkan olah akal budi rasional dalam upaya memahami realitas/ontologi (menafsirkan teks) dan kontemplasi ini maka hermeneutika oleh Habermas disebut sebagai metode kritis (Wachterhauser, 1986: 243-276) dan oleh Ricoeur disebut sebagai “kritik atas ideologi” (Wachterhauser, 1986: 400).

26

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

melalui usaha elaborasi ini dipaparkan bagaimana proses terjadinya konsep dan

teori baru dalam ilmu komunikasi dalam hal ini hermeneutika dan bagaimana para

tokoh membangun teori ini secara induktif-logis.

Pengalaman, menurut Gadamer, tidaklah tetap, melainkan berubah-ubah;

dan pengalaman tersebut selalu menunjukkan perspektif waktu. Gadamer

menunjukkan pada kita bahwa kita tidak pernah dapat melangkah keluar dari

tradisi. Oleh karena itu, yang dapat kita lakukan adalah: berusaha atau mencoba

untuk memahami tradisi tadi. Konsep atau proposisi ini kemudian mengelaborasi

atau menguraikan gagasan tentang lingkaran hermeneutika. Bagi Gadamer,

sejarah bukanlah milik kita, tetapi kita adalah milik sejarah. Lama sebelum kita

bisa memahami diri kita (autos hepa), kita memahami siapa diri kita dalam cara

yang terbukti dengan sendirinya, yakni kita ada dalam keluarga, masyarakat,

negara, dan tempat tinggal kita (tradisi). Inilah yang disebut dengan “realitas

historis”. Konsep yang penting dalam pandangan Gadamer ialah bahwa Gadamer

melihat realitas sebagai sebuah teks.

Gadamer juga meyakini bahwa jika kita mengerti teks maka penasfiran

adalah metode atau jalan untuk mencapai pengertian yang ada di balik teks

tersebut. Dengan demikian, Filsafat Hermeneutik adalah kritis, bahkan cenderung

skeptis (salah satu sikap ilmuwan untuk tidak mudah percaya begitu saja). Ketika

kita menafsirkan teks, maka ada jarak waktu (dialektis). Teks mempengaruhi saya.

Terjadi proses dialektis antara teks dan saya, oleh karena itu, ada horizon. Teks

juga dimengerti dalam dialektis perpaduan horizon.

Jadi, tahap ini aktual tidak hanya pada zaman dulu. Di dalam upaya

memahami realitas sebagai teks: ada vorurteil (prejudice), praduga. Vorurteil ini

dipakai untuk membaca teks. Inilah syarat supaya pemahaman akan sebuah teks

terjadi.

Dengan demikian, menurut Gadamer, pengalaman individu selalu

hermeneutik, selalu berkembang dalam proses penafsiran. Karena itu, pengalaman

negatif dalam teks harus dipelajari dengan baik. Sejarah yang negatif, misalnya

Gerakan 30-S/PKI dan Tragedi Mei 1998, karena itu, menjadi penting. Mengapa?

Karena peristiwa tersebut merupakan “peristiwa sosial” yang dalam bahsa Ricour

27

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

disebut sebagai “symbol of evil” dan hanya dapat dipahami secara utuh-

menyeluruh dalam konteks sejarah. Sebagai contoh, teks) lagu “Genjer-Genjer”,

hanya dapat dimengerti secara purna apabila dikaitkan dengan peristiwa sosial

jelang G30S/PKI tahun 1965. Para saksi sejarah yang hari ini masih hidup lagu

tersebut adalah sebuah “teks” yang mengandung realitas ontologis yang apabila

ditafsirkan dalam konteks sejarah pada waktu itu akan menyingkap banyak hal.

Sebaliknya, bagi generasi sekarang lagu yang sama sebatas teks (tubuh) saja.

Demikian halnya dengan teks atau tulisan “Milik Pribumi” yang ditulis di

tembok, depan toko, ruko, atau barang-barang tertentu pada Kerusuhan Mei 1998.

Teks tersebut untuk saat ini “tidak berbunyi” apabila tidak dikaitkan dengan

sejarah atau peristiwa sosial pada saat itu. Amuk massa sebagai pelampiasan

kekecewaan dan dendam yang terpendam pada Pemerintahan Orde Baru

dilampiaskan pada kalangan nonpri, sehingga apa pun yang menyimbolkan nonpri

halal untuk dirusak dan dijarah; namun “milik pribumi” haram hukumnya untuk

diganggu, apalagi dirusak. Makna terdalam atau sensus plenior dari teks “Milik

Pribumi” hanya dapat dimengerti dalam konteks sejarah dan pengalaman kolektif

pada saat itu dan pendekatan hermeneutika dapat menjelaskan makna di balik

sebuah teks.

Dalam konteks itulah Gadamer berpandangan bahwa hermeneutika adalah

metode yang terus berproses dalam lingkaran historis sebagai usaha rasional untuk

memahami ontologis. Teks adalah realitas yang tampak, teks yang tampak

tersebut haruslah ditafsirkan dalam tiga dimensi:

1. psikologis,

2. struktur, dan

3. historis untuk menemukan kebenaran (realitas) yang sejati yang dalam

bahasa Thomas Aquinas disebut sebagai “anagogical level”, yaitu upaya

menemukan sensus plenior dari sesuatu.

Jadi, what is truth? Teks adalah petunjuk (clue) to something. Aletheia

(kebenaran) menampakkan diri dalam seluruh dialektis (interaksi antara aku-teks:

aku sebagai si penafsir dan teks sebagai objek yang ditafsir) dan agar sampai pada

pemahaman yang purna (sensus plenior) mengenai hakikat segala sesuatu yang

28

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

ada (being) maka interaksi aku-teks ini berlangsung dalam lingkaran

hermeneutika.

Bagan 1.3: Tampilan struktur spiral turun yang sama dengan tabel “siklus realistis hermeneutika”.

Sumber: http://www.friesian.com/hermenut.htm

Selain dengan kajian heremeneutika Gadamer, dalam thesis ini juga dilakukan

pendekatan dengan menggunakan analisis isi. Strategi yang lazim digunakan

adalah dengan membandingkan headline pada tiap kali muatannya pada surat

kabar online atau digital. Pada umumnya kajian ini membatasi cakupan pada teks

headline yang diteliti.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah analisis hermeneutika

Gadamer, yang terdiri dari beberapa tingkatan proporsi yakni historikalitas,

prasangka historikalitas, dialogisasi hermeneutika dan linguistikalitas

hermeneutik.

Berikut ini adalah tahapan analisis hermeneutika yang peneliti lakukan, antara

lain:

1. Mendefinikan objek analisis dan penelitian.

Objek analisis haruslah sesuatu yang memungkinkan kita untuk menguji

hipotesis sementara. Objek analisis untuk penelitian ini adalah pesan di

balik headline berita tentang Presiden SBY di surat kabar online/digital

Media Indonesia.

2. Mengumpulkan teks headline.

Hal ini dilakukan untuk mencari headline yang sesuai dengan objek analisis

yang terbit di media online/digital Media Indonesia selama bulan Juli 2011.

3. Mendeskripsikan teks headline.

29

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

Tahap awal dari analisis ini adalah menerangkan isi teks dengan cermat dan

sesuai proporsi analisis yang dipakai juga mendefinisikan semua unsur

yang terdapat pada teks headline tersebut.

4. Menafsirkan teks headline.

Melalui analisis hermeneutika Gadamer dan dengan beberapa proporsi

penafsirannya, maka akan diperoleh sebuah pesan dan mendiskusikan

makna yang masih diperoleh secara kolektif tersebut.

5. Membuat generalisasi.

Dari penafsiran yang membawa hasil makna dan pesan yang kolektif, maka

generalisasi adalah salah satu cara untuk memperoleh keseluruhan dari

pesan dan makna dari realitas yang diangkat dalam penelitian ini.

6. Membuat kesimpulan.

Melalui bagian ini akan dibandingkan temuan analisis dengan hipotesis

yang kita pakai diawal penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini tentunya

berpatokan pada kebutuhan analisa. Adapun metode pengumpulan data yang

dilakukan adalah:

2. Penelitian pustaka (library research) atau studi literatur. Dengan jalan

mempelajari dan mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan

permasalahan yang dikaji.

3. Pengamatan (observasi), dengan mengamati secara langsung kondisi yang

memiliki relevansi terhadap permasalahan yang dikaji.

4. Dokumentasi, pengumpulan data-data dari surat kabar online/digital

Media Indonesia.

Teknik pemilihan headline pada surat kabar online atau digital Media

Indonesia, peneliti cenderung memilih teknik cuplikan yang bersifat selektif,

menggunakan pertimbangan-pertimbangan terkait data penelitian berdasarkan

konsep teoritis yang digunakan, keinginatahuan peneliti, karakteristik empiris dan

lain-lainya.

30

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

Cuplikan ini dikenal dengan istilah internal sampling karena data yang

diambil mewakili dari informasinya dengan kelengkapan dan kedalamannya

(Sutopo, 2002: 55). Jadi sampel headline dipilih berdasarkan tujuan yang hendak

dicapai, dalam hal ini ketercukupan informasi terkait dengan ciri headline pada

media online pada berita.

5. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian ini didasarkan pada headline

berita surat kabar online/digital Media Indonesia yang memuat berita tentang

Presiden SBY. Penggunaan analisis hermeneutika ini adalah berusaha bagaimana

membongkar ideologi atau pesan komunikasi di balik headline pemberitaan

Presiden SBY. Penelitian ini bisa juga disebut penelitian interpretatif. Karena data

hasil yang dikumpulkan merupakan interpretasi terhadap data dari objek

penelitian.

H. Manfaat Penelitian

Akhirnya harapan dari rencana penelitian ini secara deskriptif memberikan

beberapa poin penting dalam mengungkap sisi analisisnya terhadap methodologis

dan sosial, antara lain adalah sebagai berikut:

Teoritis/Akademis, dengan menggunakan analisis wacana kritis, terlebih

lagi dengan mengikuti paradigma kritikal seperti yang ada dalam rencana

penelitian ini, benar-benar ditemukan realitas yang tersembunyi atau realitas maya

(virtual reality) di balik (sebuah) teks (discourse) berupa “fakta sosial” pembuat

wacana berupa bermacam kepentingan ideologis (politis), ekonomis (pasar),

idealis, dan politik praktis. Hal ini mengajarkan bahwa teks adalah hasil bentukan

secara sadar atas pertimbangan-pertimbangan atau motif-motif ideologis,

ekonomis, idealisme dan politik praktis.

Secara teoritis hal ini memberi implikasi bahwa dalam memahami dan

mempelajari isi media dari aspek teknik belaka jelas tidak memadai lagi.

Penjelasan tentang isi media harus menyentuh “fakta-fakta sosial” yang potensial

masuk kedalam teks tersebut, baik itu aspek ideologis, politis, ataupun ekonomis.

Temuan ini juga memberi implikasi pada pendidikan dan pelatihan jurnalistik

31

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

khususnya dan wacana umumnya. Bahwasanya pembelajaran hermeneutika

(penafsiran) dengan penekanan pada aspek teknis saja sebagaimana telah lazim

dilakukan, sudah harus disempurnakan dengan strategi pengemasan pesan secara

komprehensif yang memperhitungkan sisi pembaca serta respon publik yang akan

muncul. Sehingga muncullah istilah “kesadaran berwacana” agar menyadari

dengan baik atas karya yang dihasilkannya.

Metodologis, untuk dapat mengungkapkan “fakta sosial” di balik teks

dengan mengikuti semangat paradigma hermeneutika, ternyata diperlukan

penggunaan methodologi yang berganda (multi-level analisis). Secara

methodologis, tahapan dalam penelitian ini bisa diterapkan untuk menemukan

fakta sosial di balik berbagai macam peristiwa seperti periklanan, hubungan

masyarakat, retorika, komunikasi kelompok maupun organisasi.

Sosial, hasil penelitian ini menandakan bahwa media massa kita belum

turut serta secara aktif membangun kualitas fakta kehidupan; tetapi masih lebih

suka menceritakan struktur luar (kulit ari) dari kejadian yang dilakukan oleh atau

yang menimpa pada sebuah media.

I. Limitasi Penelitian

Penelitian yang berjudul “Makna di Balik Headline Berita” ini merupakan

penelitian kualitatif eksploratif. Peneliti menggunakan metode analisis

Hermeunitika Gadamer. Kemudian peneliti akan mengekplorasi dan menganalisis

surat kabar online Media Indonesia yang didapati headline tentang Presiden SBY

pada kurun waktu 1 bulan yakni selama bulan Juli 2011.

Penelitian ini dibuat untuk memenuhi salah satu kebutuhan penelitian

hermeneutika pada bidang ilmu komunikasi. Apabila dalam proses pengkajiannya

didapati mendalami bidang kajian ilmu lain (non komunikasi) baik secara

metodologis dan teori yang dipakai, maka semuanya itu dikembalikan pada tujuan

dari interaksi sebuah ilmu. Sebagai penelitian kualitatif eksploratif, maka

penelitian tidak bisa menghindari perspektif dari beberapa ahli yang tertarik pada

kajian komunikasi yang lain, sehingga definisi dan pengertian komunikasi

menjadi semakin banyak dan beragam. Masing-masing mempunyai penekanan

32

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

arti, cakupan, konteks yang berbeda satu sama lain, tetapi pada dasarnya saling

melengkapi dan menyempurnakan makna komunikasi sejalan dengan

perkembangan ilmu komunikasi.

J. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,

manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian, limitasi penelitian, serta

sistematika penulisan. Dalam bab ini peneliti berusaha merumuskan alasan

maupun tujuan dari fenomena yang ingin dibuktikan melalui penelitian ini.

Bab II Kaidah Redaksi Media Indonesia Online

Dalam bab ini dibahas mengenai gambaran umum sasaran penelitian,

yakni Media Indonesia online, yang meliputi sejarah media, idealism, praktik

pemberitaan sampai pada headline berita tentang Presiden SBY.

Bab III Relevansi Analisis Hermeneutika Gadamer

Dalam bab ini diuraikan teori dan analisis yang akan digunakan antara lain

tentang teori hermeneutika Gadamer, analisis dan kerangka piker hermeneutika,

serta relevansi heremneutika pada kajian teks, juga beberapa literatur teori

penelitian komunikasi lainnya yang nanti akan digunakan peneliti sebagai sebuah

konsep dan kerangka pemikiran.

Bab IV Analisa Dan Kajian Penelitian

Dalam bab ini akan menyajikan gambaran mengenai headline surat kabar

online Media Indonesia edisi bulan Juli 2011 yang meletakkan nama Presiden

SBY sebagai sumber headline-nya. Selanjutnya dalam bab ini terdapat analisa dan

kajian berdasarkan data-data dan temuan-temuan yang menunjang untuk

mencapai sasaran dan tujuan penelitian, berikut implikasinya. Kemudian akan

diuraikan makna di balik headline berita tentang Presiden SBY di surat kabar

online Media Indonesia.

Bab V Kesimpulan

33

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Media ...

Bab yang terakhir ini berisikan mengenai kesimpulan hasil pembahasan

dan saran-saran yang diberikan pada penelitian ini.

34