BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/68772/2/BAB I.pdfUntuk mewujudkan...

45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu usaha yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kualitas pendidikan di suatu Negara bisa dilihat dari kualitas sumber daya manusianya, karena lembaga pendidikan yang baik memiliki kualitas output yang baik pula. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang. 1 Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia secara holistik, yang memungkinkan ketiga dimensi kemanusiaan (afektif, kognitif, psikomotorik) dapat berkembang secara optimal. Pendidikan inilah yang menjadi investasi untuk masa depan, yang dampaknya akan dirasakan masyarakat bukan dalam jangka waktu yang pendek, tetapi akan terasa setelah sepuluh atau dua puluh tahun mendatang. Dengan demikian, menjadi hal yang lumrah apabila pemerintah Indonesia melakukan pemerataan pendidikan. Pemerataan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar dua belas tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui 1 Undang-Undang Standar Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/68772/2/BAB I.pdfUntuk mewujudkan...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu usaha yang sangat strategis dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kualitas pendidikan di suatu

Negara bisa dilihat dari kualitas sumber daya manusianya, karena lembaga

pendidikan yang baik memiliki kualitas output yang baik pula. Pendidikan

adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran atau pelatihan bagi peranannya di masa yang akan

datang.1 Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan harkat

dan martabat manusia secara holistik, yang memungkinkan ketiga dimensi

kemanusiaan (afektif, kognitif, psikomotorik) dapat berkembang secara

optimal.

Pendidikan inilah yang menjadi investasi untuk masa depan, yang

dampaknya akan dirasakan masyarakat bukan dalam jangka waktu yang

pendek, tetapi akan terasa setelah sepuluh atau dua puluh tahun mendatang.

Dengan demikian, menjadi hal yang lumrah apabila pemerintah Indonesia

melakukan pemerataan pendidikan. Pemerataan pendidikan diwujudkan dalam

program wajib belajar dua belas tahun. Peningkatan mutu pendidikan

diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui

1 Undang-Undang Standar Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003

1

2

olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga agar memiliki daya saing dalam

menghadapi tantangan global.

Sebuah negara dapat dikatakan sebagai maju salah satu indikatornya

adalah banyak memiliki warga negara yang berpendidikan dengan pendidikan

yang berkualitas. Sebab pendidikan itu sendiri identik dengan perkembangan

zaman, dan persaingan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu pendidikan salah

satu faktor dalam menunjang suatu negara untuk terus bisa berkembang dan

maju. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang

tertuang dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 yaitu “Pendidikan Nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia,

sehat, berilmu, cakap, kratif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab”.

Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, dalam tatanan mikro

pendidikan harus mampu mengahasilkan sumber daya manusia yang

berkualitas dan professional sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum

dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 diatas, termasuk di dalamnya

kebutuhan dunia kerja dan respon terhadap perubahan masyarakat setempat.

Perkembangan kebutuhan masyarakat atas sumber daya manusia yang

berkualitas secara berlahan namun pasti semakin meningkat dari tahun ke

3

tahun. Hal ini sejalan dengan perkembangan tantangan dunia kerja yang tidak

hanya membutuhkan sumber daya manusia yang berorientasi untuk kebutuhan

dunia industri. Sumber daya manusia yang dibutuhkan saat ini adalah sumber

daya manusia yang memiliki kompetensi unggulan terutama dalam hal

kemampuan berfikir.

Berbicara masalah sumber daya manusia, sebenarnya dapat dilihat dari

dua aspek, yaitu aspek kuantitas dan kualitas. Pengembangan sumber daya

manusia merupakan pekerjaan penting yang membutuhkan waktu relative

lama, dan harus dilakukan melalui proses dengan sistem pendidikan yang

berkualitas. Masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia pada setiap jenis

dan jenjang pendidikan, baik dilihat dari segi proses maupun hasil. Ini bisa

dilihat dari lulusan siswa maupun mahasiswa yang masih sulit bersaing dalam

ajang kompetisi ilmiah, kesempatan kerja karena masih rendahnya kemampuan

teknis serta moral lulusan lembaga pendidikan nasional.2

Dengan adanya tuntutan tersebut, maka pemerintah akan berusaha

untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia, salah satunya melalui sumber

daya manusiaya. Karena sumber daya manusia dalam pendidikan (Pendidik

dan Tenaga Kependidikan) merupakan unsur aktif, sedangkan unsur lainnya

merupakan unsur pasif. Dengan demikian, pendidik dan tenaga kependidikan

merupakan unsur paling penting dalam sebuah lembaga pendidikan. Pendidik

dan tenaga kependidikan merupakan hal yang paling urgent dalam

2Nur Kholis, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT Grasindo, 2010), hlm. 260

4

meningkatkan mutu pendidikan. Pendidik merupakan salah satu unsur di

bidang pendidikan yang harus berperan secara aktif dan menempatkan

kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat

yang semakin berkembang.

Dalam hal ini, pendidik tidak hanya sebagai pengajar yang melakukan

transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan

transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan

pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Kedudukan pendidik sebagai

tenaga professional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional

dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang sesuai dengan UU No. 20

Tahun 2003 yang telah dijelaskan diatas.3

Menurut Janawi, pendidik dalam konteks pendidikan mempunyai

peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan karena pendidik menjadi

subjek terdepan dalam proses pelaksanaan pendidikan. Pendidik adalah sosok

yang langsung berhadapan dengan peserta didik dalam mentransfer ilmu

pengetahuan dan teknologi, sekaligus mendidik dengan nilai-nilai konstruktif.

Dengan demikian, pendidik mengemban misi dan tugas yang berat, sehingga

profesi pendidik dipandang sangat mulia.4

Berdasarkan pendapat Janawi diatas, pendidik sangat menentukan

keberhasilan siswa dalam belajar, karena berhubungan dengan siswa, guru

dituntut untuk memenuhi standar kompetensi yang memadai. Jika tidak siswa

3 Undang-Undang No.14 Tahun 2005 4 Janawi, Kompetensi Guru: Citra Guru Profesional, (Bandung:Alfabeta, 2011), hlm.

10

5

menjadi korban dan mengalami kerugian. Bahkan yang menanggung

kerugiannya bukan hanyalah siswa, melainkan masa depan bangsa dan negara.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwasannya menjadi

seorang pendidik haruslah memiliki kompetensi. Menurut Mulyasa dalam

bukunya Muhammad Fahturrahman yang dimaksud dengan kompetensi

pendidik adalah perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi,

sosial dan spiritual, yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi

guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik,

pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.5

Untuk menjadi seorang pendidik yang professional tidaklah mudah, karena ia

harus memiliki beberapa kompetensi keguruan. Beberapa kompetensi tersebut

adalah kompetensi kepribadian, kompetensi professional, kompetensi

pedagogik dan kompetensi sosial. Ketika seorang pendidik sudah memiliki

empat kompetensi tersebut, maka pendidik mampu menjalankan tugasnya

dengan professional.

Selain pendidik, faktor penting dalam keberhasilan pendidikan tidak

lain karena adanya tenaga kependidikan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI

No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional, “Tenaga kependidikan bertugas

melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan

5 Muhammad Fahturrohman, Sulistyorini, Meretas Pendidikan Berkualitas dalam

Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 110

6

pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan,

hal ini tercantum dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 Pasal 39 ayat 1”.6

Pendidik dan tenaga kependidik merupakan unsur penting dalam

sebuah pendidikan. Untuk itu, dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan

misi pendidikan nasional, diperlukan suatu acuan dasar (benchmark) oleh

setiap penyelenggara dan satuan pendidikan, yang antara lain meliputi kriteria

dan kriteria minimal berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggaran

pendidikan. Acuan dasar tersebut merupakan Standar Nasional Pendidikan

yang dimaksudkan untuk memacu pengelola, penyelenggara, dan satuan

pendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam rangka memberikan

layanan pendidikan yang bermutu. Selain itu, Standar Nasional Pendidikan

juga dimaksudkan sebagai perangkat yang berfungsi guna mendorong

terwujudnya transparansi dan akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan

sistem pendidikan nasional.

Pendidik dan tenaga kependidikan dalam prakteknya juga termasuk

dalam salah satu Standar Nasional Pendidikan. Standar pendidik dan tenaga

kependidikan sendiri adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik

maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Peraturan Pemerintah Nomor

19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa

pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen

6Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen

Pendidikan, (Bandung: ALFABETA, 2012), hlm. 233

7

pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan

mewujudkam tujuan pendidikan nasional.7

Kualifikasi akademis di atas dimaksud adalah tingkat pendidikan

minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan

ijazah dan atau sertifikat yang relevan, yaitu kualifikasi akademik minimum

Sarjana (S-1) atau Diploma empat (D-4) yang sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.8 Selain kualifikasi tersebut, seorang

pendidik juga harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi professional, dan kompetensi sosial. Dengan adanya kualifikasi

tersebut, maka pendidik dan tenaga kependidikan merupakan sebagai pihak

yang berkepentingan secara operasional dan mental yang harus disiapkan dan

ditingkatkan profesionalitasnya, karena dengan demikian maka kinerja mereka

bisa efektif. Apabila standar pendidik dan tenaga kependidikan sudah efektif,

maka tujuan pendidikan akan tercapai.

Semua sekolah untuk semua jenjang yang ada di Indonesia memiliki

keharusan untuk mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, terutama sekolah

yang berada dibawah kemetrian pendidikan dan kebudayaan agar mampu

menghasilkan lulusan yang diharapkan, termasuk Sekolah Islam Terpadu.

Sekolah Islam Terpadu merupakan sebuah lembaga pendidikan yang memiliki

kekhasan dalam beberapa aspek penyelenggaraan pendidikannya, yaitu

7 Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan

Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: Kaukaba, 2012), hlm. 197 8 Muhamad Mustari, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2014), hlm. 134

8

terdapat muatan Islam terpadu didalamnya. Untuk itu, menurut Muhab dkk,

Jaringan Sekolah Islam Terpadu menyusun format baru dalam pengelolaan

berupa standar mutu Sekolah Islam Terpadu. Standar mutu ini didasari

Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

yang selanjutnya menjadi rujukan bagi Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT)

sebagai lembaga pemberdayaan Sekolah Islam Terpadu Indonesia. Untuk

melahirkan Standar Mutu Sekolah Islam Terpadu. Dalam standar mutu

tersebut, Sekolah Islam Terpadu didefinisikan sebagai “Sekolah Islam yang

diselenggarakan dengan memadukan secara integrative nilai dan ajaran islam

dalam bangunan kurikulum dengan pendekatan pembelajaran yang efektif dan

pelibatan yang optimal dan kooperatif antara guru dan orang tua, serta

masyarakat untuk membina karakter dan kompetensi peserta didik.9

Standar mutu SIT dijabarkan dalam berbagai komponen standar

yaitu:(a) Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan;(b) Standar

Sarana dan Prasarana;(c) Standar pembiayaan;(d) Standar Kurikulum;(e)

Standar Pengelolaan Sekolah Islam Terpadu;(f) Standar Kerjasama;(g) Standar

Proses;(h) Standar Penilaian;(i) Standar Pembinaan Peserta Didik;(j) Standar

Pendidikan Agama Islam; dan(k) Standar Kompetensi Kelulusan Sekolah Islam

Terpadu.

Sekolah Islam Terpadu (SIT) adalah sekolah yang memadukan

kurikulum nasional dengan kurikulum keagamaan. Hal tersebut berimplikasi

9 Muhab dkk, Standar Mutu Sekolah Islam Terpadu, (Jaringan Sekolah Islam

Terpadu, 2010), hlm. 36

9

dengan adanya pertambahan mata pelajaran yang diajarkan serta jam

kepulangan sekolah yang semakin sore. Jam yang panjang di sekolah membuat

peserta didik maupun tenaga pendidik harus merelakan waktunya lebih banyak

dihabiskan di sekolah daripada di rumah maupun di lingungan masyarakat.

Terlepas dari polemik yang dihadapi oleh tenaga pendidik di Sekolah

Islam Terpadu untuk menjalankan tugas utamanya sebagai pendidik, tenaga

pendidik di Sekolah Islam Terpadu masih tetap dituntut untuk terus mengikuti

perkembangan serta kemajuan dunia pendidikan yang ada. Selain itu juga

terdapat tuntutan untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki.

Peningkatan kualitas ini tercantum dalam standar mengenai profil

pendidik dan tenaga kependidikan di SIT. Hal ini bertujuan untuk

meningkatkan mutu pendidikan, khususnya di Sekolah Islam Terpadu (SIT).

Dalam standar pendidik dan tenaga kependidikan SIT salah satu kompetensi

kepribadian yang harus dimiliki dan dicapai adalah dapat membaca Al-Qur’an

dengan fasih dan mampu menghafalkan Al-Qur’an, mampu meningkatkan diri

dengan mengikuti kegiatan tarbiyah, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi

hal-hal lainnya dan menjadi teladan dalam akhlaq mulia.10

Dari penjabaran kompetensi kepribadian diatas, hal itu pulalah yang

menjadikan ciri khas bagi pendidik dan tenaga kependidikan di SIT. Karena

seorang pendidik dan tenaga kependidikan akan menjadi contoh bagi siswa-

siswinya. Dalam perspektif Islam, sosok seorang guru adalah orang yang

10 Fahmi Alaydrois dkk, Standar Mutu Kekhasan Sekolah Islam Terpadu, (. Hlm. 16

10

mempunyai komitmen dengan landasan agamanya. Maka seorang guru

hendaknya berbicara yang baik dan benar, amanah, memiliki semangat untuk

belajar dan mencari ilmu, dan keluasan berfikir yang senantiasa dipraktikkan

dalam kehidupan sehari-hari.11

Sekolah Dasar Islam Terpadu Nur Hidayah dan Insan Mulia Surakarta

merupakan Sekolah Dasar Islam Terpadu yang berada di Surakarta yang

tergabung dalam Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia. Kedua

SDIT ini menerapkan standar mutu kekhasan Sekolah Islam Terpadu, dimana

di dalam standar mutu tersebut ada ke-khasannnya tersendiri dari pada Sekolah

Dasar Islam yang lainnya. Ke-khasan SIT pada pendidik dan tenaga

kepandidikannnya adalah diharuskan mempunyai bekal agama. Meskipun

hanya guru kelas taupun guru mapel selain PAI, namun di SIT diharapkan bisa

mendalami ilmu agama, karena seorang pendidik ataupun tenaga kependidikan

juga akan membantu anak dalam pembentukan karakter yang sesuai dengan

Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mulia dan Nur Hidayah Surakarta

dalam proses rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan akan

memperhatikan kepribadian seorang pelamar, karena dengan kepribadian akan

terlihat figurnya seorang pelamar tersebut. Kekhasan di SDIT Nur Hidayah dan

SDIT Insan Mulia Surakarta setiap kali open recruitment pendidik dan tenaga

kependidikan pasti ada syaratnya bisa membaca Al-Qur’an dan memiliki

11 Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2013), hlm. 240

11

akhlaq yang baik, persyaratan itu berlaku untuk semua pendidik ataupun tenaga

kependidikan, tidak hanya seorang pendidik saja yang bisa membaca Al-

Qur’an dan mempunya akhlaq yang baik.

Penentuan kualifikasi tenaga pendidik dan kependidikan di SIT

memiliki standar yang dibuat oleh JSIT dalam buku Standar Mutu Kekhasan

Sekolah Islam Terpadu se-Indonesia yang mana di dalamnya mengacu pada

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan. Selain itu standar ini mengacu pada Permendiknas No. 13 Tahun

2007 tentang Standar Kepala Sekolah dan Permendiknas No. 13 Tahun 2007

tentang Standar Akademik dan Kompetensi Guru. Tetapi setiap Sekolah Islam

Terpadu juga memiliki standar internal sendiri.

Oleh karena itu, dengan adanya standar internal yang berbeda pada

masing-masing SIT perlu diadakan evaluasi guna mengetahui sejauh mana

implementasinya di lembaga masing-masing. Evaluasi dan penilaian pendidik

dan tenaga kependidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk mengetahui

seberapa baik performa seseorang tenaga kependidikan dalam melaksanakan

tugas pekerjaannya dan seberapa besar potensinya untuk berkembang.

Performa ini mencakup prestasi kerja, cara kerja dan pribadi; sedangkan

potensi untuk berkembang mencakup kreativitas dan kemampuan

mengembangkan karir.

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik

untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan judul “EVALUASI

12

STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN

MODEL CIPP PADA SEKOLAH ISLAM TERPADU DI SDIT NUR

HIDAYAH SURAKARTA DAN SDIT INSAN MULIA SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2017/2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana evaluasi standar pendidik dan tenaga kependidikan dengan

model CIPP di SDIT Insan Mulia dan SDIT Nur Hidayah Surakarta tahun

pelajaran 2017/2018 ?

2. Apa analisis titik kelebihan dan kelemahan standar pendidik dan tenaga

kependidikan di SDIT Insan Mulia dan SDIT Nur Hidayah Surakarta tahun

pelajaran 2017/2018 ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah

mendeskripsikan:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan evaluasi standar pendidik dan tenaga

kependidikan dengan model CIPP di SDIT Insan Mulia dan SDIT Nur

Hidayah Surakarta tahun pelajaran 2017/2018.

13

2. Untuk mengetahui analisis titik kelebihan dan kelemahan standar pendidik

dan tenaga kependidikan di SDIT Insan Mulia dan SDIT Nur Hidayah

Surakarta tahun pelajaran 2017/2018.

Manfaat Penelitian

1. Teoritik

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran dalam dunia

pendidikan pada umumnya dan pendidikan Islam pada khususnya tentang

evaluasi standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah

islam terpadu.

2. Praktis

Penelitian ini akan menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi

yang ingin mengetahui lebih dalam tentang standar kompetensi pendidik

dan tenaga kependidikan di sekolah dasar islam terpadu.

D. Telaah Pustaka

Setelah melakukan penelitian terdahulu kemudian menemukan judul

yang relevan dengan penelitian ini antara lain :

1. Penelitian yang disusun oleh Warsono mahasiswa Universitas Sebelas

Maret, tesisinya yang berjudul: EvaluasiSistem Pembelajaran Islam

Terpadu Dalam Pembentukan Karakter dan Peningkatan Prestasi Siswa

dengan Model CIPP (Studi Kasus di SDIT Insan Kamil Karanganyar)

tahun 2016. Penelitian ini mengevaluasi sistem pembelajaran Islam

terpadu dalam pembentukankarakter dan peningkatan prestasi siswa

14

dengan model CIPP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) latar

belakang berdirinya SDIT Insan Kamil Karanganyar(konteks), (2) input

siswa yang masuk di SDIT Insan Kamil Karanganyar (input), (3)penerapan

sistem pembelajaran Islam Terpadu di SDIT Insan Kamil Karanganyar

dalam rangka pembentukan karakter siswa (proses), (4) mengetahui

penerapan sistem pembelajaran Islam Terpadu di SDIT Insan Kamil

Karanganyar dalam upaya peningkatan prestasi siswa (proses), (5)

pencapaian hasil belajar siswa (karakter dan prestasi) dari SDIT Insan

Kamil Karanganyar (produk), (6) parameter keberhasilan sistem

pembelajaran Sekolah Islam Terpadu di SDIT insan Kamil Karanganyar

(produk).Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pembelajaran islam

terpadu dapat membentuk karakter siswa dan meningkatkan prestasi siswa

dilihat dalam aspek konteks,input, proses dan produk. Relevansi penelitian

ini dengan penelitian yang akan dikaji adalah evaluasi menggunakan

metode CIPP. Perbedaannya adalah penelitian Warsono mengevaluasi

sistem pembelajaran Islam Terpadu, sedangan penelitian yang akan dikaji

meneliti tentang evaluasi standar pendidik dan tenaga kependidikan di

sekolah Islam Terpadu.

2. Penelitian yang disusun oleh Joko Triyanto mahasiswa Universitas

Muhammadiyah Surakarta, tesisnya yang berjudul: “Manajemen

Pengelolaan Sumber Daya Pendidikan di Madrasah Ibtida’iyah

Muhammadiyah Innovative Gonilan Kartosuro”. Penelitian ini berisi

15

tentang model pengelolaan sumber daya pendidik yang meliputi

kompetensi guru, proses belajar mengajar, kegiatan ekstrakulikuler, dan

sarana prasarana yang ada di Madrasah Ibtida’iyah Muhammadiyah

Innovative Gonilan Kartosuro. Hasil penelitian ini adalah analisis

manajemen pengelolaan sumber daya pendidikan di Madrasah Ibtida’iyah

Muhammadiyah Innovative Gonilan Kartosuro, (1) Kompetensi guru yang

bagus, (2) Metode proses belajar dan mengajar, (3) Sarana prasarana

memadai, (4) Kegiatan ekstrakulikuler. Relevansi penelitian Joko Triyanto

dengan penelitian yang akan dikaji berkaitan dengan pendidik dan tenaga

pendidik (sumber daya pendidikan), sedangkan perbedaannya adalah

penelitian Joko Triyanto mengkaji manajemen pengelolaan sumber daya

pendidik sedangkan penelitian yang akan dikaji adalah evaluasi pendidik

dan tenaga kependidikan.

3. Penelitian yang disusun oleh Sri Lestari mahasiswi Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga, tesisnya yang berjudul: “Manajemen

Pengembangan Sumber Daya Pendidik dan Tenaga Kependidikan di

Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Abu Bakar Yoyakarta”.

Penelitian ini berisi tentang manajemen pengembangan sumber daya

manusia pendidik dan tenaga kependidikan di Sekolah Menegah Pertama

Islam Terpadu Yogyakarta, fokus penelitiannya adalah manajemen

pengembangan sumber daya manusia pendidik dan tenaga kependidikan di

SMPIT Abu Bakar Yogyakarta, keberhasilan manajamen pengembangan

16

sumber daya manusia pendidik dan tenaga kependidikan di SMPIT Abu

Bakar Yogyakarta, faktor penghambat dan penghubung pengembangan

sumber daya manusia pendidik dan tenaga kependidikan di SMPIT Abu

Bakar Yogyakarta. Hasil penelitian ini adalah manajemen pengembangan

sumber daya manusia pendidik dan tenaga kependidikan di SMPIT Abu

Bakar Yogyakarta dengan beberapa tahapan yaitu : 1) Perencanaan

kegiatan : PKG, fungsional ketenagaan, pembagian tugas mengajar,

peningkatan profesi guru dan karyawan, pembinaan mental dan spiritual,

laporan ketenagaan, administrasi ketenagaan, usulan kenaikan pangkat,

supervise, usaha kesejahteraan guru dan karyawan, studi kelanjutan,

seminar, pelatihan, workshop, publikasi ilmiah, 2) Pengorganisasian :

guru/pendidik, tenaga kependidikan, kepala sekolah, pengawas dalam

mengelola pengemabangan sumber daya manusia pendidik dan tenaga

kependidikan, 3) Pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia

pendidik dan tenaga kependidikan, 4) Pengawasan yang dilakukan oleh

kepala sekolah dan pengawas. Relevansi penelitian Sri Lestari dengan

penelitian yang akan dikaji berkaitan dengan pendidik dan tenaga

kependidikan, perbedaannya adalah penelitian Sri Lestari mengkaji

menejemen pengembangan sumber daya manusia pendidik dan tenaga

kependidikan, sedangkan penelitian yang akan dikaji adalah evaluasi

standar pendidik dan tenaga kependidikan.

17

4. Penelitian yang di teliti oleh Ika Nur Shifiyana mahasiswi Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, tesisnya yang berjudul

“Manajemen Sumber Daya Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Sekolah

Tingi Agama Islam Yogyakarta (Analisis proses rekrutmen dan

pengembangan profesionalitas dosen dan tenaga kependidikan)”.

Penelitian in berisi tentang pentingnya sumber daya dosen dan tenaga

kependidikan yang ada di Sekolah Tinggi Islam Yogyakarta untuk

mencapai tujuan dari lembaga tersebut. Hasil penelitian ini adalah proses

rekrutmen dosen dan tenaga kependidikan di STAIYO dilakukan melalui

langkah-langkah berikut: a) menganalisis kebutuhan dosen dan tenaga

kependidikan, b) menentukan kriteria-kriteria yang diharapkan, c)

mengumumkan formasi lowongan dan syarat yang dipenuhi, d) melakukan

seleksi administrasi yang dilanjutkan tes wawancara bagi yang lolos

seleksi administrasi, e) menentukan hasil seleksi (dilakukan oleh ketua dan

dosen senior), dan f) mengumumkan hasil seleksi melalui surat. 2) upaya

pengembangan profesionalitas dosen dan tenaga kependidikan di STAIYO

ditempuh dengan cara berikut:a) setiap dosen diwajibkan membuat

jurnal/karya ilmiah/handout/diktat, b) mengadakan program stadium

general di setiap awal semester yang sekaligus sebagai pembukaan kuliah,

c) mengadakan workshop dosen dan tenaga kependidikan, d)

mengikutsertakan dosen dan tenaga kependidikan dalam diklat-diklat

kependidikan yang diadakan oleh lembaga eksternal, e)memberikan

18

kesempatan dan dukungan bagi para dosen dan tenaga kependidikan untuk

melanjutkan pendidikan kejenjang yang yang lebih tinggi baik dengan

biaya mandiri ataupun beasiswa. 3)faktor-faktor yang mempengaruhi

upaya pengembangan profesionalitas dosen dan tenaga kependidikan yang

terdiri dari dua faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor

pendukung terdiri dari: a)adanya kesamaan dan kejelasan visi misi,

b)adanya pemimpin yang bijaksana, c)adanya hubungan kerja dengan

lembaga-lembaga lain, d)adanya dukungan dari masyarakat luas, e)adanya

kebijakan yang bersifat desentralisasi pendidikan, f)tersedianya jumlah

dosen dan tenaga kependidikan yang cukup ideal. Sedangkan faktor

penghambat meliputi : a)minimnya dana, b)masih adanya dosen dan

tenaga kependidikan yang belum sepenuhnya mau mengembangkan diri

dan kompetensi yang dimiliki, c)sebagai dosen dan tenaga kependidikan

yang dimiliki kurang produktif. Relevansi penelitian Ika Nur Shiffiyana

dengan penelitian yang akan dikaji adalah sama-sama mengkaji pendidik

dan tenaga kependidikan, sedangkan perbedaannya adalah tesis Ika Nur

mengkaji manajemennya, sedangkan penelitian yang akan dikaji meneliti

tentang evaluasi pendidik dan tenaga kependidikan.

5. Penelitian dalam bentuk jurnal oleh Heather Glowocki & Donald G

Hackmam tahun 2016 dengan judul The Effectiveness Of Special

Education Teacher Evaluation Processes: Perspectives From Elementary

Principals. Penelitian ini menguji persepsi kepala sekolah dasar di Illinois

19

mengenai efektivitas sistem evaluasi distrik sekolah mereka untuk guru

pendidikan khusus dalam mempromosikan pengembangan profesional dan

akuntabilitas kinerja pekerjaan. Menggunakan kuesioner online, 330 dari

1.551 kepala sekolah dasar negara bagian menanggapi item yang berkaitan

dengan latar belakang pendidikan khusus mereka dan penilaian diri dari

kemampuan mereka untuk mengevaluasi guru pendidikan umum dan

khusus. Responden melaporkan sistem evaluasi distrik mereka agak efektif

dalam mengevaluasi guru pendidikan umum dan khusus. Kepala sekolah

yang memegang sertifikasi pendidikan khusus secara signifikan lebih

mungkin melaporkan kemahiran dengan memberikan umpan balik kepada

guru pendidikan khusus di tujuh bidang tanggung jawab utama yang

diidentifikasi oleh Dewan untuk Anak-Anak Luar Biasa.

6. Penelitian dalam bentuk jurnal Exceptional Children Vol. 82 Tahun 2015

oleh Leko, Melinda M, Marty T dkk dengan judul Envisioning the Future

of Special Education Personnel Preparation in a Standards-Based Era.

Para penulis mempertimbangkan masa depan persiapan tenaga

kependidikan khusus dengan menanggapi pertanyaan menyeluruh:

Kerangka apa yang mungkin digunakan pendidik guru sebagai dasar untuk

mempromosikan kinerja efektif guru pendidikan khusus sekarang dan di

masa depan? Dalam menjawab pertanyaan ini, mereka merangkum tren

saat ini dalam konteks pendidikan sekolah dan khusus (yaitu, Standar

Negara Inti Umum [CCSS], sistem dukungan multi-tier [MTSS]) dan apa

20

yang diminta konteks ini dari guru pendidikan khusus. Para penulis

mengusulkan model berbasis praktik untuk mendorong kinerja guru

pendidikan khusus yang efektif. Beralas dalam ilmu pembelajaran, model

tersebut memasukkan pendekatan dalam pendidikan guru yang selaras

dengan literatur ini. Implikasi untuk menerapkan model disediakan, yang

mengakui kendala saat ini di sekolah dan perguruan tinggi pendidikan,

untuk lebih mempromosikan model ini untuk mendorong kinerja yang

efektif.

7. Jurnal yang oleh Joyce VanTassel-Baska, Susan K.Johnsen tahun 2007

berjudul “Teacher Education Standards for the Field of Gifted Education:

A Vision of Coherence for Personnel Preparation in the 21st Century”.

Bidang pendidikan berbakat telah bekerja dari serangkaian standar,

awalnya dikembangkan oleh Dewan untuk Anak-anak Luar Biasa,

Asosiasi untuk Divisi Berbakat (TAG) (CEC-TAG) pada tahun 1985, yang

menyediakan lebih dari 100 standar untuk program-program untuk

memenuhi, banyak yang lebih fokus pada masalah pendidikan khusus dan

bahasa. Mengingat kelanjutan yang terus menerus dan signifikan dari

kelompok-kelompok tertentu yang menerima layanan pendidikan untuk

yang berbakat dan berbakat, itu penting bahwa standar menekankan

persiapan guru yang mendukung pembelajaran semua siswa berbakat dan

tidak hak beberapa kelompok atas orang lain (Asosiasi untuk Berbakat,

2001). Negara yang tidak memiliki mandat untuk mempersiapkan guru

21

dalam pendidikan berbakat atau hanya persyaratan minimal akan ingin

memeriksa standar-standar baru ini dan menggunakannya sebagai

pengaruh untuk mengubah peraturan dan kebijakan yang tidak memadai

yang melemahkan program dan layanan berkualitas untuk siswa berbakat

dan berbakat.

8. Penelitian dalam bentuk jurnal oleh Maimun Aqsha Lubis dan Ismail

Suardi Wekke tahun 2009 yang berjudul “Integreted Islamic Education In

Brunei Darussalam: The Hopes and The Challenges”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengindentifikansikan implementasi sistem pendidikan

islam terpadu dan untuk mengevaluasi faktor yang diperlukan untuk

mendukung sistem Pendidikan Islam Terpadu. Didahului dengan definisi

pendidikan islam terpadu, yaitu sebuah upaya untuk mengintegrasikan

antara subyek ilmu pengetahuan dan bukan pengetahuan (islam) yang

berlandaskan Al-Qur’an dan sunnah dalam rangka membentuk pola pikir

yang komprehensif sehingga siswa mampu mengimplementasikan nilai-

nilai islam dalam setiap aspek kehidupan. Penelitian ini merupaka

penelitian kualitatif untuk mengetahui implementasi Pendidikan Islam

Terpadu di Brunei Darussalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

model pendidikan Islam Terpadu di Brunei telah dirintis sejak tahun 1972

oleh commissioner of education Brunei yang membuat proposal mengenai

urgensi pendidikan Islam Terpadu di sekolah. Langkah ini kemudian

ditindaklanjuti dengan membuat kurikulum Islam Terpadu oleh

departemen pengembangan kurikulum Brunei sampai tahun 1985.

22

Terdapat beberapa aspek yang menentukan implementasi pendidikan Islam

Terpadu yaitu: guru, pengembangan dan distribusi buku, ketentuan yang

berlaku pada guru, aktivitas kurikulum. Sedangkan tantangan dan harapan

keberhasilan pendidikan Islam Terpadu ditentukan oleh: 1) Implementasi

pendidikan Islam Terpadu secara menyeluruh. Dalam hal ini tantangan

terbesar adalah bagaimana menciptakan lingkungan pembelajaran yang

kondusif bagi penerapan nilai-nilai islam dan semanagat berislam dalam

kehidupan siswa sehari-hari baik di sekolah maupun di rumah, 2)

Kapabilitas pendidikan dalam menyiapkan dan melaksanakan

pembelajaran di kelas yang bermuatan nilai-nilai islam.

E. Kerangka Teori

Standar pendidik dan tenaga kependidikan Sekolah Islam Terpadu

mengacu kepada Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar

Pendidikan Nasional. Selain itu juga, standar ini juga engacu pada

permendiknas No.13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah dan

Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru. Selain ketentuan perundang-undangan diatas, JSIT

mengembangkan standar pendidik dan teaga kependidikan dengan

berdasarkan kekhasan JSIT, sebagai berikut12:

12 Fahmy Alaydroes, Sukro Muhab dkk, Standar Mutu Kekhasan Sekolah Islam

Terpadu, (Jakarta, 2014), Hlm. 15-18

23

1. Standar Pendidik

a. Kualifikasi akademik pendidik minimal lulus S1 (sesuai bidangnya atau

serumpun)

b. Khusus untuk guru Al-Qur’an dimungkinkan lulusan SMA/MA dengan

hafalan 30 juz yang dibuktikan dengan sertifikat

c. Pendidik memiliki kompetensi profesional :

1) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang

mendukung materi pembelajaran

2) Menguasai kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran yang

diampu

3) Mengembangkan kurikulum sesuai dengan standar isi sekolah islam

terpadu

4) Mengembangkan dan mengintegrasikan materi pembelajaran dengan

nilai-nilai islam

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

d. Memiliki kompetensi pedagogik sesuai dengan prinsip-prinsip

pembelajaran dalam sistem pendidikan islam terpadu yaitu :

1) Menguasai karakteristik peserta didik

2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai

dengan nilai islam

3) Mampu menganalisis kurikulum untuk menentukan perencanaan

pembelajaran

4) Melakukan kegiatan pembelajaran yang islami

24

5) Penggembangan kompetensi peserta didik

6) Melakukan interaksi edukatif dengan peserta didik

7) Melakukan penilaian dan evaluasi pembelajaran secara holistik

e. Memiliki kompetensi kepribadian islam yaitu :

1) Menjadi teladan dalam aklaq mulia

2) Mampu meningkatkan diri dengan mengikuti kegiatan tarbiyah secara

rutin

3) Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi hal-hal yang merusak diri

4) Dapat membaca Al-Qur’an dengan tartil

5) Mampu menghafalkan Al-Qur’an minimal juz 30

f. Mempunyai kompetensi kesalihan sosial

1) Menjadikan profesi pendidik sebagai misi dakwah berbasis

pendidikan

2) Mampu berinteraksi positif dengan warga sekolah

3) Mampu berinteraksi positif dengan orang tua siswa dan masyarakat

sekitar sekolah

4) Mampu berinteraksi positif dengan berbagai pihak dalam rangka

meningkatkan profesinya.

2. Standar Tenaga Kependidikan

a. Kepala Sekolah

1) Memenuhi standar kompetensi pendidik SIT

2) Memiliki pengalaman sebagai pendidik minimal 3 tahun di SITatau 5

tahun di sekolah lain

25

3) Memahami standar mutu SIT

4) Mampu melaksanakan fungsi kepala sekolah sebagai emaslime

(educator, managerial, administrator, supervisor, leader, innovator,

motivator, entrepreneur)

5) Mampu memimpin misi dakwah berbasis pendidikan di sekolah

6) Memiliki visi pengembangan pendidikan islam di masa depan

7) Mampu membangun jejaring dengan berbagai pihak dalam dan luar

negeri.

b. Tenaga Tata Usaha, Labiratorium, Perpustakaan dan UKS

1) Kualifikasi akademik minimal lulusan D3 (sesuai bidangnya atau

serumpun)

2) Memiliki kompetensi professional sesuai dengan bidang tugasnya

3) Memiliki kompetensi kepribadian islam

a) Menjadi teladan dalam akhlaq mulia

b) Mampu meningkatkan diri dengan mengikuti kegiatan tarbiyah

c) Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi hal-hal yang merusak diri

d) Dapat membaca Al-Qur’an dengan baik

e) Mampu menghafal Al-Qur’an minimal 10 surat pendek.

4) Mempunyai kompetensi kesalihan sosial

a) Mampu berinteraksi secara positif dengan warga sekolah

b) Mampu berinteraksi secara positif dengan orang tua siswa dan

masyarakat sekitar sekolah

26

c) Mampu berinteraksi secara positif dengan berbagai pihak dalam

rangka meningkatkan profesinya.

c. Penjaga Sekolah, Petugas Keamanan, Tukang Kebun, Tenaga

Kebersihan, Sopir, Pesuruh

1) Kualifikasi akademik minimal SMP/MTs

2) Memiliki ketrampilan sesuai dengan bidangnya

3) Memiliki kompetensi kepribadian dalam islam

a) Menjadi teladan dalam akhlaq mulia

b) Mampu meningkatkan diri dengan mengikuti kegiatan tarbiyah

c) Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi hal-hal yang merusak

diri

d) Dapat membaca Al-Qur’an dengan baik

e) Mampu menghafal Al-Qur’an minimal 10 surat pendek.

4) Mempunyai kompetensi kesolihan sosial

a) Mampu berinteraksi secara positif dengan warga sekolah

b) Mampu berinteraksi secara positif dengan masyarakat sekitar

sekolah.

F. Metode Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian ini adalah menggunakan penelitian evaluative

yaitu suatu desain atau prosedur evaluasi dengan mengumpulkan dan

menganalisis data secara sistematis untuk menentukan nilai atau manfaat

dari suatu praktik. Nilai dan manfaat dari suatu praktik didasarkan dari

27

hasil penggumpulan data dengan menggunakan standar atau kriteri

tertetntu yang digunakan secara absolut maupun relative.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian evaluatif yang dirancang untuk

memperoleh informasi yang akurat tentang standar pendidik dan tenaga

kependidikan di SDIT Nur Hidayah dan SDIT Insan Mulia Surakarta.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

evaluatif kuantitatif dengan menggunakan model CIPP. Peneliti akan

menggunakan evaluasi CIPP untuk mengevaluasi standar pendidik dan

tenaga kependidikan di SDIT Nur Hidayah dan SDIT Insan Mulia

Surakarta dilihat dari contexs, input, process dan product pendidik dan

tenaga kependidikan. Context bilihat dari standar pendidik dan tenaga

kependidikannya, input diihat dari kompetensi pendidik dan tenaga

kependidikan, process dilihat dari kegiatan belajar mengajar dan output

dilihat dari nilai UN dan prestasi akademik maupun non akademik.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan keseluruhan cara atau kegiatan

yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian mulai dari

merumuskan masalah sampai dengan menarik kesimpulan. Pendekatan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah perpaduan penelitian

kuantitatif dan penelitian kualitatif, yaitu hasil dari penelitian kuantitatif

diinterpretasikan/dianalisi ke penelitian kualitatif.

28

4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di SDIT Nur Hidayah Surakarta jl. Pisang

No.12 Kerten, Laweyan, Surakarta dan di SDIT Insan Mulia Surakarta jl.

Duku VII, Rt 04/VI, Jajar, Laweyan, Surakarta.

5. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu

sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer

adalah sumber data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian

dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung

pada subjek sebagai informasi yang dicari.13

Dalam penelitian ini sumber primer adalah data yang diambil dari

lapangan, yaitu hasil dari wawancara dengan informan. Informan yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, kepala bidang SDM

yayasan Insan Mulia dan kepala bidang SDM yayasan Nur Hidayah.

Peneliti juga menggunakan kuesioner atau angket dalam pengumpulan

datanya, maka sumber data disebut responden yang meliputi pendidik dan

tenaga kependidikan.

Sedangkan sumber data sekunder ini digunakan untuk memperoleh

data lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek

penelitian. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data

laporan yang telah tersedia. Sumber data sekunder adalah data yang

diperoleh dari studi pustakaan berupa buku-buku, tesis serta sumber-

13Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007),hlm. 91

29

sumber lain yang berkaitan dengan standar pendidik dan tenaga

kependidikan.

6. Subjek dan Informan Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah narasumber utama yang dapat memberikan

informasi data yang dibutuhkan atau yang menjadi sasaran penelitian.

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian yaitu pendidik

dan tenaga kependidikan di SDIT Nur Hidayah Surakarta dan SDIT

Insan Mulia Surakarta.

b. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang dipandang mengetahui permasalahan

yang akan diteliti dan bersedia memberikan informasi kepada peneliti.

Dengan penelitian ini maka yang menjadi informan dalam penelitian

ini adalah Kepala Sekolah, kepala bidang SDM Yayasan SDIT Nur

Hidayah Surakarta dan SDIT Insan Mulia Surakarta.

7. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode yang digunakan dalam mengumpulkan data

dalam penelitian ini adalah :

a. Metode Wawancara

Menurut Burhan Bugin wawancara adalah suatu penelitian

yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan-keterangan tentang

30

kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian

itu merupakn suatu pembantu utama dari metode observasi.14

Menurut Lexy J. Moleong wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu.15

Metode ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh data

langsung tentang pendidik dan tenaga kependidikan dari kepala

bidang SDM yayasan Nur Hidayah dan Insan Mulia Surakarta.

b. Metode Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang

menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah

dan bukan berdasarkan perkiraan.

Sebagian besar data yang terdapat dalam dokumentasi adalah

berbentuk surat-surat, catatan harian, cendera mata, laporan, dan

sebagainya. Sifat utama dari data ini tidak terbatas pada ruang dan

waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui

hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.16

14 Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2012)hlm.100 15Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2009),hlm.186 16Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2012)hlm.125

31

Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang telah

didokumentasikan seperti data pendidik dan tenaga kependidikan,

peraturan pendidik dan tenaga kependidikan, nilai kelulusan siswa di

SDIT Nur Hidayah dan SDIT Insan Mulia Surakarta.

c. Angket/Kuesioner

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.17 Sedangkan

menurut Sugiyono, angket adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang indikator

standar mutu pendidik dan tenaga kependidikan di SDIT Nur Hidayah

Surakarta dan SDIT Insan Mulia Surakarta tahun pelajaran

2017/2018. Metode ini dipilih karena unit analisisnya adalah sekolah

dengan jumlah subjek yang cukup banyak sehingga diambil sampel

yang dapat mewakili unit analisis tersebut. Angket digunakan untuk

mengungkap data yang berhubungan dengan input, proses. Dalam

penelitian ini digunakan beberapa jenis angket yaitu untuk kepala

sekolah, guru, tenaga administrasi, laboran, pustakawan, tenaga

keamanan dan tenaga kebersihan sekolah.

17Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan

R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm 199.

32

Dalam angket ini, setiap pertanyaan terdapat empat alternative

jawaban yaitu: selalu, sering, jarang dan tidak pernah. Cara penskoran

atau penilaian butir bergerak dari 4 ke 1, jawaban butir :

Selalu (SL) = 4

Sering (SR) = 3

Jarang (JR) = 2

Tidak pernah (TP) = 1

Tabel 1.1

Kisi-Kisi Instrumen Angket Pendidik Sekolah Dasar Islam Terpadu

No Variabel Indikator Jumlah No. Item

1.

Kompetensi

Pedagogik

Menguasai karakteristik peserta

didik.

2 1,2

Menguasai teori belajar dan

prinsip-prinsip pembelajaran yang

sesuai dengan nilai islam

2 3,4

Mampu menganalisis kurikulum

untuk menentukan perencanaan

pembelajaran

4 5,6,7,8

Melakukan kegiatan

pembelajaran yang islami

3 9,10,11

Menggembangkan potensi peserta

didik

2 12,13

Melakukan interaksi edukatif

dengan peserta didik

3 14,15,16

Melakukan penilaian dan evaluasi

pembelajaran secara holistik

2 17,18

2. Menjadi teladan dalam akhlaq

mulia

2 19,20

33

Kompetensi

Kepribadian

Tidak merokok dan tidak

mengkonsumsi hal-hal yang

merusak diri

2 21,22

Dapat membaca Al-Qur’an

dengan tartil

2 23,24

Mampu meningkatkan diri

dengan mengikuti kegiatan

tarbiyah secara rutin

2 25,26

Mampu menghafalkan Al-Qur’an

minimal juz 30

2 27,28

3.

Kompetensi

Profesional

Menguasai materi, struktur,

konsep dan pola pikir keilmuan

yang mendukung materi

pembelajaran

2 29,30

Menguasai kompetensi inti dan

kompetensi dasar mata pelajaran

yang diampu

2 31,32

Mengembangkan kurikulum

sesuai dengan standar isi sekolah

islam terpadu

2 33,34

Mengembangkan dan

mengintegrasikan materi

pembelajaran dengan nilai-nilai

islam

2 35,36

Memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi

2 37,38

4.

Kompetensi

Menjadikan profesi pendidik

sebagai misi dakwah berbasis

pendidikan

2 39,40

Mampu berinteraksi positif 2 41,42

34

Sosial dengan warga sekolah

Mampu berinteraksi positif

dengan orang tua siswa dan

masyarakat sekitar sekolah

2 43,44

Mampu berinteraksi positif

dengan berbagai pihak dalam

rangka meningkatkan profesinya.

2 45,46

Tabel 1.2

Kisi-Kisi Instrumen Kepala Sekolah

No Indikator Jumlah Soal No. Item

1 Memenuhi standar kompetensi

pendidik SIT

46 1-46

2 Memiliki pengalaman sebagai

pendidik minimal 3 tahun di SIT dan

5 tahun di sekolah lain

2 47,48

3 Memahami standar mutu SIT 2 49, 50

4 Mampu melaksanakan fungsi kepala

sekolah sebagai emaslim (educator,

managerial, administrator,

supervisor, leader, innovator,

motivator dan entrepreneur)

15 51,52,53,54,55,56,

57,58,59,60,61,62,

63,64,65

5 Mampu memimpin misi dakwah

berbasis pendidikan di sekolah

2 66,67

6 Memiliki visi pengembangan

pendidikan islam masa depan

2 68,69

7 Mampu membangun jejaring dengan

berbagai pihak dalam dan luar negeri

3 70,71,72

35

Tabel 1.3

Kisi-kisi Instrumen Angket Tenaga Kependidikan Sekolah Islam Terpadu

No Kompetensi Indikator Jumlah soal No.Item

1 Kompetensi

kepribadian

islam

Menjadi teladan dalam

akhlaq mulia

2 1,2

Mampu meningkatkan diri

dengan mengikuti kegiatan

tarbiyah

2 3,4

Tidak merokok dan tidak

mengkonsumsi hal-hal yang

merusak diri

2 5,6

Dapat membaca Al-Qur’an

dengan baik

2 7,8

Mampu menghafal Al-

Qur’an minimal 10 surat

pendek

2 9,10

2 Kompetensi

kesholihan

sosial

Mampu berinteraksi secara

positif dengan warga

sekolah

2 11,12

Mampu berinteraksi secara

positif dengan orang tua

siswa dan masyarakat

sekitar sekolah

2 13,14

Mampu berinteraksi secara

positif dengan berbagai

pihak dalam rangka

meningkatkan

Profesinya

2 15,16

3 Kompetensi

secara

umum

Kualifikasi akademik

minimal lulusan D3

2 17,18

Memiliki kompetensi

proesional sesuai dengan

bidangnya

5 19,20,21,22,

23

36

Tabel 1.4

Kisi-Kisi Instrumen Angket Penjaga Sekolah, Petugas Keamanan, Tukang

Kebun, Tenaga Kebrsihan, Sopir, Pesuruh Sekolah Dasar Islam Terpadu

No Kompetensi Indikator Jumlah soal No. Item

1 Kompetensi

kepribadian

islam

Menjadi teladan dalam

akhlaq mulia

2 1,2

Mampu meningkatkan

diri dengan mengikuti

kegiatan tarbiyah

2 3,4

Tidak merokok dan

tidak mengkonsumsi

hal-hal yang merusak

diri

2 5,6

Dapat membaca Al-

Qur’an dengan baik

2 7,8

Mampu menghafal Al-

Qur’an minimal 10

surat pendek

2 9,10

2 Kompetensi

kesholihan

sosial

Mampu berinteraksi

secara positif dengan

warga sekolah

2 11,12

Mampu berinteraksi

secara positif dengan

masyarakat sekitar

sekolah

2 13,14

3 Kompetensi

secara umum

Kualifikasi akademik

minimal lulusan

SMP/MTs

2 15,16

Memiliki ketrampilan

kerja sesuai dengan

bidangnya

5 17,18,19,20,21,

22,23

37

8. Uji Coba Instrumen

Uji coba merupakan salah satu langkah dalam pengembangan

instrumen. Langkah uji coba dilakukan untuk menjamin bahwa alat ukur

yang akan digunakan untuk melakukan pengukuran secara logis dan

empiris memenuhi standar psikometris sehingga apabila digunakan akan

memberikan hasil pengukuran yang sesuai dan dapat diandalkan. Uji coba

instrumen dlakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Pada

penelitian ini uji coba dilakukan di SDIT Taqiyya Rosyida Kartosuro.

a. Validitas instrumen

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh

mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan

fungsi ukur.18 Uji validitas pada penelitian ini dilakukan dengan cara

uji validitas empirik, yaitu uji coba yang dilakukan untuk mengetahui

keterdalaman instrumen disamping reliabilitasnya. Validitas empirik

digunakan untuk menguji construct validity yaitu untuk mengetahui

sejauh mana instrumen tersebut mengukur sifat bangunan pengertian

atau konstruk tertentu.

Menurut Azwar, istilah validitas empirik menunjuk pada

pengertian bahwa estimasi validitas dinyatakan oleh suatu angka atau

suatu koefisien, atau yang analisisnya dilakukan terhadap data yang

diperoleh secara empirik, yaitu dari score sekelompok subjek yang

18 Azwar, Reliabilitas dan Validitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 5

38

dikenai tes tersebut. Untuk menganalisis data emperik instrumen

dilakukan dengan metode Confirmatory Factor Analiysis (CFA)

dengan program bantuan Lisrel dan Exploratory Factor Analysis

(EFA) dengan bantuan program SPSS 20 yang berfungsi meyakinkan

peneliti bahwa konstruk telah benar-benar mampu mengukur konstruk

variabel.

Analisis faktor merupakan salah satu statistik multivariatif.

Tujuannya adalah untuk mengelompokkan data menjadi beberapa

kelompok sesuai dengan korelasi antar variabel. Pada penelitian ini,

analisis faktor digunakan untuk mengetahui pengelompokkan individu

sesuai dengan karakteristiknya, maupun untuk menguji validitas

konstruk. Dalam validitas konstruk dapat dilakukan dengan

menggunakan analisis faktor. Analisis faktor akan menampilkan hasil

ekstraksi butir-butir pertanyaan menjadi beberapa komponen yang

diinginkan peneliti. Prinsip yang digunakan yaitu menggelompokkan

data berdasarkan interkorelasi antarbutir. Sebuah butir/item dinyatakan

pembentukan faktor jika nilai korelasinya lebih besar sama dengan

0,50.

Dengan demikian, menurut Kusnendi tujuan utama dari analisis

faktor adalah untuk mengkonfirmasi model, yaitu model pengukuran

yang perumusannya berasal dari teori. Sesuai dengan hal itu, maka

permasalahan penelitian ini dalam kerangka analsis faktor peling tidak

39

akan membahas antara lain: 1) apakah indikator-indikator yang

dikonsepsikan secara unidimensional, tepat, dan konsisten dapat

menjelaskan konstruk yang diteliti, 2) Indikator-indikator apa yang

dominan membentuk konstruk yang diteliti.19

Sedangkan menurut Ghozali bahwa analisis faktor digunakan

untuk menguji apakah suatu konstruk mempunyai unidimensionalitas

atau apakah indikator-indikator yang digunakan dapat

mengkonfirmasikan sebuah konstruk atau variabel. Jika masing-asing

indikator merupakan indikator pengukur konstruk, maka akan

memiliki nilai muatan faktor yang tinggi. 20

Asumsi yang mendasari dapat tidaknya digunakan analisis

faktor untuk uji validitas konstruk menggunakan SPSS adalah data

matriks harus memiliki korelasi yang cukup. Uji Betlet of Sphericity

merupakan uji statistik untuk menentukan ada tidaknya korelasi antar

variabel. Semakin besar sampel, menyebabkan Betlet test semakin

sensitif untuk mendeteksi adanya korelasi antar variabel. Alat uji lain

yang digunakan untuk mengukur tingkat iterkorelasi antar variabel

adalah Kaiser-meyes-Olkin Meansure of Sampling Adequacy (KMO

MSA). Nilai KMO bervariasi dari 0 sampai dengan 1. Nilai yang

dikehendaki harus >0,50 untuk dapat dilakukan analisis faktor.

19 Kusnendi, Model Persamaan Struktural, (Bandung:Alfabeta, 2008), hlm. 98 20 Ghozali I, Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS, (Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro, 2009), hlm. 135

40

Analisis faktor dalam aplikasi SPSS akan mengelompokkan

indikator yang dianalisis menjadi beberaa faktor yang memiliki nilai

eigen >1. Tiap faktor akan berisi indikator-indikator yang

mengelompokkan pada faktor tersebut. Jika komponen matriks sulit

untuk diinterpretasikan, maka dapat dilakukan rotasi. Penggunaan

SPSS untuk menguji validitas konstruk dilakukan dengan

pertimbangan bahwa unit analisis penelitian ini adalah pendidik dan

tenaga kependidikan Sekolah Islam Terpadu dengan jumlah tidak

mencapai 200 orang (apabila lebih bisa menggunakan program Lisrel).

b. Reliabilitas instrumen

Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang

berasal dari kata rely dan ability. Reliabilits dapat juga diartikan

sebagai keterpercayaan, keterandalan, kestabilan dan konsistensi.,

namun ide poko yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah

sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Sedangkan

menurut Ghozali reliabilitas sebenernya adalah alat untuk mengukur

suatu suatu instrument yang merupakan indikator dari variabel atau

konstruk. Suatu instrument dikatakan riliabel atau handal jika jawaban

seseornag terhadap pernyataan adalah konsisiten atau stabil dari waktu

ke waktu.

41

Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara :

1) Repeated Meansure (pengukuran ulang): disini seseorang akan

disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda dan

diperbarui dan kemudian dilihat apakah ia tetap konsisiten dengan

jawabannya.

2) One shot (pengukuran sekali saja): disini pengukurannya hanya

sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain

atau mengukur korelasi menjawab pertanyaan. SPSS memberikan

fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistic Cronbroch

Alpha. Suatu instrument dikatakan reliabel jika memiliki nilai

Cronbroch Alpha >0,60.

Mengacu pada metode one shot, maka reliabilitas instrument

dalam penelitian ini diukur menggunakan Cronbroch Alpha dengan

bantuan program SPSS 20. Instrument memiliki reliabilitas tingi jika

alpha 0,61-0,80 dan sangan tinggi apabila alpha 0,81-1,00.

9. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh

responden atau sumber data lain terkumpul. Analisis data digunakan

untuk mengatur urutan data,mengorganisasikannya kedalam suatu pola,

kategori dan satuan uraian dasar.21 Analisis data dalam sebuah penelitian

merupakan bagian yang sangat penting karena dengan analisis data inilah

21Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 103

42

data yang akan nampak manfaatnya terutama dalam memecahkan

masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir dalam penelitian.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif kuantitatif yang secara spesifik akan dikaitkan dengan tahap

pengembangan serta didasarkan pada jenis data dan teknik pengumpulan

data yang dilakukan. Analisis data hasil penelitian pendahuluan dilakukan

menggunakan kuantitatif deskriptif dengan narasi yang sesuai dengan

kepentingan penelitian. Sedangkan pada analisis data pada proses

dilakukan dengan deskriptif secara kuantitatif dan kualitatif.

Hasil data dari konstruk teoritik yaitu instrument yang telah diisi

oleh respon pendidik dan tenaga kependidikan kemudian dianalisi secara

kuantitatif yang meliputi: a) menghitung mean, presentase, statistic

deskriptif yang diperlukan, b) membuat table distribusi frekuensi lengkap

dengan kategorisasi dan presentasinya, c) menentukan kriteria standar

pendidik dan tenaga kependidikan. Untuk mengolah data deskriptif

digunakan excel. Adapun data-data kualitatif berupa hasil pendalaman

melalui wawancara didiskripsikan secara naratif dan digunakan untuk

menjelaskan dan mendukung analisis secara kuantitatif.

Analisi data hasil uji coba instrument digunakan untuk mengetahui

validitas konstruk dan reliabilitas instrument dalam model CIPP. Uji

validitas dilakukan dengan menggunakan CFA dengan bantuan program

SPSS 20, sedangkan uji reliabilitas diketahui melalui parameter

43

Cronbroch Alpha dengan bantuan SPSS 20, rangkuman metode analisis

data dala penelitian ini adalah:

Rangkuman Metode Analisis Data

Metode Analisis

Data

Penggunaan

Statistic deskriptif

dengan program

excel

Menghitung mean, presentase dan penetapan

kriteria yang diperoleh dari penelitian

pendahuluan dan lembar penilaian instrument oleh

responden.

CFA dengan

program SPSS 20

Uji coba konstruk instrumen kompetensi pendidik

dan tenaga kependidikan yang diperoleh dari uji

coba penelitian.

Cronbroch Alpha

dengan program

SPSS 20

Uji reliabilitas instrument yang diperoleh dari uji

coba penelitian.

G. Sistematika Pembahasan

Guna memudahkan dalam sistematika isi pembahasan Tesis penelitian,

peneliti mencoba merincikan beberapa hal yang dianggap penting dalam

mengolah dan menyusun Tesis ini. Hal demikian juga untuk menghindari

berbagai kesalahpahaman dan kekuranggan dalam memahami maksud dibalik

penyusunan penelitian ini. Oleh sebab itu peneliti memetakan sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan. Pembahasan dalam bab ini meliputi: Latar

Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Telaah

Pustaka, Kerangka Teori, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan.

BAB II Landasan teori ini berisi tentang standar pendidik dan tenaga

kependidikan di Sekolah Islam Terpadu.

44

BAB III berisi tentang gambaran umum Sekolah Dasar Islam Terpadu

(SDIT) Nur Hidayah Surakarta dan Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)

Insan Mulia Surakarta. Pembahasan dalam bab ini meliputi tiga bagian yaitu,

bagian pertama memaparkan gambaran umum Sekolah Dasar Islam Terpadu

(SDIT) Nur Hidayah Surakarta yang meliputi identitas sekolah, letak

geografis, visi, misi dan tujuan sekolah, keadaan guru, keadaan pesertadidik

disekolah, serta struktur organisasi disekolah, sarana dan prasarana sekolah.

Bagian kedua memaparkan gambaran umum Sekolah Dasar Islam Terpadu

(SDIT) Insan Mulia Surakarta yang meliputi identitas sekolah, letak

geografis, visi, misi dan tujuan sekolah, keadaan guru, keadaan peserta didik

disekolah, serta struktur organisasi di sekolah, sarana dan prasarana sekolah.

Bagian ketiga memaparkan tentang context, input, process dan product

perkembangan dan evalusi standar pendidik dan tenaga kependidikan di SDIT

Nur Hidayah Surakarta dan SDIT Insan Mulia Surakarta tahun pelajaran

2017/2018.

BAB IV Analisis Data. Pembahasan dalam bab ini meliputi analisis data

tentang tentang contextstandar pendidik dan tenaga kependidikan, input

standar pendidik dan tenaga kependidikan, proses perkembangan pendidik dan

tenaga kependidikan dan product standar pendidik dan tenaga kependidikan di

SDIT Nur Hidayah dan SDIT Insan Mulia Surkarta tahun pelajaran

2017/2018.

45

BAB V Penutup. Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari peniliti,

implikasi, saran dan rekomendasi dari peneliti terhadap pihak-pihak terkait

dengan penelitian.