BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/6049/1/TITI INDRAWATI BAB...

15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menghadapi kemajuan di zaman sekarang ini. Ada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang hanya dipelajarinya, dan bukan hanya sekedar mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003). Kita harus menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah memperbaiki moral, lebih tegasnya yakni "memanusiakan manusia". Berbagai macam kurikulum telah dipergunakan di Negara kita tercinta ini yang tidak lain adalah untuk tercapainya tujuan-tujuan pendidikan yang telah teramanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada umumnya dan pada khususnya dalam perundang-undangan pendidikan yang telah dibuat oleh pemerintah. Pendidikan tidak lepas dari suatu istilah belajar dan mengajar. Artinya bahwa pendidikan mempunyai keterkaitan antara kedua istilah tersebut. 1 Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/6049/1/TITI INDRAWATI BAB...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/6049/1/TITI INDRAWATI BAB I.pdfbelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menghadapi

kemajuan di zaman sekarang ini. Ada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih

baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika

anak mengalami apa yang hanya dipelajarinya, dan bukan hanya sekedar

mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti

berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam

membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003). Kita harus menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah memperbaiki

moral, lebih tegasnya yakni "memanusiakan manusia". Berbagai macam

kurikulum telah dipergunakan di Negara kita tercinta ini yang tidak lain adalah

untuk tercapainya tujuan-tujuan pendidikan yang telah teramanatkan dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada umumnya

dan pada khususnya dalam perundang-undangan pendidikan yang telah dibuat

oleh pemerintah. Pendidikan tidak lepas dari suatu istilah belajar dan mengajar.

Artinya bahwa pendidikan mempunyai keterkaitan antara kedua istilah tersebut.

1

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/6049/1/TITI INDRAWATI BAB I.pdfbelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

2

(Sagala, 2010:13) berpendapat bahwa belajar adalah proses suatu organisme

berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman (Sagala, 2010:9)

mengemukakan bahwa mengajar adalah suatu proses membantu (mencoba

membantu) seseorang untuk memperlajari sesuatu.

Berdasarkan pengertian diatas pendidikan merupakan suatu usaha sadar

yang dilakukan oleh setiap individu yang harus dilaksanakan untuk membentuk

suatu karakter yang sudah dimiliki dirinya sejak lahir, serta mengembangkan

potensi yang sudah ada pada dirinya untuk mempersiapkan dirinya menghadapi

kemajuan zaman.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu sarana untuk

mencetak watak dan karakter genarasi muda Indonesia, yang tau hak dan

kewajibanya sebagai warga negara yang baik melalui pendidikan formal. Materi

yang diajarkan PKn adalah konsep-konsep nilai-nilai Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945 beserta dinamika perwujudan dan kehidupan masyarakat

Negara Indonesia. Sebagaimana menurut pandangan Cogan (1994:4) yang

mengartikan PKn atau civic education sebagai “…the foundational course work in

school designed to prepare young citizens for an active role in their communities

in their adult lives”, maksudnya adalah suatu pelajaran dasar disekolah yang

dirancang untuk mempersiapkan warganegara muda, agar kelak setelah dewasa

dapat berperan aktif dalam masyarakat.

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan sendiri merupakan suatu

laboratorium demokrasi awal bagi para siswa dalam memahami berbagai

persoalan di masyarakat. Salah satu tugas pendidikan kewarganegaraan yang

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/6049/1/TITI INDRAWATI BAB I.pdfbelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

3

utama adalah membentuk karakter warga Negara (nation character building) dan

pembinaan warganegara yang baik dan demokratis (good and democratic

citizenship). Tugas ini membutuhkan upaya professional dalam pengorganisasian

pendidikan kewarganegaraan untuk mampu menghubungkan dunia sekolah

dengan dunia luar sekolah atau dunia idealis dengan dunia realistis. Pendidikan

kewarganegaraan memiliki tujuan utama untuk mebentuk siswa yang memiliki

kemampuan untuk berpikir kritis, berfikir kreatif, mampu bertindak demokratis

dalam setiap aspek kegiatanya, memiliki tanggung rasa jawab negara baik

sebagai warga negara lokal, regional, nasional, maupun internasional, dan juga

dapat berperan serta dalam proses pengambilan keputusan. Pendidikan

kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai tujuan

menurut Winataputra, (Tukiran, 2009:17) menegasakan bahwa:

“Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk mengembangkan potensi

individu warganegara Indonesia, oleh sebab itu, diharapkan setiap individu

memiliki wawasan, watak serta keterampilan intelektual dan sosial yang

memadai sebagai warganegara. Dengan demikian, setiap warga negara dapat

berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai dimensi

kehidupan bermasyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, setiap jenjang

pendidikan harus mencakup pendidikan kewarganegaraan yang akan

mengembangkan kecerdasan peserta didik melalui pemahaman dan pelatihan

keterampilan intelektual”. Dengan mempertimbangkan karakteristik

pendidikan kewarganegaraan para siswa juga mampu mencakup ketiga

kompetensi pendidikan kewarganegaraan.

Berdasarkan pengertian di atas pendidikan kewarganegaraan merupakan

suatu pendidikan dimana setiap warga negara harus memiliki kemampuan dasar

serta wawasan yang luas sebagai warga negara yang baik. Selain itu, pendidikan

kewarganegaraan berperan sangat penting dalam kemajuan bangsa dan negara,

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/6049/1/TITI INDRAWATI BAB I.pdfbelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

4

sebab dari pendidikan kewarganegaraan inilah warga negara bisa tau dan paham

tentang kemampuan intelektual dan kemampuan sosial dari diri setiap

warganegara.

Menurut Branson, (1999:4) materi pendidikan kewarganegaraan harus

mencakup tiga komponen, yaitu Civic Knowledge (pengetahuan

kewarganegaraan), Civic skill (kecakapan kewarganegaraan) dan Civic Dispotition

(watak – watak kewarganegaraan). Komponen pertama Civic knowledge

“berkaitan degan kandungan atau nilai apa yang seharusnya diketahui oleh

warganegaranya” ( Branson, 1999:8). Aspek ini menyangkut kemampuan

akademik – keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teori politik, hukum dan

moral. Kedua, Civic skill meliputi keterampilan intelektual dan keterampilan

berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketiga, Civic

Dispossition (watak–watak kewarganegaraan) merupakan dimensi yang paling

subtantif dan esensial dalam mata pelajaran PKn. Dimensi watak

kewarganegaraan dapat dipandang sebagai “pusat” dari pengembangan kedua

dimensi sebelumnya. Dengan memperhatikan visi, misi dan tujuan mata pelajaran

PKn, karakter, sikap dan potensi lain yang bersifat afektif.

Dilihat dari segi permasalahan yang ada akan memfokuskan pada

kompetensi civic skill karena sangat berguna untuk melatih siswa agar siswa bisa

berfikir kritis dan aktif dalam berpartisipasi secara langsung. Komponen yang

hendak dikembangkan dalam mencapai tujuan pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan yaitu warga negara yang cerdas (memiliki pengetahuan

kewarganegaraan), terampil (berfikir kritis dam berpartisipasi), dan berkatakter

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/6049/1/TITI INDRAWATI BAB I.pdfbelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

5

(kepada bangsa dan negara, memiliki kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945). Pengetahuan dan keterampilan

kewarganegaraan merupakan basis bagi terbentuknya karakter kewarganegaraan.

Karakter kewarganegaraan berisikan sifat-sifat yang melekat pada diri setiap

warga negara dalam melakukan perannya sebagai warga negara, hal ini akan

terbentuk ketika pada dirinya telah terbentuk pengetahuan dan keterampilan

kewarganegaraan (Cholisin, 2003: 2).

Keterampilan kewarganegaraan (civic skill) yang dimiliki oleh siswa

misalnya dapat dilihat dari kemampuannya mengkritisi sebuah persoalan atau

permasalahan yang diberikan oleh guru. Siswa sebagai intelektual muda

seharusnya dapat memiliki kekritisan terhadap setiap persoalan ataupun masalah

yang diberikan oleh guru apalagi terhadap masalah-masalah yang sedang terjadi

pada saat ini, baik dalam skala nasional maupun lokal. Sebuah Permasalahan yang

biasa diberikan oleh guru untuk dipecahkan oleh siswa biasanya sulit diterima

oleh siswa itu sendiri, karena kurangnya kekritisan siswa saat proses pembelajaran

berlangsung. Kebiasaan yang terjadi setiap proses pembelajaran berlangsung, ada

kecenderungan kurangnya kekritisan siswa (sebagai bentuk civic skill), siswa

terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Siswa terkadang bersikap apatis

terhadap permasalahan-permasalahan yang diberikan oleh guru. Kecenderungan

itu dapat terlihat misalnya dalam pembelajaran di kelas, ketika dilontarkan

permasalahan terkait kepada siswa, siswa kurang memiliki antusiasme dalam

berpendapat atau kurang berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran.

Kekritisan siawa dalam proses pembelajaran sebenarnya dapat dikembangkan

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/6049/1/TITI INDRAWATI BAB I.pdfbelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

6

atau ditingkatkan dengan menerapkan strategi pembelajaran yang dapat

memunculkan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan di SMK Negeri 2

Banyumas menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran yang biasa digunakan

cenderung menggunakan ceramah, sehingga guru cenderung lebih banyak

menguasai keseluruhan proses belajar mengajar. Selain itu siswa SMK Negeri 2

Banyumas yang kebanyakan siswanya adalah laki-laki, dan proses pembelajaran

yang ada di SMK Negeri 2 Banyumas yaitu dilakukan di luar kelas pada saat

proses pembelajaran produktif (praktek di lapangan), dan proses pembelajajan

adaptif normatif yang dilakukan didalam kelas, namun berdasarkan hasil

observasi awal, siswa di SMK Negeri 2 Banyumas cenderung lebih menonjol

pada proses pembelajaran yang dilakukan ada di luar kelas (praktek lapangan)

namun pada saat pembelajaran di kelas siswa cenderung pasif, mereka mau

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran di kelas hanya apabila guru menunjuk dan

memberikan pertanyaan. Proses belajar mengajar sangat terpusat kepada guru,

artinya dalam proses pembelajaran yang lebih aktif gurunya dari pada Siswanya.

Kondisi semacam ini tentunya bukanlah kondisi yang ideal untuk mendapatkan

proses dan hasil belajar mengajar yang berkualitas. Proses belajar mengajar yang

ideal adalah apabila tercipta interaksi yang komunikatif antara guru dan siswa.

Guru memberikan stimulus dan siswa memberikan respon terhadap stimulus yang

diberikan oleh guru.

Melihat kondisi seperti itu maka perlu dilakukan pembelajaran khusus

untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/6049/1/TITI INDRAWATI BAB I.pdfbelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

7

baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang

sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. Dewasa ini banyak sekali pendekatan

pembelajaran yang diterapkan di sekolah sebagai langkah terobosan untuk

menanamkan dan menggali atau mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari diri

peserta didik. Pengajaran suatu nilai atau sikap hendaknya benar mampu

menyentuh kesadaran siswa itu sendiri dengan tertanam melalui logika

pembenaran yang dapat diterima siswa itu sendiri dan tertanam melalui logika

pembenaran yang dapat diterima oleh siswa, sehingga nilai tersebut menjadi milik

dan keyakinan yang tidak mudah berubah. Pelajaran PKn sebagai pendidikan

moral yang dapat membentuk karakteristik siswa sangat membutuhkan

pendekatan VCT (Value Clarification Technique) karena pendekatan ini dapat

menunjang pemantapan penanaman nilai-nilai sikap.

Melalui pembelajaran PKn siswa dapat belajar bagaimana bersikap dan

mengambil tindakan dalam bertingkah laku. Salah satu pendekatan yang

digunakan adalah VCT (Value Clarification Tecnique). Teknik mengklarifikasi

nilai (Value Clarification Technique) atau sering disingkat VCT dapat diartikan

sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan

suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses

menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. VCT (Value

Clarification Technique) dimaksudkan untuk “melatih dan membina siswa

tentang bagaimana cara menilai, mengambil keputusan terhadap suatu nilai umum

untuk kemudian dilaksanakannya sebagai warga masyarakat”. (Djahiri, 1979:

115)

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/6049/1/TITI INDRAWATI BAB I.pdfbelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

8

Ada beberapa fungsi dari VCT (Value Clarification Technique)

diantaranya adalah mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang

suatu nilai, membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik

yang positif maupun yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau

pembetulannya, menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional

dan diterima siswa sebagai milik pribadinya. (Djahiri, 1979: 115)

Penelitian menggunakan pendekatan pembelajaran VCT (Value

Clarification Technique) telah dilakukan oleh Baryono (2010) dan hasil

menunjukan straregi pendekatan pembelajaran VCT (Value Clarification

Technique) pada pembelajaran di SD Negeri 3 Berta, Kecamatan Susukan,

Kabupaten Banjarnegara berdampak positif dan mengalami kemajuan yang sangat

signifikan dalam hal pemahaman kecerdasan dan kedisiplinan. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Jandut Gregorius (2006) penggunaan pendekatan VCT

(Value Clarification Technique) berdampak pada hasil belajar siswa kelas V yang

menggunakan pendekatan VCT modifikasi lebih tinggi dari pada siswa kelas

yang menggunakan pembelajaran konvensional, dengan kata lain perbedaannya

sangat signifikan.

Permasalahan-permasalahan dimana siswa kurang menerapkan

kecakapan kewarganegaraan siswa, hal ini menarik peneliti untuk melakukan

penelitian di SMK Negeri 2 Banyumas. Berdasarkan latar belakang tersebut maka

penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Penggunaan

Pendekatan Pembelajaran Value Clarification Technique dengan Daftar/Matrik

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/6049/1/TITI INDRAWATI BAB I.pdfbelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

9

Untuk Meningkatkan Kecakapan Kewarganegaraan Siswa Pada Materi Demokrasi

di SMK Negeri 2 Banyumas.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah umum penelitian, yaitu:

Apakah terdapat perbedaan tingkat kecakapan kewarganegaraan siswa pada

materi demokrasi antara kelas yang menggunakan metode berbasis bagan/matrik

dengan metode konvensional? Secara khusus dirumuskan sub-sub penelitian

sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan kecakapan intelektual siswa (intellectual skill)

pada materi demokrasi antara kelas yang menggunakan pendekatan

pembelajaran VCT menggunakan bagan/matrik dengan kelas yang

menggunakan metode konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan kecakapan partisipatoris siswa (participatoris

skill) pada materi demokrasi antara kelas yang menggunakan metode

bagan/matrik dengan metode konvensional?

3. Apakah dengan penggunaaan pendekatan pembelajaran VCT menggunakan

bagan/matrik terdapat perbedaan kecakapan kewarganegaraanantara kelas

kontrol dan kelas eksperimen pada materi demokrasi?

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/6049/1/TITI INDRAWATI BAB I.pdfbelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

10

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pembelajaran PKn

berbasis bagan/matrik dengan model konvensional dalam meningkatkat

kecakapan siswa dalam materi demokrasi.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

a. Untuk mengetahui perbedaan kecakapan intelektual siswa dengan

penggunaan metode berbasis bagan/matrik dengan metode konvensional

antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen..

b. Untuk mengetahui kecakapan partisipatoris siswa dengan penggunaan metode

berbasis bagan/matrik dengan metode konvensional antara kelas kontrol

dengan kelas eksperimen.

c. Untuk mengetahui peningkatan kecakapan kewarganegaraan dengan

penggunaan metode berbasis bagan/matrik dengan metode konvensional

antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber referensi yang

relevan khususnya untuk kajian mata pelajaran PKn.

b. Dengan penelitian eksperimen menggunakan pendekatan pembelajaran VCT

(Value Clarification Technique) menggunakan teknik daftar/matrikini

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/6049/1/TITI INDRAWATI BAB I.pdfbelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

11

diharapkan dapat memperkuat penelitian yang sudah dikembangkan

sebelumnya.

c. Dengan adanya penelitian menggunakan pendekatan pembelajaran VCT

(Value Clarification Technique) menggunakan teknik daftar/matrik ini

diharapkan dapat menjadi acuan penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

terutama kepada siswa dan guru PKn dalam rangka membantu siswa dalam

meningkatkan kecakapan kewarganegaraan siswa.

a. Bagi Siswa

1. Siswa dapat meningkatkan kecakapan yang sudah ada pada dirinya melalui

pelajaran PKn.

2. Membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir.

3. Meningkatkan pemahaman siswa tentang sebuah nilai.

4. Memberikan motivasi dan pemahaman belajar kepada siswa untuk

meningkatkan kecakapan kewarganegaraan yang sudah dimilikinya melalui

pelajaran PKn.

b. Bagi Guru

1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran

PKn.

2. Membantu guru untuk memilih dan memperbaiki model pembelajaran agar

lebih praktis, aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/6049/1/TITI INDRAWATI BAB I.pdfbelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

12

3. Guru akan mendapatkan wawasan dan masukan tentang penggunaan

pendekatan VCT (Value Clarification Technique) menggunakan teknik

daftar/matrik untuk meningkatkan kecakapan siswa sehingga dapat diadopsi

penggunaanya sesuai dengan mata pelajaran dan kondisi lingkungan sekolah

sebagai upaya untuk meningkatkan kecakapan siswa.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kecakapan kewarganegaraan

siswa khususnya siswa SMK Negeri 2 Banyumas.

D. Definisi Operasional

1. Teknik Mengklarifikasi Nilai (Value Clarification Technique) menurut

Sanjaya (Taniredja, dkk. 2001 : 81-88) merupakan teknik pengajaran untuk

membantu siswa dalam mencari dan menentukan nilai yang dianggap baik

dalam menghadapi suatu persoalan melalui suatu proses menganalisis nilai

yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.

2. Kecakapan Kewarganegaraan (Civic skill) merupakan kecakapan yang

dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan, yang dimaksudkan agar

pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna, karena dapat

dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan berbangsa dan

bernegara. Kecakapan kewarganegaraan meliputi kecakapan-kecakapan

intelektual (intellectual skills) dan kecakapan partisipasi (participation skills).

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/6049/1/TITI INDRAWATI BAB I.pdfbelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

13

E. Indikator

Indikator Variabel VCT (Value Clarification Technique) (X).

Variabel Indikator

VCT (Value Clarification

Technique) (X)

a. Materi Pembelajaran VCT

a. Kesesuaian penerapan pendekatan VCT dalam materi

demokrasi dengan tingkat kemampuan siswa.

b. Materi pembelajaran demokrasi diangkat dari realitas

kehidupan siswa.

c. Pendekatan pembelajaran VCT bersifat aktual dan

sesuai dengan ilmu pengetahuan.

2. Pendekatan Pembealajaran VCT

a. Kesesuaian pendekatan VCT menggunakan

daftar/matrik pada materi demokrasi.

b. Variasi metode VCT menggunakan bagan/matrik.

c. Pendekatan VCT menggunakan bagan/matrik ini

menuntut siswa untuk berpartisipasi aktif dan

menerapkan nilai-nilai demokrasi dalam pembelajaran.

d. Pendekatan VCT menggunakan bagan/matrik ini

digunakan untuk meningkatkan kecakapan

kewarganegaraan siswa dalam materi demokrasi.

3. Media Pembelajaran VCT a. Menggunakan jenis media visual, audio dan audio

visual.

b. Kesesuaian media dengan tujuan dan materi

pembelajaran.

c. Keberfungsian media.

4. Sumber Pembelajaran VCT

a. Bentuk Sumber Pembelajaran:

1. Buku model-model pembelajaran inovatif.

2. Strategi Pengajaran Afektif-nilai-moral, VCT dan

Games dalam VCT.

b. Jenis Sumber Pembelajaran:

1. Sengaja direncanakan.

2. Sengaja dimanfaatkan.

5. Evaluasi Pembelajaran VCT

a. Penilaian belajar dan hasil belajar menggunakan VCT.

b. Penilaian oleh guru, siswa sendiri (self evalution), dan

siswa lain.

c. Tindak lanjut hasil penilaian

Sumber: Model-Model Pembelajaran Inovatif (Taniredja, dkk. 2011)

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/6049/1/TITI INDRAWATI BAB I.pdfbelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

14

Indikator

Indikator Kecakapan Kewarganegaraan Civic Skill) (Y).

Variabel Indikator

Kecakapan Kewarganegaraan (Civic

Skill) (Y) Pada Materi Demokrasi.

1. Kecakapan Kewarganegaraan

1) Kecakapan Intelektual

a. Kemampuan membaca dan memahami

informasi tentang demokrasi dan isu yang

ditemukan di media dan menerapkanya

melalui penggunaan pendekatan VCT

menggunakan daftar/matrik.

b. Kemampuan mengaktualisasi konsep

materi demokrasi dalam kehidupan

sehari-hari melalui pendekatan VCT

menggunakan daftar/matrik.

c. Mengevaluasi wacana tentang materi

demokrasi dan menerapkan nilai-nilai

demokrasi melalui pendekatan VCT

menggunakan daftar/matrik.

2) Kecakapan Partisipatoris

a. Keahlian partisipasi umum.

Bertanya, menjawab, berdiskusi saat

proses pembelajaran demokrasi

berlangsung.

Membangun koalisi, negosiasi, dan

kompromi.

b. Keahlian pemecahan masalah.

Menyelesaikan masalah pada saat

diskusi.

c. Partisipasi melalui kemampuan

menganalisis isu-isu publik,

kepemimpinan, kelompok mobilisasi, dan

komunikasi.

Melakukan simulasi tentang kegiatan:

kampanye, pemilu, melalui materi

demokrasi.

Sumber : Cholisin (2013)

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/6049/1/TITI INDRAWATI BAB I.pdfbelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

15

Indikator

Metode Konvensional

Variabel Indikator

Metode Ceramah Murni 1. Materi Pembelajaran ceramah Murni

a. Penerapan metode konvensional dalam materi

demokrasi.

b. Metode pembelajaran konvensional pada materi

demokrasi menggunakan ceramah murni.

2. Metode ceramah murni

aPembelajaran metode ceramah murni pada materi

demokrasi.

b.Metode ceramah murni ini biasa digunakan dalam

proses pembelajaran siswa.

c.Metode ceramah murni ini digunakan dalam

pembelajaran siswa pada materi demokrasi.

3. Media Pembelajarn ceramah murni

a. Menggunakan buku paket dan LKS sebagai media

pembelajaran.

4. Sumber Pembelajaran ceramah

a. Bentuk Sumber Pembelajaran:

1. Buku paket PKn

2. Buku Lembar Kerja Siswa (LKS)

5. Evaluasi Pembelajaran ceramah murni

a. Penilaian hasil belajar dari nilai ulangan harian, mid

semester, dan ujian semester.

Sumber: Buku Modul Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI-A

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013