BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/2845/2/Lintiya Devi Yulinda BAB...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/2845/2/Lintiya Devi Yulinda BAB...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gejala kecemasan baik yang sifatnya akut maupun kronik
(menahun) merupakan komponen utama bagi hampir semua gangguan
kejiwaan (psychiatric disorder). Secara klinis gejala kecemasan dibagi
dalam beberapa kelompok, yaitu: gangguan cemas (anxiety disorder),
gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder/GAD),
gangguan panik (panic disorder), gangguan phobik (phobic disorder) dan
gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder) (Hawari,
2001).
Perasaan cemas yang tidak segera ditangani secara cepat dapat
berkembang menjadi kronik (berat) kemudian dapat memicu adanya
ketegangan baik secara fisik maupun mental. Kemudian dapat berlanjut
pada gangguan organ vital tubuh seperti jantung, ginjal hingga bisa
menyebabkan kematian yang berkaitan dengan pola koping yang
maladaptif dari keluarga pasien dalam menghadapi kecemasan dan
perasaan stres yang mereka alami (Daniel, 2005).
Kecemasan masih menjadi masalah utama dan perlu
penanggulangan segera, karena dapat merugikan berbagai hal, baik materil
maupun non materil. Berdasarkan data yang diperoleh, lebih dari 23 juta
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
penduduk, kira-kira satu dari empat individu di Amerika Serikat
mengalami gangguan kecemasan setiap tahunnya. Gangguan kecemasan
menghabiskan 46,6 milyar dolar Amerika Serikat pada tahun 1990 dalam
biaya langsung dan tidak langsung, hampir 1/3 dari total biaya kesehatan
jiwa Amerika Serikat sebesar 148 milyar dolar. Penduduk yang mengalami
gangguan panik menghabiskan biaya besar untuk pelayanan kesehatan.
Suatu survei menemukan bahwa seorang pasien yang mengalami serangan
panik rata-rata melakukan 7 kali kunjungan medis dalam satu tahun.
Kurang dari 25% penduduk yang mengalami gangguan panik mencari
bantuan karena mereka tidak menyadari gejala fisik yang mereka alami
(Basil, 2014).
Gejala kecemasan meliputi fisik, emosi dan kognitif. Gejala fisik
meliputi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah, susah
tidur, mual dan muntah, kelelahan, telapak tangan berkeringat serta
gemetar. Respon emosional meliputi rasa lelah, mudah tersinggung,
merasa perlu bantuan, menangis dan depresi. Gejala kognitif meliputi
ketidakmampuan berkonsentrasi , mudah lupa, tidak perhatian terhadap
lingkungan (Schwartz 2000, dalam Purwaningsih 2010).
Bagi pasien, hospitalisasi terutama di ruang High Care Unit (HCU)
merupakan stresor yang dapat mempengaruhi kesembuhan pasien.
Ketakutan akan lingkungan asing, perawat berbaju putih, tindakan
keperawatan yang melukai, perpisahan dengan keluarga pasien atau orang
terdekat membuat mereka mengalami kecemasan. Kondisi kecemasan
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
yang berlebihan akan menghambat proses penyembuhan dan
menimbulkan trauma paska hosptalisasi. Hasil penelitian Sharon
Mckincley di Royal North Shore Hospital menunjukkan pada saat
penilaian kecemasan ada 35% mengalami cemas tingkat berat, 55%
mengalami cemas tingkat sedang, dan 45% mengalami tingkat ringan
(Mckincley, 2004).
Tindakan keperawatan untuk menangani masalah kecemasan
pasien dapat berupa tindakan mandiri oleh perawat seperti tehnik relaksasi
dan distraksi (Potter, 2005). Salah satu teknik distraksi yang digunakan
untuk mengatasi kecemasan pada pasien adalah dengan mendengarkan
musik klasik, karena teknik distraksi merupakan tindakan untuk
mengalihkan perhatian. Sedangkan teknik relaksasi terutama latihan nafas
dalam selama 3-4 kali sering dilakukan di rumah sakit dan dapat dilakukan
dimana saja baik dengan posisi duduk atau berbaring dalam posisi yang
menyenangkan sehingga dapat mengurangi kecemasan.
Kini telah banyak dikembangkan terapi-terapi keperawatan untuk
menangani kecemasan ataupun nyeri, salah satunya adalah terapi musik
yang dapat mengurangi tingkat kecemasan pada pasien. Terapi musik ini
terbukti berguna dalam proses penyembuhan karena dapat menurunkan
rasa nyeri dan dapat membuat perasaan klien rileks (Kate and Mucci, 2002
dalam Faradisi, 2012).
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
Terapi musik dapat menurunkan tingkat kecemasan pada pasien
yang dirawat diruang intensive unit. Pasien yang harus dirawat diruang
intensive unit salah satunya mengalami stress dan kecemasan, karena
pelaksanaan keperawatan yang dilakukan dan pola unit yang memiliki
instrumen yang lebih canggih dalam memantau pasien secara memadai
(Suhartini, 2008).
Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian di tahun 1996, Journal of
the American Medical Association melaporkan tentang hasil-hasil suatu
studi terapi musik di Austin, Texas yang menemukan bahwa setengah dari
ibu-ibu hamil yang mendengarkan musik selama kelahiran anaknya tidak
membutuhkan anestesi. Rangsangan musik meningkatkan pelepasan
endofrin dan ini menurunkan kebutuhan akan obat-obatan. Pelepasan
tersebut memberikan pula suatu pengalihan perhatian dari rasa sakit dan
dapat mengurangi kecemasan (Campbell, 2001 dalam Faradisi, 2012).
Pernyataan diatas didukung dengan studi pendahuluan yang
dilakukan oleh peneliti melalui observasi di Ruang HCU RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto yang memiliki 12 tempat tidur, monitor
setiap pasien, jarak antara tempat tidur pasien 2 meter dengan penyekat
korden untuk privasi pasien, jam kunjung sehari 2 kali yaitu jam 12.30 –
13.00 wib dan jam 16.30 – 18.00 wib. Berdasarkan jumlah pasien selama 3
bulan terakhir (November 2014, Desember 2014, Januari 2015) di Ruang
HCU yaitu sejumlah 142 pasien. Dari studi pendahuluan tersebut peneliti
menanyakan kepada 5 pasien yang di rawat di ruang HCU, 3 diantaranya
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
mengatakan merasa cemas. Hal ini ditunjukkan dengan keadaan pasien
yang gelisah, tanda-tanda vital yang tidak stabil, tidak didampingi orang
terdekat, pasien meringis, dan pasien menanyakan tentang penyakitnya.
Pasien juga cemas dengan lingkungan yang baru beserta alat-alat yang
berada di ruang tersebut maupun dengan tenaga medis. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Perbedaan efektifitas terapi musik
klasik dan relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan
pasien diruang High Care Unit (HCU) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto”.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat
perbedaan efektifitas Terapi musik klasik dan Relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien diruang High Care Unit
(HCU) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto? ”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
efektifitas Terapi musik klasik dan Relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan tingkat kecemasan pasien di Ruang HCU RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
2. Tujuan khusus.
a. Diketahui tingkat kecemasan pasien yang dirawat di ruang HCU
sebelum diberikan terapi musik klasik.
b. Diketahui tingkat kecemasan pasien yang dirawat di ruang HCU
sebelum diberikan relaksasi nafas dalam.
c. Diketahui tingkat kecemasan pasien yang dirawat di ruang HCU
sesudah diberikan terapi musik klasik.
d. Diketahui tingkat kecemasan pasien yang dirawat di ruang HCU
sesudah diberikan relaksasi nafas dalam.
e. Perbedaan efektifitas terapi musik klasik dan relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien yang dirawat
diruang HCU sebelum dan sesudah diberikan terapi musik klasik
dan relaksasi nafas dalam.
D. Manfaat Penelitian
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber
informasi dan pertimbangan bagi instansi kesehatan dalam
menentukan kebijakan yang berhubungan dengan terapi
nonfarmakologis untuk penurunan tingkat kecemasan pasien yang
dirawat di Rumah Sakit.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
2. Manfaat keilmuan
a. Bermanfaat bagi ilmu keperawatan sebagai evident based practice
khususnya bidang keperawatan kritis guna menanggulangi
kecemasan yang sering di alami pasien saat dirawat di rumah sakit.
b. Memberikan wawasan yang baru mengenai tehnik untuk
menurunkan tingkat kecemasan yang di alami pasien saat di rawat
dirumah sakit.
c. Hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan sebagai bahan bacaan dan sumber informasi bagi
peneliti selanjutnya.
3. Manfaat bagi pasien/keluarga
Mengurangi dan menghilangkan dampak kecemasan yang dialami
pasien selama menghadapi penyakitnya saat dirawat dirumah sakit dan
mempercepat proses penyembuhan pasien. Begitu juga bagi keluarga
pasien yang mengharapkan kesembuhan pasien.
E. Penelitian terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Faradisi pada tahun 2012 dengan
judul“Efektivitas terapi murottal dan terapi music klasik terhadap
penurunan tingkat kecemasan pasien pra operasi di pekalongan “ .
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektifitas
pada kedua terapi dalam menurunkan kecemasan. Jenis penelitian
quasi eksperiment, tipe pre test and post test design. Sample penelitian
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
adalah pasien fraktur ekstremitas di RSI Muhammadiyah Pekajangan.
Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.
Tehnik pengambilan data dengan cara observasi dan wawancara.
Analisa data menggunakan uji t-dependent (paired sample t test). Uji
beda tingkat kecemasan dengan terapi musik diperoleh nilai t hitung
sebesar 8,887 (p = 0,000 < 0,05). Artinya pemberian terapi musik
efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien. Uji beda tingkat
kecemasan dengan terapi murotal diperoleh nilai t hitung sebesar
10,920 (p = 0,000 < 0,05), artinya pemberian terapi murotal efektif
menurunkan tingkat kecemasan pasien. Uji beda tingkat kecemasan
dengan terapi musik dan murotal diperoleh nilai t hitung sebesar 2,946
(p = 0,000 < 0,05), artinya pemberian terapi murotal lebih efektif
menurunkan tingkat kecemasan pasien dibandingkan dengan terapi
musik.
Perbedaan penelitian ini adalah Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan terapi
musik dan murrotal. Sedangkan peneliti menggunakan Teknik
pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling. Peneliti
menggunakan terapi musik dan relaksasi nafas dalam.
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama ingin mengetahui
penurunan tingkat kecemasan pada pasien, variabel bebas terapi musik
klasik dan variabel terikat penurunan tingkat kecemasan.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
2. Penelitian yang dilakukan oleh Novianti tahun 2013 dengan judul
“Efektivitas mendengarkan bacaan al qur’an terhadap skor kecemasan
pada lansia di shelter dongkelsari wukirsari cangkringan sleman
Yogyakarta”.
Desain penelitian ini adalah Quasy experimental dengan pendekatan
Pre-Post Test Design with Control Group. Sampel berjumlah 37 orang
lansia yang telah memenuhi kriteria subyek penelitian yang dibagi
menjadi 2 kelompok. Kelompok intervensi 19 orang dan kelompok
kontrol 18 orang. Alat ukur penelitian ini menggunakan Hamilton
Rating Scale for Anxiety dan analisa data menggunakan uji paired t-test
dan independent t-test. Hasil penelitian dengan uji paired t-test
menunjukkan nilai signifikansi 0,005 (p<0,05) dan independent t test
sebesar 0,002 (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa
mendengarkan bacaan Al-Qur’an efektif dalam menurunkan skor
kecemasan pada lansia.
Perbedaan penelitian ini adalah Alat pengukuruan menggunakan HRS-
A. Penelitian ini menggunakan bacaan al qur’an. Analisa data
menggunakan uji paired t-test dan independent t-test. Sedangkan
peneliti menggunakan Alat pengukuran menggunakan FAS. Peneliti
ini menggunakan terapi musik klasik. Analisa data menggunakan chi
square.
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama ingin mengetahui
kecemasan.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
3. Penelitian yang dilakukan oleh abdul ghofur dan eko purwoko, 2007
dengan judul “Pengaruh teknik nafas dalam terhadap perubahan
tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I di pondok bersalin ngudi
saras trikilan kali jambe sragen” tujuan peneliti ini adalah mengetahui
pengaruh teknik nafas dalam terhadap perubahan tingkat kecemasan
pada pasien persalinan kala I. Sedangkan tujuan khususnya adalah :
Pertama, diketahuinya gambaran teknik nafas dalam, yaitu nafas
dengan irama pernafasan dalam pada pasien persalinan kala I. Kedua,
diketahuinya karakteristik tingkat kecemasan pada pasien persalinan
kala I. Penelitian menggunakan Desain penelitian ini adalah quasy
eksperimen dalam satu kelompok (One- Group pre test-posttest), di
mana kelompok eksperimen diberikan pre test sebelum di beri
perlakuan yang kemudian diukur dengan posttest setelah perlakuan.
Besarnya sampel 12 responden, tempat penelitian di Pondok Bersalin
Ngudi Saras Trikilan kali jambe sragen jawa tengah pada tahun 2007.
Teknik sampling dengan menggunakan teknik total sampling.
Kesimpulan penelitian ini adalah Penelitian dapat digambarkan ada
skala perbedaan tingkat kecemasan ke pasien sebelum diberi perlakuan
teknik relaksasi nafas dalam dan setelah diberi perlakuan teknik
relaksasi nafas dalam. Ada pengaruh yang signifikan dari memberikan
teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat kecemasan pasien skala
1. Jumlah responden berdasarkan umur di Klinik Ngudi Saras Trikilan
Kali Jambe Sragen sebanyak 3 orang berumur 20-25 tahun , 3 orang
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
berumur 26-30 tahun, dan sebanyak 6 orang yang berumur 30-35
tahun. Berdasarkan pekerjaan yang paling banyak bekerja sebagai ibu
rumah tangga 7 responden (58,33%). Berdasarkan riwayat persalinan
responden yang menjalani persalinan paling banyak yaitu persalinan
multigravida sebanyak 7 responden (58,33%), sedangkan yang
menjalani persalinan primigravida sebanyak 5 responden (42,33%).
Berdasarkan riwayat persalinan, semua responden belum pernah ada
yang melakukan persalinan dan ada juga yang sudah pernah
melakukan persalinan. Berdasarkan umur responden, banyak pasien
yang akan menjalani persalinan pada umur 20 – 25 tahun. Pasien yang
berada pada umur tersebut banyak yang mengalami tingkat kecemasan
berat yaitu sebanyak 3 responden (25 %), kecemasan dapat terjadi
pada semua usia, tapi lebih banyak terjadi pada usia lebih dewasa.
Sedangkan pada umur 26 – 30 lebih banyak mengalami tingkat
kecemasan berat yaitu sebanyak 5 responden (42, 33%).dan pada umur
26 – 30 hanya 1 responden (8,33%) yang mengalami kecemasan
sedang. Sedangkan pada umur yang lebih tua umur 31 – 35 tahun pada
penelitian ini lebih mengalami kecemasan sedang sebanyak 2 reponden
(16, 67%).
Perbedaan penelitian ini adalah Teknik sampling menggunakan total
sampling. Sedangkan peneliti ini menggunakan Teknik sampling
menggunakan consecutive sampling.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama ingin mengetahui
pengaruh teknik nafas dalam, sama-sama diobservasi..
4. Penelitian yang dilakukan oleh wellem, 2012 dengan judul penelitian
“Pengaruh orientasi terhadap tingkat kecemasan pasien yang di rawat
di ruang internal RSUD kabupaten papua barat” Sebagian besar klien
masuk tanpa persiapan dan tanpa perencanaan sebelumnya atau masuk
ke Ruang interne dalam keadaan darurat. Tujuan peneliti ini
mengetahui pengaruh orientasi terhadap tingkat kecemasan pasien
yang dirawat di Ruang Interna RSUD Kabupaten Papua Barat.
Penelitian menggunakan Desain penelitian ini adalah Pra-Eksperimen
dalam satu kelompok (One- Group Pra-test-posttest Design),
kelompok subyek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian
diobservasi lagi setelah intervensi. Pengujian sebab akibat dengan cara
membandingkan hasil pra-test dengan post test. Besarnya sampel
ditetapkan sejumlah 56 responden, tempat penelitian ruang interna
RSUD Kabupaten Papua Barat dan di analisis statistik hasil kuesioner
diskoring dan kemudian dilakukan pembandingan nilai antara sebelum
perlakuan dan sesudah perlakuan dengan uji statistic Wilcoxon Signed
Rank Test dengan tingkat signifikansi 𝛼 <0.05 bila hasil analisis
P<0.05 berarti Ho ditolak atau ada pengaruh orientasi terhadap tingkat
kecemasan.
Perbedaan penelitian ini adalah Desain penelitian pendekatan (One-
group pra test-posttest design). variabel bebas orientasi. Sedangkan
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
peneliti menggunakan pendekatan (pre-post test two group design).
variabel bebas terapi musik klasik dan relaksasi nafas dalam.
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama ingin mengetahui
kecemasan, sama-sama diobservasi, variabel terikat tingkat
kecemasan.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Ansoru Awaludin, 2013 dengan
Judul penelitian “Efektifitas Pendampingan Orang Tua Untuk
Mengurangi Kecemasan Anak Ketika Dilakukan Pemasangan Infus”.
Tujuan peneliti ini mengetahui efektifitas pendampingan orang tua
untuk mengurangi rasa cemas anak ketika dilakukan prosedur invasif
pemasangan infus. Penelitian ini menggunakan desain observasional
analitik dengan mengunakan rancangan penelitian case control.
Populasi semua pasien anak yang dirawat di Ruang Kenari RSUD
Ajibarang dan di Ruang Cemapaka RSUD. Dr. R. Goetheng
Tarunadibrata Purbalingga. Data pasien selama 3 bulan terakhir
(Oktober 2012, November 2012, dan Desember 2012). Teknik
pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
yang dibuat oleh peneliti berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang
telah ditentukan oleh peneliti. Alat ukur menggunakan Face anxiety
scale dan Analisa data menggunakan uji t-independen. Responden
yang didampingi dan tidak didampingi serta kategori usia prasekolah
dan sekolah berjumlah sama yaitu masing-masing 38 orang (50%).
Responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 42 orang (55,3%).
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
Posisi responden dalam keluarga mayoritas adalah anak pertama yaitu
sebanyak 33 orang (43,4%). Skor kecemasan tertinggi responden
adalah 2 (sedang) sebanyak 28 orang (36,8%). Pendampingan orang
tua efektif mengurangi kecemasan anak ketika dilakukan pemasangan
infus pada anak usia prasekolah dan usia sekolah.
Perbedaan penelitian ini adalah desain observasional analitik dengan
mengunakan rancangan penelitian case control. Sedangkan peneliti
menggunakan desain pra-eksperimen dengan menggunakan rancangan
penelitian pre-post test two group design.
Persamaan dengan penelitian ini sama-sama meneliti tentang
kecemasan, variabel terikat tingkat kecemasan, alat ukur menggunakan
FAS.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Arifah & Ida Nuriala Trise, 2012
dengan Judul penelitian “Pengaruh Pemberian Informasi Tentang
Persiapan Operasi Dengan Pendekatan Komunikasi Terapeutik
Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Ruang
Bougenville RSUD Sleman”. Tujuan peneliti ini untuk mengetahui
pengaruh pemberian informasi tentang persiapan operasi dengan
pendekatan komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan klien.
Peneliti ini menggunakan Desain penelitian pra-eksperimental dengan
pendekatan one- group pre-post test design. Jumlah sampel 45 orang
dengan teknik pemilihan sampel dengan cara consecutive sampling.
Data dikumpulkan dari pasien dengan menggunakan kuesioner tingkat
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
kecemasan yang dimodifikasi dari Taylor Manifest Anxiety Scale (T-
MAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 46,7%
responden mengalami kecemasan ringan, 51,1% mengalami
kecemasan sedang, dan kecemasan berat 2,2% sebelum pelaksanaan
pemberian informasi tentang persiapan operasi dengan pendekatan
komunikasi terapeutik. Setelah pelaksanaan pasien pre operasi tingkat
kecemasannya menjadi ringan 82,2%, tingkat kecemasan sedang 4,4%,
dan yang menjadi tidak cemas sebesar 13,3%. Penelitian ini dengan
menggunakan uji statistik Wilcoxon menunjukkan bahwa pemberian
informasi tentang persiapan operasi dengan pendekatan komunikasi
terapeutik mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menurunkan
kecemasan pasien (p = 0,00o; α = 0,05 dan z = -5,858).
Perbedaan penelitian ini adalah menggunakan pendekatan one- group
pre-post test design. Alat ukur menggunakan T-MAS. Sedangkan
peneliti menggunakan pendekatan pre-post test two group design.
Alat ukur menggunakan FAS.
Persamaan penelitian ini adalah penelitian ini sama-sama meneliti
tentang kecemasan, variabel bebas tingkat kecemasan, teknik
pengambilan sampel consecutive sampling.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015