BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Analisis... · Seiring dengan perkembangan dunia usaha, ......

111
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan kegiatan perekonomian suatu negara dapat dilihat dari perkembangan kegiatan usaha setiap perusahaan yang berusaha untuk memaksimalkan keuntungan dari setiap kegiatan usaha. Kegiatan usaha ini dilakukan dengan menggunakan seluruh sumberdaya perusahaan yang meliputi bahan baku, tenaga kerja, peralatan, teknologi, keuangan, dan manajemen. Seiring dengan perkembangan dunia usaha, perusahaan perlu untuk mengembangkan dan meningkatkan usahanya, namun karena keterbatasan modal sendiri, perusahaan perlu mempertimbangkan untuk menambah modal dari lembaga keuangan baik dari bank, koperasi, maupun BPR. Potensi hal seperti ini yang membuat perusahaan, orang, mupun UMKM berusaha melakukan perombakan untuk pemenuhan dana guna produksi dan pengembangan usahanya. ( Suyudi Mangunwiharjo, 1997 ) Lembaga keuangan sebagai suatu lembaga resmi tidak hanya bergerak sebagai lembaga aspek individu saja.tetapi juga sebagai motor menyeluruh dan mewakili aspek kinerja ekonomi juga, seperti halnya sebagai target dan penyalur kebijakn moneter, sebagai tempa transaksi pembayaran internasional, sebagai lembaga keuangan penyaluran kredit. Lembaga keuangan sendiri memilki 2 buah tugas menurut Gurley dan Shaw sebagai penjaga stabilitas

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Analisis... · Seiring dengan perkembangan dunia usaha, ......

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan kegiatan perekonomian suatu negara dapat dilihat dari

perkembangan kegiatan usaha setiap perusahaan yang berusaha untuk

memaksimalkan keuntungan dari setiap kegiatan usaha. Kegiatan usaha ini

dilakukan dengan menggunakan seluruh sumberdaya perusahaan yang

meliputi bahan baku, tenaga kerja, peralatan, teknologi, keuangan, dan

manajemen. Seiring dengan perkembangan dunia usaha, perusahaan perlu

untuk mengembangkan dan meningkatkan usahanya, namun karena

keterbatasan modal sendiri, perusahaan perlu mempertimbangkan untuk

menambah modal dari lembaga keuangan baik dari bank, koperasi, maupun

BPR.

Potensi hal seperti ini yang membuat perusahaan, orang, mupun

UMKM berusaha melakukan perombakan untuk pemenuhan dana guna

produksi dan pengembangan usahanya. ( Suyudi Mangunwiharjo, 1997 )

Lembaga keuangan sebagai suatu lembaga resmi tidak hanya bergerak

sebagai lembaga aspek individu saja.tetapi juga sebagai motor menyeluruh

dan mewakili aspek kinerja ekonomi juga, seperti halnya sebagai target dan

penyalur kebijakn moneter, sebagai tempa transaksi pembayaran internasional,

sebagai lembaga keuangan penyaluran kredit. Lembaga keuangan sendiri

memilki 2 buah tugas menurut Gurley dan Shaw sebagai penjaga stabilitas

2

ekonomi dan pengawas pembayaran internasional. ( Anwar Nasution, 1990 :

28 )

Setiap aktivitas ekonomi modal menjadi salah satu factor yang

berpengaruh besar dalam pergerakan awal mula berdirinya suatu usaha. Modal

sendiri terdiri dari 2 macam hal, yaitu modal sendiri dan modal pinjaman.

Mengapa modal menjadi sangat penting, karena dari modal inilah awal mula

mampu beroperasinya suatu usaha.

Namun dewasa ini dalam pencukupan modal usaha dirasa sangat sulit

dan berbelit-belit. Padahal dari keadaan sekarang ini kecukupan modal sendiri

dirasa tidak mampu mencukupi biaya operasional usaha itu sendiri. Maka

modal pinjaman menjadi salah satu alternatif terbaik untuk pemenuhan

kecupan modal.

Pada keadaan sekarang ini, proses pengambilan kredit sangat selektif

dalam pengucuranya. Lembaga keuangan sudah mewabah dan memboming

baik dari bank, BPR, koperasi. Dimana sekarang setiap pelosok ada cabang–

cabang dari lembaga keuangan seperti diatas, yang meraka bersaing untuk

mendapatkan pasar dan menguasainya. Sekarang ini kredit adalah hasil atau

laba yang dihasilkan oleh lembaga keuangan itu sendiri untuk kegiatan

operasionalnya.

Melihat potensi dan fenomena masalah seperti diatas, tentunya para

kereditur akan sangat selektif dalam pemilihan pengambilan kredit usahanya.

Karena dengan pengambilan kredit yang tepat akan berpengaruh besar pada

pergerakan usahnya, sehingga dari sisi pembayaran dan pelunuasa kredit dapat

3

dtata secara rapi dan sesuai dengan yang telah ditargetkan. Apalagi produk

kredit yang ditawarkan sangat kompleks dan bervariatif, sehinga para kreditur

harus mampu memilih tempat rujukan yang paling tepat unutk pengajuan

kredit.

Permasalah yang sekarang ini timbul adalah sejauh mana modal

pinjaman/kredit mampu memenuhi dan menutup kekurangan operasional dari

uasaha tersebut, serta bagaimana bentuk dari pinjaman modal yang tepat dan

mengenai sasaran sesuai dengan kebutuhan guna pembiayaan operasional

perusahaan.

Berdasakan dari latar belakang seperti yang terurai diatas, maka penulis

mengambil dan mengangkat penulisan skripsi dengan judul sebagai berikut:

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENGAMBILAN KREDIT KUR PADA BANK BRI KANCA UNIT

MAKAM HAJI”.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah proses pengajuan kredit memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap minat pengambilan kredit KUR BRI ?

2. Apakah pendapatan usaha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

minat pengambilan kredit KUR BRI ?

3. Apakah lama usaha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat

pengambilan kredit KUR BRI ?

4

4. Apakah jangka waktu pembayaran memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap minat pengambilan kredit KUR BRI ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh proses pengajuan

kredit dalam keberhasilan pengambilan kredit.

2. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh pendapatan usaha

dalam keberhasilan pengambilan kredit.

3. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh lama usaha dalam

keberhasilan pengambilan kredit.

4. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh jangka waktu

pembayaran dalam keberhasilan pengambilan kredit.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi praktisi

Dengan adanya penelitian ini diharapkan praktisi mampu

menganalisa apa saja yang membuat orang tertarik dalam melakukan

kredit, juga menambah wawasan dan ilmu pengetahuan nya tentang

lembaga keuangan dari sisi perkreditanya.

5

2. Bagi pihak lain

Diharapkan dengan adanya penelitian ini mampu mampu

memberikan bahan masukan dan motivasi kepada para penusaha UMUKM

untuk meningkatkan usaha, perbaikan manajemen, dan permodalan unutuk

dapat mengembangkan usaha yang dia miliki.

3. Bagi lembaga keuangan

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, mampu memberikan

masukan pada lembaga keuangan menentukan strategi pemberian kredit

yang mudah dan seperti harapan para masyarakat atau kreditur.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Perbankan

Definisi dari pengertian dan cakupan tentang operasional bank, telah

diatur oleh ketentuan yang berlaku. Namun pada intinya bank punya sifat-sifat

dasar yang mempunyai kemiripan, yaitu :

1. Mempunyai kewajiban yang harus dibayarkan setiap saat apabila ada

penagihan ( dana simpanan masyarakat )

2. Memiliki harta yang tidak likuid yang penilainya tidak mudah dan

memiliki jangk waktu yang lama dibandingkan dengan kewajibanya. (

Diamond, Dybuigh 1985 dalam Suseno dan Piter, 2003 ; 5 )

Di Indonesia sendiri bank diatur oleh UU no.10 tahun 1998, dimana

perbankan mempunyai pengertian segala sesuatu yang menyangkut tentang

bank, kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melakukan

kegiatan usaha. Bank diartikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana

dari masyarakat, menyalurkan dalam bentuk kredit\bentuk lain dalam rangka

menaikan taraf hidup masyarkat.

Untuk dapat mengetahui tetang karakter dari bank umum (BU) terlebih

dahulu kita cermati lapangan usaha dari bank menurut pasal6 UU no.7 / 1992

jo UU no.10 tahun 1998 dimana perbankan mempunyai pengertian :

1. Menghimpun dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito,

tabungan, dan bentuk-bentuk lain.

7

2. Dapat memberi kredit untuk keberlangsungan usahanya.

3. Dapat membuat surat pengakuan hutang.

4. Membeli/menjual atas resiko sendiri, maupun untuk kepentingan nasabah

seperti :

a. Membuat surat wesel

b. Surat hutang

c. Instrument surat berharga, berjangka 1 tahun

d. Memiliki sertifikat bank Indonesia

e. Obligasi

f. Menerbitkan surat perdagangan dlm jangka 1 tahun

g. Kertas bendahara Negara dan surat jaminan pemerintah

5. Pemindahan uang

6. Menempatkan, meminjamkan, dana pada bank lain dengan surat,

telekomunikasi, wesel, cek, dan sarana-saran lain yang dimiliki oleh bank.

7. Menerima pembayaran dan tagihan surat-surat berharga.

8. Menyediakan tempat menyimpan barang \ surat berharga.

9. Melakukan penempatan dana dari nasabah 1 ke nasabah yang lain dalam

bentuk saham yang tercatat pada bursa efek.

10. Melelakukan pelelangan agunan apabila pihak kreditur tidak mampu

melunasi kewajiban yang ada didalam kontrak kesepakatan.

11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan wali amanat.

12. Menyediakan pembiayaan bertpe syariah sesuai dengan kebijakan yang

ada pada BI.

8

13. Melakukan kegiatan bank sewajar nya, tanpa melangar UU yang telah ada

dan disepakati.

Dalam perekonomian bank sangat penting, yakni sebagai lembaga atau

alat intermediasi. Yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang belebihan

dana dan menyalurkan dana bagi masyarakat yang kekurangan dana dengan

berbagai tujuan ( Y Susilo, A Totok Budi Santosa 2006 : 6 ).sebagai lembaga

pihak yang berlebihan dana baik dari orang, usaha, yayasan, dll. Juga dapat

melakukan penyimpanan kepada bank juga, sementara yang kekurangan

modal dapat mengajukan pinjaman atau kredit. Dari fungsi ini bank juga dapat

dusebut sebagai lembaga intermediasi. Fungsi seperti ini berjalan efektif

apabila, bank melakukan kebijakan yang tepat sehingga masyarakat percaya

pada bank dan merasa aman melakukan simpanan dana pada bank ( Suseno

dan P.Absullan, 2003 : 3 ).

Apabila proses intermediasi diatas berjalan dengan baik, maka perputar

uang yang ada dibank dan masyarakat akan berjalan secara baik dan

terkontrol. Dimana pihak yang berlebihan dana dapat menyimpan dana dibank

dan memperoleh hasil dari pendapatan bunga. Sementar itu yang kekurangan

dana bsia meminjam kredit investasi\konsumsi untuk keberlanjuta usaha

mereka. Bank sendiri memanfatkan spread ataqu selisih pada pendapatan dan

biaya biaya bunga yang diperoleh dari penabung atau peminjam modal.

9

Tujuan utama dari bank adalah untuk mendapatkan spread\selisih dari

bungan pinjaman dan bunga tabungan. Untk tujuan semacam ini perlu adanya

manajemen yang tepat dalam pengelolaanya,dimana ada 2 asas pokok ( Teguh

Pudjo Mulyono, 1994 : 21-24 ) .

1. Likuiditas:

Sejumlah alat likuid yang harus tetap ada dibank unutk penjaminan

kebutuhan penarikan tabungan, kewajiban jatuh tempo, dll. Bank harus

dapat menjaga likuiditasnya, karena bank yang tidak likuid akan berakibat

kehilangan kepercayaan dari masyarakat\nasabah itu sendiri. Suatu bank

dikatan likuid apabila memenuhi 3 syarat berikut ini :

a. Bank memiliki cash asset sebesar dengan kebutuhan unutk pemenuhan

likuiditas nya.

b. Bank memiliki asset lain untuk pencairan dana seawktu-waktu tanpa

mempengaruhi nilai pasar yang ada.

c. Bank dapat membuat cash asset baru dengan cara penerbitan dan

peminjaman hutang.

Pengelolaan likuiditas dilakukan dengan pendekatan (Nopirin, 2000 :

27-31 ) yaitu :

a. Asset Management/Pengelolaan Kekayaan

Pengelolaan kekayaan merupkan suatu usaha untuk melakukan

pengalokasian dana untuk berbagai kebutuhan investasi. Dlam

pengelolaan ini ada beberapa pendekatan, anatara lain :

10

1) The Pool of Funds

Dana yang tersedia dari giro, deposito, tabungan, dan

modal. Dipakai untuk dikumpulkan dalam suatu pool dan

dialokasikan berdasarkan syarat yang ada dalam benruk kekayaan

itu. Syarat alokasi sendiri berdasarkan pada prioritas tiap jenis

kekayaan yang dimiliki.

2) The Asset Allocation

Pada pendekatan ini semua dana yang tersedia dijadikan

dalam 1 wadah, tetapi masing-masing dipertimbangkan atas dasar

pertimbangan yang ada. Giro biasanya dipakai sebagai cadangan

minimum yang ada dibank, karena memlki perputaran yang paling

besar. Oleh karena ini giro dialokasikan sebagai cadangan kas dan

sebagian kecil untuk investasi. Model seperti ini digunakan dengan

membentuk likuiditas. Profabilitas dalam suatu bank dimana

setiap sentral\pusat mengalokasikan dana yang ada pada berbagai

sumber yang ada.

3) Commercial Loan Theory

Teori ini bank hanya dapat memberi suatu pinjaman yang

bersifat jangka pendek saja, tetapi sekarang ini sudah dapat

berkembang dan melakukan ekspansi lain yang sesuai denga UU

perbankan nasional.

11

4) Shifability Theory

Kemampuan dari bank untuk menukarkan suatu bentuk

kekayaan dengan bentuk lain untuk memenuhi likuiditasnya.

Metode ini menerapkan pada surat berharga, dengan pemenuhan

likuiditas menukar/menjual surat yang dimilki untuk dapat meraup

dana yang ada.

5) The Doctrine of Anticipated In Come

Dalam teori ini yang terpenting adalah kemempuan akan

peminjaman yang ada saat itu. Jadi penekenan yang ada pada

analisis kepada sipeminjam akan kemampian untuk pengembalain

kredit nya. Karena likuiditas bank tidak tergantung pada sisi jangka

pendek saja, karena tidak akan mampu memenuhi likuiditas yang

bersifat mendadak.

b. Liability Management\Pengelolaan Hutang

Berbeda dengan pengelolaan kekayaan, teori ini memandang

pada sumber hutang. Menurut teori ini, atas dasar target pertumbuhan

kekayaan maka diusahakan dengan sumber dana yang mudah dicari.

Bank tidak hanya berpikir pada aspek jangk pendek saja, tetapi pada

kekayaan yang lebih besar dan menguntungkan.

1) Solvabilitas

Usaha pokok dari bank yang melakukan penyimpanan

dana dari masyarakat dan disalurkan kembali dalam bentuk kredit.

Dalam kebijakan perkredita sendiri bank harus dapat mengatur

12

pengamanan dana dan perputaranya, baik dari sis kredit, surat

berharga, dll pada tingkat resiko yang paling kecil.

2) Rentabilitas

Setiap usaha yang dimana selalu mengharapkan laba, baik

untuk eksistensinya maupun untuk pengembangan diri. Laba

didapatkan dari kredit selisih antara biaya dana dengan pendapatan

dari bunga.

Secara sederhana bank yang sehat adalah bamk yang

dapat menjalankan fungsinya dengan baik dengan kata lain bank

yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memilihar

kepercayaan dari masyarakat\nasabah nya. Dimana bank

membantu menjaga dari sis likuiditas, intermediasi, dan menjaga

kelancaran pembayaran, dan mampu dipakai sebagai otoritas

moneter.

Mengingat peranan bank yang sangat penting dalam

perekonomian negeri kita, maka yang berkepentingan dalam

pengelolaan perbankan wajib untuk menjaga kesehatan pada ban

tersebut. Tidak hanya pemilik nya saja, tetapi para masyarakat

yang menjadi nasabah bank harus mampu menjaga hal itu demi

keberlangsungan kelancaran perbankan itu sendiri.

Penilaian tingkat kesehatan kesehatan bank di

Indonesia sampai sekarang ini masih memakai faktor penilaian dari

CAMEL ( capital, asset equity, quality, management, earning, dan

13

liquidty ). Dari faktor tersebut adalah penentu kondisi dari

perbankan, apabila bank mengalami masalah pada salah satu factor

nya maka bank akan mengalami kesulitan.

Meskipun secara umum CAMEL dipakai dalam

semua bank, tetapi bobot masing-masing berbeda dengan yang lain

untuk seitap jenis perbankan.maka ada 2 jenis penetapan CAMEL

untuk perbankan dan BPR, seperti berikut ini :

Tabel 2.1 Faktor Rasio CAMEL

Factor CAMEL BANK BPR

Permodalan 25 % 30 %

Kualitas aktiva produktif 30 % 30 %

Kualitas management 25 % 20 %

Rentabilitas 10 % 10 %

Likuiditas 10 % 10 %

1) Kecukupan modal

Pada saat ini syarat utama untuk kecukupan pembentukan

bank baru adalah sebesar 3 triliyun rupiah. Namun bank yang saat

ketentuan ini berlaku dan telah berdiri, jumlah kecukupan modal

nya mungkin kurang dari ketentuan yang telah berlaku. Arti dari

kecukupan modal, tidak hanya dilihat dari ketersedian modal nya

saja. Tetapi juga Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah

perbandingan antara jumlah modal yang ada dengan aktiva

14

tertimbang menurut resiko (ATMR). CAR yang harus dimilki oleh

bank, harusnya tidak kurang dan lebih sebesar 8%.

2) Kualitas aktiva produkitif

Dalam keadaan normal aktiva bank terdiri dari kredit dan

sumber lain yang menghasilkan bagi bank, sehingga aktifa ini

disebut aktiva produktif. Kualitas aktiva yang jelek secara implicit

akan dapat menghapus modal yang ada di bank. Hal ini terjadi basa

karena berbagai masalah seperti pembentukan cadangan modal,

penilaian asset, pemberian pada pihak terkait, dll.

Penilaian kualitas produktif dalam ketentuan perbankan di

Indonesia berdasarkan pada 2 rasio, yaitu : 1.) rasio kualitas

produktif di klasifikasikan pada aktiva produktif. 2.) rasio

penyisihan penghapusan aktifa produktif wajib dibentuk oleh bank.

3) Management

Management pada suatu bank sangat menentukan

sehat\tidak nya suatu bank tersebut. Mengingat penting nya

pengelolaan management pada bank, penilaian tingkat faktor

pengeglalaan yang baik dilakukan dengan evaluasi pada

pengelolaan yang ada pada bank tersebut.

4) Keuntungan

Parameter untuk pengukuran tingkat kesehata bank adalah

mampu tidak nya bank mengelola dan mendapatkan keuntungan.

Penilaian pada rentabilitas ini di lihat dari 2 rasio yang ada, yaitu

15

daru rasio laba sebelum pajak 1 th terahir dengan rata-rata volume

usaha pada periode yang sama dan rasio biaya operasional dalam 1

th terhir pada pendapatan operasional di periode yang sama.

5) Likuiditas

Penilaian pada faktor likuiditas dilihat pada 2 hal rasio yang

ada, yaitu kewajiban bersih antara bank dengan modal inti dan ratio

kredit pada dana yang didapatkan oleh bank. Yang dimadsud

kewajiban bersih antar bakn adalah selisih kewajiban bank dengan

tagihan yang ada pada bank lain. Sementara itu yang dimadsud

dana yang telah diterima adalah kredit likuiditas BI, giro, deposito,

tabungan masyarakat, pinjaman dari bukan bank kurang dari 3 bln,

deposito pinjaman dari bank lain kurang dari 3 bln, surat berharga,

dll.

6) Faktor yang mengugurkan penilaian tingkat kesehatan bank

Tingkat kesehatan suatu bank dapat berubah setiap ada

perubahan dalam factor yang akan dinilai. Selain itu tingkat

kesehatan suatu bank dapat gugur apabila berdasarkan penelitian

terdapat praktek-praktek yang tidak sehat yang dilakukan pada

bank yang bersangkutan.

Predikat tingkat kesehatan sehat, cukup sehat, kurang sehat

dapat gugur apabila terdapat perselisihan intern, campur tangan

oleh pihak lain di luar bank. Window dressing dalam pembukuan,

praktek bank dalan bank, kesulitan yang berakibat pengunduran

16

kliring dan terdapat usaha lain yang dapat membahayakan

kelayakan usaha yang ada pada bank. Hal seperti itu dapat

berakibat memburuknya tingkat kesehatan yang dimiliki oleh bank.

B. Teori Kredit

Kredit berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti kepercayaan

atau dalam bahasa latin “Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran.

Menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 kredit

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian

pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang

atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi

hasil.

Dari pengertian di atas dapatlah dijelaskan bahwa kredit atau

pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan

uang, misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil.

Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah

penerima kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian

yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban

17

masing-masing fihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan

bersama. Demikian pula dengan masalah sangsi apabila si debitur ingkar janji

terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama.

Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank

berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank

berdasarkan prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan.

Bagi bank berdasarkan prinsip konvensional keuntungan yang diperoleh

melalui bunga sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip bagi hasil

berupa imbalan atau bagi hasil.

Sebelum kredit diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah

benar-benar dapat dipercaya maka, bank terlebih dulu mengadakan analisis

kredit. Analisis kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan,

prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan

analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar

aman.

Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dulu akan sangat

membahayakan bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data-

data fiktif sehingga kredit tersebut sebenarnya tidak layak untuk diberikan.

Akibatnya jika salah dalam menganalisis, maka kredit yang disalurkan akan

sulit untuk ditagih alias macet. Namun faktor salah analisis ini bukanlah

merupakan penyebab utama kredit macet walaupun sebagian terbesar kredit

macet diakibatkan salah dalam mengadakan analisis. Penyebab lainnya

mungkin disebabkan oleh bencana alam yang memang tidak dapat dihindari

18

oleh nasabah. Misalnya kebanjiran atau gempa bumi atau dapat pula kesalahan

dalam pengelolaan.

Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan, maka langkah yang

dilakukan untuk penyelamatan kredit tersebut beragam. Dikatakan beragam

karena dilihat terlebih dulu penyebabnya. Jika memang masih bisa dibantu.

maka tindakan membantu apakah dengan menambah jumlah kredit atau

dengan memperpanjang jangka waktunya. Namun jika memang sudah tidak

dapat diselamatkan kembali maka tindakan terakhir bagi bank adalah menyita

jaminan yang telah dijaminkan oleh nasabah.

1. Tujuan dan Fungsi Kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan

pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut

didirikan. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain :

a. Mencari Keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit

tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima

oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang

dibebankan kepada nasabah.

Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika

bank yang terus menerus menderita kerugian, maka besar

kemungkinan bank tersebut akan dilikuidir (dibubarkan).

19

b. Membantu Usaha Nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang

memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal

kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat

mengembangkan dan memperluaskan usahanya.

c. Membantu Pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh

pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak

kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.

Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian

kredit adalah :

a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.

b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan

usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru

sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.

c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian

besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkat-kan jumlah barang

dan jasa yang beredar di masyarakat.

d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang

sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam

negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat

devisa negara.

20

e. Meningkatkan devisa negara. apabila produk dari kredit yang dibiayai

untuk keperluan ekspor.

Kemudian disamping tujuan di atas suatu fasilitas kredit memiliki

fungsi sebagai berikut :

a. Untuk meningkatkan daya guna uang

Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang

maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan

sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut

menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima

kredit.

b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar

dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang

kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah terse-but

akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

c. Untuk meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si

debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna

atau bermanfaat.

d. Meningkatkan peredaran barang

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang

dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang

21

beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit

dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.

e. Sebagai alat stabilitas ekonomi

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas

ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah

jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula

kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar

negeri sehingga meningkatkan devisa negara.

f. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan

kegairahan berusaha, apa lagi bagi si nasabah yang memang modalnya

pas-pasan.

g. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin

baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit

diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu

membutuhkan tenaga kerja sehingga, dapat pula mengurangi

pengangguran. Disamping itu bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan

dapat meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau

menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya.

h. Untuk meningkatkan hubungan internasional

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan

saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi

22

kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja

sama di bidang lainnva.

2. Jenis-Jenis Kredit

Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat

untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis.

Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :

a. Dilihat dari segi kegunaan

1) Kredit investasi

Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau

membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi.

Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau

membeli mesin-mesin. Pendek kata masa pemakaiannya untuk

suatu periode yang relatif lebih lama.

2) Kredit modal kerja

Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam

operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk

membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya

lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

b. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit

1) Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau pro-

duksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan

barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun

23

pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian

akan menghasilkan produk pertanian atau kredit pertambangan

menghasilkan bahan tambang atau kredit industri lainnya.

2) Kredit konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi.

Dalam kredit ini tidak ada pertambangan barang dan jasa yang

dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh

seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk

perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga

dan kredit konsumtif lainnya

3) Kredit perdagangan

Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk

membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari

hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini se-ring

diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan

membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya

kredit ekspor dan impor.

c. Dilihat Dari Segi Jangka Waktu

1) Kredit jangka pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari

1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk

keperluan modal kerja. Contohnya untuk peternakan misalnya

24

kredit peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman

padi atau palawija.

2) Kredit jangka menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai

dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit

untuk pertanian seperti jeruk, atau peternakan kambing.

3) Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling

panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas 3

tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka

panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur

dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

d. Dilihat dari segi sektor usaha

1) Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor

perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat

berupa jangka pendek atau jangka panjang.

2) Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misal-nya

peternakan ayam dan jangka panjang kambing atau sapi.

3) Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil,

menengah atau besar.

4) Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya

biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak

atau timah.

25

5) Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan membangun

sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit

untuk para mahasiswa.

6) Kredit profesi, diberikan kepada para profesional seperti, dosen,

dokter atau pengacara.

7) Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan

atau pembelian perumahan.

8) Dan sektor-sektor lainnya.

3. Jaminan Kredit

Seperti sudah dibahas di atas bahwa kredit dapat diberikan dengan

jaminan atau tan pa jaminan. Kredit tanpa jaminan sangat membahayakan

posisi bank, mengingat jib nasabah mengalami suatu kemacetan maka

akan sulit untuk menutupi kerugian terhadap kredit yang disalurkan.

Sebaliknya dengan jaminan kredit relatif lebih aman mengingat setiap

kredit macet akan dapat ditutupi oleh jaminan tersebut.

Adapun jaminan yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon

debitur adalah sebagai berikut:

a. Dengan Jaminan

1) Jaminan benda berwujud yaitu barang-barang yang dapat dijadikan

jaminan seperti :

a) Tanah

b) Bangunan

c) Kendaraan bermotor

26

d) Mesin-mesin /peralatan

e) Barang dagangan

f) Tanaman kebun/sawah

2) Jaminan benda tidak berwujud yaitu benda-benda yang

merupakan surat-surat yang dijadikan jaminan seperti :

a) Sertifikat Saham

b) Sertifikat Obligasi

c) Sertifikat Tanah

d) Sertifikat Deposito

e) Rekening Tabungan yang dibekukan

f) Rekening giro yang dibekukan.

g) Promes

h) Wesel

i) Dan surat tagihan lainnya.

3) Jaminan Orang

Yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit

tersebut macet maka orang yang memberikan jaminan itulah yang

menanggung resikonya.

b. Tanpa Jaminan

Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah bahwa kredit yang di-

berikan bukan dengan jaminanbarangtertentu.Biasanya diberikan untuk

perusahaan yang memangbenar-benarbonafid dan profe-sional,

sehingga kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil. Dapat pula

27

kredit tanpa jaminan hanya dengan penilaian terhadap prospek

usahanya atau dengan pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha

ekonomi lemah.

4. Prinsip–Prinsip Perkreditan

Dalam melaksanakan kegiatan perkreditan, terdapat prinsip –

prinsip yang dikenal dengan prinsip 5C. Prinsip ini merupakan prinsip

klasik yang meliputi:

a. Character (karakter)

Penilaian karakter ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat

kejujuran dan integritas serta tekad baik, yaitu kemauan untuk

memenuhi kewajibannya – kewajibannya dari calon debitur.

b. Capacity (kemampuan)

Penilaian terhadap calon debitur mengenai kemampuan

melunasi kewajiban –kewajibannya melalui kegiatan usaha yang

dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dilakukan dengan

menggunakan kredit dari bank.

c. Capital (Modal)

Penilaian terhadap jumlah modal calon debitur yang dimiliki.

Semakin besar jumlah modal yang dimiliki maka semakin besar pula

jumlah pinjaman yang akan diperoleh calon debitur.

d. Collateral (Jaminan)

Penilaian terhadap barang jaminan yang diserahkan calon

debitur kepada bank atas kredit yang akan diterima. Manfaat dari

28

collateral ini adalah sebagai pengaman apabila usaha yang dilakukan

kurang berhasil atau sebab – sebab lain yang menyebabkan debitur

tidak mampu untuk melunasi pinjamannya.

e. Condition of economic (Kondisi perekonomian)

Penilaian terhadap situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi,

dan budaya yang dapat mempengaruhi keadaan perekonomian pada

suatu saat maupun untuk suatu kurun waktu tertentu yang akan

mempengaruhi kelanmcaran perusahaan yang menerima kredit.

5. Aspek-Aspek Dalam Penilaian Kredit

Disamping menggunakan 5 C dan 7 P, maka penilaian suatu kredit

layak atau tidak untuk diberikan dapat dilakukan dengan menilai seluruh

aspek yang ada. Penilaian dengan seluruh aspek yang ada dikenal dengan

nama studi kelayakan usaha. Penilaian dengan model ini biasanya

digunakan untuk proyek-proyek yang bernilai besar dan berjangka waktu

panjang. Aspek aspek yang dinilai antara lain :

a. Aspek yuridis/hukum

Yang kita nilai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan

usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit.

Penilaian dimulai dengan akte pendirian perusahaan, sehingga dapat

diketahui siapa-siapa pemilik dan besarnya modal masing-masing

pemilik. Kemudian juga diteliti keabsahannya adalah seperti :

1) Surat kin Usaha Industri (S.I.U.I) untuk sektor industri

2) Surat bin Usaha Perdagangan (S.I.U.P) untuk sektor perdagangan

29

3) Tanda Daftar Perusahaan (TOP)

4) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

5) Keabsahan surat-surat yang dijaminkan misalnya sertifikat tanah.

b. Aspek pemasaran

Dalam aspek ini yang kita nilai adalah permintaan terhadap

produk yang dihasilkan sekarang ini dan dimasa yang akan datang

prospeknya bagaimana. Yang perlu diteliti dalam aspek ini adalah :

1) Pemasaran produknya minimal 3 bulan yang lain atau 3 tahun yang

lalu.

2) Rencana penjualan dan produksi minimal 3 bulan atau 3 tahun yang

akan datang.

3) Peta kekuatan pesaing yang ada

4) Prospek produk secara keseluruhan.

c. Aspek Keuangan

Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki

untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut.

Disamping itu hendaknya dibuatkan cash flow daripada keuangan

perusahaan.

Penilaian bank dari segi aspek keuangan biasanya dengan suatu

kriteria kelayakan investasi yang mencakup antara lain:

1) Rasio-rasio Keuangan

2) Payback period

3) Net Present Value (NPV)

30

4) Profitability Indek (PI)

5) Internal Rate of Return (IRR)

6) dan Break Even Point (BEP)

7) Aspek teknis/operasi

Aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan produksi

seperti kapasitas mesin yang digunakan, masalah lokasi, layout ruangan

dan mesin-mesin termasuk jenis mesin yang digunakan.

d. Aspek manajemen

Untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumberdaya

manusia yang dimihki serta latar belakang pengalaman sumberdaya

manusianya. Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai

proyek yang ada dan pertimbangan lainnya.

e. Aspek sosial ekonomi

Menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan

masyarakat umum seperti:

1) Meningkatkan ekspor barang,

2) Mengurangi pengangguran atau lainnya.

3) Meningkatkan pendapatan masyarakat

4) Tersedianya sarana dan prasarana

5) Membuka isolasi daerah tertentu

31

f. Aspek amdal

Menyangkut analisis terhadap lingkungan baik darat, air atau

udara jika proyek atau usaha tersebut dijalankan. Analisis ini dilakukan

secara mendalam apakah apabila kredit tersebut disalurkan maka

proyek yang dibiayai akan mengalami pencemaran lingkungan di

sekitarnya. Pencemaran yang sering terjadi antara lain terhadap:

1) Tanah/darat menjadi gersang

2) Air, menjadi limbah berbau busuk , berubah warna atau rasa. Udara

mengakibatkan polusi, berdebu, bising dan panas.

6. Azas Perkreditan

Dalam menetapkan kebijakan perkreditan, terdapat tiga azas pokok

perkreditan, yaitu:

a. Azas Likuiditas : yaitu azas yang mengharuskan bank untuk tetap

menjaga likuiditasnya.

b. Azas Solvabilitas : yaitu azas yang menuntut bank untuk mengelola

sumber modal yang diterima dari simpanan dana masyarakat

disalurkan dalam bentuk kredit

c. Azas Rentabilitas : yaitu azas dimana bank dituntut untuk memperoleh

laba dari setiap kegiatan usahanya, laba tersebut nantinya akan

digunakan untuk mempertahankan eksistensi dan juga untuk

pengembangan bank tersebut.

32

7. Prosedur Dalam Pemberian Kredit

Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan

secara umum antar bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh

berbeda. Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak dari prosedur

dan persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing.

Prosedur pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara

pinjaman perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan hukum,

kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif

atau produktif.

Secara umum akan dijelaskan prosedur pemberian kredit oleh badan

hukum sebagai berikut:

a. Pengajuan berkas-berkas

Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit

yang dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan

berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan proposal kredit

hendaknya yang berisi antara lain :

1) Latar belakang perusahaan seperti riwayat hidup singkat

perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama

pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya, perkembangan

perusahaan serta relasinya dengan pihak-pihak pemerintah dan

swasta.

33

2) Maksud dan tujuan

Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan

kapasitas produksi atau mendirikan pabrik baru (perluasan) serta

tujuan lainnya.

3) Besarnya kredit dan jangka waktu

Dalam hal ini pemohon menentukan besarnya jumlah kredit yang

ingin diperoleh dan jangka waktu kreditnya. Penilaian kelayakan

besarnya kredit dan jangka waktunya dapat kita lihat dan cash flow

serta laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) 3 tahun

terakhir. Jika dari hasil analisis tidak sesuai dengan permohonan,

maka pihak bank tetap berpedoman terhadap hasil analisis mereka

dalam memutuskan jumlah kredit dan jangka waktu kredit yang

layak diberikan kepada si pemohon.

4) Cara pemohon mengembalikan kredit, dijelaskan secara rinci cara-

cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari hasil

penjualan atau cara lainnya.

5) Jaminan kredit. Hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala

resiko terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit baik yang ada

unsur kesengajaan atau tidak. Penilaian jaminan kredit haruslah

teliti jangan sampai terjadi sengketa, palsu dan sebagainya.

Biasanya jaminan diikat dengan suatu asuransi tertentu.

Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah

dipersyaratkan seperti :

34

a) Akte notaris.

b) Dipergunakan untuk perusahaan yang berbentuk P.T.

(Perseroan Terbatas) atau yayasan.

c) T.D.P (tanda daftar perusahaan)

d) Merupakan tanda daftar perusahaan yang dikeluarkan oleh

Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan biasanya

berlaku 5 tahun, jika habis dapat diperpanjang kembali.

e) N.P.W.P (nomor pokok wajib pajak)

f) Nomor pokok wajib pajak, dimana sekarang ini setiap

pemberian kredit terus dipantau oleh Bank Indonesia adalah

NPWPnya.

g) Neraca dan laporan rugi laba 3 tahun terakhir

h) Bukti diri dari pimpinan perusahaan

Penilaian yang dapat kita lakukan untuk sementara adalah dari

neraca dan laporan rugi laba yang ada dengan menggunakan rasio-

rasio sebagai berikut :

1) Current ratio

2) Acid test ratio

3) Inventory turn over

4) Sales to receivable ratio

5) Profit margin ratio

6) Return on net worth

7) Working capital

35

b. Penyelidikan Berkas Pinjaman

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang

diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika

menurut pihak perbankan belum lengkap atau cukup maka nasabah

diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu

nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka

sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.

c. Wawancara I

Merupakan penyidikan kepada calon peminjam dengan

langsung berhadapan dengan calon peminjam, untuk meyakinkan

apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti dengan yang

bank inginkan. Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan

kebutuhan nasabah yang sebenarnya. Hendaknya dalam wawancara ini

dibuat serilek mungkin sehingga diharapkan hasil wawancara akan

sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

d. On the Spot

Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan

meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan.

Kemudian hasil on the spot dicocokkan dengan hasil wawancara I.

Pada saat hendak melakukan on the spot hendaknya jangan diberitahu

kepada nasabah. Sehingga apa yang kite lihat di lapangan sesuai de-

ngan kondisi yang sebenarnya.

36

e. Wawancara ke II

Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada

kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di-

lapangan. Catatan yang ada pada permohonan dan pada saat wa-

wancara I dicocokkan dengan pada saat on the spot apakah ada

kesesuaian dan mengandung suatu kebenaran.

f. Keputusan Kredit

Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah

kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima maka, dipersiapkan

administrasinya, biasanya keputusan kredit yang akan mencakup :

1) Jumlah uang yang diterima

2) Jangka waktu kredit

3) Biaya-biaya yang harus dibayar.

Keputusan kredit biasanya merupakan keputusan team. Begitu

pula bagi kredit yang ditolak maka hendaknya dikirim surat penolakan

sesuai dengan alasannya masing-masing.

g. Penandatanganan Akad Kredit/perjanjian lainnya

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit,

maka sebelum kredit dicairkan maka terlebih dulu calon nasabah

menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotik dan

surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. Penanda-

tanganan dilaksanakan:

1) antara bank dengan debitur secara langsung atau

37

2) dengan melalui notaris.

h. Realisasi Kredit

Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat

yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank

yang bersangkutan.

i. Penyaluran/penarikan dana

Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai

realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan

tujuan kredit yaitu :

1) sekaligus atau

2) secara bertahap

8. Manfaat Kredit

Apabila ditinjau dari tingkat kepentingannya, maka manfaat kredit

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Debitur

Beberapa keuntungan pemenuhan sumber dan dari sektor kredit adalah:

1) Relatif mudah diperoleh apabila usaha yang dijalankan layak.

2) Telah banyak lenbaga keuangan yang menawarkan jasa di bidang

penyediaan dana (kredit).

3) Biaya untuk memperoleh kredit dapat diperkirakan dengan tepat

sehingga dapat memudahkan calon debitur untuk menyususn

rencana kerjanya di masa yang akan datang.

38

4) Terdapat berbagai jenis kredit, berbagai bentuk penawaran modal

(dana) sehingga dapat dipilih dana yang paling cocok untuk

kebutuhan modal perusahaan yang bersangkutan.

5) Rahasia keuangan debitur akan terjamin karena telah dilindungi

oleh Undang – Undang Pokok Perbankan

6) Dengan fasilitas kredit maka memungkinkan debitur untuk

memperluas usahanya.

7) Lembaga perbankan telah mempunyai ketentuan – ketentuan yuridis

yang akan memperkecil risiko sengketa dikemudian hari antara

nasabah dengan bank.

8) Jangka waktu kredit dapat disesuaikan dengan kebutuhan dana bagi

debitur.

b. Perbankan

Manfaat yang akan diterima perbankan dengan adanya kegiatan

perkreditan adalah:

1) Memperoleh pendapatan bunga kredit

2) Menjaga solvabilitas usaha

3) Dengan memberikan kredit akan membantu memasarkan jasa – jasa

perbankan lainnya.

9. Risiko Kredit

Menurut Masyhud Ali (2006 : 199) Risiko kredit adalah risiko

kerugian yang diderita oleh bank, terkait kemungkinan bahwa pada saat

jatuh tempo, counteparty-nya gagal memenuhi kewajiban – kewajibannya

39

kepada bank atau biasa disebut juga dengan istilah gagal bayar. Istilah

gagal bayar dikenal dan dipergunakan dalam dunia keuangan untuk

menggambarkan suatu keadaan dimana seorang debitur tidak dapat

memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian utang piutang yang

dibuatnya misalnya tidak melakukan pembayaran angsuran ataupun

pelunasan pokok utang sesuai dengan kesepakatan termasuk melakukan

pelanggaran atas persyaratan kredit sebagaimana diatur di dalam kontrak.

Kondisi ini dapat terjadi pada semua kewajiban utang termasuk Obligasi,

Kredit Pemilikan Rumah, Pinjaman Perbankan, Surat Sanggup Bayar,

Medium Term Note, dan lain-lain perjanjian yang bersifat utang.

Metode umum yang digunakan untuk memprediksi risiko kredit

adalah dengan menggunakan credit scorecard. Scorecard adalah model

statistika dalam memberikan nilai (score) pada calon debitur yang

menunjukan prediksi probabilitas dari calon debitur tersebut. Dalam

menjumlah nilai yang diperoleh, selisih (range) sumber data lain juga

digunakan, seperti data dari lembar pengajuan kredit (credit form

aplication), rekomendasi dari penilai kredit (credit reference agencies),

dan jaminan yang akan diberikan oleh calon debitur.

Informasi dari rekomendasi penilai kredit merupakan infomasi

dasar (basic information) mengenai calon debitur (individu atau

perusahaan) dan track record debitur sewaktu yang bersangkutan

memiliki pinjaman (pelunasannya tepat waktu atau terlambat).

40

10. Pengawasan Kredit

Pengawasan kredit bertujuan untuk menghindari kasus kredit

bermasalah. Usaha yang dapat dilakukan bank untuk mengawasi kredit ini

adalah dengan cara secara periodik mengaudit perkembangan usaha dan

kondisi keuangan debitur. Dengan cara ini bank akan mengetahui tanda –

tanda debitur mengalami kesulitan usaha atau kesulitan keuangan dan bank

dapat segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan debitur dan / atau

kredit yang telah diberikan kepada debitur.

Agar pengawasan kredit dan penanganan problem loan dapat

berjalan efektif, Bank perlu menyusun suatu skala prioritas penanganan.

Salah satu cara untuk menentukan skala prioritas penanganan kredit adalah

dengan menyusun risk rating atas seluruh kredit yang di berikan.

Secara garis besar kredit yang di berikan dapat di pilah menjadi 5

golongan berdasarkan tingkat risikonya, yaitu :

a. Highest Quality, dengan ciri-ciri

1) Usaha debitur berjalan sangat baik.

2) Kondisi keuangan baik dengan tingkat laba dan proyeksi laba yang

stabil.

3) Debitur memiliki sumber dana dan sumber pelunasan kredit

alternatif.

4) Memiliki manajemen yang kuat.

5) Equity perusahaan debitur terkonsentrasi pada asset-asset yang

produktif dan sangat likuid.

41

b. Satisfactory Quality, dengan ciri-ciri

Kondisinya hampir sama dengan kondisi the highest quality, namun :

1) Tingkat laba berfluktuatif.

2) Tidak memiliki sumber dana dan sumber pelunasan kredit

alternatif.

3) Equity perusahaan terkonsentrasi pada asset-asset yang kurang

likuid seperti real estate dan saham.

c. Good Quality, dengan ciri-ciri

1) Likuiditas perusahaan debitur masih baik.

2) Rentabilitas perusahaan debitur masih baik, namun rentan terhadap

perubahan.

3) Sumber pelunasan cukup terjamin.

4) Fasilitas kredit di jamin dengan persediaan dan tagihan, namun

tidak dapat segera dikonversi.

d. Below Average Quality, dengan ciri-ciri

1) Kondisi keuangan perusahaan kurang baik, tercermin dari

likuiditas yang lemah, leverage yang tinggi dan rentabilitas yang

rendah dan bahkan merugoi.

2) Sumber pelunasan kredit sudah tidak jelas lagi.

e. Poor Quality, dengan ciri-ciri

1) Equity, cash flow dan collateral lemah.

2) Sumber pelunasan kredit tidak jelas.

3) Kolektibilitas non performing.

42

4) Leverage sangat tinggi dan usaha merugi.

Selanjutnya treatment pengawasan kredit dilakukan sesuai dengan

masing-masing level risk tersebut di atas, misalnya :

Gambar II. 2. Treatment Pengawasan Kredit

Sumber: Edwin Darmasetiawan : 2002

11. Teknik Penyelesaian Kredit Macet

Sepandai apapun analis kredit dalam menganalisis setiap

permohonan kredit, kemungkinan kredit tersebut macet pasti ada, hal ini

disebabkan oleh 2 unsur sebagai berikut :

a. Dari Pihak Perbankan

Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analisis kurang

teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi

sebelumnya. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit

dengan pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara

subjektif.

43

b. Dari Pihak Nasabah

Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat 2

hal yaitu:

1) Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk

tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga

kredit yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur

kemauan untuk membayar.

2) Adanya unsur tidak sengaja. Artinya si debitur mau membayar

akan tetapi tidak mampu. Sebagai contoh kredit yang dibiayai

mengalami musibah seperti kebakaran, kena hama, kebanjiran dan

sebagainya. Sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak

ada.

Dalam hal kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan,

sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan

apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu atau

angsuran terutama bagi kredit terkena musibah atau melakukan penyitaan

bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar. Terhadap kredit yang

mengalami kemacetan sebaiknya dilakukan penyelamatan sehingga bank

tidak mengalami kerugian.

12. Penyelamatan Terhadap Kredit Macet

Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan cara antara

lain:

44

a. Rescheduling

1) Memperpanjang jangka waktu kredit

Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam

masalah jangka waktu kredit misalnya perpanjangan jangka waktu

kredit dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga si debitur

mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya.

2) Memperpanjang jangka waktu angsuran

Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka

waktu kredit. Dalam hal ini jangka waktu angsuran kreditnya

diperpanjang pembayarannya pun misalnya dari 36 kali menjadi 48

kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil

seiring dengan penambahan jumlah angsuran.

b. Reconditioning

Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti :

1) Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok.

2) Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu.

Dalam hal penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu,

maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya,

sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa.

3) Penurunan suku bunga

Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban

nasabah. Sebagai contoh jika bunga per tahun sebelumnya

dibebankan 20% diturunkan menjadi 18%. hal ini tergantung dari

45

pertimbangan yang bersangkutan. Penurunan suku bunga akan

mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga

diharapkan dapat membantu meringankan nasabah.

4) Pembebasan bunga

Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan

pertimbangan nasabah sudah akan mampu lagi membayar kredit

tersebut. Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk

membayar pokok pinjamannya sampai lunas.

c. Restructuring

1) Dengan menambah jumlah kredit

2) Dengan menambah equity:

3) Dengan menyetor uang tunai

d. Tambahan dan pemilik

e. Penyitaan jaminan

Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah

benar-benar tidak punya etikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi

untuk membayar semua hutang-hutangnya.

46

C. Variabel yang Berpengaruh:

Dari setiap pengambilan kredit pada lembaga keuangan, para kreditur

punya syarat-syarat, planning, dan ketentuan sebelum dia memulai peminjam

kredit usaha/konsumsi. Disini dalam penelitian ini, membatasi pada 4 hal yang

membuat para kreditur melakukan pinjaman kredit pada suatu lembaga

keuangan, yaitu :

a. Proses Pengajuan Kredit

Proses pengajuan kredit yang dimadsud disini adalah dimana

kemudahan yang didapat oleh para nasabah perbankan dalam pengajuan

kredit yang diajukan untuk pemenuhan kebuthan modal kerja mereka.dari

proses pengajuan kredit ini, bisa kita lihat akan kinerja dan pelayan pada

publik bank ini bagus atau tidak

Dimana dari proses pengajuan kredit ini kita bisa menilai apakah

bank memberi kemudahan dan pelayanan yang tepat sasaran pada para

nasabah atau justru sebaliknya merasa disulitkan oleh bank dengan syarat

dan ketentuan yang ada.

b. Pendapatan Usaha

Salah satu pengukuran keberhasilan suatu usaha dilihat dari tingkat

pendapatanya itu sendiri. Pendapatan bersih bisa diukur mengunakan

selisih pendapatan bersih dikurangi dengan biaya yang harus ditanggung

oleh usaha tersebut. secara umum pendapatan dapat diartikan sebagai

kemampuan menghasilkan laba dari sejumlah dana yang dipakai untuk

menghasilkan laba tersebut. Dari melihat pendapatan ini bisa diketahui

47

apakah dalam usaha perlu adanya tambahan modal/tidak. Ada 2 macam

tambahan modal yaitu, maodal ekonomi dan modal sendiri. ( Basu Swasta

BH dan Ibnu Sokotjo, 1996, hal 255 )

1) Rentabilitas Ekonomi

Modal ekonomi merupakan kemampuan menghasilkan laba

dari keseluruhan modal baik dari modal asing atau modal sendiri yang

dipakai unutk menghasilkan laba tersebut. Rumus perhitungan modal

ekonomi, adalah :

LK RE : ------------- X 100 % MA + MS

Keterangan : RE : rentabilitas ekonomi \ modal sendiri

LK : laba kotor

MA : modal asing

MS : modal sendiri

2) Rentabilitas Modal Sendiri

Rentabilitas sendiri merupakan kemampuan untuk

menghasilkan laba dari modal sendiri yang kemudian dipakai untuk

menghasilkan laba itu sendiri lagi. Rumus dari rentabilitas sendiri :

LB RMS : ----- X 100 % MS Keterangan : RMS : rentabilitas modal sendiri

LB : laba bersih

MS : modal sendiri

48

Pendapatan dalam terbagi dalam 2 segi, yaitu pendapatan secara

riil adalah pendapatan dari jumlah barang dan jasa yang diproduksi

mayarakat selama jangka waktu tertentu. Sedangkan pendapatan dalam arti

uang adalah, sebagai suatu penerimaan dari pendapatan yang telah

dikurangi oleh biaya-biaya produksi. ( M Tohar, 2000 : 15 )

Pengusaha yang memiliki kemampuan pendapatan yang baik

tentunya akan mudah dalam pencarian dana baik dari modal sendiri atau

modal asing. Bila mana memakai modal asing, tetunya pihak lembaga

keuangan akan melihat tingkat kredibilitas pengembalian kredit nya dari

berapa tingkat pendapatanya

c. Lama Usaha

Dalam menjalankan usaha lama usaha dapat memiliki pengaruh

yang besar pada keberhasilan usaha tersebut. Dimana semakin lama usah

itu berdiri maka semakin terampil pengelola dan semakin mengetahui

seluk beluk usahanya tersebut. Dan dari lama usaha orang menjadikan

kegagalan dan jalan perinitsan usahanya sebgai bekal guna memajukan

dan melancarkan uasahanya tersebut.

Banyaknya pengalaman seseorang akan memperluas wawasanya

tentang usahanya tersebut. Dengan demikian pula akan meningkatkan

keterampilan dan pengetahuan orang itu sendiri, makin lama dan intensif

usaha itu berdiri maka semakin besar pula pendapatan yang diterima oleh

orang itu sendiri. Dari hal inilah yang memungkinkan orang mampu

49

mengahsilkan barang dan jasa yang semakin beragam, banyak dan

bermutu. ( Suroto, 1992 : 17 )

Dalam pengajuan kredit pada suatu lembaga keuangan, lama usaha

berdir juga mnjadi faktor penentu tingkat keberhasilan kredit itu sendiri.

Artinya semakin lama suatu usaha tersebut berlangsung maka semakin

kredibel usaha itu dibandingkan dengan usaha yang baru.

d. Jangka Waktu Pembayaran

Jangka waktu yang dimadsud disini adalah rentang waktu yang

dibutuhkan peminjam modal dalam pengembalian kreditnya. Jangka waktu

pengembalian merupakan cerminan dari adanya resiko dari kredit tersebut.

Dimana semakin lama kredit itu, maka akan semakin besar pula tingkat

resiko yang diranggung oleh lembaga keuangan tersebut. ( Suyatno, dkk,

1999 : 101 )

Kemampuan seseorang dalam pengembalian kredit yang telah

diambil dapat dilihat dari berapa jangka waktu pengembalian kredit

tersebut. Bila mana semakin lama kredit tersebut, maka tingkat resiko

semakin besar dan sebaliknya juga.

D. Penelitian terdahulu

Hasil dari penelitian terdahulu yang berhubangan dengan penelitian ini

dibahas secara singkat untuk mengetahui dan dapat membandingkan hasil dari

penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang ini.

50

Galuh Indriyani tahun 2003 dalam penelitian yang berjudul “ Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Kredit Pada BMT “. Dalam penelitian ini faktor

yang diteliti adalah dari factor pendapatan, pengalaman usaha, tingkat

pendidikan, dan tingkat pemanhaman BMT. Dari penelitian ini menyimpulkan

bila dilihat dari probabilitasnya factor pendapatan dan tingkat pendidikan

memiliki pengaruh yang cukup signifiakan sebesar 1 – 15 %. Sedangkan

variabel pengalaman usaha dan pemahaman pada BMT tidak memilki

pengaruh yang signifikan.

Ardiani R.R. tahun 2005 dalam penelitian yang berjudul “ Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kredit Investasi Pada Bank Umum di

Indonesia Tahun 1983-2003 “. Menemukan bahwa varuabel dana masyarakat,

jumlah bank dan tingkat suku bunga sangat signifikan bepengaruh pada

pengambilan kredit investasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Yosef Mange Herawan pada tahun

2007 dalam skripsi “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pengambilan Kredit Oleh Usaha Kecil Pada PD. Badan Kredit Kecamatan (

BKK ) “. Menemukan bahwa variabel modal usaha berperan 5% signifikan

dalam pemberian kredit. Variabel lama usaha beperan signifikan 10% dan

tingkat pendapatan 5% dalam pemberian kredit usaha untuk usah kecil di

wilayah mojo songo surakarta.

51

E. Kerangka Pemikiran

Suatu kerangka pemikiran dimulai dari perencanaan, pelaksanaan

hingga tahapan ahir merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Kerangka pemikiran adalah penerjemahan adanya pertanyaan yang ada dalam

perumusan masalah. Kerngaka pemikiran adalah inti dari penelitian yang

merujuk pada masalah inti yang diteliti. Berikut adalah gambar dari kerngka

pemikiran yang melandasi pemikiran ini

Gambar II.3 Gambar skema penelitian dan kerangka pemikiran

Dari kerangka pemikiran seperti yang ada diatas, penulis memiliki

daya pemikiran tentang penulisan mengunakan data primer\wawancara secara

langsung. Dari variabel tingkat suku bunga, tingkat pendapatan, lama usaha,

dan jangka waktu pembayaran sebagai variabel yang akan diuji kebenaranya

Proses pengajuan kredit

Pendapatan usaha

Lama usaha

Jangka waktu pembayaran

Pengambilan kredit KUR BRI

52

apakah dari variabel tersebut mempengaruhi pada tingkat pengambilan kredit

pada perbankan di surakarta.

Dimana pada pola konsep kerangka pemikiran diatas dari variabel

yang dianggap mempengaruhi tingkat pengambilan kredit diujikan dengan

mencari datanya terlebih dahulu. Kemudian dari hasil data observasi mulai

pengolahan apakah variabel tingkat suku bunga, tingkat pendapatan, lam

usaha, dan jangka waktu pembayaran memiliki pengaruh yang signifikan pada

tingkat pengambilan kredit pada perbakan di surakarta.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawabab sementara dari suatu pertanyaan yang

perlu diuji kebenaran nya. Hipotesis perlu disusun agar penelitian

mendapatkan arah dan tujuan yang jelas. Hipotesis akan memberikan arah

pengumpulan data, dan jenis data yang harus dikumpulkan. Dengan demikian

hipotesis akan memberi keterangan untuk melaporkan kesimpulan penelitian.

Dalam penelitian ini, memakai hipotesis yang dikemukakan sebagai

berikut ini:

53

1. Proses pengajuan kredit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pengambilan KUR BRI

2. Tingkat pendapatan usaha memilki pengaruh yang signifikan terhadap

pengambilan KUR BRI

3. Lama usaha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan

KUR BRI

4. Jangka waktu pembayaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pengambilan KUR BRI

54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode sampel, survey yaitu penelitian

yang dilakukan pada populasi besar\kecil tetapi tetap berdasarkan pada data

yang diteliti dari sampel yang diambil dari populasi tersebut.

B. Populasi, Sampel, Teknik Sampling

1. Ukuran Populasi

Populasi adalah jumlah dari obyek yang karakteristik nya hendak

akan kita duga (Djarwanto P.S , 1993 ; 170). Dalam penelitian ini obyek

dari penelitian adalah UMKM (usaha mikro kecil menengah) dan besar

yang ada di wilayah konsentrasi penelitian pada kelurahan makam haji

yang utama nya pada para pengambilan kredit KUR.

2. Ukuran Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristik nya

hendak kita selidiki dan diangap bisa mewakili keseluruhan populasi yang

kita teliti. Sebagai bahan pertimbangan untuk penentuan jumlah sampel

dari populasi yang kita pakai, memakai rumus slouin yang dikutip dari

sevilla ( dalam Nanu dan Pritana, 2005 ; 63 ) :

55

n = N n : Jumlah

1+N.e2 N : Jumlah populasi

e : Presentase kelongaran tidak teliti

3. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan didaerah kelurahan makam haji

yang utama nya pada para pengambilan kredit KUR. Metode yang dipakai

adalah area sampling, yaitu teknik yang dipakai unutk menentukan obyek

yang luas dimana untuk penentuanya diambil dari sumber data dari daerah

populasi yang telah ditetapkan ( Sugiyono, 2006 ; 121 ).

C. Jenis Data dan Sumber

Didalam penelitian ini memakai 2 macam jenis data yang ada, yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang kita temukan langsung dari lepangan

yang kita teliti secara langsung, dengan mengunakan metode :

1. Interview : wawancara pada responden yang bersangkutan secara

langsung

2. Kuisoner : memberikan point–point tertentu untuk dijadikan

pertanyaan dan diberkan pada responden .

3. Observasi : pengambilan data yang dilakukan dengan cara pengamatan

langsung ke lapangan/pada responden secara langsung.

56

2. Data Sekunder

Merupakan data yang dikumpulkan pada waktu sesudah dan

sebelum penelitian. Data sekunder ini didapatkan dari instansi terkait yang

berhubungan langsung dengan penelitian ini. Antara lain sebagai berikut :

kantor kelurahan makam haji dan sekitar nya, BPS solo, dll. Disamping itu

dari pustaka yang ada, dimadsudkan unutk mencari landasan teori ilmiah

yang berkaitan dengan penelitian ini untuk dijadikan sebagai pendukung

dan landasannya.

D. Definisi Operasional Variabel

Pada bab ini membahas tentang apa saja dan mengapa penelitian ini

mengangkat variabel ini. Adapun variabel yang berkaitan dengan penelitian

ini adalah:

1. Variabel tidak bebas (Variabel Dependen)

a. Pemgambilan kredit KUR

Kredit perbankan adalah jumlah dana yang disalurkan oleh

bank kepada masyarakat untuk berbagai macam kegiatan baik

investasi, konsumsi, dan lain-lain yang diderikan pada kreditur yang

besarnya dinyatakan dalam satuan rupiah.

57

2.Variabel bebas (Variabel Independen)

a. Proses Pengajuan Kredit

Pada variabel proses pengajuan kredit mengunakan ukuran

subyektif atau soft measure sebagai indicator pengukuran yang

berfokus pada proses pengajuan kredit KUR BRI dengan

memberikan pengukuran nilai dengan 3 skala point yang terdiri

dari = 1. sulit 2. cukup mudah 3. mudah

b. Pendapatan usaha

Pendapatan adalah penghasilan yang didapat oleh seseorang

dari hasil penjualan produk baik barang/jasa yagn diterima setiap

bulan nya setelah dikurangi dengan biaya yang digunakan untuk

menghasilkan produk tersebut. Tingkat pendapatan dihitung dalam

besaran rupiah.

c. Lama usaha

Lama usaha merupakan aspek yang menjadi suatu

pertimbangan untuk menilai dari kemampuan suatu usaha tersebut.

Lama usaha dapat dilihat dari berapa lamanya usaha tersebut telah

berdiri, yang besaranya dinyatakan dalam tahun.

58

d. Jangka waktu pengembalian

Jangka waktu pengembalian kredit merupakan suatu

kontrak dari pengembalian kredit yang telah disepakati oleh pihak

bank dan nasabah. Dimana semakin lama kredit itu dikembalikan,

maka semakin besar tingkat resiko yang ada dan sebaliknya pula.

Dalam jangka waktu pengembalian kredit dinyatakan dalam satuan

perbulan.

E. Metode Analisis Data

1. Uji Hipotesis 1 dan 2

Untuk menganalisis factor-faktor yang berpengaruh pada kredit

perbankan, dan manakah dari variabel yang dipakai dalam model nya

mempunyai pengaruh terbesar pada tingkat penyaluran kredit perbankan.

Maka digunakan model regeresi berganda dan dapat dirumuskan model

fungsi sebagai berikut ini :

Y = f ( X1.X2.X3.X4 )

Dimana :

Y : Pemgambilan kredit KUR

X1 : Proses pengajuan kredit

X2 : Pendapatan usaha

X3 : Lama usaha

X4 : Jangka waktu pembayaran

59

Sebelum analisa regeresi dilakukan, terlebih dahulu dipakai uji

keberartian masing-masing koefisien regeresi tersebut linier atau tidak.

Unutk mempermudah melihat tersebut, dibantu dengan diagram pancar

atau scater plot .

Dimana memiliki rumus :

Y = ib + ib X1 + ib X2 + ib X3 + ib X4 + e

Dimana :

Y : Pemgambilan kredit KUR

X1 : Proses pengajuan kredit

X2 : Pendapatan usaha

X3 : Lama usaha

X4 : Jangka waktu pembayaran

e : Variabel pengangu

ib : Intersep konstanta

ib ib ib ib : Koefisien regeresi

2. Alat Uji yang digunakan

Pada hipotesis tersebut di atas kemudian dilakukan pengujian

meliputi uji statistik dan uji asumsi klasik.

a. Uji Statistik

Uji statistik dilakukan untuk mengetahui kebenaran atau

kepalsuan dari hipotesis nol. Ada tiga uji statistik yang dilakukan yaitu:

60

1) Uji t

Uji t adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara

parsial untuk mengetahui signifikansi masing-masing variabel

independen. Dalam uji 1 dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Menentukan Hipotesis

Ho : ib = 0 (berarti variabel independen secara individu tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen)

Ha : ib ¹ 0 (berarti variabel independen secara individu

berpengaruh terhadap variabel dependen)

b) Menentukan nilai a

c) Melakukan penghitungan t sebagai berikut:

t tabel = 2a

: d f = N . K

dimana: a = derajat signifikasi

N = banyaknya data yang digunakan

K = banyaknya parameter atau koefisien regresi

plus konstanta

: hitung = ( )i

i

Se bb

dimana; ib = koefisien regresi variabel ke-i

Se = standard error

61

d) Kriteria Pengujian

Gambar 3.1 Gambar Aturan Uji t

Ho diterima apabila –t a /2 £ t £ t a /2

Ho ditolak apabila t < -ta /2 atau t > a /2

e) Kesimpulan

(1) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima Ha ditolak artinya

koefisien regresi variabel independen tidak mempengaruhi

variabel dependen secara signifikan.

(2) Jika t hilang > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima

artinya koefisien regresi variabel independen mempengaruhi

variabel dependen secara signifikan.

2) Uji F

Uji F adalah uji terhadap koefisien regresi parsial secara

bersama-sama. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

variabel independen yang ada secara bersama-sama mempengaruhi

variabel dependennya atau untuk mengetahui apakah persamaan

model cukup eksis untuk digunakan. Dalam uji F ini dengan

ketentuan sebagai berikut:

62

a) Menentukan hipotesis:

Ho = ib = 2b = 3b = 4b = 0 (berarti secara bersama-sama

variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen)

Ha ¹ ib ¹ 2b ¹ 3b ¹ 4b ¹ 0 (berarti secara bersama-sama

variabel independen mempengaruhi variabel dependen)

b) Menentukan nilai a

c) Melakukan penghitungan nilai F

F tabel ® F a ; (N – K) ; (K – 1)

Dimana; a = Derajat signifikasi

N = jumlah data

K = jumlah parameter dalam model termasuk

konstanta

F hit = R2/(k-1) (1-R2)/(N-k)

Dimana; R2 = koefisien determinasi berganda

K = banyaknya parameter total yang dipakai rekan

N = banyaknya observasi

d) Kriteria pengujian

Ho diterima apabila F hitung £ F tabel

Ho ditolak apabila F hitung > F tabel

63

e) Kesimpulan

(1) Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak,

artinya koefisien regresi variabel independen secara

bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen

secara signifikan.

(2) Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima

artinya koefisien regresi variabel independen secara

bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara

signifikan.

3) Koefisien Determinasi R2

Digunakan untuk mengetahui seberapa jauh variasi dari

varibel bebas dapat menerangkan dengan baik variasi dari variabel

tersebut. Jika R2 mendekati nol, maka variabel bebas tidak

menerangkan dengan baik variasi dari variabel terikatnya. Jika R2

mendekati 1, maka variabel dari variabel tersebut dapat

menerangkan dengan baik dari variabel terikatnya.

Rumus: R2 = ( )( ) ( )å å åå

ååå--

2

x

2

y

22

2

ynx

yx - xyn

Dimana R2 adalah 0 £ R2 £ 1

Jika R2 = 1, berarti ada kecocokan yang sempurna

Jikar R2 = 0, berarti tidak ada hubungan variabel dependen dengan

variabel independen

64

Jika R2 = berarti bahwa variabel independen hubungannya

semakin dekat dengan variabel dependen atau dapat

dikatakan bahwa model tersebut baik.

b. Uji Asumsi Klasik

Persamaan yang baik dalam ekonometrika harus memiliki sifat

BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) (Gujarati, 1999: 153). Untuk

mengetahui apakah persamaan sudah memiliki sifat BLUE maka perlu

dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi multikolinearitas,

heteroskedastisitas dan autokorelasi. Uji asumsi klasik yang digunakan

adalah:

1) Multikolinearitas

Salah satu asumsi model regresi linear klasik adalah bahwa

tidak terdapat masalah multikolinearitas diantara variabel yang

menjelaskan yang termasuk dalam model regresi. Jika dalam model

terdapat multikoliearitas, maka model tersebut memiliki standar

yang besar, sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan

ketepatan tinggi.

Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas

adalah mempunyai nilai (VIF) disekitar angka satu, dan mempunyai

Tolerance Value memdekati 0,1 sedangkan batas nilai VIF adalah

10.

65

2) Heteroskedastisitas

Heteoskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam

fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehingga

penaksir Ordinary Least Square (OLS) tidak efisien baik dalam

sampel kecil maupun besar. Salah satu cara untuk mendeteksi

masalah heteroskedastisitas adalah dengan uji Park, yaitu:

a) Melakukan regresi terhadap model regresi yang disusun,

kemudian dilihat nilai residualnya.

b) Mengkuadratkan nilai residual, lalu diregresikan dengan

variabel independen sehingga diperoleh persamaan sebagai

berikut:

e2 = eXXXX α 443322110 +b+b+b+b+

c) Dari regresi tahap 2 kemudian dilakukan Uji t. Kemudian

dilihat nilai probabalitas t statistiknya. Dengan derajat

keyakinan tertentu (a ).

d) Jika probabilitas t statistik < a , maka koefisien regresi tersebut

signifikan atau ada masalah heteroskedastisitas dalam model

regresi tersebut.

e) Jika probabilitas t statistik > a , maka koefisien regresi

tersebut tidak signifikan atau tidak ada masalah

heteroskedastisitas dalam model regresi tersebut.

66

3) Autokorelasi

Autokorelasi merupakan suatu asumsi penting dari model

linear klasik. Hal ini menandakan suatu kondisi yang berurutan di

antara gangguan atau disturbansi ui yang masuk ke dalam fungsi

regresi populasi. Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara

anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan

ruang. Dalam hal ini asumsinya adalah autokorelasi tidak terdapat

dalam disturbansi atau gangguan ui. Adanya autokorelasi antara

variabel gangguan menyebabkan penaksir tidak lagi efisien baik

dalam sampel kecil maupun dalam sampel besar.

Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah dengan

percobaan (Durbin-Watson).

a) Menggunakan angka Durbin-Watson yang diperoleh dari

rumus:

úúû

ù

êêë

é=

åå -

21

1ii

e

ee - 12 α

b) Menggunakan angka dengan Durbin-Watson dalam tabel a =

1%, angka dalam tabel menunjukkan nilai distribusi antara

bawah (dl) dengan batas atas (du)

67

c) Kriteria pengujiannya adalah:

Gambar 3.2

Gambar Uji Durbin-Watson

0<d<d1 = menunjukkan autokorelasi positif atau

menolak Ho

d1<d<du = tidak dapat disimpulkan

du<d<4-du = tidak terdapat autokorelasi atau menerima Ho

4-du<d<4-d1 = tidak dapat disimpulkan

4-d1<d<4 = menunjukkan autokorelasi negatif atau

menolak Ho

0 dl du 4-du 4-dl 4

Autokorelasi

positif

Ragu-ragu

Tidak ada Autokorelasi

Autokorelasi

negatif

Ragu-ragu

68

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabuaten Sukoharjo

1. Aspek Geografis

Wilayah kabpaten Sukoharjo pusat kota terletak pada wilayah

Sukoharjo itu sendiri. Dimana batas wilayah dari kabupaten sukoharjo

terdiri dari = wilayah utara berbatasan dengan Surakarta, wilayah timur

dengan Karang Anyar, wilayah selatan dengan Wonogiri dan Gunung

Kidul, dan wilayah barat dengan Klaten dan Boyolali.

Secara administrasi Kabupaten Sukoharjo terbagi menjadi 12

kecamatan, yaitu = Sukoharjo, Weru, Bulu, Tawang Sari, Nguter, Bendo

Sari, Polokarto, Mojo Laban, Grogol, Baki, Gatak, Kartasura.

Kabupaten Sukoharjo mempunyai luas wilayah 466,666 km atau

46.666 hektar, atau 1,34 % dari luaswilayah daerah jawa tengah yang

luasnya mencapai 32.553 km.

Topogarfi daerah sukuharjo terdiri dari daerah datar yang relative

miring dengan dukungan tanah yang subur dan curah hujan yang

bervariasi rata-rata 210mm/tahun.

Posisi dari daerah dari ketingian laut daerah sukoharjo ada pada

ketingian 0-100m ( 23.60 % ) dan antara 100-500mm ( 76.40 % ).

69

Kabupaten Sukoharjo terletak pada posisi =

a. Timur 110 57 33.70 BT

b. Barat 110 42 60.79 BT

c. Utara 7 32 17.00 LS

d. Selatan 7 44 32.00 LS

2. Aspek Demografis :

Jumlah penduduk yang ada disukoharjo sangatlah besar, apabila

mampu dibina nunutk keperluan tenaga kerja akan menjadi kota yang

efektif. Daiamana akan menjadi modal pengembangan yang besar dan

menguntukan bagi pengembangan derah itu sendiri.

a. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin

Jumlah penduduk kabupaten sukoharjo menurut jenis kelamin

ada pada tabel 4.1 dimana pada tabel itu diambil pada tahun 2008

tercatatat sebanyak 821.213 yang terdiri 405.831 laki-laki dan 415.382

wanita.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Tahun Laki-laki Wanita Jumlah pertumbuhah

2005 392.518 403.182 795.680 0.93 %

2006 396.008 406.434 802.502 0.96 %

2007 399.002 409.521 808.011 0.79 %

2008 400.831 415.382 821.212 0.75 %

Sumber : BPS Sukoharjo tahun 2009

70

b. Kepadatan penduduk

Kepadatan penduduk kabupaten sukoharjo adalah 1.760 jiwa

per kilo meter persegi unutuk tahun 2008. secara terperinci jumlah dan

kepatan penduduk tiap kecamatan sukoharjo ada pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Kepadatan Penduduk

kecamatan luas 2005 2006 2007 2008

Weru 41,98 1.551 1.558 1.365 1.576

Bulu 43,88 1.167 1.170 1.170 1.176

Tawang sari 39,88 1.428 1.429 1.136 1.445

Sukoharjo 44,58 1.750 1.744 1.795 1.826

Nguter 54,88 1.170 1.170 1.170 1.171

Bendo sari 52,99 1.182 1.198 1.222 1.323

Polo karto 62,18 1.142 1.156 1.156 1.174

Mojo laban 35,54 2.056 2.108 2.108 2.154

Grogol 30,00 3.105 3.118 2.118 3.228

Baki 21,97 2.283 2.138 2.314 2.328

Gatak 19,47 2.327 2.374 2.374 2.410

Kartasura 19,23 4.409 4.444 4.494 4.554

Sumber : BPS Sukoharjo tahun 2009

Dilihat dari tabel yang ada diatas dapat kita lihat kepadatan

penduduk kabupaten sukoharjo dalam kurun waktu 4 tahun ini

mengalami kenaikan kepadatan penduduk.disisi lain pemerataan

71

penduduk dimana kota kartasura paling padat penduduk nya dan kota

nguter paling sedikit tingakat kepadatan nya.

c. Mata pencarian

Untuk mengetahui keadaan penduduk daerah sukoharjo dengan

mata pencarianya, dapat kita lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Mata Pencarian

Jenis usaha 2005 2006 2007 2008

Pertanian 103.011 106.665 102.104 102.110

Perkebunan 557 560 565 563

Peternakan 2.798 2.848 2.794 2.795

Industri olah 57.398 71.142 109.102 109.150

Dagang 99.745 106.931 90.997 90.999

Jasa 110.350 94.867 45.665 45.668

Angkutan 6.745 6.531 7.350 7.295

Perikanan 350 355 365 360

Lain-lain 48.502 48.925 42.000 41.850

Sumber : BPS Sukoharjo tahun 2009

Dari tabel diatas dapat kita lihat lapangan kerja yang paling

dominant pada usia kerja produktif ada pada industri pengolahan, lalu

di usaha pertanian, dan yang paling sedikit menyerap tenaga kerja ada

pada bidang perikanan.

72

d. Kondisi social

Sarana pendidikan pada kabupaten sukoharjo sendiri terdiri dari

TK, SD, SMP, SMA, UNIVERSITAS dan SLB. Yang tingkatan

pendidikan dapat kita lihat pada tabel:

Tabel 4.4

Kondisi social pendidikan

Tinkat pendidikan 2008

Tidak sekolah 109.705

Tidak tamat SD 99.337

Tamat SD 210.135

Tamat SMP 131.885

Tamat SMA 120.400

Tamat D3 12.350

Tamat S1 12.800

Sumber : BPS Sukoharjo tahun 2009

Dari hasil penglihatan tabel diatas dapat kita lihat penduduk

daerah sukoharjo rata-rata masih belum mengenyam pendidikan

minimal 9th sekolah. Damana saja banyak dari penduduk hanya

mengenyam sekolah hingga bangku SD saja.

73

B. Gambaran Kelurahan Makam Haji

1. Aspek Geografis

Kecamatan makam haji masih berada dalam perbatasan antara kota

Surakarta dengan Sukoharjo, Kelurahan Makam Haji masuk dalam

wilayah Sukoharjo. Batas wilayah Kelurahan Makam Haji sendiri

berbatasn dengan : bagian selatan berbatasan dengan Kelurahan Sido

Mulyo, bagian barat berbatasan dengan Karang Lor, sebelah timur

berbatasan dengan Sangrahan, bagian utara berbatasan dengan Gobayan.

Topografi Kelurahan Makam Haji sendiri terdiri atas daerah yang

relative datar dan relatif miring dengan dukungan tanah yang relative

cukup subur yang masih bervariasi. Wilayah Kelurahan Makam Haji

sendiri berbatasan tepat dengan kota Surakarta, sehingga banyak

masyarakat yang sudah mengenala moderisasi.

2. Aspek Demografi

a. Tingkatan penduduk

Penduduk didearah Kelurahan Makam Haji tergolong cukup

padat dan rapat, dikarenakan Kelurahan Makam Haji sendiri berada

tepat dengan batas kota solo. Sehingga banyak dari penduduk Makam

Haji adalah golongan orang urbanisasi.

Penduduk Kelurahan Makam Haji memiliki total penduduk

berjumlah 17.475 orang penduduk, dengan pengolongan laki-laki

8.677 oarang dan 8798 orang tergolong perermpuan.

74

b. Mata pencarian

Mata pencarian atau pekerjaan penduduk daerah Makam Haji

sendir mayoritas memiliki pekerjaan tetap dan berada pada wilayah

perkotaan kota solo. Ini bisa kita lihat pada tabel mata pencarian

penduduk berikut ini :

Tabel 4.5

Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Tahun 2008

Petani 30

Buruh tani 20

Nelayan -

Pengusaha 80

Buruh industri 8500

Bruruh bangunan 7200

Pedagang 300

Jasa angkutan 50

PNS \ ABRI 700

Sumber : Data Kelurahan Makam Haji tahun 2009

Bila melihat dari data Kelurahan Makam Haji seperti diatas

tersebut bisa kita lihat bahwa, mayoritas penduduk Makam Haji

bekerja pada bidang sebagai buruh pabrik.ini dikarenakan daerah

Makam Haji memiliki banyak pabrik yang beroprasi pada kawasan

tersebut.

75

Setelah ada pada buruh pabrik, kebanyakan pekerjaan

masyarakat juga menjadi buruh bangunan. Ini dikarenakan area daerah

Makam Haji sendiri menjadi target proyek perumhan rakyat.dan

menempati urutan terbawah adalah orang yang bekerja pada pertanian,

ini dikarenakan wilayah Makam Haji hamper menjadi wilayah

perkotaan yang mulai padat dan kehilangan area persawahan.

c. Kondisi social bidang pendidikan

Kondisi pendidikan Kelurahan Makam Haji memiliki tingkat

pendidikan yang bisa dikatan memilikipendidikan yang maju, ini bisa

kita lihat dari masyarakatnya yang tidak buta huruf dan sudah banyak

yang mengenyam pandidikan 6 tahun belajar. Ini bisa kita lihat pada

tabel seprti yang ada berikut ini

Tabel 4.6

Kondisi sosial pendidikan

Tingkat pendidikan Tahun 2008

Tidak sekolah 1745

Tamat SD 720

Tamat SMP 8030

Tamat SMA 5050

Diploma 1200

Sarjana 1000

Sumber : Data Kelurahan Makam Haji tahun 2009

76

Dilihat dari tabel diatas bisa kita lihat bahwa pendidikan

masyarakat daerah Makam Haji memiliki riwayat pendidikan yang

baik. Dimana hamper rata-rata mengenyam pendidikan minimal 9

tahun belajar dan memiliki tingakat stratata sarjana yang lumayan

cukup banyak.

C. Gambaran umum bank BRI

1. Sejarah awal berdirinya

Pada awalnya bank BRI berdiri didaerah purwokerto jawa tengah

dengan pendiri Raden Aria Wiya Atmajda dengan nama Hulpen

Spaarband Deinlandsche Bestruus Ambtenaren atau biasa disebut dengan

nama Bank Bantuan dan Simpanan Milik Pribumi Kaum Priyayi yang

Berkebangsaan Indonesia yang berdiri pada 16 desember 1895.

Pada tahun 1946 pada pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah

sebagai bank pemerintah paertama yang dimilki oleh Indonesia. Adanaya

situasi pada perang mempertahnkan kemerdekaan Indonesia pada tahun

1948 BRI sempat terhenti untuk sementara waktu. Lalu kembali

beraktifitas kembali pada tahun 1949 dengan nama BRI serikat. Pada saat

itu PERPU no.14 tahun 1960 dibuat peleburan BRI yang bernama bank

koperasi tani dan nelayan.

77

Setalah mengalami perjalan hamper sekitar 1 bulan bank bernama

koperasi untuk tani dan nelayan dilebur menjadi bank BNI dan pemerintah

membuat kmbali bank khusus untuk ekspor-impor yang kemudian bank

tersebut memiliki nama bank EXIM.

Sejak pada tahun 1992 berdasrkan UU perbankan no.7 tahun 1992

dan peraturan pemerintah RI no.21 tahun 1992 maka status bank BRI

menjadi PT.BRI (PERSERO) yany kepemilikanya masih 100%

pemerintah.

Bank BRI berdiri dari dulu sampai sekarang memiliki dasar

pelayanan pada pelayanan masyarakat kecil. Hal ini sendiri tercermin pada

penyaluran KUK ditahun 1994 – 1995 yang dana penyaluranya hingga Rp.

8.230 Milyardt.

Seiring dengan perkembangan perbankan yang semakin pesat bank

BRI sendiri memiliki unit kerja yang berjumlah 4.447 bh kaontor kerja,

tang terdiri dari: 1 kantor pusat BRI, 12 kantor wilayah, 12 kantor

inspeksi, 1 SPI, 170 kantor dalam negeri cabang, 145 kantor cabang

pembantu, 1 kantor cabang agency, 1 kantor cabang new york agency, 1

caymand island, 1 kantor perwakilan hong kong, 40 koritor kas, 6 kantor

mobile bank, 193 post point, 3.710 BRI unit, 357 pos pelayanan desa.

2. Lokasi BRI unit makam haji

Lokasi bank BRI cabang Makam Haji sendiri sangatlah strategis,

dimana lokasi nya berada pada perbatasn antara kota Solo dengan kota

Gumpang. Dimana lokasi ini banyak dari masyarakat yang memilki

78

kebiasan modern dan sudah maju. Bank BRI cabang Makam Haji sendiri

tegolong pada bank unit cabang kelas ke3, ini dilihat dari total pendapatan

dan pertumbuhan bank tersebut. Bank BRI cabang Makam Haji termasuk

dalam pengawasan kantor cabang pembantu Kartasura.

3. Struktur Organisasi

a. Organisasi kantor tingkat pusat, terdiri dari :

1) Tingkat kepemilikan atau pemegang saham

2) Tingkat penetapan arah strategi dan kebijakan

3) Tingkat implementasi operasional dan manajemen : direksi utama

(CEO), direktur SBU mikro, direktur SBU retail, direktur SBU

corporate, direktur SBU investment, direktur SSUI dan direktur

SSU II

b. Organisasi tingkat daerah :

1) Kanwil

2) Kacab

3) Kacab pembantu

4) BRI unit

BRI unit terbagi dalam 3 kelas, yaitu dari kelas 1,2,3. dan BRI unit

makam haji termasuk dalam golongan kelas 3 yang terdiri dari kepala unit,

mantri, teller, deskman, dan keamanan. Adapun tugas yang dimilki adalah

sebagai berikut ini :

79

a. Kepala unit

- Memilki tanggung jawab penuh atas kinerja BRI unit

b. Mantri :

- Mencari nasabah

- Survey

- Penagihan

- Mengevaluasi produk

b. Teller :

- Pemelihara citra BRI

- Memberi pelayanan pada nasbah

- Memastikan kelancaran arus kas

c. Deck man ( CS ) :

- Memelihara citra BRI

- Memberi pelayan

- Membuat agenda

- Meberi nota

- Meregistrasi semua produk yang dimilki oleh BRI

d. Keamanan :

- Menjaga ketertiban

- Memberikan informasi kepada nasabah

80

4. Produk yang dimiliki oleh BRI unit

Produk dari bank BRI dan jasa yang dimiliki oleh BRI unit makam

haji dalahsebagai berikut ini :

a. Simpanan :

Jasa pelayanan yang diberikan oleh BRI dalam melayani

nasabah dalam bentuk simpanan seperti simpedes, simaskot, dan

dopobri.

b. Pinjaman :

BRI unit juga memberikan pelayanan pada nasabah dalam

bentuk pinjaman yang diperuntukan unutuk pengusaha kecil umu dan

menengah (UMKM).seperti kredit berpenghasilan tetap, kredit untuk

pensiunan, kredit usaha usaha, dan KUR.

c. Jasa lain :

Disamping dari produk simpanan dan pinjaman BRI unit jauga

menerima jasa lain, seperti :

- Inkaso - Pelayanan pensiunan

- Kliring - Pembayaran NPWP

- Pengiriman uang - Pembayaran listrik

81

5. VISI dan MISI BRI

Keberadaan BRI unit Makam Haji untuk dapat mengelola dan

mengeporasikan jasa pelayanan perbankan pada umumnya, ternasuk

didalamnya nutuk menghimpun dana dan penyaluran kredit. Dalam

menjalankan misi nya BRI unit Makam Haji diharapkan juga memiliki

profit oriented yang dapat menghasilkan keuntungan sehingga dapat

memberikan kontribusi pada BRI secara keseluruhan.

VISI :

Menjadi bank komersil terkemuka yang selalu mengutamakan kepentingan

nasabah.

MISI :

1. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakn

pelayanan pada penusaha umum kecil dan menengah (UMKM) untuk

dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi rakyat.

2. Memberikan pelayanan prima pada nasabah melalui jaringan kerja

yang tersebar dan didukung oleh SDM yang professional dan dapat

melaksanakan good corporate govermace.

3. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal pada pihak yang

memilki kepentingan pada BRI .

82

D. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada 70 Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) yang mengambil kredit KUR BRI pada BRI kanca unit Makam Haji

Sukoharjo. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh proses pengajuan

kredit, pendapatan usaha, lama usaha dan jangka waktu pembayaran terhadap

keberhasilan pengambilan kredit pada Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) yang ada di wilayah tersebut.

1. Karakteristik Responden

Pada pembahasan mengenai karakteristik responden penelitian ini,

dapat diketahui gambaran tentang besar dan kecilnya prosentase jumlah

responden berdasarkan jenis kelamin dan umur. Adapun hasilnya adalah

sebagai berikut:

a. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan distribusi jenis kelamin responden yang

merupakan 70 pengusaha yang termasuk dalam Mikro Kecil

Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI

Makam Haji, maka diperoleh hasil penyebaran data sebagai berikut:

Tabel 4.7

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

1. Perempuan 24 34,29%

2. Laki-laki 46 65,71%

Jumlah 70 100%

83

Sumber: Data Primer Diolah, 2009

Tabel 4.7 di atas menunjukkan distribusi responden penelitian

berdasarkan jenis kelamin pada pengusaha yang termasuk dalam

Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ada di wilayah Makam Haji.

Hasil distribusi diketahui bahwa 34,29% atau 24 orang responden

berjenis kelamin perempuan dan 65,71% atau 46 orang responden

berjenis kelamin laki-laki.

b. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Berdasarkan distribusi umur responden yang merupakan 70

pengusaha yang termasuk dalam Mikro Kecil Menengah (UMKM)

yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji, maka

diperoleh hasil penyebaran data sebagai berikut

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No Umur Jumlah Prosentase

1. 20 – 25 Tahun 4 5,71%

2. 26 – 35 Tahun 36 51,43%

3. 36 – 40 Tahun 30 42,86%

Jumlah 100 100%

Sumber: Data Primer Diolah, 2009

Tabel 4.8 di atas menunjukkan distribusi responden penelitian

berdasarkan umur pada pengusaha yang termasuk dalam Mikro Kecil

Menengah (UMKM) yang ada di wilayah Makam Haji. Hasil distribusi

diketahui bahwa 5,71% atau 4 orang responden berumur antara 20 - 25

84

tahun, 51,43% atau 36 orang berusia antara 26-35 tahun, dan 42,86%

atau 30 orang berusia antara 36 - 40 th.

2. Statistik Diskriptif Data Penelitian

Pada pembahasan mengenai statistik diskriptif data penelitian ini,

dapat diketahui gambaran tentang besar dan kecilnya prosentase jumlah

responden berdasarkan proses pengajuan kredit, lama usaha, jangka waktu

pengembalian, tingkat pendapatan dan tingkat kredit perbankan. Adapun

hasilnya adalah sebagai berikut:

a. Proses Pengajuan Kredit

Berdasarkan distribusi proses pengajuan kredit pada responden

yang merupakan 70 pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro

Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI

Makam Haji, maka diperoleh hasil penyebaran data sebagai berikut:

Tabel 4.9 Proses Pengajuan Kredit

No Proses Pengajuan Jumlah Prosentase

1. Sulit 14 18,60%

2. Cukup Mudah 34 48,60%

3. Mudah 23 32,80%

Jumlah 70 100%

Sumber: Data Primer Diolah, 2009

Tabel 4.9 di atas menunjukkan proses pengajuan kredit yang

dirasakan pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat diBRI

85

Makam Haji. Hasil distribusi diketahui bahwa 18,60% atau 14 orang

merasakan bahwa proses pengajuan kredit termasuk kategori sulit,

48,60% atau 34 orang merasakan bahwa proses pengajuan kredit

termasuk kategori cukup mudah dan 32,80% atau 23 orang merasakan

proses pengajuan kredit termasuk kategori mudah.

b. Pendapatan Usaha

Berdasarkan distribusi pendapatan usaha pada responden yang

merupakan 70 pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI

Makam Haji, maka diperoleh hasil penyebaran data sebagai berikut:

Tabel 4.10 Pendapatan Usaha

No Pendapatan Usaha Jumlah Prosentase

1. < Rp 500.000,- per bulan 31 44,29%

2. Rp 500.000,- s/d Rp 750.000,- per bulan 24 34,29%

3. > Rp 750.000,- per bulan 15 21,42%

Jumlah 70 100%

Sumber: Data Primer Diolah, 2009

Tabel 4.10 di atas menunjukkan pendapatan yang diperoleh

pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji

memiliki Hasil distribusi, diketahui bahwa 44,29% atau 31 orang

mempunyai pendapatan kurang dari atau sama dengan Rp 500.000,-

per bulan, 34,29% atau 24 orang mempunyai pendapatan antara Rp

86

500.000,- s/d Rp 750.000,- per bulan dan 21,42% atau 15 orang

mempunyai pendapatan lebih dari Rp 750.000,- per bulan.

c. Lama Usaha

Berdasarkan distribusi lama usaha pada responden yang

merupakan 70 pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI

Makam Haji, maka diperoleh hasil penyebaran data sebagai berikut:

Tabel 4.11 Lama Usaha

No Lama Usaha Jumlah Prosentase

1. < 10 Tahun 47 67,14%

2. 10 – 15 Tahun 13 18,57%

3. > 15 Tahun 10 14,29%

Jumlah 70 100%

Sumber: Data Primer Diolah, 2009

Tabel 4.11 di atas menunjukkan lama usaha para pengusaha

yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang

mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji memilki Hasil

distribusi, diketahui bahwa 67,14% atau 47 orang mempunyai lama

usaha kurang dari atau sama dengan 10 Tahun, 18,57% atau 13 orang

mempunyai lama usaha antara 10 – 15 Tahun dan 14,29% atau 10

orang mempunyai lama usaha lebih dari 15 Tahun.

87

d. Jangka Waktu Pembayaran

Berdasarkan distribusi jangka waktu pembayaran kredit pada

responden yang merupakan 70 pengusaha yang termasuk dalam Usaha

Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat

di BRI Makam Haji, diperoleh :

Tabel 4.12 Jangka Waktu Pembayaran

No Jangka Waktu Pembayaran Jumlah Prosentase

1. < 10 Bulan 18 25,71%

2. 10 – 15 Bulan 49 70,00%

3. > 15 Bulan 3 4,29%

Jumlah 70 100%

Sumber: Data Primer Diolah, 2009

Tabel 4.12 di atas menunjukkan jangka waktu pembayaran para

pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji

memiliki Hasil distribusi, diketahui bahwa 25,71% atau 18 orang

mempunyai kemampuan dalam membayar kredit dengan jangka waktu

kurang dari atau sama dengan 10 Bulan, 70,00% atau 49 orang

mempunyai kemampuan dalam membayar kredit dengan jangka waktu

antara 10 – 15 Bulan dan 4,29% atau 3 orang mempunyai kemampuan

dalam membayar kredit dengan jangka waktu lebih dari 15 Bulan.

88

e. Pemgambilan kredit KUR

Berdasarkan distribusi tingkat kredit perbankan pada responden

yang merupakan 70 pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro

Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI

Makam Haji, maka diperoleh hasil penyebaran data sebagai berikut:

Tabel 4.13 Pemgambilan kredit KUR

No Tingkat Kredit Perbankan Jumlah Prosentase

1. < Rp 1.000.000,- 26 37,14%

2. Rp 1.000.000,- s/d Rp 1.500.000,- 31 44,29%

3. > Rp 1.500.000,- 13 18,57%

Jumlah 70 100%

Sumber: Data Primer Diolah, 2009

Tabel 4.13 di atas menunjukkan tingkat kredit perbankan yang

diterima para pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI

Makam Haji memilki Hasil distribusi, diketahui bahwa 37,14% atau 26

orang mendapatkan kredit perbankan sebesar kurang dari atau sama

dengan Rp 1.000.000,-; 44,29% atau 31 orang mendapatkan kredit

perbankan antara Rp 1.000.000,- s/d Rp 1.500.000,- dan 18,57% atau

13 orang mendapatkan kredit perbankan lebih dari Rp 1.500.000,-.

89

3. Pengujian Hipotesis

a. Pengujian Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda dimaksudkan untuk mengetahui

pengaruh proses pengajuan, pendapatan usaha, lama usaha dan jangka

waktu pembayaran terhadap tingkat kredit perbankan. Adapun

berdasarkan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.15 Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda

P thitung Beta Coefficient Variabel

0,005 2,895 724.608,400 (Constant)

0,019 2,415 0,185 95.336,390 Proses Pengajuan (X1)

0,000 6,085 0,488 0,990 Pendapatan Usaha (X2)

0,004 3,015 0,233 20.101,303 Lama Usaha (X3)

0,010 -2,653 -0,205 -39.805,500 Jangka Pembayaran (X4)

R2 = 0,701

Fhitung = 38,014

Ftabel = 2,53

ttabel = 1,997

Sumber: Data Primer Diolah, 2009

Dari tabel 4.15 yang merupakan hasil pengujian regresi linier

berganda dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 724.608,400 + 95.336,390X1 + 0,990X2 + 20.101,303X3 -

39.805,500X4

90

Berdasarkan persamaan regresi diketahui bahwa nilai konstan

untuk persamaan regresi adalah 724.608,400 dengan parameter positif.

Hal ini berarti bahwa tanpa adanya proses pengajuan, pendapatan

usaha, lama usaha dan jangka waktu pembayaran, maka tingkat kredit

perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha

Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat

di BRI Makam Haji adalah sebesar Rp 724.608,400.

Nilai koefisien regresi untuk variabel Proses Pengajuan (X1)

adalah 95.336,390 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa

semakin mudah proses pengajuan kredit perbankan, maka akan

semakin meningkatkan tingkat kredit perbankan yang diterima

pengusaha sebesar Rp 95.336,390. Nilai koefisien regresi untuk

variabel pendapatan usaha (X2) adalah 0,990 dengan parameter positif.

Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan pendapatan usaha

sebesar Rp 1,-, maka akan meningkatkan tingkat kredit perbankan

yang diterima pengusaha sebesar Rp 0,990. Nilai koefisien regresi

untuk variabel lama usaha (X3) adalah 20.101,303 dengan parameter

positif. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat lama usaha sebesar 1

tahun, maka tingkat kredit perbankan yang diterima akan mengalami

peningkatan sebesar Rp 20.101,303 dan untuk nilai koefisien regresi

untuk variabel jangka waktu pembayaran (X4) adalah -39.805,500

dengan parameter negatif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi

peningkatan jangka waktu pembayaran kredit selama 1 bulan, akan

91

menurunkan tingkat kredit yang diterima pengusaha sebesar Rp

39.805,500.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pendapatan usaha

mempunyai nilai koefieisen beta sebesar 0,488 yang lebih besar jika

dibandingkan dengan variabel-variabel yang lainnya. Hal ini

menunjukkan bahwa pendapatan usaha lebih dominan berpengaruh

terhadap tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang

termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang

mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji.

b. Uji t (Pengujian Secara Parsial)

Uji t adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial

untuk mengetahui signifikansi masing-masing variabel independen.

Pengujian regresi digunakan pengujian dua arah (two tailed test)

dengan menggunakan α = 5% yang berarti bahwa tingkat keyakinan

adalah sebesar 95%. Adapun hasil uji t adalah sebagai berikut:

Tabel 4.16 Hasil Uji Ketepatan Parameter Penduga (Uji t)

No Variabel thitung p Keterangan

1 Proses Pengajuan (X1) 2,415 0,019 Signifikan

2 Pendapatan Usaha (X2) 6,085 0,000 Signifikan

3 Lama Usaha (X3) 3,015 0,004 Signifikan

4 Jangka Pembayaran (X4) -2,653 0,010 Signifikan

Sumber: Data Primer Diolah, 2009

92

1) Proses Pengajuan (X1)

Berdasarkan tabel 4.16 hasil pengolahan data untuk variabel proses

pengajuan (X1) diperoleh nilai thitung sebesar 2,415. Oleh karena

nilai thitung lebih besar dari ttabel (2,415 > 1,997) dengan probabilitas

0,019 < 0,05; maka H0 ditolak berarti H1 diterima, yang berarti

bahwa variabel proses pengajuan berpengaruh signifikan terhadap

tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang

termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang

mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji.

2) Pendapatan Usaha (X2)

Berdasarkan tabel 4.16 hasil pengolahan data untuk variabel

pendapatan usaha (X2) diperoleh nilai thitung sebesar 6,085. Oleh

karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (6,0852 > 1,997) dengan

probabilitas 0,000 < 0,05; maka H0 ditolak berarti H1 diterima,

yang berarti bahwa variabel pendapatan usaha berpengaruh

signifikan terhadap tingkat kredit perbankan yang diterima oleh

pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam

Haji.

3) Lama Usaha (X3)

Berdasarkan tabel 4.16 hasil pengolahan data untuk variabel lama

usaha (X3) diperoleh nilai thitung sebesar 3,015. Oleh karena nilai

thitung lebih besar dari ttabel (3,015 > 1,997) dengan probabilitas

93

0,004 < 0,05; maka H0 ditolak berarti H1 diterima, yang berarti

bahwa variabel lama usaha berpengaruh signifikan terhadap tingkat

kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk

dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil

kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji.

4) Jangka Waktu Pembayaran (X4)

Berdasarkan tabel 4.16 hasil pengolahan data untuk variabel jangka

waktu pembayaran (X4) diperoleh nilai thitung sebesar -2,653 Oleh

karena nilai thitung lebih kecil dari -ttabel (-2,653 < -1,997) dengan

probabilitas 0,010 < 0,05; maka H0 ditolak berarti H1 diterima,

yang berarti bahwa variabel jangka waktu pembayaran

berpengaruh signifikan terhadap tingkat kredit perbankan yang

diterima oleh pengusaha (UMKM) di Makam Haji.

c. Uji F

Uji F adalah uji terhadap koefisien regresi parsial secara

bersama-sama. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel

independen yang ada secara bersama-sama mempengaruhi variabel

dependen atau untuk mengetahui apakah persamaan model cukup eksis

untuk digunakan, Berdasarkan derajat keyakinan 5% diperoleh nilai

Ftabel pada df: 4; 65 sebesar 2,53.

Berdasarkan hasil analisis uji F diperoleh nilai Fhitung sebesar

38,014 > 2,53 dengan probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 maka H0

ditolak berarti menerima H1, hal ini berarti bahwa proses pengajuan,

94

pendapatan usaha, lama usaha dan jangka waktu pembayaran secara

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat kredit

perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha

Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat

di BRI Makam Haji.

d. Koefisien Determinasi (R2)

Keofisien determinasi digunakan untuk mengetahui

seberapa jauh variasi dari variabel bebas dapat menerangkan

dengan baik variasi dari variabel tersebut. Hasil perhitungan untuk

nilai R2 dengan bantuan program SPSS 15.0 for windows, dalam

analisis regresi berganda diperoleh angka koefisien determinasi atau R2

sebesar 0,701. Hal ini berarti tingkat kredit perbankan yang diterima

oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji

70,1% dapat dijelaskan oleh variasi perubahan pada proses pengajuan,

pendapatan usaha, lama usaha dan jangka waktu pembayaran serta

29,9% diterangkan oleh faktor lain.

e. Pengujian Asumsi Klasik

Persamaan yang baik dalam ekonometrika harus memiliki sifat

BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) (Gujarati, 1999: 153). Untuk

mengetahui apakah persamaan sudah memiliki sifat BLE maka perlu

dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi multikolinearitas,

heteroskedastisitas dan autokorelasi. Berikut ini adalah hasil pengujian

95

asumsi klasik yang terdiri dari uji multikolinearitas, heteroskedastisitas

dan autokorelasi.

1) Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas berhubungan dengan situasi dimana

hubungan linear yang pasti atau mendekati pasti diantara variabel

bebas. Pengaruh multikolinearitas dalam penelitian ini akan

dihilangkan dengan cara menghilangkan variabel yang memiliki

korelasi derajat nol (korelasi sederhana) yang tinggi. Pedoman

suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah

mempunyai nilai (VIF) disekitar angka satu, dan mempunyai

Tolerance Value memdekati 0,1 sedangkan batas nilai VIF adalah

10. Berikut adalah hasil pengujian multikolinearitas:

Tabel 4.17

Hasil Pengujian Multikolinearitas

No Variabel Tolerance VIF Keterangan

1. Proses Pengajuan (X1) 0,782 1,278 Tidak Terjadi Multikolinearitas

2. Pendapatan Usaha (X2) 0,717 1,395 Tidak Terjadi Multikolinearitas

3. Lama Usaha (X3) 0,772 1,295 Tidak Terjadi Multikolinearitas

4. Jangka Pembayaran (X4) 0,768 1,302 Tidak Terjadi Multikolinearitas

Sumber: Data Primer Diolah, 2009

Dengan melihat hasil pengujian multikolinearitas di atas,

diketahui bahwa tidak ada satupun dari variabel bebas yang

mempunyai nilai tolerance lebih kecil dari 0,1. Begitu juga nilai

VIF masing-masing variabel tidak ada yang lebih besar dari 10.

96

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi yang

sempurna antara variabel bebas (independent), sehingga model

regresi ini tidak ada masalah multikolinearitas.

2) Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam

fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehingga

penaksiran Ordinary Least Square (OLS) tidak efisien baik dalam

sampel kecil maupun besar. Untuk mendekteksi masalah

heteroskedastisitas digunakan uji Park. Dalam hal ini perhitungan

dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS

15.0 for windows. Jika variabel bebas tidak signifikan secara

statistik mempengaruhi variabel terikat, berarti disimpulkan model

regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut ini adalah hasil

pengujian heteroskedastisitas:

Tabel 4.18 Hasil Uji Heteroskedastisitas

No Variabel thitung p Keterangan

1. Proses Pengajuan (X1) -1,582 0,119 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas

2. Pendapatan Usaha (X2) 1,223 0,226 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas

3. Lama Usaha (X3) -0,229 0,820 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas

4. Jangka Pembayaran (X4) -0,350 0,728 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas

Sumber: Data Primer Diolah, 2009

97

Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas diketahui

bahwa variabel-variabel bebas tidak signifikan secara statistik

mempengaruhi variabel terikat (p> 0,05), berarti disimpulkan

model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.

3) Uji Autokorelasi

Autokorelasi menandakan suatu kondisi yang berurutan di

antara gangguan atau distribusi ai yang masuk ke dalam fungsi

regresi populasi. Adanya autokorelasi antara variabel pengganggu

menyebabkan penaksiran tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil

maupun dalam sampel besar. Berdasarkan pada jumlah sampel (n)

= 70 dan jumlah variabel bebas (k) = 4, maka besarnya nilai tabel

Durbin-Watson Test adalah du= 1,740 dan 4-dl (1,490) = 2,510.

berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh nilai

du 1,740 < DW 2,426 < 2,510, maka tidak terjadi adanya

autokorelasi antar variabel independen.

f. Pembahasan

Saat ini proses pengambilan kredit sangat selektif dalam

pengucurannya. Dengan mewabahnya lembaga keuangan baik dari

bank, BPR, Koperasi dan lain sebainya itu semakin menambah

sulitnya untuk memperoleh kredit. Di setiap pelosok desa terdapat

cabang-cabang dari lembaga keuangan tersebut, sehingga terjadi

persaingan untuk mendapatkan pasar dan menguasainya. Sekarang

kredit sendiri adalah hasil atau laba yang dihasilkan oleh lembaga

98

keuangan untuk kegiatan operasinya. Berdasarkan hasil penelitian

tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan kredit

usaha rakyat ( KUR ) di BRI kanca unit Makam Haji diperoleh hasil

bahwa untuk variabel proses pengajuan (X1) diperoleh nilai thitung

sebesar 2,415. Oleh karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (2,415 >

1,997) dengan probabilitas 0,019 < 0,05; maka H0 ditolak berarti H1

diterima, yang berarti bahwa variabel proses pengajuan berpengaruh

signifikan terhadap tingkat kredit perbankan yang diterima oleh

pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji

Banyaknya persaingan lembaga keuangan mengakibatkan

tingkat selektifitas dalam pemberian kredit perbankan cukup tinggi,

terkadang banyak diantara lembaga keuangan yang sulit dalam

mengurusi proses pengajuan kredit, dan hasil kredit yang diperolehpun

tidak sesuai yang diinginkan. Hal ini karena adanya kekhawatiran dari

pihak lembaga keuangan terhadap kredit yang diberikan. Namun,

sebaliknya bagi pengusaha yang sudah dipercaya akan lebih mudah

dalam mengurusi proses pengajuan kredit, dan hasil kredit yang

diperolehpun juga akan sesuai yang diinginkan.

Berdasarkan hasil perhitungan variabel pendapatan usaha (X2)

diperoleh nilai thitung sebesar 6,085. Oleh karena nilai thitung lebih besar

dari ttabel (6,0852 > 1,997) dengan probabilitas 0,000 < 0,05; maka H0

ditolak berarti H1 diterima, yang berarti bahwa variabel pendapatan

99

usaha berpengaruh signifikan terhadap tingkat kredit perbankan yang

diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI

Makam Haji.

Salah satu pengukur keberhasilan suatu usaha dilihat dari

tingkat pendapatannya itu sendiri. Pendapatan bersih bisa diukur

menggunakan dari selisih tingkat pendapatan bersih dikurangi dengan

biaya yang harus ditanggung oleh usaha tersebut. Secara umum

pendapatan dapat diartikan sebagai kemampuan menghasilkan laba

dari sejumlah dana yang dipakai untuk menghasilkan laba tersebut.

Dari melihat pendapatan ini bisa diketahui apakah dalam usaha perlu

adanya tambahan modal atau tidak. Pengusaha yang memiliki

kemampuan pendapatan yang baik tentunya akan mudah dalam

pencairan dana baik dari modal sendiri atau modal asing. Bila mana

memakai modal asing, tentunya pihak lembaga keuangan akan melihat

kredibilitas pengembalian kreditnya dari berapa tingkat

pendapatannya.

Berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel lama usaha (X3)

diperoleh nilai thitung sebesar 3,015. Oleh karena nilai thitung lebih besar

dari ttabel (3,015 > 1,997) dengan probabilitas 0,004 < 0,05; maka H0

ditolak berarti H1 diterima, yang berarti bahwa variabel lama usaha

berpengaruh signifikan terhadap tingkat kredit perbankan yang

diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil

100

Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI

Makam Haji.

Dalam menjalankan usaha lama usaha dapat memiliki pengaruh

yang besar pada keberhasilan usaha tersebut. Dimana semakin lama

usaha itu berdiri maka semakin terampil pengelola dan semakin

mengetahui seluk beluk usahanya tersebut. Dan dari lama usaha orang

menjadikan kegagalan dan jalan perintisan usaha sebagai bekal guna

mengajukan dan melancarkan usahanya tersebut.

Dalam pengajuan kredit pada suatu lembaga keuangan, lama

usaha berdiri juga menjadi faktor penentu tingkat keberhasilan kredit

itu sendiri. Artinya semakin lama suatu usaha tersebut berlangsung

maka semakin kredibel usaha itu dibandingkan dengan usaha yang

baru.

Berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel jangka waktu

pembayaran (X4) diperoleh nilai thitung sebesar -2,653 Oleh karena nilai

thitung lebih kecil dari -ttabel (-2,653 < -1,997) dengan probabilitas 0,010

< 0,05; maka H0 ditolak berarti H1 diterima, yang berarti bahwa

variabel jangka waktu pembayaran berpengaruh signifikan terhadap

tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk

dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit

usaha rakyat di BRI Makam Haji.

Jangka waktu pembayaran yaitu rentang waktu yang

dibutuhkan peminjam modal dalam pengembalian kreditnya. Jangka

101

waktu pengambilan merupakan cerminan dari adanya risiko dari kredit

tersebut. Dimana semakin lama kredit itu, maka akan semakin besar

pula tingkat resiko yang ditanggung oleh lembaga keuangan tersebut

(Suyatno dkk, 1999: 101). Kemampuan seseorang dalam pengambilan

kredit yang telah diambil dapat dilihat dari berapa jangka waktu

pengembalian kredit tersebut. Bila mana semakin lama kredit tersebut,

maka tingkat resiko semakin besar dan sebaliknya juga.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pendapatan usaha

mempunyai nilai koefieisen beta sebesar 0,488 yang lebih besar jika

dibandingkan dengan variabel-variabel yang lainnya. Hal ini

menunjukkan bahwa pendapatan usaha lebih dominan berpengaruh

terhadap tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang

termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang

mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji.

102

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Analisis faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pengambilan Kredit Usaha Rakyat pada BRI Kanca Unit

Makam Haji dapat ditarik kesimpulan:

1. Proses pengajuan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kredit

perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha

Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di

BRI Makam Haji

2. Pendapatan usaha berpengaruh signifikan terhadap tingkat kredit

perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha

Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di

BRI Makam Haji

3. Lama usaha berpengaruh signifikan terhadap tingkat kredit perbankan

yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam

Haji

4. Jangka waktu pembayaran berpengaruh signifikan terhadap tingkat kredit

perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha

Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di

BRI Makam Haji

103

5. Pendapatan usaha merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh

terhadap tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang

termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil

kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji

B. Saran

Adanya berbagai kekurangan maupun keterbatasan dari penelitian ini,

maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Lembaga keuangan diharapkan lebih selektif dalam memberikan kredit

terhadap pengusaha, sehingga mengurangi resiko yang akan ditanggung

oleh lembaga keuangan.

2. Para pengusaha diharapan dapat menjaga kepercayaan dari para lembaga

keuangan dengan senantiasa melakukan pembayaran kredit sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan, sehingga akan mempermudah dalam

pengajuan kredit di masa yang akan datang.

3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperluas penelitian

dengan lebih memperbayak sampel yang digunakan sebagai sampel

penelitian serta mencari faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat

kredit perbankan.

104

Descriptives

Descriptive Statistics

70 1 3 2.14 .708

70 400000 1100000 587428.57 179360.262

70 5 22 9.86 4.220

70 8 17 11.87 1.880

70 900000 2300000 1236286 364135.551

70

Proses Pengajuan

Pendapatan Usaha

Lama Usaha

Jangka Waktu Pembayaran

Tingkatan Kredit Perbankan

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Frequencies

Statistics

70 70 70 70 70

0 0 0 0 0

Valid

Missing

N

ProsesPengajuan

PendapatanUsaha Lama Usaha

Jangka WaktuPembayaran

TingkatanKredit

Perbankan

105

Frequency Table

Proses Pengajuan

13 18.6 18.6 18.6

34 48.6 48.6 67.1

23 32.9 32.9 100.0

70 100.0 100.0

1

2

3

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Pendapatan Usaha

19 27.1 27.1 27.1

2 2.9 2.9 30.0

1 1.4 1.4 31.4

9 12.9 12.9 44.3

2 2.9 2.9 47.1

4 5.7 5.7 52.9

1 1.4 1.4 54.3

1 1.4 1.4 55.7

1 1.4 1.4 57.1

4 5.7 5.7 62.9

2 2.9 2.9 65.7

1 1.4 1.4 67.1

1 1.4 1.4 68.6

1 1.4 1.4 70.0

2 2.9 2.9 72.9

1 1.4 1.4 74.3

3 4.3 4.3 78.6

2 2.9 2.9 81.4

1 1.4 1.4 82.9

2 2.9 2.9 85.7

2 2.9 2.9 88.6

1 1.4 1.4 90.0

1 1.4 1.4 91.4

3 4.3 4.3 95.7

1 1.4 1.4 97.1

2 2.9 2.9 100.0

70 100.0 100.0

400000

450000

470000

500000

540000

550000

560000

570000

580000

600000

610000

630000

640000

650000

660000

680000

700000

750000

770000

800000

810000

830000

850000

900000

950000

1100000

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

106

Lama Usaha

4 5.7 5.7 5.7

28 40.0 40.0 45.7

12 17.1 17.1 62.9

2 2.9 2.9 65.7

1 1.4 1.4 67.1

2 2.9 2.9 70.0

3 4.3 4.3 74.3

3 4.3 4.3 78.6

2 2.9 2.9 81.4

3 4.3 4.3 85.7

3 4.3 4.3 90.0

2 2.9 2.9 92.9

2 2.9 2.9 95.7

1 1.4 1.4 97.1

1 1.4 1.4 98.6

1 1.4 1.4 100.0

70 100.0 100.0

5

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

21

22

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Jangka Waktu Pembayaran

1 1.4 1.4 1.4

4 5.7 5.7 7.1

13 18.6 18.6 25.7

16 22.9 22.9 48.6

11 15.7 15.7 64.3

10 14.3 14.3 78.6

10 14.3 14.3 92.9

2 2.9 2.9 95.7

2 2.9 2.9 98.6

1 1.4 1.4 100.0

70 100.0 100.0

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

107

Tingkatan Kredit Perbankan

25 35.7 35.7 35.7

1 1.4 1.4 37.1

1 1.4 1.4 38.6

9 12.9 12.9 51.4

2 2.9 2.9 54.3

2 2.9 2.9 57.1

1 1.4 1.4 58.6

1 1.4 1.4 60.0

1 1.4 1.4 61.4

3 4.3 4.3 65.7

2 2.9 2.9 68.6

1 1.4 1.4 70.0

1 1.4 1.4 71.4

1 1.4 1.4 72.9

2 2.9 2.9 75.7

1 1.4 1.4 77.1

3 4.3 4.3 81.4

1 1.4 1.4 82.9

1 1.4 1.4 84.3

2 2.9 2.9 87.1

2 2.9 2.9 90.0

1 1.4 1.4 91.4

3 4.3 4.3 95.7

1 1.4 1.4 97.1

2 2.9 2.9 100.0

70 100.0 100.0

900000

1000000

1040000

1100000

1180000

1200000

1220000

1240000

1260000

1300000

1320000

1360000

1380000

1400000

1420000

1460000

1500000

1600000

1640000

1700000

1720000

1760000

1900000

2000000

2300000

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

108

Regression Model Complete

Variables Entered/Removedb

Jangka Waktu Pembayaran, LamaUsaha, Proses Pengajuan,Pendapatan Usaha

a . Enter

Model1

Variables EnteredVariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankanb.

Model Summaryb

.837a .701 .682 205305.606Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), Jangka Waktu Pembayaran,Lama Usaha, Proses Pengajuan, Pendapatan Usaha

a.

Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankanb.

ANOVAb

6.4E+012 4 1.602E+012 38.014 .000a

2.7E+012 65 4.215E+010

9.1E+012 69

Regression

Residual

Total

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Jangka Waktu Pembayaran, Lama Usaha, ProsesPengajuan, Pendapatan Usaha

a.

Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankanb.

Coefficientsa

724608.4 250288.4 2.895 .005

95336.39039473.991 .185 2.415 .019

.990 .163 .488 6.085 .000

20101.303 6666.809 .233 3.015 .004

-39805.515004.846 -.205 -2.653 .010

(Constant)

Proses Pengajuan

Pendapatan Usaha

Lama Usaha

Jangka Waktu Pembayaran

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankana.

109

Regression for Multicolinearity Test

Variables Entered/Removedb

Jangka Waktu Pembayaran, Lama Usaha,Proses Pengajuan, Pendapatan Usaha

a . Enter

Model1

Variables EnteredVariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankanb.

Coefficientsa

.782 1.278

.717 1.395

.772 1.295

.768 1.302

Proses Pengajuan

Pendapatan Usaha

Lama Usaha

Jangka Waktu Pembayaran

Model1

Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankana.

Collinearity Diagnosticsa

4.736 1.000 .00 .00 .00 .00 .00

.129 6.070 .01 .00 .01 .47 .05

.075 7.923 .00 .54 .05 .39 .03

.053 9.413 .00 .35 .79 .09 .01

.006 27.206 .99 .10 .15 .04 .91

Dimension1

2

3

4

5

Model1

EigenvalueCondition

Index (Constant)Proses

PengajuanPendapatan

Usaha Lama UsahaJangka WaktuPembayaran

Variance Proportions

Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankana.

Residuals Statisticsa

679724.88 2203746 1236286 304775.014 70

-541735 666372.3 .000 199265.879 70

-1.826 3.174 .000 1.000 70

-2.639 3.246 .000 .971 70

Predicted Value

Residual

Std. Predicted Value

Std. Residual

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankana.

110

Regression for Heteroskedasticity Test

Variables Entered/Removedb

Jangka Waktu Pembayaran, LamaUsaha, Proses Pengajuan,Pendapatan Usaha

a . Enter

Model1

Variables EnteredVariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: e²b.

Model Summary

.223a .050 -.009 7.121E+010Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), Jangka Waktu Pembayaran,Lama Usaha, Proses Pengajuan, Pendapatan Usaha

a.

ANOVAb

1.7E+022 4 4.328E+021 .854 .497a

3.3E+023 65 5.070E+021

3.5E+023 69

Regression

Residual

Total

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Jangka Waktu Pembayaran, Lama Usaha, ProsesPengajuan, Pendapatan Usaha

a.

Dependent Variable: e²b.

Coefficientsa

7E+010 9E+010 .828 .411

-2E+010 1E+010 -.216 -1.582 .119

69014.04556446.709 .175 1.223 .226

-5E+008 2E+009 -.032 -.229 .820

-2E+009 5E+009 -.048 -.350 .728

(Constant)

Proses Pengajuan

Pendapatan Usaha

Lama Usaha

Jangka Waktu Pembayaran

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: e²a.

111

Regression for Autocorrelation Test

Variables Entered/Removedb

Jangka Waktu Pembayaran, Lama Usaha,Proses Pengajuan, Pendapatan Usaha

a . Enter

Model1

Variables EnteredVariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankanb.

Model Summaryb

2.426aModel1

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), Jangka Waktu Pembayaran,Lama Usaha, Proses Pengajuan, Pendapatan Usaha

a.

Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankanb.

Collinearity Diagnosticsa

4.736 1.000 .00 .00 .00 .00 .00

.129 6.070 .01 .00 .01 .47 .05

.075 7.923 .00 .54 .05 .39 .03

.053 9.413 .00 .35 .79 .09 .01

.006 27.206 .99 .10 .15 .04 .91

Dimension1

2

3

4

5

Model1

EigenvalueCondition

Index (Constant)Proses

PengajuanPendapatan

Usaha Lama UsahaJangka WaktuPembayaran

Variance Proportions

Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankana.

Residuals Statisticsa

679724.88 2203746 1236286 304775.014 70

-541735 666372.3 .000 199265.879 70

-1.826 3.174 .000 1.000 70

-2.639 3.246 .000 .971 70

Predicted Value

Residual

Std. Predicted Value

Std. Residual

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankana.