BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

download BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · ... Allah menyempurnakan ciptaan ... Jika seniman menganggap apapun

If you can't read please download the document

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah Di dunia pada zaman ini sangat sedikit yang mengaitkan antara seni

    dengan agama. Padahal jika disadari, seniman yang sampai pada

    kesempurnaan tertentu dalam seninya, akhirnya akan menyadari bahwa bukan

    dia yang telah mencapai sesuatu itu. Tetapi ada kekuatan yang mengambil

    tubuh, hati, otak dan matanya sebagai peralatannya. Dialah kekuatan dari

    segala kekuatan yang ada, Allah SWT.

    Ketika keindahan dihasilkan dalam bentuk seni, seharusnya orang

    tidak pernah berfikir bahwa hal itu diciptakan oleh manusia. Tetapi melalui

    manusialah, Allah menyempurnakan ciptaan-Nya. Karena yang terjadi di

    langit dan di bumi adalah imanensi ketuhanan, ciptaan Tuhan.1 Oleh karena

    itu manusia tidak dapat menyebabkan sesuatu menjadi ada atau menciptakan

    sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada.2

    Dengan demikian dalam hubungannya dengan agama, agar seni bisa

    mencapai makna spiritual, manusia tidak harus menjadi sangat religius, tetapi

    hanya memerlukan cinta keindahan. Karena seni itu sendiri adalah ciptaan

    keindahan dalam bentuk apapun yang diciptakan, termasuk dalam bentuk

    manusia. Jika seniman menganggap apapun yang diciptakannya dalam seni

    adalah ciptaannya sendiri, berarti dia melupakan dirinya dalam segi

    keindahan, karena sesungguhnya segala sesuatu berasal dari Allah. Jika

    seniman mulai mengenal Allah dalam seninya, maka hal ini menjadikan seni

    memiliki nilai yang sebenarnya.Tetapi jika seniman belum menyadari hal ini,

    dia belum menyentuh kesempurnaan seni.3

    1 Hazrat Inayat Khan, The Heart of Sufism, terj. Andi Haryadi, PT. Remaja Rosda Karya,

    Bandung 2002, hlm. 397-398 2 Lynn Wilcox, Ilmu Jiwa Berjumpa Tasawuf, terj. IG Harimurti, Serambi, Jakarta, 2003,

    hlm. 140 3 Hazrat Inayat Khan, op.cit, hlm. 398

  • 2

    Demikian halnya jika membicarakan tentang seni tari. Dalam sejarah

    umat Islam terdapat perbedaan pendapat tentang seni tari. Seni tari dalam

    permulaan Islam berbentuk sederhana dan hanya dilakukan oleh orang-orang

    yang datang dari luar daerah Jazirah Arab. Menari biasa dilakukan pada hari-

    hari gembira, seperti hari raya. Kemudian seni tari berkembang pesat pada

    zaman sesudah Rasulullah SAW, khususnya pada zaman Daulah Abbasiah.

    Namun banyak ulama yang tidak setuju dengan tarian semacam itu,

    diantaranya Imam Syaikhul Islam dan Ahmad Ibnu Taimiyah. Beliau

    menentang keras seni tari dalam kitabnya yang berjudul Risalah Fi Sima Wal

    Raas Wal Suraakh (Risalah tentang mendengar musik, tari-tarian dan

    nyanyian). Namun ada juga kalangan ulama yang membolehkan seni tari

    selama tidak melanggar norma-norma Islam. Adapun yang berpendapat

    demikian di antaranya Ibrahim Mukhammad Al Halabi. Beliau mengarang

    kitab yang berjudul Al Rahs Wal Waqs Limustahili Al Raqs. (Benteng yang

    kokoh bagi orang yang membolehkan tari-tarian).

    Dahulu pada zaman Khilafah Abbasiyah, baik di kalangan gedung-

    gedung, istana, maupun di tempat-tempat hiburan lainya, seni tari telah

    mendapatkan tempat yang istimewa di tengah-tengah masyarakat. Pada akhir

    khilafah ini, kesenian tari mulai mundur ketika bangsa mongol menguasai

    pusat peradaban Islam di Baghdad. Semua hasil seni dirusak oleh tentara keji

    itu karena memang tidak menyukai tarian. Kemudian pada masa khilafah

    Utsmaniah, seni tari berkembang lebih pesat lagi, khususnya tari sufi yang

    biasa dilakukan oleh kaum pria saja. Sedangkan penari wanita menarikan

    tarian di istana dan rumah-rumah para pejabat, yang hanya dilakukan oleh

    wanita-wanita budak saja yang bekerja di istana, di rumah pejabat atau di

    rumah-rumah rakyat biasa.

    Namun tarian-tarian ini tidak pernah dilakukan di tempat-tempat

    terbuka yang penontonnya bercampur baur antara laki-laki dan perempuan.

    Tetapi setelah terpengaruh oleh kebudayaan Barat, muncul kebiasaan menari

    yang mengikuti para penari Barat dengan gaya merangsang syahwat dan

  • 3

    membangkitkan birahi, seperti tari balet, dansa, joged, dan tarian yang

    menimbulkan histeria seperti disko.

    Menurut seorang ulama Islam Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya

    Ulumuddin sebagaimana telah dikutip oleh Abdurrahman Al Baghdadi,

    beranggapan bahwa pendengar nyanyian musik dan menari hukumnya mubah.

    Sebab kata beliau,Para sahabat Rasulullah SAW pernah melakukan hajal

    (berjinjit) pada saat mereka bahagia. Imam al-Ghazali kemudian

    menyebutkan bahwa Ali Bin Abi Thalib pernah berjinjit atau menari ketika ia

    mendengar Rasulullah SAW bersabda :

    Engkau tergolong dalam golonganku, dan aku tergolong ke dalam golonganmu. Imam Al-Ghazali juga menyimpulkan bahwa menari dibolehkan

    hukumnya pada saat-saat bahagia, seperti hari raya, pesta pernikahan,

    aqiqahan, kelahiran bayi, khitanan dan setelah seseorang hafal al-Quran. Hal

    ini karena Rasulullah pernah mengijinkan Aisyah untuk menyaksikan penari-

    penari Habsah.

    Tarian orang-orang Habsyah di hadapan Rasulullah dijadikan dalil

    yang paling kuat tentang kebolehan tarian, sebab Rasulullah membiarkan

    mereka melakukannya, bahkan mendorong mereka untuk melanjutkan

    tariannya.

    Tetapi ada pula yang menentang tarian dengan menentang pengertian

    hadits yang membolehkan tarian itu. Beliau adalah Imam Ibnu Hajjar. Beliau

    mengatakan bahwa orang-orang Habsyah yang menari mempunyai maksud

    dan tujuan tertentu, yaitu sebagai latihan yang biasa mereka lakukan untuk

    berperang dengan memainkan perisai dan tombak. Oleh karena itu berbeda

    halnya dengan tarian yang tujuannya untuk menghibur diri, sehingga hal ini

    tidak dapat dijadikan hujjah yang membolehkan tari-tarian.

    Imam Ibnu Jauzi juga mengatakan bahwa hajal yang dilakukan Ali,

    Jafar dan Zaid adalah sebagai cara berjalan pada saat merasa gembira. Tarian

  • 4

    orang-orang Habsyah juga merupakan cara berjalan pada saat berhadapan

    dengan musuh pada saat berperang.

    Beliau juga mengomentari tarian orang sufi yang menurutnya tidak

    layak dilakukan. Karena menari sebagai ekspresi membanggakan diri.4

    Sedangkan dalam buku mutiara Ihya Ulumuddin Imam al-Ghazali

    yang diterjemahkan oleh H. Rusan menyebutkan jika seseorang mencintai

    Allah dan patuh pada hukum-hukum agama, maka akan lebih sempurna dan

    sesuai dengan hukum apabila dapat mendengarkan bunyi-bunyian sebagai

    sarana mengembangkan agama. Tetapi sebaliknya, jika hatinya penuh dengan

    keinginan-keinginan bersifat hawa nafsu, maka, lagu nyanyian dan tarian itu

    hanya akan menambah berkobarnya hawa nafsu tersebut. Hal itulah yang di

    maksud bertentangan dengan agama. Tetapi kalau hal itu dilakukan sebagai

    hiburan saja, maka masih disangsikan apakah sesuai ataukah bertentangan

    dengan agama. Yang dominan dari hal-hal yang menerima dan menolak

    musik tersebut adalah netral, karena musik itu sebenarnya menyenangkan,

    hampir sama seperti mendengarkan burung-burung bernyanyi, melihat

    rumput-rumput dan air yang mengalir indah yang semuanya tidak

    bertentangan dengan agama.

    Sifat-sifat lagu, nyanyian dan tari-tarian yang dipandang sebagai

    hiburan, juga dikuatkan oleh adanya Hadits Qudsi dari Siti Aisyah. Hadits

    tersebut mengisahkan bahwa pada suatu hari raya beberapa orang Habsyi

    melakukan qasidah di Masjid, kemudian Nabi mengajak Siti Aisyah untuk

    melihatnya hingga akhir.

    Pada uraian di atas jelas bahwa musik, lagu dan tari-tarian yang

    bermaksud menghibur tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama.

    Demikian pula yang dimaksudkan untuk iringan penyesalan dosa dan

    kekecewaan, memohon ampun dan taubat kepada Allah, maka hal yang

    demikian diijinkan oleh agama. Sebaliknya, jika lagu, musik dan tarian yang

    dibawakan pada acara-acara yang hanya menambah duka cita dan penyesalan

    4 Abdurrahman al Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam, Seni Vokal, Musik dan Tari, terj. Islisyah Asman dan Rahmat Kurnia ( Penyunting ), Gema Insani Press, Jakarta, 1991, hlm. 86-92

  • 5

    yang dilarang agama, maka hal yang demikian bertentangan dengan hukum-

    hukum agama. Karena dalam ayat-ayat Al-Quran pun telah dijelaskan

    sebagai berikut, Janganlah engkau berputus asa atas kehilangan barang-

    barangmu. Tetapi sebaliknya, lagu-lagu yang meriah di dalam pesta

    perkawinan, khitanan, kembali dari perjalanan dan sebagainya, kesemuanya

    itu tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama.5

    Jadi mendalami tentang tarian sufi pada perjalanan spiritual Jalaluddin

    Rumi, kiranya juga memerlukan pemahaman tersendiri. Karena sesungguhnya

    tarian ini merupakan cara bertarekat dalam tarekat yang didirikan oleh al-

    Rumi, yaitu Tarekat Maulawiyah.

    Meskipun tarian sufi telah dimainkan oleh banyak tarekat sufi, al-

    Rumi menjadikannya sebagai ciri khas dari tarekatnya. Karena tarekat ini

    mempunyai ciri utama konsep spiritual yang disebut sama.6 Konsep spiritual

    ini terkandung dalam Tarekat Maulawiyah. Dalam arti, semua gerakan,

    pakaian maupun bunyi-bunyian yang mengiringi tarian ini mempunyai makna

    spiritual. Hal inilah yang menjadikan tarian spiritual sebagai jalan untuk

    bertarekat dalam Tarekat Maulawiyah.

    B. Penegasan Judul Skripsi ini berjudul Tarian Spiritual (Studi Analisis Tarekat

    Maulawiyah). Agar dapat memberikan pemahaman yang tepat dan terarah

    serta untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan judul

    skripsi ini, maka penulis merasa perlu untuk mengemukakan makna dan

    maksud kata-kata dalam judul tersebut sekaligus memberikan batasan-batasan

    istilah agar dapat dipahami secara konkrit dan lebih operasional. Adapun

    penjelasan dari istilah tersebut adalah sebagai berikut:

    5 Imam Al-Ghazali, Mutiara Ihya Ulumudin,, terj. H. Rusan, Wicaksana, Semarang, 1984,

    hlm. 309-310. 6 Mulyadhi Kartanegara, Jalal Al-Din Rumi; Guru Sufi dan Penyair Agung, terj. Ilham B.

    Saenong, Teraju, Jakarta, 2004, hlm. 15

  • 6

    1. Tarian Spiritual

    Tarian Spiritual adalah istilah lain dari tarian sufi. Tarian ini

    memiliki makna secara spiritual, yang merupakan ekspresi dan manifestasi

    dari perasaan cinta kepada Allah SWT. Hal ini dilakukan untuk mencapai

    ekstase atau puncak dalam rasa mabuk cinta kepada Allah SWT. Dalam

    skripsi ini penulis memfokuskan pembahasan pada tarian spiritual pada

    Tarekat Maulawiyah yang didirikan Jalaluddin Rumi.

    Tarian ini bergerak memutar, karena merupakan gambaran sebuah

    pusat penciptaan, yaitu sebuah proses penciptaan yang semuanya berasal

    dari Allah SWT. Cara untuk dapat membangkitkan kesadaran spiritual

    dalam tarian sakral ini menggunakan syair-syair Ilahi, yaitu lagu-lagu sufi

    Turki yang diiringi dengan seruling dan drum sebagai alat musik utama.7

    2. Tarekat

    Tarekat adalah jalan, yaitu jalan menuju kebenaran di dalam

    tasawuf; cara atau aturan hidup dalam keagamaan atau ilmu kebatinan.

    Dapat juga didefinisikan sebagai persekutuan penuntut ilmu tasawuf.8

    Selain itu tarekat bisa berarti mistikisme; ilmu kerohanian atau kebatinan

    untuk mencapai kesempurnaan jiwa.9

    Tarekat juga berarti jalan atau cara untuk mencapai tingkatan-

    tingkatan ( maqamat ) dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan.10

    Secara umum tarekat adalah suatu metode yang ditempuh oleh para sufi

    dalam bertasawuf.

    7 Cyril Classe, Ensiklopedi Islam Ringkas, terj. Gufron A. Masadi, PT. Raja Grafindo

    Persada, Jakarta, 1996, hlm. 266 8 Bidang Perkamusan dan Peristilahan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi I, Balai

    Pustaka, Jakarta, 1988, hlm. 903. 9 Pius A. Partanto, M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya, 1994,

    hlm. 740. 10 M. Muhsin Jamil, M. A., Tarekat dan Dinamika Sosial Politik; Tafsir Sosial Sufi

    Nusantara, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hlm. 47

  • 7

    3. Maulawiyah

    Maulawiyah berasal dari kata Maulana yang berarti tuan kami, yang

    mana kata ini merupakan nama dari Jalaluddin Rumi yang dikenal di dunia

    Timur yaitu dari Turki sampai India, daerah-daerah yang cukup mengenal

    bahasa Persia.11 Maulawiyah pun dikenal dalam bahasa Persia dengan kata

    Mavlevi,12 yaitu asal kata Maulana. Maulawiyah adalah nama tarekat yang

    didirikan oleh Rumi,13 yang dikenal dengan tarian spiritualnya. Para

    pengikutnya disebut Whirling Dervishes,14 karena tarian ini dilakukan

    dengan gerakan memutar. Dalam hal ini penulis memfokuskan pada

    Tarekat Maulawiyah yang dipimpin langsung oleh al-Rumi. Adapun hal-

    hal di luar itu adalah sebagai pelengkap dalam skripsi ini.

    C. Rumusan Masalah Dari latar belakang dan penegasan judul yang penulis kemukakan di

    atas, maka dapat penulis rumuskan permasalahan dalam skripsi ini sebagai

    berikut:

    1. Apa makna spiritual dari tarian Tarekat Maulawiyah?

    2. Mengapa muncul tarian spiritual dalam Tarekat Maulawiyah?

    3. Bagaimana pelaksanaan tarian spiritual dalam Tarekat Maulawiyah?

    D. Tujuan dan Manfaat Penulisan Skripsi a. Tujuan Penulisan Skripsi

    Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini berdasarkan rumusan

    masalah di atas adalah sebagai berikut:

    11 Seyyed Husein Nasr (editor), Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam, terj. Tim

    Penerjamah Mizan, Mizan, Bandung, 2003, hlm. 141 12 Martin Lings, Ada Apa Dengan Sufi, terj. Achmad Maimun, Pustaka Sufi, Yogyakarta,

    2004, hlm. 108. 13 Syaikh Fadhlalla Haeri, Jenjang-Jenjang Sufisme, terj. Ibnu Burdah dan Shohifullah,

    Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000, hlm. 41. 14 Cyril Classe, op. cit., hlm. 266

  • 8

    1. Untuk mengetahui arti tarian spiritual Tarekat Maulawiyah.

    2. Untuk mengetahui sebab munculnya tarian spiritual dalam Tarekat

    Maulawiyah.

    3. Untuk mengetahui pelaksanaan tarian spiritual dalam Tarekat

    Maulawiyah.

    b. Manfaat Penulisan Skripsi

    Sedangkan manfaat dari penulisan skripsi ini adalah supaya dapat

    memberikan pengetahuan serta penjelasan tentang tarian spiritual dalam

    Tarekat Maulawiyah. Hal ini dimaksudkan agar dapat membantu dalam

    pengembangan cakrawala pengetahuan yang berhubungan dengan studi ilmu

    tasawuf pada jurusan tasawuf dan psikoterapi.

    E. Tinjauan Pustaka Tasawuf secara umum telah mengandung nilai-nilai yang sangat

    berharga bagi umat Islam. Di dalam Islam sendiri secara universal telah

    mencakup segala aspek kehidupan yang bisa mengatasi berbagai corak

    problem manusia Islam khususnya, yang mana hal ini bersumber pada al-

    Quran dan al-Hadits sebagai sumber ajaran Islam. Ditinjau dari judul skripsi

    yang penulis teliti, maka berikut terdapat beberapa literatur yang relevan

    dengan penelitian ini, yang mana literatur-literatur tersebut telah diteliti oleh

    peneliti lain. Literatu-literatur tersebut sebagai berikut :

    Cinta Ilahi Jalaluddin Rumi dalam Tasawuf yang ditulis oleh

    Badiatul, mahasiswa angkatan 1997 dalam karya ilmiahnya di fakultas

    Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang tahun 2002, menyebutkan tentang

    pemikiran tasawuf Jalaluddin Rumi tentang Cinta Ilahi. Di antaranya adalah

    tentang konsep cinta Jalaluddin Rumi yang menjelaskan bahwa cinta adalah

    hal utama yang diperlukan dalam kehidupan manusia, karena cinta adalah hal

    utama yang diciptakan oleh Allah.Dijelaskan juga bahwa ciptaan Allah

    terhadap segala sesuatu adalah berdasarkan cinta-Nya, karena itu cinta-cinta

    yang ada di dunia ini sesungguhnya bersumber atau merupakan manifestasi

    dari cinta Ilahi.

  • 9

    Rumi Menatap Sang Kekasih, tulisan Will Johnson yang

    diterjemahkan oleh Dini Dwi Utari dan diterbitkan oleh PT. Serambi Ilmu

    Semesta menyebutkan bahwa al-Rumi dan Syamsuddin adalah teman karib.

    Syamsuddin adalah tokoh spiritual yang misterius dan merupakan sahabat

    yang luar biasa bagi al-Rumi, sehingga Syamsuddin pulalah yang

    mengajarkan banyak hal spiritual kepadanya. Buku ini banyak berisi tentang

    kehidupan al-Rumi bersama Syamsuddin.

    Dunia Rumi; Hidup dan Karya Penyair Besar Sufi, buku yang

    diterbitkan oleh Pustaka Sufi 2002 atas tulisan Annemarie Schimmel yang

    diterjemahkan oleh Saut Pasaribu ini menjelaskan tentang banyak hal yang

    berhubungan dengan al-Rumi. Di antaranya adalah tentang jalan menuju

    Konya, peradabannya, puisi-puisi al-Rumi dan pemikirannya tentang cinta

    serta tarian spiritual yang diajarkan dalam tarekatnya. Dalam buku ini

    membenamkan kita pada suasana Konya di zaman al-Rumi.

    Kidung Rumi; Analisis Kritis dan Mistisisme dalam Islam yang

    diterbitkan oleh Risalah Gusti merupakan analisis kritis dari beberapa penulis,

    di antaranya Annemarie Schimmel hingga Victoria Holbrook tentang puisi-

    puisi al-Rumi dan mistisisme dalam Islam.

    Menari Menghampiri Tuhan; Biografi Spiritual Rumi, ditulis oleh

    Leslie Wines terjemahan Sugeng Hariyanto dan diterbitkan oleh PT. Mizan

    Pustaka, adalah sebuah karya tentang al-Rumi dengan pilihan tema (biografi

    spiritual) yang jarang disentuh oleh penulis lain. Tulisan ini berisi tentang

    perjalanan hidup al-Rumi sejak kecil hingga bertemu dengan seorang tokoh

    aneh, Syamsuddin, yang mengajarkan tarian spiritual kepadanya.

    Karya-karya di atas berhubungan dengan penelitian dalam skripsi ini,

    tetapi ada perbedaan antara keduanya. Kajian ini lebih spesifik karena khusus

    mengungkapkan tentang tarian spiritual yang ada dalam Tarekat Maulawiyah,

    yaitu tarekat yang didirikan oleh Jalaluddin Rumi yang khas dengan tarian

    mistiknya. Oleh karena hal inilah penulis memandang adanya kekhasan dalam

    kajian ini jika dibandingkan dengan karya-karya tersebut yang masih bersifat

    umum. Penulis akan mengkaji permasalahan ini sehingga dapat menghasilkan

  • 10

    tulisan yang tersusun dengan baik dan bermanfaat serta dapat

    dipertanggungjawabkan.

    F. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan studi kepustakaan yaitu

    dengan cara membaca dan memahami literatur yang berkaitan dengan

    pengumpulan data, dengan mengumpulkan buku-buku serta penulisan ilmiah

    lainnya yang berhubungan dengan judul skripsi ini. Oleh karena itu untuk

    memperoleh data yang memadai, maka dipergunakan tehnik-tehnik

    pengumpulan data sebagai berikut untuk mewujudkan karya ilmiah yang baik.

    1. Sumber Data

    Maksud sumber data di dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data

    dapat diperoleh.15 Adapun sumber data yang penulis gunakan adalah

    sebagai berikut:

    a. Sumber Primer

    Sumber primer merupakan sumber yang diambil dari literatur yang

    ditulis oleh al-Rumi yang berkaitan dengan masalah penelitian, yaitu:

    - Jalan Menuju Cinta (Jalaluddin Rumi, ter., Asih Ratnawati)

    - Yang Mengenal Dirinya Yang Mengenal Tuhannya

    (Jalaluddin Rumi, terj., Anwar Holid)

    b. Sumber Sekunder

    Sumber sekunder merupakan sumber data yang berasal dari buku-

    buku dan data lain yang menunjang dan berkaitan dengan pembahasan

    pada penelitian ini.

    2. Metode Pengumpulan Data

    Mengingat jenis penelitian dalam skripsi ini adalah Library Research,

    yaitu suatu penelitian guna memperoleh data yang dilakukan di

    perpustakaan, maka dalam pengumpulan data, penulis menggunakan

    kajian literatur dari buku-buku dan karya ilmiah yang ada kaitannya

    15 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Edisi

    Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 107.

  • 11

    dengan judul dalam skripsi ini. Kemudian dikategorikan menurut pokok

    bahasan dan disusun secara logika dan sistematis.

    3. Analisis Data

    Setelah disusun secara logika dan sistematis, maka data yang telah penulis

    kumpulkan tersebut dianalisis menggunakan metode hermeneutika.

    Metode ini berupaya untuk menafsirkan teks-teks yang ada dalam buku

    bacaan tersebut sesuai dengan makna teks yang dikehendaki oleh

    penulisnya.

    Metode Hermeneutika

    Kata hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneuein, yang

    memiliki arti menafsirkan, menginterpretasikan atau

    menerjemahkan.16 Kata ini juga diambil dari nama dewa dalam

    mitologi Yunani, Hermes. Jika dilihat dari perannya, berarti ilmu dan

    seni menginterpretasikan sebuah teks. Maka sebagai sebuah ilmu,

    hermeneutika harus menggunakan cara ilmiah dalam mencari makna,

    dan sebagai sebuah seni, harus menampilkan sesuatu yang baik dan

    indah tentang suatu penafsiran.17 Jadi hermeneutika menafsirkan teks

    untuk mengungkapkan makna yang tersembunyi.18 Dalam skripsi ini,

    data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan pendekatan

    hermeneutika sebagai upaya untuk memahami, menafsirkan dan

    menerjemahkan. Pendekatan ini memiliki tiga unsur dasar, yaitu to say

    (menyampaikan), to explain (menjelaskan) dan to translate

    (menerjemahkan).19

    16 Emilio Betti dkk., Hermeneutika Transendental; Dari Konfigurasi Filosofis Menuju

    Praktis Islamic Studie, terj. Nasiful Atho dan Arif Fahruddin (editor), Ircisod, Yogyakarta, 2003, hlm. 14.

    17 Ibid., hlm. 15. 18 Richard E. Palmer, Hermeneutika; Teori Baru Mengenai Interpretasi terj. Musnur Hery

    dan Damanhuri Muhammed, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003, hlm. 41 19 Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama; Sebuah Kajian Hermeneutika,

    Paramadina, Jakarta, 1996, hlm. 14

  • 12

    G. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis dan konsisten serta

    dapat menunjukkan gambaran yang utuh dalam penelitian ini, maka penulis

    akan menyusun skripsi ini dengan menyatakan garis-garis besar dari masing-

    masing bab yang saling berurutan. Hal ini dimaksudkan agar penyajian

    pembahasan masalah tersusun dengan rapi.

    Bab pertama, sebagai pembuka bahasan dalam skripsi ini disusun

    dalam pendahuluan, sebagai gambaran umum tarian dalam Islam. Dilengkapi

    juga dengan pendapat para ulama Islam tentang tari-tarian. Di samping itu

    tujuan yang hendak dicapai oleh penulis, berpijak dari permasalahan dalam

    skripsi ini, sehingga diperoleh manfaat yang tepat. Namun yang paling pokok

    adalah memuat metodologi. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah

    penelitian kualitatif, yaitu menganalisa data hasil penelitian dan mencari

    hubungan yang terdapat di dalamnya. Adapun metode analisis yang digunakan

    adalah metode hermeneutika atau penafsiran. Kemudian diimplementasikan

    dalam bab-bab berikutnya.

    Bab kedua, merupakan landasan teori yang mendasar pada

    pembahasan dalam penulisan skripsi ini. Hal ini sebagai perihal umum yang

    berkaitan dengan judul skripsi ini, juga sebagai landasan teori yang mengkaji

    hasil penelitian yang diperoleh dari literatur-literatur, baik buku maupun karya

    ilmiah lain yang berkaitan dengan pembahasan dalam skripsi ini. Hal ini

    sebagai langkah menuju bab berikutnya.

    Bab ketiga, merupakan bab penyajian data yang diteliti dalam skripsi

    ini, yaitu data-data tentang Jalaluddin Rumi yang mana menggambarkan juga

    mengenai ajaran-ajaran Tarekat Maulawiyahnya dan khususnya pada obyek

    yang diteliti, yaitu tarian spiritual. Kemudian hal ini akan dianalisis pada bab

    selanjutnya.

    Bab keempat, merupakan bagian pembahasan skripsi dari rumusan

    masalah. Dalam bab ini akan dianalisis data-data yang diperoleh dari bab

    sebelumnya yaitu bab ketiga yang merupakan praktek-praktek dalam tasawuf.

  • 13

    Hal ini menelaah terhadap ajaran Tarekat Maulawiyah mengenai obyek

    penelitian.

    Bab kelima, adalah bab terakhir dari keseluruhan kajian skripsi yang

    kemudian menunjukkan adanya gambaran yang jelas dari tasawuf dalam Islam

    yang sesuai dengan ajaran Tarekat Maulawiyah Jalaluddin Rumi. Dalam bab

    ini memuat saran yang relevan dengan objek penelitian.

  • 14

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................................i

    PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................ii

    HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................iii

    MOTTO ....................................................................................................................iv

    ABSTRAKSI ............................................................................................................v

    KATA PENGANTAR ..............................................................................................vi

    TRANSLITERASI ....................................................................................................vii

    DAFTAR ISI .............................................................................................................viii

    BAB I : PENDAHULUAN

    A. Judul ................................................................................................... 1

    B. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

    C. Penegasan Judul ................................................................................. 5

    D. Rumusan Masalah .............................................................................. 7

    E. Tujuan dan Manfaat Penulisan Skripsi ............................................. 7

    F. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 8

    G. Metode Penelitian ............................................................................. 9

    H. Sistematika Penulisan Skripsi ........................................................... 11

    BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG TARIAN SPIRITUAL

    A. Pengertian Tarian Spiritual

    B. Unsur Estetika dalam Tarian Spiritual

    C. Musik dan Tarian Sufi

    BAB III : JALALUDDIN RUMI, TARIAN SPIRITUAL DAN

    TAREKAT MAULAWIYAH

    A. Riwayat Hidup dan Karya-Karya tasawuf

    Jalaluddin Rumi

    B. Tarekat Maulawiyah

  • 15

    1. Ajaran-Ajaran dalam Tarekat Maulawiyah

    2. Sejarah dan Penyebaran Tarekat Maulawiyah

    C. Tarian Spiritual Tarekat Maulawiyah

    1. Pelaksanaan Tarian Spiritual Tarekat Maulawiyah

    2. Macam-Macam yang Dilewati dalam Tarian

    Spiritual

    BAB IV : ANALISIS TARIAN SPIRITUAL TAREKAT

    MAULAWIYAH

    A. Tarian Spiritual Sebagai Tarian Berbasis Tauhid

    B. Tarian Spiritual Sebagai Ekspresi Suatu Kecintaan

    BAB V : PENUTUP

    A. Kesimpulan

    B. Saran

    C. Penutup

  • 16

    DAFTAR PUSTAKA

    Al Baghdadi, Abdurrahman, Seni Dalam Pandangan Islam, Seni Vokal, Musik dan Tari, Gema Insani Press, Jakarta, 1991.

    Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr., Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta, 2002.

    Betti, Emilio, dkk., Hermeneutika Transendental; Dari Konfigurasi Filosofis Menuju Praktis Islamic Studies, Ircisod, Yogyakarta, 2003.

    Bidang Perkamusan dan Peristilahan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi I, Balai Pustaka, Jakarta, 1988.

    Haeri, Syaikh Fadhlalla, Jenjang-Jenjang Sufisme, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000.

    Kartanegara, Mulyadhi, Jalal Al-Din Rumi; Guru Sufi dan Penyair Agung, Teraju, Jakarta, 2004.

    Khan, Hazrat Inayat, The Heart of Sufism, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung 2002.

    Lings, Martin, Ada Apa Dengan Sufi, Pustaka Sufi, Yogyakarta, 2004.

    Nasr, Seyyed Husein (editor), Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam, Mizan, Bandung, 2003.

    Partanto, Pius A., M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya, 1994.

    Rusan, H., Imam Al-Ghazali; Mutiara Ihya Ulumudin, Wicaksana, Semarang, 1984.

    Wilcox, Lynn, Ilmu Jiwa Berjumpa Tasawuf, Serambi, Jakarta, 2003.

  • 17

    PROPOSAL PENELITIAN

    TARIAN SPIRITUAL (Studi Analisis Tarekat Maulawiyah)

    Diajukan untuk Mengadakan Penelitian Dalam Ilmu Tasawuf dan Psikoterapi

    Oleh : ISNAENY MILDA SUSANTI

    NIM: 4101060

  • 18

    FAKULTAS USHULUDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

    SEMARANG 2005