BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam...

70
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo Setelah melaksanakan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo, peneliti mengetahui keadaan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo merupakan bagian dari Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak (DJP) Jawa Tengah II. Karena mulai bulan November 2007 wilayah Propinsi Jawa Tengah dibagi menjadi dua yaitu kantor wilayah Direktorat Jendral Pajak (DJP) Jawa Tengah I dan Jawa Tengah II. Sebelum tahun 2008 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo merupakan bagian dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Klaten, kemudian pada bulan November 2007 dipecah menjadi dua bagian yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Klaten dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Klaten berdiri pada bulan November 1989 dan diresmikan oleh Direktur Jendral (Dirjen) Pajak pada tanggal 13 Januari 1994, sedangkan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo yang merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Klaten yang baru beroperasi mulai bulan November 2007. Pada tahun 1989 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Klaten masih berbentuk kantor dinas luar tingkat I Klaten dibawah inspeksi pajak Surakarta dan pada 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo

Setelah melaksanakan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Sukoharjo, peneliti mengetahui keadaan Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Sukoharjo. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo

merupakan bagian dari Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak (DJP) Jawa

Tengah II. Karena mulai bulan November 2007 wilayah Propinsi Jawa

Tengah dibagi menjadi dua yaitu kantor wilayah Direktorat Jendral Pajak

(DJP) Jawa Tengah I dan Jawa Tengah II.

Sebelum tahun 2008 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo

merupakan bagian dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Klaten, kemudian pada

bulan November 2007 dipecah menjadi dua bagian yaitu Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama Klaten dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Sukoharjo. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Klaten berdiri pada bulan

November 1989 dan diresmikan oleh Direktur Jendral (Dirjen) Pajak pada

tanggal 13 Januari 1994, sedangkan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Sukoharjo yang merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Klaten yang baru beroperasi mulai bulan November 2007.

Pada tahun 1989 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Klaten masih berbentuk

kantor dinas luar tingkat I Klaten dibawah inspeksi pajak Surakarta dan pada

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

tahun 1998 dengan pertimbangan pokok semakin banyaknya jumlah wajib

pajak dan semakin besarnya pemasukan uang pajak. Maka kantor dinas luar

tingkat I Klaten ditingkatkan menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Klaten

dan pada tahun 2007 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Klaten di pecah lagi,

menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Klaten dan Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo.

Dasar hukum yang digunakan dalam Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Sukoharjo adalah :

1. Peraturan Mentri Keuangan Nomor : 55/PMK.01/2007 tanggal 31 Mei

2007 tentang peraturan mentri keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006

tentang organisasi dan tata cara instansi vertikal Direktorat Jendral Pajak.

2. Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor : KEP-141/PJ/2007 tanggal 03

Oktober 2007 tentang penetapan organisasi dan tata cara instansi vertikal

Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo dan kantor pelayanan, penyuluhan,

dan konsultasi perpajakan di lingkungan kantor wilayah Jendral Pajak

Jawa Tengah I, kantor wilayah Direktorat Jendral Pajak Daerah Istimewa

Yogyakarta.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo merupakan unit vertikal

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) setingkat eleson III. Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama Sukoharjo mempunyai tugas pokok yaitu : Melaksanakan

penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang pajak

penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan barang mewah, pajak

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

tidak langsung lainnya, pajak bumi dan bangunan serta bea perolehan hak atas

tanah dan bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku selain mempunyai tugas pokok, Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo juga mempunyai fungsi :

1. Pengumpulan, pencairan, dan pengolahan data pengamatan potensi

perpajakan, pendataan, obyek dan subyek pajak, serta penilaian obyek

bumi dan bangunan

2. Penetapan dan penerbitan prosedur hukum perpajakan

3. Pengadminitrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan

pengolahan surat pemberitahuan, serta surat lainnya

4. Surat pemberitahuan, serta surat lainnya

5. Penyuluhan perpajakan

6. Pelaksanaan registrasi wajib pajak

7. Pelaksanaan ekstensifikasi

8. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak

9. Pelaksanaan konsultasi perpajakan

10. Pelaksanaan intensifikasi

11. Pembetulan ketetapan pajak

12. Pengurangan pajak bumi dan bangunan serta bea perolehan hak atas tanah

dan bangunan

13. Pelaksanaan adminitrasi kantor

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

Sebelum dipecah menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Klaten

dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo, Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama Klaten wilayah kerjanya meliputi :

1. Kabupaten Dati II Klaten

2. Kabupaten Sukoharjo

3. Kabupaten Wonogiri

Tetapi setelah dipecah, wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Sukoharjo meliputi dua kabupaten yaitu Kabupaten Sukoharjo dan

Kabupaten Wonogiri. Kabupaten Sukoharjo terdiri dari 15 (limabelas)

kecamatan, yaitu:

1. Kec. Sukoharjo

2. Kec. Grogol

3. Kec. Kartosuro

4. Kec. Mojolaban

5. Kec. Nguter

6. Kec. Bedosari

7. Kec. Bulu

8. Kec. Pracimantoro

9. Kec. Giritontro

10. Kec. Weru

11. Kec. Polokerto

12. Kec. Gatak

13. Kec. Paranggupito

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

14. Kec. Baki

15. Kec. Tawang Sari

Untuk kabupaten Wonogiri meliputi 22 kecamatan yaitu

1. Kec. Wonogiri

2. Kec. Sologiri

3. Kec. Baturetno

4. Kec. Jatisrono

5. Kec. Karang Tengah

6. Kec. Girimarto

7. Kec. Batu Warno

8. Kec. Ngadirojo

9. Kec. Wuryantoro

10. Kec. Girimarto

11. Kec. Puh Pelem

12. Kec. Jatiroto

13. Kec. Eromoko

14. Kec. Purdantoro

15. Kec. Tirtomoyo

16. Kec. Bulukerto

17. Kec. Slogohimo

18. Kec. Jatipurno

19. Kec. Nguntoronadi

20. Kec. Kismantoro

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

21. Kec. Sidoharjo

22. Kec. Manyaran

2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo

1. Visi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo

Menjadikan model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem

dan manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan

masyarakat.

2. Misi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo

1). Misi Fiskal

Menghimpun penerimaannya dalam negeri dan sektor pajak yang

mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan

Undang-undang perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efesiensi

yang tinggi.

2). Misi Ekonomi

Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan

ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan yang minimizing

distortion.

3). Misi Politik

Mendukung proses demokratis

4). Misi Kelembagaan

Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat

dan teknokrasi perpajakan serta adminitrasi perpajakan mutakhir.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

3. Stuktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Sukoharjo

Untuk dapat melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai lembaga yang

melayani masyarakat khususnya dalam bidang perpajakan, maka Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo membentuk struktur organisasai

agar dalam menjalankan tugasnya dapat lebih terorganisir.

Struktur Organisasi, uraian tugas, dan tanggung jawab Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo, telah diatur dalam surat keputusan Menteri

Keuangan Replubik Indonesia Nomor : 55/PMK.01/2007 tentang organisasi

dan tata kerja wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Struktur organisasi

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo terdiri dari :

a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo

b. Kepala Sub Bagian Umum

c. Kepala Seksi Penagihan

d. Kepala Seksi Pemeriksaan

e. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

f. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

g. Kepala Seksi Pelayanan

h. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

i. Kepala Seksi Ektensifikasi

j. Kelompok Jabatan Fungsional.

k. KP2KP Wonogiri

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

SUKOHARJO

Kepala Seksi Penagihan

Juru Sita Kelompok

Jabatan Fungsional

Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Juru Sita

Pelaksana Pelaksana

Kepala Seksi Pengawas dan Konsultasi I

Kepala Seksi Pemeriksaan

Kepala Seksi Pengawas dan Konsultasi II

Kepala Seksi PDI

Kepala Seksi Eksentifikasi

Kepala Seksi Eksentifikasi

Pelaksana

Account Representative

Account Representative

Pelaksana

Account Representative

Account Representative

Pelaksana

KP2KP Wonogiri

KEPALA KPP PRATAMA SUKOHARJO

Sub Bagian Umum Pelaksana

Kepala Seksi Pelayanan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

Sistem dan Prosedur kerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo

meliputi:

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Bertugas mengkoordinasi tugas-tugas yang berada di Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo, sesuai dengan kebijakan, keputusan dan

arahan Direktur Jendral Pajak.

2. Kepala Sub Bagian Umum tugasnya meliputi:

a. Koordinasi Pelaksanaan Tata Usaha dan Kepegawaian yang bertugas

membantu Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dalam urusan tata

usaha, kepegawaian dan laporan-laporan.

b. Membantu Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dalam urusan

keuangan.

c. Koordinasi pelaksana rumah tangga, yang bertugas membantu Kepala

Kantor Pelanyanan Pajak (KPP) dalam urusan rumah tangga

perlengkapan.

3. Kepala Seksi Penagihan

Bertugas mengkoordinir tugas-tugas koordinasi pelaksanaan dan

bertanggung jawab terhadap kelancaran dan tugas untuk dilaporkan

kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak, sedangkan segala urusan yang ada

pada seksi penagihan dibantu oleh :

a. Pelaksanaan adminitrasi piutang pajak

Yang bertugas membantu urusan penatausahaan piutang pajak, usul

penghapusan pajak, dan penundaan angsuran.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

b. Juru sita pajak

Bertugas membantu penyiapan surat teguran, surat paksa, surat

perintah melaksanaan penyitaan, usul, lelang dan dukungan penagihan

lainnya serta melakukan penagihan pajak atas wajib pajak.

4. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Bertugas mengkoordinir pengolahan data dan informasi, dibantu oleh

pelaksanaan seksi Pengolahan Data dan Informasi, yang bertugas :

a. Membantu urusan pengolahan data, penyajian informasi dan

membantu monografi pajak.

b. Membantu pelaksanaan pemberian dukungan teknisi komputer.

c. Membantu penggalian potensi perpajakan dan ekstensifikasi wajib

pajak.

5. Kepala Seksi Pemeriksaan

Kepala seksi pemeriksaan mempunyai tugas melakukan pemeriksaan

atas Surat Pemberitahuan (SPT) masa tahunan pajak penghasilan dan

Surat Pemberitahuan (SPT) masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

6. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi I dan II

Melakukan tugas pengawasan, penyuluhan dan konsultasi bagi wajib

pajak yang belum mengerti tentang perpajakan kepada masyarakat.

7. Kepala Seksi Eksentifikasi

Kepala seksi eksentifikasi mempunyai tugas melakukan pembinaan

wajib pajak atau mengarahkan seseorang membayar pajak agar patuh

terhadap perpajakan (melakukan ekstensifikasi).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

8. Fungsional

Mempunyai tugas melakukan urusan penyuluhan serta pelayanan

konsultasi dibidang perpajakan sesuai dengan peraturan perpajakan yang

berlaku. Hal ini dimaksudkan bagi wajib pajak yang belum mengetahui

tentang pajak dan kegunaannya, yang dibantu oleh:

a. Fungsional Pemeriksaan

Bertugas melakukan pemeriksaan atas kepatuhan wajib pajak dalam

melaksanakan kewajiban perpajakannya.

b. Fungsional Penilai

Bertugas melaksanakan penilaian atas obyek pajak untuk menentukan

Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).

4. Perkembangan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo merupakan bagian dari

Direktorat Jendral Pajak (DJP) Jawa Tengah II. Dengan target penerimaan

nomor tiga di kantor wilayah untuk tahun kemarin.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo baru beroperasi mulai

bulan November 2007, karena Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Sukoharjo merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Klaten

yang belum lama beroperasi, pada bulan Januari 2008 Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Sukoharjo menerima Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN, Surat

Pemberitahuan (SPT) Masa dan PPh BM, Surat Pemberitahuan (SPT) Masa

PPh pasal 21/26, Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh pasal 22, Surat

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

Pemberitahuan (SPT) Masa PPh pasal 23/26, Surat Pemberitahunan (SPT)

Masa PPh 25 dan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh pasal 4 ayat (2).

B. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah Negara yang berbentuk Replubik yang

mempunyai cita-cita sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-

Undang Dasar (UUD) 1945 yaitu berkehidupan kebangsaan yang bebas,

bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Berkaitan dengan hal tersebut, disusunlah

tujuan nasional dari pembentukan pemerintah yaitu melindungi segenap

bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Akibat munculnya krisis ekonomi disusul kemudian dengan lengsernya

Soeharto, timbulnya krisis politik dan sosial, hilangnya kepercayaan

masyarakat terhadap pemerintahan, dan semakin parahnya hak asasi manusia

(HAM); semua ini seakan-akan memberi suatu kesempatan besar bagi

masyarakat di daerah yang selama pemerintahan orde baru sangat tertekan

untuk menuntut kemerdekaan atau mendapatkan otonomi yang lebih luas. Isu

disintegrasi pun segera menyeruak dan menjadi salah satu topik hangat sejak

orde reformasi hingga akhir pemerintahan Abdurrahman Wahid. Menurut

Sondakh (1999), ada tiga faktor yang memicu bangkitnya tuntutan tersebut,

yakni sentiment regional, ketimpangan dan ketidakberdayaan ekonomi, dan

represi dan pelanggaran hak-hak masyarakat lokal. Dari ketiga faktor tersebut,

ketimpangan ekonomi merupakan faktor pemicu paling utama. Dapat

disimpulkan bahwa masyarakat di Daerah Istimewa Aceh atau di Irian Jaya

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

tidak akan sampai menuntut merdeka apabila selama pemerintahan orde baru

pembagian penghasilan dari ekspor sumber daya alam yang mereka miliki

dilakukan secara adil. Namun, kenyataannya tidak demikian. Yang terjadi

selama ini di kedua provinsi yang kaya itu adalah proses capital drainage

(Aziz, 1995; Hill, 1990).

Gerakan disintegrasi tersebut akhirnya memunculkan dua undang-undang

yang memberikan keleluasan kepada daerah dalam wujud otonomi yang luas

dan bertanggung jawab untuk mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri,

tanpa ada lagi intervensi dari pemerintah pusat, menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya.

Lahirnya UU No.22 Tahun 1999 sebagai pengganti UU No.5 Tahun 1974

tentang Pemerintah Daerah dan UU No.25 Tahun 1999 sebagai pengganti UU

No.32 Tahun 1974 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah dapat dianggap sebagai salah satu konsekuensi positif dari proses

reformasi sejak krisis ekonomi terjadi, yang mengisaratkan telah terjadinya

pergeseran paradigma dari system pemerintahan yang sentralistik ke system

pemerintahan yang desentralistik (Koswara, 1999).

Insukindro, dkk (1994) menyatakan dalam kaitannya dengan pemberian

otonomi yang lebih besar kepada daerah (khususnya Dati II) dalam

merencanakan, menggali dan menggunakan keuangan daerah sesuai kondisi

daerah, maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat dipandang sebagai satu

indikator atau kriteria untuk mengukur ketergantungan suatu daerah kepada

pusat. Pada prinsipnya semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

Tujuan pokok UU No.22 Tahun 1999 adalah untuk mewujudkan landasan

hukum yang kuat bagi penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan

keleluasaan kepada daerah untuk menjadi daerah otonomi yang mandiri dalam

rangka menegakkan system pemerintahan negara kesatuan Replubik Indonesia

sesuai UUD 1945. Penyelenggaraan otonomi daerah yang luas dilaksanakan

atas dasar prisip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemeratan dan

keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah (Koswara,

1999). Tujuan pokok UU No.25 Tahun 1999 adalah upaya memperdayakan

dan meningkatkan kemampuan perekonomian daerah, menciptakan system

pembiayaan daerah yang adil, proposional, rasional, transparan, partisipasif,

bertanggungjawab dan pasti, dan mewujudkan system perimbangan keuangan

yang baik antara pemerintah pusat dan pemda (Sidik, 1999).

Menurut No.25/1999, dalam rangka implementasi desentralisasi atau

dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas, pemerintahan pusat akan

mengalokasikan uang yang disebut”dana perimbangan”yang terdiri atas

bagian daerah, dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK).

Bagian daerah terdiri atas hasil pajak, yaitu pajak bumi dan bangunan (PBB),

bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), dan PPh perorangan

(diatur dalam UU No.17 Tahun 2000 dan PP No.115 Tahun 2000); dan hasil

non pajak, yakni penerimaan sumberdaya alam. Kriteria alokasi dana

perimbangan ini didasarkan pada sejumlah variable yang diatur dalam UU

tersebut. Pembagian DAU dan DAK dan perbedaan proporsi pembagian dana

perimbangan sebelum dan sesudah diberlakukannya UU No.25/1999.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

DAU atau bantuan umum (block grants) juga sering disebut bantuan tak

bersyarat (unconditional grants) karena merupakan jenis transfer dana

antartingkat pemerintahan yang tidak terikat dengan program pengeluaran

tertentu. DAU ini dimaksudkan untuk menggantikan transfer berupa subsidi

daerah otonomi (SDO) dan inpres. Tujuan bantuan ini adalah untuk

menyediakan dana yang cukup bagi pemda dalam menjalankan fungsi-

fungsinya. Bantuan umum ini dapat juga dilihat sebagai suatu mekanisme

transfer daya beli (purchasing power) dari pemerintahan pusat ke pemda

(Mahi,2000).

DAK atau bantuan khusus (specific grants) merupakan jenis transfer yang

memiliki persyaratan tertentu yang terkait di dalam bantuan tersebut. Bantuan

khusus ini diberikan untuk mendorong pemda dalam menambah barang dan

jasa publik tertentu. Jadi, DAK dapat menjamin bahwa pemda akan

menyediakan jasa publik yang sesuai dengan program pemerintah pusat, tanpa

harus membebani pemda. Dalam UU No.25/1999 dinyatakan bahwa DAK

diberikan untuk kegiatan investasi yang merupakan prioritas nasional atau

suatu kondisi khusus daerah, misalnya daerah transmigrasi (Mahi, 2000b)

Jadi perbedaan DAK dengan DAU adalah sebagai berikut. DAK dilandasi

atas pemikiran bahwa tidak semua bentuk pelayanan daerah biasa dijelaskan

melalui formula dan variabel-variabelnya sebagai halnya DAU (secara

lengkap akan dibahas pada bagian selanjutnya). Berbagai bentuk pelayanan

bahkan cenderung sangat khusus untuk suatu daerah sehingga tidak mungkin

menjelaskannya dalam satu formula yang berlaku umum. Kebutuhan yang

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

bersifat khusus ini, sebagaimana tercantum dalam UU No.25/1999 (pasal 8

ayat 2), adalah kebutuhan yang tidak sama antardaerah, misalnya kebutuhan di

kawasan transmigrasi atau daerah yang menampung pengungsi, kebutuhan

pembangunan prasarana baru, pembangunan jalan didaerah terpencil, saluran

imigrasi primer, dan saluran draines primer. Bantuan khusus yang serupa

DAK yang selama periode praotonomi daerah dinikmati oleh banyak daerah

adalah bantuan inpres (Simanjuntak, 2001).

Penerapan UU No.22 Tahun 1999 dan UU No.25 Tahun 1999 telah

dilaksanakan sejak 1 Januari 2001. Penerapan kedua UU ini dimungkinkan

menimbulkan berbagai masalah di daerah. Hal ini disebabkan karena daerah

harus berbenah dan menyiapkan diri untuk lebih mandiri, selama ini daerah

tidak dimungkinkan untuk mandiri. Khusus mengenai UU No.25 Tahun 1999,

dari sisi implementasinya ada dua masalah besar yang diperkirakan pasti akan

muncul dengan diberlakukannya UU tersebut. Pertama, kemampuan keuangan

atau kapasistas/potensi fiskal daerah. Hal ini penting karena sangat

menentukan mampu tidaknya suatu daerah untuk berotonomi. Artinya, daerah

otonomi harus memiliki kemampuan untuk menggali sumber-sumber

keuangan sendiri. Ketergantungan kepada bantuan pusat harus semisal

mungkin sehingga paendapatan asli daerah (PAD) harus menjadi bagian

keuangan sendiri terbesar.

Hal ini sejalan dengan pendapat Kuncoro (1995) dalam rangka

implementasi Undang-undang Nomor 22 dan Undang-undang Nomor 25

Tahun 1999, salah satu faktor yang harus dipersiapkan oleh pemerintah daerah

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

adalah kemampuan keuangan daerah, Indikator yang digunakan untuk

mengukur kemampuan keuangan daerah, tersebut adalah indikator

desentralisasi fiskal adalah rasio antara PAD dengan total pendapatan daerah.

Adapun sumber-sumber penerimaan daerah menurut UU nomor 22 tahun

1999 tentang Pemerintah Daerah, dan UU nomor 22 tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah adalah (Reksohadiprodjo,

2001:164-165)

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

a. Pajak Daerah

b. Retribusi Daerah

c. Bagian Laba BUMD

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

2. Dana Perimbangan

a. Bagi hasil

b. Sumberdaya Alam

c. Dana Alokasi Umum

3. Pinjaman Daerah

4. Lain-lain penerimaan yang sah.

Salah satu sumber penerimaan daerah tersebut adalah Pajak Bumi dan

Bangunan, yang termasuk dalam Dana Perimbangan. Pajak Bumi dan

Bangunan merupakan pajak pusat yang hasil penerimaannya diserahkan

kembali kepada pemerintah daerah, sehingga pemerintah daerah yang

bersangkutan dapat memanfaatkan hasil penerimaan pajak tersebut untuk

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

membiayai pembangunan daerahnya masing-masing. Agar dapat membiayai

pembangunan daerahnya maka pemerintah daerah perlu meningkatkan

penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

Pajak Bumi dan Bangunan juga dikenal sebagai pajak property (property

tax). Pajak property merupakan pajak daerah yang baik dan akan mendapatkan

nilai tinggi, meskipun masih jauh dari sempurna. Dilihat dari dasar pajaknya,

pajak property memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan pajak

penjualan dan pajak penghasilan (Oates, 1999:1,5). Pajak property dikenakan

dengan alasan bahwa property akan memberikan manfaat karena adanya

kenaikan nilai property sebagai akibat pembangunan prasarana publik. Alasan

lainnya adalah dari sisi kemampuan masyarakat dalam membayar pajak

(ability to pay) dan adanya ketimpangan distribusi pendapatan (Musgrave and

Musgrave,1989:460-462).

Selain itu, terdapat kecederungan kurang transparannya informasi harga

jual beli property oleh masyarakat karena masalah pembayaran pajak,

menjadikan pendekatan yang lebih sesuai untuk dipergunakan. Melalui

pendekatan ini, nilai property diperoleh melalui pengkapitalisasian pendapatan

sewa bersih yang diterima dari waktu ke waktu dengan tingkat kapitalisasi

tertentu sesuai degan jenis penggunaan property dan lokasinya, ” ujar Budi

Harjanto”.

Menanggapi tulisan Drs. Wibowo Raharjo, Msc yang berjudul “Nilai Jual

Obyek Pajak : Antara De Jure dan De Facto“ pada Berita Pajak edisi XI 1

Desember 2007 yang dalam penulisannya disebutkan bahwa terdapat banyak

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

penggunaan Nilai Jual Obyek Pajak selain untuk kepentingan perpajakan

sehingga menimbulkan kekisruhan hukum atau perbedaan persepsi yang

akhirnya menimbulkan kerugian pada pihak-pihak tertentu.

Penggunaan tersebut juga sangat merugikan Direktorat Jenderal Pajak

sebagai institusi yang bertugas untuk mendapatkan penerimaan di Sektor

Pajak mengingat dalam aturan atau payung hukumnya pada Undang-undang

No.12 tahun 1985 sebagaimana diubah Undang-undang No. 12 tahun 1994

Pasal 6 (1) jelas bahwa Nilai Jual Obyek Pajak adalah dasar pengenaan pajak.

Demikian pula pada Undang-undang No.21 tahun 1997 dan Undang-undang

No.20 tahun 2000 Pasal 6 (3) NJOP dijadikan dasar pengenaan BPHTP.

Penerapan NJOP dibeberapa wilayah di KP PBB banyak terdapat Distorsi

dengan harga pasar mengingat dalam praktik penerapannya ada beberapa

faktor yang dipertimbangkan antara lain :

a. Kemampuan membayar masyarakat : kenyataan di lapangan sering

timbul keluhan dari aparat Pemda yang terbebani dengan target

penerimaan PBB yang meningkat atau masyarakat yang sering

keberatan jika kenaikan PBB atau efek pajak lainnya akibat jual beli

jadi naik (PBB dan BPHTB).

b. Kondisi sosial, politik, dan keamanan suatu daerah: kondisi riil

dimasyarakat misalkan adanya kerawanan konflik misalkan adanya

pertimbangan Pemda agar kenaikan PBB ditunda karena Pilkada juga

merupakan pertimbangan tidak dinaikkan PBB.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

c. Kondisi perekonomian Daerah : Dengan adanya kondisi perekonomian

yang belum ada peningkatan misal adanya bencana alam, krisis

ekonomi, dan sebab ekonomi lainnya juga merupakan pertimbangan

penilai dalam menentukan besarnya NJOP.

d. Faktor kebijaksanaan Pemerintah :Faktor ini juga harus

dipertimbangkan penilaian dalam menentukan besarnya NJOP.

Distorsi tersebut berakibat NJOP seringkali tertinggal dari Nilai Pasar

properti sehingga banyak sekali dilematis jika NJOP digunakan

sebagai kepentingan selain perpajakan mengingat sebagian masyarakat

masih beranggapan bahwa NJOP sebagai tolak ukur Nilai Pasar Tanah

(Land Market Value).

Nilai adalah apa yang “sepatutnya dibayar” oleh seorang pembeli atau

diterima oleh penjual dalam sebuah transaksi dan harga adalah apa yang

akhirnya disetujui. (Harjanto Budi, 2003 )

Faktor yang menyebabkan perbedaan dan persamaan antara nilai dan harga

adalah faktor kewajaran, yaitu :

a. Penjual yang berkelayakan dan mempunyai hak bersedia menjual

hartanya

b. Pembeli yang mampu dan layak bersedia membeli

c. Ada waktu yang cukup untuk tawar menawar

d. Ada waktu yang cukup untuk menunjukkan harta yang dijual kepada

pasar

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

e. Harga tidak berubah atau mengalami fluktuasi dalam jangka waktu

tertentu

f. Tidak memperhatikan penawaran istimewa misal antara anak dan

bapak, dst.

Terdapat berbagai jenis nilai yaitu disesuaikan dengan tujuannya/

kepentingannya, nilai modal, nilai pasar wajar, nilai sewa, nilai penjualan,

nilai potensi, nilai tukar, dan lain-lain. Dalam pembahasan ini lebih

difokuskan pada masalah pengadaan tanah yang mengacu pada Peraturan

Presiden No.65 tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan

Pembangunan untuk kepentingan umum, yang sering kali pihak Direktorat

Jenderal Pajak menjadi saksi ahli atau diperiksa oleh aparat hukum yang

berwenang.

Dari uraian tersebut maka penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai

perbedaan harga pasar tanah dengan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) Bumi

pada Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB) dengan judul :“PERBEDAAN HARGA PASAR DAN NJOP

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI DESA NGUTER PADA KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKOHARJO“

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang berikut penulis akan merumuskan beberapa

permasalahan yang akan digunakan dalam pembuatan tugas akhir ini:

1. Bagaimana menentukan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) ?

2. Apakah ada perbedaan antara harga pasar dan harga Nilai Jual Obyek

Pajak (NJOP) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam peneliatian ini adalah

1. Untuk mengetahui cara menentukan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).

2. Untuk mengetahui perbedaan antara harga pasar dan Nilai Jual Obyek

Pajak (NJOP) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan dapat menggunakan ilmu

perpajakan yang diperoleh dari bangku kuliah kedalam kenyataan

sesungguhnya, khususnya dalam bidang Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Bagi kantor pajak

Dari hasil penelitian ini, apabila nantinya ditemukan adanya perbedaan

antara harga pasar dengan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) Pajak Bumi dan

Bangunan, diharapkan dapat menjadi masukan atau bahan pertimbangan

dalam menetukan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) tahun berikutnya.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pajak

Pajak menurut Prof.Dr.Rokhmat Soemitro,SH.adalah iuran rakyat kepada

kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada

mendapat jasa timbale (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan

yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:

a) Iuran dari rakyat kepada Negara, yang berarti bahwa yang berhak

memungut pajak hanyalah Negara dan iuran tersebut berupa uang (bukan

barang).

b) Berdasarkan Undang-undang, bahwa pajak yang dipungut berdasarkan

atau dengan kekuatan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

c) Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung

dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontraprestasi individual oleh pemerintah.

d) Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaran-

pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

1) Fungsi Pajak

Fungsi budgetair adalah pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah

untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran.

23

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

Fungsi mengatur (regulerend) adalah pajak sebagai alat untuk mengatur

atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan

ekonomi.

2) Syarat Dan Teori-Teori Yang Mendukung Pemungutan Pajak

Syarat agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau

perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a) Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)

b) Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-undang (Syarat Yuridis)

c) Tidak menggangu perekonomian (Syarat Ekonomis)

d) Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil)

e) Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

Teori-teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi pemberian hak

kepada Negara untuk memungut pajak. Teori tersebut antara lain adalah:

1) Teori Asuransi

2) Teori Kepentingan

3) Teori Daya Pikul

4) Teori Bakti

5) Teori Asas Daya Beli

3) Pengelompokan Pajak.

Berdasarkan golongannya pajak dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak

dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

b) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang akhirnya dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain.

Berdasarkan sifatnya pajak dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak Subyektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

b. Pajak Obyektif, yaitu pajak yang berpangkal pada obyeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Berdasarkan lembaga pemungutan dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

e) Tata Cara Pemungutan Pajak

a. Stelsel Pajak

Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan tiga stelsel:

a) Stelsel nyata (riel stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada obyek (penghasilan yang nyata),

sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,

yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata

mempunyai kelebihan atau kebaikan dan kekurangan. Kebaikan stelsel

ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Sedangkan

kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode

(setelah penghasilan riil diketahui).

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

b) Stelsel anggapan (fictieve stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh

undang-undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama

dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat

ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.

Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan,

tanpa harus menunggu pada akhir tahun. Sedangkan kelemahannya

adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang

sesungguhnya.

c) Stelsel campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel

anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu

anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan

dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut

kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut anggapan, maka Wajib

Pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya dapat

diminta kembali.

b. Asas Pemungutn Pajak

Ada tiga asas pemungutan pajak yaitu:

a) Asas domisili (asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak

yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak

dalam negeri.

b) Asas sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di

wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

c) Asas kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara.

Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang

yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di

Indonesia. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Luar Negeri.

c. Sistem Pemungutan Pajak

Pemungutan pajak terdapat tiga system yaitu:

a) Official Assessment System

Adalah suatu system pemungutan yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

oleh Wajib Pajak.

b) Self Assessment System

Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

terutang.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

c) With Holding System

Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

Wajib Pajak.

2. Konsep dan Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Pajak merupakan suatu pungutan yang merupakan hak prerogratif

pemerintah, pungutan tersebut didasarkan pada undang-undang,

pemungutannya dapat dipaksakan kepada subyek pajak yang mana tidak ada

balas jasa yang langsung dapat ditunjukkan penggunaannya

(Mangkoesoebroto, 1996:181). Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan

pungutan yang dikenakan atas tanah dan bangunan yang didirikan diatas

tanahnya (Reksohadiprojo, 2001:128)

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dikenakan dengan alasan bahwa bumi

dan bangunan memberikan keuntungan dan/atau kedudukan sosial yang lebih

terhadap orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau

memperoleh manfaat. Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

didasarkan pada UU nomor 12 tahun 1985 yang kemudian diganti UU nomor

12 tahun 1994. UU tersebut berisi beberapa hal yang antara lain diuraikan

secara singkat sebagai berikut (Dirjen Pajak dan Yayasan Bina Pembangunan,

1995:21-23,27,39-40,101).

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

a. Permukaan bumi

Pengertian bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada

dibawahnya. Permukaan bumi dalam pengertian ini tanah dan perairan

pedalaman serta laut wilayah Indonesia.

b. Bangunan

Bangunan dalam pengertian ini meliputi:

1) tempat tinggal (rumah);

2) jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti

hotel, pabrik dan empalsemennya, dan lain-lain yang merupakan suatu

kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;

3) jalan tol;

4) kolam renang;

5) pagar mewah;

6) tempat olah raga;

7) galangan kapal, dermaga;

8) taman mewah;

9) tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;

10) fasilitas lain yang memberikan manfaat.

3. Obyek Pajak

Yang menjadi Obyek Pajak adalah bumi dan/atau bangunan. Klasifikasi

Obyek Pajak diatur oleh Menteri Keuangan. Yang dimaksud dengan

klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuk

memudahkan penghitungan pajak yang terutang.

Dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah faktor-faktor yang diperhatikan

sebagai berikut:

1) letak;

2) peruntukan;

3) pemanfaatan;

4) kondisi lingkungn dan lain-lain

Dalam menentukan klasifikasi bangunan faktor-faktor yang diperhatikan

sebagai berikut:

1) bahan yang digunakan;

2) rekayasa;

3) letak;

4) kondisi lingkungan dan lain-lain.

Pada dasarnya bumi dan/atau bangunan di wilayah Negara Replubik

Indonesia merupakan obyek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Tetapi ada

beberapa obyek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang tidak dikenai pajak,

yaitu :

1) digunakan semata-mata untuk kepentingan umum di bidang ibadah,

sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak

dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;

2) digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis

dengan itu;

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

3) merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman

nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai desa, dan tanah negara

yang belum dibebankan suatu hak;

4) digunakan untuk perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan atas

perlakuan timbal balik;

5) digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang

ditentukan oleh Menteri Keuangan.

d. Subyek Pajak

Subyek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah orang atau badan yang

secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat

atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas

bangunan. Sehingga subyek pajak dikenai kewajiban membayar pajak. Oleh

karena itu dalam Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

pengertian subyek pajak adalah wajib pajak atau orang atau badan yang secara

nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas

bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas

bangunan.

Subyek Pajak yang ditetapkan dapat memberikan keterangan secara tertulis

kepada Direktur Jendral Pajak bahwa ia bukan Wajib Pajak terhadap Obyek

Pajak yang dimaksud. Bila keterangan yang diajukan oleh Wajib Pajak

disetujui, maka Direktur Jendral Pajak membatalkan penetapan sebagai Wajib

Pajak dalam jangka waktu satu bulan sejak diterimanya surat keterangan

dimaksud. Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka Direktur

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

Jendral Pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai alasan-

alasannya. Apabila setelah jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya

keterangan Direktur Jendral Pajak tidak memberikan keputusan, maka

keterangan yang diajukan itu dianggap disetujui.

Untuk lebih jelasnya diberikan contoh sebagai berikut:

1. Subyek Pajak X memanfaatkan atau menggunakan bumi dan atau

bangunan milik Y bukan karena sesuatu hak berdasarkan Undang-undang

atau bukan karena perjanjian, maka X yang memanfaatkan/menggunakan

bumi dan atau bangunan ditetapkan sebagai wajib pajak.

2. Suatu obyek pajak yang masih dalam sengketa pemilikan di pengadilan,

maka orang atau badan yang memanfaatkan/menggunakan obyek pajak

tersebut ditetapkan sebagai wajib pajak.

3. Subyek pajak dalam waktu yang lama berada di luar wilayah letak obyek

pajak, sedang untuk merawat obyek pajak tersebut dikuasakan kepada

orang atau badan, maka orang atau badan yangn diberi kuasa dapat

ditunjuk sebagai wajib pajak. Penunjukan sebagai wajib pajak oleh

Direktur Jendral Pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak.

e. Nilai Jual Obyek Pajak

Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) merupakan harga rata-rata yang

diperoleh dari transaksi secara wajar yang digunakan sebagai dasar

pengenaan dan perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Dengan

demikian Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB) ditetapkan sekali dalam tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan

daerahnya.

Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang diperoleh

dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak

terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) ditentukan

melalui perbandingan harga dengan Obyek lain sejenis, atau nilai

perolehan baru, atau Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) pengganti;

Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) dapat dihitung dengan 3 (tiga)

pendekatan yaitu:

a) Perbandingan harga dengan Obyek lain sejenis

Suatu pendekatan /metode penentuan nilai jual suatu Obyek Pajak

dengan cara membandingkan nya dengan Obyek Pajak lain yang

sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah

diketahui harga jualnya.

b) Nilai Perolehan baru

Suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu Obyek Pajak

dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh Obyek tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang

dikurangi dengan penyusutan berdasarkan kondisi fisik Obyek.

c) Nilai jual pengganti

Suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu Obyek Pajak yang

berdasarkan pada hasil produksi Obyek Pajak tersebut.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

Nilai ini mempunyai tujuan untuk pajak. Untuk tujuan ini mengacu pada

Undang-undang No.12 tahun 1985 sebagaimana diubah Undang-undang

No.12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan ketentuan

pelaksanaannya. Jadi jelas dari proses penilaiannya Nilai Jual Obyek Pajak

(NJOP) tidak bisa disamakan dengan tujuan untuk kepentingan lainnya

misalkan proses ganti rugi tanah, penilain asset, penilaian marger, dan lain-

lain, karena pada tiap kepentingan akan menghasilkan nilai yang berbeda

sesuai dengan tujuannya.

Penerapan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) memperhatikan kemampuan

masyarakat hal ini dapat dilihat pada bagian Penjelasan Undang-undang No.12

tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) disebutkan pada bagian

umum :

1) Bahwa Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) mencerminkan

keikutsertaan dan kegotongroyongan masyarakat dibidang pembiayaan

pembangunan sehingga semua obyek pajak dikenakan pajak.

2) Hasil penerimaan pajak ini diarahkan kepada tujuan kepentingan

masyarakat didaerah yang bersangkutan, maka sebagian besar hasil

penerimaan pajak diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

3) Penggunaan pajak yang demikian oleh daerah akan merangsang

masyarakat untuk memenuhi kewajiban membayar pajak yang sekaligus

mencerminkan sifat kegotongroyongan rakyat dalam pembiayaan

pembangunan.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

Terdapat suatu pendekatan yang berbeda dalam penentuan Nilai Jual

Obyek Pajak (NJOP) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) mengingat faktor

tersebut diatas terdapat beberapa karakteristik Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB) yang membedakan dengan pajak lain:

1) Dikenakan atas semua obyek pajak sehingga konsumen/wajib pajaknya

adalah beberapa lapisan masyarakat. Sehingga kenaikan Nilai Jual Obyek

Pajak (NJOP) akan sensitif sekali terutama bagi masyarakat menengah ke

bawah yang mana kemampuan ekonominya menurun akibat kondisi

ekonomi yang belum sepenuhnya membaik.

2) Pengenaannya bersifat massal sehingga dimungkinkan adanya beberapa

kelemahan dalam penerapannya, sedangkan untuk obyek tertentu/ spesifik

bisa dilakukan secara individual.

3) Pengenaannya tetap memperhatikan harga pasar sebagai acuan dalam

penentuan besarnya Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) Pajak Bumi atau

Bangunan.

4) Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) cenderung melihat aspek

obyektif wajib pajak; dimana berbeda dengan pajak lainnya yang

cenderung pada subyek pajaknya (kemampuan wajib pajak). Kondisi ini

memungkinkan wajib pajak mengajukan besarnya pengurangan selama

obyek tersebut masih obyek domisili wajib pajak atau karena kondisi

subyek pajak yang ada kaitannya dengan obyek pajak.

Pengadaan Tanah pada Perpres 65 tahun 2006. Pengadaan tanah ini ada 2

bagian penting :

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

1) Bukan untuk kepentingan umum pada pasal 2 (2) pelaksanaannya

dilakukan dengan cara jual beli, tukar menukar, atau cara lain yang

disepakati secara sukarela oleh pihak yang bersangkutan

2) Pengadaan tanah untuk kepentingan umum didasarkan atas : Nilai Jual

Obyek Pajak (NJOP) atau nilai nyata sebenarnya dengan memperhatikan

Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) tahun berjalan berdasarkan penilaian

Lembaga/Tim Penilai harga tanah yang ditunjuk oleh panitia

Jadi dari 2 (dua) item diatas jelas bahwa Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP)

bukan satu-satunya alat untuk membayar besarnya kompensasi ganti rugi tapi

ada unsur nilai pasar.

Permasalahan yang terjadi didaerah-daerah adalah :

a. Pemerintah Daerah tidak menggunakan jasa Profesi Penilai untuk

menentukan Nilai Pasar Wajar.

b. “Keragu-raguan” jika tidak menggunakan Nilai Jual Obyek Pajak karena

kekuatiran konsekuensi hukumnya (persepsi sebagian pelaksana kegiatan

akibat minimnya sosialisasi “Apa itu Nilai Jual Obyek Pajak”).

c. Dalam penentuan Nilai Tanah melibatkan pihak-pihak yang belum

mengerti benar cara menilai properti misal masih menggunakan informasi

Camat/Lurah sebagai referensi harga jual, pada hal untuk menentukan

“Nilai Tanah” perlu juga advis dan jasa Profesi Penilai sehingga dapat

lebih Akuntable dan dapat dipertanggung jawabkan.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

d. Panitia Penilai tanah tidak dibentuk secara independen dalam artian harus

membuat nilai yang fair sehingga tidak tergantung pada kepentingan pihak

yang membutuhkan lahan.

e. Masih adanya persepsi tokoh masyarakat maupun aparat hukum bahwa

Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) sebagai penentu besarnya ganti rugi

sehingga sering menimbulkan polemik yang berkepanjangan.

Pada peraturan Kepala BPN No.3 tahun 2007 tentang aturan Pelaksanaan

Perpres 65 tahun 2006 pada pasal 59 disebutkan

1) Bentuk dan besarnya ganti rugi pengadaan tanah secara langsung ditetapkan

berdasarkan musyawarah antara Instansi Pemerintah yang memerlukan

tanah dengan Pemilik.

2) Musyawarah yang dimaksud pada ayat (1) dapat berpedoman pada Nilai Jual

Obyek Pajak (NJOP) atau nilai nyata sebenarnya dengan memperhatikan

Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) tahun berjalan disekitar lokasi.

Jadi jelas bahwa Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) bukan satu-satunya alat

untuk pengadaan tanah baik untuk kepentingan umum atau bukan kepentingan

umum.

Tapi jika terdapat perbedaan yang tajam antara Nilai Jual Obyek Pajak

(NJOP) dan harga pasar sebaiknya Tim Penilai harga tanah harus dapat

membuat penilaian yang dapat mencerminkan Nilai Pasar wajar daerah

tersebut atau jika dirasa perlu lebih baik menggunakan jasa Profesi Penilai

yang dapat menentukan nilai yang dapat dipertanggung jawabkan.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

Namun jika Nilai Jual Obyek Pajak dipakai dan disetujui para pihak untuk

pengadaan tanah maka tim penilai harga tanah maupun panitia pengadaan

tanah harus pula dapat memberikan alasan yang dapat dipertanggung

jawabkan kepada pihak manapun yang minta keterangan maupun pertanggung

jawaban.

f. Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)

Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) adalah nilai jual yang dikenakan sebagai

perhitungan pajak, yaitu persentase tertentu dari nilai jual sesungguhnya.

Besarnya Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) ditetapkan setiap tiga tahun oleh

Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun

sesuai dengan perkembangan daerahnya. Dasar penghitungan pajak adalah

Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) yang ditetapkan serendah-rendahnya 20% dan

setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).

Besarnya persentase Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional.

Dalam menetapkan nilai jual, Mentri Keuangan mendengar pertimbanggan

Gubernur serta memperhatikan asas self assessment. Yang dimaksud Nilai

Jual Kena Pajak (assessment value) adalah nilai jual yang dipergunakan

sebagai dasar penghitungan pajak, yaitu suatu persentase tertentu dari nilai

jual sebenarnya. Besarnya Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) sebagai dasar

penghitungan pajak yang terutang, ditetapkan untuk:

a) Obyek pajak perkebunan sebesar 40% dari Nilai Jual Obyek Pajak.

b) Obyek pajak kehutanan sebesar 40% dari Nilai Jual Obyek Pajak.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

c) Obyek pajak pertambangan sebesar 20% dari Nilai Jual Obyek Pajak

d) Obyek pajak lainnya adalah sebesar 40% dari Nilai Jual Obyek Pajaknya

Rp 1.000.000.000,00 atau lebih dan sebesar 20% dari Nilai Jual Obyek

Pajak apabila Nilai Jual Obyek Pajaknya (NJOP) kurang dari Rp

1.000.000.000,00.

g. Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP).

Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) adalah batas Nilai

Jual Obyek Pajak (NJOP), meliputi tanah dan bangunan, yang tidak terkena

pajak. Hal ini dimaksudkan untuk memberi rasa keadilan kepada wajib pajak

yang hanya memiliki tanah saja, karena pada ketentuan sebelumnya tidak ada

batas nilai jual tanah tidak kena pajak. Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena

Pajak (NJOPTKP) ditetapkan menjadi setinggi-tingginya Rp.12.000.000,00

untuk setiap wajib pajak. Besarnya Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak

(NJOPTKP) untuk setiap daerah Kabupaten/Kota, ditetapkan oleh Kepala

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) atas nama Menteri Keuangan

dengan mempertimbangkan pendapat Pemerintah Daerah setempat.

h. Tarif Pajak

Tarif Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan tarif tunggal karena

hanya ada satu tarif, yaitu sebesar 0,5%.

i. Sanksi

Wajib pajak yang melanggar Undang-undang tentang Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) dapat dikenakan sanksi administrasi maupun sanksi pidana.

Sanksi yang dikenakan bagi wajib pajak :

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

1). Karena kealpaannya sehingga menimbulkan kerugian pada Negara, dalam

hal:

a). Tidak mengembalikan/menyampaikan Surat Pemberitahuan Obyek

Pajak kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

b). Menyampaikan Surat Pemberitahuan Obyek Pajak, tetapi isinya tidak

benar atau tidak lengkap dan/atau melampirkan keterangan tidak benar.

2). Karena kesengajaannya sehingga menimbulkan kerugian pada Negara,

dalam hal:

a). Tidak mengembalikan/menyampaikan Surat Pemberitahuan Obyek

Pajak (SPOP) kepada Direktorat Jendral Pajak (DJP).

b). Menyampaikan Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP), tetapi

isinya tidak benar atau tidak lengkap dan/atau melampirkan keterangan

yang tidak benar.

c). Memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen lain yang

palsu atau dipalsukan seolah-olah benar.

d). Tidak memperlihatkanatau tidak meminjamkansurat atau dokumen

lainnya.

e). Tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan keterangan yang

diperlukan.

Untuk sebab kealpaan bagi wajib pajak dipidana dengan pidana kurungan

selama-lamanya enam bulan atau denda setinggi-tingginya sebesar dua kali

pajak yang terutang. Kealpaan berarti tidak sengaja, lalai, kurang hati-hati

sehingga perbuatannya tersebut mengakibatkan kerugian bagi Negara. Untuk

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

sebab kesengajaan wajib pajak dipidana penjara selama-lamanya dua tahun

atau denda setinggi-tingginya lima kali pajak yang terutang. Sanksi pidana ini

akan dilipatkan dua, apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang

perpajakan sebelum lewat satu tahun, terhitung sejak selesainya menjalani

sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan atau sejak dibayarkan

denda.

B. Analisis Data dan Pembahasan

1. Wilayah penelitian

Wilayah yang kami teliti adalah di daerah Kabupaten Sukoharjo,

Kecamatan Nguter, Kelurahan Nguter. Kabupaten Sukoharjo terletak di

wilayah eks Karesidenan Surakarta yang berada di Provinsi Jawa Teangah

yang terdiri atas 1 (satu) kota, yaitu Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo

adalah salah satu Kabupaten dari 6 (enam) Kabupaten antara lain Kabupaten

Klaten, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar dan

Kabupaten Wonogiri. Luas wilayah Kabupaten Sukoharjo adalah sekitar

466,66 2km dan di bagi menjadi 15 kecamatan termasuk didalamnya

kecamatan Nguter. Kecamatan Nguter dibagi dalam beberapa kelurahan yang

ber jumlah 16 kelurahan yaitu

1. Kelurahan Pondok

2. Kelurahan Daleman

3. Kelurahan Plesetan

4. Kelurahan Celep

5. Kelurahan Kedung Winong

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

6. Kelurahan Baron

7. Kelurahan Serut

8. Keluran Nguter

9. Kelurahan Tanjung

10. Kelurahan Lawu

11. Kelurahan Gupit

12. Kelurahan Tanjung Rajo

13. Kelurahan Juron

14. Kelurahan Jangglengan

15. Kelurahan Pengkol

16. Kelurahan Kepuh

2. Cara menentukan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) bumi

Cara-cara yang digunakan didalam menentukan Nilai Jual Obyek Pajak

(NJOP) adalah :

a) Pertama-tama dilakukan adalah pengumpulan informasi data transaksi/data

pasar tanah/bumi. Data transaksi ini biasanya diketahui dari laporan

bulanan Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT), informasi dari Pemerintah

Desa maupun informasi dari broker atau makelar tanah.

b) Data-data transaksi tersebut kemudian ditabulasikan atau dibuat titik-titik

pada peta desa.

c) Kemudian peta desa tersebut dibuat peta Zona Nilai Tanah (ZNT).

Masing-masing Zona Nilai Tanah (ZNT) tersebut kemudian dibuat Nilai

Indikasi Rata-rata (NIR) berdasarkan data transaksi yang ada.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

d) Dari data Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) tersebut kemudian dimasukkan

dalam klasifikasi nilai tanah sehingga didapat Nilai Jual Obyek Pajak

(NJOP) masing-masing.

Dari cara-cara diatas yaitu pengumpulan data, apabila terdapat tiga atau

dua data yang diketemukan oleh apatur pajak baik dari laporan bulanan

Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT), informasi dari Pemerintah Desa

maupun informasi dari broker atau makelar tanah. Misalnya, tanah yang

terletak di Dukuh Gatak Rejo terdapat informasi dari Pejabat Pembuat Akte

Tanah (PPAT) dengan harga tanah Rp.120.000,00 dan informasi dari broker

atau makelar dengan harga Rp.100.000,00 maka dari kedua harga tersebut

dijumlahkan dibagi 2 (dua) maka hasilnya Rp.110.000,00 atau tanah yang

terletak di Dusun Gatak Rejo memperoleh informasi dari Pejabat Pembuat

Akte Tanah (PPAT), dari informasi Pemerintah Desa dan informasi dari

broker atau makelar sebagai berikut Rp.130.000,00, Rp.180.000,00 dan Rp

145.000,00, maka dari ketiga harga tersebut di buat titik-titik kemudian dibagi

3 (tiga) maka hasilnya adalah Rp.150.000,00. Dari harga-harga diatas maka

dibuatlah titik-titik pada peta desa kemudian dibuat peta Zona Nilai Tanah

kemudian dibuat Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) berdasarkan transaksi tersebut

diatas kemudian dimasukkan kedalam pengklasifikasian tersebut diatas.

Sehingga setelah pengklasifikasian ditemukanlah hasil Nilai Jual Obyek Pajak

(NJOP) Bumi.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

Berdasarkan cara-cara diatas, maka penulis mendapatkan hasil yang tertuang

dari tabel dibawah ini.

Tabel.II.1

Nama Jalan, Kode ZNT, Kelas Bumi dan Penggolongan Nilai Jual Bumi.

Blok Nama Jalan/ Kode Kelas Penggolongan Nilai Jual

Dukuh ZNT Bumi Bumi

001 Dk Gatak Rejo AA A29 > Rp.91.000,00 s/d Rp.114.000,00

002 Ds Gatak Rejo AV A27 > Rp.142.000,00 s/d Rp.178.000,00

003 Ds Nguter AC A34 > Rp. 23.000,00 s/d Rp. 31.000,00

004 Ds Ngambil Ambil AG A34 > Rp. 23.000,00 s/d Rp. 31.000,00

005 Ds Jetis AN A33 > Rp. 31.000,00 s/d Rp. 41.000,00

006 Dk Nguter AW A29 > Rp. 91.000,00 s/d Rp.114.000,00

007 Dk Nguter AV A27 > Rp.142.000,00 s/d Rp.178.000,00

008 Ds Nguter AA A29 > Rp. 91.000,00 s/d Rp.114.000,00

009 Ds Ngambil Ambil AU A33 > Rp. 31.000,00 s/d Rp. 41.000,00

Sumber : KPP Pratama Sukoharjo

Dari tabel diatas dapat dibuat rumus menentukan Nilai Jual Obyek Pajak

(NJOP) sebagai berikut:

2P

NJOPÎ

=

Ket: P : Penggolongan Nilai Jual Bumi/Tanah

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

Maka besarnya Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) ditiap-tiap jalan/dukuh dapat

dicari dengan perhitungan dibawah ini :

1. Dk.Gatak Rejo : 00,000.103.:2

00,000.114.00,000.91.Rp

RpRp +

2. Ds. Gatak Rejo : 00,000.160.:2

00,000.178.00,000.142.Rp

RpRp +

3. Ds.Nguter : 00,000.27.:2

00,000.31.00,000.23.Rp

RpRp +

4. Ds. Ngambil Ambil : 00,000.27.:2

00,000.31.00,000.23.Rp

RpRp +

5. Ds.Jetis : 00,000.36.:2

0,000.41.00,000.31.Rp

RpRp +

6. Dk.Ngute : 00,000.103.:2

00,000.114.00,000.91.Rp

RpRp +

7. Dk.Ng : 00,000.160.:2

00,000.178.00,000.142.Rp

RpRp +

8. Ds.Nguter : 00,000.103.:2

00,000.114.00,000.91.Rp

RpRp +

9. Ds Ngambil Ambil : 00,000.36.:2

0,000.41.00,000.31.Rp

RpRp +

Dari perhitungan diatas jumlah Nilai Jual Obyek Pajak yang paling tinggi

adalah Dusun Gatak Rejo dan Dukuh Nguter dengan Kode ZNT adalah AV

dengan kelas bumi A 27 dan dengan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) Bumi

adalah Rp.160.000,00. Sedangkan yang paling kecil Nilai Jual Obyek Pajak

(NJOP) adalah Dusun Nguter dan Dusu Ngambil Ambil dengan Kode ZNT

AC dan AG dengan Kelas Bumi A34 dan Harga Nilai Jual Obyek Pajak

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

(NJOP) Bumi adalah Rp. 27.000,00. Dan dari perhitungan tersebut peneliti

membuat tabel dibawah ini.

Tabel.II.2

Nama Jalan, Kode ZNT, Kelas Bumi dan Nilai Jual Obyek Pajak Bumi.

Blok Nama Jalan/ Kode Kelas Nilai Jual Obyek Pajak

Dukuh ZNT Bumi Bumi

001 Dk Gatak Rejo AA A29 Rp.103.000,00

002 Ds Gatak Rejo AV A27 Rp.160.000,00

003 Ds Nguter AC A34 Rp. 27.000,00

004 Ds Ngambil Ambil AG A34 Rp. 27.000,00

005 Ds Jetis AN A33 Rp. 36.000,00

006 Dk Nguter AW A29 Rp.103.000,00

007 Dk Nguter AV A27 Rp.160.000,00

008 Ds Nguter AA A29 Rp.103.000,00

009 Ds Ngambil Am AU A33 Rp. 36.000,00

Sumber:KPP Pratama Sukoharjo

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

3. Menentukan ada atau tidaknya perbedaan antara harga pasar dengan Nilai

Jual Obyek Pajak (NJOP).

Dari beberapa kelurahan yang akan dijadikan obyek penelitian hanya 1

(satu) kelurahan yaitu kelurahan Nguter, kelurahan Nguter terdapat 18 dusun /

blok. Di sini tidak akan memperlihatkan satu persatu dari blok masing-masing

tetapi akan diambil yang diperlukan saja. Disini yang akan diteliti antara lain

perbedaan harga pasar tanah (bumi) dengan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP)

tanah (bumi), perbedaan yang dapat dilihat dalam table 2.1. Tabel 2.1 yang

paling tinggi perbedaan antara harga pasar dengan Nilai Jual Obyek Pajak

adalah pada blok 5 (lima) dan yang paling rendah perbedaannya antara harga

pasar dengan Niali Jual Obyek Pajak (NJOP) ada pada blok 9 (sembilan).

Jumlah rata-rata dari perbedaan antara harga pasar dengan Nilai Jual Obyek

Pajak (NJOP) adalah 61,236 %

Disini terdapat pengaruh antara harga pasar tanah dan Nilai Jual Obyek

Pajak (NJOP) terhadap pajak yang harus dibayarkan ke Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo karena apabila harga jual obyek naik maka

akan berpengaruh pada pajak yang harus di bayarkan ke Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo. Dan upaya yang akan dilakukan oleh Kantor

pelayanan Pajak Sukoharjo bergantung pada obyeknya karena kalau obyek

pajak naik maka akan naik juga pajak yang harus dibayar ataupun sebaliknya

kalau obyek pajak turun maka akan rendah juga pajak yang harus di bayar ke

Kator Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo, tergantung pada obyeknya.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

Tabel II.3.

Blok, Nama Jalan, Kode ZNT, Nilai Jual Obyek Pajak Bumi, Harga Pasar

Tanah/Bumi, Perbandingan Nilai Jual Obyek Pajak dan Harga Pasar

Blok Nama Jalan/ Kode NJOP Bumi Harga Pasar Perbandingan

Dukuh ZNT Tanah NJOP & Hrg Pasar

001 Dk Gatak Rejo AA Rp.103.000,00 Rp.150.000,00 68,67 %

002 Ds Gatak Rejo AV Rp.160.000,00 Rp.250.000,00 64 %

003 Ds Nguter AC Rp.27.000,00 Rp. 40.000,00 67,5 %

004 Ds Ngambil Ambil AG Rp.27.000,00 Rp. 50.000,00 54 %

005 Ds Jetis AN Rp.36.000,00 Rp. 50.000,00 72 %

006 Dk Nguter AW Rp.103.000,00 Rp.150.000,00 68,7 %

007 Dk Nguter AV Rp.160.000,00 Rp.300.000,00 53,33 %

008 Dk Nguter AA Rp.103.000,00 Rp.200.000,00 51,5 %

009 Ds Ngambil Ambil AU Rp.36.000,00 Rp.170.000,00 51,43 %

Jumlah rata-rata : 61,236%

Jadi disini terdapat perbedaan antara harga pasar dengan Nilai Jual Obyek

Pajak (NJOP) di daerah Kelurahan Nguter. Perbedaan ini telah menentukan

Nilai Jual Obyek (NJOP) Pajak dengan harga pasar karena Nilai Jual Obyek

Pajak (NJOP) lebih rendah dengan harga pasar.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

Cara menghitung perbedaan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) dengan harga

pasar adalah :

X : perbedaan NJOP & harga pasar

Y : NJOP Bumi

Z : harga pasar tanah

1. Menentukan perbedaan NJOP dengan harga pasar pada Blok 001:

%100xZY

X =

%100000.150000.103

x=

= 68,67 %

2. Menentukan perbedaan NJOP dengan harga pasar pada Blok 002:

%100xZY

X =

%100000.250000.160

x=

= 64 %

3. Menentukan perbedaan NJOP dengan harga pasar pada Blok 003:

%100xZY

X =

%100000.40000.27

x=

= 67,5 %

%100xZY

X =

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

4. Menentukan perbedaan NJOP dengan harga pasar pada Blok 004:

%100xZY

X =

%100000.50000.27

x=

= 54 %

5. Menetukan perbedaan NJOP dengan harga pasar pada Blok 005:

%100xZY

X =

%100000.50000.36

x=

= 72 %

Di daerah Nguter ini perbedaan antara Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP)

dengan harga pasar yang terjadi setiap tahun sehingga aparat pajak melakukan

penyesuaian Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) dengan harga pasar setiap tahun

juga. Biasanya Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) lebih kecil dari pada harga

pasar, sehingga subyek pajak/Wajib Pajak mau untuk membayar pajak.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

BAB III

TEMUAN

Dari analisis data dan pembahasan penulis dapat memberikan beberapa kelebihan

dan kekurangan yaitu

A. Kelebihan

1. Dari tabel persentase perbandingan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) dengan

harga pasar tanah terlihat bahwa Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) lebih

kecil dari pada nilai harga pasar sehingga ini sangat menguntungkan wajib

pajak atau masyarakat, karena Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang

harus dibayar lebih kecil dari yang seharusnya karena dasar pengenaan

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).

B. Kekurangan

1. Dengan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) yang lebih kecil dari harga nilai

pasar, maka pajak yang masuk kedalam kas negara juga lebih kecil dari

yang seharusnya.

2. Berdasarkan mekanisme atau prosedur yang telah ditetapkan dalam sistem

perpajakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), diamati bahwa beberapa

kenyataan mengarah pada gambaran bahwa penetapan Nilai Jual Obyek

Pajak (NJOP) selalu lebih rendah dibandingkan harga pasar.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

Kenyataan tersebut disebabkan antara lain karena:

a. Sulitnya memperoleh data riil atau data pasar untuk menganalisa Nilai

Jual Obyek Pajak (NJOP).

b. Harga tanah cenderung selalu meningkat, sehingga pada saat

menganalisa Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) dibuat, harga pasar

sesungguhnya sudah mengalami kenaikan. Misalnya analisa Nilai Jual

Obyek Pajak (NJOP) dilakukan pada bulan Desember, berarti data

pasar yang diperoleh adalah data pasar sebelum bulan Desember.

Padahal kenyataannya harga pasar bulan Desember tersebut lebih

tinggi dari bulan sebelumnya.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

BAB IV

PENUTUP

Dari analisis data dan pembahasan penulis dapat memberikan beberapa

kesimpulan dan rekomendasi antara lain:

A. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Nilai

Jual Obyek Pajak (NJOP) sebagai dasar pengenanan Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) rata-rata persentase masih rendah dari pada nilai

pasarnya.

2. Untuk Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) bergantung pada obyeknya,

apabila obyek pajak naik maka pajak yang harus dibayar naik pula

ataupun sebaliknya kalau obyek pajak turun maka akan turun juga pajak

yang harus dibayar.

B. Rekomindasi

1. Untuk Kantor Pelayanan Pajak

Dalam rangka peningkatan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

maka Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

bisa lebih ditingkatkan lagi asal tidak melebihi nilai pasar, dengan

diketemukan fakta bahwa Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) masih lebih

rendah dari harga pasar.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

2. Untuk Peneliti selanjutnya

Agar didapatkan hasil yang lebih baik, kepada pembaca yang berminat

untuk meneliti lebih jauh mengenai perbedaan harga pasar dengan Nilai

Jual Obyek Pajak (NJOP), akan lebih baik bila datanya lebih banyak dan

wilayah penelitian lebih luas.

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

DAFTAR PUSTAKA Dr Tulus.T.H.Tambuan.2001. Teori dan Temuan Empiris Perekonomian Indonesia. Edisi kedua.Ghalia Indonesia,Jakarta. Mardiasmo.2002.Perpajakan. Edisi Revisi.Andi,Yogyakarta. Suandy, Erly.2002.Perpajakan,Salemba Empat,Jakarta. Reksohadiprodjo, Sukanto. 2001. Ekonomika Publik.Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta. Eko Bayu Aji,SE,MT. NJOP adalah produk perpajakan.Penilaian Properti Appraisal-Ilmu Ekonomi. Tri Wibowo. Dalam study system penetapan Nilai Jual Obyek Pajak sebagai dasar perhitungan PBB dan BPHTB Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo. 2009. Struktur Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo Tahun 2009. Klaten Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukoharjo. 2009. Klasifikasi dan Besarnya Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) Permukaan Bumi Berupa Tanah Tahun 2009. Klaten

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi
Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi
Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 201/KMK.04/2000

TENTANG

PENYESUAIAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK SEBAGAI DASAR PENGHITUNGAN PAJAK BUMI DAN

BANGUNAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

bahwa dalam rangka penyesuaian besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumidan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994, dipandang perlu untuk menetapkan penyesuaian besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak dengan Keputusan Menteri Keuangan;

Mengingat :

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Tahun 1985Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 12 Tahun 1994 Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3569);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENYESUAIAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK SEBAGAI DASAR PENGHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN.

Pasal 1

(1) Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak. (2) Kepada setiap wajib pajak diberikan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak.

Pasal 2

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) keputusan iniditetapkan setinggi-tingginya Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.

Pasal 3

Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 untuk setiap daerah Kabupaten/Kota, ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas namaMenteri Keuangan dengan mempertimbangkan pendapat Pemerintah Daerah setempat.

Pasal 4

Pada saat Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajaksebesar Rp. 8.000.000,00 (delapan juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 5

Keputusan ini mulai berlaku pada tahun pajak 2001.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 6 Juni 2000 MENTERI KEUANGAN

ttd

BAMBANG SUDIBYO

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-251/PJ./2000 tentang Tata Cara Penetapan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Sebagai Dasar Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR ……………………………………

TENTANG

PENETAPAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK TIDAK KENA

PAJAK SEBAGAI DASAR PENGHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

UNTUK KABUPATEN/KOTA …………………………

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 201/KMK.04/2000 tanggal 6 Juni 2000 tentang Penyesuaian Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Sebagai Dasar Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan. Maka besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak untuk Kabupaten/Kota ……………… perlu disesuaikan;

b.

bahwa sehubungan dengan hal tersebut,dipandang perlu menetapkan besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak untuk Kaupaten/Kota ………………… dengan Keputusan Menteri Keuangan;

Mengingat : 1

. Undang-undang Nomor l2 Tahun l985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3569);

2.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 201/KMK.04/2000 tanggal 6 Juni 2000 tentang Penyesuaian Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Sebagai Dasar Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan;

Memperhatikan

: 1.

Surat Rekomendasi Gubernur/Bupati/Walikota ……………………………………Nomor………………………… Tanggal………………………Hal Usulan ………………………………………………………

2.

Surat Kepala Kantor Pelayanan PBB ……………………………… Nomor S-…………/WPJ………/KB…………/…………Tanggal …………………… hal usulan ………………… ……………………………………

MEMUTUSKAN :

Menetapkan

: KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENETAPAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK SEBAGAI DASAR PENGHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN UNTUK KABUPATEN/KOTA ……………………………

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

PERTAMA : Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) Sebagai Dasar Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan untuk Kabupaten/Kota …………………… adalah sebesar Rp ……………………………… (…………………………………………………………… ) untuk setiap Wajib Pajak.

KEDUA : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan Menteri Keuangan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001 SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth. : 1. Direktur Jenderal Pajak; 2. Gubernur Propinsi …………………; 3. Bupati/Walikota …………; 4. Kepala Kantor Pelayanan PBB ………………; 5. Kepala Kantor Penyuluhan Pajak …………………;

Ditetapkan di pada tanggal ……………………

a.n. Menteri Keuangan Republik Indonesia Kepala Kantor Wilayah……………………

Direktorat Jenderal Pajak,

………………………… NIP. ……………………

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

I. Klasifikasi, Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual Bumi Kelompok A

Klas Penggolongan, Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah) Nilai Jual (Rp/M2) 1 2 3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

> 3.000.000 s/d 3.200.000 > 2.850.000 s/d 3.000.000 > 2.708.000 s/d 2.850.000 > 2.573.000 s/d 2.708.000 > 2.444.000 s/d 2.573.000 > 2.261.000 s/d 2.444.000 > 2.091.000 s/d 2.261.000 > 1.934.000 s/d 2.091.000 > 1.789.000 s/d 1.934.000 > 1.655.000 s/d 1.789.000 > 1.490.000 s/d 1.655.000 > 1.341.000 s/d 1.490.000 > 1.207.000 s/d 1.341.000 > 1.086.000 s/d 1.207.000 > 977.000 s/d 1.086.000 > 855.000 s/d 977.000 > 748.000 s/d 855.000 > 655.000 s/d 748.000 > 573.000 s/d 655.000 > 501.000 s/d 573.000 > 426.000 s/d 501.000 > 362.000 s/d 426.000 > 308.000 s/d 362.000 > 262.000 s/d 308.000 > 223.000 s/d 262.000 > 178.000 s/d 223.000 > 142.000 s/d 178.000 > 114.000 s/d 142.000 > 91.000 s/d 114.000 > 73.000 s/d 91.000 > 55.000 s/d 73.000 > 41.000 s/d 55.000 > 31.000 s/d 41.000 > 23.000 s/d 31.000 > 17.000 s/d 23.000 > 12.000 s/d 17.000 > 8.400 s/d 12.000 > 5.900 s/d 8.400 > 4.100 s/d 5.900 > 2.900 s/d 4.100 > 2.000 s/d 2.900 > 1.400 s/d 2.000 > 1.050 s/d 1.400 > 760 s/d 1.050 > 550 s/d 760 > 410 s/d 550 > 310 s/d 410 > 240 s/d 310 > 170 s/d 240 > 170

3.100.000 2.925.000 2.779.000 2.640.000 2.508.000 2.352.000 2.176.000 2.013.000 1.862.000 1.722.000 1.573.000 1.416.000 1.274.000 1.147.000 1.032.000 916.000 802.000 702.000 614.000 537.000 464.000 394.000 335.000 285.000 243.000 200.000 160.000 128.000 103.000

82.000 64.000 48.000 36.000 27.000 20.000 14.000 10.000 7.150 5.000 3.500 2.450 1.700 1.200

910 660 480 350 270 200 140

Mentri Keuangan Ttd

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

II. Klasifikasi, Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual Bumi Kelompok B

Klas Penggolongan, Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah) Niali Jual (Rp/M2) 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

> 67.390.000 s/d 69.700.000 > 65.120.000 s/d 67.390.000 > 62.890.000 s/d 65.120.000 > 60.700.000 s/d 62.890.000 > 58.550.000 s/d 60.700.000 > 56.440.000 s/d 58.550.000 > 54.370.000 s/d 56.440.000 > 52.340.000 s/d 54.370.000 > 50.350.000 s/d 52.340.000 > 48.400.000 s/d 50.350.000 > 46.490.000 s/d 48.400.000 > 44.620.000 s/d 46.490.000 > 42.790.000 s/d 44.620.000 > 44.000.000 s/d 42.790.000 > 39.250.000 s/d 44.000.000 > 37.540.000 s/d 39.250.000 > 35.870.000 s/d 37.540.000 > 34.240.000 s/d 35.870.000 > 32.650.000 s/d 34.240.000 > 31.100.000 s/d 32.650.000 > 29.590.000 s/d 31.100.000 > 28.120.000 s/d 29.590.000 > 26.690.000 s/d 28.120.000 > 25.300.000 s/d 26.690.000 > 23.950.000 s/d 25.300.000 > 22.640.000 s/d 23.950.000 > 21.370.000 s/d 22.640.000 > 20.140.000 s/d 21.370.000 > 18.950.000 s/d 20.140.000 > 17.800.000 s/d 18.950.000 > 16.690.000 s/d 17.800.000 > 15.620.000 s/d 16.690.000 > 14.590.000 s/d 15.620.000 > 13.600.000 s/d 14.590.000 > 12.650.000 s/d 13.600.000 > 11.740.000 s/d 12.650.000 > 10.870.000 s/d 11.740.000 > 10.040.000 s/d 10.870.000 > 9.250.000 s/d 10.040.000 > 8.500.000 s/d 9.250.000 > 7.790.000 s/d 8.500.000 > 7.120.000 s/d 7.790.000 > 6.490.000 s/d 7.120.000 > 5.900.000 s/d 6.490.000 > 5.350.000 s/d 5.900.000 > 4.840.000 s/d 5.350.000 > 4.370.000 s/d 4.840.000 > 3.940.000 s/d 4.370.000 > 3.550.000 s/d 3.940.000 > 3.200.000 s/d 3.550.000

68.545.000 66.255.000 64.000.000 61.795.000 59.625.000 57.495.000 55.405.000 53.355.000 51.345.000 49.375.000 47.445.000 45.555.000 43.705.000 41.895.000 40.125.000 38.395.000 36.705.000 35.055.000 33.445.000 31.875.000 30.345.000 28.855.000 27.405.000 25.995.000 24.625.000 23.295.000 22.005.000 20.755.000 19.545.000 18.375.000 17.245.000 16.155.000 15.105.000 14.095.000 13.125.000 12.195.000 11.305.000 10.455.000 9.645.000 8.875.000 8.145.000 7.455.000 6.805.000 6.195.000 5.625.000 5.095.000 4.605.000 4.155.000 3.745.000 3.375.000

Mentri Keuangan ttd

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

Provinsi : 33 – Jawa Tengah Kecamatan : 050 – NGUTER Kab/Kodya : 11- Sukoharjo Kelurahan : 010 – NGUTER

Klasifikasi dan Besarnya NJOP Permukaan Bumi Berupa Tanah Tahun 2009 Tabel Blok I

BLK Nama Jalan Kode

ZNT Kelas Bumi

Penggolongan Nilai Jual Bumi Ket. NJOP Bumi

001 Dk Gatak Rejo AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 001 Dk Gatak Rejo AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 001 Dk Gatak Rejo AD A31 > 55.000 s/d 73.000 64.000 001 Dk Gatak Rejo AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 001 Dk.Ngambil Ambil AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 001 Dk.Ngambil Ambil AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 001 Ds.Gatak Rejo AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 001 Ds.Ngambil Ambil AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 001 Ds.Ngambil Ambil AP A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 001 Ds.Gatak Rejo AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 001 Ds.Gatak Rejo AD A31 > 55.000 s/d 73.000 64.000 001 Ds.Gatak Rejo AP A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 001 Ds.Gatak Rejo AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 001 Ds.Ngambil Ambil AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 001 Ds.Ngambil Ambil AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 001 Ds.Ngambil Ambil AP A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 001 Ds.Ngambil Ambil AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 001 Jl. Jalak AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000

Klasifikasi dan Besarnya NJOP Permukaan Bumi Berupa Tanah Tahun 2009 Tabel Blok II

BLK Nama Jalan Kode

ZNT Kelas Bumi

Penggolongan Nilai Jual Bumi Ket. NJOP Bumi

002 Dk Gatak Rejo AW A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 002 Dk Gatak Rejo AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 002 Dk Gatak Rejo AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 002 Dk Gatak Rejo AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 002 Dk Gatak Rejo AW A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 002 Dk Gatak Rejo AW A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 002 Ds.Ngambil Ambil AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 002 Ds.Ngambil Ambil AW A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 002 Ds.Ngambil Ambil AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 002 Ds.Ngambil Ambil AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 002 Ds.Ngambil Ambil AW A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 002 Ds.Ngambil Ambil AW A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 002 Ds.Gatak Rejo AB A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 002 Ds.Gatak Rejo AB A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 002 Ds.Gatak Rejo AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 002 Ds.Gatak Rejo AW A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 002 Ds.Ngambil Ambil AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 002 Ds.Ngambil Ambil AW A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 002 Jl.Raya Solo WNG AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 002 Jl.Raya Solo WNG AW A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 002 Ds.Gatak Rejo AW A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 002 Jl.Raya Solo WNG AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

Klasifikasi dan Besarnya NJOP Permukaan Bumi Berupa Tanah Tahun 2009 Tabel Blok III

BLK Nama Jalan Kode

ZNT Kelas Bumi

Penggolongan Nilai Jual Bumi Ket. NJOP Bumi

003 Dk Gatak Rejo AC A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 003 Dk.Ngambil Ambil AC A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 003 Dk.Ngambil Ambil AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 003 Dk.Ngambil Ambil AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 003 Dk.Ngambil Ambil AC A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 003 Dk.Ngambil Ambil AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 003 Ds.Nguter AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 003 Ds. Baron AC A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 003 Ds.Gatak Rejo AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 003 Ds.Ngambil Ambil AE A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 003 Ds.Ngambil Ambil AC A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 003 Ds.Ngambil Ambil AE A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 003 Ds.Ngambil Ambil AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 003 Ds.Nguter AC A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 003 Ds.Nguter AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 003 Nguter AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000

Klasifikasi dan Besarnya NJOP Permukaan Bumi Berupa Tanah Tahun 2009

Tabel Blok IV

BLK Nama Jalan Kode ZNT

Kelas Bumi

Penggolongan Nilai Jual Bumi Ket. NJOP Bumi

004 Dk.Ngambil Ambil AG A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 004 Dk.Nguter AK A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 004 Ds.Gatak Rejo AG A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 004 Ds.Ngambil Ambil AH A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 004 Ds.Ngambil Ambil AF A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 004 Ds.Ngambil Ambil AG A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 004 Ds.Ngambil Ambil AH A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 004 Ds.Ngambil Ambil AI A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 004 Ds.Ngambil Ambil AJ A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 004 Ds.Ngambil Ambil AK A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 004 Ds.Nguter AI A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 004 Ds.Nguter AJ A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 004 Ds.Nguter AK A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000

Klasifikasi dan Besarnya NJOP Permukaan Bumi Berupa Tanah Tahun 2009 Tabel Blok V

BLK Nama Jalan Kode ZNT

Kelas Bumi

Penggolongan Nilai Jual Bumi Ket. NJOP Bumi

005 Dk.Nguter AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 005 Ds.Gunungan AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 005 Ds.Jetis AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 005 Ds.Ngambil Ambil AL A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 005 Ds.Nguter AL A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 005 Ds.Nguter AN A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 005 Ds.Nguter AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 005 Ds.Tambukan AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 005 Stasiun Nguter AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

Klasifikasi dan Besarnya NJOP Permukaan Bumi Berupa Tanah Tahun 2009 Tabel Blok VI

BLK Nama Jalan Kode

ZNT Kelas Bumi

Penggolongan Nilai Jual Bumi Ket. NJOP Bumi

006 Dk.Nguter AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 006 Dk.Nguter AW A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 006 Ds.Nguter AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 006 Ds.Ngambil Ambil AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 006 Ds.Ngambil Ambil AW A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 006 Ds.Nguter AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 006 Ds.Nguter AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 006 Ds.Nguter AW A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 006 Ds.Nguter AX A30 > 73.000 s/d 91.000 82.000 006 Jl.Raya Solo WNG AY A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000

Klasifikasi dan Besarnya NJOP Permukaan Bumi Berupa Tanah Tahun 2009 Tabel Blok VII

BLK Nama Jalan Kode ZNT

Kelas Bumi

Penggolongan Nilai Jual Bumi Ket. NJOP Bumi

007 Dk.Nguter AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 007 Dk.Nguter AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 007 Dk.Nguter AW A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 007 Ds.Nguter AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 007 Ds.Nguter AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 007 Ds.Nguter AW A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 007 Ds.Nguter AY A32 > 41.000 s/d 55.000 48.000 007 Jl.Raya Nguter AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 007 Jl. Raya Nguter AW A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 007 Nguter AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000

Klasifikasi dan Besarnya NJOP Permukaan Bumi Berupa Tanah Tahun 2009 Tabel Blok VIII

BLK Nama Jalan Kode ZNT

Kelas Bumi

Penggolongan Nilai Jual Bumi Ket. NJOP Bumi

008 Dk.Gunungan AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 008 Dk. Kenden AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 008 Dk.Nguter AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 008 Dk.Nguter AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 008 Dk.Nguter AT A31 > 55.000 s/d 73.000 64.000 008 Ds.Nguter AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 008 Ds.Gunungan AT A31 > 55.000 s/d 73.000 64.000 008 Ds.Gunungan AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 008 Ds.Jetis AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 008 Dk. Kenden AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 008 Ds.Ngambil Ambil AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 008 Ds.Nguter AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 008 Ds.Nguter AT A31 > 55.000 s/d 73.000 64.000 008 Ds.Nguter AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 008 Ds.Nguter AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 008 Jl. Raya Nguter AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 008 Jl.Raya Nguter AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 008 Jl.Raya Solo WNG AN A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 008 Jl. Raya Solo WNG AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 008 Jl.Raya Solo WNG AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 008 Jl.Raya Nguter AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

Klasifikasi dan Besarnya NJOP Permukaan Bumi Berupa Tanah Tahun 2009 Tabel Blok IX

BLK Nama Jalan Kode ZNT

Kelas Bumi

Penggolongan Nilai Jual Bumi Ket. NJOP Bumi

009 Dk. Kunden AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 009 Dk.Ngambil Ambil AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 009 Dk.Ngambil Ambil AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 009 Dk.Nguter AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 009 Dk. Tangeran AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 009 Dk Tangirin AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 009 Dusun Gatak Rejo AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 009 Ds.Gunungan AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 009 Ds.Gunungan AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 009 Dusun Jetis AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 009 Dusun Kunden AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 009 Ds.Ngambil Ambil AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 009 Ds.Ngambil Ambil AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 009 Ds.Nguter AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 009 Dusun Tambakan AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 009 Dusun Tambakan AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 009 Dusun Tangeran AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000

Klasifikasi dan Besarnya NJOP Permukaan Bumi Berupa Tanah Tahun 2009 Tabel Blok X

BLK Nama Jalan Kode

ZNT Kelas Bumi

Penggolongan Nilai Jual Bumi Ket. NJOP Bumi

010 Ds.Gunungan AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 010 Dusun Tangeran AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 010 Ds.Gunungan AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 010 Dusun Tambakan AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 010 Dk. Kenden AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 010 Ds.Nguter AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 010 Ds.Nguter AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 010 Dusun Tambakan AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 010 Dusun Tambakan AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 010 Dusun Tangeran AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000

Klasifikasi dan Besarnya NJOP Permukaan Bumi Berupa Tanah Tahun 2009

Tabel Blok XI

BLK Nama Jalan Kode ZNT

Kelas Bumi

Penggolongan Nilai Jual Bumi Ket. NJOP Bumi

011 Dk.Baron AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 011 Dk.Jetis AV A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 011 Dk.Punden AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 011 Dusun Jetis AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 011 Dusun Kunden AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 011 Ds.Nguter AA A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 011 Ds.Nguter AU A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000

Klasifikasi dan Besarnya NJOP Permukaan Bumi Berupa Tanah Tahun 2009 Tabel Blok XII

BLK Nama Jalan Kode

ZNT Kelas Bumi

Penggolongan Nilai Jual Bumi Ket. NJOP Bumi

012 Dk.Gunungan BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 012 Dk.Jetis BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 012 Dk. Kenden BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 012 Dk.Nguter BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 012 Dk.Jetis BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 012 Dusun.Jetis BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 012 Dusun.Jetis BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

012 Dusun.Gunungan BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 012 Dusun.Jetis BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 012 Dusun. Kunden BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 012 Dusun.Nguter BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 012 Dusun Tambakan BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 012 Dusun Tangeran BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 012 Jetis BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000

Klasifikasi dan Besarnya NJOP Permukaan Bumi Berupa Tanah Tahun 2009 Tabel Blok XIII

BLK Nama Jalan Kode ZNT

Kelas Bumi

Penggolongan Nilai Jual Bumi Ket. NJOP Bumi

013 Dk.Gunungan BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 013 Dk Tambakan BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 013 Ds.Gunungan BR A31 > 55.000 s/d 73.000 64.000 013 Ds.Gunungan BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 013 Ds.Jetis BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 013 Ds. Kunden BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 013 Ds.Nguter BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 013 Dusun Tambakan BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 013 Dusun Tangeran BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 013 Jl Pulung Goni BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 013 Nguter BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000

Klasifikasi dan Besarnya NJOP Permukaan Bumi Berupa Tanah Tahun 2009 Tabel Blok XIV

BLK Nama Jalan Kode ZNT

Kelas Bumi

Penggolongan Nilai Jual Bumi Ket. NJOP Bumi

014 Dk.Gunungan BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 014 Dk.Nguter BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 014 Ds.Gunungan BR A31 > 55.000 s/d 73.000 64.000 014 Ds.Gunungan BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 014 Ds.Nguter BR A31 > 55.000 s/d 73.000 64.000 014 Ds.Nguter BY A32 > 41.000 s/d 55.000 48.000 014 Ds.Nguter BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 014 Ngunter BR A31 > 55.000 s/d 73.000 64.000

Klasifikasi dan Besarnya NJOP Permukaan Bumi Berupa Tanah Tahun 2009 Tabel Blok XV

BLK Nama Jalan Kode

ZNT Kelas Bumi

Penggolongan Nilai Jual Bumi Ket. NJOP Bumi

015 Dk.Nguter BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 015 Ds.Gunungan BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 015 Ds.Gunungan BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 015 Ds.Nguter BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 015 Ds.NguterJl Cabe BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 015 Ds.NguterJl Cengkeh BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 015 Ds.NguterJlKedawung BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 015 Ds.NguterJl Mrica BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 015 Ds.Nguter Jl Pala BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 015 Jl PulonGeni BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000

Klasifikasi dan Besarnya NJOP Permukaan Bumi Berupa Tanah Tahun 2009

Tabel Blok XVI BLK Nama Jalan Kode

ZNT Kelas Bumi

Penggolongan Nilai Jual Bumi Ket. NJOP Bumi

016 Dk.Tangeran BD A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 016 Dk. Kenden BD A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 016 Dk Tambakan BD A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 016 Dk Tangeran BD A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 016 Dk Tangeran BD A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 016 Dusun Tambakan BD A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... · Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ... Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Eksentifikasi Kepala Seksi

016 Dusun Tangeran BD A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 016 Ds.Gunungan BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 016 Ds. Kunden BD A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 016 Dusun Tambakan BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 016 Dusun Tambakan BD A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000

Klasifikasi dan Besarnya NJOP Permukaan Bumi Berupa Tanah Tahun 2009 Tabel Blok XVII

BLK Nama Jalan Kode

ZNT Kelas Bumi

Penggolongan Nilai Jual Bumi Ket. NJOP Bumi

017 Dk.Nguter BA A30 > 73.000 s/d 91.000 82.000 017 Dk.Nguter BB A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 017 Dk.Nguter BA A30 > 73.000 s/d 91.000 82.000 017 Ds.Nguter BA A30 > 73.000 s/d 91.000 82.000 017 Ds.Nguter BA A30 > 73.000 s/d 91.000 82.000 017 Ds.Nguter BB A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 017 Ds Nguter BC A33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 017 Jl Raya Nguter BB A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 017 Jl.Raya Solo WNG BA A30 > 73.000 s/d 91.000 82.000

Klasifikasi dan Besarnya NJOP Permukaan Bumi Berupa Tanah Tahun 2009

Tabel Blok XVIII BLK Nama Jalan Kode

ZNT Kelas Bumi

Penggolongan Nilai Jual Bumi Ket. NJOP Bumi

018 Dk.Nguter AW A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 018 Dk.Nguter AX A30 > 73.000 s/d 91.000 82.000 018 Dk.Nguter AY A32 > 41.000 s/d 55.000 48.000 018 Ds.Nguter AM A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 018 Ds.Nguter AV A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 018 Ds.Nguter AW A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 018 Ds.Nguter AX A30 > 73.000 s/d 91.000 82.000 018 Ds.Nguter AZ A34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 018 Kios Pasar AY A27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 018 Kios Pasar AW A29 > 91.000 s/d 114.000 103.000