BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan...

13
1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945. Kondisi ini menyebabkan peraturan perundang-undangan memegang peranan yang sangat strategis sebagai landasan dan strategi negara untuk mencapai tujuan sebagaimana yang telah ditentukan. 1 Untuk mewujudkan tujuan negara seperti yang telah diamanatkan di dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 (empat), diupayakan melalui pembangunan di berbagai bidang, salah satunya adalah bidang hukum. Upaya pembangunan hukum dan pembaharuan hukum harus dilakukan secara terarah dan terpadu. Kodifikasi dan unifikasi bidang-bidang hukum dan penyusunan perundang-undangan baru sangat dibutuhkan. Instrument hukum dalam bentuk perundang-undangan ini sangat diperlukan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang sesuai dengan tuntutan pembangunan serta tingkat kesadaran hukum serta pandangan masyarakat tentang penilaian suatu tingkah laku. 2 Seiring dengan kemajuan budaya dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), perilaku manusia di dalam hidup bermasyarakat dan bernegara justru semakin kompleks dan bahkan multikompleks. Perilaku demikian apabila ditinjau dari segi hukum tentunya ada perilaku yang dapat dikategorikan sesuai dengan norma dan ada perilaku yang tidak sesuai dengan norma. Perilaku yang tidak sesuai dengan norma/ penyelewengan terhadap norma inilah yang dapat menimbulkan permasalahan di bidang hukum dan merugikan masyarakat. Penyelewengan yang demikian biasanya oleh masyarakat dicap sebagai suatu pelanggaran, bahkan sebagai suatu kejahatan. 3 Kejahatan dalam kehidupan merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan Negara. 4 Kenyataan telah membuktikan bahwa kejahatan tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, namun juga telah dilakukan oleh anak-anak. Kecenderungan meningkatnya pelanggaran terhadap ketertiban umum 1 Teguh Prasetyo, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana. Nusa Media, Bandung, 2011, hal. 1 2 Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, PT Refika Aditama, Bandung, 2005. hal. 58 3 Bambang Waluyo, 2004, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 1 4 Ibid, hal. 2

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6817/1/T1_312008039_BAB I.pdfProses pelaksanaan LITMAS dan Kinerja Petugas BAPAS kelas I Semarang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal

1 ayat 3 UUD 1945. Kondisi ini menyebabkan peraturan perundang-undangan

memegang peranan yang sangat strategis sebagai landasan dan strategi negara untuk

mencapai tujuan sebagaimana yang telah ditentukan.1 Untuk mewujudkan tujuan negara

seperti yang telah diamanatkan di dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 (empat),

diupayakan melalui pembangunan di berbagai bidang, salah satunya adalah bidang

hukum.

Upaya pembangunan hukum dan pembaharuan hukum harus dilakukan secara

terarah dan terpadu. Kodifikasi dan unifikasi bidang-bidang hukum dan penyusunan

perundang-undangan baru sangat dibutuhkan. Instrument hukum dalam bentuk

perundang-undangan ini sangat diperlukan untuk mendukung pembangunan di berbagai

bidang sesuai dengan tuntutan pembangunan serta tingkat kesadaran hukum serta

pandangan masyarakat tentang penilaian suatu tingkah laku.2

Seiring dengan kemajuan budaya dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),

perilaku manusia di dalam hidup bermasyarakat dan bernegara justru semakin kompleks

dan bahkan multikompleks. Perilaku demikian apabila ditinjau dari segi hukum tentunya

ada perilaku yang dapat dikategorikan sesuai dengan norma dan ada perilaku yang tidak

sesuai dengan norma. Perilaku yang tidak sesuai dengan norma/ penyelewengan terhadap

norma inilah yang dapat menimbulkan permasalahan di bidang hukum dan merugikan

masyarakat. Penyelewengan yang demikian biasanya oleh masyarakat dicap sebagai

suatu pelanggaran, bahkan sebagai suatu kejahatan.3

Kejahatan dalam kehidupan merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi

oleh setiap manusia, masyarakat, dan Negara.4 Kenyataan telah membuktikan bahwa

kejahatan tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, namun juga telah dilakukan

oleh anak-anak. Kecenderungan meningkatnya pelanggaran terhadap ketertiban umum

1 Teguh Prasetyo, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana. Nusa Media, Bandung, 2011, hal. 1 2 Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, PT Refika Aditama, Bandung, 2005. hal. 58 3 Bambang Waluyo, 2004, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 1 4 Ibid, hal. 2

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6817/1/T1_312008039_BAB I.pdfProses pelaksanaan LITMAS dan Kinerja Petugas BAPAS kelas I Semarang

2

maupun ketentuan hukum yang dilakukan oleh anak-anak mendorong pemerintah untuk

lebih memberikan perhatian akan penanggulangan dan penanganannya, khususnya di

bidang hukum pidana anak beserta hukum acaranya, salah satunya di dalam Undang-

Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak.

Salah satu konsideran Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 menyebutkan bahwa

untuk melaksanakan pembinaan dan memberikan perlindungan terhadap anak,

diperlukan dukungan, baik yang menyangkut kelembagaan maupun perangkat hukum

yang lebih mantap dan memadai, oleh karena itu ketentuan mengenai penyelenggaraan

pengadilan bagi anak perlu dilakukan secara khusus.

Mengingat diperlukan perlakuan khusus dalam menangani anak nakal, maka

perkara Anak Nakal wajib disidangkan pada Pengadilan Anak yang berada di lingkungan

Peradilan Umum. Dengan demikian, proses peradilan perkara Anak Nakal dari sejak

ditangkap, ditahan, diadili, dan pembinaan selanjutnya, wajib dilakukan oleh pejabat

khusus yang benar-benar memahami masalah anak.5

Penanganan anak nakal melibatkan Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, dan

Pembimbing Kemasyarakatan dengan mengedepankan kepentingan yang terbaik bagi anak

nakal.

Dalam penyelesaian perkara Anak Nakal, Hakim wajib mempertimbangkan

laporan penelitian kemasyarakatan dari Pembimbing Kemasyarakatan, sebagaimana diatur

di dalam Pasal 59 ayat (2) Undang-Undang No. 3 Tahun 1997. Salah satu substansi di

dalam LITMAS memuat rekomendasi dari Pembimbing Kemasyarakatan. Rekomendasi

ini berpengaruh dalam hakim menjatuhkan putusan yang terbaik bagi anak. Berkaitan

dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti apakah rekomendasi dari Pembimbing

Kemasyarakatan pada BAPAS Purwokerto dipertimbangkan oleh hakim atau tidak dalam

menjatuhkan sanksi terhadap anak nakal, mengingat berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh penulis di Pengadilan Negeri Purbalingga terdapat 6 putusan yang tidak

5 Penjelasan Umum Atas Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6817/1/T1_312008039_BAB I.pdfProses pelaksanaan LITMAS dan Kinerja Petugas BAPAS kelas I Semarang

3

sesuai dengan rekomendasi BAPAS. Sehingga dari alasan inilah yang mendorong penulis

untuk membuat skripsi dengan judul “Peran Rekomendasi Balai Pemasyarakatan

Dalam Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Perkara Pidana Peradilan Anak”.

Topik tentang BAPAS sebelumnya pernah dijadikan bahan penelitian penulis lain.

Adapun perbandingan penulisannya adalah:

Tabel 1.1

Perbandingan Skripsi

No Keterangan R. Dicky Zulkarnaen (3199076) Sevita Indira Sari (312005004) Penulis

1

Judul

Peranan Bapas Dalam Melakukan

Bimbingan Terhadap Narapidana Dari

LP Ambarawa Yang Menerima

Pembebasan Bersyarat

Pelaksanaan Tugas Balai Pemasyarakatan

Anak (BAPAS) Semarang Dalam

Peradilan Anak (Studi Kasus di Balai

Pemasyarakatan Anak Semarang)

Peran Rekomendasi Balai

Pemasyarakatan Dalam

Pertimbangan Hakim Dalam

Putusan Perkara Pidana

Peradilan Anak

2 Lokasi

Penelitian

LP Ambarawa BAPAS Anak Semarang Pengadilan Negeri Purbalingga

3

Obyek

Penelitian

Peran BAPAS dalam pelaksanaan

bimbingan terhadap narapidana yang

menerima pembebasan bersyarat di LP

Ambarawa

Proses pelaksanaan LITMAS dan Kinerja

Petugas BAPAS kelas I Semarang dalam

melakukan pendampingan terhadap klien

anak

Peran rekomendasi BAPAS

dalam putusan Hakim PN

Purbalingga

4

Peraturan

Perundang-

undangan

UU No. 12 Tahun 1995

PP No. 28 Tahun 2006

UU No. 3 Tahun 1997

UU No. 23 Tahun 2002

PP No.31 Tahun 1999

Petunjuk Pelaksanaan Menteri Kehakiman

RI. No. E-39. PR.05.03 Tahun 1987

Tentang Bimbingan Klien Pemasyarakatan

Petunjuk Teknis Menteri Kehakiman RI

No. E.40.PR.05.03 Tahun 1987 Tentang

Bimbingan Klien Pemasyarakatan.

UU No. 3 Tahun 1997

UU No. 23 Tahun 2002

UU No.12 Tahun 1995

5

Permasalahan

Upaya Bapas dalam Pelaksanaan

bimbingan narapidana yang menerima

pembebasan bersyarat

Faktor yang mempengaruhi dalam

pelaksanaan bimbingan terhadap

narapidana yang menerima pembebasan

bersyarat di LP Ambarawa

Peranan bapas anak semarang dalam

melakukan LITMAS

Permasalahan yang dihadapi Bapas

Anak Semarang Dalam mendampingi

klien anak dalam pemeriksaan di

Pengadilan

Peran Rekomendasi BAPAS

Dalam Putusan Perkara Pidana

Pengadilan Anak.

6 Jenis

penelitian eksploratif deskriptif deskriptif

7

Unit Amatan

UU No.12 Tahun 1995

PP No. 28 Tahun 2006

Bapas Semarang

LP Ambarawa

Kejaksaan Negeri Ambarawa

Narapidana yang mendapat

pembebasan bersyarat

UU No. 3 Tahun 1997

Petunjuk Teknis Menteri Kehakiman

RI No. E.40.PR.05.03 Tahun 1987

Tentang Bimbingan Klien

Pemasyarakatan

Pembimbing Kemasyarakatan

Hasil Penelitian Kemasyarakatan

KUHP

Undang-Undang No. 12

Tahun 1995 UU No. 3

Tahun 1997 Tentang

Pengadilan Anak

UU No. 23 Tahun 2002

Hasil Penelitian

Kemasyarakatan BAPAS

Purwokerto

Putusan kasus perkara

pidana anak dibawah umur

di PN Purbalingga

8

Unit Analisa

Upaya yang dilakukan Bapas dalam

membimbing narapidana yang

menerima pembebasan bersyarat dan

faktor-faktor yang mempengaruhinya

dalam kurun waktu Tahun 2004-2007

Pelaksanaan Penelitian Kemasyarakatan

oleh Bapas Anak Semarang

Pertimbangan Hakim berkaitan

dengan hasil Penelitian

Kemasyarakatan dalam putusan

kasus perkara pidana anak di

PN Purbalingga

Sumber: Data skripsi mahasiswa Fakultas Hukum UKSW yang telah diolah

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6817/1/T1_312008039_BAB I.pdfProses pelaksanaan LITMAS dan Kinerja Petugas BAPAS kelas I Semarang

4

B. Latar Belakang Masalah

Anak adalah penerus generasi dan merupakan sumber daya manusia dalam

pembangunan nasional.6 Anak merupakan bagian dari masyarakat, mereka mempunyai

hak yang sama dengan masyarakat lain yang harus dilindungi dan dihormati. Mental anak

yang masih dalam tahap pencarian jati diri, kadang mudah terpengaruh dengan situasi dan

kondisi lingkungan disekitarnya. Sehingga jika lingkungan tempat anak berada tersebut

buruk, dapat terpengaruh pada tindakan yang dapat melanggar hukum. Hal itu tentu saja

dapat merugikan dirinya sendiri dan masyarakat. Tidak sedikit perbuatan tersebut akhirnya

mengarah kepada kenakalan remaja atau yang dikenal dengan istilah Juvenile

Delinquency, yang akhirnya menyeret pelakunya berurusan dengan aparat penegak

hukum.

Kenakalan remaja atau Juvenile Deliquency adalah suatu tindakan atau perbuatan

pelanggaran norma, baik norma hukum maupun norma sosial yang dilakukan oleh anak-

anak usia muda. Hal tersebut cenderung untuk dikatakan sebagai kenakalan anak dari pada

kejahatan anak, terlalu ekstrem rasanya seorang anak yang melakukan tindak pidana

dikatakan sebagai penjahat, sementara kejadiannya adalah proses alami yang tidak boleh

tidak setiap manusia mengalami kegoncangan semasa menjelang kedewasaannya.7 Tindak

pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam dengan pidana,

dimana pengertian perbuatan disini selain perbuatan yang bersifat aktif (melakukan

sesuatu yang sebenarnya dilarang oleh hukum) juga perbuatan yang bersifat pasif (tidak

berbuat sesuatu yang sebenarnya diharuskan oleh hukum).8

Indonesia telah mempunyai seperangkat peraturan perundang-undangan untuk

melindungi hak-hak anak, hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai peraturan

perundang-undangan. Diantaranya: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),

Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak dan Undang-Undang No. 23

tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

6 Ciptaningsih Utaryo, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Hukum Pidana, Yogyakarta, Universitas

Atmajaya Yogyakarta, 2003, hal, 1. 7 Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, PT Refika Aditama Bandung, 2006 hal.11. 8 Teguh Prasetyo, SH, M.Si. Hukum Pidana. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2010, hal 48.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6817/1/T1_312008039_BAB I.pdfProses pelaksanaan LITMAS dan Kinerja Petugas BAPAS kelas I Semarang

5

Terhadap anak nakal menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 telah diatur

mengenai jenis sanksi pidana yang dijatuhkan terhadap anak yang melakukan tindak

pidana, khususnya di dalam Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24 Undang-Undang No. 3 Tahun

1997.

Jenis sanksi pidana yang dapat dijatuhkan terhadap anak menurut Pasal 22

Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 menyebutkan bahwa: “Terhadap Anak Nakal hanya

dapat dijatuhkan pidana atau tindakan yang ditentukan dalam Undang-undang ini.”

Kemudian Pasal 23 Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 menyatakan:

1) Pidana yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah pidana pokok dan pidana

tambahan.

2) Pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah :

a. pidana penjara;

b. pidana kurungan;

c. pidana denda; atau

d. pidana pengawasan.

3) Selain pidana pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terhadap Anak Nakal dapat

juga dijatuhkan pidana tambahan, berupa perampasan barang-barang tertentu dan atau

pembayaran ganti rugi.

4) Ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pembayaran ganti rugi diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 24 Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 menyebutkan bahwa:

1) Tindakan yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah :

a. mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh;

b. menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan, dan latihan

kerja; atau

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6817/1/T1_312008039_BAB I.pdfProses pelaksanaan LITMAS dan Kinerja Petugas BAPAS kelas I Semarang

6

c. menyerahkan kepada Departemen Sosial, atau Organisasi Sosial Kemasyarakatan

yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja.

2) Tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat disertai dengan teguran dan

syarat tambahan yang ditetapkan oleh Hakim.

Demi terwujudnya perlindungan anak, dalam melakukan pembinaan dan

pemberian bimbingan bagi anak nakal, diperlukan peran dari Balai Pemasyarakatan

(BAPAS). BAPAS merupakan bagian dari sistem pemasyarakatan dan sistem peradilan

pidana. Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan

Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan

bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.9 Berdasarkan hal

tersebut, anak yang melakukan kejahatan tentu saja berbeda dengan orang dewasa baik

dalam proses peradilan maupun dalam hal pemberian hukuman. Seorang anak yang

menjalani proses pengadilan dari tahap pra-ajudikasi sampai tahap purna ajudikasi harus

selalu diperhatikan kepentingan anak dan harus dihindarkan dari hal-hal yang dapat

merugikan anak. Di pelbagai negara, termasuk Indonesia, terus diusahakan mencari

bentuk-bentuk pidana lain disamping pidana perampasan kemerdekaan berupa

peningkatan pemidanaan yang bersifat institusional dalam bentuk pidana bersyarat, dan

pidana perampasan harta benda misalnya denda.10

Sebagai salah satu usaha untuk mewujudkan hal tersebut, dalam sistem peradilan

anak dilibatkan BAPAS (Balai Pemasyarakatan) sebagai pembuat Penelitian

Kemasyarakatan (LITMAS) anak, yang akan menjadi bahan pertimbangan dalam proses

peradilan anak.

Balai Pemasyarakatan (BAPAS) sebagai bagian dari sistem peradilan anak yang

mempunyai tugas melaksanakan pembimbingan dan mendampingi anak nakal dalam

proses Peradilan Anak. Kedudukan hukum dari Balai Pemasyarakatan (BAPAS) dalam

peraturan perundang-undangan Indonesia dapat ditemukan di dalam Undang-Undang No.

12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. Di dalam Pasal 1 angka 4 disebutkan bahwa

Balai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut BAPAS adalah pranata untuk

melaksanakan bimbingan Klien Pemasyarakatan. Klien Pemasyarakatan yang selanjutnya

disebut Klien adalah seseorang yang berada dalam bimbingan BAPAS (Pasal 1 angka 9).11

BAPAS (Balai Pemasyarakatan) sebagai unit pelaksana teknis dalam melaksanakan

tugasnya memiliki petugas khusus yang disebut Pembimbing Kemasyarakatan.

9 Pasal 1angka 1 Undang-Undang No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan 10 Muladi. Lembaga Pidana Bersyarat. Bandung: Alumni, 1992, hal. 5 11http://bangopick.wordpress.com/2008/02/09/peranan-bapas-dalam-perkara-anak/

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6817/1/T1_312008039_BAB I.pdfProses pelaksanaan LITMAS dan Kinerja Petugas BAPAS kelas I Semarang

7

Pada hakekatnya Pembimbing Kemasyarakatan adalah petugas pemasyarakatan

pada Balai Pemasyarakatan yang bernaung di bawah Departemen Hukum dan Perundang-

undangan dan HAM dengan melakukan bimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.12

Tugas dari Pembimbing Kemasyarakatan menurut Pasal 34 ayat (1) Undang-

Undang No. 3 Tahun 1997 adalah:

a. membantu memperlancar tugas Penyidik, Penuntut Umum, dan Hakim dalam perkara

Anak Nakal, baik di dalam maupun di luar Sidang Anak dengan membuat laporan

hasil penelitian kemasyarakatan;

b. membimbing, membantu, dan mengawasi Anak Nakal yang berdasarkan putusan

pengadilan dijatuhi pidana bersyarat, pidana pengawasan, pidana denda, diserahkan

kepada negara dan harus mengikuti latihan kerja, atau anak yang memperoleh

pembebasan bersyarat dari Lembaga Pemasyarakatan.

Adapun tugas dari Balai Pemasyarakatan (BAPAS) yaitu membantu tugas

penyidik, penuntut umum dan hakim dalam perkara Anak Nakal, baik di dalam maupun di

luar sidang.13

Selanjutnya BAPAS membimbing, membantu dan mengawasi anak nakal

mulai dari tahap penyidikan sampai pada tahap akhir putusan pengadilan anak.

Selain itu, tugas dari BAPAS melalui Pembimbing Kemasyarakatan adalah

membuat Laporan Hasil Penelitian Kemasyarakatan (LITMAS). Laporan hasil LITMAS

ini digunakan sebelum terdakwa dijatuhi hukuman pada persidangan di Pengadilan Negeri

(Pre-Adjudication).

12 Lilik Mulyadi. Pengadilan Anak Di Indonesia. CV Mandar Maju, Bandung, 2005, hal 79. 13 Darwan Prinst. Hukum Anak Indonesia. PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hal. 30.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6817/1/T1_312008039_BAB I.pdfProses pelaksanaan LITMAS dan Kinerja Petugas BAPAS kelas I Semarang

8

Sesuai dengan Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang No. 3 Tahun 1997, sebelum

sidang dibuka, Hakim memerintahkan agar Pembimbing Kemasyarakatan menyampaikan

laporan hasil penelitian kemasyarakatan mengenai anak yang bersangkutan. Laporan hasil

LITMAS diajukan oleh pembimbing kemasyarakatan kepada Hakim pada saat sebelum

sidang dibuka. Maksud diberikannya laporan sebelum sidang dibuka, adalah agar cukup

waktu bagi hakim untuk mempelajari laporan hasil penelitian kemasyarakatan itu. Oleh

karena itu, laporan hasil LITMAS tidak diberikan pada saat sidang berlangsung, tetapi

beberapa waktu sebelumnya.14

Adapun laporan hasil LITMAS sebagaimana diatur di dalam Pasal 56 ayat (2)

Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 memuat:

a. data individu anak, keluarga, pendidikan, dan kehidupan sosial anak; dan

b. kesimpulan atau pendapat dari Pembimbing Kemasyarakatan.

Hakim dalam menjatuhkan putusan dalam perkara pidana anak wajib

mempertimbangkan hasil penelitian kemasyarakatan yang dilakukan oleh pembimbing

kemasyarakatan seperti yang tertuang di dalam Pasal 59 ayat (2) Undang-Undang Nomor

3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak yang berbunyi “Putusan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) wajib mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan dari

Pembimbing Kemasyarakatan.” Begitu pentingnya laporan penelitian yang dibuat oleh

Pembimbing Kemasyarakatan dalam peradilan anak, hal ini tergambar dalam pernyataan

dari Hawnah Schaft, seperti yang dikutip oleh Paulus Hadisuprapto: “Suksesnya peradilan

anak jauh lebih banyak bergantung pada kualitas dari probation officer (petugas Bapas)

daripada hakimnya. Peradilan anak tidak memilki korps pengawasan percobaan yang

membimbing dengan bijaksana dan kasih sayang ke dalam lingkungan kehidupan anak

dan memberikan petunjuk bagi standard pemikiran yang murni bagi anak mengenai hidup

yang benar, hanyalah mengakibatkan fungsi pengadilan anak menjadi kabur kalau tidak

ingin sia-sia”.15

Hasil penelitian di Pengadilan Negeri Purbalingga menunjukkan bahwa perkara

pidana yang dilakukan oleh anak dibawah umur yang diperiksa dan diputuskan oleh

Pengadilan Negeri Purbalingga di tahun 2011 terdapat 9 kasus perkara pidana yang

dilakukan oleh anak di bawah umur.

14 Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011,

hal 143-144. 15 Paulus Hadisuprapto, Juvenile Delinquency, Pemahaman dan Penanggulangannya, Bandung: Citra Aditya,

1998, hal. 64

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6817/1/T1_312008039_BAB I.pdfProses pelaksanaan LITMAS dan Kinerja Petugas BAPAS kelas I Semarang

9

Adapun perkara anak nakal di PN Purbalingga tahun 2011 tersebut dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:

Tabel 1. Perkara-perkara pidana yang dilakukan oleh anak dibawah umur

No Nomor Perkara Terdakwa Umur Jenis Tindak pidana Rekomendasi Bapas Vonis

1

No.

05/Pid.B/A/2011

/ PN. Pbg

HERI AFRIANTO Bin

SULAIMAN

16

tahun Penganiayaan

Menyarankan klien

dipidana bersyarat

Pidana penjara

7 (tujuh) bulan

potong tahanan

2 No.27/Pid.B/A/2

011/PN. Pbg

FARHAN IBNU

TAMAM Bin

SUJENDRO

15

tahun

Pencurian dengan

pemberatan

Menyarankan klien di

pidana dengan

mempertimbangkan masa

penahanan

Pidana penjara

3 (tiga) bulan

potong tahanan

3 No.64/Pid.B/201

1/PN. Pbg.

ANDIKA

ANGGRIAWAN

SUSIANTO Bin AGUS

SUSANTO

17

tahun

Melarikan perempuan yang

belum dewasa Dipidana bersyarat

Pidana penjara

1 (satu) tahun 6

(enam) bulan

4 No.106/Pid.B/20

11/PN. Pbg

AGUS PURWANTO

Bin SURIPNO

14

tahun Pencurian

Diwajibkan untuk

mengikuti pendidikan,

pembinaan dan latihan

kerja di Panti Sosial atau

Lembaga Sosial lainnya

Pidana penjara

2 (dua) bulan

15 hari

5 No.158/Pid.B/20

11/PN. Pbg

1. DANY ARUM

PAMUNGKAS Bin

CHAERAN

2. GIRAS PANDU

WIBOWO Bin

PURWANTO

16

tahun

16

tahun

Pencurian dengan

pemberatan

Dilakukan Diversi oleh

Penyidik Kepolisian

Sektor Purbalingga

Pidana penjara

2 (dua) bulan

dengan masa

percobaan 4

(empat) bulan

6 No.205/Pid.B/20

11/PN. Pbg YAYAN Bin WASISNO

15

tahun

Pencurian dengan

pemberatan Dipidana bersyarat

Pidana penjara

2 (dua) bulan

15 (lima belas)

hari

7 No.210/Pid.B/20

11/PN. Pbg

EKA SETIAWAN Bin

SUGIYONO

16

tahun

Pencurian dengan

pemberatan

Menyarankan klien

dipidana

Pidana penjara

5 (lima) bulan

8 No.217/Pid.B/20

11/PN. Pbg.

JANU INDRIHARTO

Bin INDRAWAN

NUGROHO

15

tahun

Melarikan perempuan yang

belum dewasa Dipidana bersyarat

Pidana penjara

8 (delapan)

bulan

9 No.231/Pid.B/20

11/PN. Pbg

SEPTIAN ADE

PRIHANDOKO Bin

RUSTAM MAULANA

15

tahun Pencurian

Menyarankan klien

dipidana

Pidana penjara

8 (delapan)

bulan

Sumber: Data Pengadilan Negeri Purbalingga Tahun 2011 yang telah diolah.

Dari tabel 1 diketahui dari 9 kasus tersebut, terdapat 10 terdakwa dimana BAPAS

Purwokerto menyarankan 3 terdakwa dipidana, 4 terdakwa dipidana bersyarat, kemudian 2

terdakwa dilakukan diversi dan 1 terdakwa diwajibkan untuk mengikuti pendidikan,

pembinaan dan latihan kerja di panti sosial atau lembaga sosial.

Di dalam tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 9 perkara anak nakal, hakim

menjatuhkan pidana terhadap 10 terdakwa berkisar antara 2 bulan sampai dengan 1 tahun

6 bulan pidana penjara dipotong masa tahanan. Dalam penelitian ini, penulis ingin

mengetahui apakah peran rekomendasi dari BAPAS yaitu Laporan Penelitian

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6817/1/T1_312008039_BAB I.pdfProses pelaksanaan LITMAS dan Kinerja Petugas BAPAS kelas I Semarang

10

Kemasyarakatan atau LITMAS menjadi bahan pertimbangan hakim di Pengadilan Negeri

Purbalingga dalam penjatuhan pidana terhadap anak yang melakukan tindak pidana.

BAPAS yang melakukan penelitian harus berdedikasi terhadap kepentingan anak

dan memilki keahlian dalam bidang pembuatan Laporan Penelitian Kemasyarakatan

(LITMAS). Dalam penyusunan LITMAS, BAPAS harus mendasarkan penelitiannya

berdasarkan fakta-fakta yang konkret, faktual, lengkap dan jelas, artinya bahwa LITMAS

tersebut dibuat bukan hanya sekedar formalitas belaka. Kemampuan melakukan

pendekatan terhadap klien anak merupakan salah satu tugas yang dilakukan BAPAS dalam

proses penyusunan LITMAS. Selain itu berdasarkan Pasal 59 ayat (2) Undang-Undang

No. 3 Tahun 1997, hakim wajib mempertimbangkan LITMAS dari Pembimbing

Kemasyarakatan. Sedangkan yang dimaksud dengan “wajib” dalam Pasal 59 ayat (2)

adalah apabila ketentuan ini tidak dipenuhi, mengakibatkan putusan batal demi hukum.

Dengan adanya LITMAS tersebut, Hakim dapat memperoleh gambaran yang tepat untuk

menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya bagi anak yang bersangkutan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan permasalahan penelitian

sebagai berikut: Bagaimana peran rekomendasi Balai Pemasyarakatan dalam

pertimbangan hakim dalam putusan perkara pidana peradilan anak?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rekomendasi Balai Pemasyarakatan

dipertimbangkan oleh Hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap anak atau tidak.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6817/1/T1_312008039_BAB I.pdfProses pelaksanaan LITMAS dan Kinerja Petugas BAPAS kelas I Semarang

11

E. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis, rekomendasi BAPAS harus dipertimbangkan oleh hakim dalam

memutus perkara pidana yang dilakukan oleh anak.

2. Secara praktis, diharapkan memberikan masukan kepada hakim dalam pemanfaatan

rekomendasi BAPAS terkait dengan pemidanaan terhadap anak nakal.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penulisan yuridis normatif, yaitu

penelitian terhadap data sekunder yang ditujukan terhadap putusan hakim maupun

Penelitian Kemasyarakatan yang dibuat oleh BAPAS.

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kasus (case approach).

Dalam menggunakan pendekatan kasus, yang perlu dipahami oleh peneliti adalah ratio

decidendi, yaitu alasan-alasan hukum yang digunakan oleh hakim sampai kepada

putusannya.16

Penelitian ini melihat mengenai pertimbangan hakim terhadap Laporan

Penelitian Kemasyarakatan dalam menjatuhkan sanksi terhadap anak nakal.

16 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Perenada Media Group, Jakarta, 2005, hal. 119.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6817/1/T1_312008039_BAB I.pdfProses pelaksanaan LITMAS dan Kinerja Petugas BAPAS kelas I Semarang

12

3. Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoratif

artinya mempunyai otoritas, yang terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan

resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan

hakim.17

Dalam penelitian ini bahan hukum primer yang digunakan adalah Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-Undang No. 12 Tahun 1995

Tentang Pemasyarakatan, Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan

Anak, Undang-Undang No. 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Peraturan

Pemerintah No.31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga

Binaan Pemasyarakatan, Putusan Perkara No. 05/Pid.B/A/2011/ PN. Pbg, Putusan

Perkara No.27/Pid.B/2011/PN.Pbg, Putusan Perkara No. 64/Pid.B/2011/PN.Pbg,

Putusan Perkara No.106/Pid.B/2011/PN.Pbg, Putusan Perkara No.

158/Pid.B/2011/PN.Pbg, Putusan Perkara No. 205/Pid.B/2011/PN.Pbg, Putusan

Perkara No. 210/Pid.B/2011/PN.Pbg, Putusan Perkara No. 217/2011/PN Pbg,

Putusan Perkara No.231/Pid.B/2011/PN.Pbg.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum yang terutama adalah seperti buku-buku hukum, termasuk

skripsi, tesis, disertasi hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas

putusan pengadilan.18

Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini meliputi skripsi

serta buku-buku yang berkaitan dengan hukum pidana anak dan hukum

perlindungan anak.

17 Ibid, hal. 141 18 Ibid, hal:155

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6817/1/T1_312008039_BAB I.pdfProses pelaksanaan LITMAS dan Kinerja Petugas BAPAS kelas I Semarang

13

4. Unit Analisa dan Unit Amatan

a. Unit Amatan

Unit amatan dalam penulisan ini adalah hasil Penelitian Kemasyarakatan BAPAS

Purwokerto, putusan kasus perkara pidana anak dibawah umur di Pengadilan Negeri

Purbalingga tahun 2011, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-

Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, Undang-Undang No. 3 Tahun

1997 Tentang Pengadilan Anak dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak.

b. Unit Analisa

Unit analisa dalam penulisan ini adalah digunakan atau tidak rekomendasi

BAPAS oleh hakim dalam memutus perkara pidana anak di Pengadilan Negeri

Purbalingga tahun 2011.