BAB I PENDAHULUAN - 156.67.221.169
Transcript of BAB I PENDAHULUAN - 156.67.221.169
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan generator dan transformator tenaga pada sebuah pembangkit
listrik sangatlah penting yakni untuk menghasilkan listrik serta penyaluran listrik ke
sistem distribusi. Oleh karena itu generator dan transformator tenaga pada unit
pembangkit adalah alat yang sangat fital. Dalam proses penyaluran energi listrik,
sistem distribusi tenaga listrik ini dapat mengalami bermacam gangguan yang
dapat mengakibatkan berhentinya penyaluran energi listrik terhadap beban, selain
itu juga gangguan tersebut dapat mengakibatkan rusaknya peralatan-peralatan
listrik. Untuk menghindari gangguan tersebut diperlukan suatu pengaman dan
pelindung bagi generator dan transformator tenaga, salah satunya dengan
menghubungkan dengan sistem pentanahan. Mengingat pentingnya peranan
suatu sistem pentanahan, maka suatu sistem pentanahan yang sudah terpasang
harus dianalisa secara teratur, ini bertujuan untuk menjaga nilai tahanan
pentanahan tersebut. Perubahan iklim atau suhu dan gangguan alam lainnya
dapat memengaruhi tahanan suatu sistem pentanahan, sedangkan faktor yang
menjadi ukuran baik atau tidaknya suatu sistem pentanahan adalah dari tanah itu
sendiri. Dengan adanya analisa secara intensif, maka dapat diharapkan dapat
menjaga nilai tahanan yang memenuhi ketentuan yang ada di Negara kita.
Menurut SNI 225-87, nilai tanahan suatu sistem pentanahan harus kurang dari
atau maksimal 5 ohm.
2
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan pembuatan skripsi ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui sistem proteksi pada transformator tenaga dan generator
GTG 1.3 Muara Karang
b. Untuk mengetahui nilai setting rele arus lebih netral dan rele
gangguan hubung tanah pada sistem GTG 1.3 Muara Karang.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dari tugas akhir ini adalah mempelajari penyetelan rele pada
masing-masing rele sehingga dapat diterapkan pada perusahaan terkait.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam skripsi ini dirangkum dalam beberapa poin sebagai
berikut :
1. Apakah sistem proteksi pada rele arus lebih netral transformator
tenaga dan rele gangguan hubung tanah generator dapat
menghasilkan keandalan operasi yang baik ?
2. Analisis pemecahan masalah dengan setting rele ?
3. Bagaimana penyetelan dari kedua rele tersebut ?
1.5 Batasan Masalah
Untuk mendapatkan hasil pembahasan yang maksimal, maka penulis perlu
membatasi masalah yang akan di bahas.
Adapun batasan masalah dalam skripsi ini adalah:
3
1. Penyetelan rele arus lebih netral transformator tenaga dan rele
gangguan hubung tanah generator pada sistem GTG 1.3 Muara
Karang.
2. Penyetelan optimum dari rele arus lebih netral dan rele gangguan
hubung tanah GTG 1.3 Muara Karang.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dalam penyusunan skripsi ini, maka
penulisannya terbagi atas lima bab. Bab satu berisi pendahuluan, bab dua berisi
teori umum yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini yaitu mengenai sistem
kelistrikan PLTGU Muara Karang Blok 1, bab tiga berisi teori khusus mengenai
Sistem Proteksi Pada Generator dan Transformator Tenaga GTG 1.3 Muara
Karang, bab empat merupakan perhitungan arus hubung singkat dan penyetelan
rele arus lebih netral transformator tenaga dan rele gangguan hubung tanah
generator GTG 1.3 Muara Karang, bab lima berisi kesimpulan.
4
BAB II
SISTEM KELISTRIKAN PADA PUSAT LISTRIK
2.1 Sistem Kelistrikan Pada Pusat Listrik
Sistem Kelistrikan pada Pusat Listrik terdiri dari beberapa peralatan listrik
yaitu generator, transformator tenaga, Switch Yard, Switch Gear, Sistem Proteksi,
Sistem Kontrol dan Instrumentasi, Sistem Pembumian, Sistem Fire Alarm, dan
Penangkal Petir.
2.1.1 Generator
Generator adalah suatu alat yang dapat mengubah tenaga mekanik
menjadi energi listrik. Berdasarkan hukum faraday, jika sebuah medan magnet
diputar pada kecepatan konstan pada kumparan, maka akan terinduksi tegangan
sinusoidal pada kumparan tersebut.
Gambar 2.1 Generator
5
2.1.2 Transformator Tenaga
Transformator tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi
untuk mentransformasikan daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah
atau sebaliknya. Perbandingan tegangan antara sisi primer dan sisi sekunder
berbanding lurus dengan perbandingan jumlah lilitan dan berbanding terbalik
dengan perbandingan arusnya.
Gambar 2.2 Transformator Tenaga
Jenis - jenis transformator tenaga yang terdapat pada pembangkit listrik antara
lain :
a) Transformator Generator
Transformator generator digunakan untuk menaikkan tegangan keluaran dari
generator, kemudian dihubungkan ke switch yard untuk diinterkoneksikan ke
sistem. Di Indonesia, terdapat 2 jenis tegangan untuk sistem interkoneksi ini,
yaitu 150 kV dan 500 kV.
6
b) Excitation Transformator
Excitation transformator adalah transformator yang digunakan untuk
menyuplai daya penguatan yang di bantu oleh AVR untuk generator pada
pusat pembangkit listrik.
c) Unit Auxillary Transformator
Unit Auxillary transformator adalah transformator yang digunakan untuk
menyuplai daya pemakaian sendiri pada pusat pembangkit listrik yang berasal
langsung dari keluaran generator.
d) SST (Service Station Transformer)
Service Station Transformer (SST) adalah transformator yang digunakan
untuk menyuplai daya pemakaian sendiri pada pusat pembangkit listrik yang
berasal dari tegangan 150 kV atau 500 kV pada switch Yard.
2.1.3 Switch Yard (Gardu Induk Pembangkit)
Gambar 2.3 Gardu Induk Pembangkit
Switch Yard (Gardu Induk Pembangkit) merupakan bagian dari sistem
penyaluran tenaga listrik baik untuk keperluan transmisi maupun distribusi.
7
2.1.4 Switch Gear (Panel Tegangan Menengah)
Gambar 2.4 Panel Tegangan Menengah (Switch Gear)
Switch Gear adalah panel distribusi tegangan menengah yang
mendistribusikan beban ke panel-panel yang lebih kecil kapasitasnya. Panel
Tegangan Menengah (PTM) biasa juga disebut Medium Voltage Main Distribution
Board (MVMDB).
2.1.5 Sistem Proteksi
Sistem proteksi adalah peralatan yang direncanakan untuk mendeteksi
suatu kondisi ketidaknormalan pada peralatan listrik yang membahayakan atau
tidak diinginkan. Gangguan pada pembangkit listrik dapat terjadi kapan saja, untuk
itu diperlukan sistem proteksi yang berfungsi selain mengamankan peralatan pada
pembangkit juga untuk melokalisir dampak dari gangguan. Alat pendeteksi
gangguan adalah rele, yang selanjutnya secara otomatis memberikan sinyal atau
perintah kepada trip coil untuk membuka pemutus tenaga (PMT) agar bagian yang
terganggu dapat dipisahkan dari sistem yang normal.
8
Tujuan daripada proteksi atau pengaman pada sistem tenaga listrik adalah
1. Menghindari atau mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat
terjadinya gangguan (kondisi yang tidak normal)
2. Untuk melokalisir atau memisahkan bagian sistem tenaga listrik yang
terganggu ke dalam wilayah yang sekecil mungkin.
3. Memberikan pelayanan tenaga listrik dengan keandalan yang tinggi dan
mutu listrik yang baik.
4. Mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.
Syarat terpenting dari sIstem proteksi adalah :
a. Sensitivity
b. Realibility
c. Selektif
d. Cepat
e. Ekonomis
Rele-rele proteksi untuk Generator antara lain :
Rele arus lebih
Rele deferensial
Rele gangguan hubung tanah
Rele rotor hubung tanah
Rele penguatan hilang (loss of exitation)
Rele tegangan lebih
Rele arus urutan negatif
Rele suhu
Rele flux berlebih
9
Rele proteksi mesin penggerak generator, antara lain :
Rele suhu bantalan terlalu tinggi
Rele suhu air pendingin terlalu tinggi
Rele tekanan minyak pelumas terlalu rendah
Rele-rele proteksi untuk Transformator, antara lain :
Rele arus lebih disisi primer dan sekunder
Rele deferensial
Rele gangguan hubung tanah
Rele hubung tanah terbatas
Rele bucholz
Rele tekanan mendadak
Rele arus urutan negatif
Rele suhu
Rele tangki tanah
Rele proteksi motor listrik, antara lain :
Rele arus lebih dan sekring lebur
Rele stall
Rele tegangan rendah/ hilang
Rele arus urutan negatif
10
Adapun single line diagram sistem proteksi muara karang :
Gambar 2.5 Single Line Proteksi GTG 1.3 Muara Karang
2.1.6 Sistem Kontrol Dan Instrumentasi
Sistem Kontrol dan Instrumentasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan
untuk mengukur besarnya harga suatu besaran kemudian mengadakan kegiatan
untuk membatasi penyimpangan terhadap suatu harga yang diinginkan. Dalam
pengontrolan terdapat empat langkah yang terjadi, yaitu :
11
Pengukuran (measurement)
Perbandingan (comparation)
Menghitung (judgement)
Mengoreksi (correction)
2.1.7 Sistem Pembumian
Dalam suatu instalasi tenaga listrik, terdapat empat bagian yang harus
ditanahkan / dibumikan, yaitu :
Semua bagian instalasi terbuat dari logam yang mudah tersentuh manusia.
Bagian pembuangan muatan listrik misal lightning arrester.
Kawat petir dan penangkal petir.
Titik netral transformator dan generator.
Dalam standar PLN, tahanan pentanahan (grounding) tersebut tidak lebih
besar dari 4 Ohm. Terdapat 4 alat / sistem pentanahan :
Batang pentanahan tunggal.
Batang pentanahan ganda.
Anyaman pentanahan.
Pelat pentanahan.
2.1.8 Sistem Fire Alarm (Alarm Kebakaran)
Fire Alarm merupakan rangkaian yang sangat penting bagi pembangkitan
karena banyak sekali faktor yang dapat menimbulkan terjadinya kebakaran.
Contohnya listrik konslet, petir yang menghancurkan kabel listrik sehingga
menimbulkan api.
12
Gambar 2.6 Fire alarm
2.1.9 Penangkal Petir
Penangkal petir adalah rangkaian jalur yang difungsikan sebagai jalan bagi
petir menuju ke permukaan bumi, tanpa merusak benda-benda yang dilewatinya.
Penangkal petir adalah teknologi yang dapat melindungi pembangkit dari
sambaran petir.
Ada 3 bagian utama pada penangkal petir:
Batang penangkal petir
Kabel konduktor
Tempat pembumian
13
2.2 Sistem Kelistrikan di PLTGU Blok 1 Muara Karang
Gambar 2.7 Single line diagram PLTGU Muara Karang Blok 1
PLTGU Muara Karang Blok 1 terdiri dari 3 unit PLTG masing-masing berkapasitas
100 MW dan 1 unit PLTU berkapasitas 150 MW. Jadi total daya terpasang untuk
PLTGU Muara Karang Blok 1 adalah sebesar 450 MW. Single line diagram diatas
mencakup ketiga unit PLTG dan PLTU Blok 1 Muara Karang.
Duri Kosambi 2 Duri Kosambi 1
MCC
PCC
HRSG
LU1
GT1.1UAT1
MCC
PCC
HRSG
LU2
GT1.2UAT2
MCC
PCC
HRSG
LU3
GT1.3UAT3
B3
A3
AB3
B4
A4
AB4
B5
A5
AB5
B7
A7
AB7
B6
A6
AB6
B2
A2
SST
52CR1
spare
D/E I
52DG1
52DG2
Pump house
SAT1
LAT1
SAT2
LAT2
Spare
Water
wash
skid
Fire
pump
Out
Door
light
150kV
Sub
Station
board
52LU1
52LU2
52LU3
LF2 LFR LLT LCC
ST1.0
UAT4
4A 4B
HP
1A1
HP
2A1
HP
3A1
Hypo
A
CP
1A
CWP
1A
SpareHP
1A2
HP
2A2
HP
3A2
Hypo
B
CP
1B
CWP
1B
Spare
Spare
MCC
4A1
CCCW
1A
Work
Shop
ST
Dist
panel
MCC
4A2
CCCW
1B
Hypo
MCC
4B3
Circ
Water
MCC
4B1
SWSP
A
Desal
MCC
4B4
Desal
MCC
4B8Hypo
MCC
4B7
Water
Treat
4B2
SWSP
B
Spare
D/E II
ST Essential 4A3
To MKR Lama
SF1
52G
LES LF4
380V Essential Stn1
LF1
SFT
LBT PDC 4A1 PDC 4A2
PDC 4B1
PDC 4B2
MCC
4A4
ELECTRICAL
SINGLE LINE DIAGRAM
PLTGU
11,5 kV/150 kV 11,5 kV/150 kV 11,5 kV/150 kV
380 V/11,5 kV 380 V/11,5 kV 380 V/11,5 kV
150 kV/6,3 kV 14,5 kV/150 kV
14,5 kV/6,3 kV
6,3 kV/380 V6,3 kV/
380 V6,3 kV/
380 V6,3 kV/380 V 6,3 kV/380 V
6,3 kV/380 V
6,3 kV/380 V
380 V
380 V380 V
380 V
6,3 kV6,3 kV6,3 kV
11,5 kV 11,5 kV 11,5 kV
6,3 kV
380 V 380 V 380 V
Inst Air
Comp 1A
Inst Air
Comp 1B Inst Air
dryer 1A
Inst Air
dryer 1BBatt
Charger
4A
Batt
Charger
4B1
Batt
Charger
4B2
ST INV 4
ST GSUT 4
Spare
20 kV Bus 20 kV Bus
TR1 TR2
14,5 kV
150 kV20 kV14,5 kV11,5 kV6,3 kV380 V
LVS-MCC-1
ARCO (BP)Portable &
Service Poetc.
Spare
DS 89
52SST
M
52CR2
M
52CR3
M
6,3 kV/380 V
52DA
s
s synchronoscope
s
MKSATS
LU4
D / E EKS PLTU
800 A
Trafo-1
Trafo-2ATS - 2
ATS - 1
14
Sistem 150 kV merupakan sistem interkoneksi Duri Kosambi 1 dan Duri
Kosambi 2, dimana daya yang dihasilkan pembangkit akan masuk ke sistem ini.
Tidak dapat ditentukan beban atau konsumen mana yang akan merasakan suplai
dari PLTGU Muara Karang karena nantinya suplai ke beban akan diatur oleh
Pusat Pengatur Beban.
Sistem 11.5 kV adalah tegangan keluaran dari generator. Level tegangan
ini dinaikkan ke 150 kV sesuai dengan system 150 kV yang ada di region 1, dan
diturunkan ke 6.3 kV untuk pemakaian sendiri. Sistem 6.3 kV digunakan untuk
menyuplai daya ke Main Control Center (MCC) dan menyuplai daya ke auxillary
transformer. Sistem 380 V digunakan untuk menyuplai beban - beban esensial
lainnya seperti oil pump, fan, valve, fire alarm system ( heat detection, smoke
detection, gas detection), fire fighting system (sprinkler, hydrant), dan lampu
penerangan.
Transformator yang digunakan terdiri dari 4 jenis yaitu
Transformator utama yang berfungsi menaikkan tegangan dari 11.5 kV ke
150 kV.
Transformator pemakaian sendiri yang berfungsi menurunkan tegangan
dari 11.5 kV ke 6.3 kV.
Transformator eksitasi yang berfungsi menurunkan tegangan dari 11.5 kV
ke 380 V untuk memberi suplai kebutuhan - kebutuhan lain pada gedung
pembangkit.
Transformator SST yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 150
kV ke 6.3 kV untuk pemakaian sendiri
15
BAB III
SISTEM PROTEKSI PADA TRANSFORMATOR DAN GENERATOR
PLTGU BLOK 1 MUARA KARANG
3.1 Sistem Proteksi Pada Transformator Tenaga GTG 1.3 Muara Karang
Transformator tenaga digunakan untuk menaikkan tegangan keluaran dari
generator, kemudian dihubungkan ke switch yard untuk diinterkoneksikan ke
system. Seperti halnya peralatan listrik yang lain, pada transformator diperlukan
peralatan pengaman yang dapat membebaskan tegangan pada trafo dari
gangguan internal maupun ekstrenal.
Tujuan pengamanan trafo adalah :
1. Menghindari kerusakan pada trafo bila terjadi kegagalan alat pengamanan pada
saat terjadi gangguan hubung singkat.
2. Menghindari atau menekan sekecil mungkin kerusakan trafo akibat gangguan.
3. Menjaga stabilitas atau kontinuitas penyaluran tenaga listrik.
Pada transformator tenaga terdapat 2 jenis rele, yakni rele mekanik dan
juga rele elektris. Setiap rele tersebut memiliki fungsinya masing-masing.
3.1.1 Rele Mekanik
Pada rele mekanik terdapat beberapa jenis rele diantaranya :
3.1.1.1 Rele Bucholtz
Rele bucholtz merupakan sistem proteksi pada transformator, khususnya
untuk transformator minyak. Rele bucholtz adalah alat untuk mendeteksi dan
16
mengamankan terhadap gangguan di dalam transformator yang menimbulkan
gas. Gas yang timbul diakibatkan oleh :
• Hubung singkat antar lilitan pada/ dalam fasa
• Hubung singkat antar fasa
• Hubung singkat antar fasa ke tanah
• Busur api listrik antar laminasi
• Busur api listrik karena kontak yang kurang baik
Pada dasarnya rele bucholtz terdiri atas dua saklar yang berada dalam
suatu ruang yang dipasang antara bejana transformator dan bejana ekspansi.
Kedua saklar akan bekerja jika digerakkan dan berada dalam posisi datar.
Gambar 3.1 Prinsip Kerja Relai Bucholtz
Jika terjadi gangguan kecil di dalam transformator, maka akan
mengakibatkan terbentuknya sejumlah gas di dalam minyak. Pembentukan gas ini
terjadi secara perlahan–lahan dan gas tersebut akan keluar pada titik C memasuki
ruang bucholtz. Gas tersebut akan terperangkap dan terkumpul disebelah atas.
Jika gas yang terkumpul cukup banyak maka akan mengakibatkan bekerjanya
saklar E yang kemudian membunyikan alarm. Jika gangguan yang terjadi besar,
pembentukan gas akan terjadi sangat cepat, bahkan secara eksplosif. Oleh sebab
17
itu, gas-gas tersebut akan mengalir sangat cepat melalui ruang bucholtz yang
mengakibatkan bekerjanya saklar G dan kemudian memberi perintah trip ke PMT.
Gambar 3.2 Rele Bucholtz
3.1.1.2. Rele Tekanan Lebih (Sudden Pressure Relay)
Suatu flash over atau hubung singkat yang timbul pada suatu transformator
terendam minyak, umumnya akan berkaitan dengan suatu tekanan lebih didalam
tangki, karena gas yang dibentuk oleh penguapan minyak. Dengan melengkapi
sebuah pelepasan tekanan pada trafo maka tekanan lebih yang membahayakan
tangki trafo dapat dibatasi besarnya. Apabila tekanan lebih ini tidak dapat
dieliminasi dalam waktu beberapa milidetik, tangki trafo akan meledak dan terjadi
panas lebih pada cairan. Ketika terjadi kenaikan tekanan udara akibat terjadinya
gangguan di dalam trafo maka katup relai ini akan tertekan oleh pegas yang
terpasang didalamnya dan akan membuka serta membuang tekanan keluar
bersama-sama dengan sebagian minyak
Gambar 3.3 Sudden Pressure Relay
18
Keterangan :
1. Relay body
2. Equalizer
3. Metal bellows
4. Manual relief valve
5. Microswitch
6. Connection terminals
7. Terminal box
Alat pengaman tekanan lebih ini berupa membran yang terbuat dari kaca,
plastik, tembaga atau katup berpegas yang akan pecah pada tekanan tertentu dan
kekuatannya lebih rendah dari kekuatan tangki transformator. Membran ini hanya
sekali pakai sehingga bila pecah harus diganti. Pada katup relief disediakan saklar
alarm yang berfungsi sebagai signal untuk lokal atau indikasi jarak jauh apabila
katup tersebut bekerja.
Gambar 3.4 Bentuk fisik Rele Tekanan Lebih
3.1.1.3. Rele Temperatur
Rele temperatur adalah alat pengindikasi temperatur kumparan dan minyak
yang digunakan untuk mendeteksi dan mengindikasi temperatur maksimum
19
minyak dalam transformator. Selain mendeteksi dan mengindikasi, alat ini juga
melakukan operasi pengamanan seperti alarming dan shut-off seperti yang
dilakukan oleh kontrol otomatis pada pendingin transformator. Elemen pemanas
temperaturnya dipasang pada bagian utama transformator dan indikatornya
(termasuk kontak) dipasang di tempat yang mudah dilihat. Salah satu
keistimewaan yang dimiliki rele ini adalah bahwa rele ini dilengkapi dengan
mekanisme kontrol yang memungkinkan melakukan penyetelan temperatur untuk
alarm, shut-off, dan kontrol otomatis pada alat pendingin dengan mudah.
Gambar 3.5 Rele Temperatur
Besaran panas yang diterima sensor temperatur diubah menjadi gerakan mekanis
untuk menggerakkan suatu poros yang mempunyai jarum penunjuk suhu dan
beberapa anak kontak. Anak-anak kontak ini bekerja bertahap sesuai kenaikan
suhu. Tahap pertama akan menjalankan sistem pendingin, tahap kedua akan
memberikan alarm dan tahap terakhir memberikan perintah trip ke pemutus
tenaga (PMT).
3.1.2. Rele Elektris
Rele Elektris terdiri dari beberapa jenis rele, diantaranya :
3.1.2.1. Rele Diferensial
Rele ini berfungsi mengamankan transformator dari gangguan di dalam
20
transformator antara lain flash over antara kumparan dengan kumparan,
kumparan dengan tangki atau belitan dengan belitan di dalam kumparan ataupun
beda kumparan. Rele diferensial memiliki sifat antara lain :
• Sangat selektif dan cepat.
• Sebagai pengaman utama.
• Tidak dapat sebagai pengaman cadangan untuk daerah berikutnya.
• Daerah pengamanannya dibatasi oleh pasangan transformator arus dimana
rele diferensial dipasang.
Gambar 3.6 Rele Differensial
3.1.2.2. Rele Arus Lebih
Rele arus lebih berfungsi untuk mengamankan transformator jika arus yang
mengalir melebihi dari nilai yang diperkenankan lewat pada transformator tersebut
dan arus lebih ini dapat terjadi karena beban lebih atau gangguan hubung singkat.
Arus lebih ini dideteksi oleh transformator arus atau current transformator (CT).
Gambar 3.7 Bentuk fisik rele Arus Lebih
21
3.1.2.3. Rele Arus Lebih Ke Tanah
Rele ini biasa disebut dengan rele hubung tanah berfungsi melindungi
transformator terhadap gangguan hubung tanah yang terjadi didalam maupun
diluar transformator. Gangguan hubung tanah adalah gangguan yang paling
banyak terjadi misalnya gangguan satu fasa ke tanah. Rele hubung tanah pada
prinsipnya adalah rele yang mendeteksi adanya arus urutan nol karena gangguan
hubung tanah menghasilkan arus urutan nol
Gambar 3.8 Rele Arus Lebih Ke Tanah
3.2. Sistem Proteksi Pada Generator GTG 1.3 Muara Karang
Untuk mengamankan generator dari berbagai gangguan yang ada, maka
digunakan rele-rele yang mendukung agar bisa mendeteksi dan mengamankan
gangguan tersebut. Adapun rele-rele yang digunakan yaitu sebagai berikut :
3.2.1. Rele Tegangan Kurang (Under voltage relay)
Rele tegangan kurang digunakan untuk mendeteksi adanya tegangan
kurang yang disebabkan oleh menurunnya putaran generator karena adanya
22
pengurangan tekanan gas pada turbin gas sehingga mengakibatkan terjadinya
penurunan tegangan. Untuk penyetelan rele ini bekerja apabila terjadi penurunan
tegangan maksimal sampai dibawah 80% tegangan input generator.
3.2.2. Rele Daya Balik (Reverse power relay)
Rele daya balik digunakan untuk melindungi kerja generator secara paralel
dengan generator lain yang bekerja sebagai motor. Secara spesifik tugas rele
daya balik adalah untuk mencegah bahaya dari kerusakan yang akan timbul dari
kegagalan kerja peralatan, sebagai contohnya mengamankan generator terhadap
daya balik akibat terputus atau rendahnya input daya oleh penggerak mula/turbin
sehingga fungsi generator bisa berubah menjadi motor.
3.2.3 Rele Kehilangan Medan Penguat (Loss of field relay)
Rele kehilangan medan penguat digunakan untuk mendeteksi adanya
gangguan eksitasi yang diakibatkan oleh gangguan pada AVR (Automatic Voltage
Regulator), generator penguat medan dan hubung singkat pada belitan medan.
Hilang penguatan pada generator akan mengakibatkan pemanasan yang
berlebihan pada kumparan stator serta menyebabkan generator keluar dari
sinkronisasi sistem. Pengaman kehilangan medan penguatan (loss of field relay)
bekerja memutuskan pemutus tenaga (PMT) generator dengan terlebih dahulu
membuka alarm agar operator dapat melakukan langkah-langkah pengamanan.
23
3.2.4 Rele Beban Tak Seimbang (Load unbalance relay)
Ketidakseimbangan beban generator biasanya disebabkan adanya
kebocoran atau hubung singkat penghantar ke tanah atau antar penghantar. Juga
bisa disebabkan oleh adanya beban yang tidak seimbang pada ketiga fasa
generator. Gangguan ini menyebabkan adanya arus urutan negatif yang mengalir
pada penghantar bernilai nol. Rele ini bekerja untuk mendeteksi adanya arus
urutan negatif yang mengalir di dalam rotor.
3.2.5 Rele Arus Lebih (Over current relay)
Rele arus lebih bekerja apabila ada kenaikan arus yang melewatinya
sehingga peralatan yang diamankan tidak rusak bila dilewati arus yang melebihi
kemampuannya. Rele ini juga berfungsi untuk mendeteksi stress thermal
generator akibat mengalirnya arus lebih atau gangguan hubung singkat pada
stator yang menggunakan sistem pentanahan langsung, pentahanan dengan
reaktansi dan pentanahan dengan tahanan. Rele arus lebih ini akan mendeteksi
besaran arus yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Ada dua
parameter yang penting dalam melakukan penyetelan rele ini yaitu penyetelan
arus dan penyetelan waktu. Penyetelan arus hendaknya lebih besar dari nilai arus
nominal generator sehingga memungkinkan generator mampu menahan beban
lebih untuk beberapa detik. Hal yang penting pada pengaman generator terhadap
arus lebih adalah adanya koordinasi rele, baik koordinasi besaran arus maupun
waktu tundanya / time delay.
24
Rele arus lebih seketika / instantaneous over current relay.
Untuk mendeteksi besaran arus yang melebihi batas yang
ditentukan dalam waktu seketika.
Rele arus lebih dengan waktu tunda / time over current relay.
Untuk mendeteksi besaran arus yang melebihi batas dalam waktu
yang ditentukan.
3.2.6 Rele Stator Gangguan Tanah (Stator ground fault relay)
Rele dengan kode peralatan 59GN juga biasa disebut rele gangguan
hubung tanah. Rele ini dipasang pada sirkuit stator yang biasa terkena gangguan
hubung tanah. Prinsip kerja dari rele ini yaitu mendeteksi adanya kebocoran
tahanan isolasi antar belitan stator dengan frame generator dan juga mendeteksi
gangguan hubung tanah yang terjadi pada sirkuit yang terhubung dengan sirkuit
stator dari generator sehingga menghasilkan arus urutan nol, karena setiap
gangguan hubung tanah menghasilkan arus urutan nol. Setelah itu rele hubung
tanah pada sirkuit 3 fasa ini dengan menjumlahkan melalui transformator arus ke
3 fasa yang ada. Apabila tidak terjadi gangguan hubung tanah maka jumlahnya
sama dengan nol, akan tetapi bila terjadi gangguan hubung tanah maka
jumlahnya tidak sama dengan nol sehingga rele akan bekerja. Adanya gangguan
hubung tanah pada stator harus segera diatasi, sebab gangguan ini dapat
menimbulkan panas yang berlebihan, kerusakan laminasi alur generator bahkan
kebakaran sehingga diperlukan rele pengaman yang baik. Untuk penyetelan rele
ini yaitu dengan menghitung terlebih dahulu gangguan hubung singkat 1 fasa ke
25
tanah. Dan pada umumnya pengaman ini hanya bisa mengamankan hingga 95%
dari winding stator sehingga hanya 5% saja yang tidak bisa diproteksi.
Gambar 3.9 Rele Stator Gangguan Tanah
3.2.7 Rele Tegangan Lebih (Over voltage relay)
Didalam generator biasanya sudah dilengkapi dengan pengatur tegangan
otomatis atau Automatic Voltage Regulator (AVR), yang akan mengatur kestabilan
tegangan keluarannya. Namun demikian untuk mengantisipasi jika pengatur
tegangan otomatis gagal bekerja, maka rele tegangan lebih dengan kode
peralatan 59 digunakan sebagai pengaman. Tegangan lebih yang melewati
peralatan bisa merusak isolasi generator termasuk kabel-kabel penghubungnya.
Rele tegangan lebih ini mendeteksi tegangan antar fasa melalui transformator
tegangan. Apabila tegangan melewati batas tertentu, maka rele ini akan bekerja
dan segera memberikan sinyal untuk men-trip circuit breaker (CB) generator.
3.2.8 Rele Rotor Hubung Tanah (Generator field ground relay)
Rele ini mendeteksi adanya gangguan yang disebabkan putusnya
rangkaian magnet dan terhubungnya fasa dengan tanah. Gangguan yang terjadi
dalam hubung tanah dalam sirkuit rotor yaitu hubung singkat antara konduktor
rotor dengan badan rotor dimana dapat menimbulkan distorsi medan magnet yang
26
dihasilkan rotor dan selanjutnya dapat menimbulkan getaran (vibrasi) berlebihan
dalam generator. Oleh karena itu harus dihentikan dengan rele rotor hubung
tanah.
3.2.9 Rele Diferensial
Rele diferensial dengan kode peralatan 87G ini digunakan untuk
mengamankan generator dari kerusakan akibat adanya gangguan internal pada
kumparan stator. Rele ini bekerja berdasarkan perbedaan arus yang mengalir
pada suatu sistem di generator. Prinsip kerja rele ini yaitu membandingkan
besarnya arus sekunder kedua trafo arus (CT) yang digunakan. Pada saat tidak
terjadi gangguan / keadaan normal atau gangguan di luar daerah pengaman maka
kedua arus sekunder tersebut besarnya sama, sehingga tidak ada arus yang
mengalir pada rele dan rele tidak bekerja. Saat terjadi gangguan di salah satu
daerah pengaman, maka kedua arus sekunder tersebut tidak sama, sehingga rele
akan bekerja apabila terdapat arus yang mengalir pada rele.
3.2.10 Rele suhu
Rele suhu digunakan untuk mendeteksi adanya panas yang berlebihan
pada kumparan stator generator. Panas yang timbul pada kumparan stator dapat
terjadi karena adanya gangguan hubung singkat pada kumparan, baik antar fasa
maupun pada kumparan fasa sendiri. Disamping itu sistem pendingin yang kurang
memadai tidak bisa menurunkan suhu kumparan stator pada saat generator
tersebut aktif. Rele suhu menggunakan elemen pemanas yang dialiri arus listrik
dari transformator arus (CT) dari kumparan generator. Rele ini terdiri dari kepingan
27
logam yang dipanaskan oleh arus listrik yang mengalir pada elemen pemanas.
Pada kondisi arus lebih, kepingan logam akan memuai dan menutup kontak triping
akibat panas yang berlebihan yang dipancarkan oleh elemen pemanas.
3.2.11 Rele Frekuensi (Frequency Relay)
Rele frekuensi digunakan untuk mendeteksi adanya penurunan atau
kenaikan frekuensi yang ada dalam sistem. Tidak semua generator dipasang rele
ini karena pada penurunan atau kenaikan frekuensi ini bersifat sesaat dan hal itu
bisa ditoleransi.
3.2.12 Rele Jarak (distance relay)
Rele jarak ini berfungsi untuk mendeteksi gangguan 2 phasa / 3 phasa di
muka generator sampai batas jangkauannya.
3.2.13 Rele Fasa Urutan Negatif (negative phase sequence relay)
Rele ini berfungsi untuk mendeteksi arus urutan negatif yang disebabkan
oleh beban tidak seimbang dari batas-batas yang diizinkan.
3.2.14 Rele Penguat Lebih (over excitation relay)
Rele penguat lebih berfungsi untuk mendeteksi penguat lebih pada
generator.
28
3.2.15 Rele kehilangan sinkronisasi (out of step relay)
Rele kehilangan sinkronisasi berfungsi untuk mendeteksi kondisi asinkron
pada generator yang sudah paralel dengan sistem.
3.2.16 Rele Waktu
Rele ini berfungsi untuk memperlambat atau mempercepat waktu.
3.3 Cara Penyetelan Rele Arus Lebih Netral Transformator dan Gangguan
Hubung Tanah Generator
3.3.1 Menghitung Arus Gangguan Hubung Singkat
A) Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa
Pada gangguan ini terjadi pada ketiga fasa (R,S,T) yang mengalami
gangguan. Gangguan ini dapat digambarkan seperti gambar berikut ini :
Gambar 3.10 Gangguan hubung singkat 3 fasa
Cara menghitung arus hubung singkat tiga fasa dengan menggunakan
rumus :
If3 = .......................................................................... (3.1)
R
S
T
N
29
dimana : E adalah tegangan gangguan (volt)
Z1 adalah impedansi total urutan positif ( Ohm)
B) Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa (Fasa Ke Fasa)
Pada gangguan ini di asumsikan terjadi pada dua fasa (R dan S) yang
mengalami gangguan. Gangguan ini dapat digambarkan seperti gambar
berikut ini :
Gambar 3.11 Gangguan hubung singkat 2 fasa
Cara menghitung arus hubung singkat dua fasa (fasa ke fasa) dengan
menggunakan rumus:
If2 = ± ................................................................... (3.2)
dimana : E adalah tegangan gangguan (volt)
Z1 adalah impedansi total urutan positif ( Ohm)
Z2 adalah impedansi total urutan negatif ( Ohm)
C) Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa Ke Tanah
R
S
T
N
30
Gangguan ini hanya terjadi pada satu fasa (T) yang mengalami
gangguan dengan berhubungan langsung dengan tanah. Gangguan ini
dapat digambarkan seperti gambar berikut ini :
Gambar 3.12 Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah
Cara menghitung arus hubung singkat satu fasa ke tanah dengan
menggunakan rumus :
If-T = ........................................................ (3.3)
dimana : E adalah tegangan gangguan (volt)
Z1 adalah impedansi total urutan positif ( Ohm)
Z2 adalah impedansi total urutan negatif ( Ohm)
Zn adalah impedansi pentanahan (Ohm)
Z0 adalah impedansi total urutan nol (Ohm)
3.3.2. Cara Penyetelan Rele Arus Lebih Netral / GFR (51N)
Karakteristik yang umumnya digunakan untuk penyetelan rele adalah
karakteristik jenis invers time (waktu terbalik). Dimana pada karakteristik ini
semakin besar arus gangguan yang terjadi maka semakin cepat relai bekerja.
R
S
T
N
31
Langkah-langkah melakukan penyetelan rele arus lebih netral pada
transformator :
1. Menghitung arus hubung singkat satu fasa di gunakan dalam
perhitungan penyetelan rele arus lebih netral.
2. Mencari nilai arus pick up rele dengan rumus :
…………………….......................... (3.4)
Namun sebelumnya menentukan nilai arus nominal dengan cara :
………………………………………. (3.5)
Kemudian menentukan arus yang mengalir pada rele arus lebih
sebesar :
………………………………. (3.6)
Dengan arus setting :
……………………........................ (3.7)
3. Untuk penyetelan waktu sesuai dengan karakteristik rele arus lebih
normally inverse yaitu terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.1 standarisasi PLN 2005
No Deskripsi k c α
1 Definite Time - 0-100 -
2 Standart Inverse 0,14 0 0,02
3 Very Inverse 13,5 0 1
4 Extremely Inverse 80 0 2
32
5 Long Time Inverse 120 0 1
Untuk rele arus lebih gangguan fasa – tanah, nilai penyetelan yang
digunakan sebesar 10-25% dari nilai tap arus rele rele sehingga :
Iset = nilai tap arus rele * nilai setting
Untuk mendapatkan selektifitas antara rele yang satu dengan rele lainnya
maka harus ditambahkan waktu tunda sebesar
Sebagai contoh misalkan arus gangguan yang terjadi sebesar 1000 A dan
rasio CT 200/5 disetel sebesar 100% maka :
IF Rele = = 25 A
Iset = 5 . 100% = 5 . 1 = 5A
Sehingga didapat :
MPU = = 5
Dengan menggunakan kurva standard invers dimana nilai k = 0.14
dan α = 0.02 dari nilai tT (waktu kerja / waktu pemutusan ) rele paling
hilir ditetapkan 0,3 s, maka TMS rele dapat dihitung sesuai dengan
rumus :
TMS = = = 0,07
33
3.3.3. Cara Penyetelan Rele Gangguan Hubung Tanah Generator
Pada dasarnya arus gangguan satu fasa ke tanah akan mencapai nilai
maksimum apabila gangguan terjadi pada terminal generator. Untuk sistem
generator transformator yang dibumikan dengan tahanan tinggi, besarnya arus
gangguan satu fasa ke tanah dapat dihitung dengan :
If = ………………………………………….. (3.8)
Dimana :
If = Arus Gangguan satu fasa ke tanah
Eph = Tegangan fasa ke netral generator
RN = Impedansi tahanan sistem pembumian netral generator
XC0 = Reaktansi kapasitif dari sistem generator-trafo
C0 = Kapasitansi ke tanah per fasa dari sistem generator-trafo
Untuk menghitung besarnya tegangan Eph tahanan RN dapat dihitung
dengan cara :
Menghitung nilai tegangan fasa ke netral adalah dengan cara :
Eph = Vf = = 6639,5281 Volt
34
Dari persamaan reaktansi kapasitif XC = - , dengan mensubstitusikan
total kapasitansi ke tanah per fasa (C) dan menggunakan operator j serta
frekuensi kerja 50 Hz, maka persamaan diatas :
XC = - j ……………….....……………….. (3.9)
Arus kapasitansi per fasa :
Icf = …………………………........................ (3.10)
Kemudian menentukan arus kapasitansi total ke tanah :
Ict = 3 x Icf ………………………………………. (3.11)
Untuk mencari nilai daya total kapasitansi (daya transformator), yaitu :
Ict x Vf ……………………………………….......................(3.12)
Besarnya impedansi tahanan pembumian yang dipakai pada GTG 1.3 Muara
Karang adalah 1,45 Ω dengan konstanta belitan transformator pembumiannya
adalah 11500/240 volt, maka besarnya impedansi tahanan pembumian ekivalen
(RN) antara titik netral generator dengan tanah adalah sebesar :
RN = R …………………........................(3.13)
Maka besarnya arus gangguan satu fasa ke tanah maksimum sebesar :
If =
35
Untuk menentukan arus belitan pada saat terjadi gangguan satu fasa ke
tanah pada generator, maka diperlukan besarnya tahanan pembumian R = 1,45 Ω
dari data pembumian transformator dan Iset dari rele sebesar 0,2A – 2A yang
terpasang pada transformator pembumian. Untuk mengetahui besarnya setelan
arus kerja minimum dan maksimum primer (I0p) pada (0,2A - 2A), maka :
Untuk Iset min = 0,2 A, maka pada setelan kerja arus minimum adalah :
Iop min = x Iset min……………………..(3.14)
Untuk Iset maks = 2 A, maka pada setelan kerja arus maksimum adalah :
Iop maks = x Iset maks……………………..(3.15)
36
BAB IV
PERHITUNGAN ARUS HUBUNG SINGKAT DAN PENYETELAN RELE ARUS
LEBIH NETRAL TRANSFORMATOR TENAGA DAN RELE GANGGUAN
HUBUNG TANAH GENERATOR GTG 1.3 MUARA KARANG
4.1 Umum
Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Blok 1 Muara Karang berlokasi
di jalan Pluit Karang Ayu No.1, Pluit, (Jakarta Utara), Jakarta, Indonesia. Total
kapasitas daya terpasang pada PLTGU Muara Karang Blok 1 adalah sebesar 450
MW yang terdiri dari 3 buah PLTG dan STG, yaitu :
Tabel 4.1 Kapasitas Daya terpasang PLTGU Blok 1 Muara Karang
No. Unit Daya Terpasang
1. PLTG GTG 1.1 100 MW
2. PLTG GTG 1.2 100 MW
3. PLTG GTG 1.3 100 MW
4. Steam Turbine Generator (STG) BLOK 1 150 MW
Tiap – tiap unit Generator disalurkan ke Transformator Tenaga dengan kapasitas :
Generator 142 MVA dengan rasio tegangan 11,5 kV
Transformator 140 MVA dengan rasio tegangan : 11,5 kV / 150 kV
37
4.2 Single Line Diagram PLTGU Blok 1 dan GTG 1.3 Muara Karang
Gambar 4.1 Single line diagram PLTGU Blok 1 Muara Karang
Duri Kosambi 2 Duri Kosambi 1
MCC
PCC
HRSG
LU1
GT1.1UAT1
MCC
PCC
HRSG
LU2
GT1.2UAT2
MCC
PCC
HRSG
LU3
GT1.3UAT3
B3
A3
AB3
B4
A4
AB4
B5
A5
AB5
B7
A7
AB7
B6
A6
AB6
B2
A2
SST
52CR1
spare
D/E I
52DG1
52DG2
Pump house
SAT1
LAT1
SAT2
LAT2
Spare
Water
wash
skid
Fire
pump
Out
Door
light
150kV
Sub
Station
board
52LU1
52LU2
52LU3
LF2 LFR LLT LCC
ST1.0
UAT4
4A 4B
HP
1A1
HP
2A1
HP
3A1
Hypo
A
CP
1A
CWP
1A
SpareHP
1A2
HP
2A2
HP
3A2
Hypo
B
CP
1B
CWP
1B
Spare
Spare
MCC
4A1
CCCW
1A
Work
Shop
ST
Dist
panel
MCC
4A2
CCCW
1B
Hypo
MCC
4B3
Circ
Water
MCC
4B1
SWSP
A
Desal
MCC
4B4
Desal
MCC
4B8Hypo
MCC
4B7
Water
Treat
4B2
SWSP
B
Spare
D/E II
ST Essential 4A3
To MKR Lama
SF1
52G
LES LF4
380V Essential Stn1
LF1
SFT
LBT PDC 4A1 PDC 4A2
PDC 4B1
PDC 4B2
MCC
4A4
ELECTRICAL
SINGLE LINE DIAGRAM
PLTGU
11,5 kV/150 kV 11,5 kV/150 kV 11,5 kV/150 kV
380 V/11,5 kV 380 V/11,5 kV 380 V/11,5 kV
150 kV/6,3 kV 14,5 kV/150 kV
14,5 kV/6,3 kV
6,3 kV/380 V6,3 kV/
380 V6,3 kV/
380 V6,3 kV/380 V 6,3 kV/380 V
6,3 kV/380 V
6,3 kV/380 V
380 V
380 V380 V
380 V
6,3 kV6,3 kV6,3 kV
11,5 kV 11,5 kV 11,5 kV
6,3 kV
380 V 380 V 380 V
Inst Air
Comp 1A
Inst Air
Comp 1B Inst Air
dryer 1A
Inst Air
dryer 1BBatt
Charger
4A
Batt
Charger
4B1
Batt
Charger
4B2
ST INV 4
ST GSUT 4
Spare
20 kV Bus 20 kV Bus
TR1 TR2
14,5 kV
150 kV20 kV14,5 kV11,5 kV6,3 kV380 V
LVS-MCC-1
ARCO (BP)Portable &
Service Poetc.
Spare
DS 89
52SST
M
52CR2
M
52CR3
M
6,3 kV/380 V
52DA
s
s synchronoscope
s
MKSATS
LU4
D / E EKS PLTU
800 A
Trafo-1
Trafo-2ATS - 2
ATS - 1
39
4.3 Data Spesifikasi Generator dan Transformator Tenaga GTG 1.3 dan Data
Impedansi Generator dan Transformator Tenaga PLTGU Blok 1 Muara
Karang
Berikut adalah data spesifikasi dari generator dan Transformator pada GTG
1.3 Muara Karang :
1. Data Generator
Tegangan Nominal = 11500 Volt
Kapasitas Terpasang = 100 MW
KvA nominal = 142 MVA
Kecepatan Putaran = 3000 rpm
Jumlah Fasa = 3 fasa
Kapasitansi ke tanah per fasa = 0,7547 µF
Reaktansi
Sinkron (Xd) = j2,023
2. Data Transformator Tenaga
Daya = 140 MVA
Konstanta Belitan Trafo = 11,5 kV / 150 kV
Impedansi = 12 %
Tes tegangan impuls sisi HV = 157 kV
Tes tegangan impuls sisi LV = 11,5 kV
40
3. Data Impedansi Generator dan Transformator Tenaga PLTGU
Blok 1 Muara Karang
GTG 1.1 Muara karang
Generator 142 MVA, 11,5 kV
Xd : j2,023
Transformator 140 MVA, 11,5/150 kV
Xt : j0,085
GTG 1.2 Muara karang
Generator 142 MVA, 11,5 kV
Xd : j2,023
Transformator 140 MVA, 11,5/150 kV
Xt : j0,085
GTG 1.3 Muara karang
Generator 142 MVA, 11,5 kV
Xd : j2,023
Transformator 140 MVA, 11,5/150 kV
Xt : j0,085
STG 1.4 Muara karang
Generator 240 MVA, 11,5 kV
Xd : j2,312
Transformator 250 MVA, 11,5/150 kV
Xt : j0,1
41
4.4 Menghitung nilai impedansi
Menghitung nilai impedansi urutan positif dan negatif pada GTG 1.3
Muara Karang
JXG2 JXG3JXG1
JXT3JXT2JXT1JXT4
JXG4
Gambar 4.3 Impedansi PLTGU Blok 1 Muara Karang
MVA base : 100 MVA
KVA base : 11,5 kV
I base : =
Pada jXG4 diserikan dengan jXT4, jXG1 diserikan dengan jXT1, jXG2
diserikan dengan jXT2, dan jXG3 diserikan dengan jXT3 :
42
Setelah masing-masing generator dan transformator diserikan dan di
dapatkan nilai impedansi seri Zs1, Zs2, Zs3, dan Zs4 nilai impedansinya
diparalelkan maka :
ZS1 ZS2 ZS3ZS4
Gambar 4.4 Impedansi seri Generator Transformator
ZP3
Gambar 4.5 impedansi total generator transformator
Maka di dapat nilai impedansi paralel total atau Zp3 sebesar j0,544
43
Menghitung nilai impedansi urutan nol pada GTG 1.3 Muara Karang
JXT4JXT1 JXT2 JXT3
JXG3JXG2JXG1JXG4
Gambar 4.6 Impedansi Urutan Nol Generator Transformator
Karena arus gangguan berada disisi sekunder transformator maka arus gangguan
ditanahkan seluruhnya, sehingga nilainya tidak terhingga atau sama dengan nol.
Maka, nilai impedansi urutan nol sebesar Z0 = 0
4.5. Penyetelan Rele Arus Lebih Netral (51N) Transformator Tenaga
Gambar 4.7 Gangguan pada Transformator Tenaga
44
Mencari Gangguan Hubung Singkat satu fasa ke tanah
Ifasa tanah =
=
= 2,7574 pu
Ibase =
=
= 5,02044 kA = 5020,44 A
Ifasa tanah = 2,7574 pu x 5020,44 A
= 13843,36 A
Setelan arus ditetapkan sebesar 10%
Iset primer = 10% x In trafo
= 0,1 x
= 0,1 x 538,86 A
= 53,886 A
Nilai arus tersebut merupakan nilai setelan pada sisi primer CT, sedangkan nilai
yang akan disetkan pada rele adalah nilai sekunder dari CT. Maka dapat dihitung
berdasarkan ratio CT yang terpasang sebesar , maka
45
Iset sekunder = Iset primer x
= 53,886 A x
= 53,886 A x
= 0,449 A
Setelan TMS ( Time Multiplier Setting)
Arus gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah disisi 150 kV adalah
13843,36 A. Ditetapkan t sebesar 0,3 detik.
TMS =
= = 0,2515
Gambar 4.8 Kurva karakteristik invers TMS
46
4.6. Penyetelan Rele Hubung Tanah / Stator Ground Fault Relay (59GN) pada
Generator
Besarnya arus gangguan satu fasa ke tanah maksimum yang diizinkan
pada sistem generator yang dibumikan dengan tahanan tinggi adalah sebesar 10
Ampere. Selama batas maksimum tersebut tidak dilewati, kerusakan yang terjadi
pada titik gangguan masih dapat diatasi.
Berikut ini akan dihitung besarnya arus gangguan satu fasa ke tanah stator
yang mungkin dapat terjadi pada sistem generator GTG 1.3 Muara Karang.
Gambar 4.9 Gangguan pada Generator
4.6.1. Kapasitansi Total ke bumi per Fasa (C)
Besarnya kapasitansi ke bumi per fasa dari sitem Generator dan
Transformator GTG 1.3 Muara Karang adalah sebagai berikut :
47
Belitan Generator = 0, 6090 µF
Transformator Tenaga = 0,0074 µF
Transformator Eksitasi (EX.T) = 0,0333 µF
Kondenser dan Arester = 0,1000 µF
Penghantar antara Generator dan Trafo Utama = 0,0025 µF
Penghantar cabang ke Trafo Pemakaian Sendiri= 0,0005 µF
Penghantar cabang ke Trafo Eksitasi = 0,0005 µF +
Kapasitansi Total ke bumi = 0,7532 µF
4.6.2. Arus Gangguan Satu Fasa ke Tanah
Arus gangguan satu fasa ke tanah akan mencapai maksimum, apabila
gangguan terjadi pada terminal generator. Untuk sistem generator-trafo yang
dibumikan dengan tahanan tinggi, besarnya arus gangguan satu fasa ke tanah
dapat dihitung dengan :
If =
Dimana :
If = Arus Gangguan satu fasa ke tanah
Eph = Tegangan fasa ke netral generator
RN = Impedansi tahanan sistem pembumian netral generator
XC0 = Reaktansi kapasitif dari sistem generator-trafo
C0 = Kapasitansi ke tanah per fasa dari sistem generator-trafo
48
Dari data-data yang ada, besarnya tegangan Eph tahanan RN dapat dihitung
sebagai berikut :
Besarnya tegangan fasa ke fasa generator adalah sebesar 11,5 kV, maka
tegangan fasa ke netral adalah :
Eph = = 6639,5281 Volt
Dari persamaan reaktansi kapasitif XC = - , dengan mensubstitusikan
total kapasitansi ke tanah per fasa (C) dan menggunakan operator j dengan
frekuensi kerja 50 Hz, maka persamaan diatas dapat dinyatakan :
XC = - j
Xc = - j
= 4226,1 Ω/fasa
Arus kapasitansi per fasa :
Icf = = = 1,571 A
Arus kapasitansi total ke tanah :
Ict = 3 x Icf = 3 x 1,571 A = 4,713 A
49
Daya total kapasitansi (daya transformator)
Ict x Vf = 4,713 A x
= 31292,1 VA
= 31,292 KVA
Besarnya impedansi tahanan pembumian yang dipakai pada GTG 1.3 Muara
Karang adalah 1,45 Ω dengan konstanta belitan transformator pembumiannya
adalah 11500/240 Volt, maka besarnya impedansi tahanan pembumian ekivalen
(RN) antara titik netral generator dengan tanah adalah sebesar :
RN = R
RN = 1,45 Ω
= 1109,7 Ω
Maka besarnya arus gangguan satu fasa ke tanah maksimum adalah sebesar :
If =
If =
50
If = 7,61 A
Arus gangguan satu fasa ketanah sebesar 7,61 A dapat merusak
generator, apabila terjadi dalam waktu yang lama. Oleh karena itu apabila terjadi
gangguan satu fasa ke tanah seperti ini harus dihentikan pengoperasian
generatornya agar tidak terjadi kerusakan yang fatal pada sistem.
4.6.3. Penentuan Arus Belitan Yang Tidak Terlindungi dan Dilindungi
Terhadap Gangguan Satu Fasa ke Tanah Pada Stator Generator
Untuk menentukan arus belitan pada saat terjadi gangguan satu fasa ke
tanah pada generator, maka diperlukan besarnya tahanan pembumian R = 1,45 Ω
dari data pembumian transformator dan Iset dari rele sebesar 0,2A – 2A yang
terpasang pada transformator pembumian dengan rasio 11500 / 240 volt.
Untuk mengetahui besarnya setelan arus kerja minimum dan maksimum primer
(I0p) pada (0,2A - 2A), maka :
Untuk Iset min = 0,2 A, maka pada setelan kerja arus minimum adalah :
Iop min = x Iset min
= X 0,2
= 5,533 A
Untuk Iset maks = 2 A, maka pada setelan kerja arus maksimum adalah :
Iop maks = x Iset maks
51
= X 2
= 55,33 A
Dari hasil perhitungan diatas, dapat dihitung bagian belitan yang tidak terlindungi
dan dilindungi terhadap gangguan satu fasa ke tanah pada stator generator.
Jadi, untuk setelan arus kerja minimum Iop min = 5,533 A maka bagian belitan yang
tidak terlindungi dan belitan yang dilindungi adalah :
% dari belitan yang tidak terlindungi = x 100 %
= 0,12 %
Jadi,
% dari belitan yang terlindungi = (100 % - 0,125 %)
= 99,88 %
Untuk setelan arus kerja maksimum Iop maks = 55,33 A maka bagian belitan yang
tidak terlindungi dan belitan yang dilindungi adalah :
% dari belitan yang tidak terlindungi = x 100 %
= 1,21 %
Jadi,
% dari belitan yang terlindungi = (100 % - 1,21 %)
= 98,79 %
52
4.6.4. Standar Tahanan Pembumian Menurut IEEE
Berdasarkan standar IEEE std. 142 – 1972, besarnya tahanan pembumian
yang digunakan tidak boleh lebih besar dari satu per tiga kali dari reaktansi
kapasitif ke tanah per fasanya ( RN ).
Dari standar tersebut, maka akan ditinjau apakah rele pembumian dengan
menggunakan tahanan tinggi yang digunakan pada sistem GTG 1.3 PLTGU
Blok 1 Muara Karang, memenuhi standar IEEE tersebut atau tidak.
Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya, diketahui bahwa besarnya
tahanan impedansi (RN) yang digunakan harus lebih besar dari 1109,7 Ω
kemudian pada perhitungan reaktansi kapasitif ke tanah per fasa ( Xc0 ) didapat
hasil sebesar 4226,1 , sehingga :
Maka :
Ini berarti sistem proteksi pembumian dengan tahanan tinggi yang
diterapkan pada sistem GTG 1.3 PLTGU Blok 1 Muara Karang telah memenuhi
standar IEEE std. 142 – 1972.
53
BAB V
SIMPULAN
Dari penjelasan dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Penyetelan Rele Arus Lebih Netral mempunyai nilai TMS (Time Multiplier
Setting) sebesar 0,2515.
2. Perhitungan gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah pada rele arus
lebih netral (51N) adalah sebesar 13843,36 A. Sedangkan gangguan
hubung singkat satu fasa ke tanah pada rele gangguan hubung tanah
stator (59GN) adalah sebesar 7,61 A.
3. Besarnya setelan rele gangguan hubung tanah stator (59GN) dengan
arus kerja minimum (0,2 A) adalah sebesar 5,533 A, maka didapat %
belitan yang tidak terlindungi sebesar 0,12 % dan belitan dilindungi
sebesar 99,88 %. Sedangkan dengan arus kerja maksimum (2 A) adalah
sebesar 55,33 A, maka didapat % belitan yang tidak terlindungi sebesar
1,21 % dan belitan dilindungi sebesar 98,79 %
4. Berdasarkan standar IEEE, bahwa proteksi generator dengan
pembumian tahanan tinggi yang telah diterapkan pada sistem GTG 1.3
Muara Karang telah memenuhi standar IEEE dengan nilai yaitu
sebesar 1109,7 Ω 1408,7 Ω.
54
DAFTAR PUSTAKA
Marsudi, Djiteng, Ir. 2006. "Operasi Sistem Tenaga Listrik". Yogyakarta: Graha
Ilmu
Hasan Basri, Ir. 2003. Proteksi Sistem Tenaga Listrik. Jakarta : ISTN.
Anderson, P.M. 1999. Power System Protection. New York : IEEE Press.
Hewitson, Les Brown, Mark Ben. 2004. "Practical Power System Protection ". IDC
Technologies, Perth, Australia.
Reimert, Donald. 2006. Protective relaying for power generation systems. New
York: Taylor & Francis Group.