BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan...

59
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kemajuan perkembangan arus globalisasi dan transportasi serta ilmu pengetahuan beserta teknologi yang demikian pesat, membawa pengaruh akan pola pikir dan mobilitas manusia merambah dari satu benua ke benua lain untuk berpindah domisili secara tetap ataupun sementara demikian tinggi. Kehendak manusia untuk berinvestasi diantar pulau atau negara dengan niat bisnis, mencari ketenangan atau berwisata, akan berdampak pada sektor sosial, budaya, ekonomi, politik dan hukum. Sering terjadi warga negara asing yang terperangkap aturan hukum di suatu negara tempat mereka beraktivitas seperti melakukan usaha bisnis. Praktek yang mereka lakukan sering terjebak oleh aturan negara tujuan atau diperdaya oleh oknum maupun perorangan yang memanfaatkan kelemahan mereka, sehingga orang asing atau pihak inisiator seperti investor terjebak dan terjerumus ke dalam kasus hukum, padahal semula mereka beritikat baik untuk menanamkan modalnya guna keuntungan bersama. Dalam perkembangan praktek terhadap munculnya kasus nominee, sering terjadi dan dilakukan oleh pihak investor warga negara asing dengan warga negara Indonesia. Salah satunya sampai muncul kasus hukum hingga diputus oleh pengadilan, dalam hubungan ini kasus nominee yang diputus oleh Pengadilan Negeri Denpasar dengan putusannya No. 82/PDT/G/2013 PN DPS. Dalam

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Kemajuan perkembangan arus globalisasi dan transportasi serta ilmu

pengetahuan beserta teknologi yang demikian pesat, membawa pengaruh akan

pola pikir dan mobilitas manusia merambah dari satu benua ke benua lain untuk

berpindah domisili secara tetap ataupun sementara demikian tinggi.

Kehendak manusia untuk berinvestasi diantar pulau atau negara dengan

niat bisnis, mencari ketenangan atau berwisata, akan berdampak pada sektor

sosial, budaya, ekonomi, politik dan hukum.

Sering terjadi warga negara asing yang terperangkap aturan hukum di

suatu negara tempat mereka beraktivitas seperti melakukan usaha bisnis. Praktek

yang mereka lakukan sering terjebak oleh aturan negara tujuan atau diperdaya

oleh oknum maupun perorangan yang memanfaatkan kelemahan mereka,

sehingga orang asing atau pihak inisiator seperti investor terjebak dan terjerumus

ke dalam kasus hukum, padahal semula mereka beritikat baik untuk menanamkan

modalnya guna keuntungan bersama.

Dalam perkembangan praktek terhadap munculnya kasus nominee, sering

terjadi dan dilakukan oleh pihak investor warga negara asing dengan warga negara

Indonesia. Salah satunya sampai muncul kasus hukum hingga diputus oleh

pengadilan, dalam hubungan ini kasus nominee yang diputus oleh Pengadilan

Negeri Denpasar dengan putusannya No. 82/PDT/G/2013 PN DPS. Dalam

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

2

putusan tersebut pengadilan memutus dengan mengabulkan gugatan penggugat

sebagian yakni agar penggugat mengembalikan uang penggugat yang dipakai

membeli tanah pada obyek sengketa.

Putusan hakim diatas tampak secara esensi bahwa kebenaran materiil atas

pembuktian dalam persidangan benar-benar ditegakkan. Karena penggugat secra

fakta dapat membuktikan dirinya melalui bukti surat melalui transfer uang kepada

tergugat untuk membeli tanah obyek sengketa yang diklaim kepemilikannya dari

pihak tergugat I tersebut. Walaupun dalam pembuktian perkara perdata bukti surat

sebagai syarat utama diakui sebagai alat bukti namun dalam pembuktian dengan

sasaran utama diperolehnya kebenaran materiil, karena sesungguhnya kebenaran

yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah

kebenaran materiil melalui proses pembuktian di persidangan.

Aturan hukum pertanahan Indonesia melalui Undang – Undang No. 5

Tahun 1960 tentang Undang – Undang Pokok Agraria Pasal 21 ayat (1)

menyatakan “hanya warga negara Indonesia dapat mempunyai hak milik”. Secara

yuridis formal berarti bahwa hanya warga negara Indonesialah yang diberi hak

oleh undang – undang untuk memiliki tanah di wilayah hukum Indonesia. Namun

secara diam-diam dalam praktek (dassollen) warga negara asing melalui istilah

praktek nominee telah melanggar ketentuan Pasal 21 ayat (1) UUPA tersebut.

Perlindungan hukum oleh negara terhadap warga neara atas kepemilikan

hak atas tanah maupun perlindungan akan wilayah darat (tanah), laut (air) dan

udara (ruang angkasa) adalah merupakan tugas negara. Terlebih lagi setiap warga

negara Indonesia dlindungi oleh hukum secara keperdataan dan pidana yang

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

3

dijamin oleh konstitusi dan hak asasi manusia. Hak untuk memperoleh dan

perlindungan hak milik secara prinsip diatur dalam Pasal 36 ayat (1), (2) dan (3)

Undang – Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dan induk

perlindungan bagi warga negara Indonesia atas hak pribadinya adalah diatur oleh

UUD Negara RI Tahun 1945 (Konstitusi) RI dalam Pasal 28H ayat (4) yang

terumus, “setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik

tersebut tidak boleh diambilalih secara sewenang-wenang oleh siapapun. Dengan

ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia atas kepemilikan hak atas

tanah khususnya berarti pula ada usaha negara untuk menjaga keutuhan wilayah

darat khususnya tanah dari kepemilikan orang atau pihak lain selain warga negara

Indonesia. Dalam lingkup lebih luas negara berkomitmen menjaga melestarikan

dan melindungi wilayah bumi negara kesaturan Republik Indonesia dari

rongrongan pihak luar sekalipun atau pihak asing, lebih spesifik lagi dari iphak

berkedok investor sekalpun, karena dengan motif ekonomi atau dalil kemajuan

penanaman modal / investasi secara tidak langsung menandakan terjadinya

penjajahan ekonomi bagi Indonesia.

Apapun bentuknya investasi yang berkedok pariwisata, bantuan lunak,

bantuan hibah apalagi sifatnya usaha pribadi jelas akan menggerogoti aset negara,

walaupun obyeknya tanah milik individu (pribadi), namun bumi, air dan kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya (Indonesia) adalah tetap dikuasai oleh negara.

Negara berhak dan berwenang untuk mengaturnya demi kesejahteraan semua

warganya. Walaupun apapun bentuk aturan formal sebagai dasar yang dibuat oleh

pihak-pihak terutama pihak non warga negara – negara asing dengan warga

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

4

negara Indonesia namun tetap tunduk pada hukum formal (ius constitutum)

Indonesia, yang bertumpu pada hukum perdata Indonesia, KUHP Indonesia serta

hukum administrasi Indonesia sebagai acuan dalam melakukan perbuatan hukum.

Konteks antara obyek perjanjian seperti nominee dengan suatu investasi

merupakan dua perbuatan hukum yang secara langsung tidak merupakan hal yang

saling terkait. Terkadang investasi dijadikan sebagai kedok saja oleh plihak

tertentu yang mengaku investor. Padahal ia hanya ingin tinggal sementara dalam

waktu tertentu atau kadang-kadang saja di wilayah atau tempat kota negara

tertentu guna mengisi waktu liburan untuk berwisata.

Fenomena demikian sering mengemuka dalam kehidupan praktek sosio –

yuridis berupa perjanjian formal, yang dibuat pihak orang asing sebagai investor

(pemilik modal) dengan pihak warga negara Indonesia, serta nantinya melibatkan

pejabat publik di negeri ini.

Saat ini Notaris berperan penting dalam masyarakat untuk membantu

berbagai kepentingan yang berkaitan dengan hukum khususnya dalam Hukum

Perdata. Dalam hal ini Notaris merupakan pejabat umum yang memberikan

jaminan kepastian hukum kepada masyarakat yang berhubungan dengan

pembuatan Akta Otentik, baik yang berhubungan dengan ekonomi, sosial maupun

politik. Dalam pembuatan akta otentik, Notaris sebagai pihak yang berhubungan

langsung dengan masyarakat harus mampu bertanggung jawab tidak hanya dalam

membuat akta otentik, tetapi juga memberikan informasi dan konsultasi hukum

yang dapat diandalkan oleh masyarakat sehingga masyarakat yang masih awam

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

5

atau kurang memahami aturan hukum, dapat memahami dengan benar yang

berlandaskan dengan Kode Etik Notaris dan Undang-Undang yang berlaku.

Hal tersebut dapat dijumpai dalam Undang-undang Republik Indonesia

Nomor. 30 Tahun 2004 tentang jabatan Notaris yang di Undangkan pada tanggal

06 Oktober 2004 dalam Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI) Tahun

2004 Nomor 117 dan Tambahan Negara Republik Indonesia (TLNRI) Nomor

4432 selanjutnya disebut Undang – Undang Jabatan Notaris (UUJN), berikut

perubahannya berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 02 Tahun

2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor. 30 Tahun 2004 tentang

Jabatan Notaris selanjutnya disebut (UUJN-P) pada Pasal 15 ayat (1) disebutkan

bahwa:

"Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat akta

otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang ini". Dalam hal ini dimaksudkan bahwa seorang Notaris adalah

Pejabat umum yang memiliki kewenangan mutlak atau kewajiban

utamanya adalah untuk membuat akta otentik."

Yang dimaksud dengan "akta otentik adalah suatu akta yang dibuat dalam

bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pejabat

umum yang berkuasa untuk itu, ditempat dimana akta dibuatnya" pengertian akta

otentik ini telah dirumuskan dalam Pasal 1868, Kitab Undang-undang Hukum

Perdata1 (selanjutnya disebut dengan KUHPerdata) tentang hukum pembuktian,

yang mengatur mengenai syarat-syarat agar suatu akta dapat berlaku sebagai akta

otentik. Ketentuan pasal tersebut menunjukkan, seseorang yang tidak mempunyai

1 R. Subekti, 2004, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerliik Wetboek] Pradnya

Paramita, Jakarta, hlm : 186

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

6

kedudukan sebagai pejabat umum maka tidak mempunyai kewenangan dalam

pembuatan akta otentik.

Awalnya pengaturan mengenai Jabatan Notaris telah diatur dalam

Peraturan Jabatan Notaris Stb. 1860-3 ( untuk selanjutnya disebut dengan PJN).

Yang memuat tentang pengertian Notaris disebutkan dalam Pasal 1 yaitu :

"Notaris itu adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk

membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan

ketetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau dikehendaki

oleh yang berkepentingan agar dinyatakan dalam suatu akta otentik,

menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan dari pada itu

memberikan grosse, salinan dan kutipannya kesemua itu sebegitu jauh

pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak pula ditugaskan atau

dikecualikan kepada pejabat atau orang lain".2

Setelah diundangkannya UU Nomor.30 Tahun 2004, PJN dan peraturan-

peraturan lainnya yang mengatur tentang notaris dicabut dan dinyatakan tidak

berlaku lagi. Adanya perubahan atas Undang-undang Nomor. 30 Tahun 2004

disebutkan pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014, tentang Jabatan Notaris,

Kode Etik Notaris, Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan peraturan lainnya

yang berlaku secara umum.

Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pemahaman betapa

pentingnya suatu alat bukti untuk mencatat peristiwa penting dengan sarana surat

(dokumen) dan ditandatangani oleh dua orang saksi atau lebih. Berdasarkan hal

tersebut masyarakatpun menyadari bahwa bukti tertulis merupakan alat

pembuktian yang penting dalam lalu lintas hukum. Sebagaimana diterangkan

dalam Pasal 1865 KUHPerdata menyatakan :

2 Komar Andasasmita, 1983, Notaris Selayang Pandang, Cetakan ke-2, Alumni 1983,

Bandung, hlm. 2.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

7

"Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau

guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang

lain, menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak

atau peristiwa tersebut."

Dalam kaitannya dengan alat bukti, dalam Pasal 164 Herzein Indonesisch

Reglement (HIR) Pasal 1866 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH

Perdata) menyatakan :

Maka yang disebut bukti, yaitu :

- Bukti Surat /

- Tulisan Bukti Saksi

- Bukti Sangkaan

- Pengakuan

- Sumpah3

Alat-alat bukti tersebut sangat penting dalam menyelesaikan proses

perkara di pengadilan. Dalam hal pembuktian alat bukti surat dapat berupa surat

biasa, maupun berupa akta.

Kekuatan pembuktian dari akta notaris mempunyai 3 (tiga) macam

kekuatan pembuktian, antara lain:

1. Kekuatan pembuktian luar atau lahiriah, merupakan kekuatan

pembuktian yang didasarkan pada keadaan lahir, apa yang tampak pada

lahirnya (acta publica probant sese ipsa).

2. Kekuatan pembuktian formil, ialah kepastian bahwa suatu kejadian dan fakta

tersebut dalam akta betul-betul dilakukan oleh notaris atau diterangkan oleh

para pihak yang menghadap4.

3. Kekuatan pembuktian materiil ialah kepastian bahwa apa yang tersebut dalam

akta itu merupakan pembuktian yang sah terhadap pihak-pihak yang

3 R. Tresna,1996, Komentar HIR, Pradnya Paramita, Jakarta, hlm.141.

4 Soetardjo, Soemoatmodjo, 1986, Apakah Notaris, PPAT, Pejabat Lelang, Penerbit

Liberty,Yogyakarta,, hlm 25.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

8

membuat akta, kecuali ada pembuktian sebaliknya (memberikan kepastian

tentang materi suatu akta)5.

Selain kekuatan pembuktian, Akta juga memiliki 2 (dua) fungsi penting,

yaitu:

a. Fungsi formil (formalitas causa) berarti bahwa untuk lengkapnya atau

sempurnanya (bukan untuk sahnya) suatu perbuatan hukum haruslah dibuat

suatu akta.

b. Fungsi alat bukti (probationis causa) bahwa akta itu dibuat sejak semula

dengan sengaja untuk pembuktian di kemudian hari, sifat tertulisnya suatu

perjanjian dalam bentuk akta itu tidak membuat sahnya perjanjian, tetapi

hanyalah agar dapat digunakan sebagai alat bukti dikemudian hari. Akta

dibawah tangan adalah akta yang dibuat dalam bentuk yang tidak ditentukan

oleh undang-undang, tanpa perantara atau tidak dihadapan Pejabat Umum

yang berwenang6.

Berdasarkan dari Fungsi akta otentik serta hubungannya dalam kekuatan

pembuktian terhadap akta otentik yang dibuat oleh seorang Notaris dimana bukan

hanya untuk saat ini saja, namun kekuatan pembuktian akta ini sangat diperlukan

untuk jangka panjang sebagai dokumen penting yang bisa dipertanggungjawabkan

secara hukum oleh seorang Notaris. Maka secara langsung seorang Notaris atau

Pejabat Umum mempunyai "kewenangan multak dan berhak untuk membuat Akta

Otentik" dan sebagai pejabat yang mampu menjaga profesionalisme kerja dalam

membuat akta otentik ataupun dalam menyelesaikan kasus yang berkaitan dengan

Kenotariatan. Selain itu Notaris bukan hanya semata-mata sebagai pembuat akta

tapi Notaris juga sebagai pengkaji apakah yang diinginkan para pihak yang

berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik tidak bertentangan dengan

5 G.H.S LumbanTobing, 1996, Peraturan Jabatan Notaris, Penerbit Erlangga, Jakarta,

hlm 48. 6 Sudikno Mertokusumo, 1999, Mengenal Hukum suatu Pengantar. Liberty, Yogyakarta,

hlm. 121-122

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

9

ketentuan Pasal 39 dan Pasal 40 UUJN-P yang berakibat akta yang dibuat oleh

Notaris tersebut hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah

tangan ataupun selebihnya dinyatakan akta yang telah dibuat dinyatakan batal

demi hukum.

Kewajiban untuk mengetahui dan memahami syarat-syarat otentisitas,

keabsahan dan sebab-sebab kebatalan suatu akta Notaris sangat penting untuk

menghindari adanya cacat hukum yang dapat mengakibatkan menurunnya

(degradasi) kekuatan pembuktian akta Notaris dan dibatalkannya akta Notaris

dimana hal tersebut dapat merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Istilah

terdegradasi terjadi manakala akta Notaris sebagai akta otentik yang memiliki

kekuatan bukti sempurna dan mengikat, serta telah mencukupi batas minimal alat

bukti yang sah tanpa lagi diperlukan alat bukti lain dalam sengketa hukum Perdata

mengalami kemunduran, kemerosotan, atau penurunan mutu dalam kekuatan

sebagai alat bukti lengkap dan sempurna menjadi permulaan pembuktian seperti

akta di bawah tangan dan memiliki cacat hukum yang menyebabkan pembatalan

atau ketidak absahannya akta Notaris tersebut7. Disebutkan dalam Pasal 1872

KUHPerdata yaitu:

"Jika suatu akta otentik, dalam bentuk apa pun, diduga palsu, maka

pelaksanaannya dapat ditangguhkan menurut ketentuan-ketentuan

Reglemen Acara Perdata".

7 Sjaifurrachaman, 2011, Aspek Pertanggung jawaban Notaris Dalam Pembuatan Akta,

CV. Mandar Maju, Bandung, hlm. 122.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

10

Pejabat Umum atau Notaris mempunyai kewenangan tidak hanya dalam

teknik administratif membuat akta, tapi juga penerapan berbagai aturan hukum

yang tertuang dalam akta yang bersangkutan untuk para penghadap, dan

kemampuan menguasai keilmuan bidang Notaris secara khusus dan hukum pada

umumnya, sehingga akta yang dibuat tersebut menjadi akta otentik dan memiliki

kekuatan pembuktian yang sempurna, sehingga kepentingan yang bersangkutan

terlindungi dengan akta tersebut. Karena apabila seorang Notaris dalam

menjalankan dalam jabatannya bertindak tidak cermat, tidak teliti dan tidak tepat

dalam menerapkan aturan hukum yang berkaitan dengan isi akta, maka hal

tersebut dapat berakibat kedudukan akta Notaris yang dibuatnya mempunyai

kekuatan pembuktian akta dibawah tangan atau Akta Notaris tersebut menjadi

batal demi hukum atau Akta Notaris tersebut dibatalkan berdasarkan Putusan

pengadilan. Dan hal tersebut dapat menjadi dasar dijadikannya Notaris yang

bersangkutan sebagai tergugat di pengadilan karena adanya kesalahan dalam

pembuatan akta dan diperkarakan maka diperlukan suatu kekuatan pembuktian

terhadap akta tersebut yang jelas tercantum dalam KUHPerdata Pasal 1871, yang

berbunyi :

"Akan tetapi suatu akta otentik tidak memberikan bukti yang sempurna

tentang apa yang termuat didalamnya sebagai penuturan belaka, kecuali

bila yang dituturkan itu mempunyai hubungan langsung dengan pokok isi

akta."

Pengaturan ketentuan terhadap akta notaris dan pejabat umum secara

teorinya (das solen) telah disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

11

Republik Indonesia Tahun 1945 serta Undang-undang yang mengatur tentang

Jabatan Notaris, namun dalam kenyataanya (das sein) sering pula terjadi fakta

yang berbeda sebagai salah satu contoh dalam ilustrasi kasus seperti :

"Seorang Notaris dijadikan atau didudukkan sebagai Tergugat oleh pihak

yang lainnya meskipun Notaris tersebut telah menjalankan tugas dan jabatannya

sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam pembuatan akta Notaris sebagaimana

disyaratkan dalam UUJN-P, Kode Etik Notaris, dan ketentuan-ketentuan terkait

akta tersebut. Hal ini seperti yang dialami oleh Notaris X yang bertanggung jawab

dalam penerbitan atas Perjanjian Pengikatan Jual Beli No. 52 tanggal 12 Januari

2012, Akta Kuasa No. 53 Tanggal 12 Januari 2012 dan Akta Jual Beli No.

304/2012 tanggal 6 Agustus 2012, dan dibatalkannya SHM No. 5135/Kerobokan

Kelod. Sebagai Penggugat atas nama Susan Eileen Mather, berkewarganegaraan

Inggris, pada Putusan Pengadilan Negeri Nomor 82/PDT.G/2013/PN.DPS,

berdasarkan surat gugatan pada tanggal 5 Februari 2013.

Dalam studi kasus ini Notaris X sebagai Tergugat telah melanggar

ketentuan dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) dengan jelas

mengatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata ayat (3) bahwa Perjanjian-Perjanjian

yang tidak memenuhi syarat Obyektif, maka Perjanjian tersebut menjadi Batal

Demi Hukum. Dijelaskan Notaris X tersebut telah melakukan perbuatan

melanggar hukum yang berakibat dibatalkannya Perjanjian-Perjanjian, dan

sekaligus Akta-akta dan Sertifikat Hak Milik yang telah dibuat dan dikeluarkan

oleh Notaris X berkaitan dalam kasus ini adalah Batal Demi Hukum dan

dinyatakan tidak berkekuatan hukum."

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

12

Makna sebuah studi kasus menurut peneliti adalah diantaranya merupakan

sebuah usaha penjelajahan terhadap fenonema yang mengemuka menjadi fakta

sosio yuridis, atas perbuatan hukum tertentu yang dilakukan seseorang atau pihak-

pihak yang terlibat didalamnya. Perbuatan hukum tertentu dilakukan pihak-pihak

menyimpang dari aturan hukum yang semestinya. Baik bertentangan dengan

hukum materiilnya maupun hukum formalnya. Lapangan hukum yang mesti luas,

bidang hukum perdata, bidang hukum pidana dan lapangan hukum jenis lainnya.

Melalui usaha pembelajaran, mengkritisi serta mengkaji suatu kasus akan

diperoleh fakta-fakta yang menunjukkan anasir kebenaran secara materiil melalui

suatu proses pembuktian formal dipersidangan. Karena melalui sebuah proses

pembuktian pihak-pihak diwajibkan secara hukum saling mendalilkan hak-hak

dan kewajibannya masing-masing melalui alat-alat bukti yang mereka masing-

masing miliki sebagai dasar pembenar formal dan materiil untuk menentukan

salah benar, tepat tidaknya, menang – kalahnya para pihak atau pihak lain yang

tersangkut dalam suatu kasus.

Studi kasus bermakna pula melatih diri tiap orang untuk tidak berbuat

terhadap anasir melanggar hukum, karena dapat memetik makna kerugian dari

kasus tersebut. Dan pula studi kasus akan menambah wawasan prbiadi untuk lebih

profesional lagi memberi solusi secara hukum dalam memecahkan masalah-

masalah hukum yang dihadapi.

Berdasarkan latar belakang di atas menarik untuk di teliti dan diangkat

sebagai karya ilmiah dalam bentuk tesis dengan judul ""KEKUATAN

PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS YANG DINYATAKAN BATAL DEMI

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

13

HUKUM DALAM PERKARA NOMINEE DI PENGADILAN NEGERI

DENPASAR”

Berdasarkan tentang dibatalkannya akta otentik yang telah dibuat Notaris,

merupakan masalah yang sangat menarik untuk dikaji dan dijadikan objek

penelitian, diketahui belum ada penelitian yang persis sama judul ataupun

masalahnya yang membahas sesuai dengan dibatalkannya akta otentik yang

telah dibuat Notaris, maka diharapkan penelitian ini bisa saling melengkapi

penelitian yang telah ada sebelumnya.

Untuk membuktikan bahwa tulisan ini orginal atau asli, sebagai

perbandingan atas penelitian dengan dibatalkannya akta otentik yang telah dibuat

Notaris maka di bawah ini disajikan maupun dipaparkan beberapa karya tulis

yang ada kaitannya dengan dibatalkannya akta otentik yang telah dibuat Notaris

antara lain:

1. Tesis dengan judul : "Pembatalan Akta Notaris Dalam Sengketa Perdata Di

Pengadilan Negeri Semarang (Studi Kasus Putusan Perkara Nomor

14/pdt.G/2005/PNSmg) " oleh Peter Tamba Simbolon, Sarjana Hukum,

Program Studi Magister Kenotariatan, Universitas Diponegoro, tahun 2008,

dengan metode penelitian yang digunakan metode yuridis Normatif, dengan

rumusan masalah sebagai berikut:

a. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan suatu akta notaris dapat

dibatalkan oleh Pengadilan dalam sengketa perdata ?

b. Bagaimana tanggung jawab Notaris terhadap akta notaris yang dibatalkan?

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

14

Kesimpulan dari tesis tersebut adalah :

a. Perkara yang diambil di Pengadilan Negeri Semarang dijelaskan bahwa

faktor -faktor yang menyebabkan akta notaris dapat dibatalkan oleh

Pengadilan. Salah satu pihak telah meminta pembatalan akta berdasarkan

Pasal 1266 KUHPerdata, karena salah satu pihak (pembeli) wanprestasi

dalam pelaksanaan perjanjian, yaitu tidak adanya penyerahan uang kepada

penjual dan pembeli memasukkan keterangan tidak benar atau palsu

kedalam isi peijanjian. Pembeli mengalih namakan sertipikat tanah dari

nama penjual berdasarkan akta pengikatan jual beli yang ternyata akta

tersebut merupakan hasil rekayasa atau bohong-bohongan belaka.

b. Tanggung jawab Notaris terhadap akta yang dibatalkan. Salah satu pihak

telah wanprestasi, Notaris telah memenuhi syarat-syarat formil pembuatan

akta, maka Notaris tidak bertanggung jawab atau tidak dapat dibebankan

atas batalnya akta. Notaris tidak bertanggung jawab untuk mengganti

kerugian kepada para pihak yang bersangkutan. Notaris juga tidak

dibebankan untuk mengembalikan ke posisi semula.

2. Tesis dengan judul : "Analisis Yuridis Terhadap Akta Notaris Yang

Dibatalkan Melalui Putusan Pengadilan (Studi Kasus Terhadap Putusan

Pengadilan No. 75/Pdt.G/2006/PN.MDN)" oleh Muhammad Rizky Akbar

Harahap, Sarjana Hukum, Program Studi Magister Kenotaritan Universitas

Gadjah Mada, Tahun 2010, dengan metode penelitian yang digunakan adalah

metode pendekatan yuridis normatif dengan rumusan masalah sebagai berikut:

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

15

a. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan akta otentik dibatalkan melalui

putusan pengadilan No. 75/Pdt.G/2006/PN.MDN?

b. Bagaimanakah akibat hukum terhadap akta yang dibatalkan melalui

putusan pengadilan No. 75/Pdt.G/2006/PN.MDN?

c. Bagaimanakah tanggung jawab Notaris terhadap aktanya yang dibatalkan

melalui putusan pengadilan No. 75/Pdt.G/2006/PN.MDN?

Kesimpulan dari tesis tersebut adalah :

a. Faktor yang menyebabkan akta notaris dibatalkan yaitu adanya perbuatan

wantprestasi dan perbuatan melawan hukum.

b. Sehingga akibat hukum terhadap notaris yang aktanya dibatalkan adalah

kesepakatan maupun perjanjian yang ada pada akta tersebut menjadi batal

dan tidak berlaku.

c. Notaris hanya dibebankan pertanggungjawaban untuk mengembalikan

surat-surat berharga yang dititipkan kepadanya.

3. Tesis dengan Judul : "Batalnya Suatu Akta Notaris Dalam Kasus

Penandatanganan Akta Notaris Dalam Rumah Tahanan (Rutan) " oleh Alfi.

Irfansyah, Sarjana Hukum, Program Studi Magister Kenotariatan, Universitas

Diponegoro, Tahun 2008, dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode Normatif, dengan rumusan masalah adalah sebagai berikut:

a. Apakah penandatangan akta yang pihaknya berada di dalam Rumah

Tahanan (RUTAN) dalam kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar

Nomor. 3641 K/PDT/2001, tidak dapat dibenarkan dan apakah merupakan

perbuatan melawan hukum ?

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

16

b. Apakah ada kewenangan dari seorang notaris untuk meminta

penandatangan akta di dalam Rumah Tahanan (RUTAN)?

Kesimpulan dari tesis tersebut adalah :

a. Penandatangan akta yang pihaknya berada didalam rumah tahanan (rutan)

dalam kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor: 3641

K/Pdt/2001, merupakan perbuatan melawan hukum.

b. Kewenangan seorang Notaris dalam hal ini diatur didalam Pasal 1 8 ayat

(1) dan (2) Undang-Undang Nomor.30 tahun 2004 tentang Jabatan

Notaris, yang berbunyi : Notaris mempunyai tempat kedudukan di

kabupaten atau kota.Notaris mempunyai wilayah jabatan meliputi seluruh

wilayah propinsi dari tempat kedudukannya.

Melalui perhandingan diatas dapat dipahami bahwa keaslian penelitian ini

memang khusus karya ilmiah dalam bentuk penelitian nominee dimana inti

pokoknya terdapat beberapa persamaan dibatalkannya akta notaris karena tidak

terpenuhi syarat materiil dan syarat formil dalam pembuatan akta otentik dan

adanya perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh salah satu pihak sehingga'

berakibat batal demi hukum. Namun secara kasuistis penelitian ini mengandung

esensi perjanjian nominee.

1.2.Rumusan Masalah

Mengacu pada ulasan dari latar belakang penelitian maka dapat diketahui

permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

17

1. Mengapa akta notaris dalam perkara No. 82/Pdt.G/2013/PN.Dps dinyatakan

batal demi hukum :

2. Bagaimana kekuatan pembuktian terhadap akta notaris yang dinyatakan batal

demi hukum oleh hakim tersebut ?

3. Apa akibat hukum dari akta notaris yang batal demi hukum tersebut ?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini tidak lain mencari kejelasan atas dari perumusan

masalah diatas yaitu:

1.3.1. Tujuan Umum

1. Tujuan secara umum penelitian bertujuan sebagai aplikatif teori adanya

paradigma bahwa “science is a process (ilmu sebagai proses) terutama bila

dikaitkan dengan pengembangan keilmuan hukum secara umum dan

khususnya dalam lapangan hukum keperdataan dengan dinamika substansi-

substansinya yang berkembang terus mengikuti perkembangan global”.

2. Melalui penelitian secara umum berorientasi pada substansi tertentu dalam

lapangan hukum perdata menyangkut aspek substansi perbuatan hukum

melalui dokumen resmi yang dibuat pejabat publik diantaranya notaris.

3. Bertujuan meneliti kasus nominee yang terjadi serta dampak kerugian yang

ditimbulkan terhadap para pihak yang terlibat didalamnya.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Secara khusus penelitian ini bertujuan guna memenuhi salah satu syarat

akademik untuk menyelesaikan studi program spesialis kenotariatan yang

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

18

penulis tempuh di Program Studi Program Kenotariatan Pascasarjana

Universitas Udayana sehingga memperoleh gelar Magister Kenotariatan

(MKn).

2. Untuk mengetahui, mengkaji, mengkritisi substansi teoritik keilmuan hukum

menyangkut substansi akta notaris menyangkut alas hak perjanjian, akta jual

beli yang dibuat pihak-pihak dihadapan notaris selaku pembuat akta dan

pejabat publik, serta meningkatkan dan mengkritisi putusan pengadilan

dengan isi dan dasar pertimbangannya bahwa suatu perjanjian yang telah

dibuat notaris selaku pejabat publik dinyatakan cacat hukum dan beresiko

batal demi hukum.

3. Untuk mengetahui sebatas mana tanggung jawab secara hukum administrasi,

hukum perdata dan hukum pidana dari para pihak pembuat akta yang

merugikan pihak tertentu.

1.4.Manfaat Penelitian

Suatu penelitian yang dilakukan diharapkan mendapatkan suatu manfaat

dari penelitian tersebut baik manfaat teoritis maupun secara praktis bagi peneliti

pengembangan suatu ilmu pengetahuan.

1.4.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bahwa dalam lapangan hukum

perdata dikenal adanya perbuatan hukum terselubung dengan istilah nominee

berupa perjanjian pihak-pihak atas dasar kesepakatan saling percaya (tidak diatur

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

19

/ belum masuk esensi Pasal 1320 KUHPerdata), sehingga memberikan sumbangan

sub materi keilmuan dalam lapangan hukum perdata.

1.4.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini merupakan sumbangan dunia praktisi

khususnya kalangan notaris dan advokat untuk cermat, hati-hati dan profesional

dalam membuat perjanjian atua mendampingi klien yang terlibat dalam

pembuatan dokumen perjanjian bernuansa nominee.

1.5.Landasan Teoritis dan Kerangka Berpikir

Secara sederhana teori dapat diartikan sebagai dalil atau pendapat

mengenai suatu berdasarkan kekuatan akal (ratio). Peran teori sangat penting

sebagai dasar atau landasan dalam suatu riset / penelitian. Tanpa landasan teori

maka penelitian akan berujung pada kesalahan atau sering disebut dengan trial

and error.

Setiap teori bisa dikatakan sebagai dugaan sementara, karena hal tersebut

harus memerlukan pembuktian. Melakukan suatu penelitian apalagi yang

berhubungan dengan permasalahan hukum, sangat diperlukan adanya

landasan teori agar penelitian yang dilakukan mempunyai dasar yang

kokoh, dan bukan hanya sekedar retorika saja, sehingga mencirikan bahwa

penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data8

Secara umum landasan teoritis merupakan kerangka pemikiran atau butir-

butir pendapat, teori, asas maupun konsep yang relevan untuk mengupas suatu

kasus ataupun permasalan.9 Menurut Soerjono Soekanto, bahwa "kontinuitas

8 Siradjuddin, 2011 Landasan Teori, Kerangka Pikir Dan Hipotesis, TP, Makassar.

9 M. Solly Lubis, 1994, Filsafat Ilmu dan Peneiitian. Mandar Maju, Bandung, hlm. 80.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

20

perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas

penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.10

Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam

membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.

Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat,

teori,tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui. Penelitian ini

merupakan penelitian Empiris dimana Teori dan Pembuktian sangatlah penting

sehingga menjadi satu data yang akurat.

Adapun teori-teori hukum yang dipakai mengkaji atau membedah selaku

pisau analisis dari masalah yang disajikan disinerjikan seperti berikut :

1. Masalah 1, berupa : Mengapa akta notaris No. 82/Pdt.G/2013/PN.Dps batal

demi hukum ? Ini dikaji melalui teori kewenangan secara atributif yang

diberikan oleh undang-undang kepada hakim untuk menilai keabsahan alat

bukti di persidangan sebagai inti teori kewenangan adalah kewenangan

atributif oleh undang-undang kepada hakim (Teori Kewenangan oleh H. D.

Van Wijk / Willem Konijueubelt)

2. Masalah 2, berupa : Bagaimana kekuatan pembuktian terhadap akta notaris

yang dinyatakan batal demi hukum ? Ini dikaji berdasar atas teori pembuktian

dengan jenis teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim atas alasan yang

logis, alasan logis mengacu pada ketentuan undang-undang, makanya disebut

pula sistem ini dengan sistem pembuktian menurut undang-undang secara

10

Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hlm. 6

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

21

positif. Karena alat-alat bukti diatur pasti dalam undang-undang. Teori ini

dicetuskan oleh Van Bemmelen, diikuti oleh Andi Hamzah.

3. Masalah 3, berupa : Apa akibat hukum dari akta notaris yang batal demi

hukum ? Ini dikaji berdasar teori pertanggung jawaban hakim dari Hans

Kelsen dengan inti teorinya seseorang dapat dikenakan suatu sanksi atas

perbuatan hukum yang ia lakukan, karena berkait dengan kewajiban hukum

atas tanggung jawab (liability) atas perbuatan melawan hukum atau melanggar

hukum.

1.5.1. Teori Kewenangan

Kewenangan memiliki arti : hal berwenang, hak dan kekuasaan yang

dipunyai untuk melakukan sesuatu. Kewenangan yang di dalamnya terkandung

hak dan kewajiban, menurut P. Nicolai adalah sebagai berikut:

Het vermogen tot het verrichten van bepaalde rechtshandelingen

(handelingen die op rechtsgevolgen onstaan of teniet gaan). Een recht

houdt in de (rechtens gegeven) vrijheid om een bepaalde feitelijke

handeling te verrichen ofna te laten, of die (rechtens gegeven) aanspraak

of het verrichten van een handeling door een ander. Een plicht impliceert

een verplichting om een bepaalde handeling te verrichten ofna te laten.

Kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu (yaitu tindakan-

tindakan yang dimaksudkan untuk menimbulkan akibat hukum, dan

mencakup mengenai timbul dan lenyapnya akibat hukum). Hak berisi

kebebasan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu atau

menuntut pihak lain untuk melakukan tindakan tertentu, sedangkan

kewajiban memuat keharusan untuk melakukan atau tidak melakukan

tindakan tertentu.11

11

Ridwan H.R, 2006, Hukum Administrasi Negara Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.

102.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

22

Wewenang tidak sama dengan kekuasaan, kekuasaan hanya

menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat. Dalam hukum. wewenang

sekaligus berarti hak dan kewajiban. Dalam negara hukum, wewenang

pemerintahan berasal dari peraturan perundang-undangan yang berlaku, R.J.H.M.

Huisman sebagaimana dikutip dan Ridwan H.R menyatakan pendapat berikut ini :

Een bestuurorgaan kan zich geen bevoegdheid toergenen. Slecht de wet

kan bevoegdheden verlenen. De wetgever kan en bevoegdheid niet alleen

attribueren aan en bestuurorgaan, maar ook aan ambtienaren

(bijvoorbeeld belastinginspecteursm ibspecteur voor hes milieu enz) of

aan speciale collage (bijvoorbeeld de kiesraad de pachskame), of zelfs aan

privaatrechtelijke rechtspersonen .

Organ pemerintah tidak dapat menganggap bahwa telah memiliki sendiri

wewenang pemerintahan. Kewenangan hanya diberikan oleh Undang-

Undang. Pembuat Undang-Undang dapat memberikan wewenang

pemerintah tidak hanya kepada organ pemerintahan, tetapi juga terhadap

para pegawai (misalnya inspektur pajak, inspektur lingkungan dan

sebagainya) atau terhadap badan khusus (seperti dewan pemilihan umum,

pengadilan khusus untuk perkara sewa tanah), atau bahkan terhadap badan

hukum private.12

Kewenangan diperoleh oleh seseorang melalui 2 (dua) cara yaitu dengan

atribusi atau dengan pelimpahan wewenang.

a) Atribusi

Atribusi adalah wewenang yang melekat pada suatu jabatan. Dalam

tinjauan hukum tata negara, atribusi ini ditunjukkan dalam wewenang yang

dimiliki oleh organ pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya

berdasarkan kewenangan yang dibentuk oleh pembuat Undang-Undang.

12

R.J.H.M Huisman, 1995, Algemen Bestuursrecht, Een Inleiding, Amsterdam :

Kobra, tt, hlm. 4.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

23

Atribusi ini menunjuk pada kewenangan asli atas dasar konstitusi atau

peraturan perundang-undangan.

b) Pelimpahan wewenang

Pelimpahan wewenang adalah penyerahan sebagian dan wewenang

pejabat atasan kepada bawahan tersebut untuk membantu dalam melaksanakan

tugas-tugas kewajibannya untuk bertindak sendiri. Pelimpahan wewenang ini

dimaksudkan untuk menunjang kelancaran tugas dan ketertiban alur

komunikasi yang bertanggung jawab, sepanjang tidak ditentukan secara

khusus oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bentuk pelimpahan

kewenangan dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Delegasi

Pendelegasian diberikan biasanya antara organ pemerintah satu

dengan organ pemerintah lain dan biasanya pihak pemberi wewenang

memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari pihak yang diberikan

wewenang.

2) Mandat

Umumnya mandat diberikan dalam hubungan kerja internal antara

atasan dengan bawahan. Kewenangan yang sah jika ditinjau dari mana

kewenangan itu diperoleh, maka ada tiga kategori kewenangan, yaitu

atributif, mandat, dan delegasi.

a. Kewenangan Atributif

Kewenangan atributif lazimnya digariskan atau berasal dari

adanya pembagian kekuasaan negara oleh Undang-Undang Dasar.

Istilah lain untuk kewenangan disrributif adalah kewenangan asli atau

kewenangan yang tidak dapat dibagi-bagikan kepada siapapun. Dalam

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

24

kewenangan atributif, pelaksanaannya dilakukan sendiri oleh pejabat

atau badan tersebut yang tertera dalam peraturan dasarnya. Adapun

mengenai tanggung jawab dan tanggung gugat berada pada pejabat

ataupun pada badan sebagaimana tertera dalam peraturan dasarnya13

.

b. Kewenangan Mandat

Kewenangan mandat merupakan kewenangan yang bersumber

dari proses atau prosedur pelimpahan dari pejabat atau badan yang

lebih tinggi kepada pejabat atau badan yang lebih rendah. Kewenangan

mandat terdapat dalam hubungan rutin atasan bawahan, kecuali bila

dilarang secara tegas. Setiap saat pemberi kewenangan dapat

menggunakan sendiri wewenang yang dilimpahkan tersebut.

c. Kewenangan Delegatif

Kewenangan delegatif merupakan kewenangan yang

bersumber dari pelimpahan suatu organ pemerintahan kepada organ

lain dengan dasar peraturan pemndang-undangan. Berbeda dengan

kewenangan mandat, dalam kewenangan delegatif, tanggung jawab

dan tanggung gugat beralih kepada yang diberi limpahan wewenang

tersebut atau beralih pada delegataris. Dengan begitu, pemberi

limpahan wewenang tidak dapat menggunakan wewenang itu lagi

kecuali setelah ada pencabutan dengan berpegang pada asas contrarius

actus. Oleh sebab itu, dalam kewenangan delegatif peraturan dasar

berupa peraturan perundang-undangan merupakan dasar pijakan yang

menyebabkan lahirnya kewenangan delegatif tersebut. Tanpa adanya

peraturan perundang-undangan yang mengatur pelimpahan wewenang

tersebut, maka tidak terdapat kewenangan delegasi.14

Pendapat beberapa sarjana lainnya yang mengemukakan bahwa

kewenangan yang diperoleh secara atribusi itu sebagai penciptaan

kewenangan (baru) oleh pembentuk wet (wetgever) yang diberikan kepada

suatu organ negara, baik yang sudah ada maupun yang baru dibentuk

untuk itu. Tanpa membedakan secara teknis mengenai istilah wewenang

dan kewenangan, Indroharto berpendapat dalam arti yuridis : pengertian

13

Lutfi Effendi, 2004, Pokok-pokok Hukum Administrasi, Edisi Pertama Cetakan Kedua,

Bayumedia Publising, Malang, hlm. 77-79. 14

Ibid, hal. 77-79.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

25

wewenang adalah kemampuan yang diberikan oleh peraturan perundang-

undangan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum.

Menurut teori kewenangan dari H. D. Van Wijk / Willem

Konijnenbelt dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Attributie : toekenning van een bestuursbevoegheid door een wetgever

aan een bestuursorgaan (pemberian izin/wewenang oleh pemerintah

kepada pejabat administrasi Negara)

b. Delegatie : overdracht van een bevoegheid van het ene

bestuursorgaan aan een ander; (pelimpahan wewenang dari satu

badan ke yang lain)

c. Mandaat : een bestuursorgaan loot zijn bevoegheid namens

hem uitoefenen door een ander. (tidak adanya suatu pelimpahan

wewenang dari Badan atau pejabat yang satu kepada yang pejabat

lain15

Menurut Philipus M. Hadjon, kewenangan membuat keputusan

hanya dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan atribusi atau dengan

delegasi. Atribusi adalah wewenang yang melekat pada suatu

jabatan. Philipus menambahkan bahwa "Berbicara tentang delegasi

dalam hal ada pemindahan/pengalihan suatu kewenangan yang ada.

Apabila kewenangan itu kurang sempurna, berarti bahwa keputusan yang

berdasarkan kewenangan itu tidak sah menurut hukum"16

.

Pernyataan diatas, dapat dipahami bahwa atribusi dan delegasi

merupakan suatu sarana yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu

badan berwenang atau tidak dalam melaksanakan kewajiban kepada

masyarakat. Philipus M. Hadjon menyatakan dalam hal mandat tidak ada

15

Ibid, hal. 80. 16

Philipus M. Hadjon, 2001, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Cetakan

Ketujuh, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, (selanjutnya disebut Philipus M. Hadjon II),

hlm. 110.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

26

sama sekali pengakuan kewenangan atau pengalih tangan kewenangan. Di

sini menyangkut janji-janji kerja intern antara penguasa dan pengawal.

Dalam hal-hal tertentu seorang pegawai memperoleh kewenangan untuk

atas nama si penguasa.17

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat dilihat

bahwa kewenangan yang dimiliki oleh notaris merupakan kewenangan

atribusi yang berasal dari peraturan perundang-undangan. Max Weber

menyebutkan bahwa, "In legal authority, Legitimacy is based on a belief

in reason, and laws are obeyed because they have been enacted by proper

procedures.18

(Dalam kewenangan hukum, keabsahan suatu perbuatan

didasarkan pada keyakinan dalam penalaran dan hukum yang dipatuhi

karena telah diberlakukan dengan prosedur yang tepat).

Hal tersebut menunjukkan bahwa segala kewenangan notaris

adalah sah apabila dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku, yaitu

dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Hal ini secara tegas dapat

ditemukan dalam Pasal 15 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) UU Perubahan

atas UUJN tentang Kewenangan Notaris. Dalam pasal tersebut dijelaskan

bahwa notaris berwenang untuk membuat akta otentik secara umum.

Beberapa batasan terhadap kewenangan tersebut adalah:

1. Sepanjang tidak dikecualikan kepada pejabat lain yang ditetapkan

dengan undang-undang;

17

Ibid, hlm. 131 18

Max Weber, 2008, Mastering Public Administration, Second Edition, CQ Press,

Washington, hll. 32.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

27

2. Sepanjang menyangkut akta yang harus dibuat atau berwenang

membuat akta otentik yang diharuskan oleh aturan hukum atau

dikehendaki oleh yang bersangkutan;

3. Sepanjang mengenai subjek hukum untuk kepentingan siapa akta itu

dibuat.

Teori kewenangan ini digunakan untuk membahas dan

menganalisis masalah tentang kewenangan notaris dalam memberikan

jasanya kepada para pihak. Dengan mengetahui wewenang tersebut dapat

memberikan kejelasan mengenai tanggung jawab notaris dalam membuat

akta berdasarkan pemalsuan surat oleh para pihak.

1.5.2. Teori Pertanggung Jawaban Hukum

Pertanggung jawaban dapat diistilahkan ke dalam dua bentuk menurut

kamus hukum, yakni liability (the state of being liable) dan responsibility (the

state or fact being responsible). Liability merupakan istilah hukum yang luas (a

broad legal term), yang di dalamnya antara lain mengandung makna bahwa "it

has been reffered to as of the most comprehensive significance, including almost

every character of hazard or responsibility, absolute, contingen, or likely. It has

been defined to mean : all character of debt and obligations". (Liability)

menunjukkan kepada makna yang paling komprehensif, meliputi hampir setiap

karakter resiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung atau yang

mungkin. Liability didefinisikan untuk menunjuk semua karakter hak dan

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

28

kewajiban).19

Disamping itu, liability juga merupakan "condition of being actually

or potentially subject to an obligation, condition of being responsible for a

possible or actual loss, pinalty, evil, exspense, or burden; condition which crate a

duty to perform an act immediately or in the future.20

(Kondisi tunduk kepada

kewajiban secara aktual atau potensial; kondisi bertanggung jawab terhadap hal-

hal yang aktual atau mungkin seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya, atau

beban; kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan Undang-Undang

dengan segera atau pada masa yang akan datang).

Responsibility berarti, "the state of being answerable for an obligation and

include judgement, skill, ability and capability" (Hal dapat

dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban, dan termasuk putusan,

keterampilan, kemampuan dan kecakapan)21

Responsibility juga berarti, "The

obligation to answer for an act done, and a repair or otherwise make restitution

for any injury it may have caused" (Kewajiban bertanggung jawab atas Undang-

Undang yang dilaksanakan, dan memperbaiki atau sebaliknya memberikan ganti

rugi atas kerusakan apa pun yang telah ditimbulkannya).

Dalam pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability menunjukkan

pada pertanggung jawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang

dilakukan oleh subyek hukum. Pasal 1365 KUH Perdata yang lazim dikenal

sebagai pasal tentang perbuatan melawan hukum, mengharuskan terpenuhinya

empat unsur pokok, yaitu :

19

Ridwan H.R. 2006, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.

335-337. 20

Ibid, hlm. 335 21

Ibid, hlm. 338

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

29

a. Adanya perbuatan;

b. Adanya unsur kesalahan;

c. Adanya kerugian yang diderita;

d. Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian

Kesalahan yang dimaksud didalam Pasal 1365 KUH Perdata adalah unsur

yang bertentangan dengan hukum. Pengertian hukum tidak hanya bertentangan

dengan undang-undang tetapi juga kepatutan dan kesusilaan dalam masyarakat.

Teori pertanggungjawaban menjelaskan bahwa seorang bertanggung jawab secara

hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab

hukum. Ini berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal

perbuatan yang dilakukan itu bertentangan. Hans Kelsen membagi pertanggung

jawaban menjadi 4 (empat) macam yaitu :

a. Pertanggungjawaban individu yaitu pertanggungjawaban yang harus

dilakukan terhadap pelanggaran yang dilakukannya sendiri

b. Pertanggungjawaban kolektif berarti bahwa seorang individu

bertanggungjawab atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain

c. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan yang berarti bahwa seorang

individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena

sengaja dan diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian.

d. Pertanggungjawaban mutlak yang berarti bahwa seorang individu

bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena tidak

sengaja dan tidak diperkirakan.22

Menurut pendapat Hans Kelsen tentang teori tanggung jawab hukum

menyatakan bahwa :

a concept related to that of legal duty is the concept of legal responsibility

(liability). That a person is legally responsible for a certain behavior or

that he bears the legal responsibility therefore means that he is liable to a

22

Shidarta, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi Revisi, Gramedia

Widiasarana Indonesia, Jakarta, hlm. 73-79.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

30

sanction in case contrary, behavior. Normally, that is, in case the sanction

is directed againts the immediate delinquent, it is his own behavior for

which an individual is responsible. In this case the subject of the legal

responsibility and the subject of the legal duty coincide23

Bahwa suatu konsep yang terkait dengan kewajiban hukum adalah konsep

tanggung jawab (liability). Seseorang dikatakan secara hukum bertanggungjawab

untuk suatu perbuatan tertentu adalah bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi

dalam kasus perbuatan berlawanan dengan hukum. Biasanya, dalam kasus, sanksi

dikenakan terhadap delinquent (penjahat) karena perbuatannya sendiri yang

membuat orang tersebut harus bertanggungjawab. Dalam kasus ini subjek

tanggung jawab hukum (responsibility) dan subjek kewajiban hukum adalah

sama.

Teori tanggung jawab dalam hal ini dikaitkan dengan tanggung jawab

Notaris dalam hal pembuatan akta berdasarkan pemalsuan surat oleh para pihak

yang dalam hal ini pemalsuan surat merupakan tindak pidana dimana di dalam

UUJN dan UU Perubahan atas UUJN tidak mengatur mengenai tanggung jawab

pidana seorang notaris dari akta yang telah dibuatnya berdasarkan data dan

informasi yang dipalsukan oleh para pihak. Sehingga timbul kekosongan norma

hukum dalam UU Perubahan atas UUJN yang berkaitan dengan tanggung jawab

notaris dalam pembuatan akta berdasarkan data dan informasi yang dipalsukan

oleh para pihak.

23

Han Kelsen, 1944, General Theory Of Law And State, New York, hlm. 65.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

31

1.5.3. Teori Pembuktian

Dalam proses mencari dan menemukan kebenaran hukum dilakukanlah

tahapan pembuktian di persidangan. Dalam perkara perdata yang berusaha dicari

adalah kebenaran formal melalui alat – alat bukti yang diajukan para pihak. Secara

teori dalam peradilan dikenal adanya 4 (empat) teori pembuktian, yang masing-

masing teori tersebut dipakai dasar acuan hakim dalam memutus sesuai bidang

hukum yang disengketakan. Adapun teori pembuktian tersebut terurai seperti

berikut :

1. Pembuktian yang melulu didasarkan pada alat – alat pembuktian yang disebut

dengan undang – undang, yang disebut dengan sistem atau teori pembuktian

berdasar undang-undang secara positif, artinya, jika telah terbukti suatu

perbuatan sesuai dengan alat-alat bukti yang disebut oleh undang-undang

maka keyakinan Hakim tidak diperlukan lagi. Positif artinya hanya didasarkan

pada undang-undang saja atau disebut juga dengan teori pembuktian formal.

2. Sistem atau teori pembuktian berdasarkan keyakinan Hakim melulu. Sistem

atau teori pembuktian ini adalah bertolak belakang atau berlawanan dengan

sistem atau teori pembuktian menurut undang-undang secara positif karena

teori pembuktian ini hanya berdasarkan pada keyakinan Hakim saja sehingga

teori ini disebut juga istilah confiction intime, Sistem ini memberi kebebasan

terlalu besar kepada Hakim sehingga sulit diawasi, disamping itu baik

terdakwa maupun penasehat hukumnya sulit untuk melakukan pembelaan.

Dalam hal ini Hakim dapat memidana terdakwa hanya berdasarkan atas

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

32

keyakinannya saja bahwa terdakwa telah melakukan apa yang telah

didakwakan kepadanya.

3. Sistem/ teori pembuktian berdasarkan keyakinan Hakim atas alasan yang

logis. Sistem ini disebut juga dengan sistem atau teori pembuktian yang

berdasar atas keyakinan Hakim sampai batas tertentu. Menurut teori ini Hakim

dapat memutuskan seseorang bersalah atau tidak berdasar keyakinannya dan

keyakinan itu didasarkan kepada dasar-dasar pembuktian disertai dengan suatu

kesimpulan (conclusie) yang berdasarkan kepada peraturan-peraturan

pembuktian tertentu. Jadi putusan Hakim dijatuhkan dengan suatu inovasi

sistem atau teori pembuktian ini disebut juga pembuktian bebas karena Hakim

bebas untuk menyebut alasan-alasan keyakinannya.

4. Teori pembuktian berdasarkan undang-undang secara negatif sistem atau teori

pembuktian ini adalah merupakan perpecahan dari teori pembuktian

berdasarkan keyakinan Hakim sampai batas tertentu atau teori pembuktian

jalan tengah yaitu:

a) Teori pembuktian berdasar keyakinan Hakim atas alasan yang logis

(Convection Raesonee).

b) Teori pembuktian berdasar Undang-undang secara negatif (Negatief

Wettelijk Bewijs Theory)24

Persamaan antara kedua sistem atau teori tersebut adalah sama-sama

berdasar atas keyakinan Hakim, artinya terdakwa tidak mungkin dipidana tanpa

adanya keyakinan Hakim bahwa ia bersalah, sedangkan perbedaannya bahwa

24

Jur Andi Hamzah I, Op Cit, hlm. 254

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

33

yang disebut pertama adalah berpangkal tolak pada keyakinan Hakim, tetapi

keyakinan itu harus didasarkan kepada suatu kesimpulan (conclusie) yang logis,

yang tidak didasarkan kepada undang-undang tetapi ketentuan-ketentuan menurut

pengetahuan Hakim sendiri, menurut pilihannya sendiri tentang pelaksanaan

pembuktian mana yang dipergunakan. Sedangkan yang kedua berpangkal tolak

pada aturan-aturan pembuktian yang ditetapkan secara limitatif oleh Undang-

undang, tetapi hal itu harus diikuti dengan keyakinan Hakim

1.5.4. Asas – Asas Hukum

Ada beberapa asas hukum terkait dengan pembuktian dalam perkara

perdata dalam hakim mencari dan menentukan kebenaran formal, diantara adalah :

1. Asas actori in cumbit probatio, berarti siapa yang menggugat dialah yang

wajib membuktikan. Asas ini diatur dalam Pasal 163 HIR, Pasal 283 RBg dan

Pasal 1865 KUHPerdata

2. Asas secundum allegat ludicare, berarti hakim tutwuri terhadap peristiwa-

peristiwa yang diajukan para pihak. Disini menandakan bahwa hakim bersifat

pasif, praktek asas ini dalam hal pembagian beban pembuktian

3. Asas judex ne procedat ex officio, artinya dimana tidak ada penggugat disini

tidak ada hakim. Asas ini menandakan bahwa hakim perdata bersifat

menunggu gugatan dari para pihak.

4. Asas unus testis nullus testis, secara harfiah berarti seorang saksi bukanlah

saksi. Tegasnya untuk membuktikan suatu peristiwa hukum baik dalam

konteks pidana maupun perdata dibutuhkan minimal dua orang saksi.

5. Asas persona standi injudico, asas ini juga dikenal dengan istilah asas locus

standi atau legal standing yang berarti orang yang berwenang dan cakap

hukum berperkara di pengadilan

6. Asas plaintift, diartikan sebagai pihak yang mengajukan perkara perdata

karena menderita kerugian. Pihak tersebut mendapat beban pembuktian terkait

dengan kerugian yang dideritanya yaitu bahwa ketika seorang menggugat

karena menderita kerugian dialah yang dibebani kewajiban untuk

membuktikan. Dalam konteks hukum perdata gugatan ganti kerugian ini

biasanya didasarkan pada Pasal 1365 KUHPerdata

7. Asas directed verdict, berarti putusan dalam persidangan yang dijatuhkan

hakim karena ketidakmampuan salah satu pihak untuk menyodorkan bukti-

bukti yang cukup untuk mendukung posisinya.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

34

8. Asas unlawful legal evidence, secara harfiah berarti perolehan bukti yang

tidak sah. Dengan konsekuensi adalah bila bukti diperoleh dengan jalan tidak

sah, hal tersebut akan menggugurkan perkara.

9. Asas audi et alteram partum, berarti dalam mengadili hakim harus mendengar

kedua belah pihak. Hal ini dimaksud agar ada keseimbangan antara penggugat

dengan tergugat.

10. Asas probatio plena, artinya alat bukti yang memiliki kekuatan pembuktian

yang paling kuat adalah bukti tulisan atau alat bukti tertulis, salah satunya

seperti akta autentik, alat bukti seperti ini diakui sebagai alat bukti memiliki

kekuatan penuh dan sempurna (probatio plena)25

Mencermati semua asas diatas adalah terkait langsung dengan substansi

pembuktian dalam proses perkara perdata oleh hakim untuk menentukan pihak

yang dimenangkan / dikabulkan gugatannya.

1.5.5. Konsep Kepastian Hukum

Kepastian hukum merupakan komponen terpenting dalam negara hukum.

Menurut Radbruch hukum memiliki tujuan yang berorientasi pada hal-hal berikut:

1. Keadilan;

2. Kemanfaatan;

3. Kepastian hukum;26

Kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian, yaitu pertama adanya

aturan yang bersifat umum yang memberi penjelasan kepada individu tentang

perbuatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Kedua, adanya keamanan hukum

bagi individu dari kesewenangan kekuasaan pemerintah.

Kepastian hukum ini memberikan landasan tingkah laku individu dan

landasan perbuatan yang dapat dilakukan oleh negara terhadap individu.

25

Eddy O.S. Hiariej, 2012, Teori Hukum Pembuktian, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal. 42-

48 26

O. Notohamidjojo, 2011, Soal-Soal Pokok Filsafat Hukum, Griya Media, Salatiga, hal.

33.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

35

Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang

melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim

yang satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus yang serupa yang telah

diputuskan27

Kepastian hukum adalah kepastian aturan hukum, bukan kepastian

tindakan yang sesuai dengan aturan hukum. Kepastian hukum secara normatif

adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena dapat

memberikan pengaturan secara jelas dan logis. Jelas dalam arti tidak

menimbulkan keragu-raguan atau multi tafsir, dan logis dalam arti hukum tersebut

menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau

menimbulkan konflik norma ataupun adanya kekaburan dan kekosongan norma.

Konsep ini dapat dipergunakan untuk dapat mengatasi persoalan dalam hal

bentuk pertanggungjawaban notaris terhadap proses pembuatan akta otentik yang

data dan informasinya dipalsukan oleh para pihak. Realitanya banyak

permasalahan seperti ini timbul di masyarakat dan mengikutsertakan Notaris

tetapi di dalam pengaturannya terutama di UUJN sendiri tidak mengatur mengenai

tanggung jawab pidana seorang notaris dari akta yang telah dibuatnya berdasarkan

data dan informasi yang dipalsukan oleh para pihak. Dengan asas kepastian

hukum ini diharapkan dapat memberikan suatu bentuk kepastian bagi notaris

apabila berhadapan dengan kasus seperti ini.

27

Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media

Group, Jakarta (selanjutnya disebut Peter Mahmud Marzuki I), hal. 158.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

36

1.5.6. Doktrin / Pendapat Ahli Tentang Pertanggung Jawaban

Ada dua istilah yang menunjuk pada pertanggungjawaban dalam kamus

hukum yaitu liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang

luas yang menunjuk hampir semua karakter resiko atau tanggung jawab, yang

pasti, yang bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan

kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya

atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang.

Dilain sisi responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan

atas suatu kewajiban, dan termasuk putusan, keterampilan, kemampuan dan

kecakapan meliputi juga kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang

dilaksanakan. Dalam pengertian dan pernggunaan praktis, istilah liability

menunjuk pada pertanggungjawaban hukum yaitu tanggung gugat akibat

kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan responsibility

menunjuk pertanggungjawaban politik. Secara leksikal, kata

"pertanggungjawaban" kata dasarnya adalah "tanggung jawab" yang berarti

keadaan wajib menanggung segala sesuatu berupa penuntutan, diperkarakan dan

dipersalahkan sebagai akibat sikap sendiri atau pihak lain. Dari pemahaman

"tanggung jawab" yang merujuk terhadap makna tanggung jawab dalam proses

hukum, dimana seseorang dapat dituntut, diperkarakan dan dipersalahkan serta

kesiapan menerima beban sebagai akibat dari sikap sendiri atau pihak lain yang

menimbulkan kerugian bagi pihak lain. Melalui pendekatan analisis oleh Pound

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

37

berpendapat bahwa timbulnya pertanggungjawaban karena suatu kewajiban atas

kerugian yang ditimbulkan terhadap pihak lain.28

Menurut Sutarto, pertanggungjawaban adalah sebagai suatu kebebasan

bertindak untuk melaksanakan tugas yang dibebankan, tetapi pada akhirnya tidak

dapat melepaskan diri dari resultante kebebasan bertindak, berupa penuntutan

untuk melaksanakan secara layak apa yang diwajibkan kepadanya. Pandangan

tersebut sesuai dengan batasan Ensiklopedia Administrasi yang mendefinisikan

(responsibility) sebagai keharusan seseorang untuk melaksanakan secara layak

apa yang telah diwajibkan kepadanya.29

Dalam Pertanggung Jawaban ada 2 (dua) aspek yang dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Aspek internal yakni pertanggungjawaban yang diwujudkan dalam bentuk

laporan pelaksanaan kekuasaan yang diberikan oleh pimpinan dalam suatu

instansi.

2. Aspek Eksternal yakni pertanggungjawaban kepada pihak ketiga, jika suatu

tindakan menimbulkan kerugian kepada pihak lain atau dengan perkataan lain

berupa tanggung jawab gugat atas kerugian kepada pihak lain atau dengan

perkataan lain berupa tanggung jawab gugat atas kerugian yang ditimbulkan

kepada pihak lain atas tindakan jabatan yang diperbuat.30

Dalam konteks perspektif hukum khususnya hukum perdata apabila

seseorang dirugikan karena perbuatan seseorang lain, sedang diantara mereka

tidak terdapat sesuatu perjanjian (hubungan hukum perjanjian), maka berdasarkan

28

Roscoe Pound, 1982, Pengantar Filsafat Hukum, Diteriemahkan dari edisi yang

diperluas oleh Drs. Mohammad Radjab, Bhratara Karya Aksara, Jakarta, hlm. 90. 29

Sutarto, 1989, Encyclopedia Administrasi, MCMLXXVII, Jakarta, hlm. 291. 30

Suwoto Mulyosudarmo, 1997, Peralihan Kekuasaan: Kaiian Teoritis dan Yuridis

Terhadap Pidato Nevaksara, Gramedia, Jakarta, hlm 42.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

38

undang-undang juga timbul atau terjadi hubungan hukum antara orang tersebut

yang menimbulkan kerugian itu.31

Demikian pula sebagai pejabat umum (openbaar ambtenaar) Notaris

berwenang membuat akta otentik. Sehubungan dengan kewenangannya tersebut

Notaris dapat dibebani tanggung jawab atas perbuatannya dalam membuat akta

otentik. Tanggung jawab notaris sebagai pejabat umum meliputi tanggung jawab

profesi notaris itu sendiri yang berhubungan dengan akta : Tanggung jawab

Notaris secara perdata atas akta yang dibuatnya, dalam hal ini adalah tanggung

jawab terhadap kebenaran materiil akta, dalam konstruksi perbuatan melawan

hukum. Perbuatan melawan hukum disini dalam sifat aktif maupun pasif. Dalam

arti aktif melakukan perbuatan yang menimbulkan kerugian pada pihak lain.

Sedangkan pasif, dalam artian tidak melakukan perbuatan yang merupakan

keharusan, sehingga pihak lain menderita kerugian. Jadi unsur dari perbuatan

melawan hukum disini yaitu adanya perbuatan melawan hukum, adanya kesalahan

dan adanya kerugian yang ditimbulkan. Perbuatan melawan hukum disini

diartikan luas, yaitu suatu perbutan tidak saja melanggar undang-undang, tetapi

juga melanggar kepatutan, kesusilaan atau hak orang lain dan menimbulkan

kerugian. Kerugian yang berakibat kepada berbagai pihak terutama Notaris yang

bertanggung jawab terhadap akta yang dibuat bisa batal demi hukum.

31

A.Z. Nasution, 2002, Hukum Perlindungan Konsumen. Cetakan kedua, Diapit Media,

Jakarta, hlm.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

39

1.5.7. Konsep Alat Bukti, Barang Bukti dan Pembuktian

Dalam suatu proses perkara hukum, sangat diperlukan adanya suatu alat

bukti dan proses pembuktian terhadap adanya suatu kasus hukum baik secara

perdata maupun pidana. Proses Pembuktian diperlukan apabila terjadinya satu

gugatan dari pihak terhadap satu kasus dimana perlu adanya tindak lanjut

sehingga memerlukan suatu pembuktian terhadap gugatan tersebut dimana

kewenangan seorang hakim untuk menyelidiki ada atau tidak hubungan hukung

yang menjadi dasar gugatan, hal ini yang menentukan diterima atau ditolaknya

suatu gugatan.

Secara umum Teori Pembuktian adalah proses membuktikan dan

meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil yang dikemukakan oleh para pihak

dalam suatu persengkataan di muka persidangan. Selain itu Pembuktian juga

dapat diartikan suatu usaha atau upaya yang meyakinkan hakim tentang kebenaran

dalil-dalil yang dikemukakan oleh pihak-pihak berperkara dipersidangan

pengadilan berdasarkan alat-alat bukti yang telah ditentukan didalam peraturan

perundang-undangan. Dari beberapa definisi tentang pembuktian oleh pakar

hukum tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembuktian

dalam hukum perdata adalah "upaya yang dilakukan oleh para pihak untuk

menyelesaikan persengketaan mereka atau untuk memberi kepastian tentang benar

terjadinya peristiwa hukum tertentu, dengan menggunakan alat bukti yang

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

40

ditentukan hukum sehingga dapat dihasilkan suatu penetapan atau putusan oleh

Pengadilan.32

Alat bukti (bewijsmiddel) memiliki berbagai macam bentuk dan jenisnya

yang mampu memberi keterangan dan penjelasan tentang suatu kasus yang

diperkarakan dipengadilan. Alat bukti diajukan oleh para pihak untuk

membenarkan dalil gugatan atau dalil bantahan, sehingga para pihak yang

berperkara hanya dapat membuktikan kebenaran dalil gugatan dan dalil bantahan

maupun fakta-fakta yang dikemukakan dengan jenis atau alat bukti tertentu. Alat

bukti yang diakui dalam hukum acara perdata dalam Pasal 1866 KUHPerdata dan

Pasal 164 HIR adalah tertulis/tulisan, saksi-saksi, persangkaan, pengakuan, dan

sumpah.

Sedangkan yang dimaksud barang bukti yaitu benda yang bergerak atau

tidak bergerak, yang berwujud maupun tidak berwujud yang mempunyai

hubungan dengan tindak pidana yang terjadi. Agar dapat dijadikan sebagai barang

bukti maka benda-benda tersebut harus dikenakan penyitaan oleh penyidik dengan

surat izin yang telah dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri sesuai dengan wilayah

penyitaan berada.

Diperlukannnya alat bukti dan barang bukti sangat mempengaruhi dari

proses penyelidikan yang dilakukan sehingga suatu kasus bisa

dipertanggungjawabkan sesuai dengan kebenaran dari suatu proses kekuatan

pembuktian terhadap kasus yang ditangani dan telah sesuai dengan aturan hukum

dan Undang-undang yang berlaku.

32

Ahmad Ali dan Wiwi Heriyani, 2013, Asas-asas Hukum Pembuktian Perdata, Kencana

Prenada Media Group, Jakarta, hlm 21.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

41

Dalam proses pembuatan suatu akta otentik kekuatan pembuktian akta

dapat dibagi menjadi 3 (tiga) diantaranya:

a. Kekuatan pembuktian lahir dimana kekuatan pembuktian yang didasarkan

pada keadaan lahir, apa yang tampak pada lahirnya

b. Kekuatan pembuktian formil atau memberikan kepastian tentang peristiwa

bahwa pejabat dan para pihak menyatakan dan melakukan apa yang dimuat

dalam akta otentik.

c. Kekuatan pembuktiaan materiil dimana kekuatan pembuktian ini memberikan

kepastian tentang materi suatu akta.

Oleh sebab itu Kekuatan pembuktian dalam proses pembuatan akta sudah

harus memenuhi dari 3 (tiga) dasar Kekuatan Pembuktian.

1.5.8. Konsep Akta Otentik

Konseptual atau berasal dari kata dasarnya konsep berarti satu tahapan

terpenting dari teori. Konsep dasar dalam melakukan suatu penelitian adalah

untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstrak dan kenyataan. Dengan

demikian landasan konseptual dapat diartikan pula sebagai sarana umum pokok

penelitian yang akan dibahas sebelum memulai penelitian (observasi) masalah

yang akan diteliti. Konsep diartikan pula sebagai kata yang menyatakan abstraksi

yang digeneralisasikan dari hal-hal khusus yang disebut definisi operasional33

.

Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, kalau

masalahnya dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah

33

Sumadi Surya Brata, 1998, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

hlm. 28.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

42

diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian dan

suatu konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau

gejala itu. Maka konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep

menentukan antara variabel-variabel yang ingin menentukan adanya hubungan

empiris. Dari pengertian tersebut ada beberapa hal yang penting yang tersirat yaitu

ketentuan dalam permulaan pasal tersebut, bahwa Notaris adalah pejabat umum

(openbaar ambtenaar), dikatakan demikian karena erat hubungannya dengan

wewenangnya atau kewajibannya yang utama ialah membuat akta-akta otentik.

Akta otentik merupakan suatu bukti yang mengikat, dalam arti bahwa apa

yang ditulis dalam akta tersebut harus dipercaya oleh Hakim, yaitu harus dianggap

sebagai benar, selama ketidakbenarannya tidak dibuktikan. Dan ia memberikan

suatu bukti yang sempurna, dalam arti bahwa ia sudah tidak memerlukan suatu

penambahan pembuktian. la merupakan alat bukti yang mengikat dan sempurna.

Kekuatan pembuktian akta otentik, demikian juga akta Notaris, adalah akibat

langsung yang merupakan keharusan dari ketentuan perundang-undangan bahwa

ada akta-akta otentik sebagai alat pembuktian dan dari tugas yang dibebankan

oleh undang-undang kepada pejabat-pejabat atau orang-orang tertentu. Dalam

pemberian tugas ini terletak kepercayaan kepada para pejabat tersebut dan

pemberian kekuatan pembuktian kepada akta-akta yang dibuat mereka. Dengan

adanya otentitas akta tersebut akan secara otomatis memberikan perlindungan

kepada Notaris, pihak yang bersangkutan, dan termasuk juga pihak-pihak yang

membutuhkan jasanya. Perlindungan hukum terhadap diri Notaris dan pihak-

pihak yang membutuhkan jasanya, perlindungan hukum terhadap diri Notaris dan

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

43

pihak-pihak yang membutuhkan jasanya sangat penting karena itu Notaris harus

menguasai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan jabatannya.

Dengan Notaris menguasai peraturan perundang-undangan maka akta Notaris

yang dibuat akan terhindar dari kecacatan hukum, yang dapat menimbulkan akta

tersebut batal demi hukum, sesuai dengan Undang-undang KUHPerdata Pasal

1872.

Semakin meningkatnya perkembangan terhadap hukum dalam kehidupan

bermasyarakat semakin menuntut adanya kepastian hukun terhadap pihak-pihak

yang berkepentingan akan hukum terkait dalam hal ini adalah pembuatan akta

otentik oleh pejabat umum yang mampu memberikan kepastian hukum yang

mengikat sebagai alat bukti yang kuat. Aturan hukum yang mampu menciptakan

kepastian hukum yang lahir dari dan mencerminkan budaya masyarakat. Beberapa

pandangan dari Para Sarjana terhadap kepastian hukum diantaranya, Pendapat

kepastian hukum dikemukakan oleh Jan M. Otto yaitu bahwa kepastian hukum

dalam situasi tertentu mensyaratkan sebagai berikut:

1. Tersedia aturan-aturan hukum yang jelas atau jernih, konsisten dan mudah

diperoleh (accesible) yang diterbitkan oleh kekuasaan negara

2. Bahwa instansi-instansi penguasa (pemerintahan) menerapkan aturan-aturan

hukum tersebut secara konsisten dan juga tunduk dan taat kepadanya

3. Bahwa mayoritas warga pada prinsipnya menyetujui muatan isi dan karena itu

menyesuaikan perilaku mereka terhadap aturan-aturan tersebut.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

44

4. Bahwa Hakim-hakim (peradilan) yang mandiri dan tidak berpihak

menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten sewaktu mereka

menyelesaikan sengketa hukum; dan

5. Bahwa keputusan peradilan secara konkrit dilaksanakan34

Kelima syarat yang dikemukakan Jan M. Otto tersebut menunjukkan

bahwa kepastian hukum dapat dicapai jika substansi hukum sesuai dengan

kebutuhan masyarakat. Kepastian hukum yang mencerminkan budaya masyarakat

inilah yang disebut dengan hukum yang sebenarnya (realistic legal certainly),

yaitu mensyaratkan adanya keharmonisan antara negara dengan rakyat dalam be-

rorientasi dan memahami sistem hukum.

Secara umum kepastian hukum adalah jaminan bahwa hukum dijalankan,

bahwa yang berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya dan bahwa

putusan dapat dilaksanakan. Walaupun kepastian hukum erat kaitannya dengan

keadilan, namun hukum tidak identik dengan keadilan. Hukum bersifat umum,

mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan, sedangkan keadilan bersifat

subyektif, individualistis dan menyamaratakan35

.

Nurhasan Ismail, berpendapat bahwa penciptaan kepastian hukum dalam

peraturan perundang-undangan memerlukan persyaratan yang berkenaan dengan

struktur internal dari norma hukum itu sendiri.

"Persyaratan internal tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, kejelasan

konsep yang digunakan. Norma hukum berisi deskripsi mengenai perilaku tertentu

yang kemudian disatukan ke dalam konsep tertentu pula. Kedua, kejelasan hirarki

kewenangan dari lembaga pembentuk peraturan perundang-undangan. Kejelasan

hirarki ini penting karena menyangkut sah atau tidak dan mengikat atau tidaknya

34

Jan Michiel Otto, 2003 "Reele Rechtszekerheidin Ontwikkelingslanden", Terjemahan

Tristam Moeliono, Kepastian Hukum yang Nyata di Negara Berkembang. Cetakan Pertama,

Komisi Hukum Nasional Republik Indonesia (KHN-RI), Jakarta, hlm 5. 35

Ibid, hlm. 160

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

45

peraturan perundang-undangan yang dibuatnya. Kejelasan hirarki akan memberi

arahan pembentuk hukum yang mempunyai kewenangan untuk membentuk suatu

peraturan perundang-undangan tertentu. Ketiga, adanya konsistensi norma hukum

perundang-undangan. Artinya ketentuan-ketentuan dari sejumlah peraturan

perundang-undangan yang terkait dengan satu subyek tertentu tidak saling

bertentangan antara satu dengan yang lain.36

Kepastian hukum menghendaki adanya upaya pengaturan hukum dalam

perundang-undangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang dan berwibawa,

sehingga aturan-aturan itu memiliki aspek yuridis yang dapat menjamin adanya

kepastian bahwa hukum berfungsi sebagai suatu peraturan yang harus ditaati.

Bertumpu pada uraian-uraian mengenai kepastian hukum di atas, maka

kepastian da-pat mengandung beberapa arti, yakni adanya kejelasan, tidak

menimbulkan multi-tafsir, tidak menimbulkan kontradiktif, dan dapat

dilaksanakan. Hukum harus ber-laku tegas di dalam masyarakat, mengandung

keterbukaan sehingga siapapun da-pat memahami makna atas suatu ketentuan

hukum. Hukum yang satu dengan yang lain tidak boleh kontradiktif sehingga

tidak menjadi sumber keraguan. Kepastian hukum menjadi perangkat hukum

suatu negara yang mengandung kejelasan, tidak menimbulkan multitafsir, tidak

menimbulkan kontradiktif, serta dapat dilaksanakan, yang mampu menjamin hak

dan kewajiban setiap warga negara sesuai dengan budaya masyarakat yang ada.

Hal-hal pokok tersebut diatas dapat dipergunakan sebagai acuan para

pakar ilmu hukum, para pejabat umum (Notaris), hakim, jaksa dan pejabat

berwenang lainnya suatu proses perkara hukum baik dalam proses kekuatan

pembuktian dan pengambilan keputusan sehingga tidak menimbulkan berbagai

36

Nurhasan Ismail, 2006, Perkembangan Hukum Pertanahan Indonesia: Suatu

Pendekatan Ekonomi-Politik. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm 39.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

46

multitafsir maupun keragu-raguan dan keputusan yang diambil memiliki kekuatan

pembuktian yang sah dan kuat serta dapat dipertanggungjawabkan secara hukum

kepada para pihak yang terkait didalamnya.

Akta otentik dibuat dengan tujuan untuk dipergunakan sebagai alat bukti

telah diatur pada Pasal 1870 KUHPerdata dimana akta otentik memiliki

pembuktian telah diatur pada pasal yang sempurna. Dengan kesempurnaan akta

yang dibuat oleh Notaris sehingga menjadi satu alat bukti yang sah, maka akta

tersebut harus dilihat apa adanya, tidak perlu dinilai atau ditafsirkan lain, seperti

yang tertulis dalam akta tersebut.

Tiap – tiap akta notaris yang dibuat, harus mampu menilai sejauh mana

kekuatan pembuktiannya, bagaimana perbandingan dari kekuatan-kekuatan

pembuktian yang tersimpul didalamnya, ada kalanya bahwa kekuatan pembuktian

yang luar atau lahiriahnya kuat namun kekuatan pembuktian formalnya atau

materialnya kurang kuat karena terlalu banyak mengandung tindakan-tindakan

nyata tapi kurang mengandung tindakan-tindakan hukum sehingga alat

pembuktian menjadi lemah dan berakibat melanggar hukum sehingga dampaknya

mengakibatkan kerugian dari berbagai pihak atas kekuatan pembuktian yang tidak

kuat.

1.5.9. Konsep Notaris Sebagai Pejabat Umum

Istilah pejabat dapat diartikan sebagai pemegang jabatan orang lain untuk

sementara, sedangkan pejabat sebagai pegawai pemerintah yang memegang

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

47

jabatan (unsur pimpinan) atau orang yang memegang suatu jabatan.37

Suatu

jabatan sebagai personifikasi hak dan kewajiban dapat berjalan oleh subyek

manusia atau subyek hukum yang dapat menjalankan hak dan kewajiban dengan

didukung oleh jabatan ialah pejabat.38

Jabatan dilaksanakan melalui perantara

pejabatnya, jabatan merupakan lingkungan pekerjaan tetap sebagai subyek hukum

(persoon), yakni pendukung hak dan kewajiban (suatu personifikasi). Sebagai

subyek hukum maka jabatan itu dapat menjamin kesinambungan hak dan

kewajiban.

Hubungan antara jabatan dengan pejabat, bahwa jabatan bersifat tetap

(lingkungan pekerjaan tetap). Jabatan dapat berjalan oleh manusia sebagai

pendukung hak dan kewajiban sehingga disebut sebagai pejabat, pejabat adalah

orang yang menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan amanat dari

jabatannya. Pejabat dapat berganti-ganti orangnya terhadap suatu jabatan,

sedangkan jabatan akan terus ada selama masih dibutuhkan di dalam suatu

struktur pemerintahan ataupun struktur organisasi.39

Jabatan dengan pejabat sangat berhubungan erat dan tidak dapat

dipisahkan, jabatan bersifat tetap dan baru dapat dijalankan apabila ada pejabat

sebagai pendukung hak dan kewajibannya. Oleh karena itu suatu jabatan tidak

akan berjalan jika tidak ada pejabat yang menjalankanya, kata pejabat lebih

menonjolkan orang yang memangku jabatan. Segala tindakan yang dilakukan oleh

37

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994, Kamus Bahasa Indonesia,

Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 392. 38

Habib Adjie, 2008, Hukum Notaris Indonesia-Tabir Tematik Terhadap UU No. 30

Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, PT. Rafika Aditama, Bandung (selanjutnya disebut Habib

Adjie I), hlm. 12. 39

Ibid, hlm. 14

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

48

pejabat sesuai dengan jabatannya merupakan suatu implementasi dari hak dan

kewajiban jabatannya.

Pejabat Umum berasal dari bahasa Belanda yaitu Openbare Ambtenaren,

menurut kamus hukum.40

Salah satu arti dari Openbare Ambtenaren adalah

pejabat, dengan demikian Openbare Ambtenaren adalah pejabat yang mempunyai

tugas bertalian dengan kepentingan masyarakat, sehingga Openbare Ambtenaren

diartikan sebagai pejabat yang diserahi tugas untuk membuat akta otentik yang

melayani kepentingan masyarakat, dan kualifikasi seperti itu diberikan kepada

Notaris41

. Menurut N.G Yudara42

"Pejabat umum adalah organ negara yang

dilengkapi dengan kekuasaan umum (met openbaar gezag bekleed), yang

berwenang menjalankan sebagian kekuasaan negara khususnya dalam pembuatan

dan peresmian alat bukti terrulis dan otentik dalam bidang hukum perdata

sebagaimana ditentukan Pasal 1868 BW". Pejabat Umum satu-satunya yang

ditunjuk oleh Pasal 1868 BW adalah Notaris berdasarkan UUJN dan UU

Perubahan atas UUJN.

Notaris adalah Pejabat Umum yang berfungsi menjamin otoritas pada

tulisan-tulisannya (akta). Notaris diangkat oleh pengurus tertinggi negara dan

kepadanya diberikan kepercayaan dan pengakuan dalam memberikan jasa bagi

kepentingan masyarakat43

. Notaris sebagai Pejabat Umum memiliki tanggung

jawab atas perbuatannya terkait dengan pekerjaannya dalam membuat akta. Ruang

40

N.E. Algra, H.R.W. Gokkel dkk, 1983, "Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae,

Belanda Indonesia," Bina Cipta, Jakarta, hlm. 29. 41

Habib Adjie I, Op Cit., hlm. 13 42

Husni Thamrin, 2010, Pembuatan Akta Pertanahan oleh Notaris, Laksbang

Pressindo, Yogyakarta, hlm. 74 43

Ibid, hlm. 72

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

49

lingkup pertanggung jawaban Notaris meliputi kebenaran materiil, dapat dibagi

menjadi empat poin44

.

1. Tanggung jawab Notaris secara perdata terhadap kebenaran materiil dari akta

yang dibuatnya.

Kontruksi yuridis yang digunakan dalam tanggung jawab perdata

terhadap kebenaran materiil terhadap akta yang dibuat oleh Notaris adalah

kontruksi perbuatan melawan hukum.45

Kontruksi yuridis ini bersifat sangat

luas dan dapat mencakup segala perbuatan yang menyebutkan terjadinya

kerugian pada pihak lain. Bila dikaitkan dengan Notaris sebagai Pejabat

Umum, bahwa berdasarkan kontruksi yuridis perbuatan melawan hukum dapat

terjadi apabila Notaris melakukan suatu perbuatan yang mengakibatkan

kerugian salah satu atau kedua belah pihak. Notaris dalam hal ini dapat

dimintakan pertanggungjawaban berdasarkan kontruksi perbuatan melawan

hukum.

Tanggung jawab Notaris terkait dengan kebenaran materiil dari isi akta

yang di buat dihadapannya menurut Sudikno Mertokusumo menyatakan

bahwa :

Mengingat Notaris pada dasarnya hanya mencatat apa yang

dikemukakan oleh para penghadap dan tidak diwajibkan untuk

menyelidiki kebenaran materiil isinya, maka tidaklah tepat bila hakim

membatalkannya. Notaris dapat berbuat salah atas mengenai isi akta

karena informasi yang salah dari para pihak. Kiranya kesalahan

demikian tidak dapat dipertanggung jawabkan kepada Notaris karena

isi akta telah dikonfirmasikan kepada para pihak oleh Notaris.46

44

Abdul Ghofur Anshori, Op Cit, hlm. 34 45

Abdul Ghofur Anshori, Op Cit, hlm. 35 46

Abdul Ghofur Anshori, Op Cit, hlm. 36

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

50

2. Tanggung jawab Notaris secara pidana terhadap kebenaran materiil dari akta

yang dibuatnya

Berdasarkan pengertian dari tindak pidana, konsekuensi dari perbuatan

pidana dapat melahirkan jawaban pidana. Pertanggungjawaban pidana baru

timbul bila subyek hukum melakukan kesalahan yang dapat berupa

kesengajaan maupun kealpaan (culpa).

Berkaitan dengan pertanggungjawaban Notaris sebagai Pejabat Umum

maka sesungguhnya Notaris bila melakukan tindak pidana dapat dikenakan

tuntutan pidana yang berdasarkan perbuatan pemalsuan surat, namun dalam

hubungannya dengan kebenaran materiil atas akta yang dibuat, Notaris dalam

menjalankan profesinya melalui kontruksi yuridis bahwa Notaris sejatinya

hanya fasilitator dari para pihak dalam partij acte. Sehingga secara materiil

Notaris tidak terlibat di dalam akta para pihak tersebut. Kecuali Notaris

mengetahui para pihak dalam membuat akta itu beritikad buruk atau dengan

akta tersebut dapat timbul perbuatan pidana.

3. Tanggung jawab Notaris berdasar Peraturan Jabatan Notaris terhadap

kebenaran materiil dalam akta yang dibuatnya

Mengenai kebenaran materiil dalam akta yang dibuat, Notaris

bertanggung jawab untuk mengikuti aturan di dalam UU Perubahan atas

UUJN. Apabila akta yang dibuat tidak memenuhi ketentuan dalam UU

Perubahan atas UUJN maka akta yang dibuat akan bersifat sebagai akta di

bawah tangan atau akta tersebut akan menjadi batal demi hukum. Kelalaian

dan ketidakpahaman Notaris terhadap peraturan di dalam UU Perubahan atas

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

51

UUJN dapat menyebabkan Notaris dimintai pertanggungjawaban atas

kesalahan sehingga pihak yang menderita kerugian memiliki alasan yuridis

untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.47

4. Tanggung Jawab Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan

kode etik Notaris

Hubungan profesi Notaris dengan masyarakat dan negara telah diatur

dalam UUJN berikut aturan perundang-undangan lainnya. Sedangkan

hubungan profesi Notaris dengan organisasi profesi Notaris diatur melalui

kode etik Notaris. Keberadaan kode etik merupakan suatu konsekuensi dari

sebuah profesi. Ada pendapat yang menyatakan bahwa Notaris sebagai

Pejabat Umum yang mengemban kepercayaan harus memegang teguh tidak

hanya kepada peraturan perundang-undangan semata namun juga pada kode

etik profesinya, karena tanpa adanya kode etik profesi harkat dan martabat

dari profesinya akan hilang.

47

Ghofur Anshori, Op.Cit, hal. 46.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

52

KERANGKA BERPIKIR

Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Yang Dinyatakan Batal Demi

Hukum Dalam Perkara Nominee di Pengadilan Negeri Denpasar

- Muncul perjanjian sebagai alas hak secara terselubung

- Secara dassein di langgar undang – undang

- Tetap praktek dasssollen terjadi / berlangsung

- Investor – spekulasi

- Merugikan investor sendiri

- Menyangkut kridibilitas notaris selaku pejabat publik

- Hakim memutus atas fakta

- Namun secara kasuistis – hakim – kebenaran di keadilan atas

fakta terungkap dalam pembuktian di sidang

2

Bagaimana kekuatan

pembuktian terhadap akta

notaris – batal demi

hukum ?

3.

Apa akibat hukum

terhadap akta notaris

– batal demi

hukum ?

1

Mengapa akta notaris dalam

perkara No. 82 / Pdt.G / 2013

/ PN.Dps batal demi

hukum ?

PENELITIAN

- Empiris, deskriptif, data primer +

sekunder, data di Pengadilan Negeri

Denpasar + studi dokumentasi

LANDASAN TEORITIS

- Asas, konsep, teori : teori kewenangan,

teori pertanggungjawaban hukum dan

teori pembuktian

SIMPULAN

1. Akta dapat batal demi hukum karena

dianggap cacat hukum oleh hakim

2. Tidak memiliki kekuatan mengikat

3. Akibat hukum secara perdata, pidana dan

administratif

SARAN

1. Agar notaris teliti dan cermat membuat

akta unutk tidak melanggar undang-

undang

2. Agar perjanjian praktek nominee agar

dihentikan oleh semua pihak karena

akan merugikan dan dilarang oleh

undang-undang

3. Agar pihak-pihak bertanggung jawab

terhadap perbuatan yang telah ia lakukan

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

53

1.6. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah didasarkan pada

metode sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu

atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Kecuali itu

juga diadakan pemeriksaan mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk

kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan - permasalahan

yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.48

1.6.1. Jenis Penelitian

Penelitian hukum empiris berupa usaha yang dilakukan peneliti untuk

mencari dan menemukan data sebagai bahan kajian dan analisis terhadap

permasalahan yang disediakan. Jenis Penelitian ini adalah jenis penelitian hukum

empiris karena mengacu pada permasalahan yang terjadi di masyarakat secara

nyata terkait dengan masalah hukum khusunya hukum perdata yang melibatkan

pejabat umum yang bertanggungjawab atas akta otentik yang telah dibuat

sehingga dalam kenyataannya menimbulkan suatu sengketa sehingga sering

berakhir di Pengadilan. Beberapa perkara yang diajukan di Pengadilan karena

timbulnya suatu kesalahan terhadap akta otentik diperlukan kajian yang

disesuaikan dengan Undang-Undang yang mengatur.

48

Lexy J Moloeng, 2000, "Metodologi Penelitian Kuantitatif" PT. Remaja, Rosda Karya,

Bandung, him. 5. hlm. 13.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

54

1.6.2. Sifat Penelitian

Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat deskriptif analitis

artinya penelitian ini bersifat menggambarkan, menjelaskan, menganalisis dan

membuktikan maupun dalam bentuk secara jelas dan akurat terhadap masalah

yang diambil sebagai objek penelitian ini tidak di kurangi dan di tambahkan.

Dalam setiap analisis dan ditunjang dengan pembuktian di lapangan dengan

menggunakan data primer dalam hal ini dari data di lapangan maupun data

pendukung yang dapat dianalisis dengan tujuan memperjelas data tersebut secara

kategoris penyusunan dengan sistematis dan selanjutnya dibahas dan dikaji secara

logis.49

1.6.3. Jenis dan Sumber Data

1.6.3.1. Jenis Data

Jenis data ada 2 (dua), yakni :

1. Data Primer adalah data pokok yang diperoleh langsung melalui pihak-pihak

yang terkait melalui para responden dengan tahap observasi dan praktik di

lapangan, melakukan wawancara, melakukan kuisioner baik secara terbuka

ataupun tertutup dan secara tatap muka, serta melakukan uji coba.

2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh sebagai pembanding dalam

data primer yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan sebagai penunjang

penelitian seperti buku-buku, dokumen-dokumen, karya ilmiah , jurnal dan

49

Joko P. Subagyo, 1997, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta,

Jakarta, hlm 2.

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

55

sumber lain yang terkait sehingga penelitian ini mudah dilakukan baik melalui

pengumpulan data primer maupun data sekunder.

1.6.3.2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian hukum ini bersumber dari :

1. Data Primer (field research) merupakan data yang diperoleh dari sumber

utama yaitu dari lapangan dalam hal ini adalah data dokumen dan para

responden yaitu para pihak yang terlibat dalam kasus yang diperkarakan di

Pengadilan Negeri seperti wawancara langsung dengan Hakim yang terlibat

atau dari pihak yang bersengketa seperti advokatnya / kuasanya serta bahan

hukum yang berupa peraturan perundang-undangan.

2. Data Sekunder merupakan data yang bersumber dari data kepustakaan (library

research) yang diperoleh dari Buku-buku dan dokumen-dokumen resmi hasil-

hasil penelitian yang berwujud sebagai laporan merupakan data yang

tingkatanya kedua bukan yang utama.50

3. Data Tersier berupa kamus, ensiklopedia, jurnal, makalah dan lain-lain

1.6.4. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

Mengumpulkan data dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang

wajib dan harus dipersiapkan, apabila tanpa adanya data atau materi terutama

yang sesuai dengan jenis penelitian dipastikan tidak mampu membuat suatu

penelitian yang akurat. Teknik pengumpulan data diperoleh dari berbagai sumber

diantaranya:

50

H. Salim, HS dan Erlies Septiana Nurbani, 2013, Penerapan Teori Hukum pada

Penelitian Tesis dan Disertasi, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm. 25.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

56

1. Melakukan studi kepustakaan (study document) yaitu dengan cara

mempelajari peraturan-peraturan yang terkait dengan penelitian, mempelajari

berbagai teori dan kasus yang terkait, memahami buku-buku, jurnal - jurnal,

karya ilmiah dari berbagai hasil penelitian yang terkait pula serta dokumen

lain yang diperlukan baik dari media maupun dari berbagai sumber.51

2. Dalam tahap selanjutnya dilakukan melalui tahap uji dilapangan dengan

membuat suatu daftar jenis pertanyaan dalam suatu wawancara yang

digunakan kepada beberapa responden sehingga terstruktur dari setiap jenis

masalah maupun jalan keluar dari studi kasus penelitian baik secara langsung

maupun tidak langsung serta mencari data pendukung yang diambil dari

narasumber ataupun responden.

1.6.5. Lokasi Penelitian

Penelitian berlokasi di Pengadilan Negeri Denpasar, dan dalam melakukan

penelitian telah mendapatkan izin dari Ketua Pengadilan Negeri serta izin dari

Pemerintah Kota Denpasar. Peneliti melakukan penelitian dengan mengikuti

beberapa sidang perkara di Pengadilan Negeri Denpasar, sehingga memudahkan

Penulis untuk melakukan tahap pencarian sumber data terhadap studi kasus yang

diambil dalam penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan teknik observasi yang dilakukan selama 5

(lima) kali dengan mencatat serta mewawancari para kuasanya / advokatnya

seperti advokat bernama Rizal Maya Putra, umur 55 tahun, alamat Jl. Gatot

51

Imelda, 2009, Analisis Yuridis Kekuatan Pembuktian Akta Perjanjian Musyarakah

Yang Dibuat Notaris Studi Bank Sumut Svariah Medan, Medan., hlm. 17

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

57

Subroto No. 39 Denpasar dan advokat bernama Mohammad Sukedi, umur 49

tahun, alamat Jl. A. Yani Utara No. 16 Denpasar. Wawancara dilakukan berturut –

turut pada hari Senin, Rabu, Kamis tanggal 12, 14, 16 Oktober 2015 dan Selasa,

Rabu, Jumat tanggal 3, 4, 8 November 2015.

1.6.6. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

1.6.6.1. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan dan analisis data apabila data primer maupun sekunder

telah dihimpun, dilakukan tahap analisis data untuk mengetahui kebenarannya.

Data yang diperoleh baik dari studi lapangan maupun studi dokumen pada

dasarnya merupakan data lapangan yang dianalisis secara kuantitatif. Setelah data

terkumpul kemudian dituangkan dalam bentuk uraian logis dan sistematis,

selanjutnya dianalisis untuk memperoleh kejelasan penyelesaian masalah,

kemudian ditarik kesimpulan secara induktif, yaitu dari hal yang bersifat umum

menuju hal yang bersifat khusus.52

Teknik analisis data yang dilakukan dengan cara menyajikan yang

diperoleh dari hasil wawancara terhadap Hakim, Notaris yang beberapa pihak

terkait dalam penelitian ini. Setelah semua data yang berkaitan dengan penelitian

ini dikumpulkan, kemudian dilakukan abstraksi dan rekonstruksi terhadap data

tersebut, selanjutnya disusun secara sistematis53

, sehingga diperoleh analisa

tentang sumber masalah dan penanganan dari perkara serta pengujian materi

terhadap Undang-undang yang mengatur. Dalam menganalisis data dipergunakan

52

Ibid, hlm. 10 53

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo, Jakarta, hlm. 13.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

58

analisis bersifat kualitatif, yang artinya menguraikan data secara bermutu dalam

bentuk kalimat yang teratur, logis jelas dan dilakukan suatu penyajian data secara

lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan.

1.6.6.2. Teknik Analisis Data

Adapun data yang dianalisis terkait kasus nominee di Pengadilan Negeri

Denpasar berupa data dari Putusan No. 82/Pdt.G/2013/PN.Dps, dengan penggugat

berhadapan dengan para tergugat. Penggugat mendalilkan haknya atas pembelian

sebidang tanah dengan uang milik penggugat untuk membeli obyek sengketa yang

dilakukan bertindak atas nama tergugat I. Dalam rangkaian kasus tersebut

tergugat mengalihkan tanah sengketa berupa menjual obyek lagi pada tergugat II,

obyek sengketa sudah atas nama tergugat I yang dokumen hukumnya dibuat di

depan pejabat publik dengan akta jual beli yang dibuat notaris.

Penggugat merasa dirugikan haknya atas obyek (miliknya – versi perjanjian

nominee), maka penggugat menggugat ke Pengadilan Negeri Denpasar. Dalam

putusan pengadilan hakim memeriksa dan memutus mengabulkan gugatan

sebagian gugatan penggugat berupa tergugat I mesti mengembalikan harga

sebesar nilai pembelian obyek tanah sengketa karena sesuai bukti – bukti (tertulis)

yang dipegang penggugat ada bukti transfer uang kepada penggugat I untuk

pembelian obyek tanah sengketa, walaupun obyek sengketa atas nama tergugat I

(disini telah terjadi pembuatan dokumen akta jual beli antara penggugat dan

tergugat I secara terselubung), hal inilah indikasi ciri perjanjian / perbuatan

hukum dengan istilah nominee.

Page 59: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah I TESIS... · yang mencerminkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum adalah ... ketentuan perlindungan bagi warga negara Indonesia

59