BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa depan bangsa …

14
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa depan bangsa dan gereja sangat ditentukan oleh kualitas anak-anak dan remaja sebagai generasi penerus, itu sebabnya mengapa ada pihak-pihak yang menangani bidang pendidikan dan pembinaan untuk anak-anak dan remaja seperti lembaga sekolah, gereja, dan yang terutama orang tua sebagai salah satu pihak yang bertanggung jawab terhadap masa depan anak mereka. Dalam proses pembinaan terhadap anak-anak dibutuhkan banyak biaya agar anak memiliki masa depan yang baik dan pada akhirnya masa depan anak tersebut dapat menyumbang bagi kebaikan masyarakat, bangsa, dan gereja. Dalam banyak kasus, terdapat banyak anak dan remaja yang tidak mendapatkan apa yang menjadi hak mereka dalam hal pendidikan, karena orang tua tidak memiliki kemampuan ekonomis, sehingga mereka pasti mengalami kesulitan dalam membangun masa depan mereka, khususnya melalui bidang pendidikan. Syukur, ada banyak organisasi yang mencoba menolong anak-anak yang memiliki orang tua tidak mampu untuk keluar dari masalah ini, dan salah satu contoh lembaga yang ada di Indonesia adalah Compassion. Keunikan dari Compassion yaitu, lembaga ini tidak hanya mendukung anak-anak secara finansial atau secara ekonomi saja, tetapi juga memberikan perhatian dan pembinaan kepada anak secara holistik. Pembinaan terhadap orang tua anak juga tak luput dari perhatian Compassion.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa depan bangsa …

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa depan bangsa …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Masa depan bangsa dan gereja sangat ditentukan oleh kualitas

anak-anak dan remaja sebagai generasi penerus, itu sebabnya mengapa ada

pihak-pihak yang menangani bidang pendidikan dan pembinaan untuk

anak-anak dan remaja seperti lembaga sekolah, gereja, dan yang terutama

orang tua sebagai salah satu pihak yang bertanggung jawab terhadap masa

depan anak mereka. Dalam proses pembinaan terhadap anak-anak

dibutuhkan banyak biaya agar anak memiliki masa depan yang baik dan

pada akhirnya masa depan anak tersebut dapat menyumbang bagi kebaikan

masyarakat, bangsa, dan gereja.

Dalam banyak kasus, terdapat banyak anak dan remaja yang tidak

mendapatkan apa yang menjadi hak mereka dalam hal pendidikan, karena

orang tua tidak memiliki kemampuan ekonomis, sehingga mereka pasti

mengalami kesulitan dalam membangun masa depan mereka, khususnya

melalui bidang pendidikan. Syukur, ada banyak organisasi yang mencoba

menolong anak-anak yang memiliki orang tua tidak mampu untuk keluar

dari masalah ini, dan salah satu contoh lembaga yang ada di Indonesia

adalah Compassion.

Keunikan dari Compassion yaitu, lembaga ini tidak hanya

mendukung anak-anak secara finansial atau secara ekonomi saja, tetapi

juga memberikan perhatian dan pembinaan kepada anak secara holistik.

Pembinaan terhadap orang tua anak juga tak luput dari perhatian

Compassion.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa depan bangsa …

2

Compassion merupakan salah satu lembaga sosial internasional

yang telah mencoba menjadi bagian dalam upaya perubahan ini. Sebagai

salah satu yayasan tingkat dunia yang telah aktif lebih dari 20 tahun di

Indonesia, Compassion selama ini mendasarkan semua aktivitasnya pada

misi ” Sebagai tanggapan atas Amanat Agung, Compassion hadir sebagai

pembela anak, untuk membebaskan mereka dari kemiskinan rohani,

ekonomi, sosial, dan jasmani serta memampukan mereka menjadi orang-

orang Kristen dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab1.

Compassion juga memiliki visi dan misi, yaitu: menjadi lembaga

yang

a. Child Focus (Fokus pada Perkembangan Anak-anak)

b. Bekerja Sama dengan Komunitas Lokal.

c. Menjunjung tinggi integritas2.

Misi Compassion yaitu:

a. Saat anak-anak menyadari bahwa mereka harus diperlakukan

sama seperti kita.

b. Anak-anak yang mengetahui peran mereka di masa yang akan

datang.

c. Anak-anak dididik dan menjadi subjek yang paling potensial

dalam melawan kemiskinan di kemudian hari di bangsanya.

Compassion melakukan aktivitas pelayanannya di Indonesia

dengan cara menjalin kerjasama dengan gereja-gereja yang ada di

Indonesia. Bentuk kerjasama tersebut diwujudkan dalam bentuk Pusat

Pengembangan yang diperuntukan bagi anak-anak berlatar belakang

1 Buku Panduan Kemitraan, Versi 2.0, Compassion Indonesia, 2012. 1

2 Ibid

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa depan bangsa …

3

ekonomi kurang mampu. Di Salatiga terdapat 15 Pusat Pengembangan

Anak (PPA), dan salah satu di antaranya adalah Pusat Pengembangan

Anak (PPA) IO-805 Eklesia yang terletak di jalan Buksuling no Salatiga.

PPA ini merupakan salah satu dari sekian banyak PPA yang disponsori

oleh Compassion. Dalam penelitian pendahuluan yang penulis lakukan,

penulis menemukan beberapa temuan sebagai berikut. Jumlah rata-rata

anak binaan di setiap Pusat Pengembangan Anak adalah 150 sampai 160

anak. Terdapat 948 anak yang terdaftar menjadi anak didik di PPA

(Pusat Pengembangan Anak) cluster Salatiga yang berusia 14 sampai usia

21 tahun. Dalam hal ini tujuan aktivitas Pusat Pengembangan Anak

adalah melakukan pelayanan sosial yang bersifat holistik kepada anak-

anak yang berada pada taraf kehidupan yang rendah.

Hakikat pendidikan holistik sebagai bentuk tampilan kegiatan

yang dilakukan Pusat Pengembagan Anak (PPA), merupakan suatu

filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya

seorang individu dapat menentukan identitas, makna dan tujuan hidup

melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan dan nilai-nilai

spiritual. Pendidikan holistik secara eksplisit ditujukan untuk

mengembangkan seluruh dimensi manusia, yaitu aspek akademik

(kognitif), emosi, sosial, spiritual, motorik, dan kreatifitas. Proses

pembelajaran pendidikan karakter secara integralistik bisa dibenarkan

karena sejauh ini muncul keyakinan bahwa anak akan tumbuh dengan

baik jika dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar yang terpadu.

Istilah terpadu pada pembelajaran terpadu atau integrated adalah ...

respositioning of learning experiences into meaningful contexs. Dengan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa depan bangsa …

4

demikian pembelajaran terpadu menekankan pengalaman belajar dalam

konteks yang bermakna. Pembelajaran terpadu juga didefinisikan

sebagai: “suatu konsep depan dikatakan sebagai pendekatan belajar

yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman

yang bermakna pada anak”3

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan didapati bahwa

pembinaan yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Anak (PPA)

selama ini dilakukan dengan cara pembinaan Kristen. Terdapat kurang

lebih 5% dari populasi anak PPA adalah beragama Islam, hal ini berarti

bahwa pembinaan tidak hanya diperuntukan bagi masyarakat beragama

Kristen, tetapi terbuka bagi semua orang.

Selain itu dari hasil wawancara dengan beberapa anak didik

Pusat Pengembangan Anak IO-805 dan koordinator Pusat

Pengembangan Anak IO-805 Eklesia, yang dilakukan sebagai penelitian

pendahuluan, peneliti menemukan beberapa informasi, diantaranya,

masalah kemiskinan merupakan salah satu fenomena umum yang

terjadi di Indonesia, keberadaan Compassion di Indonesia adalah salah

satu bentuk kepedulian mereka terhadap anak-anak. Dalam

menjalankan pelayanannya Compassion bermitra dengan gereja lokal

untuk melayani anak. Semua gereja mitra dipilih berdasarkan proses

dan kriteria sistematis yang menunjukan mitra mana yang paling

mungkin agar lebih efektif dalam pelayanan pengembangan anak secara

holistik. Kehadiran Compassion di Indonesia dikenal dengan Yayasan

Compassion Indonesia (YCI). Pemberdayaan ekonomi menjadi salah

3Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikasi Dalam Lembaga

Pendidikan, (Jakarta:kencana, 2011), 264.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa depan bangsa …

5

satu motif pelayanan yang dilakukan Yayasan Compassion Indonesia

(YCI). Anak binaan Pusat Pengembangan Anak (PPA) tidak semua

beragama Kristen. Pembinaan yang diberikan Pusat Pengembangan

Anak (PPA) semuanya dengan pembinaan Kristen. Dengan

menggunakan metode pembinaan secara holistik Pusat Pengembangan

Anak (PPA) melakukan tugas pelayanannya terhadap anak-anak yang

berlatar belakang ekonomi tidak mampu4.

Target pembinaan Pusat Pengembangan Anak (PPA) adalah

memberdayakan anak dari keluarga kurang mampu secara ekonomi

agar mempunyai kesempatan yang sama dengan anak lain untuk meraih

cita-cita5.

Pembinaan holistik yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan

Anak (PPA) memusatkan perhatian kepada aspek kerohanian, fisik,

sosio-emosi, serta kognitif anak. Pengembangan terhadap keempat

aspek tersebut diharapkan dapat memberikan hasil yang maksimal bagi

anak di masa yang akan datang. Keberhasilan seseorang di masa yang

akan datang sebenarnya tidak hanya ditentukan oleh berkembangnya

keempat aspek tersebut, namun keberhasilan seseorang juga perlu

didukung oleh kualitas karakter manusia itu. Menurut Lickona “

Dengan mengangkat masalah-masalah moral yang muncul, mulai dari

masalah ketamakan dan ketidak jujuran hingga tindak kekerasan dan

pengabaian diri, seperti penyalahgunaan narkoba dan tindakan bunuh

diri. Pandangan baru tentang kosep pendidikan moral pun akhirnya

mencapai suatu kesepakatan. Saat ini di seluruh dunia, mulai dari

4 Wawancara dengan ketua Cluster Pusat Pengembangan Anak Salatiga, YWN, Rabu, 27 Agustus

2014 5 Ibid

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa depan bangsa …

6

individu sampai dengan organisasi kemasyarakatan, baik kaum liberal

maupun konservatif telah meminta sekolah-sekolah untuk melibatkan

peran pendidik moral sebagai bagian dari pendidikan anak-anak.”6

Menurut Lickona pendidikan moral perlu dilakukan di

sekolah untuk membentuk moral yang baik. Lebih jauh lagi Lickona

menulis “ Rasa hormat dan tanggung jawab- dan seluruh nilai lainnya

yang berasal dari kedua nilai ini – memberikan muatan moral yang

dapat dan harus diajarkan oleh sekolah dalam suatu demokrasi. Namun,

sekolah memerlukan lebih dari sekadar daftar nilai. Sekolah

memerlukan suatu konsep karakter dan komitmen untuk

mengembangkan konsep tersebut dalam diri para siswanya.”7

Senada dengan konsep di atas, M. Noor, dalam The Hidden

Curriculum, menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-

upaya untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku

manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,

sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam

pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-

norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat8.

Pembangunan karakter juga menjadi salah satu gerakan nasional saat

ini. Hal tersebut dinyatakan dalam sosialisasi kebijakan nasional

pembangunan karakter bangsa. Dalam kebijakan tersebut secara

filosofis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah kebutuhan

6 Lickona Thomas,Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar Dan

Baik, (Bandung: Nusa Media,2014)hal 6. 7 Lickona Thomas,Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar Dan

Baik, (Bandung: Nusa Media,2014)hal 66.

8 M. Noor, Rohinah, The Hidden Curriculum: Membangun Karakter Melalui Kegiatan

Ekstrakurikuler, (Yogyakarta: Insan Madani) 2012, hal 58.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa depan bangsa …

7

asasi dalam proses berbangsa karena hanya bangsa yang memiliki

karakter dan jati diri yang kuat yang akan eksis9. Adapun ruang lingkup

sasaran pembangunan karakter bangsa meliputi10

: 1. Lingkup keluarga,

2. Lingkup satuan pendidikan, 3. Lingkup pemerintahan, 4. Lingkup

masyarakat sipil, 5. Lingkup masyarakat politik, 6. Lingkup dunia

usaha dan industri, 7. Lingkup media massa. Berdasarkan pada

Sosialisasi Kebijakan Nasional tersebut, PPA sebagai salah satu bentuk

organisasi sosial kemasyarakatan termasuk dalam lingkup masyarakat

sipil.

Pembinaan holistik yang dilakukan PPA dalam rangka

memberikan perhatian kepada anak dalam hal perkembangan

kerohanian, sosio-emosi, kognitif dan aspek fisik anak dilakukan

dengan memberikan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan aspek

kerohanian, sosio-emosi, kognitif, dan aspek fisik yang dimiliki anak.

Dalam melakukan pembinaan secara holistik kepada anak memiliki arti

yang sangat luas, dengan demikian muncul pertanyaan apakah

pembinaan “holistik” itu juga dipahami mencakup pembinaan karakter

di dalamnya? karena jika pembinaannya hanya mencakup bidang

intelektual anak, sosio-emosi, kerohanian, dan fisik anak saja, dapat

dikatakan bahwa masa depan yang dicita-citakan Compassion untuk

menjadikan anak menjadi orang yang berguna bagi masyarakat, bangsa

dan negara tidak akan tercapai, karena hanya orang yang berkarakter

baik yang bisa membawa dampak perubahan bagi negara. Karena itu

saya tertarik untuk meneliti, pertama, apakah dimensi karakter telah

9 Kebijakan Nasional, Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025, Pemerintah Republik

Indonesia, 2010, 1. 10

Ibid, 6.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa depan bangsa …

8

tersentuh dalam pembinaan anak di PPA?, kedua, apakah kegiatan-

kegiatan pembinaan di PPA ini juga mengarahkan pada pembangunan

karakter? dan yang ketiga, apakah pembinaan-pembinaan yang

dilakukan selama ini, membawa perubahan sebagaimana dipersepsikan

oleh orang tua, pembina, dan anak. Sehingga judul penelitian ini adalah

PENDIDIKAN KARAKTER ANAK

STUDI KASUS TENTANG DAMPAK PELAYANAN ANAK

PPA IO-805 EKLESIA TERHADAP PERKEMBANGAN

KARAKTER ANAK MENURUT PERSEPSI PEMBINA, ORANG

TUA, DAN ANAK

1.2.Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan beberapa fenomena di atas, penulis melakukan

penelitian berkaitan dengan pembentukan karakter melalui pembinaan Pusat

Pengembangan Anak Cluster Salatiga. Dalam penelitian ini, yang menjadi

perhatian adalah Pembentukan Karakter pada Anak. Dan dari gambaran di

atas, maka penelitian ini dilakukan dengan riset question:

a. Bagaimana gambaran kegiatan pembinaan yang dilakukan PPA

terhadap anak-anak, yang berkaitan dengan pembangunan karakter

anak-anak?

b. Apakah dimensi karakter terintegrasi dalam kegiatan-kegiatan

pembinaan yang dilakukan PPA?

c. Apakah kegiatan pembinaan PPA membawa perubahan terhadap

karakter anak menurut persepsi orang tua, pembina dan anak-anak?

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa depan bangsa …

9

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka tujuan umum penelitian ini

adalah untuk mengkaji dan mendeskripsikan bagaimana gambaran kegiatan Pusat

Pengembangan Anak (PPA) dalam membangun karakter anak binaan Pusat

Pengembangan Anak (PPA) di Salatiga.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

dimensi karakter terintegrasi dalam kegiatan-kegiatan pembinaan yang dilakukan

PPA, dan untuk mengetahui bagaimana peranan kegiatan pembinaan yang

dilakukan PPA membawa perubahan terhadap karakter anak menurut persepsi

orang tua, pemimpin PPA dan anak-anak binaan.

1.4. Manfaat Penelitian

Merujuk pada tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini

diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1.4.1. Manfaat Akademis

Secara akademis akan ada sumbangan teori dari penelitian ini,

meski sumbangan tersebut sangat sederhana, yaitu berkaitan dengan

pembentukan karakter anak dalam konteks pendidikan dan masyarakat di

Indonesia. Hasil penelitian ini akan menambah wawasan teori melalui

penelitian yang dilakukan dibidang karakter. Dengan penelitian ini pula

maka kita dapat memberikan kontribusi pada perluasan dan perbaikan teori

karakter.

1.4.2. Manfaat Praktis

Bagi para praktisi, Penelitian ini akan menolong PPA untuk

memperhatikan dimensi karakter supaya PPA dapat menyumbang kepada

pencapaian Visi dan Misi Compassion. Sehingga pembinaan yang

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa depan bangsa …

10

dilakukan Pusat Pengembangan Anak (PPA) betul-betul berorientasi pada

karakter.

1.5. Unit Amatan dan Unit Analisis

Dalam penelitian ini yang menjadi unit amatan penelitian adalah

Pusat Pengembangan Anak (PPA) IO-805 Eklesia Salatiga. Selanjutnya

unit analisis penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah orang tua,

pemimpin, dan anak-anak binaan Pusat Pengembangan Anak tersebut.

1.6. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Salatiga, di Pusat Pengembangan

Anak IO-805 Jl. Buksuling Salatiga. Penentuan tempat tersebut didasarkan

pada pertimbangan bahwa tempat tersebut dapat mewakili gambaran

karakter anak PPA di Salatiga.

1.7. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

metode pendekatan kualitatif. Pendeskripsian dilakukan untuk

memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pengaruh pembinaan yang

dilakukan PPA terhadap pembangunan karakter anak.

1.7.1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan dua teknik pengumpulan data,

pertama menggunakan teknik wawancara dan yang kedua dengan

pengamatan langsung. wawancara akan dilakukan kepada orang tua anak,

dan pemimpin PPA. Kedua nara sumber tersebut akan menjadi “Key”

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa depan bangsa …

11

sumber dalam penelitian ini. Selanjutnya wawancara juga dilakukan

kepada anak-anak binaan.

Wawancara menjadi salah satu cara yang dipakai oleh peneliti

dalam menggali informasi dari objek penelitian ini. Interview menurut

Esterberg dalam Sugiyono mendefinisikannya sebagai berikut:

“ A meeting of two persons to exchange information and idea

through question and responses. Resulting in communication and joint

construction of meaning about a particular topic11

”.

Wawancara dalam hal ini dapat diartikan sebagai pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Peneliti

melakukan wawancara dengan narasumber yang telah ditetapkan di Pusat

Pengembangan Anak.

Metode ini dipilih untuk digunakan dalam proses pengumpulan

data karena teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan

tentang diri sendiri atau self-report, atau setidaknya pada pengetahuan dan

keyakinan pribadi.

Menurut Esterberg, wawancara dapat dibagi menjadi tiga

macam12

: yaitu Structured interview, Semistructure interview,

Unstructured intervew. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan

Structured interview. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik

pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui

dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh13

. Dalam

11

Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D)

(Bandung : Alfabeta, 2006), 317. 12

Ibid, 319-320. 13

Ibid

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa depan bangsa …

12

melakukan wawancara, pengumpulan data juga menggunakan beberapa

alat bantu, diantaranya tape recorder, dan kamera sebagai alat

dokumentasi kegiatan.

Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan, mengacu

kepada indikator-indikator dalam teori Thomas Lickona tentang good

characters component.

1.7.2. Penetapan Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini subjek penelitian ditentukan dengan

purposive sample atau teknik sampel bertujuan. This type of nonscientific

sampling is based on selecting the individuals as samples according to the

purpose of the researcher as his controls. An individual is selected as part

of the sample due to good evidence that he is a representative of the total

population14

. Teknik penentuan subjek penelitian ini dipilih karena

keunggulan teknik tersebut menjadikan narasumber yang dipilih menjadi

informan dianggap cukup mewakili populasi yang ada. Dalam penelitian

ini persepsi orang tua dan pimpinan sebagai pihak terdekat anak, di PPA

IO-805 Eklesia, dianggap cukup mewakili keadaan populasi secara

keseluruhan populasi anak PPA di Salatiga.

1.7.3. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian dipilih orang

tua dari anak-anak binaan PPA kelas usia 19 sampai 22 tahun yang

berjumlah 7 (tujuh) anak. Selain melakukan penggalian informasi dari

14

Et, Al, Calmorin, Research Methods And Thesis Writing, (Rex Bookstore, Inc,2007), 104.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa depan bangsa …

13

orang tua, peneliti juga melakukan wawancara dengan anak, mentor dan

ketua koordinator PPA tersebut.

Pemilihan subjek penelitian tersebut didasarkan atas

pertimbangan bahwa anak-anak kelas usia 19 sampai 22 tahun merupakan

anak-anak yang telah mendapatkan pembinaan paling lama. Nara sumber

penelitian tersebut dapat diwawancarai, dan dapat memberikan informasi

yang lengkap, namun jika ditemukan keraguan dalam informasi yang

diperoleh, maka peneliti akan melakukan penggalian informasi dari pihak

lain. Selanjutnya dari nara sumber tersebut dapat saling melengkapi satu

sama lain dalam menjelaskan tentang fenomena sosial yang terjadi.

1.7.4. Metode Analisis

Langkah-langkah untuk menganalisis data dalam penelitian ini

adalah dengan membuat catatan lapangan dalam bentuk verbatim

wawancara tentang persepsi orang tua, pimpinan, serta anak-anak binaan,

selanjutnya dilakukan reduksi data atau melakukan penghilangan data

yang bersifat tidak relevan dengan tujuan penelitian ini. Selanjutnya

peneliti melakukan pengkategorikan data dan mengklasifikasikan data

berdasarkan komponen karakter yang baik sesuai dengan teori.

Selanjutnya dilakukan penafsiran dengan mencari hubungan tiap-tiap

kategori data yang diperoleh.

Langkah selanjutnya adalah menganalisis data menggunakan

teori-teori yang relevan dari beberapa ahli untuk melihat bagaimana

gambaran karakter anak-anak binaan Pusat Pengembangan Anak (PPA) di

Salatiga, dan bagaimana proses pembentukan tersebut terjadi.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa depan bangsa …

14

1.7.5. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan tesis ini terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut:

1. Bab I, berisi pendahuluan yang mengantar pada latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penulisan karya ilmiah, pentingnya penelitian,

ruang lingkup, metode dan prosedur penelitian, unit amatan dan unit

analisis penelitian, dan sistematika penulisan;

2. Bab II, Karakter dan Pembangunannya dalam Konteks Komunitas

Iman;

3. Bab III, bab ini berisi temuan hasil penelitian lapangan, yaitu Persepsi

Tentang Dampak Pembinaan PPA di Salatiga terhadap pembentukan

karakter anak didik ;

4. Bab IV, berisi analisis data atau tinjauan kritis;

5. Bab V, berisi kesimpulan dan saran.