BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan -...

25
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Sesuai dengan Undang-Undang Pemerintahan Desa No. 6 Tahun 2014 Desa memiliki tugas dantangungjawab yang amat strategis, khususnya dalam bidang pembuatan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Undang-undang ini memberikan kewenangan yang sangat luas kepada Desa Dinas untuk melakukan pengelolaan keuangan, manajemen, perencanaan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh Desa. Pelimpahan kewenangan pengelolaan keuangan yang dimulai dari proses perencanaan, penggunaan dan pertangungjawaban keuangan oleh pemerintahan desa, mewajibkan semua perangkat desa untuk memahami mekanisme pengangaran, penggunaan dan pertangungjawaban keuangan Desa. Berkenaan dengan itu, Kepala Urusan Desa (Kaur desa) sebagai ujung tombang penyelenggaraan kegiatan pembangunan di desa masing-masing, mau tidak mau mesti memahami logika anggaran khususnya laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi kinerja Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang menjadi salah satu sumber terbesar Pendapatan Asli Desa (PAD). Disisi lain Kepala Urusan Desa yang ada diwilayah Kecamatan Kintamani secara umum belum memiliki keamampuan yang memadai untuk membuat laporan pertangungjawaban keuangan yang visibel. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada beberapa kaur yang ada di Wilayah Kecamatan Kintamani pada tanggal 9 dan 10 Agustus 2015, yang menyatakan bahwa salah satu permasalahan prinsip yang dialami Kepala Urusan Desa di Kecamatan Kintamani adalah permasalahan pembuatan rencana keuangan desa, laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi kesehatan Lembaga Perkreditan Desa. Kondisi ini disebabkan karena Kepala Urusan Desa di Kecamatan Kintamani sebagain besar memiliki kualifikasi akademik Sekolah Menengah Atas, yang tidak pernah mendapatkan keterampilan khusus untuk membuat laporan pertangungjawaban keuangan. Proses pembelajaran pembuatan laporan pertangungjawaban keuangan yang mereka miliki berdasarkan pada proses autodidak yang dilakukan berdasarkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis laporan pertangungjawaban keuangan yang diberikan oleh Kecamatan atau Kabupaten.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan -...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Sesuai dengan Undang-Undang Pemerintahan Desa No. 6 Tahun 2014 Desa

memiliki tugas dantangungjawab yang amat strategis, khususnya dalam bidang

pembuatan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Undang-undang ini

memberikan kewenangan yang sangat luas kepada Desa Dinas untuk melakukan

pengelolaan keuangan, manajemen, perencanaan dan evaluasi terhadap pelaksanaan

kegiatan yang dilaksanakan oleh Desa. Pelimpahan kewenangan pengelolaan

keuangan yang dimulai dari proses perencanaan, penggunaan dan

pertangungjawaban keuangan oleh pemerintahan desa, mewajibkan semua perangkat

desa untuk memahami mekanisme pengangaran, penggunaan dan

pertangungjawaban keuangan Desa. Berkenaan dengan itu, Kepala Urusan Desa

(Kaur desa) sebagai ujung tombang penyelenggaraan kegiatan pembangunan di desa

masing-masing, mau tidak mau mesti memahami logika anggaran khususnya laporan

pertangungjawaban keuangan dan evaluasi kinerja Lembaga Perkreditan Desa (LPD)

yang menjadi salah satu sumber terbesar Pendapatan Asli Desa (PAD).

Disisi lain Kepala Urusan Desa yang ada diwilayah Kecamatan Kintamani

secara umum belum memiliki keamampuan yang memadai untuk membuat laporan

pertangungjawaban keuangan yang visibel. Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara yang dilakukan pada beberapa kaur yang ada di Wilayah Kecamatan

Kintamani pada tanggal 9 dan 10 Agustus 2015, yang menyatakan bahwa salah satu

permasalahan prinsip yang dialami Kepala Urusan Desa di Kecamatan Kintamani

adalah permasalahan pembuatan rencana keuangan desa, laporan pertangungjawaban

keuangan dan evaluasi kesehatan Lembaga Perkreditan Desa. Kondisi ini disebabkan

karena Kepala Urusan Desa di Kecamatan Kintamani sebagain besar memiliki

kualifikasi akademik Sekolah Menengah Atas, yang tidak pernah mendapatkan

keterampilan khusus untuk membuat laporan pertangungjawaban keuangan. Proses

pembelajaran pembuatan laporan pertangungjawaban keuangan yang mereka miliki

berdasarkan pada proses autodidak yang dilakukan berdasarkan petunjuk

pelaksanaan dan petunjuk teknis laporan pertangungjawaban keuangan yang

diberikan oleh Kecamatan atau Kabupaten.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

2

Proses pembelajaran yang bersifat autodidak ini tidak dapat diberlakukan

secara umum, karena sebagian besar hanya berlaku pada kasus tertentu atau bersifat

kasuistis, sehingga dalam kegiatan berikutnya dengan anggaran dan spesifikasi

anggaran yang berbeda para Kepala Urusan Desa harus belajar dan menyesuaikan

lagi. Kondisi ini berimplikasi pada lambannya kinerja keunagan desa yang

semestinya dapat dilakukan sesuai dengan waktu yang ditetapkan, bahkan beberapa

laporan keuangan yang semestinya dapat dilaporkan setelah kegiatan dilakukan tidak

dapat dilaporkan, karena belum mampu diselesaikan. Terlebih tugas dan

tangungjawan pemerintahan desa untuk melakukan evaluasi terhadap kesehatan

Lembaga Perkreditan Desa yang selama ini sering terabaikan, yang mengakibatkan

beberapa Lembaga Perkreditan Desa di Kecamatan Kintamani mengalami pailit dan

beku atau tidak berjalan. Hal ini disebabkan karena evaluasi kesehatan Lembaga

Perkreditan Desa yang dilakukan oleh Pemerintahan Desa tidak berdasarkan pada

indikator kesehatan lembaga keuangan yang sudah berlaku secara umum. Akibatnya

Lembaga Perkreditan Desa yang mengalami persoalan tidak terdeteksi dan pada

akhirnya menyebabkan Lembaga Perkreditan Desa Menjadi tidak berjalan. Kondisi

ini terjadi karena pengelolaan manajemen yang lemah serta sumber daya manusia

yang kurang handal (Bali Post, 23 September 2014). Padahan Lembaga Perkreditan

Desa merupakan satu-satunya lembaga keuangan desa yang menjadi urat nadi

kegiatan perekonomian masyarakat desa.

Berdasarkan data yang diperoleh pada Dinas Koprasi dan Usaha Mikro, Kecil

Menengah Kabupaten Bangli, dari 61 buah LPD yang ada di Kecamatan Kintamani,

dibagi menjadi 3 kategori masing-masing 21 dengan kategori sehat, 29 dengan

kategori cukup sehat, dan 11 LPD dengan status Mati suri. Padahal evaluasi

kesehatan keuangan menjadi salah satu indikator untuk menjadi ukuran untuk

memulihkan kesehatan lembaga keuangan yang mengalami permasalahan dan

menjadi ukuran untuk meningkatkan kinerja keuangan sesuai dengan fungsinya.

Akan tetapi kondisi ini belum tamak terjadi, sehingga beberapa LPD mengalami

permasalahan. Berdasarkan analisis konseptual dan kondisi emirik sebagaimana

digambarkan di atas, tampaknya perlu dilakukan pelatihan dan pendampingan yang

memadai bagi Kepala Urusan Desa yang ada di Wilayah Kecamatan Kintamani

untuk membuat laporan pertangungjawab keuangan dan evaluasi terhadap kesehatan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

3

Lembaga Perkreditan Desa, sehingga tidak lagi ada Lembaga Perkreditan Desa yang

macet disebabkan karena evaluasi kesehatan keuangan yang tidak tepat.

1.2 Analisis Situasi

Kabupaten Bangli terdiri dari empat kecamatan, yaitu Susut, Bangli,

Tembuku dan Kintamani. Secara geografis Kecamatan Kintamani merupakan

Kecamatan terluas dari empat kecamatan yang ada di Kabupaten Bangli dengan luas

wilayah 520,8 Km2 (Bangli Dalam Angka, 2013). Secara topografi daerah

Kecamatan Kintamani merupakan wilayah pegunungan yang memanjang dari ujung

utara sampai ujung selatan. Kondisi ini menyebabkan daerah Kintamani menjadi

daerah pertanian yang sumbur dan potensial dengan tanaman utama jeruk, kopi,

kubis, cabe, tomat, bawang, kol, dan aneka sayuran lainnya. Tanaman holtikultura ini

ditanam oleh para petani secara musiman, khsusnya di musim penghujan. Sedangkan

pada musim kemarau penanaman tidak dapat dilakukan secara maksimal, karena

membutuhkan air yang sangat banyak. Berdasarkan pada proses penanaman yang

terjadi pada areal pertanian yang ada di wilayah Kecamatan Kintamani, proses

perputaran uang yang jumlahnya besar juga biasanya terjadi secara musiman.

Jumlah penduduk Kecamatan Kintamani tercatat sebanyak 92,12 ribu jiwa

atau 42 persen dari seluruh penduduk Bangli. Berdasarkan Data Statistik Kabupaten

Bangli, jumlah Desa Dinas yang ada di Kecamatan Kintamani sebanyak 58 buah,

dengan jumlah banjar dinas sebanyak 175 buah dan 61 buah Desa Pakraman/Adat.

Dari 61 buah Desa Pakraman yang ada di Kecamatan Kintamani seluruhnya

memiliki Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang dijadikan sebagai salah satu

lembaga keuangan di masing-masing desa. Usaha yang dijalankan Lembaga

Pekreditan Desa adalah usaha simpan pinjam. LPD dikelola oleh Desa Adat dengan

mengutamakan modal sosial sebagai syarat untuk memperoleh pinjaman dengan

jumlah tertentu dengan tanpa adanya jaminan atau agunan dari peminjam. Jika ada

kredit macet, maka sanksi yang diberikan adalah berupa sanksi sosial dengan

disampaikan pada paruman desa pakraman. Namun dalam perkembangan selanjutnya

LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman mengalami berbagai persoalan, mulai dari

bandelnya nasabah untuk membayar cicilan, tidak membayar pinjaman sesuai

dengan waktu yang disepakati, tidak mau mengembalikan pinjaman, penggelapan

uang nasabah oleh pegawai LPD, korupsi oleh pengelola LPD dan pengelolaan LPD

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

4

yang tidak efektif. Kondisi ini menyebabkan beberapa LPD yang ada di Wilayah

Kecamatan Kintamani tidak produktif dan mengalami mati suri dengan asset yang

tidak jelas rimbanya. Beberapa LPD di wilayah Kecamatan Kintamani yang

mengalami permasalahan ini adalah LPD Desa Katung, LPD Desa Bonyoh, LPD

Desa Songan, LPD Desa Pinggan dan LPD Desa Sebaya. Bahkan persoalan LPD

Desa Katung sampai menyebabkan ketua LPD Desa katung bunuh diri, karena

melakukan penggelapan dana LPD dan tidak mampu mengembalikannya, sehingga

memilih mengakhiri hidup dengan cara menggantung diri (Harian Umum Bali Pos,

10 Juli 2010).

Berbagai persaolan yang ada pada LPD diwilayah Kecamatan Kintamani

disinyalir disebabkan karena beberapa permasalahan, yaitu (1) proses perekrutan

pegawai LPD yang tidak berdasarkan pada stndar yang bersifat objektif, (2)

kurangnya kemampuan pegawai LPD dalam melakukan pengelolaan keuangan, (3)

tingginya kewenangan yang diberikan kepada kepala LPD dalam menentukan

pinjaman, (4) lemahnya pengawasan dari lembaga adat dan pemerintahan desa, (5)

tidak adanya lembaga pengawas yang bersifat independen dan kualifaid, dan (6)

kuranya sosialisasi urgensi dan eksistensi LPD pada masyarakat. Di sisi lain Kepala

Urusan Desa yang memiliki tugas untuk melaksanakan pemerintahan desa, membuat

laporan pertangungjawaban keuangan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan dan

melakukan evaluasi kesehatan LPD juga mengalami berbagai persoalan berkaitan

dengan tugas dan kewenangan yang diberikan pemerintah pusat dalam membuat

laporan keuangan dan evaluasi kesehatan LPD. Hal ini disebabkan karena masih

kurangnya kemampuan yang dimiliki oleh Kepala Urusan Desa dalam membuat

laporan keuangan yang sesuai dengan standar pertangungjawaban pelaksanaan

kegiatan. Demikian juga dengan kemampuan dan keterampilan dalam melakukan

evaluasi kesehatan LPD, sebagian besar Kepala Urusan Desa belum memiliki

kemampuan yang memadai, sehingga menyebabkan keterlambatan penanganan

terhadap permasalahan yang dialami oleh LPD.

Berdasarkan pada persoalan sebagaimana di gambatkan di atas, tampaknya

proses pelatihan dan pendampingan bagi Kepala Urusan Desa dan Pegawai LPD

dalam membuat laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi kesehatan

lembaga perkreditan desa memiliki nilai yang sangat strategis bagi masyarakat

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

5

Kintamani. Mengingat keberlanjutan LPD pada desanya masing-masing akan

memberikan dapak yang positif terhadap kemajuan persekonomian masyarakat desa

yang mengandalkan lembaga keuangan desa. Di sisi lain Kepala Urusan Desa yang

memiliki tugas untuk melaksanakan pemerintahan desa dan membuat laporan

pertangungjawaban keuangan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan juga

mengalami berbagai persoalan berkaitan dengan tugas dan kewenangan yang

diberikan pemerintah pusat dalam membuat laporan keuangan.

1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan analisis situasi dan kondisi empiris di atas, maka permasalahan

yang dialami oleh Kepala Urusan Desa dan Pegawai LPD di Wilayah Kecamatan

Kintamani berkaitan dengan kurangnya kemampuan dan keterampilan dalam

membuat laporan pertangungjawaban keuangan secara visibel dan kurangnya

kemampuan untuk melakukan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa,

sehingga permasalahan yang ada pada lembaga perkreditan desa tidak teratasi

dengan tepat. Dengan demikian, maka program ini akan difokuskan pada upaya

peningkatan wawasan dan keterampilan Kepala Urusan Desa dan anggota LPD

dalam membuat laporan pertangungjawaban keuangan dan melakukan evaluasi

kesehatan lembaga keuangan (LPD).

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Lembaga Perkreditan Desa di Bali

Keberadaan LPD di Bali sesungguhnya terproses dari sebuah kesadaran dan

kemauan bersama dari masyarakat adat Bali yang telah lama ada dan berkembang

jauh sebelum Indonesia merdeka, sebelum Republik Indonesia ini didirikan.

Kesadaran dan kemauan bersama itu terwadahi melalui organisasi komunitas

berbasis wilayah yakni Desa Adat (kini Desa Pakraman), Banjar Adat (kini Banjar

Pakraman). Selain itu, juga tumbuh berbagai organisasi masyarakat atas dasar

aktivitas kegiatan sosial-ekonomi masyarakat yakni sekaa. Sekaa-sekaa itu di

antaranya Sekaa Manyi (kelompok pemanen hasil pertanian di sawah), Sekaa Gong

(kelompok penabuh), Sekaa Semal (kelompok pengusir hama tupai) dan lain-lainnya.

Masing-masing kelompok sekaa tersebut secara aktif melaksanakan kegiatan

bersama untuk mencapai kesejahteraan bersama. Salah satu kegiatan yang

dilaksanakan yakni kegiatan penghimpunan dan peminjaman dana di antara anggota

sekaa. Aktivitas penghimpunan dana itu ada yang berupa pepeson atau

pecingkreman, baik berupa uang maupun barang yang dilakukan setiap bulan. Uang

yang terkumpul itu kemudian didistribusikan kembali kepada anggota melalui rapat.

Anggota yang mendapat kesempatan meminjam uang itu ditentukan oleh rapat

tersebut, termasuk bunga yang dikenakan kepada yang bersangkutan. Pada akhirnya,

semua anggota sekaa akan mendapatkan kesempatan untuk memanfaatkan dana

sekaa itu dalam upaya mengembangkan aktivitas ekonomi yang bermuara pada

peningkatan kesejahteraan bersama.

Dinamika ekonomi berbasis komunitas khas Bali itu memberi inspirasi

Gubernur Bali, Prof. Dr. Ida Bagus Mantra. Pada tahun 1983, pucuk pimpinan

Pemerintah Daerah Provinsi Bali ini merumuskan gagasan untuk membentuk sebuah

lembaga keuangan berbasis adat dengan mengadopsi dan mengembangkan konsep

sekaa, banjar dan desa adat yang telah tumbuh di tengah-tengah masyarakat Bali.

Untuk memperkuat gagasannya itu, Gubernur Mantra mengadakan studi banding ke

Padang. Di sana sudah berdiri Lumbung Pitih Nagari (LPN). LPN merupakan

lembaga simpan pinjam untuk masyarakat adat Padang yang cukup sukses. LPN

sudah ada di Minang, jauh sebelum Jepang menjajah Indonesia LPN pada awalnya

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

7

mengenal prinsip dasar arisan yang dimanfaatkan untuk kepentingan adat seperti

upacara pertunangan, pernikahan, pengangkatan datuk dan lain-lain. Namun lama-

kelamaan pengelolaan uang dimanfaatkan untuk kegiatan produktif seperti modal

usaha. Pada saat yang sama, Pemerintah Pusat juga meluncurkan program

pembentukan lembaga kredit di pedesaan untuk mendorong pembangunan ekonomi

dan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Beberapa bulan kemudian digelar

seminar tentang Lembaga Keuangan Desa (LKD) atau Badan Kredit Desa (BKD) di

Semarang yang dilaksanakan Departemen Dalam Negeri pada bulan Februari 1984.

Salah satu kesimpulan seminar tersebut yaitu “perlu dicari bentuk perkreditan di

pedesaan yang mampu membantu pengusaha kecil dipedesaan yang saat itu belum

tersentuh oleh Lembaga Keuangan yang ada seperti bank”. Sejumlah provinsi di

Indonesia sesungguhnya sudah memiliki Lembaga Perkreditan Pedesaan yang

tumbuh subur pada dekade 1980-an. Lembaga ini secara umum disebut Lembaga

Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP). Namun di setiap daerah namanya berbeda-beda

seperti di Aceh disebut Lembaga Kredit Kecamatan (LKC), di Jawa Barat disebut

Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), di Jawa Tengah disebut Badan Kredit

Kecamatan (BKK). Bali mencoba menerjemahkan hasil keputusan seminar di

Semarang dengan mengandopsi konsep sekaa yang telah tumbuh di masyarakat Bali.

Akhirnya, terbentuklah Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali yang dengan tujuan

untuk membantu desa adat. Keuntungan LPD direncanakan untuk membangun

kehidupan religius berikut kegiatan upacaranya seperti piodalan, sehingga warganya

tidak perlu membayar iuran wajib. Mula pertama, dibuat pilot project satu LPD di

tiap-tiap kabupaten. Kala itu, dasar hukum pembentukan LPD hanyalah Surat

Keputusan (SK) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 972 tahun 1984,

tanggal 19 Nopember 1984. Sebagai Implementasi dari Kebijakan Pemerintah

Daerah Tingkat I Bali tersebut diatas, maka secara resmi LPD beroperasi mulai 1

Maret 1985, dimana disetiap Kabupaten didirikan 1 LPD. Selanjutnya LPD

diperkuat oleh peraturan daerah provinsi Bali No. 2 / 1988 hingga peraturan daerah

provinsi Bali No.8/2002 dan peraturan terk.Selain persyaratan untuk memiliki

peraturan desa adat tertulis, pendirian LPD juga bergantung anggaran tahunan

pemerintah provinsi untuk menyediakan modal awal dan menyiapkan para pelaksana

manajemen.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

8

2.1 Perkembangan LPD

Perkembangan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Desa Pakraman di Provinsi

Bali sampai saat ini cukup pesat. Jika dicermati data laporan PT Bank Pembangunan

Daerah (BPD) Bali, perkembangan LPD di Bali sangat menggembirakan. Setelah 30

tahun berjalan, keberadaan LPD terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di pedesaan sekaligus menyangga tumbuh dan berkembangnya budaya

Bali sebagai aset bangsa. LPD tidak saja memerankan fungsinya sebagai lembaga

keuangan yang melayani transaksi keuangan masyarakat desa tetapi telah pula

menjadi solusi atas keterbatasan akses dana bagi masyarakat pedesaan yang nota

bene merupakan kelompok masyarakat dengan kemampuan ekonomi terbatas.

Kesuksesan LPD ini merupakan buah dari konsep pendirian dan pengelolaan LPD

yang digali dari kearifan lokal dan kultural masyarakat Bali yang berbasis pada

kebersamaan, kekeluargaan dan kegotong-royongan. Kendati ide pendirian LPD

berasal dari Pemerintah Daerah Bali (Gubernur Prof. IB Mantra), akan tetapi

sujatinya gagasan itu digali dari sesuatu yang telah berkembang sebagai kultur dan

kearifan lokal masyarakat Bali. Artinya, gagasan LPD sesungguhnya berakar pada

adat dan budaya masyarakat Bali.

Penyebab kesuksesan LPD juga berasal dari pola pengelolaan yang berbasis

komunitas dengan landasan nilai-nilai kekeluargaan dan kegotong-royongan dalam

bingkai adat dan budaya Bali. Masyarakat di Desa Pakraman menjadi pemilik

sekaligus pengelola LPD yang menjalankan tugas dan fungsinya dalam ikatan

komitmen untuk mencapai kesejahteraan dan kemajuan bersama. Sebagai buah dari

inisiatif dan pengelolaan oleh masyarakat Desa Pakraman itu lalu hasil yang dicapai

juga akhirnya dinikmati secara bersama-sama. Hasil bersama itu tidak saja tercermin

melalui manfaat ekonomi, tetapi yang jauh lebih penting adalah manfaat sosial-

budaya berupa semakin kokohnya adat dan budaya. LPD menjadi sumber utama

pendanaan kegiatan adat, budaya maupun sosial masyarakat di Desa Pakraman.

Tujuan pendirian sebuah LPD pada setiap desa adat, berdasarkan penjelasan

peraturan Daerah No.2/ 1988 dan No. 8 tahun 2002 mengenai lembaga peerkreditan

desa(LPD), adalah untuk mendukung pembangunan ekonomi perdesaan melalui

peningkatan kebiasaan menabung masyarakat desa dan menyediakan kredit bagi

usaha skala kecil, untuk menghapuskan bentuk – benttuk eksploitasi dalam hubungan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

9

kredit, untuk menciptakan kesempatan yang setara bagi kegiatan usaha pada tingkat

desa, dan unttuk meningkatkan tingkat monetisasi didaerah perddesaan (Government

of Bali, 1988, Government of Bali, 2002). Ada empat faktor yang saling terkait

yang dapat menjelaskan pertumbuhan LPD yang sangat cepat teersebut sebagai

lembaga perantara keuangan di provinsi Bali.

Pertama, pertumbuhan LPD yang cepat tersebut secara tidak langsung

menunjukan bahwa pemerintah provinsi Bali memiliki keinginan politis yang kuat

untuk menyediakan akses kredit bagi masyarakatnya melaluui pendirian LPD.

Kedua, pertumbuhan yang sangat cepat pada portofolio nasabah dan pinjaman LPD

mengindikasikan bahwa LPD – baik sebagai lembaga keungan maupun mekanisme

tata- kelolanya –sesuai dengan dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Bali,

terutama didaerah perdesaan. Ketiga, Karena masing – masing LPD beroperasi

hanya disebuah desa adat yang wilayahnya relatih kecil, anggota komunitas memiliki

informasi yang cukup mengenai LPD dan dapat dengan mudah mengaksesnya.

Keempat, jumlah tabungan menunjukan bahwa LPD bukan hanya merupakan

lembaga pemberi pinjaman ( lending institution) tetapi juga sebagai lembaga

tabungan ( saving institution), yang berarti LPD telah mampu berperan sebagai

lembaga perantara keuangan seperti halnya Bank umum.

LPD merupakan badan usaha keuangan milik desa Pakraman yang

melaksanakan kegiatan usaha dilingkungan desa untuk Krama desa, LPD sebagai

lembaga keuangan memiliki lapangan usaha sebagai berikut:

1. Menerima /menghimpun dana dari Krama desa dalam bentuk tabungan dan

deposito.

2. Memberikan pinjaman hanya kepada Krama desa.

3. Menerima pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan maksimum sebesar

100% dari jumlah modal, termasuk cadangan dan laba ditahan, kecuali

batasan lain dalam jumlah pinjaman atau dukungan/bantuan modal.

4. Menyimpan kelebihan likuiditasnya pada BPD Bali dengan imbalan bunga

bersaing dan pelayanan yang memadai.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

10

2.3 Tata Kelola Lembaga Perkreditan Desa

A. Organisasi dan Perencanaan

Berdasarkan PERDA Provinsi Bali No.8/2002, setiap LPD dikelola oleh

sebuah komite (ketua, kasir dan petugas administrasi). Deskripsi manajemen inti

dapat dijelaskan bahwa ketua bertugas mengordinasi kegiatan operasional harian

LPD, pembuatan perjanjian kontrak dengan nasabah, bertanggung jawab pada desa

adat melalui pemimpinnya (Dewan Pengawas LPD), menyusun rencana kegiatan dan

anggaran, dan memformulasikan kebijakan LPD. Petugas administrasi melakukan

tugas-tugas administrasi, baik administasi umum maupun tata buku, bertanggung

jawab kepada ketua LPD, menyusun laporan neraca dan laporan pendapatan, serta

mengelola arsip. Sedangkan kasir adalah mencatat aliran dana. Staf LPD membantu

ketua melaksanakan tugasnya dan terlibat dalam pembuatan kegiatan dan rencana

anggaran dalam keputusan pemberian kredit. Dalam mengelola LPD, tim manajemen

juga memantau perubahan situasi makro-ekonomi, melakukan rapat formal

triwulanan untuk evaluasi internal yang melibatkan semua staf. Staf pengumpul

kredit diberi pengarahan harian mengenai tugas mereka oleh ketua LPD sebelum

mereka mulai bekerja Evaluasi internal LPD dilakukan oleh Dewan pengawas. Hal

ini membenarkan pendapat bahwa struktur organisasi LPD mampu

mengimplementasikan kebijakan dan strategi LPD untuk mencapai tujuannya.

Kemampuan manajemen internal LPD memperoleh dukungan dari pengawasan dan

bimbingan yang diberikan pemerintah local pada tiap tingkatan dan oleh bank BPD

Bali. Hal ini membenarkan pendapat bahwa struktur organisasi LPD mampu

mengimplementasikan kebijakan dan strategi LPD untuk mencapai tujuannya.

Kemampuan manajemen internal LPD memperoleh dukungan dari pengawasan dan

bimbingan yang diberikan pemerintah local pada tiap tingkatan dan oleh bank BPD

Bali.

B. Prosedur Rekruitmen

Tim manejemen inti direkrut dari desa adat local. Mereka dipilih dari anggota

komunitas desa dan ditetapkan dalam rapat desa untuk periode empat tahun. Namun

mereka dapat dipilih kembali apabila mampu bekerja dengan baik

(GovernmentofBali,2002,Articli11). Komite manajemen biasanya dibantu oleh dua

atau tiga staf yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan tabungan dan pinjaman.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

11

Menurut pasal 11(4) Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 8/2002 bahwa salah satu

tugas penting komite inti adalah menjalankan kewenangan untuk menunjuk staf baru

atau untuk memberhentikan staf manajemen operasional LPD. Rekruitmen staf

tambahan dilakukan berdasarkan perkembangan skala usaha LPD. Pemilihan staf

baru oleh Dewan Pengawas juga didasarkan atas tes kemampuan dan sifat atau

karakter pelamar, dan masing-masing dusun di desa adat harus terwakili oleh

anggota staf. Kemudian para pelamar mengikuti tes kemampuan (motivasi, kemauan

untuk mengabdi di LPD, dan pengetahuan umum) yang diadakan oleh PLPDK.

Persyaratan umum untuk pelamar ialah memiliki minimal ijazah tingkat SMU.

Singkatnya, prosedur rekruitmen ini menggambarkan pentingnya peran institusi

informal dalam tata kelola LPD, dan menunjukkan kuatnya keterikatan LPD dengan

lingkungan sosio-kulturalnya.

Prinsip Pengaturan Operasional Prinsip ini mencakup peraturan mengenai

kecakupan modal (capital adequacy), batas jumlah peminjaman (legal lending limit),

cadangan untuk kerugian pinjaman manajemen likuiditas, dan sistem pemeringkatan

LPD. LPD harus menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential principle) dari

lembaga keuangan agar dapat menjadi lembaga keuangan yang sehat. Berdasarkan

kriteria CAMEL BPR yang diterapkan BI berdasarkan surat edaran No. 30/UUPB,

30 April 1997 (Bank BPD Bali,2000) bahwa pengaturan ini mengatur CAR, kualitas

aset produktif, aspek manajemen, pendapatan dan likuiditas.

C. Mekanisme Penyaluran Pinjaman

Dalam kaitannya dengan tingkat bunga, pada tahun 2002 tingkat bunga

pinjaman untk pinjaman beerkisar antara 27 hingga 33 persen, lebih tinggi dari pada

rata – rata tingkat bunga bank umum yang hanya 22 persen pertahun pada saat

itu.peraturan desa adat juga berlaku bagi staf LPD (Oka, 1999) yang melanggar

peraturan dan salah dalam mengelola operasional harian LPD, seperti kolusi, korupsi

atau manipulasi.Sanksi sosial dapat dikenakan pada mereka.selain itu, berdasarkan

peraturan legal formal,pasal 24 peraturan Daerah No. 8 / 2002 yang menyatakan

bahwa staf LPD yang melanggar peratturan dan menyebabkan LPD menderita

kerugian keuangan haruslah mengganti kerugian tersebut.pasal 26 yang menerangkan

pasal 24 peraturan tersebut menekankan bahwa staf terpidana dapat memperoleh

hukuman maksimum 6 bulan penjara atau maksimum denda Rp 5 juta. Singkatnya,

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

12

gambaran ini menunjukan bahwa institusi informal ( seperti norma – norma dan

sanksi sosial ) dan institusi formal ( peraturan legal formal ) digunakan bersama-

sama dalam tata – kelola LPD.

D. Sistem Penggajian

Sistem penggajian pada LPD secara umum dimaksudkan untuk menstimulasi

kinerja yang lebih baik dari stafnya, terutama dalam mengumpulkan pinjaman dan

mempromosikan dan melayani tabungan. Diantara manjemen inti LPD, ketua

memperoleh gaji paling tinggi, diikuti oleh petugas kasir dan tenaga administrasi.

Prinsip penentuan gaji pokok yang didasarkan biaya hidup di desa di mana LPD

berada juga tercermin pada kuatnya hubungan antara LPD dan lingkungan sosio-

ekonominya. Kondisi makro-ekonomi yang terus tumbuh dan stabil disertai dengan

liberalisasi pasar keuangan pada tingkat nasional, stabilitas politik di Bali, dukungan

dari pemerintah pada semua tingkat administrative, tingkat kohesi sosial masyarakat

Bali yang tinggi dan struktur sosial tradisional yang penting telah mendukung

pertumbuhan LPD. Tidak ada keraguan bahwa kondisi makro-ekonomi yang terus

tumbuh dan stabil dan lingkugan sosio-kultural merupakan faktor penting dalam

pertumbuhan dan perkembangan LPD di Bali.

E. Sistem Pengawasan dan Bimbingan LPD

LPD berbeda dari lembaga keuangan Mikro lain yang dikendalikan oleh

pemerintah provinsi seperti badan kredit kecamatan (BKK) di jawa tengah atau

kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) dijwa timur karena kepemilikan dan

pengorganisasiannya dipengarui oleh adat istiadat masyarakat Bali. Keputusan

Gubernur No. 344 / 1993 juga menyebutkan fungsi Bank BPD Bali. Dalam pasal 2

keputusan tersebut (pemerintah Bali, 1993b) dinyatakan bahwa Bank BPD Bali

memiliki 3 fungsi berkenaan dengan LPD.pertama, memberikan bimbingan teknis

dalam dua cara yaitu melalui bimbingan pasif, dan melalui bimbingan aktif yang

dilakukan dengan kunjungan langsung kelokasi LPD. Kedua, Bank BPD Bali

memiliki tugas untuk mengelola koordinasi dengan organisasi lain yang terlibat

didalam proses bimbingan dan pengawasan LPD.Ketiga, Bank BPD Bali harus

menyiapkan laporan Evaluasi triwulan tentang kinerja keuangan dan kesehatan LPD

kepada gubernur.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

13

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT

3.1 Tujuan Kegiatan

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah meningkatkan wawasan dan

keterampilan Kepala Urusan Desa dan Pegawai LPD di Wilayah Kecamatan

Kintamani untuk membuat laporan pertangungjawaban keuangan secara visibel dan

melakukan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa, sehingga permasalahan

yang ada pada lembaga perkreditan desa tidak teratasi dengan tepat. Dengan

demikian, maka program ini akan difokuskan pada upaya peningkatan wawasan dan

keterampilan Kepala Urusan Desa dan anggota LPD dalam membuat laporan

pertangungjawaban keuangan dan melakukan evaluasi kesehatan lembaga keuangan

(LPD).

3.2 Manfaat Kegiatan

Berdasarkan tujuan program pengabdian masyarakat di atas, maka secara realistik

implementasi pelatihan dan pendampingan pembuatan laporan pertangungjawaban

keuangan dan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa pada Kepala Urusan

Desa dan Pegawai LPD di Wilayah Kecamatan Kintamani akan bermanfaat bagi

peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam membuat laporan

pertangungjawaban keuangan secara visibel serta melakukan evaluasi kesehatan

lembaga perkreditan desa. Secara rinci pelatihan dan pendampingan pembuatan

laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan

desa diharapkan dapat bermanfaat bagi :

(a) Pemerintah Kabupaten Bangli, khususnya Dinas Koprasi dan Usaha Mikro,

Kecil Menengah Kabupaten Bangli, bahwa program ini dapat membantu

merealisasikan salah satu program yang telah disusun dalam rencana

pembangunan ekonomi Kabupaten Bangli, khususnya Kecamatan Kintamani

untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui manajemen keuangan

desa.

(b) Bagi Kepala Kepala Desa di Wilayah Kecamatan Kintamani, selaku

pelaksana kegiatan pada tingkat desa, program pelatihan dan pendampingan

pembuatan laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi kesehatan

LPD dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk mengembangkan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

14

pemerintahan yang bersih dan transparan sebagaimana tujuan dan kebutuhan

masyarakat Kecamatan Kintamani.

(c) Bagi Pengelola LPD selaku pengelola keuangan LPD, program pelatihan dan

pendampingan pembuatan laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi

kesehatan LPD dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam menjalankan

kegiatan LPD yang bersifat akuntabel.

(d) Bagi Masyarakat selaku pengguna dan pemilik LPD, program pelatihan dan

pendampingan pembuatan laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi

kesehatan LPD dapat dijadikan sebagai salah satu instrumen untuk

menentukan peminjaman dan peminjaman pada LPDnya, sehingga mampu

meningkatkan pendapatan masyarakat.

3.3 Khalayak Sasaran Strategis

Khalayak sasaran strategis dalam kegiatan ini adalah Kepala Urusan Desa

dan Anggota LPD yang ada di Kecamatan Kintamani. Di sisi lain, Kecamatan

Kintamani merupakan salah satu daerah di Kabupaten Bangli yang paling banyak

Lembaga perkreditan Desanya yang mengalami masalah. Berdasarkan rasional

tersebut, maka sasaran yang dipilih dipandang cukup visibel dan prediktif bagi

penyebarluasan informasi atau hasil dari kegiatan ini kedepannya. Di sisi lain

kegiatan ini memiliki keterkaitan yang sangat mutualis dengan berbagai pihak, antara

lain: (1) Dinas Koprasi dan Usaha Mikro, Kecil Menengah Kabupaten Bangli, (2)

Kepada Desa yang ada di Kecamatan Kintamani, (3) Kepala Lembaga Perkreditan

Desa di wilayah Kecamatan Kintamani, dan (4) masyarakat Kecamatan Kintamani

yang Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD-nya menjadi sasaran antara yang

strategis dalam pelaksanaan program pengabdian ini. Semua fihak di atas, akan

memperoleh manfaat yang sangat esesial dan aplikatif dalam kaitannya dengan

upaya perbaikan kinerja Kepala Urusan Desa dan kesehatan LPD.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

15

BAB IV

METODE PELAKSANAAN

4.1 Kerangka Pemecahan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan di lokasi rencana

program ini akan dilaksanakan, diperoleh kesimpulan bahwa ada seperangkat

permasalahan yang saat ini dihadapi oleh Dinas Koprasi dan Usaha Mikro, Kecil

Menengah Kabupaten Bangli, khususnya menyangkut kurangnya kemampuan

Kepala Urusan Desa dan Pengelola Lembaga Perkreditan Desa dalam membuat

laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan

desa di Wilayah Kecamatan Kintamani. Hal ini disinyalir disebabkan karena Kepala

Urusan Desa dan pengelola lembaga perkreditan desa (LPD) di Kecamatan

Kintamani sebagain besar memiliki kualifikasi akademik Sekolah Menengah Atas,

yang tidak pernah mendapatkan keterampilan khusus untuk membuat laporan

pertangungjawaban keuangan dan evaluasi kesehatan LPD. Melalui program ini,

guru diharapkan memperoleh “sesuatu” yang baru dan dapat dijadikan sebagai acuan

dalam membuat laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi kesehatan

lembaga perkreditan desa.

4.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan

Program ini merupakan program yang bersifat terminal dalam rangka

peningkatan kemampuan dan keterampilan Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD

dalam membuat laporan pertangungjawaban keuangan secara visibel serta

melakukan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa dengan sistim jemput bola.

Untuk kepentingan pencapaian tujuan program ini, maka metode yang pandang

sesuai adalah Diklat dan Pendamingan. Diklat diberikan pada Kepala Urusan Desa

dan pengelola LPD dalam membuat laporan pertangungjawaban keuangan dan

melakukan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa (LPD). Jadwal pelaksanaan

diklat akan diberikan berdasarkan kesepakatan bersama antara Kepala Urusan Desa

dan pengelola LPD yang ada di Kecamatan Kintamani dengan tim pelaksana. Tahap

berikutnya adalah melakukan pelatihan dan pendampingan membuat laporan

pertangungjawaban keuangan dan melakukan evaluasi kesehatan lembaga

perkreditan desa (LPD). Pada proses ini tim pakar Akuntansi dan Manajemen

Undiksha Singaraja akan melakukan pendampingan pada Kepala Urusan Desa dan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

16

pengelola LPD dalam mengimplementasikan proses pembuatan laporan

pertangungjawaban keuangan dan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa

(LPD) pada desa masing-masing. Di sisi lain, program ini juga diarahkan pada

terciptanya iklim kerjasama yag kolaboratif dan demokratis dalam dimensi mutualis

antara dunia perguruan tinggi dengan masyarakat secara luas di bawah koordinasi

pemerintah Kabupaten setempat, khususnya dalam rangka peningkatan kinerja dan

profesionalisme Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD di Kecamatan Kintamani

secara cepat namun berkualitas bagi kepentingan pembangunan ekonomi masyarakat

di Kabupaten Bangli. Berdasarkan rasional tersebut, maka program ini merupakan

sebuah langkah inovatif dalam kaitannya dengan dharma ketiga perguruan tinggi,

yaitu pengabdian kepada masyarakat. Program ini dirancang sebagai bentuk jawaban

dan antisipasi dari berbagai permasalahan yang dialami Kepala Urusan Desa dan

pengelola LPD di Kecamatan Kintamani, yang saat ini tengah berkonsentrasi pada

upaya pembangunan ekonomi masyarakat pedesaan. Berangkat dari rasional tersebut,

maka program ini akan dilaksanakan dengan sistim jemput bola, dimana tim

pelaksana akan menyelenggarakan program pelatihan dan pendampingan

peningkatan wawasan dan keterampilan Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD di

Kecamatan Kintamani dalam memahami proses pembuatan laporan

pertangungjawaban keuangan dan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa

dengan mendatangkan para pakar dan praktisi Akuntansi dan Manajemen Keuangan

yang berkualifikasi secara standar di bidang Akuantansi dan Manajemen Keuangan.

Model pelaksanaan kegiatan ini akan dilakukan secara langsung (tatap muka)

sebagaimana layaknya sistim perkualiahan. Lama pelaksanaan kegiatan adalah 8

(delapan) bulan yang dimulai dari tahap pengajuan proposal, perencanaan,

pelaksanaan sampai pada evaluasi dengan melibatkan lima belas orang Kepala

Urusan Desa dan lima belas orang pengelola LPD di Kecamatan Kintamani, dimana

akan diambil 3 orang untuk 10 desa yang ada di Kecamatan Kintamani, sehingga

pesertanya sebanyak 30 orang. Pada akhir program setiap peserta akan diberikan

sertifikat sebagai tanda bukti partisipasi mereka dalam kegiatan ini. Melalui program

ini, diharapkan para Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD memiliki keterampilan

yang memadai dalam membuat laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi

kesehatan lembaga perkreditan desa (LPD).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

17

4.3 Rancangan Evaluasi

Keberhasilan program P2M ini ditentukan oleh tingkat pemahaman, sikap

positif, dan keterampilan profesional Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD dalam

mengimplementasikan proses pembuatan laporan pertangungjawaban keuangan dan

evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa (LPD) pada desanya masing-masing.

Untuk itu, maka evaluasi tingkat keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan minimal

3 (tiga) kali, yaitu evaluasi proses, evaluasi akhir, dan evaluasi tindak lanjut.

Kegiatan evaluasi ini akan melibatkan tutor/pakar dari Undiksha Singaraja.

Instrumen evaluasi yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pelatihan dan

pendampingan ini adalah tes obyektif, pedoman observasi dan pedoman wawancara

yang dikembangkan sendiri oleh tim pelaksana pengabdian masyarakat. Kriteria dan

indikator pencapaian tujuan dan tolak ukur yang digunakan untuk menjastifikasi

tingkat keberhasilan kegiatan dapat diuraikan pada tabel berikut (halaman berikut).

Tabel. 01. Indikator Pencapaian Program

No Jenis Data Sumber

Data

Indikator Kriteria

Keberhasilan

Instrumen

1. Pengetahuan Kaur

Desa dan Pengelola

LPD dalam membuat

laporan

pertangungjawaban

keuangan

Kaur Desa

dan

Pengelola

LPD di

Kecamatan

Kintamani

Pengetahuan

dan

keterampilan

Kaur Desa dan

Pengelola

LPD

Terjadi

perubahan yang

positif terhadap

pengetahuan dan

keterampilan

Kaur Desa dan

Pengelola LPD

Tes

Obyektif

2. Pengetahuan dan

Keterampilan Kaur

Desa dan Pengelola

LPD dalam

melakukan evaluasi

kesehatan LPD

Kaur Desa

dan

Pengelola

LPD di

Kecamatan

Kintamani

Pengetahuan

dan

keterampilan

Kaur Desa dan

Pengelola

LPD

Terjadi

perubahan yang

positif terhadap

pengetahuan dan

keterampilan

Kaur Desa dan

Pengelola LPD

Pedoman

wawancara

dan format

observasi

3. Pengetahuan dan

Keterampilan Kaur

Desa dan Pengelola

LPD dalam

mengaplikasikan

laporan keuangan

dan evaluasi

kesehatan LPD di

Desa masing-masing

Kaur Desa

dan

Pengelola

LPD di

Kecamatan

Kintamani

Pengetahuan

dan

keterampilan

Kaur Desa dan

Pengelola

LPD

Terjadi

perubahan yang

positif terhadap

pengetahuan dan

keterampilan

Kaur Desa dan

Pengelola LPD

Pedoman

wawancara

dan format

observasi

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

18

Pada kegiatan pelatihan ini, Kaur Desa dan Pengelola LPD di Kecamatan

Kintamani akan dilibatkan secara kolaboratif dari awal sampai akhir kegiatan. Kaur

Desa dan Pengelola LPD akan dilibatkan dalam merencanakan program,

penjadwalan kegiatan, ikut serta dalam pelatihan dan implementasi produk pelatihan.

Pedampingan produk hasil pelatihan ini akan dilakukan pada 2 desa (Desa Abuan

dan Desa Bonyoh) yang ada di wilayah Kintamani.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

19

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pada permasalahan yang diami Kepala Urusan Desa di Wilayah

Kecamatan Kintamani, yaitu berkaitan dengan kurangnya kemampuan dan

keterampilan dalam membuat laporan pertangungjawaban keuangan secara visibel

dan kurangnya kemampuan untuk melakukan evaluasi kesehatan lembaga

perkreditan desa, maka pengabdian masyarakat ini akan difokuskan pada upaya

penikatan wawasan dan keterampilan anggota Kepala Urusan Desa dan Kepala Desa

dalam membuat laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi lembaga

perkreditan desa (LPD). Proses ini diawali dengan komunikasi dan koordinasi

pelaksana pengabdian masyarakat dengan Kepala Urusan Desa di Wilayah

Kintamani, berkaitan dengan jadwal kegiatan, serta sarana-prasarana yang

dibutuhkan. Kemudian dilanjutkan dengan penyiapan narasumber pelatihan dan

pendampingan serta materi laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi

lembaga perkreditan desa (LPD). Pelatihan dan pendampingan laporan

pertangungjawaban keuangan dan evaluasi lembaga perkreditan desa ini

dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan bulan September 2016 di Desa Bonyoh

Kecamatan Kintamai. Adapun materi yang diberikan adalah pengertian dan

kegunaan laporan pertangungjawaban keuangan, tujuan laporan pertangungjawaban

keuangan, cara membuat laporan pertangungjawaban keuangan, konsep dasar LPD,

visi dan misi LPD, cara melakukan evaluasi kesehatan LPD. Pada tahap awal

pelaksanaan program dilaksanakan kegiatan berupa perencanaan disain dan kegiatan

diklat, persiapan tutor, persiapan alat dan bahan, dan sosialisasi dan koordinasi

dengan peserta dan narasumber. Kegiatan diklat dilaksanakan bersama antara tim

pengusul dengan Kepala Urusan Desa di Kecamatan Kintamani yang didasarkan

pada analisis situasi yang dibuat berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh

kelompok Kepala Urusan Desa. Rencana kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Mei

dan awal Agustus 2016 yang juga melibatkan peran serta aktif peserta program

pengabdian kepada masyarakat untuk membuat skala prioritas program yang

dilaksanakan. Perencanaan ini berjalan dengan sangat baik berkat peranan aktif tim

pelaksana dan peserta yang menjadi mitra program pengabdian masyarakat ini.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

20

Pada tahap berikutnya adalah mempersiapkan tutor atau pakar yang

menguasai bidang-bidang yang akan dilatihkan kepada para peserta. Persiapan tutor

dan instruktur dilaksanakan pada awal kegiatan untuk mematangkan kembali

program-program yang akan dilaksanakan kepada mitra, sehingga terjadi sinergi

yang baik dalam kegiatan ini. Persiapan tutor dan instruktur ini meliputi: pembuatan

materi pelatihan secara terstruktur, baik dalam bentuk bahan cetak mapun media

powerpoin, mencetak dan memperbanyak materi pelatihan untuk pelatihan

peningkatan wawasan dan keterampilan Kepala Urusan Desa tentang hakekat dan

kegunaan laporan pertangungjawaban keuangan, tujuan laporan pertangungjawaban

keuangan, cara membuat laporan pertangungjawaban keuangan, konsep dasar LPD,

visi dan misi LPD, cara melakukan evaluasi kesehatan LPD. Setelah semua tim

pakar siap, tahap berikutnya adalah melakukan negosiasi dan musyawarah untuk

menentukan waktu dan tempat kegiatan yang dalam hal ini melibatkan kelompok

Kepala Urusan Desa di wilayah terpencil Kecamatan Kintamani. Hal ini

dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan waktu dalam pelaksanaan program.

Tahap berikutnya kegiatan dilakukan dengan cara ceramah dan tanyajawab

tentang laporan pertangungjawaban keuangan. Menurut Standar Akuntansi

Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tujuan laporan keuangan

adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta

perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar

pemakai dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang disusun untuk

tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun, laporan

keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai

dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan

pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan

informasi nonkeuangan. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah

dilakukan manajemen (bahasa Inggris: stewardship), atau pertanggungjawaban

manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin

melihat apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat

demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup,

misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam

perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

21

Dalam prinsip akuntansi Indonesia (PAI 1984), tujuan pelaporan keuangan

dinyatakan sebagai “Tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan Keuangan”. Tujuan

tersebut terdiri dari dua tujuan pokok, yaitu “Tujuan Umum” dan “Tujuan

Kualitatif”. Tujuan umum akuntansi keuangan dan laporan keuangan merupakan

gambaran mengenai informasi apa yang akan dihasilkan oleh akuntansi keuangan.

Dalam tujuan tersebut tidak dinyatakan secara tegas mengenai siapa pihak yang

dituju oleh informasi keuangan, namun begitu secara implisit dapat disimpulkan

bahwa pihak yang dituju oleh informasi keuangan adalah terbatas pada pihak

investor dan kreditor. Sedangkan “Tujuan Kualitatif” dalam PAI 1984 sebenarnya

merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh informasi keuangan agar mampu

mencapai tujuan laporan keuangan itu sendiri. Tujuan akuntansi keuangan dan

pelaporan keuangan menurut PAI 384 adalah seperti berikut ini: Pada dasarnya

akuntansi keuangan dan laporan keuangan dimaksudkan untuk menyediakan

informasi keuangan mengenai suatu badan usaha yang akan dipergunakan oleh

pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam pengambilan

keputusan ekonomi. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dasar

penetapan tujuan akuntansi keuangan adalah siapa yang menjadi pihak yang dituju

oleh informasi keuangan yang dihasilkan oleh aktivitas akuntansi keuangan. Pihak

yang dituju oleh akuntansi keuangan dinyatakan dengan kata “pihak-pihak” yang

berkepentingan”. PAI tidak secara tegas menunjuk mengenai siapa pihak yang

berkepentingan terhadap suatu unit usaha. Jika hal ini dibandingkan dengan SFAC

No. 1, maka pihak yang dituju oleh informasi keuangan jelas dinyatakan dalam

paragraph ke-24. SFAC No. 1 menyebutkan bahwa pihak yang berkepentingan

terhadap suatu informasi keuangan unit usaha adalah: pemilik, pemberi kredit,

pemasok, calon investor dan kreditor, karyawan, manajemen, direktur, pelanggan,

analis keuangan, penjamin efek dan broker, pasar modal, dinas perpajakan,

pemerintah, organisasi buruh, asosiasi perdagangan, peneliti bisnis, pengajar/dosen

akuntansi dan siswanya, dan masyarakat luas.

Tujuan umum laporan keuangan menurut PAI terdiri dari lima tujuan,

masing-masing adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai

aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

22

2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan

dalam aktiva neto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul

dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.

3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai

laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam

aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas

pembiayaan investasi.

5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan

dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan,

seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.

Tujuan umum yang pertama mengisyaratkan bahwa tujuan akuntansi/laporan

keuangan adalah menghasilkan informasi mengenai aktiva dan kewajiban serta

modal pemilik suatu perusahaan. Media informasi keuangan yang memberikan

informasi mengenai aktiva, kewajiban dan modal pemilik adalah neraca. Sampai di

sini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan “pihak-pihak yang

berkepentingan” menurut PAI adalah investor dan kreditor, karena investor dan

kreditor yang paling berkepentingan terhadap informasi neraca. Tujuan umum yang

pertama ini mempunyai makna yang hampir sama dengan yang dinyatakan dalam

SFAC No. 1 paragraph ke-41, yaitu mengenai informasi sumber-sumber ekonomi,

kewajiban, dan modal pemilik. Menurut pernyataan di atas tujuan pelaporan

keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai sumber-sumber ekonomik

perusahaan, kewajiban-kewajibannya, dan informasi mengenai modal pemilik.

Tujuan tersebut dimaksudkan untuk membantu investor dan kreditor serta pemakai

lain dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan finansial perusahaan dan untuk

mengetahui likuiditas dan solvabilitas perusahaan. Tujuan umum laporan keuangan

yang ke-2 menurut PAI adalah informasi mengenai perubahan aktiva neto (aktiva

dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam

rangka memperoleh laba. Aktiva neto mempunyai pengertian sejumlah modal

pemilik berupa modal saham atau modal disetor. Fokus yang menjadi tujuan

informasi mengenai perubahan aktiva neto adalah pihak investor dan kreditor.

“Tujuan umum yang ke-2 ini juga menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

23

“pihak-pihak yang berkepentingan” oleh PAI adalah investor dan kreditor. Tujuan

umum yang ke-2 tersebut dapat dibandingkan dengan tujuan pelaporan keuangan

menurut SFAC No. 1 paragraph ke-40. Tujuan pelaporan keuangan sebagaimana

terdapat dalam paragraph ke-40 mempunyai pengertian yang lebih luas, karena juga

mencakup pengertian tujuan umum yang pertama dalam PAI, yakni mengenai

informasi aktiva, kewajiban dan modal pemilik. Tujuan pelaporan keuangan dalam

paragraph ke-40 dinyatakan sebagai berikut: Financial reporting should provide

information about the econamic resources of an enterprise, the claims to those

resources (obligations of the enterprise to transfer resources to other entities and

owners equity), and the effects of transactions, events, and circumstances that

change resources and claims to those resources. Informasi yang dimaksud dalam

tujuan di atas adalah untuk memenuhi kepentingan investor dan kreditor,

sebagaimana juga yang dimaksud oleh PAI dalam tujuan umum yang pertama dan

kedua. Sampai di sini dapat disimpulkan bahwa fokus informasi keuangan yang

dimaksud oleh PAI adalah terbatas hanya untuk memenuhi kepentingan investor dan

kreditor. Tujuan umum laporan keuangan yang ke-3 menurut PAI adalah mengenai

informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam menaksir potensi

perusahaan dalam menghasilkan laba. Ada dua pihak yang berkepentingan terhadap

informasi laba perusahaan, yaitu pihak investor selaku pemilik dan kreditor selaku

pemberi pinjaman. Terhadap informasi laba, investor berkepentingan untuk

memperkirakan dividen yang menjadi bagiannya, atau memprediksi harga saham di

pasar modal. Pihak kreditor menggunakan informasi laba perusahaan (sekarang dan

potensial) untuk mengurangi ketidakpastian mengenai tingkat risiko kredit yang

diberikan. Tujuan umum menurut PAI ini mempunyai maksud yang hampir sama

dengan tujuan pelaporan keuangan dalam SFAC No. 1 paragraph ke-42 berikut:

Financial reporting should provide information about an enterprise’s financial

performance during a period. Investors and creditors often use information about the

past to help in assessing the prospects of an enterprise. Thus, athough investment

and credit decisions reflect investors’ and creditors’ expectations about future

enterprise performance, these expectations are commonly based at least partly on

evaluations of past enterprise performance. Berdasarkan tujuan di atas, pelaporan

keuangan dimaksudkan untuk menyediakan informasi mengenai kinerja finansial

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

24

perusahaan selama periode tertentu. Informasi mengenai kinerja finansial perusahaan

terdapat dalam laporan laba/rugi. Investor dan kreditor menggunakan informasi

tersebut untuk membantu memperkirakan prospek perusahaan di masa yang akan

datang. Dalam tujuan umum yang ke-3 ini, PAI masih memfokuskan tujuan

informasi keuangan kepada pihak investor dan kreditor. Tujuan umum laporan

keuangan yang ke-4 menurut PAI adalah mengenai informasi penting lainnya

mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi

mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. Sebenarnya tujuan tersebut sudah

tercakup dalam tujuan umum yang pertama dan kedua. Tujuan umum yang keempat

ini juga dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada investor dan kreditor.

Tujuan umum yang kelima menyatakan bahwa laporan keuangan dimaksudkan untuk

mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan

keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi

mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan. Secara sepintas tujuan

tersebut memberi kemungkinan bahwa laporan keuangan dapat menyajikan

informasi lain, selain neraca, laba/rugi dan perubahan posisi keuangan. Tetapi

dengan kalimat seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut

perusahaan.”, menyebabkan tujuan tersebut tetap saja terlalu sempit, karena yang

dimaksud dengan “informasi lain” hanyalah keterangan-keterangan tambahan untuk

laporan keuangan itu sendiri. Tujuan umum laporan keuangan yang kelima tersebut

di atas mempunyai pengertian yang hampir sama dengan SFAC No. 1 paragraph ke-

54, mengenai keterangan dan penafsiran manajemen. Menurut paragraph tersebut,

hal-hal yang mempunyai sifat khusus dalam pelaporan keuangan perlu diperjelas lagi

dengan keterangan atau interpretasi manajemen. Tujuannya adalah agar investor dan

kreditor serta pemakai lain lebih mudah untuk memahami informasi keuangan yang

disajikan. Financial reporting should include explanations and interpretations to

help users understand financial information provided. Dari uraian mengenai

perbandingan antara tujuan umum laporan keuangan menurut PAI 1984 dengan

SFAC No. 1 di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pihak-pihak yang dituju oleh informasi keuangan menurut PAI 1984 terlalu

sempit, karena hanya meliputi pihak investor dan kreditor. Dengan demikian

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1982083120101210… · Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman

25

maka fungsi laporan keuangan sebagai alat pertanggungjawaban hanya

terbatas pada tanggungjawab manajemen kepada investor dan kreditor saja.

2. Secara sepintas tujuan umum laporan keuangan menurut PAI 1984

mempunyai maksud yang sama dengan tujuan pelaporan keuangan menurut

SFAC No. 1, tetapi pihak yang dituju oleh informasi tersebut sesungguhnya

sangat lain. SFAC No. 1 secara tegas memang menyebutkan pihak investor

dan kreditor sebagai salah satu pihak yang dituju oleh informasi, tetapi di

samping itu juga disebut pihak pemakai potensial. Para pemakai potensial

inilah yang menjadikan akuntansi sebagai aktivitas sosial, karena begitu

luasnya pihak yang dituju oleh informasi akuntansi keuangan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa akuntansi dituntut untuk lebih mampu memenuhi

tugasnya sebagai alat pertanggungjawaban yang tidak hanya terbatas pada

pihak investor dan kreditor saja, tetapi juga tenggungjawab perusahaan

kepada publik.

3. Tujuan umum laporan keuangan menurut PA1 1984 tidak ditetapkan atas

dasar pertimbangan tanggungjawab perusahaan secara lengkap, yang meliputi

tanggungjawab kepada investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat luas.

Tujuan umum laporan keuangan dalam PAI 1984 secara khusus dan PAI

1984 secara umum merupakan terjemahan dari apa yang ada dalam standar

akuntansi di Amerika Serikat, yakni Accounting Principle Board Opinion No.

4. Tujuan umum laporan keuangan PAI 1984 tidak ditetapkan atas dasar

pertimbangan tujuan sosial ekonomik nasional, sedangkan FASB menetapkan

SFAC No. 1 atas dasar pertimbangan mengenai tujuan sosial ekonomik di

Amerika. Tujuan umum menurut PAI 1984 tersebut menyebabkan lingkup

akuntansi keuangan menjadi sangat sempit, karena hanya menghasilkan

laporan keuangan yang tidak meliputi tanggungjawab perusahaan secara

lengkap.