BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai daerah budaya Jawa dan juga sebagai daerah Pariwisata. Yogyakarta sebagai Kota Wisata ini terdapat peninggalan-peninggalan sejarah, budaya, dan keadaan alam yang indah serta keramahan masyarakatnya. Adapun yang dipromosikan dari Yogyakarta antara lain wisata konvensional (candi, museum, kraton, dan lain-lain), wisata berburu, wisata gunung, goa, pantai dan wisata budaya (Soedarsono, 1999:45). Wisata budaya salah satunya adalah kesenian, seni atau kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang universal (Koentjoroningrat, 1990:204). Dunia Seni Pertunjukan Indonesia (SPI) telah mengalami perkembangan dan kemajuan secara signifikan (Sumaryono, 2007:vii). Beraneka ragam SPI terus diupayakan untuk tetap bisa menunjukkan eksistensinya dan memberikan makna positif bagi kehidupan masyarakatnya. Para seniman melakukan berbagai macam cara untuk mengoptimalkan pengemasan seni pertunjukan sehingga dapat menarik wisatawan. Perkembangan kehidupan seni, khususnya seni tari di Yogyakarta beserta unsur-unsur pendukungnya menarik untuk disimak bersama, terutama tentang frekuensi pertunjukan tari yang semakin padat dan permintaan pasar yang semakin banyak. Apalagi jika dikaitkan dengan perkembangan industri pariwisata yang semakin pesat. Seni pertunjukan sebagai cabang kesenian yang harus

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai daerah budaya Jawa dan juga

sebagai daerah Pariwisata. Yogyakarta sebagai Kota Wisata ini terdapat

peninggalan-peninggalan sejarah, budaya, dan keadaan alam yang indah serta

keramahan masyarakatnya. Adapun yang dipromosikan dari Yogyakarta antara

lain wisata konvensional (candi, museum, kraton, dan lain-lain), wisata berburu,

wisata gunung, goa, pantai dan wisata budaya (Soedarsono, 1999:45). Wisata

budaya salah satunya adalah kesenian, seni atau kesenian merupakan salah satu

unsur kebudayaan yang universal (Koentjoroningrat, 1990:204).

Dunia Seni Pertunjukan Indonesia (SPI) telah mengalami perkembangan

dan kemajuan secara signifikan (Sumaryono, 2007:vii). Beraneka ragam SPI terus

diupayakan untuk tetap bisa menunjukkan eksistensinya dan memberikan makna

positif bagi kehidupan masyarakatnya. Para seniman melakukan berbagai macam

cara untuk mengoptimalkan pengemasan seni pertunjukan sehingga dapat menarik

wisatawan. Perkembangan kehidupan seni, khususnya seni tari di Yogyakarta

beserta unsur-unsur pendukungnya menarik untuk disimak bersama, terutama

tentang frekuensi pertunjukan tari yang semakin padat dan permintaan pasar yang

semakin banyak. Apalagi jika dikaitkan dengan perkembangan industri pariwisata

yang semakin pesat. Seni pertunjukan sebagai cabang kesenian yang harus

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

2

ditampilkan meliputi tiga jenis, yakni tari (tradisional, kreasi, dan modern), musik

(tradisional dan modern) dan teater (tradisional dan modern) (Jazuli, 2014:4).

Selain itu, pertunjukan tersebut dapat dijumpai pada paket-paket pertunjukan tari

di beberapa hotel setiap malamnya, ataupun tempat-tempat lain yang secara

khusus menyelenggarakan pertunjukan tari untuk wisatawan.

Seni Pertunjukan yang dipentaskan di Yogyakarta salah satunya adalah

Sendratari Ramayana di Purawisata. Yogyakarta yang terkenal dengan wisata

budayanya, maka pertunjukan seni seperti Sendratari Ramayana menjadi salah

satu daya tarik wisata yang sangat dinantikan. Dahulu, Purawisata lebih dikenal

dengan sebutan Taman Hiburan Rakyat (THR) yang memberikan hiburan rakyat

berupa kesenian-kesenian rakyat, salah satu hiburan rakyat yang ditampilkan di

Purawisata adalah Sendratari Ramayana. Menurut Moeliono, dkk (1988:814)

Sendratari merupakan gabungan dari seni, drama, dan tari yang memiliki arti

drama atau cerita yang disajikan dalam bentuk tarian tanpa adanya dialog,

biasanya diiringi oleh musik (gamelan). Namun disediakan teks dalam

pementasannya.

Sendratari Ramayana merupakan cerita karya Walmiki yang ditulis dalam

bahasa Sansekerta dan terpahat di relief dinding Candi Prambanan. Namun, cerita

tersebut sudah terkenal di Nusantara sejak abad 7-8. Pemahatan pada relief dan

pengubahan ke dalam sastra Jawa Kuno epos yang berasal dari India itu atas

prakarsa raja dimaksudkan sebagai media penyebaran agama Hindu, Somvir

(1998 dalam bdk. Marsono dan Widyarini, 2011:9). Peneliti memilih untuk

membahas Sendratari Ramayana karena cerita yang dituangkan memiliki pesan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

3

moral dalam kehidupan serta melestarikan kebudayaan bangsa. Selain itu,

Sendratari Ramayana memiliki daya tarik yang cukup kuat untuk para wisatawan.

Dalam pementasan Sendratari Ramayana, perlengkapan pentas seperti

koreografis, tata busana dan wajah, properti, dan masih banyak lagi dapat menjadi

daya tarik sendiri oleh wisatawan. Selain perlengkapan pentas, dalam

pementasannya Sendratari Ramayana Purawisata di dukung dengan komponen

pendukung yang dapat memberi nilai tambah pada pertunjukan Sendratari yang

diselenggarakan di Purawisata.

Sendratari Ramayana Purawisata ditangani oleh dua manajemen, yaitu

manajemen Purawisata dan manjemen Ramayana. Pihak manajemen Purawisata

lebih menekankan pada pemasaran produk sedangkan pihak Ramayana lebih

menekankan pada pementasan. Pementasan yang dimaksud di sini adalah

bagaimana cara manajemen Ramayana mengemas pertunjukan pada Sendratari

Ramayana. Untuk itu diperlukan strategi-strategi untuk tetap menarik wisatawan

karena pada kenyataannya banyak bermunculan pertunjukan seni yang lain

ataupun produk yang sama.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis akan

membahas mengenai Sendratari Ramayana di Purawisata, khususnya

menganalisis komponen daya tarik wisata. Rumusan masalah yang peneliti teliti

yaitu:

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

4

1.2.1 Bagaimana Sendratari Ramayana dipentaskan di Purawisata sebagai

daya tarik wisata?

1.2.2 Apa saja komponen daya tarik wisata pada seni pertunjukan

Sendratari Ramayana di Purawisata?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti temukan, tujuan dari penelitian

ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Mengetahui bagaimana pementasan Sendratari Ramayana di

Purawisata sebagai daya tarik wisata.

1.3.2 Mengetahui komponen daya tarik apa saja yang terdapat pada

pertunjukan Sendratari Ramayana di Purawisata serta merumuskan

komponen daya tarik yang ada.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan

lebih dalam lagi tentang dunia seni pertunjukan khususnya seni tari pada

Sendratari Ramayana serta memberikan informasi mengenai komponen

daya tarik Sendratari Ramayana. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai

referensi bagi peneliti atau mahasiswa lain untuk mengetahui komponen apa

saja yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata pada pertunjukan seni,

khususnya Sendratari Ramayana di Purawisata.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

5

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi perusahaan, salah satunya adalah

untuk mengetahui kekurangan atau kelebihan pada atraksi (Sendratari

Ramayana), serta komponen lainnya yang mendukung atraksi tersebut di

Purawisata. Dengan mengetahui kekurangan tersebut maka perusahaan

dapat memperbaikinya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh wisatawan

sedangkan kelebihan yang sudah dimiliki dapat dipertahankan sebaik

mungkin. Manfaat lainnya adalah sebagai masukan bagi perusahaan agar

dapat memberikan kualitas yang baik pada pertunjukan Sendratari

Ramayana.

1.5 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini peneliti bagi berdasarkan kesamaan fokus dan

kesamaan lokus. Kesamaan fokus berdasarkan tema atau topik permasalahan yang

dipilih oleh peneliti hampir sama, yaitu tentang daya tarik dan Sendratari

Ramayana sedangkan kesamaan lokus berdasarkan lokasi yang peneliti lakukan

sama, yaitu di Purawisata. Dari penelitian terdahulu yang sudah dilakukan dan

berkaitan dengan judul di antaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, Purwa Dhani (2014), Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dalam penelitian yang berjudul

“Analisis Komponen Daya Tarik Wisata Seni Pagelaran Wayang Kulit Durasi

Singkat di Museum Sonobudoyo Yogyakarta”, memaparkan komponen daya tarik

wisata seni pagelaran wayang kulit durasi singkat di Museum Sonobudoyo

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

6

Yogyakarta, pembagian ruang di Museum Sonobudoyo Yogyakarta, sejarah

wayang kulit dan perkembangannya, dan analisis komponen daya tarik wisata seni

pagelaran wayang kulit yang meliputi konsep dasar Pakeliran Padat dalam

pagelaran wayang kulit serta analisis komponen daya tarik.

Kedua, Indah Nuraini (2003), Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan

dan Seni Rupa jurusan Ilmu-ilmu Humaniora Universitas Gadjah Mada dalam

penelitian yang berjudul “Pembentukan Gaya Dalam Sendratari Ramayana

Yayasan Rara Jonggrang Di Panggung Terbuka Prambanan”, memaparkan

pembentukan gaya dalam Sendratari Ramayana, tinjauan historis ramayana,

yayasan Rara Jonggrang, Sendratari Ramayana Rara Jonggrang dan identifikasi

gaya meliputi gerak dan karakter, musik tari, tata rias dan tata busana serta pola

lantai.

Ketiga, Retno Moortrisari Widianingrum (2013), Program Studi Pariwisata

Fakulas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dalam penelitian yang

berjudul “Analisis Komponen Daya Tarik Wisata Seni Pertunjukan Tari Di

Ndalem Kaneman”, memaparkan analisis komponen daya tarik yang ada di

Ndalem Kaneman sehingga penulis dapat menganalisis komponen daya tarik

wisata apa saja yang dapat dimasukkan dan diterapkan untuk menganalisis

komponen daya tarik wisata seni pertunjukan Sendratari Ramayana di Purawisata.

Keempat, Tejo Sulistyo (2001), Jurusan Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan

Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam penelitian yang berjudul “Perubahan

Bentuk Penyajian Sendratari Ramayana Yayasan Rara Jonggrang di Panggung

Terbuka Prambanan”, memaparkan berbagai upaya perubahan beberapa motif

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

7

gerak dan komposisi iringan dengan harapan agar bentuk penyajian lebih tampak

dinamis dengan bentuk penyajian seperti bentuk garapan tari, tata rias dan busana,

iringan musik, tata teknik pentas, serta perpindahan dari panggung terbuka ke

tempat yang baru dengan ukuran yang lebih kecil dari ukuran panggung

sebelumnya.

Kelima, Sulardi (2014), Jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam penelitian

yang berjudul “Evaluasi Strategi Komunikasi Pemasaran Pementasan Sendratari

Ramayana Ballet (Studi Deskriptif Kuilitatif Pada Manajemen Ramayana Ballet

Mandira Baruga Purawisata Yogyakarta)”, memaparkan tentang bauran

komunikasi pemasaran dalam menjalankan bisnisnya yang meliputi periklanan,

kehumasan (packaging dan pelayanan), penjualan personal, promosi penjualan,

dan pemasaran langsung, dan komunikasi langsung dari mulut ke mulut.

Selanjutnya mengevaluasi strategi komunikasi pemasaran yang sudah dilakukan

oleh manajemen Ramayana dan Purawisata.

Dilihat dari penelitan-penelitian terdahulu, terlihat bahwa penelitian sesuai

dengan judul “Analisis Komponen Daya Tarik Seni Pertunjukan Sendratari

Ramayana sebagai Daya Tarik Wisata Di Purawisata” belum pernah dikerjakan

oleh siapa pun. Penelitian ini akan membahas mengenai komponen daya tarik

yang ada pada Seni Pertunjukan Sendratari Ramayana sebagai daya tarik wisata di

Purawisata.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

8

1.6 Landasan Teori

Pada bagian ini akan dijelaskan kerangka konseptual yang akan digunakan

sebagai acuan untuk menganalisis dalam penelitian mengenai daya tarik wisata

pada Sendratari Ramayana di Purawisata. Kerangka konseptual tersebut

berdasarkan judul yang diangkat yang disesuaikan dengan permasalahan dalam

penelitian, yaitu mengenai seni pertunjukan, daya tarik wisata, dan komponen

pariwisata.

1.6.1 Seni Pertunjukan

Seni merupakan keahlian manusia dalam karyanya yang bermutu,

dilihat dari segi kehalusan atau keindahan. Kesenian merupakan sesuatu

yang hidup senapas dengan mekarnya rasa keindahan yang tumbuh dalam

sanubari manusia dari masa ke masa, dan hanya dapat dinilai dengan ukuran

rasa menurut Haryono (1999 dalam Sujarno, dkk, 2003:23). Namun

demikian di dalam seni yang dimaksud pertunjukan adalah seni yang

dipentaskan dan dapat dilihat oleh berbagai kalangan masyarakat atau orang

banyak. Dengan kata lain seni pertunjukan adalah suatu seni yang

dipentaskan dan dapat dilihat oleh orang banyak (Sujarno, dkk 2003:vii),

sedangkan Jazuli (2014:4) menjelaskan bahwa seni pertunjukan merupakan

bentuk seni tontonan yang cara penampilannya didukung oleh perlengkapan

seperlunya, berlaku dalam dalam kurun waktu tertentu dan lingkungan

tertentu.

Dalam sebuah pertunjukan, teater merupakan bagian yang sangat

penting. Teater adalah suatu kegiatan manusia yang secara sadar

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

9

menggunakan tubuhnya sebagai alat atau media utama untuk menyatakan

rasa dan karsanya, mewujud dalam suatu karya (seni). Di dalam menyatakan

rasa dan karsanya itu, alat atau media tadi ditunjang oleh unsur gerak, unsur

suara dan atau bunyi, serta unsur rupa (Padmodarmaya, 1988:21). Menurut

Soedarsono (1999:125), Seni pertunjukan wisata memiliki ciri-ciri: (1)

tiruan dari tradisi yang telah ada, (2) singkat dan padat penyajiannya, (3)

penuh variasi, (4) tidak sakral, (5) disajikan secara menarik, (6) murah

menurut ukuran kocek wisatawan, dan (7) mudah dicerna oleh wisatawan.

Tari sebagai karya seni masih dibutuhkan kaidah-kaidah tertentu yang

berhubungan dengan nilai-nilai keindahan atau estetika. Menurut

Soerjodiningrat (1943 dalam Hadi, 2007:32) yang disebut tari adalah gerak

seluruh anggota badan bersamaan dengan bunyi suara gamelan, ditata sesuai

dengan irama gending, kesesuaian ekspresi dengan maksud tari. Hadi

(2007:23-80) dalam bukunya Kajian Tari Teks dan Konteks, fenomena tari

dapat dianalisis atau ditelaah baik secara konsep koreografis. Fenomena tari

dianalisis atau ditelaah secara koreografis, artinya ingin mendeskripsikan

atau mencatat secara analisis fenomena tari yang nampak dari sisi bentuk

luarnya saja. Konsep koreografis terdiri atas bentuk gerak, teknik gerak,

gaya gerak, jumlah penari, jenis kelamin dan postur tubuh, struktur ruangan,

struktur waktu, struktur dramatik, dan tata teknik pentas. Analisis tata teknik

pentas sebagai salah satu bagian dari analisis koreografis, merupakan aspek

pendukung kehadiran sebuah bentuk pertunjukan tari. Analisis ini meliputi

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

10

tata cahaya atau lighting, tata rias wajah dan tata busana, serta properti atau

pelengkap lainnya.

1.6.2 Daya Tarik Wisata

Yoeti (2010:19) berpendapat bahwa daya tarik wisata dapat diartikan

sebagai segala sesuatu yang menarik untuk dilihat atau disaksikan

wisatawan kalau berkunjung pada suatu destinasi pariwisata. Kemudian,

menurut Undang-undang tentang Kepariwisataan No. 10 Tahun 2009, daya

tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan

nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan

manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan yang

kemudian disebut dengan daerah tujuan wisata.

Middleton (dalam Yoeti, 2010:27-29) membagi daya tarik wisata itu

terdiri atas 4 bagian besar, yaitu (1) Natural Attractions, yaitu daya tarik

wisata yang bersifat alamiah dan terdapat secara bebas yang dapat dilihat

dan disaksikan setiap waktu; (2) Build Attractions, yaitu bangunan-

bangunan dengan asitektur kuno, jembatan, rumah-rumah ibadah (gereja,

masjid, wihara, kuil atau pura), serta gedung-gedung perkantoran bekas

penjajahan Belanda; (3) Cultural Attractions, termasuk kelompok ini, yaitu

peninggalan lama, petilasan, bekas kerajaan, candi, museum; (4) Traditional

Attractions, yaitu tata cara hidup suatu suatu etnis, masyarakat terasing, adat

istiadat, festival kesenian, folklore suatu bangsa.

Yoeti (2010:21) menjelaskan bahwa atraksi wisata adalah sesuatu

yang disuguhkan kepada wisatawan, yang dipersiapkan dalam suatu

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

11

pertunjukan yang berfungsi sebagai hiburan dan untuk melihat atau

menyaksikan tiap orang harus membayar dalam bentuk karcis masuk.

Atraksi yang baik harus dapat mendatangkan wisatawan sebanyak-

banyaknya, menahan mereka di tempat atraksi dalam waktu yang cukup

lama dan memberi kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung.

Untuk mencapai hasil itu, syarat-syarat atraksi wisata yang baik menurut

Soekadijo (2000:61), yaitu sebagai berikut.

1. Kegiatan (act) dan objek (artifact) yang merupakan atraksi itu sendiri

harus dalam keadaan yang baik.

2. Karena atraksi wisata itu harus disajikan dihadapan wisatawan, maka

cara penyajiannya (presentasinya) harus tepat.

3. Atraksi wisata adalah terminal dari suatu mobilitas spasial, suatu

perjalanan. Oleh karena itu juga harus memenuhi semua deteminan

mobilitas spesial, yaitu akomodasi, transportasi, dan promosi serta

pemasaran.

4. Keadaan di tempat atraksi harus dapat menahan wisatawan cukup lama.

5. Kesan yang diperoleh wisatawan waktu menyaksikan atraksi wisata

harus diusahakan supaya bertahan selama mungkin.

1.6.3 Komponen Pariwisata

Suwena dan Widyatmaja (2010:83) berpendapat bahwa Daerah

Tujuan Wisata (DTW) merupakan tempat di mana segala kegiatan

pariwisata bisa dilakukan dengan tersedianya segala fasilitas dan atraksi

wisata untuk wisatawan. Dalam mendukung keberadaan DTW perlu ada

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

12

unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna wisatawan bisa tenang,

aman, dan nyaman berkunjung. Adapun unsur pokok tersebut antara lain:

1. Objek dan daya tarik wisata

2. Prasarana wisata

3. Sarana wisata

4. Tata laksana/infrastruktur

5. Masyarakat/lingkungan

Daerah tujuan wisata hendaknya memenuhi beberapa syarat menurut

Yoeti (1988 dalam Suwena dan Widyatmaja, 2010:84-85), yaitu

ketersediaan (1) sesuatu yang dapat dilihat (something to see); (2) sesuatu

yang dapat dilakukan (something to do); (3) sesuatu yang dapat dibeli

(something to buy). Dengan perkembangan spektrum pariwisata yang

semakin luas, maka syarat tersebut masih perlu ditambah, yakni: (4) sesuatu

yang dinikmati, yakni hal-hal yang memenuhi selera dan cita rasa

wisatawan dalam arti luas; (5) sesuatu yang berkesan sehingga mampu

menahan wisatawan lebih lama atau merangsang kunjungan ulang.

Menurut Cooper, dkk (1993 dalam Sewena dan Widyatmaja, 2010:88-

98) daerah tujuan wisata harus didukung empat komponen utama atau yang

dikenal dengan istilah “4A” yaitu: atraksi (attraction), fasilitas (amenities),

aksesibilitas (acces), dan pelayanan tambahan (ancillary service). Dalam

penelitian ini, peneliti memilih teori Cooper, dkk sebagai acuan peneliti

untuk memudahkan dalam menganalisis komponen daya tarik wisata (studi

kasus Sendratari Ramayana Purawisata) yaitu sebagai berikut.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

13

1. Komponen Atraksi (attraction), pada komponen ini Cooper, dkk

menjelaskan bahwa modal kepariwisataan itu mengandung potensi

untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata. Modal atraksi yang

menarik kedatangan wisatawan itu ada tiga, yaitu (1) Natural Resources

(alami) seperti: Gunung, Danau, Pantai, dan Bukit; (2) Atraksi wisata

budaya seperti: arsitektur rumah tradisional di desa, situs arkeologi,

benda-benda seni dan kerajinan, ritual atau upacara budaya, festival

budaya, kegiatan dan kehidupan masyarakat sehari-hari,

keramahtamahan, makanan; dan (3) Atraksi buatan seperti: acara

olahraga, berbelanja, pameran, konferensi, festival musik. Untuk

memudahkan peneliti dalam penelitian ini peneliti membagi kategori

yang menjadi tolak ukur bagi sebuah pertunjukan kesenian diantaranya;

berdasarkan durasi waktu pertunjukan, waktu pentas, cerita yang

dibawakan, penyaji pertunjukan, properti panggung, instrumen musik,

tata rias wajah, tata rias busana, koreografi, letak panggung dan

lighting.

2. Komponen Aksesibilitas (acces), pada komponen ini Cooper, dkk

menjelaskan bahwa aksesibilitas merupakan suatu hal vital yang sangat

memengaruhi kunjungan wisatawan. Jika suatu daerah wisata tidak

tersedia aksesibilitas yang mencukupi, maka sangat kecil wisatawan

akan datang mengunjungi daerah wisata tersebut. Untuk menentukan

komponen aksesibilitas, penulis melakukan focus group discussion

(FGD) dengan pengelola Purawisata. Hasil dari FGD yaitu; letaknya

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

14

stategis karena berada di pusat Kota Jogja, akses mudah, dan ada

konektifitasnya.

3. Komponen Amenitas, pada komponen ini Cooper, dkk menjelaskan

bahwa secara umum fasilitas (amenities) adalah segala macam

prasarana dan sarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di

daerah tujuan wisata. Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah

sesuatu yang dibutuhkan oleh wisatawan sebagai faktor pendukung.

Untuk menentukan komponen amenitas, penulis melakukan focus

group discussion (FGD) dengan pengelola Purawisata. Hasil dari FGD

di antaranya yaitu; memiliki lahan parkir yang luas, fasilitas

antarjemput, tempat duduk penonton, harga tiket pertunjukan, toilet,

dan memiliki restoran terluas di Kota Jogja dengan konsep taman

terbuka yaitu Gazebo Garden Resto.

4. Komponen Ancillary, pada komponen ini Cooper, dkk menjelaskan

bahwa komponen ancillary (pelayanan tambahan) atau sering disebut

juga pelengkap yang harus disediakan oleh pengelola dari suatu objek

wisata, baik untuk wisatawan maupun untuk pelaku wisatawan. Untuk

menentukan komponen amenitas, penulis melakukan focus group

discussion (FGD) dengan pengelola Purawisata. Hasil dari FGD di

antaranya yaitu; pentas dilaksanakan setiap malam tanpa libur, ada

paket dinner performance, melayani early perform, ada escort dari

guest relation Officer (GRO) dengan courtesy yang baik, serta

dikuatkan dengan pemasaran melalui internet.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

15

Hasil analisis komponen daya tarik wisata merupakan metode yang

menganalisis dan menjelaskan secara rinci segala sesuatu yang terkandung

dalam suatu objek wisata. Penjelasan tersebut dituangkan dalam tabel

sehingga dapat dengan mudah dipahami apakah komponen tersebut

memiliki daya tarik atau tidak. Untuk bagian yang bernilai plus (+) untuk

yang memiliki daya tarik, minus (-) untuk yang tidak memiliki daya tarik,

dan plus/minus (+/-) yang bersifat netral dalam objek wisata (Marsono,

2011:16).

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Purawisata, Jl. Brigjend Katamso Yogyakarta

pada bulan Februari sampai Mei 2015.

1.7.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif

untuk menjabarkan temuan data. Pengumpulan data berupa data primer

dan data sekunder dengan metode observasi, focus group discussion

(FGD), wawancara demodifikasi dengan metode kuesioner, dan studi

pustaka. Melalui pengumpulan semua data yang telah diperoleh dan

selanjutnya dipelajari untuk mendapatkan kesimpulan sesuai dengan judul

yang diangkat.

1.7.2 Sumber Data

1.7.2.1 Data Primer

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

16

Data primer adalah infomasi yang diperoleh dari sumber-

sumber primer, yakni yang asli atau informasi dari tangan pertama.

Cara yang paling banyak digunakan untuk mengumpulkan data

adalah metode observasi, fokus group discussion (FGD), wawancara,

maupun metode kuesioner, yakni dengan melakukan komunikasi

dengan pengelola perusahaan maupun responden.

1.7.2.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah informasi yang diperoleh tidak secara

langsung dari responden, tetapi dari pihak ketiga seperti studi

pustaka, misalnya buku, website, artikel, jurnal, internet dan lain-lain

sesuai dengan penelitian yang dilakukan.

1.7.3 Metode Pengumpulan Data

1.7.3.1 Observasi

Observasi merupakan suatu kegiatan mencari data yang dapat

digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis. Inti

dari observasi adalah adanya perilaku yang tampak dan adanya

tujuan yang ingin dicapai. Penelitian ini dilakukan dengan observasi

langsung di Purawisata pada bulan Februari sampai April 2015

dengan melakukan observasi untuk mencari tahu keadaan yang

sesungguhnya di objek tersebut, seperti halnya mengamati secara

saksama setiap detail perilaku dan kejadian yang terjadi,

menggambarkan lingkungan fisik dengan lebih detail, misalnya

struktur ruangan dan komponen daya tarik yang ada.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

17

1.7.3.2 Wawancara

Wawancara merupakan percakapan antara dua orang yang

salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan informasi

untuk tujuan tertentu. Wawancara dilakukan secara langsung untuk

menggali dan mencari informasi secara langsung dari narasumber.

Wawancara dilakukan dengan pengelola Sendratari Ramayana yaitu

Bapak Dahanan selaku pimpinan Sanggar Ramayana Purawisata dan

Bapak Yudhi Merantoro selaku Asst. Manager Marketing bagian

Front Office Purawisata. Kedua, wawancara dilakukan dengan

pengunjung Sendratari Ramayana.

1.7.3.3 Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) merupakan sebuah proses

pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu

permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi

kelompok. FGD yang peneliti lakukan di sini merupakan kelompok

diskusi (kecil) yang digunakan sebagai metode pengumpulan data

dalam penelitian. Tujuan peneliti mengadakan FGD adalah untuk

merumuskan komponen daya tarik berupa komponen aksesibilitas,

amenitas dan ancillary serta memberikan kemudahan dan peluang

bagi peneliti untuk menjalin keterbukaan, kepercayaan, dan

memahani persepsi, sikap, serta pengalaman yang dimiliki oleh

informan. FGD dilakukan sebanyak satu kali pada tanggal 16 April

2015 dan berlangsung selama dua jam dari pukul 15:00-17:00 WIB

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

18

yang bertempat di Purawisata. FGD tersebut dihadiri oleh Yudhi

Merantoro selaku Asst. Manager Marketing bagian Front Office,

Edhi Djauhari selaku Asst. Sales Manager Marketing, Prilita

Andarini selaku Sales Marketing Executive dan Devi Eka Aryani

perwakilan dari penari yang berperan sebagai Putri Taman. Dalam

FGD peneliti memposisikan diri sebagai moderator serta ditemani

oleh notulen. Dimana moderator memberikan intruksi kepada peserta

FGD untuk memberikan pendapatnya mengenai apa saja komponen

daya tarik yang ada di Sendratari Ramayana Purawisata serta

memberikan alasannya. Selain itu, moderator juga melakukan

beberapa improviasi pertanyaan seputar komponen daya tarik kepada

peserta. Setelah masing-masing peserta memberikan pendapatnya,

tahap akhir adalah diskusi untuk menentukan komponen daya

tariknya.

Gambar 1.1 Proses Focus Group Discussion

(Sumber: Marhariyanti, 16 April 2015)

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

19

Hasil dari FGD dengan pengelola Sendratari Ramayana

Purawisata, terdapat beberapa komponen daya tarik yang sudah

disepakati bersama. Komponen daya tarik tersebut dikategorikan

berdasarkan teori yang digunakan pada komponen daya tarik, yaitu

komponen aksesibilitas, amenitas dan ancillary.

1.7.3.4 Metode Kuesioner

Metode kuesioner digunakan untuk mengetahui respon

wisatawan mengenai komponen daya tarik dengan beberapa

pertanyaan mengenai komponen daya tarik wisata yang dituangkan

dalam kuesioner. Metode ini dilakukan dengan modifikasi

wawancara langsung dengan responden untuk menggali dan mencari

informasi dari narasumber. Penulis melakukan penyebaran kuesioner

kepada pengunjung Sendratari Ramayana untuk diisi berdasar hasil

pendapatnya. Setelah itu, penulis menanyakan hasil wawancara

secara langsung kepada wisatawan.

Proses pelaksanaan penyebaran kuesioner ini dilakukan

secara langsung dengan dua tahap. Tahap pertama, pengisian

kuesioner dilaksanakan mulai 15 Maret 2015 sampai 26 Maret 2015

dengan pengunjung Sendratari Ramayana Purawisata berdasarkan

hasil observasi dan pengamatan penulis mengenai komponen atraksi

dan tahap kedua, pengisian kuesioner mulai 25 April 2015 sampai 1

Mei 2015 dengan pengunjung Sendratari Ramayana Purawisata

berdasarkan hasil dari focus group discussion (FGD) mengenai

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

20

komponen aksesibilitas, amenitas dan ancillary. Hasil kuesioner

selanjutnya direkap dalam bentuk tabel dan disimpulkan.

1.7.3.5 Studi Pustaka

Studi pustaka adalah segala usaha yang dilakukan oleh

peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik

atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat

diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-

karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-

ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis

baik tercetak maupun elektronik lain.

1.7.4 Metode Analisis Data

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Data mentah yang diperoleh melalui proses observasi, FGD, dan

wawancara ditinjau ulang berdasarkan permasalahan secara kualitatif

untuk selanjutnya dibuat deskripsi yang dapat menjelaskan rumusan

masalah. Pertanyaan dibuat berdasarkan komponen daya tarik yang paling

menonjol pada objek. Teori Cooper, dkk atau yang dikenal dengan istilah

“4A” yaitu: atraksi (attraction), falititas (amenities), aksesibilitas (acces),

dan pelayanan tambahan (ancillary service) digunakan dalam menganalisis

komponen daya tarik. Untuk menentukan komponen atraksi, penulis

berdasarkan pendapat Hadi (2007:23-80) dalam bukunya Kajian Tari Teks

dan Konteks, yaitu fenomena tari (Sendratari Ramayana) dianalisis secara

konsep koreografis sedangkan untuk menentukan komponen aksesibilitas,

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

21

amenitas, dan ancillary, penulis melakukan diskusi kelompok (FGD)

kepada pengelola sebagai informan yang nantinya akan digunakan peneliti

dalam bahan pertimbangan dalam menganalisis komponen daya tarik.

Objektivitas data diperoleh melalui cara pemberian penilaian secara

berskala pada daya tarik wisata oleh wisatawan. Peninjauan ulang data

yang diperoleh lalu dilakukan penganalisaan untuk memperoleh

kesimpulan. Selanjutnya analisis komponen daya tarik tersebut dituangkan

dalam tabel yang diberi penjelasan secara kualitatif terhadap hasil

akhirnya. Hasil komponen daya tarik tersebut dibagi menjadi tiga bagian,

yaitu benilai plus (+) untuk yang memiliki daya tarik, bernilai plus/minus

(+/-) untuk yang bersifat netral, dan minus (-) untuk yang tidak memiliki

daya tarik dalam objek wisata (Marsono, 2011:16).

1.8 Sistematika Penulisan

Sistemtika penulisan penelitian ini terdiri atas empat bagian yang masing

masing dijabarkan sebagai berikut.

Bab I : Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, ruang lingkup

penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian

pustaka, landasan teori, metode penelitian, metode pengumpulan

data, yang diikuti dengan sistematika penulisan.

Bab II : Gambaran umum yang berisi profil Purawisata dan Ramayana

Purawisata di antaranya sejarah, struktur organisasi, produk

Purawisata, logo perusahaan serta tokoh utama dalam Ramayana.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85277/potongan/S1-2015... · Yogyakarta yang terkenal dengan wisata budayanya, maka pertunjukan seni seperti

22

Bab III : Pembahasan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

penulis. Hasil penelitian tersebut berupa bagaimana pementasan

Sendratari Ramayana di Purawisata serta analisis komponen daya

tarik Sendratari Ramayana Purawisata.

Bab IV : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.