BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

48
BAB I: PENDAHULUAN | 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya tulis ilmiah banyak diyakini merupakan karya tulis yang menyampaikan informasi secara langsung, akurat dan objektif. Tidak sedikit ditemukan buku panduan penulisan karya ilmiah baik untuk mahasiswa maupun ilmuwan yang bermaksud untuk menulis karya ilmiah dan mempublikasikannya dalam jurnal ilmiah yang mendukung pandangan tersebut (lihat, mis., Alley, 1987; Bolsky, 1988; Hacker, 2008; Hedge, 1994; Lipson, 2005; Manser, 2006; Strunk & White, 2000; Taylor, 2005). Sebagai contoh, Hedge (1994: 92) menegaskan bahwa karya tulis ilmiah memiliki ciri-ciri pokok di antaranya langsung, akurat dan objektif seperti telah disebutkan di atas, sedangkan Alley (1987: 28) memandang presisi sebagai tujuan utama karya tulis ilmiah dan oleh karena itu kekaburan dan ketidakjelasan harus dihindari. Ini mengimplikasikan bahwa bentuk-bentuk lingual seperti, misalnya, about, appear, may, perhaps dan suggest, yang mengungkapkan kemungkinan dan ketidakpastian, yang sering juga disebut sebagai hedging devices atau peranti pembentengan, bukanlah ciri khas karya tulis ilmiah. Booth (1985: 11) berargumentasi bahwa karya tulis yang banyak dihiasi dengan peranti pembentengan menunjukkan bahwa karya tulis tersebut belum layak untuk diterbitkan. Oleh sebab itu, seperti halnya Alley (op. cit.), Bolsky (1988: 61-62) juga menganjurkan agar

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya tulis ilmiah banyak diyakini merupakan karya tulis yang menyampaikan

informasi secara langsung, akurat dan objektif. Tidak sedikit ditemukan buku

panduan penulisan karya ilmiah baik untuk mahasiswa maupun ilmuwan yang

bermaksud untuk menulis karya ilmiah dan mempublikasikannya dalam jurnal ilmiah

yang mendukung pandangan tersebut (lihat, mis., Alley, 1987; Bolsky, 1988; Hacker,

2008; Hedge, 1994; Lipson, 2005; Manser, 2006; Strunk & White, 2000; Taylor,

2005). Sebagai contoh, Hedge (1994: 92) menegaskan bahwa karya tulis ilmiah

memiliki ciri-ciri pokok di antaranya langsung, akurat dan objektif seperti telah

disebutkan di atas, sedangkan Alley (1987: 28) memandang presisi sebagai tujuan

utama karya tulis ilmiah dan oleh karena itu kekaburan dan ketidakjelasan harus

dihindari. Ini mengimplikasikan bahwa bentuk-bentuk lingual seperti, misalnya,

about, appear, may, perhaps dan suggest, yang mengungkapkan kemungkinan dan

ketidakpastian, yang sering juga disebut sebagai hedging devices atau peranti

pembentengan, bukanlah ciri khas karya tulis ilmiah. Booth (1985: 11)

berargumentasi bahwa karya tulis yang banyak dihiasi dengan peranti pembentengan

menunjukkan bahwa karya tulis tersebut belum layak untuk diterbitkan. Oleh sebab

itu, seperti halnya Alley (op. cit.), Bolsky (1988: 61-62) juga menganjurkan agar

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 2

ungkapan-ungkapan seperti itu dihindari dan sebagai gantinya digunakan ungkapan-

ungkapan langsung yang menunjukkan secara eksplisit bahwa apa yang disampaikan

tidak akurat. Dengan kata lain, banyak pakar beranggapan bahwa karya tulis ilmiah

merupakan karya tulis yang menyampaikan informasi secara akurat, impersonal, dan

objektif. Oleh sebab itu, pemakaian peranti pembentengan yang sering dikaitkan

dengan kekaburan yang tidak ilmiah (Salager-Meyer, 1994) dan berkonotasi negatif

(Skelton, 1988a) harus dihindari dan bukanlah strategi yang berguna bagi penulis

karya ilmiah. Anggapan tersebut agaknya merefleksikan pandangan tradisional

tentang karya tulis ilmiah, yang oleh Bazerman (1984: 163-164) telah diidentifikasi

memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) ilmuwan harus menjauhkan diri dari laporan-

laporan mengenai hasil karyanya sendiri dan oleh karenanya menghindari semua

pemakaian pronomina persona pertama, (b) karya tulis ilmiah harus objektif dan

akurat, mengikuti matematika sebagai model, (c) karya tulis ilmiah harus

menghindari pemakaian metafora dan segala macam bentuk fantasi retoris untuk

menemukan hubungan yang jelas antara kata dan objek, dan (d) karya tulis ilmiah

harus mendukung klaim-klaim yang dikemukakan di dalamnya dengan bukti empiris

dari alam, terutama bukti eksperimental.

Namun demikian, menarik untuk dicatat bahwa tidak semua pakar dan buku

panduan penulisan karya ilmiah (lihat, mis., Hyland, 1998; Jordan, 1997; Master,

1986; Myers, 1989; Salager-Meyer, 1994; Skelton, 1988a) mengikuti pandangan

yang ‘miring’ tentang peranti pembentengan seperti tersebut di atas. Bagi Skelton

(1988a: 39), ungkapan-ungkapan yang menunjukkan kemungkinan, ketidaktepatan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 3

dan kekaburan seperti itu bukan saja boleh digunakan melainkan juga pantas

digunakan dalam karya tulis ilmiah.

Banyaknya pemakaian peranti pembentengan dalam karya tulis ilmiah

sebenarnya telah lama diakui. Bahkan, sebagaimana dilaporkan oleh Shapin (1984),

ilmuwan terkemuka abad ke-17 Robert Boyle pun memanfaatkan ungkapan-

ungkapan yang demikian itu. Menurut Hyland (1998), Boyle dapat dianggap sebagai

tokoh yang membantu menciptakan retorika yang menjadi fondasi bagi komunikasi

ilmiah. Salah satu peranti kebahasaan yang paling penting dari retorika ilmiah ini

adalah apa yang sekarang kita sebut sebagai bentuk-bentuk lingual pembentengan.

Sebagaimana dikutip oleh Shapin (op. cit.: 495), Boyle mengatakan bahwa “in almost

every one of the following essays I (…) speak so doubtingly, and use so often, perhaps,

it seems, it is not improbable, and such other expressions, as argue a diffidence of the

truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut saya (…)

berbicara dengan penuh keraguan, dan menggunakan dengan begitu sering, mungkin,

tampaknya, bukan tidak mungkin, dan ungkapan-ungkapan lain semacam itu, karena

tidak yakin akan kebenaran gagasan-gagasan yang saya miliki (…)’. Yang dapat

disampaikan secara pasti, menurut Boyle, hanya fakta yang ditemukan, bukan yang

diciptakan. Boyle menegaskan: “I dare speak confidently and positively of very few

things, except of matters of fact” (ibid.: 496) ‘Saya berani berbicara dengan penuh

keyakinan dan secara positif hanya mengenai sangat sedikit hal, kecuali hal-hal yang

faktual sifatnya’.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 4

Satu paragraf contoh di bawah ini, yang dikutip dari bagian Pembahasan dari

sebuah artikel penelitian yang merupakan bagian dari korpus penelitian ini,

memberikan ilustrasi pemakaian pembentengan yang banyak ditemukan dalam karya

tulis ilmiah. Untuk memudahkan penyebutan dan pembahasan, masing-masing

kalimat dalam contoh ini diberi nomor. (Informasi mengenai pemakaian kode dalam

tanda kurung setelah contoh dapat dilihat pada bagian Metode di bawah.)

(1) (1) This leads to another question concerning the function of subtitles in a more general sense. (2) Hatim and Mason (2000) claim that subtitles merely serve as a guide to what is going on in the original language, and given the practical limitations involved, providing a guide may be the only realistic option. (3) Furthermore, considering the fact that reductions are inevitable, it would be naive to think that certain pragmatic aspects of the dialogue would not have to be sacrificed. (4) In fact, among a series of recommendations for subtitling, Karamitroglou (1998) includes the category of altering syntactic structures. (5) According to the author, due to the limitations of the medium, simpler and shorter structures are

preferred over more complex ones, as long as the modifications achieve a balance between syntax, pragmatics and stylistics. (6) One of the proposed suggestions for this category provided by Karamitroglou is to change indirect requests to direct imperatives. (7) If in fact this type of syntactic alteration toward more directness is commonplace, as the corpus

for this study indicates, and even recommended, as Karamitroglou (1998) proposes, one might posit the following question: With subtitles showing

a general trend toward more directness or abruptness, what are the risks

of undermining or compromising the original artistic creation?

(HE04D)

“(1) Hal ini mengarah ke satu pertanyaan lain mengenai fungsi teks film

dalam arti yang lebih umum. (2) Hatim dan Mason (2000) mendaku

bahwa teks film hanyalah berfungsi sebagai panduan mengenai apa yang

sedang terjadi dalam bahasa aslinya, dan mengingat keterbatasan-

keterbatasan praktis yang ada, sebuah panduan mungkin merupakan satu-

satunya pilihan yang realistis. (3) Lagi pula, mengingat bahwa reduksi

tidak dapat dihindari, naif agaknya untuk berpikiran bahwa aspek-aspek

pragmatik tertentu tidak perlu harus dikorbankan. (4) Sesungguhnya, di

antara sekian rekomendasi tentang penulisan teks film, Karamitroglou

(1998) mencantumkan kategori mengubah struktur sintaktis. (5) Menurut

pengarang tersebut, karena keterbatasan medium, struktur yang lebih

sederhana dan lebih pendek lebih disukai daripada struktur yang lebih

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 5

kompleks, sepanjang modifikasi tersebut memenuhi keseimbangan antara

sintaksis, pragmatik dan stilistika. (6) Salah satu saran yang diusulkan

untuk kategori ini yang diberikan oleh Karamitroglou adalah mengubah

permintaan tidak langsung menjadi perintah langsung. (7) Apabila

perubahan sintaktis ke arah struktur langsung semacam itu ternyata

banyak dijumpai, sebagaimana diindikasikan oleh korpus penelitian ini,

dan bahkan direkomendasikan, seperti yang diusulkan oleh

Karamitroglou (1998), maka kita mungkin dapat menyampaikan

pertanyaan berikut: Mengingat teks film secara umum cenderung

langsung dan kasar, risiko-risiko apa yang mengurangi atau merusak

kreasi artistik aslinya?”

Contoh di atas memperlihatkan bahwa di dalam paragraf yang ringkas tersebut

ditemukan cukup banyak pemakaian bentuk lingual pembentengan, baik yang

leksikal maupun yang non-leksikal. Beberapa di antaranya berupa nomina epistemis

(suggestion), verba bantu modal epistemis (may, would dan might), verba leksikal

modal epistemis (claim, think, indicate, propose dan posit), konstruksi impersonal (It

would be naïve to think that, the corpus for this study indicates that), konstruksi

interogatif (With subtitles (…), what are the risks (…)?), konstruksi kondisional (If in

fact (…), one might posit the following question: (…)) dan konstruksi pasif (would

not have to be sacrificed dan are prefered).

Dapat diamati dari contoh di atas bahwa di dalam hampir semua kalimat dalam

paragraf di atas ditemukan bentuk-bentuk lingual pembentengan. Dalam kalimat (2),

verba leksikal claim digunakan untuk menjauhkan penulis artikel dari tanggung

jawab atas kebenaran pernyataan subtitles merely serve as a guide to what is going on

in the original language; tanggung jawab sebaliknya seolah dibebankan kepada

subjek kalimatnya yang disitat oleh penulis artikel, yaitu Hatim and Mason. Dalam

kalimat yang sama, dalam klausa bebas yang kedua ditemukan verba bantu may yang

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 6

mengungkapkan kehati-hatian penulis artikel dalam menyampaikan informasi yang

terkandung dalam klausa tersebut.

Kalimat (3) memperlihatkan pemakaian bentuk pembentengan yang lebih rumit.

Ungkapan it would be naive to think dapat dianggap mencakup tiga bentuk sekaligus:

bentuk pertama adalah verba bantu would yang menunjukkan bahwa proposisi yang

terdapat dalam klausa terikat that certain pragmatic aspects of the dialogue would not

have to be sacrificed bersifat hipotetis; bentuk kedua adalah verba leksikal epistemis

think yang mengungkapkan bahwa proposisi dalam klausa terikat tersebut berstatus

tentatif dan subjektif; dan bentuk terakhir adalah bentuk konstruksi impersonal it

would be naive yang dalam hal ini digunakan untuk menurunkan tingkat komitmen

penulis artikel terhadap kebenaran proposisi yang terkandung dalam klausa terikat

yang telah disebut di atas. Selanjutnya, masih dalam kalimat yang sama, proposisi

yang terdapat dalam klausa terikat tersebut dibentengi oleh dua bentuk sekaligus:

bentuk pertama adalah verba bantu would yang memiliki fungsi yang sama dengan

would dalam klausa utama it would be naive to think; bentuk kedua adalah konstruksi

pasif be sacrificed yang fungsinya tidak jauh berbeda dengan konstruksi impersonal it

would be naive, yaitu untuk menjauhkan penulis artikel dari tanggung jawab atas

kebenaran proposisi yang terkandung dalam klausa terikat tersebut.

Hal serupa berlaku untuk bentuk pasif are preferred yang ditemukan dalam

kalimat (5). Selanjutnya, dalam kalimat (6) ditemukan dua bentuk pembentengan

yaitu, verba leksikal epistemis proposed yang secara sintaktis berfungsi sebagai

modifikator dan nomina epistemis suggestion. Kedua bentuk ini mengungkapkan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 7

bahwa penulis artikel tidak ingin berkomitmen terhadap kebenaran proposisi yang

dikemukakan oleh Karamitroglou yang telah dikutip sebelumnya. Artinya, proposisi

yang dikemukakan oleh Karamitroglou tersebut masih terbuka kebenarannya:

proposisi tersebut mungkin benar, mungkin juga keliru.

Akhirnya, paragraf contoh di atas diakhiri dengan kalimat (7) yang sangat rumit

apabila dilihat dari segi pemakaian bentuk pembentengan. Tidak kurang dari enam

bentuk lingual digunakan untuk membentengi kalimat tersebut. Bentuk pertama

adalah konstruksi kondisional riil yang diawali dengan konjungsi if. Konstruksi

kondisional di sini digunakan untuk mengungkapkan bahwa informasi yang

terkandung di dalamnya masih terbuka kebenarannya. Dengan menggunakan

konstruksi kondisional, penulis artikel ingin berdialog dengan pembaca: klaim yang

disampaikan oleh penulis hanyalah sekedar satu kemungkinan yang dapat diterima

atau ditolak oleh pembaca. Bentuk pembetengan selanjutnya adalah konstruksi

impersonal dalam bentuk personifikasi the corpus for this study indicates. Konstruksi

ini berfungsi untuk mengalihkan tanggung jawab atas proposisi yang terkandung

dalam this type of syntactic alteration toward more directness is commonplace pada

subjek klausa, yaitu the corpus of the study, bukan penulis artikel. Apabila kelak

terbukti bahwa pernyataan itu tidak benar, maka penulis dapat menghindar dari

tanggung jawab: korpus penelitiannyalah yang keliru, bukan penelitinya. Hal yang

sama berlaku untuk verba propose dalam klausa as Karamitroglou (1998) proposes,

di mana tanggung jawab dibebankan kepada Karamitroglou. Bentuk pembentengan

keempat dalam kalimat ini adalah verba bantu modal might yang menyatakan

kemungkinan. Penulis artikel di sini beranggapan bahwa pengajuan pertanyaan yang

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 8

disebutkan pada akhir kalimat masih merupakan kemungkinan. Oleh sebab itu,

pengajuan pertanyaan ini masih bersifat tentatif. Yang lebih menarik lagi adalah

pemakaian verba modal posit setelah might. Penulis sebenarnya dapat saja

menggunakan verba ask sebagai ganti dari posit. Namun, penulis artikel agaknya

ingin menekankan tentatifitas pertanyaan dengan memilih verba posit yang hampir

sama maknanya dengan suggest. Dengan demikian, pertanyaan yang diajukan

hanyalah merupakan saran yang sudah barang tentu boleh diterima, boleh juga tidak.

Bentuk terakhir adalah pertanyaan itu sendiri, yang disampaikan dalam bentuk

interogatif: With subtitles showing a general trend toward more directness or

abruptness, what are the risks of undermining or compromising the original artistic

creation? Pertanyaan semacam ini dapat dianggap sebagai bentuk pembentengan

karena pertanyaan dapat ditafsirkan sebagai upaya penulis artikel untuk melibatkan

pembaca dalam proses deduksi dan argumentasi. Dalam hal ini pertanyaan tersebut

mengindikasikan bahwa jawaban-jawaban penulis artikel atas pertanyaan tersebut,

yang memang diberikan dalam paragraf setelahnya, dapat dianggap masih bersifat

tentatif dan oleh karenanya kebenarannya pun masih terbuka.

Tidak dapat dipungkiri bahwa meskipun terkadang dianggap tidak berguna dan

dipandang sebelah mata, peranti pembentengan seperti tersebut di atas terbukti

memiliki peran penting dalam komunikasi pada umumnya, baik lisan maupun tulis.

Skelton (1988a: 38) mengemukakan bahwa “[w]ithout hedging, the world is purely

propositional, a rigid (and rather dull) place where things either are the case or are

not. With a hedging system, language is rendered more flexible and the world more

subtle” ‘tanpa pembentengan, dunia hanya berisi proposisi, sebuah tempat yang kaku

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 9

(dan agak membosankan) di mana hal-hal benar adanya atau tidak. Dengan sistem

pembentengan, bahasa dibuat menjadi lebih fleksibel dan dunia pun menjadi lebih

lembut.’ Dengan kata lain, menurut Skelton (ibid.), “[l]anguage without hedging is

language without life” ‘bahasa tanpa pembentengan adalah bahasa tanpa kehidupan’.

Lebih lanjut, Prince, Frader & Bosk (1982: 96) berpendapat bahwa pemakaian peranti

pembentengan dalam percakapan antardokter anak di Unit Gawat Darurat anak-anak

memperlihatkan keteraturan ilmiah dalam presentasi mereka mengenai pengetahuan.

Dalam karya tulis ilmiah pun pembentengan banyak ditemukan dan memegang

peranan sangat penting (Crismore dan Farnsworth, 1990; Hyland, 1996ab, 1998;

Myers, 1989; Salager-Meyer, 1994; Swales, 1990; Varttala, 2001). Menurut Hyland

(1996b: 433), “[h]edging is the expression of tentativeness and possibility and it is

central in academic writing where the need to present unproven propositions with

caution and precision is essential” ‘pembentengan merupakan ungkapan tentatifitas

dan kemungkinan dan berperan sangat penting dalam karya tulis akademis di mana

kebutuhan untuk menyajikan proposisi yang belum terbukti kebenarannya dengan

hati-hati dan presisi sangat penting artinya’. Adapun Crismore dan Farnsworth (1990:

135) berpendapat bahwa “hedging is the mark of a professional scientist, one who

acknowledges the caution with which he or she does science and writes on science”

‘pembentengan merupakan tanda seorang ilmuwan yang profesional, seseorang yang

mengakui kehatian-hatian yang digunakannya dalam melakukan sains dan menulis

tentang sains’. Di samping untuk menandai profesionalisme seorang ilmuwan,

pembentengan juga dapat dimanfaatkan untuk mengungkapkan “honesty, modesty

and proper caution in self-reports and for diplomatically creating space in areas

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 10

heavily populated by other researchers” (Swales, 1990: 175) ‘kejujuran, kerendahan

hati dan kehati-hatian yang semestinya dalam laporan sendiri, maupun untuk

menciptakan secara diplomatis ruang penelitian di wilayah-wilayah yang sudah padat

dihuni oleh peneliti-peneliti lain’.

Salah satu peran terpenting dari pembentengan barangkali adalah sebagai

penanda knowledge claim atau klaim pengetahuan, yang oleh Gilbert (1976: 282)

didefinisikan secara ringkas sebagai “[t]he statement of a research finding”

‘pernyataan tentang hasil penelitian’. Dalam hal ini, Myers (1989: 13) berargumentasi

bahwa “a sentence that looks like a claim but has no hedging is probably not a

statement of new knowledge” ‘sebuah kalimat yang kelihatan seperti sebuah klaim

tetapi tidak ada penanda pembentengan di dalamnya barangkali bukan sebuah

pernyataan pengetahuan baru’. Di samping itu, Hyland (1998: 245) menyatakan

bahwa sebagai peranti pengungkap pembentengan, “hedges are among the main

pragmatic features which shape the research article as the principle vehicle for new

knowledge and which distinguish it from other forms of academic discourse” ‘bentuk-

bentuk pembentengan merupakan salah satu ciri pokok pragmatik yang membentuk

artikel penelitian sebagai wahana utama untuk pengetahuan baru dan yang

membedakannya dengan bentuk-bentuk lain wacana akademis’. Dengan kata lain,

pembentengan memiliki peran sangat penting dalam produksi pengetahuan ilmiah.

Pembentengan mengacu pada strategi komunikasi yang direalisasikan oleh

berbagai peranti kebahasaan yang dipergunakan untuk mengungkapkan tentatifitas,

ketidakpastian, atau kadar komitmen atau tanggung jawab penutur terhadap

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 11

kebenaran proposisi yang dikemukakannya. Artinya, penutur tidak sepenuhnya

mengungkapkan komitmen atau tanggung jawab terhadap apa yang disampaikannya.

Pembentengan, pada hakikatnya, berkaitan dengan penilaian penutur atau penulis

terhadap penyataan-pernyataan yang disampaikannya dan pengaruh pernyataan itu

terhadap pendengar atau pembaca (Hyland, 1998).

Bentuk-bentuk kebahasaan pengungkap pembentengan dalam bahasa Inggris

pada umumnya disebut hedges atau benteng, yang konsep awalnya diperkenalkan

oleh George Lakoff (1973: 471) sebagai “words whose job is to make things fuzzier

or less fuzzy” ‘kata-kata yang tugasnya adalah membuat sesuatu lebih kabur atau

berkurang kekaburannya’. Mengingat penilaian terhadap kebenaran dan ketidak-

benaran, kepastian dan keraguan, dan kemungkinan dan ketidakmungkinan berperan

sangat penting dalam kehidupan kita, maka tidak mengherankan bila kita temukan

banyak sekali bentuk kebahasaan pengungkap pembentengan, baik yang leksikal

maupun yang non-leksikal. Menurut Brown dan Levinson (1987: 146), secara

semantis, potensi pengungkap pembentengan itu tidak terbatas jumlah bentuk

lahirnya.

Kendatipun telah banyak penelitian dilakukan untuk mengkaji pembentengan,

terutama dalam bahasa Inggris, belum ditemukan adanya kesepakatan tentang bentuk-

bentuk apa saja yang dapat dikategorisasikan sebagai pengungkap pembentengan.

Bagi sebagian peneliti (misalnya, Crompton, 1997; Hyland, 1994, 1998; Myers, 1989;

Salager-Meyer, 1994, 1997; Skelton, 1988b; Varttala, 1999, 2001), bentuk-bentuk

lingual pembentengan mencakup:

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 12

1. Verba bantu modal epistemis:

(2) It may be that consolidation and retrenchment strategies will play a more important role during such periods. (EE01D)

“Barangkali strategi konsolidasi dan pengurangan akan memiliki peran

lebih penting dalam periode-periode seperti itu.”

(3) It would seem that physicians were responding judiciously in integrating the published evidence into their practices. (KE02D)

“Tampaknya para dokter merespons secara bijaksana dalam menginte-

grasikan bukti yang telah dipublikasikan itu ke dalam praktek mereka.”

2. Verba leksikal epistemis:

(4) In contrast, Bardovi-Harlig and Mahan-Taylor (2003) argue that the best way to teach pragmatics is through awareness activities at the beginning of chapters (…). (HE05I)

“Sebaliknya, Bardovi-Harlig dan Mahan-Taylor (2003) berargumentasi

bahwa cara terbaik untuk mengajarkan pragmatik adalah melalui latihan-

latihan kesadaran pada permulaan bab-bab (…).”

(5) These results indicate that fathers are more important for the transmission of the German identity, while mothers appear to transmit the home identity more strongly. (EE14R)

“Hasil-hasil ini mengindikasikan bahwa ayah lebih penting bagi transmisi

identitas Jerman, sedang ibu tampaknya mentransmisikan identitas rumah

secara lebih kuat.”

3. Verba kopulatif selain be:

(6) Thus, PYE appears to play some role in iron homeostasis under iron-sufficient conditions. (ME11D)

“Dengan demikian, PYE tampaknya memiliki peran dalam homeostasis

zat besi dalam kondisi zat besi mencukupi.”

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 13

(7) But it seems quite likely that many households around the world share such experiences and family lore about dialects and marriage. (HE08I)

“Akan tetapi, mungkin sekali kelihatannya bahwa banyak rumah tangga di

seluruh dunia sama-sama memiliki pengalaman dan pengetahuan

keluarga seperti itu tentang dialek dan pernikahan.”

4. Adverbia, ajektiva dan nomina epistemis:

(8) Perhaps the most significant changes in the field of politeness have been triggered by the proponents of the discursive approach (Eelen 2001; Mills 2003; Watts 2003, 2008; Locher and Watts 2005) (…). (HE02I)

“Barangkali perubahan paling penting dalam bidang kesopanan telah

dipicu oleh para pendukung pendekatan diskursif (Eelen 2001; Mills

2003; Watts 2003, 2008; Locher and Watts 2005) (…).”

(9) Thus, auditors are likely to be more cautious (…). (EE09I)

“Dengan demikian, para auditor mungkin akan lebih berhati-hati (…).”

(10) The argument that individuals possess or display oppositional identities has been an important theme in attempting to explain racial differences in school performance in the US (…). (EE15D)

“Argumentasi bahwa individu memiliki atau memperlihatkan identitas

yang bertentangan telah menjadi tema penting dalam upaya untuk

menjelaskan perbedaan-perbedaan rasial dalam prestasi sekolah di A.S.

(...).”

Di samping kategori-kategori yang telah cukup banyak disepakati oleh para

peneliti di atas, kategori-kategori lain pengungkap pembentengan meliputi kontruksi

pasif tanpa agen (misalnya, Hyland, 1998; Lachowicz, 1981; Zuck dan Zuck, 1985),

satuan-satuan lingual yang menyatakan vagueness atau kekaburan dan imprecision

atau ketidaktepatan (misalnya, Dubois, 1987; Channell, 1994, 1999), konstruksi

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 14

impersonal (Holmes, 1982, 1988; Hyland, 1996a, 1998), bentuk pengandaian dan

pertanyaan (Hyland, 1994, 1998).

Mengingat banyaknya ditemukan fenomena pembentengan, banyak bukan

hanya dalam arti jumlah pemakaiannya, melainkan juga dalam arti beragam bentuk

dan fungsinya, dan pentingnya strategi pembentengan dalam penyampaian klaim

khususnya dan dalam penulisan karya tulis ilmiah pada umumnya serta belum adanya

kesepakatan tentang bentuk-bentuk umum pengungkap pembentengan, maka strategi

pembentengan yang direalisasikan oleh berbagai peranti pembentengan itu perlu

dikaji secara lebih mendalam bukan hanya untuk mengindentifkasi serta

mengkategorisasikan bentuk-bentuk lingual yang dapat digunakan untuk

mengungkapkannya, melainkan juga untuk memahami fungsi-fungsi pemakaiannya

dan yang lebih penting lagi untuk memahami motivasi yang melandasi pemakaian

strategi tersebut dalam karya tulis ilmiah dalam bahasa Inggris serta perannya dalam

pengembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini ditelaah ciri-

ciri formal maupun fungsional pembentengan dalam karya tulis ilmiah dalam bahasa

Inggris serta variasi pemakaiannya baik dalam berbagai bidang ilmu maupun dalam

bagian-bagian artikel penelitian ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah

Di atas telah disebutkan bahwa secara umum penelitian ini mencoba

mempelajari ciri-ciri formal maupun fungsional pembentengan yang digunakan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 15

dalam karya tulis ilmiah dalam bahasa Inggris. Secara lebih khusus, penelitian ini

mencoba menjawab pertanyaan-tanyaan berikut:

1. Bentuk-bentuk lingual apakah yang digunakan untuk mengungkapkan strategi

pembentengan dalam artikel penelitian ilmiah dalam bahasa Inggris, dan

bagaimanakah bentuk-bentuk tersebut dapat dikategorisasikan, dideskripsikan

dan dijelaskan? Bentuk-bentuk apa sajakah yang paling sering digunakan? Dari

segi bentuknya apa ciri khas pembentengan dalam artikel penelitian ilmiah

dalam bahasa Inggris?

2. Adakah perbedaan pemakaian strategi pembentengan dalam berbagai bidang

keilmuan? Faktor-faktor apakah yang menyebabkan perbedaan pemakaian

strategi tersebut?

3. Artikel penelitian ilmiah pada umumnya terbagi secara retoris menjadi empat

bagian: Introduction (I) atau Pendahuluan, Method (M) atau Metode, Results (R)

atau Hasil, dan Discussion (D) atau Pembahasan. Bagaimanakah perbedaan

pemakaian strategi pembentengan di dalam keempat bagian artikel penelitian

ilmiah seperti tersebut di atas dalam bahasa Inggris? Faktor-faktor apakah yang

menyebabkan variasi pemakaian strategi tersebut?

4. Fungsi-fungsi pemakaian strategi pembentengan apa saja yang digunakan dalam

artikel penelitian ilmiah dalam bahasa Inggris, dan bagaimanakah fungsi-fungsi

tersebut dapat diklasifikasikan, dideskripsikan dan dijelaskan? Motivasi apa

yang melandasi pemakaian pembentengan dalam karya tulis yang demikian itu?

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 16

1.3 Tujuan Penelitian

Sebagaimana disebutkan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji

strategi pembentengan yang dipergunakan dalam artikel penelitian ilmiah dalam

bahasa Inggris. Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut di atas, secara lebih

khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. menginventarisasikan, mengklasifikasikan, mendeskripsikan dan menjelaskan

berbagai bentuk lingual pengungkap strategi pembentengan yang digunakan

dalam artikel penelitian ilmiah dalam bahasa Inggris, dan menunjukkan bentuk-

bentuk yang paling sering dipakai dan kekhasan bentuk yang menjadi ciri

pembentengan dalam artikel penelitian ilmiah;

2. mendeskripsikan dan menjelaskan kemungkinan adanya perbedaan pemakaian

startegi pembentengan dalam bidang ekonomi, linguistik, kedokteran, MIPA

dan teknik dan faktor-faktor penyebabnya;

3. mendeskripsikan dan menjelaskan perbedaan pemakaian strategi pembentengan

dalam keempat bagian dari artikel penelitian ilmiah dalam bahasa Inggris serta

faktor-faktor penyebabnya.

4. mengidentifikasikan, mengklasifikasikan, mendeskripsikan dan menjelaskan

fungsi-fungsi dan motivasi-motivasi yang melandasi pemakaian strategi

pembentengan dalam artikel penelitian ilmiah dalam bahasa Inggris.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 17

1.4 Lingkup Penelitian

Dalam karya tulis ilmiah, pembentengan berkaitan erat dengan sikap penulis

terhadap kebenaran pernyataan yang disampaikannya serta pengaruhnya pada

pembaca. Namun demikian, sebagaimana telah disebutkan di atas, penelitian ini

menyoroti pembentengan dari segi bentuk dan fungsinya. Oleh sebab itu, di dalam

penelitian ini tidak ada upaya untuk menelaah pengaruh pembentengan terhadap

pembaca (lihat, mis., Crismore & Vande Kopple, 1988; Crismore & Vande Kopple,

1997ab; Vande Kopple & Crismore, 1990). Tidak ada upaya pula dalam penelitian ini

untuk mengkaji bagaimana pembaca dan penulis artikel mengidentifikasi bentuk-

bentuk lingual pembentengan yang digunakan oleh penulis artikel dalam artikel yang

mereka publikasikan (lihat, mis., Lewin, 2005).

Di samping terkait erat dengan sikap penulis, pemakaian pembentengan juga

terkait erat dengan pembaca dalam suatu konteks komunikasi. Dengan kata lain,

pembentengan digunakan dalam suatu konteks interaksi yang melibatkan penulis dan

pembaca. Oleh karena itu, penelitian tentang pembentengan ini berorientasi lebih

pada bidang pragmatik daripada bidang-bidang yang lain seperti, misalnya, semantik,

sosiolinguistik atau filsafat bahasa. Analisis pragmatik, oleh karenanya, menduduki

prioritas utama, khususnya untuk mengidentifikasi, mengelompokkan dan

menjelaskan berbagai fungsi dan motivasi yang melandasi pemakaian strategi

pembentengan dalam karya tulis ilmiah dalam bahasa Inggris.

Di samping itu, karena kaitan eratnya dengan sikap penulis terhadap proposisi

yang disampaikannya, pembentengan juga menempatkan modalitas epistemik pada

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 18

posisi penting. Hal ini, pada gilirannya, mengarahkan pemakaian analisis semantik

dalam penelitian ini. Dengan kata lain, analisis terhadap berbagai bentuk kebahasaan

pengungkap pembentengan yang berkaitan dengan modalitas epistemik akan

dilakukan secara semantis maupun pragmatis. Akhirnya, di samping dapat

diungkapkan melalui bentuk-bentuk leksikal, pembentengan juga dapat diungkapkan

melalui pemakaian bentuk-bentuk gramatikal. Oleh karena itu, analisis sintaktis juga

akan dilakukan untuk mengidentikasikan pembentengan yang diungkapkan melalui

pemakaian bentuk-bentuk gramatikal.

Mengingat karya tulis ilmiah dapat memiliki berbagai bentuk seperti, misalnya,

laporan penelitian, makalah ilmiah, artikel penelitian ilmiah, buku teks, tesis, dan

disertasi (bdk., Hyland, 2006), maka untuk membatasi lingkup kajian, penelitian ini

hanya menyoroti salah satu bentuk karya tulis ilmiah tersebut, yaitu artikel penelitian

ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah international dalam bahasa Inggris. Lebih

lanjut, sebagaimana telah disebutkan dalam tujuan penelitian di atas, untuk

memperoleh informasi tentang ada-tidaknya variasi antarbidang ilmu dalam hal

pemakaian pembentengan, penelitian ini mengkaji secara lebih khusus lagi

pembentengan yang digunakan dalam artikel penelitian ilmiah dalam lima bidang

ilmu, yaitu bidang ekonomi dan linguistik yang mewakili klaster sosial-humaniora,

bidang kedokteran yang mewakili klaster kesehatan, dan bidang MIPA dan teknik

yang mewakili klaster sains dan teknik.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 19

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memerikan berbagai bentuk lingual yang

digunakan untuk merealisasikan strategi pembentengan serta fungsi-fungsi wacana

yang dapat ditafsirkan dari pemakaian bentuk-bentuk tersebut dalam artikel penelitian

ilmiah dalam bahasa Inggris. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

pengembangan ilmu pengetahuan, pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris

terutama dalam hal pemakaian pembentengan, dan praktek penggunaan

pembentengan dalam karya tulis ilmiah pada umumnya dan khususnya artikel

penelitian ilmiah dalam bahasa Inggris.

Secara teoretis, kajian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi

pengembangan bidang pragmatik dan sosiolinguistik, sebagaimana yang ditekankan

oleh Holmes (1984: 364) berikut:

“Identifying and describing the linguistic devices which may be used to

modify illocutionary force constitutes a rich field for those interested in

pragmatics. And for the sociolinguist there is the challenge of

investigating the differential use made of such pragmatic resources by

different categories of speakers, to different addressees, in different social

contexts.”

‘Mengidentifikasi dan mendeskripsikan peranti kebahasaan yang mungkin digunakan untuk memodifikasi daya ilokusi merupakan sebuah bidang yang kaya bagi mereka yang tertarik dalam bidang pragmatik. Dan bagi sosiolinguis ada tantangan untuk mengkaji beragam pemakaian sumber daya pragmatik yang demikian itu oleh beragam penutur, kepada beragam mitra tutur, dalam beragam konteks.’

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 20

Model pembentengan yang diusulkan dalam penelitian ini juga diharapkan

dapat memberikan manfaat dalam penelitian-penelitian lanjutan tentang

pembentengan dalam karya ilmiah baik yang ditulis oleh penutur asli bahasa Inggris

maupun non-penutur asli.

Di samping itu, kendatipun penelitian tentang pembentengan, baik secara

konseptual maupun empiris, telah banyak dilakukan, namun sebagian besar dilakukan

terhadap bahasa Inggris. Belum banyak ditemukan penelitian tentang pembentengan

dalam bahasa-bahasa lain. Di antara yang sedikit tersebut adalah penelitian tentang

pembentengan oleh Clyne (1991), Kreutz (1997) dan Kreutz dan Harres (1997) dalam

artikel berbahasa Jerman, Luukka & Markkanen (1997) dalam artikel berbahasa

Finlandia, Namsaraev (1997) dalam artikel berbahasa Rusia, Vassileva (1997, 2001)

dalam artikel berbahasa Bulgaria, dan Djunaidi (2002), Safnil (2003) dan Sanjaya

(2013) dalam artikel berbahasa Indonesia. Mengingat masih sangat terbatasnya

penelitian tentang pembentengan, khususnya, dalam bahasa Indonesia, maka hasil

penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan dorongan untuk

dilakukannya penelitian-penelitian lanjutan tentang pembentengan dalam bahasa-

bahasa lain, khususnya bahasa Indonesia.

Akhirnya, penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan manfaat dalam

bidang linguistik terapan pada umumnya dan bidang pengajaran bahasa Inggris

sebagai bahasa asing khususnya. Pengetahuan yang lebih luas dan pemahaman yang

lebih baik sudah barang tentu akan bermanfaat bagi penyusunan bahan ajar yang

dibuat berdasarkan keputusan yang cerdas, dan oleh karenanya, diharapkan dapat

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 21

membantu para ilmuwan-peneliti Indonesia untuk dapat menulis artikel ilmiah dalam

bahasa Inggris berstandar Internasional sehingga mereka tidak lagi menjadi peneliti

pinggiran (Canagarajah, 1996), melainkan menjadi anggota yang secara aktif

memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan, dan oleh karenanya

juga membawa dampak pada visibilitas ilmuwan Indonesia di mata dunia

Internasional serta sekaligus pada kemajuan profesi, reputasi dan kesejahteraan

pribadi ilmuwan Indonesia.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian deskriptif komparatif

(Schreiber & Asner-Self, 2011), terutama karena penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan dan menjelaskan secara objektif fenomena pembentengan yang

ditemukan dalam artikel penelitian ilmiah dalam bahasa Inggris, dan selanjutnya

perbandingan dilakukan terhadap pemakaian pembentengan tersebut dalam lima

bidang ilmu yang diteliti. Untuk mencapai tujuan ini, baik metode analisis kuantitatif

maupun kualitatif digunakan untuk memerikan dan menjelaskan segala bentuk dan

fungsi pembentengan yang ditemukan dalam artikel penelitian ilmiah dalam bahasa

Inggris. Metode kuantitatif di sini penting peranannya untuk memperoleh hasil yang

dapat digeneralisasikan (Biber & Jones, 2009), dan diterapkan untuk menelaah

bentuk-bentuk lingual pembentengan dan untuk mendeteksi frekuensi maupun

distribusi pemakaiannya dalam lima bidang yang diteliti maupun dalam empat bagian

artikel penelitian. Adapun metode kualitatif diperlukan dalam penelitian ini terutama

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 22

untuk menggali lebih dalam informasi mengenai fungsi-fungsi serta motivasi

pemakaian pembentengan dalam artikel penelitian ilmiah secara umum. Berikut ini

akan dibeberkan secara berturut-turut korpus yang digunakan dalam penelitian ini,

metode penyediaan data dan metode analisis data.

1.6.1 Korpus Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya dapat dikategorikan sebagai penelitian berbasis

korpus (bdk., Lee, 2008). Kajian dengan bantuan komputer berdasarkan korpus

dengan ukuran yang cukup besar ini dilakukan dengan prinsip bahwa semakin banyak

bahan penelitian yang digunakan sebagai dasar analisis, maka semakin aman pula

kesimpulan yang dapat diambil dan hasilnya pun semakin dapat digeneralisasikan

(Ädel, 2006). Di samping itu, sebagaimana ditegaskan oleh Hyland (1998: 94),

analisis terhadap korpus yang cukup besar ukurannya dapat mengidentifikasi ciri-ciri

paling umum sistem linguistik yang kita gunakan dengan pengertian bahwa frekuensi

dipahami sebagai ukuran signifikansi. Adapun korpus dalam penelitian ini dipahami

sebagai “a collection of texts or parts of texts upon which some general linguistic

analysis can be conducted” (Meyer, 2004: xi) ‘sekumpulan teks atau bagian dari teks

yang dapat diteliti dengan suatu analisis linguistik umum’.

Untuk mencapai tujuan penelitian sebagaimana dikemukakan di atas, data

dalam penelitian ini diperoleh dari korpus yang terdiri dari 75 artikel penelitian

ilmiah dalam bahasa Inggris dalam bidang ekonomi, linguistik, kedokteran, MIPA

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 23

dan teknik yang ditulis oleh penutur asli bahasa Inggris dan diterbitkan dalam

berbagai jurnal ilmiah internasional. Motivasi utama yang melandasi pemilihan

bidang ekonomi, linguistik, kedokteran, MIPA dan teknik tersebut adalah upaya

untuk memperoleh informasi mengenai ada-tidaknya variasi pemakaian

pembentengan dalam kelima bidang tersebut dengan pertimbangan bahwa sementara

bidang ekonomi dan linguistik dapat dianggap mewakili soft science atau sains lunak,

bidang MIPA dan teknik mewakili hard science atau sains keras, sedangkan bidang

kedokteran mewakili sains kesehatan.

Adapun identitas penulis-penutur asli bahasa Inggris dalam penelitian ini

ditentukan berdasarkan pada nama penulis dan afiliasi institusi tempat penulis

tersebut bekerja. Dalam hal artikel yang ditulis oleh lebih dari satu penulis, penentuan

dilakukan berdasarkan nama dan afiliasi institusi penulis utama (pertama). Kriteria ini

memungkinkan dipilihnya penutur asli yang bekerja di Amerika Serikat, Australia,

Britania Raya, Kanada dan negara-negara yang mempergunakan bahasa Inggris

sebagai bahasa ibu. Selanjutnya, untuk memudahkan penyebutan, korpus penelitian

ini diberi nama KARPING, yang merupakan kependekan dari Korpus Artikel

Penelitian dalam bahasa Inggris.

Dalam penelitian ini, mengikuti Swales (1990: 93), yang dimaksud dengan

artikel penelitian atau research article (sering disingkat RA) adalah

“a written text (although often containing non-verbal elements), usually

limited to a few thousand words, that reports on some investigation

carried out by its author or authors. In addition the RA will usually relate

the findings within it to those of others, and may also examine issues of

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 24

theory and/or methodology. It is to appear or has appeared in a research

journal or, less typically, in an edited book-length collection of papers.”

‘sebuah teks tertulis (meskipun kadang-kadang mengandung unsur non-verbal), biasanya terbatas pada beberapa ribu kata, yang melaporkan penelitian yang dilakukan oleh penulis atau para penulisnya. Di samping itu, artikel penelitian biasanya akan mengkaitkan temuan-temuan di dalamnya dengan temuan-temuan penelitian terdahulu, dan mungkin juga menelaah persoalan-persoalan teoretis dan/atau metodologis. Artikel penelitian akan diterbitkan atau telah diterbitkan dalam sebuah jurnal penelitian atau, meskipun agak jarang, dalam sebuah buku suntingan yang berisi sekumpulan artikel.’

Artikel penelitian ilmiah dipilih sebagai sumber data penelitian ini karena dua alasan

berikut. Pertama, dari sisi kuantitas, artikel penelitian ilmiah telah menjelma menjadi

genre raksasa atau “gargantuan genre” (Swales, 1990: 95). Genre disini dipahami

sebagai “a class of communicative events, the members of which share some set of

communicative purposes” (ibid.: 58) ‘satu kelas peristiwa komunikatif, yang anggota-

anggotanya memiliki kesamaan tujuan komunikatif’. Swales (ibid.: 95)

memperkirakan lebih dari lima juta artikel diterbitkan setiap tahun. Sekarang ini

jumlah tersebut dapat diperkirakan berkali-kali lipat mengingat suatu penelitian

belum dapat dianggap lengkap sebelum diterbitkan dan dapat diakses oleh

masyarakat ilmiah yang lebih luas dan juga karena publikasi karya ilmiah merupakan

gerbang untuk memperoleh kedudukan, promosi, dana penelitian dan masih banyak

lagi insentif lainnya. Oleh sebab itu, artikel penelitian telah menjadi produk baku

industri yang memproduksi pengetahuan (Knorr-Cetina, 1981).

Kedua, artikel penelitian merupakan unsur pokok dari jurnal ilmiah, dan oleh

karenanya menjadi sarana penting komunikasi antar-ilmuwan, yang bertujuan bukan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 25

hanya untuk penemuan pengetahuan ilmiah dan verifikasinya semata (DeBakey, 1976:

1), melainkan juga demi kemajuan, reputasi dan promosi profesi ilmuwan itu sendiri.

Atau menurut Swales (1983: 189), artikel penelitian merupakan “rites de passage

astride the road to professional advancement and promotion” ‘ritus peralihan di jalan

menuju kemajuan profesional dan promosi’.

Artikel penelitian ilmiah yang dimasukkan ke dalam korpus penelitian ini

ditentukan berdasarkan kriteria berikut: (a) sebuah artikel penelitian ilmiah dipilih

apabila artikel tersebut merupakan artikel primer yang melaporkan hasil penelitian

empiris, bukan artikel teoretis atau pun artikel tinjauan pustaka (review article); (b)

artikel dipilih dari lima bidang keilmuan, yaitu bidang ekonomi, linguistik,

kedokteran, matematika dan ilmu pengetahuan alam, dan teknik; (c) semua artikel

yang dipilih diterbitkan dalam jurnal ilmiah internasional antara tahun 2009-2011.

Selanjutnya, semua jurnal internasional dalam masing-masing bidang ilmu

tersebut di atas dipilih berdasarkan kriteria berikut: (a) jurnal yang dipilih harus

tercantum dalam Science Citation Index Expanded (2010), Social Science Citation

Index (2010) atau Arts and Humanities Citation Index (2010), yang semuanya

dipublikasikan secara daring (online) oleh Thomson Reuters (http://ip-

science.thomson-reuters.com/mjl/); (b) semua jurnal yang dipilih tersedia secara

daring dan dapat diakses dan diunduh dari berbagai pangkalan data journal elektronik

yang dilanggan oleh Perpustakaan Universitas Gadjah Mada seperti, misalnya,

EBSCOhost, IEEE, JSTOR, ProQuest, ScienceDirect, ScienceOnline dan

SpringerLink.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 26

Pemilihan sampel baik untuk jurnal maupun artikel tersebut di atas dilakukan

dengan mengikuti prosedur convenient sampling, di mana anggota dari populasi

target dipilih apabila memenuhi kriteria-kriteria praktis tertentu seperti kedekatan

tempat, ketersediaan waktu, kemudahan akses dan kemauan untuk berpartisipasi

(Dӧrnyei, 2007: 98-99). Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut di atas, dipilih

sebanyak 75 artikel penelitian ilmiah, masing-masing 15 artikel dari kelima bidang

yang diteliti. Ke-75 artikel tersebut diterbitkan dalam jurnal ilmiah internasional yang

terangkum dalam Tabel 1.1 di bawah—Daftar rujukan dari ke-75 artikel penelitian ini

dapat dilihat dalam Lampiran I. Tabel ini memuat informasi mengenai bidang ilmu,

nama jurnal, faktor dampak, rincian jumlah artikel yang dipilih dari masing-masing

jurnal dan jumlah kata. Faktor dampak atau impact factor, menurut Thomson Reuters

(http://wokinfo.com/essays/impact-factor/), adalah angka yang menunjukkan berapa

kali rata-rata artikel-artikel mutakhir yang diterbitkan dalam sebuah jurnal dikutip.

Angka-angka faktor dampak dalam tabel ini diperoleh dari laman muka situs web dari

masing-masing jurnal yang bersangkutan.

Tabel 1.1. Bidang, nama jurnal, faktor dampak, jumlah artikel dan jumlah kata artikel-artikel dalam KARPING

Bidang Nama Jurnal Faktor

Dampak

Jumlah

Artikel

Jumlah

Kata

Ekonomi 15 106.800

British Journal of Management 1,584 3 25.864 Health Economics 2,227 3 15.990 Journal of Accounting Research 2,384 3 19.870 Journal of Cultural Economics 0,758 3 26.739 The Economic Journal 2,336 3 18.337

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 27

Linguistik 15 120.509

Intercultural Pragmatics 0,800 5 40.418 Journal of Sociolinguistics 0,917 3 24.836 Language and Speech 1,040 4 26.703 Language Variation and Change 1,433 3 28.552

Kedokteran 15 57.814

The American Journal of Medicine 5,003 3 7.994

American Journal of Public Health 4,552 3 10.625 British Medical Journal 2,271 3 15.838 The Lancet 45,217 3 10.144 The British Journal of Nutrition 3,453 3 13.213

MIPA 15 75.078

Advanced Functional Materials 11,800 3 12.623 Applied Physics A 1,704 3 7.473

The Canadian Journal of Chemical Engineering

1,231 3 12.127

Plant Cell 10,529 3 27.339

Proceedings of the National Academy of Sciences

9,674 3 15.516

Teknik 15 83.541

ACI Materials Journal 1,123 3 16.476 ACI Structural Journal 1,089 3 14.384 Advanced Engineering Materials 1,750 1 6.299

International Journal of Pavement Engineering

0,706 4 22.519

Journal of Interior Design 0,000 2 12.791

Macromolecular Materials and Engineering

2,781 2 11.072

Total 75 443.742

Tabel di atas memperlihatkan bahwa secara keseluruhan KARPING terdiri dari

443.742 kata. Namun demikian, perlu dicatat bahwa jumlah tersebut tidak mencakup

jumlah kata dalam intisari dari masing-masing artikel. Intisari artikel tidak ikut

dihitung jumlah katanya karena intisari tidak dianggap sebagai bagian integral dari

artikel penelitian, melainkan sebagai genre mandiri (Gillaerts & Van de Velde, 2010;

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 28

Lorés, 2004) yang merupakan saringan dari artikel penelitian (Bhatia, 1993), atau

“stand-alone mini-texts” (Huckin, 2001: 93; penekanan asli) ‘teks pendek yang

mandiri’. Di samping itu, berbagai keterangan yang menyertai diagram, gambar atau

tabel juga tidak ikut serta dihitung, termasuk rumus-rumus. Dengan demikian, jumlah

total kata tersebut diperoleh dari hasil penghitungan running text atau teks yang

terdapat dalam tubuh artikel penelitian.

Selanjutnya, setelah semua soft-file atau berkas komputer dari artikel-artikel

tersebut berhasil diunduh, berkas-berkas tersebut, yang semula berupa berkas dengan

format dokumen portabel dengan ekstensi “.pdf”, dikonversi menjadi plain text,

berkas teks tanpa format dengan ekstensi “.txt”. Hal ini dilakukan karena software

atau peranti lunak yang digunakan, WordSmith Tools Versi 5 (Scott, 2008), hanya

dapat memproses file semacam itu. Ke-15 berkas artikel dalam masing-masing

bidang diberi nomor urut 1 sampai dengan 15 (01-15), sedangkan masing-masing

bidang diberi kode sebagai berikut: EE untuk bidang ekonomi, HE untuk linguistik,

KE untuk kedokteran, ME untuk MIPA dan TE untuk teknik. Dengan demikian, kode

berkas artikel dalam kelima bidang tersebut adalah sebagai berikut: EE01-EE15

untuk bidang ekonomi, HE01-HE15 untuk bidang linguistik, KE01-KE15 untuk

bidang kedokteran, ME01-ME15 untuk bidang MIPA dan TE01-TE15 untuk bidang

teknik.

Kemudian, setiap berkas dalam masing-masing bidang dipecah-pecah menjadi

empat berkas yang berbeda. Pembagian berkas artikel menjadi empat bagian tersebut

didasarkan pada pembagian umum secara retoris artikel empiris-eksperimental

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 29

menjadi empat bagian yaitu bagian Pengantar, Metode, Hasil dan Pembahasan.

Pembagian ini dilakukan untuk memudahkan identifikasi dan pencatatan bentuk-

bentuk pembentengan yang digunakan dalam masing-masing bagian tersebut.

Masing-masing bagian diberi kode I untuk bagian pengantar, M untuk bagian metode,

R untuk bagian Hasil dan D untuk bagian Pembahasan. Masing berkas selanjutnya

diberi nama sesuai dengan kode bidang, nomor berkas dan kode bagian artikelnya.

Sebagai contoh, kode EE01I.txt berarti berkas bagian Pengantar dari artikel pertama

dalam bidang ekonomi; kode EE01M.txt berarti berkas bagian Metode dari artikel

pertama dalam bidang ekonomi, dan seterusnya. Dengan demikian, dengan 15 artikel

untuk masing-masing bidang dan empat bagian untuk masing-masing artikel

diperoleh sebanyak 300 berkas. Berkas-berkas tersebut selanjutnya menjadi bahan

atau sumber data penelitian ini. (Informasi lebih lanjut mengenai kriteria untuk

mengidentifikasi masing-masing bagian dapat dilihat pada Bab III, Bagian 3.3.) Di

samping itu, kode-kode tersebut juga digunakan untuk menandai kalimat, kelompok

kalimat atau paragraf yang diambilkan dari KARPING dan ditampilkan dalam

disertasi ini sebagai contoh. Contoh (1) di atas, misalnya, ditandai dengan kode

HE04D yang dituliskan dalam tanda kurung “()”. Kode ini berarti bahwa contoh

tersebut diambilkan dari bagian Pembahasan dalam artikel nomor 4 dalam bidang

linguistik.

Mengingat artikel penelitian merupakan salah satu jenis teks yang penerbitan

per tahunnya mencapai jutaan jumlahnya, sampel sebanyak 75 artikel dengan jumlah

total 443.742 kata dapat dikatakan sangat kecil. Oleh karena itu, temuan dan

generalisasi yang dihasilkannya pun harus diperlakukan secara hati-hati. Namun

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 30

demikian, menurut Swales (1981: 9), jumlah tersebut “lies somewhere between

accidental exemplification and a justifiable basis from which to propose adequately-

supported generalizations” ‘terletak di antara percontoh yang kebetulan dan dasar

yang dapat dibenarkan untuk mengemukakan generalisasi yang memadai’. Di

samping itu, bila dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu, jumlah

tersebut relatif cukup besar. Sebagai perbandingan, Tabel 1.2 di bawah

memperlihatkan korpus penelitian yang digunakan dalam penelitian-penelitian

terdahulu tentang pembentengan dalam karya tulis ilmiah. (Kecuali disebutkan secara

khusus, semua artikel ditulis dalam bahasa Inggris.)

1.6.2 Metode Penyediaan Data

Dalam penelitian ini, pembentengan didefinisikan sebagai strategi retoris-

komunikatif yang digunakan untuk mengungkapkan bahwa proposisi yang

dikemukakan oleh penulis artikel masih berstatus tentatif dan/atau tidak pasti, atau

penulis artikel tidak ingin berkomitmen secara penuh terhadap isi proposisi yang

disampaikannya (bdk., Hyland, 1998; Myers, 1989). Istilah “pembentengan” di sini

digunakan sebagai padanan dari istilah hedging dalam bahasa Inggris. Istilah ini lebih

dipilih daripada istilah “pemagaran” (lihat, mis., Djunaidi, 2002; Supriyati, 2002),

karena dalam artikel penelitian ilmiah strategi ini cenderung digunakan sebagai

strategi defensif-protektif, bukan sekedar sebagai pembatas sebagaimana

diimplikasikan oleh istilah “pemagaran”. Strategi ini dapat diwujudkan dalam

berbagai bentuk leksikal maupun bentuk sintaktis/gramatikal. Istilah “benteng” dalam

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 31

penelitian adakalanya digunakan untuk mengacu pada bentuk-bentuk lingual

pembentengan, baik yang leksikal atau pun yang non-leksikal. Dalam bahasa Inggris,

kata-kata atau ungkapan seperti believe, may, perhaps, possible, seem, dan

sebagainya, dapat dipakai sebagai peranti untuk merealisasikan strategi tersebut.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan benteng atau bentuk lingual

pembentengan dapat berupa kata (11), frasa (12), klausa (13) atau bahkan kalimat

(14).

Tabel 1.2. Korpus penelitian dalam penelitian-penelitian terdahulu

Peneliti Korpus Bidang Jumlah kata

Falahati (2006) 12 artikel Kedokteran, kimia dan psikologi

25.983

Hyland (1996a; 1998) 26 artikel Biologi molekuler dan sel

75.000

Kreutz & Harres (1997)

12 artikel Tidak disebutkan: 6 bahasa Inggris, 6 bahasa Jerman

Tidak disebutkan

Myers (1989) 60 artikel Genetika molekuler Tidak disebutkan

Salager-Meyer (1994) 15 artikel Kedokteran 25.829

Sanjaya (2013) 104 artikel 26 kimia, 26 linguistik (bahasa Indonesia); 26 kimia, 26 linguistik (bahasa Inggris)

407.848

Skelton (1988b) 40 artikel 20 sains, 20 humaniora

Tidak disebutkan

Varttala (2001) 30 artikel 10 ekonomi, 10 kedokteran, 10 teknologi

175.121

Vassileva (2001) 180 halaman Linguistik: 60 bahasa Bulgaria, 60 bahasa Inggris, 60 bahasa Inggris-Bulgaria

Tidak disebutkan

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 32

(11) It seems fitting to conclude a study on translating advice in subtitles with a few words of advice for the subtitling industry. (HE04D)

“Tampaknya cocok untuk mengambil kesimpulan dari sebuah studi

tentang penerjemahan nasihat dalam subtitle dengan beberapa kata

nasihat bagi industri pembuatan subtitle.”

(12) With the inclusion of such a message, the non-native audience would be

reminded that the written text should not be taken as a literal equivalent of the original dialogue. (HE04D)

“Dengan menyertakan pesan seperti itu, audiens non-penutur asli akan

diingatkan bahwa teks tertulis tersebut tidak seharusnya dianggap

sebagai padanan literal dialog aslinya.”

(13) (…) while providing a guide might be the most subtitle translators can aspire to achieve, it is possible that the expectations of movie viewers do not coincide. (HE04D)

“(…) sementara memberikan panduan barangkali merupakan capaian

yang paling banyak dapat diperoleh oleh penerjemah subtitle, ada

kemungkinan bahwa harapan para penonton film tidak sama.”

(14) But why is it also the most important category of all for the Turkish

data? (HE01D)

“Tetapi mengapa hal itu juga merupakan kategori terpenting untuk data

Turki.”

Data dalam penelitian ini ditentukan minimal berupa kalimat yang diduga

mengandung ungkapan pembentengan di dalamnya. Yang dimaksud dengan data

dalam penelitian ini adalah “objek plus segmen atau plus potongan atau unsur sisanya.

Unsur sisa atau potongan sisa yang segmental itu dapat disebut KONTEKS (context).

Dengan demikian, data (D) sebenarnya adalah objek penelitian (Op) plus konteksnya

(K). D = Op + K” (Sudaryanto, 1990: 14). Adapun kalimat di sini dipahami sebagai

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 33

“satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran

yang utuh. (…) Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf

kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!);

sementara itu di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik

dua (:), tanda pisah (—), dan spasi” (Alwi dkk., 1993: 349).

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara manual maupun

dengan bantuan komputer. Metode yang digunakan untuk penyediaan data secara

manual adalah metode simak (Sudaryanto, 1993) atau metode non-participant

observation (Crowley, 2007). Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut. Pertama-

tama, sebanyak lima atau sepertiga dari jumlah artikel dalam masing-masing bidang

dipilih secara acak dengan program yang tersedia secara bebas di internet

(www.randomnumbergenerator.com) dari ke-75 artikel yang terdapat dalam korpus

sehingga diperoleh 25 artikel. Selanjutnya ke-25 artikel ini dibaca secara teliti untuk

mengidentifikasi bentuk-bentuk lingual pembentengan yang digunakan di dalamnya.

Ungkapan-ungkapan yang diduga sebagai bentuk-bentuk pembentengan yang

diperoleh dari pembacaan tersebut kemudian dicocokkan dengan daftar bentuk

pembentengan yang telah diidentifikasi oleh Holmes (1988), Hyland (2000; 2005b),

Kennedy (1987) dan Varttala (2001) sehingga diperoleh daftar bentuk leksikal

pembentengan yang merupakan gabungan dari berbagai daftar tersebut. Daftar

gabungan inilah yang kemudian digunakan sebagai kata kunci untuk pencarian

bentuk pembentengan dalam korpus dengan bantuan sebuah program komputer, yaitu

WordSmith Tools Versi 5 (Scott, 2008). Daftar bentuk lingual pengungkap

pembentengan ini dapat dilihat dalam Lampiran III. Perlu ditekankan di sini bahwa

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 34

tujuan utama pencarian bentuk pengungkap pembentengan di sini bukanlah

penemuan semua bentuk pembentengan secara tuntas, melainkan penemuan bentuk-

bentuk utama pembentengan yang digunakan relatif secara produktif dalam artikel

penelitian ilmiah. Ketidaktuntasan ini tak terhindarkan mengingat, seperti telah

disebutkan sebelumnya, pembentengan dapat direalisasikan oleh bentuk lahir yang

tak terbatas jumlahnya. Lagi pula, menurut Markkanen & Schrӧder (1997: 11),

pembentengan bukanlah ciri yang melekat pada sebuah teks, melainkan produk dari

interaksi antara penulis dan pembaca.

Sebagai contoh, pencarian kata may sebagai salah satu bentuk pembentengan

yang terdapat dalam daftar tersebut dengan menggunakan program komputer yang

telah disebutkan di atas menghasilkan concordance atau konkordansi seperti terlihat

dalam Diagram 1.1 di bawah. Yang dimaksud dengan konkordansi di sini adalah “a

collection of the occurrences of a word-form, each in its own textual environment”

(Sinclair, 1991: 32) ‘sekumpulan kemunculan bentuk kata, masing-masing dalam

lingkungan tektualnya sendiri’. Dalam bentuknya yang paling sederhana, konkor-

dansi merupakan sebuah indeks. Masing-masing bentuk kata terindeks dan rujukan

diberikan ke tempat masing-masing bentuk kata tersebut muncul dalam teks (ibid.).

Konkordansi kata may ini memperlihatkan bahwa may digunakan sebanyak 783 kali

dalam KARPING sebagaimana tertera pada pojok kiri bawah dalam Diagram 1.1 di

bawah. Namun demikian, karena may tidak selalu digunakan sebagai pengungkap

pembentengan, maka masing-masing pemakaian kata tersebut harus terlebih dahulu

dicek secara manual apakah memenuhi syarat sebagai bentuk pembentengan atau

tidak. Kata may yang tidak memenuhi syarat sebagai bentuk pembentengan kemudian

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 35

dibuang dan tidak dihitung. Metode pemilihan kata-kata kunci pencarian yang

memberikan banyak hasil, dan kemudian secara manual menyisihkan kata-kata yang

tidak relevan seperti ini oleh Ädel (2006) disebut metode sifting atau metode

penyaringan data.

Diagram 1.1. Hasil pencarian kata may dalam KARPING yang ditampilkan dalam bentuk konkordansi

Akhirnya, mengingat sebagai peneliti, saya bukan penutur asli bahasa Inggris,

maka bantuan penutur asli bahasa Inggris sangat diperlukan sebagai informan bahasa

atau pembantu bahasa (lihat, mis., Crowley, 2007; Sudaryanto, 1990) untuk

memberikan bantuan dalam memverifikasi data yang terkumpul, terutama untuk

mengungkap makna peranti pembentengan serta fungsinya yang dianggap

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 36

membingungkan. Informan bahasa tidak sembarang dipilih, melainkan ditentukan

berdasarkan kriteria berikut: (a) fasih berbahasa Inggris (penutur asli bahasa Inggris),

(b) memiliki kualifikasi pendidikan tinggi sehingga diasumsikan memiliki latar

belakang pengetahuan dan pengalaman yang cukup luas tentang penulisan artikel

penelitian ilmiah dalam bahasa Inggris, dan mampu mengungkapkan gagasan,

perasaan dan pengalaman mereka. Berdasarkan kriteria tersebut, beberapa penutur

asli dari Oberlin College, Amerika Serikat, yang menjadi relawan dan ditugaskan di

Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, pada

periode 2009-2013 dipilih untuk membantu penelitian ini.

Namun demikian, perlu ditekankan di sini bahwa dalam penelitian ini, berbeda

dengan Hyland (1996ab, 1998) dan Varttala (2001), bantuan informan ahli, yang

sekaligus juga merupakan penutur asli, dalam masing-masing bidang yang diteliti

baik dalam pemilihan bahan penelitian, kategorisasi bentuk dan fungsi pembentengan

maupun dalam penafsiran makna-makna, fungsi, motivasi pembentengan dalam karya

tulis ilmiah, tidak diupayakan karena alasan-alasan berikut. Pertama, meskipun secara

sekilas menjanjikan untuk mengungkapkan pandangan “orang dalam”, bekerja sama

dengan informan ahli dapat dianggap mahal baik dari segi waktu, dana dan tenaga

(bdk, Huckin & Olsen, 1983), apalagi apabila melibatkan informan ahli dari lebih dari

satu disiplin ilmu. Kedua, pendapat antarpenutur asli dan antarinforman ahli dapat

berbeda dan bahkan saling bertentangan, terutama mengenai penafsiran terhadap

motivasi-motivasi yang melandasi pemakaian pembentengan dalam karya tulis ilmiah

seperti artikel penelitian sehingga tugas analisis dapat menjadi lebih panjang, lebih

mahal, lebih rumit dan lebih berat. Satu contoh menarik mengenai perbedaan

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 37

pandangan antarinforman ahli diberikan oleh Varttala (2001) yang dalam

penelitiannya menggunakan kuesioner untuk memperoleh informasi dari informan

ahli yang notabene merupakan para penulis artikel yang artikelnya terpilih sebagai

bagian dari korpus penelitiannya mengenai peranti kebahasaan apa saja yang mereka

identifikasi sebagai ungkapan ketidakpastian, ketidaktepatan dan tentatifitas dan

untuk alasan apa saja bentuk-bentuk tersebut mereka gunakan. Varttala (ibid.: 284)

melaporkan bahwa bahkan dua orang ilmuwan yang bekerja sama mempublikasikan

hasil penelitian mereka dalam satu artikel penelitian memberikan jawaban yang

sangat berbeda baik dalam hal identifikasi bentuk maupun dalam hal alasan

pemakaian bentuk pembentengan yang mereka gunakan dalam artikel yang mereka

publikasikan bersama tersebut. Bukti lain diberikan oleh Lewin (2005) yang

melaporkan bahwa para penulis artikel memiliki pandangan yang sangat berbeda

dengan pembaca artikel dalam hal identifikasi bentuk-bentuk pembentengan maupun

jumlah pemakaiannya.

Ketiga, Swales (1990) berargumentasi bahwa diskusi bersama para informan

ahli dapat terjebak dalam apa yang oleh Gilbert & Mulkay (1984: 56-57) disebut

contingent repertoire atau “wacana informal”, yang dipandu oleh prinsip bahwa

tindakan-tindakan dan keyakinan-keyakinan profesional para ilmuwan banyak

dipengaruhi oleh berbagai faktor di luar jagat fenomena empiris seperti, misalnya,

pandangan-pandangan spekulatif, komitmen intelektual yang telah ada sebelumnya,

karakteristik-karakteristik pribadi, ikatan-ikatan sosial dan keikutsertaan mereka

sebagai anggota dalam kelompok-kelompok tertentu—repertoire ini merupakan

tandingan dari empiricist repertoire atau “wacana formal”, yang dilandasi oleh

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 38

prinsip bahwa para penutur/penulis dalam wacana formal ini melukiskan tindakan

dan keyakinan mereka sebagai suatu medium netral yang menonjolkan fenomena

empiris. Oleh sebab itu, diskusi-diskusi bersama informan ahli tersebut kemungkinan

besar akan terpengaruh oleh ciri-ciri subjektif seperti kepribadian, status, keterikatan

atau allegiance dan lain sebagainya sebagaimana ditunjukkan oleh prinsip contingent

repertoire tersebut di atas. Mengingat peran informan ahli dalam penelitian-

penelitian seperti ini masih dapat dianggap kontroversial serta karena alasan-alasan

tersebut di atas, bantuan informan ahli sengaja tidak diupayakan dalam penelitian ini.

1.6.3 Metode Analisis Data

Peneliti-peneliti terdahulu kebanyakan tidak memberikan secara eksplisit

kriteria untuk mengidentifikasi bentuk lingual pembentengan dalam kajian mereka

(lihat, mis. Hyland, 1996a, 1998; Myers, 1989; Salager-Meyer, 1994; Varttala, 2001).

Mereka kebanyakan mengandalkan intuisi dan definisi pembentengan yang mereka

anut untuk menentukan bentuk-bentuk tersebut sehingga sulit untuk diterapkan pada

penelitian lain. Akan tetapi, berbeda dengan peneliti-peneliti lainnya, Crompton

(1997: 282) mencoba menawarkan kriteria berikut untuk menguji kehadiran

pembentengan dalam sebuah proposisi:

“Can the proposition be restated in such a way that it is not changed but

that the author’s commitment to it is greater than at present? If “yes”

then the proposition is hedged. (The hedges are any language items in the

original which would need to be changed to increase commitment.)”

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 39

‘Dapatkah proposisi tersebut dinyatakan ulang sedemikian rupa sehingga isinya tidak berubah tetapi komitmen penulis terhadap proposisi itu menjadi lebih tinggi tingkatannya? Jika “ya” maka proposisi tersebut dibentengi. (Bentengnya adalah sembarang bentuk bahasa dalam aslinya yang harus diubah untuk meningkatkan komitmen.)’

Kriteria ini menonjolkan komitmen penulis sebagai unsur utama untuk

menentukan ada-tidaknya bentuk lingual pembentengan di dalam sebuah kalimat. Hal

ini wajar mengingat Crompton (1997), sejalan dengan Hyland (1996a), menganggap

pembentengan sebagai bagian dari modalitas epistemis sebagaimana didefinisikan

oleh Lyons (1977: 797). Crompton (ibid.: 281) mendefinisikan bentuk pembentengan

sebagai “an item of language which a speaker uses to explicitly qualify his/her lack of

commitment to the truth of the proposition he/she utters” ‘suatu butir bahasa yang

digunakan oleh seorang penutur untuk menyatakan kurangnya komitmen penutur

terhadap kebenaran proposisi yang diucapkannya’. Kriteria di atas tidak sepenuhnya

dapat diterapkan dalam penelitian ini karena pembentengan dalam penelitian ini

dianggap sebagai strategi untuk mengungkapkan bukan hanya tingkat komitmen

penulis melainkan juga tentatifitas dan/atau ketidakpastian proposisi yang

disampaikan oleh penulis. Oleh sebab itu, diperlukan kriteria tersendiri untuk

menentukan kehadiran sebuah bentuk pembentengan dalam sebuah proposisi.

Pendekatan semantis-pragmatis digunakan dalam penelitian ini untuk

mengidentifikasi apakah sebuah ungkapan dapat dikategorikan sebagai bentuk

pembentengan atau tidak. Artinya, sebuah ungkapan yang berpotensi digunakan

sebagai bentuk pembentengan ditentukan berdasarkan isi semantis dan pragmatis

proposisi di mana ungkapan tersebut ditemukan yang dapat ditafsirkan dari konteks

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 40

pemakaian kalimat tersebut. Dengan kata lain, dalam penelitian ini sebuah ungkapan

dalam suatu proposisi dianggap sebagai bentuk pembentengan apabila parafrasa atas

proposisi tersebut tidak mengubah isinya, namun tingkat komitmen penulis terhadap

proposisi tersebut menjadi lebih tinggi, atau tingkat tentatifitas dan/atau

ketidakpastian informasi tersebut berkurang atau bahkan menjadi tidak ada sama

sekali. Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan beberapa contoh identifikasi bentuk

pembentengan.

(15) (…) but our results may not be generalizable to samples of large firms with a rich information environment or small, neglected firms. (EE07D)

“(…) tetapi hasil-hasil penelitian kami mungkin tidak dapat

digeneralisasikan pada sampel firma-firma besar dengan lingkungan

informasi yang kaya atau firma-firma kecil yang terabaikan.”

(16) DeCapua and Huber (1995: 128) argue that “advice is perhaps one of the most ubiquitous speech acts precisely because it is often an integral part of normal conversational interaction.” (HE04I)

“DeCapua dan Huber (1995: 128) berargumentasi bahwa “nasihat

mungkin merupakan salah satu tindak tutur yang paling banyak

ditemukan di mana tepatnya karena seringkali nasihat merupakan bagian

tak terpisahkan dari interaksi percakapan pada umumnya.”

(17) Finally, we suggest that understanding organizational change requires closer investigation of OI, OL, leadership, organizational culture and their interplays. (EE02D)

“Akhirnya, kami menunjukkan bahwa memahami perubahan organisasi

membutuhkan penelitian lebih mendalam mengenai OI, OL,

kepemimpinan, budaya organisasi dan keterkaitannya.”

Dalam contoh (15) di atas, pemakaian kata may dalam klausa tersebut

mengungkapkan ketidakpastian penulis tentang mungkin-tidaknya hasil penelitian

mereka digeneralisasikan di luar sampel yang mereka teliti. Penggantian ungkapan

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 41

may (…) be dengan kata are akan meninggikan tingkat kepastian penulis terhadap

proposisi yang terdapat dalam klausa tersebut. Oleh karena itu, may dalam contoh (15)

dapat dikategorikan sebagai bentuk pembentengan. Dalam contoh (16), pemilihan

verba argue oleh penulis artikel untuk melaporkan pernyataan DeCapua dan Huber

mengungkapkan bahwa penulis tidak ingin berkomitmen terhadap kebenaran

pernyataan DeCapua dan Huber tersebut. Apabila sebagai ganti argue, penulis

menggunakan verba state, maka penulis dapat ditafsirkan setuju dengan kedua

peneliti tersebut dan oleh karenanya dapat dianggap berkomitmen terhadap kebenaran

proposisi yang terdapat dalam klausa terikat that “advice is perhaps one of the most

ubiquitous speech acts precisely because it is often an integral part of normal

conversational interaction.” Dengan demikian, verba argue dalam kalimat-kalimat

seperti contoh (16) di atas dalam penelitian ini dapat digolongkan sebagai bentuk

pembentengan meskipun beberapa peneliti tidak menganggapnya sebagai bentuk

pembentengan (lihat, mis., Crompton, 1997; Sanjaya, 2013). Berbeda dengan argue

dalam (16), verba suggest bersama-sama dengan pronomina persona pertama jamak

we yang mengisi fungsi subjek dalam contoh (17) digunakan oleh penulis artikel

untuk menandai bahwa proposisi yang terkandung dalam klausa terikat that lack of

health insurance is associated with more use of informal services merupakan

pandangan pribadi dan oleh karenanya masih berstatus tentatif. Penggantian verba

tersebut dengan verba show bukan hanya akan meningkatkan komitmen penulis

terhadap kebenaran proposisi yang terdapat dalam klausa terikat tersebut, melainkan

juga akan menurunkan tingkat tentatifitas proposisi tersebut. Oleh sebab itu, seperti

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 42

halnya argue, verba suggest di sini juga dapat dianggap sebagai bentuk

pembentengan.

Untuk memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai pemakaian

pembentengan dalam artikel penelitian ilmiah dua lapis analisis perlu dilakukan

terhadap data yang telah ditemukan. Dalam lapis pertama, data dianalisis berdasarkan

ciri-ciri formal-lahiriah dari bentuk-bentuk pembentengan yang digunakan dalam

artikel penelitian. Analisis ini dapat memberikan bukti empiris bagi sebuah kerangka

pemikiran untuk menyingkirkan gagasan-gagasan impresionistik tentang kehadiran

bentuk-bentuk tertentu yang kemungkinan ditemukan dalam karya tulis ilmiah.

Selanjutnya dalam lapis kedua, data dianalisis secara pragmatis berdasarkan fungsi-

fungsi serta motivasi pemakaian pembentengan dalam artikel penelitian. Analisis ini

dapat menunjukkan bahwa bentuk-bentuk kebahasaan memiliki makna yang terbatas

dalam konteks tertentu dan sekaligus mengungkapkan adanya berbagai pilihan

pragmatis maupun retoris yang dapat digunakan oleh penulis artikel (bdk. Hyland,

1998: 98-99). Untuk memahami pandangan “orang dalam” mengenai bagaimana

mereka menggunakan dan menafsirkan bentuk-bentuk pengungkap pembentengan,

Hyland (ibid.) menyarankan lapis ketiga, yaitu wawancara lisan bersama informan

ahli mengenai penggalan-penggalan artikel terkait dengan pemakaian bentuk-bentuk

pembentengan serta kemungkinan alasan-alasan yang melandasinya. Seperti telah di

sebutkan sebelumnya, analisis data lapis ketiga ini tidak dilakukan dalam penelitian

ini.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 43

Selanjutnya, kalimat-kalimat yang telah memenuhi kriteria sebagaimana telah

disebutkan di atas kemudian dianalisis dan diklasifikasikan pertama-tama

berdasarkan bentuk leksikal maupun bentuk sintaktis-gramatikal pengungkap

pembentengan yang terdapat di dalamnya, baik yang berupa kata, frasa, klausa

maupun kalimat. Seperti terlihat dalam uraian dan contoh-contoh di atas, analisis data

di sini dilakukan dengan menggunakan metode agih atau metode distribusi

(Sudaryanto, 1993) beserta teknik-tekniknya seperti teknik lesap, teknik ganti dan

teknik parafrasa. Selanjutnya, data diklasifikasikan berdasarkan fungsi bentuk

pembentengan yang ditemukan di dalamnya. Analisis fungsi bentuk pembentengan

dilakukan dengan menggunakan model pembentengan yang dibangun berdasarkan

model Hyland (1996ab, 1998) dan Myers (1989).

Untuk memahami variasi pemakaian pembentengan dalam artikel penelitian

ilmiah yang ditulis dalam bahasa Inggris, data dianalisis berdasarkan frekuensi

pemakaian bentuk dan fungsi pembentengan yang ditemukan di dalamnya. Di

samping itu, analisis akan dilakukan pula untuk mengkaji kemungkinan adanya

variasi pemakaian pembentengan dalam berbagai bidang ilmu. Selanjutnya, data juga

dianalisis untuk mengetahui distribusi pemakaian pembentengan dalam keempat

bagian (pendahuluan, metode, hasil dan pembahasan) dari artikel penelitian ilmiah.

Untuk menguji sejauh mana variasi pemakaian bentuk pembentengan dalam

kelima bidang ilmu yang diteliti digunakan uji signifikansi chi-kuadrat, yaitu metode

yang digunakan untuk membandingkan perbedaan antara frekuensi hasil pengamatan

(frekuensi observasi) dan frekuensi yang diharapkan terjadi (frekuensi harapan).

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 44

Semakin kecil selisih antara frekuensi harapan dan frekuensi observasi, maka

semakin besar kemungkinannya bahwa frekuensi observasi itu terjadi karena

kebetulan. Sebaliknya, semakin besar selisih di antara keduanya, maka semakin besar

pula kemungkinannya bahwa frekuensi observasinya tidaklah terjadi karena

kebetulan melainkan karena faktor-faktor lain. Metode ini dipilih terutama karena

telah banyak digunakan dalam linguistik korpus dan, menurut McEnery & Wilson

(2001: 84), memiliki keunggulan sebagai berikut: (a) lebih sensitif dibandingkan,

misalnya, uji-t; (b) tidak mengasumsikan datanya memiliki distribusi normal; dan

tidak terlalu rumit untuk menghitungnya. Dalam penelitian ini penghitungan nilai chi-

kuadrat maupun nilai probabilitas (nilai p atau nilai α) dilakukan dengan bantuan

paket program Minitab 17. Nilai p di sini ditetapkan pada level p = 0,05, nilai yang

umum digunakan dalam bidang linguistik (Gomez, 2002: 244; McEnery & Wilson,

2001: 85) maupun ilmu sosial (Sanjaya, 2013: 95). Nilai p, menurut Larson-Hall

(2010: 48), adalah “the probability that we would find a statistic as large as the one

we found if the null hypothesis were true” ‘probabilitas bahwa kita akan mendapatkan

nilai statistik yang sama besarnya dengan nilai yang kita peroleh andaikata hipotesis

nolnya benar’. Ini berarti bahwa nilai p di bawah 0,05 menunjukkan adanya

perbedaan yang signifikan, sedangkan nilai p di atas 0,05 tidak.

Mengingat panjang artikel dalam masing-masing bidang ilmu yang diteliti

berbeda-beda dalam hal hitungan jumlah kata, maka penghitungan jumlah token

bentuk pembentengan yang digunakan dalam artikel penelitian dilakukan bukan

berdasarkan frekuensi mentah atau absolut bentuk pembentengan yang ditemukan

dalam artikel, melainkan berdasarkan frekuensi yang telah di‘normalisasi’kan agar

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 45

jumlah hasil penghitungannya dapat diperbandingkan. Yang dimaksudkan dengan

normalisasi di sini adalah “a way to convert raw counts into rates of occurences, so

that the scores from texts of different lengths can be compared” (Biber & Jones, 2009:

1299) ‘suatu cara untuk mengkonversi jumlah hitungan mentah menjadi angka

kemunculan sehingga nilai dari teks dengan panjang yang berlain-lainan dapat

dibandingkan’. Normalisasi jumlah bentuk pembentengan yang ditemukan dalam

KARPING dilakukan per 10.000 kata dengan menggunakan formula berikut:

Frekuensi mentah x 10.000 Frekuensi normal = Jumlah kata

Sebagai contoh, apabila dalam sebuah artikel dalam bidang ekonomi yang terdiri dari

7.818 kata (EE01) ditemukan sebanyak 150 bentuk pembentengan, maka frekuensi

normalnya adalah 150 dikalikan 10.000 dibagi 7.818 sama dengan 191.9 (dengan

pembulatan sampai satu desimal). Seperti halnya dalam Pho (2013), nilai konstan

10.000, bukan 1.000 (lihat, mis., Hyland, 1998; Varttala, 2001), dipilih dalam

penelitian ini terutama untuk menghindari frekuensi harapan yang terlalu rendah

sehingga uji chi-kuadratnya menjadi tidak andal. McEnery & Wilson (2001: 83-4)

berpendapat bahwa tidaklah begitu penting berapa nilai konstan yang kita pilih. Yang

lebih penting adalah menunjukkan berapa nilai konstan yang ditentukan.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 46

1.7 Sistematika Penulisan Disertasi

Disertasi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut. Setelah Bab I ini, yang

membeberkan latar belakang yang melandasi pemilihan pembentengan sebagai objek

penelitian ini, permasalahan-permasalahan dan perumusannya terkait dengan

pembentengan dalam karya tulis ilmiah dalam bahasa Inggris, tujuan pokok serta

tujuan-tujuan khusus yang hendak dicapai dalam penelitian ini, ruang lingkup,

manfaat serta metode-metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, Bab II

menyoroti konsep pembentengan dan perkembangan konsep tersebut hingga saat ini.

Bab ini mengulas bagaimana konsep pembentengan yang bermula sebagai konsep

semantik kemudian meluas cakupannya hingga menjadi konsep pragmatik. Di

samping itu, bab ini juga meninjau berbagai macam perspektif, kerangka pemikiran,

model serta teori yang dapat dimanfaatkan untuk membantu mengidentifikasi maupun

memahami pemakaian pembentengan secara umum maupun secara khusus dalam

artikel penelitian ilmiah, di antaranya teori-teori tentang modalitas, teori tentang

tindak tutur, model interaksi sosial, teori tentang kesopanan dan teori tentang register.

Selanjutnya, Bab III melaporkan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan

ciri-ciri formal pembentengan dalam artikel penelitian. Bab ini dibagi menjadi tiga

bagian utama. Bagian pertama meninjau ulang berbagai macam kategorisasi bentuk

lingual pembentengan yang telah diusulkan peneliti-peneliti terdahulu seperti

Crompton (1997), Hyland (1996ab, 1998), Myers (1989), Salager-Meyer (1994) dan

Skelton (1988b). Bagian berikutnya menyajikan dan membeberkan secara ringkas

kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini. Di dalam taksonomi ini, bentuk

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 47

lingual pembentengan pertama-tama dibagi menjadi dua, yaitu bentuk leksikal dan

bentuk non-leksikal. Selanjutnya, berdasarkan kategori sintaktisnya, bentuk leksikal

dibagi menjadi empat kelompok: adverbia epistemis, ajektiva epistemis, nomina

epistemis, dan verba epistemis. Bentuk non-leksikal juga dibagi menjadi empat

kelompok: konstruksi impersonal, konstruksi interogatif, konstruksi kondisional, dan

konstruksi pasif. Akhirnya, bagian ketiga dalam bab ini menyajikan dan membahas

hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan frekuensi dan distribusi pemakaian

bentuk-bentuk lingual pembentengan dalam artikel penelitian ilmiah dalam bahasa

Inggris, frekuensi dan distribusi pemakaian bentuk-bentuk tersebut dalam kelima

bidang yang diteliti, yakni ekonomi, linguistik, kedokteran, MIPA dan teknik, dan

frekuensi dan distribusi pemakaiannya dalam keempat bagian artikel penelitian.

Setelah penyajian dan pembahasan hasil-hasil analisis data secara kuantitatif

yang berkaitan dengan bentuk-bentuk lingual pembentengan dalam Bab III, Bab IV

menyajikan dan membahas hasil-hasil analisis data secara kualitatif mengenai fungsi-

fungsi serta motivasi-motivasi yang melandasi pemakaian bentuk-bentuk tersebut

dalam artikel penelitian. Seperti halnya Bab III, bab ini juga dibagi menjadi tiga

bagian. Mengingat pembentengan tidak akan dapat dipahami dengan baik fungsi dan

motivasi pemakaiannya tanpa mengetahui konteks penggunaannya, maka bagian

pertama dirancang untuk memberikan pemaparan tentang konteks secara umum, baik

mengenai apa yang dimaksud dengan konteks dalam penelitian ini maupun unsur-

unsur yang membangun konteks secara keseluruhan. Berikutnya disajikan pula

sebagai bagian dari konteks non-linguistik uraian mengenai bagaimana ilmu

pengetahuan dibangun dan dikomunikasikan secara sosial oleh masyrakat ilmiahnya.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · truth of the opinions I incline to (…)” ‘dalam hampir semua esai berikut

BAB I: PENDAHULUAN | 48

Bagian terakhir bab ini diawali dengan meninjau ulang model-model pembentengan

yang diusulkan oleh Myers (1989) dan Hyland (1996ab, 1998). Berdasarkan kedua

model tersebut, diusulkan dalam penelitian ini sebuah model yang memandang

pembentengan sebagai sebuah strategi komunikasi yang digunakan untuk tujuan

persuasif, yaitu untuk membujuk pembaca yang notabene merupakan

ilmuwan/peneliti seminat agar dapat menerima dan meratifikasi klaim-klaim yang

disampaikan dalam artikel penelitian.

Disertasi ini diakhiri dengan Bab V. Sebagai penutup, bab ini diawali dengan

ringkasan dan kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan mengenai

bentuk-bentuk lingual pembentengan dan fungsi-fungsi serta motivasi-motivasi

pemakaiannya dalam artikel penelitian ilmiah dalam bahasa Inggris. Di samping itu,

diuraikan pula beberapa implikasi yang lahir dari hasil-hasil penelitian ini. Akhirnya,

disertasi ini diakhiri dengan pemaparan beberapa persoalan yang masih tersisa serta

beberapa saran untuk penelitian-penelitian lanjutan mengenai pembentengan dalam

karya tulis ilmiah pada umumnya dan khususnya artikel penelitian ilmiah, baik dalam

bahasa Inggris maupun dalam bahasa-bahasa lain, terutama dalam bahasa Indonesia.