BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

14
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus dan potensi sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam hidupnya, anak mempunyai hak dan kebutuhan hidup yang perlu dipenuhi, diantaranya yaitu hak pemenuhan kebutuhan nutrisi, kesehatan diri pada anak, masa bermain bersama teman, rasa aman dan nyaman terhadap lingkungan sekitar, pendidikan serta memerlukan lingkungan keluarga dan sosial yang mendukung kelangsungan hidupnya. Undang - Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual selama dalam pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain manapun yang bertanggungjawab atas pengasuhan. Keadaan ekonomi yang kurang dalam keluarga memunculkan sekelompok anak jalanan menjadi seorang pengemis, pengamen, asongan yang menjadikan tempat apapun sebagai arena hidup, termasuk stopan lampu merah, kolong jembatan, trotoar, ataupun ruang terbuka yang ada di daerah perkotaan. Selain itu, kegagalan rumah tangga (keluarga) juga menjadi penyebab lain munculnya anak jalanan. Banyak anak jalanan muncul akibat kelahiran yang tidak dikehendaki dan ada anak melarikan diri dari rumah akibat ketidakharmonisan hubungan antara ibu-bapaknya. Kegagalan ini bisa

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33747/2/jiptummpp-gdl-fidyatripa-44782-2-babi.pdfperempatan jalan yang penuh resiko. Mereka yang seharusnya masih mengenyam masa

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak merupakan generasi penerus dan potensi sumber daya

manusia yang berkualitas. Dalam hidupnya, anak mempunyai hak dan

kebutuhan hidup yang perlu dipenuhi, diantaranya yaitu hak pemenuhan

kebutuhan nutrisi, kesehatan diri pada anak, masa bermain bersama teman,

rasa aman dan nyaman terhadap lingkungan sekitar, pendidikan serta

memerlukan lingkungan keluarga dan sosial yang mendukung kelangsungan

hidupnya. Undang - Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia, menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk mendapatkan

perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental,

penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual selama dalam

pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain manapun yang

bertanggungjawab atas pengasuhan.

Keadaan ekonomi yang kurang dalam keluarga memunculkan

sekelompok anak jalanan menjadi seorang pengemis, pengamen, asongan

yang menjadikan tempat apapun sebagai arena hidup, termasuk stopan lampu

merah, kolong jembatan, trotoar, ataupun ruang terbuka yang ada di daerah

perkotaan. Selain itu, kegagalan rumah tangga (keluarga) juga menjadi

penyebab lain munculnya anak jalanan. Banyak anak jalanan muncul akibat

kelahiran yang tidak dikehendaki dan ada anak melarikan diri dari rumah

akibat ketidakharmonisan hubungan antara ibu-bapaknya. Kegagalan ini bisa

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33747/2/jiptummpp-gdl-fidyatripa-44782-2-babi.pdfperempatan jalan yang penuh resiko. Mereka yang seharusnya masih mengenyam masa

2

mendorong berkumpulnya anak jalanan menjadi satu kesatuan dengan

keragaman problematika yang dialami untuk kemudian saling mengisi satu

sama lain hidup di jalanan, tanpa adanya pengawasan dari orang tua.

Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar

waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan, baik untuk

mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan tempat-tempat umum lainnya. 1

Anak jalanan mempunyai ciri-ciri berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun,

melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan

kusam dan pakaian tidak terurus, mobilitasnya tinggi. Masalah anak jalanan

masih merupakan masalah kesejahteraan sosial yang serius dan perlu

mendapat perhatian dari berbagai pihak. Hal ini dikarenakan anak-anak yang

hidup di jalanan, sangatlah rentan sekali terhadap terjadinya eksploitasi anak

baik secara fisik maupun mental. Kondisi yang tidak kondusif di jalanan

dengan berbagai permasalahan sosial yang dihadapi anak, akan berpengaruh

pula pada kehidupan anak di masa yang akan datang.

Menurut WHO (World Health Organization) dalam modulnya

mengenai anak jalanan,2 menyebutkan bahwa setiap anak jalanan memiliki

alasan tersendiri untuk tinggal dijalanan. Rasionalisasinya cukup beragam,

akan tetapi faktor kemiskinan menjadi pemicu utama yang mendorong

sebagian besar anak-anak hidup di jalanan. Ada beberapa alasan yang

biasanya mendorong anak - anak untuk tetap hidup di jalan yaitu adanya

1Departemen Sosial Republik Indonesia.2005. Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Sosial Anak Jalanan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

2Departemen Sosial Republik Indonesia.2005. Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Sosial Anak Jalanan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33747/2/jiptummpp-gdl-fidyatripa-44782-2-babi.pdfperempatan jalan yang penuh resiko. Mereka yang seharusnya masih mengenyam masa

3

tuntutan untuk mencari uang guna memenuhi kebutuhan diri sendiri dan

keluarganya, mencari tempat berteduh untuk orang-orang yang memang tidak

memiliki tempat tinggal dan bagi mereka yang terbuang dari lingkungannya,

untuk menyelamatkan diri dari kekerasan dalam rumah tangga atau penolakan

dari lingkungan keluarga, untuk menghindar dari tuntutan dan peraturan

rumah yang dianggap terlalu mengikat dan mengekang, serta menghindar dari

institusi yang berhubungan dengan anak-anak seperti sekolah yang dianggap

tidak menyenangkan dan terlalu banyak aturan. Lingkaran kemiskinan adalah

salah satu faktor utama yang menyebabkan anak turun ke jalan.

Menurut UNICEF bahwa jumlah anak jalanan di dunia sebanyak 100

juta. Di Asia, menurut Childhope Asia, sebuah NGO yang berbasis di

Philipina, memperkirakan ada sekitar 25-30 juta anak jalan. Di Indonesia,

berdasarkan hasil analisis situasi mengenai anak jalanan yang dilakukan oleh

Departemen Sosial menunjukkan 230.000 pada tahun 2009 anak

jalanan.3Diperkirakan jumlah anak jalanan akan meningkat menjadi 800 juta

pada tahun 2020.

Berdasarkan data dari hasil sensus Tim Penganggulangan

Kemiskinan Pusat tahun 2009 menyampaikan bahwa jumlah penduduk yang

masuk kategori miskin sebesar 5,58% dari total penduduk kota Malang yang

berjumlah sekitar 814.000 jiwa. Jumlah penduduk miskin tersebut menurun

dari tahun yang sebelumnya yang memiliki sekitar 11,42% dari total

penduduk kota Malang.Di wilayah kota Malang masih sering dijumpai

3Sutriyanto, Eko. Jumlah Anak di Indonesia. 2011.http://www.tribunnews/jumlah-anak-jalanan-230-ribu-di-indonesia.com

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33747/2/jiptummpp-gdl-fidyatripa-44782-2-babi.pdfperempatan jalan yang penuh resiko. Mereka yang seharusnya masih mengenyam masa

4

kegiatan anak jalanan. Anak-anak yang seharusnya masih berada dalam

lingkungan bermain dan belajar tetapi mereka sudah mencari nafkah dengan

melakukan kegiatan-kegiatan (mengamen, mengemis, asongan) di

perempatan jalan yang penuh resiko. Mereka yang seharusnya masih

mengenyam masa indah di bawah kasih sayang dan bimbingan orang tua

sudah harus menjalani kehidupan dunia jalanan yang penuh kekerasan dan

eksploitasi tanpa mengenyam pendidikan moral maupun agama.

Studi pendahuluan yang dilakukan di sekitar wilayah Alun – Alun

kota Malang pada tanggal 6 November 2014, dari 8 anak jalanan yang

ditemui, 5 anak mengamen, dan 3 anak mengemis meminta uang kepada

setiap orang yang lewat di depannya. Dan dari 5 orang pengamen yang

diwawancarai, mengatakan bahwa mereka mengamen dikarenakan kondisi

ekonomi keluarga yang memang mengharuskan mereka ke jalan untuk ikut

mencari uang, guna memenuhi kelangsungan hidupnya dan keluarganya. Dari

5orang, 3 orang yang pernah sekolah, dan 2 orang lainnya tidak pernah

sekolah karena ketidaktahuan mereka dimana keluarganya. Sehingga

memaksa mereka untuk turun ke jalan mencari uang demi mencukupi

kebutuhan hidupnya.

Anak jalanan setiap hari ke jalanan untuk menyanyi di hadapan

orang yang ada di jalanan, dan mendapatkan uang untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dan keluarganya.Kegiatan anak jalanan itu erat kaitannya

dengan tempat mereka mangkal sehari-hari, yakni di alun-alun, jalan raya,

simpang jalan, stasiun kereta api, terminal, pasar, pertokoan, dan mall.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33747/2/jiptummpp-gdl-fidyatripa-44782-2-babi.pdfperempatan jalan yang penuh resiko. Mereka yang seharusnya masih mengenyam masa

5

Para teoritisi jaringan pendekatan-pendekatan normatif berfokus

pada kebudayaan dan proses sosialisasi yang merupakan sarana untuk

menginternalisasi norma-norma dan nilai-nilai kepada para aktor. Di dalam

orientasi normatif, orang-orang dipersatukan oleh sekumpulan ide yang dianut

bersama. Para teoritisi jaringan menolak pandangan demikian dan berargumen

bahwa orang harus berfokus pada pola-pola ikatan objektif yang

menghubungkan para anggota masyarakat

Satu aspek yang khas dari teori jaringan ialah bahwa ia berfokus

pada deretan luas struktur-struktur mikro hingga makro. Yakni, bagi teori

jaringan para aktor mungkin adalah orang-orang, tetapi mereka juga mungkin

adalah kelompok-kelompok, korporasi-korporasi, dan masyarakat. Hubungan-

hubungan terjadi pada level struktur sosial berskala besar dan juga pada level

yang lebih mikroskopik. Mark Granovetter melukiskan hubungan-hubungan

level mikro seperti tindakan yang “melekat” di dalam “hubungan-hubungan

pribadi yang konkret dan struktur-struktur (atau ‘jaringan-jaringan’) relasi-

relasi demikian”. Dasar bagi setiap hubungan itu ialah ide bahwa setiap “aktor”

(individual atau kolektif) mungkin mempunyai akses yang berbeda kepada

sumber-sumber daya yang bernilai (kekayaan, kekuasaan, informasi). Hasilnya

ialah bahwa sistem yang terstruktur cenderung terstratifikasi, dengan beberapa

komponen yang bergantung kepada yang lain. 4

Jaringan sosial yang ada dilingkungan ini sangat berpengaruh,

dimana jaringan tersebut menfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi

4Ritzar,George.2012.Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. yogyakarta. Pustaka Pelajar

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33747/2/jiptummpp-gdl-fidyatripa-44782-2-babi.pdfperempatan jalan yang penuh resiko. Mereka yang seharusnya masih mengenyam masa

6

yang memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama

dengan anak jalanan. Menurut Mitchell, melihat bahwa jaringan sosial sebagai

seperangkat hubungan khusus atau spesifik yang terbentuk diantara

sekelompok orang yang karakteristik hubungan-hubungan tersebut dapat

digunakan untuk menginterpretasi motif-motif perilaku sosial dari orang-orang

yang terlibat didalamnya.5 Melihat hal diatas siapa aktor yang berhubungan

dekat dengan anak jalanan. Orang tua bisa sebagai tokoh yang berperan

penting karena kondisi ekonomi keluarga yang kurang, sehingga membiarkan

anaknya untuk mencari nafkah di jalanan. Selain itu orang-orang yang

memanfaatkan keberadaan anak jalanan sebagai aset yang berharga, seperti

preman yang juga bisa sebagai aktor dari fenomena adanya sekumpulan anak

jalanan yang ada di Wilayah Kota Malang, dengan melindungi anak jalanan

dalam melakukan kegiatannya atau sebagai underpressing yang menekan anak

jalanan sehingga terpaksa melakukan kegiatannya.

Pemerintah beserta masyarakat sudah seharusnya lebih

memperhatikan anak jalanan, agar anak jalanan dapat hidup tumbuh dan

berkembang serta berpartisipasi dalam pembangunan secara optimal sesuai

dengan harkat dan martabat kemanusiaan, demi terwujudnya anak Indonesia

yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Sehingga dengan adanya

perhatian dan tindakan sosial yang lebih serius lagi, baik dari pemerintah

danmasyarakat, diharapkan jumlah anak jalanan dapat berkurang, dan anak

jalanan bisa menikmati haknya sebagai anak Indonesia yang terpenuhi

kebutuhan dasar hidupnya. 5Kusnadi. Jaringan Sosial Sebagai Strategi Adaptasi Masyarakat Nelayan. Studi Kasus di Desa

Pesisir, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Tesis Antropologi. Depok.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33747/2/jiptummpp-gdl-fidyatripa-44782-2-babi.pdfperempatan jalan yang penuh resiko. Mereka yang seharusnya masih mengenyam masa

7

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah potret jaringan sosial anak jalanan di wilayah Kota Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran secara umum tentang

jaringan sosial anak jalanan di wilayah Kota Malang

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Dapat mengetahui jaringan sosial anak jalanan yang ada di wilayah Kota

Malang, sehingga dapat diketahui siapa aktor yang berhubungan dekat

dengan anak jalanan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

a. Dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dalam

bidang penelitian sosial

b. Dapat menambah wawasan tentang kehidupan anak jalanan

beserta jaringan sosialnya

2. Bagi Anak Jalanan

a. Dapat memberikan arahan kepada anak jalanan untuk

berinteraksi sosial dengan baik terhadap lingkungan di

sekitarnya, sehingga interaksi sosial yang muncul adalah

interaksi yang positif.

b. Dapat memberikan motivasi kepada anak jalanan untuk tetap

menjalankan kehidupannya sesuai dengan usia

perkembangannya

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33747/2/jiptummpp-gdl-fidyatripa-44782-2-babi.pdfperempatan jalan yang penuh resiko. Mereka yang seharusnya masih mengenyam masa

8

3. Bagi Pemerintah

a. Sebagai sumber informasi untuk mencari solusi tepat

penanganan anak jalanan

b. Dapat menjadi masukan dalam pembuatan kebijakan terkait

permasalahan sosial anak jalanan beserta jaringan sosial yang

terjadi pada anak jalanan

1.5 Definisi Konsep

1.5.1 Definisi Anak Jalanan

Berdasarkan definisi operasional dan karakterisitik jenis

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dimana anak

jalanan termasuk ke dalam jenis penyandang masalah kesejahteraan

sosial, anak jalanan adalah Anak yang berusia 5 sampai < 18 tahun

yang sebagian waktunya berada di jalanan sebagai pedagang asongan,

pengemis, pengamen, jualan koran, jasa semir sepatu dan mengelap

mobil.6

1.5.2 Definisi Jaringan Sosial

Jaringan sosial menurut Lawang (2005), menunjuk pada semua

hubungan dengan orang atau kelompok lain yang memungkinkan

kegiatan berjalan secara efisien dan efektif. Analisis jaringan sosial

merupakan salah satu pendekatan dalam studi antropologi, pendekatan

ini berkaitan erat dengan upaya memahami bentuk dan fungsi hubungan

sosial dalam masyarakat kompleks.

6Riyadi, Buyung. 2011. Tindakan Sosial Anak Jalanan (Pengamen)di Kawasan Pantai Losari. Skripsi 1 Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univeresitas Hasanuddin.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33747/2/jiptummpp-gdl-fidyatripa-44782-2-babi.pdfperempatan jalan yang penuh resiko. Mereka yang seharusnya masih mengenyam masa

9

Jaringan sosial merupakan suatu jaringan tipe khusus, dimana

‘ikatan’ yang menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan

adalah hubungan sosial. Berpijak pada jenis ikatan ini, maka secara

langsung atau tidak langsung yang menjadi anggota suatu jaringan sosial

adalah manusia (person). Mungkin saja, yang menjadi anggota suatu

jaringan sosial itu berupa sekumpulan dari orang yang mewakili titik-titik

seperti yang telah dikemukakan sebelumnya.,jadi tidak harus satu titik

diwakili dengan satu orang, misalnya organisasi, instansi, pemerintah,

atau negara (jaringan negara-negara nonblok).7

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan

kualitatif artinya penelitian dilakukan secara mendalam serta

menggunakan pendekatan deskriptif yang bermaksud untuk

mendapatkan gambaran umum tentang potret jaringan sosial anak

jalanan di Wilayah Kota Malang. Deskriptif yang dimaksud disini

adalah dengan menggambarkan data yang diperoleh secara apa adanya

sesuai dengan permasalahan yang diteliti barulah kemudian peneliti

menarik kesimpulan. Untuk mengetahui masalah anak jalanan secara

mendalam dalam hubungannya dengan jaringan sosial maka harus

dilakukan penelitian yang bersifat mendalam, sehingga penelitian ini

7Rudi Agusyanto. 2007. Jaringan Sosial Dalam Organisasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33747/2/jiptummpp-gdl-fidyatripa-44782-2-babi.pdfperempatan jalan yang penuh resiko. Mereka yang seharusnya masih mengenyam masa

10

menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif.

1.6.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode fenomenologi yang

secara langsung dapat menyajikan data yang diperoleh dari penelitian

mengenai jaringan sosial anak jalanan. Seorang peneliti dengan jenis

penelitian fenomenologi ini, harus terjun ke lapangan jika ingin

memperoleh data yang valid dan berada disana lebih lama guna

mendapatkan data yang teruji kebenarannya secara lengkap dan valid.

Penelitian fenomenologi memiliki ciri menyajikan data dalam bentuk

narasi, deskriptif dari hasil wawancara maupun observasi. 8

1.6.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini difokuskan di Wilayah Kota Malang. Karena masih

terlihat adanya anak jalanan di kota Malang diantaranya di Alun-alun Kota

Malang, perempatan lampu merah, dan daerah pertokoan.

1.6.4 Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang digunakan peneliti adalah anak jalanan.

Anak-anak jalanan yang biasanya melakukan berbagai pekerjaan di

sektor informal, baik sebagai pedagang asongan, menjajakan koran,

menyemir sepatu, mencari barang bekas atau sampah, mengamen di

perempatan lampu merah, tukang lap mobil.

8 Ikbar,Yanuar.2012. Metode Penelitian Sosial Kualitatif Panduan Membuat Tugas Akhir/Karya Ilmiah. Bandung: PT. Refika Aditama.hal 65

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33747/2/jiptummpp-gdl-fidyatripa-44782-2-babi.pdfperempatan jalan yang penuh resiko. Mereka yang seharusnya masih mengenyam masa

11

1.6.5 Fokus Penelitian

Fokus penelitian yaitu menggambarkan jaringan sosial anak

jalanan, yaitu siapa aktor yang berhubungan dekat dengan anak jalanan,

yang memfasilitasi anak- anak tersebut turun di jalanan, sehingga

menjadikan kegiatan di jalanan sebagai suatu aktivitas keseharian anak-

anak jalanan.

1.6.6 Teknik Penentuan Subyek

Teknik penentuan subyek dilakukan secara, Snow-ball

sampling (penarikan sample secara bola salju). Penarikan sample pola

ini dilakukan dengan menentukan sample pertama. Sampel berikutnya

ditentukan berdasarkan informasi dari sample pertama, sample ketiga

ditentukan berdasarkan informasi dari sample kedua, dan seterusnya

sehingga jumlah sample semakin besar, seolah-olah terjadi efek bola

salju. Dimana peneliti akan menemui anak jalanan yang ada di wilayah

kota Malang, ketika melakukan observasi.

1.6.7 Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer

Pengumpulan data primer penelitian ini menggunakan 2 cara yaitu :

1. Observasi

Peneliti melihat secara langsung kegiatan apa saja yang dilakukan

anak jalanan selama berada di jalanan dan siapa saja yang terlibat

di dalam kegiatan anak jalanan

2. Wawancara Mendalam

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33747/2/jiptummpp-gdl-fidyatripa-44782-2-babi.pdfperempatan jalan yang penuh resiko. Mereka yang seharusnya masih mengenyam masa

12

Peneliti melakukan wawancara mendalam untuk menggali

informasi terkait dengan jaringan sosial kegiatan anak jalanan

dalam upaya melengkapi data yang ada sebagai dasar dalam

menganalisa permasalahan anak jalanan

b. Data Sekunder

Data ini diperoleh dari studi kepustakaan untuk memperoleh konsep

teori tentang jaringan sosial anak jalanan, sehingga bisa dianalisa

apakah terdapat kesenjangan antara konsep teori yang ada dengan

permasalahan yang terjadi di masyarakat, sehingga harapannya

penelitian ini bisa dijadikan sebagai sumber informasi tambahan

dalam upaya memberikan solusi yang terbaik bagi anak – anak jalanan

tersebut.

1.6.8 Teknik Analisa Data

Analisis data merupakan langkah terakhir sebelum menarik

kesimpulan, untuk itu teknik analisis data sangat diperlukan dalam

penelitian untuk memperoleh gambaran yang jelas dari data yang

diperoleh. Dalam penelitian ini yang digunakan metode penelitian

kualitatif dengan analisis fenomenologi kualitatif model analisis

interaktif yang di kemukakan oleh Miles dan Huberman melalui empat

tahap yakni :

a. Pengumpulan data

Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang di

peroleh dari subyek penelitian yang ada relevansinya dengan

perumusan masalah dan tujuan penelitian.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33747/2/jiptummpp-gdl-fidyatripa-44782-2-babi.pdfperempatan jalan yang penuh resiko. Mereka yang seharusnya masih mengenyam masa

13

b. Reduksi data

Memiliki arti sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data awal

yang muncul dari catatan-catatan dilapangan. Peneliti mengedit data

dengan cara memilih bagian data yang mana untuk dikode,dipakai,

dan diringkas, serta dimasukkan dalam ketegori,dan sebagainya.

c. Penyajian data

Sekumpulan data yang diorganisir sehingga dapat memberi

diskripsi menuju proses penarikan kesimpulan. Penyajian data harus

mempunyai relevansi yang kuat dengan perumusan masalah secara

keseluruhan dan disajikan secara sistematis.

d. Penarikan kesimpulan

Proses penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari

kegiatan penelitian karena merupakan kesimpulan dari penelitian.

Proses penarikan kesimpulan ini dimaksudkan untuk menganalisis

mencari makna dari data yang ada sehingga dapat ditemukan tema

dalam penelitian yang telah di lakukan.

Bagan 1. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif dari

Miles dan Huberman

Sumber: Miles dan Huberman (Miles dan Huberman, 1992:20)

Pengumpulan Data Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan Reduksi Data

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33747/2/jiptummpp-gdl-fidyatripa-44782-2-babi.pdfperempatan jalan yang penuh resiko. Mereka yang seharusnya masih mengenyam masa

14

Pada gambar tersebut tampak adanya ketiga kegiatan yang saling

terkait dan rangkaian yang tidak berdiri sendiri. Penyajian data selain

berasal dari reduksi data, perlu juga dilihat kembali kedalam proses

pengumpulan data untuk memastikan bahwa tidak ada data yang penting

yang tertinggal. Demiikian pula jika dalam verivikasi ternyata ada data

kesimpulan yang masih meragukan dan belum disepakati kebenaran

maknanya, maka kembali ke proses pengumpulan data. Tindakan

menvalidasi data sangat penting dalam penarikan kesimpulan.9

9 Usman, Hunaini.dkk.2009. Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Pt Bumi Aksara) hlm 85:88.