BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.uir.ac.id/876/4/bab1.pdfBAB I PENDAHULUAN ......

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pusat pemerintahan adalah lokasi perkantoran untuk semua kepentingan- kepentingan khusus (lobi) yang memiliki peran dalam mempengaruhi keinginan perorangan maupun kelompok (swasta), anggota legislatif dan kantor pemerintah (Eisner dalam Triawan, 2012). Pembangunan yang berlangsung di Indonesia selama ini menciptakan berbagai dimensi permasalahan yang belum terpecahkan dan masih menuntut perhatian semua pihak terutama bagi pemerintah. permasalahan tersebut antara lain adalah masih adanya ketimpangan yang cukup tinggi antar daerah, seperti Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) terjadinya ketimpangan pembangunan antar wilayah membawa implikasi terhadap kesejahteraan masyarakat. Untuk mengurangi ketimpangan diperlukan penetapan lokasi sebagai pusat pertumbuhan wilayah. Pusat pertumbuhan yang menjadi pusat pemerintahan sangat penting karena pusat pemerintahan diharapkan mampu mendorong pembangunan wilayah, penyebaran pembangunan, dan meningkatkan pemerataan dalam pembangunan (Muhammad Harzan, 2015). Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, mengandung pengertian bahwa pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.uir.ac.id/876/4/bab1.pdfBAB I PENDAHULUAN ......

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pusat pemerintahan adalah lokasi perkantoran untuk semua kepentingan-

kepentingan khusus (lobi) yang memiliki peran dalam mempengaruhi keinginan

perorangan maupun kelompok (swasta), anggota legislatif dan kantor pemerintah

(Eisner dalam Triawan, 2012).

Pembangunan yang berlangsung di Indonesia selama ini menciptakan

berbagai dimensi permasalahan yang belum terpecahkan dan masih menuntut

perhatian semua pihak terutama bagi pemerintah. permasalahan tersebut antara lain

adalah masih adanya ketimpangan yang cukup tinggi antar daerah, seperti Kawasan

Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) terjadinya

ketimpangan pembangunan antar wilayah membawa implikasi terhadap

kesejahteraan masyarakat. Untuk mengurangi ketimpangan diperlukan penetapan

lokasi sebagai pusat pertumbuhan wilayah. Pusat pertumbuhan yang menjadi pusat

pemerintahan sangat penting karena pusat pemerintahan diharapkan mampu

mendorong pembangunan wilayah, penyebaran pembangunan, dan meningkatkan

pemerataan dalam pembangunan (Muhammad Harzan, 2015).

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, mengandung pengertian bahwa pembentukan daerah dapat

berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau

2

pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih. Adapun pembentukan

daerah tersebut harus memenuhi syarat admnistratif, teknis dan trategis.

Syarat administratif yaitu pemilihan suatu lokasi dalam penentuan ibukota

kabupaten mempertimbangkan kemampuan pembiayaan, aspek hukum, pertahanan

dan keamanan nasiional, dan lain-lain. Syarat teknis yaitu berkaitan dengan

pemilihan lokasi ibukota kabupaten dengan melihat kemampuan suatu daerah

dalam menerima pembangunan, seperti ketersediaan lahan, keadaan topografi dan

kemampuan lahan dalam menerima pembangunan kota.

Sedangakan syarat strategis yaitu pemilihan suatu lokasi ibukota kabupaten

dengan melihat kemampuan suatu daerah untuk tumbuh dan berkembang baik

dalam kondisi sekarang maupun yang akan datang, sehingga mampu mendorong

pertumbuhan ekonomi. Selain itu lokasi yang dipilih harus mampu menjadi pusat

perkembangan wilayah, baik untuk menciptakan perkembangan bagi wilayah

Ibukota Kabupaten maupun menciptakan pemerataan perkembanagan wilayah

yang relatif masih tertinggal. Adapun yang diperhitungkan dalam hal ini seperti

pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, fasilitas pendukung serta tingkat

daya hubungnya.

Kabupaten Rokan Hilir merupakan pecahan dari Kabupaten Bengkalis sesuai

dengan Undang-undang No 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten

Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak,

Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Sengingi, dan Kota

Batam. Bagansiapiapi terletak di Kabupaten Rokan Hilir, Kecamatan Bangko

3

sekaligus sebagai ibukota kabupaten (pusat administrasi pemerintahan) yang resmi

ditetapkan pada Tahun 2008 hasil pemindahan dari Ujung Tanjung.

Sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Rokan Hilir, Bagansiapiapi

merupakan wilayah yang memiliki karakteristik kawasan yang relatif rawa serta

memiliki kondisi topografi yang cukup rendah berkisar antara 2-4 meter dari

permukaan laut. Dilihat dari posisi wilayahnya, Bagansiapiapi bukan merupakan

wilayah yang sentris terhadap wilayah Kabupaten Rokan Hilir, dimana memiliki

ketimpangan akses pencapaian antar wilayah kecamatan yang ada, serta berada

pada posisi wilayah yang kurang strategis dalam jalur perekonomian.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, mengenai syarat pembentukan daerah ibukota kabupaten khususnya

berkaitan dengan syarat teknis dan strategis, maka dengan ditetapkan Bagansiapiapi

sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Rokan Hilir berdasarkan latar belakang

diatas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Tinjauan Kesesuaian

Lokasi Bagansiapiapi Sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten Rokan Hilir.

4

1.2. Rumusan Masalah

Pemindahan Ibukota Kabupaten Rokan Hilir dari Ujung Tanjung ke

Bagansiapiapi didasari oleh kesiapan sarana dan prasarana pemerintahan serta

mengingat Bagansiapiapi merupakan kota bersejarah, akan tetapi dalam

pemindahan ibukota tesebut kurang memperhatikan dampak terhadap

perkembangan Kota Bagansiapiapi maupun perkembangan wilayah sekitar

dikarenakan kondisi lahan yang relatif rawa serta kesenjangan jarak tempuh antar

wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Rokan Hilir.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka timbulah beberapa pertanyaan

sebagai berikut :

i. Bagaimana tingkat perkembangan wilayah pada tiap kecamatan yang ada di

Kabupaten Rokan Hilir?

ii. Bagaimana tingkat perkembangan wilayah Kota Bagansiapiapi ?

iii. Bagaimana kesesuaian lahan pada kawasan pusat pemerintahan di

Kabupaten Rokan Hilir?

1.3. Tujuan dan Sasaran

1.3.1. Tujuan

Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu

meninjau kesesuaian Kota Bagansiapiapi sebagai Ibukota Kabupaten Rokan Hilir.

5

1.3.2. Sasaran

Berdasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai, maka yang menjadi sasaran dalam

penelitian ini yaitu :

a. Teridentifikasinya tingkat perkembangan wilayah tiap kecamatan di

Kabupaten Rokan Hilir

b. Teridentifikasinya tingkat perkembangan wilayah Kota Bagansiapiapi

c. Teridentifikasinya kesesuaian lahan pada kawasan pusat pemerintahan

berdasarkan kriteria fungsi kawasan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian yang dilakukan memiliki beberapa manfaat baik

dari diri sendri maupun pihak lain. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini

yaitu :

i. Secara akademis penelitian ini diharapak memberikan kontribusi ilmiah

terkait dalam penentuan lokasi pusat pemerintahan.

ii. Secara praktis diharapkan memberikan manfaat melalui hasil analisis

yang dipaparkan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penetapan

pusat pemerintahan untuk mengevaluasi kebijakan dan strategi

pembangunan yang akan datang.

iii. Diharapkan bermanfaat bagi pemerintah sebagai bahan masukan dalam

mengatasi setiap kelemahan yang dimiliki oleh Kota Bagansiapiapi.

6

1.5. Ruang Lingkup Pembahasan

1.5.1. Lingkup Wilayah

Adapun lingkup wilayah penelitian yaitu berada di wilayah Kabupaten Rokan

Hilir termasuk Kota Bagansiapiapi yang merupakan pusat ibukota kabupaten. Hal

ini sesuai dengan syarat penentuan lokasi pusat pemerintahan/ibukota kabupaten

dengan melihat pengaruh perkembangan wilayah kabupaten, tingkat perkembangan

wilayah ibukota kabupaten dan daya dukung lahan yang mampu mendukung

kegiatan pembangunan.

Kabupaten Rokan Hilir merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Bengkalis, sesuai dengan Undang-undang nomor 53 tahun 1999. Wilayah

Kabupaten Rokan Hilir terletak pada bagian pesisir timur Pulau Sumatera antara

1014’ - 2030’ LU dan 100016’ – 101021’ BT. Kabupaten Rokan Hilir memiliki

batas-batas wilayah sebagai berikut:

a) Sebelah utara Berbatasan dengan Propinsi Sumatera Utara dan Selat

Malaka

b) Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten

Rokan Hulu

c) Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Dumai

d) Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara

Bagansiapiapi merupakan bagian dari Kecamatan Bangko. Adapun berperan

sebagai pusat pemerintahan tingkat kabupaten dan kecamatan, permukiman, pusat

7

kegiatan perdagangan dan jasa, serta fasilitas pendidikan dan kesehatan yang

mampu melayani tingkat kabupaten. Wilayah yang mencakup Bagansiapiapi yaitu:

1. Kelurahan Bagan Punak sebagai kawasan permukiman perkotaan

2. Kelurahan Bagan Hulu sebagai kawasan permukiman perkotaan

3. Kelurahan Bagan Timur sebagai kawasan permukiman perkotaan

4. Kelurahan Bagan Kota sebagai kawasan sentral pusat perdagan dan jasa

5. Kelurahan Bagan Barat sebagai kawasan sentral perdagangan dan jasa

serta pendidikan

6. Kelurahan Bagan Jawa sebagai kawasan permukiman perkotaan

7. Kepenghuluan Bagan Punak Pesisir sebagai kawasan permukiman

perkotaan

8. Kepenghuluan Bagan Jawa Pesisi sebagai kawasan permukiman

perkotaan.

9. Kepenghuluan Bagan Punak Meranti sebagai kawasan permukiman

perkotaan dan sentaral pusat pemerintahan tingkat Kabupaten Rokan Hilir

8

9

1.5.2. Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dari penelitian ini yakni mengkaji tingkat

perkembangan wilayah Kabupaten Rokan Hilir dan tingkat perkembangan

Bagansiapiapi yang merupakan hasil dari penetapan Bagansiapiapi sebagai pusat

pemerintahan, serta mengkaji daya dukung lahan Bagansiapiapi untuk melihat

kawasan pusat pemerintahan yang mampu mendukung kegiatan pembangunan.

penelitian ini menyelaraskan antara kreteria untuk memenuhi syarat sebagai pusat

pemerintahan yang di fokuskan pada syarat strategis dan teknis.

Penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana klasifiksi tingkat

perkembangan wilayah Kabupaten Rokan Hilir dan Bagansiapiapi serta daya

dukung lahan yang terdapat pada lokasi penelitian. Proses pembahasan dalam

penelitian ini dimulai dari mengidentifiksi indek perkembangan wilayah

kecamatan dan penentuan klasifikasi perkembangan daerah Bagansiapiapi sebagai

kawasan yang ditetapkan sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Rokan Hilir serta

melihat kesesuaian lahan kawasan pusat pemerintahan yang mendukung kegiatan

pembangunan

Adapun proses identifikasi kesesuaian lahan yang meliputi, topografi,

kemiringan lereng, dan jenis tanah dengan menggunakan pendekatan deskriptif

kuantitatif dimana secara spesifik menggunakan analisis skoring dan spasial

(teknik overlay). Selain itu proses identifikasi perkembangan kota disesuaikan

denga teori yang dikemukakan oleh Sujarto (1989) dimana terdapat tiga faktor

utama dalam perkembangan kota yaitu faktor manusia, kegiatan manusia dan pola

10

pergerakan. Ketiga faktor tersebut terdiri dari beberapa indikator yaitu penduduk,

aksesibilitas, sarana dan prasarana, dan tingkat penggunaan lahan terbangun.

Adapun penelitian tentang kesesuaian lokasi Bagansiapiapi sebagai pusat

pemerintahan Kabupaten Rokan Hilir yang akan dilakukan memiliki beberapa

batasan dalam penelitian ini yaitu :

a. Daya dukung lahan yang diteliti tidak mecakup mengenai kawasan rawan

bencana yang spesifik

b. Penelitian dilakukan tidak meneruskan pada arahan pengembangan

kawasan.

1.6. Sistematika Penyajian

Dalam penulisan ini pembahasan dilakukan dengan sistematika guna

memudahkan dalam penyusunan laporan penelitian. Adapun sistematika penyajian

yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pertama ini akan membahas latar belakang secara singkat sebagai

dasar penelitian ini dilakukan. Selain itu diteruskan pada rumusan masalah,

tujuan dan sasaran, manfaat penelitian, ruang lingkup, kerangka penyajian,

dan sistematikan penyajian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab kedua ini akan menguraikan kajian teoritis yang terdiri dari defenisi,

teori perkembangan wilayah, teori daya dukung lahan, teori penentuan lokasi

11

pusat pemerintahan, dasar hukum dalam menentukan lokasi pusat

pemerintahan,

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan membahas secara rinci waktu dan tempat penelitian, jenis

dan sumber data, teknik pengumpulan data, metode analisis data untuk

menjawab permasalahan yang akan diteliti dan kerangka pembahasan.

BAB IV GAMBARAN UMUM

Pada bab ini akan membahas gambaran umum Kabupaten Rokan Hilir,

gambaran umum Kecamatan bangko mencakup Bagansiapipai, dan tinjauan

kebijakan ruang.

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas analisis tingkat perkembangan wilayah

Kabupaten Rokan Hilir dan tingkat perkembangan Bagansiapiapi serta daya

dukung lahan kawasan pusat pemerintahan. Adapun analisis terdiri dari

analisis indek perkembangan wilayah (IPW) Kabupaten Rokan Hilir, Analisis

Penentuan daerah maju dan tertinggal, dan analisis kesesuaian lahan.

BAB VI PENUTUP

Pada bab terakhir ini akan membahas mengenai kesimpulan hasil dari

penelitian ini dan saran-saran yang aka penulis sampaikan sehubungan

dengan penelitian ini.

12

1.7. Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 1.2 Kerangka Pikir Penelitian