BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Media dan teknologi informasi yang semakin beragam menjadi sebuah
perwujudan dari perkembangan pengetahuan dan keterampilan masyarakat
tentang ilmu telekomunikasi. Efek yang muncul atas berbagai perkembangan
media dan teknologi informasi tersebut juga dapat dijadikan indikator untuk
menilik kondisi sosial masyarakatnya. Oleh karena itu, studi mengenai pengaruh
media terhadap kondisi sosial masyarakat menjadi sebuah topik yang penting
untuk dikaji secara mendalam. Media seakan menjadi sebuah wadah pendistribusi
berbagai isu yang krusial dalam kehidupan masyarakat, seperti isu perkembangan
ekonomi, manuver politik, wacana-wacana sosial, hingga pada up date1 terbaru
perihal fashion2 dan gaya hidup masyarakat. Fungsi media yang sangat informatif,
telah membentuk satu orientasi tersendiri bagi masyarakat, yakni ‗media oriented‟
ketika media menjadi satu pusat rujukan atau referensi atas berbagai isu yang
terjadi. Dengan demikian, secara tidak langsung masyarakat telah digiring untuk
terus mengikuti perkembangan-perkembangan dari isu yang tengah disorot oleh
media. Bahkan, media telah mampu menggiring masyarakat untuk menentukan
1 Up date merupakan istilah untuk merujuk pada sesuatu yang baru, paling baru, menjadi lebih
baru. Biasanya didukung dengan berbagai informasi dan teknologi. (http://artikata.com/arti-196064-update.html Diakses pada 11/11/2015 dan http://kamuslengkap.com/kamus/inggris-indonesia/arti-kata/update Diakses pada 11/11/2015 ) 2 Fashion secara harafiah berarti cara, kebiasaan atau mode. Pada aplikasinya kata fashion
cenderung merujuk pada suatu mode dalam busana/pakaian. Sehingga fashion sering dimengerti sebagai mode berpakaian (http://artikata.com/arti-66171-fashion.html Diakses pada 12/11/2015 dan http://adhe-fashion.blogspot.co.id/ Diakses pada 12/11/2015)
2
pilihan-pilihan dalam hidupnya. Dengan kata lain, media berikut dengan
pengaruh-pengaruh yang dibawanya telah mampu membentuk tatanan sosial
dalam masyarakat. Pernyataan tersebut merujuk pada Abrar terkait peran media
bagi masyarakat terbuka. Pada konteks ini masyarakat terbuka yang dirujuk oleh
Abrar adalah masyarakat yang mengikuti berbagai informasi di era teknologi
komunikasi. Masyarakat terbuka akan mengadopsi informasi dan nilai baru (yang
bersumber dari media) ke dalam struktur masyarakat yang lama (Abrar, 2003).
Sehingga yang terjadi adalah suatu proses perubahan sosial dalam masyarakat.
Salah satu pengaruh media dalam kehidupan sosial masyarakat dapat
terlihat pada ranah gaya hidup. Pada konteks ini, media berupaya mengkonstruksi
suatu gaya hidup melalui konten-konten informasi, berita, artikel maupun gambar
atau foto yang diunggahnya. Pernyataan tersebut merupakan aplikasi dari konsep
Ibrahim dan Akhmad (2014), media dalam hal ini berperan sebagai pembentuk
(constructors) melalui isi yang disebarkan oleh media yang memiliki kekuatan
untuk memengaruhi masa depan masyarakat. Oleh karena itu, jika dalam konteks
ini media yang dimaksud menyebarkan informasi terkait dengan gaya hidup,
maka secara tidak langsung media tengah berupaya untuk mengkonstruksi gaya
hidup. Dengan kata lain, media menjadi aktor atas konstruksi gaya hidup yang
berkembang dalam masyarakat. Secara tidak langsung, media telah menjadi
‗pabrik‘ atas gaya hidup yang selanjutnya berkembang dalam masyarakat dan
bahkan teraktualisasikan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Oleh karena
itu, keberadaan media berikut dengan peran dan fungsi media sangat krusial
dalam keseharian masyarakat.
3
Konten-konten media yang ter-up date secara kontinu, terdistribusi dengan
cepat, praktis dan sangat mudah diakses oleh masyarakat telah membuat media
menjadi salah satu rujukan atas pilihan-pilihan gaya yang diinginkan masyarakat.
Mode-mode berbusana yang ditawarkan oleh berbagai brand fashion3 baik yang
sudah terkenal maupun biasa mampu dikemas oleh media melalui berbagai cara
sehingga dapat dengan mudah menarik perhatian masyarakat. Dengan demikian
masyarakat dapat dengan mudah melihat, mengamati dan mengikuti mode-mode
berbusana yang tengah popular dan sesuai dengan seleranya. media yang dirujuk
adalah Majalah Dewi Online. Majalah Dewi Online merupakan salah satu majalah
fashion pertama di Indonesia. Seperti yang telah diuraikan pada bagian
sebelumnya, media menjadi satu aktor penting dalam konstruksi konsep gaya
hidup masyarakat.
Pada konteks ini media yang dirujuk adalah Majalah Dewi Online.
Dengan demikian, Majalah Dewi Online menjadi aktor yang turut berpartisipasi
dalam proses kontruksi gaya hidup masyarakat melalui unggahan-unggahan
kontennya (baik berupa informasi, berita, artikel, maupun gambar dan foto). Oleh
karena itu, pemahaman atas Majalah Dewi Online itu sendiri sebagai sebuah
‗aktor‘ menjadi satu kajian penting dalam menilik prinsip dan perspektif Majalah
Dewi Online (media) dalam mengkonstruksi gaya hidup yang lantas
didistribusikan kepada publik. Terlebih belakangan ini, perihal gaya hidup dan
3 Brand Fashion secara harafiah berarti merk dari produk-produk fashion seperti pakaian, tas,
sepatu, dll. Lantas merk adalah tanda yang dikenakan oleh pengusaha (pabrik, produsen, dan sebagainya) pada barang yang dihasilkan sebagai tanda pengenal; cap (tanda) yang menjadi pengenal untuk menyatakan nama dan sebagainya. Selain itu merk juga berarti tanda popularitas (http://kbbi.web.id/merek Diakses pada 12/11/2015)
4
fashion menjadi isu yang tengah berkembang dalam masyarakat dengan hadirnya
berbagai alternatif pilihan gaya.
Pengaruh media dalam konteks gaya hidup juga mewujud dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Interaksi sosial dan relasi yang terbentuk
secara tidak langsung juga turut dikonstruksi oleh media (konten media).
Fenomena ‗media oriented‟ seperti yang telah saya kemukakan pada bagian
sebelumnya, tidak hanya membuat media sebagai pusat orientasi dan referensi
atas gaya hidup saja melainkan juga telah menempatkan media sebagai alat yang
bersifat evaluatif bagi berbagai fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Pada konteks ini, konten media yang didistribusikan telah menjadi
suatu evaluative indicator bagi berbagai fenomena sosial, khususnya yang terkait
dengan gaya hidup masyarakat. Bentuk legitimasi yang diberikan masyarakat atas
konten-konten media juga menjadi satu bukti atas fungsi evaluative dari media.
Dengan kata lain, konten-konten yang didistribusikan oleh media menjadi suatu
indikator dalam mengevaluasi perilaku dan gaya hidup masyarakat. Gaya dan
mode-mode berbusana tersebut pada dasarnya dibawa dan didistribusikan oleh
media. Sistem evaluasi yang demikian telah menunjukkan bahwa media memiliki
peran penting dalam menata dan mengontrol kondisi sosial masyarakat (Ibrahim
dan Akhmad, 2014).
5
1.2.Rumusan Masalah
Seiring dengan semakin berkembangnya jaman, media menjadi salah satu
faktor yang dominan dalam kehidupan masyarakat. Mengingat hampir sebagian
persoalan hidup masyarakat terkait dengan media. Terlebih munculnya gadget
berteknologi tinggi dengan harga yang beragam (kisaran harga murah hingga yang
paling mahal) menjadikan masyarakat semakin dekat dengan media dan teknologi
informasi. Fenomena tersebut semakin menegaskan bahwa kehidupan sosial
masyarakat tidak bisa terlepas dari berbagai peran media. Pada konteks ini media
yang dirujuk adalah Majalah Dewi Online yang merupakan salah satu majalah
gaya hidup dan fashion (mode berbusana). Eksistensinya sebagai majalah gaya
hidup dan fashion dapat ditilik melalui kiprah dan prestasinya dalam ranah gaya
hidup dan fashion.
Bertolak dari pernyataan tersebutlah maka penelitian ini berfokus pada
satu permasalahan utama yakni “Bagaimana Media Mengkonstruksikan Gaya
Hidup?”. Pada konteks kajian ini terdapat satu hal yang menjadi masalah dasar
jika ditinjau dari perspektif antropologis yakni ketika media tidak lagi menjamin
martabat masyarakat karena media pada dasarnya memiliki standart-standart
tersendiri. Pernyataan tersebut menjadi masalah utama dalam kajian ini, ketika
media telah mengubah gaya menjadi status bukan lagi sebagai klass. Dengan kata
lain, media berupaya mengkonstruksikan referensi bergaya tidak hanya untuk
menunjukkan klass namun juga untuk mengkonstruksi suatu status. Pernyataan
tersebut menggambarkan adanya unsur kreator gaya hidup dari media tanpa
mempertimbangkan latar belakang kondisi sosial ekonomi budaya konsumennya,
6
sehingga fenomena yang muncul dalam masyarakat lantas upaya
pengkonstruksian status. Sejalan dengan itu, konstruksi gaya hidup oleh media
tidak berdasar pada klass, melainkan justru pada pengkonstruksian status.
Pengaruh dan peran media yang sangat krusial dalam kehidupan
masyarakat tidak dapat dipungkiri lagi. Bahkan kini media menjadi sesuatu yang
‗wajib‘ diperhatikan oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Seperti yang telah
dikemukakan pada bagian sebelumnya, media memiliki prinsip dan perspektif
yang tersirat dalam setiap konten unggahannya. Oleh karena itu pemahaman yang
mendalam atas media itu sendiri menjadi kajian yang penting sebelum pada
akhirnya mengkaji peran, pengaruh dan kontribusi media tersebut terkait dengan
satu isu tertentu.
Persoalan terkait dengan peran, pengaruh dan kontribusi media yang
mampu mempengaruhi kehidupan masyarakat kontemporer khususnya dalam
ranah gaya hidup tersebut akan dikaji melalui 3 pertanyaan penelitian yang juga
dijadikan landasan dalam penelitian ini :
1. Bagaimana media online mengkonsepsikan gaya hidup bagi
masyarakat? Bagaimana masyarakat ditempatkan dalam konsepsi
tersebut?
2. Bagaimana media online merespon struktur-struktur yang ada dalam
masyarakat?
3. Apa makna yang ingin disampaikan melalui gaya hidup dalam media
online?
7
1.3 Tinjauan Pustaka
Kajian terkait gaya hidup menjadi satu isu krusial dalam perkembangan
ilmu sosial. Pernyataan tersebut dilatarbelakangi oleh semakin tingginya
perhatian masyarakat atas gaya hidup yang ditunjukkan melalui beberapa
indikator seperti proses konsumsi dan perlakuan khusus atas tubuh. Keberadaan
tubuh tidak hanya dimaknai sebagai entitas pasif namun juga sebagai satu entitas
aktif yang sarat atas simbol dan makna, sehingga kajian terkait dengan tubuh dan
tampilannya menjadi penting khususnya dalam era budaya modern (Falk, 1994;
Turner, 1984). Sejalan dengan itu, gaya hidup sebagai satu konsep yang lekat
dengan proses konsumsi dan perlakuan khusus atas tubuh juga merupakan satu
fenomena yang layak dikaji proses perkembangannya.
Perkembangan jaman dan berbagai teknologi informasi yang menyertainya
telah berpengaruh dalam perkembangan gaya hidup. Unsur-unsur baru yang
dibawa oleh teknologi informasi telah mengkonstruksi gaya hidup, sehingga gaya
hidup merupakan satu konsep dinamis yang mengalami penyesuaian secara
kontinu sesuai dengan perkembangan zaman. Salah satu bukti adanya peran dan
pengaruh teknologi informasi dalam perkembangan gaya hidup adalah partisipasi
media massa yang mewujud dalam upaya desiminasi informasi-informasi
perkembangan gaya hidup kepada publik. Pada konteks kajian ini, media menjadi
aktor pengkonstruksi gaya hidup melalui informasi-informasi terkait gaya hidup
yang terdesiminasi ke publik. Media yang dimaksud merujuk pada jenis media
online, khususnya majalah gaya hidup online.
8
Media massa menjadi aktor penting dalam proses desiminasi informasi-
informasi terkait dengan gaya hidup. Pernyataan tersebut dilatarbelakangi oleh
sifat dari media massa yang efektif dan efisien dalam mendistribusikan berbagai
informasi kepada publik. Sejalan dengan itu hadirnya sistem layanan data internet
juga turut memaksimalkan kinerja media massa dalam mendistribusikan berbagai
informasi, khususnya gaya hidup. Salah satu media massa yang berperan dalam
proses desiminasi tersebut adalah majalah. Kontennya yang variatif (tidak hanya
terpaku pada teks) menjadi satu nilai lebih dari majalah jika dibandingkan dengan
jenis media massa lain, seperti koran. Jika ditilik kembali dalam konteks kajian
gaya hidup, majalah menjadi satu media yang layak dijadikan pusat analisis
dengan kompleksitas kontennya. Pernyataan tersebut merujuk pada Handajani
yang menyatakan bahwa majalah memiliki konten yang lucu, riang dan
menyenangkan dengan cara ilustrasi menarik berikut dengan warna dan gayanya
(Handajani,2006). Dalam kajiannya terkait dengan majalah dan perempuan,
Handajani menunjukkan bahwa gaya hidup yang merujuk pada fashion
merupakan kebutuhan utama bagi perempuan karena fashion dan gaya hidup
menjadi salah satu cara untuk menjadi modern, namun pada sisi yang lain majalah
juga tetap memperhatikan nilai-nilai lokal upaya mendesiminasikan informasinya
(Handajani,2006).
Pada konteks kajiannya terkait dengan representasi perempuan dalam
majalah, Handajani menunjukkan bahwa perempuan yang direpresentasikan
dalam majalah-majalah berfungsi untuk melanggengkan peran perempuan dalam
ekonomi dan masyarakat. Sejalan dengan itu, majalah-majalah perempuan
9
berupaya menegosiasikan representasi remaja yang mencakup globalisasi dan
tradisi. Pada satu sisi majalah-majalah perempuan menawarkan konsep globalisasi
sebagai sebuah proses yang tengah berlangsung, namun pada sisi yang lain
majalah-majalah perempuan juga tetap mempertahankan nilai-nilai tradisi yang
ada dalam masyarakat (Handajani, 2006). Sejalan dengan Handajani, Nina, dkk
juga telah melakukan suatu kajian terkait dengan representasi perempuan dalam
majalah gaya hidup yang menyatakan bahwa persoalan gaya hidup dalam
masyarakat konsumen Indonesia telah berkembang bersama globalisasi. Kajian
tersebut menyatakan bahwa gaya hidup menjadi isu yang harus diperhatikan
karena berbagai bentuk perkembangan gaya hidup dan perubahan struktural
modernitas saling terhubung melalui refleksivitas institusional (Nina, dkk, 2013).
Kajian terkait isu gaya hidup dan media juga merujuk pada Siregar dan
Mahendro yang menekankan adanya pencitraan dalam setiap representasi
perempuan dalam media4. Implikasi dari fenomena tersebut yakni munculnya
reduksi makna dari konsep ‗cantik‘ itu sendiri (Siregar dan Mahendro, 2011).
Media cenderung menampilkan perempuan dalam standar-standar ideal menurut
perspektif dari media itu sendiri. Pada konteks ini, media telah mengkonstruksi
konsep ‗cantik‘ bagi perempuan. Perempuan cantik dalam media adalah
perempuan yang berkulit putih, berbadan kurus dan berambut lurus (Siregar dan
4 Merujuk pada kajian pencitraan perempuan dalam media, Tanesia mengkategorikan pencitraan
ke dalam 5 bentuk pencitraan yang berbeda; pertama yakni citra pigura (perempuan sebagai sosok yang ideal); kedua yakni citra pilar (perempuan sebagai penyangga rumah tangga); ketiga yakni citra peraduan (perempuan sebagai objek seksual); keempat yakni citra pinggan (perempuan sebagai pengurus dapur); kelima yakni citra pergaulan (perempuan sebagai sosok yang minder dalam pergaulan) (Tanesia, Ade. Representasi Perempuan dalam Media. Pusat Sumber Daya Media Komunitas. http://antaranews.com/berita/1269598504/sumur-kasur-dapur-citra-perempuan-dimedia-massa)
10
Mahendro, 2011). Kriteria menjadi individu yang cantik dikonstruksi melalui
berita dan unsur iklan yang kerap muncul dalam media. Pemilihan jenis unsur-
unsur yang membangun berita dan iklan menjadi satu upaya atas proses
konstruksi tersebut. Media biasanya akan memilah dan memilih unsur-unsur
berita yang sesuai dengan kriteria yang dimaksud (pada konteks ini merujuk pada
kriteria cantik ideal) sebelum disebar ke publik.
Sejalan dengan itu, media tampak telah melakukan proses konstruksi
terkait dengan isu gaya hidup. Pada konteks ini, gaya hidup dikonsepkan sesuai
dengan perspektif dan standar-standar nilai dari media. Seperti majalah yang
memiliki basis orientasi bisnis, sehingga majalah memiliki tujuan yang jelas atas
proses distribusi informasi perkembangan gaya hidup. Selektifitas jenis berita dan
informasi lantas menjadi satu persoalan penting karena terkait dengan orientasi
bisnis tersebut. Media biasanya memiliki prinsip, perspektif dan ideologi yang
berdasarkan pada unsur kepemilikan dan tujuan bisnis yang ingin dicapai.
Pernyataan tersebutlah yang menjadi latar belakang atas ketatnya proses
selektifitas pada ranah jurnalistik untuk mempertahankan kualitas dari berita yang
dimuat. Sejalan dengan pernyataan tersebut Ibrahim dan Suranto juga menyatakan
bahwa media melakukan proses pemilihan berita lantas melalukan interpretasi
bahkan membentuk realitasnya sendiri (Ibrahim dan Suranto, 1998).
Berdasarkan pada beberapa kajian tersebut, dapat dilihat bahwa media
memiliki peran dan fungsi yang krusial dalam konteks distribusi informasi,
khususnya ranah gaya hidup. Media memiliki strategi khusus dalam proses
pemilihan berita yang akan didistribusikan. Dengan demikian, berita-berita yang
11
termuat dan terdistribusi sebenarnya telah mengalami proses konstruksi oleh
redaksi-redaksi media massa yang pada konteks kajian ini merujuk pada majalah.
Sejalan dengan itu, berita dan informasi terkait dengan isu gaya hidup yang
termuat dalam media, merupakan satu wujud atas peran media dalam konstruksi
gaya hidup.
1.4 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan pada berbagai fenomena sosial yang terjadi belakangan ini,
tidak dapat dipungkiri bahwa media memberikan fungsi dan pengaruh yang sangat
signifikan dalam persoalan hidup masyarakat. Dengan kata lain, media telah
berperan langsung dalam menata dan memberikan kontrol sosial. Merujuk pada
konsep Ibrahim dan Akhmad, media lantas tidak hanya berperan untuk memberi
informasi (to inform) melainkan juga untuk mendidik (to educate) masyarakat
(Ibrahim dan Akhmad, 2014). Pentingnya peran dan posisi media juga
dikemukakan oleh Baudrillard bahwa bentuk-bentuk teknologi dan informasi baru
menjadi pusat perubahan tatanan sosial yang produktif ke tatanan sosial yang
reproduktif, ketika berbagai simulasi dan modal semakin melanda dunia sehingga
perbedaan antara yang nyata dengan yang tampak menjadi kabur (Baudrillard,
1983).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kontrol media atas berbagai
fenomena sosial secara tidak langsung telah mengkonstruksikan nilai-nilai atau
standarisasi tertentu yang terkadang tidak ada relevansinya dengan nilai-nilai
sosial yang sudah lama hidup dan berkembang dalam masyarakat. Globalisasi dan
12
modernisasi zaman telah memberikan ruang yang luas pada media, sehingga
peran dan fungsinya kini menjadi semakin krusial. Bahkan hampir seluruh ranah
kegiatan manusia telah terpengaruh oleh peran dan fungsi dari media. Salah satu
contoh riil dari adanya peran dan pengaruh media dapat dilihat dalam ranah
konsumsi dan gaya hidup, media menjadi faktor utama penyebab munculnya
dinamika-dinamika khusus dalam ranah konsumsi dan gaya hidup.
Isu terkait dengan konsumsi dan gaya hidup telah menjadi isu sentral
dalam perkembangan zaman belakangan ini. Oleh karena itu, berbagai dinamika
yang muncul terkait dengan isu konsumsi dan gaya hidup suatu masyarakat patut
untuk dikaji lebih dalam. Pentingnya mengkaji gaya hidup yang dimiliki oleh
masyarakat sejalan dengan teori konstruksi gaya hidup milik Chaney, ―gaya hidup
kita membantu mendefinisikan sikap, nilai-nilai, dan menunjukkan kekayaan serta
posisi sosial kita‖ (Chaney, 2011). Gaya hidup lantas tidak hanya sebagai sebuah
upaya memenuhi berbagai kebutuhan biologis saja namun juga memenuhi
kebutuhan ‗sosial‘ individu dalam bermasyarakat. Pada kenyataannya, gaya hidup
dan gaya berbusana menyiratkan fungsi turunan yang lain seperti representasi
karakter individu dan posisi sosial individu dalam suatu tatanan masyarakat.
Dengan demikian individu seharusnya dapat memilih gaya hidup yang sesuai
dengan posisi sosialnya dalam bermasyarakat. Globalisasi telah memberikan
berbagai pilihan bagi masing-masing individu untuk menentukan pilihan gaya
hidup yang pada dasarnya merupakan representasi dari jati diri individu itu
sendiri.
13
Berdasar pada konstruksi gaya hidup yang terus mengalami perkembangan
dan penyesuaian dengan era globalisasi, maka pada konteks kajian ini
postmodernisme menjadi suatu paradigma yang tepat untuk mengkaji berbagai
bentuk perkembangan gaya hidup dan upaya pemilihan suatu gaya hidup.
Pernyataan tersebut merujuk pada pandangan postmodernisme yang menawarkan
―unsur keragaman, radikalisme dan eklektisme, yaitu bentuk keterbukaan dan
kesediaan postmodern untuk senantiasa menyapu berbagai perspektif‖
(Sugihartati, 2014).
Menurut Turner, postmodernisme pada dasarnya merupakan bentuk lain
dari postliberalisme atau hiperliberalisme (Turner, 2000), sehingga
postmodernisme merupakan suatu pandangan alternatif yang lebih menekankan
hakikat superfisial dan keberlakuan masa pendek. Konsep tersebut merujuk pada
gaya, tren dan citra yang terwujud melebihi substansi dan makna (Jones, 2009;
Sugihartati, 2014). Paradigma postmodern juga menekankan pada aspek estetika
yang menggambarkan suatu kondisi yang berubah. Oleh karena itu,
postmodernisme selalu berupaya melihat fenomena melalui perspektif yang
berbeda sehingga memunculkan hasil-hasil yang mengejutkan dan terkadang tidak
bernalar. Dengan kata lain, postmodernisme merupakan counter culture dari
kebudayaan massa atau dengan kata lain menolak generalisasi. Dengan demikian,
postmodernisme berupaya kembali pada inspirasi-inspirasi tradisi yang mulai
dikaburkan oleh kebudayaan massa melalui penggalian emosi, perasaan, intuisi,
refleksi, spekulasi, pengalaman personal, kebiasaan, kosmologi, tradisi dan
religiusitas.
14
Perspektif yang ditekankan oleh paradigma postmodern pada kajian ini
diaplikasikan dalam kajian terkait gaya hidup. Gaya hidup lantas menjadi satu isu
kajian dalam pandangan postmodernisme, mengingat gaya hidup konsumen dan
konsumsi massa yang mendominasi cita rasa dan gaya menjadi fenomena baru
dalam masyarakat. Pandangan tersebut masih merujuk pada teori konstruksi gaya
hidup dari Chaney bahwa ―perkembangan gaya hidup dan perubahan struktural
modernitas saling terhubung melalui refleksivitas institusional, karena
‗keterbukaan‘ kehidupan sosial masa kini, pluralitas konteks tindakan dan aneka
ragam pilihan otoritas gaya hidup semakin penting dalam penyusunan identitas
diri dan aktivitas keseharian‖ (Chaney, 2011).
Pada konteks ini, gaya hidup yang dimaksud adalah tampilan individu
yang merujuk pada penggunaan busana (gaya busana) dalam keseharian. Gaya
hidup merujuk pada bagaimana masyarakat merumuskan suatu ‗gaya‘ atau ‗style‘
yang digunakannya untuk merepresentasikan jati dirinya sebagai seorang individu
yang aktif dalam kehidupan sosial bermasyarakat melalui gaya-nya. Dengan kata
lain, konsep gaya hidup yang dirujuk dalam thesis ini adalah tampilan individu
yang dilihat berdasarkan busana, pakaian dan aksesoris lain yang dipakainya.
Oleh karena itu, fokus objek kajian mengarah pada gaya busana yang dikenakan
berikut dengan berbagai aksesoris-aksesoris pendukungnya. Pandangan tersebut
sejalan dengan teori gaya hidup Chaney yang menentukan suatu tatanan,
serangkaian prinsip pada setiap pilihan yang dibuat individu dalam kehidupan
sehari-hari (Chaney, 2011).
15
Pernyataan tersebut menjadi dasar munculnya berbagai dinamika dalam
isu gaya hidup, khususnya pada praktik konsumsi masyarakat. Belakangan ini
mengkonsumsi barang menjadi salah satu kegiatan wajib yang nampaknya harus
dilakukan oleh masing-masing individu untuk tetap dapat menyesuaikan dengan
perkembangan jaman. Praktik konsumsi barang tidak hanya berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya melainkan memiliki makna-makna lain yang
menyertainya. Fenomena tersebut sejalan dengan pemikiran Baudrillard dalam
teori budaya konsumennya yang menyatakan bahwa ciri-ciri terpenting dari
gerakan yang menuju ke arah produksi massa berbagai komoditas yakni hilangnya
manfaat-manfaat asli yang ‗hakiki‘ dari benda-benda yang berujung pada
konsumsi tanda (Baudrillard, 1975). Sehingga konsumsi tidak hanya dimengerti
sebagai konsumsi nilai-manfaat, namun juga mengarah pada konsumsi tanda.
Pada konteks ini, media menjadi massa elektronik dalam masyarakat kapitalisme
baru memberikan peranan yang sangat penting (Baudrillard, 1983).
Konsep tersebut menjadi dasar analisis dalam melihat fenomena sosial
yang diakibatkan oleh dominannya media sosial dalam kehidupan masyarakat.
Pada konteks ini konsumsi busana (mode-berbusana/trend) tidak hanya sekedar
untuk memenuhi kebutuhan sandang masyarakat, melainkan juga sebagai alat
untuk menunjukkan eksistensi dirinya dalam masyarakat. Bahkan konsumsi
busana (fashion) dapat memberikan implikasi sosial bagi individu-individu terkait
dengan penggunaan gaya berbusananya. Perspektif yang beriringan juga datang
dari Nordholt bahwa pakaian akan sangat berperan dalam menentukan citra
16
seseorang bahkan pakaian dapat menentukan berlangsungnya proses diskriminasi
dan hegemoni sosial (Nordholt, 1997).
Terkait dengan peran dan fungsi pakaian bagi individu, maka pilihan atau
selera individu dalam berpakaian akan mencerminkan jati diri dan kepribadian
dari individu itu sendiri (Hendariningrum dan Susilo, 2008). Dengan kata lain
pakaian merupakan satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat jati diri
dan kepribadian hingga pada akhirnya merujuk pada satu identitas individu.
Pernyataan tersebut sejalan dengan konsep Barker, identitas adalah apa yang kita
pikirkan tentang diri kita sebagai pribadi (Barker,2005). Mengingat, pakaian
menjadi satu unsur yang selalu dipikirkan oleh masyarakat seperti jenis, model,
bahan dan warna pakaian yang harus selalu disesuaikan dengan konteks kegiatan
yang dilakukan. Sebagaimana kita pahami, pakaian merupakan salah satu
indikator dalam melihat gaya hidup. Dengan demikian distribusi mode pakaian
atau berbusana menjadi satu proses penentu perkembangan gaya hidup.
Muatan berita yang terkait dengan gaya hidup dalam media, menjadi satu
referensi atau bahan rujukan bagi masyarakat yang akan melakukan konsumsi,
khususnya yang berkaitan dengan mode atau gaya berbusana. Pada konteks ini
media secara tidak langsung telah turut berperan dalam proses mengkaji
masyarakat kontemporer. Berdasar dari pandangan Sahlin, benda-benda material
beserta produksi, pertukaran seta konsumsinya harus dipahami dalam suatu
matriks budaya (Sahlin, 1974). Munculnya budaya konsumen menjadi suatu
pernyataan bahwa dunia benda serta prinsip-prinsip strukturasinya merupakan hal
yang terpenting dalam memahami masyarakat kontemporer (Featherstone, 2008).
17
Masyarakat kontemporer dipahami sebagai masyarakat yang berada pada
kondisi mengambang karena posisinya yang sangat rentan, dalam artian berada
dalam posisi yang tidak stabil (masih bergerak secara kontinu mengikuti
perkembangan jaman). Masyarakat semacam ini dapat dengan mudah
terprovokasi oleh berbagai ide-ide baru yang masuk. Dengan kata lain posisi
masyarakat yang liminal, telah memberi ruang bagi masuknya isu-isu baru.
Seperti halnya isu tentang gaya hidup dan mode berbusana. Mode-mode busana
baru yang dikemas media dan didistribusikan secara kontinu (karena mengalami
perkembangan terus menerus) telah menjadi satu referensi atas gaya yang diminati
dan diterima oleh masyarakat. Kondisi masyarakat yang mengambang dan rentan
justru memberikan ruang bagi masyarakat untuk bisa menerima berbagai ide-ide
baru terkait dengan mode busana. Hasilnya, masyarakat sering terbawa arus mode
atau trend berbusana karena mudah terpengaruh oleh konten-konten yang
didistribusikan oleh media, khususnya majalah fashion (Mursito, 2013).
Pada dasarnya, fenomena tersebut menyiratkan adanya masalah krusial
dalam diri masyarakat yakni adanya krisis identitas, mengingat individu-individu
tersebut belum memiliki identitas yang tetap. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa praktik konsumsi dan pemilihan gaya busana tidak hanya sekedar
memenuhi kebutuhan manusia akan sandang saja, melainkan justru memiliki
fungsi yang tak kalah penting terkait dengan konstruksi identitas dan status
sosialnya sebagai anggota dari masyarakat kontemporer.
Perkembangan fashion dan gaya hidup tersebut tidak hanya terkait dengan
identitas masyarakat saja, melainkan juga terkait dengan media yang menjadi
18
aktor dan distributor dari perkembangan fashion dan gaya hidup tersebut. Proses
pembuatan dan penyebaran informasi gaya hidup tidaklah bersifat alamiah saja
melainkan justru sarat atas nilai-nilai khusus. Oleh karena itu, pemahaman atas
media sebagai seorang aktor atau agen menjadi kajian yang krusial dalam
perkembangan fashion dan gaya hidup dalam masyarakat. Prinsip dan perspektif
media sebagai seorang aktor dan distributor perlu dipahami untuk selanjutnya
melihat unsur-unsur kepentingan yang terkait dengan media tersebut. Pada
konteks ini media merupakan sebuah ruang yang diciptakan tidak aktual karena
hanya terbentuk oleh sistem kendali informasi data namun mendekati dunia nyata
dengan berbagai karakter yang dimilikinya (Piliang, 2001).
1.5. Metode Penelitian
Topik gaya hidup yang menjadi fokus pada tulisan ini akan ditinjau
melalui muatan-muatan berita yang termuat dalam media. Mengingat berbagai
fenomena-fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat khususnya yang
berkaitan dengan gaya hidup merupakan akibat dari distribusi berita melalui
media. Seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, media menjadi satu
aktor penting dalam konstruksi konsep gaya hidup masyarakat melalui unggahan-
unggahan kontennya (baik berupa informasi, berita, artikel, maupun gambar dan
foto).
Media yang dirujuk adalah Majalah Dewi Online yang merupakan salah
satu majalah fashion pertama di Indonesia. Majalah Dewi Online merupakan salah
19
satu majalah fashion online terbesar disamping majalah Femina, majalah Nova
dan jenis majalah fashion lainnya. Disamping majalah online, Majalah Dewi juga
mengeluarkan publikasi dalam bentuk hardfile yang diedarkan setiap bulannya.
Sehingga update perkembangan fashion, mode berbusana dan berita-berita lain
terkait dengan perkembangan fashion dan gaya hidup dilakukan secara berkala
(setiap bulannya)5. Pemilihan Majalah Dewi Online sebagai rujukan utama dalam
konteks penelitian ini juga dikarenakan konten dari Majalah Dewi yang fokus
pada fashion saja.
Pengumpulan data melalui muatan berita majalah Dewi online dilakukan
selama 9 bulan terakhir publikasi majalah Majalah Dewi online dengan berfokus
pada beberapa sub konten tertentu. Beberapa sub konten yang digunakan dalam
konteks penelitian ini, antara lain News, Fashion, Tips, Health and Beauty.
Muatan-muatan berita yang termuat dalam sub konten tersebutlah yang digunakan
untuk menganalisis prinsip dan perspektif media Majalah Dewi Online sebagai
sebuah aktor yang berpartisipasi dalam konstruksi gaya hidup masyarakat. Oleh
karena itu, pemahaman atas Majalah Dewi Online itu sendiri sebagai sebuah
‗aktor‘ menjadi satu kajian penting dalam menilik prinsip dan perspektif Majalah
Dewi Online (media) dalam mengkonstruksi gaya hidup yang lantas
didistribusikan kepada publik. Terlebih belakangan ini, perihal gaya hidup dan
5 Redaksi Majalah Dewi berpusat di Gedung Femina, Lantai 5 Jl. HR Rasuna Said, Blok B, Kav 32-
33,Jakarta 12910 Telepon Majalah Dewi [021] 525 3816, 520 9370 ext 4230. Fax Majalah Dewi [021] 520 9366 , Email [email protected] Info Berlangganan : Hubungi Divisi Pelayanan Pelanggan Femina Group di [021] 4682 5555 (http://alamat-redaksi.blogspot.com/2015/03/alamat-redaksi-majalah-dewi.html Diakses pada 12/11/2015)
20
fashion menjadi isu yang tengah berkembang dalam masyarakat dengan hadirnya
berbagai alternatif pilihan gaya.
Konstruksi gaya hidup oleh Majalah Dewi Online akan dianalisis
menggunakan metode kualitatif dan data primernya diambil dari muatan berita-
berita terkait dengan gaya hidup dari media online yakni Majalah Dewi Online.
Distribusi informasi berbasis internet (online) dipilih karena sifatnya yang praktis,
cepat dan mudah diakses oleh siapa saja. Kemungkinan besar, berita-berita yang
termuat dalam media online tersebut merupakan berita terkini atau perkembangan
terbaru (up to date). Sifatnya yang praktis, cepat dan mudah diakses oleh
masyarakat menjadikan media online memiliki peran yang cukup krusial dalam
pembentukan orientasi gaya hidup masyarakat. Pencarian relevansi data juga akan
dilakukan melalui studi literatur atau studi kepustakaan terkait dengan kebutuhan
data peneliti.
Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut, maka thesis ini akan
berfokus pada 3 bagian utama. Pertama yakni konseptualisasi gaya hidup dan
fashion dalam Majalah Dewi Online itu sendiri. Unggahan-unggahan konten
(artikel dan gambar/foto) secara kontinu menjadi indikator jelas dalam melihat
bagaimana Majalah Dewi Online mengkonsepkan gaya hidup hingga akhirnya
didistribusikan kepada masyarakat untuk selanjutnya bisa diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Aktualisasi berbagai konten tersebut bertujuan untuk
membentuk eksistensi dan jati dirinya dalam kehidupan bermasyarakat. Bagian
kedua berfokus pada respon Majalah Dewi Online terhadap struktur-struktur yang
melekat pada gaya hidup. Pada kenyataanya gaya hidup dan fashion tidak bisa
21
lepas dari berbagai struktur yang telah mengakar dalam masyarakat. Gaya hidup
dan fashion pada akhirnya bukanlah suatu entitas yang netral tanpa nilai. Terakhir
pada bagian yang ketiga, penulis lebih fokus untuk menilik produksi makna
simbolik yang dikonstruksikan oleh Majalah Dewi Online melalui kontennya.
Pada dasarnya media yang dalam konteks ini merujuk pada Majalah Dewi Online,
bukanlah suatu media yang mengunggah konten-kontennya secara netral dan
bebas nilai.