BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UMS
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UMS
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Depresi merupakan gangguan psikologis yang ditandai dengan gejala
turunnya mood, hilangnya nafsu makan serta minat terhadap sesuatu hal,
perasaan bersalah dan gangguan tidur (WHO,2012). Depresi memang
bukan suatu penyakit fisiologis yang dapat dilihat dengan mata telanjang
layaknya kanker, diabetes serta penyakit-penyakit lain. Namun, justru
inilah yang menyebabkan depresi menjadi salah satu penyakit yang
ditakuti dan mematikan. Penderita depresi memang tidak menunjukkan
gelaja secara fisik. Akan tetapi, jika tidak ditangani dengan serius, akan
berpotensi melakukan berbagai tindakan kekerasan baik kepada diri
sendiri (self harm). Individu yang mengalami stress dan depresi akan
cenderung melakukan perilaku menyakiti diri sendiri, percobaan bunuh
diri maupun bunuh diri. Hal ini didukung oleh data dari (WHO, 2015)
Bahwa terdapat 800.000 kasus bunuh diri terjadi disebabkan karena
depresi.
Saat ini, gangguan jiwa depresi menjadi beban kesehatan terbesar di
dunia. (WHO,2015) memperkirakan depresi akan menjadi beban
kesehatan terbesar kedua setelah penyakit jantung iskemik pada tahun
2020 Depresi juga menjadi penyebab disabilitas terbesar di seluruh
penjuru dunia serta menyumbang beban ekonomi yang besar bagi negara
(WHO, 2017). Depression and other common mental disorders: Global
health estimates. Geneva: World Health Organization. Di Indonesia
sendiri, berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas,2013)
Prevalensi penderita gangguan jiwa mencapi 6% dari keseluruhan
penduduk Indonesia dengan tanda depresi dan kecemasan sebagai gejala
yang paling sering ditunjukkan (Depkes,2013)
Individu yang memasuki usia remaja sangat rentan mengalami
masalah gangguan mental, termasuk depresi. (WHO,2016) menyatakan
2
bahwa banyak penyakit kesehatan mental yang terjadi pada inidvidu di
akhir usia anak dan awal usia remaja. Studi dari The 2001– 2004 National
Comorbidity Survey-Adolescent Supplement menemukan bahwa sekitar
11% remaja mengalami gangguan depresi mayor saat menginjak usia 18
tahun (Avenevoli, Swendsen, He, Burstein, & Merikangas, 2015). Di
Indonesia sendiri, 3,4 juta dari total keseluruhan 40 juta remaja dalam
rentang usia 10-19 tahun mengalami gangguan mental pada tahun 2013
dengan depresi sebagai gangguan yang paling sering terjadi.
(Riskesdas,2013).
Menurut World Health Organization (WHO,2015) Remaja
merupakan penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Sementara
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomer 25 tahun 2014, remaja
merupakan penduduk dalam usia rentang 10-18 tahun. Penduduk berusia
remaja menjadi mayoritas dari keseluruhan penduduk dunia. Berdasarkan
hasil sensus penduduk tahun 2010, remaja menempati posisi terbanyak
dari keseluruhan jumlah penduduk yaitu mencapai 43,5 juta jiwa atau
sekitar 18% dari jumlah penduduk. Sementara menurut survey yang
dilakukan WHO pada tahun 2014, jumlah remaja mencapai 18% dari
keseluruhan penduduk dunia yang jumlahnya mencapai 1,2 milyar juta
jiwa (WHO, 2014)
Peningkatan jumlah remaja yang mengalami depresi dari tahun ke
tahun. Di beberapa tahun terakhir, prevalensi remaja yang mengalami
depresi semakin lama semakin meningkat. Sebuah penelitian yang
dilakukan oleh (Mojtabai, Olfson, dan Han, 2016) terhadap 172.495
remaja yang berusia 12-17 tahun dan 178.755 usia dewasa antara 18-25
tahun di Amerika Serikat, menunjukkan prevalensi terjadinya depresi
pada remaja dan dewasa awal meningkat di tahun-tahun terakhir ini, yaitu
dari 8.7% di tahun 2005 menjadi 11.3% di tahun 2014 pada usia remaja,
dan dari 8.8% menjadi 9.6% pada usia dewasa awal. Data-data tersebut
semakin membuktikan bahwa depresi bukan merupakan penyakit yang
remeh.
3
Depresi pada remaja merupakan masalah kesehatan serius yang tidak
bisa dipandang sebelah mata. Remaja yang mengalami depresi akan
menunjukkan tanda-tanda penurunan kualitas hidup. Tanda-tanda tersebut
meliputi sering tidak masuk sekolah, mudah terpancing emosi, absen dari
sekolah, mudah marah, menurunnya interaksi dan komunikasi, sulit
berkonsentrasi, sulit membangun hubungan, merasa tidak berdaya, dan
pikiran untuk membahayakan diri mulai dari menyakiti diri hingga
perilaku bunuh diri atau merusak diri (Stuart, 2013).
Remaja yang mengalami depresi akan terus berpikir dan
mengembangkan pikiran negative serta menyimpang. Remaja cenderung
akan selalu menyalahkan dirinya sehingga akan menyebabkan terjaidnya
penyimpangan kognitif baik terhadap dirinya, lingkungan maupun masa
depannya. Hal tersebut akan membuat remaja dengan depresi akan selalu
menafsirkan hal-hal yang terjadi di sekitarnya secara negative serta
mengambil keputusan yang tidak tepat (Beck dalam Nora, dkk 2011).
Dampak dari depresi diantaranya adalah remaja akan berpotensi untuk
menngkonsumsi alcohol serta obat-obatan terlarang. Stuart (2013)
menggambarkan bahwa sekitar 20%- 25% remaja terlibat
penyalahgunaan zat dan sebanyak 5%-10% remaja akan melakukan
tindakan bunuh diri saat mengalami depresi. Lebih dari 12.000 remaja
dirawat dirumah 4 sakit di Amerika Serikat tiap tahunya akibat ancaman
tindakan bunuh diri (Safitri, 2013). Hal ini semakin diperkuat dengan data
dari WHO pada tahun 2015 yang menunjukkan bahwa depresi merupakan
penyebab penyakit utama penyakit dan kecacatan yang dialami oleh
remaja dengan bunuh diri sebagai penyebab kematian kedua.
Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya
tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal
dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap
santri. Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan
masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan
lainnya.Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan
4
pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, di mana seorang
kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan
kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama Abad
pertengahan, dan para santrinya biasanya tinggal di pondok (asrama)
dalam pesantren tersebut
Pondok pesantren merupakan tempat untuk mengenyam pendidikan
setara dengan SMP/SMA. Perbedaan pondok pesantren dan sekolah pada
umumnya adalah tempat tinggal, siswa di tuntut untuk mandiri dan
tinggal di asrama. Di usia remaja pisah dengan orang tua dan
meninggalkan kebiasaan tidak memegang alat komunikasi butuh sekali
adaptasi. Dengan adaptasi berikut siswa pun bisa menjadi murung,
nangis, bahkan sampai depresi.
Menurut survey pendahuluan yang peneliti lakukan, peneliti
menemukan data pernyataan bahwa dulu pernah ada santri di pondok X
tersebut terdapat indikasi depresi sedang. Maka dari itu peneliti
bermaksud untuk melakukan penelitian deteksi dini depresi pada remaja
yang nantinya hasil dari penelitian tersebut akan dilakukan tindak lanjut
bersama tim peneliti berupa terapi latihan.
Remaja dengan depresi memerlukan penanganan yang tepat. Akan
tetapi, faktanya, masih banyak kasus depresi pada remaja tidak
terdiagnosis sejak awal dan baru terdiagnosis ketika mengalami kesulitan
yang parah baik dalam sekolah maupun membangun hubungan dengan
lingkungan. Hal ini dikarenakan, tanda dan gejala depresi yang
ditunjukkan oeh remaja mirip dengan karakteristik emosi remaja yang
digambarkan masih memiliki kekacauan emosi, mudah stress serta
memiliki toleransi stress yang rendah. (Dianovinina, 2018).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka peneliti
menetapkan rumusan masalah sebagai berikut : "Bagaimana Gambaran
Tingkat Depresi Remaja Di Pondok Pesantren X Sukoharjo?”
5
1.3 Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran tingkat depresi pada remaja di pondok
pesantren X sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui karakteristik personal responden pada remaja
yang mengalami depresi.
b. Untuk mengetahui tingkat depresi pada remaja di pondok
pesantren.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan untuk dikembangkan
dalam penelitian selanjutnya.
2. Bagi institusi pendidikan keperawatan.
a. Hasil dari penelitian ini dimaksudkan untuk menambah
perbendaharaan ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan.
b. mengenai pentingnya deteksi dini depresi di remaja komunitas.
c. Bagi mahasiswa keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan belajar ataupun bahan
referensi untuk menyusun skripsi. Peneliti juga berharap agar
mahasiswa keperawatan termotivasi untuk melakukan penelitian,
baik dengan tema serupa maupun yang lainnya.
1.5 Keaslian Kepenulisan
Tabel 1.1 Keaslian Kepenulisan
No Judul Artikel;
Tahun
Metode Hasil Penelitian Perbedaan
1. Andi Nizar
Naharudin
(2017)
Metode pengumpulan
data berupa ZSDS
(Zung Self-
Hasil penelitian
menunjukkan 82,9 %
orang atau mayoritas
Instrumen
penelitian
6
Depression Scale) normal, 10, 37%
mengalami depresi
ringan dan 0,43 %
mengalami depresi
ringan.
2. Septian Affan
Hakiqi (2013)
Metode pengumpulan
data menggunakan
hasil dari Beck
Depression
Inventories II (BDI-
II) untuk mengukur
tingkat depresi pada
remaja atau siswa.
a) Pada penelitian ini
lebih banyak laki-laki
(60%), sedangkan
keadaan tingkat
depresi yang lebih
berat terjadi pada
remaja perempuan.
b) Sebagian besar tingkat
depresi remaja yang
bertempat tinggal di
rumah berada pada
tingkat depresi
minimal (76%)
c) Tingkat depresi
remaja yang menetap
di pondok pesantren
38% dengan depresi
minimal dan tingkat
depresi berat (10%)
Instrumen
Penelitian
3. Asella Sanvina
Arsita (2016)
Penelitian ini
menggunakan
observasional analitik
dengan pendekatan
cross sectional
dengan metode
pengambilan sampel
menggunakan
Probability Sample,
dengan teknik
Cluster. Data diukur
menggunakan
kuesioner BDI untuk
mengetahui tingkat
depresi dan kuesioner
L-MMPI untuk
Tingkat depresi pada
siswa putri di Pondok
Pesantren Al-Mukmin
sebanyak 19 santriwati
(22,09%) dan di SMA
Negeri 2 Sukoharjo
sebanyak 7 siswa putri
(8,13%).
Inatrumen
Penelitian
7
mengetahui skor
kejujuran
4. Arum Pratiwi
(2018)
Desain penlitian ini
adalah eksperimen
semu dengan
kelompok control
pretest dan post test.
Sampel yang diambil
menggunakan strategi
purpose sampling dan
menggunakan
kuesioner BECK.
Hasil pretest
menunjukkan bahwa
tingkat distribusi depresi
pada kelompok
perlakuan 62,5%
responden adalah depresi
ringan dan pada
kelompok kontrol,
62,5% responden adalah
depresi sedang. Hasil
post-test, pasien dengan
depresi ringan menurun
menjadi 25% dan pasien
dengan depresi sedang
adalah 37,5%.
Sasaran
responden,
instrumen
penelitian.