BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas...

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transaksi perbankan merupakan hubungan hukum antara, bank dengan nasabah di bidang bisnis, yang di dalamnya kedua belah pihak saling membutuhkan. Transaksi perbankan terdiri atas transaksi di bidang pendanaan dan transaksi di bidang perkreditan. Transaksi perbankan di bidang perkreditan memberikan peran bagi bank sebagai lembaga penyedia dana bagi para debitur. Bentuknya dapat berupa kredit, seperti kredit konsumtif, kredit investasi, kredit modal kerja, kredit usaha kecil, dan jenis-jenis kredit lainnya sesuai dengan kebutuhan debiturnya. Hubungan antara debitur dan bank merupakan hubungan interpersonal. Dengan perkembangan jaman yang semakin maju, menyebabkan setiap manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan beraneka ragam cara, sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan sangat terbatas. Hal tersebut yang membuat manusia memerlukan bantuan untuk memenuhi keinginannya. 1 Seperti membuka usaha sampingan, manusia memerlukan bantuan dalam bentuk modal dan hal ini didapat dengan bantuan dari bank dalam bentuk tambahan modal, inilah yang disebut dengan Kredit. 2 Menurut Pasal 1 angka 11 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas 1 Gunawan Widjaja dan Kartini Mulyadi, 2003, Jual Beli Seri Hukum Perikatan, Cet 1, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.2 2 Hermansyah, 2003, Hukum Perbankan Indonesia, Cet. II, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.60. 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transaksi perbankan merupakan hubungan hukum antara, bank dengan

nasabah di bidang bisnis, yang di dalamnya kedua belah pihak saling

membutuhkan. Transaksi perbankan terdiri atas transaksi di bidang pendanaan dan

transaksi di bidang perkreditan. Transaksi perbankan di bidang perkreditan

memberikan peran bagi bank sebagai lembaga penyedia dana bagi para debitur.

Bentuknya dapat berupa kredit, seperti kredit konsumtif, kredit investasi, kredit

modal kerja, kredit usaha kecil, dan jenis-jenis kredit lainnya sesuai dengan

kebutuhan debiturnya. Hubungan antara debitur dan bank merupakan hubungan

interpersonal.

Dengan perkembangan jaman yang semakin maju, menyebabkan setiap

manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan beraneka ragam

cara, sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan sangat

terbatas. Hal tersebut yang membuat manusia memerlukan bantuan untuk

memenuhi keinginannya.1 Seperti membuka usaha sampingan, manusia

memerlukan bantuan dalam bentuk modal dan hal ini didapat dengan bantuan dari

bank dalam bentuk tambahan modal, inilah yang disebut dengan Kredit.2

Menurut Pasal 1 angka 11 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas

1Gunawan Widjaja dan Kartini Mulyadi, 2003, Jual Beli Seri Hukum Perikatan, Cet 1, PT.

Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.2

2Hermansyah, 2003, Hukum Perbankan Indonesia, Cet. II, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta, h.60.

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

2

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3790, selanjutnya disebut UU Perbankan) :

Kredit Bank adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,

imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Sebagai salah satu badan usaha yang berorientasi pada keuntungan, bank

berusaha untuk menyalurkan kredit sebanyak-banyaknya kepada masyarakat. Saat

ini bank dihadapkan pada persaingan yang sangat ketat antar bank mengingat

semakin banyaknya muncul bank-bank baru. Untuk memenangkan persaingan

banyak cara yang dilakukan oleh bank salah satunya memberikan service yang

terbaik untuk calon debiturnya yang bertujuan agar calon debitur tersebut tidak

berpaling ke bank lain. Salah satunya dengan mempermudah persyaratan dalam

pengajuan kredit.

Di satu sisi kredit menjadi sumber pendapatan dan keuntungan Bank yang

terbesar, di sisi lain kredit juga merupakan jenis kegiatan menanamkan dana yang

sering menjadi penyebab utama Bank menghadapi masalah besar. Oleh karena itu

tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh

keberhasilannya dalam mengelola kredit. Bank yang berhasil mengelola kreditnya

diprediksikan akan berkembang usahanya. Kondisi Bank yang selalu dirongrong

kredit bermasalah pasti akan mundur usahanya. Kemunduran usaha perbankan

karena kerugian yang didatangkan dari kerugian kredit ini akan lebih besar

dibandingkan kerugian yang didatangkan dari jenis usaha lainnya, karena jumlah

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

3

dana yang ditanam dalam jenis kegiatan lain ini biasanya lebih kecil bila

dibandingkan dengan jumlah dana yang ditanam dalam jenis kegiatan kredit.

Kegiatan pinjam meminjam uang atau kredit adalah kegiatan yang telah

dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang

sebagai alat pembayaran. Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi di

masyarakat dapat diperhatikan bahwa umumnya sering dipersyaratkan adanya

penyerahan jaminan utang oleh pihak peminjam kepada pihak pemberi pinjaman.

Jaminan utang dapat berupa barang (benda) sehingga merupakan jaminan

kebendaan dan atau berupa janji penanggungan utang sehingga merupakan

jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak kebendaannya kepada

pemegang jaminan.

Pada dasarnya, pemberian kredit oleh bank diberikan kepada siapa saja yang

memiliki kemampuan untuk membayar kembali dengan syarat melalui suatu

perjanjian utang piutang di antara kreditur dan debitur. Perjanjian kredit yang

dibuat oleh bank kepada debitur merupakan salah satu aspek yang sangat penting

dalam pemberian kredit. Perjanjian kredit merupakan ikatan antara kreditur dan

debitur yang isinya menentukan dan mengatur hak dan kewajiban kedua belah

pihak sehubungan dengan pemberian kredit.3 Menurut ketentuan yang diatur

dalam Pasal 8 UU Perbankan dapat diketahui bahwa dalam memberikan kredit

atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai

keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta

kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan

3Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2003, Jaminan Fidusia, Raja Grafindo Persada,

Jakarta, h. 1

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

4

pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Berdasarkan ketentuan

pasal ini dapat diketahui bahwa diperkenankan untuk memberikan kredit tanpa

jaminan atas dasar kepercayaan dari pihak bank bahwa debitur akan sanggup

melunasi kredit yang telah diberikannya itu. Namun dalam kenyataannya di

lapangan banyak terjadi bahwa atas dasar kepercayaan tersebut bank menerima

jaminan kredit atas nama orang lain.

Jasa perbankan dalam membantu bidang perekonomian bukanlah tanpa

resiko. Resiko usaha yang terjadi di kalangan perbankan justru terutama

menyangkut pemberian kredit. Pemberian kredit oleh bank pada dasarnya harus

dilandasi keyakinan bank atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk

melunasi utangnya.

Bank dalam menjalankan tugas dan fungsinya, pasti mengalami permasalahan

mengenai kredit macet dan hal tersebut bukanlah merupakan sesuatu yang baru

bagi dunia perbankan. Permasalahan kredit macet yang dihadapi oleh pihak bank,

banyak disebabkan oleh lemahnya kemampuan debitur untuk menyelesaikan

kewajibannya serta tidak selektifnya petugas baik dalam memberikan kredit. Dari

segi debitur banyaknya permasalahan-permasalahan intern yang dihadapi oleh

debitur, menyebabkan debitur tidak bisa memenuhi kewajibannya, sehingga

terjadi kredit macet. Hal ini biasanya berkaitan dengan usahanya yang macet,

terkena dampak krisis ekonomi atau hal lain yang menyebabkan debitur kesulitan

keuangan. Dari sisi petugas bank, tidak selektifnya dalam studi kelayakan dalam

pemberian kredit, sehingga banyak debitur yang tidak layak diberikan kredit

mendapatkan kredit sehingga terjadinya kredit macet. Untuk menjamin

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

5

kedudukan pihak bank, maka dalam memberikan kredit pihak bank meminta

jaminan kepada debitur sesuai dengan besaran kredit yang diberikan. Jaminan

merupakan salah satu aspek yang penting dan strategis dalam kaitannya dengan

penyaluran kredit, terutama sangat dibutuhkan untuk menekan tingkat resiko atau

kemungkinan munculnya kredit bermasalah dalam penyaluran kreditnya yang

sekaligus sebagai wujud dari penerapan prinsip kehati – hatian.

Dalam hal dana yang dipakai untuk pemberian kredit, bank hanya boleh

memberikan kredit apabila bank benar-benar telah meyakini bahwa debitur

mempunyai kemampuan, kesanggupan dan beritikad baik untuk melunasi

hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Apabila tidak demikian resiko yang

dihadapi oleh bank dapat berpengaruh pula kepada keamanan dana masyarakat

tersebut. Oleh karena itu hubungan antara bank dengan nasabah adalah hubungan

kontraktual yang dilandasi oleh prinsip kehati-hatian. Adapun penerapan prinsip

kehati-hatian dalam perjanjian kredit yang dilakukan oleh bank dapat dilihat pada

saat proses penilaian dan keputusan kredit, dan juga pada saat pengikatan jaminan

kredit.

Benda yang telah dijaminkan oleh debitor yang meminjam uang di bank

haruslah mempunyai nilai yang melebihi dari jumlah uang yang dipinjam oleh

debitor itu sendiri, sebab dalam perjanjian kredit ada beberapa bank yang

mengenal prinsip “ Tiada Kredit Tanpa Jaminan “. Maksudnya disini adalah pihak

bank tidak akan memberikan kredit terhadap debitor peminjam kredit di bank

apabila tidak disertai adanya benda jaminan atau agunan dari pihak debitor. 4

4Hermansyah, Op.Cit, h.64

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

6

Salah satu jenis Jaminan kebendan yang dikenal dalam Hukum positif adalah

Jaminan Fidusia, sebagai lembaga Jaminan atas benda bergerak, Jaminan Fidusia

banyak dipergunakan oleh masyarakat bisnis. Pada awalnya Fidusia didasarkan

kepada Yurisprudensi, sekarang Jaminan Fidusia sudah diatur dalam undang-

undang tersendiri yaitu Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan

Fidusia (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 168, Tambahan Lembaran

Negara RI Nomor 3889, selanjutnya disebut dengan UUJF). Dalam jaminan

fidusia dikenal dengan istilah Fiducia Cum Creditore Contracta yang berarti janji

kepercayaan yang dibuat dengan kreditur, dikatakan bahwa debitur akan

mengalihkan kepemilikan atas suatu benda kepada kreditur sebagai Jaminan atas

utangnya dengan kesepakatan bahwa kreditur akan mengalihkan kembali

kepemilikan tersebut kepada debitur apabila utangnya sudah dibayar lunas.

Dengan Fiducia cum creditore ini maka kewenangan yang dimiliki oleh kreditur

akan lebih besar yaitu sebagai pemilik atas barang yang diserahkan sebagai

Jaminan. Debitur percaya bahwa kreditur tidak akan menyalahgunakan wewenang

yang diberikan itu. Kekuatannya hanya terbatas pada kepercayan secara moral

saja dan bukan kekuatan hukum yang pasti. Debitur tidak akan dapat berbuat apa-

apa jika kreditur tidak mau mengembalikan hak milik atas barang yang diserahkan

sebagai Jaminan.5

Dari hasil penelitian di lapangan dapat diketahui terjadi kredit macet dengan

jaminan fidusia pada salah satu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota

Denpasar. Permasalahan yang terjadi yaitu Bank Perkreditan Rakyat tersebut

5Tan Kamelo, 2004, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Alumni,

Bandung, h. 3

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

7

menerima jaminan BPKB (Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor) dengan diikat

jaminan fidusia, yang diakui oleh debitur adalah miliknya namun karena

kesibukannya belum sempat melakukan balik nama, kemudian kredit ini

mengalami macet, pada saat akan dilaksanakan eksekusi obyek jaminan fidusia

terjadi kendala karena jaminan fidusia tersebut bukan milik debitur, sehingga

pada saat terjadi kredit macet, pihak bank mengalami kendala untuk

melaksanakan eksekusi, karena obyek jaminan fidusia ternyata adalah hak milik

orang lain, bukan hak milik dari debitur yang merupakan hasil penggelapan dan

penipuan. Pada kenyataannya di lapangan banyak kasus seperti ini yang terjadi

terutamanya pada Bank Perkreditan Rakyat. Permasalahan seperti ini tentunya

menimbulkan resiko yang mengakibatkan kerugian bagi pihak bank, yang dalam

tesis ini akan dibahas lebih lanjut dengan mengangkat judul Resiko Kreditur Atas

Kredit Macet Dengan Jaminan Fidusia Yang Bukan Milik Debitur Pada Bank

Perkreditan Rakyat di Kota Denpasar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapatlah ditarik

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah akibat hukum dari pemberian kredit dengan jaminan fidusia

yang menggunakan jaminan bukan milik debitur?

2. Bagaimanakah resiko kreditur atas kredit macet dengan jaminan fidusia

yang menggunakan jaminan bukan milik debitur pada Bank Perkreditan

Rakyat Di Kota Denpasar?

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

8

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Untuk menghindari agar pembahasan dalam tesis ini tidak keluar atau

melenceng dari pokok permasalahan, maka diperlukan adanya batasan-batasan

terhadap permasalahan yang akan dibahas yaitu sebagai berikut:

Pada permasalahan pertama dibahas mengenai akibat hukum dari pemberian

kredit dengan jaminan fidusia yang menggunakan jaminan bukan milik debitur

dan pada permasalahan kedua membahas mengenai resiko kreditur atas kredit

macet apabila barang yang dijadikan jaminan fidusia ternyata bukan milik debitur

pada Bank Perkreditan Rakyat Di Kota Denpasar.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah dalam kerangka

pengembangan ilmu hukum sehubungan dengan paradigma science as a process

(ilmu sebagai suatu proses). Paradigma ilmu tidak akan berhenti dalam

penggaliannya atas kebenaran dalam bidang perbankan, khususnya yang berkaitan

dengan hukum perbankan dan hukum jaminan dalam memberikan perlindungan

hukum bagi bank apabila terjadi kredit macet dengan jaminan fidusia.

1.4.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang hendak dicapai dari penelitian tesis ini yaitu

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisa lebih lanjut kenyataan di lapangan

mengenai akibat hukum pemberian kredit dengan jaminan fidusia yang

menggunakan jaminan bukan milik debitur.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

9

2. Untuk mengetahui resiko kreditur apabila terjadi kredit macet dengan

jaminan fidusia yang menggunakan jaminan bukan milik debitur pada

Bank Perkreditan Rakyat di Kota Denpasar.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat positif

bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya bidang Hukum Perbankan dan

Hukum Jaminan terutama yang berkaitan dengan resiko kreditur apabila terjadi

kredit macet dengan jaminan fidusia yang bukan milik debitur.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Manfaat bagi pihak bank

Bagi pihak bank penelitian tesis ini diharapkan mampu menjadi

tambahan informasi untuk lebih berhati-hati dalam memberikan kredit

terutama dengan jaminan fidusia agar dikemudian hari tidak terjadi

permasalahan kredit macet sehingga bank mengalami kerugian.

2. Manfaat bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

referensi bagi rekan mahasiswa mengenai aspek hukum dalam

kaitannya dengan penyelesaian kredit macet dengan jaminan fidusia

pada bank.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

10

1.6 Orisinalitas Penelitian

Penelitian terhadap resiko kreditur atas kredit macet dengan jaminan fidusia

yang bukan milik debitur sangat menarik, karena kasus ini dapat menyebabkan

bank mengalami kerugian dan mempengaruhi elektabilitasnya. Penelusuran

kepustakaan yang dilakukan, ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan

kredit macet dengan jaminan fidusia yaitu :

a. Tesis dari DYAH KUSUMANINGRUM, NIM B4B 006 106, alumni

Program Pasca Sarjana Program Studi Magister Kenotariatan, Universitas

Diponegoro, Semarang, Tahun 2008 dengan judul tesis “Pelaksanaan

Perjanjian Kredit Yang Diikat Dengan Jaminan Fidusia Di PT. Bank

Eksekutif Internasional, Tbk. Cabang Semarang”. Adapun yang menjadi

pokok permasalahan dalam penelitian tesis tersebut yakni:

1. Bagaimana pelaksanaan kredit dengan jaminan fidusia di PT. Bank

Eksekutif Internasional, Tbk Cabang Semarang?

2. Bagaimana penyelesaian jika terjadi debitur wanprestasi di PT. Bank

Eksekutif Internasional Tbk Cabang Semarang?

b. Tesis dari NI MADE TRISNA DEWI, NIM 0790561070, alumni Program

Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Udayana, Denpasar,

Tahun 2011 dengan judul tesis “Tanggung Jawab Debitur Terhadap

Musnahnya Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank”. Adapun

yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian tesis tersebut yakni :

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

11

1. Bagaimana pengaturan tanggung jawab debitur terhadap benda jaminan

fidusia yang musnah dalam suatu perjanjian kredit bank menurut

Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia?

2. Bagaimana perlindungan hukum bagi para pihak dalam perjanjian kredit

bank terhadap masalah musnahnya benda jaminan fidusia?

c. Tesis dari EKO PUSPITA NINGRUM, NIM B4B003080, alumni Program

Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang, 2005, dengan judul tesis

“Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada Perjanjian

Pembiayaan Dengan Jaminan Fidusia Kendaraan Bermotor Roda Empat

(Studi Kasus Di Astra Credit Companies (ACC) Cabang Semarang). Adapun

yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian tesis tersebut yakni :

1. Apa yang menjadi alas hak dalam pemberian dana dari Astra Credit

Companies (ACC) ke konsumen?

2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah

dalam Perjanjian Pembiayaan dengan jaminan fidusia kendaraan bermotor

roda empat di Astra Credit Companies (ACC) cabang Semarang?

Berdasarkan penelusuran dari tesis dengan judul dan pokok permasalahan

seperti yang dijelaskan di atas, menunjukkan bahwa penelitian dengan judul

Resiko Kreditur Atas Kredit Macet Dengan Jaminan Fidusia Yang Bukan Milik

Debitur Pada Bank Perkreditan Rakyat Di Kota Denpasar belum ada yang

membahasnya, sehingga tesis ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah

orisinalitas atau keasliannya.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

12

1.7 Landasan Teoritis

Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar

dalam pelaksanaan penelitian adalah teori. Teori dengan unsur ilmiah inilah yang

akan mencoba menerangkan fenomena-fenomena sosial yang menjadi pusat

perhatian peneliti, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan

proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara

merumuskan hubungan antar variabel. Berdasarkan pengertian tersebut, definisi

teori mengandung tiga hal. Pertama, teori adalah serangkaian proposisi antar

konsep-konsep yang saling berhubungan. Kedua, teori menerangkan secara

sistematis atas fenomena sosial dengan cara menentukan hubungan antar konsep.

Ketiga, teori menerangkan fenomena-fenomena tertentu dengan cara menentukan

konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk

hubungannya.

Untuk mengkaji permasalahan hukum secara mendetail diperlukan beberapa

teori yang merupakan rangkaian asumsi, konsep, definisi, untuk mengembangkan,

menekankan serta menerangkan suatu gejala sosial secara sistematis. Suatu teori

adalah hubungan antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta menurut cara-

cara tertentu fakta tersebut merupakan suatu yang dapat diamati dan pada

umumnya dapat diuji secara empiris, oleh sebab itu dalam bentuknya yang paling

sederhana, suatu teori merupakan hubungan antara dua variable atau lebih yang

telah diuji kebenarannya.6 Pengertian teori oleh para sarjana didukung dengan

fungsi dari penggunaan teori dalam menjawab masalah dalam penelitian ini. Brian

6Soerjono Soekanto, 2001, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta, (selanjutnya disebut Soerjono Soekanto I) h. 30.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

13

H. Bix dalam bukunya yang berjudul Jurisprudence: Theory and Context

menyebutkan mengenai fungsi teori yakni : “Legal theory would be more clearly

(and more deeply) understood if its issues and the writings of its theorists were

approached thought a focus on questions rather than answers”.7 Pengertian

fungsi teori di atas diterjemahkan secara bebas yakni teori hukum akan dapat lebih

mudah dimengerti atau (lebih mudah didalami) apabila permasalahannya dan

penulisan dari teori-teorinya dilakukan pendekatan melalui sebuah fokus

pertanyaan daripada jawaban.

Teori hukum adalah cabang ilmu hukum yang membahas atau menganalisis

tidak sekedar menjelaskan atau menjawab pertanyaan atau permasalahan secara

kritis ilmu hukum maupun hukum positif dengan menggunakan interdisipliner.

Jadi, tidak hanya menggunakan metode sintesis saja. Dikatakan secara kritis

karena pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan teori hukum tidak cukup

dijawab secara “otomatis” oleh hukum positif karena memerlukan argumentasi

atau penalaran.8 Landasan Teoritis atau Kerangka Teori adalah upaya untuk

mengidentifikasi teori hukum umum/teori khusus, konsep-konsep hukum, asas-

asas hukum, aturan hukum, norma-norma dan lain-lain yang akan dipakai sebagai

landasan untuk membahas permasalahan penelitian. Untuk membahas

permasalahan yang diangkat dalam tesis ini maka digunakan beberapa teori

hukum, diantaranya yaitu:

a. Teori Perlindungan Hukum

7Brian H. Bix. 2009, Jurisprudence: Theory and Contex, Thomson Reuters, England, h.

3. 8Sudikno Mertokusumo, 2012, Teori Hukum (edisi revisi), Cahaya Atma Pusaka,

Yogjakarta, (selanjutnya disebut Sudikno Mertokusumo I) h. 87.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

14

b. Teori Keberlakuan Hukum

c. Teori Kesadaran Hukum

d. Teori Keadilan

Teori Perlindungan Hukum dipergunakan untuk menganalisis permasalahan

kedua dalam tesis ini, kemudian teori keberlakuan hukum dipergunakan untuk

membahas rumusan masalah pertama, teori kesadaran hukum dipergunakan untuk

membahas rumusan masalah pertama dan kedua terkait dengan kesadaran hukum

dari pihak debitur dan pihak bank, dan teori keadilan dipergunakan untuk

membahas rumusan masalah pertama, yaitu keadilan untuk pihak bank dan

debitur. Adapun teori-teori diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

1.7.1 Teori Perlindungan Hukum

Upaya untuk mendapatkan perlindungan hukum tentunya yang diinginkan

oleh manusia adalah ketertiban dan keteraturan antara nilai dasar dari hukum

yakni adanya kepastian hukum, kegunaan hukum serta keadilan hukum.

Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga

hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang

perlu diatur dan dilindungi. Teori perlindungan hukum pada awal mulanya

bersumber dari teori hukum alam atau aliran hukum alam yang dipelopori oleh

Plato, Aristoteles (murid Plato) dan Zeno. Menurut pendapat Fitzgerald,

menyatakan bahwa: “teori perlindungan hukum bertujuan mengintegrasikan dan

mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

15

lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat

dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak.”9

Terdapat beberapa ahli yang memberikan pendapatnya mengenai

perlindungan hukum. Menurut Philipus M. Hadjon menyatakan bahwa

perlindungan hukum bagi rakyat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :

pertama, perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif.

Perlindungan hukum preventif, rakyat diberikan kesempatan untuk mengajukan

keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah

mendapat bentuk yang defenitif, artinya perlindungan hukum yang preventif

bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, sedangkan sebaliknya

perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.

Perlindungan hukum yang preventif sangat besar artinya bagi tindakan pemerintah

yang didasarkan kepada kebebasan bertindak, karena dengan adanya perlindungan

hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk bersikap hati-hati dalam

mengambil keputusan yang didasarkan pada dekresi.10

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Satijipto Rahardjo yang menyatakan

bahwa “perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi

manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada

masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.”11

Pendapat lain mengenai perlindungan hukum juga dikemukakan oleh C.S.T

Kansil yang menyatakan bahwa :

9Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, (selanjutnya disebut

Satjipto Rahardjo I) h. 53. 10

Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu,

Surabaya, h. 38. 11

Satjipto Rahardjo I, Op.cit, h. 54.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

16

Perlindungan Hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal

ini hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang diberikan oleh

hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang

dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan

sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai subyek hukum manusia

memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum.12

Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir

dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh

masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut

untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara

perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan

masyarakat. Fungsi primer hukum, yakni melindungi rakyat dari bahaya dan

tindakan yang dapat merugikan hidupnya dari orang lain, masyarakat maupun

penguasa. Di samping itu berfungsi pula untuk memberikan keadilan serta

menjadi sarana untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.

Perlindungan, keadilan, dan kesejahteraan tersebut ditujukan pada subyek hukum

yaitu pendukung hak dan kewajiban.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, teori perlindungan hukum berkaitan

dengan wanprestasi yang dilakukan oleh pihak debitur sehingga mengakibatkan

terjadinya kredit macet. Dalam hal debitur melakukan penggelapan dan penipuan,

barang jaminan yang bukan miliknya, mengakibatkan pihak bank sulit untuk

melaksanakan eksekusi. Dalam hal ini pihak bank tidak akan mendapatkan

perlindungan hukum karena obyek perjanjian tersebut bukan milik debitur yang

merupakan hasil penggelapan dan penipuan, obyek perjanjian yang tidak sah

12

C.S.T Kansil, 2000, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,

Jakarta, h. 23.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

17

mengakibatkan perjanjian menjadi batal demi hukum. Dengan terjadinya kasus ini

maka pihak bank selaku kreditur dapat mengajukan penyelesaian kasus ini kepada

pengadilan sebagai upaya perlindungan hukum secara represif setelah terjadinya

sengketa.

1.7.2 Teori Keberlakuan Hukum

Kekuatan berlakunya undang-undang di dalam memberikan jaminan

keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan bagi warganegara dapat dijelaskan

dalam tiga keberlakuan, antara lain:

1) Kekuatan berlaku filosofis (Filosofische Geltung);

Hukum mempunyai kekuatan berlaku filosofis apabila kaedah hukum

tersebut sesuai dengan cita-cita hukum bangsa Indonesia (rechtsidee)

sebagai nilai positif yang tertinggi yaitu Pancasila yang merupakan dasar

negara Indonesia. Cita hukum ini dapat dilihat dalam ketentuan alinea

ke-4 Pembukaan UUD 1945, sehingga suatu kaidah hukum dikatakan

berlaku apabila berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila. Untuk

memenuhi tuntutan berlaku filosofis maka harus memasukkan unsur

ideal.

2) Kekuatan berlaku yuridis (Juristiche Geltung);

Undang-undang mempunyai kekuatan berlaku yuridis apabila

persyaratan material dan formal terbentuknya undang-undang itu telah

terpenuhi. Kaidah hukum yang berlaku harus berdasarkan pada hirarki

norma. Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala

sumber hukum. Dengan demikian hukum yang berlaku tidak boleh

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

18

bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 yang merupakan dasar

hukum dalam membentuk suatu peraturan perundang-undangan.

3) Kekuatan berlaku sosiologis (Soziologische Geltung). 13

Hukum merupakan kenyataan di masyarakat. Kekuatan berlakunya

hukum di dalam masyarakat ada dua macam yakni:

1. Menurut Teori Kekuatan (Machtstheorie) hukum mempunyai

kekuatan berlaku secara sosiologis apabila dipaksakan berlakunya

oleh penguasa, terlepas dari diterima atau pun tidak oleh warga

masyarakat.

2. Menurut Teori Pengakuan (Anerkennungstheorie) hukum

mempunyai kekuatan berlaku sosiologis apabila diterima dan

diakui oleh warga masyarakat.

Kekuatan berlakunya undang-undang perlu dibedakan dari kekuatan

mengikatnya undang-undang. Undang-undang mempunyai kekuatan

mengikat sejak diundangkan di dalam lembaran negara,hal ini berarti

bahwa sejak dimuatnya dalam lembaran negara setiap orang terikat

untuk mengakui eksistensinya.14

Suatu kaidah atau produk hukum hendaknya memenuhi ketiga aspek

sebagaimana diuraikan diatas. Keberlakuan hukum di tengah masyarakat bukan

lagi untuk mencapai keadilan semata, tetapi juga harus memberikan kepastian.

Kepastian hukum diharapkan dapat menjadi pedoman, baik bagi masyarakat

13

Satjipto Rahardjo, 2006, Membedah Hukum Progresif, Buku Kompas, Jakarta,

(selanjutnya disebut Satjipto Rahardjo II) h. 18. 14

Sudikno Mertokusumo, 2005, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogjakarta,

(selanjutnya disebut Sudikno Mertokusumo II) h. 94

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

19

maupun bagi aparatur hukum dalam mengambil keputusan.15

Teori keberlakuan

hukum untuk menjawab rumusan masalah pertama, dalam kaitannya dengan

pemberian kredit dengan jaminan fidusia, dimana perjanjian jaminan fidusia

bukan suatu hak jaminan yang lahir karena undang-undang melainkan harus

diperjanjikan terlebih dahulu antara Bank dan nasabah debitur. Oleh karena itu,

fungsi yuridis pengikatan jaminan fidusia lebih bersifat khusus jika dibandingkan

jaminan yang lahir berdasarkan pasal 1131 KUHPerdata.

Fungsi yuridis pengikatan benda jaminan fidusia dalam akta jaminan fidusia

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian kredit. Dengan fungsi

yuridis jaminan fidusia yang dinyatakan dalam akta Jaminan Fidusia semakin

meneguhkan kedudukan Bank sebagai kreditur preferent. Selain itu kreditur

penerima Fidusia akan memperoleh kepastian terhadap pengembalian hutang

debitur. Fungsi yuridis itu juga akan mengurangi tingkat resiko Bank dalam

menjalankan usahanya sebagaimana yang dimaksud dalam undang- undang

perbankan.16

Untuk memiliki fungsi yuridis dalam suatu perjanjian kredit, maka

obyek dari perjanjian tersebut haruslah obyek yang sah sehingga tidak akan

menimbulkan permasalahan dikemudian hari seperti adanya penuntutan oleh

pihak ketiga pemilik obyek jaminan fidusia yang sah.

1.7.3 Teori Kesadaran Hukum

Di dalam ilmu hukum dikenal adanya beberapa pendapat tentang kesadaran hukum. Perihal

kata atau pengertian kesadaran hukum, ada juga yang merumuskan bahwa sumber satu-satunya

dari hukum dan kekuatan mengikatnya adalah kesadaran hukum dan keyakinan hukum

15

Satjipto Rahardjo II, Op.cit, h.19. 16

Tan Kamelo, Op.cit, h. 187

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

20

individu di dalam masyarakat yang merupakan kesadaran hukum individu, merupakan pangkal

daripada kesadaran hukum masyarakat. Selanjutnya pendapat tersebut menyatakan bahwa

kesadaran hukum masyarakat adalah jumlah terbanyak daripada kesadaran-kesadaran hukum

individu sesuatu peristiwa yang tertentu. Kesadaran hukum mempunyai beberapa konsepsi,

salah satunya konsepsi mengenai kebudayaan hukum. Konsepsi ini mengandung ajaran-ajaran

kesadaran hukum lebih banyak mempermasalahkan kesadaran hukum yang dianggap sebagai

mediator antara hukum dengan perilaku manusia, baik secara individual maupun

kolektif. Konsepsi ini berkaitan dengan aspek-aspek kognitif dan perasaan yang sering kali

dianggap sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antara hukum dengan pola-pola

perilaku manusia dalam masyarakat. Setiap masyarakat senantiasa mempunyai kebutuhan-

kebutuhan utama atau dasar, dan masyarakat menetapkan pengalaman-pengalaman tentang

faktor-faktor yang mendukung dan yang mungkin menghalang-halangi usahanya untuk

memenuhi kebutuhan utama atau dasar tersebut. Apabila faktor-faktor tersebut dikonsolidasikan,

maka terciptalah sistem nilai-nilai yang mencakup konsepsi-konsepsi atau patokan-patokan

abstrak tentang apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.17

Soerjono Soekanto mengemukakan empat indikator kesadaran hukum,

yaitu:18

a. Pengetahuan tentang hukum;

b. Pemahaman tentang hukum;

c. Sikap terhadap hukum; dan

d. Perilaku hukum.

17 http://id.shvoong.com/law-and-politics/law/2019067-teori kesadaran hukum/, diunduh pada 28 Februari

2016.

18

Soerjono Soekanto, 1982, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Rajawali Press,

Jakarta, h. 140

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

21

Di dalam literatur-literatur hukum yang ditulis oleh pakar-pakar terkenal di

dunia dibedakan adanya dua macam kesadaran hukum yaitu :19

(1) Legal consciousness as within the law, kesadaran hukum sebagai ketaatan

hukum, berada dalam hukum, sesuai degan aturan hukum yang disadarinya atau

dipahaminya.

(2) Legal consciousness as against the law, kesadaran hukum dalam wujud

menentang hukum atau melanggar hukum.

Achmad Ali, menyatakan kesadaran hukum, ketaatan hukum dan efektifitas

hukum adalah tiga unsur yang saling berhubungan. Sering orang mencampur

adukkan antara kesadaran hukum dan ketaatan hukum, padahal kedua hal itu,

meskipun sangat erat hubungannya, namun tetap tidak persis sama. Kedua unsur

itu memang sangat menentukan efektif atau tidaknya pelaksanaan hukum dan

perundang-undangan di dalam masyarakat.20

Adanya kesadaran hukum dalam

masyarakat belum tentu menyebabkan masyarakat taat terhadap aturan hukum.

Sudikno Mertokusumo mempunyai pendapat tentang pengertian Kesadaran

Hukum. Sudikno Mertokusumo menyatakan bahwa :

Kesadaran hukum berarti kesadaran tentang apa yang seyogyanya kita lakukan

atau perbuat atau yang seyogyanya tidak kita lakukan atau perbuat terutama

terhadap orang lain. Ini berarti kesadaran akan kewajiban hukum kita masing-

masing terhadap orang lain.21

Kesadaran hukum menunjuk pada kategori hidup kejiwaan pada individu,

sekaligus juga menunjuk pada kesamaan pandangan dalam lingkungan masyarakat tertentu

19 Achmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan

(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence), Kencana, Jakarta, h.

510

20

Achmad Ali, Op. Cit, h.299

21

Sudikno Mertokusumo, 1981, Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat, Cetakan

Pertama, Edisi Pertama, Liberty, Yogyakarta, h. 3

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

22

tentang apa hukum itu, tentang apa yang seyogyanya kita lakukan atau perbuat dalam

menegakkan hukum atau apa yang seyogyanya tidak kita lakukan untuk terhindar dari perbuatan

melawan hukum. Problema dari kesadaran hukum sebagai landasan memperbaiki sistem hukum

adalah kesadaran hukum bukan merupakan pertimbangan rasional, atau produk pertimbangan

menurut akal, namun berkembang dan dipengaruhi oleh pelbagai faktor seperti faktor agama,

ekonomi, politik dan sebagainya, dan pandangan ini selalu berubah. Oleh karena itu

kesadaran hukum merupakan suatu proses psikhis yang terdapat dalam diri manusia,

yang mungkin timbul dan mungkin tidak timbul. Akan tetapi, tentang asas kesadaran hukum,

ada pada setiap manusia, oleh karena setiap manusia mempunyai rasa keadilan. Oleh sebab itu

begitu pentingnya kesadaran hukum di dalam memperbaiki sistem hukum.

Dalam kaitannya dengan permasalahan dalam tesis ini maka teori kesadaran

hukum dipergunakan untuk membahas rumusan masalah pertama dan kedua.

Dimana dalam hal ini sangat diperlukan adanya kesadaran hukum dari semua

pihak baik dari debitur sendiri maupun pihak bank untuk tidak melakukan

perbuatan melawan hukum. Salah satu langkah untuk menumbuhkan kesadaran

hukum dalam masyarakat adalah dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan

hukum yang dapat dilakukan oleh pemerintah maupun kalangan akademisi.

Pentingnya kesadaran hukum ini dari semua pihak sebagai langkah preventif

untuk menghindari terjadinya masalah dikemudian hari. Dari pihak debitur

hendaknya menjaminkan agunan milik debitur sendiri, dan pihak bank hendaknya

lebih berhati – hati dalam melakukan analisa terhadap pengajuan kredit dari calon

debitur tanpa mengesampingkan aspek yuridis.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

23

1.7.4 Teori Keadilan

Carl Joachim Friedrich dalam bukunya Filsafat Hukum Perspektif Historis

mengutip teori keadilan John Rawls yang didalamnya memuat tentang original

contract dan original position adalah dasar baru yang mengajak orang-orang

untuk melihat prinsip keadilan sebagai tujuan (objek) bukan sekedar sebagai alat

masuk. Kritik Rawls terhadap utilitarianisme klasik dan intusionisme merupakan

salah satu titik berangkat utamanya dalam menyusun sebuah teori keadilan secara

menyeluruh. Keadilan hanya bisa dipahami jika diposisikan sebagai keadaan yang

hendak diwujudkan oleh hukum. Upaya untuk mewujudkan keadilan dalam

hukum tersebut merupakan proses dinamis yang memakan banyak waktu. Upaya

ini seringkali juga didominasi oleh kekuatan-kekuatan yang bertarung dalam

kerangka umum tatanan politik untuk mengaktualisasikannya.22

Hans Kelsen dalam bukunya general theory of law and state, berpandangan

bahwa hukum sebagai tatanan sosial yang dapat dinyatakan adil apabila dapat

mengatur perbuatan manusia dengan cara yang memuaskan sehingga dapat

menemukan kebahagiaan didalamnya.23

Pandangan Hans Kelsen ini pandangan

yang bersifat positifisme, nilai-nilai keadilan individu dapat diketahui dengan

aturan-aturan hukum yang mengakomodir nilai-nilai umum, namun tetap

pemenuhan rasa keadilan dan kebahagiaan diperuntukkan tiap individu.

Lebih lanjut Hans Kelsen mengemukakan keadilan sebagai pertimbangan

nilai yang bersifat subjektif. Walaupun suatu tatanan yang adil yang beranggapan

22

Carl Joachim Friedrich, 2004, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Nuansa dan Nusamedia,

Bandung, h. 239 23

Hans Kelsen, 2011, General Theory Of Law And State, diterjemahkan oleh Rasisul

Muttaqien, Nusa Media Bandung, h. 7

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

24

bahwa suatu tatanan bukan kebahagiaan setiap perorangan, melainkan

kebahagiaan sebesar-besarnya bagi sebanyak mungkin individu dalam arti

kelompok, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tertentu, yang oleh penguasa

atau pembuat hukum, dianggap sebagai kebutuhan-kebutuhan yang patut

dipenuhi, seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan. Tetapi kebutuhan-

kebutuhan manusia yang manakah yang patut diutamakan. Hal ini dapat dijawab

dengan menggunakan pengetahuan rasional, yang merupakan sebuah

pertimbangan nilai, ditentukan oleh faktor-faktor emosional dan oleh sebab itu

bersifat subjektif.24

Pemikiran tentang konsep keadilan, Hans Kelsen yang menganut aliran

positifisme, mengakui juga kebenaran dari hukum alam. Sehingga pemikirannya

terhadap konsep keadilan menimbulkan dualisme antara hukum positif dan hukum

alam. Dua hal lagi konsep keadilan yang dikemukakan oleh Hans Kelsen :

pertama tentang keadilan dan perdamaian. Keadilan yang bersumber dari cita-cita

irasional. Keadilan dirasionalkan melalui pengetahuan yang dapat berwujud suatu

kepentingan-kepentingan yang pada akhirnya menimbulkan suatu konflik

kepentingan. Penyelesaian atas konflik kepentingan tersebut dapat dicapai melalui

suatu tatanan yang memuaskan salah satu kepentingan dengan mengorbankan

kepentingan yang lain atau dengan berusaha mencapai suatu kompromi menuju

suatu perdamaian bagi semua kepentingan. Kedua, konsep keadilan dan legalitas.

Untuk menegakkan diatas dasar suatu yang kokoh dari suatu tananan sosial

tertentu, menurut Hans Kelsen pengertian “Keadilan” bermaknakan legalitas.

24

Ibid

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

25

Suatu peraturan umum adalah “adil” jika ia benar-benar diterapkan, sementara itu

suatu peraturan umum adalah “tidak adil” jika diterapkan pada suatu kasus dan

tidak diterapkan pada kasus lain yang serupa.25

Konsep keadilan dan legalitas

inilah yang diterapkan dalam hukum nasional bangsa Indonesia, yang memaknai

bahwa peraturan hukum nasional dapat dijadikan sebagai payung hukum (law

umbrella) bagi peraturan - peraturan hukum nasional lainnya sesuai tingkat dan

derajatnya dan peraturan hukum itu memiliki daya ikat terhadap materi-materi

yang dimuat (materi muatan) dalam peraturan hukum tersebut.

Dalam kaitannya dengan permasalahan dalam tesis ini yaitu pemberian kredit

dengan jaminan fidusia yang bukan milik debitur yang merupakan hasil dari

penggelapan dan penipuan yang berakibat batal demi hukum. Untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut guna memberikan keadilan bagi para pihak

maka keadilan juga bisa tercapai apabila kedua belah pihak bisa mencapai suatu

kesepakatan dari sebuah kompromi seperti penukaran jaminan dengan jaminan

yang baru oleh pihak debitur atau melunasi utang debitur di bank. Apabila dari

pihak debitur tidak memiliki itikad untuk menyelesaikan secara damai, maka

pihak bank dan pihak ketiga yang merasa dirugikan berhak mengajukan gugatan

terhadap debitur ke pengadilan untuk memperoleh keadilan.

1.8 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam kegiatan penelitian,

untuk mendapatkan data dan kemudian menyusun, mengolah, dan

25

Ibid, h. 16

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

26

menganalisanya. Van Peursen menerjemahkan pengertian metode secara harfiah,

mula-mula metode diartikan sebagai suatu jalan yang harus ditempuh, menjadi :

penyelidikan atau penelitian berlangsung menurut suatu rencana tertentu.26

Pengertian secara operasional jaminan bukan milik debitur dalam penelitian ini

adalah jaminan berupa BPKB (Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor) milik debitur

yang karena kesibukannya belum sempat dilakukan balik nama, sehingga secara

de facto adalah milik debitur namun secara de jure adalah milik orang lain.

1.8.1 Jenis Penelitian

Menurut pendapat Mukti Fajar, ND. dan Yulianto Achmad dalam bukunya

yang berjudul Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, penelitian hukum

terdiri dari dua jenis, yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian hukum

empiris atau sosiologis.27

Jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah

jenis penelitian hukum empiris, yaitu dengan melihat permasalahan dari

kenyataan yang ada dalam masyarakat dan dikaitkan dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku saat ini. Penelitian hukum empiris adalah penelitian

hukum yang objek kajiannya meliputi ketentuan dan mengenai pemberlakuan atau

implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi, Undang-Undang atau

kontrak) secara in action/in abstracto pada setiap peristiwa hukum yang terjadi

dalam masyarakat (in concreto).28

26

Johnny Ibrahim, 2011, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia

Publising, Malang, h. 26. 27

Mukti Fajar ND. dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &

Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 153. 28

AbdulkadirMuhamad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,

Bandung, h. 134

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

27

1.8.2 Jenis Pendekatan

Pendekatan dalam penelitian hukum dimaksudkan adalah bahan untuk

mengawali sebagai dasar sudut pandang dan kerangka berpikir seorang peneliti

untuk melakukan analisis. Dalam penelitian hukum empiris terdapat beberapa

pendekatan yaitu :

a. Pendekatan kasus (case approach), pendekatan kasus dalam penelitian

hukum bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum

yang dilakukan dalam praktik hukum.

b. Pendekatan perundang-undangan (statute approach) hal ini

dimaksudkan bahwa peneliti menggunakan peraturan perundang-

undangan sebagai dasar awal melakukan analisis.

c. Pendekatan fakta (the fact approach)

d. Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual

Approach)

e. Pendekatan Frasa (Words and Phrase Approach)

f. Pendekatan sejarah (Historical Approach), pendekatan sejarah ini

dilakukan dengan menelaah latar belakang dan perkembangan dari

materi yang diteliti.

g. Pendekatan perbandingan (Comparative Approach), pendekatan ini

dilakukan dengan membandingkan peraturan perundangan Indonesia

dengan satu atau beberapa peraturan perundangan negara-negara lain.29

29

Fajar Mukti dan Yulianto Achmad, Op.cit, h. 185-190.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

28

Dalam penulisan karya ilmiah ini, agar mendapatkan hasil yang ilmiah, serta

dapat dipertahankan secara ilmiah, maka masalah dalam penelitian ini akan

dibahas menggunakan jenis pendekatan Perundang-undangan (The Statute

Approach), pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual

Approach) dan pendekatan Kasus (The Case Approach).

1.8.3 Sifat Penelitian

Menurut Amiruddin dan Zainal Asikin, dilihat dari sudut sifatnya penelitian

dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :

1. Penelitian yang bersifat eksploratif (penjajakan atau penjelajahan), yang

umumnya dilakukan terhadap pengetahuan yang masih baru, belum

banyak ditemukan informasi mengenai masalah yang diteliti, atau bahkan

belum ada sama sekali, seperti belum adanya teori-teori dan norma-norma.

Kalaupun ada namun hal itu masih relatif sedikit. Oleh karena itu dalam

penelitian ini tidak menggunakan hipotesis.

2. Penelitian yang bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan

secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala atau suatu kelompok

tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk

menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala

lainnya dalam masyarakat. Dalam penelitian ini teori-teori, ketentuan

peraturan, norma-norma hukum, karya tulis yang dimuat, baik dalam

literature maupun jurnal, doktrin serta laporan penelitian terdahulu sudah

mulai ada, bahkan jumlahnya cukup memadai. Sehingga dalam penelitian

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

29

ini hipotesis tidak mutlak harus diperlukan, atau dengan kata lain hipotesis

boleh ada boleh juga tidak.

3. Penelitian yang bersifat eksplanatif (menerangkan) bertujuan menguji

hipotesis-hipotesis tentang ada tidaknya hubungan sebab akibat antara

berbagai variabel yang diteliti. Dengan demikian penelitian ini baru dapat

dilakukan apabila informasi-informasi tentang masalah yang diteliti sudah

cukup banyak, yaitu adanya beberapa teori tertentu dan telah ada berbagai

penelitian empiris yang menguji berbagai hipotesis tertentu.30

Sifat penelitian dalam penulisan karya ilmiah ini bersifat deskriptif. karena

ingin menggambarkan kenyataan yang terjadi. Penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang bertujuan melukiskan tentang sesuatu hal di daerah tertentu pada

saat tertentu dan untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala

dengan gejala lainnya dalam masyarakat.31

1.8.4 Data dan Sumber Data

Dalam penelitian hukum ini data yang digunakan adalah data primer

(lapangan) dan data sekunder (kepustakaan ) yaitu sebagai berikut:

1. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang

diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan, melalui wawancara

dengan pihak-pihak yang terkait yaitu pada bagian Legal dan bagian kredit

Bank Perkreditan Rakyat Wilayah Denpasar. Penelitian ini dilakukan

dengan cara melakukan wawancara dengan informan dan responden yang

ada pada lokasi penelitian tersebut. Informan, adalah orang atau individu

30

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2010, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja

Grafindo Persada, Jakarta, h. 25. 31

Bambang Waluyo, 2008, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, h. 8.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

30

yang memberikan informasi data yang dibutuhkan oleh peneliti sebatas

yang diketahuinya. Responden, adalah seseorang atau individu yang

mengetahui dan mengalami langsung suatu kejadian.32

2. Data Sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang

diperoleh dari penelitian kepustakaan dengan cara studi dokumen terhadap

bahan-bahan hukum yang terdiri dari :

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari :

(a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

(b) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan;

(c) Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia;

2. Bahan hukum sekunder, yang terdiri dari literatur-literatur, buku-

buku, makalah, dan jurnal yang ditulis oleh para ahli dan dokumen-

dokumen yang berkenaan dengan masalah yang dibahas. Menurut

Robert Watt bahan hukum sekunder adalah “all of the other

materials in the library are used basically to assist researcher in

understanding the law and this group se call secondary

materials”.33

Terjemahan bebasnya adalah semua bahan-bahan

lain di perpustakaan pada dasarnya digunakan untuk membantu

32

Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI press, Jakarta, (selanjutnya

disebut Soerjono Soekanto II) h. 174 33

Robert Watt, 2001, Concise Legal Research, The Federation Press, Leinchrdt, NSW,

h.1.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

31

peneliti memahami hukum dan kelompok ini disebut bahan-bahan

sekunder.

3. Sedangkan Bahan hukum tersier, yang terdiri dari kamus dan

ensiklopedia.34

1.8.5 Teknik Penentuan Sampel Penelitian

Adapun lokasi Penelitian dalam penyusunan penelitian ini pada 5 (lima) Bank

Perkreditan Rakyat di Wilayah Kota Denpasar, yaitu PT. BPR Luhur Pucak Sari,

PT. BPR Padma, PT. BPR Legian, PT. BPR Hoki, dan PT. BPR Duta

Bali.Terpilihnya lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian dikarenakan pada bank

tersebut terdapat kasus kredit macet dengan jaminan fidusia yang bukan milik

debitur sehingga menyulitkan pihak bank untuk melakukan eksekusi atas benda

jaminan. Dalam Penelitian ini metode sampel yang digunakan adalah sampel

secara Non Random Sampling, yaitu suatu cara menentukan sampel dimana

peneliti telah menentukan atau menunjuk sendiri sampel dalam penelitiannya.35

Penentuan responden ataupun informan dilakukan dengan menggunakan

metode snowball sampling yang dipilih berdasarkan penunjukan atau rekomendasi

dari sampel sebelumnya. Sampel pertama yang diteliti ditentukan sendiri oleh

peneliti yaitu dengan mencari responden kunci ataupun informan kunci, kemudian

responden berikutnya yang akan dijadikan sampel tergantung dari rekomendasi

yang diberikan oleh responden kunci yang diawali dengan menunjuk sejumlah

responden yaitu responden yang mengetahui, memahami, dan berpengalaman

34

Amiruddin dan Zainal Asikin, op.cit, h. 119. 35

Amiruddin dan Zainal Asikin, op.cit, hal. 98.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

32

sesuai dengan objek penelitian ini yakni Bank Perkreditan Rakyat di Kota

Denpasar.

1.8.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah dengan metode wawancara dengan mewawancarai para Responden

maupun informan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Jenis

wawancara yang dipergunakan adalah wawancara terstruktur, yang telah disusun

terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dan semua yang

diwawancarai ditanyakan dengan pertanyaan yang sama. Dengan tehnik

wawancara ini akan lebih mudah mendapatkan informasi yang diinginkan,

menurut pendapat yang dikemukakan oleh William D. Crano dan Marilyn B.

Brewer, bahwa : “in survey research, personal contact is achieve higher response

rates than the more impersonal question approach”36

terjemahan bebas penulis

bahwa dalam penelitian lapangan, wawancara secara pribadi memberikan respon

yang lebih tinggi dari pada tidak dengan melakukan wawancara. Wawancara

adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara adalah pihak yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

adalah pihak yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.37

Tehnik

pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini menggunakan tehnik studi

dokumen melalui kepustakaan dipergunakan dengan cara mencatat data-data

yang bersumber pada bahan hukum primer maupun dari bahan hukum sekunder

36

Crano, William D. and Brewer, Marilyn B., 2002, Principles and Methodes of Social

Research,Lowrence Erlbaum Associates, Mahwah, New Jersey, hal. 223. 37

Lexy J. Moleong, 2013, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, PT. Remaja

Rosdakarya, Cet. XXXI, Bandung, hal. 186.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · tidak berlebihan jika stabilitas usaha Bank sangat dipengaruhi oleh ... Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi

33

yang berupa buku-buku tulisan dari para sarjana dan bahan hukum tersier yang

berupa kamus dan ensiklopedia.

1.8.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data adalah kegiatan merapikan data hasil pengumpulan data di

lapangan sehingga siap pakai untuk dianalisa.38

Setelah data dikumpulkan

kemudian data diolah secara kualitatif dengan melakukan studi perbandingan

antara data lapangan dengan data kepustakaan sehingga akan diperoleh data yang

bersifat saling menunjang antara teori dan praktek. Dalam menganalisa data,

setelah data terkumpul maka langkah penting selanjutnya adalah analisis

data.39

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif, yaitu data yang telah dikumpulkan baik dari penelitian lapangan

maupun kepustakaan diolah dengan pendekatan kualitatif dan disajikan secara

deskriptif sesuai dengan hasil penelitian lapangan dan kepustakaan untuk

memperoleh kesimpulan yang tepat dan logis sesuai dengan permasalahan yang

dikaji.40

38

Bambang Waluyo, op.cit, hal. 72. 39

Bambang Waluyo, op.cit, hal 19. 40

Zainuddin Ali, 2013, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 107.