BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan. Secara konstitusional amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang telah meletakkan dasar-dasar kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan meletakkan kedaulatan berada di tangan rakyat. Hal ini dapat diwujudkan melalui pengembangan format politik dalam negeri dan pengembangan sistim pemerintahan, termasuk sistim penyelenggaraan pemerintahan daerah ke arah yang lebih demokratis. Konsekuensi dari negara hukum dengan adanya amandemen tersebut, berdampak pada perubahan format politik dan sistem pemerintahan, yang harus ditindaklanjuti dengan perubahan peraturan perundang-undangan di bidang politik dan pemerintahan. Sejalan dengan pengembangan sarana demokrasi kedaulatan rakyat, dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang berkenaan dengan penyelenggaraan pemilukada langsung di daerah. Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat, melalui pemungutan suara yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Sejalan dengan hal itu, maka diperlukan figur Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang mampu mengembangkan inovasi daerah, yang berwawasan kebangsaan, berfikir maju lebih jauh ke depan dan siap melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan.

Secara konstitusional amandemen Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, yang telah meletakkan dasar-dasar kehidupan

berbangsa dan bernegara, dengan meletakkan kedaulatan berada di tangan rakyat.

Hal ini dapat diwujudkan melalui pengembangan format politik dalam negeri dan

pengembangan sistim pemerintahan, termasuk sistim penyelenggaraan

pemerintahan daerah ke arah yang lebih demokratis. Konsekuensi dari negara

hukum dengan adanya amandemen tersebut, berdampak pada perubahan format

politik dan sistem pemerintahan, yang harus ditindaklanjuti dengan perubahan

peraturan perundang-undangan di bidang politik dan pemerintahan.

Sejalan dengan pengembangan sarana demokrasi kedaulatan rakyat, dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang berkenaan dengan

penyelenggaraan pemilukada langsung di daerah. Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat, melalui pemungutan suara

yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur, dan adil. Sejalan dengan hal itu, maka diperlukan figur Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang mampu mengembangkan inovasi daerah,

yang berwawasan kebangsaan, berfikir maju lebih jauh ke depan dan siap

melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

1

2

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah mempunyai

peran yang sangat strategis dalam rangka pengembangan kehidupan demokrasi,

keadilan, pemerataan, kesejahteraan masyarakat, memelihara hubungan yang

serasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah maupun antar daerah. Hal

ini dimaksudkan untuk tetap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI). Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah secara

langsung oleh rakyat, yang saat ini telah dilaksanakan dengan penuh antusias dan

disambut dengan penuh semangat dan sukacita. Pemilihan Umum Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah Langsung (PEMILUKADA), dapat dikatakan sebagai

hasil dari reformasi yang diperjuangkan oleh segenap komponen bangsa. Hal ini

merupakan perubahan yang sangat signifikan terhadap perkembangan demokrasi

di daerah, sesuai dengan tuntutan reformasi, adalah pemilihan kepala daerah dan

wakil kepala daerah dipilih secara langsung.

Pemilukada langsung merupakan konsekuensi perubahan tatanan

kenegaraan Republik Indonesia, akibat dari Amandemen kedua Undang-Undang

Dasar (UUD) 1945. Undang-undang yang baru diamandemen ini pada dasarnya

mengatur mengenai penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka

melaksanakan kebijakan desentralisasi. Hal tersebut dapat dilihat melalui

penjabaran dari amanat konstitusi pasal 18 ayat (4) UUD 1945 yang menyatakan

bahwa gubernur, bupati, dan walikota masing-masing sebagai kepala

pemerintahan provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara lansung dan demokratis.

3

Penjelasan lebih mendetail dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah beserta perubahannya, menjelaskan bahwa peserta

pemilihan umum kepala daerah, adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai

politik atau gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan UU Nomor 12

Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pemilihan umum kepala daerah, juga

dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah

orang, dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan,

Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah beserta perubahannya, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Menurut peraturan pemerintah tersebut, menyatakan bahwa tahapan

pilkada secara langsung dibagi menjadi 2 (dua), yaitu tahap persiapan dan tahap

pelaksanaan. Tahap persiapan meliputi :

1. pemberitahuan DPRD kepada KDH dan KPUD mengenai berakhirnya

masa jabatan Kepala Daerah.

2. dengan adanya pemberitahuan dimaksud KDH berkewajiban untuk

menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada

pemerintah dan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada

DPRD.

3. KPUD dengan pemberitahuan dimaksud menetapkan rencana

penyelenggaraan Pemilihan KDH dan WKDH yang meliputi

penetapan tatacara dan jadwal tahapan PILKADA, membentuk Panitia

Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS), dan

4

Kelompok Penyelenggara pemungutan Suara (KPPS) serta

pemberitahuan dan pendaftaran pemantau.

4. DPRD membentuk Panitia pengawas Pemilihan yang unsurnya terdiri

dari Kepolisian, Kejaksaan, perguruan Tinggi, Pers dan Tokoh

masyarakat.

Tahap pelaksanaan pemilukada langsung melalui beberapa tahapan, yaitu

dimulai dari :

1. persiapan pemilihan.

2. penyelenggara pemilihan, penetapan pemilih.

3. pendaftaran dan penetapan pasangan calon.

4. kampanye.

5. pemungutan dan penghitungan suara.

6. penetapan pasangan calon terpilih, pengesahan, dan pelantikan.

Pemilukada langsung dimaksud sebagai awal menciptakan sistem

pemerintah daerah yang baik, dan sebagai syarat utama yang mutlak untuk

pemimpin yang terpilih secara demokratis, jujur, berkredibilitas, cerdas dan

mampu menjalankan program-program kerja secara nyata untuk kemajuan daerah

dan kemakmuran masyarakat daerah. Secara sistematik dengan perlahan tapi pasti,

pemilukada langsung diakui sebagai bagian proses penting, yang mempengaruhi

masa depan masyarakat daerah. Hal ini, dikarenakan pemilukada langsung

merupakan perwujudan konstitusi dari UUD 1945, sebagai sarana pembelajaran

demokrasi dan politik bagi masyarakat untuk memilih pemimpin yang benar

sesuai dengan hati nurani.

5

Pemilukada langsung juga sebagai sarana untuk memperkuat otonomi

daerah, karena keberhasilan daerah salah satunya ditentukan juga oleh pemimpin

daerah, yaitu semakin baik pemimpin daerah yang dihasilkan dalam pemilukada

langsung, maka komitmen pemimpin daerah dalam mewujudkan tujuan otonomi

daerah dapat diwujudkan dengan nyata dan bukan hanya sekedar janji pada saat

kampanye. Pemilukada langsung juga sebagai sarana penting bagi proses

kaderisasi tokoh nasional, karena banyak figur pemimpin daerah yang menjadi

tokoh nasional hasil dari pemilukada langsung.

Di era otonomi daerah perkembangan demokrasi dan partisipasi

masyarakat daerah, merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindari.

Diharapkan demokrasi di tingkat lokal, mampu menjadi pintu masuk bagi

kemajuan daerah, karena dengan adanya pemilihan Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah secara langsung merupakan legitimasi politik Kepala Daerah.

Walaupun demikian tidak berarti Kepala Daerah dapat mengeluarkan kebijakan

dan bertindak semaunya. Proses demokrasi di daerah juga diharapkan akan

memunculkan partisipasi politik masyarakat bersifat lokal yang tinggi dan kritis,

sehingga diharapkan akan muncul 'civil society" yang kuat di daerah. Kalau

demokrasi berjalan dengan baik maka prinsip "chek and balance" dalam berokrasi

pemerintah daerah secara otomatis akan terjadi.

Adanya Pilkada langsung, maka proses demokrasi di tingkat lokal sudah

dapat diwujudkan, sehingga dapat diperoleh pemimpin yang sesuai dengan

pilihan, dan dapat diterima serta dikehendaki oleh masyarakat di daerah.

Pemimpin rakyat yang terpilih tersebut diharapkan dapat merealisasikan

6

kepentingan dan kehendak masyarakat secara bertanggung jawab, sesuai potensi

yang ada di daerah untuk mensejahterakan masyarakat daerah. Penyelenggaraan

pilkada langsung pastilah memiliki suatu tujuan, dimana untuk menjalankan

amanat yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, yakni untuk

melaksanakan kedaulatan rakyat. Pilkada sebagai salah satu jalan untuk mencari

legalitas kekuasaan di tingkat lokal dalam NKRI serta setiap warga negara

Indonesia memiliki hak yang sama untuk memilih dan dipilih menjadi pemimpin

di daerah, baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten/kota.

Agar proses demokrasi berjalan dengan aman dan lancar, diharapkan

kepada penyelenggara pemilukada yaitu KPUD dan Panwaslu daerah, agar selalu

berpegang pada peraturan perundang-undangan dan memperlakukan pasangan

calon secara adil dan setara. Selain itu, kepada jajaran pemerintahan daerah

diharapkan agar mendukung kelancaran pelaksanaan Pilkada, dengan bersikap

netral yang tidak berpihak kepada salah satu pasangan calon. Pilkada muncul

sebagai konsekuensi logis dari desentralisasi politik yang didasari oleh semangat

reformasi. Desentralisasi ditandai dengan beralihnya kewenangan politik yaitu

dari pusat ke daerah dalam artian bahwa politik lokal menjadi fokus bagi berbagai

pihak untuk melakukan konsolidasi agar mendapat tempat di hati masyarakat.

Selain mencari pemimpin yang legalitasnya dapat diterima oleh masyarakat,

pemilukada juga dimaksudkan untuk mewujudkan partisipasi masyarakat dalam

pemerintahan sehingga Pilkada adalah untuk memperkuat iklim demokrasi di

daerah dengan memperhatikan kearifan lokal.

7

Kesuksesan sejumlah daerah di Indonesia dalam menyelenggarakan

pemilihan gubernur, bupati, dan walikota patut diberikan apresiasi mengingat

sistem pemilihan kepala daerah secara langsung terbilang baru, sehingga

membutuhkan waktu persiapan yang panjang dan perencanaan pelaksanaan yang

matang. Selain itu, munculnya calon perseorangan atau independen yang dapat

menyaingi kepopuleran pasangan calon kepala daerah yang diusung oleh partai

politik, sehingga memberikan nuansa politik tersendiri pada proses demokrasi

yang ada di daerah. Pemilukada merupakan sarana untuk mendapatkan legalitas

kekuasaan di daerah, karena itu rakyat di daerah harus dilibatkan, sehingga

pemimpin yang dihasilkan melalui proses demkorasi tersebut dapat diterima oleh

masyarakat. Selanjutnya, perlu diketahui bahwa semakin tinggi tingkat partisipasi

masyarakat yang memberikan suaranya dalam pilkada, maka semakin tinggi

tingkat legalitas dan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah daerah. Untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pilkada maka data pemilih harus

akurat, dimana data pemilih tersebut diperoleh dari hasil registrasi penduduk yang

dilakukan oleh pemerintah daerah. Dalam hal ini, Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil selaku lembaga teknis daerah yang mempunyai tugas pokok dan

fungsi dalam melakukan pendataan atau registrasi penduduk.

Registrasi penduduk adalah merupakan pencatatan yang terus menerus

mengenai kejadian vital yang dialami penduduk berupa kelahiran, kematian, dan

perpindahan. Registrasi penduduk didasarkan pada keputusan Presiden Nomor 52

Tahun 1977, ditujukan untuk membangun sistem pencatatan yang berlaku

menyeluruh dan seragam dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

8

Cakupan data yang diperoleh pada registrasi penduduk sangat bergantung pada

kesadaran masyarakat untuk melaporkan kejadian vital yang terjadi dalam

keluarga. Di negara-negara maju, pengumpulan data melalui registrasi umumnya

tidak menemui masalah dan hambatan, sebaliknya di negara-negara berkembang

seperti Indonesia, umumnya data yang diolah masih kurang lengkap karena

banyak peristiwa yang tidak dilaporkan, sehingga data kurang terperinci

mengakibatkan data tersebut kurang memadai untuk digunakan dalam melakukan

berbagai analisis kependudukan. Arti penduduk adalah semua orang yang

berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih

dan mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan, tetapi bertujuan untuk menetap.

Registrasi penduduk dapat diartikan sebagai pencatatan terhadap setiap peristiwa

kependudukan yang terjadi setiap saat. Registrasi penduduk pada dasarnya

melakukan pencatatan terhadap komponen-komponen kependudukan yang

bersifat dinamis. Komponen-komponen tersebut antara lain kelahiran, kematian,

perkawinan, perceraian, perubahan pekerjaan dan perubahan tempat tinggal.

Penjelasan kepada masyarakat sangat diperlukan mengenai pentingnya

melaporkan kejadian vital yang terjadi dalam rumah tangga, sehingga dengan

adanya keterbukaan dan penyempurnaan pelayanan, akan membantu memberikan

hasil pencatatan penduduk yang lebih baik. Data yang dihasilkan akan dapat

digunakan sebagai pembanding dan pelengkap untuk data kependudukan, baik

dari hasil survei maupun sensus. Data tersebut juga dapat digunakan untuk

menentukan kebijakan penduduk, yang tidak kalah pentingnya bahwa data

kependudukan tersebut menjadi Data Agregat Kependudukan (DAK).

9

Data Agregat Kependudukan tersebut, selanjutnya diolah sebagai data awal

menjadi Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4), yang digunakan oleh

KPUD untuk dilakukan validasi registrasi penduduk dan pemutakhiran data

pemilih pada Pemilukada langsung Kabupaten. Sehubungan dengan itu, petugas

yang melakukan validasi dan pemutakhiran data pemilih dikenal dengan istilah

PPDP (petugas pemutakhiran data pemilih) yang ditunjuk dan bertugas pada

setiap TPS, dan dibantu oleh Ketua RT dan Ketua RW. Setelah melalui proses

yang cukup lama serta adanya perbaikan mengenai penulisan nama dan/atau

identitas lainnya, maka data tersebut dapat ditetapkan menjadi data pemilih.

Pemilih dimaksud harus memenuhi syarat :

a. nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;

b. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap; dan

c. berdomisili di daerah pemilihan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan

sebelum disahkannya daftar pemilih sementara yang dibuktikan dengan

Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau dokumen kependudukan dari instansi

yang berwenang.

Data penduduk yang lengkap dan akurat sangat penting karena berkaitan

dengan peserta pemilukada dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh

sejumlah orang dan lebih dikenal dengan istilah jalur independen. Berdasarkan

perubahan ketiga atas Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Kedua atas

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan

Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah,

10

pasal 36 ayat 6 yang intinya menyatakan bahwa Pasangan Calon Perseorangan

Bupati dan Wakil Bupati/Walikota dan Wakil Walikota dapat menjadi peserta

pemilukada di kabupaten/kota dengan beberapa persyaratan yang berkaitan

dengan pasangan calon perseorangan. Penyelenggara pemilukada untuk tingkat

kabupaten/kota, adalah Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) dengan

penyelenggara di bawah yaitu Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), yang

berkedudukan kecamatan, Panitia Pengumutan Suara (PPS) yang berkedudukan di

desa/kelurahan, dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) adalah

yang bertugas melaksanakan pemungutan suara dan penghitungan suara di tempat

pemungutan suara (TPS).

Pemilukada langsung adalah singkatan dari Pemilihan Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah Langsung dan untuk penyebutan sering juga disingkat

dengan Pemilukada, namun orang sudah paham bahwa yang dimaksud Pilkada

adalah pemilukada langsung. Berdasarkan PP No. 6 tahun 2005 tentang

Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah, pada pasal 1 ayat :

1). Dirumuskan bahwa Pemilukada adalah sarana pelaksanaan kedaulatan

rakyat di wilayah provinsi dan atau kabupaten/kota berdasarkan

Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

2). Disebutkan bahwa Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah

Gubernur dan Wakil Gubernur untuk provinsi, Bupati dan Wakil Bupati

untuk kabupaten, dan Walikota dan Wakil Walikota untuk kota.

11

Berdasarkan dua ayat di atas, maka Pilkada yang digelar di Kabupaten

Bulungan pada 27 Juni 2010, adalah untuk memilih Bupati dan Wakil Bupati

periode 2010 s.d 2015, menjadi pembanding untuk penyelenggaraan Pemilukada

Langsung Kabupaten Bulungan pada tahun 2015, sehingga pilkada mendatang

dapat dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur dan adil. Realisasi pemilukada langsung bagi pemerintah daerah

akan dapat mewujudkan prinsip-prinsip partisipasi, transparansi, akuntabilitas,

profesional, yang merupakan bagian dari persyaratan tata pemerintahan yang baik

dan tata pemerintahan yang bersih (good governance and clean governance).

Pemilukada langsung yang pertama dilaksanakan di seluruh Indonesia

adalah pada tahun 2005. Daerah pertama melaksanakan Pilkada langsung tersebut

di Indonesia adalah Kabupaten Kutai Kertanegara, setelah itu pada tahun yang

sama pemilukada pertama juga diselengarakan di Kabupaten Bulungan.

Sedangkan pada tahun 2010 pelaksanaan Pilkada Kabupaten Bulungan untuk yang

kedua kalinya, dapat berjalan dengan aman, sukses, lancar dan kondusif, serta

terpilihnya pasangan Drs. H. Budiman Arifin, M,Si dan Drs. Liet Ingai, M. Si.

sebagai pasangan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bulungan untuk periode

kedua, dengan masa jabatan 2010 s.d 2015.

Kabupaten Bulungan yang beribukotakan Tanjung Selor, sebagai salah

satu kabupaten di bagian utara Provinsi Kalimantan Timur. Mempunyai luas

18.010,50 km2, terletak antara 116°04'41" sampai dengan 117°57'56" Bujur

Timur dan 2°09'19" sampai dengan 3°34'49" Lintang Utara. Berdasarkan

Undang‐undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2007, tentang

12

Pembentukan Kabupaten Tana Tidung di Provinsi Kalimantan Timur maka Luas

Kabupaten Bulungan berkurang menjadi 13.181,92 km2.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2012 Tanggal 16

Nopember 2012, dibentuklah Provinsi Kalimantan Utara dalam wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Cakupan wilayahnya meliputi Kabupaten

Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung

serta Kota Tarakan, dengan Ibukota Provinsi Kalimantan Utara, berkedudukan di

Tanjung Selor Kabupaten Bulungan. Adanya undang-undang ini secara otomatis

Kabupaten Bulungan masuk dalam Provinsi Kalimantan Utara, adapun data-data

berkaitan provinsi ke 34 dan termuda di Indonesia, adalah mempunyai batas

wilayah sebagai berikut, yaitu :

a. sebelah utara berbatasan dengan Negara Bagian Sabah Malaysia;

b. sebelah timur berbatasan dengan Laut Sulawesi;

c. sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten

Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kertanegara dan Kabupaten Berau

Provinsi Kalimantan Timur; dan

d. sebelah barat berbatasan dengan Negara Bagian Sarawak Malaysia.

e. luas wilayah 72.567.49 km2 (28,018.46 mil²)

f. jumlah Penduduk ( 2013 ) 606.830 jiwa, dengan rincian masing-masing

kabupaten / kota seperti pada Tabel 1 di bawah ini.

13

Tabel 1.

Jumlah Penduduk Kabupaten dan Kota se Provinsi Kalimantan Utara tahun 2013.

Nomor Nama

Kabupaten

Jumlah

Penduduk

Ibukota

Kabupaten/kota

Tahun

pemekaran

1 Kab. Bulungan 131.828 Tanjung Selor 1950

2 Kab. Nunukan 192.562 Nunukan 1999

3 Kab. Malinau 77.221 Malinau 1999

4 Kab. Tanah Tidung 20.105 Tidung Pale 2007

5 Kota Tarakan 185.114 Tarakan 1997

Jumlah 606.830

Sumber : Diolah dari Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

115/Kpts/KPU/Tahun 2013, tanggal 9 Maret 2013

Permasalahan utama yang dihadapi pada Pemilihan Umum Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Bulungan tahun 2005 dan 2010, adalah

ketidaksempurnaan data penduduk dalam bentuk Data Agregat Kependudukan

(DAK), berimbas pada tidak akurat Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu

(DP4). Data yang tidak akurat tersebut selalu dijadikan permasalahan oleh peserta

pilkada pada pelaksanaan pesta demokrasi di Kabupaten Bulungan, dan menjadi

isu yang sangat sensitif terhadap kondusifnya daerah. Hal ini disebabkan banyak

penduduk yang punya hak pilih, teramcam hilang hak pilihnya, karena tidak

terdaftar atau tercantum namanya dalam daftar data pemilih untuk menjadi

pemilih pada Pemilukada Kabupaten Bulungan tahun 2010.

Ketidaksempurnaan data penduduk dari pemerintah daerah, dalam hal ini

yang dikelola oleh Disdukcapil Kabupaten Bulungan diserahterimakan ke KPUD,

berupa DAK berisi DP4 pada Pemilukada Kabupaten Bulungan tahun 2010 sangat

dimungkikan terjada pada Pemilukada Kabupaten Bulungan tahun 2015.

14

Berdasarkan permasalah tersebut untuk mengatasi tidak akuratnya data penduduk

maupun data pemilih, maka KPU Kabupaten Bulungan harus melakukan validasi

registrasi penduduk dan pemutakhiran data pemilih untuk mendapatkan data

pemilih yang valid dan akurat.

Bedasarkan Tabel. 2 di bawah ini, jika dibandingkan dengan DAK dan

DP4 dari Disdukcapil Kabupaten Bulungan, sebelum dilakukan validasi registrasi

penduduk pemutakhiran data pemilih oleh PPS melalui perangkatnya di tingkat

bawah yang bernama PPDP, maka data pemilih untuk Pemilukada tahun 2010,

mengalami perubahan yang sangat signifikan, seperti di bawah ini :

Tabel 2.

Hasil Validasi Registrasi Penduduk dan Pemutakhiran Data Pemilih pada

Pemilukada Kabupaten Bulungan Tahun 2010

No DATA PEMILIH JUMLAH

(jiwa)

1

Daftar Agregat Kependudukan (DAK)

130.766

2

Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4)

86.520

3 Hasil proses Validasi Registrasi Penduduk dan

Pemutakhiran Data Pemilih oleh PPDP/PPS

12.767

4 Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Pemilukada

Kabuapten Bulungan tahun 2010 73.581

Sumber Data : KPU Kabupaten Bulungan

Berdasarkan Tabel 2 tersebut di atas, bahwa jumlah penduduk Kabupaten

Bulungan untuk Pemilukada tahun 2010 adalah 130.766 jiwa, selanjutnya dipilah

berdasar berdasarkan tempat pengutan suara (TPS) dikenal dengan istilah Data

Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) berjumlah 86.520 jiwa. Berdasarkan

data DP4 tersebut, maka KPUD melakukan validasi registrasi penduduk dan

pemutakhiran data pemilih menjadi DPT sebesar 73.581 jiwa. Selisih antara DP4

15

dan validasi registrasi penduduk dan pemutakhiran data pemilih sebesar 12.767

jiwa. hasil yang sangat besar tersebut menandakan bahwa validasi dan

pemutakhiran data pemilih harus dilakukan untuk mendapatkan DPT yang akurat

untuk pelaksanaan pemilukada.

Berdasarkan hasil tersebut di atas, maka validasi registrasi penduduk dan

pemutakhiran data pemilih yang akurat, sangat penting dalam pelaksanaan

Pemilukada Langsung Kabupaten Bulungan tahun 2015, sehubungan dengan hal

itu, maka mulai dari sekarang KPU Kabupaten Bulungan, dalam melakukan

pengelolaan DP4, perlu membuat program khusus berkaitan dengan hal tersebut.

KPUD dalam melakukan validasi registrasi penduduk dan pemutakhiran data

pemilih, untuk pemilukada mendatang, dapat menyusun daftar pemilih, sehingga

warga yang mempunyai hak suara dapat terakomodir dalam Daftar Pemilih Tetap

(DPT). Pendataan yang akurat dapat meningkatkan tingkat partisipasi pemilih

dalam memberikan hak suaranya di TPS. Disamping itu peran strategis KPU

Kabupaten Bulungan dalam pilkada salah satunya adalah menjaga kondusifnya

daerah dalam menggelar pesta demokrasi yang bersifat lokal dan bermartabat.

Dari kenyataan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

faktor-faktor yang menghambat peran strategis KPU Kabupaten Bulungan dalam

Pemutakhiran Data Pemilih untuk Pemilukada Tahun 2015, serta bagaimana cara

menemukan mengatasi hambatan tersebut.

Pembahasan masalah ini akan dilakukan berdasarkan tinjauan deskriktif

kualitatif tentang faktor-faktor apa saja yang menghambat peran strategis KPU

Kabupaten Bulungan terhadap validasi registrasi penduduk dan pemutakhiran data

16

pemilih. Hal ini yang mendasari penulis sehingga berkeinginan untuk

mengadakan penelitian yang dibuat dalam sebuah karya ilmiah dalam bentuk

tesis, dengan judul “PERAN STRATEGIS KPU KABUPATEN BULUNGAN

DALAM VALIDASI REGISTRASI PENDUDUK DAN PEMUTAKHIRAN

DATA PEMILIH UNTUK PEMILUKADA TAHUN 2015”.

1.2. Perumusan Masalah.

Pilkada secara langsung, merupakan sarana politik lokal menuju proses

demokrasi yang ada di tingkat daerah, sehingga pelaksanaan demokrasi dapat

diwujudkan untuk memperoleh pemimpin yang diterima serta memenuhi syarat

sesuai dengan kehendak dan pilihan rakyat daerah. Pemimpin yang dipilih rakyat

tersebut diharapkan mampu merealisasikan dan menjalankan program kerja secara

bertanggung jawab yang berpihak kepada kepentingan dan kensejahteraan

masyarakat daerah sesuai potensi daerah yang ada. Penyelenggaraan pilkada

secara langsung harus memiliki suatu tujuan yang pasti, dimana untuk

melaksanakan amanat kedaulatan rakyat yang berdasarkan pada Pancasila dan

UUD 1945.

Pelaksanaan Pemilukada di Kabupaten Bulungan, sebagai wujud dari

semangat demokrasi lokal tersebut, diharapkan menghasilkan pemimpin daerah

yang baik, bersih serta legitimite. Hal ini diharapkan agar seluruh program kerja

lima tahun dapat berjalan dan diterima untuk mensejahterahkan masyarakat

Kabupaten Bulungan. Dalam pelaksanaan pilkada, ditemukan permasalahan-

permasalahan yang berpotensi menghambat setiap tahapan, program dan kegiatan

17

kerja KPUD, jika tidak cepat diatasi maka hambatan tersebut menjadi masalah

yang pada akhirnya dapat menggagalkan pelaksanaan pilkada itu sendiri.

Permasalahan yang ditemukan oleh KPUD Kabupaten Bulungan pada

Pemilukada yang lalu tersebut, berupa ketidaksempurnaan data penduduk dalam

bentuk Data Agregat Kependudukan (DAK) yang dikelola Pemda Kabupaten

Bulungan dengan lembaga teknisnya yaitu Disdukcapil Kabupaten Bulungan,

berimbas pada tidak akurat Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) untuk

Pemilukada.

Berdasarkan masalah tersebut, maka KPU Kabupaten Bulungan harus

melakukan validasi registrasi penduduk dan pemutakhiran data pemilih untuk

mendapatkan data pemilih yang valid dan akurat untuk Penyelenggaraan

Pemilukada Kabupaten Bulungan selanjutnya. Selanjut untuk proses validasi

registrasi penduduk dengan melakukan pencocokan dan pencatatan data penduduk

yang memenuhi syarat pemilih, sekurang-kurangnya berkaitan tentang : a. Nomor

urut; b. Nomor KTP; c. Nomor NIK; d. Nama lengkap; e. Tempat dan tanggal

lahir (umur); f. Jenis Kelamin; g. Status perkawinan; h. Alamat tempat tinggal;

dan i. Jenis cacat yang disandang.

Proses pemutakhiran data pemilih dengan melakukan pencatatan data

penduduk yang telah divalidasi dalam formulir daftar pemilih, dengan

memperhatikan ketentuan sebagai berikut : (a) telah memenuhi syarat usia

pemilih, yaitu sampai dengan hari dan tanggal pemungutan suara Pemilu kepala

daerah dan wakil kepala daerah sudah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau

lebih; (b) belum berumur 17 (tujuh belas) tahun, tetapi sudah atau pernah kawin;

18

(c) perubahan status anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara

Republik Indonesia menjadi status sipil atau purnatugas atau sebaliknya; (d) tidak

terdaftar dalam data pemilih yang digunakan untuk penyusunan daftar pemilih

dalam Pemilukada berdasarkan data kependudukan yang disampaikan pemerintah

daerah atau Pemilu terakhir; (e) telah meninggal dunia; (f) pindah domisili atau

sudah tidak berdomisili di desa atau di kelurahan tersebut; (g) terdaftar pada dua

atau lebih domisili yang berbeda; (h) perbaikan penulisan identitas pemilih;

(i) sudah terdaftar tetapi sudah tidak memenuhi syarat sebagai pemilih.

Hakekatnya masalah dalam suatu penelitian adalah merupakan berbagai

bentuk pernyataan, berbagai macam bentuk kesulitan dan bernagai macam bentuk

hambatan yang harus dicari jawabannya. Selanjutnya harus ada kegiatan maupun

aktivitas yang dilakukan untuk memecahkan masalah, sehingga masalah tersebut

diharapkan dapat selesai serta tujuan dapat dicapai. Berkaitan dengan hal itu maka

rumusan masalah yang dapat dikemukan pada penelitian ini adalah : Bagaimana

peran strategis KPU Kabupaten Bulungan dalam Validasi Registrasi Penduduk

dan Pemutakhiran Data Pemilih dan untuk mengatasi permasalahan data pemilih

pada Pemilukada Tahun 2015. Disamping itu, untuk kejelasan masalah serta

mempermudah dalam melakukan pemecahan masalah, maka perlu adanya

gambaran yang berhubungan dengan apa yang akan diteliti dan bagaimana

pembatasan masalah tersebut. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat peran strategis KPU

Kabupaten Bulungan dalam pemutakhiran data pemilih untuk Pemilukada tahun

2015 serta bagaimana solusi untuk mengatasi hambatan tersebut.

19

1.3. Tujuan Penelitian.

Tujuan dari penelitian ini sebagaimana yang dijelaskan pada bagian latar

belakang yang berupa perumusan dan pembatasan masalah, adalah sebagai

berikut :

1.3.1. Tujuan Umum.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan

yang berkaitan dengan “Peran Strategis KPU Kabupaten Bulungan dalam

Validasi Registrasi Penduduk dan Pemutakhiran Data Pemilih untuk

Pemilukada Tahun 2015”, sehingga dapat diketahui bagaimana mengatasi

faktor-faktor yang menghambat dalam proses pemutakhiran data pemilih,

dimana data pemilih tersebut akan digunakan pada Pemilukada Kabupaten

Bulungan tahun 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus.

1. Mengetahui peran strategis KPU Kabupaten Bulungan dalam

validasi registrasi penduduk.

2. Mengetahui peran strategis KPU Kabupaten Bulungan dalam

pemutakhiran data pemilih.

3. Mengetahui faktor-faktor yang menghambat peran strategis KPU

Kabupaten Bulungan dalam pemutakhiran data pemilih.

4. Mengetahui peran strategis KPU Kabupaten Bulungan dalam

menemukan solusi, untuk mengatasi faktor-faktor yang

menghambat dalam proses pemutakhiran data pemilih.

20

1.4. Manfaat Penelitian.

Pemilukada merupakan pesta demokrasi yang bersifat lokal atau

kedaerahan. Pilkada juga untuk memilih pemimpin daerah yang pada akhirnya

dapat memberikan kesejahteraan kepada daerah yang dipimpinnya. Hasil

penelitian ini berkaitan dengan “Peran Strategis KPU Kabupaten Bulungan

terhadap validasi registrasi penduduk dan pemutakhiran data pemilih untuk

pemilukada tahun 2015”. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut :

1.4.1. Manfaat Secara Teoritis.

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi

penegembangan ilmu pengetahuan dalam hal, sebagai berikut :

1. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti/penelitian

berikutnya mengenai Peran Strategis KPU Kabupaten Bulungan

terhadap validasi registrasi penduduk dan pemutakhiran data

pemilih untuk pemilukada tahun 2015.

2. Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kesempatan untuk menerapkan teori, dan konsep-konsep yang

berkaitan dengan Peran Strategis KPU Kabupaten Bulungan dalam

Validasi Registrasi Penduduk dan Pemutakhiran Data Pemilih

untuk Pemilukada.

3. Dapat menjadi masukan kontruktif untuk menambah pengetahuan

dan wawasan bagi peneliti/penelitian berikutnya mengenai

Pemilukada langsung. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan

21

dapat menambah literatur dan sumber informasi di lingkungan

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

1.4.2. Manfaat Secara Praktis.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat dan masukan kepada, sebagai berikut :

1. Untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Bulungan, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan masukan dalam penyusunan Data

Agregat Kependudukan (DAK) sebagai data base terhadap

penyusunan Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4).

2. Bagi Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bulungan, penelitian ini

sebagai tambahan informasi dan referensi yang berguna bagi para

pengambil kebijakan untuk penguatan kelembagaan dalam

Pelaksanaan Pemilukada Kabupaten Bulungan Tahun 2015.

3. Menemukan cara tepat bagi KPU Kabupaten Bulungan dalam

melaksanakan validasi registrasi penduduk dan pemutakhiran data

pemilih untuk Pemilukada Kabupaten Bulungan tahun 2015.

4. Bagi Masyarakat Kabupaten Bulungan, penelitian ini diharapkan

dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan Pemutakhiran

Data Pemilih yang seharusnya dilaksanakan di Kabupaten

Bulungan.

22

1.5. Keaslian Penelitian.

Keaslian penelitian dalam tesis ini disajikan dengan membandingkan hasil-

hasil penelitian terdahulu. Hal tersebut dipandang memiliki kemiripan dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis. Keaslian penelitian ini dapat diartikan

bahwa masalah yang dirumuskan oleh peneliti adalah benar-benar permasalahan

yang terjadi di Kabupaten Bulungan, dan belum pernah diteliti oleh peneliti

sebelumnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka harus dinyatakan dengan tegas

bahwa penelitian ini berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya, terutama

penelitian hampir memiliki kesamaan dalam hal penyelenggaraan pemilihan

umum kepala daerah dan wakil kepala daerah. Perbedaan yang sangat mendasar

antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya, dapat dilihat pada

tujuan penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut, maka tujuan dari penelitian ini

adalah 1. mengetahui peran strategis KPU Kabupaten Bulungan dalam validasi

registrasi penduduk; 2. mengetahui peran strategis KPU Kabupaten Bulungan

dalam pemutakhiran data pemilih; 3. mengetahui faktor-faktor yang menghambat

peran strategis KPU Kabupaten Bulungan dalam pemutakhiran data pemilih; 4.

mengetahui peran strategis KPU Kabupaten Bulungan dalam menemukan solusi,

untuk mengatasi faktor-faktor yang menghambat dalam proses pemutakhiran data

pemilih. Untuk mendukung pernyataan tersebut, bersama ini disampaikan

beberapa penelitian terdahulu, seperti yang tercantum pada Tabel 3, di bawah ini.

23

Tabel 3.

Penelitian sebelumnya terkait dengan Penelitian yang akan Dilakukan dan

Rencana Penelitian yang akan laksanakan.

NO Judul, Nama

Peneliti,Tahun Tujuan Penelitian

Metode dan

Teknik Analisis Hasil Penelitian

1

Kajian Geografi Politik

Pemilihan Umum

Secara Langsung

PILPRES 2004,

PILKADA 2005 dan

PILGUB 2008 di Kota

Magelang (Ivan Lilin

Suryono, 2009)

Mengetahui pergesaran

suara masyarakat Kota

Magelang dalam Pemilihan

Secara Langsung

Pengumpulan data

dilakukan dengan

wawancara, serta

memanfaatkan

data yang sudah

dipublikasikan

terkait penelitian.

(1). Partisipasi Masyarakat Kota

Magelang dalam Pemilihan

Langsung begitu Tinggi, (2)

Kekuatan partai politik di Kota

Magelang sangat Dominan terutama

PDI P, (3) Pergeseran suara

pemilihan dari Partai pemenang

pemilu legeslatif ke pason Walikota

karena pada pilkada langsung

kepentingan masyarakat

bersentuhan langsung pada paslon

2

Kajian Geografi Politik

Terhadap Pemilih

Golput pada Pemilu

Legeslatif Tahun 2009

Kabupaten Pacitan

(Qoriátu Zahro’.2010)

Mengetahui distribudi

golput pada Pemilu

legesltif tahun 2009 di

Kabupaten Pacitan

Pengumpulan data

dilakukan dengan

indepth interview

dengan

stakeholder dan

pemilih golput.

Dat Sekunder dari

KPU Kab. Pacitan

A. Alasan-alasan seseorang memilih

golput di Kabupaten Pacitan adalah,

sebagai berikut : a) Kesibukan

kegitan harian/pekerjaan; b) Adanya

pengaruh dari personal lain; c)

Tidak ada motovasi; d) Kecewa

terhadap kinerja legeslatif; e) Tidak

ada landasan agama untuk memilih.

B. 2 hal yang menyebabkan golput,

yakni politis dan non politis. Dari

sisi politis, golput disebabkan

karena memilih satu parpol dalam

pemilu adalah hak, bukan kewajiban

bahkan golput dilindungi undang-

undang. Sedangkan dari sisi faktor

non politis golput disebabkan

adanya alasan-alasan pribadi yang

di yakini kebenaran dan

keabsahannya oleh pemilih golput.

3

Kajian Geografi Politik

Terhadap Perubahan

Perolehan Suara Partai

Keadian Sejahtera pada

Pemilu 2004 dan 2009

di Kota Yogyakarta.

(Ernawati, 2009)

Untuk mengetahui

perubahan perolehan suara

Partai Keadilan Sejahtera

di Kota Yogyakarta;

Mengetahui faktor-faktor

yang berhubungan dengan

perubahan perolehan suara

PKS di Kota yogyakarta

Pengumpulan data

akan dilakukan

dengan cara

observasi, dan

kuesioner.

Penurunan Suara PKS di Pemilu

2009 di Sebabkan karena adanya

Loyalitas Pemilih PDI P dan lebih

tertutup terhadap PKS;

Perubahan suara PKS karena

berhubungan dengan perubahan

suara Pos Wanita Keadilan yang

semakin sedikit atau berkurang.

24

No Judul, Nama, Peneliti,

Tahun

Tujuan Penelitian

Metode dan

Tehnik Analisis

Hasil Penelitian

4

PEMILIHAN

KEPALA DAERAH

LANGSUNG (Studi

Kasus Rendahnya

Partisioasi Masyarakat

dalam Pemilihan

Bupati Karimun)

(H.Wijoyokusumo,

2011)

1.Untuk mendeskripsikan

kondisi empirik tahapan

dan proses

penyenlenggaraan pilkada

langsung di Kabupaten

Karimun

2.Untuk mengetahui

faktor-faktor yang

menpengaruhi atau

menyebabkan rendahnya

tingkat partisipasi

masyarakat dalam pilkada

langsung di Kabupaten

Karimun

Metode Diskriftif

kualitatif.

Pengumpulan data

wawancara,

dokumentasi,

observasi. Teknik

analisa data

adalah

menggunakan

penelitian

deskriktif dengan

pendekatan

analisa kualitatif.

Faktor internal pemilih seperti

pilihan yang rasional, jenuh karena

sering adanya kegiatan pemilih,

pekerjaan pemilih. Faktor Politis

seperti yaitu pemilih yang tidak

menberikan hak suaranya secara

disengaja. Faktor manajemen dan

administrasi yaitu berkaitan dengan

pendaftaran pemilih dan tidak ada

kartu pemilih, surat undangan

pemilih tidak ada, dan

ketidaktahuan atas waktu dan tata

cara pemilihan.

5

PEMILIHAN

KEPALA DAERAH

DAN

IMPLIKASINYA

TERHADAP

STABILITAS

KEAMANAN (Studi

Tetang Pemilihan

Walikota Banjar,

Periode 2008-2013,

Provinsi Jawa Barat)

(Agus Budiman, 2012)

Ingin mengetahui Proses

Pemilukada Langsung

Walikota dan Wakil

Walikota di Kota Banjar

Periode 2009-2014; Ingin

mengetahui implikasi

penyelenggaraan

Pemilukada terhadap

stabilitas keamanan di

Kota Banjar Provinsi Jawa

Barat.

Metode Diskriktif

Kualitatif.

Tehnik analisa

yang digunakan

adalah Tehnik

analisa Induktif

yaitu analisa yang

berpangkal dari

kenytaan-

kenyataan khusus

sehingga

menghasilkan

kesimpulan yang

bersifat umum.

Menegetahui implikasi

penyelenggaraan pemilukada

tentang stabilitas keamanan di Kota

Banjar, Provinsi Jawa Barat.

Pemutakhiran data pemilih yang

kurang sempurna dimanfaatkan oleh

pihak-pihak tertentu untuk

mengintimidasi KPU Kota Banjar;

PPS dalam melakukan

pemutakhiran data pemilih hanya

mencoret yang meninggal dunia, di

bawah umur, anggota TNI/POLRI,

penduduk yang tidak menpunyai

hak pilih lainnya, tidak menambah

hak pilih yang belum terdaftar.

6

MODALITAS DAN

KONTESTASI

POLITIK (Studi

tentang Modalitas dan

Strategi Pemenangan

Pilkada pada Pasangan

Kandidat Drs. H.

Yusriansyah Syarkawi,

M.Si dan Drs. H. Azhar

Bahruddin, M.AP

dalam Pilkada 2010 di

Kabupaten Paser,

Kalimantan Timur

(Abdul Rasyid, 2010)

Ingin mengetahui peran

kepemilikan modalitas

kandidat dalam

menetapkan strategi

pemenangan pilkada di

Kabupaten Pasir tahun

2010; Ingin memberikan

kontribusi bagi

perkembangan

pengetahuan politik

tentang studi modalitas,

dan strategi pemenangan

pilkada

Metode Penelitian

Kualitatif.

Tehnik analisa

yang digunakan

adalah Diskriktif

Kualitatif. Untuk

mendeskripsikan

keadaan realitas

dan fakta sosial

dilapangan sesuai

dengan topik

penelitian.

Strategi pemenangan pilkada satu

kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan antara modalitas politik,

sosial, ekonomi, networking, image

building, dan mobilisasi; Secara

teoritik modal yang dimiliki

pasangan kandidat yakni modalitas

politik, sosial, dan ekonomi. Hal ini

sangat berperan dan berpengaruh

untuk mendulang suara lebih

banyak buat pasangan calon.

Lanjutan Tabel 3

25

No

Judul, Nama, Peneliti,

Tahun

Tujuan Penelitian

Metode dan

Teknik Analisis

Hasil Penelitian

7

Rencana Penulis :

“PERAN

STRATEGIS KPU

KABUPATEN

BULUNGAN DALAM

VALIDASI

REGISTRASI

PENDUDUK DAN

PEMUTAKHIRAN

DATA PEMILIH

UNTUK

PEMILUKADA

TAHUN 2015

(ARBAIN,2014)

Mengetahui peran strategis

KPU Kabupaten Bulungan

dalam validasi registrasi

penduduk;

Mengetahui peran strategis

KPU Kabupaten Bulungan

dalam pemutakhiran data

pemilih.

Mengetahui faktor-faktor

yang menghambat peran

strategis KPU Kabupaten

Bulungan dalam

pemutakhiran data pemilih.

Mengetahui peran strategis

KPU Kabupaten Bulungan

dalam menemukan solusi,

untuk mengatasi faktor-

faktor yang menghambat

dalam proses pemutakhiran

data pemilih.

Pengumpulan data

akan dilakukan

dengan cara

wawancara

mendalam,

observasi,

informan dan

dokumentasi,

Teknik analisis

yang digunakan

tehnik analisa

data sekunder .

Menemukan cara tepat bagi KPU

Kabupaten Bulungan dalam

melaksanakan pemutakhiran data

pemilih untuk Pemilukada

Kabupaten Bulungan tahun 2015,

yang sumber datanya dari registrasi

penduduk.

Buat Pemerintah Daerah Kabupaten

Bulungan, penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan dalam

penyusunan Data Agregat

Kependudukan (DAK) sebagai data

base terhadap penyusunan Data

Penduduk Potensial Pemilih Pemilu

(DP4).

Buat Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Bulungan, penelitian ini

sebagai tambahan informasi dan

referensi yang berguna bagi para

pengambil kebijakan untuk

penguatan kelembagaan dalam

Pelaksanaan Pemilukada Kabupaten

Bulungan Tahun 2015.

Sumber : Ivan Lilin Suryono (2009); Ernawati, (2009); Qoriátu Zahro’ (2010);

Abdul Rasyid, (2010); H.Wijoyokusumo, ( 2011); Agus Budiman, (2012).

Lanjutan Tabel 3.