BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.fisip-untirta.ac.id/668/14/ISI.pdf ·...

116
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah negara dimana dalam pembangunan negara akan menuju suatu masyarakat yang adil dan makmur sebagai hakekat suatu bangsa yang bernegara. Pembangunan merupakan sistem meningkatkan masyarakat yang memiliki pemerataan dalam pembangunan sehingga suatu bangsa menjadi masyarakat yang sejahtera. Negara memiliki kewajiban dalam mengelola pembangunan di berbagai komponen apakah suatu kota atau desa, baik pusat maupun daerah, hal ini merupakan bagian dari konsep suatu negara. Pembangunan suatu negara tidak terlepas dari pembangunan terhadap daerah-daerah. Pembangunan di daerah mencakup seluruh kegiatan pembangunan, baik kegiatan pembangunan sektoral yang dilaksanakan oleh instansi-instansi vertikal di daerah, kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota/Kabupaten dan Pemerintah Desa, maupun kegiatan-kegiatan masyarakat. Seluruh kegiatan pembangunan tersebut perlu dikoordinasikan dan diserasikan untuk dapat mengembangkan sumber-sumber potensi yang dimiliki oleh daerah sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi daerah yang bersangkutan. Di samping itu kegiatan pembangunan juga ditujukan untuk mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh daerah. (Yuliawati, 2009:11)

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.fisip-untirta.ac.id/668/14/ISI.pdf ·...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah negara

dimana dalam pembangunan negara akan menuju suatu masyarakat yang adil dan

makmur sebagai hakekat suatu bangsa yang bernegara. Pembangunan merupakan

sistem meningkatkan masyarakat yang memiliki pemerataan dalam pembangunan

sehingga suatu bangsa menjadi masyarakat yang sejahtera. Negara memiliki

kewajiban dalam mengelola pembangunan di berbagai komponen apakah suatu

kota atau desa, baik pusat maupun daerah, hal ini merupakan bagian dari konsep

suatu negara. Pembangunan suatu negara tidak terlepas dari pembangunan

terhadap daerah-daerah. Pembangunan di daerah mencakup seluruh kegiatan

pembangunan, baik kegiatan pembangunan sektoral yang dilaksanakan oleh

instansi-instansi vertikal di daerah, kegiatan yang dilaksanakan oleh

Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota/Kabupaten dan Pemerintah Desa,

maupun kegiatan-kegiatan masyarakat. Seluruh kegiatan pembangunan

tersebut perlu dikoordinasikan dan diserasikan untuk dapat mengembangkan

sumber-sumber potensi yang dimiliki oleh daerah sehingga dapat memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi daerah yang bersangkutan. Di samping itu

kegiatan pembangunan juga ditujukan untuk mengatasi dan memecahkan

masalah-masalah yang dihadapi oleh daerah. (Yuliawati, 2009:11)

2

Oleh karena itu daerah perdesaan mempunyai fungsi dan peranan yang

sangat besar dan strategis bagi dasar pembangunan baik di bidang politik,

ekonomi, sosial-budaya maupun di bidang ketahanan pangan nasional.

Dengan demikian daerah perdesaan tidak hanya merupakan sumber kekuatan

ekonomi, melainkan juga merupakan dasar bagi ketahanan pangan nasional

bangsa dan negara. Namun demikian sumber yang sangat penting bagi

kemakmuran bangsa dan negara tersebut belum dapat digali dan

dimanfaatkan seluruhnya.

Pembangunan desa merupakan bagian pembangunan yang dilakukan

pemerintah desa, dimana secara hirarki pembangunan desa didelegasikan kepada

kepala desa dan dilaksanakan dengan kebijakan oleh kepala desa atau lurah

dengan aturan-aturan kepala desa beserta jajarannya. Tujuan pembangunan desa

dan daerah adalah meningkatkan pemerataan penyebaran pembangunan

nasional di seluruh wilayah tanah air sehingga terjadi keselarasan laju

pertumbuhan antar daerah serta memperkuat kesatuan nasional dengan

meningkatkan ikatan ekonomi dan sosial antar wilayah. Dengan demikian

diharapkan semangat dan gairah partisipasi masyarakat untuk meningkatkan

kegiatan pembangunan di daerahnya masing-masing akan semakin besar.

Program Bantuan Pembangunan Desa dimaksudkan untuk merangsang usaha

desa yang produktif dengan jalan memanfaatkan potensi kegotong-royongan

masyarakat pedesaan yang mencakup pembangunan prasarana produksi desa,

prasarana perhubungan desa, prasarana pemasaran desa, dan sarana-sarana

penunjang lainnya. Program bantuan tersebut tidak hanya berhasil

3

meningkatkan taraf hidup masyarakat desa, melainkan juga telah berhasil

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat desa dalam

merencanakan dan melaksanakan pembangunan, serta menyempurnakan

organisasi pemerintahan desa. (Yuliawati, 2009:83-84).

Dalam rangka mendukung implementasi fungsi pemerintahan desa di bidang

pembangunan, sejak tahun 2003 Provinsi Banten telah mendukung berbagai upaya

pengembangan masyarakat melalui Bantuan Keuangan Kepada Desa, yang

diarahkan untuk membangun prasarana dan sarana sosial ekonomi masyarakat

serta kelembagaan pemerintahan desa. Kebijaksanaan pembangunan desa

dititikberatkan kepada upaya untuk meletakan dasar-dasar bagi pertumbuhan

dan perkembangan ekonomi yang disesuaikan dengan kondisi daerah per-

desaan masing-masing. Setiap kebijaksanaan dan langkah yang diambil

diarahkan kepada terjaminnya keserasian antara pembangunan daerah

perdesaan dan daerah perkotaan yang menjadi pusatnya, serta kepada

pemecahan masalah daerah perdesaan itu sendiri.

Sesuai dengan Peraturan Gubernur Banten No 9 tahun 2011 tentang

Pedoman Pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada Desa; (Berita Daerah Provinsi

Banten tahun 2011 nomor 9), “Bantuan Keuangan Kepada Desa” di Provinsi

Banten tahun 2012, lebih diarahkan sebagai stimulant untuk menggerakkan

partisipasi masyarakat, menggali potensi masyarakat, swadaya masyarakat,

memanfaatkan, memelihara potensi sumber daya di desa dan penguatan

kelembagaan Kemasyarakatan serta upaya-upaya pemberdayaan masyarakat

lainnya sesuai kondisi dan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dalam

4

pelaksanaannya diperlukan suatu strategi pemberdayaan masyarakat dan

peningkatan kemampuan yang bertumpu pada “azas dari, oleh dan untuk

masyarakat”.

Pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada Desa di Provinsi Banten

dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat, sebagai bagian dari

upaya peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat sesuai dengan arah

dan kebijakan pembangunan di Provinsi Banten. Pemberian bantuan melalui

pendekatan tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap keserasian

dan keseimbangan pertumbuhan wilayah, baik lingkungan internal maupun

eksternal di daerah perkotaan dan perdesaan.

Menurut petunjuk teknis, Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di

Provinsi Banten dimaksudkan sebagai upaya percepatan pembangunan desa

dengan memberikan stimulant kepada 1267 desa dalam rangka pemberdayaan

masyarakat. Adapun tujuannya adalah : 1). Memberikan pedoman dalam

pelaksanaan bantuan keuangan kepada desa agar tertib administrasi penggunaan

bantuan keuangan kepada desa. 2). Penguatan kelembagaan pemerintahan desa

serta lembaga kemasyarakatan dalam mewujudkan pembangunan partisipatif. 3).

Menumbuhkembangkan, prakarsa, partisipasi, swadaya masyarakat,

menggali/memanfaatkan potensi dengan memberikan peran terbesar kepada

masyarakat dan kaum perempuan untuk pengambilan hasil-hasilnya. 4).

Mengembangkan sarana dan prasarana ekonomi produktif perdesaan. 5).

Meningkatkan aktivitas ekonomi, sosial masyarakat desa.

5

Selanjutnya Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di wilayah Provinsi

Banten memiliki sasaran yang diarahkan kepada kelompok masyarakat desa,

meliputi: 1) Terwujudnya fungsi dan peran pemerintahan desa serta lembaga

kemasyarakatan. 2) Terlaksananya proses pengambilan keputusan oleh

masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, pengawasan,

pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasil kegiatannya. 3) Meningkatnya swadaya

masyarakat. 4) Tersedianya daya dukung sarana dan prasarana kegiatan sosial

ekonomi. 5) Terciptanya kegiatan produktif sosial ekonomi masyarakat. (Sumber :

Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan Kepada Desa se Provinsi Banten Tahun

2012).

Adapun alokasi dana Program Bantuan Keuangan Kepada Desa se

Provinsi Banten tahun 2012 adalah sebesar Rp. 88.690.000.000 (Delapan Puluh

Delapan Milyar Enam Ratus Sembilan Puluh Juta Rupiah) yang bersumber dari

APBD Provinsi Banten tahun 2012. Dana tersebut diberikan kepada 1.267 desa se

Provinsi Banten, masing-masing desa mendapatkan bantuan sebesar Rp.

70.000.000 (Tujuh Puluh Juta Rupiah). Pembiayaan dana bantuan tersebut

dialokasikan untuk: 1) Kepala Desa: digunakan untuk operasional/peningkatan

kinerja sebesar Rp. 30.000.000; 2) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM):

untuk persiapan perencanaan RPJMDes dan atau Rencana Kerja Tahunan sebesar

Rp. 2.500.000; 3) Karang Taruna: untuk kegiatan pembinaan kepemudaan tingkat

desa sebesar Rp. 2.500.000; 4) Badan Permusyawaratan Desa (BPD) tingkat desa:

untuk pembahasan Peraturan Desa (PERDES) sebesar Rp. 5.000.000; 5) Tim

Penggerak PKK desa: untuk pembinaan 10 program PKK desa sebesar Rp.

6

2.500.000; 6) Penggunaan dana bantuan kegiatan fisik skala prioritas untuk desa

Rp. 26.000.000. 7) Sekretariat Desa, digunakan untuk operasional pengisian

format ( Daftar isian potensi desa, Tingkat perkembangan desa, Profil desa) Rp.

1.500.000. (Sumber : Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan Kepada Desa se

Provinsi Banten Tahun 2012).

Pada saat peneliti mengadakan observasi di Desa Mekarsari mengenai

Program Bantuan Keuangan Kepada Desa pada tahun 2012, rencana yang

dicanangkan di desa tersebut adalah : 1) Pembangunan jalan di Pondok Cikurus

RT 005/02 dengan ukuran 2,5x200 meter dengan manfaat untuk memperlancar

arus lalu lintas (Alokasi dana Rp.26.000.000). 2) Biaya operasional Kepala Desa

selama 1 tahun dengan manfaat peningkatan kinerja Kepala Desa (Alokasi dana

Rp.30.000.000). 3) Kegiatan BPD (Badan Permusyawaratan Desa) dengan

manfaat untuk penguatan Kelembagaan dalam Penyusunan Perdes (Alokasi dana

Rp.5.000.000) 4). Karang Taruna dengan manfaat untuk Pengembangan dan

Penguatan Kelembagaan (Alokasi dana Rp.2.500.000). 5) Kegiatan TP PKK Desa

dengan manfaat untuk Penguatan Modal Usaha ekonomi mikro perempuan Desa

(Alokasi dana Rp.2.500.000). 6) Kegiatan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

(LPM) dengan manfaat Penguatan Kelembagaan LPM (Alokasi dana

Rp.2.500.000). 7) Profil Desa (Alokasi dana Rp. 1.500.000). (Sumber : Proposal

Bantuan Keuangan Kepada Desa Mekarsari Tahun Anggaran 2012).

Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang merupakan desa

yang memiliki luas wilayah 443 Ha, sedangkan dari luas wilayah yang ada 127 Ha

merupakan luas wilayah persawahan dan luas persawahan di Desa Mekarsari

7

merupakan luas yang paling dominan dibandingkan dengan luas sarana dan

prasarana lainnya (Sumber: Profil Desa Mekarsari tahun 2012). Masyarakat Desa

Mekarsari lebih dominan bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani.

Selain itu juga, Desa mekarsari masih minim dalam sarana dan prasarana seperti

masih kurangnya masjid untuk tempat ibadah masyarakat, banyaknya jalanan

yang rusak, kurangnya jumlah mesin pompa air untuk di wilayah persawahan,

saluran irigasi dan gorong-gorong yang masih sangat minim sehingga

menyebabkan banjir disaat hujan datang. Dari gambaran minimnya sarana dan

prasarana di Desa Mekarsari tersebut, masyarakat Desa Mekarsari memiliki

pengharapan kepada aparatur desa untuk segera memperbaiki sarana dan

prasarana yang ada di Desa Mekarsari melalui Program Bantuan Keuangan

Kepada Desa. Adapun pengharapan yang lebih diutamakan adalah menambah

jumlah mesin pompa air untuk irigasi persawahan mengingat mata pencaharian

yang lebih dominan di Desa Mekarsari merupakan petani dan buruh tani agar

mereka tidak lagi saling bergantian di dalam menggunakan mesin pompa air

untuk irigasi persawahan.

Dari anggaran yang sudah direncanakan pada Proposal Bantuan Keuangan

Desa untuk Desa Mekarsari Tahun 2012, ternyata di dalam pengimplementasian

dari program tersebut masih mengalami beberapa kendala. Masalah pertama,

mengenai sosialisasi yang dilakukan oleh aparatur Desa Mekarsari tentang

Program Bantuan Keuangan Desa belum secara menyeluruh. Hal tersebut

diperkuat dengan penjelasan dari Bapak Hanafi selaku Ketua RW 01 Kampung

Priuk Sebrang Desa Mekarsari, “Sosialisasi dari aparatur Desa Mekarsari belum

8

dilakukan secara menyeluruh. Sehingga banyak dari warga RW 01 yang tidak

mengetahui adanya program bantuan tersebut”. (Sumber: Hasil wawancara

peneliti dengan Bapak Hanafi, tanggal 28 Oktober 2012 di Priuk Sebrang

kediaman Bapak Hanafi).

Masalah kedua, mengenai realisasi Program Bantuan Keuangan Desa yang

belum sesuai dengan pengharapan masyarakat. Hal tersebut diperkuat dengan

penjelasan dari Bapak M.Asmin Hidayat selaku Tokoh Masyarakat kampung

Priuk Sebrang Desa Mekarsari., “ Realisasi bantuan ini belum berjalan dengan apa

yang diharapkan oleh masyarakat. Karena realisasi yang terlihat dari bantuan ini

hanya renovasi jalan yang dilakukan di RT 05/02 serta menghabiskan dana Rp

26.000.000 dan sebenarnya jalan tersebut tidak terlalu penting untuk direnovasi

karena masih dinilai layak pakai oleh masyarakat. Padahal apabila dana tersebut

dibelikan mesin pompa air yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang

berprofesi sebagai petani, maka hasilnya akan lebih bermanfaat bagi masyarakat”.

(Sumber : Hasil wawancara peneliti dengan Bapak M.Asmin Hidayat, tanggal 28

Oktober 2012 di Balai Desa Mekarsari).

Masalah ketiga, mengenai partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan,

pelaksanaan dan pengawasan terhadap program tersebut masih dinilai sangat

minim karena masih adanya beberapa masyarakat yang tidak tahu tentang adanya

Program Bantuan Keuangan Desa yang ada di Desa Mekarsari . Seharusnya

partisipasi dari masyarakat dalam ketiga proses tersebut harus dilakukan dengan

sebaik-baiknya. Karena di dalam petunjuk teknis Program Bantuan Keuangan

Kepada Desa, partisipasi merupakan salah satu prinsip dari pengelolaan bantuan

9

tersebut. Hal ini diperkuat dengan penjelasan dari bapak Jaya selaku ketua RT

08/03, “Partisipasi masyarakat dalam proses bantuan tersebut masih minim, hal ini

terbukti dengan tidak adanya sosialisasi bantuan tersebut khususnya di wilayah

RT 08/03 kampung Pondok Baru. Sehingga masyarakat di lingkungan RT 08/03

tidak berkesempatan untuk ikut serta dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan dari bantuan itu”. (Sumber : Hasil wawancara peneliti dengan bapak

Jaya, tanggal 29 Oktober 2012 di Pondok Baru tempat kediaman bapak Jaya).

Masalah keempat yang ditemukan oleh peneliti adalah mengenai proses

pendistribusian Program Bantuan Keuangan Desa di Desa Mekarsari dinilai

lambat dan belum secara menyeluruh. Hal tersebut diperkuat dengan penjelasan

dari bapak Senen selaku warga desa Mekarsari, “Proses pendistribusian dari

manfaat bantuan keuangan tersebut belum dilakukan secara menyeluruh dan

waktu pendistribusiannya suka terlambat setiap tahunnya. (Sumber : Hasil

wawancara peneliti dengan bapak Senen, tanggal 29 Oktober 2012 di Pondok

Cikurus tempat kediaman bapak Senen).

Bantuan yang dilakukan pemerintah Provinsi Banten terhadap desa-desa di

wilayah Banten khususnya di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten

Tangerang tahun 2012, menjadi tempat peneliti dalam melakukan kajian dan

evaluasi untuk mengamati bantuan itu hingga terwujudnya fungsi dan peran

pemerintahan desa serta lembaga kemasyarakatan, terlaksananya proses

pengambilan keputusan oleh masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasil kegiatannya serta apakah

bantuan tersebut telah meningkatkan swadaya masyarakat, dan telah mendukung

10

tersedianya sarana dan prasarana kegiatan sosial ekonomi, terciptanya kegiatan

produktif sosial ekonomi di masyarakat yang telah dijabarkan di dalam petunjuk

teknis program tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengambil judul

“Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari

Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012”.

11

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka peneliti

dapat mengidentifikasi beberapa masalah, sebagai berikut :

1. Sosialisasi dari aparatur Desa Mekarsari kepada masyarakat belum

dilakukan secara menyeluruh ke semua tingkat RT dan RW.

2. Realisasi Program Bantuan Keuangan Desa belum sesuai dengan harapan

masyarakat.

3. Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan dari Program Bantuan Keuangan Desa masih sangat minim.

4. Proses pendistribusian dari bantuan keuangan tersebut masih dinilai

lambat dan tidak merata ke semua tingkat RT dan RW.

1.3. Pembatasan Masalah

”Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari

Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012”.

1.4. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini peneliti menetapkan rumusan

masalah sebagai berikut : Bagaimana Pelaksanaan Program Bantuan Keuangan

Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Tahun 2012?

1.5. Tujuan Penelitian

Untuk mengevaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Keuangan Kepada Desa

di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012.

12

1.6. Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang teori-teori yang ada

terutama yang berhubungan dengan kebijakan publik khususnya mengenai

implementasi kebijakan oleh pelaksana kebijakan.

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti dapat memberikan masukan dan menambah pengetahuan

dan wawasan khususnya pada bidang implementasi kebijakan publik.

2. Bagi Institusi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan sebagai bahan kajian dan pemikiran bagi pihak-pihak yang

terkait serta pihak lain yang mempunyai perhatian terhadap masalah

implementasi kebijakan publik.

3. Bagi peneliti lain, untuk bahan referensi apabila akan mengambil

masalah yang sama.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai; Latar Belakang Masalah, Identifikasi

Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

13

BAB II DESKRIPSI TEORI

Pada bab ini dijelaskan mengenai; Deskripsi Teori, Kerangka Berfikir dan

Hipotesis Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai; Metode Penelitian, Instrumen

Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengolahan dan Analisis Data, Lokasi

dan Jadwal penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Dalam BAB IV ini memuat hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

Penjelasan mengenai deskripsi objek penelitian, serta pengujian Hipotesis

berdasarkan kajian atau penelitian yang dilakukan di lapangan.

BAB V PENUTUP

Dalam BAB V ini memuat penjelasan mengenai kesimpulan dan saran hasil

penelitian yang telah dilakukan.

14

BAB II

DESKRIPSI TEORI

2.1. Deskripsi Teori

Secara umum, ilmu administrasi negara dapat diartikan sebagai suatu

disiplin ilmu yang mengkaji dan mempelajari seluruh aktivitas negara dalam

menjalankan urusan pemerintahannya, untuk melayani masyarakat dalam rangka

memenuhi kebutuhannya. Aktivitas-aktivitas tersebut, meliputi berbagai tindakan

yang dilakukan atau tidak dilakukan untuk kepentingan masyarakat. Terdapat

beberapa ahli yang mencoba memberikan definisi mengenai ilmu administrasi

negara diantaranya sebagai berikut.

White dalam Dimock (1992:22) mendefinisikan administrasi negara sebagai

berikut :

“Sebagai sesuatu yang terdiri dari semua tindakan yang ditujukan kepada

pelaksanaan atau pemaksaan kebijaksanaan negara”.

Sementara, suatu definisi kamus dari ilmu administrasi negara mengartikan

administrasi negara sebagai berikut :

“Aktivitas-aktivitas negara dalam melaksanakan kekuasaan-kekuasaan

politiknya, dalam arti yang sempit yakni aktivitas-aktivitas badan-badan

eksekutif dan kehakiman atau khususnya aktivitas-aktivitas badan eksekutif

saja dalam melaksanakan pemerintahan” (Dimock, 1992:22).

15

Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan definisi ilmu administrasi

negara, yakni sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang seluruh

aktivitas negara mencakup lembaga-lembaga negara dalam melaksanakan tugas

pemerintahannya untuk kepentingan masyarakat. Tugas pemerintahan tersebut

berupa suatu kebijakan atau program yang dibuat untuk kepentingan masyarakat.

2.2. Pengertian Kebijakan

Kata kebijakan atau policy menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum

Bahasa Indonesia diartikan dengan beberapa makna, diantaranya pimpinan dan

cara bertindak mengenai pemerintahan, kepandaian, kemahiran dan

kebijaksanaan. Berdasarkan definisi yang terdapat dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia kebijakan diartikan sebagai berikut:

“Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar

dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan,

dan cara bertindak (pemerintah, organisasi dan sebagainya); pernyataan

cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk

manajemen dalam usaha pencapaian sasaran”.(Poerwadarminta,

1984:138)

Sedangkan makna kebijakan dalam bahasa Inggris modern adalah “a course of

action or plan, a set of political purposes as opposed to administration”

(seperangkat aksi atau rencana yang mengandung tujuan politik yang berbeda

dengan makna administrasi). (Wicaksono, 2006:53)

Berbeda dengan pandangan Dunn dalam bukunya Pengantar Analisis

Kebijakan Publik (2003:51), beliau mendefinisikan kata kebijakan dari asal

katanya. Secara etimologis, istilah Policy (kebijakan) berasal dari bahasa Yunani,

16

Sansekerta dan Latin, akar kata dalam bahasa Yunani dan Sansekerta yaitu polis

(Negara-kota) dan pur (Kota).

Dalam buku Policy Analysis for the Real World yang diterbitkan tahun

1984 dan telah direvisi pada tahun 1990, Hogwood dan Gunn dalam Wicaksono

(2006:53) menyebutkan sepuluh pengunaan istilah kebijakan dalam pengertian

modern, diantaranya:

a. Sebagai label untuk sebuah bidang aktivitas (as a label for a field of

activity).

Contohnya: statemen umum pemerintah tentang kebijakan ekonomi,

kebijakan industri atau kebijakan hukum dan ketertiban.

b. Sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yang diharapkan (as

expression of general purpose or desire state of affairs).

Contohnya: Untuk menciptakan lapangan kerja seluas mungkin atau

pengembangan demokrasi melalui desentralisasi.

c. Sebagai proposal spesifik (as specific proposal).

Contohnya: membatasi pemegang lahan pertanian hingga 10 hektar atau

menggratiskan pendidikan dasar.

d. Sebagai keputusan pemerintah (as decesions of government).

Contohnya: keputusan kebijakan sebagaimana yang diumumkan Dewan

Perwakilan Rakyat atau Presiden.

e. Sebagai otorisasi formal (as formal authorization).

Contohnya: tindakan-tindakan yang diambil oleh parlemen atau lembaga-

lembaga pembuat kebijakan lainnya.

17

f. Sebagai sebuah program (as a programe).

Contohnya: sebagai ruang aktivitas pemerintah yang sudah didefinisikan,

seperti program reformasi agrarian atau program peningkatan kesehatan

perempuan.

g. Sebagai output (as output).

Contohnya: apa yang secara aktual telah disediakan, seperti jumlah lahan

yang diredistribusikan dalam program reformasi agraria dan jumlah

penyewa yang terkena dampaknya.

h. Sebagai hasil (as outcome).

Contohnya: apa yang secara actual tercapai, seperti dampak terhadap

pendapatan petani dan standar hidup dan output dari agricultural dari

program reformasi agraria.

i. Sebagai teori atau model (as a theory or model).

Contohnya: Apabila kamu melakukan X maka akan terjadi Y, misalnya

apabila kita meningkatkan insentif kepada industri manufaktur, maka

output industri akan berkembang.

j. Sebagai sebuah proses (as a process).

Sebagai sebuah proses yang panjang yang dimulai dari issues lalu bergerak

melalui tujuan yang sudah disetting, pengambilan keputusan untuk

implementasi dan evaluasi.

18

Sedangkan menurut Charles O Jones dalam Winarno (2002:14) istilah

kebijakan (Policy Term) digunakan dalam praktik sehari-hari namun digunakan

untuk menggantikan kegiatan atau keputusan yang sangat berbeda. Istilah ini

sering dipertukarkan dengan tujuan (goals), secara umum istilah “ kebijakan “

atau “policy” dipergunakan untuk menunjuk perilaku seseorang aktor (Misalnya

seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau

sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.

Menurut Carl J Federick dalam Agustino (2006:7)

“Kebijakan adalah serangkaian tindakan / kegiatan yang diusulkan oleh

seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu

dimana terdapat hambatan–hambatan (kesulitan-kesulitan) dan

kemungkinan–kemungkinan ( kesempatan– kesempatan) dimana kebijakan

tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai

tujuan yang dimaksud”.

Dengan demikian, dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

kebijakan adalah rangkaian konsep pokok dan asas yang menjadi garis besar

dalam pelaksanaan suatu pekerjaan yang mengandung program pencapaian tujuan,

nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah dengan dicirikan oleh konsistensi dan

pengulangan tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang

mematuhi keputusan tersebut.

Pendapat tersebut di atas, dapat juga diperoleh suatu pengertian bahwa

kebijakan merupakan serangkaian tindakan yang dilaksanakan atau tidak

dilaksanakan oleh pemerintah berdasarkan tujuan tertentu demi kepentingan

seluruh masyarakat.

19

2.3. Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan publik yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan telah

mendapatkan legitimasi dari lembaga legislatif telah memungkinkan birokrasi

untuk bertindak. Kebijakan publik dirumuskan untuk mengakomodasi beragam

tuntutan masyarakat, dan itu berarti bahwa kebijakan publik memiliki tujuan

untuk menciptakan suatu kondisi di masa depan guna memuaskan berbagai

tuntutan tersebut. Dan tingkat pemerintah daerah, bentuk kebijakan publik

dituangkan dalam peraturan daerah.

Kebijakan (policy) mendefinisikan kebijakan publik bermacam-macam. Menurut

Carl J Federick mendefinisikan kebijakan publik sebagai:

“Suatu arah tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau

pemerintahan dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan

hambatan- hambatan dan kesempatan- kesempatan terhadap kebijakan

yang diusulkan untuk menggunakann dan mengatasi dalam rangka

mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu

maksud tertentu”.(Wicaksono, 2006:63).

Menurut Ramlan Surbakti mendefinisikan kebijakan publik sebagai:

“Kebijakan yang menyangkut masyarakat umum. Kebijakan publik ini

adalah bagian dari keputusan politik. Keputusan politik itu sendiri adalah

keputusan yang mengingat pilihan terbaik dari berbagai bentuk alternatif

mengenai urusan-urusan yang menjadi kewenangan pemerintah. (Ekowati,

2009:1).

Dari beberapa definisi kebijakan publik yang telah diuraikan bisa diambil

kesimpulan bahwa kebijakan publik adalah suatu kegiatan yang di dalamnya

memiliki tujuan yang ingin dicapai dengan melibatkan badan atau kantor

pemerintah dalam mengambil keputusan beserta konsekuensinya yang telah

20

terstruktur dan tersusun menurut aturan tertentu dan pada hakikatnya bersifat

politis dan bersifat dinamis.

Definisi lain kebijakan publik adalah keputusan-keputusan yang mengikat

bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh

pemegang otoritas publik, sebagai keputusan yang mengikuti publik maka

kebijakan publik harusnya dibuat oleh otoritas politik, yakni mereka yang

menerima mandat dari publik atau orang banyak, umumnya melalui suatu proses

pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat banyak. Selanjutnya kebijakan publik

akan dilaksanakan oleh administrasi negara yang dijalankan oleh birokrasi

pemerintah.

Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik

adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah

yang mempunyai tujuan atau orientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan

seluruh masyarakat. Dalam kaitannya dengan definisi tadi, ada beberapa

karakteristik yang dapat disimpulkan dari kebijakan publik.

Pertama, pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada

tindakan yang mempunyai maksud dan tujuan tersebut dari pada perilaku yang

berubah atau acak, kedua, kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian

atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan-

keputusan yang terpisah-pisah, ketiga, Kebijakan publik merupakan apa yang

sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan,

mengontrol inflasi, atau menawarkan perumahan rakyat, bukan apa maksud yang

21

dikerjakan atau yang akan dikerjakan, keempat, Kebijakan publik dapat berbentuk

positif, kebijakan melibatkan beberapa tindakan pemerintah untuk tidak

melakukan suatu tindakan atau tidak mengerjakan apapun padahal dalam konteks

tersebut keterlibatan pemerintah amat diperlukan, kelima, Kebijakan publik paling

tidak secara positif, didasarkan pada hukum dan merupakan tindakan yang

bersifat memerintah.

Tabel 2.1

Model Siklus Skematik Dari Kebijakan Publik

(Nugroho, 2003: 7)

Dari gambar diatas dapat dijelaskan dalam sekuensi sebagai berikut:

a. Terdapat isu atau masalah politik, yang dikatakan oleh Charles O. Jones

sebagai persoalan-persoalan yang rumit dalam kenyataannya lebih dari

Perumusan

Kebijakan Publik

Implementasi

Kebijakan Publik

Isu/ Masalah

Kebijakan Publik

Evaluasi

Kebijakan Publik

22

sekedar tuntutan-tuntutan serta kebutuhan-kebutuhan. Oleh karena itu pula

konflik- konflik serta prioritas-prioritas secara tetap akan berubah. Disebut

isu apabila masalahnya bersifat strategis, yakni bersifat mendasar dan

menyangkut banyak orang atau bahkan keselamatan bersama. Isu ini

diangkat untuk dijadikan sebagai agenda publik untuk diselesaikan.

b. Isu tersebut dirumuskan oleh pemerintah untuk menjadi rumusan

kebijakan publik, dan menjadi hukum bagi seluruh Negara dan warganya

termasuk pemimpin Negara.

c. Setelah dirumuskan kemudian kebijakan publik ini dilaksanakan oleh

pemerintah, masyarakat, atau pemerintah dengan masyarakat.

d. Adanya tindakan evaluasi sebagai sebuah siklus baru sebagai penilaian

apakah kebijakan tersebut baik atau tidak, dengan implementasi yang telah

dilakuakan.

e. Implementasi kebijakan bermuara pada output yang dapat berupa

kebijakan itu sendiri atau manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh

pemerintah

f. Dalam jangka panjang kebijakan tersebut menghasilkan outcome dengan

harapan kebijakan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam skema tersebut diatas, terdapat tiga kegiatan pokok yang berkenaan

dengan kebijkan publik, yaitu:

1. Perumusan kebijakan

2. Implementasi kebijakan

3. Evaluasi kebijakan

23

2.4. Implementasi Kebijakan

Kajian implementasi merupakan suatu proses merubah gagasan atau

program mengenai tindakan dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan

perubahan tersebut. Implementasi kebijakan juga merupakan suatu proses dalam

kebijakan publik yang mengarah pada pelaksanaan dari kebijakan yang telah

dibuat. Dalam praktiknya, implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang

begitu kompleks, bahkan tidak jarang bermuatan politis karena adanya intervensi

dari berbagai kepentingan. Eugene mengungkapkan kerumitan dalam proses

implementasi sebagai berikut:

“Adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijaksanaan umum

yang kelihatannya bagus di atas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya

dalam kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya mengenakan

bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang mendengarkannya.

Dan lebih sulit lagi untuk melaksanakannya dalam bentuk yang

memuaskan semua orang”. (Agustino, 2006:153)

Hakekat dari implementasi merupakan rangkaian kegiatan yang terencana dan

bertahap yang dilakukan oleh instansi pelaksana dengan didasarkan pada

kebijakan yang telah ditetapkan oleh otoritas berwenang. Hal ini seperti yang

diutarakan oleh Mazmanian dan Sebatier dalam bukunya Implementation and

Public Policy yang diterbitkan pada tahun 1983 dan dikutip oleh Agustino

(2006:153) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai:

“Pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang

-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-

keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.

Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang akan

diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai,

dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses

implementasinya”.

24

Van Meter dan Van Horn (Agustino, 2006:153) mendefinisikan

Implementasi Kebijakan yaitu:

“Policy implementation encompasses those actions by public and private

individuals (and groups) that are directed at the achievement of goals and

objectives set forth in prior policy decisions” (Tindakan-tindakan yang

dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-

kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-

tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan).

Sementara Grindle (Agustino 2006:153) merumuskan definisi yang

berbeda dari beberapa definisi-definisi di atas, beliau memandang implementasi

sebagai berikut:

“Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya,

dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan

yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari individual

project dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai”.

Dari definisi-definisi di atas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan

membicarakan (minimal) 3 hal, yaitu:

a. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan yang akan dicapai dengan adanya

penerapan kebijakan tersebut;

b. Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan yang diejawantahkan

dalam proses implementasi;

c. Adanya hasil kegiatan, idealnya adalah tercapainya tujuan dari kebijakan

tersebut.

Berdasarkan uraian ini, dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan

merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melaksanakan

aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil

25

yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Selain itu perlu di

ingat, bahwa implementasi kebijakan merupakan hal yang sangat penting dalam

keseluruhan tahapan kebijakan, karena melalui tahap ini keseluruhan prosedur

kebijakan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan

kebijakan tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Udoji

(Wahab, 1997:59) yaitu:

“Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin

jauh lebih penting dari pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya

akan berupa impian atau rencana yang bagus, yang tersimpan rapi dalam

arsip kalau tidak diimplementasikan”.

2.5. Pengertian Evaluasi

Kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian

atau penaksiran, sedangkan menurut istilah pengertian evaluasi merupakan

kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan

menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk

memperoleh kesimpulan.

Evaluasi mengandung pengertian, suatu tindakan atau suatu proses untuk

menentukan nilai dari sesuatu. Dari aspek pelaksanaan, evaluasi adalah

keseluruhan kegiatan pengumpulan data dan informasi, pengolahan, penafsiran

dan pertimbangan untuk membuat keputusan.

Menurut Winarno dalam bukunya Teori dan Proses Kebijakan Publik

(2002:165) bahwa:

“Evaluasi dilakukan karena seringkali terjadi kebijakan publik gagal

meraih tujuan dan maksud yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan

26

demikian maka evaluasi kebijakan ditetapkan untuk melihat sebab-sebab

kegagalan dari suatu kebijakan atau untuk mengetahui apakah suatu

kebijakan telah dijalankan dengan baik dan dapat memenuhi tujuan yang

telah ditetapkan”.

Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa evaluasi merupakan serangkaian

kegiatan yang dapat dilakukan untuk menilai hasil serta program yang telah

diselenggarakan oleh pemerintah. Selain itu evaluasi juga merupakan kegiatan

yang dilakukan untuk mengetahui kegagalan-kegagalan suatu kebijakan dan

kemudian hasil dari kegiatan tadi dapat dijadikan masukan bagi kelanjutan

kebijakan tersebut.

Sedangkan menurut Charles O. Jones yang dikutip oleh Ekowati (2009:97)

yaitu: “evaluation is an activity which can contribute greatly to the understanding

and improvement of policy development and implementation” (evaluasi adalah

kegiatan yang dapat menyumbangkan pengertian yang besar nilainya dan dapat

pula membantu penyempurnaan pelaksanaan kebijakan beserta

perkembangannya).

Dunn (2003:608) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi adalah

sebagai berikut:

“Istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-masing

menunjuk pada aplikasi pada beberapa skala nilai terhadap hasil

kebijakan dan program. Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan

dengan penaksiran (apparsial), pemberian angka (ratting), dan penilaian

(assessment), kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil

kebijakan dalam arti satuan nilai”.

27

2.6. Evaluasi Kebijakan Publik

Menurut Nugroho (2003:183) sebuah kebijakan publik tidak bisa dilepas

begitu saja. Kebijakan harus diawasi dan salah satu mekanisme pengawasan

tersebut disebut sebagai evaluasi kebijakan. Evaluasi biasanya ditujukan untuk

menilai sejauhmana keefektifan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan

kepada konstituennya. Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara

harapan dengan kenyataan. Evaluasi bertujuan mencari kekurangan dan menutup

kekurangan. Sedangkan menurut Widodo (2007:112) “Evaluasi kebijakan publik

dimaksudkan untuk melihat atau mengukur tingkat kinerja pelaksanaan sesuatu

kebijakan publik yang latar belakang dan alasan-alasan diambilnya sesuatu atau

kebijakan, tujuan dan kinerja kebijakan, berbagai instrument kebijakan yang

dikembangkan dan dilaksanakan, respon kelompok sasaran dan stakeholder

lainnya serta konsistensi aparat, dampak yang timbul dan perubahan yang

ditimbulkan, perkiraan perkembangan tanpa kehadirannya dan kemajuan yang

dicapai apabila kebijakan dilanjutkan atau diperluas”.

Menurut Thomas R Dye yang dikutip oleh Parsons (2001:547) mendefinisikan

evaluasi kebijakan merupakan “Pembelajaran tentang konsekuensi dari kebijakan

publik”. Menurut Dye “Evaluasi kebijakan adalah pemeriksaan objektif,

sistematis dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan program publik terhadap

efek dari targetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai”. Sedangkan Ripley dalam

Tangkilisan (2003:25) mengemukakan bahwa:

“Evaluasi yang dilakukan terhadap suatu tindakan kebijakan sesungguhnya

merupakan evaluasi terhadap proses implementasinya, kemudian bagaimana

kepatuhan dari kelompok-kelompok ketika proses implementasinya

28

berlangsung dan terakhir bagaimana prospek kedepan dari dampak kebijakan

tersebut”.

Evaluasi menurut Dunn dalam bukunya Pengantar Analisis Kebijakan Publik

(2003:608-609) mempunyai empat karakteristik yang membedakannya dari

metode analisis kebijakan lainnya, yaitu:

1. Fokus Nilai. Evaluasi berada dengan pemantauan, dipusatkan pada

penilaian menyangkut keperluan atau nilai dari suatu kebijakan atau

program. Evaluasi terutama merupakan usaha menentukan manfaat atau

kegunaan social kebijakan atau program, dan bukan sekedar usaha untuk

mengumpulkan informasi mengenai hasil aksi kebijakan yang terantisipasi

dan tidak terantisipasi. Karena ketepatan tujuan dan sasaran kebijakan

dapat selalu dipertanyakan, evaluasi mencakup prosedur untuk

mengevaluasi tujuan-tujuan dan sasaran itu sendiri.

2. Interdependensi Fakta-Nilai. Tuntutan evaluasi tergantung baik fakta

maupun nilai. Untuk mencapai tingkat kinerja yang tertinggi atau rendah

sejumlah individu, kelompok tau seluruh masyarakat; untuk menyatakan

demikian harus didukung dengan bukti bahwa hasil-hasil kebijakan secara

actual merupakan konsekuensi dari aksi-aksi yang dilakukan untuk

memecahkan masalah tertentu. Oleh karena itu, pemantauan merupakan

prasyarat bagi evaluasi.

3. Orientasi Masa Kini dan Masa Lampau. Tuntutan evaluatif, berbeda

dengan tuntutan-tuntutan advokatif, diarahkan pada hasil sekarang dan

masa lalu, ketimbang hasil di masa depan. Evaluasi bersifat retrospektif

dan setelah aksi-aksi dilakukan (ex post). Rekomendasi juga yang

mencakup premis-premis nilai, bersifat prospektif dan dibuat sebelum

aksi-aksi dilakukan (ex ante).

4. Dualitas Nilai. Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai

kalitas ganda, karena mereka dipandang sebagai tujuan dan sekaligus cara.

Evaluasi sama dengan rekomendasi sejauh berkenaan dengan nilai yang

ada (misalnya kesehatan) dapat dianggap sebagai intrinsik (diperlukan

29

bagi dirinya) ataupun ekstrinsik (diperlukan karena hal itu mempengaruhi

pencapaian tujuan-tujuan lain). Nilai-nilai sering ditata di dalam suatu

hirarki yang merefleksikan kepentingan relatif dan saling ketergantungan

antara tujuan dan sasaran.

Menurut M.Scriven dalam Dunn (2003:607) istilah evaluasi mempunyai arti

yang berhubungan, masing-masing menunjuk pada aplikasi beberapa skala nilai

terhadap hasil kebijakan dan program. Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi

berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil

kebijakan. Ketika hasil kebijakan pada kenyataanya mempunyai nilai, hal ini

karena hasil tersebut member sumbangan pada tujuan atau sasaran. Dalam hal ini

dapat dikatakan bahwa kebijakan atau program telah mencapai tingkat kinerja

yang bermakna, yang berarti masalah-masalah kebijakan dibuat jelas atau diatasi.

Sedangkan Bryant dan White dalam Tangkilisan (2003:26) sehubungan

dengan evaluasi kebijakan mengemukakan bahwa:

“Pada hakekatnya suatu kebijakan publik mempunyai maksud untuk mencapai

tujuan, oleh karena itu evaluasi kebijakan pada dasarnya harus dapat

memperjelas seberapa jauh kebijakan dan implementasinya telah dapat

mendeketi tujuan”.

James Anderson yang dikutip oleh Nugroho (2011:675) membagi evaluasi

(implementasi) kebijakan publik menjadi tiga tipe, yaitu:

1. Evaluasi kebijakan publik yang dipahami sebagai kegiatan fungsional.

2. Evaluasi yang memfokuskan kepada bekerjanya kebijakan.

3. Evaluasi kebijakan sistematis yang melihat secara objektif program-

program kebijakan yang ditujukan untuk mengukur dampaknya bagi

masyarakat dan sejauh mana tujuan-tujuan yang ada telah dinyatakan

tercapai.

30

Sementara itu, Bingham dan Felbinger yang dikutip oleh Nugroho (2011:676)

membagi evaluasi kebijakan menjadi empat jenis:

1. Evaluasi Proses, yang fokus pada bagaimana proses implementasi suatu

kebijakan.

2. Evaluasi Impak (dampak), yang fokus pada hasil akhir suatu kebijakan.

3. Evaluasi Kebijakan, yang menilai hasil kebijakan dengan tujuan yang

direncanakan dalam kebijakan pada saat dirumuskan.

4. Meta-Evaluasi, yang merupakan evaluasi terhadap berbagai hasil atau

temuan evaluasi dari berbagai kebijakan yang terkait.

Dalam menghasilkan informasi mengenai kinerja dari kebijakan tersebut, para

analis menggunakan tipe kriteria yang berbeda dalam mengevaluasi hasil

kebijakan. Adapun kriteria evaluasi menurut William N. Dunn adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.2

Kriteria Evaluasi Kebijakan

Tipe Kriteria Pertanyaan

Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai ?

Efisiensi

Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang

diinginkan ?

Kecukupan

Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan

masalah ?

31

Sumber : Dunn (2003:610).

Berdasarkan kriteria evaluasi kebijakan di atas, dapat dijelaskan bahwa

efektivitas (effectiveness) berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai

hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan.

Efesiensi (efficiency) berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk

menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Kebijakan yang mencapai efektivitas

tertinggi dengan biaya terkecil dinamakan efisiensi. Kecukupan (adequency)

berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas dalam memuaskan

kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. Perataan

berkenaan dengan suatu kebijakan yang akibat atau usahanya secara adil

didistribusikan secara merata. Responsivitas (responsiveness) berkenaan dengan

seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai

kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Ketepatan (appropriateness) berkenaan

pada nilai atau harga dari tujuan program, dan kepada kuatnya asumsi yang

melandasi tujuan-tujuan tersebut.

Perataan

Apakah biaya dan manfaat di distribusikan dengan merata kepada

kelompok-kelompok yang berbeda ?

Responsivitas

Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi, atau

nilai kelompok-kelompok tertentu ?

Ketepatan

Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar berguna atau

bernilai ?

32

Dari kriteria atau indikator evaluasi di atas ada beberapa pendekatan dalam

evaluasi kebijakan untuk menghasilkan penilaian yang baik, pendekatan-

pendekatan tersebut yaitu:

Tabel 2.3

Pendekatan Evaluasi Kebijakan

PENDEKATAN TUJUAN ASUMSI BENTUK-

BENTUK

UTAMA

Evaluasi Semu Menggunakan

metode deskriptif

untuk

menghasilkan

informasi yang

valid tentang hasil

kebijakan

Ukuran manfaat

atau nilai terbukti

dengan sendirinya

atau tidak

kontroversial.

Ekperimentasi

sosial, akuntansi

sistem sosial,

pemeriksaan

sosial, sintesis

riset dan praktik.

Evaluasi Formal Menggunakan

metode deskriptif

untuk

menghasilkan

informasi yang

terpercaya dan

valid mengenai

hasil kebijakan

secara formal

diumumkan

sebagai tujuan

program kebijakan.

Tujuan dan

sasaran dari

pengambil

kebijakan

administrator

yang secara resmi

diumumkan

merupakan ukuran

yang tepat dari

manfaat atau

nilai-nilai.

Evaluasi

perkembangan,

evaluasi

eksperimental,

evaluasi proses

retrospektif,

evaluasi hasil

retrospektif

Evaluasi Menggunakan Tujuan dan Penilaian tentang

33

Keputusan Teoritis metode deskriptif

untuk

menghasilkan

informasi yang

terpercaya dan

valid mengenai

hasil kebijakan

secara ekplisit

diinginkan oleh

berbagai pelaku

kebijakan.

sasaran dari

berbagai pelaku

yang diumumkan

secara formal

ataupun

merupakan ukuran

yang tepat dari

manfaat atau nilai.

dapat atau

tidaknya

dievaluasi, analisis

utilitas multi-

atribut

Sumber: Dunn (2003:612).

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

evaluasi dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui apakah program yang dibuat

oleh pemerintah telah mencapai tujuan atau tidak. Apabila ternyata tujuan

program tidak tercapai atau memiliki kelemahan, maka pemerintah harus

mengetahui apa penyebab kegagalan (kelemahan) tersebut sehingga kesalahan

yang sama tidak terulang di masa yang akan datang.

2.6.1. Fungsi Evaluasi Kebijakan Publik

William N. Dunn (2003:609-611) mengungkapkan mengenai

fungsi evaluasi sebagai berikut: “Evaluasi memainkan sejumlah fungsi

utama dalam analisis kebijakan. Pertama, evaluasi memberikan informasi

yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa

jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dicapai melalui tindakan

publik. Kedua, evaluasi memberikan sumbangan pada klarifikasi dan kritik

34

terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai

diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.

Nilai juga dikritik dengan menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan

dan target dalam hubungan dengan masalah yang dituju. Ketiga, evaluasi

memberikan sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan

lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi”.

Dengan demikian sebuah kebijakan juga dapat berfungsi sebagai

alat perencanaan di dalam pengambilan keputusan selanjutnya, baik untuk

instansi pemerintah, pejabat atau pemberi bantuan kredit dan lembaga lain

yang berhubungan dengan kebijakan tersebut, selain itu evaluasi kebijakan

dapat digunakan pula sebagai pedoman atau alat di dalam pengawasan,

apakah kebijakan tersebut berjalan sesuai dengan yang direncanakan atau

tidak.

Menurut Ripley yang dikutip oleh Ekowati (2009:99) evaluasi

kebijakan memiliki empat fungsi yaitu:

1. Eksplanasi

Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan

dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antara

berbagai dimensi realitas yang diamatinya.

2. Kepatuhan

Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan

oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lain sesuai dengan

standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.

35

3. Auditing

Melalui evaluasi dapat diketahui apakah output benar-benar sampai

ke tangan kelompok sasaran maupun penerima lain (individu,

keluarga, organisasi, birokrasi desa dan lain-lain).

4. Akunting

Melalui evaluasi dapat diketahui apakah akibat sosial ekonomi dari

kebijakan tersebut.

Menurut Subarsono (2005:119) ada beberapa tujuan dari evaluasi,

yaitu sebagai berikut:

1. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi

maka dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran

kebijakan.

2. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan evaluasi dapat

diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.

3. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan. Salah satu

tujuan evaluasi adalah mengukur berapa besar dan kualitas

pengeluaran atau output dari suatu kebijakan.

4. Mengukur dampak suatu kebijakan. Evaluasi dapat melihat

dampak dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun dampak

negatif.

5. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan. Evaluasi untuk

mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi,

dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan

pencapaian target.

6. Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan datang.

Tujuan akhir dari evaluasi adalah memberikan masukan bagi

proses kebijakan yang lebih baik.

36

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi berfungsi atau

bertujuan memberikan informasi mengenai kinerja kebijakan dan menilai

tentang kesesuaian tujuan dan target yang ditetapkan dengan masalah yang

ada, serta untuk mencari jawaban sebab hal positif maupun hal negatif

yang telah terjadi yang dimanfaatkan untuk peningkatan efisiensi,

efektivitas, dan produktivitas kerja pada tahap berikutnya.

2.7. Konsep Program Bantuan Keuangan Kepada Desa

2.7.1. Gambaran Umum Program Bantuan Keuangan Kepada Desa

Dalam rangka mendukung Impletensi fungsi pemerintahan desa di

bidang pembangunan, sejak tahun 2003 Provinsi Banten telah mendukung

berbagai upaya pengembangan masyarakat melalui Bantuan Keuangan

Kepada Desa diarahkan untuk membangun prasarana dan sarana sosial

ekonomi masyarakat serta kelembagaan pemerintahan desa.

Selanjutnya Bantuan Keuangan Kepada Desa di Provinsi Banten

tahun 2012, lebih diarahkan sebagai stimulant untuk menggerakkan

partisipasi masyarakat, menggali potensi masyarakat, swadaya

masyarakat, memanfaatkan, memelihara potensi sumber daya di desa dan

penguatan kelembagaan Kemasyarakatan serta upaya-upaya

pemberdayaan masyarakat lainnya sesuai kondisi dan kebutuhan

masyarakat. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya diperlukan suatu

strategi pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kemampuan yang

bertumpu pada “azas dari, oleh dan untuk masyarakat”.

37

Pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada Desa di Provinsi Banten

dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat, sebagai bagian

dari upaya peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat sesuai

dengan arah dan kebijakan pembangunan di Provinsi Banten. Pemberian

bantuan melalui pendekatan tersebut diharapkan dapat memberikan

kontribusi terhadap keserasian dan keseimbangan pertumbuhan wilayah,

baik lingkungan internal maupun ekstenal di daerah perkotaan dan

perdesaan.

2.7.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Program

Bantuan keuangan kepada desa di Provinsi Banten dimaksudkan

sebagai upaya percepatan pembangunan desa dengan memberikan

stimulant kepada 1267 desa dalam rangka pemberdayaan masyarakat.

Adapun tujuannya adalah :

1. Memberikan pedoman dalam pelaksanaan bantuan keuangan

kepada desa agar tertib administrasi penggunaan bantuan

keuangan kepada desa.

2. Penguatan kelembagaan pemerintahan desa serta lembaga

kemasyarakatan dalam mewujudkan pembangunan partisipatif.

3. Menumbuhkembangakan, prakarsa, partisipasi, swadaya

masyarakat, menggali/memanfaatkan potensi dengan memberikan

peran terbesar kepada masyarakat dan kamu perempuan untuk

pengambilan hasil-hasilnya.

4. Meningkatkan sarana dan prasarana ekonomi produktif perdesaan.

5. Meningkatkan aktivitas ekonomi, sosial masyarakat Desa.

38

Bantuan keuangan kepada desa di wilayah provinsi Banten memiliki

sasaran yang diarahkan kepada kelompok masyarakat desa, meliputi :

1. Terwujudnya fungsi dan peran pemerintahan desa serta lembaga

kemasyarakatan.

2. Terlaksananya proses pengambilan keputusan oleh masyarakat

dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, pengawasan,

pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasil kegiatannya.

3. Meningkatnya swadaya masyarakat.

4. Tersedianya daya dukung sarana dan prasarana kegiatan sosial

ekonomi.

5. Terciptanya kegiatan produktif sosial ekonomi masyarakat.

2.7.3. Prinsip-Prinsip Program

Prinsip-prinsip pengelolaan yang digunakan dalam bantuan

keuangan kepada desa di wilayah provinsi banten adalah :

1. Berpihak kepada masyarakat

Orientasi pengelolaan baik perencanaan, proses pengambilan

keputusan dan pemanfaatan kegiatan ditujukan bagi kepentingan

masyarakat desa.

2. Transparan

Pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka/transparan sehingga

dapat diketahui, diawasi dan dievaluasi semua pihak.

3. Dapat di pertanggungjawabkan (Akuntabel)

Pengelolaan kegiatan harus dapat di pertanggungjawabkan sesuai

dengan ketentuan yaitu : tertib administrasi dan keuntungan serta

tercapainya sasaran pemberian bantuan.

39

4. Partisipatif

Masyarakat berpartisipasi secara aktif dan terlibat langsung dalam

proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan/pengendalian dan

pemanfaatan serta pemeliharaan haisl-hasil kegiatan (tidak boleh di

pihak ketiga-kan).

5. Demokrasi

Setiap penentuan kebutuhan masyarakat dalam rangka pemberian

bantuan ini dilakukan secara musyawarah mufakat, berdasarkan

prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat.

6. Berkelanjutan

Hasil-hasil kegiatan harus dimanfaatkan dan dipelihara serta

dikembangkan secara berkelanjutan oleh masyarakat secara

swadaya.

7. Efektif

Hasil kegiatan sesuai target yang telah ditetapakan.

8. Efisien

Memberikan keluaran atau manfaat yang maksimal.

40

2.8. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah

penting dalam penelitian. Pada penelitan ini, penulis membuat sebuah kerangka

berpikir yang dijadikan sebagai dasar dalam melakukan penelitian. Kerangka

berfikir dari penelitian ini tentang Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada

Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Tahun 2012. Input Program Bantuan

Keuangan Kepada Desa adalah Peraturan Gubernur Banten Nomor 9 Tahun 2011

Tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada Desa se Provinsi

Banten yang dijadikan sebagai landasan di dalam memecahkan permasalahan

yang ada.

Setelah masukan Program Bantuan Keuangan Kepada Desa dijabarkan

dalam input program, maka peneliti menemukan permasalahan-permasalahan

yang ditemukan di obyek penelitian. Masalah-masalah yang ditemukan pada saat

peneliti mengadakan observasi lapangan meliputi: 1). Sosialisai dari aparatur Desa

Mekarsari kepada masyarakat belum dilakukan secara menyeluruh ke semua

tingkat RT dan RW. 2). Realisasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa

belum sesuai dengan harapan masyarakat. 3). Partisipasi masyarakat dalam proses

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dari program Bantuan Keuangan Desa

belum secara menyeluruh. 4). Masih rendahnya tingkat transparansi dari aparatur

desa dalam mengelola bantuan tersebut.

41

Dari masalah-masalah yang ada di atas, maka peneliti mengambil langkah

atau mengambil teori dari dari William N Dunn untuk bisa menilai dari kinerja

dari Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari. Adapun yang menjadi

penilaian dari Bantuan Keuangan Desa di Desa Mekarsari yang sesuai dengan

teori William N Dunn adalah: Efektivitas, Efisiensi, Kecukupan, Perataan,

Responsivitas, Ketepatan. Efektivitas mengarah pada apakah suatu alternatif

mencapai hasil yang diharapkan, Efisiensi mengarah pada jumlah usaha yang

diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu, Kecukupan mengarah

pada seberapa jauh tingkat efektivitas dalam memuaskan kebutuhan masyarakat

sebagai penerima manfaat, Perataan mengarah kepada kebijakan yang akibat dan

usahanya secara adil didistribusikan secara merata kepada masyarakat,

Responsivitas mengarah kepada seberapa jauh masyarakat ikut serta di dalam

proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan dari program tersebut, serta

Ketepatan mengarah kepada nilai atau harga dari tujuan program.

Selanjutnya, dari teori yang sudah dipilih oleh peneliti untuk bisa

memberikan penilaian terhadap Program Bantuan Keuangan Kepada Desa maka

program tersebut memiliki tujuan yang dijadikan sebagai keluaran atau output.

Adapun keluaran atau output dari program tersebut adalah: 1). Memberikan

pedoman dalam pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada Desa agar tertib

administrasi. 2). Meningkatkan sarana dan prasarana ekonomi produktif

perdesaan. 3). Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi dalam program tersebut.

42

4). Meningkatkan aktivitas ekonomi produktif perdesaan. 5). Penguatan Lembaga

Kemasyarakatan dalam mewujudkan pembangunan partisipatif.

Dari pemaparan di atas, maka Program Bantuan Keuangan Kepada Desa

khusunya di Desa Mekarsari diharapkan dapat memberikan hasil yang mampu

mengadakan perubahan yang berarti dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat

Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg.

Berikut ini merupakan gambar atau alur berfikir peneliti untuk bisa

menjawab semua permasalahan di dalam Program Bantuan Keuangan Kepada

Desa di Desa Mekarsari Tahun 2012.

43

Gambar 2.2

Kerangka berfikir

Peraturan Gubernur Banten Nomor 9 Tahun 2011 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada Desa se

Provinsi Banten

Teori Evaluasi Kebijakan menurut William N. Dunn

(2003:610)

Efektivitas

Efisiensi

Kecukupan

Perataan

Responsivitas

Ketepatan

Masalah di Lokasi Penelitian

Sosialisai dari aparatur Desa Mekarsari kepada masyarakat belum

dilakukan secara menyeluruh ke semua tingkat RT dan RW.

Realisasi Program Bantuan Keuangan Desa belum sesuai dengan

harapan masyarakat.

Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan dari program Bantuan Keuangan Desa belum secara

menyeluruh.

Masih rendahnya tingkat transparansi dari aparatur desa dalam

mengelola bantuan tersebut.

Memberikan pedoman dalam pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada Desa agar tertib administrasi.

Meningkatkan sarana dan prasarana ekonomi produktif perdesaan.

Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam

Program tersebut.

Meningkatkan aktivitas ekonomi produktif perdesaan.

Penguatan Lembaga Kemasyarakatan dalam mewujudkan pembangunan partisipatif.

44

2.9. HIPOTESIS PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2007:70) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena

jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan

masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. Berdasarkan atas rumusan

masalah yang telah peneliti buat sebelumnya, maka peneliti dapat mengambil

hipotesis yakni:

Ho : µ < 60%

Ho : “Pelaksanaan Program Bantuan Keuangan Kepada Desa Tahun 2012 di

Desa Mekarsari tercapai kurang dari 60 % dari kriteria ideal yang

ditetapkan”.

Ha : µ ≥ 60%

Ha : “Pelaksanaan Program Bantuan Keuangan Kepada Desa Tahun 2012 di

Desa Mekarsari tercapai lebih dari atau sama dengan 60 % dari kriteria

ideal yang ditetapkan”.

45

Melihat dari dua hipotesis tersebut, maka peneliti mengambil salah satu

hipotesis penelitian yaitu.

Ha : µ ≥ 60%

Ha : “Pelaksanaan Program Bantuan Keuangan Kepada Desa Tahun 2012 di

Desa Mekarsari tercapai lebih dari atau sama dengan 60 % dari kriteria

ideal yang ditetapkan”.

46

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian dapat diartikan sebagai suatu metode yang

digunakan untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data yang sesuai

dan tepat dalam penelitiannya. Kesesuaian dan ketepatan data sangat

dipengaruhi oleh metode yang dipakai oleh peneliti, sehingga peneliti harus

mampu menentukan metode penelitian apa yang tepat dalam penelitiannya.

Tujuan dari metode penelitian adalah dapat membantu peneliti dalam

menghasilkan penelitian yang objektif, dan dapat dipertanggung-jawabkan

berdasarkan atas data yang diperoleh. Metode penelitian pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu (Sugiyono, 2007:1). Adapun metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen)

tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu

dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2007:11). Adapun peneliti

menggunakan metode penelitian deskriptif, karena variabel dari penelitian ini

bersifat mandiri atau satu variabel, dan hasil penelitian ini nantinya tidak

47

bermaksud untuk dijadikan bahan perbandingan, atau menghubungkan dengan

variabel lainnya. Sementara, digunakan pendekatan metode deskriptif

kuantitatif dimaksudkan untuk melakukan eksplorasi dan klarifikasi mengenai

masalah yang sedang diteliti, dengan jalan mendeskripsikan variabel yang

berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti melalui kuantifikasi.

3.2. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus

ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan

instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati

(Sugiyono, 2007:119). Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel

penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

angket dengan jumlah variabel sebanyak satu variabel, dan menggunakan

skala Likert dalam pengukuran jawaban dari para responden. Dengan skala

Likert, maka variabel yang akan diukur akan dijabarkan menjadi indikator

variabel. Kemudian, indikator tersebut dijadikan tolak ukur untuk menyusun

item-item instrumen dalam bentuk pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen

memiliki tingkatan nilai dari sangat positif sampai sangat negatif.

48

Sehingga, untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban dari

setiap item instrumen diberi skor, yakni sebagai berikut:

Tabel 3.1

Skoring Item Instrumen

(Sumber: Sugiyono, 2005:108)

Untuk mempermudah dalam menemukan jawaban atas masalah-

masalah yang telah diuraikan sebelumnya, berikut peneliti sajikan

operasionalisasi variabel dalam bentuk kisi-kisi instrumen yakni sebagai

berikut.

Tabel 3.2

Instrumen Penelitian

Pilihan Jawaban Skor

Sangat Setuju 4

Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Variabel Indikator Sub Indikator No.Item

Instrumen

Pelaksanaan

Program

Bantuan

Keuangan

Desa

Efektivitas Manfaat program

bantuan

keuangan desa

terhadap

penerima

manfaat.

1,2

49

Kesesuaian

Program

berdasarkan

tujuan program.

3,4,5,6,7

Efisiensi Penyampaian

informasi

program bantuan

keuangan desa

kepada

masyarakat.

Pelaksanaan

program bantuan

keuangan desa

kepada

masyarakat.

8,9,10

11,12,13

Kecukupan

Pemenuhan kebutuhan

masyarakat.

14,15

Perataan Proses pendistribusian

bantuan keuangan kepada

desa.

Pemerataan pembagian

bantuan keuangan desa.

16,17

18

Responsivitas Pemahaman masyarakat

terhadap bantuan

keuangan desa.

Keikutsertaan masyarakat

dalam keberlangsungan

program bantuan

keuangan desa.

19,20

21,22,23

50

1. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

1) Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh peneliti melalui angket

(kuesioner), wawancara (interview) , dan observasi (pengamatan).

2) Data Sekunder, yaitu data yang tidak langsung diperoleh peneliti, namun

diperoleh melalui orang lain maupun dokumen seperti, hasil penelitian

yang relevan, laporan dan catatan-catatan perusahaan atau melalui

informan yaitu, masyarakat yang memberikan keterangan dan informasi

kepada peneliti.

b. Sumber Data

1) Peraturan Gubernur Banten Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada Desa se Provinsi Banten.

2) Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan Kepada Desa Tahun 2012.

3) Proposal Bantuan Keuangan Kepada Desa: Desa Mekarsari Tahun

2012.

Ketepatan Ketepatan

keberlangsungan

program bantuan

keuangan desa terhadap

masyarakat.

24,25

51

2. Teknik Pengumpulan Data

Secara teknis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode

pengumpulan data sebagai berikut :

a. Metode Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2007:162). Tipe pertanyaan dalam

angket dapat dibedakan menjadi dua bentuk yakni, pertanyaan terbuka, adalah

pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya

berbentuk uraian tentang sesuatu hal dan pertanyaan tertutup, yakni

pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan

responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan

yang telah tersedia. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode angket

dalam bentuk pertanyaan tertutup, dengan pertimbangan keterbatasan peneliti

dalam hal waktu, tenaga dan biaya yang dimiliki, alasan lainnya karena dapat

membantu responden untuk menjawab dengan cepat. Serta dapat

memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data terhadap seluruh angket

yang telah terkumpul.

52

b. Metode Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara secara langsung

kepada responden, dengan metode tidak terstruktur untuk mendapatkan

gambaran serta informasi yang dibutuhkan sebagai data sekunder guna

mendukung data primer yang telah peneliti dapatkan sebelumnya melalui

angket.

c. Metode Observasi

Metode observasi merupakan serangkaian pengumpulan data yang

dilakukan secara langsung terhadap subyek atau obyek penelitian melalui

mata, telinga, dan perasaan dengan melihat fakta-fakta fisik dari obyek yang

diteliti dan mendapat masukan dari pihak-pihak terkait di dalam penelitian ini.

Fakta-fakta dan informasi yang diperoleh secara langsung di lapangan dicatat

dan dirangkum, untuk dijadikan data sekunder sebagai data pendukung primer

yang diperoleh dari hasil jawaban responden melalui angket.

d. Metode Kepustakaan

Metode kepustakaan digunakan dalam penelitian ini untuk

mendapatkan gambaran yang tepat terhadap penelitian ini, menurut beberapa

para ahli, yakni dengan cara mempelajari dan membaca buku-buku, literatur,

serta karya ilmiah yang pernah dibuat dan dipublikasikan sebagai bahan

referensi yang ada keterkaitan dengan penulisan penelitian ini.

53

3.3. Populasi dan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Sampel menurut Usman adalah sebagian anggota populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2007:90).

Istilah subyek penelitian menunjuk pada orang/individu atau kelompok yang

dijadikan unit atau satuan (kasus) yang diteliti (Sanapiah, 2001:109). Dari

penjelasan di atas dapat diuraikan bahwa populasi tidak hanya meliputi jumlah

orang yang berada dalam suatu wilayah namun, populasi meliputi

subyek/obyek yang memiliki kualitas nilai dan karakteristik tertentu dari

keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti. Dari penelitian ini, peneliti

mengambil populasi yakni, seluruh masyarakat Desa Mekarsari Kecamatan

Rajeg yang menjadi penerima bantuan keuangan desa tahun 2012. Dimana

jumlah masyarakat desa mekarsari tahun 2012 adalah 6846 KK. (Sumber:

Profil Desa Mekarsari tahun 2012).

Yang diambil dengan menggunakan tehnik tertentu yang disebut

dengan tehnik sampling. Tehnik sampling berguna agar mereduksi anggota

populasi menjadi anggota sampel yang mewakili populasinya (representatif),

sehingga kesimpulan terhadap populasi dapat dipertanggung jawabkan, lebih

teliti menghitung yang sedikit daripada yang banyak, serta menghemat waktu,

tenaga dan biaya. Oleh karena pada penelitian ini, jumlah anggota populasi

cukup besar dan tidak memungkinkan bagi peneliti untuk meneliti seluruh

54

anggota populasi, maka peneliti membutuhkan sampel yang nantinya akan

menjadi fokus obyek penelitian yang dianggap dapat merepresentasikan

jumlah populasi (Usman dalam Sugiyono, 2007:44). Sementara, rumus yang

digunakan dalam menghitung jumlah sampel adalah rumus Slovin (Prasetyo,

2008:137-138).

Rumus 3.1

Slovin

n = N

1 + Ne2

Ket :

n = ukuran sampel

N = ukuran Populasi

e = Sampling error (tingkat kesalahan)

Diketahui :

N = 6846 KK

e = 0,1 (10 %)

n = ?

55

Jawab :

n = 6846

1 + 6846 (0,1)2

n = 6846

1 + 68,46

n = 6846

69,46

n = 98,5 98 Sampel.

Berdasarkan rumus Slovin di atas, peneliti mengambil tingkat

presisi sebesar 10% dari populasi 6846 KK dan didapatkan sampel sebanyak

98 KK. Sedangkan cara pengambilan sampel tersebut, peneliti menggunakan

cara Proportional Area Random Sampling dimana sampel diambil

berdasarkan proporsi dengan mengambil subyek dari setiap strata atau setiap

wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-

masing wilayah atau strata (Arikunto,1995:128). Di bawah ini tabel dari

teknik perhitungan sampel penelitian.

56

Tabel 3.3

Teknik Perhitungan Sampel

Area Jumlah KK Perhitungan Hasil Hasil

Akhir

RT 01/01 648

9,2 9

RT 02/01 747

10,6 11

RT 03/02 553

7,8 8

RT 04/02 1183

16,8 17

RT 05/02 983

14 14

RT 06/03 764

10,8 11

RT 07/03 597

8,5 8

RT 08/03 1371

19,6 20

Jumlah 6846 98

(Sumber: Peneliti 2014)

57

3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Apabila pengumpulan data sudah dilakukan pada tahap sebelumnya, maka

data yang sudah terkumpul harus diolah dan dianalisis. Pengolahan data

menurut Sugiyono (2005:207) dilakukan melalui beberapa proses yaitu

sebagai berikut :

1. Editing. Hal ini berarti bahwa semua data yang diperoleh diteliti tentang

kelengkapan dan kejelasan jawaban dari butir-butir pertanyaan yang telah

dibuat.

2. Coding dan Scoring, merupakan usaha mengklasifikasi atau

mengelompokkan jawaban responden berdasarkan macamnya, dengan cara

memberikan kode terhadap jawaban responden dalam kuesioner sesuai

dengan kategori masing-masing, kemudian diberikan skor dengan

menggunakan skala Likert.

3. Tabulating. Hal ini berarti menunjuk kepada kegiatan mengorganisasikan

data ke dalam susunan-susunan tertentu berupa tabel-tabel dalam rangka

penginterpretasian data sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

Setelah data selesai diolah, maka tahap selanjutnya adalah analisis data.

Analisis data merupakan upaya peneliti untuk menyederhanakan dan

menyajikan data dengan mengelompokkan dalam suatu bentuk yang berarti,

sehingga dapat mudah dipahami dan diinterpretasi oleh pembaca atau penguji.

58

Dalam metode analisis yang digunakan oleh peneliti adalah dengan

metode kuantitatif. Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh

responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data

adalah mengelompokan data berdasarkan variabel dari jenis responden,

mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan

data dari setiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab

rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang

telah diajukan.

1. Uji Validitas

Secara mendasar, validitas merupakan keadaan yang menggambarkan

tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur

(Arikunto, 1995:219). Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan

antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada

obyek yang di teliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan

untuk mendapatkan data itu (mengukur) valid. Valid diartikan bahwa

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur. Maka dari itu untuk menguji instrumen penelitian ini agar data yang

didapat valid, maka peneliti menggunakan rumus Korelasi Product Moment

dengan bantuan piranti lunak Statistic Program For Social Science (SPSS)

versi 15.

59

Rumus 3.2

Pearson Product Moment (Singarimbun, 1989:137)

Keterangan :

Koefisien Korelasi Product Moment

Jumlah Skor Dalam Sebaran X

Jumlah Skor Dalam Sebaran Y

Jumlah Hasil Kali Skor X dan Y yang Berpasangan

Jumlah Skor yang Dikuadratkan dalam Sebaran X

Jumlah Skor yang Dikuadratkan dalam Sebaran Y

Jumlah Sampel

60

Menurut Sugiyono (2007:214), pedoman untuk dapat memberikan

interpretasi terhadap tercapainya hipotesis terhadap interval koefisien korelasi,

yakni sebagai berikut :

0,00 ─ 0,199 = Sangat tidak tercapai / sangat rendah

0,20 ─ 0,399 = Kurang tercapai / rendah

0,40 ─ 0,599 = Sedang

0,60 ─ 0,799 = Tercapai / kuat

0,80 ─ 1,000 = Sangat tercapai / sangat kuat

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas merupakan persyaratan pokok kedua dari instrumen

pengumpulan data. Hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data

dalam waktu yang berbeda. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang

bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama pula. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan

dengan internal konsistensi dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach,

yaitu penghitungan yang dilakukan dengan menghitung rata-rata interkolerasi

di antara butir-butir pertanyaan dalam kuesioner. Variabel dikatakan reliabel

jika nilai alphanya lebih dari 0.30 (Purwanto, 2007:181). Dengan dilakukan

uji reliabilitas, maka akan menghasilkan instrumen yang tepat dan akurat.

Apabila koefisien reliabilitas instumen yang dihasilkan lebih besar, berarti

instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang cukup baik. Pengujian

61

)1)((2

2

11St

Si

nn

nr

Reliabilitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan bantuan piranti lunak

Statistic Program For Social Science (SPSS) versi 15.

Rumus 3.3

Alpha Cronbach (Purwanto, 2007:181)

Keterangan :

n = jumlah butir

Si 2 = variabel butir

St 2 = variabel total

3. Uji t-test

Pada penelitian ini, data yang diteliti bersifat data interval yaitu data yang

jaraknya sama tetapi tidak memiliki nilai nol (0) absolut/mutlak. Kemudian,

hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah hipotesis deskriptif, yakni

dugaan terhadap nilai satu variabel secara mandiri antara data sampel dan data

populasi. Sehingga untuk melakukan pengujian hipotesis deskriptif dipakai t-

test satu sampel.

62

Rumus 3.4

Uji T-Test (Sugiyono, 2005:207)

X ─ µo

t = s

√n

Keterangan :

t = nilai t yang dihitung

X = nilai rata-rata

µo = nilai yang dihipotesiskan

s = simpangan baku sampel

n = jumlah anggota sampel

63

3.5. Lokasi dan Jadwal Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti mengambil lokus penelitian di Desa Mekarsari

Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan November 2013 sampai dengan bulan

Januari 2015.

Tabel 3.4

Jadwal Penelitian

NO Uraian

2013 s.d. 2015

No

v

De

s

Jan Fe

b

Ma

r

Ap

r

Me

i

Ju

n

Jul Ag

s

Se

p

Ok

t

Nov De

s

Jan

1

Pengajuan

judul

2

Observasi

&

Pengumpul

an data

3 Bimbingan

4 Seminar

64

5

Sebar

Kuisioner

6

Pengolaha

n Data &

Anaisis

Data

7

Penyusuna

n Hasil

Penelitian

8

Sidang

Skripsi

65

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Deskripsi Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang

Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang merupakan desa

yang memiliki luas wilayah 443 Ha, sedangkan dari luas wilayah yang ada 127 Ha

merupakan luas wilayah persawahan dan luas persawahan di Desa Mekarsari

merupakan luas yang paling dominan dibandingkan dengan luas sarana dan

prasarana lainnya. (Sumber: Profil Desa Mekarsari Tahun 2012)

Selanjutnya Desa Mekarsari memiliki batas wilayah. Sebelah Utara Desa

Mekarsari berbatasan dengan Desa Rajeg Mulya, sebelah Selatan Desa Mekarsari

berbatasan dengan Desa Sindang Sari, sebelah Timur Desa Mekarsari berbatasan

dengan Desa Sukasari, dan sebelah Barat Desa Mekarsari berbatasan dengan Desa

Sukamanah. Adapun batasan wilayah tersebut dibuat peneliti ke dalam bentuk

tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Daftar Batas Wilayah, Desa dan Kecamatan

Batas Desa / Kelurahan Kecamatan

Sebelah Utara Rajeg Mulya Rajeg

Sebelah Selatan Sindang Sari Pasar Kemis

Sebelah Timur Sukasari Rajeg

Sebelah Barat Sukamanah Rajeg Sumber : Profil Desa Mekarsari Tahun 2012

66

Masyarakat Desa Mekarsari lebih dominan bermata pencaharian sebagai

petani dan buruh tani. Selain itu juga, Desa mekarsari masih minim dalam sarana

dan prasarana seperti masih kurangnya Masjid untuk tempat ibadah masyarakat,

banyaknya jalanan yang rusak, kurangnya jumlah mesin pompa air untuk di

wilayah persawahan, saluran irigasi dan gorong-gorong yang masih sangat minim

sehingga menyebabkan banjir disaat hujan datang.

Dari gambaran minimnya sarana dan prasarana di Desa Mekarsari

tersebut, masyarakat Desa Mekarsari memiliki pengharapan kepada aparatur desa

untuk segera memperbaiki sarana dan prasarana yang ada di Desa Mekarsari

melalui Program Bantuan Keuangan Kepada Desa. Adapun pengharapan yang

lebih diutamakan adalah menambah jumlah mesin pompa air untuk irigasi

persawahan mengingat mata pencaharian yang lebih dominan di Desa Mekarsari

merupakan petani dan buruh tani agar mereka tidak lagi saling bergantian di

dalam menggunakan mesin pompa air untuk irigasi persawahan.

67

4.2. Pengujian Persyaratan Statistik

4.2.1 Hasil Uji Validitas

Pada penelitian ini, tahap awal analisis data adalah melakukan uji validitas

instrument terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga ketepatan

dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji Validitas

digunakan untuk sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Kevaliditasan instrumen

menggambarkan bahwa suatu intrumen benar-benar mampu mengukur variabel-

variabel yang akan diukur dalam penelitian serta mampu menunjukan tingkat

kesesuaian antar konsep dan hasil pengukuran.

Pada uji validitas, peneliti mengambil sampel sebanyak 98 responden. Hal

ini dimaksudkan untuk mengetahui langsung valid atau tidaknya data tersebut

diolah secara keseluruhan. Selain itu uji validitas dilakukan agar mengefisienkan

waktu dalam pengambilan data dilapangan. Tetapi jika terdapat sampel yang tidak

valid dan tidak mewakili indikator yang ada, maka instrumen tersebut diganti

dengan instrument baru sebagai pengganti instrumen yang tidak valid. Tetapi

apabila ditemukan hasil sampel yang tidak valid namun, tetap mewakili indikator,

maka instrument tersebut dihapus dan penyebaran kuesioner dapat dilanjutkan

tanpa mempertanyakan instrument yang bersangkutan.

Adapun rumus yang digunakan oleh peneliti dalam uji validitas ini adalah

dengan menggunakan statistik korelasi product moment dengan bantuan SPSS

versi 15, dengan hasil sebagai berikut:

68

Tabel 4.5

Hasil Uji Validitas Instrument (uji butir pernyataan) Penelitian Evaluasi

Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan

Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012

No.

Butir

Pernyataan Koefisien Korelasi r table Keterangan

1 1 0,315 0,195 Valid

2 2 0,403 0,195 Valid

3 3 0,306 0,195 Valid

4 4 0,277 0,195 Valid

5 5 0,339 0,195 Valid

6 6 0,485 0,195 Valid

7 7 0,436 0,195 Valid

8 8 0,571 0,195 Valid

9 9 0,605 0,195 Valid

10 10 0,448 0,195 Valid

11 11 0,497 0,195 Valid

12 12 0,561 0,195 Valid

13 13 0,542 0,195 Valid

14 14 0,571 0,195 Valid

15 15 0,461 0,195 Valid

16 16 0,544 0,195 Valid

17 17 0,315 0,195 Valid

18 18 0,485 0,195 Valid

19 19 0,604 0,195 Valid

20 20 0,279 0,195 Valid

21 21 0,511 0,195 Valid

22 22 0,270 0,195 Valid

23 23 0,425 0,195 Valid

24 24 0,524 0,195 Valid

25 25 0,333 0,195 Valid

Sumber : Pengolahan Data Tahun 2014

Adapun kriteria item/butir instrumen yang digunakan adalah apabila r

hitung > r tabel, berarti item/butir instrumen dinyatakan valid, dan jika r hitung ≤ r

tabel, berarti item/butir instrument dinyatakan tidak valid. Berdasarkan tabel di

atas dapat diketahui bahwa semua dari 25 butir pertanyaan/pernyataan adalah

69

valid dengan dibuktikan dari nilai r hitung > r tabel pada taraf signifikasi 95

persen atau dengan kata lain memiliki tingkat kesalahan sebesar 5 persen. Artinya

semua instrumen dipakai karena indikator sudah terukur pula dari instrumen

lainnya.

4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas

Untuk menjaga kehandalan dari sebuah instrumen atau alat ukur maka

peneliti melakukan uji reliabilitas, dimana instrumen yang dinyatakan valid,

sedangkan instrumen yang dinyatakan tidak valid maka tidak bisa dilakukan uji

reliabilitas. Dalam pengukuran reliabilitas dapat menggunakan rumus Alpha

Cronbach dengan bantuan SPSS versi 15. Adapun hasil dari uji reliabilitas yang

telah dilakukan dalam penelitian ini adalah nilai Alpha Cronbach sebesar 0,831.

Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai alphanya lebih dari 0,30 (Sugiyono,

2008:126). Maka hal ini dapat diartikan bahwa 0,831 > dari 0,30 sehingga

instrumen yang diuji bisa reliabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 4.6 Reliability Statistics

Sumber : Hasil pengolahan SPSS Statistics 15.0

Cronbach's Alpha N of Items

.831 25

70

4.3. Deskripsi Data

4.3.1 Identitas Responden

Dalam penelitian ini yang berjudul Evaluasi Program Bantuan Keuangan

Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun

2014. Maka yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah

masyarakat Desa Mekarsari tahun 2012 sebanyak 6846KK. Dalam pengambilan

sampel peneliti menggunakan rumus Slovin dengan tingkat presisi 10% maka

jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 98 orang. Kemudian teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Proportional Area

Random Sampling, maka sampel diambil berdasarkan proporsi dengan mengambil

subyek dari setiap strata atau setiap wilayah dapat digunakan sebagai sampel.

Dalam mengisi kuesioner, responden diminta untuk memberikan identitas diri

sebagai penunjang data. Dimana identitas diri meliputi jenis kelamin, usia, dan

pendidikan terakhir.

Tabel 4.7

Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kepala Keluarga

Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg

Jenis Kelamin Jumlah

Penduduk Persentase

Laki-laki 74 76%

Perempuan 24 24%

Jumlah 98 100%

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

71

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas maka dapat diketahui identitas responden

berdasarkan jenis kelamin dimana seluruh jumlah responden adalah berjumlah 98

responden. Berdasarkan Tabel tersebut jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari

jenis kelamin perempuan yaitu untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 24 orang

dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 74 orang. Hal ini disebabkan karena jumlah

responden yang berjenis kelamin laki-laki atau sebesar 76 persen lebih

mendominasi dari pada jumlah responden yang berjenis kelamin perempuan atau

sebesar 24 persen, sehingga pandangan dari responden yang berjenis kelamin laki-

laki lebih besar.

Tabel 4.8

Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Usia

Tingkat Usia Jumlah

Masyarakat Persentase

25 - 35 th 53 54%

35 - 45 th 32 33%

45- 55 th 13 13%

>55 0 0

Jumlah 98 100%

Sumber : Pengolahan data Primer 2014

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas diketahui bahwa rentan usia/umur responden

dari usia 25 sampai >55 tahun. Hal ini yang menjadi responden dalam penelitian

ini yaitu Kepala Keluarga (KK). Adapun rinciannya adalah usia 25-35 tahun

berjumlah 53 orang, usia 36-45 tahun berjumlah 32 orang, usia 46-55 tahun

72

berjumlah 13 orang, usia 41-50 tahun berjumlah 2 orang, sedangkan usia >55

tahun adalah 0. Dapat dilihat bahwa dari tabel di atas terlihat bahwa frekuensi

terbesar responden lebih banyak ada dikisaran usia 25-35 tahun sebesar 55%.

Tabel 4.9

Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Jumlah

Masyarakat Persentase

SD 17 17%

SMP 30 31%

SMA/STM/SMK/Aliyah 51 52%

Jumlah 98 100%

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram 4.9 di atas dapat diketahui bahwa yang menjadi

responden dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) Desa Mekarsari

Kecamatan Rajeg. Jumlah masing-masing responden berdasarkan pendidikan

terakhir ini tidak ditentukan karena dalam penelitian ini teknik Proportional Area

Random Sampling, sehingga dapat dilihat jumlah responden untuk masing-masing

responden adalah untuk SD 17, SMP berjumlah 30 orang,

SMA/STM/SMK/ALIYAH berjumlah 51 orang. Dapat disimpulkan bahwa

tingkat pendidikan responden didominasi oleh responden yang berlatar belakang

SMA/STM/SMK/ALIYAH yakni sebesar 52%.

73

4.4. Deskripsi Hasil Penelitian

Jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuantitatif deskriptif, maka data yang diperoleh tidak hanya berbentuk kalimat

dari hasil wawancara dan pernyataan dari hasil penyebaran kuesioner, melainkan

ditampilkan dari hasil penelitian yang berbentuk angka yang kemudian diolah.

Analisis data merupakan suatu proses analisis yang dilakukan peneliti dengan cara

mendeskripsikan data hasil penyebaran kuesioner yang ditujukan kepada Kepala

Keluarga (KK) di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang yang

menjadi sampel penelitian.

Adapun lebih detailnya, peneliti menjelaskannya dalam bentuk tabel dan

diagram disertai pemaparan dan kesimpulan dari hasil jawaban responden

berdasarkan butir-butir pertanyaan yang telah peneliti buat sebelumnya. Dimana,

butir-butir pertanyaan tersebut dituangkan dalam bentuk kuesioner. Uraian

kuesioner-kuesioner diuraikan oleh peneliti dalam bentuk penjelasan butir-butir

pertanyaan secara sistemaris. Kuesioner tersebut diajukan kepada 98 responden

yang menjadi sampel penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Skala yang

digunakan dalam kuesioner ini adalah Skala Likert. Skor yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 4 nilai dimasing-masing jawabannya untuk kriteria kinerja

yaitu sangat setuju nilainya 4, setuju nilainya 3, tidak setuju nilainya 2, dan sangat

tidak setuju nilainya 1.

Adapun untuk mengetahui dan menjelaskan lebih dalam mengenai

seberapa besar tingkat Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa

Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang, peneliti menjelaskannya

74

dalam bentuk diagram disertai pemaparan dan kesimpulan hasil jawaban dari

pernyataan yang diajukan melalui kuesioner kepada para responden yaitu sebagai

berikut:

4.4.1 Efektivitas (Effectiveness)

yaitu berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil (akibat)

yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Efektivitas

selalu diukur dari kualitas hasil sebuah kebijakan. Terdiri dari subindikator

manfaat program bantuan keuangan desa terhadap penerima manfaat dan

kesesuaian program berdasarkan tujuan program.

a). Manfaat program bantuan keuangan desa terhadap penerima

manfaat

Subindikator manfaat program bantuan keuangan desa terhadap penerima

manfaat terdiri dari dua pernyataan, pernyataan pertama yakni mengenai

Program bantuan keuangan desa telah membantu memajukan kesejahteraan

masyarakat desa, dari data hasil penelitian menunjukan 40 responden

menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut, untuk lebih jelas lihat

diagram batang di bawah ini.

75

Diagram Batang 4.1

Program bantuan keuangan desa telah membantu memajukan

kesejahteraan masyarakat desa

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.1 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98

orang responden memberikan penilaian Program bantuan keuangan desa telah

membantu memajukan kesejahteraan masyarakat desa dimana 26 responden

menjawab sangat setuju, 31 responden menjawab setuju, 40 responden menjawab

tidak setuju, dan 1 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian

mayoritas responden menjawab tidak setuju sebesar 41. Hal ini menilai bahwa

program bantuan keuangan desa tidak membantu memajukan kesejahteraan

masyarakat desa Mekarsari.

Pernyataan kedua yakni program bantuan keuangan desa mampu

mengadakan perubahan sosial untuk masyarakat desa pelaksaannya tidak sesuai

dengan harapan masyarakat, dari data hasil penelitian menunjukan 51 responden

menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat

diagram batang di bawah ini.

1

40

31

26

sts ts s ss

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

76

Diagram Batang 4.2

Program bantuan keuangan desa mampu mengadakan perubahan sosial

untuk masyarakat desa

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.2 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98

orang responden memberikan penilaian terhadap program bantuan keuangan desa

mampu mengadakan peubahan sosial untuk masyarakat desa dimana 4 responden

menjawab sangat setuju, 41 responden menjawab setuju, 51 responden menjawab

tidak setuju, dan 2 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian

dapat dilihat sebagian besar responden menjawab tidak setuju sebesar 51. Hal ini

menilai bahwa program bantuan keuangan desa tidak mengadakan perubahan

sosial untuk masyarakat desa, karena masih banyak masyarakat desa Mekarsari

yang belum dapat merubah tingkatan sosial mereka.

2

51

41

4

0

10

20

30

40

50

60

sts ts s ss

77

b). Kesesuaian program berdasarkan tujuan program

Subindikator Kesesuaian program berdasarkan tujuan program terdiri dari

lima peryataan, pernyataan pertama yakni mengenai program bantuan keuangan

desa mampu menumbuhkan partisipasi masyarakat desa, dari data hasil penelitian

menunjukan 49 responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut, untuk

lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini.

Diagram Batang 4.3

Program bantuan keuangan desa mampu menumbuhkan partisipasi

masyarakat desa

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.3 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98

orang responden memberikan penilaian terhadap program bantuan keuangan desa

mampu menumbuhkan partisipasi masyarakat desa dimana 4 responden menjawab

sangat setuju, 49 responden menjawab setuju, 41 responden menjawab tidak

setuju, dan 4 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat

dilihat sebagian besar responden menjawab setuju sebesar 49. Hal ini menilai

4

41

49

4

0

10

20

30

40

50

60

sts ts s ss

78

bahwa program bantuan keuangan desa mampu menumbuhkan partisipasi

masyarakat desa Mekarsari.

Pernyataan kedua yakni mengenai program bantuan keuangan desa

mampu menggali potensi peran masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam

perencanaan, dari data hasil penelitian menunjukan 74 responden menjawab

setuju dengan pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di

bawah ini:

Diagram Batang 4.4

Program bantuan keuangan desa mampu menggali potensi peran

masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.4 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98

orang responden memberikan penilaian terhadap program bantuan keuangan desa

mampu menggali potensi peran masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam

perencanaan dimana 5 responden menjawab sangat setuju, 74 responden

menjawab setuju, 19 responden menjawab tidak setuju, dan 0 responden

menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian besar

0

19

74

5

0

10

20

30

40

50

60

70

80

sts ts s ss

79

responden menjawab setuju sebesar 74. Hal ini menilai bahwa program bantuan

keuangan desa mampu menggali potensi peran masyarakat untuk pengambilan

keputusan dalam perencanaan dari program tersebut.

Pernyataan ketiga yakni mengenai program bantuan keuangan desa

mampu menggali potensi peran masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam

pelaksanaan, dari data hasil penelitian menunjukan 56 responden menjawab setuju

dengan pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah

ini:

Diagram Batang 4.5

Program bantuan keuangan desa mampu menggali potensi peran

masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam pelaksanaan

Sumber: Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.5 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98

orang responden memberikan penilaian terhadap program bantuan keuangan desa

mampu menggali potensi peran masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam

pelaksanaan dimana 2 responden menjawab sangat setuju, 56 responden

menjawab setuju, 38 responden menjawab tidak setuju, dan 2 responden

menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian besar

2

38

56

2

0

10

20

30

40

50

60

sts ts s ss

80

responden menjawab setuju sebesar 56. Hal tersebut menilai bahwa program

bantuan keuangan desa mampu menggali potensi peran masyarakat untuk

pengambilan keputusan dalam pelaksanaan dari program tersebut.

Pernyataan keempat yakni mengenai program bantuan keuangan desa

mampu menggali potensi peran masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam

pengendalian, dari data hasil penelitian menunjukan 50 responden menjawab

setuju dengan pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di

bawah ini:

Diagram Batang 4.6

Program bantuan keuangan desa mampu menggali potensi peran

masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam pengendalian

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.6 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98

orang responden memberikan penilaian terhadap program bantuan keuangan desa

mampu menggali potensi peran masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam

pengendalian dimana 2 responden menjawab sangat setuju, 50 responden

menjawab setuju, 41 responden menjawab tidak setuju, dan 5 responden

5

41

50

2

0

10

20

30

40

50

60

sts ts s ss

81

menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian besar

responden menjawab setuju sebesar 50. Hal tersebut menilai bahwa program

bantuan keuangan desa mampu menggali potensi peran masyarakat untuk

pengambilan keputusan dalam pengendalian program tersebut.

Pernyataan kelima yakni mengenai program bantuan keuangan desa

mampu menggali potensi peran masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam

pemeliharaan hasil-hasil program, dari data hasil penelitian menunjukan 51

responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat

diagram batang di bawah ini::

Diagram Batang 4.7

Program bantuan keuangan desa mampu menggali potensi peran

masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam pemeliharaan hasil-hasil

program

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.7 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98

orang responden memberikan penilaian terhadap program bantuan keuangan desa

mampu menggali potensi peran masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam

1

43

51

3

0

10

20

30

40

50

60

sts ts s ss

82

pemeliharaan hasil-hasil program dimana 3 responden menjawab sangat setuju, 51

responden menjawab setuju, 43 responden menjawab tidak setuju, dan 1

responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian

besar responden menjawab setuju sebesar 51. Hal tersebut menilai bahwa program

bantuan keuangan desa mampu menggali potensi peran masyarakat untuk

pengambilan keputusan dalam pemeliharaan hasil-hasil program tersebut.

4.4.2 Efisiensi (Efficiency)

Yaitu berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk

menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi merupakan hubungan antara

efektivitas dan usaha, dan pada akhirnya diukur berdasarkan biaya yang

dikeluarkan per-unit kebijakan. Kebijakan yang mencapai efektivitas tertinggi

dengan biaya terkecil dinamakan efisien. Terdiri dari subindikator Penyampaian

informasi program bantuan keuangan desa kepada masyarakat dan pelaksanaan

program bantuan keuangan desa kepada masyarakat.

a). Penyampaian informasi program bantuan keuangan desa kepada

masyarakat

Subindikator penyampaian informasi program bantuan keuangan desa

kepada masyarakat terdiri dari tiga pernyataan, pernyataan pertama mengenai

penyampaian informasi program bantuan keuangan desa oleh aparatur desa

dilakukan secara merata kepada masyarakat desa di setiap RT/RW, dari data hasil

penelitian menunjukan 58 responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan

tersebut untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:

83

Diagram Batang 4.8

Penyampaian informasi program bantuan keuangan desa oleh aparatur desa

dilakukan secara merata kepada masyarakat desa di setiap RT/RW

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.8 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98

orang responden memberikan penilaian terhadap penyampaian informasi program

bantuan keuangan desa oleh aparatur desa dilakukan secara merata kepada

masyarakat desa di setiap RT/RW dimana 3 responden menjawab sangat setuju,

35 responden menjawab setuju, 58 responden menjawab tidak setuju, dan 2

responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian

besar responden menjawab tidak setuju sebesar 58. Hal tersebut menilai bahwa

penyampaian informasi program bantuan keuangan desa oleh aparatur desa belum

dilakukan secara merata kepada masyarakat desa di setiap RT/RW.

Pernyataan kedua yakni mengenai penyampaian informasi program

bantuan keuangan desa oleh aparatur desa sangat mudah dipahami oleh

masyarakat desa, dari data hasil penelitian menunjukan 50 responden menjawab

tidak setuju dengan pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang

di bawah ini:

2

58

35

3

0

10

20

30

40

50

60

70

sts ts s ss

84

Diagram Batang 4.9

Penyampaian informasi program bantuan keuangan desa oleh aparatur desa

sangat mudah dipahami oleh masyarakat desa

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.9 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98

orang responden memberikan penilaian terhadap penyampaian informasi program

bantuan keuangan desa oleh aparatur desa sangat mudah dipahami oleh

masyarakat desa dimana 2 responden menjawab sangat setuju, 34 responden

menjawab setuju, 50 responden menjawab tidak setuju, dan 13 responden

menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian besar

responden menjawab tidak setuju sebesar 50. Hal tersebut menilai bahwa

penyampaian informasi program bantuan keuangan desa oleh aparatur desa tidak

mudah dipahami oleh masyarakat desa Mekarsari.

Pernyataan ketiga yakni mengenai penyampaian informasi program

bantuan keuangan desa oleh aparatur desa dilakukan secara terbuka kepada

masyarakat, dari data hasil penelitian menunjukan 65 responden menjawab setuju

13

50

34

2

0

10

20

30

40

50

60

sts ts s ss

85

dengan pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah

ini:

Diagram Batang 4.10

Penyampaian informasi program bantuan keuangan desa oleh aparatur desa

dilakukan secara terbuka kepada masyarakat

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.10 di atas dapat diketahui bahwa terdapat

98 orang responden memberikan penilaian terhadap penyampaian informasi

program bantuan keuangan desa oleh aparatur desa dilakukan secara terbuka

kepada masyarakat dimana 2 responden menjawab sangat setuju, 65 responden

menjawab setuju, 27 responden menjawab tidak setuju, dan 4 responden

menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian besar

responden menjawab setuju sebesar 65. Hal tersebut menilai bahwa penyampaian

informasi program bantuan keuangan desa oleh aparatur desa dilakukan secara

terbuka kepada masyarakat desa Mekarsari.

4

27

65

2

0

10

20

30

40

50

60

70

sts ts s ss

86

b). Pelakasanaan program bantuan keuangan desa kepada masyarakat

Subindikator pelaksanaan program bantuan keuangan desa kepada

masyarakat terdiri dari tiga pernyataan, pernyataan pertama mengenai

pelaksanaan bantuan keuangan desa ditunjukan untuk kepentingan masyarakat

desa, dari data hasil penelitian menunjukan 49 responden menjawab setuju dengan

pernyataan tersebut untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:

Diagram 4.11

Pelaksanaan bantuan keuangan desa ditujukan untuk kepentingan

masyarakat desa

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.11 di atas dapat diketahui bahwa terdapat

98 orang responden memberikan penilaian terhadap pelaksanaan bantuan

keuangan desa ditujukan untuk kepentingan masyarakat desa dimana 1 responden

menjawab sangat setuju, 49 responden menjawab setuju, 44 responden menjawab

tidak setuju, dan 4 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian

dapat dilihat sebagian besar responden menjawab setuju sebesar 49. Hal tersebut

4

44 49

1 0

10

20

30

40

50

60

sts ts s ss

87

menilai bahwa pelaksanaan bantuan keuangan desa ditujukan untuk kepentingan

masyarakat desa Mekarsari.

Pernyataan kedua yakni mengenai pelaksanaan pemeliharaan hasil

kegiatan bantuan keuangan desa dilakukan oleh masyarakat desa secara swadaya,

dari data hasil penelitian menunjukan 47 responden menjawab setuju dengan

pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:

Diagram Batang 4.12

Pelaksanaan pemeliharaan hasil kegiatan bantuan keuangan desa dilakukan

oleh masyarakat desa secara swadaya

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.12 di atas dapat diketahui bahwa terdapat

98 orang responden memberikan penilaian terhadap pelaksanaan pemeliharaan

hasil kegiatan bantuan keuangan desa dilakukan oleh masyarakat desa secara

swadaya dimana 4 responden menjawab sangat setuju, 47 responden menjawab

setuju, 43 responden menjawab tidak setuju, dan 4 responden menjawab sangat

tidak setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian besar responden menjawab

setuju sebesar 47. Hal tersebut menilai bahwa pelaksanaan pemeliharaan hasil

4

43 47

4

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

sts ts s ss

88

kegiatan bantuan keuangan desa dilakukan oleh masyarakat desa Mekarsari secara

swadaya.

Pernyataan ketiga yakni mengenai pelaksanaan bantuan keuangan desa

tidak lepas dari peran serta masyarakat desa, dari data hasil penelitian menunjukan

57 responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut, untuk lebih

jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:

Diagram Batang 4.13

Pelaksanaan bantuan keuangan desa tidak lepas dari peran serta

masyarakat desa

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram 4.13 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98 orang

responden memberikan penilaian terhadap pelaksanaan bantuan keuangan desa

tidak lepas dari peran serta masyarakat desa dimana 5 responden menjawab sangat

setuju, 23 responden menjawab setuju, 57 responden menjawab tidak setuju, dan

13 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat dilihat

sebagian besar responden menjawab tidak setuju sebesar 57. Hal tersebut menilai

13

57

23

5

0

10

20

30

40

50

60

sts ts s ss

89

bahwa pelaksanaan bantuan keuangan desa tidak lepas dari peran serta masyarakat

desa adalah tidak setuju.

4.4.3 Kecukupan (Adequacy)

yaitu yang berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas

memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya

masalah atau dengan kata lain apakah tingkat pencapaian hasil tepat

menyelesaikan masalah yang dimaksud. Indikator kecukupan (adequacy) terdiri

dari subindikator pemenuhan kebutuhan masyarakat.

a). Pemenuhan kebutuhan Masyarakat

Subindikator pemenuhan kebutuhan masyarakat terdiri dari dua

pernyataan, pernyataan pertama yakni mengenai hasil bantuan keuangan desa

mampu memenuhi kebutuhan masyarakat desa, dari data hasil penelitian

menunjukan 58 responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut,

untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:

90

Diagram 4.14

Hasil bantuan keuangan desa mampu memenuhi kebutuhan masyarakat

desa

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.14 di atas dapat diketahui bahwa terdapat

98 orang responden memberikan penilaian terhadap hasil bantuan keuangan desa

mampu memenuhi kebutuhan masyarakat desa dimana 3 responden menjawab

sangat setuju, 35 responden menjawab setuju, 58 responden menjawab tidak

setuju, dan 2 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat

dilihat sebagian besar responden menjawab tidak setuju sebesar 58. Hal tersebut

menilai bahwa hasil bantuan keuangan desa belum mampu memenuhi kebutuhan

masyarakat desa Mekarsari.

Pernyataan kedua yakni mengenai hasil bantuan keuangan desa sesuai

dengan harapan masyarakat, dari data hasil penelitian menunjukan 54 responden

menjawab setuju dengan pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram

batang di bawah ini:

2

58

35

3

0

10

20

30

40

50

60

70

sts ts s ss

91

Diagram Batang 4.15

Hasil bantuan keuangan desa sesuai dengan harapan masyarakat

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.15 di atas dapat diketahui bahwa terdapat

98 orang responden memberikan penilaian terhadap hasil bantuan keuangan desa

sesuai dengan harapan masyarakat dimana 3 responden menjawab sangat setuju,

54 responden menjawab setuju, 26 responden menjawab tidak setuju, dan 15

responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian

besar responden menjawab setuju sebesar 54. Hal tersebut menilai bahwa hasil

bantuan keuangan desa sesuai dengan harapan masyarakat desa Mekarsari.

4.4.4 Perataan

yaitu erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk

pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam

masyarakat. Kebijakan yang dirancang untuk mendistribusikan pendapatan,

kesejahteraan, kesempatan pendidikan, atau pelayanan publik kadang-kadang

direkomendasikan atas dasar kriteria ini. Indikator perataan terdiri dari

15

26

54

3

0

10

20

30

40

50

60

sts ts s ss

92

subindikator proses pendistribusian bantuan keuangan kepada desa dan

pemerataan pembagian bantuan keuangan desa.

a). Proses pendistribusian bantuan keuangan kepada desa

Subindikator proses pendistribusian keuangan kepada desa terdiri dari dua

pernyataan, pernyataan pertama yakni mengenai hasil penyaluran bantuan

keuangan desa dinilai tepat waktu oleh masyarakat desa, dari data hasil penelitian

menunjukan 62 responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut,

untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:

Diagram Batang 4.16

Penyaluran bantuan keuangan desa dinilai tepat waktu oleh masyarakat

desa

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.16 di atas dapat diketahui bahwa terdapat

98 orang responden memberikan penilaian terhadap penyaluran bantuan keuangan

desa dinilai tepat waktu oleh masyarakat desa dimana 4 responden menjawab

sangat setuju, 30 responden menjawab setuju, 62 responden menjawab tidak

setuju, dan 2 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat

dilihat sebagian besar responden menjawab tidak setuju sebesar 62. Hal tersebut

2

62

30

4

0

10

20

30

40

50

60

70

sts ts s ss

93

menilai bahwa penyaluran bantuan keuangan desa belum tepat waktu oleh

masyarakat desa Mekarsari.

Pernyataan kedua yakni mengenai hasil penyaluran bantuan keuangan desa

disalurkan secara benar sesuai dengan harapan masyarakat desa, dari data hasil

penelitian menunjukan 40 responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan

tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:

Diagram 4.17

Penyaluran bantuan keuangan desa disalurkan secara benar sesuai dengan

harapan masyarakat desa

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.17 di atas dapat diketahui bahwa terdapat

98 orang responden memberikan penilaian terhadap penyaluran bantuan keuangan

desa disalurkan secara benar sesuai dengan harapan masyarakat desa dimana 26

responden menjawab sangat setuju, 31 responden menjawab setuju, 40 responden

menjawab tidak setuju, dan 1 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan

demikian dapat dilihat sebagian besar responden menjawab tidak setuju sebesar

1

40

31

26

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

sts ts s ss

94

40. Hal tersebut menilai bahwa penyaluran bantuan keuangan desa belum

disalurkan secara benar sesuai dengan harapan masyarakat desa Mekarsari.

b). Pemerataan pembagian bantuan keuangan desa

Subindikator proses pemerataan pembagian bantuan keuangan desa terdiri

dari satu pernyataan, pernyataan pertama yakni mengenai pembagian manfaat

bantuan keuangan desa dilakukan secara merata di setiap RT/RW, dari data hasil

penelitian menunjukan 55 responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan

tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:

Diagram Batang 4.18

Penilaian Responden Terhadap pembagian manfaat bantuan keuangan desa

dilakukan secara merata di setiap RT/RW

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.18 di atas dapat diketahui bahwa terdapat

98 orang responden memberikan penilaian terhadap pembagian manfaat bantuan

keuangan desa dilakukan secara merata di setiap RT/RW dimana 3 responden

menjawab sangat setuju, 37 responden menjawab setuju, 55 responden menjawab

3

55

37

3

0

10

20

30

40

50

60

sts ts s ss

95

tidak setuju, dan 3 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian

dapat dilihat sebagian besar responden menjawab tidak setuju sebesar 55. Hal

tersebut menilai bahwa pembagian manfaat bantuan keuangan desa belum

dilakukan secara merata di setiap RT/RW.

4.4.5 Responsivitas

yaitu berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan

kebutuhan, preferensi, atau nilai masyarakat. Pentingya kriteria ini adalah karena

analis yang dapat memuaskan semua kriteria lainnya masih gagal jika belum

menanggapi kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari

adanya suatu kebijakan. Indikator responsivitas terdiri dari dua subindikator yaitu

pemahaman masyarakat terhadap bantuan keuangan desa dan keikutsertaan

masyarakat dalam keberlangsungan program bantuan keuangan desa.

a). Pemahaman masyarakat terhadap bantuan keuangan desa

Subindikator pemahaman masyarakat terhadap bantuan keuangan desa,

pernyataan pertama yakni mengenai masyarakat dinilai mampu memahami

tentang pelaksanaan program bantuan keuangan desa, dari data hasil penelitian

menunjukan 55 responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut, untuk

lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:

96

Diagram Batang 4.19

Masyarakat dinilai mampu memahami tentang pelaksanaan program

bantuan keuangan desa

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.19 di atas dapat diketahui bahwa terdapat

98 orang responden memberikan penilaian terhadap masyarakat dinilai mampu

memahami tentang pelaksanaan program bantuan keuangan desa dimana 3

responden menjawab sangat setuju, 55 responden menjawab setuju, 36 responden

menjawab tidak setuju, dan 4 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan

demikian dapat dilihat sebagian besar responden menjawab setuju sebesar 55. Hal

tersebut menilai masyarakat mampu memahami tentang pelaksanaan program

bantuan keuangan desa.

Pernyataan kedua yakni mengenai hasil masyarakat mapu memberikan

penilaian terhadap keberlangsungan program bantuan keuangan desa, dari data

hasil penelitian menunjukan 55 responden menjawab tidak setuju dengan

pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:

4

36

55

3

0

10

20

30

40

50

60

sts ts s ss

97

Diagram Batang 4.20

Masyarakat mampu memberikan penilaian terhadap keberlangsungan

program bantuan keuangan desa

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.20 di atas dapat diketahui bahwa terdapat

98 orang responden memberikan penilaian terhadap masyarakat mampu

memberikan penilaian terhadap keberlangsungan program bantuan keuangan desa

dimana 2 responden menjawab sangat setuju, 19 responden menjawab setuju, 55

responden menjawab tidak setuju, dan 22 responden menjawab sangat tidak

setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian besar responden menjawab tidak

setuju sebesar 55. Hal tersebut menilai bahwa masyarakat belum mampu

memberikan penilaian terhadap keberlangsungan program bantuan keuangan desa.

22

55

19

2

0

10

20

30

40

50

60

sts ts s ss

98

b). Keikutsertaan masyarakat dalam keberlangsungan program bantuan

keuangan desa

Subindikator keikutsertaan masyarakat dalam keberlangsungan program

bantuan keuangan desa, pernyataan pertama yakni mengenai masyarakat

diikutsertakan dalam proses perencanaan program bantuan keuangan desa, dari

data hasil penelitian menunjukan 51 responden menjawab tidak setuju dengan

pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:

Diagram Batang 4.21

Masyarakat diikutsertakan dalam proses perencanaan program bantuan

keuangan desa

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.21 di atas dapat diketahui bahwa terdapat

98 orang responden memberikan penilaian terhadap masyarakat diikutsertakan

dalam proses perencanaan program bantuan keuangan desa dimana 3 responden

menjawab sangat setuju, 36 responden menjawab setuju, 51 responden menjawab

tidak setuju, dan 8 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian

dapat dilihat sebagian besar responden menjawab tidak setuju sebesar 51. Hal

8

51

36

3

0

10

20

30

40

50

60

sts ts s ss

99

tersebut menilai bahwa masyarakat belum diikutsertakan dalam proses

perencanaan program bantuan keuangan desa.

Pernyataan kedua yakni mengenai masyarakat diikutsertakan dalam proses

pelaksanaan program bantuan keuangan desa, dari data hasil penelitian

menunjukan 48 responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut, untuk

lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:

Diagram Batang 4.22

Masyarakat diikutsertakan dalam proses pelaksanaan program bantuan

keuangan desa

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram 4.22 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98 orang

responden memberikan penilaian terhadap masyarakat diikutsertakan dalam

proses pelaksanaan program bantuan keuangan desa dimana 40 responden

menjawab sangat setuju, 48 responden menjawab setuju, 8 responden menjawab

tidak setuju, dan 2 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian

dapat dilihat sebagian besar responden menjawab setuju sebesar 48. Hal tersebut

2

8

48

40

0

10

20

30

40

50

60

sts ts s ss

100

menilai bahwa masyarakat telah diikutsertakan dalam proses pelaksanaan program

bantuan keuangan desa.

Pernyataan ketiga yakni mengenai masyarakat masyarakat diikutsertakan

dalam proses evaluasi program bantuan keuangan desa, dari data hasil penelitian

menunjukan 36 responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut, untuk

lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:

Diagram 4.23

Masyarakat diikutsertakan dalam proses evaluasi program bantuan

keuangan desa

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram 4.23 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98 orang

responden memberikan penilaian terhadap masyarakat diikutsertakan dalam

proses evaluasi program bantuan keuangan desa dimana 28 responden menjawab

sangat setuju, 36 responden menjawab setuju, 33 responden menjawab tidak

setuju, dan 1 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat

dilihat sebagian besar responden menjawab setuju sebesar 36. Hal tersebut

1

33 36

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

sts ts s ss

101

menilai bahwa masyarakat telah diikutsertakan dalam proses evaluasi program

bantuan keuangan desa.

4.4.6 Ketepatan

yaitu yang berhubungan dengan rasionalitas substantif, karena pertanyaan

tentang hal ini tidak berkenaan dengan satuan kriteria individu tetapi dua atau

lebih kriteria secara bersama-sama. Kriteria ini merujuk pada nilai atau harga dari

tujuan program dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut

atau dengan kata lain adalah apakah hasil yang diinginkan benar-benar layak atau

berharga. Indikator ketepatan terdiri subindikator ketepatan keberlangsungan

program bantuan keuangan desa terhadap masyarakat.

a). Ketepatan keberlangsungan program bantuan keuangan desa

terhadap masyarakat

Subindikator ketepatan keberlangsungan program bantuan keuangan desa

terhadap masyarakat, pernyataan pertama yakni mengenai program bantuan

keuangan desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa, dari data hasil

penelitian menunjukan 55 responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan

tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:

102

Diagram Batang 4.24

Program bantuan keuangan desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram batang 4.24 di atas dapat diketahui bahwa terdapat

98 orang responden memberikan penilaian terhadap program bantuan keuangan

desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa dimana 2 responden menjawab

sangat setuju, 40 responden menjawab setuju, 55 responden menjawab tidak

setuju, dan 1 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat

dilihat sebagian besar responden menjawab tidak setuju sebesar 55. Hal tersebut

menilai bahwa program bantuan keuangan desa belum sesuai dengan kebutuhan

masyarakat desa Mekarsari.

Pernyataan kedua yakni mengenai program bantuan keuangan desa dinilai

sudah tepat sasaran terhadap peran serta masyarakat dalam memajukan desa, dari

data hasil penelitian menunjukan 51 responden menjawab tidak setuju dengan

pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:

1

55

40

2

0

10

20

30

40

50

60

sts ts s ss

103

Diagram Batang 4.25

Program bantuan keuangan desa dinilai sudah tepat sasaran terhadap peran

serta masyarakat dalam memajukan desa

Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

Berdasarkan diagram 4.25 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98 orang

responden memberikan penilaian terhadap program bantuan keuangan desa dinilai

sudah tepat sasaran terhadap peran serta masyarakat dalam memajukan desa

dimana 4 responden menjawab sangat setuju, 16 responden menjawab setuju, 51

responden menjawab tidak setuju, dan 27 responden menjawab sangat tidak

setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian besar responden menjawab tidak

setuju sebesar 51. Hal tersebut menilai bahwa program bantuan keuangan desa

belum tepat sasaran terhadap peran serta masyarakat dalam memajukan desa

Mekarsari.

27

51

16

4

0

10

20

30

40

50

60

sts ts s ss

104

4.5 Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di

Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012 peneliti

memiliki hipotesis sebagai berikut :

“Pelaksanaan Program Bantuan Keuangan Kepada Desa Tahun 2012 di

Desa Mekarsari tercapai lebih dari atau sama dengan 60 % dari kriteria

ideal yang ditetapkan”. Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui

tingkat signifikasi dari hipotesis yang diajukan. Berdasarkan metode penelitian,

maka pada tahap pengujian hipotesis penelitian ini peneliti menggunakan rumus t-

test satu sampel. Adapun perhitungan pengujian hipotesis tersebut yaitu sebagai

berikut:

4 x 25 x 98 = 9.800

Rata-rata nilai ideal yang diharapkan = 9.800 : 98 = 100

Keterangan :

4 = Skor tertinggi item

25 = Jumlah item pernyataan

98 = Jumlah Responden

Selanjutnya nilai yang dihipotesiskan adalah “lebih dari atau sama dengan

60% dari nilai ideal, hal ini berarti:

60

100 x 100 = 0,60 x 100 = 60.

Ha untuk memprediksi µ lebih besar atau sama dengan 10 persen dari skor

ideal yang diharapkan. Sedangkan Ho kurang dari 10 persen dari skor ideal.

Ho = µ < 60% < 0.60 x 100 = 60

Ha = µ ≥ 60% ≥ 0,60 x 100 = 60

105

Selanjutnya peneliti mencari nilai rata-rata keseluruhan dari total skor item

pertanyaan. Untuk menghitung nilai rata-ratanya, peneliti menggunakan rumus

berikut ini:

Rumus :

∑X

X =

n

Diketahui :

6224

X = = 63.5102041 = 63.51

98

Dari perhitungan di atas, maka peneliti mendapatkan nilai rata-rata keseluruhan

dari total skor item pertanyaan sebesar 63.51.

Setelah mengetahui nilai rata-ratanya, maka peneliti mencari nilai

simpangan bakunya, peneliti menggunakan rumus berikut ini:

s =

1

2

n

xx

s = 4602

98– 1

s = 4602

97

s = √ 47,44

s = 6,8

Dari perhitungan di atas, maka peneliti mendapatkan nilai simpangan bakunya

sebesar 6,8.

Keterangan :

= Nilai Rata-rata

∑X = Total Skor Item Pertanyaan

n = Jumlah anggota sampel

106

Setelah mengetahui nilai simpangan baku dari perhitungan di atas, maka

selanjutnya peneliti menghitung nilai dari t-hitung, peneliti menggunakan rumus

di bawah ini:

t =

n

s

x

= 63,51 – 60

6,8

√98

= 3,51

6,8

9,89

t = 3,51

0,68

t = 5,16

Nilai thitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai ttabel dengan

derajat kebebasan (dk) = (n – 1) = (98 – 1) = 97 dan taraf kesalahan = 5%

(0,05) untuk uji satu pihak (one tail test), didapat nilai ttabel yaitu 1,662. Karena

nilai thitung lebih besar dari pada nilai ttabel (5,16 > 1,662) dan jatuh pada daerah

penerimaan Ha, maka hipotesis awal (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak.

Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan

Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012,

Keterangan :

t = nilai t yang dihitung

= nilai rata-rata

µ0 = nilai yang dihipotesiskan

s = simpangan baku sampel

n = jumlah anggota sampel

107

Rumus : ∑X

X

Diketahui :

6224

9800

Jadi, hipotesis yang menyatakan bahwa Evaluasi Program Bantuan

Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten

Tangerang Tahun 2012 tercapai lebih dari atau sama dengan 60% dari nilai ideal

dapat diterima, atau tidak terdapat perbedaan antara yang diduga dalam populasi

dengan data yang terkumpul dari sampel. Hasil perhitungan terhadap data sampel

diperoleh bahwa Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa

Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012 sebesar 63,51%.

Gambar 4.4

Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

untuk Uji Hipotesis Pihak Kanan

0 1,662 5,16

(60%) (63,51%)

x 100 = 63,510204 = 63,51%

Daerah penolakan Ho Daerah Penerimaan Ha

x 100

Keterangan :

∑X = Total Skor Item Pertanyaan

X = Nilai Rata-rata

108

Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa t hitung ternyata jatuh pada

daerah penerimaan Ha, dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak.

4.6 Interpretasi Hasil Penelitian

Penelitian dengan judul Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada

Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012

bahwa hal yang paling utama adalah menjawab rumusan masalah yang telah

dibuat oleh peneliti pada awal penelitian. Untuk menjawab rumusan masalah kita

dapat melihat dari pembahasan yang memaparkan pengujian hipotesis dengan

menggunakan rumus t-test satu sampel bahwa harga thitung lebih besar (>) dari

harga ttabel dan hal itu dapat diartikan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak karena

mencapai 63,51% dari prediksi lebih dari atau sama dengan 60%. Sehingga dari

data pengujian hipotesis tersebut dapat dijelaskan bahwa Evaluasi Program

Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten

Tangerang Tahun 2012 mencapai angka 63,51% dari prediksi lebih dari atau sama

dengan 60%, artinya program tersebut dinilai baik oleh masyarakat.

Interpretasi yang tepat untuk menjawab rumusan masalah “Bagaimana

Pelaksanaan Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari

Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012” adalah mencapai angka

63,51%, artinya Pelaksanaan Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa

Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012 mendapatkan

penilaian baik oleh masyarakat.

109

4.7 Pembahasan

Pada pembahasan ini, terlebih dahulu peneliti akan memaparkan mengenai

pengujian hipotesis, dimana dalam pengujian hipotesis tersebut diperoleh bahwa

Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan data tersebut, dijelaskan bahwa Evaluasi

Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg

Kabupaten Tangerang tahun 2012 mencapai 63,51% yang sesuai dengan hipotesis

yaitu lebih dari atau sama dengan 60% artinya dinilai baik oleh masyarakat. Hal

ini ditunjukan dari hasil perhitungan pada variabel penelitian tersebut, yaitu

Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan

Rajeg Kabupaten Tangerang tahun 2012. Skor ideal instrumen yang diperoleh

adalah 9.800. Sedangkan skor hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul

dari instrumen adalah 6224. Sehingga, Evaluasi Program Bantuan Keuangan

Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang tahun

2012 adalah sebesar 6224 : 9800 = 63,510204 atau 63,51%.

Hasil penelitian Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di

Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012 memuaskan.

Memuaskan Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa

Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012 tersebut dikaji

dengan teori evaluasi kebijakan dari William N. Dunn (2003). Menurut Dunn, ada

enam indikator evaluasi kebijakan, yaitu Efektivitas (Effectiveness), Efisiensi

(Efficiency), Kecukupan (Adequacy), Perataan (Leveling), Responsivitas

(Responsive) dan Ketepatan (Accuracy). Peneliti akan terlebih dahulu membahas

hasil pengujian hipotesis Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di

110

Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012 dikaitkan

dengan identifikasi masalah.

Pertama, Sosialisasi dari aparatur Desa Mekarsari kepada masyarakat

belum dilakukan secara menyeluruh ke semua tingkat RT/RW. Hal ini dapat

dilihat dari hasil jawaban responden pada pernyataan kuesioner nomor 8, 9 dan

10. Pada pernyataan kuesioner nomor 8, sebanyak 58 orang menjawab tidak

setuju. Pada pernyataan nomor 9, sebanyak 50 orang menjawab tidak setuju.

Sedangkan pernyataan nomor 10, sebanyak 65 orang menjawab setuju.

Kedua, Realisasi Program Bantuan Keuangan Desa belum sesuai dengan

harapan masyarakat. hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban responden pada

pernyataan kuesioner nomor 11, 12 dan 13. Pada pernyataan kuesioner nomor 11,

sebanyak 49 orang menjawab setuju. Pada pernyataan kuesioner nomor 12,

sebanyak 47 orang menjawab setuju. Sedangkan pada pernyataan kuesioner

nomor 13, sebanyak 57 orang menjawab tidak setuju.

Ketiga, partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan,

dan pengawasan dari Program Bantuan Keuangan Desa masih sangat minim. Hal

ini dapat dilihat dari hasil jawaban responden pada pernyataan kuesiner nomor 21,

22, dan 23. Pada pernyataan kuesioner nomor 21, sebanyak 51 orang menjawab

tidak setuju. Pada pernyataan kuesioner nomor 22, sebanyak 48 orang menjawab

setuju. Sedangkan pada pernyataan kuesioner nomor 23, sebanyak 36 orang

menjawab setuju.

111

Keempat, proses pendistribusian dari Program Bantuan Keuangan Desa

masih dinilai lambat dan tidak menyeluruh ke setiap RT dan RW. Hal ini dapat

dilihat dari hasil jawaban responden pada pernyataan nomor 16 dan 18. Pada

pernyataan kuesioner nomor 16, sebanyak 62 orang menjawab tidak setuju.

Sedangkan pada pernyataan kuesioner nomor 18, sebanyak 55 orang menjawab

tidak setuju.

Selanjutnya, peneliti akan membahas hasil pengujian hipotesis, yaitu

Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan

Rajeg Kabupaten Tangerang tahun 2012 dikaitkan dengan teori evaluasi kebijakan

dari William N. Dunn (2003). Berdasarkan hasil penelitian lapangan diperoleh

skor hasil perhitungan tiap-tiap dimensi Evaluasi Program Bantuan Keuangan

Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang tahun

2012 sebagai berikut:

1. Dimensi Efektivitas, terdiri dari 2 Sub indikator yaitu manfaat program

bantuan keuangan desa terhadap penerima manfaat dan kesesuaian

program berdasarkan tujuan program. Dan terdapat butir peryataan

yaitu pernyataan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 jumlah nilai untuk butir

tersebut (tabel hasil kuesioner) 278 + 243 + 249 + 280 + 254 + 245 +

252 = 1801. Skor ideal instrument adalah 4 x 98 x 7 = 2744. Skor hasil

dari dimensi Efektivitas 1801 : 2744 = 0,656 atau (dikalikan 100%)

menjadi 65,6% berdasarkan indikator skor hasil penelitian, dimensi

efektivitas dinilai baik oleh para kepala keluarga desa mekarsari.

112

2. Dimensi Efisiensi, terdiri dari 2 Sub indikator yaitu penyampaian

informasi program bantuan keuangan desa kepada masyarakat dan

pelaksanaan program bantuan keuangan desa kepada masyarakat. Dan

terdapat butir peryataan yaitu pernyataan nomor 8, 9, 10, 11, 12, 13

jumlah nilai untuk butir tersebut (tabel hasil kuesioner) 235 + 221 +

261 + 243 + 247 + 216 = 1423. Skor ideal instrument adalah 4 x 98 x 6

= 2352. Skor hasil dari dimensi Efisiensi 1423 : 2352 = 0,605 atau

(dikalikan 100%) menjadi 60,5% berdasarkan indikator skor hasil

penelitian, dimensi efisiensi dinilai baik oleh para kepala keluarga desa

mekarsari.

3. Dimensi Kecukupan, terdiri dari 1 sub indikator yaitu pemenuhan

kebutuhan masyarakat. Dan terdapat butir peryataan yaitu pernyataan

nomor 14, 15 jumlah nilai untuk butir tersebut (tabel hasil kuesioner)

235 + 241 = 476. Skor ideal instrument adalah 4 x 98 x 2 = 784. Skor

hasil dari dimensi Kecukupan 476 : 784 = 0,607 atau (dikalikan 100%)

menjadi 60,7% berdasarkan indikator skor hasil penelitian, dimensi

kecukupan dinilai baik oleh para kepala keluarga desa mekarsari.

4. Dimensi Perataan, terdiri dari 2 sub indikator yaitu proses

pendistribusian bantuan keuangan kepada desa dan pemerataan

pembagian bantuan keuangan desa. Dan terdapat butir peryataan yaitu

pernyataan nomor 16, 17, 18 jumlah nilai untuk butir tersebut (tabel

hasil kuesioner) 232 + 278 + 236 = 746. Skor ideal instrument adalah 4

x 98 x 3 = 1176. Skor hasil dari dimensi Perataan 746 : 1176 = 0,634

113

atau (dikalikan 100%) menjadi 63,4% berdasarkan indikator skor hasil

penelitian, dimensi perataan dinilai baik oleh para kepala keluarga desa

mekarsari.

5. Dimensi Responsivitas, terdiri dari 2 sub indikator yaitu pemahaman

masyarakat terhadap bantuan keuangan desa dan keikutsertaan

masyarakat dalam keberlangsungan program bantuan keuangan desa.

Dan terdapat butir peryataan yaitu pernyataan nomor 19, 20, 21, 22, 23

jumlah nilai untuk butir tersebut (tabel hasil kuesioner) 253 + 197 +

230 + 322 + 287 = 1289. Skor ideal instrument adalah 4 x 98 x 5 =

1960. Skor hasil dari dimensi Responsivitas 1289 : 1960 = 0,657 atau

(dikalikan 100%) menjadi 65,7% berdasarkan indikator skor hasil

penelitian, dimensi responsivitas dinilai baik oleh para kepala keluarga

desa mekarsari.

6. Dimensi Ketepatan, terdiri dari 1 sub indikator yaitu ketepatan

keberlangsungan program bantuan keuangan desa terhadap

masyarakat. Dan terdapat butir peryataan yaitu pernyataan nomor 24,

25 jumlah nilai untuk butir tersebut (tabel hasil kuesioner) 239 + 193 =

432. Skor ideal instrument adalah 4 x 98 x 2 = 784. Skor hasil dari

dimensi Ketepatan 432 : 784 = 0,551 atau (dikalikan 100%) menjadi

55,1% berdasarkan indikator skor hasil penelitian, dimensi ketepatan

dinilai tidak baik oleh para kepala keluarga desa mekarsari.

114

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti dapat mengetahui kembali

jawaban atas rumusan masalah pertama, yaitu Evaluasi Program Bantuan

Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten

Tangerang tahun 2012. Berdasarkan hasil perhitungan pengujian hipotesis

dinyatakan bahwa Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa

Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang tahun 2012 mencapai angka

63,51% yang sesuai dengan angka hipotesis yaitu lebih dari atau sama dengan

60%. Artinya, Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa

Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang tahun 2012 dinilai baik oleh

masyarakat berdasarkan hasil perhitungan dari setiap butir pertanyaan dalam

kuisioner pada setiap dimensi dari teori yang dipakai.

115

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yakni tentang “Evaluasi

Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg

Kabupaten Tangerang tahun 2012”, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa

Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan

Rajeg Kabupaten Tangerang tahun 2012 dinilai baik oleh masyarakat karena

perhitungan dari setiap butir kuisioner secara keseluruhan mencapai angka

63,51% yang melebihi hipotesis peneliti yaitu lebih dari atau sama dengan 60%.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Evaluasi Kebijakan dari

William N. Dunn (2003), yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan,

responsivitas, dan ketepatan.

5.2. Saran

Saran yang diberikan oleh peneliti untuk keberhasilah dari Program Bantuan

Keuangan Kepada Desa tahun selanjutnya yaitu: Pertama, sosialisasi dari aparatur

Desa Mekarsari harus lebih ditingkatkan dan dilakukan secara menyeluruh ke

tingkat RT/RW. Melihat hasil jawaban dari setiap responden pada pembahasan

mengenai hal tersebut, masyarakat masih menilai rendah tentang sosialisasi dari

aparatur desa tentang program bantuan tersebut. Kedua, aparatur Desa Mekarsari

harus lebih menseleksi kembali mengenai kebutuhan masyarakat yang lebih

115

116

dibutuhkan agar realisasi Program Bantuan Keuangan selanjutnya bisa sesuai

dengan harapan masyarakat. Ketiga, aparatur Desa Mekarsari harus lebih

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan dari program

tersebut. Melihat dari jawaban responden tentang partisipasi masyarakat dalam hal

perencanaan masih sangat minim. Partisipasi masyarakat dalam proses

implementasi dan proses evaluasi mendapatkan nilai baik oleh masyarakat,

mengingat hal tersebut maka aparatur desa harus mempertahankan atau lebih

meningkatkan kedua proses tersebut.