BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.fisip-untirta.ac.id/668/14/ISI.pdf ·...
-
Upload
phungkhanh -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.fisip-untirta.ac.id/668/14/ISI.pdf ·...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah negara
dimana dalam pembangunan negara akan menuju suatu masyarakat yang adil dan
makmur sebagai hakekat suatu bangsa yang bernegara. Pembangunan merupakan
sistem meningkatkan masyarakat yang memiliki pemerataan dalam pembangunan
sehingga suatu bangsa menjadi masyarakat yang sejahtera. Negara memiliki
kewajiban dalam mengelola pembangunan di berbagai komponen apakah suatu
kota atau desa, baik pusat maupun daerah, hal ini merupakan bagian dari konsep
suatu negara. Pembangunan suatu negara tidak terlepas dari pembangunan
terhadap daerah-daerah. Pembangunan di daerah mencakup seluruh kegiatan
pembangunan, baik kegiatan pembangunan sektoral yang dilaksanakan oleh
instansi-instansi vertikal di daerah, kegiatan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota/Kabupaten dan Pemerintah Desa,
maupun kegiatan-kegiatan masyarakat. Seluruh kegiatan pembangunan
tersebut perlu dikoordinasikan dan diserasikan untuk dapat mengembangkan
sumber-sumber potensi yang dimiliki oleh daerah sehingga dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi daerah yang bersangkutan. Di samping itu
kegiatan pembangunan juga ditujukan untuk mengatasi dan memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi oleh daerah. (Yuliawati, 2009:11)
2
Oleh karena itu daerah perdesaan mempunyai fungsi dan peranan yang
sangat besar dan strategis bagi dasar pembangunan baik di bidang politik,
ekonomi, sosial-budaya maupun di bidang ketahanan pangan nasional.
Dengan demikian daerah perdesaan tidak hanya merupakan sumber kekuatan
ekonomi, melainkan juga merupakan dasar bagi ketahanan pangan nasional
bangsa dan negara. Namun demikian sumber yang sangat penting bagi
kemakmuran bangsa dan negara tersebut belum dapat digali dan
dimanfaatkan seluruhnya.
Pembangunan desa merupakan bagian pembangunan yang dilakukan
pemerintah desa, dimana secara hirarki pembangunan desa didelegasikan kepada
kepala desa dan dilaksanakan dengan kebijakan oleh kepala desa atau lurah
dengan aturan-aturan kepala desa beserta jajarannya. Tujuan pembangunan desa
dan daerah adalah meningkatkan pemerataan penyebaran pembangunan
nasional di seluruh wilayah tanah air sehingga terjadi keselarasan laju
pertumbuhan antar daerah serta memperkuat kesatuan nasional dengan
meningkatkan ikatan ekonomi dan sosial antar wilayah. Dengan demikian
diharapkan semangat dan gairah partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
kegiatan pembangunan di daerahnya masing-masing akan semakin besar.
Program Bantuan Pembangunan Desa dimaksudkan untuk merangsang usaha
desa yang produktif dengan jalan memanfaatkan potensi kegotong-royongan
masyarakat pedesaan yang mencakup pembangunan prasarana produksi desa,
prasarana perhubungan desa, prasarana pemasaran desa, dan sarana-sarana
penunjang lainnya. Program bantuan tersebut tidak hanya berhasil
3
meningkatkan taraf hidup masyarakat desa, melainkan juga telah berhasil
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat desa dalam
merencanakan dan melaksanakan pembangunan, serta menyempurnakan
organisasi pemerintahan desa. (Yuliawati, 2009:83-84).
Dalam rangka mendukung implementasi fungsi pemerintahan desa di bidang
pembangunan, sejak tahun 2003 Provinsi Banten telah mendukung berbagai upaya
pengembangan masyarakat melalui Bantuan Keuangan Kepada Desa, yang
diarahkan untuk membangun prasarana dan sarana sosial ekonomi masyarakat
serta kelembagaan pemerintahan desa. Kebijaksanaan pembangunan desa
dititikberatkan kepada upaya untuk meletakan dasar-dasar bagi pertumbuhan
dan perkembangan ekonomi yang disesuaikan dengan kondisi daerah per-
desaan masing-masing. Setiap kebijaksanaan dan langkah yang diambil
diarahkan kepada terjaminnya keserasian antara pembangunan daerah
perdesaan dan daerah perkotaan yang menjadi pusatnya, serta kepada
pemecahan masalah daerah perdesaan itu sendiri.
Sesuai dengan Peraturan Gubernur Banten No 9 tahun 2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada Desa; (Berita Daerah Provinsi
Banten tahun 2011 nomor 9), “Bantuan Keuangan Kepada Desa” di Provinsi
Banten tahun 2012, lebih diarahkan sebagai stimulant untuk menggerakkan
partisipasi masyarakat, menggali potensi masyarakat, swadaya masyarakat,
memanfaatkan, memelihara potensi sumber daya di desa dan penguatan
kelembagaan Kemasyarakatan serta upaya-upaya pemberdayaan masyarakat
lainnya sesuai kondisi dan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dalam
4
pelaksanaannya diperlukan suatu strategi pemberdayaan masyarakat dan
peningkatan kemampuan yang bertumpu pada “azas dari, oleh dan untuk
masyarakat”.
Pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada Desa di Provinsi Banten
dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat, sebagai bagian dari
upaya peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat sesuai dengan arah
dan kebijakan pembangunan di Provinsi Banten. Pemberian bantuan melalui
pendekatan tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap keserasian
dan keseimbangan pertumbuhan wilayah, baik lingkungan internal maupun
eksternal di daerah perkotaan dan perdesaan.
Menurut petunjuk teknis, Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di
Provinsi Banten dimaksudkan sebagai upaya percepatan pembangunan desa
dengan memberikan stimulant kepada 1267 desa dalam rangka pemberdayaan
masyarakat. Adapun tujuannya adalah : 1). Memberikan pedoman dalam
pelaksanaan bantuan keuangan kepada desa agar tertib administrasi penggunaan
bantuan keuangan kepada desa. 2). Penguatan kelembagaan pemerintahan desa
serta lembaga kemasyarakatan dalam mewujudkan pembangunan partisipatif. 3).
Menumbuhkembangkan, prakarsa, partisipasi, swadaya masyarakat,
menggali/memanfaatkan potensi dengan memberikan peran terbesar kepada
masyarakat dan kaum perempuan untuk pengambilan hasil-hasilnya. 4).
Mengembangkan sarana dan prasarana ekonomi produktif perdesaan. 5).
Meningkatkan aktivitas ekonomi, sosial masyarakat desa.
5
Selanjutnya Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di wilayah Provinsi
Banten memiliki sasaran yang diarahkan kepada kelompok masyarakat desa,
meliputi: 1) Terwujudnya fungsi dan peran pemerintahan desa serta lembaga
kemasyarakatan. 2) Terlaksananya proses pengambilan keputusan oleh
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, pengawasan,
pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasil kegiatannya. 3) Meningkatnya swadaya
masyarakat. 4) Tersedianya daya dukung sarana dan prasarana kegiatan sosial
ekonomi. 5) Terciptanya kegiatan produktif sosial ekonomi masyarakat. (Sumber :
Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan Kepada Desa se Provinsi Banten Tahun
2012).
Adapun alokasi dana Program Bantuan Keuangan Kepada Desa se
Provinsi Banten tahun 2012 adalah sebesar Rp. 88.690.000.000 (Delapan Puluh
Delapan Milyar Enam Ratus Sembilan Puluh Juta Rupiah) yang bersumber dari
APBD Provinsi Banten tahun 2012. Dana tersebut diberikan kepada 1.267 desa se
Provinsi Banten, masing-masing desa mendapatkan bantuan sebesar Rp.
70.000.000 (Tujuh Puluh Juta Rupiah). Pembiayaan dana bantuan tersebut
dialokasikan untuk: 1) Kepala Desa: digunakan untuk operasional/peningkatan
kinerja sebesar Rp. 30.000.000; 2) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM):
untuk persiapan perencanaan RPJMDes dan atau Rencana Kerja Tahunan sebesar
Rp. 2.500.000; 3) Karang Taruna: untuk kegiatan pembinaan kepemudaan tingkat
desa sebesar Rp. 2.500.000; 4) Badan Permusyawaratan Desa (BPD) tingkat desa:
untuk pembahasan Peraturan Desa (PERDES) sebesar Rp. 5.000.000; 5) Tim
Penggerak PKK desa: untuk pembinaan 10 program PKK desa sebesar Rp.
6
2.500.000; 6) Penggunaan dana bantuan kegiatan fisik skala prioritas untuk desa
Rp. 26.000.000. 7) Sekretariat Desa, digunakan untuk operasional pengisian
format ( Daftar isian potensi desa, Tingkat perkembangan desa, Profil desa) Rp.
1.500.000. (Sumber : Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan Kepada Desa se
Provinsi Banten Tahun 2012).
Pada saat peneliti mengadakan observasi di Desa Mekarsari mengenai
Program Bantuan Keuangan Kepada Desa pada tahun 2012, rencana yang
dicanangkan di desa tersebut adalah : 1) Pembangunan jalan di Pondok Cikurus
RT 005/02 dengan ukuran 2,5x200 meter dengan manfaat untuk memperlancar
arus lalu lintas (Alokasi dana Rp.26.000.000). 2) Biaya operasional Kepala Desa
selama 1 tahun dengan manfaat peningkatan kinerja Kepala Desa (Alokasi dana
Rp.30.000.000). 3) Kegiatan BPD (Badan Permusyawaratan Desa) dengan
manfaat untuk penguatan Kelembagaan dalam Penyusunan Perdes (Alokasi dana
Rp.5.000.000) 4). Karang Taruna dengan manfaat untuk Pengembangan dan
Penguatan Kelembagaan (Alokasi dana Rp.2.500.000). 5) Kegiatan TP PKK Desa
dengan manfaat untuk Penguatan Modal Usaha ekonomi mikro perempuan Desa
(Alokasi dana Rp.2.500.000). 6) Kegiatan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
(LPM) dengan manfaat Penguatan Kelembagaan LPM (Alokasi dana
Rp.2.500.000). 7) Profil Desa (Alokasi dana Rp. 1.500.000). (Sumber : Proposal
Bantuan Keuangan Kepada Desa Mekarsari Tahun Anggaran 2012).
Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang merupakan desa
yang memiliki luas wilayah 443 Ha, sedangkan dari luas wilayah yang ada 127 Ha
merupakan luas wilayah persawahan dan luas persawahan di Desa Mekarsari
7
merupakan luas yang paling dominan dibandingkan dengan luas sarana dan
prasarana lainnya (Sumber: Profil Desa Mekarsari tahun 2012). Masyarakat Desa
Mekarsari lebih dominan bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani.
Selain itu juga, Desa mekarsari masih minim dalam sarana dan prasarana seperti
masih kurangnya masjid untuk tempat ibadah masyarakat, banyaknya jalanan
yang rusak, kurangnya jumlah mesin pompa air untuk di wilayah persawahan,
saluran irigasi dan gorong-gorong yang masih sangat minim sehingga
menyebabkan banjir disaat hujan datang. Dari gambaran minimnya sarana dan
prasarana di Desa Mekarsari tersebut, masyarakat Desa Mekarsari memiliki
pengharapan kepada aparatur desa untuk segera memperbaiki sarana dan
prasarana yang ada di Desa Mekarsari melalui Program Bantuan Keuangan
Kepada Desa. Adapun pengharapan yang lebih diutamakan adalah menambah
jumlah mesin pompa air untuk irigasi persawahan mengingat mata pencaharian
yang lebih dominan di Desa Mekarsari merupakan petani dan buruh tani agar
mereka tidak lagi saling bergantian di dalam menggunakan mesin pompa air
untuk irigasi persawahan.
Dari anggaran yang sudah direncanakan pada Proposal Bantuan Keuangan
Desa untuk Desa Mekarsari Tahun 2012, ternyata di dalam pengimplementasian
dari program tersebut masih mengalami beberapa kendala. Masalah pertama,
mengenai sosialisasi yang dilakukan oleh aparatur Desa Mekarsari tentang
Program Bantuan Keuangan Desa belum secara menyeluruh. Hal tersebut
diperkuat dengan penjelasan dari Bapak Hanafi selaku Ketua RW 01 Kampung
Priuk Sebrang Desa Mekarsari, “Sosialisasi dari aparatur Desa Mekarsari belum
8
dilakukan secara menyeluruh. Sehingga banyak dari warga RW 01 yang tidak
mengetahui adanya program bantuan tersebut”. (Sumber: Hasil wawancara
peneliti dengan Bapak Hanafi, tanggal 28 Oktober 2012 di Priuk Sebrang
kediaman Bapak Hanafi).
Masalah kedua, mengenai realisasi Program Bantuan Keuangan Desa yang
belum sesuai dengan pengharapan masyarakat. Hal tersebut diperkuat dengan
penjelasan dari Bapak M.Asmin Hidayat selaku Tokoh Masyarakat kampung
Priuk Sebrang Desa Mekarsari., “ Realisasi bantuan ini belum berjalan dengan apa
yang diharapkan oleh masyarakat. Karena realisasi yang terlihat dari bantuan ini
hanya renovasi jalan yang dilakukan di RT 05/02 serta menghabiskan dana Rp
26.000.000 dan sebenarnya jalan tersebut tidak terlalu penting untuk direnovasi
karena masih dinilai layak pakai oleh masyarakat. Padahal apabila dana tersebut
dibelikan mesin pompa air yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang
berprofesi sebagai petani, maka hasilnya akan lebih bermanfaat bagi masyarakat”.
(Sumber : Hasil wawancara peneliti dengan Bapak M.Asmin Hidayat, tanggal 28
Oktober 2012 di Balai Desa Mekarsari).
Masalah ketiga, mengenai partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan terhadap program tersebut masih dinilai sangat
minim karena masih adanya beberapa masyarakat yang tidak tahu tentang adanya
Program Bantuan Keuangan Desa yang ada di Desa Mekarsari . Seharusnya
partisipasi dari masyarakat dalam ketiga proses tersebut harus dilakukan dengan
sebaik-baiknya. Karena di dalam petunjuk teknis Program Bantuan Keuangan
Kepada Desa, partisipasi merupakan salah satu prinsip dari pengelolaan bantuan
9
tersebut. Hal ini diperkuat dengan penjelasan dari bapak Jaya selaku ketua RT
08/03, “Partisipasi masyarakat dalam proses bantuan tersebut masih minim, hal ini
terbukti dengan tidak adanya sosialisasi bantuan tersebut khususnya di wilayah
RT 08/03 kampung Pondok Baru. Sehingga masyarakat di lingkungan RT 08/03
tidak berkesempatan untuk ikut serta dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan dari bantuan itu”. (Sumber : Hasil wawancara peneliti dengan bapak
Jaya, tanggal 29 Oktober 2012 di Pondok Baru tempat kediaman bapak Jaya).
Masalah keempat yang ditemukan oleh peneliti adalah mengenai proses
pendistribusian Program Bantuan Keuangan Desa di Desa Mekarsari dinilai
lambat dan belum secara menyeluruh. Hal tersebut diperkuat dengan penjelasan
dari bapak Senen selaku warga desa Mekarsari, “Proses pendistribusian dari
manfaat bantuan keuangan tersebut belum dilakukan secara menyeluruh dan
waktu pendistribusiannya suka terlambat setiap tahunnya. (Sumber : Hasil
wawancara peneliti dengan bapak Senen, tanggal 29 Oktober 2012 di Pondok
Cikurus tempat kediaman bapak Senen).
Bantuan yang dilakukan pemerintah Provinsi Banten terhadap desa-desa di
wilayah Banten khususnya di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten
Tangerang tahun 2012, menjadi tempat peneliti dalam melakukan kajian dan
evaluasi untuk mengamati bantuan itu hingga terwujudnya fungsi dan peran
pemerintahan desa serta lembaga kemasyarakatan, terlaksananya proses
pengambilan keputusan oleh masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasil kegiatannya serta apakah
bantuan tersebut telah meningkatkan swadaya masyarakat, dan telah mendukung
10
tersedianya sarana dan prasarana kegiatan sosial ekonomi, terciptanya kegiatan
produktif sosial ekonomi di masyarakat yang telah dijabarkan di dalam petunjuk
teknis program tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengambil judul
“Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari
Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012”.
11
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka peneliti
dapat mengidentifikasi beberapa masalah, sebagai berikut :
1. Sosialisasi dari aparatur Desa Mekarsari kepada masyarakat belum
dilakukan secara menyeluruh ke semua tingkat RT dan RW.
2. Realisasi Program Bantuan Keuangan Desa belum sesuai dengan harapan
masyarakat.
3. Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan dari Program Bantuan Keuangan Desa masih sangat minim.
4. Proses pendistribusian dari bantuan keuangan tersebut masih dinilai
lambat dan tidak merata ke semua tingkat RT dan RW.
1.3. Pembatasan Masalah
”Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari
Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012”.
1.4. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini peneliti menetapkan rumusan
masalah sebagai berikut : Bagaimana Pelaksanaan Program Bantuan Keuangan
Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Tahun 2012?
1.5. Tujuan Penelitian
Untuk mengevaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Keuangan Kepada Desa
di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012.
12
1.6. Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang teori-teori yang ada
terutama yang berhubungan dengan kebijakan publik khususnya mengenai
implementasi kebijakan oleh pelaksana kebijakan.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Bagi peneliti dapat memberikan masukan dan menambah pengetahuan
dan wawasan khususnya pada bidang implementasi kebijakan publik.
2. Bagi Institusi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan sebagai bahan kajian dan pemikiran bagi pihak-pihak yang
terkait serta pihak lain yang mempunyai perhatian terhadap masalah
implementasi kebijakan publik.
3. Bagi peneliti lain, untuk bahan referensi apabila akan mengambil
masalah yang sama.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai; Latar Belakang Masalah, Identifikasi
Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
13
BAB II DESKRIPSI TEORI
Pada bab ini dijelaskan mengenai; Deskripsi Teori, Kerangka Berfikir dan
Hipotesis Penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai; Metode Penelitian, Instrumen
Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengolahan dan Analisis Data, Lokasi
dan Jadwal penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam BAB IV ini memuat hasil dari penelitian yang telah dilakukan.
Penjelasan mengenai deskripsi objek penelitian, serta pengujian Hipotesis
berdasarkan kajian atau penelitian yang dilakukan di lapangan.
BAB V PENUTUP
Dalam BAB V ini memuat penjelasan mengenai kesimpulan dan saran hasil
penelitian yang telah dilakukan.
14
BAB II
DESKRIPSI TEORI
2.1. Deskripsi Teori
Secara umum, ilmu administrasi negara dapat diartikan sebagai suatu
disiplin ilmu yang mengkaji dan mempelajari seluruh aktivitas negara dalam
menjalankan urusan pemerintahannya, untuk melayani masyarakat dalam rangka
memenuhi kebutuhannya. Aktivitas-aktivitas tersebut, meliputi berbagai tindakan
yang dilakukan atau tidak dilakukan untuk kepentingan masyarakat. Terdapat
beberapa ahli yang mencoba memberikan definisi mengenai ilmu administrasi
negara diantaranya sebagai berikut.
White dalam Dimock (1992:22) mendefinisikan administrasi negara sebagai
berikut :
“Sebagai sesuatu yang terdiri dari semua tindakan yang ditujukan kepada
pelaksanaan atau pemaksaan kebijaksanaan negara”.
Sementara, suatu definisi kamus dari ilmu administrasi negara mengartikan
administrasi negara sebagai berikut :
“Aktivitas-aktivitas negara dalam melaksanakan kekuasaan-kekuasaan
politiknya, dalam arti yang sempit yakni aktivitas-aktivitas badan-badan
eksekutif dan kehakiman atau khususnya aktivitas-aktivitas badan eksekutif
saja dalam melaksanakan pemerintahan” (Dimock, 1992:22).
15
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan definisi ilmu administrasi
negara, yakni sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang seluruh
aktivitas negara mencakup lembaga-lembaga negara dalam melaksanakan tugas
pemerintahannya untuk kepentingan masyarakat. Tugas pemerintahan tersebut
berupa suatu kebijakan atau program yang dibuat untuk kepentingan masyarakat.
2.2. Pengertian Kebijakan
Kata kebijakan atau policy menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia diartikan dengan beberapa makna, diantaranya pimpinan dan
cara bertindak mengenai pemerintahan, kepandaian, kemahiran dan
kebijaksanaan. Berdasarkan definisi yang terdapat dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia kebijakan diartikan sebagai berikut:
“Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar
dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan,
dan cara bertindak (pemerintah, organisasi dan sebagainya); pernyataan
cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk
manajemen dalam usaha pencapaian sasaran”.(Poerwadarminta,
1984:138)
Sedangkan makna kebijakan dalam bahasa Inggris modern adalah “a course of
action or plan, a set of political purposes as opposed to administration”
(seperangkat aksi atau rencana yang mengandung tujuan politik yang berbeda
dengan makna administrasi). (Wicaksono, 2006:53)
Berbeda dengan pandangan Dunn dalam bukunya Pengantar Analisis
Kebijakan Publik (2003:51), beliau mendefinisikan kata kebijakan dari asal
katanya. Secara etimologis, istilah Policy (kebijakan) berasal dari bahasa Yunani,
16
Sansekerta dan Latin, akar kata dalam bahasa Yunani dan Sansekerta yaitu polis
(Negara-kota) dan pur (Kota).
Dalam buku Policy Analysis for the Real World yang diterbitkan tahun
1984 dan telah direvisi pada tahun 1990, Hogwood dan Gunn dalam Wicaksono
(2006:53) menyebutkan sepuluh pengunaan istilah kebijakan dalam pengertian
modern, diantaranya:
a. Sebagai label untuk sebuah bidang aktivitas (as a label for a field of
activity).
Contohnya: statemen umum pemerintah tentang kebijakan ekonomi,
kebijakan industri atau kebijakan hukum dan ketertiban.
b. Sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yang diharapkan (as
expression of general purpose or desire state of affairs).
Contohnya: Untuk menciptakan lapangan kerja seluas mungkin atau
pengembangan demokrasi melalui desentralisasi.
c. Sebagai proposal spesifik (as specific proposal).
Contohnya: membatasi pemegang lahan pertanian hingga 10 hektar atau
menggratiskan pendidikan dasar.
d. Sebagai keputusan pemerintah (as decesions of government).
Contohnya: keputusan kebijakan sebagaimana yang diumumkan Dewan
Perwakilan Rakyat atau Presiden.
e. Sebagai otorisasi formal (as formal authorization).
Contohnya: tindakan-tindakan yang diambil oleh parlemen atau lembaga-
lembaga pembuat kebijakan lainnya.
17
f. Sebagai sebuah program (as a programe).
Contohnya: sebagai ruang aktivitas pemerintah yang sudah didefinisikan,
seperti program reformasi agrarian atau program peningkatan kesehatan
perempuan.
g. Sebagai output (as output).
Contohnya: apa yang secara aktual telah disediakan, seperti jumlah lahan
yang diredistribusikan dalam program reformasi agraria dan jumlah
penyewa yang terkena dampaknya.
h. Sebagai hasil (as outcome).
Contohnya: apa yang secara actual tercapai, seperti dampak terhadap
pendapatan petani dan standar hidup dan output dari agricultural dari
program reformasi agraria.
i. Sebagai teori atau model (as a theory or model).
Contohnya: Apabila kamu melakukan X maka akan terjadi Y, misalnya
apabila kita meningkatkan insentif kepada industri manufaktur, maka
output industri akan berkembang.
j. Sebagai sebuah proses (as a process).
Sebagai sebuah proses yang panjang yang dimulai dari issues lalu bergerak
melalui tujuan yang sudah disetting, pengambilan keputusan untuk
implementasi dan evaluasi.
18
Sedangkan menurut Charles O Jones dalam Winarno (2002:14) istilah
kebijakan (Policy Term) digunakan dalam praktik sehari-hari namun digunakan
untuk menggantikan kegiatan atau keputusan yang sangat berbeda. Istilah ini
sering dipertukarkan dengan tujuan (goals), secara umum istilah “ kebijakan “
atau “policy” dipergunakan untuk menunjuk perilaku seseorang aktor (Misalnya
seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau
sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.
Menurut Carl J Federick dalam Agustino (2006:7)
“Kebijakan adalah serangkaian tindakan / kegiatan yang diusulkan oleh
seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu
dimana terdapat hambatan–hambatan (kesulitan-kesulitan) dan
kemungkinan–kemungkinan ( kesempatan– kesempatan) dimana kebijakan
tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai
tujuan yang dimaksud”.
Dengan demikian, dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kebijakan adalah rangkaian konsep pokok dan asas yang menjadi garis besar
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan yang mengandung program pencapaian tujuan,
nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah dengan dicirikan oleh konsistensi dan
pengulangan tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang
mematuhi keputusan tersebut.
Pendapat tersebut di atas, dapat juga diperoleh suatu pengertian bahwa
kebijakan merupakan serangkaian tindakan yang dilaksanakan atau tidak
dilaksanakan oleh pemerintah berdasarkan tujuan tertentu demi kepentingan
seluruh masyarakat.
19
2.3. Pengertian Kebijakan Publik
Kebijakan publik yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan telah
mendapatkan legitimasi dari lembaga legislatif telah memungkinkan birokrasi
untuk bertindak. Kebijakan publik dirumuskan untuk mengakomodasi beragam
tuntutan masyarakat, dan itu berarti bahwa kebijakan publik memiliki tujuan
untuk menciptakan suatu kondisi di masa depan guna memuaskan berbagai
tuntutan tersebut. Dan tingkat pemerintah daerah, bentuk kebijakan publik
dituangkan dalam peraturan daerah.
Kebijakan (policy) mendefinisikan kebijakan publik bermacam-macam. Menurut
Carl J Federick mendefinisikan kebijakan publik sebagai:
“Suatu arah tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau
pemerintahan dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan
hambatan- hambatan dan kesempatan- kesempatan terhadap kebijakan
yang diusulkan untuk menggunakann dan mengatasi dalam rangka
mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu
maksud tertentu”.(Wicaksono, 2006:63).
Menurut Ramlan Surbakti mendefinisikan kebijakan publik sebagai:
“Kebijakan yang menyangkut masyarakat umum. Kebijakan publik ini
adalah bagian dari keputusan politik. Keputusan politik itu sendiri adalah
keputusan yang mengingat pilihan terbaik dari berbagai bentuk alternatif
mengenai urusan-urusan yang menjadi kewenangan pemerintah. (Ekowati,
2009:1).
Dari beberapa definisi kebijakan publik yang telah diuraikan bisa diambil
kesimpulan bahwa kebijakan publik adalah suatu kegiatan yang di dalamnya
memiliki tujuan yang ingin dicapai dengan melibatkan badan atau kantor
pemerintah dalam mengambil keputusan beserta konsekuensinya yang telah
20
terstruktur dan tersusun menurut aturan tertentu dan pada hakikatnya bersifat
politis dan bersifat dinamis.
Definisi lain kebijakan publik adalah keputusan-keputusan yang mengikat
bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh
pemegang otoritas publik, sebagai keputusan yang mengikuti publik maka
kebijakan publik harusnya dibuat oleh otoritas politik, yakni mereka yang
menerima mandat dari publik atau orang banyak, umumnya melalui suatu proses
pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat banyak. Selanjutnya kebijakan publik
akan dilaksanakan oleh administrasi negara yang dijalankan oleh birokrasi
pemerintah.
Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik
adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah
yang mempunyai tujuan atau orientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan
seluruh masyarakat. Dalam kaitannya dengan definisi tadi, ada beberapa
karakteristik yang dapat disimpulkan dari kebijakan publik.
Pertama, pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada
tindakan yang mempunyai maksud dan tujuan tersebut dari pada perilaku yang
berubah atau acak, kedua, kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian
atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan-
keputusan yang terpisah-pisah, ketiga, Kebijakan publik merupakan apa yang
sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan,
mengontrol inflasi, atau menawarkan perumahan rakyat, bukan apa maksud yang
21
dikerjakan atau yang akan dikerjakan, keempat, Kebijakan publik dapat berbentuk
positif, kebijakan melibatkan beberapa tindakan pemerintah untuk tidak
melakukan suatu tindakan atau tidak mengerjakan apapun padahal dalam konteks
tersebut keterlibatan pemerintah amat diperlukan, kelima, Kebijakan publik paling
tidak secara positif, didasarkan pada hukum dan merupakan tindakan yang
bersifat memerintah.
Tabel 2.1
Model Siklus Skematik Dari Kebijakan Publik
(Nugroho, 2003: 7)
Dari gambar diatas dapat dijelaskan dalam sekuensi sebagai berikut:
a. Terdapat isu atau masalah politik, yang dikatakan oleh Charles O. Jones
sebagai persoalan-persoalan yang rumit dalam kenyataannya lebih dari
Perumusan
Kebijakan Publik
Implementasi
Kebijakan Publik
Isu/ Masalah
Kebijakan Publik
Evaluasi
Kebijakan Publik
22
sekedar tuntutan-tuntutan serta kebutuhan-kebutuhan. Oleh karena itu pula
konflik- konflik serta prioritas-prioritas secara tetap akan berubah. Disebut
isu apabila masalahnya bersifat strategis, yakni bersifat mendasar dan
menyangkut banyak orang atau bahkan keselamatan bersama. Isu ini
diangkat untuk dijadikan sebagai agenda publik untuk diselesaikan.
b. Isu tersebut dirumuskan oleh pemerintah untuk menjadi rumusan
kebijakan publik, dan menjadi hukum bagi seluruh Negara dan warganya
termasuk pemimpin Negara.
c. Setelah dirumuskan kemudian kebijakan publik ini dilaksanakan oleh
pemerintah, masyarakat, atau pemerintah dengan masyarakat.
d. Adanya tindakan evaluasi sebagai sebuah siklus baru sebagai penilaian
apakah kebijakan tersebut baik atau tidak, dengan implementasi yang telah
dilakuakan.
e. Implementasi kebijakan bermuara pada output yang dapat berupa
kebijakan itu sendiri atau manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh
pemerintah
f. Dalam jangka panjang kebijakan tersebut menghasilkan outcome dengan
harapan kebijakan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam skema tersebut diatas, terdapat tiga kegiatan pokok yang berkenaan
dengan kebijkan publik, yaitu:
1. Perumusan kebijakan
2. Implementasi kebijakan
3. Evaluasi kebijakan
23
2.4. Implementasi Kebijakan
Kajian implementasi merupakan suatu proses merubah gagasan atau
program mengenai tindakan dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan
perubahan tersebut. Implementasi kebijakan juga merupakan suatu proses dalam
kebijakan publik yang mengarah pada pelaksanaan dari kebijakan yang telah
dibuat. Dalam praktiknya, implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang
begitu kompleks, bahkan tidak jarang bermuatan politis karena adanya intervensi
dari berbagai kepentingan. Eugene mengungkapkan kerumitan dalam proses
implementasi sebagai berikut:
“Adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijaksanaan umum
yang kelihatannya bagus di atas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya
dalam kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya mengenakan
bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang mendengarkannya.
Dan lebih sulit lagi untuk melaksanakannya dalam bentuk yang
memuaskan semua orang”. (Agustino, 2006:153)
Hakekat dari implementasi merupakan rangkaian kegiatan yang terencana dan
bertahap yang dilakukan oleh instansi pelaksana dengan didasarkan pada
kebijakan yang telah ditetapkan oleh otoritas berwenang. Hal ini seperti yang
diutarakan oleh Mazmanian dan Sebatier dalam bukunya Implementation and
Public Policy yang diterbitkan pada tahun 1983 dan dikutip oleh Agustino
(2006:153) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai:
“Pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang
-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-
keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.
Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang akan
diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai,
dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses
implementasinya”.
24
Van Meter dan Van Horn (Agustino, 2006:153) mendefinisikan
Implementasi Kebijakan yaitu:
“Policy implementation encompasses those actions by public and private
individuals (and groups) that are directed at the achievement of goals and
objectives set forth in prior policy decisions” (Tindakan-tindakan yang
dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-
kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-
tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan).
Sementara Grindle (Agustino 2006:153) merumuskan definisi yang
berbeda dari beberapa definisi-definisi di atas, beliau memandang implementasi
sebagai berikut:
“Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya,
dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan
yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari individual
project dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai”.
Dari definisi-definisi di atas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan
membicarakan (minimal) 3 hal, yaitu:
a. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan yang akan dicapai dengan adanya
penerapan kebijakan tersebut;
b. Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan yang diejawantahkan
dalam proses implementasi;
c. Adanya hasil kegiatan, idealnya adalah tercapainya tujuan dari kebijakan
tersebut.
Berdasarkan uraian ini, dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan
merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melaksanakan
aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil
25
yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Selain itu perlu di
ingat, bahwa implementasi kebijakan merupakan hal yang sangat penting dalam
keseluruhan tahapan kebijakan, karena melalui tahap ini keseluruhan prosedur
kebijakan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan
kebijakan tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Udoji
(Wahab, 1997:59) yaitu:
“Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin
jauh lebih penting dari pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya
akan berupa impian atau rencana yang bagus, yang tersimpan rapi dalam
arsip kalau tidak diimplementasikan”.
2.5. Pengertian Evaluasi
Kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian
atau penaksiran, sedangkan menurut istilah pengertian evaluasi merupakan
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk
memperoleh kesimpulan.
Evaluasi mengandung pengertian, suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu. Dari aspek pelaksanaan, evaluasi adalah
keseluruhan kegiatan pengumpulan data dan informasi, pengolahan, penafsiran
dan pertimbangan untuk membuat keputusan.
Menurut Winarno dalam bukunya Teori dan Proses Kebijakan Publik
(2002:165) bahwa:
“Evaluasi dilakukan karena seringkali terjadi kebijakan publik gagal
meraih tujuan dan maksud yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan
26
demikian maka evaluasi kebijakan ditetapkan untuk melihat sebab-sebab
kegagalan dari suatu kebijakan atau untuk mengetahui apakah suatu
kebijakan telah dijalankan dengan baik dan dapat memenuhi tujuan yang
telah ditetapkan”.
Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa evaluasi merupakan serangkaian
kegiatan yang dapat dilakukan untuk menilai hasil serta program yang telah
diselenggarakan oleh pemerintah. Selain itu evaluasi juga merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk mengetahui kegagalan-kegagalan suatu kebijakan dan
kemudian hasil dari kegiatan tadi dapat dijadikan masukan bagi kelanjutan
kebijakan tersebut.
Sedangkan menurut Charles O. Jones yang dikutip oleh Ekowati (2009:97)
yaitu: “evaluation is an activity which can contribute greatly to the understanding
and improvement of policy development and implementation” (evaluasi adalah
kegiatan yang dapat menyumbangkan pengertian yang besar nilainya dan dapat
pula membantu penyempurnaan pelaksanaan kebijakan beserta
perkembangannya).
Dunn (2003:608) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi adalah
sebagai berikut:
“Istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-masing
menunjuk pada aplikasi pada beberapa skala nilai terhadap hasil
kebijakan dan program. Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan
dengan penaksiran (apparsial), pemberian angka (ratting), dan penilaian
(assessment), kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil
kebijakan dalam arti satuan nilai”.
27
2.6. Evaluasi Kebijakan Publik
Menurut Nugroho (2003:183) sebuah kebijakan publik tidak bisa dilepas
begitu saja. Kebijakan harus diawasi dan salah satu mekanisme pengawasan
tersebut disebut sebagai evaluasi kebijakan. Evaluasi biasanya ditujukan untuk
menilai sejauhmana keefektifan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan
kepada konstituennya. Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara
harapan dengan kenyataan. Evaluasi bertujuan mencari kekurangan dan menutup
kekurangan. Sedangkan menurut Widodo (2007:112) “Evaluasi kebijakan publik
dimaksudkan untuk melihat atau mengukur tingkat kinerja pelaksanaan sesuatu
kebijakan publik yang latar belakang dan alasan-alasan diambilnya sesuatu atau
kebijakan, tujuan dan kinerja kebijakan, berbagai instrument kebijakan yang
dikembangkan dan dilaksanakan, respon kelompok sasaran dan stakeholder
lainnya serta konsistensi aparat, dampak yang timbul dan perubahan yang
ditimbulkan, perkiraan perkembangan tanpa kehadirannya dan kemajuan yang
dicapai apabila kebijakan dilanjutkan atau diperluas”.
Menurut Thomas R Dye yang dikutip oleh Parsons (2001:547) mendefinisikan
evaluasi kebijakan merupakan “Pembelajaran tentang konsekuensi dari kebijakan
publik”. Menurut Dye “Evaluasi kebijakan adalah pemeriksaan objektif,
sistematis dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan program publik terhadap
efek dari targetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai”. Sedangkan Ripley dalam
Tangkilisan (2003:25) mengemukakan bahwa:
“Evaluasi yang dilakukan terhadap suatu tindakan kebijakan sesungguhnya
merupakan evaluasi terhadap proses implementasinya, kemudian bagaimana
kepatuhan dari kelompok-kelompok ketika proses implementasinya
28
berlangsung dan terakhir bagaimana prospek kedepan dari dampak kebijakan
tersebut”.
Evaluasi menurut Dunn dalam bukunya Pengantar Analisis Kebijakan Publik
(2003:608-609) mempunyai empat karakteristik yang membedakannya dari
metode analisis kebijakan lainnya, yaitu:
1. Fokus Nilai. Evaluasi berada dengan pemantauan, dipusatkan pada
penilaian menyangkut keperluan atau nilai dari suatu kebijakan atau
program. Evaluasi terutama merupakan usaha menentukan manfaat atau
kegunaan social kebijakan atau program, dan bukan sekedar usaha untuk
mengumpulkan informasi mengenai hasil aksi kebijakan yang terantisipasi
dan tidak terantisipasi. Karena ketepatan tujuan dan sasaran kebijakan
dapat selalu dipertanyakan, evaluasi mencakup prosedur untuk
mengevaluasi tujuan-tujuan dan sasaran itu sendiri.
2. Interdependensi Fakta-Nilai. Tuntutan evaluasi tergantung baik fakta
maupun nilai. Untuk mencapai tingkat kinerja yang tertinggi atau rendah
sejumlah individu, kelompok tau seluruh masyarakat; untuk menyatakan
demikian harus didukung dengan bukti bahwa hasil-hasil kebijakan secara
actual merupakan konsekuensi dari aksi-aksi yang dilakukan untuk
memecahkan masalah tertentu. Oleh karena itu, pemantauan merupakan
prasyarat bagi evaluasi.
3. Orientasi Masa Kini dan Masa Lampau. Tuntutan evaluatif, berbeda
dengan tuntutan-tuntutan advokatif, diarahkan pada hasil sekarang dan
masa lalu, ketimbang hasil di masa depan. Evaluasi bersifat retrospektif
dan setelah aksi-aksi dilakukan (ex post). Rekomendasi juga yang
mencakup premis-premis nilai, bersifat prospektif dan dibuat sebelum
aksi-aksi dilakukan (ex ante).
4. Dualitas Nilai. Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai
kalitas ganda, karena mereka dipandang sebagai tujuan dan sekaligus cara.
Evaluasi sama dengan rekomendasi sejauh berkenaan dengan nilai yang
ada (misalnya kesehatan) dapat dianggap sebagai intrinsik (diperlukan
29
bagi dirinya) ataupun ekstrinsik (diperlukan karena hal itu mempengaruhi
pencapaian tujuan-tujuan lain). Nilai-nilai sering ditata di dalam suatu
hirarki yang merefleksikan kepentingan relatif dan saling ketergantungan
antara tujuan dan sasaran.
Menurut M.Scriven dalam Dunn (2003:607) istilah evaluasi mempunyai arti
yang berhubungan, masing-masing menunjuk pada aplikasi beberapa skala nilai
terhadap hasil kebijakan dan program. Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi
berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil
kebijakan. Ketika hasil kebijakan pada kenyataanya mempunyai nilai, hal ini
karena hasil tersebut member sumbangan pada tujuan atau sasaran. Dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa kebijakan atau program telah mencapai tingkat kinerja
yang bermakna, yang berarti masalah-masalah kebijakan dibuat jelas atau diatasi.
Sedangkan Bryant dan White dalam Tangkilisan (2003:26) sehubungan
dengan evaluasi kebijakan mengemukakan bahwa:
“Pada hakekatnya suatu kebijakan publik mempunyai maksud untuk mencapai
tujuan, oleh karena itu evaluasi kebijakan pada dasarnya harus dapat
memperjelas seberapa jauh kebijakan dan implementasinya telah dapat
mendeketi tujuan”.
James Anderson yang dikutip oleh Nugroho (2011:675) membagi evaluasi
(implementasi) kebijakan publik menjadi tiga tipe, yaitu:
1. Evaluasi kebijakan publik yang dipahami sebagai kegiatan fungsional.
2. Evaluasi yang memfokuskan kepada bekerjanya kebijakan.
3. Evaluasi kebijakan sistematis yang melihat secara objektif program-
program kebijakan yang ditujukan untuk mengukur dampaknya bagi
masyarakat dan sejauh mana tujuan-tujuan yang ada telah dinyatakan
tercapai.
30
Sementara itu, Bingham dan Felbinger yang dikutip oleh Nugroho (2011:676)
membagi evaluasi kebijakan menjadi empat jenis:
1. Evaluasi Proses, yang fokus pada bagaimana proses implementasi suatu
kebijakan.
2. Evaluasi Impak (dampak), yang fokus pada hasil akhir suatu kebijakan.
3. Evaluasi Kebijakan, yang menilai hasil kebijakan dengan tujuan yang
direncanakan dalam kebijakan pada saat dirumuskan.
4. Meta-Evaluasi, yang merupakan evaluasi terhadap berbagai hasil atau
temuan evaluasi dari berbagai kebijakan yang terkait.
Dalam menghasilkan informasi mengenai kinerja dari kebijakan tersebut, para
analis menggunakan tipe kriteria yang berbeda dalam mengevaluasi hasil
kebijakan. Adapun kriteria evaluasi menurut William N. Dunn adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.2
Kriteria Evaluasi Kebijakan
Tipe Kriteria Pertanyaan
Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai ?
Efisiensi
Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang
diinginkan ?
Kecukupan
Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan
masalah ?
31
Sumber : Dunn (2003:610).
Berdasarkan kriteria evaluasi kebijakan di atas, dapat dijelaskan bahwa
efektivitas (effectiveness) berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai
hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan.
Efesiensi (efficiency) berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Kebijakan yang mencapai efektivitas
tertinggi dengan biaya terkecil dinamakan efisiensi. Kecukupan (adequency)
berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas dalam memuaskan
kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. Perataan
berkenaan dengan suatu kebijakan yang akibat atau usahanya secara adil
didistribusikan secara merata. Responsivitas (responsiveness) berkenaan dengan
seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai
kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Ketepatan (appropriateness) berkenaan
pada nilai atau harga dari tujuan program, dan kepada kuatnya asumsi yang
melandasi tujuan-tujuan tersebut.
Perataan
Apakah biaya dan manfaat di distribusikan dengan merata kepada
kelompok-kelompok yang berbeda ?
Responsivitas
Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi, atau
nilai kelompok-kelompok tertentu ?
Ketepatan
Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar berguna atau
bernilai ?
32
Dari kriteria atau indikator evaluasi di atas ada beberapa pendekatan dalam
evaluasi kebijakan untuk menghasilkan penilaian yang baik, pendekatan-
pendekatan tersebut yaitu:
Tabel 2.3
Pendekatan Evaluasi Kebijakan
PENDEKATAN TUJUAN ASUMSI BENTUK-
BENTUK
UTAMA
Evaluasi Semu Menggunakan
metode deskriptif
untuk
menghasilkan
informasi yang
valid tentang hasil
kebijakan
Ukuran manfaat
atau nilai terbukti
dengan sendirinya
atau tidak
kontroversial.
Ekperimentasi
sosial, akuntansi
sistem sosial,
pemeriksaan
sosial, sintesis
riset dan praktik.
Evaluasi Formal Menggunakan
metode deskriptif
untuk
menghasilkan
informasi yang
terpercaya dan
valid mengenai
hasil kebijakan
secara formal
diumumkan
sebagai tujuan
program kebijakan.
Tujuan dan
sasaran dari
pengambil
kebijakan
administrator
yang secara resmi
diumumkan
merupakan ukuran
yang tepat dari
manfaat atau
nilai-nilai.
Evaluasi
perkembangan,
evaluasi
eksperimental,
evaluasi proses
retrospektif,
evaluasi hasil
retrospektif
Evaluasi Menggunakan Tujuan dan Penilaian tentang
33
Keputusan Teoritis metode deskriptif
untuk
menghasilkan
informasi yang
terpercaya dan
valid mengenai
hasil kebijakan
secara ekplisit
diinginkan oleh
berbagai pelaku
kebijakan.
sasaran dari
berbagai pelaku
yang diumumkan
secara formal
ataupun
merupakan ukuran
yang tepat dari
manfaat atau nilai.
dapat atau
tidaknya
dievaluasi, analisis
utilitas multi-
atribut
Sumber: Dunn (2003:612).
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
evaluasi dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui apakah program yang dibuat
oleh pemerintah telah mencapai tujuan atau tidak. Apabila ternyata tujuan
program tidak tercapai atau memiliki kelemahan, maka pemerintah harus
mengetahui apa penyebab kegagalan (kelemahan) tersebut sehingga kesalahan
yang sama tidak terulang di masa yang akan datang.
2.6.1. Fungsi Evaluasi Kebijakan Publik
William N. Dunn (2003:609-611) mengungkapkan mengenai
fungsi evaluasi sebagai berikut: “Evaluasi memainkan sejumlah fungsi
utama dalam analisis kebijakan. Pertama, evaluasi memberikan informasi
yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa
jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dicapai melalui tindakan
publik. Kedua, evaluasi memberikan sumbangan pada klarifikasi dan kritik
34
terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai
diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.
Nilai juga dikritik dengan menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan
dan target dalam hubungan dengan masalah yang dituju. Ketiga, evaluasi
memberikan sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan
lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi”.
Dengan demikian sebuah kebijakan juga dapat berfungsi sebagai
alat perencanaan di dalam pengambilan keputusan selanjutnya, baik untuk
instansi pemerintah, pejabat atau pemberi bantuan kredit dan lembaga lain
yang berhubungan dengan kebijakan tersebut, selain itu evaluasi kebijakan
dapat digunakan pula sebagai pedoman atau alat di dalam pengawasan,
apakah kebijakan tersebut berjalan sesuai dengan yang direncanakan atau
tidak.
Menurut Ripley yang dikutip oleh Ekowati (2009:99) evaluasi
kebijakan memiliki empat fungsi yaitu:
1. Eksplanasi
Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan
dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antara
berbagai dimensi realitas yang diamatinya.
2. Kepatuhan
Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan
oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lain sesuai dengan
standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.
35
3. Auditing
Melalui evaluasi dapat diketahui apakah output benar-benar sampai
ke tangan kelompok sasaran maupun penerima lain (individu,
keluarga, organisasi, birokrasi desa dan lain-lain).
4. Akunting
Melalui evaluasi dapat diketahui apakah akibat sosial ekonomi dari
kebijakan tersebut.
Menurut Subarsono (2005:119) ada beberapa tujuan dari evaluasi,
yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi
maka dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran
kebijakan.
2. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan evaluasi dapat
diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.
3. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan. Salah satu
tujuan evaluasi adalah mengukur berapa besar dan kualitas
pengeluaran atau output dari suatu kebijakan.
4. Mengukur dampak suatu kebijakan. Evaluasi dapat melihat
dampak dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun dampak
negatif.
5. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan. Evaluasi untuk
mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi,
dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan
pencapaian target.
6. Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan datang.
Tujuan akhir dari evaluasi adalah memberikan masukan bagi
proses kebijakan yang lebih baik.
36
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi berfungsi atau
bertujuan memberikan informasi mengenai kinerja kebijakan dan menilai
tentang kesesuaian tujuan dan target yang ditetapkan dengan masalah yang
ada, serta untuk mencari jawaban sebab hal positif maupun hal negatif
yang telah terjadi yang dimanfaatkan untuk peningkatan efisiensi,
efektivitas, dan produktivitas kerja pada tahap berikutnya.
2.7. Konsep Program Bantuan Keuangan Kepada Desa
2.7.1. Gambaran Umum Program Bantuan Keuangan Kepada Desa
Dalam rangka mendukung Impletensi fungsi pemerintahan desa di
bidang pembangunan, sejak tahun 2003 Provinsi Banten telah mendukung
berbagai upaya pengembangan masyarakat melalui Bantuan Keuangan
Kepada Desa diarahkan untuk membangun prasarana dan sarana sosial
ekonomi masyarakat serta kelembagaan pemerintahan desa.
Selanjutnya Bantuan Keuangan Kepada Desa di Provinsi Banten
tahun 2012, lebih diarahkan sebagai stimulant untuk menggerakkan
partisipasi masyarakat, menggali potensi masyarakat, swadaya
masyarakat, memanfaatkan, memelihara potensi sumber daya di desa dan
penguatan kelembagaan Kemasyarakatan serta upaya-upaya
pemberdayaan masyarakat lainnya sesuai kondisi dan kebutuhan
masyarakat. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya diperlukan suatu
strategi pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kemampuan yang
bertumpu pada “azas dari, oleh dan untuk masyarakat”.
37
Pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada Desa di Provinsi Banten
dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat, sebagai bagian
dari upaya peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat sesuai
dengan arah dan kebijakan pembangunan di Provinsi Banten. Pemberian
bantuan melalui pendekatan tersebut diharapkan dapat memberikan
kontribusi terhadap keserasian dan keseimbangan pertumbuhan wilayah,
baik lingkungan internal maupun ekstenal di daerah perkotaan dan
perdesaan.
2.7.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Program
Bantuan keuangan kepada desa di Provinsi Banten dimaksudkan
sebagai upaya percepatan pembangunan desa dengan memberikan
stimulant kepada 1267 desa dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
Adapun tujuannya adalah :
1. Memberikan pedoman dalam pelaksanaan bantuan keuangan
kepada desa agar tertib administrasi penggunaan bantuan
keuangan kepada desa.
2. Penguatan kelembagaan pemerintahan desa serta lembaga
kemasyarakatan dalam mewujudkan pembangunan partisipatif.
3. Menumbuhkembangakan, prakarsa, partisipasi, swadaya
masyarakat, menggali/memanfaatkan potensi dengan memberikan
peran terbesar kepada masyarakat dan kamu perempuan untuk
pengambilan hasil-hasilnya.
4. Meningkatkan sarana dan prasarana ekonomi produktif perdesaan.
5. Meningkatkan aktivitas ekonomi, sosial masyarakat Desa.
38
Bantuan keuangan kepada desa di wilayah provinsi Banten memiliki
sasaran yang diarahkan kepada kelompok masyarakat desa, meliputi :
1. Terwujudnya fungsi dan peran pemerintahan desa serta lembaga
kemasyarakatan.
2. Terlaksananya proses pengambilan keputusan oleh masyarakat
dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, pengawasan,
pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasil kegiatannya.
3. Meningkatnya swadaya masyarakat.
4. Tersedianya daya dukung sarana dan prasarana kegiatan sosial
ekonomi.
5. Terciptanya kegiatan produktif sosial ekonomi masyarakat.
2.7.3. Prinsip-Prinsip Program
Prinsip-prinsip pengelolaan yang digunakan dalam bantuan
keuangan kepada desa di wilayah provinsi banten adalah :
1. Berpihak kepada masyarakat
Orientasi pengelolaan baik perencanaan, proses pengambilan
keputusan dan pemanfaatan kegiatan ditujukan bagi kepentingan
masyarakat desa.
2. Transparan
Pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka/transparan sehingga
dapat diketahui, diawasi dan dievaluasi semua pihak.
3. Dapat di pertanggungjawabkan (Akuntabel)
Pengelolaan kegiatan harus dapat di pertanggungjawabkan sesuai
dengan ketentuan yaitu : tertib administrasi dan keuntungan serta
tercapainya sasaran pemberian bantuan.
39
4. Partisipatif
Masyarakat berpartisipasi secara aktif dan terlibat langsung dalam
proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan/pengendalian dan
pemanfaatan serta pemeliharaan haisl-hasil kegiatan (tidak boleh di
pihak ketiga-kan).
5. Demokrasi
Setiap penentuan kebutuhan masyarakat dalam rangka pemberian
bantuan ini dilakukan secara musyawarah mufakat, berdasarkan
prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat.
6. Berkelanjutan
Hasil-hasil kegiatan harus dimanfaatkan dan dipelihara serta
dikembangkan secara berkelanjutan oleh masyarakat secara
swadaya.
7. Efektif
Hasil kegiatan sesuai target yang telah ditetapakan.
8. Efisien
Memberikan keluaran atau manfaat yang maksimal.
40
2.8. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah
penting dalam penelitian. Pada penelitan ini, penulis membuat sebuah kerangka
berpikir yang dijadikan sebagai dasar dalam melakukan penelitian. Kerangka
berfikir dari penelitian ini tentang Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada
Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Tahun 2012. Input Program Bantuan
Keuangan Kepada Desa adalah Peraturan Gubernur Banten Nomor 9 Tahun 2011
Tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada Desa se Provinsi
Banten yang dijadikan sebagai landasan di dalam memecahkan permasalahan
yang ada.
Setelah masukan Program Bantuan Keuangan Kepada Desa dijabarkan
dalam input program, maka peneliti menemukan permasalahan-permasalahan
yang ditemukan di obyek penelitian. Masalah-masalah yang ditemukan pada saat
peneliti mengadakan observasi lapangan meliputi: 1). Sosialisai dari aparatur Desa
Mekarsari kepada masyarakat belum dilakukan secara menyeluruh ke semua
tingkat RT dan RW. 2). Realisasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa
belum sesuai dengan harapan masyarakat. 3). Partisipasi masyarakat dalam proses
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dari program Bantuan Keuangan Desa
belum secara menyeluruh. 4). Masih rendahnya tingkat transparansi dari aparatur
desa dalam mengelola bantuan tersebut.
41
Dari masalah-masalah yang ada di atas, maka peneliti mengambil langkah
atau mengambil teori dari dari William N Dunn untuk bisa menilai dari kinerja
dari Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari. Adapun yang menjadi
penilaian dari Bantuan Keuangan Desa di Desa Mekarsari yang sesuai dengan
teori William N Dunn adalah: Efektivitas, Efisiensi, Kecukupan, Perataan,
Responsivitas, Ketepatan. Efektivitas mengarah pada apakah suatu alternatif
mencapai hasil yang diharapkan, Efisiensi mengarah pada jumlah usaha yang
diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu, Kecukupan mengarah
pada seberapa jauh tingkat efektivitas dalam memuaskan kebutuhan masyarakat
sebagai penerima manfaat, Perataan mengarah kepada kebijakan yang akibat dan
usahanya secara adil didistribusikan secara merata kepada masyarakat,
Responsivitas mengarah kepada seberapa jauh masyarakat ikut serta di dalam
proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan dari program tersebut, serta
Ketepatan mengarah kepada nilai atau harga dari tujuan program.
Selanjutnya, dari teori yang sudah dipilih oleh peneliti untuk bisa
memberikan penilaian terhadap Program Bantuan Keuangan Kepada Desa maka
program tersebut memiliki tujuan yang dijadikan sebagai keluaran atau output.
Adapun keluaran atau output dari program tersebut adalah: 1). Memberikan
pedoman dalam pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada Desa agar tertib
administrasi. 2). Meningkatkan sarana dan prasarana ekonomi produktif
perdesaan. 3). Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi dalam program tersebut.
42
4). Meningkatkan aktivitas ekonomi produktif perdesaan. 5). Penguatan Lembaga
Kemasyarakatan dalam mewujudkan pembangunan partisipatif.
Dari pemaparan di atas, maka Program Bantuan Keuangan Kepada Desa
khusunya di Desa Mekarsari diharapkan dapat memberikan hasil yang mampu
mengadakan perubahan yang berarti dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat
Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg.
Berikut ini merupakan gambar atau alur berfikir peneliti untuk bisa
menjawab semua permasalahan di dalam Program Bantuan Keuangan Kepada
Desa di Desa Mekarsari Tahun 2012.
43
Gambar 2.2
Kerangka berfikir
Peraturan Gubernur Banten Nomor 9 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada Desa se
Provinsi Banten
Teori Evaluasi Kebijakan menurut William N. Dunn
(2003:610)
Efektivitas
Efisiensi
Kecukupan
Perataan
Responsivitas
Ketepatan
Masalah di Lokasi Penelitian
Sosialisai dari aparatur Desa Mekarsari kepada masyarakat belum
dilakukan secara menyeluruh ke semua tingkat RT dan RW.
Realisasi Program Bantuan Keuangan Desa belum sesuai dengan
harapan masyarakat.
Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan dari program Bantuan Keuangan Desa belum secara
menyeluruh.
Masih rendahnya tingkat transparansi dari aparatur desa dalam
mengelola bantuan tersebut.
Memberikan pedoman dalam pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada Desa agar tertib administrasi.
Meningkatkan sarana dan prasarana ekonomi produktif perdesaan.
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam
Program tersebut.
Meningkatkan aktivitas ekonomi produktif perdesaan.
Penguatan Lembaga Kemasyarakatan dalam mewujudkan pembangunan partisipatif.
44
2.9. HIPOTESIS PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2007:70) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. Berdasarkan atas rumusan
masalah yang telah peneliti buat sebelumnya, maka peneliti dapat mengambil
hipotesis yakni:
Ho : µ < 60%
Ho : “Pelaksanaan Program Bantuan Keuangan Kepada Desa Tahun 2012 di
Desa Mekarsari tercapai kurang dari 60 % dari kriteria ideal yang
ditetapkan”.
Ha : µ ≥ 60%
Ha : “Pelaksanaan Program Bantuan Keuangan Kepada Desa Tahun 2012 di
Desa Mekarsari tercapai lebih dari atau sama dengan 60 % dari kriteria
ideal yang ditetapkan”.
45
Melihat dari dua hipotesis tersebut, maka peneliti mengambil salah satu
hipotesis penelitian yaitu.
Ha : µ ≥ 60%
Ha : “Pelaksanaan Program Bantuan Keuangan Kepada Desa Tahun 2012 di
Desa Mekarsari tercapai lebih dari atau sama dengan 60 % dari kriteria
ideal yang ditetapkan”.
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian dapat diartikan sebagai suatu metode yang
digunakan untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data yang sesuai
dan tepat dalam penelitiannya. Kesesuaian dan ketepatan data sangat
dipengaruhi oleh metode yang dipakai oleh peneliti, sehingga peneliti harus
mampu menentukan metode penelitian apa yang tepat dalam penelitiannya.
Tujuan dari metode penelitian adalah dapat membantu peneliti dalam
menghasilkan penelitian yang objektif, dan dapat dipertanggung-jawabkan
berdasarkan atas data yang diperoleh. Metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu (Sugiyono, 2007:1). Adapun metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen)
tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu
dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2007:11). Adapun peneliti
menggunakan metode penelitian deskriptif, karena variabel dari penelitian ini
bersifat mandiri atau satu variabel, dan hasil penelitian ini nantinya tidak
47
bermaksud untuk dijadikan bahan perbandingan, atau menghubungkan dengan
variabel lainnya. Sementara, digunakan pendekatan metode deskriptif
kuantitatif dimaksudkan untuk melakukan eksplorasi dan klarifikasi mengenai
masalah yang sedang diteliti, dengan jalan mendeskripsikan variabel yang
berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti melalui kuantifikasi.
3.2. Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus
ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan
instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati
(Sugiyono, 2007:119). Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel
penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
angket dengan jumlah variabel sebanyak satu variabel, dan menggunakan
skala Likert dalam pengukuran jawaban dari para responden. Dengan skala
Likert, maka variabel yang akan diukur akan dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian, indikator tersebut dijadikan tolak ukur untuk menyusun
item-item instrumen dalam bentuk pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen
memiliki tingkatan nilai dari sangat positif sampai sangat negatif.
48
Sehingga, untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban dari
setiap item instrumen diberi skor, yakni sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skoring Item Instrumen
(Sumber: Sugiyono, 2005:108)
Untuk mempermudah dalam menemukan jawaban atas masalah-
masalah yang telah diuraikan sebelumnya, berikut peneliti sajikan
operasionalisasi variabel dalam bentuk kisi-kisi instrumen yakni sebagai
berikut.
Tabel 3.2
Instrumen Penelitian
Pilihan Jawaban Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Variabel Indikator Sub Indikator No.Item
Instrumen
Pelaksanaan
Program
Bantuan
Keuangan
Desa
Efektivitas Manfaat program
bantuan
keuangan desa
terhadap
penerima
manfaat.
1,2
49
Kesesuaian
Program
berdasarkan
tujuan program.
3,4,5,6,7
Efisiensi Penyampaian
informasi
program bantuan
keuangan desa
kepada
masyarakat.
Pelaksanaan
program bantuan
keuangan desa
kepada
masyarakat.
8,9,10
11,12,13
Kecukupan
Pemenuhan kebutuhan
masyarakat.
14,15
Perataan Proses pendistribusian
bantuan keuangan kepada
desa.
Pemerataan pembagian
bantuan keuangan desa.
16,17
18
Responsivitas Pemahaman masyarakat
terhadap bantuan
keuangan desa.
Keikutsertaan masyarakat
dalam keberlangsungan
program bantuan
keuangan desa.
19,20
21,22,23
50
1. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
1) Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh peneliti melalui angket
(kuesioner), wawancara (interview) , dan observasi (pengamatan).
2) Data Sekunder, yaitu data yang tidak langsung diperoleh peneliti, namun
diperoleh melalui orang lain maupun dokumen seperti, hasil penelitian
yang relevan, laporan dan catatan-catatan perusahaan atau melalui
informan yaitu, masyarakat yang memberikan keterangan dan informasi
kepada peneliti.
b. Sumber Data
1) Peraturan Gubernur Banten Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada Desa se Provinsi Banten.
2) Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan Kepada Desa Tahun 2012.
3) Proposal Bantuan Keuangan Kepada Desa: Desa Mekarsari Tahun
2012.
Ketepatan Ketepatan
keberlangsungan
program bantuan
keuangan desa terhadap
masyarakat.
24,25
51
2. Teknik Pengumpulan Data
Secara teknis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut :
a. Metode Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2007:162). Tipe pertanyaan dalam
angket dapat dibedakan menjadi dua bentuk yakni, pertanyaan terbuka, adalah
pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya
berbentuk uraian tentang sesuatu hal dan pertanyaan tertutup, yakni
pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan
responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan
yang telah tersedia. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode angket
dalam bentuk pertanyaan tertutup, dengan pertimbangan keterbatasan peneliti
dalam hal waktu, tenaga dan biaya yang dimiliki, alasan lainnya karena dapat
membantu responden untuk menjawab dengan cepat. Serta dapat
memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data terhadap seluruh angket
yang telah terkumpul.
52
b. Metode Wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara secara langsung
kepada responden, dengan metode tidak terstruktur untuk mendapatkan
gambaran serta informasi yang dibutuhkan sebagai data sekunder guna
mendukung data primer yang telah peneliti dapatkan sebelumnya melalui
angket.
c. Metode Observasi
Metode observasi merupakan serangkaian pengumpulan data yang
dilakukan secara langsung terhadap subyek atau obyek penelitian melalui
mata, telinga, dan perasaan dengan melihat fakta-fakta fisik dari obyek yang
diteliti dan mendapat masukan dari pihak-pihak terkait di dalam penelitian ini.
Fakta-fakta dan informasi yang diperoleh secara langsung di lapangan dicatat
dan dirangkum, untuk dijadikan data sekunder sebagai data pendukung primer
yang diperoleh dari hasil jawaban responden melalui angket.
d. Metode Kepustakaan
Metode kepustakaan digunakan dalam penelitian ini untuk
mendapatkan gambaran yang tepat terhadap penelitian ini, menurut beberapa
para ahli, yakni dengan cara mempelajari dan membaca buku-buku, literatur,
serta karya ilmiah yang pernah dibuat dan dipublikasikan sebagai bahan
referensi yang ada keterkaitan dengan penulisan penelitian ini.
53
3.3. Populasi dan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel menurut Usman adalah sebagian anggota populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2007:90).
Istilah subyek penelitian menunjuk pada orang/individu atau kelompok yang
dijadikan unit atau satuan (kasus) yang diteliti (Sanapiah, 2001:109). Dari
penjelasan di atas dapat diuraikan bahwa populasi tidak hanya meliputi jumlah
orang yang berada dalam suatu wilayah namun, populasi meliputi
subyek/obyek yang memiliki kualitas nilai dan karakteristik tertentu dari
keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti. Dari penelitian ini, peneliti
mengambil populasi yakni, seluruh masyarakat Desa Mekarsari Kecamatan
Rajeg yang menjadi penerima bantuan keuangan desa tahun 2012. Dimana
jumlah masyarakat desa mekarsari tahun 2012 adalah 6846 KK. (Sumber:
Profil Desa Mekarsari tahun 2012).
Yang diambil dengan menggunakan tehnik tertentu yang disebut
dengan tehnik sampling. Tehnik sampling berguna agar mereduksi anggota
populasi menjadi anggota sampel yang mewakili populasinya (representatif),
sehingga kesimpulan terhadap populasi dapat dipertanggung jawabkan, lebih
teliti menghitung yang sedikit daripada yang banyak, serta menghemat waktu,
tenaga dan biaya. Oleh karena pada penelitian ini, jumlah anggota populasi
cukup besar dan tidak memungkinkan bagi peneliti untuk meneliti seluruh
54
anggota populasi, maka peneliti membutuhkan sampel yang nantinya akan
menjadi fokus obyek penelitian yang dianggap dapat merepresentasikan
jumlah populasi (Usman dalam Sugiyono, 2007:44). Sementara, rumus yang
digunakan dalam menghitung jumlah sampel adalah rumus Slovin (Prasetyo,
2008:137-138).
Rumus 3.1
Slovin
n = N
1 + Ne2
Ket :
n = ukuran sampel
N = ukuran Populasi
e = Sampling error (tingkat kesalahan)
Diketahui :
N = 6846 KK
e = 0,1 (10 %)
n = ?
55
Jawab :
n = 6846
1 + 6846 (0,1)2
n = 6846
1 + 68,46
n = 6846
69,46
n = 98,5 98 Sampel.
Berdasarkan rumus Slovin di atas, peneliti mengambil tingkat
presisi sebesar 10% dari populasi 6846 KK dan didapatkan sampel sebanyak
98 KK. Sedangkan cara pengambilan sampel tersebut, peneliti menggunakan
cara Proportional Area Random Sampling dimana sampel diambil
berdasarkan proporsi dengan mengambil subyek dari setiap strata atau setiap
wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-
masing wilayah atau strata (Arikunto,1995:128). Di bawah ini tabel dari
teknik perhitungan sampel penelitian.
56
Tabel 3.3
Teknik Perhitungan Sampel
Area Jumlah KK Perhitungan Hasil Hasil
Akhir
RT 01/01 648
9,2 9
RT 02/01 747
10,6 11
RT 03/02 553
7,8 8
RT 04/02 1183
16,8 17
RT 05/02 983
14 14
RT 06/03 764
10,8 11
RT 07/03 597
8,5 8
RT 08/03 1371
19,6 20
Jumlah 6846 98
(Sumber: Peneliti 2014)
57
3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Apabila pengumpulan data sudah dilakukan pada tahap sebelumnya, maka
data yang sudah terkumpul harus diolah dan dianalisis. Pengolahan data
menurut Sugiyono (2005:207) dilakukan melalui beberapa proses yaitu
sebagai berikut :
1. Editing. Hal ini berarti bahwa semua data yang diperoleh diteliti tentang
kelengkapan dan kejelasan jawaban dari butir-butir pertanyaan yang telah
dibuat.
2. Coding dan Scoring, merupakan usaha mengklasifikasi atau
mengelompokkan jawaban responden berdasarkan macamnya, dengan cara
memberikan kode terhadap jawaban responden dalam kuesioner sesuai
dengan kategori masing-masing, kemudian diberikan skor dengan
menggunakan skala Likert.
3. Tabulating. Hal ini berarti menunjuk kepada kegiatan mengorganisasikan
data ke dalam susunan-susunan tertentu berupa tabel-tabel dalam rangka
penginterpretasian data sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.
Setelah data selesai diolah, maka tahap selanjutnya adalah analisis data.
Analisis data merupakan upaya peneliti untuk menyederhanakan dan
menyajikan data dengan mengelompokkan dalam suatu bentuk yang berarti,
sehingga dapat mudah dipahami dan diinterpretasi oleh pembaca atau penguji.
58
Dalam metode analisis yang digunakan oleh peneliti adalah dengan
metode kuantitatif. Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh
responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data
adalah mengelompokan data berdasarkan variabel dari jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan
data dari setiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab
rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang
telah diajukan.
1. Uji Validitas
Secara mendasar, validitas merupakan keadaan yang menggambarkan
tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur
(Arikunto, 1995:219). Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan
antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada
obyek yang di teliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan data itu (mengukur) valid. Valid diartikan bahwa
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur. Maka dari itu untuk menguji instrumen penelitian ini agar data yang
didapat valid, maka peneliti menggunakan rumus Korelasi Product Moment
dengan bantuan piranti lunak Statistic Program For Social Science (SPSS)
versi 15.
59
Rumus 3.2
Pearson Product Moment (Singarimbun, 1989:137)
Keterangan :
Koefisien Korelasi Product Moment
Jumlah Skor Dalam Sebaran X
Jumlah Skor Dalam Sebaran Y
Jumlah Hasil Kali Skor X dan Y yang Berpasangan
Jumlah Skor yang Dikuadratkan dalam Sebaran X
Jumlah Skor yang Dikuadratkan dalam Sebaran Y
Jumlah Sampel
60
Menurut Sugiyono (2007:214), pedoman untuk dapat memberikan
interpretasi terhadap tercapainya hipotesis terhadap interval koefisien korelasi,
yakni sebagai berikut :
0,00 ─ 0,199 = Sangat tidak tercapai / sangat rendah
0,20 ─ 0,399 = Kurang tercapai / rendah
0,40 ─ 0,599 = Sedang
0,60 ─ 0,799 = Tercapai / kuat
0,80 ─ 1,000 = Sangat tercapai / sangat kuat
2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas merupakan persyaratan pokok kedua dari instrumen
pengumpulan data. Hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data
dalam waktu yang berbeda. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang
bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama pula. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan
dengan internal konsistensi dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach,
yaitu penghitungan yang dilakukan dengan menghitung rata-rata interkolerasi
di antara butir-butir pertanyaan dalam kuesioner. Variabel dikatakan reliabel
jika nilai alphanya lebih dari 0.30 (Purwanto, 2007:181). Dengan dilakukan
uji reliabilitas, maka akan menghasilkan instrumen yang tepat dan akurat.
Apabila koefisien reliabilitas instumen yang dihasilkan lebih besar, berarti
instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang cukup baik. Pengujian
61
)1)((2
2
11St
Si
nn
nr
Reliabilitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan bantuan piranti lunak
Statistic Program For Social Science (SPSS) versi 15.
Rumus 3.3
Alpha Cronbach (Purwanto, 2007:181)
Keterangan :
n = jumlah butir
Si 2 = variabel butir
St 2 = variabel total
3. Uji t-test
Pada penelitian ini, data yang diteliti bersifat data interval yaitu data yang
jaraknya sama tetapi tidak memiliki nilai nol (0) absolut/mutlak. Kemudian,
hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah hipotesis deskriptif, yakni
dugaan terhadap nilai satu variabel secara mandiri antara data sampel dan data
populasi. Sehingga untuk melakukan pengujian hipotesis deskriptif dipakai t-
test satu sampel.
62
Rumus 3.4
Uji T-Test (Sugiyono, 2005:207)
X ─ µo
t = s
√n
Keterangan :
t = nilai t yang dihitung
X = nilai rata-rata
µo = nilai yang dihipotesiskan
s = simpangan baku sampel
n = jumlah anggota sampel
63
3.5. Lokasi dan Jadwal Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti mengambil lokus penelitian di Desa Mekarsari
Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari bulan November 2013 sampai dengan bulan
Januari 2015.
Tabel 3.4
Jadwal Penelitian
NO Uraian
2013 s.d. 2015
No
v
De
s
Jan Fe
b
Ma
r
Ap
r
Me
i
Ju
n
Jul Ag
s
Se
p
Ok
t
Nov De
s
Jan
1
Pengajuan
judul
2
Observasi
&
Pengumpul
an data
3 Bimbingan
4 Seminar
64
5
Sebar
Kuisioner
6
Pengolaha
n Data &
Anaisis
Data
7
Penyusuna
n Hasil
Penelitian
8
Sidang
Skripsi
65
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Deskripsi Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang
Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang merupakan desa
yang memiliki luas wilayah 443 Ha, sedangkan dari luas wilayah yang ada 127 Ha
merupakan luas wilayah persawahan dan luas persawahan di Desa Mekarsari
merupakan luas yang paling dominan dibandingkan dengan luas sarana dan
prasarana lainnya. (Sumber: Profil Desa Mekarsari Tahun 2012)
Selanjutnya Desa Mekarsari memiliki batas wilayah. Sebelah Utara Desa
Mekarsari berbatasan dengan Desa Rajeg Mulya, sebelah Selatan Desa Mekarsari
berbatasan dengan Desa Sindang Sari, sebelah Timur Desa Mekarsari berbatasan
dengan Desa Sukasari, dan sebelah Barat Desa Mekarsari berbatasan dengan Desa
Sukamanah. Adapun batasan wilayah tersebut dibuat peneliti ke dalam bentuk
tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Daftar Batas Wilayah, Desa dan Kecamatan
Batas Desa / Kelurahan Kecamatan
Sebelah Utara Rajeg Mulya Rajeg
Sebelah Selatan Sindang Sari Pasar Kemis
Sebelah Timur Sukasari Rajeg
Sebelah Barat Sukamanah Rajeg Sumber : Profil Desa Mekarsari Tahun 2012
66
Masyarakat Desa Mekarsari lebih dominan bermata pencaharian sebagai
petani dan buruh tani. Selain itu juga, Desa mekarsari masih minim dalam sarana
dan prasarana seperti masih kurangnya Masjid untuk tempat ibadah masyarakat,
banyaknya jalanan yang rusak, kurangnya jumlah mesin pompa air untuk di
wilayah persawahan, saluran irigasi dan gorong-gorong yang masih sangat minim
sehingga menyebabkan banjir disaat hujan datang.
Dari gambaran minimnya sarana dan prasarana di Desa Mekarsari
tersebut, masyarakat Desa Mekarsari memiliki pengharapan kepada aparatur desa
untuk segera memperbaiki sarana dan prasarana yang ada di Desa Mekarsari
melalui Program Bantuan Keuangan Kepada Desa. Adapun pengharapan yang
lebih diutamakan adalah menambah jumlah mesin pompa air untuk irigasi
persawahan mengingat mata pencaharian yang lebih dominan di Desa Mekarsari
merupakan petani dan buruh tani agar mereka tidak lagi saling bergantian di
dalam menggunakan mesin pompa air untuk irigasi persawahan.
67
4.2. Pengujian Persyaratan Statistik
4.2.1 Hasil Uji Validitas
Pada penelitian ini, tahap awal analisis data adalah melakukan uji validitas
instrument terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji Validitas
digunakan untuk sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Kevaliditasan instrumen
menggambarkan bahwa suatu intrumen benar-benar mampu mengukur variabel-
variabel yang akan diukur dalam penelitian serta mampu menunjukan tingkat
kesesuaian antar konsep dan hasil pengukuran.
Pada uji validitas, peneliti mengambil sampel sebanyak 98 responden. Hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui langsung valid atau tidaknya data tersebut
diolah secara keseluruhan. Selain itu uji validitas dilakukan agar mengefisienkan
waktu dalam pengambilan data dilapangan. Tetapi jika terdapat sampel yang tidak
valid dan tidak mewakili indikator yang ada, maka instrumen tersebut diganti
dengan instrument baru sebagai pengganti instrumen yang tidak valid. Tetapi
apabila ditemukan hasil sampel yang tidak valid namun, tetap mewakili indikator,
maka instrument tersebut dihapus dan penyebaran kuesioner dapat dilanjutkan
tanpa mempertanyakan instrument yang bersangkutan.
Adapun rumus yang digunakan oleh peneliti dalam uji validitas ini adalah
dengan menggunakan statistik korelasi product moment dengan bantuan SPSS
versi 15, dengan hasil sebagai berikut:
68
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Instrument (uji butir pernyataan) Penelitian Evaluasi
Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan
Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012
No.
Butir
Pernyataan Koefisien Korelasi r table Keterangan
1 1 0,315 0,195 Valid
2 2 0,403 0,195 Valid
3 3 0,306 0,195 Valid
4 4 0,277 0,195 Valid
5 5 0,339 0,195 Valid
6 6 0,485 0,195 Valid
7 7 0,436 0,195 Valid
8 8 0,571 0,195 Valid
9 9 0,605 0,195 Valid
10 10 0,448 0,195 Valid
11 11 0,497 0,195 Valid
12 12 0,561 0,195 Valid
13 13 0,542 0,195 Valid
14 14 0,571 0,195 Valid
15 15 0,461 0,195 Valid
16 16 0,544 0,195 Valid
17 17 0,315 0,195 Valid
18 18 0,485 0,195 Valid
19 19 0,604 0,195 Valid
20 20 0,279 0,195 Valid
21 21 0,511 0,195 Valid
22 22 0,270 0,195 Valid
23 23 0,425 0,195 Valid
24 24 0,524 0,195 Valid
25 25 0,333 0,195 Valid
Sumber : Pengolahan Data Tahun 2014
Adapun kriteria item/butir instrumen yang digunakan adalah apabila r
hitung > r tabel, berarti item/butir instrumen dinyatakan valid, dan jika r hitung ≤ r
tabel, berarti item/butir instrument dinyatakan tidak valid. Berdasarkan tabel di
atas dapat diketahui bahwa semua dari 25 butir pertanyaan/pernyataan adalah
69
valid dengan dibuktikan dari nilai r hitung > r tabel pada taraf signifikasi 95
persen atau dengan kata lain memiliki tingkat kesalahan sebesar 5 persen. Artinya
semua instrumen dipakai karena indikator sudah terukur pula dari instrumen
lainnya.
4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas
Untuk menjaga kehandalan dari sebuah instrumen atau alat ukur maka
peneliti melakukan uji reliabilitas, dimana instrumen yang dinyatakan valid,
sedangkan instrumen yang dinyatakan tidak valid maka tidak bisa dilakukan uji
reliabilitas. Dalam pengukuran reliabilitas dapat menggunakan rumus Alpha
Cronbach dengan bantuan SPSS versi 15. Adapun hasil dari uji reliabilitas yang
telah dilakukan dalam penelitian ini adalah nilai Alpha Cronbach sebesar 0,831.
Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai alphanya lebih dari 0,30 (Sugiyono,
2008:126). Maka hal ini dapat diartikan bahwa 0,831 > dari 0,30 sehingga
instrumen yang diuji bisa reliabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.6 Reliability Statistics
Sumber : Hasil pengolahan SPSS Statistics 15.0
Cronbach's Alpha N of Items
.831 25
70
4.3. Deskripsi Data
4.3.1 Identitas Responden
Dalam penelitian ini yang berjudul Evaluasi Program Bantuan Keuangan
Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun
2014. Maka yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah
masyarakat Desa Mekarsari tahun 2012 sebanyak 6846KK. Dalam pengambilan
sampel peneliti menggunakan rumus Slovin dengan tingkat presisi 10% maka
jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 98 orang. Kemudian teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Proportional Area
Random Sampling, maka sampel diambil berdasarkan proporsi dengan mengambil
subyek dari setiap strata atau setiap wilayah dapat digunakan sebagai sampel.
Dalam mengisi kuesioner, responden diminta untuk memberikan identitas diri
sebagai penunjang data. Dimana identitas diri meliputi jenis kelamin, usia, dan
pendidikan terakhir.
Tabel 4.7
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kepala Keluarga
Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg
Jenis Kelamin Jumlah
Penduduk Persentase
Laki-laki 74 76%
Perempuan 24 24%
Jumlah 98 100%
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
71
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas maka dapat diketahui identitas responden
berdasarkan jenis kelamin dimana seluruh jumlah responden adalah berjumlah 98
responden. Berdasarkan Tabel tersebut jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari
jenis kelamin perempuan yaitu untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 24 orang
dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 74 orang. Hal ini disebabkan karena jumlah
responden yang berjenis kelamin laki-laki atau sebesar 76 persen lebih
mendominasi dari pada jumlah responden yang berjenis kelamin perempuan atau
sebesar 24 persen, sehingga pandangan dari responden yang berjenis kelamin laki-
laki lebih besar.
Tabel 4.8
Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Usia
Tingkat Usia Jumlah
Masyarakat Persentase
25 - 35 th 53 54%
35 - 45 th 32 33%
45- 55 th 13 13%
>55 0 0
Jumlah 98 100%
Sumber : Pengolahan data Primer 2014
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas diketahui bahwa rentan usia/umur responden
dari usia 25 sampai >55 tahun. Hal ini yang menjadi responden dalam penelitian
ini yaitu Kepala Keluarga (KK). Adapun rinciannya adalah usia 25-35 tahun
berjumlah 53 orang, usia 36-45 tahun berjumlah 32 orang, usia 46-55 tahun
72
berjumlah 13 orang, usia 41-50 tahun berjumlah 2 orang, sedangkan usia >55
tahun adalah 0. Dapat dilihat bahwa dari tabel di atas terlihat bahwa frekuensi
terbesar responden lebih banyak ada dikisaran usia 25-35 tahun sebesar 55%.
Tabel 4.9
Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Jumlah
Masyarakat Persentase
SD 17 17%
SMP 30 31%
SMA/STM/SMK/Aliyah 51 52%
Jumlah 98 100%
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram 4.9 di atas dapat diketahui bahwa yang menjadi
responden dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) Desa Mekarsari
Kecamatan Rajeg. Jumlah masing-masing responden berdasarkan pendidikan
terakhir ini tidak ditentukan karena dalam penelitian ini teknik Proportional Area
Random Sampling, sehingga dapat dilihat jumlah responden untuk masing-masing
responden adalah untuk SD 17, SMP berjumlah 30 orang,
SMA/STM/SMK/ALIYAH berjumlah 51 orang. Dapat disimpulkan bahwa
tingkat pendidikan responden didominasi oleh responden yang berlatar belakang
SMA/STM/SMK/ALIYAH yakni sebesar 52%.
73
4.4. Deskripsi Hasil Penelitian
Jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuantitatif deskriptif, maka data yang diperoleh tidak hanya berbentuk kalimat
dari hasil wawancara dan pernyataan dari hasil penyebaran kuesioner, melainkan
ditampilkan dari hasil penelitian yang berbentuk angka yang kemudian diolah.
Analisis data merupakan suatu proses analisis yang dilakukan peneliti dengan cara
mendeskripsikan data hasil penyebaran kuesioner yang ditujukan kepada Kepala
Keluarga (KK) di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang yang
menjadi sampel penelitian.
Adapun lebih detailnya, peneliti menjelaskannya dalam bentuk tabel dan
diagram disertai pemaparan dan kesimpulan dari hasil jawaban responden
berdasarkan butir-butir pertanyaan yang telah peneliti buat sebelumnya. Dimana,
butir-butir pertanyaan tersebut dituangkan dalam bentuk kuesioner. Uraian
kuesioner-kuesioner diuraikan oleh peneliti dalam bentuk penjelasan butir-butir
pertanyaan secara sistemaris. Kuesioner tersebut diajukan kepada 98 responden
yang menjadi sampel penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Skala yang
digunakan dalam kuesioner ini adalah Skala Likert. Skor yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 4 nilai dimasing-masing jawabannya untuk kriteria kinerja
yaitu sangat setuju nilainya 4, setuju nilainya 3, tidak setuju nilainya 2, dan sangat
tidak setuju nilainya 1.
Adapun untuk mengetahui dan menjelaskan lebih dalam mengenai
seberapa besar tingkat Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa
Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang, peneliti menjelaskannya
74
dalam bentuk diagram disertai pemaparan dan kesimpulan hasil jawaban dari
pernyataan yang diajukan melalui kuesioner kepada para responden yaitu sebagai
berikut:
4.4.1 Efektivitas (Effectiveness)
yaitu berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil (akibat)
yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Efektivitas
selalu diukur dari kualitas hasil sebuah kebijakan. Terdiri dari subindikator
manfaat program bantuan keuangan desa terhadap penerima manfaat dan
kesesuaian program berdasarkan tujuan program.
a). Manfaat program bantuan keuangan desa terhadap penerima
manfaat
Subindikator manfaat program bantuan keuangan desa terhadap penerima
manfaat terdiri dari dua pernyataan, pernyataan pertama yakni mengenai
Program bantuan keuangan desa telah membantu memajukan kesejahteraan
masyarakat desa, dari data hasil penelitian menunjukan 40 responden
menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut, untuk lebih jelas lihat
diagram batang di bawah ini.
75
Diagram Batang 4.1
Program bantuan keuangan desa telah membantu memajukan
kesejahteraan masyarakat desa
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.1 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98
orang responden memberikan penilaian Program bantuan keuangan desa telah
membantu memajukan kesejahteraan masyarakat desa dimana 26 responden
menjawab sangat setuju, 31 responden menjawab setuju, 40 responden menjawab
tidak setuju, dan 1 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian
mayoritas responden menjawab tidak setuju sebesar 41. Hal ini menilai bahwa
program bantuan keuangan desa tidak membantu memajukan kesejahteraan
masyarakat desa Mekarsari.
Pernyataan kedua yakni program bantuan keuangan desa mampu
mengadakan perubahan sosial untuk masyarakat desa pelaksaannya tidak sesuai
dengan harapan masyarakat, dari data hasil penelitian menunjukan 51 responden
menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat
diagram batang di bawah ini.
1
40
31
26
sts ts s ss
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
76
Diagram Batang 4.2
Program bantuan keuangan desa mampu mengadakan perubahan sosial
untuk masyarakat desa
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.2 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98
orang responden memberikan penilaian terhadap program bantuan keuangan desa
mampu mengadakan peubahan sosial untuk masyarakat desa dimana 4 responden
menjawab sangat setuju, 41 responden menjawab setuju, 51 responden menjawab
tidak setuju, dan 2 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian
dapat dilihat sebagian besar responden menjawab tidak setuju sebesar 51. Hal ini
menilai bahwa program bantuan keuangan desa tidak mengadakan perubahan
sosial untuk masyarakat desa, karena masih banyak masyarakat desa Mekarsari
yang belum dapat merubah tingkatan sosial mereka.
2
51
41
4
0
10
20
30
40
50
60
sts ts s ss
77
b). Kesesuaian program berdasarkan tujuan program
Subindikator Kesesuaian program berdasarkan tujuan program terdiri dari
lima peryataan, pernyataan pertama yakni mengenai program bantuan keuangan
desa mampu menumbuhkan partisipasi masyarakat desa, dari data hasil penelitian
menunjukan 49 responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut, untuk
lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini.
Diagram Batang 4.3
Program bantuan keuangan desa mampu menumbuhkan partisipasi
masyarakat desa
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.3 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98
orang responden memberikan penilaian terhadap program bantuan keuangan desa
mampu menumbuhkan partisipasi masyarakat desa dimana 4 responden menjawab
sangat setuju, 49 responden menjawab setuju, 41 responden menjawab tidak
setuju, dan 4 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat
dilihat sebagian besar responden menjawab setuju sebesar 49. Hal ini menilai
4
41
49
4
0
10
20
30
40
50
60
sts ts s ss
78
bahwa program bantuan keuangan desa mampu menumbuhkan partisipasi
masyarakat desa Mekarsari.
Pernyataan kedua yakni mengenai program bantuan keuangan desa
mampu menggali potensi peran masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam
perencanaan, dari data hasil penelitian menunjukan 74 responden menjawab
setuju dengan pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di
bawah ini:
Diagram Batang 4.4
Program bantuan keuangan desa mampu menggali potensi peran
masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.4 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98
orang responden memberikan penilaian terhadap program bantuan keuangan desa
mampu menggali potensi peran masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam
perencanaan dimana 5 responden menjawab sangat setuju, 74 responden
menjawab setuju, 19 responden menjawab tidak setuju, dan 0 responden
menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian besar
0
19
74
5
0
10
20
30
40
50
60
70
80
sts ts s ss
79
responden menjawab setuju sebesar 74. Hal ini menilai bahwa program bantuan
keuangan desa mampu menggali potensi peran masyarakat untuk pengambilan
keputusan dalam perencanaan dari program tersebut.
Pernyataan ketiga yakni mengenai program bantuan keuangan desa
mampu menggali potensi peran masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam
pelaksanaan, dari data hasil penelitian menunjukan 56 responden menjawab setuju
dengan pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah
ini:
Diagram Batang 4.5
Program bantuan keuangan desa mampu menggali potensi peran
masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam pelaksanaan
Sumber: Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.5 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98
orang responden memberikan penilaian terhadap program bantuan keuangan desa
mampu menggali potensi peran masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam
pelaksanaan dimana 2 responden menjawab sangat setuju, 56 responden
menjawab setuju, 38 responden menjawab tidak setuju, dan 2 responden
menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian besar
2
38
56
2
0
10
20
30
40
50
60
sts ts s ss
80
responden menjawab setuju sebesar 56. Hal tersebut menilai bahwa program
bantuan keuangan desa mampu menggali potensi peran masyarakat untuk
pengambilan keputusan dalam pelaksanaan dari program tersebut.
Pernyataan keempat yakni mengenai program bantuan keuangan desa
mampu menggali potensi peran masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam
pengendalian, dari data hasil penelitian menunjukan 50 responden menjawab
setuju dengan pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di
bawah ini:
Diagram Batang 4.6
Program bantuan keuangan desa mampu menggali potensi peran
masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam pengendalian
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.6 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98
orang responden memberikan penilaian terhadap program bantuan keuangan desa
mampu menggali potensi peran masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam
pengendalian dimana 2 responden menjawab sangat setuju, 50 responden
menjawab setuju, 41 responden menjawab tidak setuju, dan 5 responden
5
41
50
2
0
10
20
30
40
50
60
sts ts s ss
81
menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian besar
responden menjawab setuju sebesar 50. Hal tersebut menilai bahwa program
bantuan keuangan desa mampu menggali potensi peran masyarakat untuk
pengambilan keputusan dalam pengendalian program tersebut.
Pernyataan kelima yakni mengenai program bantuan keuangan desa
mampu menggali potensi peran masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam
pemeliharaan hasil-hasil program, dari data hasil penelitian menunjukan 51
responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat
diagram batang di bawah ini::
Diagram Batang 4.7
Program bantuan keuangan desa mampu menggali potensi peran
masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam pemeliharaan hasil-hasil
program
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.7 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98
orang responden memberikan penilaian terhadap program bantuan keuangan desa
mampu menggali potensi peran masyarakat untuk pengambilan keputusan dalam
1
43
51
3
0
10
20
30
40
50
60
sts ts s ss
82
pemeliharaan hasil-hasil program dimana 3 responden menjawab sangat setuju, 51
responden menjawab setuju, 43 responden menjawab tidak setuju, dan 1
responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian
besar responden menjawab setuju sebesar 51. Hal tersebut menilai bahwa program
bantuan keuangan desa mampu menggali potensi peran masyarakat untuk
pengambilan keputusan dalam pemeliharaan hasil-hasil program tersebut.
4.4.2 Efisiensi (Efficiency)
Yaitu berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi merupakan hubungan antara
efektivitas dan usaha, dan pada akhirnya diukur berdasarkan biaya yang
dikeluarkan per-unit kebijakan. Kebijakan yang mencapai efektivitas tertinggi
dengan biaya terkecil dinamakan efisien. Terdiri dari subindikator Penyampaian
informasi program bantuan keuangan desa kepada masyarakat dan pelaksanaan
program bantuan keuangan desa kepada masyarakat.
a). Penyampaian informasi program bantuan keuangan desa kepada
masyarakat
Subindikator penyampaian informasi program bantuan keuangan desa
kepada masyarakat terdiri dari tiga pernyataan, pernyataan pertama mengenai
penyampaian informasi program bantuan keuangan desa oleh aparatur desa
dilakukan secara merata kepada masyarakat desa di setiap RT/RW, dari data hasil
penelitian menunjukan 58 responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan
tersebut untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:
83
Diagram Batang 4.8
Penyampaian informasi program bantuan keuangan desa oleh aparatur desa
dilakukan secara merata kepada masyarakat desa di setiap RT/RW
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.8 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98
orang responden memberikan penilaian terhadap penyampaian informasi program
bantuan keuangan desa oleh aparatur desa dilakukan secara merata kepada
masyarakat desa di setiap RT/RW dimana 3 responden menjawab sangat setuju,
35 responden menjawab setuju, 58 responden menjawab tidak setuju, dan 2
responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian
besar responden menjawab tidak setuju sebesar 58. Hal tersebut menilai bahwa
penyampaian informasi program bantuan keuangan desa oleh aparatur desa belum
dilakukan secara merata kepada masyarakat desa di setiap RT/RW.
Pernyataan kedua yakni mengenai penyampaian informasi program
bantuan keuangan desa oleh aparatur desa sangat mudah dipahami oleh
masyarakat desa, dari data hasil penelitian menunjukan 50 responden menjawab
tidak setuju dengan pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang
di bawah ini:
2
58
35
3
0
10
20
30
40
50
60
70
sts ts s ss
84
Diagram Batang 4.9
Penyampaian informasi program bantuan keuangan desa oleh aparatur desa
sangat mudah dipahami oleh masyarakat desa
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.9 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98
orang responden memberikan penilaian terhadap penyampaian informasi program
bantuan keuangan desa oleh aparatur desa sangat mudah dipahami oleh
masyarakat desa dimana 2 responden menjawab sangat setuju, 34 responden
menjawab setuju, 50 responden menjawab tidak setuju, dan 13 responden
menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian besar
responden menjawab tidak setuju sebesar 50. Hal tersebut menilai bahwa
penyampaian informasi program bantuan keuangan desa oleh aparatur desa tidak
mudah dipahami oleh masyarakat desa Mekarsari.
Pernyataan ketiga yakni mengenai penyampaian informasi program
bantuan keuangan desa oleh aparatur desa dilakukan secara terbuka kepada
masyarakat, dari data hasil penelitian menunjukan 65 responden menjawab setuju
13
50
34
2
0
10
20
30
40
50
60
sts ts s ss
85
dengan pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah
ini:
Diagram Batang 4.10
Penyampaian informasi program bantuan keuangan desa oleh aparatur desa
dilakukan secara terbuka kepada masyarakat
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.10 di atas dapat diketahui bahwa terdapat
98 orang responden memberikan penilaian terhadap penyampaian informasi
program bantuan keuangan desa oleh aparatur desa dilakukan secara terbuka
kepada masyarakat dimana 2 responden menjawab sangat setuju, 65 responden
menjawab setuju, 27 responden menjawab tidak setuju, dan 4 responden
menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian besar
responden menjawab setuju sebesar 65. Hal tersebut menilai bahwa penyampaian
informasi program bantuan keuangan desa oleh aparatur desa dilakukan secara
terbuka kepada masyarakat desa Mekarsari.
4
27
65
2
0
10
20
30
40
50
60
70
sts ts s ss
86
b). Pelakasanaan program bantuan keuangan desa kepada masyarakat
Subindikator pelaksanaan program bantuan keuangan desa kepada
masyarakat terdiri dari tiga pernyataan, pernyataan pertama mengenai
pelaksanaan bantuan keuangan desa ditunjukan untuk kepentingan masyarakat
desa, dari data hasil penelitian menunjukan 49 responden menjawab setuju dengan
pernyataan tersebut untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:
Diagram 4.11
Pelaksanaan bantuan keuangan desa ditujukan untuk kepentingan
masyarakat desa
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.11 di atas dapat diketahui bahwa terdapat
98 orang responden memberikan penilaian terhadap pelaksanaan bantuan
keuangan desa ditujukan untuk kepentingan masyarakat desa dimana 1 responden
menjawab sangat setuju, 49 responden menjawab setuju, 44 responden menjawab
tidak setuju, dan 4 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian
dapat dilihat sebagian besar responden menjawab setuju sebesar 49. Hal tersebut
4
44 49
1 0
10
20
30
40
50
60
sts ts s ss
87
menilai bahwa pelaksanaan bantuan keuangan desa ditujukan untuk kepentingan
masyarakat desa Mekarsari.
Pernyataan kedua yakni mengenai pelaksanaan pemeliharaan hasil
kegiatan bantuan keuangan desa dilakukan oleh masyarakat desa secara swadaya,
dari data hasil penelitian menunjukan 47 responden menjawab setuju dengan
pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:
Diagram Batang 4.12
Pelaksanaan pemeliharaan hasil kegiatan bantuan keuangan desa dilakukan
oleh masyarakat desa secara swadaya
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.12 di atas dapat diketahui bahwa terdapat
98 orang responden memberikan penilaian terhadap pelaksanaan pemeliharaan
hasil kegiatan bantuan keuangan desa dilakukan oleh masyarakat desa secara
swadaya dimana 4 responden menjawab sangat setuju, 47 responden menjawab
setuju, 43 responden menjawab tidak setuju, dan 4 responden menjawab sangat
tidak setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian besar responden menjawab
setuju sebesar 47. Hal tersebut menilai bahwa pelaksanaan pemeliharaan hasil
4
43 47
4
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
sts ts s ss
88
kegiatan bantuan keuangan desa dilakukan oleh masyarakat desa Mekarsari secara
swadaya.
Pernyataan ketiga yakni mengenai pelaksanaan bantuan keuangan desa
tidak lepas dari peran serta masyarakat desa, dari data hasil penelitian menunjukan
57 responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut, untuk lebih
jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:
Diagram Batang 4.13
Pelaksanaan bantuan keuangan desa tidak lepas dari peran serta
masyarakat desa
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram 4.13 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98 orang
responden memberikan penilaian terhadap pelaksanaan bantuan keuangan desa
tidak lepas dari peran serta masyarakat desa dimana 5 responden menjawab sangat
setuju, 23 responden menjawab setuju, 57 responden menjawab tidak setuju, dan
13 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat dilihat
sebagian besar responden menjawab tidak setuju sebesar 57. Hal tersebut menilai
13
57
23
5
0
10
20
30
40
50
60
sts ts s ss
89
bahwa pelaksanaan bantuan keuangan desa tidak lepas dari peran serta masyarakat
desa adalah tidak setuju.
4.4.3 Kecukupan (Adequacy)
yaitu yang berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas
memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya
masalah atau dengan kata lain apakah tingkat pencapaian hasil tepat
menyelesaikan masalah yang dimaksud. Indikator kecukupan (adequacy) terdiri
dari subindikator pemenuhan kebutuhan masyarakat.
a). Pemenuhan kebutuhan Masyarakat
Subindikator pemenuhan kebutuhan masyarakat terdiri dari dua
pernyataan, pernyataan pertama yakni mengenai hasil bantuan keuangan desa
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat desa, dari data hasil penelitian
menunjukan 58 responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut,
untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:
90
Diagram 4.14
Hasil bantuan keuangan desa mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
desa
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.14 di atas dapat diketahui bahwa terdapat
98 orang responden memberikan penilaian terhadap hasil bantuan keuangan desa
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat desa dimana 3 responden menjawab
sangat setuju, 35 responden menjawab setuju, 58 responden menjawab tidak
setuju, dan 2 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat
dilihat sebagian besar responden menjawab tidak setuju sebesar 58. Hal tersebut
menilai bahwa hasil bantuan keuangan desa belum mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat desa Mekarsari.
Pernyataan kedua yakni mengenai hasil bantuan keuangan desa sesuai
dengan harapan masyarakat, dari data hasil penelitian menunjukan 54 responden
menjawab setuju dengan pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram
batang di bawah ini:
2
58
35
3
0
10
20
30
40
50
60
70
sts ts s ss
91
Diagram Batang 4.15
Hasil bantuan keuangan desa sesuai dengan harapan masyarakat
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.15 di atas dapat diketahui bahwa terdapat
98 orang responden memberikan penilaian terhadap hasil bantuan keuangan desa
sesuai dengan harapan masyarakat dimana 3 responden menjawab sangat setuju,
54 responden menjawab setuju, 26 responden menjawab tidak setuju, dan 15
responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian
besar responden menjawab setuju sebesar 54. Hal tersebut menilai bahwa hasil
bantuan keuangan desa sesuai dengan harapan masyarakat desa Mekarsari.
4.4.4 Perataan
yaitu erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk
pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam
masyarakat. Kebijakan yang dirancang untuk mendistribusikan pendapatan,
kesejahteraan, kesempatan pendidikan, atau pelayanan publik kadang-kadang
direkomendasikan atas dasar kriteria ini. Indikator perataan terdiri dari
15
26
54
3
0
10
20
30
40
50
60
sts ts s ss
92
subindikator proses pendistribusian bantuan keuangan kepada desa dan
pemerataan pembagian bantuan keuangan desa.
a). Proses pendistribusian bantuan keuangan kepada desa
Subindikator proses pendistribusian keuangan kepada desa terdiri dari dua
pernyataan, pernyataan pertama yakni mengenai hasil penyaluran bantuan
keuangan desa dinilai tepat waktu oleh masyarakat desa, dari data hasil penelitian
menunjukan 62 responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut,
untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:
Diagram Batang 4.16
Penyaluran bantuan keuangan desa dinilai tepat waktu oleh masyarakat
desa
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.16 di atas dapat diketahui bahwa terdapat
98 orang responden memberikan penilaian terhadap penyaluran bantuan keuangan
desa dinilai tepat waktu oleh masyarakat desa dimana 4 responden menjawab
sangat setuju, 30 responden menjawab setuju, 62 responden menjawab tidak
setuju, dan 2 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat
dilihat sebagian besar responden menjawab tidak setuju sebesar 62. Hal tersebut
2
62
30
4
0
10
20
30
40
50
60
70
sts ts s ss
93
menilai bahwa penyaluran bantuan keuangan desa belum tepat waktu oleh
masyarakat desa Mekarsari.
Pernyataan kedua yakni mengenai hasil penyaluran bantuan keuangan desa
disalurkan secara benar sesuai dengan harapan masyarakat desa, dari data hasil
penelitian menunjukan 40 responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan
tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:
Diagram 4.17
Penyaluran bantuan keuangan desa disalurkan secara benar sesuai dengan
harapan masyarakat desa
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.17 di atas dapat diketahui bahwa terdapat
98 orang responden memberikan penilaian terhadap penyaluran bantuan keuangan
desa disalurkan secara benar sesuai dengan harapan masyarakat desa dimana 26
responden menjawab sangat setuju, 31 responden menjawab setuju, 40 responden
menjawab tidak setuju, dan 1 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan
demikian dapat dilihat sebagian besar responden menjawab tidak setuju sebesar
1
40
31
26
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
sts ts s ss
94
40. Hal tersebut menilai bahwa penyaluran bantuan keuangan desa belum
disalurkan secara benar sesuai dengan harapan masyarakat desa Mekarsari.
b). Pemerataan pembagian bantuan keuangan desa
Subindikator proses pemerataan pembagian bantuan keuangan desa terdiri
dari satu pernyataan, pernyataan pertama yakni mengenai pembagian manfaat
bantuan keuangan desa dilakukan secara merata di setiap RT/RW, dari data hasil
penelitian menunjukan 55 responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan
tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:
Diagram Batang 4.18
Penilaian Responden Terhadap pembagian manfaat bantuan keuangan desa
dilakukan secara merata di setiap RT/RW
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.18 di atas dapat diketahui bahwa terdapat
98 orang responden memberikan penilaian terhadap pembagian manfaat bantuan
keuangan desa dilakukan secara merata di setiap RT/RW dimana 3 responden
menjawab sangat setuju, 37 responden menjawab setuju, 55 responden menjawab
3
55
37
3
0
10
20
30
40
50
60
sts ts s ss
95
tidak setuju, dan 3 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian
dapat dilihat sebagian besar responden menjawab tidak setuju sebesar 55. Hal
tersebut menilai bahwa pembagian manfaat bantuan keuangan desa belum
dilakukan secara merata di setiap RT/RW.
4.4.5 Responsivitas
yaitu berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan
kebutuhan, preferensi, atau nilai masyarakat. Pentingya kriteria ini adalah karena
analis yang dapat memuaskan semua kriteria lainnya masih gagal jika belum
menanggapi kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari
adanya suatu kebijakan. Indikator responsivitas terdiri dari dua subindikator yaitu
pemahaman masyarakat terhadap bantuan keuangan desa dan keikutsertaan
masyarakat dalam keberlangsungan program bantuan keuangan desa.
a). Pemahaman masyarakat terhadap bantuan keuangan desa
Subindikator pemahaman masyarakat terhadap bantuan keuangan desa,
pernyataan pertama yakni mengenai masyarakat dinilai mampu memahami
tentang pelaksanaan program bantuan keuangan desa, dari data hasil penelitian
menunjukan 55 responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut, untuk
lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:
96
Diagram Batang 4.19
Masyarakat dinilai mampu memahami tentang pelaksanaan program
bantuan keuangan desa
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.19 di atas dapat diketahui bahwa terdapat
98 orang responden memberikan penilaian terhadap masyarakat dinilai mampu
memahami tentang pelaksanaan program bantuan keuangan desa dimana 3
responden menjawab sangat setuju, 55 responden menjawab setuju, 36 responden
menjawab tidak setuju, dan 4 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan
demikian dapat dilihat sebagian besar responden menjawab setuju sebesar 55. Hal
tersebut menilai masyarakat mampu memahami tentang pelaksanaan program
bantuan keuangan desa.
Pernyataan kedua yakni mengenai hasil masyarakat mapu memberikan
penilaian terhadap keberlangsungan program bantuan keuangan desa, dari data
hasil penelitian menunjukan 55 responden menjawab tidak setuju dengan
pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:
4
36
55
3
0
10
20
30
40
50
60
sts ts s ss
97
Diagram Batang 4.20
Masyarakat mampu memberikan penilaian terhadap keberlangsungan
program bantuan keuangan desa
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.20 di atas dapat diketahui bahwa terdapat
98 orang responden memberikan penilaian terhadap masyarakat mampu
memberikan penilaian terhadap keberlangsungan program bantuan keuangan desa
dimana 2 responden menjawab sangat setuju, 19 responden menjawab setuju, 55
responden menjawab tidak setuju, dan 22 responden menjawab sangat tidak
setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian besar responden menjawab tidak
setuju sebesar 55. Hal tersebut menilai bahwa masyarakat belum mampu
memberikan penilaian terhadap keberlangsungan program bantuan keuangan desa.
22
55
19
2
0
10
20
30
40
50
60
sts ts s ss
98
b). Keikutsertaan masyarakat dalam keberlangsungan program bantuan
keuangan desa
Subindikator keikutsertaan masyarakat dalam keberlangsungan program
bantuan keuangan desa, pernyataan pertama yakni mengenai masyarakat
diikutsertakan dalam proses perencanaan program bantuan keuangan desa, dari
data hasil penelitian menunjukan 51 responden menjawab tidak setuju dengan
pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:
Diagram Batang 4.21
Masyarakat diikutsertakan dalam proses perencanaan program bantuan
keuangan desa
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.21 di atas dapat diketahui bahwa terdapat
98 orang responden memberikan penilaian terhadap masyarakat diikutsertakan
dalam proses perencanaan program bantuan keuangan desa dimana 3 responden
menjawab sangat setuju, 36 responden menjawab setuju, 51 responden menjawab
tidak setuju, dan 8 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian
dapat dilihat sebagian besar responden menjawab tidak setuju sebesar 51. Hal
8
51
36
3
0
10
20
30
40
50
60
sts ts s ss
99
tersebut menilai bahwa masyarakat belum diikutsertakan dalam proses
perencanaan program bantuan keuangan desa.
Pernyataan kedua yakni mengenai masyarakat diikutsertakan dalam proses
pelaksanaan program bantuan keuangan desa, dari data hasil penelitian
menunjukan 48 responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut, untuk
lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:
Diagram Batang 4.22
Masyarakat diikutsertakan dalam proses pelaksanaan program bantuan
keuangan desa
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram 4.22 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98 orang
responden memberikan penilaian terhadap masyarakat diikutsertakan dalam
proses pelaksanaan program bantuan keuangan desa dimana 40 responden
menjawab sangat setuju, 48 responden menjawab setuju, 8 responden menjawab
tidak setuju, dan 2 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian
dapat dilihat sebagian besar responden menjawab setuju sebesar 48. Hal tersebut
2
8
48
40
0
10
20
30
40
50
60
sts ts s ss
100
menilai bahwa masyarakat telah diikutsertakan dalam proses pelaksanaan program
bantuan keuangan desa.
Pernyataan ketiga yakni mengenai masyarakat masyarakat diikutsertakan
dalam proses evaluasi program bantuan keuangan desa, dari data hasil penelitian
menunjukan 36 responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut, untuk
lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:
Diagram 4.23
Masyarakat diikutsertakan dalam proses evaluasi program bantuan
keuangan desa
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram 4.23 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98 orang
responden memberikan penilaian terhadap masyarakat diikutsertakan dalam
proses evaluasi program bantuan keuangan desa dimana 28 responden menjawab
sangat setuju, 36 responden menjawab setuju, 33 responden menjawab tidak
setuju, dan 1 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat
dilihat sebagian besar responden menjawab setuju sebesar 36. Hal tersebut
1
33 36
28
0
5
10
15
20
25
30
35
40
sts ts s ss
101
menilai bahwa masyarakat telah diikutsertakan dalam proses evaluasi program
bantuan keuangan desa.
4.4.6 Ketepatan
yaitu yang berhubungan dengan rasionalitas substantif, karena pertanyaan
tentang hal ini tidak berkenaan dengan satuan kriteria individu tetapi dua atau
lebih kriteria secara bersama-sama. Kriteria ini merujuk pada nilai atau harga dari
tujuan program dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut
atau dengan kata lain adalah apakah hasil yang diinginkan benar-benar layak atau
berharga. Indikator ketepatan terdiri subindikator ketepatan keberlangsungan
program bantuan keuangan desa terhadap masyarakat.
a). Ketepatan keberlangsungan program bantuan keuangan desa
terhadap masyarakat
Subindikator ketepatan keberlangsungan program bantuan keuangan desa
terhadap masyarakat, pernyataan pertama yakni mengenai program bantuan
keuangan desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa, dari data hasil
penelitian menunjukan 55 responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan
tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:
102
Diagram Batang 4.24
Program bantuan keuangan desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram batang 4.24 di atas dapat diketahui bahwa terdapat
98 orang responden memberikan penilaian terhadap program bantuan keuangan
desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa dimana 2 responden menjawab
sangat setuju, 40 responden menjawab setuju, 55 responden menjawab tidak
setuju, dan 1 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat
dilihat sebagian besar responden menjawab tidak setuju sebesar 55. Hal tersebut
menilai bahwa program bantuan keuangan desa belum sesuai dengan kebutuhan
masyarakat desa Mekarsari.
Pernyataan kedua yakni mengenai program bantuan keuangan desa dinilai
sudah tepat sasaran terhadap peran serta masyarakat dalam memajukan desa, dari
data hasil penelitian menunjukan 51 responden menjawab tidak setuju dengan
pernyataan tersebut, untuk lebih jelasnya lihat diagram batang di bawah ini:
1
55
40
2
0
10
20
30
40
50
60
sts ts s ss
103
Diagram Batang 4.25
Program bantuan keuangan desa dinilai sudah tepat sasaran terhadap peran
serta masyarakat dalam memajukan desa
Sumber : Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram 4.25 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 98 orang
responden memberikan penilaian terhadap program bantuan keuangan desa dinilai
sudah tepat sasaran terhadap peran serta masyarakat dalam memajukan desa
dimana 4 responden menjawab sangat setuju, 16 responden menjawab setuju, 51
responden menjawab tidak setuju, dan 27 responden menjawab sangat tidak
setuju. Dengan demikian dapat dilihat sebagian besar responden menjawab tidak
setuju sebesar 51. Hal tersebut menilai bahwa program bantuan keuangan desa
belum tepat sasaran terhadap peran serta masyarakat dalam memajukan desa
Mekarsari.
27
51
16
4
0
10
20
30
40
50
60
sts ts s ss
104
4.5 Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di
Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012 peneliti
memiliki hipotesis sebagai berikut :
“Pelaksanaan Program Bantuan Keuangan Kepada Desa Tahun 2012 di
Desa Mekarsari tercapai lebih dari atau sama dengan 60 % dari kriteria
ideal yang ditetapkan”. Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat signifikasi dari hipotesis yang diajukan. Berdasarkan metode penelitian,
maka pada tahap pengujian hipotesis penelitian ini peneliti menggunakan rumus t-
test satu sampel. Adapun perhitungan pengujian hipotesis tersebut yaitu sebagai
berikut:
4 x 25 x 98 = 9.800
Rata-rata nilai ideal yang diharapkan = 9.800 : 98 = 100
Keterangan :
4 = Skor tertinggi item
25 = Jumlah item pernyataan
98 = Jumlah Responden
Selanjutnya nilai yang dihipotesiskan adalah “lebih dari atau sama dengan
60% dari nilai ideal, hal ini berarti:
60
100 x 100 = 0,60 x 100 = 60.
Ha untuk memprediksi µ lebih besar atau sama dengan 10 persen dari skor
ideal yang diharapkan. Sedangkan Ho kurang dari 10 persen dari skor ideal.
Ho = µ < 60% < 0.60 x 100 = 60
Ha = µ ≥ 60% ≥ 0,60 x 100 = 60
105
Selanjutnya peneliti mencari nilai rata-rata keseluruhan dari total skor item
pertanyaan. Untuk menghitung nilai rata-ratanya, peneliti menggunakan rumus
berikut ini:
Rumus :
∑X
X =
n
Diketahui :
6224
X = = 63.5102041 = 63.51
98
Dari perhitungan di atas, maka peneliti mendapatkan nilai rata-rata keseluruhan
dari total skor item pertanyaan sebesar 63.51.
Setelah mengetahui nilai rata-ratanya, maka peneliti mencari nilai
simpangan bakunya, peneliti menggunakan rumus berikut ini:
s =
1
2
n
xx
s = 4602
98– 1
s = 4602
97
s = √ 47,44
s = 6,8
Dari perhitungan di atas, maka peneliti mendapatkan nilai simpangan bakunya
sebesar 6,8.
Keterangan :
= Nilai Rata-rata
∑X = Total Skor Item Pertanyaan
n = Jumlah anggota sampel
106
Setelah mengetahui nilai simpangan baku dari perhitungan di atas, maka
selanjutnya peneliti menghitung nilai dari t-hitung, peneliti menggunakan rumus
di bawah ini:
t =
n
s
x
= 63,51 – 60
6,8
√98
= 3,51
6,8
9,89
t = 3,51
0,68
t = 5,16
Nilai thitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai ttabel dengan
derajat kebebasan (dk) = (n – 1) = (98 – 1) = 97 dan taraf kesalahan = 5%
(0,05) untuk uji satu pihak (one tail test), didapat nilai ttabel yaitu 1,662. Karena
nilai thitung lebih besar dari pada nilai ttabel (5,16 > 1,662) dan jatuh pada daerah
penerimaan Ha, maka hipotesis awal (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak.
Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan
Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012,
Keterangan :
t = nilai t yang dihitung
= nilai rata-rata
µ0 = nilai yang dihipotesiskan
s = simpangan baku sampel
n = jumlah anggota sampel
107
Rumus : ∑X
X
Diketahui :
6224
9800
Jadi, hipotesis yang menyatakan bahwa Evaluasi Program Bantuan
Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten
Tangerang Tahun 2012 tercapai lebih dari atau sama dengan 60% dari nilai ideal
dapat diterima, atau tidak terdapat perbedaan antara yang diduga dalam populasi
dengan data yang terkumpul dari sampel. Hasil perhitungan terhadap data sampel
diperoleh bahwa Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa
Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012 sebesar 63,51%.
Gambar 4.4
Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
untuk Uji Hipotesis Pihak Kanan
0 1,662 5,16
(60%) (63,51%)
x 100 = 63,510204 = 63,51%
Daerah penolakan Ho Daerah Penerimaan Ha
x 100
Keterangan :
∑X = Total Skor Item Pertanyaan
X = Nilai Rata-rata
108
Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa t hitung ternyata jatuh pada
daerah penerimaan Ha, dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak.
4.6 Interpretasi Hasil Penelitian
Penelitian dengan judul Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada
Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012
bahwa hal yang paling utama adalah menjawab rumusan masalah yang telah
dibuat oleh peneliti pada awal penelitian. Untuk menjawab rumusan masalah kita
dapat melihat dari pembahasan yang memaparkan pengujian hipotesis dengan
menggunakan rumus t-test satu sampel bahwa harga thitung lebih besar (>) dari
harga ttabel dan hal itu dapat diartikan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak karena
mencapai 63,51% dari prediksi lebih dari atau sama dengan 60%. Sehingga dari
data pengujian hipotesis tersebut dapat dijelaskan bahwa Evaluasi Program
Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten
Tangerang Tahun 2012 mencapai angka 63,51% dari prediksi lebih dari atau sama
dengan 60%, artinya program tersebut dinilai baik oleh masyarakat.
Interpretasi yang tepat untuk menjawab rumusan masalah “Bagaimana
Pelaksanaan Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari
Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012” adalah mencapai angka
63,51%, artinya Pelaksanaan Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa
Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012 mendapatkan
penilaian baik oleh masyarakat.
109
4.7 Pembahasan
Pada pembahasan ini, terlebih dahulu peneliti akan memaparkan mengenai
pengujian hipotesis, dimana dalam pengujian hipotesis tersebut diperoleh bahwa
Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan data tersebut, dijelaskan bahwa Evaluasi
Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg
Kabupaten Tangerang tahun 2012 mencapai 63,51% yang sesuai dengan hipotesis
yaitu lebih dari atau sama dengan 60% artinya dinilai baik oleh masyarakat. Hal
ini ditunjukan dari hasil perhitungan pada variabel penelitian tersebut, yaitu
Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan
Rajeg Kabupaten Tangerang tahun 2012. Skor ideal instrumen yang diperoleh
adalah 9.800. Sedangkan skor hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul
dari instrumen adalah 6224. Sehingga, Evaluasi Program Bantuan Keuangan
Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang tahun
2012 adalah sebesar 6224 : 9800 = 63,510204 atau 63,51%.
Hasil penelitian Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di
Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012 memuaskan.
Memuaskan Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa
Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012 tersebut dikaji
dengan teori evaluasi kebijakan dari William N. Dunn (2003). Menurut Dunn, ada
enam indikator evaluasi kebijakan, yaitu Efektivitas (Effectiveness), Efisiensi
(Efficiency), Kecukupan (Adequacy), Perataan (Leveling), Responsivitas
(Responsive) dan Ketepatan (Accuracy). Peneliti akan terlebih dahulu membahas
hasil pengujian hipotesis Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di
110
Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2012 dikaitkan
dengan identifikasi masalah.
Pertama, Sosialisasi dari aparatur Desa Mekarsari kepada masyarakat
belum dilakukan secara menyeluruh ke semua tingkat RT/RW. Hal ini dapat
dilihat dari hasil jawaban responden pada pernyataan kuesioner nomor 8, 9 dan
10. Pada pernyataan kuesioner nomor 8, sebanyak 58 orang menjawab tidak
setuju. Pada pernyataan nomor 9, sebanyak 50 orang menjawab tidak setuju.
Sedangkan pernyataan nomor 10, sebanyak 65 orang menjawab setuju.
Kedua, Realisasi Program Bantuan Keuangan Desa belum sesuai dengan
harapan masyarakat. hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban responden pada
pernyataan kuesioner nomor 11, 12 dan 13. Pada pernyataan kuesioner nomor 11,
sebanyak 49 orang menjawab setuju. Pada pernyataan kuesioner nomor 12,
sebanyak 47 orang menjawab setuju. Sedangkan pada pernyataan kuesioner
nomor 13, sebanyak 57 orang menjawab tidak setuju.
Ketiga, partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan dari Program Bantuan Keuangan Desa masih sangat minim. Hal
ini dapat dilihat dari hasil jawaban responden pada pernyataan kuesiner nomor 21,
22, dan 23. Pada pernyataan kuesioner nomor 21, sebanyak 51 orang menjawab
tidak setuju. Pada pernyataan kuesioner nomor 22, sebanyak 48 orang menjawab
setuju. Sedangkan pada pernyataan kuesioner nomor 23, sebanyak 36 orang
menjawab setuju.
111
Keempat, proses pendistribusian dari Program Bantuan Keuangan Desa
masih dinilai lambat dan tidak menyeluruh ke setiap RT dan RW. Hal ini dapat
dilihat dari hasil jawaban responden pada pernyataan nomor 16 dan 18. Pada
pernyataan kuesioner nomor 16, sebanyak 62 orang menjawab tidak setuju.
Sedangkan pada pernyataan kuesioner nomor 18, sebanyak 55 orang menjawab
tidak setuju.
Selanjutnya, peneliti akan membahas hasil pengujian hipotesis, yaitu
Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan
Rajeg Kabupaten Tangerang tahun 2012 dikaitkan dengan teori evaluasi kebijakan
dari William N. Dunn (2003). Berdasarkan hasil penelitian lapangan diperoleh
skor hasil perhitungan tiap-tiap dimensi Evaluasi Program Bantuan Keuangan
Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang tahun
2012 sebagai berikut:
1. Dimensi Efektivitas, terdiri dari 2 Sub indikator yaitu manfaat program
bantuan keuangan desa terhadap penerima manfaat dan kesesuaian
program berdasarkan tujuan program. Dan terdapat butir peryataan
yaitu pernyataan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 jumlah nilai untuk butir
tersebut (tabel hasil kuesioner) 278 + 243 + 249 + 280 + 254 + 245 +
252 = 1801. Skor ideal instrument adalah 4 x 98 x 7 = 2744. Skor hasil
dari dimensi Efektivitas 1801 : 2744 = 0,656 atau (dikalikan 100%)
menjadi 65,6% berdasarkan indikator skor hasil penelitian, dimensi
efektivitas dinilai baik oleh para kepala keluarga desa mekarsari.
112
2. Dimensi Efisiensi, terdiri dari 2 Sub indikator yaitu penyampaian
informasi program bantuan keuangan desa kepada masyarakat dan
pelaksanaan program bantuan keuangan desa kepada masyarakat. Dan
terdapat butir peryataan yaitu pernyataan nomor 8, 9, 10, 11, 12, 13
jumlah nilai untuk butir tersebut (tabel hasil kuesioner) 235 + 221 +
261 + 243 + 247 + 216 = 1423. Skor ideal instrument adalah 4 x 98 x 6
= 2352. Skor hasil dari dimensi Efisiensi 1423 : 2352 = 0,605 atau
(dikalikan 100%) menjadi 60,5% berdasarkan indikator skor hasil
penelitian, dimensi efisiensi dinilai baik oleh para kepala keluarga desa
mekarsari.
3. Dimensi Kecukupan, terdiri dari 1 sub indikator yaitu pemenuhan
kebutuhan masyarakat. Dan terdapat butir peryataan yaitu pernyataan
nomor 14, 15 jumlah nilai untuk butir tersebut (tabel hasil kuesioner)
235 + 241 = 476. Skor ideal instrument adalah 4 x 98 x 2 = 784. Skor
hasil dari dimensi Kecukupan 476 : 784 = 0,607 atau (dikalikan 100%)
menjadi 60,7% berdasarkan indikator skor hasil penelitian, dimensi
kecukupan dinilai baik oleh para kepala keluarga desa mekarsari.
4. Dimensi Perataan, terdiri dari 2 sub indikator yaitu proses
pendistribusian bantuan keuangan kepada desa dan pemerataan
pembagian bantuan keuangan desa. Dan terdapat butir peryataan yaitu
pernyataan nomor 16, 17, 18 jumlah nilai untuk butir tersebut (tabel
hasil kuesioner) 232 + 278 + 236 = 746. Skor ideal instrument adalah 4
x 98 x 3 = 1176. Skor hasil dari dimensi Perataan 746 : 1176 = 0,634
113
atau (dikalikan 100%) menjadi 63,4% berdasarkan indikator skor hasil
penelitian, dimensi perataan dinilai baik oleh para kepala keluarga desa
mekarsari.
5. Dimensi Responsivitas, terdiri dari 2 sub indikator yaitu pemahaman
masyarakat terhadap bantuan keuangan desa dan keikutsertaan
masyarakat dalam keberlangsungan program bantuan keuangan desa.
Dan terdapat butir peryataan yaitu pernyataan nomor 19, 20, 21, 22, 23
jumlah nilai untuk butir tersebut (tabel hasil kuesioner) 253 + 197 +
230 + 322 + 287 = 1289. Skor ideal instrument adalah 4 x 98 x 5 =
1960. Skor hasil dari dimensi Responsivitas 1289 : 1960 = 0,657 atau
(dikalikan 100%) menjadi 65,7% berdasarkan indikator skor hasil
penelitian, dimensi responsivitas dinilai baik oleh para kepala keluarga
desa mekarsari.
6. Dimensi Ketepatan, terdiri dari 1 sub indikator yaitu ketepatan
keberlangsungan program bantuan keuangan desa terhadap
masyarakat. Dan terdapat butir peryataan yaitu pernyataan nomor 24,
25 jumlah nilai untuk butir tersebut (tabel hasil kuesioner) 239 + 193 =
432. Skor ideal instrument adalah 4 x 98 x 2 = 784. Skor hasil dari
dimensi Ketepatan 432 : 784 = 0,551 atau (dikalikan 100%) menjadi
55,1% berdasarkan indikator skor hasil penelitian, dimensi ketepatan
dinilai tidak baik oleh para kepala keluarga desa mekarsari.
114
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti dapat mengetahui kembali
jawaban atas rumusan masalah pertama, yaitu Evaluasi Program Bantuan
Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten
Tangerang tahun 2012. Berdasarkan hasil perhitungan pengujian hipotesis
dinyatakan bahwa Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa
Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang tahun 2012 mencapai angka
63,51% yang sesuai dengan angka hipotesis yaitu lebih dari atau sama dengan
60%. Artinya, Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa
Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang tahun 2012 dinilai baik oleh
masyarakat berdasarkan hasil perhitungan dari setiap butir pertanyaan dalam
kuisioner pada setiap dimensi dari teori yang dipakai.
115
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yakni tentang “Evaluasi
Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg
Kabupaten Tangerang tahun 2012”, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa
Evaluasi Program Bantuan Keuangan Kepada Desa di Desa Mekarsari Kecamatan
Rajeg Kabupaten Tangerang tahun 2012 dinilai baik oleh masyarakat karena
perhitungan dari setiap butir kuisioner secara keseluruhan mencapai angka
63,51% yang melebihi hipotesis peneliti yaitu lebih dari atau sama dengan 60%.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Evaluasi Kebijakan dari
William N. Dunn (2003), yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan,
responsivitas, dan ketepatan.
5.2. Saran
Saran yang diberikan oleh peneliti untuk keberhasilah dari Program Bantuan
Keuangan Kepada Desa tahun selanjutnya yaitu: Pertama, sosialisasi dari aparatur
Desa Mekarsari harus lebih ditingkatkan dan dilakukan secara menyeluruh ke
tingkat RT/RW. Melihat hasil jawaban dari setiap responden pada pembahasan
mengenai hal tersebut, masyarakat masih menilai rendah tentang sosialisasi dari
aparatur desa tentang program bantuan tersebut. Kedua, aparatur Desa Mekarsari
harus lebih menseleksi kembali mengenai kebutuhan masyarakat yang lebih
115
116
dibutuhkan agar realisasi Program Bantuan Keuangan selanjutnya bisa sesuai
dengan harapan masyarakat. Ketiga, aparatur Desa Mekarsari harus lebih
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan dari program
tersebut. Melihat dari jawaban responden tentang partisipasi masyarakat dalam hal
perencanaan masih sangat minim. Partisipasi masyarakat dalam proses
implementasi dan proses evaluasi mendapatkan nilai baik oleh masyarakat,
mengingat hal tersebut maka aparatur desa harus mempertahankan atau lebih
meningkatkan kedua proses tersebut.