BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

26
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang tidak pernah terlepas dari komunikasi dengan orang lain. Komunikasi yang dilakukan dapat berisi pembicaraan yang serius ataupun tidak serius. Pembicaraan yang tidak serius biasanya diwujudkan melalui candaan atau humor belaka. Komunikasi dalam bentuk humor cenderung dapat membuat seseorang akan tertawa seolah-olah beban di hati dan pikirannya akan terasa berkurang ataupun hilang sekejap. Menurut beberapa ahli, humor timbul karena dalam diri kita ada pertentangan antara rasa ingin main-maindan keseriusanserta kegembiraan yang meledak-ledakdan kesedihan yang berlebihan. Setiap orang yang berhumor, dari kedua belah pihak atau lebih harus membutuhkan kecerdasan masing-masing. Sebab, bila salah satu pihak tidak memahami maksud humor yang disampaikan, maka humor tersebut akan terasa tidak lucu atau bahkan bisa menyinggung lawan tuturnya. Oleh karena itu, humor yang diselipkan harus proporsional, artinya apabila ingin berhumor haruslah melihat situasi dan keadaan terlebih dahulu apakah tepat atau tidak untuk berhumor. Wacana humor yang menjadi bahan kajian tesis ini cenderung merupakan wacana hiburan karena penciptaannya ditujukan untuk menghibur pembaca di samping sebagai wahana kritik sosial terhadap segala bentuk ketimpangan yang terjadi di tengah masyarakat sebab humor merupakan salah satu sarana yang

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap orang tidak pernah terlepas dari komunikasi dengan orang lain.

Komunikasi yang dilakukan dapat berisi pembicaraan yang serius ataupun tidak

serius. Pembicaraan yang tidak serius biasanya diwujudkan melalui candaan atau

humor belaka. Komunikasi dalam bentuk humor cenderung dapat membuat

seseorang akan tertawa seolah-olah beban di hati dan pikirannya akan terasa

berkurang ataupun hilang sekejap.

Menurut beberapa ahli, humor timbul karena dalam diri kita ada

pertentangan antara rasa ingin “main-main‟ dan “keseriusan‟ serta “kegembiraan

yang meledak-ledak” dan “kesedihan yang berlebihan‟. Setiap orang yang

berhumor, dari kedua belah pihak atau lebih harus membutuhkan kecerdasan

masing-masing. Sebab, bila salah satu pihak tidak memahami maksud humor yang

disampaikan, maka humor tersebut akan terasa tidak lucu atau bahkan bisa

menyinggung lawan tuturnya. Oleh karena itu, humor yang diselipkan harus

proporsional, artinya apabila ingin berhumor haruslah melihat situasi dan keadaan

terlebih dahulu apakah tepat atau tidak untuk berhumor.

Wacana humor yang menjadi bahan kajian tesis ini cenderung merupakan

wacana hiburan karena penciptaannya ditujukan untuk menghibur pembaca di

samping sebagai wahana kritik sosial terhadap segala bentuk ketimpangan yang

terjadi di tengah masyarakat sebab humor merupakan salah satu sarana yang

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

2

efektif di saat saluran kritik lainnya tidak dapat menjalankan fungsinya. Humor

memiliki peranan yang sangat penting, yakni sebagai sarana hiburan dan

pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas hidup manusia; sebagai penglipur

lara karena dapat menyalurkan ketegangan batin yang dapat dikendurkan melalui

tawa; dapat memelihara keseimbangan jiwa dan kesatuan sosial dalam

menghadapi keadaan yang tidak disangka-sangka.

Penelitian mengenai humor hampir semuanya berpijak pada konsep

ketidaksejajaran (incongruity), pertentangan (conflict), dan pembebasan (relief)

(Wijana, 2004: 12). Apabila dilihat dari kacamata linguistik, pertentangan dan

ketidaksejajaran dalam humor terjadi karena dilanggarnya norma-norma

pragmatik bahasa baik secara tekstual maupun interpersonal. Secara tekstual,

pelanggaran dilakukan dengan penyimpangan prinsip kerja sama (cooperative

principle) dan secara interpersonal dilakukan dengan penyimpangan prinsip

kesopanan (politeness principle), serta parameter pragmatik (Wijana, 2004: 6).

Jika pada tuturan wajar, penutur dan petutur sama-sama menyadari bahwa

ada kaidah-kaidah yang harus dipatuhi untuk mengatur tindakannya, penggunaan

aspek-aspek kebahasaannya, interpretasi terhadap tindakan dan ucapan lawan

tuturnya, maka lain halnya dengan humor. Di dalam humor, kaidah-kaidah

tersebut dikesampingkan. Hal ini diungkapkan seperti dalam contoh wacana

humor berikut ini.

(1) KOMITMEN KAPOLRI BARU Kapolri : Saya tidak akan menjadi „setor-man‟ atau „setir-man‟.

Saya tetap sutarman!! Atau jadi „superman‟?!

Mice : Eeeenggh...saya..ssayaa..turun disini aja deh, Pak...

(Mice Cartoon, 30092013)

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

3

(2) SALAD DAN SALAT

Seorang wanita yang berada di salah satu restoran cepat saji bingung

mencari lokasi salah satu menu yang ditawarkan di restoran tersebut.

Wanita : Mas...Kalau tempat Salad sebelah mana ya?

Pria : Wah...ga tau mba‟ saya Kristen.

(Mice Cartoon, 2012)

(3) MOBIL TENAGA SURYA Leonhar : Oooh...Jadi ini maksud lu?! „Mobil Tenaga Surya‟!!

Mice : ..yaa! Terus! Dorong terus bang Surya!! Terus...Teruuss!!

(Mice Cartoon, 15112012)

(4) GSM Leonhar : Ce, bapak lu kerja dimana?

Mice : Bapak gua ketua GSM...

Leonhar : Ketua operator telepon GSM?

Mice : Bukan, Gerakan Sate Madura..

(Mice Cartoon, 21082012)

Dalam wacana (1) pemanfaatan aspek kebahasaan yang digunakan yakni

permutasi bunyi. Gejala salah ucap (slip of tongue) baik yang disengaja maupun

tidak disengaja seringkali memiliki efek humor bagi para pendengarnya.

Permutasi bunyi /e/-/i/ dan /o/-/i/ pada kata setorman dan setirman yang bermula

dari sutarman merupakan salah satu upaya Mice menciptakan humor dengan

teknik permutasi. Hal tersebut secara kebetulan erat dengan konteks humor

tersebut yang mengacu pada polemik pengangkatan Kepala Bareskim Komjen

Sutarman menjadi Kapolri.

Dalam wacana (2) terlihat bahwa elemen-elemen bahasa yang hanya

memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi dijadikan

sumber kelucuan. Kata salad yang dimaksud pada tokoh wanita adalah jenis

makanan yang terdiri dari campuran sayur-sayuran dan bahan-bahan makanan

siap santap, bukan seperti persepsi tokoh laki-laki yang menganggap salad adalah

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

4

salat (ibadah yang dilakukan oleh pemeluk agama Islam). Dalam wacana (2) juga

terdapat pelanggaran maksim relevansi, di mana tokoh laki-laki tidak relevan

menjawab pertanyaan dari tokoh wanita dengan jawaban “Wah...ga tau mba‟ saya

Kristen”. Sama halnya juga dalam wacana (3) percakapan antara Mice dan

Leonhar yang sedang mengendarai mobil yang dianggap “Mobil Tenaga Surya”.

Bila Mice sebagai peserta percakapan yang kooperatif, maka tidak selayaknyalah

ia mempersamakan mobil tenaga surya dengan tenaga manusia yaitu bang (sapaan

untuk abang, kakak laki-laki) yang bernama Surya. Surya dalam konteks

percakapan tersebut seharusnya adalah matahari bukan Surya yang bermakna

nama orang. Wacana (3) sebagai wacana humor agaknya tidak relevannya

kontribusi tuturan Mice terhadap pertanyaan yang disampaikan oleh Leonhar sulit

dicari implikasionalnya.

Dalam wacana (4) memanfaatkan aspek-aspek kebahasaan yang berupa

homofoni abreviasi. Abreviasi Gerakan Sate Madura dalam wacana tersebut

memiliki homofoni dengan abreviasi GSM, sebuah istilah dalam dunia

telekomunikasi yang mempunyai kepanjangan dalam bahasa Inggris Global

System for Mobile Communications.

Wacana humor selain ditujukan untuk menghibur pembaca juga sebagai

wahana kritik sosial terhadap segala ketimpangan yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat. Biasanya wahana kritik sosial ini diwujudkan melalui kartun, salah

satunya yaitu pada kartun Mice Cartoon. Kartun Mice Cartoon adalah sebuah seri

strip komik yang terbit setiap hari Minggu di harian Kompas. Cerita kartun Mice

Cartoon ini banyak mengambil latar keadaan kota-kota besar seperti Jakarta yang

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

5

metropolitan. Selain itu, banyak melakukan kritikan sosial kepada penduduk di

daerah Jakarta khususnya serta penduduk Indonesia pada umumnya yang dibalut

dengan gaya hiperbolik untuk mengungkapkan fenomena realitas kehidupan yang

terjadi. Namun demikian, kritikan tersebut dibuat lucu dan menghibur sehingga

terkesan tidak terlalu tajam dan tidak menyinggung pihak lain. Pengungkapan

kritikan semacam itu akan terasa lebih lucu dan mengena apabila disertai dengan

melihat gambar yang ada yakni dengan melihat tindakan dan tuturan dalam buku

serial komik Mice Cartoon tersebut. Jadi, pengutaraan yang disampaikan untuk

menuju hal yang dimaksudkannya dapat lebih jelas dipahami.

Pada ilustrasinya, Mice melihat unsur manusia dalam setiap aspek

kehidupan dan menggunakan akalnya untuk mengungkap dan membuat setiap

orang sadar akan sisi realitas yang terjadi. Artinya, kisah Mice diambil dari

realitas yang ada di masyarakat. Pengungkapan peristiwa-peristiwa yang dialami

Mice layaknya seperti bercermin. Apa yang mereka lakukan, maksudnya

mengkritik ataupun menyindir tetapi tidak menggurui. Hal ini dapat dilihat pada

salah satu cerita berikut.

(5) KONTEKS: SEORANG PENGEMIS MEMAKAI TRIK

PENIPUAN AGAR MENDAPATKAN BELAS KASIHAN DARI

ORANG-ORANG SEKITAR.

Trik Penipu Satu kaki dilipat kemudian memakai celana panjang dengan kaki

terlipat. Jadilah efek kaki buntung yang memukau. Pengemis tertawa

senang ”he…hee…he hee..” Lalu ber‟akting‟ di lampu merah…

Pengemis : Kasihan, oom…orang cacat nih…

Mice lantas memberikan Balsem anti pegal otot..

Mice : Nih!! pasti kaki lu pegel kan?

(Mice Cartoon, 14022012)

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

6

Dalam benak pengemis, dengan melakukan trik ucapan ”Kasihan,

oom…orang cacat nih…”, pasti orang yang melihatnya akan merasa kasihan dan

akan memberikannya uang sebab mereka melihat kondisi fisik pengemis tersebut

yang cacat yaitu kaki buntung sebelah. Namun persepsi semacam itu ternyata

disanggah oleh tindakan dan tuturan Mice yang menyimpang dari maksim relevan

yakni memberikan Balsem anti pegal otot sambil mengucapkan “nih!! pasti kaki

lu pegel kan?”. Tuturan Mice yang seperti itu mengandung wujud implikatif

sindiran terhadap apa yang diucapkan pengemis itu. Melalui tuturan Mice

tersebut, akhirnya pengemis tersebut memahami pernyataan implikatif yang

diucapkan oleh Mice bahwa Mice telah mengetahui trik penipuan yang dilakukan

olehnya dan sengaja memberikannya Balsem anti pegal otot agar kaki yang pura-

pura buntung lekas diberi balsem agar tidak pegal.

Cerita pada peristiwa di atas merupakan cerminan realitas sosial yang bisa

saja terjadi di kota-kota besar. Dengan adanya tindakan dan tuturan Mice yang

melanggar maksim relevan tersebut, Mice telah mengetahui apa yang terjadi pada

pengemis tersebut. Banyak pengemis di jalanan yang melakukan trik penipuan

agar mendapat belas kasihan dari orang-orang sekitar.

Wacana humor termasuk di dalamnya wacana kartun dikreasikan atau

terbentuk dari penyimpangan prinsip kerja sama, sehingga secara sengaja ataupun

tidak sengaja peserta percakapan melakukan proses komunikasi yang nonbonafid.

Artinya, peserta percakapan melanggar kaidah-kaidah yang seharusnya dilakukan

atau dipatuhi saat berkomunikasi pada umumnya.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

7

Dalam berkomunikasi dengan orang lain, seseorang diharapkan dapat

memberikan respon atau jawaban yang secukupnya ataupun seinformatif

mungkin. Namun, hal itu tidak berlaku dalam wacana humor. Penyimpangan

terhadap pelanggaran prinsip kerja sama, misalnya dalam maksim kuantitas justru

dilakukan untuk menimbulkan kelucuan. Hal ini dapat dilihat pada salah satu

cerita berikut:

(6) KONTEKS: SEORANG PEREMPUAN AKAN MEMBELI

SEBUAH HP. NAMUN SEBAGAI PENJUAL, MICE JUSTRU

MELEMAHKAN KUALITAS HP TERSEBUT.

Dagang Hape

Seorang perempuan sedang melihat-lihat HP yang akan dibelinya.

Mice : Yang ini 7 juta…ngapain beli yang mahal sih,

mbak?

Leonhar : Paling-paling cuma buat nelpon ama sms-an?

Kemudian cewek itu mencoba HP tersebut untuk memotret dirinya.

Mice : Buat motret? seberapa bagus sih..kamera

handphone?

Leonhar : Beli kamera digital aja…1,5 juta udah dapet yang

5 megapixel.

Si cewek pun tidak mempedulikan tuturan Mice. Lalu ia pun mencoba

membuka program internet.

Mice : Buat internet? Apa enaknya internetan di

handphone? Lagian mahal!! Mendingan ke warnet

aja, mbak... Sejam cuma 3 ribu!!...Puas!

Mendengar tuturan-tuturan Mice yang bertubi-tubi seperti itu,

membuat cewek tersebut menjadi kesal dan ia pun berkata dalam hati

“Bawel!! Beli di tempat lain, ah!” lalu pergi meninggalkan Mice.

Mengetahui pegawainya berbicara seperti itu, tentu saja pemilik toko

menjadi marah.

Pemilik Toko : Lama kelamaan saya bisa bangkrut! Kalian berdua

saya pecat!!!

Apa yang dikatakan oleh tokoh Mice dan Leonhar kepada seorang pembeli

termasuk melanggar maksim kuantitas karena tuturannya berlebihan, tidak

informatif, dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembeli tersebut.

Bila dikaitkan dengan latar belakang kehidupan Mice, jelas saja tuturan tersebut

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

8

mengimplikasikan adanya rasa iri dan ketidaksenangan ia terhadap sesuatu yang

berbau kemewahan. Mice yang termarjinalkan secara struktural dan terjebak

kemiskinan kota besar seperti di daerah Jakarta harus melihat seseorang ingin

membeli HP seharga tujuh juta rupiah sedangkan bagi dia sendiri, untuk makan

saja sulit dan harus bekerja sekeras mungkin. Begitu kontras sekali antara

kehidupan seorang pembeli tersebut dengan kehidupan Mice. Maka dari itu,

tuturan-tuturannya yang seperti itu sengaja dikeluarkan agar pembeli tidak jadi

membeli HP tersebut. Adanya penyimpangan maksim kuantitas yang seharusnya

tidak dilakukan penjual kepada pembeli hingga akhirnya Mice dipecat itulah letak

kelucuan pada wacana di atas.

Semakin hari wacana humor semakin beragam jenisnya. Wacana humor

seperti pada contoh di atas merupakan humor yang berjenis strip komik yang

berbeda dengan lainnya. Kisah-kisah dalam Mice Cartoon layak untuk dijadikan

bahan bacaan bagi yang ingin sekadar mencari hiburan atau sebagai pemecah

ketegangan suasana, sehingga ketika kita (pembaca) membacanya dapat

menyadari bahwa ternyata hal tersebut sama dengan apa yang kita alami juga

karena di dalam menggambarkan sisi realisme kehidupan, Mice berpihak pada

rakyat jelata. Akan tetapi dalam menampilkan kehidupan sosial pun, terkadang

tindakan dan tuturan mereka tidak pada semestinya dan tidak sewajarnya. Maka

dari itu, ada ketertarikan sendiri khususnya bagi peneliti dalam menyelami kisah-

kisah dalam buku kumpulan komik serial Mice Cartoon dilihat dari sudut pandang

pragmatik khususnya prinsip kerja sama, prinsip kesopanan, dan parameter

pragmatik.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

9

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, masalah yang akan disajikan

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

a. Aspek-aspek pragmatik apa sajakah yang disimpangkan dalam wacana

humor buku kumpulan komik serial Mice Cartoon?

b. Aspek-aspek kebahasaan apa sajakah yang dimanfaatkan dalam wacana

humor buku kumpulan komik serial Mice Cartoon?

c. Bagaimanakah fungsi wacana humor dalam buku kumpulan komik serial

Mice Cartoon?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dideskripsikan di atas, penelitian ini

bertujuan sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan penyimpangan aspek-aspek pragmatik yang ditampilkan

dalam wacana humor buku kumpulan komik serial Mice Cartoon.

b. Mendeskripsikan aspek-aspek kebahasaan yang dimanfaatkan dalam

wacana humor buku kumpulan komik serial Mice Cartoon.

c. Mendeskripsikan fungsi wacana humor dalam buku kumpulan komik serial

Mice Cartoon.

1.4 Manfaat Penelitian

Berkaitan dengan tujuan penelitian di atas, penelitian wacana humor dalam

buku kumpulan serial komik Mice Cartoon dengan latar kehidupan sehari-hari

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

10

masyarakat Indonesia ini ditulis dengan harapan untuk memperoleh dua manfaat,

yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Memberikan pengetahuan mengenai wujud implikatif tuturan yang

dilontarkan oleh Muhammad Mice Misrad atau Mice untuk mengungkap

realisme sosial di masyarakat kaitannya dalam kajian pragmatik. Hasil dari

penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang analisis

aspek-aspek linguistik yang digunakan sebagai alat untuk membentuk wacana

humor yang terdapat dalam media massa.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat dijadikan salah satu rujukan penelitian berikutnya yang

sejenis. Selain itu juga untuk memperkaya referensi di Program Studi

Linguistik Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya UGM, khususnya bidang

pragmatik.

1.5 Tinjauan Pustaka

Analisis wacana humor, terutama dalam media tulisan, bukan merupakan

hal yang baru. Sri Widati Pradopo, Siti Soendari Maharto, Ratna Indriani

Hariyono, dan Faruk H.T. (1987) pernah meneliti humor dalam karya sastra Jawa

Modern. Hasil penelitian Pradopo, dkk. menyebutkan bahwa di dalam karya

sastra, humor dibedakan menjadi humor sebagai kode budaya, kode bahasa, dan

kode sastra. Sebagai kode bahasa, humor diciptakan dari penyimpangan makna,

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

11

penyimpangan bunyi, dan pembentukan kata baru. Lebih lanjut diuraikan jenis

humor dalam karya sastra meliputi pun, ironi, sarkasme, sinisme, satire, wit, dan

humor.

Wijana (1995) dalam penelitian disertasinya yang berjudul “Wacana

Kartun dalam bahasa Indonesia” memaparkan bahwa humor merupakan salah satu

wujud aktivitas yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Humor

tidak saja bermanfaat sebagai wahana hiburan, tetapi berguna pula sebagai sarana

pendidikan dan kritik sosial bagi semesta ketimpangan yang akan, sedang, atau

telah terjadi di tengah masyarakat penciptanya. Jadi, humor pada hakikatnya

merupakan salah satu cara manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam

kehidupan sehari-hari manifestasi humor bermacam-macam wujudnya. Kartun

adalah salah satu di antaranya. Kartun sebagai salah satu media penyampai humor,

secara sederhana dibedakan menjadi dua jenis, berdasarkan hadir tidaknya elemen

verba di dalamnya, yakni kartun nonverbal dan kartun verbal.

Wijana (2003) dalam “Wacana Dagadu, Permainan Bahasa, dan Ilmu

Bahasa” membahas pemakaian bahasa dalam wacana Dagadu, kaos khas

Yogyakarta. Di dalamnya dibahas fungsi dan peranan plesetan. Lebih lanjut

Wijana menguraikan aneka plesetan dalam kaos oblong Dagadu, seperti

pemanfaatan permainan kata, permainan kata antarbahasa, malapropisme, silap

lidah, slang, wacana indah, serta kreasi dan translasi wacana. Selain itu, Wijana

juga membahas permainan bahasa dalam hidup manusia dan dalam ilmu bahasa.

Selanjutnya, penelitian tesis yang ditulis oleh Vivin Dwi Agustin (2003)

yang berjudul “Analisis Wacana Humor Anak-Anak Ditinjau dari Struktur dan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

12

Fungsi Pragmatik”. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh deskripsi humor

anak-anak yang meliputi (1) tema humor, (2) komposisi humor, dan (3) fungsi

pragmatik humor. Dari hasil penelitiannya dipaparkan bahwa (1) tema wacana

humor anak-anak mulai dari dunia pendidikan sampai dengan dunia lingkungan

sekitar (alam) tersebut dapat disimpulkan bahwa tema wacana humor anak-anak

terdiri dari tema pendidikan, tema sosial (masyarakat), tema berhitung, tema

bermain dan tamasya, tema kesehatan, tema makanan, dan tema lingkungan

(alam); (2) komposisi wacana humor anak-anak dapat berupa monolog, dialog,

dan campuran monolog dan dialog yang terdiri atas 1) bagian pembuka yang

berupa paparan di mana berfungsi memberikan deskripsi suatu keadaan, dan 2)

bagian inti yaitu dialog yang mengemukakan tanggapan atau aspek dari keadaan

tersebut yang memunculkan efek kelucuan; sedangkan 3) bagian penutup tidak

ada. Dengan kata lain, dari sudut retorika, humor yang diteliti hanya terdiri dari

bagian pembuka dan inti, sedangkan penutup tidak ada. Hal ini mungkin karena

penutup itu dianggap tidak penting; karena memang maksud humor itu

mendatangkan kejutan; dan (3) fungsi pragmatik wacana humor anak-anak pada

umumnya bersifat menghibur, yang bukan berarti fungsi menghibur ini berbicara

tentang hal-hal yang tidak atau kurang bermakna. Secara umum, penggunaan

bahasa untuk mencapai efek kelucuan pada humor anak-anak digunakan teknik

kejutan, yang terdiri dari ironi dan plesetan.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat diketahui

perbedaan dalam sumber data dalam penelitian ini, namun dengan objek

penelitian yang sama yaitu wacana humor. Beberapa penelitian di atas sangat

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

13

membantu penulis dalam menentukan judul penelitian dan perbedaan antara

penelitian ini dengan penelitian di atas adalah sumber data penelitian yang diambil

dari buku komik serial Mice Cartoon. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan

dapat membantu pemahaman pembaca mengenai wujud implikatif tuturan yang

dilontarkan oleh Muhammad Mice Misrad atau Mice untuk mengungkap realisme

sosial di masyarakat kaitannya dalam kajian pragmatik.

1.6 Landasan Teori

Untuk mendukung penelitian ini digunakan beberapa teori yang dianggap

relevan dengan kajian di dalamnya. Dalam landasan teori ini dijabarkan

beberapa teori yang digunakan sebagai acuan penelitian untuk mengkaji wacana

humor dalam serial Mice Cartoon, antara lain wacana, tema, humor, dan kartun.

Berikut akan dijelaskan teori-teori yang terkait dengan penelitian.

1.6.1 Wacana

Menurut Cook (1997: 156) via Eriyanto (2006: 9) menyebut ada tiga hal

yang sentral dalam pengertian wacana, yaitu teks, konteks, dan wacana. Teks

adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar

kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi ucapan, musik, gambar, efek

suara, dan sebagainya. Konteks adalah semua situasi dan hal yang berada di luar

teks dan memengaruhi pemakaian bahasa, seperti pertisipan dalam bahasa, situasi

tempat teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya. Jadi,

wacana tidak hanya berupa teks dan susunan kata yang membentuk kalimat.

Wacana dapat hanya berupa gambar, lambing, dan simbol. Gambar, simbol, dan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

14

kata dapat menjadi wacana jika dipahami beserta konteks yang melingkupinya.

Dengan demikian, untuk memahami wacana harus diperhatikan juga konteksnya.

Setiap wacana memiliki ideologi. Ideologi menurut Sobur (2006: 61)

mempunyai dua pengertian yang bertolak belakang. Secara positif, ideologi

dipersepsi sebagai suatu pandangan dunia yang menyatakan nilai-nilai kelompok

sosial tertentu untuk membela dan memajukan kepentingan-kepentingan mereka.

Sedangkan secara negatif, ideologi dilihat sebagai suatu kesadaran palsu, yaitu

suatu kebutuhan untuk melakukan penipuan dengan cara memutarbalikkan

pemahaman orang mengenai realitas sosial. Sedangkan dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Sugono, 2008: 517) ideologi juga diartikan

sebagai cara berpikir seseorang atau suatu golongan. Jadi, ideologi dalam wacana

dapat diartikan sebagai usaha penutur/penulis/pembuat wacana untuk membela

kepentingannya meskipun harus memutarbalikkan pemahaman orang pada

umumnya atau oleh orang yang dibahas dalam wacana.

Menurut Brown dan Yule (1996: 46) setiap kalimat selain yang pertama

pada penggalan wacana, seluruh tafsirannya secara paksa akan dibatasi oleh teks

sebelumnya, tidak hanya frase-frase yang dengan jelas dan khusus mengacu pada

teks sebelumnya. Teks tidak hanya ditafsirkan sebagai kata atau frase. Teks

seperti telah diungkapkan di atas bisa juga berupa gambar dan simbol. Jadi, koteks

bisa juga disebut hubungan atau koordinasi dengan hal lain bisa berupa hubungan

antara gambar dan kata-kata. Konteks wacana meliputi meliputi antara lain, latar,

situasi dan peristiwa. Secara lebih umum bisa dibagi lagi menjadi konteks politik,

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

15

konteks sosial budaya (meliputi juga kepercayaan), konteks ekonomi, dan konteks

(pelestarian) lingkungan.

Istilah wacana dalam tulisan ini digunakan untuk menunjuk satuan

kebahasaan yang ditransmisikan secara tertulis yang terdapat dalam strip komik

Mice Cartoon.

1.6.2 Tema dan Topik Wacana

Tema bersifat abstrak. Ruang lingkupnya lebih luas daripada topik. Tema

merupakan perumusan dan kristalisasi topik-topik yang akan dijadikan landasan

pembicaraan atau tujuan yang akan dicapai melalui topik tersebut (Mulyana,

2005:37).

Topik dapat diartikan sebagai pokok pembicaraan. Dalam wacana, topik

menjadi ukuran kejelasan wacana. Topik yang jelas akan menyebabkan struktur

dan isi wacana menjadi jelas. Sebaliknya, topik yang tidak jelas atau bahkan

tulisan tanpa topik menyebabkan tulisan menjadi kabur dan sulit dimengerti

maksudnya. Topik wacana adalah proposisi yang menjadi bahan utama

pembicaraan atau percakapan. Dalam suatu dialog, pembicara dapat berbicara

tentang satu topik tertentu atau dua topik yang berbeda sekaligus (Mulyana,

2005:39-40).

1.6.3 Humor

Humor adalah sebuah fenomena yang kompleks. Ketika seseorang

mencoba untuk mendefinisikan humor secara tepat mengenai mana yang dapat

dianggap sebagai humor dan mana yang tidak, orang tersebut akan mengalami

kesulitan. Oleh karena itu, banyak teori tentang humor.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

16

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Sugono,

2008: 361) humor merupakan sesuatu yang lucu yang, dapat menggelikan hati,

atau yang dapat menimbulkan kejenakaan atau kelucuan. Sense of humor yang

dimiliki seseorang bersifat personal dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti

jenis kelamin, usia, asal, budaya, kedewasaan, tingkat pendidikan, konteks, dan

lain-lain. Sementara itu, menurut Wijana (2004: 10) humor adalah rangsangan

verbal dan visual yang secara spontan dimaksudkan dapat memancing senyum

dan tawa pendengar atau orang yang melihatnya. Lebih lanjut Rustono (1998: 20)

via Wahyuningsih (2012: 9) menyatakan bahwa humor tidaklah sekedar berupa

penyebab munculnya reaksi tertawa atau tersenyum, tetapi juga dapat berupa

kemampuan menghibur dan menggelikan melalui ujaran atau tulisan. Ujaran atau

tulisan yang berperan sebagai rangsangan munculnya tawa haruslah dikreasikan

dengan kriteria-kriteria tertentu.

Wijana (1995: 4) juga menyatakan bahwa tersenyum dan tertawa

merupakan indikator yang paling jelas bagi terjadinya penikmatan humor

meskipun tidak semua aktivitas tersenyum dan atau tertawa merupakan akibat dari

penikmatan humor. Chaire (1994:89) via Wahyuningsih (2012:10)

mengungkapkan bahwa humor dapat membuat orang tertawa apabila mengandung

salah satu atau lebih dari empat unsur, yaitu kejutan, yang mengakibatkan rasa

malu, ketidakmasukakalan, dan yang membesar-besarkan masalah. Keempat

unsur ini terwujud secara verbal, baik berupa tulisan maupun yang berbentuk

lisan.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

17

Soedjatmiko (1992: 72) mengemukakan bahwa humor dapat dilihat

dengan teori linguistik humor, yaitu semantik humor dan pragmatik humor.

Semantik humor memanfaatkan keambiguan dengan mempertentangkan makna

pertama dengan makna yang kedua. Kelucuan muncul apabila makna yang kita

ambil ternyata salah. Semantik humor memanfaatkan keambiguan pada tataran

kata, kalimat, dan wacana. Humor pada tingkat yang lebih panjang, seperti humor

kolom, humor sastra kelucuan tercapai karena penyimpangan terhadap maksim-

maksim tuturan, keyakinan konvensional, dan pengetahuan yang melatarbelakangi

pengalaman humoris penikmat humor. Humor pada tingkat wacana memanfaatkan

penyimpangan terhadap prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan.

Teori humor lahir dari disiplin ilmu psikologi (Endahwarni, 1994: 13).

Lebih lanjut diterangkan bahwa sebuah humor (X) mengandung dua unsur yang

saling bertentangan yaitu: 1) makna yang diharapkan (M1); 2) makna yang

dimaksud (M2). Apabila penerima (pembaca/ penonton) menyadari kekeliruannya

itu, maka makna yang paradoksal ini terselesaikan.

Kelucuan wacana humor biasanya dibentuk dari hubungan antara M1 dan

M2 yang bersifat disjungtif. M1 dan M2 di dalam humor berfungsi sebagai

alternatif yang berbeda atau bertentangan satu sama lain (Wijana, 2004: 25).

Setelah itu, hubungan yang bersifat alternatif tersebut dilambangkan dengan # dan

dirumuskan dengan gambar sebagai berikut.

M1 # M2

= =

X

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

18

Dari beberapa pengertian teori humor di atas dapat disimpulkan bahwa

humor adalah pemanfaatan aspek-aspek bahasa seperti makna dan bunyi untuk

melahirkan suatu suasana lucu, baik melalui penyimpangan bunyi atau

penyimpangan makna. Secara situasional, kelucuan terbentuk karena tidak adanya

kesejajaran antara apa yang diharapkan atau dipraanggapkan dengan apa yang

kemudian menjadi kenyataan.

1.6.4 Kartun dan Karikatur

Pengertian kartun yang sebenarnya adalah meminjam istilah dari bidang

fine arts. Kata kartun berasal dari bahasa Italia Cartone yang berarti “kertas”.

Dalam bidang seni murni, kartun merupakan gambaran kasar atau sketsa awal

dalam kanvas besar, atau untuk hiasan dinding pada bangunan arsitektural seperti

mozaik, kaca dan sebagainya. Dalam The Encyclopaedia of Cartoons (Horn,

1980:15-24), pengertian ”cartoon” dibagi lagi menjadi empat jenis sesuai dengan

kegiatan yang ditandainya, yaitu : Comic Cartoon, Gag Cartoon untuk lelucon

sehari- hari, Political Cartoon untuk gambar sindir politik, Animated Cartoon

untuk film kartun.

Ciri khas kartun adalah humor. Setiap kartun mengandung humor. Humor

adalah segala bentuk folklor yang dapat menimbulkan atau menyebabkan

pendengarnya atau pembacanya merasa tergelitik perasaan lucunya sehingga

terdorong untuk tertawa (Tim Penyusun, 1989:498). Cerita penghibur hati atau

humor biasanya mengisahkan kejenakaan atau kelucuan akibat kecerdikan,

kebodohan, kemalangan, dan keberuntungan tokoh utama. Kadang-kadang tokoh

utama sangat bodoh dan tidak dapat menangkap maksud orang lain sehingga

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

19

menimbulkan kesalahpahaman. Kelucuan dalam kartun bisa tampak dalam

penggunaan gambar yang lucu atau dengan penggunaan kata-kata yang lucu.

Misalnya gabungan bunyi dan penggantian bunyi yang bisa mengganti arti suatu

kata.

Karikatur adalah kartun yang telah dilukis dengan melakukan perubahan

pada wajah atau bentuk seseorang. Karikatur lebih menonjolkan karakter

seseorang melalui bentuknya. Contohnya seperti mengubah hidung seseorang

menjadi besar, mulut dilebarkan, mata melolo, dan sebagainya. Karikatur

mempunyai maksud untuk mengkritik secara jenaka lewat sindiran karakter tokoh

yang ada sesuai dengan kondidi sebenarnya setelah dibentuk sedemikian rupa.

Wijana (2004: 16) membedakan kartun dan karikatur. Kartun dan

karikatur sama-sama gambar bermuatan humor atau satire dalam berbagai media

massa. Bedanya, dalam karikatur gambarnya merupakan tokoh-tokoh terkenal dan

digambarkan dengan pemiuhan (untuk mendapat efek lucu) sedangkan kartun

adalah tokoh yang fiktif.

1.6.5 Aspek Kebahasaan

Bahasa adalah alat ekspresi manusia secara verbal yang dapat dibedakan

menjadi dua jenis yaitu bentuk dan makna. Bentuk adalah elemen fisik tuturan.

Sebagai sebuah tuturan, bentuk dapat diwujudkan dengan bunyi, suku kata,

morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Bunyi merupakan

satuan kebahasaan yang terkecil, sementara wacana yang terbesar (Wijana, 2004:

1).

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

20

Bentuk-bentuk kebahasaan tersebut mempunyai konsep mental dalam

pikiran manusia yang disebut makna. Makna adalah konsep abstrak pengalaman

manusia yang bersifat konvensional. Secara kebahasaan, bentuk merupakan wujud

fisik tuturan, sedangkan makna merupakan wujud nonfisik tuturan. Keduanya

merupakan unsur internal bahasa.

Menurut Wijana (2004: 10), satuan-satuan kebahasaan dimungkinkan

memiliki berbagai makna secara semantik. Kata putih, selain memiliki hubungan

dengan kata suci, dapat pula memiliki hubungan makna dengan hitam atau bahkan

secara bersama-sama berhubungan dengan kata kuning, biru, coklat, dan

sebagainya. Kata putih yang secara literal berarti warna dasar yang serupa dengan

warna kapas dalam konteks lain dapat berarti suci, bersih, dan sebagainya.

Lebih lanjut, kata-kata dalam sebuah bahasa sering memiliki hubungan

bentuk secara kebetulan (aksidental) dengan kata yang lain walaupun masing-

masing tidak memperlihatkan hubungan makna. Contoh, kata beruang memiliki

dua arti yaitu memiliki uang dan memiliki ruang.

Hubungan bentuk dan makna seringkali berwujud dalam sinonim,

antonim, polisemi, homonim, hiponim, metonimi, dan sebagainya. Aspek-aspek

kebahasaan tersebut merupakan elemen yang penting dalam berbahasa dan dapat

digunakan untuk menciptakan berbagai wacana, termasuk di antaranya wacana

humor.

1.6.6 Aspek-Aspek Pragmatik

Dalam berkomunikasi seseorang harus memperhatikan aspek-aspek

pragmatik berbahasa. Dalam tuturan wajar, peserta tutur diharapkan mematuhi

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

21

kaidah-kaidah pragmatik sehingga tercipta sebuah komunikasi yang kooperatif.

Sebaliknya, dalam wacana humor kaidah-kaidah tersebut sengaja tidak diacuhkan

malah disimpangkan. Hal tersebut untuk memberikan efek lucu semata.

Terdapat dua jenis penyimpangan implikatur, yaitu penyimpangan

implikatur konvensional dan pertuturan (Wijana, 2004: 19-20). Implikatur

konvensional lebih banyak berhubungan dengan bentuk-bentuk linguistik,

sementara pertuturan berhubungan dengan prinsip-prinsip pertuturan. Grice

(1975: 45-47) menyatakan prinsip tersebut dengan nama prinsip kerja sama.

Prinsip kerja sama tersebut adalah maksim kuantitas, kualitas, relevansi, dan

pelaksanaan. Leech (1993: 55) menambahkan prinsip yang berhubungan dengan

hubungan interpersonal yaitu kesopanan. Prinsip kesopanan dijabarkan menjadi

maksim kebijaksanaan, kemurahan, penerimaan, kerendah hati, kecocokan, dan

kesimpatian. Di samping itu, prinsip kesopanan juga menuntut dilaksanakannya

parameter pragmatik lain yaitu parameter jarak sosial (distance rating), status

sosial (power), dan kedudukan relatif tindak ucap (rank) (Wijana, ibid).

1.6.7 Konteks Pragmatik

Analisis pragmatik sangat bergantung pada konteks. Dengan konteks,

petutur dapat menafsirkan tuturan penutur dalam sebuah situasi tutur. Konteks

didefinisikan oleh Leech (1993: 13) sebagai latar belakang pemahaman yang

dimiliki oleh penutur dan lawan tutur sehingga lawan tutur dapat membuat

interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur pada waktu mebuat tuturan

tertentu. Leech (1993) menambahkan dalam definisinya tentang konteks yaitu

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

22

sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang secara bersama dimiliki oleh

penutur dan petutur dan konteks ini membantu petutur menafsirkan atau

menginterpretasi maksud tuturan penutur. Sementara itu, menurut Yule (1996: 21)

konteks berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi referen-

referen yang bergantung pada satu atau lebih pemahaman orang itu terhadap

ekspresi yang diacu. Berkaitan dengan penjelasan tersebut, Yule membedakan

konteks dan koteks. Konteks ia definisikan sebagai lingkungan fisik di mana

sebuah kata dipergunakan, sedangkan koteks adalah bahan linguistik yang

membantu memahami sebuah ekspresi atau ungkapan. Sementara itu, menurut

Nadar (2009: 6) konteks adalah hal-hal yang gayut dengan lingkungan fisik dan

sosial sebuah tuturan ataupun latar belakang pengetahuan yang sama-sama

dimiliki oleh penutur dan lawan tutur dan yang membantu lawan tutur

menafsirkan makna tuturan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa konteks pragmatik digunakan untuk memahami semua faktor yang

berperan dalam produksi dan komprehensi tuturan.

1.7 Metode Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini

didasarkan pada data dalam penelitian ini berupa teks tulis yaitu wacana humor

verbal tulis. Peneliti menganalisis wacana humor verbal tulis sesuai dengan

konteks humor. Data yang diperoleh kemudian dianalisis aspek-aspek pragmatik

yang disimpangkan, pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan, dan fungsi wacana

dalam buku kumpulan serial komik Mice Cartoon.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

23

1.7.1 Tahap Pengumpulan Data

Dalam tahap pengumpulan data harus dipaparkan secara jelas mengenai

sumber data. Sumber data dimaksudkan untuk menjelaskan dari mana data

tersebut diperoleh sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Data yang

diperoleh secara langsung dari sumber utama yakni yang menjadi objek

penelitian. Kartun yang digunakan dalam sumber data penelitian ini adalah buku

kumpulan humor komik serial Mice Cartoon yang berjudul Obladi Oblada Life

Goes On (2012) dan Politik Santun dalam Kartun (2012). Sumber pelengkap atau

pendukung lainnya terkait dengan objek penelitian, meliputi buku, surat kabar,

artikel, internet, makalah.

Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini.

1) Memilih kartun-kartun dalam buku kumpulan serial komik Mice Cartoon

yang akan digunakan sebagai data penelitian, yaitu kartun yang memiliki

unsur verbal.

2) Mengelompokkan kartun dalam buku kumpulan serial komik Mice Cartoon

berdasarkan tema dan topiknya.

3) Memilih kartun yang memiliki unsur kelucuan. Sesuai dengan judul penelitian

tesis ini, yaitu “Analisis Wacana Humor dalam Serial Komik Mice Cartoon”

maka data yang dipakai dalam penelitian ini hanya kartun yang di dalamnya

terdapat unsur humor. Untuk menghindari subjektivitas dalam memilih kartun

yang bermuatan humor, peneliti meminta 40 responden yang semuanya

berstatus mahasiswa Pascasarjana Program Studi Linguistik FIB UGM untuk

menentukan kartun yang mereka anggap lucu. Walaupun sebuah kartun hanya

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

24

dianggap lucu oleh satu orang mahasiswa, kartun tersebut tetap dipakai

sebagai data penelitian. Hal ini disesuaikan dengan metode yang dipakai pada

penelitian ini, yaitu metode kualitatif. Pada penelitian dengan metode

kualitatif, peneliti mencoba memahami situasi sesuai dengan bagaimana

situasi tersebut menampilkan diri.

4) Mendeskripsikan gambar pada kartun. Melalui tahapan ini dapat diketahui

unsur gambar yang dapat dijadikan asumsi penyimpangan aspek-aspek

pragmatik, pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan, dan fungsi wacana humor

yang terdapat dalam kumpulan serial komik Mice Cartoon. Selain

mendeskripsikan gambar, unsur verbal yang terdapat di dalam kartun juga

ditulis kembali. Dalam penulisan kembali unsur verbal tersebut, baik ejaan

maupun cara penulisan disesuaikan dengan yang terdapat pada kartun.

1.7.2 Tahap Analisis Data

Setelah data diklasifikasikan kemudian dianalisis dengan menggunakan

metode pragmatis berdasarkan tuturannya. Metode pragmatis digunakan untuk

menunjukkan bentuk-bentuk penyimpangan terhadap prinsip kerja sama,

penyimpangan prinsip kesopanan, dan parameter pragmatik yang menimbulkan

implikatur terhadap tuturan dengan subjenis alat penentunya yaitu mitra wicara

yang berhubungan dengan fungsi interpersonal bahasa.

1.7.3 Penyajian Hasil Analisis Data

Penyajian hasil analisis data dilakukan dengan metode penyajian informal

dan formal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan menggunakan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

25

kata-kata biasa, sedangkan metode penyajian formal adalah perumusan dengan

tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto, 1993: 145).

1.8 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dalam laporan penelitian ini dilakukan dengan

membagi pembahasan menjadi lima bab yaitu:

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini merupakan dasar dari adanya penelitian ini. Pendahuluan meliputi

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian.

Bab 2 Aspek-Aspek Pragmatik yang Disimpangkan dalam Wacana Humor

Kumpulan Komik Serial Mice Cartoon

Aspek-aspek pragmatik yang disimpangkan dalam kumpulan komik serial

Mice Cartoon akan dideskripsikan dan dijelaskan. Pengertian aspek pragmatik di

sini dibatasi pada pelanggaran maksim kerja sama dan kesopanan yang diusulkan

oleh Paul Grice dan Leech.

Bab 3 Pemanfaatan Aspek-Aspek Kebahasaan Wacana Humor dalam Buku

Serial Komik Mice Cartoon

Bab ini akan mendeskripsikan pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan

pembentuk wacana humor pada buku serial komik Mice Cartoon. Aspek-aspek

kebahasaan akan dilihat dari satuan gramatikal terkecil.

Bab 4 Fungsi Wacana Humor dalam Kumpulan Komik Serial Mice Cartoon

Bab ini akan membahas secara lengkap fungsi wacana humor yang

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70737/potongan/S2-2014... · memiliki perbedaan makna atau konsep secara ortografis pun berpotensi

26

terdapat dalam kumpulan komik serial Mice Cartoon.

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

Bab ini akan berisi mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan saran

yang dapat disampaikan kepada peneliti lanjutan berkaitan dengan hasil penelitian

yang telah dilakukan.