BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat...

33
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Good Corporate Governace merupakan suatu prinsip tata kelola perusahaan yang baik sebagaimana tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum (selanjutnya disebut GCG). Pentingnya GCG bagi bank dalam rangka sebagai penghimpun dana masyarakat yakni; Pertama, dapat meningkatkan nilai perusahaan (corporate value). Kedua, dapat meningkatkan daya saing (competitive advantage) perusahaan. Ketiga, membangun corporate image /citra positif, serta dalam jangka panjang dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan (sustainable company). Pembangunan merupakan kegiatan yang memerlukan biaya yang sangat besar dan merupakan kegiatan yang diselenggarakan secara berkesinambungan. Dalam hal penyaluran dana masyarakat tidak dapat dikesampingkan adanya peran lembaga perbankan. Bank sebagai lembaga yang bekerja berdasarkan kepercayaan masyarakat memiliki peran dan posisi yang sangat penting dalam pembangunan nasional. Bank sebagai lembaga penyalur keuangan pada masyarakat (financial intermediary), bank juga sebagai media perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan/yang membutuhkan dana (lack of funds). 1 Di Indonesia, Bank memiliki misi dan fungsi 1 Neni Sri Imaniyanti, 2010, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, Refika Aditama, Bandung, h. 13.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Good Corporate Governace merupakan suatu prinsip tata kelola perusahaan

yang baik sebagaimana tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.

8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum

(selanjutnya disebut GCG). Pentingnya GCG bagi bank dalam rangka sebagai

penghimpun dana masyarakat yakni; Pertama, dapat meningkatkan nilai perusahaan

(corporate value). Kedua, dapat meningkatkan daya saing (competitive advantage)

perusahaan. Ketiga, membangun corporate image /citra positif, serta dalam jangka

panjang dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan (sustainable company).

Pembangunan merupakan kegiatan yang memerlukan biaya yang sangat

besar dan merupakan kegiatan yang diselenggarakan secara berkesinambungan.

Dalam hal penyaluran dana masyarakat tidak dapat dikesampingkan adanya peran

lembaga perbankan. Bank sebagai lembaga yang bekerja berdasarkan kepercayaan

masyarakat memiliki peran dan posisi yang sangat penting dalam pembangunan

nasional. Bank sebagai lembaga penyalur keuangan pada masyarakat (financial

intermediary), bank juga sebagai media perantara pihak-pihak yang memiliki

kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan/yang

membutuhkan dana (lack of funds).1 Di Indonesia, Bank memiliki misi dan fungsi

1 Neni Sri Imaniyanti, 2010, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, Refika Aditama,

Bandung, h. 13.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

2

sebagai agen pembangunan (agent of development), yaitu sebagai lembaga yang

bertujuan menunjang pelaksanaan pembanguanan nasional dalam rangka

meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Peran perbankan menujukkan pelayanan bersifat khusus dan bermanfaat

bagi masyarakat dan tidak ada masyarakat modern yang dapat mencapai kemajuan

yang sangat pesat atau dapat memepertahankan angka pertumbuhannya tanpa

campur tangan bank. Dalam kaitannya dengan perekonomian nasional, Compton,

menyatakan ketidakmungkinan memberi gambaran mengenai ekonomi nasioanal

yang berjalan dengan efisien, tumbuh dengan baik atau dapat bertahan untuk kurun

waktu tanpa dukungan sistem perbankan yang kuat. 2 Bank berasal dari kata banco

yang dalam bahasa Italia yang berarti bangku. Bangku inilah yang dipergunakan

oleh banker untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah

bangku secara resmi dan popular menjadi Bank.3

Black’s Law Dictionary merumuskan pengertian bank sebagai: “a financial

establish for the deposit, loan, exchange, or issue of money and for the transmission

of funds.”4

Kamus Besar Bahasa Indonesia merumuskan pengertian bank adalah usaha

dibidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang di masyarakat, terutama

memberikan kredit dan jasa di lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. 5

2 ibid, h. 14. 3 H. Malayu S.P. Hasibuan, 2004, Dasar-Dasar Perbankan, Bina Aksara, Jakarta, h. 1. 4 Bryan A. Garner, 2000, Black’s Law Dictionary (Abridged Seventh Edition), West Group,

St. Paul Minn, h. 112. 5 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III Depdiknas, 2001, Balai Pustaka, Jakarta.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

3

Prof. G.M. Verryn Stuart, dalam bukunya Bank Politik, bank adalah suatu

badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat

pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain,

maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar dan tempat uang giral.6

Pengertian bank menurut A. Abdurahman dalam Ensiklopedia Ekonomi

Keuangan dan Perdagangan, bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang

melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberi pinjaman, mengedarkan mata

uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan

benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain-lain. 7

Pengertian perbankan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 7

tahun 1992 jo Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan

(selanjutnya disebut dengan UUP) adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang

bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya.

Pengertian bank dalam Pasal 1 angka 2 UUP adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkkan taraf hidup rakyat banyak. Bank umum adalah bank umum

yang melakukan kegiatan perbankan secara konvensional maupun syariah

sebagaimana penjelasan dalam PBI No 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan GCG

6 Thamrin Abdullah, dan Francis Tantri, 2012, Bank dan Lembaga Keuangan, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

4

bagi bank umum yang di sebagaimana diubah menjadi PBI Nomor 8/14/PBI/2006.8

Pada Pasal 2 ayat 1 PBI menyebutkan bahwa Bank wajib melaksanakan prinsip-

prinsip GCG dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang

organisasi.

Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan

memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik

dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga

maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang

giral.9

Hart memiliki pengertian mengenai makna bank yakni “a banker or bank

as a person or company carrying on the business of receiving moneys, and

collecting drafts, for customers subject to the obligation of honouring cheques

drawn upon them from time to time by the customers to extent of the amounts

available on their current accounts.” 10

Perkembangan perekonomian nasional dan internasional yang sangat cepat

menimbulkan tantangan yang tidak sedikit terhadap lembaga-lembaga keuangan.

Demikian halnya dengan lembaga keuangan perbankan, memiliki peran yang

sangat strategis yang mengemban tugas utama sebagai lembaga penghimpun dan

penyalur dana kepada masyarakat secara efektif dan efisien, memerlukan

penyempurnaan yang terus menerus agar mampu memiliki keunggulan komparatif.

8 Redo Harina Hutama, 2013, Good Corporate Governance Sebagai Salah Satu Faktor

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Private Law: Vol. 03 Nov. 2013 – Maret 2014. No. 23.,

Surakarta. 9 Sentosa Sembiring, 2008, Hukum Perbankan, (selanjutnya disebut Sentosa Sembiring I)

Mandar Maju, Bandung, h. 1. 10 Ibid, h. 2.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

5

Lembaga perbankan mempunyai fungsi dan tanggung jawab yang sangat besar,

selain memiliki fungsi tradisional, yaitu untuk menghimpun dan menyalurkan dana

kepada masyarakat dalam arti sebagai perantara pihak yang memiliki kelebihan

dana dan kekurangan dana, yakni berfungsi sebagai financial intermediary, juga

mempunyai fungsi sebagai sarana pembayaran. Pengertian menghimpun dana

maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari

masyarakat luas.11

Tujuan dan arah pembangunan nasional sebagaimana diterapkan dalam

Program Pembangunan Nasional (Propenas), yaitu berusaha mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di

berbagai bidang, diantaranya bidang ekonomi.12 Pengaturan sistem perekonomian

negara yang kompleks dalam satu pasal saja, tentu tidak memadai, karena selain

ingin mengakomodasi situasi darurat hanya melahirkan Undang-Undang Dasar

1945 mengakui adanya kekurangan yang diharapkan dapat dimaklumi dan secara

sadar, ditutupi oleh semangat penyelenggara pemerintahan melalui amandemen

Undang-Undang Dasar 1945.13

Perbankan nasional juga berfungsi sebagai sarana pemberdayaan

masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil,

menengah, dan koperasi. Untuk mencapainya perbankan Indonesia harus memiliki

komitmen. Dalam pelaksanaannya lembaga perbankan memiliki bentuk-bentuk

11 Kasmir, 1999, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (edisi baru), Rajawali Pers, Jakarta,

h. 24. 12 Aminuddin Ilmar, 2004, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Prenada Media, Jakarta,

h. 1. 13 Johnny Ibrahim, 2005, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia

Publishing, Malang, h. 12.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

6

tanggung jawab yaitu 1) Tanggung jawab prudensial (bank harus sehat); 2)

Tanggung jawab komersial (bank harus untung); 3) Tanggung jawab finansial

(bank harus transparan); dan 4) Tanggung jawab sosial (kemampuan

mengakomodir harapan stakeholders secara adil).14

Lembaga perbankan Indonesia memiliki sifat khusus yang banyak

dipengaruhi oleh ideologi Pancasila dan tujuan Negara yang tercantum dalam

Undang-Undang Dasar 1945 (yang selanjutnya disebut UUD 1945) beserta

Amandemennya. Kekhususan sifat lembaga perbankan Indonesia, diantaranya: 15

a. Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berdasarkan

demokrasi ekomoni dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi

utamanya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, dan

bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas

nasional kearah peningkatan kesejahteraan masyarakat.

b. Perbankan Indonesia sebagai sarana untuk memelihara kesinambungan

pelaksanaan pembangunan nasional juga mewujudkan masyarakat

Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,

pelaksanaan perbankan Indonesia harus memperhatikan keserasian,

keselarasan, dan keseimbangan unsur-unsur trilogi pembangunan.

c. Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya

kepada masyarakat tetap harus senantiasa bergerak cepat, guna

14 Neni Sri Imaniyanti, loc.cit. 15 Muhamad Djumhana, 2008, Asas-Asas Hukum Perbankan Indonesia, Citra Aditya Bakti,

Bandung, h. 16.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

7

menghadapi tantangan-tantangan yang semakin berat dan luas, baik

dalam perkembangan perekonomian nasioanl maupun internasional.

Kehidupan perbankan Indonesia yang berdasarkan pada demokrasi

ekonomi, memiliki arti bahwa masyarakat harus memegang peranan aktif dalam

kegiatan perbankan, sedangkan pemerintah termasuk dalam hal ini Bank Indonesia,

bertindak sebagai pengarah dan pembimbing terhadap pertumbuhan dunia

perbankan, sekaligus menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangannya.

Kekhasan sifat perbankan Indonesia merupakan azas penuntun bagi pengarahan

atau kontrol operasional perbankan itu sendiri. Dalam kedudukannya sebagai azas

penuntun, hal itu terbentuk dari kebenaran-kebenaran fundamental yang berpijak

pada pandangan hidup, diantaranya, bahwa kesejahteraan materiil merupakan alat

untuk kesejahteraan spiritual manusia dan anggota-anggota masyarakat harus

mengambil bagian tanggung jawab dalam mencapai kemakmuran dan

kesejahteraan nasional. Sedangkan khusus untuk pelaku di bidang industri

perbankan atau stakeholder industri perbankan, dapatlah berpedoman pada azas-

azas: 16

a. Azas etis, artinya bahwa hal-hal yang tidak dibenarkan oleh moral juga

tidak mungkin secara ekonomi benar.

b. Azas ekonomi nasional kesejahteraan umum.

c. Azas pelestarian, yang juga mencakup azas pemeliharaan dan

pengembangan sumber daya alam serta sumber daya manusia.

d. Azas ekonomi biaya rendah.

16 Ibid, h. 17.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

8

e. Azas kualitas.

Bank juga harus memperhatikan tentang status kesehatan bank tidak saja

demi kepentingan bank itu sendiri melainkan juga untuk kepentingan bank sebagai

lembaga keuangan. Anwar Nasution mengemukakan bahwa kesehatan lembaga

keuangan, khususnya perbankan, dalam menciptakan sistem keuangan yang sehat

mempunyai beberapa alasan yakni: 17

a. Keunikan karakteristik perbankan yang rentan terhadap serbuan

masyarakat yang menarik dana masyarakat secara besar-besaran (bank

run) sehingga memiliki potensi merugikan deposan dan kreditor bank;

b. Penyebaran kerugian diantara bank-bank sangat cepat melalui

contagion effect sehingga berpotensi menimbulkan sistem problem;

c. Proses penyelesaian bank-bank bermasalah membutuhkan dana dalam

jumlah besar;

d. Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan sebagai

lembaga intermediasi akan menimbulkan tekanan dalam sektor

keuangan (financial distress); dan

e. Ketidakstabilan sektor keuangan akan berdampak pada kondisi

makroekonomi, khususnya dikaitkan dengan tidak efektifnya transmisi

kebijakan moneter.

UUP telah mengamanatkan kewajiban bank untuk memelihara tingkat

kesehatan bank. Pasal 29 ayat (2) UUP menegaskan bahwa bank wajib memelihara

17 Sentosa Sembiring, 2012, Hukum Perbankan Edisi Revisi, (selanjutnya disebut Sentosa

Sembiring II) Mandar Maju, Bandung, h. 42.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

9

tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset,

kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lainnya yang

berhubungan dengan prinsip kehati-hatian.

Untuk menilai apakah bank sehat atau tidak, ada 3 (tiga) faktor yang harus

diperhatikan yakni: 18

1. Keadaan keungan bank, yang meliputi likuiditas, solvabilitas, dan

rentabilitas;

2. Kualitas aktiva produktif, yaitu kekayaan bank berupa penanaman

dalam berbagai aktiva yang diharapkan dapat memberi penghasilan

pada bank;

3. Tata kerja kepatuhan bank terhadap peraturan-peraturan terutama yang

berkaitan dengan bidang perbankan.

Kesehatan atau kondisi keuangan dan non-keuangan bank sangat

berpengaruh dan merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik,

pengelola (manajemen) bank, masyarakat pengguna jasa bank, Bank Indonesia

selaku otoritas pengawas bank, dan pihak lainnya. Kondisi bank tersebut dapat

digunakan oleh pihak-pihak tesebut sebagai indicator dalam evaluasi kinerja bank

dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang

berlaku dan manajemen resiko. 19

Melihat perjalanan sejarah perbankan Indonesia serta pasang surut

perkembangan perbankan Indonesia, dan tuntutan regulasi perbankan internasional,

18 Ibid. 19 Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, 2010, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, h.

628.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

10

maka Bank Indonesia sebagai lembaga Pembina perbankan Indonesia terdorong

untuk memberikan suatu konsep dasar sistem perbankan Indonesia sehingga

disusunlah suatu konsep yang disebut Arsitektur Perbankan Indonesia (API).

Arsitektur Perbankan Indonesia adalah kerangka dasar sistem perbankan Indonesia

yang bersifat menyeluruh dan memberika arah, bentuk, dan tatanan industri

perbankan untuk waktu lima atau sepuluh tahun kedepan. Arsitektur Perbankan

Indonesia dilandasi oleh visi mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat,

dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu

mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Sasaran yang ingin dicapai oleh

Arsitektur Perbankan Indonesia yaitu: 20

a. Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yang mampu

memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan

ekonomi nasional yang berkesinambungan;

b. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan

mengacu pada standar internasional;

c. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing

tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi resiko;

d. Menciptakan GCG dalam rangka memperkuat kondisi internal

perbankan nasional;

e. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya

industri perbankan yang sehat;

20 Ibid, h. 18.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

11

f. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa

perbankan.

Keenam sasaran tersebut dituangkan ke dalam enam pilar yang saling terkait

satu dengan yang lainnya guna menunjang tercapainya visi Arsitektur Perbankan

Indonesia. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dengan adanya Arsitektur

Perbankan Indonesia ini ialah menciptakan GCG dalam rangka memperkuat

kondisi internal perbankan nasional. Faham corporate governance hanya

berkembang di negara-negara berbahasa Inggris seperti Inggris dan Amerika, tetapi

segera pula berkembang di negara-negara lain.

Dalam corporate governance (selanjutnya disebut CG) selalu ada dua hal

yang perlu diperhatikan. Apakah aturan atau sistem tata-kelola sudah ada secara

jelas, lengkap, dan tertulis. Apakah aturan dan sistem yang sudah jelas tersebut

dilaksanakan dengan konsisten atau tidak. Kedua hal tersebutlah yang menentukan

apakah sudah ada GCG dalam suatu industri perbankan. Dewasa ini, CG sudah

bukan merupakan pilihan lagi bagi pelaku industri perbankan, tetapi sudah

merupakan suatu keharusan dan kebutuhan vital serta sudah merupakan tuntutan

masyarakat. Setiap tindakan memerlukan pertanggungjawaban, baik itu tindakan

bisnis, tindakan dalam dunia olah raga dan sebagainya, bahkan juga tindakan dalam

perang. Bagi Indonesia, GCG dewasa ini merupakan salah satu persyaratan yang

diminta oleh IMF yang harus diusahakan oleh Pemerintah Indonesia. Dalam

pengaturan perbankan yang penting dan utama adalah ketaatan terhadap pengaturan

perbankan yang mengacu kepada standar internasional. Hal ini berkaitan erat

dengan peningkatan daya saing dan ketahanan menghadapi resiko bagi perbankan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

12

serta praktik GCG dalam rangka memperkuat kondisi internal perbankan

nasional.21

CG dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan ‘pengendalian

perusahaan’ atau ‘tata-kelola perusahaan’, atau ada juga yang menterjemahkan

dengan ‘tata-pamong perusahaan’. Namun karena padanan bahasa Indonesia ini

belum cukup baku, maka dalam tulisan ini sengaja digunakan istilah aslinya saja,

yaitu CG. Tata-kelola atau governance memang lain dengan pengelolaan atau

manajemen sebagaimana nanti dapat dilihat dari rumusan pengertian atau

definisinya. Semua perusahaan membutuhkan suatu kerangka-kerja tata-kelola

yang meliputi misi yang akan dicapai dan aturan-aturan serta konvensi yang jelas

untuk pedoman pencapaian misi tersebut. GCG adalah sistem dan struktur untuk

mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham

(shareholder value) serta mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan

dengan perusahaan. 22

Definisi CG yang dikemukakan oleh OECD (Organization for Economic

Cooperation and Development) sebagai berikut:23

“Corporate Governace is the system by wich business corporations are

directed and controlled. The corporate governance structure specifies the

distribution of the right and responsibilities among different participants in

the corporation, such as the board, managers, stakeholders and other

stakeholders.”

(“CG merupakan suatu sistem untuk mengarahkan dan mengandalikan

perusahaan. Struktur CG menetapkan distribusi hak dan kewajiban antara

21 Hermansyah, 2009, Hukum Perbankan Nasional Indonesia Edisi Revisi, Kencana, Jakarta,

h. 199. 22 Eddie Wibowo, dkk, 2004, Memahami Good Government Governance & Good Corporate

Governace, Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia, Yogyakarta, h. 85. 23 Ismail Solihin, 2009, Corporate Social Responsibility: from Charity to Sustainability,

Jakarta, Salemba Empat, h. 115.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

13

berbagai pihak yang terlibat dalam suatu korporasi seperti dewan direksi,

para manajer, pemegang saham, dan pemangku kepentingn lainnya.”)

CG sebagai sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan,

board, pemegang saham, dan pihak lain yang memiliki kepentingan dengan

perusahaan. 24 CG juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai

tujuan dan pengawasan atas kinerja. CG yang baik dapat memberikan rangsangan

bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan

perusahaan dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif

sehingga mendorong perusahaan menggukan sumber daya dengan efisien.

Rogers W’O Okot Uma dari Common Wealth Sekretariat London juga

mendefinisikan good governance sebagai berikut:25

“compressing the processing and structure that guide political and social

economic relationship, with particular reference to commitment to

democratic values, norms, and honest business.”

(“mempersingkat proses dan struktur yang mengatur hubungan ekonomi

social dan politis, dengan acuan tertentu untuk memenuhi nilai-nilai

demokratis, norma-norma dan bisnis yang sehat.”)

Menurut pedoman umum adapun prinsip-prinsip GCG yakni;

a. prinsip keterbukaan (transparency), prinsip keterbukaan yang dianut

oleh bank tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan

rahasia bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi;

b. prinsip pertanggungjawaban (responsibility), untuk menjaga

kelangsungan usahanya, bank harus berpegang pada prinsip kehati-

24 Indra Surya, Ivan Yustiavandana, 2008, Penerapan Good Corporate Governance

Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha, Kencana, Jakarta, h. 25. 25 Taliziduhu Ndraha, 2003, Kybernologi (Ilmu-ilmu Pemerintahan Modern) 2, Rineka Cipta,

Jakarta, h. 692.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

14

hatian (prudential banking practices) dan menjamin dilaksanakannya

ketentuan yang berlaku dan bank harus bertindak sebagai good

corporate citizen (perusahaan yang baik) termasuk peduli terhadap

lingkungan dan melaksanakan tanggungjawab sosial;

c. prinsip keadilan (fairness), bank harus senantiasa memperhatikan

kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan

kewajaran (equal treatment);

d. prinsip independensi (independency), bank harus menghindari

terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholder manapun dan

tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta bebas dari benturan

kepentingan (conflict of interest); dan

e. prinsip akuntabilitas (accountability), bank harus memastikan

terdapatnya check and balance system dalam pengelolaan bank, dan

bank harus memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran bank berdasarkan

ukuran-ukuran yang disepakati konsisten dengan nilai perusahaan

(corporate value), sasaran usaha dan strategi bank serta memiliki

rewards and punishment system .26

Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk pertanggung jawaban dalam

melaksanakan tugas yang diembannya. Akuntabilitas sebagai terjemahan dari

accountability, oleh Oxford English Dictionary, mendefinisikan sebagai:27

“obliged to give a reckoning or explanation for one’s actions; responsible.”

Sehingga responsible diartikan sebagai: “legal or morally obliged to take

26 Adrian Sutendi, 2011, Good Corporate Governace, Sinar Grafika, Jakarta, h. 113. 27 Maqdir Ismail, 2007, Bank Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Al-Azhar, Jakarta, h.

328.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

15

care of something or to carry out of duty; liable to be blamed for loss or

failure.”

Maka, akuntabilitas dianggap sama pengertiannya dengan responsible, yang

berarti diwajibkan oleh hukum atau moral untuk memberikan perhatian terhadap

sesuatu atau menjalankan suatu tugas, meskipun mungkin dipersalahkan karena

adanya kerugian atau kegagalan. Dengan kata lain akuntabilitas secara umum dapat

diartikan sebagai bentuk pertanggungjawaban dari suatu tugas yang diemban.

Meskipun demikian, akuntabilitas ini tidak hanya berhubungan dengan tugas yang

diemban itu saja, tetapi termasuk proses di dalam menjalankan mandat tersebut.

GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien,

transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Penerapan GCG

perlu didukung oleh pilar yang saling berhubungan, yaitu Negara dan perangkatnya

sebagai regulator, dunia usaha dalam hal ini bank sebagai pelaku pasar, dan

masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. 28 Prinsip dasar yang

harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar yakni:

1. Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan

yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien, dan transparan,

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan menegakkan hukum

secara konsisten (consistent law enforcement).

2. Dunia usaha dalam hal ini bank sebagai pelaku pasar menerapkan GCG

sebagai pedoman dasar pelaksanaan usaha.

28 H. Moh. Wahyudin Zarkasyi, 2008, Good Corporate Governace pada Badan Usaha

Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya, Alfabeta, Bandung, h. 36.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

16

3. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak

yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan

kepedulian dan melakukan kontrol social (social control) secara

obyektif dan bertanggung jawab.

Dalam mempraktikkan kaidah-kaidah GCG, perusahaan-prusahaan

dianjurkan membuat suatu kode etik perusahaan (corporate code of conduct) yang

pada dasarnya memuat nilai-nilai etika bisnis. Adanya rambu etika bisnis bertujuan

agar terciptanya praktik bisnis yang beretika. Etika bisnis merupakan seperangkat

kesepakatan umum yang mengatur relasi antar pelaku bisnis dan antar pelaku bisnis

dengan masyarakat, agar hubungan tersebut berjalan dengan baik dan fair.29 Etika

bisnis kemudian dituangkan dalam bentuk tertulis, dan akhirnya melahirkan

kebijakan yang berupa: undang-undang, keppres, peraturan pemerintah, dan

sebagainya yang mengatur bagaimana melakukan bisnis yang benar dan sah secara

hukum.

Berasarkan Surat Edaran Meneg. PM dan P.BUMN No. S. 106/M.PM

P.BUMN/ 2000, tanggal 17 April 2000 tentang kebijakan penerapan CG, CG

diartikan sebagai suatu hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang

efektif yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, proses bisnis,

kebijakan, struktur organisasi perusahaan yang bertujuan untuk mendorong dan

mendukung pengembangan perusahaaan, pengelolaan sumber daya dan resiko

secara lebih efisien dan efektif, pertanggung jawaban perusahaan kepada pemegang

saham dan stakeholders lainnya.

29 Hendrik Budi Untung, 2008, Corporate Social Responsibility, Sinar Grafika, Jakarta, h. 23.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

17

PBI Nomor 8/4/PBI/2006 jo. Nomor 8/14/PBI/2006 menekankan dua aspek

penting dari GCG, yaitu: (a) aspek legal; dan (b) aspek perilaku perusahaan.

Kendatipun telah ditetapkan pada permualaan tahun 2000 dan kemudian secara

khusus diatur dalam PBI sejak tahun 2006, namun azas-azas GCG belum dapat

dilaksanakan sebagaimana mestinya. Ketentuan GCG belum dapat mendukung tata

kelola perusahaan perbankan sebagaimana diharapkan, terutama dalam hal kinerja

pengambilan keputusan. Sebab umum kelemahan itu adalah belum tersedianya

Sistem Informasi Hukum (selanjutnya disebut SIH) yang memadai yang dapat

dipergunakan sebagai dasar untuk menyelenggarakan proses pengambilan

keputusan yang cepat dan akurat. Kelambatan dan keraguan dalam pengambilan

keputusan pada beberapa bank umumnya sangat ditentukan oleh ketersediaan

Sistem Informasi Hukum Perusahaan (selanjutnya disebut SIH-P) yang merupakan

bank data tentang berbagai kebijakan bank yang telah ditetapkan. Data tentang

kebijakan itu mencakup data tentang ragam kebijakan yang telah ditetapkan oleh

organ-organ perusahaan, materi kebijakan, dan dasar kebijakan yang telah

digunakan sebagai pijakan hukum dalam penetapan suatu kebijakan.30 Berdasarkan

pada permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dalam

suatu karya tulis ilmiah tesis dengan judul: PENYELENGGARAAN SISTEM

INFORMASI HUKUM PERUSAHAAN PADA BADAN USAHA BANK

UMUM DALAM PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE.

1.2 Rumusan Masalah

30 Leo J. Susilo dan Karlen Simarmata, 2007, Good Corporate Governance Pada Bank,

Hikayat Dunia, Jakarta, h. 4.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

18

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi

permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Apakah perusahaan perbankan di Bali telah memiliki Sistem Informasi Hukum

Perusahaan (SIH-P) dalam rangka pelaksanaan azas akuntabilitas sebagai salah

satu azas Good Corporate Governance (GCG)?

2. Bagaimanakah model Sistem Informasi Hukum Perusahaan (SIH-P) yang

digunakan oleh Bank dalam mewujudkan azas akuntabilitas sebagai salah satu

azas Good Corporate Governance (GCG)?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

GCG pada badan usaha bank, berasarkan Surat Edaran Meneg. PM dan

P.BUMN No. S. 106/M.PM P.BUMN/ 2000, tanggal 17 April 2000 tentang

kebijakan penerapan CG, CG mencakup berbagai aspek tata kelola perusahaan,

seperti: budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan, struktur

organisasi dalam penyelenggaraan proses pengambilan keputusan di dalam

perusahaan yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung:

a. Pengembangan perusahaaan;

b. Pengelolaan sumber daya dan resiko secara lebih efisien dan efektif;

c. Pertanggung jawaban perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholders

lainnya.

Demikian juga dari sisi PBI 2006, GCG mencakup dua aspek, yaitu aspek

legal dan aspek perilaku perusahaan. Penelitian ini dibatasi pada aspek legal dari

GCG perbankan, khususnya sistem kebijakan perusahaan, khususnya sistem

pengambilan keputusan perusahaan dalam rangka penyelenggaraan proses

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

19

pengambilan keputusan yang akuntabel, cepat, dan akurat, yang menentukan

kinerja tata kelola perusahaan bank.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka

dapat disampaikan tujuan dari pembuatan tesis ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Tujuan Umum.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan Ilmu Hukum

terkait dengan paradigma science as a process (ilmu sebagai proses), dengan

paradigma ini ilmu tidak akan pernah mandek (final) dalam penggaliannya atas

kebenaran di bidang obyeknya masing-masing.

1.4.2 Tujuan Khusus.

a. Mengkonstruksikan informasi tentang Bank di Bali yang telah memiliki

SIH-P dalam rangka pelaksanaan asas akuntabilitas sebagai salah satu azas

GCG dan korelasi informasi itu dengan penyelenggaraan proses kebijakan

yang cepat dan akurat pada bank.

b. Mengkonstruksikan model SIH-P yang digunakan oleh Bank dalam rangka

mewujudkan azas akuntabilitas sebagai salah satu azas GCG dan korelasi

model itu dengan proses pengambilan kebijakan perusahaan yang cepat dan

akurat dalam rangka tata kelola bank yang akuntabel dan berdaya saing

tinggi.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

20

Menyediakan model SIH-P pada bank dalam rangka pengembangan SIH-P

pada bank dalam penyelenggaraan GCG pada bank dengan tujuan lebih jauh tata

kelola bank yang akuntabel dan berdaya saing tinggi.

1.5.2 Manfaat Praktis.

Memberikan panduan praktis kepada bank model SIH-P bank dalam kaitan

dengan penyelenggaraan proses pengambilan keputusan yang cepat dan akurat

sebagai bentuk penjabaran azas GCG pada bank.

1.6 Orisinalitas Penelitian

Berdasarkan informasi yang ada dan dari penelusuran yang dilakukan di

Kepustakaan Pascasarjana Universitas Udayana dan beberapa Universitas maka

penelitian dengan judul Penyelenggaraan SIH-P Pada Badan Usaha Bank Dalam

Pelaksanaan Good Corporate Governance, belum pernah ada yang melakukan

penelitian sebelumnya. Namun, pernah ada yang meneliti tentang GCG tetapi tidak

sama dengan judul yang saya teliti. Adapun penelitian-penelitian tersebut akan

diuraikan sebagai berikut:

1. Nama : Indra Adeyanto Saputra

Nim : -

Universitas : Magister Kenotariatan UGM, Yogyakarta

Judul : Peranan Komisaris Independen Dalam Mewujudkan Good

Corporate Governance (GCG) pada Bank Nagari

Permasalahan :

Penelitian mengenaiperanan komisaris independen untuk mewujudkan GCG

pada PT. Bank Nagari bertujuan untuk mengetahui peranan komisaris

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

21

independen dalam menerapkan GCG di Bank Nagari telah dilaksanakan dengan

baik dan untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat komisaris

independen dalam menerapkan GCG pada Bank Nagari dan solusi yang

diterapkan.

Kesimpulan :

Komisaris Independen Bank Nagari, belum melaksanakan peranannya dengan

baik untuk mewujudkan GCG, hal ini dikarenakan dalam pengambilan

keputusan oleh dewan komisaris, komisaris independen hanya sebagai

penyeimbang dalam pengambil keputusan apabila terjadi suara yang berimbang

antara setuju dengan yang tidak setuju. Decision maker tetap pada komisaris

utama. Pengangkatan komite-komite fungsional pada Bank Nagari berdasarkan

pada Surat Keputusan Dereksi, pengangkatan ini telah menyalahi konsep two-

tier board system yang dianut oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas. Hal ini

akan membawa dampak pada tidak independenya komite-komite tersebut

dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen, karena didasari

rasa balas budi yang bermuara pada tidak optimalnya peranan preventif function

dan sustainable corporate governance pada Bank Nagari. Faktor penghambat

untuk diterapkan GCG adalah Pertentangan antara Anggaran Dasar Bank

Nagari dengan PBI Nomor 8/14/PBI/2006 Jo Nomor 8/4/PBI/2006 tentang

Pelaksanaan GCG pada Bank Umum. Cara mengatasi faktor-faktor

pengahambat tersebut Komisaris Independen mengingatkan pada setiap

stakeholder untuk komitmen dengan penerapan GCG pada Bank Nagari.

2. Nama : Nur Hidayati Setyani

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

22

Nim : B4A 006 021

Universitas : Program Magister Ilmu Hukum, Universitas Diponegoro

Judul : Kebijakan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Prinsip

”Good Corporate Governance” Bagi Bank Umum Dalam

Praktek Perbankan Syari’ah

Permasalahan :

1. Apakah urgensi Kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan Good Corporate

Governance Bagi Bank Umum dalam praktek perbankan syariah di

Indonesia?

2. Bagaimana penerapan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum

dalam pengelolaan perbankan syari’ah di Indonesia?

Kesimpulan :

1. Implementasi Kebijakan Pemerintah prinsip-prinsip GCG di berbagai

lembaga bisnis berorientasi profit, khususnya lembaga keuangan/bank

syari’ah, merupakan suatu keniscayaan, bahkan lembaga-lembaga keuangan

syari’ah, khususnya bank syari’ah, harusnya menjadi pionir dalam

implementasi kebijakan pemerintah tentang penerapan GCG bagi bank

umum, karena dijalankan menurut prinsip-prinsip Islam. Penerapan GCG

begitu penting, karena perbankan syari’ah merupakan lembaga intermediasi

yang amat membutuhkan kepercayaaan masyarakat agar dipercaya seluruh

stakeholders.

2. Analisis terhadap implementasi PBI No. 8/4/PBI/2006 dan perubahannya

No. 8/14/PBI/2006 dan SE BI No. 9/12/DPNP/2007 tanggal 30 Mei 2007,

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

23

Perihal Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan (GCG) oleh Bank Umum,

dalam praktek perbankan syari’ah di PT Bank Muamalat Tbk. aspek-aspek

yang wajib dinilai dalam pelaksanaan GCG dikelola dengan baik/memadai

sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku maupun sesuai kaidah

islam sebagaimana telah dinyatakan oleh Dewan Pengawas Syari’ah.

3. Nama : Ambar R. Yusmawati

Nim : -

Universitas : Magister Ilmu Hukum UGM, Yogyakarta

Judul : Penerapan Prinsip Transparansi (Transparency) Sebagai

Pelaksanaan Dari GCG Di Dalam Kegiatan Pengadaan (Procurement) Pada

Perusahaan Yang Berstatus Sebagai Badan Usaha Milik Negara (Studi Kasus

Kantor Pusat PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.)

Permasalahan :

1. Bagaimana penerapan prinsip transparansi (transparency) sebagai

pelaksanaan dari GCG dalam kegiatan pengadaan (procurement) di PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebagai perusahaan yang berstatus

sebagai Badan Usaha Milik Negara?

2. Faktor-faktor apa saja yang merupakan kendala dalam penerapan prinsip

transparansi tersebut serta untuk mengetahui hal-hal apa saja yang telah,

sedang dan akan dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

24

dalam rangka pelaksanaan prinsip transparansi (transparency) dalam

kegiatan pengadaan (procurement)?

Kesimpulan :

Transparansi pada ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang dan

jasa, syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi pengadaan, hasil

evalusi pengadaan dan penetapan calon penyedia barang dan jasa, telah

diterapkan sebagai bentuk keterbukaan dalam mengemukakan informasi

material dan relevan serta keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan

dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa di BRI sebagai Badan Usaha Milik

Negara.

1.7 Landasan Teoritis

Dalam mengkaji Penyelenggaraan SIH-P Pada Badan Usaha Bank Dalam

Pelaksanaan Good Corporate Governance, maka akan lebih baik apabila

sebelumnya membahas mengenai landasan teoritis yang akan dipergunakan untuk

menjawab permasalahan tersebut. Landasan teoritis ini akan menguraikan

mengenai teori-teori, asas-asas, dan konsep-konsep hukum yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian tersebut.

Black and Champion mengatakan bahwa:’’ A theory is a set of

systematically related propositions specifiying causal relationship among

variables.’’31 Dalam penelitian ini digunakan teori-teori yaitu pendapat-pendapat

31 Supasti Dharmawan, 2005, Metodelogi Penelitian Hukum Empiris, Universitas Udayana,

Denpasar, h. 26.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

25

para ahli hukum yang dapat memberikan masukan-masukan dalam memecahkan

permasalahan hukum yang timbul.

1. Teori Hukum Sebagai Proses Kebijakan Bersifat Otoritatif

Hakekat proses hukum adalah proses kebijakan yang bersifat otoritatif, yaitu

berdasarkan kewenangan dan bersifat terus-menerus (berkelanjutan).32 Studi

hukum sebagai kebijakan mencakup:

a. Penggambaran kecenderungan kebijakan yang telah lampau;

b. Pengujian terhadap berbagai variabel yang berpengaruh terhadap suatu

kebijakan;

c. Prediksi kebijakan, berdasarkan kecenderungan masa lampau dan pengaruh

berbagai variabel itu;

d. Sosialisasi kebijakan;

e. Evaluasi kebijakan untuk kebijakan yang lebih baik di masa depan.33

Menurut Yehezkel Dror, salah satu kunci utama penyelenggaraan kebijakan

adalah instrumen kebijakan, yaitu: konsep, konstruksi konsep, konstruksi sistem,

dan konstruksi teknologi yang digunakan sebagai panduan dan peralatan dalam

pelaksanaan kebijakan. Instrumen kebijakan berfungsi sebagai alat pendukung

penyelenggaraan kebijakan, namun demikian instrumen ini berfungsi vital akan

halnya berbagai peralatan pada mobil, seperti: mesin, stir, dan ban kendaraan, yang

menentukan dapat tidaknya kendaraan itu bergerak dan sampai pada tujuan kemana

kendaraan itu bepergian.34 SIH-P sebagai bentuk implementasi GCG merupakan

instrumen kebijakan yang menentukan capaian penyelenggaraan tata kelola

32 Myres S. McDougal, 1956, Law as a Process of Decision: A Policy-Oriented Approach to

Legal Study, Yale Law School, Faculty Scholarship Series, paper 2464, h. 53. 33 Ibid, h. 58-59. 34 Yehezkel Dror, 1977, Venture in Policy Science, Elsevier, New York, h. 10.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

26

perusahaan berdasarkan azas-azas GCG, khususnya berkenaan dengan

pengambilan kebijakan perusahaan.

2. Teori Validitas Kebijakan

Setiap kebijakan hendaklah berdasarkan ketentuan hukum yang memberi

dasar kewenangan kepada suatu organ perusahaan untuk menetapkan kebijakan

tersebut. Suatu kebijakan adalah valid hanya jika bersumber dan berdasarkan pada

ketentuan yang memberikan kewenangan kepada organ perusahaan untuk

menentapkan kebijakan tersebut. Dengan memandang proses hukum sebagai proses

kebijakan, maka validitas kebijakan perusahaan berpijak pada teori hukum normatif

berstruktur atau piramida norma dari Hans Kelsen, bahwa suatu norma adalah valid

hanya jika berdasar dan bersumber pada norma yang lebih tinggi.35 Norma yang

lebih tinggi di dalam stuktur norma hukum perusahaan adalah anggaran dasar

perusahaan. anggaran dasar perusahaan menentukan kewenangan yang dimiliki

oleh organ perusahaan, termasuk ragam dan derajat tindakan yang boleh

diambilnya. SIH-P menyediakan informasi tentang norma yang dapat digunakan

sebagai dasar untuk mengambil tindak kebijakan oleh organ perusahaan.

3. Teori Tatakelola Perusahaan

Menurut AS Horby, Good Governance merujuk pada serangkaian tindakan,

fakta, atau tingkahlaku mengelola (governing), yaitu mengarahkan atau

mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik dalam suatu perusahaan.36

Governance tidak hanya mencakup penggunaan kekuasaan secara eksklusif di

35 Hans Kelsen, 2006, General Theory of Law & State, Transaction Publishers, New

Brunswick, h. 42. 36 Eddie Wibowo, Op.Cit, h. 9.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

27

dalam pemerintahan, tetapi juga institusi atau organisasi di luar pemerintahan.

Fungsi govering mencakup fungsi pengelolaan atau pengaturan oleh aktor-aktor

civil society, pasar, masyarakat dan agen-agen lainnya.37 GCG adalah sistem dan

struktur untuk mengelola perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai

pemegang saham serta akomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan

perusahaan. CG mensyaratkan adanya: struktur, perangkat untuk mencapai tujuan,

dan pengawasan atas kinerja.38 SIH-P merupakan bentuk perangkat yang

diperlukan untuk mencapai tujuan, sekaligus merupakan media pengendalian

kinerja organ perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Organ perusahaan

berserta bagian-bagainnya, khususnya bagian hukum, merupakan struktur pada

perusahaan bank yang harus menyediakan keberadaan instrumen itu. Tujuan

penyelenggaraan proses kebijakan tidak tersedia karena SIH-P sebagai instrumen

tidak tersedia. Untuk mengisi kekosongan ini, maka SIH-P itu harus disediakan

sesuai dengan ketiga aspek CG pada perusahaan bank, yaitu: struktur,

instrumen/perangkat, dan pengendalian kinerja.

1.8 Hipotesis

Berdasarkan landasan teoritis yang telah diuraikan di atas, maka terhadap

permasalahan-permasalahan yang diajukan dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

1. Jika Bank di Bali telah memahami PBI No. 8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan

GCG bagi Bank Umum yang salah satunya mengatur mengenai SIH-P dalam

37 Ibid, h. 13. 38 Ibid, h. 85.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

28

rangka proses pengambilan keputusan, maka bank telah mewujudkan azas

akuntabilitas sebagai salah satu azas GCG.

2. Jika Bank-bank di Bali memahami pentingnya SIH-P dalam rangka proses

pengambilan keputusan, maka diperlukan suatu model SIH-P untuk dapat

digunakan sebagai panduan pengambilan kebijakan oleh Bank sebagai dasar

dan panduan proses pengambilan keputusan dalam rangka mewujudkan azas

akuntabilitas sebagai salah satu azas GCG.

1.9 Metode Penelitian

1.9.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yuridis empiris.

Penelitian yuridis empiris terdiri dari 4 komponen, yaitu: (1) penelitian terhadap

identifikasi hukum (hukum tidak tertulis); (2) penelitian terhadap efektifitas hukum;

(3) penelitian perbandingan hukum; dan (4) penelitian sejarah hukum.39 Dalam hal

ini, penelitian yang dipergunakan adalah penelitian mengenai efektifitas hukum,

yaitu Penyelenggaraan SIH-P Pada Badan Usaha Bank Umum Dalam Pelaksanaan

Good Corporate Governance.

1.9.2 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam penulisan tesis ini adalah deskriptif. Menurut Moh.

Nazir, penelitian deskriptif adalah penelitian yang mempelajari masalah-masalah

dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-

situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,

39 H. Zainuddin Ali M.A., 2010, Metode Penelitian Hukum, Cetakan Kedua, Sinar Grafika,

Jakarta, hal. 30-45.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

29

pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh

dari satu fenomena.40 Penelitian deskriptif juga bertujuan untuk menentukan ada

tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.41

Dalam hal ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari permasalahan mengenai

apakah Bank di Bali telah memiliki SIH-P atau belum memiliki dalam rangka

pelaksanaan azas akuntabilitas sebagai salah satu azas GCG.

1.9.3 Data dan Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan untuk mendukung penulisan

penelitian ini didapat dari dua sumber, yaitu:

1. Sumber Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber

pertama.42 Dalam hal ini data primer yang akan digunakan adalah dengan

melakukan penelitian lapangan guna mencari data yang akurat. Penelitian

ini dilakukan dengan mewawancarai Pimpinan Bank untuk mengetahui

apakah pada bank tersebut telah memiliki SIH-P atau belum memiliki dalam

rangka pelaksanaan azas akuntabilitas sebagai salah satu azas GCG yaitu

bank milik daerah (BPD Bali kantor Pusat Denpasar), bank BUMN (BNI 46

kantor cabang Gatot Subroto Barat Denpasar), dan bank perkreditan rakyat

(BPR Kertawan kantor pusat Gianyar) yang berkedudukan di provinsi Bali

yakni Kota Madya Denpasar dan Kabupaten Gianyar dimana kantor pusat

40 Soejono dan H. Abdurrahman, 1999, Metode Penelitian Hukum, Cetakan Pertama, Rineka

Cipta, Jakarta, hal. 21.

41 Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Ed.1-4, PT

Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 25.

42 Ibid, hal. 30.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

30

bank-bank tersebut berada di wilayah kota Denpasar dan Gianyar yang

dimana memiliki tingkat mobilitas perekonomian dan perbankan yang

sangat tinggi.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan adalah dengan melakukan penelitian

kepustakaan, yaitu dengan cara mengkaji kembali peraturan yang sudah ada,

baik dalam bahan bacaan hukum ataupun dalam dokumen-dokumen yang

memiliki keterkaitan dengan materi dalam penelitian ini serta untuk

menyempurnakan data lapangan.

1.9.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Studi Dokumen

Studi dokumen merupakan langkah awal dari setiap penelitian

hukum (baik normatif maupun sosiologis), karena penelitian hukum selalu

bertolak dari premis normatif.43 Dalam hal ini dengan mengumpulkan data

yang bersumber dari kepustakaan yang relevan dengan permasalahan

penelitian, yaitu dengan cara membaca dan mencatat kembali data yang

kemudian dikelompokkan secara sistematis.

2. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh

keterangan secara lisan guna mencapai tujuan tertentu.44 Dalam hal ini data

diperoleh melalui proses interview atau wawancara kepada pihak-pihak

43 Ibid., hal. 68. 44 Burhan Ashshofa, 1998, Metode Penelitian Hukum, Cetakan Kedua, PT Rineka Cipta,

Jakarta, hal. 95.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

31

yang terkait dengan permasalahan penelitian di lapangan seperti Pimpinan

Bank maupun Kepala Bagian yang membawahi masalah Kepatuhan agar

nantinya bisa mendapatkan informasi dan data yang pasti dan akurat. Dalam

hal ini responden merupakan bank umum bank milik daerah (BPD Bali

kantor Pusat Denpasar), bank BUMN (BNI 46 kantor cabang Gatot Subroto

Barat Denpasar), dan bank perkreditan rakyat (BPR Kertawan kantor pusat

Gianyar) yang berkedudukan di provinsi Bali yakni Kota Madya Denpasar

dan Kabupaten Gianyar.

1.9.5 Teknik Penentuan Sample Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan teknik penentuan sampel non

probabilitas. Teknik ini tidak ada ketentuan yang pasti berapa sampel yang

harus diambil agar dapat dianggap mewakili populasi. Teknik yang diambil

dari non probabilitas ini adalah bentuk purposive sampling yakni penarikan

sampel dilakukan berdasarkan tujuan tertentu yaitu sampel dipilih atau

ditentukan sendiri oleh peneliti, yang mana penunjukan dan pemilihan

sampel didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi kriteria

dan sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri utama dari

populasi. Alasan mengapa memilih sampel penelitian 2 (dua) bank umum

dan 1 (satu) BPR karena dengan mengambil sampel tersebut peneliti

mengganggap dengan memilih 2 (dua) bank umum telah terwakilinya

sampel bank umum yang ada di bali dan dipilihnya 1 (satu) BPR karena

setelah di telusuri beberapa BPR yang ada ternyata BPR memiliki

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

32

karakteristik yang sama (homogen) maka dari itu dipilihnya hanya 1 (satu)

sampel untuk mewaliki seluruh BPR yang ada di bali.

1.9.6 Pengolahan Dan Analisis Data

Proses analisis data merupakan pekerjaan untuk menemukan tema-

tema dan merumuskan hipotesa-hipotesa, meskipun sebenarnya tidak ada

formula yang pasti untuk dapat digunakan untuk merumuskan hipotesa,

hanya saja analisis data tema dan hipotesa tersebut lebih diperdalam dengan

menggabungkannya dengan sumber-sumber data yang ada.45 Adapun

keseluruhan data yang telah didapat akan dianalisis secara kualitatif.

Analisis kualitatif sifat data yang dikumpulkan adalah data naturalistik yang

terdiri dari atas kata-kata yang tidak diolah menjadi angka-angka, data sukar

diukur dengan angka-angka, bersifat monografis atau berwujud kasus-kasus

sehingga tidak dapat disusun ke dalam struktur klasifikasi, hubungan antar

variable tidak jelas, sampel bersifat non probabilitas, dan pengumpulan data

menggunakan pedoman wawancara dan observasi. Adapun tahap-tahap

pengolahan data dan analisis data dengan cara menyusun data secara

sistematis, digolongkan dalam pola dan tema, dikategorikan dan

diklasifikasikan, dihubungkan antara satu data dengan data lainnya,

dilakukan interpretasi untuk memahami makna data dalam situasi sosial,

dan dilakukan penafsiran dari perspektif peneliti setelah memahami

keseluruhan kualitas data. Proses analisis tersebut dilakukan secara terus

menerus sejak pencarian data di lapangan dan berlanjut terus hingga pada

45 Ibid. h. 66.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Persada, Jakarta, h. 2. 7 Ibid ... masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di ... dan keseimbangan

33

tahap analisis. Setelah dilakukan analisis secara kualitatif kemudian data

disajikan secara deskriptif kualitatif dan sistematis.