BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan orang yang lebih dewasa untuk mendewasakan mereka yang dianggap belum dewasa secara kontekstual. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam era globalisasi, karena visi pendidikan sekarang ini ditekankan pada pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan mutu pendidikan yang lebih modern dan pengembangan dalam pendidikan agar sisiwa sebagai subyek pendidikan dapat mengikuti kemajuan tersebut. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merangsang bidang keilmuan yang lain untuk ikut berkembang, tak terkecuali bidang ilmu pendidikan perkembangan dalam bidang pendidikan dapat dilihat dari adanya perubahan yang ada di dalamnya seperti kualitas guru, kurikulum, proses pembelajaran, saranan dan prasaranan pembelajaran, sumber belajar, metode pembelajaran, media pembelajaran, dll. Perubahan yang dilakukan ini memiliki tujuan agar siswa mampu menguasai materi atau bahan ajar secara optimal. Sebagai dampaknya adalah diperkayanya sumber dan media pembelajaran, seperti: buku teks, lks, modul, video, dll (Santyasa, 2007;21). Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Selanjutnya, pasal 37 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: (a) pendidikan agama, (b) pendidikan kewarganegaraan, (c) bahasa, (d) matematika, (e) ilmu

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16410/1/T1_292011153_BAB I.pdf · operasional kurikulum. Menurut Pasal 1 ayat 19, Kurikulum adalah

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan orang yang lebih dewasa

untuk mendewasakan mereka yang dianggap belum dewasa secara

kontekstual. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam era

globalisasi, karena visi pendidikan sekarang ini ditekankan pada

pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan mutu pendidikan yang

lebih modern dan pengembangan dalam pendidikan agar sisiwa sebagai

subyek pendidikan dapat mengikuti kemajuan tersebut. Perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi merangsang bidang keilmuan yang lain untuk ikut

berkembang, tak terkecuali bidang ilmu pendidikan perkembangan dalam

bidang pendidikan dapat dilihat dari adanya perubahan yang ada di dalamnya

seperti kualitas guru, kurikulum, proses pembelajaran, saranan dan prasaranan

pembelajaran, sumber belajar, metode pembelajaran, media pembelajaran, dll.

Perubahan yang dilakukan ini memiliki tujuan agar siswa mampu menguasai

materi atau bahan ajar secara optimal. Sebagai dampaknya adalah

diperkayanya sumber dan media pembelajaran, seperti: buku teks, lks, modul,

video, dll (Santyasa, 2007;21).

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum pada

semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip

diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta

didik. Selanjutnya, pasal 37 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum

pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: (a) pendidikan agama, (b)

pendidikan kewarganegaraan, (c) bahasa, (d) matematika, (e) ilmu

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16410/1/T1_292011153_BAB I.pdf · operasional kurikulum. Menurut Pasal 1 ayat 19, Kurikulum adalah

2

pengetahuan alam, (f) ilmu pengetahuan sosial, (g) seni dan budaya, (h)

pendidikan jasmani dan olahraga, (i) keterampilan, dan (j) muatan lokal. Pada

tahun ajaran 2014-2015 di Indonesia menggunakan dua kurikulum yaitu

KTSP dan Kurikulum 2013, akan tetapi tidak semua Sekolah Dasar yang ada

diseluruh Indonesia menggunakan KTSP dan Kurikulum 2013 karena pihak

sekolah diberikan kebebasan untuk melaksanakan kurikulum tersebut sesuai

dengan kondisi sekolah yang ada dan atas dasar ditunjuknya sekolah tersebut

menggunakan Kurikulum 2013 oleh Dinas Pendidikan. Dalam UU 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terdapat sejumlah pasal yang

berkaitan dengan KTSP. Pasal 1 ayat 19, misalnya menjelaskan definisi

operasional kurikulum. Menurut Pasal 1 ayat 19, Kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Definisi tersebut

menegaskan bahwa kurikulum dipakai sebgai pedoman dalam

menyelenggarakan pembelajaran. Bukan buku teks yang sebenarnya lebih

berperan sebagai salah satu sumber pembelajaran. KTSP merupakan

kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pembelajaran KTSP menuntut siswa

untuk aktif. Sementara guru berperan sebagai fasilitator, diharapkan untuk

mampu membuat kondisi pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan

siswa.

Pendidikan pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, bisa

formal dan informal. Dalam pendidikan tentu terdapat kegiatan belajar dan

pembelajaran yang terjadi didalamnya. Belajar dan pembelajaran merupakan

konsep yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Pembelajaran adalah

suatu kombinasi yang tersusun yang meliputi unsur-unsur manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi

dalam mencapai tujuan pembelajaran (Husamah dan Setyaningrum, 2013;99).

Sementara itu, Trianto (2010) mengatakan bahwa produk IPA hakikatnya

merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA

merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16410/1/T1_292011153_BAB I.pdf · operasional kurikulum. Menurut Pasal 1 ayat 19, Kurikulum adalah

3

konsep. Hal ini sejalan dengan pelajaran IPA yang bertujuan agar siswa

mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat,

lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis, kritis,

memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional, maupun global

(Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Pendidikan yang pertama dan utama

adalah dari keluarga. Melalui keluarga kita tahu bagaimana cara berkenalan

dengan nilai-nilai, sikap dan karakter. Salah satu contoh perilaku yang

dikenalkan melalui keluarga adalah sikap peduli terhadap ciptaan Tuhan baik

sesama atau lingkungan alam sekitar. Dari perilaku dan sikap tersebut dapat

dilanjutkan dan diperpanjang pengetahuannya tentang lingkungan alam

sekitar, terutama melalui mata pelajaran IPA yang mencakup nilai dan ilmu-

ilmu tentang lingkungan alam sekitar.

Dalam tuntutan pembelajaran IPA pada kurikulum KTSP yang diatur

dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI

merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta

didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan

pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta

didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan

sendiri yang difasilitasi oleh guru. Oleh sebab itu guru diberikan kesempatan

untuk mengembangkan bahan ajar dengan menggunakan metode

pembelajaran yang menarik, sehingga dapat untuk meningkatkan keaktifan

siswa dengan secara mandiri dan berkelompok.

Pada hakekatnya ilmu pengetahuan alam adalah mata pelajaran yang

mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah

menengah tingkat pertama (SMP). Namun berbeda pada istilah yang terdapat

di sekolah menengah atas (SMA) dan perguruan tinggi, kata IPA lebih

dikenal sebagai salah satu penjuruan kelas yang secara khusus lebih

memfokuskan ilmu-ilmu eksata. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga Ilmu

Pengethauan Alam bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16410/1/T1_292011153_BAB I.pdf · operasional kurikulum. Menurut Pasal 1 ayat 19, Kurikulum adalah

4

berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri

sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Adapun beberapa model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam proses

pembelajaran IPA yaitu: 1)Construtivisme, 2)Inquiri (penemuan),

3)Questioning (bertanya), 4)Learning community (pengelompokan belajar),

5)Modeling (media), 6)Reflction (rangsangan), 7)Authentic assessment

(penilaian nyata), 8)Direct Instruction (model pembelajaran langsung).

Penerapan model pembelajaran IPA yang dilakukan oleh setiap pendidik

memilki karakter yang berbeda-beda. Dalam hal tersebut guru perlu memiliki

keterampilan serta kualifikasi dan standar kompetensi guru agar mampu

memenuhi sebagai pendidik yang profesional. Dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional 16 Tahun 2007 menyebutkan kualifikasi akademik guru

SD/MI harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma

empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1

PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang

terakreditasi serta memenuhi standar kompetensi guru yang dikembangkan

secara utuh yaitu ada empat kompetensi utama : 1) Kompetensi pedagogik,

2) Kompetensi kepribadian, 3) Kompetensi sosial, 4) Kompetensi

Profesional. Dalam pelaksanaannya juga dipengaruhi oleh isi materi dan

kemampuan pendidik itu sendiri. Kreatifitas dan keterampilan serta

kompetensi seorang guru akan sangat diperlukan khususnya pembelajaran

IPA, karena dalam pembelajaran IPA tidaklah cukup dengan menggunakan

model dan metode yang biasa diterapkan dalam pembelajaran yang lainnya.

Hal ini harus diakui secara seksama karena materi IPA memerlukan suatu

aktifitas yang langsung dan benar-benar sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya. IPA dalam pembelajarannya memilki ciri yang berbeda dengan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16410/1/T1_292011153_BAB I.pdf · operasional kurikulum. Menurut Pasal 1 ayat 19, Kurikulum adalah

5

membelajarkan materi yang lain kepada siswa, salah satu ciri yang menonjol

adalah adanya proses pembelajaran yang berproses dengan menggunakan

observasi, percobaan, dan pemecahan masalah. Memang ciri ini dimiliki oleh

materi pelajaran yang lain, akan tetapi prosedur dalam pengaplikasiaanya

memliki pesamaan dengan metode yang dilakukan oleh para ahli, dan para

penemu-penemu sebelumnya.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam diarahkan untuk inkuiri dan berbuat

sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang

lebih mendalam tentang alam sekitar. Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan

dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui

pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan Ilmu

Pengetahuan Alam perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak

buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan

pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat)

yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat

suatu karya melalui penerapan konsep Ilmu Pengetahuan Alam dan

kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (Scientific inquiry) untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena

itu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD/MI menekankan pada

pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan

pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Dalam kurikulum KTSP, dimensi perencanaan atau pengaturan salah

satunya berisi bahan ajar. Menurut Depdiknas, (2004: 13) Bahan ajar adalah

segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktor dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi keberhasilan guru

dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh bahan ajar yang digunakan,

termasuk didalamnya pengunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam proses

pembelajaran. Rohman dan Amri (2013: 96) Pemilihan materi pembelajaran

itu menyediakan aktivitas-aktivitas yang berpusat pada siswa. Pada dasarnya

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16410/1/T1_292011153_BAB I.pdf · operasional kurikulum. Menurut Pasal 1 ayat 19, Kurikulum adalah

6

LKS berisi kegiatan pembelajaran yang menyediakan aktifitas yang berpusat

pada siswa. Prastowo (2011: 204) menyatakan Lembar Kerja Siswa

merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas berisi materi,

ringkasan dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus

dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang

harus dicapai. Dengan demikian LKS merupakan salah satu bahan ajar yang

dapat dikembangkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang

disusun dan dikembangkan oleh guru harus disesuaikan dengan situasi dan

kondisi kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Trianto (2009: 166) menyatakan bahwa strategi inkuiri berarti sesuatu

rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh

kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,

logis, dan analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya

dengan penuh percaya diri. Dengan demikian kemampuan siswa dapat

dikembangkan secara maksimal. Maka untuk memaksimalkan kemampuan

siswa dalam proses pembelajaran harus ada pembimbing yang mengarahkan

dan membimbing siswa ketika melakukan kegiatan-kegiatan dalam

pembelajarannya.

Putro (2012: 96) menyatakan model inkuiri terbimbing adalah

pendekatan inkuiri saat guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan

memberi pertanyaan awal dan mengarahkan kepada suatu diskusi. Pendekatan

inkuiri terbimbing memerlukan alat bantu berupa LKS yang didalamnya

berisi tuntunan atau bimbingan untuk siswa melakukan kegiatan belajarnya

agar mendapatkan pemahaman konseptualnya. Hal ini disebabkan, dalam

inkuiri terbimbing siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran secara aktif

dan mandiri dengan mendapat bimbingan dan arahan dari gurunya. Sebagai

seorang pendidik, guru berperan dalam merencanakan dan melaksanakan

kegiatan pembelajaran. Guru sebagai pembimbing dan fasilitator diharapkan

mampu memberikan bantuan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan

dan juga dalam memecahka masalah yang dihadapi siswanya dalam

pembelajarannya (E Mulyasa, 2007: 53)

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16410/1/T1_292011153_BAB I.pdf · operasional kurikulum. Menurut Pasal 1 ayat 19, Kurikulum adalah

7

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Gugus Suradirjo khususnya SDN

Simpar, Temanggung yang menerapkan Kurikulum KTSP kembali. Dalam

studi pendahuluan pada kelas V dengan jumlah siswa 22 tersebut, rata berasal

dari keluarga menengah kebawah dengan karakteristik siswa yang berbeda-

beda sedangkan guru berlatar belakang dari pendidikan lulusan SPGSD yang

telah mengajar di SDN Simpar sejak tahun 2009 hingga saat ini. Dalam

proses pembelajaran yang dilakukan guru pada umumnya tidak menggunakan

model desain pembelajaran tertentu ataupun orientasi teori, yang dilakukan

dalam proses pembelajaran khususnya Ilmu Pengetahuan Alam guru hanya

menggunakan paradigma yang lama dimana guru masih bersifat

konvensional. Dalam pembelajaran IPA masih terlalu informatif di bawah

dominasi guru, sehingga IPA dianggap sebagai pelajaran yang membosankan.

Guru melakukan ceramah dan diskusi yang dinilai akan lebih mudah dalam

mengajar dan mempermudah siswa dalam mengerjakan tugas karena

dilaksanakan secara bersama atau diskusi. Dalam proses pembelajaran materi

yang diajarkan guru belum memastikan apakah materi pembelajaran sesuai

dengan karakteristik siswa karena karakteristik siswa yang berbeda-beda.

Sedangkan dalam proses pembelajaran yang dilakukan siswa hanya

mengikuti apa yang disuruh dan diinstruksikan oleh guru dan yang penting

siswa mampu mengikutinya.

Teknologi media yang digunakan dalam menyampaikan materi atau

hanya sebatas CD pembelajaran, meski siswa terlihat lebih senang dengan

media tersebut namun CD pembelajaran yang terdapat di perpustakaan

sekolah hanya terdapat beberapa materi dalam pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam dengan jumlah CD pembelajaran yang jumlahnya terbatas.

Pada dasarnya tuntutan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diatur dalam

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang merupakan standar yang

secara garis besar harus dicapai oleh peserta didik. Namun ketercapaian

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ketika dilakukan studi

pendahuluan tersebut, bahwa Standar kompetensi dan Kompetensi dasar

beberapa diantaranya belum tercapai karena kurangnya waktu dan sarana

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16410/1/T1_292011153_BAB I.pdf · operasional kurikulum. Menurut Pasal 1 ayat 19, Kurikulum adalah

8

serta prasarana yang dibutuhkan belum mampu memenuhi. Bahan ajar yang

digunakan untuk menunjang proses belajar siswa dengan menggunakan buku

paket dan LKS (fokus) sebagai bahan ajar yang digunakan selama ini.

Secara nasional nilai KKM dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam yang seharusnya diterapkan di Sekolah dasar adalah 75, sedangkan

KKM yang diterapkan di gugus Suradirjo setiap SD berbeda, khususnya SDN

Tlogo adalah 68 dan SDN Simpar adalah 70. Hal tersebut dalam penerapan

KKM yang berbeda dengan KKM secara nasional disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu siswa yang kurang aktif dan kurang memperhatikan dalam

mengikuti pelajaran, materi ajar, kurangnya sarana dan prasarana yang

dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran yang hanya berupa poster

dan gambar serta Compact Disk yang terbatas. Sehingga dari nilai KKM yang

diterapkan secara nasional dari jumlah 10 siswa pada SDN Tlogo kelas V

terdapat 80% dari jumlah siswa kelas V yang belum memenuhi KKM secara

nasional. Sedangkan dari nilai KKM yang diterapkan di SDN Tlogo dari

jumlah 10 siswa kelas V hanya 60% yang belum mencapai KKM. Namun di

SDN Simpar dari 22 siswa kelas V terdapat 45% dari jumlah siswa kelas V

yang belum memenuhi KKM secara nasional. Sedangkan dari nilai KKM

yang diterapkan di SDN Simpar dari jumlah 22 siswa kelas V hanya 27,3%

yang belum mencapai KKM. Alasan mengapa sekolah menerapkan KKM

yang jauh lebih rendah dibandingkan KKM nasional karena kemampuan

berfikir anak yang kurang dalam berfikir kritis dan keaktifan siswa yang

masih kurang di tambah lagi waktu pelaksanaan pembelajaran materi Ilmu

Pengetahuan Alam selama 1 semester yang belum cukup agar siswa mampu

menguasai kompetensi selama 1 semester yang diharapkan.

Dari permasalahan yang ditemui, peneliti menyimpulkan bahwa

pembelajaran IPA di Sekolah Dasar tersebut sudah berjalan dengan baik, akan

tetapi guru merasa mengalami kesulitan dan memerlukan sebuah inovasi atau

pengembangan bahan ajar yaitu salah satunya LKS, dimana LKS yang dapat

digunakan mampu mengembangkan keterampilan proses dan keaktifan siswa

dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Pada proses pembelajaran, guru

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16410/1/T1_292011153_BAB I.pdf · operasional kurikulum. Menurut Pasal 1 ayat 19, Kurikulum adalah

9

terkadang menggunakan LKS yang terdapat pada buku paket sehingga tidak

ada lembaran LKS khusus untuk siswa. Oleh karena itu guru harus mampu

untuk mempersiapkan dan berkreatifitas di dalam memodifikasi atau

merancang sendiri LKS yang sesuai dengan kebutuhan dalam proses

pembelajaran. Hal ini bertujuan supaya siswa dapat memperoleh pemahaman

materi secara mandiri atau kelompok, sehingga pemahaman terhadap konsep

materi yang ada di dalam pembelajaran tersebut semakin kuat diserap dalam

ingatan siswa. Mengingat pentingnya sumber belajar dalam proses

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah, maka kiranya perlu

pengembangan sebuah LKS yang dapat memenuhi kriteria kelayakan sebagai

media pembelajaran yang baik. Dalam hal ini didukung dengan penelitian

dari Sidig Budisetyawan (2012: 90) penelitian pengembangan LKS Berbasis

Inkuiri Terbimbing yang layak digunakan sebagai media pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka peneliti

mengembangkan sebuah produk dengan judul pengembangan lembar kerja

siswa ipa berbasis model inkuiri terbimbing materi pesawat sederhana kelas v

sekolah dasar.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, terdapat

beberapa permasalahan, yaitu keaktifan dan kemampuan berfikir kritis siswa

yang kurang dalam pembelajaran IPA, memberikan sinyal adanya kesulitan

siswa dalam menguasai informasi yang disampaikan dalam pembelajaran.

Pada saat proses pembelajaran siswa kurang aktif sehingga ketika diajak

untuk berfikir kritis sebagian jawaban melenceng dari perintah dan soal,

mengidikasikan bahwa siswa kurang mampu mencerna informasi yang

terkandung dalam pelajaran IPA. Berdasarkan hasil pengamatan lebih lanjut,

rendahnya keaktifan dan berfikir kritis siswa ini disebabkan antara lain:

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16410/1/T1_292011153_BAB I.pdf · operasional kurikulum. Menurut Pasal 1 ayat 19, Kurikulum adalah

10

1.2.1 Diri Siswa

a. Materi ajar dirasa sulit untuk dikuasai siswa. Hal ini berdasarkan

ketercapaian KKM baik secara nasional ataupun KKM di kedua

Sekolah Dasar tersebut yaitu di SDN Tlogo 80% siswa belum

mencapai KKM nasional dan 60% siswa belum mencapai nilai

KKM yang diterapkan di sekolah tersebut. Pada SDN Simpar 45%

siswa belum mencapai KKM nasional dan 27,3% siswa belum

mencapai KKM yang diterapkan di sekolah Dasar tersebut, maka

dapat disimpulkan salah satu penyebabnya materi ajar yang dirasa

sulit untuk dikuasai siswa.

b. Kurangnya siswa dalam memahami materi yang diberikan. Hal ini

berdasarkan observasi yang dilakukan dilihat dari nilai yang rata-

rata nilai siswa dalam 1 kelas hanya mencapai 6,5. Dalam KKM

yang ditetapkan secara Nasional yaitu 75 ini berarti rata-rata nilai

siswa dalam kelas tersebut masih kurang dari KKM nasional yang

ditetapkan.

c. Siswa belum mampu untuk mengajukan pertanyaan kepada guru

tentang hal yang tidak mereka ketahui. Hal ini dikarenakan materi

yang mereka pahami dalam buku paket yang digunakan dari tahun

ke tahun sama dan hanya sekedar teori. Dari observasi yang

dilakukan di kedua SD tersebut sebagai uji lapangan (terbatas dan

luas) pada SDN Tlogo dari 10 siswa hanya sekitar 60% siswa yang

aktif dan pada SDN Simpar dari 22 siswa hanya sekitar 30% siswa

yang aktif sedangkan sisanya hanya mendengarkan dan duduk di

kelas.

d. Siswa pasif dalam pembelajaran di kelas. Dalam observasi yang

dilakukan disimpulkan bahwa siswa pasif dalam pembelajaran di

kelas karena guru hanya sekedar ceramah dalam menyampaikan

materi yang diambil dari buku paket. Dari 10 siswa di SDN Tlogo

hanya 60% siswa yang aktif, sedangkan di SDN Simpar dari 22

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16410/1/T1_292011153_BAB I.pdf · operasional kurikulum. Menurut Pasal 1 ayat 19, Kurikulum adalah

11

siswa hanya 30% siswa yang aktif dalam pembelajaran di dalam

kelas.

1.2.2 Dari Guru

a. Guru dituntut tidak hanya mampu menyampaikan materi, namun

juga mengerjakan adminitrasi sekolah karena kurangnya tenaga

administrasi di sekolah. Hal ini mempersempit ruang guru untuk

dapat fokus mempersiapkan penyampaian materi yang sesuai

dengan kebutuhan setiap siswa.

b. Materi ajar yang disampaikan sulit untuk diterima semua siswa

karena hanya berupa teori-teori yang terdapat dalam buku paket

yang digunakan serta karakteristik siswa yang berbeda-beda maka

dalam pencapaian pemahaman materi oleh siswa hanya 55% siswa

yang dirasa mampu memahami materi, hal ini berdasarkan

ketercapaian KKM oleh siswa.

c. Model pembelajaran yang kurang cocok diterapkan dalam suatu

materi ajar. Guru hanya melakukan ceramah berdasarkan teori

materi yang terdapat dalam buku yang digunakan. Hal ini

menunjukkan kurang cocoknya model pembelajaran yang dilakukan

karena karakteristik siswa yang berbeda-beda.

d. Guru mengalami kesulitan mengaktifkan siswa dalam proses

pembelajaran di kelas. Karena guru hanya menyampaikan materi

berdasarkan buku yang digunakan yang berisi teori dan hanya 30%

siswa yang aktif.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas dapat

dirumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimanakah mengembangkan LKS IPA berbasis model

inkuiri terbimbing materi pesawat sederhana layak untuk

digunakan sebagai sumber belajar IPA kelas V di Sekolah

Dasar?

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16410/1/T1_292011153_BAB I.pdf · operasional kurikulum. Menurut Pasal 1 ayat 19, Kurikulum adalah

12

2. Apakah LKS IPA berbasis model inkuiri terbimbing materi

pesawat sederhana efektif untuk meningkatkan hasil belajar

siswa kelas V di Sekolah Dasar?

1.4 Spesifikasi Produk Yang Diharapkan

Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Produk LKS IPA berbasis model inkuiri terbimbing materi pesawat

sederhana sebagai bahan ajar pembelajaran mandiri maupun

kelompok siswa Sekolah Dasar Simpar Kelas V Semester II.

2. LKS panduan guru berbasis inkuiri terbimbing materi pesawat

sederhana sebagai panduan guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran.

3. LKS panduan siswa berbasis inkuiri terbimbing materi pesawat

sederhana sebagai panduan siswa dalam memahami dan

menggunakan LKS secara mandiri maupun kelompok siswa Sekolah

Dasar Simpar Kelas V Semester II.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka penelitian

berikut bertujuan untuk:

1. Untuk mengembangkan LKS IPA berbasis inkuiri terbimbing

materi pesawat sederhana yang layak untuk digunakan sebagai

sumber belajar IPA di Sekolah Dasar kelas V semester II.

2. Mengetahui efektifitas LKS IPA berbasis inkuiri terbimbing yang

dikembangkan sehingga efektif digunakan dalam meningkatkan

hasil belajar pembelajaran IPA materi pesawat sederhana.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16410/1/T1_292011153_BAB I.pdf · operasional kurikulum. Menurut Pasal 1 ayat 19, Kurikulum adalah

13

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, adapun manfaat yang

diharapkan yaitu :

1.6.1 Manfaat Teoritis

Untuk meningkatkan khasanah keilmuan, khususnya dalam men-

gembangkan lembar kerja siswa pada mata pelajaran IPA.

1.6.2 Manfaat Praktis

Bagi siswa :

1. Siswa menjadi termotivasi dalam mengikuti pembelajaran IPA.

2. Memberikan pengalaman belajar yang menarik dan berkesan pada siswa.

Bagi Guru :

1. Terlatih dalam menyiapkan perlengkapan belajar mengajar.

2. Mendapatkan media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan

bagi siswa dalam pembelajaran IPA.

3. Meningkatkan kinerja guru.

4. Dapat digunakan untuk membuat pembelajaran yang kreatif dan

menyenangkan.

Bagi Sekolah :

1. Meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran IPA.

2. Mendorong guru lain untuk aktif melaksanakan pembelajaran yang

inovatif.

Bagi peneliti :

1. Mendapatkan data sebagai bahan untuk mengembangkan media

pembelajaran IPA berbasis inkuiri terbimbing pada siswa kelas V SD

semester II.

2. Mengetahui pengembangan dan penerapan media pembelajaran IPA

berbasis inkuiri terbimbing siswa kelas V SD semester II.