BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol...

41
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kejahatan transnasional merupakan kejahatan yang mempunyai dampak melewati batas teritorial suatu negara, hal ini dapat dilakukan secara individual atau kelompok yang terorganisir. 1 Tindak kejahatan yang terjadi banyak membawa dampak yang buruk bagi penduduk suatu bangsa, salah satu bentuk kejahatan transnasional ialah penyeludupan narkoba. Kejahatan penyeludupan obat-obat terlarang atau narkotika ini dikatakan sebagai kejahatan transnasional sebab aktivitasnya tidak hanya terjadi dalam lingkup Nasional tetapi juga pada level Internasional dan hampir seluruh negara mengalami permasalahan yang sama terkait kejahatan narkotika ini, oleh karena itu, hal ini dapat dikatakan sebagai kejahatan transnasional karena perdagangannya yang mudah menembus batas-batas negara di dunia melalui jaringan menejemen yang rapi dan menggunakan teknologi yang canggih untuk bisa masuk ke negara Indonesia sebagai negara transit sekaligus jembatan atau bahkan sebagai negara tujuan perdagangan narkoba. 2 1 Dirgantara Gagah M, 2017, Upaya pemerintah Indonesia dalam menangani kejahatan transnasional (penyeludupan narkoba) di daerah perbatasan Indonesia-malaysia dikalimantan, diakses dalam http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/16524/PDF%20BAB%20I.pdf?sequence= 5&isAllowed=y pada tanggal 8 September 2019 [pukul 13.00 WIB] 2 Atmasasita, Romli, tindakan pidana Narkotika transnasional dalam sistem hukum pidana Indonesia,citra aditiya bakti. Bandung, diakses dalam http://ejurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/download/65/pdf. (09/09/19. 13:00 WIB)

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kejahatan transnasional merupakan kejahatan yang mempunyai dampak

melewati batas teritorial suatu negara, hal ini dapat dilakukan secara individual

atau kelompok yang terorganisir.1 Tindak kejahatan yang terjadi banyak

membawa dampak yang buruk bagi penduduk suatu bangsa, salah satu bentuk

kejahatan transnasional ialah penyeludupan narkoba. Kejahatan penyeludupan

obat-obat terlarang atau narkotika ini dikatakan sebagai kejahatan transnasional

sebab aktivitasnya tidak hanya terjadi dalam lingkup Nasional tetapi juga pada

level Internasional dan hampir seluruh negara mengalami permasalahan yang

sama terkait kejahatan narkotika ini, oleh karena itu, hal ini dapat dikatakan

sebagai kejahatan transnasional karena perdagangannya yang mudah

menembus batas-batas negara di dunia melalui jaringan menejemen yang rapi

dan menggunakan teknologi yang canggih untuk bisa masuk ke negara

Indonesia sebagai negara transit sekaligus jembatan atau bahkan sebagai negara

tujuan perdagangan narkoba.2

1 Dirgantara Gagah M, 2017, Upaya pemerintah Indonesia dalam menangani kejahatan

transnasional (penyeludupan narkoba) di daerah perbatasan Indonesia-malaysia dikalimantan,

diakses dalam

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/16524/PDF%20BAB%20I.pdf?sequence=

5&isAllowed=y pada tanggal 8 September 2019 [pukul 13.00 WIB] 2 Atmasasita, Romli, tindakan pidana Narkotika transnasional dalam sistem hukum pidana

Indonesia,citra aditiya bakti. Bandung, diakses dalam

http://ejurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/download/65/pdf. (09/09/19. 13:00 WIB)

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

2

Dalam konteks Indonesia kejahatan penyeludupan narkoba ini merupakan

salah satu kejahatan yang masih sering terjadi. Berdasarkan hasil penelitian pihak

BNN yang menyatakan bahwa pengedar narkotika sangat mempunyai peluang

besar untuk bisa menyeludupkan barang ilegalnya melalui jalur laut, karena negara

Indonesia adalah negara yang sangat terbuka terdiri dari berbagai macam pulau

yang dikelilingi oleh lautan, sehingga para sindikat dengan mudahnya masuk ke

Indonesia. Selain itu juga Indonesia merupakan salah satu pasar yang berpotensi

tinggi untuk tetap mendistribusikan barang karena permintaan yang semakin

meningkat dan didukung pula dengan harga yang dapat terjangkau sehingga para

sindikat dengan senang hati memberikan permintaan barang illegal tersebut.3

Permasalahan narkotika sampai dengan saat ini masih menjadi masalah

utama yang serius di Indonesia. Survei yang dilakukan oleh Badan Narkotika

Nasional (BNN) pada 2017 menunjukkan bahwa terdapat kurang lebih 3.367.000

orang yang menggunakan narkoba. Selain itu mantan Kepala Bagian Humas BNN

Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan

BNN harus mengatasinya dengan tindakan yang luar biasa.4 Menurutnya untuk

menghadapi kondisi darurat narkoba diperlukan beberapa hal khusus, mulai dari

anggaran khusus serta jangka waktu tertentu untuk mengatasi kondisi tersebut.

Indonesia dalam hal ini memiliki banyak sekali wilayah yang sering digunakan

3 Heyder Affan, Mengapa banjir Indonesia terus semakin meningkat, BBC Indonesia, diakses dalam

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43198966 pada tanggal 8 September 2019 pada pukul

[13:00 WIB] 4Cahyu,Indonesia darurat Narkoba, Liputan 6.com,diakses dalam

https://www.liputan6.com/news/read/3912401/indonesia-darurat-narkoba-tindakan-apa-yang-

bisa-dilakukan pada tanggal 8 september 2019 pada pukul [13.00 WIB]

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

3

untuk menembuskan barang-barang illegal berupa narkotika ini, salah satunya yaitu

Aceh Sumaterah Utara (Sumut), Riau, serta daerah Kalimantan utara.5 Hal yang

perlu di perhatikan disini ialah dari berbagai jalur atau pintu masuk yang sering

digunakan kartel wilayah Kalimantan Utara menjadi prioritas utama untuk

diperhatikan, karena pada dasarnya wilayah Kalimantan Utara di daerah Kabupaten

Nunukan ini tepatnya di pulau sebatik yang berbatasan langsung dengan Negara

Malaysia baik secara darat maupun laut seringkali barang-barang illegal berhasil di

seludupkan dan seharusnya pihak Bea Cukai dan BNN sebagai salah satu yang

bertugas dan bekerja di daerah perbatasan mampu menanggulangi permasalahan

tersebut akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya Nunukan sudah ditetapkan oleh

Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai daerah yang darurat narkoba dengan

bukti bahwa di tahun 2018 sudah ada 7 kasus penyeludupan narkoba yang berhasil

digagalkan oleh pihak Bea Cukai dan Polri berkat operasi gabungan yang digelar

sejak awal 2018.6

Diperkirakan ditahun 2015, pihak Kepolisian Resor (Polres) Nunukan

AKBP Pasma Royce mengungkap bahwa terdapat 78 kasus penyalahgunaan

narkotika dan obat-obatan terlarang sehingga di 2 tahun berikutnya hal ini

mengalami kenaikan terus menerus secara drastis di dominasi sebanyak 183 kasus.7

5 Arif satrio, Jalur-jalur favorit penyeuludupan narkoba, Republika.co.id, diakses dalam

https://nasional.republika.co.id/berita/pkjts9377/ini-jalurjalur-favorit-penyelundupan-narkoba

pada tanggal 8 September 2019 pukul [13:00 WIB] 6 Budi himawan, Bea cukai dan polri gagalkan dua penyeludupan sabu di Nunukan diakses dalam

http://www.tribunnews.com/bea-cukai/2018/08/03/bea-cukai-dan-polri-gagalkan-dua-

penyelundupan sabu-di-nunukan pada tanggal 8 september 2019 pukul [13:00 WIB] 7 Fadhil Albirra, Kasus narkoba di perbatasan meningkat dua kali lipat, dominasi dari Malaysia,

diakses dalam https://www.jawapos.com/jpg-today/01/01/2017/kasus-narkoba-di-perbatasan

meningkat-dua-kali-lipat-dominasi-dari-malaysia/ pada tanggal 14 september 2019 pukul [16:45

WIB]

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

4

oleh karena itu hal ini justru menjadi daya tarik yang harus diselesaikan oleh pihak-

pihak yang bersangkutan. Selain itu juga terdapat sekitar 60kg penyeludupan

narkoba yang pernah lolos melalui jalur di Kabupaten Nunukan dan para pengedar

mempunyai berbagai macam cara untuk mendistribusikan narkoba hingga pelosok-

pelosok. Salah satu alasan mengapa pengedar memilih narkoba untuk diperjual

belikan karena dengan menjual narkoba pengedar akan mendapatkan hasil

keuntungan yang jauh lebih besar.

Bercermin dari pada kasus di atas terkait penyeludupan dan perdagangan

narkoba yang ada di Pulau Sebatik, di dukung pula dengan meningkatnya para

konsumen dari narkoba ternyata telah masuk dalam tahap mengkhawatirkan

sehingga segera mungkin harus mendapat penanganan serius karena hal ini juga

sangat berdampak pada keamanan dan stabilitas Negara, Oleh karena itu

kewaspadaan akan peredaran narkoba harus lebih di tingkatkan sehingga

penanggulangan penyeludupan narkoba ini dapat dilakukan seefektif.

Berdasarkan kejadian tersebut maka pemerintah sudah menetapkan

beberapa kebijakan dan strategi nasional bidang pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN). Dalam intruksi Presiden

nomor 12 tahun 2011 dan kemudian di up lagi dalam Intruksi Presiden No.6/ 2018

yang memerintahkan kepada menteri, pimpinan lembaga pemerintah di pusat dan

daerah untuk melaksanakan program pemberantasan penyalahgunaan narkoba.

Sementara itu, di bidang organisasi dan kelembagaan, pemerintah telah membentuk

Badan Narkotika Nasional yang mempunyai kewenangan luas dalam penegakan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

5

hukum, penanganan dan penanggulangan ancaman bahaya narkotika.8 Oleh karena

itu kebijakan yang dikeluarkan ini belum bisa optimal dan berhasil dijalankan oleh

Pemerintah. Padahal apabila di tinjau secara ulang kebijakan yang dikeluarkan ini

sudah ada bentuk-bentuk untuk menanggulanginya salah satunya yaitu upaya

Pemerintah Daerah yang mencoba memperketat sistem keamanan dengan cara aktif

melakukan patroli di wilayah perbatasan.

Disamping itu upaya kedua yang sudah dijalankan adalah menjalin kerja

sama bilateral (POLRI) Polisi Republik Indonesia dan (PDRM) Polis Dirja

Malaysia yang dilakukan sejak tahun 2005 melalui penandatangan naskah

kesepahaman Mou General BorderCommittee Malaysia Indonesia (GBC Malindo)

untuk memberantas perdagangan narkotika di perbatasan wilayah Malaysia-

Indonesia.9 Hal ini didasari karena kesamaan kepentingan dan kesadaran bahwa

kejahatan transnasional ini harus diberantas dan diperangi. Adapun bentuk

kerjasama yang disepakati meliputi pertukaran informasi tentang jaringan serta

orang-orang yang berpartisipasi atau sebagai tersangka yang di tangkap dalam

perdagangan gelap narkotika dan bahan-bahan berbahaya ilegal, selain itu

pertukaran informasi terkait rute-rute yang baru digunakan dalam transportasi

perdagangan. Berdasarkan kebijakan yang telah dikeluarkan dengan melakukan

upaya memperketat keamanan dan menjalin kerja sama bilateral justru belum

8Asni, Kebijakan pemerintah dalam memberantas narkoba diakses dari

https://www.berisatu.com/hukum/53480-pemerintahan-arahkan-pemberantasan-narkoba.html

diakses pada tanggal 8 September 2019 pukul [13:00 WIB] 9 Dimas Triwibowo Herjuno,kerjasama kepolisian Republik Indonesia (POLRI) dan polis dirja

Malaysia (PDRM) dalam menanggulangi peredaran narkotika di perbatasan wilayah Malaysia-

Indonesia (2010-2016), fakultas ilmu socsal dan ilmu politik, universitas computer Indonesia.

Diakses dalam https://elib.unikom.ac.id/download.php?id=375675 pada tanggal 14 September 2019

pukul [16:45 WIB]

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

6

optimal dijalankan oleh pihak pemerintah daerah, hal ini dibuktikan dengan data

statistik penyeludupan yang tiap tahunnya semakin meningkat, selama tahun 2015

terdapat 78 kasus penyeludupan narkoba yang ada di Kabupaten Nunukan

kemudian meningkat ditahun berikutnya sebanyak 87 kasus hingga di dua tahun

berikutnya yaitu 2017-2018 jumlah penyeludupan makin meningkat lagi sampai

pada 102 kasus yang didapatkan oleh Polri dan pihak BNN. Sehingga dapat dilihat

kasus ini terus meningkat sampai pada level tertinggi.10 Selain dari pada itu

diperkuat lagi oleh salah satu statmen pemerintah yang mengatakan bahwa

penanganan P4GN ini belum berjalan secara maksimal.11

Dengan demikian berdasarkan beberapa fakta yang telah dijelaskan maka

penulis berasumsi bahwa pada dasarnya hal ini di perlukan bentuk tindak lanjut

untuk mengetahui hambatan apa saja yang terjadi dalam menghadapi kejahatan

lintas batas di kabupaten Nunukan tepatnya di Pulau Sebatik karena permasalahan

ini tentu menjadi permasalahan yang dilematis bagi Pemerintah Daerah dengan

melihat kasus yang beredar dengan jumlah penyeludupan narkoba yang cukup

besar.

10 Riko Aditiya, Pengguna narkoba Kaltara peringkat tiga, dan hasil survey, diakses dalam

https://kaltara.prokal.co/read/news/20819-penggunaan-narkoba-kaltara-peringkat-tiga.html radar

tarakan, pada tanggal 24 September 2019, pukul [15;50 WIB] 11 Achmad Bintoro,Kaltara punya jalur tikus pemprov,bnnp galang kekuatan perangi narkoba, di

akses dalam https://kaltim.tribunnews.com/2019/08/16/kaltara-punya-ribuan-jalur-tikus-pemprov-

bnnp-galang-kekuatan-perangi-narkoba, pada tanggal 24 Septembet 2019, pukul [15;50 WIB]

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana dijelaskan diatas maka rumusan

masalah yang akan diteliti adalah Bagaimana hambatan Pemerintah Indonesia

dalam menghadapi transnational crime di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab serta menjelaskan

bagaimana hambatan Pemerintah Indonesia dalam menghadapi narkotika yang

terjadi di pulau Sebatik Kabupaten Nunukan serta untuk mengetahui upaya apa saja

yang dilakukan Pemerintah dalam menanggulangi penyeludupan narkotika.

1.3.2 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Manfaat akademis dari tulisan ini diharapkan dapat menjadi sumber ilmu

pengetahuan baru studi terkait konsep kejahatan transnasional (transnational

crime) dan konsep Counter narcotics

b. Manfaat Praktis

Manfaat Praktis dari penelitian ini diharapkan dari hasil penelitian ini dapat

berkontribusi serta menjadi bahan rujukan dalam peningkatan efektivitas utamanya

tentang pengambilan kebijakan terkait narkoba.

1.4 Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai pemberantasan dalam memerangi narkoba

cukup banyak ditulis dan diteliti oleh peniliti-peniliti terdahulu. Oleh karena itu

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

8

penulis akan mencoba melampirkan beberapa penelitian terdahulu sebagai suatu

referensi atau acuan terhadap apa yang akan ditulis oleh penulis kedepanya.

Penelitian pertama adalah penelitian yang ditulis oleh Simela Victor Muhamad

dalam jurnal mereka yang berjudul Kejahatan Transnasional Penyeludupan

Narkoba dari Malaysia ke Indonesia studi kasus di Provinsi Kepulauan Riau

dan Kalimantan Barat.12

Dalam tulisan yang berbentuk komperatif ini, di ungkapkan bahwasanya

penyeludupan narkoba ke Indonesia semakin intens dilakukan oleh sindikat

internasional. Hal ini terjadi karena Indonesia merupakan pasar potensial dan

menguntungkan bagi pemasaran narkoba. Sindikat internasional melalui jaringan

lintas batas dan berbagai modusnya, terus berupaya melakukan penyeludupan

narkoba ke Indonesia. Sebagai bentuk kejahatan transnasional, penyeludupan

narkoba ke Indonesia tidak dapat dibiarkan terus berlanjut, dan oleh karena itu perlu

adanya upaya untuk mengatasinya.13

Maraknya penyelundupan narkoba yang dilakukan oleh sindikat

internasional melalui wilayah Kepri dan Kalbar yang berbatasan dengan wilayah

Malaysia menunjukkan bahwa masih ada kelemahan dari aparat yang melakukan

pengawasan di pos-pos pemeriksaan lintas batas, selain keterbatasan teknologi

untuk mendeteksi barang yang diduga narkoba, jika penyelundupan dilakukan

12 Simela Victor Muhamad, 2015, Kejahatan Transnasional Penyeludupan Narkoba dari Malaysia

ke Indonesia studi kasus di provinsi kepulauan riau dan kalimantan barat,

https://jurnal.dpr.go.id/index.php/politica/article/view/306/241 diakses pada tanggal 02 April 2019,

[pada pukul 13.00 WIB] 13 Ibid

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

9

melalui jalur resmi (baik bandara maupun pelabuhan). Keberadaan pelabuhan-

pelabuhan tikus di Kepri dan jalan-jalan tikus di Kalbar sebagai pintu masuk tidak

resmi dari Malaysia ke Indonesia ternyata semakin membuka peluang bagi

terjadinya penyelundupan narkoba melalui kawasan perbatasan Indonesia-

Malaysia. Oleh karena itu, penanganan penyelundupan narkoba harus dilakukan

lebih intensif lagi, tidak saja oleh Indonesia tetapi juga melalui kerja sama dengan

negara tetangga, Malaysia.

Penelitian terdahulu pertama memiliki kesamaan dengan penelitian yang

penulis angkat yakni bagaimana permasalahan terkait penyeludupan narkoba ke

Indonesia, khususnya dari Malaysia dan upaya apa saja yang telah dan perlu

dilakukan oleh Indonesia untuk mengatasi masalah tersebut. Perbedaanya terletak

dari kekhususan wilayah yang berbeda sebagai objek penelitian.

Penelitian kedua oleh Nadiril Syah yang berjudul Implementasi Kebijakan

Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

(P4GN) Di Provinsi Lampung.14 Dalam tulisan ini Nadiril mengungkap bahwa

kebijakan P4GN ini sebenarnya sejak awal pembentukan sudah terealisasi pada

tahun 2015, akan tetapi kasus penyalagunaan narkoba semakin hari cenderung

semakin meningkat. Saat ini upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba yang

dilakukan oleh lembaga formal pemerintah (BNN, POLRI, Kemenkumham,

Kementerian sosial, Kementerian kesehatan, Kejaksaan Agung, dan Kementerian

14 Nadiril Syah, 2016, Implementasi Kebijakan Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Di Provinsi Lampung, Skripsi Fakultas ilmu sosial dan ilmu

politik universitas lampung bandar lampung, dikases pada tanggal 8 September 2019 pukul [13:00

WIB]

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

10

dalam Negeri) maupun oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) belum saling

mempengaruhi terhadap kebijakan P4GN ini, karena ruang lingkupnya hanya

POLRI dan BNN yang terkesan melaksanakan. Selain itu menurut Kepala Bidang

Pemberantasan BNN Provinsi Lampung menyatakan bahwa dengan personil BNN

Provinsi Lampung yang hanya berjumlah tujuh puluh lima orang tidak akan

mungkin cukup untuk memantau peredaran narkoba di Provinsi Lampung yang

jumlahnya ada 16 Kabupaten/ Kota. Sedangkan BNN di Provinsi Lampung hanya

ada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung

Selatan, sehingga akan sangat menyulitkan BNN Provinsi Lampung untuk

memantau penggunaan dan peredaran gelap narkoba yang ada di tingkat

Kabupaten/ Kota.

Oleh karena itu peneliti ingin melihat sejauh mana kebijakan ini diterapkan

di Provinsi Lampung, dengan alasan tahap implementasi ini merupakan tahap yang

krusial untuk menentukan keberhasilan sebuah kebijakan karena persentase

keberhasilan implementasi mencapai 60%. Apabila tahap implementasi pada

kebijakan ini baik dan sudah dilaksanakan sesuai dengan apa yang sudah ditentukan

pemerintah, maka dapat dipastikan kebijakan ini akan berhasil. Namun ketika

kebijakan ini belum berhasil untuk menyelesaikan masalah yang ada bahkan

membuat masalah semakin bertambah maka ada apa dibalik implementasi

kebijakan ini.

Penelitian ini memiliki kesamaan yaitu tentang bagaimana penerapan

kebijakan P4GN ini, apakah sudah sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh

pemerintah pusat dengan apa yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah daerah.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

11

Perbedaanya terletak pada sejauh mana terlaksananya kebijakan ini sedangkan

dalam penulisan saya ini hanya melihat seberapa berhasilnya kebijakan ini

dijalankan atau di iplementasikan oleh pemerintah daerah.

Penelitian ketiga adalah penelitian dari Sri Rahayu Ningsi berjudul Startegi

Indonesia dalam mengatasi penyeludupan narkotika lintas batas tahun 2013-

2017 Studi kasus Kepulauan Riau.15 Penelitian ini secara garis besar menjelaskan

bahwa betapa rawanya narkoba yang masuk ke Indonesia melalui jalur perbatasan

dikarenakan letak geografis yang begitu strategis sebagai sebuah persinggahan.

Permasalahan narkotika di Provinsi Kepulauan Riau memerlukan adanya suatu

strategi untuk diterapkan agar permasalahan tersebut dapat teratasi. Strategi yang

dilakukan Indonesia adalah dengan melakukan sejumlah tindakan baik secara

internal maupun eksternal untuk mengatasi permasalahan narkotika.Tindakan

Internal muncul dari dalam Negeri sendiri untuk mengatasi permasalahan narkotika

berupa pengoptimalan pihak Badan Narkotika Nasional Provinsi Kepulauan Riau

(BNNP Kepri) serta adanya kebijakan dari pemerintah pusat yang mengeluarkan

P4GN sedangkan tindakan eksternal yang melakukan berbagai bentuk kerja sama

untuk mengatasi penyeludupan narkotika di Kepualaun Riau salah satunya dengan

Malaysia dengan melakukan pertukaran informasi dan peningkatan aktifitas aparat.

Persamaan penelitian ketiga dengan apa yang ditulis oleh penulis adalah

tentang bagaimana upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam memerangi

15 Sri Rahayu Ningsi, Startegi Indonesia dalam mengatasi penyeludupan narkotika lintas batas

tahun 2013-2017 Studi kasus Kepulauan Riau, JOM FISIP Vol. 5 Edisi II Juli – Desember 2018,

diakses pada tanggal 8 September 2019 pukul [13:00 WIB]

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

12

narkoba baik upaya yang dilakukan dari dalam Negeri maupun yang mempunyai

bentuk kerja sama antar negara yang terlibat.

Berikutnya penelitian ke empat ditulis oleh Wisnu Aditya yang berjudul

Kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Malaysia dalam menangani

peredaran narkoba.16 Penelitian ini berfokus pada bagaimana kerja sama

Indonesia Malaysia dalam menanggulangi permasalahan narkoba. Sebagaimana

kita pahami secara bersama bahwa penyeludupan narkoba sudah menjadi sesuatu

hal yang berbahaya bagi negara Indonesia-Malaysia. Pada dasarnya kedua negara

ini sudah tergolong dalam kawasan Asia tenggara yang juga merupakan kawasan

Golden Triangle dari adanya peredaran atau penyeludupan narkotika. Kedua

negara ini juga sudah menjadi negara transit dan tujuan dari narkotika. Bahkan ada

di bagian wilayah Indonesia dan Malaysia yang sudang dimanfaatkan sebagai area

produksi dari narkoba tersebut.

Indonesia dalam hal ini menjadi target ekspor utama Negara-Negara

produsen narkotika dari Belanda dan Iran. Dimana harga 1 butir ekstasi di Negara

Belanda berjumlah Rp.3.000ekstasi ini lalu di seludupkan ke Malaysia sehingga

harganya pun cukup naik dan melonjak tinggi yaitu menjadi Rp. 30.000, hingga

akhirnya Negara Malaysia kemudian mengedarkan lagi barang haram tersebut ke

Indonesia dengan harga Rp. 300.000 per butirnya, sementara itu narkoba jenis sabu-

sabu yang berasal dari Iran, dikenakan harga sebesar Rp. 100 Juta per kilogramnya.

Narkoba jenis sabu-sabu ini kemudian secara diam-diam diselundupkan ke

16 Wisnu Aditya, 2017 Kerjasama pemerintah indonesia dengan malaysia dalam menangani

peredaran narkoba, diakses pada tanggal 8 September 2019 pukul [13:00 WIB]

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

13

Malaysia dengan harga melonjak tinggi juga yaitu Rp. 300 Juta, dan di desnitasi

terakhir barang ini masuk ke Indonesia menjadi Rp. 1,5 Miliar per kilogram.

Adapun alasan mengapa peredaran gelap narkotika ini masuk dari wilayah

Malaysia sebab kondisi geografis yang cukup terbilang dekat. Tidak hanya

berbatasan secara laut namun juga berbatasan secara darat, seperti yang terjadi di

wilayah Indonesia bagian sebelah Utara Pulau Kalimantan. Kecenderungan

kenaikan penyeludupan narkoba ini dapat kita lihat dari semakin bertambahnya

jumlah kasus yang telah berhasil di laporkan, dalam hal ini tercatat sepanjang tahun

2007-2011 sebanyak 139.350 kasus, dengan memiliki rata-rata 27.000 kasusu di

tiap tahunnya. Berdasarkan data yang di miliki oleh pihak Polri dan badan narkotika

nasional bahwa peredaran dan penyeludupan narkoba terus semakin meningkat

semenjak tahun 2007 hingga sekarang. Hingga pada tahun 2009 tercatat sebagai

kasus yang paling tinggi yaitu sebesar 30.833 kasus.

Oleh karena itu peredaran narkoba yang terjadi di wilayah Indonesia telah

menjadi suatu yang berbahaya dan menjadi permasalahan yang cukup serius karena

sebagaimana kita lihat selalu mengalami peningkatan yang melonjak naik disetiap

tahunnya. Sehingga membuat presiden Joko Widodo gencar-gencarnya

mengampanyekan untuk bisa perang melawan narkoba, untuk perang narkoba

sendiri sebenarnya sudah banyak upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, baik itu

yang dilakukan dalam domestik maupun Internasional. Upaya yang dimaksud

dalam hal ini contohnya yaitu terjalinya kerjasama dengan pihak Malaysia bersama

PDRM Malaysia, kerjasama ini berlandaskan pada patroli pihak kepolisian dan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

14

adanya saling koordinasi, dalam hal ini pemerintah Indonesia menunjuk pihak

POLRi dan BNN sebagai lembaga yang menajalankan tugas tersebut.

Penelitian ini memiliki kesamaan yaitu bagaimana upaya yang dilakukan

oleh pemerintah Indonesia dengan Malaysia dalam menjalankan kebijakan

pencegahan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba melalui

beberapa kerja sama serta memiliki kesamaan dalam mengkaji daerah Kabupaten

Nunukan yang memang terletak pada bagian terluar dengan wilayah malaysia.

Perbedaanya terletak pada dari kefokusan peniliti yang hanya menjelaskan bentuk

upaya kerjasama Indonesia Malaysia dalam hal sistem keamanan.

Selanjutnya penelitian kelima dari Ilham yang berjudul Langkah-langkah

aparat kepolisian dalam penanggulangan penyeludupan sabu-sabu di Sebatik

Kabupaten Nunukan.17 Penelitian ini berfokus pada bagaimana aparat kepolisian

dalam menanggulangi penyeludupan narkoba jenis sabu-sabu di Pulau sebatik

Kabupaten Nunukan dan apa saja hambatan aparat kepolisian dalam

menanggulangi permasalahan tersebut. Sebagaimana kita ketahu bahwasanya

aparat kepolisian sudah melakukan berbagai upaya untuk mencapai kesejahteraan

melalui aspek penanggulangan, langkah awal yaitu melalui penanganan secara

preventif yaitu pihak kepolisian dalam pelaksanaan tugas mengacu pada hubungan

antar polisi dengan pemerintahan maupun masyarakat yang didorong adanya

kewenangan, kebutuhan serta kepentingan baik dari pihak kepolisian, masyarakat

17 Ilham, Langkah-langkah aparat kepolisian dalam penanggulangan penyeludupan sabu-sabu di

Sebatik Kabupaten Nunukan, eJournal sosiatri-sosiologi, 2015,3 (4): 98-107, e-journal.sos.fisip-

unmul.ac.id diakses pada tanggal 8 September 2019 pukul [13:00 WIB]

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

15

maupun organisasi lainnya. Salah satunya diwujudkan melalui memaksimalkan

penggeledahan dan meningkatkan sarana dan prasarana. Adapun hambatan-

hambatan yang tejadi pada parat kepolisian adalah kurangnya personil penegak

hukum, dan faktor sarana dan prasarana.

Penelitian ini memiliki kesamaan yaitu melihat titik fokus pada

penaggulangan penyuludupan di Kabupten Nunukan tepatnya di Pulau Sebatik, dan

perbedaannya terletak pada peneliti yang hanya lebih spesifik membahas aparat

kepolisian dalam menghadapi penyeludupan narkotika.

Selanjutnya penelitian datang dari Muhammad Ridzuan yang berjudul

Strategi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pengendalian

barang Ilegal studi diperbatasan Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara.18

Dalam penilitian ini dijelaskan bahwa di Kabupaten Nunukan banyak sekali bentuk

penyeludupan barang illegal, latar belakang yang mendorong masyaraakt

perbatasan melakukan penyeludupan ialah agar mereka mampu memenuhi

kebutuhan dan kelangsungan hidup mereka. Masyarakat di perbatasan wilayah

Nunukan ini paham atas tindakan pelanggaran yang mereka lakukan yaitu

menyeludupkan barang ilegal dari Negara Malaysia. Tindakan perbuatan ini sudah

sangat jelas melanggar regulasi atau bertentangan dengan perundang-undangan

mengenai barang ilegal, akan tetapi masyarakat Nunukan masih kerap kali

melakukan hal tersebut, hal ini disebabkan karena mereka juga sangat menghindari

18 Muhammad Riduan, 2019, Startegi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam

pengendalian barang Ilegal studi diperbatasan Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara, Skripsi,

diakses pada tanggal 8 September 2019 pukul [13:00 WIB]

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

16

dari pungutan biaya berlebihan atau pajak yang dikenakan oleh pihak bea cukai.19

Hal ini jelas merupakan permasalahan yang rumit dan bersifat urgent untuk segera

mungkin mendapat bentuk tindak lanjut, barang-barang ilegal yang dimaksud disini

adalah: Narkoba, Alkohol, rokok maupun sembako.

Sampai dengan saat ini masih banyak sekali permasalahan barang ilegal

yang harus di selesaikan oleh pihak wajib seperti Bea Cukai yang dimana mereka

sebagai salah satu instansi yang bertugas di daerah untuk mengelolah ekspor impor

barang. Dengan adanya penyeludupan barang narkoba dan barang ilegal lainnya

maka Kabupaten Nunukan inipun sudah ditetapkan oleh pihak BNN sebagai

wilayah yang memiliki label “darurat narkoba”, karena ditahun 2018 sudah terdapat

7 kasus penyeludupan narkoba yang telah di gagalkan oleh Pihak Bea Cukai dan

Polri berkat kerjasama Operasi gabungan mereka yang pada waktu itu digelar sejak

awal tahun 2018.20 Persamaan penelitian ini yaitu sama-sama membahas terkait

barang ilegal yang di selundupkan di daerah Nunukan, perbedaanya terletak pada

kefokusan peneliti pada suatu kebijakan Indonesia sedangkan penulisan tersebut

lebih fokus membahas strategi dalam Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Selanjutnya penelitian terakhir dari Muhammad Kautsar Ghafiki yang

berjudul Kebijakan Indonesia dalam pemberantasan pengedaran Obat-

19 Riko Aditya, Produk Malaysia memelihara ekonomi, diakses dalam

http://kaltara.prokal.co/read/news/22187-produk-malaysia-memelihara-rantai-ekonomi di akses

tanggal 14 September 2019 pukul [16;45 WIB] 20 Budi himawan, Bea cukai dan polri gagalkan dua penyeludupan sabu di Nunukan

http://www.tribunnews.com/bea-cukai/2018/08/03/bea-cukai-dan-polri-gagalkan-dua-

penyelundupan sabu-di-nunukan di akses tanggal 14 September 2019 pada pukul [16:45 WIB]

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

17

Obatan Terlarang di Kawasan ASEAN.21 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa kebijakan Luar Negeri ini merupakan strategi Indonesia, seharusnya Negara

Indonesia dalam hal ini sudah mampu mendorong Negara-Negara kawasan

ASEAN agar bisa lebih jelih dalam melihat permasalahan pengedaran dan

penyeludupan oabt-obat terlarang, perlu adanya pendeklarasian tentang upaya

perang melawan narkoba, yang dimana nantinya ketika hal ini secara terus menerus

dibiarkan maka akan mengakibatkan rusaknya generasi-generasi penerus bangsa,

selain dari pada itu perlu adanya upaya dari pihak BNN untuk bisa tetap

menanggulangi permasalahan obat-obatan terlarang.

Persamaan dalam penelitian ini dengan yang peneliti tulis adalah sama-

sama membahas mengenai kebijakan Indonesia dalam memerangi pemberantasan

pengedaran Obat-Obatan terlarang, perbedaanya peneliti yang ditulis oleh

Muhammad kautsar ini lebih fokus pada bentuk-bentuk kerja sama yang di lakukan

oleh ASEAN sedangkan dalam penelitian saya memfokuskan pada satu kebijakn

yang tidak berjalan maksimal.

Penilitian selanjutnya dari Sara Gabriella yang berjudul Kerja sama

Indonesia-Interpol dalam menangani isi penyeludupan narkoba di wilayah

perbatasan Indonesia.22 Dalam penelitian ini menganalisis bagaimana upaya yang

dilakukan Interpol dalam pemberantasan isu penyeludupan narkoba yang ada di

21 Muhammad kautsar Ghafiki, 2017. Kebijakan Indonesia dalam pemberantasan pengedaran Obat-

Obatan terlarang di kawasan ASEAN. Universitas Muhammadiyah Malang, diakses pada tanggal 8

September 2019 pukul [13:50 WIB] 22 Sara Gabriella, Kerja sama Indonesia-Interpol dalam menangani isi penyeludupan narkoba di

wilayah perbatasan Indonesia, Intermestic: Journal of International Studies Volume 3, No. 2,

diakses pada tanggal 14 September 2019 pukul [ 13:50 WIB]

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

18

Indonesia, dengan menggunakan metode tracking, penelitian ini kemudian

menggunakan konsep Rezim Internasional, konsep ini digunakan agar nantinya

dapat dilihat sejauh apa rezim dapat membentuk usaha dan upaya Indonesia dalam

menghadapi kasus penyeludupan dan pengedaran narkoba. Fator utama yang bisa

di lihat disini ialah faktor mengenai kepentingan Indonesia, sejauh ini Indonesia

pun mempunyai kepentingan tersendiri yaitu ingin meminimalisir dari adanya

peningkatan penyebaran barang-barang ilegal berupa narkoba. Karena hal ini

menyangkut juga dengan sistem kedaulatan negara dan citra suatu bangsa di mata

dunia. Kepentingan lain yang dimiliki Negara Indonesia ialah bagaimana Indonesia

sebagai Negara berkembang mampu menjaga ideentitas negaranya dengan

mengindikasikan kestabilan dan keamanan negara yang dapat dipercaya dan

dibenarkan oleh mata dunia.

Kepentingan lainnya yang dapat dilihat dalam penulisan ini ialah bagaimana

Indonesia mampu menyamakan persepsi dengen negara-negara lain dalam

memadang kasus penyeludupan narkoka. Dengan dikeluarkanya berbagai

kebijakan-kebijakan yang menyesuaikan dengan keadaan dilapangan. Salah

satunya dengan dikeluarkanyya Inpres No 6 tahun 2018 mengenai pencegahan dan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Dalam hal ini penulis berasumsi

bahwa Polri sebagai satu kesatuan yang bertugas dan memiliki kewenangan dengan

NCB-Interpol Indonesia. Polri pun bahkan bekerja di berbagai bidang dengan

beberapa kali mengeluarkan aksi di lapangan.

Persamaan dalam penelitian ini dengan apa yang ditulis penulis adalah

tentang upaya apa saja yang telah dilakukan Indonesia dalam menangani kasus

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

19

permasalahan penyalahgunaan narkotika tersebut, adanya bentuk kerja sama antar

Negara yang dijalankan oleh Indonesia dan Malaysia. Perbedaanya terletak pada

penulis hanya lebih cenderung membahas satu kebijakan yaitu P4GN yang seberapa

berhasil sudah dijalankan oleh Kabupaten Nunukan.

Secara umum perbedaan peneliti-peneliti terhadahulu yang sudah di

paparkan dan nantinya akan menjadi bahan referensi dengan penelitian yang ingin

disampaikan penulis adalah tentang bagaimana kemudian kebijakan Indonesia

P4GN ini belum berhasil dijalankan oleh elemen ataupun pihak terkait yang ada di

Kabupaten Nunukan. Peneliti-peneliti terdahulu yang menjadi acuan penulis lebih

banyak menjelaskan tentang strategi dalam bentuk upaya kerja sama dalam

penanggulanganya bukan dari segi kebijakan yang terlaksana. Selain itu beberapa

penelitian terdahulu juga memang ada yang membahas kebijakn P4GN tetapi spesif

wilayah yang berbeda. Sedangkan penulis dalam hal ini menemukan ide untuk lebih

membahas bagaimana kebijakan ini diterapkan di Kabupaten Nunukan.

Data-data penelitian terdahulu yang menjadi acuan bagi penulis kemudian

dapat disederhanakan melalui tabel berikut:

Tabel 1.1 Posisi Penelitian

NO Judul & Nama Peneliti

Jenis

Penelitian &

Alat Analisa

Hasil

1 Wisnu pada tahun 2017

yang berjudul “Kerja

sama Pemerintah

Indonesia dengan

Malaysia dalam

Deskriptif

- Koordinasi antara

Indonesia dan Malaysia

dilakukan melalui

Kepolisian Republik

Indonesia (POLRI) –

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

20

menangani peredaran

narkoba”.

Kerja sama

Internasional

Kepolisian Diraja Malaysia

(PDRM), dan BNNPDRM.

Pemerintah Indonesia juga

melakukan kerjasama

dengan Persatuan Mencegah

Dadah Malaysia

(PEMADAM) atau

Persatuan Pengasih

Malaysia (PENGASIH).

2 Muhammad Kautsar

Ghafiki pada tahun 2017

yang berjudul “Kebijakan

Indonesia dalam

pemberantasan

pengedaran obat-obatan

terlarang di kawasan

ASEAN”

Deskriptif

Kejahatan

Transnational,

Sekuritisasi,

kebijakan luar

Negeri,

organisasi

Internasional.

-Indonesia dalam hal ini

sudah mendeklarasikan

perang terhadap obat-obat

terlarang diharapkan hal ini

juga sebenarnya di ikuti

oleh Negara lain dikawasan

ASEAN yang belum

memiliki lembaga untuk

mengatasi permasalahan ini.

3 Sara Gabriella pada tahun

2019 yang berjudul

“Kerja sama Indonesia-

Interpol dalam

menangani isu

penyeludupan narkoba

diwilayah perbatasan

Indonesia”

Komparatif

Rezim

Internasional

-Peran Interpol dalam

penanganan ini menjadi

salah satu alasan tentang

bagaimana negara

menentukan bentuk-bentuk

penanganannya, yaitu

dengan berupaya konsisten

terhadap rezim yang

disepakati secara bersama

dan mendorong negara

untuk tetap menjalin kerja

sama internasional.

Perlunya kerjasama Interpol

sebagai pihak ketiga sebagai

bentuk kebijakan Indonesia

dalam menyelesaikan isu

penyelundupan dan

pengedaran narkoba

4 Muhammad Ridzuan

pada tahun 2019 yang

berjudul “Strategi

Pemerintah pusat dan

Pemerintah Daerah

Deskriptif

- Strategi direktorat Bea

Cukai dan Pemerintah

daerah belum maksimal hal

ini ditandai dengan

kurangnya kegiatan-

kegiatan baik yang

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

21

dalam pengendalian

barang ilegal”

mencakup

komitmen/kesepakatan,

sosialisasi, pelaksanaan

pengendalian barang illegal

dan kesepakatan aksi, selain

itu juga pemerintah daerah

khususnya Dinas

Perdagangan hanya pernah

mensosialisasikan tentang

larangan impor pakaian

bekas illegal.

5 Nadiril Syah pada tahun

2016 yang berjudul

“Kebijakan pencegahan

pemberantasan

penyalahgunaan dan

perederan gelap narkoba

(P4GN) di provinsi

Lampung”

Komparatif

Kebijakan

Publik

-Pengimplementasian

kebijakan P4GN ini tidak

berjalan dengan baik karena

dalam pelaksanaan

kebijakan ini tidak

menunjukkan penurunan

penyalahgunaan narkoba di

Provinsi Lampung.

-Perubahan yang diinginkan

oleh BNN atas pelaksanaan

kebijakan ini di Provinsi

Lampung adalah zero untuk

pemakaian narkoba, namun

paling tidak dengan

hadirnya BNN masuk ke

tengah-tengah masyarakat

dengan tugas pokok P4GN

diharapkan para pengguna

yang sudah terlanjur

menjadi pecandu, mereka

tidak akan menularkan

kepada orang lain

6 Sri Rahayu Ningsi pada

tahun 2018 yang berjudul

“Strategi Indonesia

dalam mengatasi

penyeludupan narkotika

lintas batas tahun 2013-

2017 studi kasus

kepulauan riau”

Deskriptif

Perspektif

Neorealisme

-Selain BNNP Kepri,

Indonesia juga melakukan

kerjasama dengan Malaysia

dalam mengatasi

penyeludupan narkotika di

Kepulauan Riau tersebut.

Pertama, Koordinasi yang

dilakukan ialah saling tukar

menukar informasi tentang

adanya indikasi

penyeludupan atau

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

22

pengedaran narkoba di

daerah perbatasan kedua

negara tersebut. Adanya

Informasi yang dikirim dari

pihak POLRI kepada

PDRM Malaysia ataupun

sebaliknya ialah suatu

identitas orang yang terkait

dalam jaringan sindikat

narkotika hingga rute-rute

pengedarannya

-Dilakukan juga patroli

pengawasan perbatasan dan

yang ketiga meningkatkan

aktifitas aparat

7 Ilham pada tahun 2015

yang berjudul “Langkah-

langkah aparat

kepolisian dalam

penanggulangan

penyeludupan sabu-sabu

di Sebatik Kabupaten

Nunukan”

Deskriptif

Aparat

Kepolisian

-Proses pelaksanaan upaya

penanggulangan

penyalahgunaan Narkotika

yang dilakukan oleh

Kepolisian Resor Nunukan

Sektor Sebatik, bahwa tidak

selamanya upaya

penanggulangan tersebut

berjalan dengan baik, antara

lain kurangnya personil

penegak hukum dan faktor

sarana dan prasarana serta

faktor masyarakat

8 Simela Victor

Muhammad pada tahun

2015 yang berjudul

“Kejahatan

transnasional narkoba

dari malaysia ke

Indonesia studi kasus di

Provinsi Riau dan

Kalimantan Barat”

Deskriptif

Kerjasama

Bilateral

-Penanganan permasalahan

penyelundupan narkoba

secara lintas batas ini tidak

cukup dilakukan hanya oleh

pihak kepolisian. Para

pemangku kepentingan

terkait, seperti Bea Cukai

juga perlu membangun

kerja sama dengan pihak

Bea Cukai Malaysia

-Kerja sama secara

multilateral melalui

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

23

organisasi regional ASEAN

juga perlu dilakukan

9 Syarifah Maulidiyah

pada tahun 2019 yang

berjudul

“Ketidakberhasilan

Kebijakan Indonesia

dalam memerangi

kejahatan Transnational

crime studi kasus

Penyeludupan narkotika

di pulau Sebatik Kab.

Nunukan”

Deskriptif

Transnasional

crime, Counter

narcotics

-Kebijakan Indonesia dalam

hal ini P4GN memang

belum optimal untuk

dijalankan oleh Pemerintah

Kab. Nunukan hal ini sudah

jelas terdapat berbagai

Kendal yang dihadapi

sehingga hal tersebut belum

bisa berhasil

- Sudah banyak bentuk

upaya yang dilakukan kerja

sama sudah dijalankan

sistem keamanan yang

sudah diperketat.

1.5 Kerangka Konseptual

1.5.1 Konsep Transnational Crime

Pada skripsi ini penulis menggunakan konsep sebagai alat analisis untuk

membahas masalah-masalah yang hendak diteliti serta sebagai bahan acuan dan

pijakan dasar dalam penelitian. Konsep yang digunakan juga tentunya mempunyai

relevansi terhadap permasalahan isu yang akan diteliti. Dalam penulisan ini penulis

menggunakan konsep kejahatan transnasional (transnational crime) adalah suatu

pelanggaran hukum baik perdata maupun pidana yang dimana suatu kasus tersebut

melintasi batas-batas dari suatu negara, kejahatan ini bisa di tujukan kepada negara,

kepada individu atau kepada harta benda baik milik negara maupun milik

individu.23 Secara konsep transnational crime merupakan tindak pidana atau

23 John R. Wagley, “Transnational Organized Crime:Principal Threats and U.S. Responses” pada

tanggal 02 April 2019, [pada pukul 13.00 WIB]

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

24

kejahatan yang melintasi batas negara. Konsep ini diperkenalkan pertama kali

secara internasional pada era tahun 1990-an dalam TheEight United nations

Congress on the prevention of crime and the treatment of offenders24. Sebelumnya

istilah yang telah lebih dulu berkembang adalah “organized crime”

Menurut PBB kejahatan transnasional ini dikatakan sebagai kejahatan lintas

batas dikarenakan kejahatannya melintasi batas-batas wilayah suatu negara,

dilakukan di satu negara namun bagian terpenting seperti persiapan, perencanaan

dan pengarahan serta pengendalianya dilakukan di negara lain, dilaksanakan pada

satu negara tetapi berdampak pada negara lainnya, serta melibatkan aktor yang

kompleks yang bersifat multinasional.25 Berdasarkan hasil konveksi PBB tahun

1995 telah mengidentifikasi terdapat 18 jenis kejahatan transnasional yaitu

pencucian uang, terorisme, pencurian benda seni dan budaya, pencurian kekayaan

intelektual, perdagangan senjata gelap, pembajakan pesawat, pembajakan laut,

penipuan asuransi, kejahatan komputer, kejahatan lingkungan, perdagangan orang,

perdagangan bagian tubuh manusia, perdagangan narkoba, penipuan kepailitan,

infiltrasi bisnis, korupsi, dan penyuapan pejabat publik atau pihak tertentu.26

Dilihat dari jenis-jenis kejahatan transnasional diatas dapat di ketahui

bahwa peredaran narkoba (illegal drug trafficking) merupakan salah satu bentuk

kejahatan transnasional yang termasuk didalamnya, karena melewati batas-batas

24 Ibid 25 S.Dordevic, “Understanding trasnational organized crime as a security threat and security

theories” dalam western Balkans security observer, no 13 tahun 2009 (Belgradi: carl Schmitt and

Copenhagen school of security studies, 2009) hal 42 atau dikases dalam

https://www.academia.edu/29255897/TRANSNATIONAL_ORGANIZED_CRIME.docx pada

tanggal 02 April 2019 pukul [ 14;00 WIB] 26 Ibid

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

25

teritorial suatu Negara, melibatkan aktor yang komples. Oleh karena itu dengan

adanya keberadaan perdagangan illegal maka perlu dilakukan penanggulangan

terhadap masalah tersebut. Kerjasama antar negara dalam pemberantasan peredaran

gelap narkotika harus dikembangkan karena tidak mungkin suatu negara dapat

memberantas peredaran gelap narkotika berdimensi internasional sendirian. Maka

di butuhkan suatu kerjasama baik itu melalui pemerintah atau organisasi

internasional.

Kejahatan transnasional yang seringkali terjadi ini dirasa telah mengganggu

sistem keamanan dan kedaulatan suatu Negara di dunia. Kejahatan transnasional ini

biasanya sering dilakukan oleh suatu individu atau sekelompok individu serta

pelaku kriminal baik di dalam wilayah domestik mapun dari luar negara.27 Dari

berbagai macam pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelaku tindakan

kejahatan transnasional ialah sekumpulan manusia dari semua kalangan baik aktor-

aktor dalam pemerintahan atau lembaga non pemerintahan maupun aktor-aktor non

negara seperti perusahaan multinasional, yang mendirikan suatu asosiasi atau

organisasi sehingga setiap tindakan kejahatan mereka sudah ada yang mengatur/

atau terorganisir.

Seperti yang kita ketahui bahwa didalam Hubungan Internasional, aktor

secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian yaitu aktor negara dan aktor non negara.

Aktor negara memiliki arti sendiri yaitu suatu aktor yang mempunyai pengaruh

cukup besar terhadap keputusan yang dibuat oleh negara, yang nantinya dapat

mempengaruhi birokrasi secara langsung, sedangkan aktor non negara ialah aktor

27 T picarelli, John. Transnational organized crime: Chapter 30, page 453-466

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

26

non negara yang dibagi menjadi 2 yaitu NGO dan suatu individu. Keterkaitan dari

adanya hubungan yang dimiliki negara dengan paraaktor-aktor kejahatan bisa di

lihat dari banyaknya negara di dunia yang bisa dipengaruhi oleh Transnational

organized Crime (TOC). Yang paling sering di soroti di dalam kejahatan

transnasional ini ialah melihat siapa saja negara-negara yang terbilang lemah,

negara lemah maksudnya disini ialah cenderung memperlihatkan adanya sistem

kelemahan dan defisit yanng tinggi dan cenderung bergantung besar pada bagian

non pemerintah. Serta adanya tingkat kemiskinan yang tinggi.28

1.5.2 Konsep Counter-Narcotics

Selain Transnational crime, untuk menganalisa terkait hambatan apa saja

yang dihadapi Pemerintah Indonesia dalam memerangi penyeludupan narkotika,

konsep counter-narcotics akan digunakan penulis untuk menjelaskan kebijakan

Indonesia dalam memerangi narkotika. Konsep counter narcotics oleh Kairat

Osmonaliev di definisikan sebagai perang terhadap narkoba yang memerlukan

adanya kesinergian antara terjalankannya undang-undang atau regulasi dan

tindakan pencegahan yang diatur oleh negara sehingga nantinya mampu

menghasilkan kurangnya konsekuensi sosial negatif. 29 Sedangkan pada tahun

2000, Bill Clinton menyebutkan dalam pidatonya “…to assist Colombia in vital

counterdrug efforts aimed at keeping illegal drugs off our shores…”30 sehingga

28 Locke, Rachel, Organized Crime, Conflict and fragility: A new Approach: 2012 diakses dari

https://www.ciaonet.org/attachments/20885/uploads pada tanggal 9 september 2019 pukul [09:00] 29 Kairat Osmonaliev, Developing Counter-Narcotics Policy in Central Asia: Legal and Political

Dimension, Central Asia – Caucasus Institute Silk Road Studies Program, Januari 2005, Uppsala

University, pada tanggal 15 September 2019 pukul [15:00 WIB] 30 William J. Clinton, Statement Announcing an Assistance Package for Colombia, The American

Presidency Project, diakses dalam http://www.presidency.ucsb.edu/ws/?pid=58066 pada tangga 23

September 2019 pukul [22:07 WIB]

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

27

dapat disimpulkan bahwa counter narcotics ialah usaha yang dilakukan oleh suatu

negara yang memiliki tujuan untuk meredakan, mencegah serta meniadakan bentuk

tindakan illegal penggunaan dan penyeludupan narkoba. Osmonaliev juga

menjelaskan bahwa terdapat lima metode utama dalam mengimplementasikan

kebijakan counter narcotics untuk negara-negara yang termasuk salah satu anggota

organisasi regional yaitu: Melawan penyebaran atau penyeludupan narkoba;

Mencegah penggunaan obat-obatan illegal; Merawat dan Merehabilitasi para

pengguna narkoba; Mengatur dan membuat kebijakan tentang batas-batas legal

penggunaan narkoba; serta memperluas kerjasama internasional agar mampu

mencegah penyeludupan dan peredaran narkoba.31

Metode pertama yaitu melawan perdagangan narkoba dijelaskan dengan

perlunya penggunaan dan penegak hukum yang kuat agar mampu melawan setiap

kejahatan yang berhubungan dengan narkotika. Dalam hal ini hukuman tersebut

haruslah mencakup hukuman baik untuk individu ataupun kelompok yang

melakukan tindakan penyeludupan narkoba. Di Indonesia undang-undang atau

regulasi mengenai narkotika sudah banyak sekali di atur, salah satunya mengatur

tentang batas pengguna narkotika untuk hanya kepentingan medis saja. Metode

kedua yaitu mencegah pengguna obat-obat illegal haruslah menjadi kebijakan

utama yang harus di prioritaskan dalam perang melawan narkoba. Dalam metode

kedua ini, Osmonaliev menyinggung pentingnya peran pemerintah dan organisasi-

organisasi non profit dalam negara untuk kemudian mampu mewujudkan kebijakan

31 Kairat Osmonaliev, Loc, cit

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

28

tersebut. Untuk Indonesia sendiri sebenarnya sudah banyak dilakukan berbagai

kebijakan dan startegi untuk pencegahan penyeludupan narkoba baik yang

dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dan pihak Kepolisian. Akan

tetapi dari berbagai kebijakan dan strategi yang dilakukan masih belum optimal dan

berhasil dijalankan oleh pihak terkait, karena masih banyak terdapatnya kendala-

kendala yang dialami oleh pihak yang bersangkutan. 32

Metode ketiga menekankan keharusan negara membuat suatu kebijakan

untuk merawat dan merehabilitasi pengguna narkoba. Osmonaliev juga

menyinggung bahwa negara haruslah membuat kebijakan yang memuat tentang

pendanaan bagi pengguna narkoba yang akan di rehabilitasi. Indonesia sendiri

sebenarnya sudah menerapkan kebijakan tersebut. Mantan kepala BNN Budi

Waseo mengatakan bahwa biaya rehabilitasi nearkoba akan di tanggung oleh

negara. 33 Metode keempat mengatur dan membuat kebijakan tentang penggunaan

obat secara legal. Kebijakan yang dimaksud dalam hal ini adalah kebijakan yang

memuat batas-batas penggunaan narkoba selain dari pada untuk kesehatan.

Indonesia sendiri sebenarnya sudah melakukan kebijakan pelegalan beberapa jenis

zat narkotika tetapi hanya untuk kebutuhan medis, yang di muat dalam undang-

undang No 35 tahun 2009 tentang narkoba.

32 Achmad Bintoro, Kaltara punya ribuan jalur tikus, Pemprov-BNNP galang kekuatan perangi

Narkoba, dikases dalam https://kaltim.tribunnews.com/2019/08/16/kaltara-punya-ribuan-jalur-

tikus-pemprov-bnnp-galang-kekuatan-perangi-narkoba pada tanggal 22/9/2019 Pukul 14.00 WIB 33 Nafiysul Qodar, Buwas: Biaya Rehabilitasi Narkoba Ditanggung Negara, Liputan6, diakses pada

https://www.liputan6.com/news/read/3067029/buwas-biaya-rehabilitasi-narkoba-

ditanggungnegara tanggal 24 September 2019 pukul [16;40 WIB]

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

29

Metode terakhir ialah memperluas kerja sama internasional dan

pengawasan. Kerja sama internasional ini membutuhkan efektivitas domestik

negara-negara yang menjadi anggota. Selain itu kerja sama internasional juga harus

melihat isu narkoba sebagai isu yang kompleks sehingga undang-undang atau

kebijakan yang dihasilkan bisa memperkuat kerja sama yang ada. Selain dari pada

itu osmonaliev juga mengatakan bahwa untuk bentuk pengawasan diperlukan

kesinergian seluruh elemen dengan memaksimalkan para lembaga penegak hukum,

LSM dan organisasi internasional, serta peran masyarakat untuk mengurangi

kejahatan narkoba di tingkat nasional.

Tidak jauh berbeda dengan Osmonaliev, Pat Paterson juga mengajukan

strategi counter narcotics terangkum dalam tulisanya yang mengatakan bahwa

dalam memerangi narkoba seluruh elemen haruslah saling bekerja sama karena

kompleksitas aktor yang terlibat dalam melakukan penyeludupan narkoba sangatlah

kompleks, mulai dari jaringan yang besar hingga jaringan yang kecil saling bekerja

satu sama lain dalam melakukan penyeludupan, pemerintah selalu melihat pada

jaringan yang besar sehingga tidak terlalu fokus melihat jaringan kecil yang

sebenarnya justru banyak menghasilkan.34 Jaringan kecil inilah yang kemudian

selalu terbukti secara efektif dengan giat menyesuiakan diri dan selalu menyiapkan

strategi dalam menanggapi upaya pemerintah.

Secara umum konsep dan strategi counter-narcotics yang diusung oleh

Osmonaliev dan Pat Paterson menekankan akan pentingnya berbagai macam

34 Pat Paterson and katy rabinson, Measuring success in the war and drugs, perry center occasional

paper, Juli 2014. Diakses pada tanggal 24 September 2019, pukul [20;00 WIB WIB]

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

30

langkah untuk bisa memberantas narkoba secara penuh, yaitu dengan

dilaksanakanya kebijakan-kebijakan yang sudah ditetapkan. Namun baik

Osmonaliev dan Pat Paterson memprioritaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh

elemen terkait untuk bisa mengatasi permasalahan tersebut.

Upaya counter-narcotics kemudian bisa lebih di sederhanakan lagi menjadi

dua bentuk yaitu upaya secara internal dan upaya eksternal. Hal ini sedapan dengan

pernyataan Osmonaliev bahwa kebijakan counter-narcotics dapat dikategorikan

pada level domestik (internal) dan level mancanegara (eksternal). Dimana maksud

kebijakan domestik ialah untuk bisa meminimalisir penyeludupan narkotika

sebagai suatu ancaman sosial, sedangkan kebijakan pada level eksternal diperlukan

karena dipandang hal ini sebaagi kejahatan transnasional sehingga dengan adanya

penguatan kerjasama di berbagai negara tentang isu tersebut di harapkan nantinya

dapat memperkuat sistem keamanan di negara-negara yang terlibat.35

Konsep counter-narcotics ini oleh penulis kemudian gunakan untuk

menggambarkan hambatan apa saja yang di alami oleh Pemerintah Indonesia dalam

mencegah transnational crime sebagaimana yang telah dijelaskan di awal

bahwasanya untuk melawan perang terhadap narkoba sangat dibutuhkan beberapa

hal salah satunya adalah meneggakan hukum agar bisa lebih diperkuat untuk

menghadapi isu terkait selain itu bentuk kepedulian masyarakat dan seluruh elemen

untuk bersama sama memberantas narkoba juga sangat dibutuhkan, untuk

Indonesia pihak BNN sudah melakukan banyak hal tetapi belum mampu berjalan

35 Kairat Osmonaliev, Loc, cit

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

31

secara maksimal, selain itu tentunya juga dibutuhkan kerja sama Internasional yang

dimana upaya ini termasuk dalam level Internasional, sangat diperlukan bantuan

kerjasama antar negara agar mampu memberantas narkoba ini, dan yang terakhir

adalah pihak terkait haruslah mampu bekerja sama baik dalam level domestik untuk

menghadapi kompleksitas aktor yang jaringanya cukup luas. Disamping itu untuk

bentuk perang melawan narkoba yang dijelaskan oleh osmonaliev pada metode

ketiga dan keempat tidak terlalu menjerumus pada penelitian ini sehingga dalam

upaya ketidakberhasilan kebijakan ini tidak ada kaitanya dengan penggunaan

rehabilitasi para pengguna narkoba dan batas-batas penggunaan narkoba selain dari

pada untuk kebutuhan medis.

1.6 Metedologi Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

Penelitian mengenai hambatan Pemerintah Indonesia dalam mencegah

transnational crime menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang

dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang

suatu keadaan. Penelitian ini juga digunakan untuk memecahkan atau menjawab

permasalahan yang menjadi topik utama pembahasan penelitian ini.36 Penulis

menilai jenis penelitian tepat karena dengan jenis penelitian ini dapat

menggambarkan bagaimana hambatan Pemerintah Indonesia dalam mencegah

kejahatan transnational crime.

36 Akbar,Definisi Metode Dekriftif, Diakses Dari Http://Idtesis.Com/Metode-Deskriftif. Pada

tanggal 20 September 2019 Pukul [22;30 WIB]

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

32

1.6.2 Teknik Analisa Data

Metode analisis dalam penelitian ini secara menyeluruh menggunakan

analisis kualitatif, yakni dengan mengumpulkan data-data yang ada, setelah

terkumpul maka data tersebut akan di susun dan dipilah sesuai kebutuhan penulis.

Pendalaman teori dan konsep-konsep yang digunakan juga nantinya akan menjadi

salah satu teknik penelitian yang digunakan oleh penulis setelah semua data

diperoleh maka akan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian, sehingga hal yang

dilakukan selanjutnya adalah menarik kesimpulan dari seluruh data-data yang di

dapatkan.37

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam melakukan penelitian

karena data yang terkumpul akan dijadikan bahan analisis dalam penelitian. Teknik

pengumpulan data yaitu:38

A. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi

atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan

dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-

depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

37 Moh. Nazir, 1983, Metode Penelitian, Bogor, Penerbit Ghalia Indonesia, diakses pada tanggal 02

April 2019, [pada pukul 13.00 WIB] 38 Emzir, 2013, Metodologi penelitian pendidikan: kuantitatif dan kualitatif, Jakarta: rajawali pers

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

33

dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau

orang yang di wawancarai.39

Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan

sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari

interview adalah kontak langsung dengan tatap muka (face to face relation ship)

antara si pencari informasi (interviewer atau informan hunter) dengan sumber

informasi (interview)

Jenis interview meliputi interview bebas, interview terpimpin, dan interview

bebas terpimpin, interview bebas yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja,

tetapi juga mengingat akan data apa yang dikumpulkan. Interview terpimpin, yaitu

interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan

lengkap dan terperinci. Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview

bebas dan interview terpimpin. 40

Wawancara yang penulis gunakan dalam hal ini ialah bebas terpimpin yang

dimana pada saat melakukan wawancara penulis menanyakan pertanyaan-pertanyaan

yang sebelumnya sudah dibuat terkait data yang ingin dikumpul dan beberapa kali

menanyakan pertanyaan bebas tetapi masih seputar dengan data yang ingin dicari.

Wawancara yang telah dilakukan yaitu : 1) Instansi BNN Kabupaten Nunukan, 2)

Pemerintah Bea dan Cukai Kabupaten Nunukan, 3) Pemerintah Daerah Kesangpol

39 Sutopo, Metodelogi penelitian social, 2006, Surakarta, UNS Press. Hal 72 diakses dalam

https://www.academia.edu/28859520/Teknik_Pengumpulan_dan_Analisis_Data_Kualitatif pada

tanggal 27 november 2019, pukul [18.00 WIB] 40 Ibid hal 74

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

34

Kabupaten Nunukan dan Kepala Camat Kec. Sebatik Kabupaten Nunukan, 4)

Kepolres Kab. Nunukan, 5) Satgas Pamtas Kec. Sebatik, 6) Masyakarat perbatasan.

B. Teknik Observasi

Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses peneliti dalam melihat

situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan digunakan penelitian kelas yang meliputi

pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dan

kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang

bisa digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan

kejadian dan lain-lain. 41

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat),

pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, perasaan.

Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistis

pelaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti

perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu, melakukan pengukuran terhadap aspek

tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. 42

a. Observasi partisipatif

Metode pengumpulan data yang gunakan disini ialah untuk menghimpun data

penelitian melalui pengamatan, dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat

dalam keseharian responden.

41 Ibid hal 76 42 Ibid hal 76

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

35

b. Observasi terus terang atau tersamar

Dalam hal ini peneliti akan melakukan observasi secara terus terang kepada

pihak sumber data, adanya penentuan sikap secara terus terang yang dilakukan

peneliti sehingga mereka yang di teliti memahami dan secara sadar tentang aktivitas

peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti pun bisa melakukan penelitian secara

tersamar, hal ini dilakukan untuk menghindari apabila terdapat suatu data yang

diperlukan oleh peneliti namun data tersebut masih bersifat rahasia. Jika peneliti

melakukan oservasi secara terus terang maka bisa jadi peneliti tidak mendapat data-

data yang dibutuhkan dalam penunjang penulisan peneliti.

c. Observasi tak berstruktur

Observasi tak berstruktur ini biasanya dilakukan tanpa menggunakan guide

observasi, atau tidak berstrukrut secara menyeluruh. Dalam observasi ini peneliti

harus bisa mengembangkan daya pengamatannya terhadap suatu hal yang diamati

dalam suatu objek peneliti.

Manfaat dari observasi ini antara lain peneliti akan lebih mampu memahami

konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, sehingga nantinya akan diperoleh

pandangan yang secara menyuluruh, dengan observasi akan diperoleh pengalaman

langsung, berupa terjun ke lapangan melihat situasi dan kondisi penelitian, sehingga

memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dapat

dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif ini

membuka kemungkinan penemuan atau discovery.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

36

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik observasi terus terang,

karena melihat kejadian dilapangan penulis merasa perlu untuk berterus terang

dalam melakukan kegiatan observasi agar bisa menunjang hasil yang ingin

dicapai,obeservasi pertama yang dilakukan tepat pada hari senin tanggal 18

November yaitu di Pelabuhan Tonontaka atau pelabuhan resmi yang terletak di

Kabupaten Nunukan yang sering digunalan masyarkat perbatasan untuk berlayar ke

Malaysia atau privinsi lainnya. Observasi kedua dilakukan pada hari Selasa 26

November di “Jalur Tikus” Desa Ajikuning di patok perbatasan yang sering

digunakan masyarakat sebatik untuk bertransaksi barang.

C. Teknik Dokumentasi

Dokumen (dokumentasi) dalam pengertianya yang lebih luas berupa setiap

proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang berupa

tulisan, lisan, gambaran, atau arkelogis.43 Adapun dokumentasi yang dilakukan

dalam bentuk pengambilan foto, penulis pada saat turun kelapangan mengambil

foto pada saat kapal di Pelabuhan Resmi datang dari Malaysia, pada saat

pengecekan barang oleh petugas bea cukai dan petugas imigrasi memeriksa paspor

penumpang, dokumentasi instansi BNN yang meliputi contoh narkoba berdasarkan

jenis-jenisnya, dan terakhir mengdokumentasikan pada saat ada barang masuk

melalui jalur tikus di kecamatan Sebatik.

43 Meleong, Metodologi penelitian kualitatif, remaja rosda karya, diakses dalam

https://www.academia.edu/28859520/Teknik_Pengumpulan_dan_Analisis_Data_Kualitatif pada

tanggal 27 november 2019, pukul [18.00 WIB]

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

37

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian

Pada setiap penelitian, peneliti diharapkan menentukan waktu dan tempat.

Hal ini dipandang sangat penting karena disetiap penelitian pasti diperlukan waktu

tempat/lokasi yang jelas. Pada ruang lingkup penelitian ini di bagi menjadi dua

yaitu;

a) Batasan Waktu

Batasan waktu digunakan dalam penelitian ini adalah dari tahun 2014

sampai 2018 karena pada tahun 2014 waktu dimana Jokowi resmi menjadi

presiden dan pada masa ini juga kebijakan dalam kasus pemberantasan

narkoba di Indonesia lebih ditingkatkan.

b) Batasan Materi

Untuk membatasi pembahasan agar tetap fokus pada tujuan penelitian maka

penulis memberi batasan-batasan materi mengenai bagaimana kebijakan

yang ditetapkan oleh presiden No 12 tahun 2011 dalam memerangi narkoba

yang ada di pulau sebatik kabupaten Nunukan. Tujuan dari menentukan

batasan materi pada penelitian ini adalah agar pembahasan mengenai

fenomena yang di amati tidak keluar dari kerangka penelitian yang di

tentukan.

1.7 Argumen Pokok

Permasalahan narkoba memang belum sepenuhnya terselesaikan, berbagai

kebijakan telah banyak dikeluarkan salah satunya P4GN (pencegahan,

pemberantasan, penyalahgunaan, dan peredaran gelap narkoba) untuk menangani

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

38

isu tersebut, dalam kebijakan ini menekankan bagaimana upaya dan strategi yang

dilakukan oleh Pemerintah untuk mencegah narkoba sebagai suatu fenomena yang

kompleks sehingga untuk itu urgensi hambatan Pemerintah Indonesia dalam

mencegah transnational crime nantinya dapat di realisasikan dengan melakukan

beberapa tindakan untuk bisa berjalan secara maksimal melalui counter narcotics

yaitu; Melawan perdagangan narkoba dengan cara meningkatkan kualitas dari

penegak hukum agar bisa meminimalisir penyeludupan narkoba, kedua mencegah

penggunaan obat-obat ilegal dengan memperluas kerjasama antara pemerintah

dengan organisasi non provit seperti adanya partisipasi masyarakat, yang ketiga

ialah memperluas kerjasama dengan negara-negara yang memandang bahwa hal ini

perlu untuk di tindak lanjuti, agar dapat meminimalisir adanya penyeludupan

narkoba.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

39

1.8 Sistematika Penulisan

1.2 Tabel Sistematika Penulisan

BAB

JUDUL

ISI

BAB

I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Manfaat Akademis

1.3.2.2 Manfaat Praktis

1.4 Penelitian Terdahulu

1.5 Teori/Konsep

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

1.6.2 Teknik Analisa Data

1.6.3 Teknik Pengumpulan data

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.4.1 Batasan Materi

1.6.4.2 Batasan Waktu

1.7 Argumen Pokok

1.8 Sistematika Penulisan

BAB

II

PROBLEMATIKA

PENANGGULANGAN

PENYELUDUPAN

NARKOBA DI

INDONESIA

2.1 Narkoba sebagai kejahatan transnational

2.1.1 Kejahatan Narkoba di Indonesia

2.2 Upaya Pemerintah Indonesia Menghadapi

Penyeludupan Narkoba

2.2.1 Badan Narkotika Nasional

2.2.2 Memperketat Regulasi

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

40

2.2.3 Kerja Sama Internasional

2.2.3.1 Kerjasama Kepolisian Republik

Indonesia (POLRI) dan (PDRM)

2.2.3.2 Kerjasama Multilateral ASEAN

Senior Officials on Drugs Matters

(ASOD)

2.2.3.3 Kerjasama Pemerintah Indonesia

Dengan LSM Malaysia

BAB

III

NARKOBA DI

PULAU SEBATIK &

RESPON

PEMERINTAH

3.1 Gambaran Pulau Sebatik

3.2 Permasalahan Penyeluudpan Narkoba di

Pulau Sebatik

3.2.1 Faktor Penyebab Terjadinya

Penyeludupan Narkoba

3.2.2.1 Letak geografis

3.2.2.2 Sistem Pengawasan dan Sarana

Infrastruktur

3.2.2.3 Perekonomian Masyarakat

3.3 Respon Pemerintah dalam Menangani

Penyeludupan Narkoba di Pulau Sebatik

3.2.1 Respon Pemerintah Pusat

3.3.2 Respon Pemerintah Daerah

BAB

IV

HAMBATAN DALAM

MENCEGAH

TRANSNATIONAL

CRIME

4.1 Penegakan Hukum

4.2 Political will

4.3 Kerja sama dan kurangnya

Peran Masyarakat

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/61143/2/BAB I.pdf · Kombes Pol Sulistriandriatmoko mengatakan bahwa badan penegak hukum dan BNN harus mengatasinya dengan

41

4.4 Kompleksitas Aktor

BAB

V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran