BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang -...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang -...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, maka kebutuhan manusia akan sesuatu cenderung akan
naik pula. Dahulu orang harus bersusah payah untuk membuka sabut
kelapa dengan cara menggigit dengan gigi, memukul- mukul dengan batu
hingga akhirnya ditemukan logam sebagai alat pembantu untuk
membuka sabut kelapa.
Data dari APCC (Asia Pacific Coconut Community) mencatat bahwa
Indonesia merupakan negara dengan luas lahan perkebunan kelapa
terbesar kedua sedunia dengan luas lahan 3,776 juta ha (Coconut Statistic
Yearbook, 2006). Dengan pembuatan alat maka dapat dilakukan dengan
mudah, cepat, dan seiring dengan waktu, kemudian ditemukan alat
pengupas sabut kelapa dengan sistem hidrolik yg lebih memudakan
petani atau pengusaha kelapa dengan mudah, cepat dan tepat.
Terdapat beberapa metode dalam mengupas sabut kelapa. Pengupas
sabut kelapa merupakan sub-sistem yang berfungsi untuk mengupas
sabut kelapa sampai terlepas dari tempurungnya. Penyerat sabut kelapa
bertujuan memisahkan serat (cocofiber) dan debu (cocodust) dari sabut
kelapa. Pemilah serat bertujuan memisahkan cocofiber dari cocodust.
2
Pada dasarnya sebagai pemilah dan untuk memisahkan cocofiber dari
cocodust yang menempel (Rindengan., 1995).
1.2 Rumusan Masalah
Penulisan Tugas Akhir ini memiliki tujuan, antara lain :
1.2.1 Tujuan umum.
a. Dapat membuat suatu perencanaan dan sekaligus
mengaplikasikan dalam praktek lapangan.
b. Untuk menambah wawasan pengetehuan mahasiswa
terhadap hal –hal yang berkaitan dengan teknologi tepet
guna.
1.2.1 Tujuan khusus.
a. Untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Tugas Akhir
Program Studi S-1 Teknik Mesin Universitas Wijaya Putra
Surabaya.
b. Untuk memenuhi syarat kelulusan dan memperoleh gelar S-1
Teknik Mesin.
1.3 Batasan Masalah
Untuk mencapai tujuan dari perencanaan dan memperjelas ruang lingkup
permasalahan yang akan d bahas, maka akan ditentukan batasan masalah
dalam penulisan ini. Dimana dalam batasan masalah ini dihadapkan pada
3
persoalan pada mesin pengupas sabut kelapa menggunakan sistem hidrolik
dengan parameter – parameter yang nanatinya dapat dijadikan pembahasan
penulisan.
Diantara parameter – parameter tersebut antar lain :
1.3.1 Perhitungan perencanaan yang akan dibahas pada penulisan kali
ini tidak mengulas mengenai perhitungan tentang rangka dari
mesin, dengan asumsi rangka dari mesin pengupas sabut kelapa
dinyatakan aman terhadap proses – proses penekanan yang
terjadi.
1.3.2 pada proses penekanan yang dilakukan, perbedaan temperatur
diasumsikan tidak akan berpengaruh terhadap proses
penekananya maupun pada komponen – komponen mesin dan
peralatan hidrolik yang ada.
1.3.3 pada rangkaian hidrolik kehilangan tekanan yang terjadi
sangatlah kecil, sehingga hal tersebut tidak akan berpengaruh
terhadap proses permesinan.
1.3.4 perhitungan mengenai rangkaian hidrolik yang digunakan dalam
penulisan kali ini tidak akan dimasukan dalam pembahasan.
1.3.5 pada perencanaan sambungan ini kami hanya mengulas mengenai
mengenai perhitungan sambungan las saja dan hanya pada
bagian-bagian yang vital.
4
1.4 Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini meliputi :
1.4.1 Mengetahui pengaruh tekan dan kekuatan material
1.4.2 Memperbaiki sifat mekanik dan sifat fisik matrial
1.4.3 Mengetahui kekerasan pada sabut Kelapa
1.5 Manfaat Penelitian
Selama ini mesin pengupas sabut kelapa masih didatangkan dari luar
negeri dan masih dengan cara diroll maka dengan merencakan masin
pengupas kelapa dengan sistem hidrolik sendiri akan menggantikan mesin
dari luar negeri.
1.6 Permasalahan
Sebagian petani atau pengusaha kelapa masih memakai jasa tenaga
manusia, adapun mesin masih didatangkan dari luar negri dengan bentuk
berukuran besar atau dengan sistem diroll yang masih butuh waktu lama untuk
mengupas sabut kelapa. Untuk mengatasi masalah ini kami menyederhanakan
mesin pangupas sabut kelapa tersebut, sehingga dapat menghemat tenaga,
waktu, dan pengeluaran biaya.
1.7 Sistematika penulisan
Adapun sistematika penyusunan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
5
Bab I Pendahuluan :
Pada bab ini membahas tentang hal-hal yang melandasi dari pembuatan mesin
pengupas sabut kelapa.
Bab II Landasan Teori :
Pada bab ini membahas teori dasar yang digunakan pada mesin pengupas sabut
kelapa.
Bab III Metode Penelitian :
Pada bab ini mebahas tentang metode percobaan yang dilakukan dalam
pembuatan mesin pengupas sabut kelapa.
Bab IV Penyajian Data dan Analisa :
Pada bab ini mebahas tentang perhitungan silinder hidrolik, perencanaan lengan
penyangga, pemilihan bahan lengan penyangga,dan perencanaan elemen mesin
lainya.
Bab V Kesimpulan dan Saran :
Pada bab ini membahas tentang esimpulan pembahasan yang diperoleh pada
bab-bab sebelumnya.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. PEMBAHASAN BUAH KELAPA
Indonesia adalah negara beriklim tropis dengan karakteristik alamnya
yang khas. Salah satu tanaman khas daerah tropis adalah kelapa yang
sangat mudah ditemui di Indonesia. Di Indonesia, pohon kelapa
merupakan komoditas yang paling luas penyebarannya. Buah kelapa
merupakan hasil pertanian yang cukup penting, dimana hampir tiap
bagiannya dapat dimanfaatkan. Namun selama ini mayoritas petani hanya
memanfaatkan isi buah kelapa saja yaitu sebagai kelapa sayur. Sedangkan
sisanya hanya menjadi limbah karena dianggap tidak bernilai ekonomis.
Kalaupun ada pemanfaatan terhadap sabut kelapa tersebut hanya
sebatas untuk bahan baku kerajinan yang nilai ekonomisnya tidak terlalu
tinggi. Padahal sabut kelapa menyimpan potensi ekonomis yang cukup
besar. Hal ini dapat dilihat dari bagan berikut ini ( Zainal, Mahmu, 2005)
7
Gambar 2.1 Diagram Alur Sabut Kelapa
2.1.1 Daging Buah Kelapa
Daging buah adalah komponen utama yang dapat diolah menjadi
berbagai produk yang bernilai ekonomi tinggi. Mutu bahan baku dari buah
kelapa dipengaruhi oleh karakter fisiko-kimia komponen buah kelapa, yang
secara langsung dipengaruhi oleh jenis dan umur buah kelapa; secara tidak
langsung oleh lingkungan tumbuh dan pemeliharaan. Lingkungan tumbuh yang
sesuai dan pemeliharaan yang baik akan menghasilkan bahan baku bermutu
untuk diolah lebih lanjut (Rindengan dkk., 1995; Tenda dkk., 1999).
2.1.2 Sabut Kelapa
Sabut kelapa merupakan bagian terluar buah kelapa yang membungkus
tempurung kelapa. Ketebalan sabut kelapa berkisar 5-6 cm yang terdiri atas
lapisan terluar (exocarpium) dan lapisan dalam (endocarpium). Endocarpium
8
mengandung serat-serat halus yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat
tali, karung, pulp, karpet, sikat, keset, isolator panas dan suara, filter, bahan
pengisi jok kursi/mobil dan papan hardboard. Satu butir buah kelapa
menghasilkan 0,4 kg sabut yang mengandung 30% serat. Komposisi kimia sabut
kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous acid, gas, arang, ter, tannin, dan
potasium (Rindengan., 1995).
Produk primer dari pengolahan sabut kelapa terdiri atas serat (serat
panjang), bristle (serat halus dan pendek), dan debu abut. Seratdapat diproses
menjadi serat berkaret, matras,geotextile, karpet, dan produk-produk
kerajinan/industri rumah tangga. Matras dan serat berkaret banyak digunakan
dalam industri jok, kasur, danpelapis panas. Debu sabut dapat diproses
jadikompos dan cocopeat, dan particle board/hardboard.Cocopeat digunakan
sebagai substitusi gambutalam untuk industri bunga dan pelapis lapangan golf.
Secara tradisional, masyarakat telah mengolah sabut untuk dijadikan tali
dan dianyam menjadi kesed. Namum volume serta nilai dari agroindustri ini
masih sangat rendah jika dibandingkan dengan total volume sabut yang
dihasilkan oleh tanaman kelapa. Nilai tertinggi (grade I) dari agroindustri sabut
kelapa adalah serat lurus yang halus. Grade II serat lurus kasar serta grade III
serat kusut. Selain itu masih ada hasil sampingan berupa gabus atau coco dush.
Untuk memperoleh hasil ini, diperlukan sebuah unit pengolahan dengan
perencanaan yang baik. Serat yang kusut masih harus dipres menjadi blok-blok
9
padat hingga pengangkutannya tidak makan banyak tempat. Nilai serat akan
lebih tinggi lagi kalau sudah digrade menjadi 3 macam kualitas.
Di dalam pengolahan serat sabut, pengembangan industri ini haruslah
ditunjang dengan kelayakan teknis terutama ketersediaan pasokan bahan baku
sabut kelapa. Setiap satu alat pengolah sabut sederhana ini haruslah ditunjang
oleh minimal 54,5 ha tanaman kelapa yang setara dengan 5.450 pohon kelapa.
Mendapatkan areal kelapa seluas tersebut di atas dalam satu hamparan sangat
sulit, sehingga bahan baku harus dikumpulkan dari areal yang terpencar-pencar
dan memerlukan biaya dalam pengumpulannya. Keadaan ini makin sulit dengan
beragamnya produk yang dihasilkan petani. Petani yang menghasilkan kopra
sebagai produk utamanya tidak akan menyisakan sabut dan tempurung karena
digunakan untuk pengasapan kelapa; sehingga yang tersisa hanya air kelapa.
Selain itu infrastruktur yang belum baik di setiap lokasi juga merupakan faktor
kesulitan dalam pengembangan usaha hasil samping.
Aspek teknis alat pengolah sangat menentukan kualitas hasil olahan. Yang
banyak terjadi, kualitas serat sabut yang dihasilkan oleh industri rakyat tidak
sesuai dengan standar kualitas yang diminta oleh konsumen, dan hal ini dijadikan
alasan oleh calon pembeli untuk menentukan harga dan bahkan menolak
membeli produk yang sudah dihasilkan petani. Oleh karena itu pembinaan dan
pengawasan terhadap produsen alat pengolah juga mutlak perlu mendapat
perhatian dinas perindustrian setempat.
10
2.1.3 Tempurung Kelapa
Berat dan tebal tempurung sangat ditentukan oleh jenis tanaman kelapa.
Kelapa dalam mempunyai tempurung yang lebih berat dan tebal daripada kelapa
Hibrida dan kelapa Genjah. Tempurung beratnya sekitar 15-19% bobot buah
kelapa dengan ketebalan 3-5 mm. Komposisi kimia tempurung terdiri atas;
Selulosa 26,60%, pentosan 27,70%, lignin 29,40%, abu 0,60%, solvent ekstraktif
4,20%, uronat anhidrat 3,50%, nitrogen 0,11%, dan air 8,00%
(Ibnusantoso,2001).
Tempurung kelapa yang dulu hanya digunakan sebagai bahan bakar,
sekarang sudah merupakan bahan baku industri cukup penting. Produk yang
dihasilkan dari pengolahan tempurung adalah arang, arang aktif, tepung
tempurung dan barang kerajinan. Arang aktif dari tempurung kelapa memiliki
daya saing yang kuat karena mutunya tinggi dan tergolong sumber daya yang
terbarukan. Selain digunakan dalam industri farmasi, pertambangan, dan
penjernihan, arang aktif juga digunakan untuk penyaring atau penjernih ruangan
untuk menyerap polusi dan bau tidak sedap dalam ruangan. Peningkatan ekspor
arang tempurung dan arang aktif dalam kurun waktu 10 tahun terakhir masing-
masing 13,86% untuk arang tempurung dan 6,1% untuk arang aktif. Jumlah
ekspor saat ini untuk arang tempurung dan arang aktif masing-masing 29.493
ton dan 11.553 ton.
Pengembangan pengolahan arang dari tempurung lokasinya harus
berada di sekitar pasar tradisional, agar tidak jauh dari sumber bahan baku.
11
Kendala dalam pengolahan arang tempurung dari limbah pasar ini adalah kondisi
tempurung yang tidak utuh. Kebiasan masyarakat, memarut kelapa dilakukan
setelah daging buah dipisah dengan tempurungnya. Cara pengupasan daging
buah dengan tempurung adalah dengan melepas tempurung sedikit demi sedikit,
sehingga tempurung menjadi kepingan-kepingan kecil. Bentuk ini kurang
memenuhi syarat untuk pembuatan arang. Kebiasan ini perlu diubah dengan
cara pemarutan kelapa dimana pemarutan daging kelapa dilakukan pada kondisi
daging dan tempurung masih bersatu, cara ini menyisakan tempurung yang utuh.
Selama ini industri pengolahan arang aktif di dalam negeri kurang
berkembang. Ekspor dilakukan dalam bentuk arang tempurung oleh pengusaha
menengah dengan melakukan sortasi arang yang diperoleh dari masyarakat. Hal
ini menyebabkan nilai tambah yang diperoleh sangat rendah, dibandingkan jika
mengolah arang sampai menjadi arang aktif; nilai tambahnya dapat mencapai
lebih dari 300%.
2.1.4 Air Kelapa
Volume air yang terdapat pada kelapa Dalam sekitar 300 ml, kelapa
Hibrida 230 ml, dan kelapa Genjah 150 ml. Air kelapa dimanfaatkan untuk
pembuatan minuman ringan, jelly, ragi, alkohol, nata de coco, dextran, anggur,
cuka, ethyl acetat, dan sebagainya. Komposisi kimia air kelapa adalah; specific
grafity 1,02%, bahan padat 4,71%, gula 2,56%, abu 0,46%, minyak 0,74%, protein
0,55%, dan senyawa khlorida 0,17%.
12
Air kelapa yang dapat diolah untuk menghasilkan beberapa produk
bernilai ekonomi seperti minuman ringan, cuka, dan nata de coco. Nata de coco
sendiri selain sebagai makanan berserat, juga dapat digunakan dalam industri
akustik. Saat ini baru nata de coco yang telah berkembang mulai dari skala
industri rumah tangga hingga industri besar (Tenda dkk., 1999).
Sekitar 40% butir kelapa yang dihasilkan diolah menjadi kopra (5 milyar
butir/tahun), dan hasil samping yang tersisa dari pengolahan kopra adalah air
kelapa, karena sabut dan tempurungnya dibakar untuk pengasapan kopra.
Banyaknya jumlah air kelapa yang didapat, barangkali tidak perlu diolah semua.
Jumlah pengolahan air kelapa menjadi nata de coco sangat ditentukan oleh
perkembangan jumlah konsumsi yang mungkin terjadi. Persaingan di segmen
minuman ini sangat tinggi, karena banyaknya macam dan merek yang beredar
saat ini. Sementara penampilan nata de coco sejak awal sampai sekarang tidak
mengalami perubahan. Oleh sebab itu di daerah yang akan dikembangkan
pengolahan nata de coco perlu dilakukan survei pasar terlebih dahulu. Hal ini
hanya dapat dilakukan oleh perusahaan menengah dan besar.
Maka untuk mendapatkan hasil dari semua buah kelapa diperlukan alat
tepat guna (Hilmawan 2012) bagaimana mengupas sabut kelapa dengan mesin
manual yang hasil sabut tersebut bisa dimanfaatkan bagi pengusah yang
menglola sabut kelapa, agar hasilnya lebih baek dan efesin juga mendapat
keuntungan yang lebih besar dari pada biasanya.
13
2.2 BAHAN YANG DIGUNAKAN ALAT PENGUPAS SABUT KELAPA
2.2.1 Pengertian ilmu logam
Ilmu Logam diidentifikasikan sebagai ilmu pengetahuan yang
menerangkan tentang :
Sifat dan struktur logam
Pembuatan logam
Pengolahan logam
Ilmu Logam dibagi menjadi dua bagian :
a. Ilmu Logam Produktif yaitu ilmu yang menerangkan tentang
dasar– dasar pengolahan dan penyelidikan logam.
b. Ilmu Logam Fisik yaitu ilmu yang menerangkan tentang sifat – sifat
dan struktur logam.
2.2.2 Macam – macam logam
Berdasarkan unsur dasar yang terbuat dalam logam, maka logam
dibagi menjadi dua golongan utama yaitu :
1. Logam Ferrous
Logam ferrous disebut juga besi karbon atau baja karbon yang unsur
dasarnya terdiri dari unsur besi (Fe) dan karbon (C) ditambah unsur
bawahan yaitu : Silisium (Si), Mangan (Mn), Fosphor (P) dana Sulfur
(S), dimana unsur – unsur bawahan tersebut sangat mempengaruhi
14
sifat dari logam ferrous, sehingga prosentase dari unsur bawahan
harus dibatasi.
2. Logam Non Ferrous
Logam Non Ferrous yaitu logam yang berbentuk bukan dari unsure
dasarnya besi (Fe) dan Carbon (C), yang termasuk logam non ferrous
adalah :
Aluminium (Al)
Logam – logam mulia (emas, perak, perunggu)
Magnesium (Mg)
Tembaga (Cu)
Antimonium
Seng (Zn)
Wolfram
Nikel (Ni)
Kobalt
Timah hitam (Pb)
Timah
A. Besi
Logam besi terbuat dari biji – biji besi yang didapat dari hasil tambang, kemudian
diolah pada dapur tinggi sehingga menghasilkan besi kasar. Adapun macam –
macam besi sebagai berikut :
15
a. Besi kasar putih, mempunyai sifat – sifat :
Titik cair + 11000 C
Mempunyai kandungan karbon sebesar 2,3 % sampai dengan
3,5 %
Keras, mudah pecah, cepat membeku dan berwarna putih
Baik untuk pembuatan baja.
b. Besi kasar kelabu, mempunyai sifat – sifat :
Titik cair + 1300˚C
Mempunyai kandungan karbon sebesar 3,5 % sampai dengan
5%
Berwarna kelabu
Mudah dituangkan, kenyal dan agak rapuh
(Suherman, 1987)
B.Baja
Logam baja dihasilkan dari pengolahan lanjut besi kasar pada dapur
konventer, Siemens Martin atau dapur listrik, dimana hasil pengolahan dari
dapur – dapur tersebut menghasilkan baja karbon yang mempunyai
kandungan karbon maksimum 1,7 %. Baja karbon sangat banyak jenisnya,
dimana komposisi kimia, sifat mekanis, ukuran, bentuk dan sebagainya
dispesifikasikan untuk masing - masing penggunaan pada Standar Industri
Jepang (JIS). Pada bab ini menjelaskan tentang baja karbon. Besi murni lunak,
16
tidak kuat sehingga tidak dapat dipakai. Untuk menambah kekuatan, karbon
(C) 2% atau kurang ditambahkan ke besi murni membentuk material struktur
campuran besi karbon. Material ini disebut baja karbon. Disamping karbon,
baja karbon terdiri dari sejumlah kecil mangan (Mn), dan silikon (Si), dan
sedikit phospor (P) serta belerang (S) sebagai unsur - unsur pada pembuatan
baja. Elemen - elemen ini disebut 5 elemen untuk besi. Tabel 2.6
menspesifisikan karakteristik dari masing - masing 5 elemen tersebut.
Besi yang mengandung silikon dan karbon 2-4,5% disebut Besi Tuang.
Baja campuran yang dibuat untuk penggunaan dan perlakuan khusus,
mengandung nikel (Ni), khrom (Cr), tembaga (Cu), molybden (Mo), vanadium
(V), aluminium (Al), titan (Ti), boron (B) dan sebagainya disamping karbon.
Baja campuran diklasifikasikan menjadi baja campuran tinggi dan baja
campuran rendah, sesuai dengan jumlah kandungan elemen campurannya.
Baja campuran juga disebut Baja Khusus. Normalnya walaupun baja khusus
juga merupakan baja karbon tingkat tinggi misalnya baja perkakas, baja
potong atau baja diperkeras, yang dibuat dengan produksi khusus atau
metode perlakuan panas dan lain-lain. Adapun pembagian jenis – jenis baja :
a) Baja karbon rendah
Baja karbon rendah yang biasanya disebut mid steel mengandung
karbon antara 0,1 % sampai dengan 0,3 % dan dalam perdagangan
17
baja karbon rendah berbentuk batang (profil), plat – plat baja dan
baja strip.
b) Baja karbon sedang
Baja karbon sedang mempunyai kandungan karbon antara 0,3 %
sampai dengan 0,6 % dan dalam perdagangan baja karbon sedang
digunakan untuk bahan baut, mur, poros, piston, poros engkol dan
roda gigi.
c) Baja karbon tinggi
Baja karbon tinggi mempunyai kandungan karbon antara 0,7 %
sampai dengan 1.3 % dan setelah mengalami proses heat treatment,
baja tersebut digunakan untuk pegas (per), alat – alat perkakas,
gergaji, pisau, kikir dan pahat potong.
d) Baja campuran
Baja campuran yang biasanya disebut alloy steel, adalah baja yang
sudah mengalami proses penambahan unsur – unsur paduan yang
bertujuan untuk memperbaiki sifat kekerasan dan keuletan.
e) Baja tahan karat
Baja tahan karat yang biasanya disebut stainless steel, bersifat
memberikan perlawanan terhadap karat. Dan untuk menghasilkan
baja tahan karat, baja karbon ditambahi unsur paduan chorium
sebesar 2%. (Suherman, 1987)
18
2.3 PERALATAN UKUR DAN PERKAKAS TANGAN PADA PROSES – PROSES
PEKERJAAN LOGAM
2.3.1 Peralatan ukur
Seperangkat alat ukur merupakan seperangkat alat pertukangan yang
digunakan untuk pengukuran pada proses pekerjaan logam, sehingga pekerjaan
dapat dihasilkan dan dikontrol dengan cermat. Peralatan ukur dirancang untuk
mendapatkan hasil ukuran dari suatu benda yang sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan dengan ukuran yang tepat. Peralatan ukur merupakan alat pokok
bagi seorang tukang sehingga jika digunakan dengan cara yang tidak benar maka
keuntungan yang seharusnya diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan
hilang begitu saja dan bahkan dapat merugikan serangkaian proses kerja. Untuk
itu salah satu faktor penting untuk belajar menjadi seorang pekerja orang bidang
logam adalah mengenal terlebih dahulu nama – nama peralatan ukur dan
fungsinya serta dapat mengetahui dengan tepat dan benar penggunaannya.
Beberapa peralatan ukur yang biasa dipergunakan bidang pekerjaan logam
adalah sebagai berikut :
1. Mistar
a) Mistar baja lurus
Mistar lurus terbuat dari baja / baja tahan karat, digunakan untuk
pengukuran panjang. Kebanyakan memiliki kebalan 1 – 1,5 mm,
lebar 25 mm dan panjang 300 – 1000 mm.
19
Gambar 2.2 Mistar baja lurus.
a) Mistar siku
Mistar siku baja menekuk ke kanan, disebut juga mistar tukang
kayu.
Gambar 2.3 Mistar siku.
b) Mistar gulung
Memungkinkan untuk digunakan dalam pengukuran lurus dan
lengkung. Ketika diluruskan, mistar ini digunakan sebagai penggaris
lurus. Jika terbuat dari baja tempa, penyusutan dan pemuaiannya
dapat diabaikan. Karena itu, mistar ini lebih akurat daripada mistar
kain. Yang ditunjukkan pada gambar disebut juga mistar cembung.
20
Gambar 2.4 Mistar gulung
2. Caliper
a) Calipers outside
Caliper outside digunakan untuk mengukur diameter luar dari
material / benda bulat atau ketebalan (gambar 2.5).
b) Calipers inside
Caliper inside digunakan untuk mengukur diameter dalam dari
silinder atau lebar celah (gambar 2.6).
Gambar 2.5 Calipers outside Gambar 2.6 Calipers inside
3. Jangka sorong
Digunakan untuk mengukur diameter dalam dan diameter luar serta
mengukur panjang. Kedalaman celah atau lubang dapat diukur dengan
21
pengukur kedalaman yang ada. Mistar kecil dibawah mistar utama
dapat dibaca dengan Vernier.
4. Gerinda
Untuk menghaluskan hasil las dan benda kerja
Gambar 2.7 mesin gerinda
2.4 Peralatan pelindung untuk operator las
Busur listrik menghasilkan cahaya dan panas yang kuat, bermacam –
macam peralatan yang disyaratkan untuk melindungi operator las. Helm las atau
kap las tangan dilengkapi dengan kacanya untuk melindungi mata dari cahaya
yang kuat. Sepatu keska, selubung tangan dan sarung tangan dari kulit untuk
mencegah panas atau melindungi dari arus listrik. Peralatan pelindung sangat
efektif untuk melindungi pembakaran terhadap baju dan badan operator las
selama pengelasan berlangsung. Helm las digunakan pengelasan yang tidak
memungkinkan menggunakan kap las tangan dan digunakan untuk pengelasan
posisi vertikal atau pengelasan diatas kepala. Kap las tangan digunakan ketika
mengelas datar atau pengelasan sambungan tumpul jika diperlukan.
22
Gambar 2.8 Kap las tangan & Helm las
1. Palu tetek
Alat ini digunakan untuk membersihkan bagian dari yang dilas atau
menghilangkan terak. Alat ini juga disebut ” Palu terak” atau ”Palu
tetek”. Utamanya digunakan untuk menghilangkan terak. Sikat baja
juga selalu digunakan untuk pembersihan.
Gambar 2.9 Palu tetek
2. Stang las untuk Las Busur Listrik
Alat ini digunakan untuk memegang elektrode las dengan
menggunakan stang pengaman. Diusahakan stang yang ringan dan
bermutu baik.
23
Gambar 2.10 Stang las untuk Las Busur Listrik
2.5 TEKNIK PENGELASAN BUSUR LISTRIK
2.5.1 Penanganan Mesin Las Busur Listrik Arus Bolak-balik
Gambar 2.11 Mesin Las Busur Listrik
Tahapan-tahapan persiapan yang perlu dilakukan dan hal-hal penting
yang harus diperhatikan dalam penanganan mesin las busur listrik arus bolak
balik meliputi :
1) Pemeriksaan sirkuit utama.
24
Pemeriksaan sirkuit utama mesin las seperti ditunjukkan pada gambar
2.12 dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Yakinkan bahwa saklar tenaga dalam keadaan mati (off )
b) Periksa sambungan kabel las bila ada yang lepas
c) Periksa isolasi sambungan antar kabel dan yakinkan bahwa isolasi
sambungan dalam keadaan aman
d) Periksa bahwa kabel ground dalam keadaan tertanam.
Gambar 2.12 Sirkuit utama
2) Pemeriksaan sirkuit bantu
Pemeriksaan sirkuit bantu dan pemasangan elektrode las seperti
ditunjukan pada gambar 2.13 dan gambar 2.1 4 dengan pemeriksaan
sebagai berikut :
a) Periksa sambungan kabel las yang terlepas.
b) Periksa isolasi sambungan kabel.
c) Sambungkan kabel ground dengan meja kerja pada posisi yang
aman dari gerakan
d) Periksa kebenaran penyambungan kabel .
25
e) Masukan elektrode kedalam penjepit pada kemiringan yang Benar
Gambar 2.13 Sambungan kabel Gambar 2.14 Pemasangan electrode
3) Persiapan tang ampere
Sebelum mesin las dipergunakan dengan sebenarnya terlebih dahulu
perlu menyiapkan tang amper, gambar2.15 dan lakukan :
a) Putar dial pengatur pada posisi yang optimal.
b) Lewatkan kabelnya dengan aman ditengah-tengah penjepitnya.
Gambar 2.15 Penyiapan tang ampere.
4) Pengaturan arus
a) Hidupkan Saklar tenaga.
b) Hidupkan Saklar mesin las (On ).
26
c) Putar tuas pengatur amper untuk pengaturan ampere yang benar
atau sesuai yang dikehendaki.
d) Lakukan sentuhan antara elektrode dengan material dasar untuk
mengetahui pengisian aliran arus listrik yang terjadi.
e) Periksa optimalisasi arus dengan menggunakan tang amper.
f) Matikan saklar mesin las ( Off )
Pengaturan arus dan pemeriksaan pengisian arus seperti pada gambar
2.16 dan gambar 2.17.
Gambar 2.16 Pengaturan arus Mesin Las Busur Listrik
Gambar 2.17 Pemeriksaan arus Mesin Las Busur Listrik
27
2.5.2 Penyalaan Busur Listrik
1) Persiapan
Sebagai langkah awal dalam proses penyalaan busur, lakukan persiapan
dengan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Mengeset mesin las
(Lihat “Penanganan Mesin Las Busur Listrik Arus Bolakbalik”).
b) Menyetel arus pengelasan sampai 160A, tebal plat 9 mm
c) Membersihkan permukaan logam dasar.
d) Mengatur logam induk secara mendatar pada meja kerja.
2) Posisi tubuh
Posisi tubuh yang benar seperti ditunjukkan pada gambar 2.18 juga
menunjang kesempurnaan hasil pengelasan. Untuk itu perhatikan hal –
hal berikut dibawah ini :
a) Tegakkan badan bagian atas dan buka posisi kaki anda
b) Pegang holder dan pertahankan siku-siku tangan anda pada posisi
horizontal
28
Gambar 2.18 Posisi tubuh saat penyalaan busur listrik
3) Menyalakan busur
Langkah-langkah penyalaan busur adalah sebagai berikut :
a) Masukkan elektrode kedalam holder pada sudut yang benar
b) Dekatkan posisi elektrode pada posisi penyalaan busur.
Untuk diingat ! Lindungi wajah anda dengan kap las.
c) Penyalaan Busur
Ketukkan ujung elektrode pada material dan pertahankan
jarak terhadap material dasar kurang lebih 2 sampai 3 mm.
Goreskan elektrode pada logam dasar dan pertahankan jarak
antara logam dasar kurang lebih 2 sampai 3
29
Gambar 2.19 Proses Penyalaan busur
4) Menghentikan busur
Untuk menghentikan busur, kurangi gerakan busur agar lebih pendek dan
angkat secepat mungkin elektrode dari bahan induk dengan gerakan posisi balik
dan sedikit dimiringkan, seperti terlihat pada gambar 2.20.
Untuk meneruskan las ulangi langkah 3 dan 4 tetapi terlebih dahulu
dibersihkan ujung hasil las pertama dan selanjutnya.
Gambar 2.20 Menghentikan busur
2.6 Pengelasan Posisi Datar
30
2.6.1 Mengelas Manik manik Lurus posisi datar
1) Persiapan
Sebagai langkah awal dalam proses pengelasan ini, lakukan persiapan
dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Tempatkan logam dasar tebal 10 mm pada meja kerja pada posisi
yang stabil dan bersihkan permukaannya.
b) Aturlah arus las dengan besaran antara 100 & 120 A.
c) Atur posisi tubuh seperti pada gambar 2.18
2) Penyalaan busur
Nyalakan busur api sekitar 10-20 mm didepan titik awal dan kembali ke
posisi semula seperti terlihat pada gambar 2.21.
Gambar 2.21 Penyalaan busur pada pengelasan posisi datar
3) Pengelasan manik-manik las
a) Tempatkan elektroda 900 terhadap permukaan logam dasar dan
700 - 800 terhadap arah pengelasan.
31
b) Tahanlah dengan seksama lebar rigi-rigi jangan sampai melebihi
dua kali diameter inti.
c) Tetapkan bahwa panjang busur kira-kira 3- 4 mm.
d) Arahkan elektrode las pada ujung lubang pengelasan.
Gambar 2.22 Posisi elektrode Gambar 2.23 Posisi Batang Las
4) Mematikan busur las
Untuk mematikan busur las biarkan panjang busur menjadi pendek dan
kemudian cepat matikan
5) Menyambung manik-manik las
Terbatasnya panjang elektrode terbungkus yang digunakan pada proses
pengelasan ini mengakibatkan terputusnya manik-manik las. Untuk
menyambung kembali ikutilah petunjuk berikut :
a) Bersihkan ujung lubangnya.
b) Nyalakan busur sekitar 20 mm di depan kawah las dan putar balik
kekawah lasnya.
32
c) Buatlah endapan sehingga kawah lasnya terisi kemudian
pindahkan elektrodanya ke depan.
Gambar 2.24 Posisi alur busur. Gambar 2.25 Penampang mumbungan las.
6) Pengisian kawah/lubang las
Buatlah endapan pada kawah las sehingga sama rata dengan bahan
yang dilas.
a) Biarkan panjangnya busur itu memendek pada ujung garis
pengelasan dan buatlah lingkaran kecil 2 atau 3 kali.
b) Nyalakan dan matikan busur secara berulang-ulang dan jangan
lupa sebelum awal pengelasan lakukan pembersihan terlebih
dahulu.
33
Gambar 2.26 Cara pemutusan arus.
7) Pemeriksaan hasil las
Setelah proses pengelasan selesai, periksalah hal-hal berikut :
a) Kondisi akhir ujung pengelasan.
b) Hasil pengelasan (ketebalannya, kekuatannya, relung-relung
lasnya).
c) Takik / Tumpang tindih (overlapping)
d) Penampang hasil las (lihat gambar 2.28)
e) Pembersihan.terak maupun percikan las.
Gambar 2.27 Hasil pengelasan Gambar 2.28 Takik &overlap
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Proses Perencanaan
Proses perencanaan proyek akhir dengan judul mesin pengupas sabut
kelapa dengan sistem manual,memuat tentang cara kerja dari mesin yang
pengoperasiannya menggunakan pres tangan dan tidak menekankan konstruksi
model dari mesin tersebut.
Tahapan-Tahapan Dalam Perencanaan :
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian
35
3.2 Material yang digunakan Mesin
1. Besi kanal 80 mm bahan penyangga bawah sebagai beban.
2. Besi pipa 70 mm tiang penyangga beban.
3. Besi plat 10 mm bahan penyangga cakaran.
4. Besi plat 6 mm bahan untuk cakaran/pisau pengupas dan bahan ayunan
lengan.
5. Pegas 40 mm panjang 35 cm berperan untuk naik turunya proses
pengupasan sabut kelapa.
6. Besi As 30 mm bahan untuk penekanan
7. mur baut m 10 x 40
Gambar 3.2 Alat Pengupas Sabut Kelapa
36
3.3 Perhitungan Rangka
Gambar3.3 Sketsa Rangka
Berat kanal = 25 Kg x 9,81= 245.25N
Berat pipa penyangga = 17 Kg x 9,81= 166.77N
Berat pegas = 8 Kg x 9,81= 78.48N
Berat tekanan pengupas/cakaran pisau = 10 Kg x 9,81= 98.1N
Berat besi bulat penyangga pisau = 10 Kg x 9,81= 9.81N
Berat as atas buat penekan =5 Kg x 9.81= 49.05 N
Berat papan = 24 Kg x 9,81= 235,44 N
3.4 Perhitungan ayunan lengan pengupas
Tebal plat = 6 mm
Diameter lengan = 4 mmPitch = 100 mm2
37
Tegangan tarik ijin bahan lengan =90 N/ mm2
Tegangan geser bahan lengan = 400 N/ mm
Gambar 3.7 Lengan pengupas sabut kelapa
3.5 Teknik pengumpulan data
Data yang dikumpulkan dalam pembuatan alat pengupas sabut
kelapa ini adalah hasil dari beberapa proses : pembubutan, Pengelasan,
serta proses uji kekerasan. Yang mempengaruhi “pemilihan bahan untuk
pembuatan alat dengan memperhatikan sifat mekaniknya (kekerasan dan
keuletan) di kenakan proses penekanan”. Untuk mendapatkan data
seluas-luasnya dalam pembuatan dan penelitian ini penullis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
3.5.1 Metode Literatur
Metode Literatur dimaksudkan untuk mencari dan
mengumpulkan data-data dengan jalan membaca catatan kuliah,
buku-buku dan lain-lain.
38
3.5.2 Metode Observasi
Dalam melaksanakan pembuatan dan penelitian tidak lepas dari
faktor-faktor pengaman terhadap suatu benda yang di buat dan di selidiki
dalam pelaksanaannya memakai observasi langsung. Dalam mengumpulkan
data-data yang di peroleh dengan cara mengadakan observasi langsung,
mulai dari proses pembuatan sampai pengujian benda kerja.
3.6 Teknik Analisa Data
Untuk mengetahui nilai kekerasan dari pembuatan pembelahan
kelapa dengan menggunakan bahan Alat pembelah dengan cara cakaran,
penulis mengadakan eksperimen terlebih dahulu kemudian menganalisa
dan menjelaskan secara diskriptif. Dari penjelasan tersebut akan di
uraikan keterkaitan nilai kekerasan bahan serta ke uletan.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Setelah penulis mengadakan pembuatan dan penelitian di
kampus WIJAYA PUTRA maka yang diperoleh data-data sebagai berikut
yang disusun dalam bentuk tabel dan gambar sehingga mempermudah
pembacaan dan hasil penelitian. Dalam pembuatan dan penelitian ini
setelah benda kerja di dibuat dengan melalui beberapa proses yaitu :
proses penekanan dengan buah kelapa dan tua dan muda.
Sebelum benda kerja di uji pengupasan kelapa diproses dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut, benda kerja dibelah atasnya dengan
bertujuan untuk mengupas sabut kelapa dan hasil yang maksimal, dan
mudah dalam proses pencakaranya, kemudian diambil dengan tangan,
dan ditarik srabutnya supaya nantinya benda kerja halus dan bersih.
4.1.1 Perbedaan buah kelapa.
1. Pada umumnya buah kelapa yang masih baru turun
dari pohan biasanya lebih mudah untuk pengupasan.
2. Dibanding buah kelapa yang sudah lama ataupun
sudah tua.
40
Gambar 4.1 diagram Tekanan buah kelapa
Pengaruh terjadinya proses pengupasan pada sabut kelapa dikarnakan
perbedaan benda kerja dan daya tekan dijelaskan pada gambar 4.1 diagram
diatas.
4.2. Langkah Pengerjaan
4.2.1. Membuat rangka
1. Memotong bahan
Bahan yang digunakan adalah :
Besi kanal 30 x 80
Besi pipa d 40 x 700
Besi plat D 200 x d 180 tebal 15
Besi plat 6 x 100
Bearing ukuran 14
0
1
2
3
4
5
6
7
10 detik 15 detik 20 detik 25 detik
baru
lama
41
Gambar 4.2 Konstruksi rangka pengupas sabut kelapa
a) Untuk kaki meja:
Memotong besi kanal 3 x 6 x sepanjang 54 cm sebanyak 3 buah dan 13
cm 6 buah.
b) Untuk penyangga besi pipa : D 40 x panjang 70 cm
Memotong besi kanal buat penyangga pegas 3 x 6 x sepanjang 40 cm,
untuk rangka pendek sebanyak 1 buah.
c) Untuk landasan pegas :
1) Memotong besi as d lubang dalam 3 cm sepanjang 10 cm
sebanyak 1 buah.
2) Memotong besi plat D 20 x d 180 x 1,5 cm
42
sebanyak 1 buah.
d) Untuk landasan ayunan lengan :
Memotong besi plat 6 x 3,5 x 0,3 cm sepanjang 30 cm
sebanyak 2 buah dan bearing 1 buah
e) Untuk bawah:
1) Memotong besi hollow 3 x 6 x 0,2 cm sepanjang 94 cm
sebanyak 2 buah.
2) Memotong besi hollow 3 x 6 x 0,2 cm sepanjang 43 cm
sebanyak 2 buah.
2. Proses pengelasan
a. Mengelas kaki meja dengan rangka pendek atas dan bawah sebanyak 4
kali.
b. Mengelas kaki meja dengan rangka panjang atas dan bawah sebanyak 4
kali.
c. Mengelas penguat atas meja 1 buah sebanyak 2 kali.
d. Mengelas kaki meja dengan rangka laci depan, belakang, dan samping
kanan dan kiri masing-masing sebanyak 2 kali.
3. Proses pengecatan
Langkah pengerjaan dalam proses pengecatan yaitu :
a. Membersihkan seluruh permukaan benda dengan amplas dan air untuk
menghilangkan korosi.
43
b. Pengamplasan dilakukan beberapa kali sampai permukaan benda luar
dan dalam benar-benar bersih.
c. Mendempul beberapa bagian yang cacat dengan dempul plastic untuk
menambal bagian-bagian yang berlubang.
d. Mengamplas sisa dempulan yang tidak rata. Dengan amplas kasar dan
halus,finishing menggunakan amplas halus dan air.
e. Memberikan cat dasar ke seluruh bagian yang akan dicat sebanyak 2 kali
lapisan.
f. Mengamplas kembali permukaan yang telah diberi cat dasar sampai
benar-benar halus dan rata dengan menggunakan amplas halus dan air
agar lapisan cat dasar tidak terkikis terlalu banyak.
g. Melakukan pengecatan warna 2 kali lapisan agar tebal dan cat awet.
4. Proses perakitan
Perakitan merupakan tahap terakhir dalam proses perancangan dan
pembuatan suatu mesin atau alat, dimana suatu cara atau tindakan untuk
menempatkan dan memasang bagian-bagian dari suatu mesin yang digabung
dari satu kesatuan menurut pasangannya, sehingga akan menjadi mesin yang
siap digunakan sesuai dengan fungsi yang direncanakan. Sebelum melakukan
perakitan hendaknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Komponen-komponen yang akan dirakit, telah selesai dikerjakan dan
telah siap ukuran sesuai perencanaan.
2. Komponen-komponen standart siap pakai ataupun dipasangkan.
44
3. Mengetahui jumlah yang akan dirakit dan mengetahui cara
pemasangannya.
4. Mengetahui tempat dan urutan pemasangan dari masing-masing
komponen yang tersedia.
5. Menyiapkan semua alat-alat bantu untuk proses perakitan.
Komponen- komponen dari mesin ini adalah :
Langkah-langkah perakitan waktu pengujian alat:
1. Menyiapkan rangka (meja) yang telah diambung dengan proses
pengelasan sesuai desain.
2. Memasang papan kayu sebagai landasan.
3. Meletakan buah kelapa pada posisi bekas batang buah diatas
4. Ditekan dengan tangan dan proses penekanan akan terjadi pembelahan
4.3.Waktu Permesinan
4.3.1 Pembuatan Alur Pada Landasan
Jumlah tekan yang dibuat = 1 buah
Bahan profil-U ST 37
Diameter pisau cakaran (D) = 100 mm
Kecepatan spindle (N) = 310 rpm
Panjang lengan as = 500 mm
Panjang benda kerja (L) = 80 mm
Jumlah cakaran pada pisau potong (n) = 6 biji
Pemakanan per cakaran (ft) = 0,25 m
45
1. Kecepatan mengupas
1 = 10 dtk
1 = 15 dtk
1 = 20 dtk
1 = 25 dtk
2. Pemakanan cakaran
0,15 = 0,25
= 0,25 . 310.
= 310
= 0,31
Gambar 4.3 Diagram kecepatan mengupasan.
0
1
2
3
4
5
6
1 jam 1 jam 1 jam 1 jam
tua
sedang
muda
sedang baru
sedang lama
46
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembuatan alat pengupas sabut kelapa dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Alat pengupas sabut kelapa terdiri dari penekanan dengan tangan, proses
pengerjaan pembalahan dengan cara cakaran.
2. Konstruksi meja menggunakan besi ukuran 80 x 40 x 50 cm.
3. Total pembuatan alat pengupas sabut kelapa sebesar Rp.1.390.000;00
4. Lama pengerjaan 2 bulan
5.1 Saran
1. Untuk selanjutnya alat pengupas sabut kelapa ini harap dilengkapi dengan
cakaran yang lebih tajam supaya lebih mudah pembelahanya.
2. Pada saat perawatan harap diperhatikan pisau cakaran karena berpenguruh
saat pengerjaan dan perlu diperhatikan baut-baut yang kendor supaya
dikencangkan terlebih dahulu
3. Untuk penggunaan yang hati-hati karena rentan dengan beban keras pada
buah kelapa.
4. Diperlukan penempatan khusus supaya terhindar dari kerusakan.
47
DAFTAR PUSTAKA
Khurmi,R.S, & Gupta, J.K. (2002). Machine Design,New Delhi: S.C Had &
Company LTD. Ram Nagar
Supratikno Rahardjo., 1996, Sunda Kelapa sebagai Bandar di Jalur Sutra.
Thomas B. Ataladjar dan Sudiyono, 1991, 'Sunda Kelapa' di Ensiklopedi Nasional
Indonesia. Jakarta: Cipta Adi Pustaka
Popov, E.P . 1995. MekanikaTeknik( Machine of Material ), Jakarta,Erlangga.
Sularso, & Suga, K. 1997,Dasar dan Pemilihan Elemen Mesin, Jakarta.
Arikunto, & suharsimi, 1996, Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta
Fahmi, 2008, Metalurgi II, Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh November
Sudjana, 2008, Teknik Pengepresan,Jakarta, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Agung, 2007 Baja Perkakas, Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh November
Hitachi, Recent Research and Development of Tool Steel for Dies and Molds
Rochim, 1994, Penekanan, Bandung, Lembaga Penelitian Institut Teknologi Bandung
Tata Surdia, & Shinroku 2000, Pengetahuan Bahan Teknik, Jakarta : Pradnya Paramita
Team Metalurgi, 2007, Panduan Praktikum Metalurgi, laboratorium metalurgi Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya