BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian di Indonesia banyak
terjadi persaingan yang ketat dalam segala bidang, baik yang bergerak dalam
bidang usaha manufaktur maupun dalam bidang usaha jasa. Peningkatan efisiensi
berarti perusahaan dalam memproduksi suatu produk harus berusaha
meminimumkan penggunaan sumber daya yang dimiliki sehingga dapat
meminimumkan biaya yang harus dikeluarkannya. Peningkatan efektivitas
perusahaan berarti perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan harus
seefektif mungkin. Semakin banyak perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam
dunia perindustrian khususnya yang berhubungan dengan produk mesin, mulai
dari mesin yang memiliki performance sederhana sampai yang terbaik. Harga dari
produk tersebut juga bermacam-macam mulai dari yang murah sampai dengan
yang mahal. Dengan mutu atau kualitas produk yang berbeda-beda maka
konsumen diharapkan panda-pandai dalam menilai dan memilih produk yang
berkualitas. Karena banyak perusahaan yang mempromosikan produknya dengan
slogan-slogan, sehingga membuat konsumen tertarik untuk membelinya.
PT. APM Surabaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam
bidang pembuatan mebel, di perusahaan ini banyak mengunakan mesin-mesin
untuk proses produksi. Seringnya terjadi cacat pada proses mesin sanding, ini
merupakan salah satu penyebab proses tidak dapat berjalan continue. Hal ini
disebabkan mesin sanding yang kurang memiliki performance yang handal.
Dengan melihat permasalahan yang ada di PT. APM khususnya pada
mesin sanding, maka peneliti ingin menganalisa dengan jalan bagaimana cara
memilih mesin sanding yang handal agar proses produksi dapat berjalan secara
continue dan menghasilkan produk yang berkualitas dan tidak banyak cacat
Tabel 1.1. Kecacatan Mesin Sanding
Mesin Type Jenis Kerusakan Dispet
I Dispet terkikis
II Dispet gembos
III Dispet gupil
1.2. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang tersebut dapat dirumuskan suatu
permasalahan yang dihadapi dalam penelitian yaitu bagaimana memilih mesin
sanding yang memiliki performance terbaik.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisa dan mengevaluasi performance mesin sanding yang
mempunyai value terbaik.
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan mesin sanding
2. Untuk memperoleh alternatif produk mesin sanding yang memiliki performace
value terbaik.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
a) Bagi Konsumen
1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam
memilih produk mesin sanding
2. Dapat memberikan hasil yang terbaik dalam proses pemilihan alternatif
mesin sanding dengan nilai (value) yang tinggi dan biaya yang lebih
rendah
b) Bagi Penulis
Untuk pendalaman sekaligus penerapan ilmu-ilmu yang diperoleh dibangku
kuliah, sehingga penulis bisa mengetahui secara langsung tentang kegunaan
dan manfaat ilmu yang diperoleh dibangku kuliah
c) Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapakan penelitian ini dijadikan bahan pertimbangan dalam
menyelesaikan masalah sejenis
1.5. Batasan Masalah
Agar hasil penelitian dapat lebih terarah dan tidak melebar dari tujuan
semula sehingga pemecahannya bisa berfokus, dilakukan pembatasan masalah
antara lain :
a) Responden adalah para ahli dari beberapa disiplin ilmu khususnya pada
bidang mesin sanding
b) Mesin yang akan dibandingkan adalah mesin sanding type I, II, dan III
1.6. Asumsi - Asumsi
Beberapa asumsi yang dapat penulis berikan dalam penelitian ini adalah :
a) Para ahli yang bertindak sebagai responden meliputi :
1. Pengguna atau pemakai mesin sanding
2. Pakar atau orang ahli dalam mesin sanding
3. Mekanik atau tukang service mesin sanding
4. Dealer yang menjual mesin sanding
b) Selama penelitian proses produksi berjalan normal
1.7. Sistematika Pembahasan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah,
asumsi-asumsi dan sistematika penyusunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan teori dan konsep yang dijadikan sebagai dasar atau
landasan dalam penelitian, selain itu diuraikan pula rumusan-rumusan
teoritis yang digunakan dalam pengolahan data
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menerangkan tentang kerangka penelitian, identifikasi
variabel, metode pengumpulan data, pengujian data, metode
pengolahan data dan langkah-langkah penyelesaian masalah
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi data-data yang dibutuhkan untuk menjawab
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI
Bab ini merupakan pembahasan dari data-data yang dikumpulkan pada
BAB IV dan digunakan sebagai dasar/landasan untuk menjawab
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini
BAB VI PENUTUP
Dalam bab ini menjelasakan tentang kesimpulan yang dapat ditarik
dari pembahasan yang dilakukan sebelumnya sekaligus merupakan
jawaban dari permasalahan yang ada serta berisi saran-saran yang
diberikan kepada obyek penelitian tentang hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rekayasa Nilai
Salah satu teknik yang terkenal dan memiliki potensi keberhasilan cukup
besar dalam mengendalikan biaya adalah rekayasa nilai (value engineering).
Metode ini menggunakan pendekatan dengan menganalisis nilai terhadap
fungsinya. Proses yang ditempuh adalah menekankan pengurangan biaya sejauh
mungkin dengan tetap memelihara kualitas serta reliabilitas yang di inginkan.
Konsep rekayasa nilai di kembangkan pada awal perang dunia II oleh
Lawrence D. Miles (purchasing manager) tahun 1947 dari perusahaan General
Electric–USA, sewaktu melayani keperluan peralatan perang dalam jumlah yang
besar. Di tujukan pertama–tama untuk mencari biaya yang ekonomis bagi suatu
produk, pada saat itu mengalami kesulitan untuk mendapatkan asbes (suatu bahan
tahan api), kemudian muncul gagasan apakah fungsi asbes tersebut bisa
digantikan oleh sejenis kertas yang sulit terbakar. Dari hasil penelitiannya ternyata
asbes bisa digantikan oleh kertas yang sulit terbakar.
2.1.1. Perkembangan Rekayasa Nilai ( RN )
a. Tahun 1954 departemen pertahanan USA memperkenalkan konsep
rekayasa nilai. Pada saat itu departemen pertahanan USA harus
membeli peralatan/persenjataan yang lebih baik dengan anggaran yang
sangat terbatas
b. Selanjutnya dalam Armed Service Procurement Regulation yang di
keluarkan oleh departemen pertahanaan USA setiap pihak yang terikat
kontrak harus menerapkan konsep rekayasa nilai
c. Tahun 1959 Society of American Value Engineering (SAVE) didirikan
d. Tahun 1960 rekayasa nilai di perkenalkan di Jepang dan menjelang
tahun 1964 telah diterapkan oleh lebih dari 100 perusahaan
e. Tahun 1965 didirikan Society of Japanese Value Engineering
f. Tahun 1970 rekayasa nilai di sebarluaskan di Eropa, khususnya di
Jerman Barat dimana rekayasa nilai di standarisir menjadi DIN
standard
g. Di Indonesia aplikasi rekayasa nilai pertama kali di terapkan di
departement pekerjaan umum tahun 1973 yaitu pada saat
pembangunan jalan layang lawang di Jakarta.
2.1.2. Pengertian Rekayasa Nilai
Ada beberapa definisi tentang rekayasa nilai antara lain :
a. Rekayasa nilai adalah suatu pendekatan yang bersifat kreatif dan sistematis
dengan tujuan untuk mengurangi biaya-biaya yang tidak diperlukan
b. Rekayasa nilai merupakan suatu penerapan yang sistematis dari sejumlah
teknik untuk mengidentifikasikan fungsi–fungsi suatu benda atau jasa denagn
memberi nilai terhadap masing–masing fungsi yang ada serta
mengembangkan sejumlah alternatif yang memungkinkan tercapainya fungsi
tersebut dengan biaya total maximum
c. Rekayasa nilai adalah usaha yang sistematis yang diarahkan untuk mencapai
keseimbangan fungsional terbaik antara biaya, kendala dan penampilan dari
suatu sistem atau produk.
d. Rekayasa nilai adalah usaha yang terorganisir secara sistematis dan
mengaplikasikan suatu teknik yang telah di akui yaitu teknik meng identifikasi
fungsi produk atau jasa yang bertujuan memenuhi fungsi yang diperlukan
dengan harga yang terendah (paling ekonomis).
Dengan kata lain, rekayasa nilai bermaksud memberikan sesuatu yang
optimal bagi sejumlah uang yang di keluarkan dengan memakai teknik yang
sistematis untuk menganalisis dan mengendalikan total biaya produk. Rekayasa
nilai akan membantu membedakan dan memisahkan antara yang di perlukan dan
yang tidak diperlukan dimana dapat di kembangkan alternatif yang memenuhi
keperluan dengan biaya terendah.
2.2. Cost Reduction Lewat Pendekatan Value Engineering/Rekayasa Nilai
Prinsip penurunan biaya dalam konsep rekayasa nilai yaitu menggunakan
pendekatan yang terpusat pada desain dan membutuhkan waktu untuk mencapai
hasil nyata lewat analisis fungsi dan desain kembali produk. Keberhasilan
penurunan biaya lewat rekayasa nilai membutuhkan keseimbangan pendekatan
rekayasa nilai yang tepat dengan berbagai teknik rekayasa nilai lainnya dan juga
jenis teknologi dari produk.
2.2.1. Pendekatan Berorientasi Konsumen
Nilai (value) adalah sesuatu yang di terapkan oleh konsumen yang
memakai produk atau jasa. Produk dibeli atas dasar kegunaannya atau fungsinya,
dengan kata lain konsumen membayar bukan sekedar bendanya tetapi untuk
performasi yang diharapkan, bila suatu produk yang di beli tidak nyaman dipakai
atau mudah rusak barang tersebut tidak mempunyai nilai (valueles). Awal proses
penyelesaian masalah dengan rekayasa nilai adalah memikirkan jenis nilai atau
fungsi apa yang dibutuhkan untuk suatu produk. Rekayasa nilai berusaha
memenuhi menemukan fungsi yang diminta oleh konsumen dengan biaya yang
lebih rendah.
( Konsumen ) ( Manufaktur )
Biaya + Profit Harga Pasar Anggaran
Produk Jasa Fungsi Kebutuhan Keinginan
Kompas Menunjuk Arah Mengetahui arah
Kulkas Menjaga Suhu Menyimpan makanan
Memutar kaset Mendengarkan musik Tape
Gambar 2.1. Contoh Pendekatan yang Berorientasi Pada Konsumen
2.2.2. Pendekatan Berorientasi Pada Fungsi
Profit bisa ditambah dengan cara menaikkan harga produk, meningkatkan
volume penjualan, mengurangi biaya produk. Karena persaingan yang ketat
menaikkan harga produk sulit diterapkan. Meningkatkan volume penjualan atas
dasar penurunan biaya lewat produksi massal juga terbatas. Alternatif yang
dimungkinkan adalah mengurangi biaya produk, pengurangan biaya produk yang
terdiri dari ongkos bahan dan biaya tenaga kerja lewat analisis konvensional tidak
akan memberikan hasil yang memadai. Konsep rekayasa nilai menggunakan
pendekatan fungsional untuk manghadapi keadaan tersebut.
Biaya produk dikelompokkan menjadi :
1. Biaya utama (primary cost) yaitu biaya yang diperlikan untuk menegakkan
fungsi utama (primary function) dari suatu produk
2. Biaya yang diperlukan untuk melakukan fungsi sekunder.
Fungsi–fungsi sekunder terdiri dari fungsi–fungsi yang dituntut oleh para
pemakai dan yang ditambahkan oleh konsep desain guna mencapai fungsi–fungsi
utama, selain itu masih banyak fungsi yang tidak perlu diberikan untuk
spesifikasi–spesifikasi yang berlebihan, misalnya faktor keselamatan yang
berlebihan atau selera (preferensi) para perancang.
Dengan adaptasi pendekatan berorientasi fungsi, pertama–tama rekayasa
nilai membuang fungsi–fungsi yang tidak diperlukan kemudian dapat ditiadakan
dengan merubah konsep desain (termasuk penggantian material, proses produksi,
metode inspeksi, transportasi dan lain–lain). Pendekatan berorientasi fungsi
meliputi definisi, pendekatan kembali dan evaluasi fungsi–fungsi dari produk,
komponen yang merupakan ciri utama rekayasa nilai. Target biaya bisa dicapai
lewat ide–ide cerdik dan ukuran yang kongkrit.
Produksi Profit Harga Pasar
Ditentukan Direncanakan Biaya Yang Oleh Pasar Oleh Manufaktur Ditargetkan
Gambar 2.2. Hubungan antara Biaya produksi dengan Harga pasar.
2.3. Apa Yang Disebut Nilai (Value)
Ada beberapa macam nilai (value) :
1. Esteem Value/Nilai Kebanggaan
Adalah suatu nilai yang ditentukan oleh besarnya pengeluaran (price) untuk
mencapai suatu keinginan (desire) dalam sutu proyek.
Esteem Value ( V ) = )()(
PpriceDdesire
Tinggi rendahnya keinginan sangat subjektif, tiap individu tidak sama, oleh
karena itu nilai sulit ditangani rekayasa nilai.
2. Use Value/Nilai Guna
Nilai pakai ditentukan oleh besarnya biaya yang diperlukan untuk mencapai
fungsi suatu produk. Bila nilai produk bisa dicapai dengan biaya murah, maka
dikatakan produk bernilai tinggi.
Use Value ( V ) =)(
)(CCost
FFungsi
3. Cost Value/Nilai Biaya
Nilai ini merupakan jumlah biaya material. Ongkos personil, biaya overhead
dll yang diperlukan untuk memproduksi dan menjual produk
4. Exchange Value/Nilai Tukar
Nilai yang dihasilkan karena membandingkan produk yang satu dengan
produk lain.
Nilai (Value) dapat dirumuskan sebagai ratio (perbandingan) antara
performasi yang ditampilkan oleh suatu fungsi terhadap biaya yang dikeluarkan
untuk mendapatkan fungsi.
Biaya
ePerformancValue =
Dimana :
Performance = keuntungan manfaat yang diperoleh dari fungsi–
fungsi atau produk
Biaya = biaya total yang dikeluarkan untuk mendapatkan
semua fungsi yang diinginkan.
Dalam lingkungan industri pengertian nilai adalah use value, esteem value
dan cost value yang merupakan gabungan dari keduanya. Total nilai suatu produk
merupakan jumlah use value dan esteem value. Use value terkait dengan aspek
fungsional, sedangkan esteem value berkaitan dengan penampilan, keindahan
suatu produk.
2.4. Peningkatan Nilai (Value) Dalam VE
Suatu produk dibeli karena fungsinya, dan nilai suatu produk ditentukan
oleh fungsi dan biaya.
Value (V) = )()(
CBiayaFFungsi
Bila dua produk mempunyai fungsi yang sama. Produk dengan biaya lebih
rendah mempunyai nilai yang lebih tinggi. Bila biaya sama dialokasikan ke tiap
produk. Produk yang mempunyai fungsi lebih baik akan mempunyai nilai yang
lebih tinggi. Ada beberapa cara untuk menambah nilai :
Biaya Fungsi F/C Nilai
1. Turun Konstan F Bertambah
2. Konstan
3. Naik
4. Turun
5. Turun
Naik
Naik
Naik
Turun
C
F
C
F
C
F
C
F
C
Bertambah
Bertambah
Bertambah
Tidak terpakai
dalam Rekayasa
Nilai
2.5. Teknik Rekayasa Nilai
Agar rekayasa nilai memperoleh hasil yang diharapkan perlu digunakan
teknik–teknik yang didasarkan atas pengertian bahwa rekayasa nilai banyak
berurusan langsung dengan sikap dan perilaku manusia, juga dengan masalah–
masalah pengambilan keputusan dan pemecahan persoalan. Teknik ini terutama
digunakan untuk pekerjaan desain–engineering pada awal proyek, dimana para
ahli semula berpendapat bahwa proyek tersebut sudah merupakan alternatif yang
terbaik. Diantara teknik–teknik mengenai rekayasa nilai, teknik yang terpenting
adalah sebagai berikut :
1. Bekerja atas dasar spesifik
Mengarahkan analisis persoalan kepada bagian–bagian atau area yang
spesifik. Pilih suatu area tertentu untuk dipelajari secara mendalam,
konsentrasikan kepada persoalan ini sampai menjumpai inti masalah,
kemudian disusun suatu usulan atau alternatif. Usulan yang bersifat umum
akan mudah dibantah atau disanggah. Sebaliknya bila masalah khusus
didukung oleh fakta–fakta akan mengundang tanggapan yang positif
2. Dapatkan informasi dari sumber terbaik
Tidak mudah mengetahui dan mendapatkan sumber informasi yang tepat dan
terbaik. Untuk maksud tersebut diusahakan dari berbagai sumber, kemudian
dikaji dan disaring. Dewasa ini, dengan tingkat perkembangan ilmu dan
teknologi yang demikian tinggi, para spesialislah yang dianggap mengetahui
hal yang bersifat khusus. Oleh karena itu, mereka dapat dianggap sebagai
sumber terbaik untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
3. Hubungan antar manusia
Sama bobotnya dengan penguasaan aspek teknis, keberhasilan program
rekayasa nilai tergantung pengertian dasar hubungan antar–manusia,
bagaimana bekerjasama dengan semua pihak yang ikut berperan. Pentingnya
hubungan tersebut tergantung dari besarnya ketergantungan terhadap masing–
masing pihak. Dalam kegiatan rekayasa nilai, derajat ketergantungan relatif
tinggi, sehingga penguasaan hubungan yang baik akan menentukan
keberhasilan program rekayasa nilai.
Misalnya adalah sebagai berikut :
• Pada tahap informasi, mutu informasi tergantung atas sikap dan kerjasama
dari nara sumber
• Pada tahap spekulasi, gagasan–gagasan yang baik akan muncul dari
mereka yang termotivasi dengan adanya program
4. Kerjasama tim
Oleh karena sifat rekayasa nilai memerlukan usaha dari berbagai pihak, maka
proses rekayasa nilai dilakukan oleh suatu tim. Menyusun suatu tim rekayasa
nilai yang dapat bekerja sama pentingnya dengan proses rekayasa itu sendiri.
Dalam hal ini minimal 4 kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu disiplin yang
diwakili oleh peranan, jumlah anggota dan kompetensi masing–masing
anggota yang bersangkutan. Jenis obyek (masalah) menentukan komposisi
disiplin yang diserahi tugas untuk menanganinya. Bila tim ini rekayasa nilai
disusun dari tenaga–tenaga dalam perusahaan yang bersangkutan (bukan dari
konsultan) umumnya komposisi tersebut terdiri dari hal–hal berikut ini :
• Mereka yang memiliki masalah
• Mereka yang ditugaskan memecahkan masalah
• Mereka yang terkena dampak pemecahan masalah
Bila tidak diikutsertakan, seringkali butir terakhir kurang mendukung realitas
hasil–hasil usulan tim, bila usulan tersebut kurang menarik bagi bidangnya.
5. Mengatasi rintangan
Rintangan merupakan hal yang tidak asing dalam proses menuju kemajuan.
Misalnya, usaha melakukan perubahan pekerjaan sehari–hari yang telah
terbiasa dalam kurun waktu yang lama, umumnya akan mengalami tantangan
atau hambatan. Untuk menghadapinya prosedur rekayasa nilali disusun
sebagai berikut :
• Dikaji apakah rintangan kemungkinan besar akan terjadi atau hanya
imajinasi
• Bila kemungkinan besar akan terjadi, rintangan dianalisis lebih jauh dan
ditentukan tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Pengkajian yang sistematis dan seksama dengan mengklarifikasi jenis dan
sebab rintangan, akan mempermudah mengambil langkah–langkah untuk
mengatasinya.
2.6. Rencana Kerja Rekayasa Nilai
Rencana kerja rekayasa nilai yang lazim digunakan terdiri dari 5 (lima)
tahap (standart five job plan), yaitu :
1. Tahap informasi
2. Tahap kreatifitas
3. Tahap evaluasi/analisa
4. Tahap pengembangan
5. Tahap presentasi
Meskipun rencana kerja rekayasa nilai dipisahkan dalam 5 tahapan
berbeda, dalam kenyataannya cenderung untuk bergabung dan berkaitan antara
satu dengan yang lainnya.
1 2 3 4 5
Gambar 2.3. Hubungan antara tahapan rencana kerja rekayasa nilai
Keterangan gambar :
1. Tahap informasi
2. Tahap kreatifitas
3. Tahap evaluasi/analisa
4. Tahap pengembangan
5. Tahap presentasi
1. Tahap Informasi
Tahap informasi bertujuan untuk memperoleh suatu pengertian–pengertian
menyeluruh terhadap system, struktur atau bagian–bagian yang diteliti. Pada
tahap ini, informasi ditentukan dan dikelompokkan sesuai dengan jenis dan
kebutuhannya.
Jenis–jenis informasi yang dibutuhkan antara lain :
a. Latar belakang proyek atau deskripisi masalah
b. Orang–orang yang dapat dihubungi untuk mendapatkan informasi (catatan
konsultasi)
c. Buku–buku atau referensi yang dibutuhkan sebagai informasi (catatan
dokumen)
d. Desain yang ada (gambar dan penghitungannya)
e. Biaya rancangan semula
f. Rencana kerja dan syarat–syarat proyek
g. Kriteria–kriteria yang dipakai untuk menghitung performasi
2. Tahap Kreatif
Tujuan dari tahap ini untuk menghasilkan berbagai alternatif yang memenuhi
fungsi utama (performasi produk). Kreatifitas seseorang sangat berperan
dalam mendapatkan alternatif-alternatif yang dibutuhkan suatu ide kreatif
biasanya dapat membawa ide–ide baru lainnya, ide bisa berupa :
a. Ide asli
b. Perbaikan terhadap suatu ide
c. Kombinasi beberapa ide
d. Pemakaian analogi
3. Tahap Evaluasi/Analisa
Tujuan dari tahap ini adalah mengevaluasi alternatif–alternatif yang dihasilkan
pada tahap kreatifitas, pada tahap ini akan diteliti kelebihan dan kekurangan
dari setiap alternatif
4. Tahap Pengembangan
Tujuan dari tahap pengembangan yaitu mengembangkan desain usulan dari
rekayasa nilai, desain usulan dapat berupa prototype, mode atau gambar.
Langkah–langkah yang dilakukan pada tahap pengembangan ini adalah :
a. Mengembangkan desain awal dan desain usulan
b. Membandingkan desain
c. Mendiskusikan keuntungan dan kerugian dari desain yang
direkomendasikan
d. Mendiskusikan implikasi dan keuntungan dalam pelaksanaan desain yang
dikombinasikan.
5. Tahap Presentasi
Tujuan dari tahap presentasi adalah menyajikan hasil yang telah
dikembangkan secara lengkap. Presentasi bertujuan untuk menyajikan
pengambilan keputusan, bahwa alternatif yang direkomendasikan merupakan
alternatif terbaik yang menguntungkan.
Faktor–faktor yang perlu diperhatikan pada saat presentasi adalah :
a. Mengkomunikasikan hasil rekayasa nilai secara efektif dengan 3,
menggunakan audio atau visual yang menarik minat ditinjolkan
b. Menentukan issue pokok yang perlu ditonjolkan
c. Memperhatikan komposisi dan latar belakang audience
d. Menyampaikan masalah dalam bahasa audience
2.7. Metode Fast
FAST (Function Analysis System Technique) adalah teknik menyusun
diagram secara sistematis untuk mengidentifikasikan fungsi–fungsi dan
menggambarkan kaitan antara fungsi–fungsi tersebut. Fungsi dinyatakan sebagai
gabungan antara kata kerja dan kata benda.
Misalnya : menahan beban.
Beberapa istilah yang dipergunkan pada metode FAST :
1. Fungsi utama
Fungsi ini merupakan fungsi bebas yang menggambarkan kegiatan utama
yang harus ditampilkan system. Tanpa fungsi ini system akan kehilangan
identitas.
2. Fungsi bebas
Fungsi ini keberadaannya tidak tergantung pada fungsi–fungsi lain dan bisa
berupa fungsi utama atau fungsi sekunder.
3. Fungsi ikutan
Fungsi ini juga disebut fungsi sekunder dan keberadaannya tergantung dari
fungsi lain yang lebih tinggi tingkatannya
4. Fungsi jalur kritis
Fungsi jalur kritis adalah semua fungsi yang secara berurutan menjelaskan
bagaimana (how) dari fungsi lain pada urutan tersebut.
5. Fungsi pendukung
Fungsi ini diadakan untuk meningkatkan penampilan dari fungsi–fungsi pada
jalur kritis.
6. Fungsi tingkat tinggi
Fungsi ini berada pada bagian paling kiri diagram FAST. Fungsi dasar
merupakan fungsi tingkat tertinggi yang berada dalam batas lingkup masalah.
7. Fungsi tingkat rendah
Fungsi ini berada pada bagian paling kanan dari fungsi lain pada diagram
FAST.
8. Lingkup masalah
Lingkup masalah adalah batas–batas pembahasan dari masalah yang dihadapi.
Pada diagram FAST lingkup masalah ditujukan sebagai daerah yang dibatasi
dua garis vertikal yang masing–masing berbatasan dengan fungsi tingkat
tinggi dan fungsi tingakt rendah.
Diagarm FAST disusun berdasarkan hierarki fungsi, fungsi tingkat tinggi
diletakkan sebelah kiri sedangkan fungsi tingkat rendah diletakkan di sebelah
kanan. Pembuatan diagram FAST biasanya dimulai dari fungsi dasar yang telah
ditentukan sebelumnya. Fungsi dasar berada dalam lingkup masalah yang akan
dibahas, sedangkan fungsi tingkat rendah di luar batas lingkup masalah. Fungsi–
fungsi di luar batas lingkup masalah merupakan suatu keadaan yang harus
diterima.
Pada diagram FAST ruang lingkup masalah ditujukan sebagai daerah yang
di batasi oleh dua garis vertikal yang masing–masing berbatasan dengan fungsi
tingkat tinggi dan fungsi tingkat rendah, penyusunan fungsi–fungsi dalam diagram
FAST dilakukan dengan menggunakan dua buah pertanyaan yaitu : bagaimana
(how) dan mengapa (why).
Fungsi tingkat
tertinggi Fungsi primer
Fungsi sekunder
Fungsi sekunder
Fungsi tingkat rendah
Fungsi pendukung
Fungsi pendukung
Fungsi pendukung
Fungsi pendukung
Lingkup masalah
Fungsi yang terjadi setiap saat
How Why
Gambar 2.4. Diagram FAST (Function analysis system technique)
2.8. Model AHP
The Analytical Hierarchy Process, yang selanjutnya disebut AHP, adalah
salah satu bentuk model pengambilan keputusan yang ada pada dasarnya berusaha
menutupi semua kekurangan dari model-model sebelumnya. Peralatan utama dari
model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi
manusia. Dengan hirarki, suatu masalah yang komplek dan tidak terstruktur
dipecah kedalam kelompok-kelompoknya dan kemudian kelompok-kelompok
tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki.
Perbedaan mencolok antara model AHP dengan model pengambilan
keputusan lainnya terletak pada jenis inputnya. Model-model yang sudah ada
umumnya memakai input yang kuantitatif atau berasal dari data skunder.
Otomatis, model tersebut hanya dapat mengolah hal-hal kuantitatif pula. Model
AHP memakai persepsi manusia yang dianggap ‘ekspert’ sebagai input utamanya.
Kriteria ‘ekspert’ disini bukan berarti bahwa orang tersebut haruslah jenius,
pintar, bergelar doctor dan sebagainya tetapi lebih mengacu pada orang yang
mengerti benar permasalahan yang diajukan, merasakan akibat suatu masalah atau
punya kepentingan terhadap masalah tersebut. Karena menggunakan input yang
kualitatif (persepsi manusia) maka model ini dapat mengolah juga hal-hal
kualitatif disamping hal-hal yang kuantitatif. Pengukuran hal-hal kualitatif, seperti
telah dijelaskan diatas, menjadi hal yang sangat penting mengingat makin
kompleksnya permasalahan di dunia luar dan tingkat ketidakpastian yang makin
tinggi. Sebagai contoh, pengukuran kerugian akibat polusi tidak sepenuhmya
dapat dihitung secara kuantitatif karena ada hal-hal yang masih sulit diukur.
Apabila hal-hal tersebut diabaikan, ada kemungkinan terjadi kesalahan besar
dalam pengukuran dampak polusi meskipun mungkin juga tingkat kesalahannya
tidak terlalu besar. Dengan model AHP, pengukuran kerugian akibat polusi
tersebut dilakukan secara menyeluruh lewat persepsi seseorang yang mengerti
benar permasalahan tersebut. Dalam penilaiannya, orang tersebut akan
memperhitungkan juga hal-hal yang tidak bisa diukur tadi disamping hal-hal yang
bisa diukur. Jadi bisa jadi dikatakan bahwa model AHP adalah suatu model
pengambilan keputusan yang komprehensif, memperhitungkan hal-hal kuantitatif
dan kualitatif sekaligus.
Kelebihan lain model AHP dibandingkan model pengambilan keputusan
lainnya terletak pada kemampuannya memecahkan masalah yang
‘multiobjectives’ dan ‘multicriteria’. Kebanyakan model yang sudah ada memakai
‘single objectives’ dengan ‘multicriteria’. Model ‘Linier Programing’, misalnya,
memakai satu tujuan dengan banyak kendala (kriteria). Kelebihan model AHP ini
lebih disebabkan oleh fleksibilitasnya yang tinggi terutama dalam pembuatan
hirarkinya. Sifat fleksibel tersebut membuat model AHP dapat menangkap
beberapa tujuan dan beberapa kriteria sekaligus dalam sebuah model atau sebuah
hirarki. Bahkan model tersebut bisa juga memecahkan masalah yang mempunyai
tujuan-tujuan yang saling berlawanan dalam sebuah model karenanya, keputusan
yang dilahirkan dari model AHP tersebut sudah akan memperhitungkan berbagai
tujuan dan berbagai kriteria-kriteria yang berbeda-beda atau bahkan saling
bertentangan satu sama lain. Dengan kondisi tersebut, maka model AHP dapat
pula dipergunakan secara fleksibel dalam artian mempunyai bentuk hirarki yang
fleksibel. Masalah-masalah seperti konflik, perencanaan, proyeksi, alokasi sumber
daya adalah beberapa dari banyak masalah yang dapat diselesaiakan dengan baik
oleh model AHP.
Di samping kelebihan-kelebihan yang dimiliknya, model AHP tidak luput
dari beberapa kelemahan yang dapat berakibat fatal. Ketergantungan model ini
pada input berupa persepsi seorang ekspert akan membuat hasil akhir dari model
ini menjadi tidak ada artinya apabila si ekspert memberikan penilaian yang keliru.
Kondisi ini ditambah dengan belum adanya kriteria yang jelas untuk seorang
ekspert, membuat orang sering ragu-ragu dalam menanggapi solusi yang
dihasilkan model ini. Kebanyakan orang akan bertanya apakh persepsi dari
seseorang ekspert itu dapat mewakili kepentingan orang banyak atau tidak dan
apakah si responden tersebut pantas dianggap ekspert atau tidak. Keragu-raguan
seperti ini tidak lain diakibatkan oleh kenyataan bahwa setiap orang mempunyai
persepsi yang berbeda dengan orang lain. Karenanya untuk membuat model AHP
ini diterima masyarakat perlu diberikan kriteria dan batasan tegas dari seorang
ekspert serta meyakinkan masyarakat untuk menganggap bahwa persepsi si
ekspert itu dapat mewakili pendapat masyarakat, paling tidak sebagian besar
masyarakat.
Kelemahan lain, yang sebenarnya bisa disebut kelebihan, dari model AHP
terletak pada bentuknya sendiri yang terlihat sangat sederhana. Bagi para
pengambil keputusan yang terbiasa dengan model-model kuantitatif yang rumit
akan menganggap bahwa bentuk model AHP yang terlihat sedehana bukanlah
model yang cocok untuk pengambilan keputusan. Pendapat mereka, semakin
semakin rumit suatu model dan semakin banyak perhitungan yang dilakukan,
makin tinggi keakuratan model tersebut tanpa mereka sadari bahwa model yang
rumit tadi belum menyingguang hal-hal yang kuantitatif. Berdasarkan kelemahan
ini sebenarnya model AHP juga menunjukkan kelebihannya. Untuk para
pengambil keputusan tingkat tinggi yang biasanya adalah orang-orang sibuk,
model AHP dapat dengan cepat dimengerti dan apabila mereka ingin malakukan
simulasi adanya perubahan pada salah satu elemen, maka dengan mudah dapat
dilakukan analisa sensitivitas.
Satu keunggulan lagi dari model AHP, apabila dikaitkan dengan
kepentingan politik suatu negara, adalah sifatnya yang demokratis. Dalam proses
perencanaan pembangunan, seringkali masyarakat merasa diabaikan perannya dan
keinginannya sehingga semua rencana pembangunan yang disusun lewat proses
pembuatan hirarki dan pengisian kuesioner bersama-sama aparat pemerintah.
Melalui cara ini, diharapkan persepsi masyarakat dapat dimengerti pemerintah dan
diperhitungkan dalam perencanaan pembangunan. Sehingga pada akhirnya
pembangunan tidak hanya bersifat ‘top-down’ tetapi juga ‘bottom-up’.
2.9. Mesin Sanding
Mesin sanding merupakan salah satu mesin penghalus yang sangat
perlu/penting digunakan di pabrik pembuatan mebel khususnya. Mesin ini
biasanya digunakan untuk menghaluskan permukaan-permukaan kayu/mebel yang
kurang halus/rata. Ada dua jenis cara bekerja yang ada pada mesin sanding ini,
antara lain :
1. Dengan menggunakan compressor
2. Dengan menggunakan listrik
Mesin ini juga memiliki alat bantu yang lain berupa amplas atau biasa disebut
juga dengan sebutan kertas gosok. Kertas gosok tersebut yang membantu kinerja
mesin sanding untuk dapat menyelesaikan pekerjaan yang berupa penghalusan
pada bagian-bagian yang ada pada produk mebel pada khususnya. Mesin ini juga
bisa diatur mengenai kecepatan yang sesuai dengen jenis pekerjaan yang
dilakukan pada bagian produksi meubel.
Gambar 2.5. Mesin Sanding Dynabrade
Gambar 2.6. Mesin Sanding Dynisher
Gambar 2.7. Mesin Sanding Dynabrade
2.10. Penelitian-penelitian Yang Relevan
Fanani Riza
Judul : Pemilihan Mesin Power Press Dengan Metode Value Engineering Dan
Analytical Hyerarchi Process (Studi kasus di PT. INDOSPRING,
Tbk Gresik)
Abstrak :
Dalam era globalisasi seperti ini, semakin banyak perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam dunia perindustrian khususnya yang berhubungan dengan produk mesin, mulai dari mesin yang memiliki performance sederhana sampai yang terbaik. Harga dari produk tersebut juga bermacam-macam mulai dari yang murah sampai dengan yang mahal. Dengan mutu, kualitas produk yang berbeda-beda maka konsumen harus pandai-pandai dalam menilai dan memilih produk yang handal. Karena banyak perusahaan yang mempromosikan produknya dengan selogan-selogan, sehingga membuat konsumen tertarik untuk membelinya.
Pada penelitian ini, bertujuan untuk mencari dan menganalisa beberapa alternatif yang bisa untuk dijadikan ukuran dalam memilih mesin Power Press yang handal dan murah. Pemilihan merk disini ada tiga jenis merk antara lain Shinto, Chin Fong, Taiho. Dari ketiga jenis merk ini akan dipilih merk mana yang memiliki kualitas paling baik.
Dari hasil perhitungan yang didapat, maka merk mesin yang dipilih adalah Chin Fong karena mesin ini sedikit lebih mahal dan dapat menghemat pada biaya pemeliharaan dan biaya daya listrik yang diperlukan sebesar 300 watt. Apabila dibandingkan dengan alternatif-alternatif yang lain (nilainya 1, 0,99) memiliki nilai (value) yang tertinggi yaitu sebesar 1,07.
Nasir Achmad
Judul : Pemilihan Air Compressor Yang Mempunyai Value Terbaik Dengan
Pendekatan Value Engineering
Abstrak :
Mengingat kondisi persaingan produk air compressor yang
semakin keras dewasa ini, perusahaan berkonsentrasi untuk
menghasilkan produk yang berkualitas dan harga yang bersaing. Dari
permasalahan diatas, bagaimanapun kualitas produk dan harga yang
bersaing tergantung pada kondisi dan akomodasi dari seluruh
kebutuhan konsumen.
Metodologi yang akan di pakai memantapkan produk adalah
teknik rekayasa nilai (value engineering). Dengan teknik ini akan
memunculkan pola kreatifitas terhadap solusi permaslahan yang
sedang dihadapi dengan menuangkan kebutuhan-kebutuhan konsumen
sebagai dasarnya, di kaitkan dengan desain kajian bersaing.
Dari hasil analisis teknik rekayasa nilai (value engineering)
yang didalamnya mendiskripsikan kriteria-kriteria yang berhubungan
dengan kualitas produk air compressor, tingkat kepentingan, dan
kepuasan konsumen terhadap kriteria-kriteria tersebut, yang meliputi
kriteria tekanan udara, kemudahan spare part, kehandalan dan biaya
pemeliharaan terjangkau. Keempat kriteria ini akan dipakai dalam
menentukan nilai performansi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian merupakan proses yang panjang, berawal dari minat untuk
mengetahui fenomena tertentu dan selanjutnya menjadi gagasan, konseptualisasi
dan seterusnya. Tiap tahap merupakan penentuan tahap berikutnya karena itu
harus dilaksanakan secara cermat, kritikal dan sistematis. Bab ini memberikan
gambaran mengenai langkah–langkah penelitian yang sistematik sehingga akan
memudahkan dalam melaksanakan penelitian itu sendiri.
Selanjutnya dari setiap tahapan yang akan dijabarkan satu persatu untuk
menjelaskan prosedur ilmiah yang ditempuh untuk memberikan panduan dan
arahan bagi peneliti untuk melaksanakan prosedur penelitian agar sesuai dengan
tujuan penelitian. Tahap–tahap penelitian tugas akhir ini tampak pada gambar 3.2.
3.1. Kerangka Penelitian
Dalam memecahkan suatu masalah, khususnya permasalahan yang penulis
ketengahkan ini perlu adanya suatu kerangka penelitian sebagai pegangan dalam
menyelesaikan masalah yang ada, mulai dari awal hingga akhir penyelesainya.
Kerangka penelitian ini berguna mempermudah bagi penulis untuk
menyelesaikan masalah yang ada, karena sudah adanya alur yang jelas mengenai
bagaimana yang harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum mengerjakan tahapan
penelitian yang lain.
Untuk memperjelas uraian diatas maka penulis membuat kerangka
penelitian sebagai berikut :
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan Masalah
Study Lapangan Study Literatur
Identifikasi Variabel Penelitian
Pengumpulan Data Kualitatif dan Data Kuantitatif
Penentuan Data dan Pengolahan Data
Pengolah data standart five phase job plan :
1. Tahap informasi 2. Tahap kreatifitas 3. Tahap evaluasi/analisa 4. Tahap pengembangan 5. Tahap presentasi
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Gambar 3.1. Kerangka Penelitian
3.1.1. Identifikasi Variabel Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian dan study pustaka dilakukan identifikasi
variabel yang nantinya akan menjadi dasar acuan bagi langkah–langkah penelitian
yang selanjutnya :
a. Karakteristik keinginan dan harapan konsumen (voice of customer) terhadap
produk mesin sanding
b. Karakteristik komponen atau spare part berdasarkan persepsi pelanggan
c. Harga beli, rekayasa nilai berusaha menekankan pengeluaran seoptimal
mungkin dengan tetap memelihara kualitas serta rehabilitas yang diinginkan
3.1.2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode riset lapangan yaitu : dengan cara terjun langsung pada sasaran penelitian
untuk melihat keadaan sebenarnya, metode dalam riset lapangan ini adalah :
a. Metode wawancara
Dilakukan dengan mengadakan tanya jawab pada para ahli dan para pemakai
produk mesin sanding
b. Metode Observasi langsung
Yaitu : Dengan mencatat dan mengamati langsung semua kegiatan yang ada.
c. Metode Angket
Yaitu : Dengan cara menyebarkan angket ke responden yang telah ditentukan
sebelumnya.
3.1.3. Penentuan Data
Dalam menentukan data, rekayasa nilai menggunakan metode delphi,
metode ini merupakan cara sistematis untuk mendapatkan keputusan bersama dari
suatu tim yang terdiri dari para ahli dan berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.
Tim ini tidak bertemu secara bersamaan dalam suatu forum untuk berdiskusi
tetapi mereka di minta pendapatnya secara terpisah dan tidak boleh saling
berunding. Hal ini dilakukan untuk menghindari pendapat yang bias karena
pengaruh kelompok pendapat yang berbeda secara signifikan dari ahli yang lain
dalam tim tersebut akan ditanyakan lagi kepada yang bersangkutan sehingga
akhirnya di peroleh angka estimasi pada interval tertentu yang dapat di terima.
3.1.4. Pengolahan Data
Setelah data–data yang diperlukan terkumpul, maka langkah selanjutnya
adalah mengolah data tersebut. Untuk memecahkan masalah dengan
menggunakan metode rekayasa nilai (value engineering).
Dengan metode ini diharapkan akan memperoleh nilai yang lebih baik
dengan performasi yang tinggi dan biaya yang rendah, untuk lebih jelasnya di
lihat pada flow chart pemecahan masalah.
Identifikasi Masalah
Gambar 3.2. Flow Chart Pemecahan Masalah
Perumusan Masalah
Analisa fungsi mesin sanding
Identifikasi komponen mesin sanding
Pengumpulan data dan informasi
Memunculkan alternatif jenis-jenis
mesin sanding
Analisa matriks
Analisa biaya alternatif terpilih & alternatif awal
Perhitungan value Pemilihan alternatif terbaik berdasarkan value tertinggi
Gambaran alternatif terbaik
kesimpulan
Presentasi alternatif terbaik
Tahap Informasi
Tahap Kreatifitas
Pembuatan diagram fast di mesin sanding
Tahap Evaluasi
Evaluasi
Menentukan alternatif pilihan mesin sanding
Analisa keuntungan & kerugiaan dari setiap mesin sanding
Menentukan bobot kriteria
Menetukan kriteria mesin sanding pilihan
Pe g
Pr
Tahap ngemban
Tahap esentasi
Adapun keterangan langkah–langkah atau tahapan dalam proses rekayasa
nilai adalah sebagai berikut :
A. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini tujuan–tujuan penelitian akan dibahas secara gamblang
sekaligus akan memuat berbagai macam referensi sebagai sumber perolehan data
yang akurat. Identifier data diperlukan guna mensinyalir adanya ketidaksesuaian
antara teori dan kenyataan di lapangan, selain itu juga identifikasi dalam
pengumpulan data merupakan hal pokok sebagai metode dalam perolehan data.
B. Tahap informasi
Tahap ini merupakan tahap awal rencana kerja lima tahap dimana pada
tahap ini akan dibahas hal–hal yang berkaitan dengan mesin sanding dengan jalan
menggali semua informasi dan data yang dibutuhkan berdasarkan pertanyaan–
pertanyaan kunci pada rencana kerja rekayasa nilai. Pembahasan akan dilakukan
pada produk mesin sanding untuk memilih alternatif yang terbaik.
Dipilihnya obyek penelitian ini disebabkan karena mengingat pentingnya
mesin sanding yang mempunyai peran penting dalam hal pertanian khususnya
dalam bidang penggairan.
C. Tahap Kreatif
Dalam tahap ini akan di munculkan sebanyak mungkin alternatif.
Alternatif mesin sanding yang selanjutnya alternatif tersebut akan di seleksi untuk
mendapatkan alternatif yang potensial untuk dilakukan penghematan biaya.
Pengambilan alternatif mesin sanding berdasarkan hasil penelitian lapangan
dimana semua jenis mesin sanding yang didapat, diambil sebagai alternatif
pilihan.
D. Tahap Analisa
Pada tahap analisa akan dilakukan analisa terhadap alternatif–alternatif
mesin sanding yang muncul. Analisa tersebut meliputi analisa keuntungan dan
kerugian dari tiap–tiap alternatif yang diusulkan.
Adapun para ahli yang bertindak sebagai responden adalah :
a. Penggunaan / pemakai mesin sanding
b. Tukang servis / mekanik
c. Para ahli di bidang mesin sanding
d. Para dealer dari masing–masing jenis mesin sanding yang diambil sebagai
alternatif yang diusulkan.
Pada tahap ini akan diberikan kuisioner yang berisikan pertanyaan tentang
tingkat prioritas kriteria dan memilih tingkat prioritas kriteria dan memilih tingkat
kepentingan berdasarkan tingkat prioritas yang telah di pilih.
1. Penentuan tingkat kepentingan untuk setiap kriteria
Pada tahap ini responden diminta untuk memilih tingkat kepentingan yang
diinginkan untuk tiap–tiap alternatif mesin sanding yang di ambil dengan jalan
memberikan pendapat sesuai dengan bidang ilmu serta kenyataan–kenyataan
di lapangan.
2. Analisa keuntungan dan kerugian
Berdasarkan data penilaian untuk penentuan tingkat prioritas kriteria dan data
penentuan tingkat kepentingan untuk setiap alternatif, maka dapat di analisa
keuntungan dan kerugian dari setiap alternatif
3. Perhitungan matriks kelayakan
Tujuan dilakukannya perhitungan dengan menggunakan matriks kelayakan
adalah untuk menyeleksi alternatif–alternatif yang diambil agar lebih
memenuhi tujuan yang diinginkan
4. Matriks evaluasi
Pada analisa evaluasi akan dilakukan analisa terhadap beberapa alternatif
terpilih yang di ambil berdasarkan urutan rangking terbaik yang telah
dihasilakn pada matriks kelayakan. Pada matriks evaluasi ini di ambil
sebanyak lima terbaik dan di tambah alternatif awal yang telah di tetapkan
sebelumnya. Pada analisa matriks evaluasikan di gunakan lima kriteria sebagai
bahan pertimbangan di dalam memberikan penilaian.
Cara penilaian yang dilakukan pada matriks evaluasi dengan kriteria yang
diambil terhadap alternatif–alternatif yang dipilih adalah sebagai berikut.
• Sangat baik di konversikan dengan angka ( 5 )
• Baik di konversikan dengan angka ( 4 )
• Cukup di konversikan dengan angka ( 3 )
• Kurang di konversikan dengan angka ( 2 )
• Sangat kurang di konversikan dengan angka ( 1 )
5. Pembobotan kriteria
Pembobotan kriteria di lakukan denagn menggunakan metode perbandingan
berpasangan atau Analitic Hierarki Process berdasarkan tingkat
kepentingannya.
6. Perhitungan performasi
Perhitungan performasi di peroleh dari perhitungan alternatif–alternatif yang
dipilih dengan nilai pembobotan tiap–tiap kriteria.
E. Tahap Pengembangan
Pada tahap pengembangan akan dilakukan analisa biaya dan pengitungan
value dengan menggunakan nilai performasi yang diperoleh dari hasil analisa
dengan menggunakan matriks kelayakan untuk setiap alternatif terpilih dan
alternatif awal.
1. Analisa biaya
Dalam analisa biaya akan dilakukan perhitungan terhadap semua biaya yang
di keluarkan atau yang dutuhkan. Perhitungan analisa biaya tersebut meliputi :
• Biaya operasi
• Biaya pemeliharaan
2. Penentuan nilai
Berdasarkan hasil analisa pada tahap sebelumnya di peroleh nilai performasi :
Biaya operasi dan biaya pemeliharaan, maka nilai tersebut akan dibandingkan
sehingga di peroleh suatu nilai (value) sebagai bahan pertimbangan dalam
pemilihan alternatif mesin sanding yang terbaik. Perhitungan nilai di tentukan
dengan rumus :
Di mana : V = nilai ( value )
P = performasi
C = biaya ( cost )
V = P C
Nilai P merupakan angka besaran, maka perlu di konversikan menjadi satuan
biaya, pengkonversian di peroleh dengan melakukan perbandingan alternatif
awal dengan ke – n yaitu :
Vo = Vn
Po = Pn
Co Cn
Cn = Pn / Co
Po
Cn = Pn =C’n
Cn Cn
Di mana : Vo = Nilai (value) alternatif awal
Vn = Nilai (value) alternatif ke – n
Po = Performasi alternatif awal
Pn = Performasi alternatif ke – n
Co = Biaya alternatif awal
Cn = Biaya alternatif ke – n
C’n = Performasi alternatif ke – n
dalam rupiah
F. Tahap Presentasi
Tahap presentasi merupakan tahap terakhir dari pada rencana kerja
rekayasa nilai, dimana pada tahap ini akan di presentasikan alternatif terbaik yang
di pilih serta akan di sajikan laporan lengkap hasil evaluasi yang memperlihatkan
kelebihan–kelebihan dan keuntungan–keuntungan dari alternaif tersebut.