HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN...
15
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN
EMOSIONAL SPIRITUAL (ESQ) DENGAN TINGKAT
AKTUALISASI DIRI PADA DOSEN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH GRESIK
Choirul Zayati
Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Gresik
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak
adanya hubungan antara Tingkat Kecerdasan Emosional Spiritual
(ESQ) dengan Tingkat Aktualisasi Diri pada Dosen Universitas
Muhammadiyah Gresik, dan untuk mengetahui sejauh mana derajat
hubungan hubungan antara Tingkat Kecerdasan Emosional Spiritual
(ESQ) dengan Tingkat Aktualisasi Diri pada Dosen Universitas
Muhammadiyah Gresik. Penelitian dengan judul hubungan antara
Tingkat Aktualisasi Diri dengan tingkat Kecerdasan Emosional
Spiritual (ESQ) pada dosen Universitas Muhammadiyah Gresik ini
menggunakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu kesimpulan penelitian
didasarkan pada data yang dihitung. penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang datanya berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik. Data dalam hal ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara hubungan antara tingkat aktualisasi diri dengan
tingkat kecerdasan emosional spiritual (ESQ) pada dosen di
Universitas Muhammadiyah Gresik. Tipe penelitian ini adalah
Korelasi. Penelitian korelasional adalah penelitian yang akan melihat
hubungan antara variabel atau beberapa variabel dengan variabel
lain. Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat dilihat bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan
emosional spiritual (ESQ) dengan tingkat aktualisasi diri dosen
Universitas Muhammadiyah Gresik. Pertama, hasil r = 0,684
menunjukan adanya derajat hubungan yang positif antara tingkat
kecerdasan emosional spiritual (ESQ) terhadap tingkat aktualisasi
diri. Artinya semakin tinggi kecerdasan emosional spiritual (ESQ),
maka semakin tinggi tingkat aktualisasi diri. Kedua, melalui nilai R
Square (koefisien determinasi) = 0,594 menunjukan besarnya
pengaruh tingkat kecerdasan emosional spiritual (ESQ) terhadap
tingkat aktualisasi diri sebesar 59,4 %. Sementara 40,6 %
dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti. Sementara derajat
hubungan tingkat kecerdasan emosional spiritual (ESQ) terhadap
tingkat aktualisasi diri sebesar 80,3 %.
Kata Kunci: Kecerdasan Emosional Spiritual, Aktualisasi diri.
Jurnal Psikosains. Vol. 6/No.1/Agustus 2013
16
PENDAHULUAN
Dosen merupakan salah satu profesi yang mampu mengembangkan
kepribadian, dimana dosen sebagai salah satu bagian dari ilmuwan merupakan
profesi dalam bidang tertentu yaitu: mengembangkan dan membimbing
mahasiswanya dalam mencapai cita-cita. Dosen adalah guru di Perguruan Tinggi
(Rajasa, 2002:127). Profesi dosen di bidang pekerjaan khusus, dilaksanakan wajib
memiliki kualifikasi : akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan
tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional (Undang-Undang Guru dan Dosen). Universitas
Muhammadiyah Gresik sebagai Lembaga pendidikan Tinggi yang didirikan pada
tahun 1982 mempunyai visi menjadi Universitas unggul dan mandiri yang islami,
dengan misi menyelenggarakan pendidikan penelitian dan pengabdian masyarakat
yang berkualitas dan terukur melalui pendidikan senyatanya (Realistic Education),
teraktualisasi dalam universitas memandu (Integrated University), serta
menyelenggarakan Universitas yang mandiri sebagai tata kelola yang baik (Good
University Governance).
Visi Misi tersebut sebagai dasar budaya Lembaga melalui kebijakan mutu
akademik, seluruh pimpinan dan staf bertekad untuk menyediakan layanan
pendidikan yang berkualitas untuk mencetak sumber daya manusia, oleh karena itu
dosen sebagai tenaga pendidik di perguruan tinggi diharapkan mampu memberikan
inspirasi dan layanan pada mahasiswa dan orang lain untuk berkembang kearah
lebih baik. Sebagai tauladan, dosen dituntut memiliki 10 persyaratan menurut Prof.
Leblanc sebagai berikut: (1) memiliki passion dan penalaran (reason), (2)
mengajar sesuai bidangnya, (3) sesuai kemampuan dan fokus, dan responsif serta
mendorong mahasiswa mencapai keunggulan bersama mahasiswa harus dapat
menjelma menjadi seorang pribadi yang utuh, memiliki rasa hormat kepada
sesama, dan selalu menjadi seorang yang professional, (4) Fleksibel, (5) memiliki
cara atau gaya (style) yang menarik, (6) senang humor, (7) mampu memberikan
perhatian, membimbing, dan mengembangkan daya pikir serta bakat para
mahasiswa, (8) jujur dalam perkataan dan perbuatan, (9) mengajar yang baik
adalah tentang pembimbingan (mentoring) yang dilakukan oleh dosen senior
kepada dosen yunior, tentang kerjasama, dan kemudian kinerjanya dapat dikenali
dan dihargai oleh seorang penilai (penyelia), (10) memiliki kesenangan, dan
kenikmatan batin, yaitu ketika mata kita menyaksikan bagaimana mahasiswa kita
menyerap ilmu yang kita berikan, bagaimana pemikiran mahasiswa menjadi
terbentuk, sehingga mahasiswa kemudian menjadi orang yang lebih baik, dan
bukan karena materi.
Menurut Saleh, M., (2012), persyaratan diatas menunjukan bahwa untuk
menjadi seorang dosen yang baik itu bukan hanya sisi intelektualitasnya saja
(dibuktikan dengan IP 3,00 atau lebih atau dengan predikat Cumlaude) tapi yang
tidak kalah pentingnya juga adalah dari sudut emosional dan spiritual (commitment
moral dan akhlaknya) yang perlu untuk di uji agar mampu mengispirasi
mahasiswanya.
Choirul Zayati. Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan...
17
Dosen memiliki kriteria prilaku yang berbeda satu sama lain, jenjang
pendidikan yang berbeda, prestasi yang berbeda pula. Prestasi yang diraih oleh
dosen merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan tertinggi pada manusia untuk
berkembang dan mengaktualisasikan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Perbedaan diatas dapat ditengarai adanya perbedaan tingkat pencapaian kebutuhan
baik basic needs, maupun meta needs. Kebutuhan meta needs untuk berkembang
lebih baik pada prestasi puncak yaitu kebutuhan aktualisasi diri. Atau sebagi
motivasi perkembangan kepribadian pada manusia adalah pergerakan bertahap
mencapai aktualisasi diri (Wade, & Tavris, 2007:225).
Carl Rogers menyebutkan aktualisasi diri dengan kata lain, yaitu ‘’self
actualization’’ merupakan suatu tujuan dari tingkah laku melalui kekuatan
motivasi, dengan dorongan, aktualisasi diri dan satu tujuan hidup menjadi
aktualisasi diri. Aktualisasi diri (Self Actualization) adalah proses penggunaan
potensi -potensi yang dimiliki oleh seseorang atau keadaan yang dihasilkan (Tim
Widyatama, 2010: 315). Pribadi yang teraktualisasikan menurut Maslow (1970)
merupakan contoh tepat spesies manusia, wakil kelompok yang kemudian disebut
“pucuk yang tumbuh mekar” (the “growing up”) sehingga akan menggunakan dan
memanfaatkan secara penuh bakat, kapasitas-kapasitas, potensi-potensi untuk
memenuhi kebutuhan dirinya dan melakukan yang terbaik yang dapat
dilakukannya (Frankl, 1997: 48).
Potensi manusia sebagai fitrah yang melekat pada dirinya adalah ‘’potensi
untuk berfikir’’, ‘’potensi emosional’’, ‘’potensi fisik’’’’, dan potensi sosial’’.
Potensi bertingkat menjadikan manusia yang unik, berbeda satu sama lainya. Ada
yang berpotensi besar, ada yang berpotensi biasa saja, tuntutan dan tanggung
jawabnya berdasarkan besar kecilnya potensi (Nashori, 2003: 92). Potensi fisik
merupakan keadaan dan kesehatan tubuh yang terdapat dalam organ-organnya
dalam hal ini dapat diperoleh melalui pemenuhan kebutuhan konatif. Sementara
potensi psikis meliputi: IQ (Intelegensi Quotient) atau Kecerdasan Intelektual, EQ
(Emotional Quotient) atau Kecerdasan Emosional, dan SQ (Spiritual Quotient) atau
Kecerdasan Spiritual dapat digunakan sebagai potensi untuk memecahkan
persoalan hidup lebih bermakna yaitu kebutuhan berkembang untuk mencapai
aktualisasi diri.
Kombinasi ketiganya menurut Ginanjar (2001) sebagai dimensi kecerdasan
emosional spiritual (ESQ) atau disebut meta kecerdasan. Meta kecerdasan inilah
yang menunjang individu dalam mencapai aktualisasi. Pengintegrasian antara
kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual yang digambarkan oleh Ary
Ginanjar Agustian sebagai kecerdasan emosional spiritual atau ESQ (Emotional
Spiritual Quotient). ESQ adalah kemampuan untuk ‘’merasa’’, berdasarkan pada
kejujuran yang mendalam pada suara hati dalam menghadapi persoalan hidup.
Sehingga hidup penuh makna dan mengedepankan nilai-nilai (values) dalam
bertindak (Agustian, 2001: 13). Lebih lanjut Dr. Ali Shariati yang menyebutkan
bahwa potensi diri adalah kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang
baik fisik maupun mental yang dimiliki oleh seseorang. Manusia adalah makhluk
yang dua dimensi yang membutuhkan penyelarasan kebutuhan akan jasmani dan
ruhani. Oleh sebab itu manusia harus memiliki konsep duniawi atau kepekaan
Jurnal Psikosains. Vol. 6/No.1/Agustus 2013
18
emosi serta intelegensi yang baik (EQ plus IQ) dan penting pula penguasaan
ruhaniah vertikal atau Spiritual Quotient (SQ) (Agustian, 2009: xvi).
Dalam konsep ESQ, Ginanjar menyebutkan bahwa secara horisontal
mengungkapkan bagaimana manusia berhubungan sesama manusia, serta
hubungan manusia dengan TuhanNya. Melalui konsep Iman, Islam dan Ihsan
sehingga mendapatkan core values yang menunjukan kecerdasan emosional dan
spiritual dalam mencapai tujuan hidupnya yaitu aktualisasi diri. Ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara potensi yang dimiliki oleh manusia
untuk menunjang aktualisasi diri. Namun disisi lain, adanya kebutuhan neurotik
seperti yang dikemukakan oleh Maslow diatas sebagai dasar pertanyaan bahwa
manusia tidak semuanya dapat mencapai aktualisasi diri. Artinya tinggi rendahnya
ESQ dapat mempengaruhi tingkat aktualisasi diri.
TINJAUAN TEORI
Aktualisasi Diri
Aktualisasi Diri (self actualization) adalah proses penggunaan potensi- potensi
yang dimiliki oleh seseorang atau keadaan yang dihasilkan (Tim Widyatama,
2010:315).
Aktualisasi diri (self actualization) dalam pandangan Maslow (1970),
merupakan tingkatan kebutuhan tertinggi pada manusia setelah kebutuhan-
kebutuhan yang lainnya, yaitu: fisiologis, rasa aman, cinta dan keberadaan serta
penghargaan.
Secara umum Maslow (Wilcox, 2013: 290) memberikan karakteristik
aktualisasi diri sebagai berikut:
a. Persepsi yang efisien tentang realitas: individu yang teraktualisasi dapat
menilai secara akurat dan jujur serta memperhatikan kebohongan dan
ketidak jujuran
b. Penerimaan: diri, orang lain dan lingkungan. Mereka menerima
kekurangan diri sendiri, juga kelemahan orang lain serta pertentangan
hidup.
c. Spontanitas: tidak dapat dilarang, tidak perduli dengan apa yang dipikirkan
oleh orang lain, aktif dan terlibat.
d. Orientasi tugas: mempunyai misi, tugas, tujuan, atau masalah diluar diri
pribadi yang harus diselesaikan.
e. Otonomi: relatif bebas dari ikatan budaya, banyak akal, dan tidak
tergantung pada orang lain atau pada otoritas luar.
f. Selalu menghargai kehidupan: mempunyai keluguan visi seorang anak,
terus memperbaruhi rasa menghargainya terhadap anugrah kehidupan.
g. Keterikatan dengan kemanusiaan: mengidentifikasi secara dalam dengan
kondisi manusia dan dengan orang lain secara umum.
h. Hubungan Interpersonal yang dalam: memiliki ikatan-ikatan yang dalam,
mencintai, dengan sedikit orang yang terpilih.
i. Selera humor yang tidak menyinggung: bias mentertawai diri sendiri dan
kejadian-kejadian hidup yang menggelikan.
Choirul Zayati. Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan...
19
j. Pengalaman puncak (mistis atau oseanik) terjadi secara berkala sebagai
momen hidup yang paling menyenangkan, ekstase dan sebagainya.
Kecerdasan Emosional Spiritual (ESQ) Kecerdasan emosional spiritual atau Emotional Spiritual Qoutient adalah
dimensi dari kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Merupakan
kemampuan untuk merasa, berdasarkan pada kejujuran yang mendalam pada suara
hati dalam menghadapi persoalan hidup, sehingga hidup penuh dengan makna dan
mengedepankan nilai-nilai (values) dalam bertindak. Sebuah kecerdasan untuk
menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan
dengan orang lain (Agustian, 2001: 13).
Kecerdasan emosional spiritual (Emotional Spiritual Quotient / ESQ) adalah
bentuk bi-dimensional dari potensi diri yaitu kemampuan dan kekuatan pada
seseorang yang bersifat fisik maupun mental melalui penyelarasan kebutuhan
secara jasmani dan ruhani. yang disebut konsep duniawi atau kepekaan emosi serta
intelegensi (EQ dan IQ) yang baik dan penguasaan secara vertikal yaitu Spiritual
Quotient (Agustian, 2009: 209).
Hanfiq (2013) menyebutkan bahwa ESQ adalah integrasi ketiga kecerdasan
atau meta kecerdasan yang mempunyai prinsip mengikuti pola thowaf spiritual
alam semesta, dengan meletakan spiritual quotient sebagai pusat orbit, sedangkan
emotional quotient dan intelegence quotient bergerak mengelilinginya sebagai.
Sebagai kombinasi antara aspek rasional, emosional dan spiritual (Hanfiq, 2013:
32). Lebih lanjut Hanfiq menyatakan bahwa kecerdasan emosional spiritual melalui
pengenalan barbagai perasaan orang lain dan berhubungan secara sosial serta
berempati terhadap orang lain dengan konteks ibadah dibutuhkan dalam mencapai
kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidup manusia (Hanfiq, 2013: 32).
Kecerdasan emosi (EQ), kecerdasan spriritual (SQ) dan Kecerdasan
Intelektual (IQ) akan berfungsi maksimal jika berkaitan erat satu sama lain, dengan
orientasi hidup adalah ‘’ketauhidan’’ menerima Allah sebagai tujuan hidup, namun
akan berpisah integrasi tersebut jika hanya berorientasi pada materi. Maka suara
hati akan tertutup (Agustian, 2001: 181).
Langkah-langkah menumbuhkan kecerdasan emosional spiritual (ESQ)
untukmendapatkan core values maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. God Spot dan Zero Mind Process untuk membangun kecerdasan spiritual
(SQ). Kebebasan hati diperlukan untuk mendapatkan ‘’suara hati’’, hal ini
dapat tercapai dengan cara melepaskan belenggu hati. 7 belenggu hati
meliputi: Prasangka negatif, Prinsip-prinsip hidup, Pengalaman,
Kepentingan, Sudut pandang, Pembanding dan, Fanatisme.
2. Mental Building untuk membangun kecerdasan emosi (EQ) melalui Star
Principle, Angel Principle, Leadership Principle, Learning Principle,
Vision Principle, Well Organized Principle.
a. Star Principle meliputi: Spiritual wisdom, integritas, rasa aman,
Perubahan situasi, Kepercayaan diri, Intuisi, dan Sumber motivasi
b. Angel principle meliputi: Keteladanan malaikat melalui integritas dan
loyalitas, Komitmen, Kebiasaan memberi dan mengawali, Kausalitas
Jurnal Psikosains. Vol. 6/No.1/Agustus 2013
20
upaya dan hasil dengan kebiasaan menolong, dan Saling perrcaya.
c. Leader principle: Semua manusia adalah pemimpin, namun untuk
menjadi pemimpin yang berpengaruh melalui tangga kepemimpinan
meliputi: Pemimpin tingkat 1: pemimpin yang dicintai, pemimpin
tingkat 2: pemimpin yang dipercaya, pemimpin tingkat 3: pembimbing,
pemimpin tingkat 4: pemimpin yang berkepribadian, pemimpin tingkat
5: pemimpin yang abadi.
d. Learning principle meliputi: Kebiasaan membaca buku dan situasi,
Untuk mencari kebenaran dan berpikir kritis, Kebiasaan mengevaluasi,
Kebiasaan untuk menyempurnakan, dan Memiliki pedoman.
e. Vision principle meliputi: Ketenangan batin, Jaminan masa depan,
Kendali diri dan sosial, Optimalisasi usaha, dan Berorientasi pada
tujuan.
f. Well organized principle (keteraturan) meliputi: Orientasi Pemeliharaan
– system – menjaga sinergi, Orientasi pembentukan system – prinsip
sinergi, Pemahaman arti proses, Kepastian hukum social, dan Kepastian
hukum alam.
3. Personal strengh (kekuatan individu) sebagai langkah fisik 1 melalui
mission statetment (visi misi), Character Building (pembentukan karakter),
self control (kontrol diri).
a. Mission Statetment (visi misi) meliputi: Membangun misi kehidupan,
Membulatkan tekad, Membangun misi, Menciptakan wawasan, dan
Tranformasi visi, serta Komitmen total.
b. Character Building (pembentukan karakter) meliputi: Relaksasi,
Membangun kekuatan afirmasi, Meningkatkan ESQ, Membangun
pengalaman positif, Pembangkit dan penyeimbang energi batiniah,
Pengasahan prinsip.
c. Self Control (kontrol diri) meliputi: Meraih kemerdekaan sejati,
Memelihara fitrah, Mengendalikan suasana hati,dan Meningkatkan
kecakapan emosi secara fisiologis, serta Pengendalian prinsip.
4. Social Strengh (kekuatan sosial), sebagai langkah fisik 2, melalui strategic
collaboration (kesatuan strategi) dan total action (kesatuan perilaku).
a. Strategic Collaboration (kesatuan strategi): dengan cara mengeluarkan
potensi spiritual dengan investasi kepercayaan, komitmen sebagai
Investasi, Membangun landasan kooperatif, Investasi kredibelitas, serta
Investasi keterbukaan, empati dan kompromi.
b. Total Action (kesatuan perilaku) meliputi: Langkah Zero Mind Proses,
Kenali diri dengan evaluasi dan visualisasi, Hadapi tantangan,
Pengasahan komitmen dan integritas, Pengasahan addvesity quetiont
(AQ), dan Sinergikan melalui jamaah haji.
Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient / EQ) dalam konsep ESQ adalah
manusia berhubungan sesama manusia secara horisontal, kecerdasan spiritual (SQ)
adalah hubungan manusia dengan tuhan secara vertikal, dan ESQ merupakan
Choirul Zayati. Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan...
21
kolaborasi antara hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan
manusia dengan tuhannya.
Hasil Kecerdasan Emosional Spiritual (ESQ) dalam pembentukan core values
melalui tahapan sebagi berikut dibawah ini:
Menurut Agustian (2001), hasil dari aplikasi Personal Strengh dalam
kehidupan sehari-hari adalah 7 nilai dasar atau core values dengan karakteristik
sbb:1.Jujur, 2. Tanggung Jawab, 3. Visioner, 4. Disiplin, 5. Kerjasama, 6. Adil, 7.
Peduli.
Nilai-nilai ini juga tercermin pada perilaku dalam kehidupan sehari
sebagaimana uraian dibawah ini:
1. Waspada, mampu menguasai diri, obyektif, berhati jernih.
2. Kreatif, pemaaf, terbuka, empati, peduli, luas hati, adil dan mensyukuri.
3. Mandiri, berani, energik, kooperatif, dan komitmen yang tinggi.
4. Berpikiran maju, visi atau tujuan jelas serta bertanggung jawab.
5. Inspiratif, estetis, disiplin, kokoh.
6. Sabar, kooperatif, adil, cinta damai, mampu menguasai diri.
7. Obyektif, pengasih dan transendency dengan rasa iman.
Tingkat kecerdasan emosional spiritual (ESQ) dapat diukur dengan
menggunakan skala likert dapat dilihat dari tinggi rendahnya nilai Core values.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dapat disimpulkan dalam
bentuk skema hubungan penggunaan ESQ dalam pencapaian aktualisasi dengan
gambar sebagai berikut:
Gambar 1. Skema Fungsi ESQ dalam Menunjang Aktualisasi Diri
Jurnal Psikosains. Vol. 6/No.1/Agustus 2013
22
Selain skema diatas dapat dilihat adanya persamaan karakteristik Aktualisasi
diri dengan kecerdasan emosional spiritual (ESQ) dapat dilihat dalam tabel 1.
Jurnal dan Penelitian terkait variabel penelitian:
1. Aktualisasi Diri Butuh Spiritualitas ditulis oleh Wita Lestari, dalam Jurnal
Nasional -, ed. 2 0ct 2011 hal 30.
2. Hubungan Budaya Sekolah, Komunikasi Antar Pribadi, Dan Kecerdasan
Emosional Dengan Profesional Guru, dalam Jurnal SP, SP VOL 31 (31)
Juni, 2013.
3. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Pemahaman Akutansi dari
Pespektif Gender, oleh Lauw Tjun Tjun, Santy Setiawan, Sinta Setiana
(2013), menyimpulkan bahwa kesuksesan dalam hidup ditentukan oleh
kecerdasan emosional, melalui hubungan banyak aspek kepribadian.
4. Analisis Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan kecerdasan Spiritual
Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Empiris pada Rumah Sakit Umum di
Daerah Kota Semarang), oleh Sesilia Dwi Rini dan Ratnawati (2011).
Kesimpulanya bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan.
5. Spiritual Intelegence, Emotional Intelegence And Auditor’s Performance,
oleh Rustam Hanafi (2010) menunjukkan adanya hubungan antara kedua
variable independent dengan variable dependent.
Tabel 1.
Hubungan Karakteristik Aktualisasi Diri dengan ESQ
ESQ Aktualisasi diri
Waspada, mampu menguasai
diri, obyektif, berhati jernih
(kemampuan menilai situasi)
Persepsi yang efisien tentang realitas:
individu yang teraktualisasi dapat menilai
secara akurat dan jujur serta memperhatikan
kebohongan dan ketidak jujuran
Kreatif, pemaaf, terbuka,
empati, peduli, luas hati, adil,
mensyukuri
Penerimaan: diri, orang lain dan lingkungan.
Mereka menerima kekurangan diri sendiri,
juga kelemahan orang lain serta pertentangan
hidup.
Mandiri, berani (secara
verbal), energik, koperatif,
komitmen tinggi (aktifitas
kerja)
Spontanitas: tidak dapat dilarang, tidak
perduli dengan apa yang dipikirkan oleh
orang lain, aktif dan terlibat.
Berpikiran maju, visi atau
tujuan dan bertanggungjawab
Orientasi tugas: mempunyai misi, tugas,
tujuan, atau masalah diluar diri pribadi yang
harus diselesaikan.
Berani (mengambil resiko),
mandiri, inspiratif, estetis,
disiplin, kokoh
Otonomi: relative bebas dari ikatan budaya,
banyak akal, dan tidak tergantung pada
orang lain atau pada otoritas luar.
Dipercaya, suka mendukung,
dermawan
Selalu menghargai kehidupan: mempunyai
keluguan visi seorang anak, terus
memperbaruhi rasa menghargainya terhadap
Choirul Zayati. Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan...
23
ESQ Aktualisasi diri
anugrah kehidupan.
Sabar, komitmen tinggi,
koperatif, adil, cinta damai,
mampu menguasai diri
Keterikatan dengan kemanusiaan:
Mengidentifikasi secara dalam dengan
kondisi manusia dan dengan orang lain
secara umum.
Cinta damai, komitmen yang
tinggi, obyektif, pengasih
(dalam berhubungan dengan
sesama manusia)
Hubungan Interpersonal yang dalam:
memiliki ikatan-ikatan yang dalam,
mencintai, dengan sedikit orang yang
terpilih.
Mampu menguasai diri,
memberi maaf, luas hati
Selera humor yang tidak menyinggung: bisa
mentertawai diri sendiri dan kejadian-
kejadian hidup yang menggelikan.
Transendecy dengan rasa
iman (Agustian, 2001: 110)
Pengalaman puncak (mistis atau oseanik)
terjadi secara berkala ekstase sebagai momen
paling menyenangkan
Kerangka Konseptual
Berikut akan dijelaskan kerangka konseptual mengenai hubungan antara
tingkat kecerdasan emosional spiritual (ESQ) dengan tingkat aktualisasi diri
dengan pada dosen Universitas Muhammadiyah Gresik, dalam bentuk bagan yang
menunjukkan pola hubungan antar variabel sehingga dapat diketahui landasan
teoritis yang digunakan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti.
Gambar 2. Kerangka Hubungan antara Kecerdasan Emosional Spiritual
(ESQ) dengan Aktualisasi Diri
Jurnal Psikosains. Vol. 6/No.1/Agustus 2013
24
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dan tipe penelitian ini adalah
korelasi. Sedangkan subyek penelitian adalah dosen tetap Universitas
Muhammadiyah Gresik.
Pada penelitian ini definisi operasioanal yang akan diukur adalah sebagai
berikut:
a. Tingkat Aktualisasi Diri dengan indikator sebagai berikut: (a) persepsi
yang efisien tentang realitas, (b) penerimaan diri, orang lain dan
lingkungan, (c) spontanitas, (d) orientasi tugas, (e) otonomi, (f) selalu
menghargai kehidupan, (g) keterikatan dengan kemanusiaan, (h) hubungan
interpersonal yang kuat, (i) selera humor yang tidak menyinggung, (j)
pengalaman puncak (peak experience). Pengukuran variabel dalam
penelitian ini menggunakan Skala Likert, dengan interpretasi semakin
tinggi skor berarti menunjukkan semakin tinggi aktualisasi diri. Sebaliknya
semakin rendah skor maka semakin rendah aktualisasi diri.
2. Kecerdasan Emosional Spiritual (ESQ). Adapun indikator Kecerdasan
Emosional Spiritual (ESQ) adalah sebagai berikut: (a) jujur, (b) tanggung
jawab, (c) visioner, (d) disiplin, (e) kerjasama, (f) adil, (g) peduli.
Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert,
dengan interpretasi semakin tinggi skor berarti menunjukkan semakin
tinggi Kecerdasan Emosional Spiritual (ESQ). Sebaliknya semakin rendah
skor maka semakin rendah Kecerdasan Emosional Spiritual (ESQ).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
Regresi Sederhana (yang dirumuskan dengan Y), merupakan teknik analisis data
yang digunakan untuk mengukur korelasi antara variabel X dan Y. Antara analisis
korelasi dan analisis regresi mempunyai hubungan yang sangat erat. Setiap
analisasi regresi didahului dengan analisis korelasi. Sementara analisis regresi
digunakan bila ingin mengetahui variabel dependen (terikat) / kriteria dapat
diprediksikan melalui variabel independen (bebas) atau predictor.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Validitas Instrumen
Sebelum disebarkan ke responden, item-item dari kedua variabel terlebih
dahulu diujikan kepada profesional judgesment, peneliti memberikan koesioner
tersebut kepada 6 (enam) orang yang bukan responden. Untuk mengetahui
kesesuaian isi dari item-item tersebut dalam mengukur tingkat Kecerdasan
Emosional Spiritual (ESQ) dengan tingkat Aktualisasi diri setelah dinyatakan valid
(sesuai), kuesioner tersebut diberikan kepada responden, dan selanjutnya akan
dihitung validitasnya secara statistik.
Pengujian validitas analisis butir item secara statistik digunakan tehnik
korelasi, yaitu dengan cara mengkorelasikan skor tiap butir item dengan skor total.
Hasil korelasi analisis butir item tersebut kemudian dikonsultasikan dengan r kritis.
Item dianggap sahih jika r hitung lebih besar dari r kritis dengan patokan 0,3,
Choirul Zayati. Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan...
25
semakin besar r maka semakin besar tingkat validitas variabel sebagai alat ukur
(Azwar, 2007: 179).
Untuk angket Kecerdasan Emosional Spiritual (ESQ) item 67,6 % sahih,
dengan koefisien korelasi untuk item yang sahih bergerak dari 0,3 sampai 0,67 dari
74 item menjadi 50 item. Selanjutnya angket tingkat Aktualisasi Diri terdiri item
47,1% sahih, dengan koefisien korelasi untuk item yang sahih bergerak dari 0,3
sampai 0,56 dari 74 item menjadi 35 item.
Untuk menguji reliabilitas instrumen tingkat kecerdasan emosional spiritual
dengan tingkat aktualisasi diridalam penelitian ini dilakukan analisis reabilitas
dengan bantuan program SPSS ver. 16 for windows.
bahwa hasil Alpha Cronbach untuk instrumen hubungan antara Kecerdasan
Emosional Spiritual (ESQ) dengan Tingkat Aktualisasi Diri mempunyai nilai yang
lebih besar dari 0,60 (Nunnaly, Ghozali, 2002: 133) yaitu tingkat kecerdasan
emosional spiritual (ESQ) dengan nilai α = 0,917 > 0,6, dan tingkat aktualisasi diri
dengan dengan nilai α = 0,860 > 0,6. Maka item-item pertanyaan seluruhnya bisa
dianggap reliabel atau andal dalam melakukan fungsinya sebagai alat ukur.
Sebelum sampai pada pengujian korelasi antara dua variabel, terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi dengan bantuan SPSS 16.0 dengan menggunakan analisis uji
normalitas dan uji linearitas.
Adapun hasil uji asumsi sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Untuk variabel ESQ signifikasi adalah 0,2 yang jauh diatas 0,05, maka
data berdistribusi normal atau bisa dianggap normal.Untuk variabel
Aktualisasi diri 0,142 yang jauh diatas 0,05, normal maka distribusi normal
atau dianggap normal. (Santoso, 2003: 36).
Grafik pola penyebaran variabel variabel aktualisasi diri menunjukan
angka hasil observasi data berkisar antara 20 sampai 60, pada harapan
normal nilai -2 sampai 2.Sementara kecerdasan emosional spiritual (ESQ)
menunjukkan bahwa angka hasil observasi data berkisar antara 80 sampai
160 dan harapan normal nilai -2 sampai 2.
Jika merujuk gambar 7 dan 8, maka kedua variabel antara kecerdasan
emosional spirirtual (ESQ) dan aktualisasi diri menunjukan sebaran data di
sekitar garis uji yang mengarah kekanan atas dan tidak ada data yang jauh
dari sebaran data. Dengan demikian, data tersebut bisa dikatakan normal
(Santoso, 2003: 37).
Jurnal Psikosains. Vol. 6/No.1/Agustus 2013
26
Gambar 8. Pola Sebaran Normal Tingkat Aktualisasi Diri
Gambar 9. Pola Sebaran Normal Tingkat Kecerdasan Emosional Spiritual
(ESQ)
b. Uji Linearitas
Dari hasil uji linearitas menunjukkan bahwa item berpencar tidak
berbentuk suatu pola maka hubungan antara tingkat kecerdasan emosional
spiritual (ESQ) dengan Aktualisasi diri sudah memenuhi persamaan linier
dengan garis lurus mengarah ke kanan atas karena hubungan dari kedua
variabel adalah positif. Dengan terlihat garis regresi pada grafik diatas yang
mengarah ke kanan atas (Santoso, 2003: 45). Hal ini membuktikan adanya
linieritas pada hubungan dua variabel tersebut, yang dapat diartikan:
‘’Semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional spiritual, maka semakin tinggi
tinggi tingkat aktualisasi diri.
Choirul Zayati. Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan...
27
Gambar 10. Hasil Uji Linieritas
Data Hasil Penelitian
Tehnik analisis data adalah menggunakan bantuan program SPSS ver. 16 for
windows, dengan program analisis korelasi product moment.
Hipotesis yang diajukan:
1. Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan
emosional spiritual (ESQ) dengan tingkat aktualisasi diri.
Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan
emosional spiritual (ESQ) dengan tingkat aktualisasi diri.
2. Ho: Tidak ada derajat hubungan antara tingkat kecerdasan emosional
spiritual (ESQ) dengan tingkat aktualisasi diri.
Ha: Ada derajat hubungan antara tingkat kecerdasan emosional spiritual
(ESQ) dengan tingkat aktualisasi diri.
Uji Statistik menggunakan analisis regresi dengan langkah sebagai berikut:
Hipotesis 1: Antara variabel kecerdasan emosional spiritual (ESQ) dengan variabel tingkat
aktualisasi diri dihasilkan r = 0,684 dengan taraf signifikasi sebesar 0,000.
Pengujian dilakukan 2 ekor dengan n = 34. Ketentuan signifikasi dibawah atau
sama dengan 0,5 (Sugiyono, 2002: 172). Jika dibandingkan dengan tabel, besar r
tabel dengan N = 46 pada kesalahan 5 % adalah 0,291 berarti 0,684 > 0,291. Maka
kesimpulanya ada hubungan yang nyata dan signifikan antara tingkat kecerdasan
emosional spiritual dengan aktualisasi diri.
Berdasarkan tabel interval koofisien korelasi maka r = 0,684, berada pada
interval antara 0,60 – 0,799. Maka tingkat hubungan antara kecerdasan emosional
spiritual dengan tingkat aktualisasi diri adalah ‘’ Kuat ‘’.
Kesimpulanya ; Ho ditolak, Ha diterima. Artinya ada hubungan kuat antara
tingkat kecerdasan emosional spiritual (ESQ) dengan tingkat aktualisasi diri dosen
Universitas Muhammadiyah Gresik.
Jurnal Psikosains. Vol. 6/No.1/Agustus 2013
28
Tabel 20.
Tabulasi Silang Antara Skor Tingkat Kecerdasan Emosional Spiritual
dengan Tingkat Aktualisasi Diri
Tingkat Aktualisasi Diri
Total Rendah
Cukup
Tinggi Tinggi
Tingkat
Kecerdasan
Emosional
Spiritual
(ESQ)
Rendah Count 0 0 0 0
% of Total 0% % 0% 0%
Cukup
Tinggi
Count 0 46 0 46
% of Total 0% 100% 0% 100%
Tinggi Count 0 0 0 0
% of Total % % 0% 0%
Total Count 0 0 0
% of Total 0% 100% 0% 0%
Berdasarkan tabel 20, menunjukkan bahwa terdapat 0 (0%) subyek memiliki
kecerdasan emosional spiritual (ESQ) yang rendah dengan tingkat aktualisasi diri
yang rendah 0 (0 %), subyek memiliki kecerdasan emosional spiritual (ESQ) yang
tinggi dengan tingkat aktualisasi diri yang rendah 0 (0 %). Subyek memiliki
kecerdasan emosional spiritual rendah (ESQ) yang rendah dengan tingkat
aktualisasi diri yang tinggi 0 (0%), subyek memiliki kecerdasan emosional spiritual
(ESQ) yang tinggi dengan tingkat aktualisasi diri yang . tinggi 0 (0 %). Paparan di
atas menunjukkan bahwa sebagian besar dari subyek (100 % subyek) memiliki
tingkat kecerdasan emosional spiritual yang dengan tingkat aktualisasi diri
tergolong ‘’Cukup Tinggi’’.
Untuk mengetahui presentase derajat hubungan variabel tingkat kecerdasan
emosional spiritual (ESQ) sebagai prediktor terhadap perubahan variabel
aktualisasi diri maka menggunakan koefisien determinasi.
Koefisien determinasi (r2) / R square dari r =0,595. Artinya, r
2 =
menginformasikan bahwa sumbangan tingkat kecerdasan emosional spiritual
(ESQ) terhadap tingkat aktualisasi diri sebesar 59,4%, sedangkan sisanya 40,6 %
dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti.
Untuk melihat variasi nilai variabel tingkat kecerdasan emosional spiritual
(ESQ) terhadap variabel tingkat aktualisasi diri dapat dilihat dari Tabel Annova
diatas, yang menunjukan nilai F hitung sebesar = 64,482, dengan df 1 = 1 dan df 2
= 44, dengan taraf signifikasi 0,000 < 0,5 yang berarti Ho ditolak, berarti Ha
diterima.
Pengujian Hipotesis dengan membandingkan F tabel dengan df 1= 4,06 dan df
2= 4,06 dengan taraf signifikasi 5 %. Maka F hitung > F tabel (Sugiyono, 2002:
201). Maka 64,482 > 4,06, artinya Ho ditolak dan Ha diterima.
Choirul Zayati. Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan...
29
Sementara untuk memprediksi bagaimana pengaruh variabel tingkat
kecerdasan emosional spiritual (ESQ) terhadap variabel aktualisasi diri dapat
dilihat melalui tabel dibawah ini dengan harga beta nol -10371,069 (a) dan harga
beta satu 378,060 (b), maka persamaan garis regresi antara tingkat kecerdasan
emosional spiritual (ESQ) dengan tingkat aktualisasi diri dapat disusun sebagai
berikut:
Jika tingkat kecerdasan emosional spiritual (ESQ) diberi standar 50, maka
tingkat aktualisasi diri didapatkan nilai persamaan sebagai berikut:
Artinya: nilai tingkat aktualisasi diri menjadi 8531,931 dengan penambahan
tingkat kecerdasan emosional spiritual (ESQ) maka nilai tingkat aktiualisasi diri
bertambah 1. Dan jika nilai rata-rata tingkat kecerdasan emosional spiritual
bertambah 10 maka nilai tingkat aktualisasi diri 85931,31.
Dalam penelitian ini t = 8,030. Sedangkan signifikasi tingkat kecerdasan
emosional spiritual (ESQ) adalah 0,000 < 0,05. Maka Ho ditolak, Ha diterima.
Kesimpulanya bahwa ‘’derajat hubungan tingkat kecerdasan spiritual sebesar
(ESQ) 80,3 % terhadap tingkat aktualisasi diri’’.
Kesimpulanya ; Ho ditolak, Ha diterima, artinya ada derajat hubungan antara
tingkat kecerdasan emosional spiritual (ESQ) dengan tingkat aktualisasi diri dosen
Universitas Muhammadiyah Gresik sebesar 80,3 %.
Nilai r = 0,684 menunjukan adanya derajat hubungan positif antara tingkat
kecerdasan emosional spiritual (ESQ) dengan tingkat aktualisasi diri. Hal ini juga
ditunjukan pada hasil histogram yang menunjukan pola penyebaran linieritas yang
mengarah pada kanan atas (positif). Dan pola penyebaran kedua variabel tidak jauh
dari garis linier, sehingga perlu adanya prediksi seberapa besar pengaruh tingkat
kecerdasan emosional spiritual (ESQ) dengan tingkat aktualisasi diri dengan
menggunakan analisis regresi.
Koefisien determinasi (R Square)= 0,594 yang menunjukan bahwa tingkat
kecerdasan emosional spiritual (ESQ) memberikan pengaruh sebesar 59,4 %
terhadap tingkat aktualisasi diri. Variasi nilai tingkat kecerdasan emosional
spiritual dengan membandingkan F hitung = 64,482 > 7,24 > 4,06. Dengan taraf
signifikasi 0,000 < 0,5. Artinya ada pengaruh antara tingkat kecerdasan emosional
spiritual (ESQ) terhadap tingkat aktualisasi diri. Sementara sisanya dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Y’ = a + b X Y’ = -10371,069 + 378,060 X
Y’ = -10371,069 + 378,060(50) = 8531,931
Jurnal Psikosains. Vol. 6/No.1/Agustus 2013
30
Pengaruh tersebut dapat diprediksikan melalui nilai beta nol (a) = -10371,069
dan nilai beta satu (b) = 378,060. Sehingga jika nilai tingkat kecerdasan emosional
spiritual (ESQ) ditambahkan, maka nilai tingkat aktualisasi diri juga bertambah.
Melalui nilai t = 8,030 dengan taraf signifikasi tingkat kecerdasan emosional
spiritual (ESQ) = 0,000 < 0,05: maka Ho ditolak, Ha diterima. Kesimpulanya
derajat hubungan tingkat kecerdasan emosional spiritual (ESQ) sebesar 80,3 %
terhadap tingkat aktualisasi diri.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat dilihat bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan emosional spiritual (ESQ)
dengan tingkat aktualisasi diri dosen Universitas Muhammadiyah Gresik. (1) Hasil
r = 0,684 menunjukan adanya derajat hubungan yang positif antara tingkat
kecerdasan emosional spiritual (ESQ) terhadap tingkat aktualisasi diri. Artinya
semakin tinggi kecerdasan emosional spiritual (ESQ), maka semakin tinggi tingkat
aktualisasi diri, (2) melalui nilai R Square (koefisien determinasi) = 0,594
menunjukan besarnya pengaruh tingkat kecerdasan emosional spiritual (ESQ)
terhadap tingkat aktualisasi diri sebesar 59,4 %. Sementara 40,6 % dipengaruhi
variabel lain yang tidak diteliti. Sementara derajat hubungan tingkat kecerdasan
emosional spiritual (ESQ) terhadap tingkat aktualisasi diri sebesar 80,3 %.
Penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pada ilmu pengetahuan, secara
khusus pada Psikologi Eksistensial dan Humanistik. Disarankan jalur pengalaman
puncak (peak experience) dalam pencapaian aktualisasi dikembangkan melalui
sikap transedency (penyerahan diri secara total pada yang Maha Kuasa). Pada
Kecerdasan Emosional Spiritual (ESQ), core volues dilakukan secara bertahap
untuk mendapatkan kehidupan yang lebih bermakna diharapkan manusia untuk
mempertahankan eksistensinya selalu berusaha untuk menigkatkan core values
melalui langkah-langkah pembentukannya. Sehingga terbentuk social stregh
dimana sinerginya antara IQ, SQ dan SQ dalam meta kecerdasan (ESQ), dan
kekuatan tersebut dapat terjadi melalui hubungan antara sesama manusia (sosial),
‘’hablumminannas’’ maupun hubungan antara manusia dengan Tuhanya
(Transendency) ‘’Hablumminallah’’. Aktualisasi diri dapat ditingkatkan melalui
peningkatan kecerdasan emosional spiritual (ESQ). Oleh sebab itu disarankan
dilakukan melalui latihan ‘’The ESQ Way 165’’ melalui Iman, Islam, dan Ihsan
dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol, (2010). Psikologi Kepribadian (Rev. ed). Malang: UMM.
Anastasi,A., & Urbina,S., (2010). Tes Psikologi, (Ind. ed 1). Jakarta: Prenhalindo.
Agustian, A.G., & Dyah, U.A. & Yudistira, A.,M. (Eds.)., (2009). Rahasia Sukses
Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual (ESQ) Emotional Spirutual
Quotient. Jakarta: Arga.
Choirul Zayati. Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan...
31
Agustian, A.G., & Dwitya, A. &Ida, S.,W. (Eds.)., (2001). Rahasia Sukses
Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual (ESQ) Emotional Spirutual
Quotient (jilid 2). Jakarta: Arga Tilanta.
Agustian, A.G., & Anisi H. R, (Eds.). (2001). Rahasia Sukses membangkitkan ESQ
Power ‘’Sebuah inner Journey melalui Al-Ihsan. Jakarta: Arga.
Agustian, A.G., & Ridwan, M., (2011). ESQ For Teens 2, Mental Building With 6
Principles. Jakarta: Arga Publishing.
Agustian, A.G., & Ridwan, M., (2011). ESQ For Teens 3, Personal Strengh &
Social Strengh With 5 Principles. Arga Publishing: Jakarta.
Azwar, S.,(1997). Metode Penelitian, Agra Publising: Jakarta.
Azwar, S, (2002). Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S, (2009). Reliabelitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baihaqi, M.H., (2008). Psikologi Pertumbuhan. Bandung: Rosda Karya.
Chaplin, J. P., (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Graffindo.
Ellys, L., P., (2012). Comunication Quotient (Kecerdasan Komunikasi dalam
Pendekatan Emosional Spiritual). Bandung: Remaja Rosda Karya.
Endah, K & Lucky, A., (2005). Psikoterapi Islam, Psikoislamika. Jurnal Psikologi
dan Keislaman, Vol.2/No.1 edisi Januari. Malang: Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.
Fuad, N., (2003). Potensi-Potensi Manusia.Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Greorgy, J., F., & Jess, F., (2009). Teori Kepribadian (Book. 1). Mc Graw Hill:
Salemba Humanika.
Goleman, D., (1998). Emotional Intelligence ‘’Kecerdasan Emosional’’. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, D., (2000). Working With Emotional Intelegent ‘’Kecerdasan Emosi
Untuk Mencapai Puncak Prestasi’’. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hadziq, A., & Wachid, N., (Ed)., (2013). Meta Kecerdasan & Kesadaran
Multikultural Pemikiran Psikologi Sufistik Al Ghazali. Semarang. RaSAIL
Media Grup.
Hanafi, R., (2010). Spiritual Intelegence, emotional Intelegence and auditor’s
Performance. Jurnal Kecerdasan Emosional Spiritual (Online). (16.1). 06,
http wikipedia indonesia. diakses 15 Agustus 2013.
Hasyim, M., (2002). Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi. Walisongo Press,
&IKAPI: Pustaka Pelajar Offset.
Helen, G., (2005). Psikologi Humanistik, dalam Konteks Sosial, Budaya, dan
Sejarah. Jogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jurnal Psikosains. Vol. 6/No.1/Agustus 2013
32
Hendrawan, S., (2009). Spiritual Management ‘’From Personal Enlightenment
Towards God Corporate Governance. Bandung: Mizan.
Jarvis, M., (2010). Teori-Teori Psikologi ‘’Pendekatan Modern untuk Memahami
Perilaku, Perasaan dan Pikiran Manusia’’. Bandung: Nusa Media.
Koeswara, E. (2008). Psikologi Eksistensial Suatu Pengantar. Bandung: Rosda
Offset.
Noor, A., (2005). Mengungkap Pengalaman Spiritual dan Kebermaknaan Hidup
pada Pengamal Thariqah . Jurnal Ilmiah Psikologi Indigenous, 7.2, 19-38
Rafanany, B., & T, W., (Ed.), (2013). Kebiasaan-Kebiasaan Tokoh-Tokoh Hebat
di Seluruh Jagat Yang Harus Anda Tiru. Yogyakarta: Araska.
Rajasa, S., (Tanpa Tahun). Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Karya utama.
Segal, J., (2002). Kepekaan Emosional. Bandung: Kaifa.
UMG, (2012). Panduan Akademik. Gresik: Universitas Muhammadiyah Gresik
Yadi, P., & Ali, S.,M., (2007). Psikologi Kepribadian Intregitas Nafsiyah dan
Aqliyah (Rev. ed). Bandung: Revika Aditama.
Saleh, M., (2012). Profesionalisme Dosen, Madania Edukasi. (Online),
(www.google.com), diakses 5 juni 2013.
Santoso, S., (2003). SPSS Statistik Multivariant. Jakarta: Gramedia.
Septiyani, D., N., (2005). Hubungan Antara Kecerdasan Ruhaniah Dengan
Kecemasan Menghadapi Kematian pada Usia Lanjut. Jurnal Ilmiah Psikologi
Indigenous, 7.1, 19-38.
Sugiyono, & Wibowo, (2002). Statistika Penelitian dan Aplikasinya dengan SPSS
10.0 for Windows. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, (2004). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Supriyono, I., & Hamsudin, (Ed.), (2009). FSQ ‘’Memahami Mengukur, dan
Melejitkan Finansial Spiritual Quotient untuk Keunggulan Diri, Perusahaan
dan Masyarakat. Surabaya: Lutfansah Madiatama.
Wade, C., Travis, C., (2009). Psikologi Ed. 9. Jakarta: Erlangga
Wicaksono, A., S., (2006). Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Etos
Kerja pada Karyawan. Jurnal Penelitian dan Pemikiran Psikologi, Psikosains,
I. 1, 25-39.
Widyatama, (2010). Kamus Psikologi. Tim Widyatama.
Wilcox, L., & Halim, A., (Ed.), (2013). Psikologi Kepribadian ‘’Analisis seluk
Beluk Kepribadian Manusia. Yogyakarta: IRCISoD.
Choirul Zayati. Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan...
33
Zohar, D., (2002). Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam berfikir
Integralistik & Holistik Untuk memaknai Kehidupan. Bandung: Mizan
pustaka.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, TENTANG GURU
DAN DOSEN. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun
2009, TENTANG DOSEN. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional,
Nomor:36/D/O/2001, Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penilaian Angka
Kredit Jabatan Dosen. (Online), (http//Wikipedia indonesia.
www.google.com), diakses 23 juni 2013.
Universitas Muhammadiyah Gresik. Sejarah berdirinnya UMG, (Online),(http//
umg.ac.com), diakses 7 juli 2013.
Jurnal Psikosains. Vol. 6/No.1/Agustus 2013
34