BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...
-
Upload
truongkiet -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah wajib hukumnya menyelenggarakan pelayanan publik yang
sebaik-baiknya kepada masyarakat karena pelayanan publik yang baik dan
berkualitas merupakan hak warga negara sekaligus kewajiban konstitusional
negara.1 Kecenderungan penyelenggaraan pelayanan publik saat ini masih
terkesan seadanya, yakni sekedar menggugurkan kewajiban dan bagian dari tugas
rutin semata. Penyelenggaraan pelayanan publik saat ini dan ke depan dalam
rangka mencapai World Class Government pada tahun 2025, bukan menjadi
pekerjaan yang biasa-biasa saja, tetapi harus menjadi pekerjaan yang luar biasa
dengan melakukan percepatan melalui berbagai terobosan baru.2
Pelayanan publik saat ini menjadi isu penting mengingat semakin
tingginya persaingan global menyusul perkembangan ilmu pengetahuan yang
semakin pesat.3 Pelayanan sebagai proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas
orang lain secara langsung merupakan konsep yang senantiasa aktual dalam
berbagai aspek kelembagaan. Bukan hanya pada organisasi bisnis, tetapi telah
berkembang lebih luas pada tatanan organisasi pemerintah.4
1 Imanuddin, M. 2016. “Inovasi Pelayanan Publik : Percepatan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik”, http://www.sinovik.menpan.go.id/index.php/site/article/223, diakses tanggal 11 Oktober 2016 2 Ibid. 3 Sinambela, Lijan Poltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik : Teori, Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta : PT Bumi Aksara. Hal. 42. 4 Ibid.
Pelayanan publik menjadi hal yang cukup vital dikarenakan langsung
bersentuhan dengan masyarakat. Menurut Dwiyanto, pelayanan publik selama ini
menjadi ranah dimana negara yang diwakili oleh pemerintah berinteraksi dengan
lembaga-lembaga non pemerintah. Dalam ranah ini terjadi pergumulan yang
sangat intensif antara pemerintah dengan warganya. Buruknya praktik governance
dalam penyelenggaraan pelayanan publik sangat dirasakan oleh warga dan
masyarakat luas.5
Inovasi muncul bersamaan dengan semakin majunya berbagai
pengetahuan dan teknologi. Dalam konteks pembangunan nasional, inovasi di
sektor publik menjadi mutlak karena negara kita memerlukan percepatan atau
akselerasi dalam memajukan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.6 Hal
ini juga diperkuat oleh Imanuddin yang menyatakan bahwa inovasi pelayanan
publik sebagai percepatan membuat lompatan terobosan untuk menjadi solusi
peningkatan kualitas pelayanan publik yang lebih mendekatkan dengan harapan
masyarakat.7 Pemikiran inovasi pelayanan publik tidak lepas dari masih
lambatnya peningkatan kualitas publik sebagai wujud dari reformasi birokrasi.8
Idealnya, inovasi pelayanan publik harus tumbuh dari budaya organisasi, karena
diharapkan akan berkembang dan berkelanjutan mendorong percepatan
peningkatan kualitas pelayanan publik.9
5 Dwiyanto, A. 2008. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta : UGM Press. Hal. 21. 6 Suwarno, Yogi. 2008. Inovasi di Sektor Publik. Jakarta : STIA LAN Press. Hal. 1. 7 Imanuddin, M. 2016. “Inovasi Pelayanan Publik : Percepatan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik”, http://www.sinovik.menpan.go.id/index.php/site/article/223, diakses tanggal 11 Oktober 2016. 8 Ibid. 9 Ibid.
Salah satu masalah publik yang sedang booming pada saat ini adalah
masalah lingkungan.10 Permasalahan lingkungan ini utamanya terkait dengan
pengelolaan sampah. Sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia
dan/atau proses alam yang berbentuk padat.11 Kompleksitas permasalahan
lingkungan secara global, regional, dan lokal saling terkait sehingga memerlukan
pendekatan khusus untuk menanganinya.12 Menurut laporan dari World Bank
produksi sampah di dunia terus bertambah, khususnya di negara-negara yang
memiliki income per kapita yang rendah sebagaimana yang tertera di bawah ini13 :
Tabel 1. 1 Produksi sampah di dunia.
Data di atas menunjukkan negara-negara yang memiliki permasalahan
sampah tertinggi ada di negara-negara lower middle income region dimana
Indonesia termasuk di dalamnya. Negara-negara pada region tersebut sebagian
besar adalah negara yang memiliki populasi penduduk yang besar, seperti China,
India, dan Indonesia. Berdasarkan data tersebut, total sampah yang dihasilkan
negara-negara region lower middle income adalah sebesar 0,78 kg per kapita per
10 Dedi. 2016. “Program Inovasi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka : Sampah Membawa Berkah”,http://inovasi.lan.go.id/index.php?r=post/read&id=500 diakses tanggal 11 Oktober 2016. 11 Undang‐Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah pasal 1 ayat 1. 12 Asdak, C. 2012. Kajian Lingkungan Hidup Strategis : Jalan Menuju Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Hal. 1. 13 World Bank. 2012. What a Waste : A Global Review of Solid Waste Management. Washington : Urban Development & Local Government Unit, http://siteresources.worldbank.org// diakses 25 November 2016.
hari dan diproyeksikan pada tahun 2025 naik menjadi 1,3 kg per kapita per hari.
Hal ini tentu menjadi hal yang serius apabila melihat perbandingan kenaikan
jumlah sampah di negara lower middle income merupakan salah satu yang
tertinggi yakni mencapai 2,5 kali lipat.
Sampah kini menjadi ancaman serius bagi Indonesia. Kementerian
Lingkungan Hidup mencatat rata-rata penduduk Indonesia menghasilkan sekitar
2,5 liter sampah per hari atau 625 juta liter dari jumlah total penduduk.14
Pengelolaan sampah berwawasan lingkungan pun akhirnya mucul sebagai upaya
inovasi dalam menjawab tantangan pembenahan tata kelola persampahan. Hal ini
kemudian diaplikasikan Pemerintah Indonesia melalui penerbitan Undang-Undang
No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. Tugas pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan mempunyai peran penting dalam menjamin
terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan.15
Undang-Undang ini berimplikasi banyak terhadap regulasi persampahan di
Indonesia yang secara substantif mengatur :
a. Perubahan definisi TPA dari Tempat Pembuangan Akhir menjadi
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah. Hal ini memastikan agar sampah
dan/atau residu sampah yang dikembalikan ke media lingkungan tidak
menimbulkan polusi.16
14 Parliza Hendrawan. 2012. “Indonesia Hasilkan 625 Juta Liter Sampah Sehari”, http://www.tempo.co/read/news/2012/04/15/063397147/Indonesia‐Hasilkan‐625‐Juta LiterSampah‐Sehari, diakses pada tanggal 16 April 2015. 15 Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Pasal 5. 16 Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Pasal 22 ayat (1) huruf e.
b. Pemberlakuan larangan open dumping sebagai sistem pengoperasian
TPA. Hal ini berupaya agar orang dilarang melakukan penanganan
sampah dengan pembuangan terbuka di TPA.17
c. Pengelolaan sampah dengan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle).18
Konsep 3R ini kemudian diwujudkan dalam berbagai hal, salah satunya di
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang kemudian dikenal dengan Controlled
Landfill dan Sanitary Landfill. Controlled Landfilling adalah peningkatan sistem
dari open dumping dimana calon lahan telah dipilih dan disiapkan secara baik.
Sistem ini menerapkan adanya penimbunan sampah dengan tanah dalam jangka
waktu tertentu ( tidak setiap hari).19 Sedangkan Sanitary Landfilling adalah lahan
urug yang telah memperhatikan aspek sanitasi lingkungan. Sampah diletakkan
pada lokasi cekung dengan bagian dasarnya lapisan kedap air dilengkapi pipa
pengumpul dan penyalur air lindi. Setap hari akhir operasi sampah dilapisi tanah
penutup dan dipadatkan. Tebal lapisan tanah 10-15 persen dari tebal lapisan
sampah untuk mencegah vektor penyakit dan pencemaran lingkungan.20
Namun berdasarkan Kajian Kebijakan Sanitary Landfill di Indonesia
Tahun 2013 oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik
Indonesia, sejak Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 ditetapkan, ± 99% TPA
di Indonesia masih open dumping dan baru ± 70% TPA yang didesain secara
controlled landfill dari ± 492 TPA di seluruh Kab/Kota di Indonesia. Sedangkan
17 Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Pasal 29 ayat (1) huruf f dan Pasal 44 ayat (2). 18 Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Pasal 20 ayat (1). 19 Damanhuri, E. Dan Tri Padmi. 2011. Buku Ajar Teknologi Pengelolaan Sampah. Bandung :
Penerbit ITB Hal. 223. 20 Bappenas. 2016. Praktik Cerdas : TPA Wisata Edukasi Talangagung Kec. Kepanjen-Kab. Malang Prov. Jawa Timur. Jakarta : Tim Knowledge Center Bappenas. Hal.47.
terkait dengan proses 3R, baru 0,80% (1.936.282 m3 /bulan) dari total timbulan
sampah (241.928.614 m3 /bulan) yang dikelola secara 3R.21
Namun di tengah-tengah banyaknya hambatan terwujudnya Controlled
Landfill ataupun Sanitary Landfill untuk TPA di Indonesia, salah satu TPA yang
dinilai berhasil menerapkan prinsip controlled landfill dan 3R di Indonesia adalah
TPA Talangagung. TPA yang memiliki luas lahan 2,4 hektar ini berada di
Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Kapasitas pengelolaan sampah di TPA
Talangagung ini mencapai 140 m3 per hari.22
Gambar 1. 1 Lokasi Kecamatan Kepanjen di Kabupaten Malang
Sumber : Presentasi dan Wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Kab. Malang di KEMENPAN-RB
2015
21 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. 2013. Kajian Kebijakan Sanitary Landfill di Indonesia Tahun 2013. Asisten Deputi Telematika Dan Utilitas Kedeputian Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah. Hal. 2 22 Kresna, R. 2015. Presentasi dan Wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik. Kemenpan‐RB.
KECAMATAN KEPANJEN
Gambar 1. 2 Lokasi TPA Talangagung
Sumber : Presentasi dan Wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Kab. Malang di KEMENPAN-RB
2015
TPA Talangagung berhasil menciptakan inovasi-inovasi baru terkait
pengelolaan sampah. Inovasi-Inovasi tersebut antara lain dapat dilihat dalam tabel
berikut ini :
Tabel 1. 2 Inovasi-Inovasi TPA Talangagung
Sumber : Survey pra-penelitian di TPA Talangagung
No. Inovasi Penjelasan
1 Controlled Landfill Sistem urug terkendali dalam pengelolaan sampah (sesuai
amanat Undang-Undang No. 18 tahun 2008).
2 Pengurangan Volume Sampah
yang masuk ke TPA
Penerapan prinsip 3R melalui kegiatan composting,
fasilitas pemilahan sampah non organik (TPS 3R), dan
prototipe alat pemisah sampah organik dan non organik.
3
Pemanfaatan Gas Metana
sebagai Sumber Energi
Alternatif
Sistem terintegrasi dalam mengendalikan gas metan untuk
bisa dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif
baru yang dapat dimanfaaatkan masyarakat.
4 TPA Wisata Edukasi
Ajang rekreasi dan edukasi bagi masyarakat dalam
mengenal pengembangan dan penerapan teknologi
pengelolaan persampahan yang berwawasan lingkungan.
Hal yang menjadi keunikan dari TPA Talangagung ini adalah mampu
mengelola gas metan yang selama ini dikenal berperan besar terhadap pemanasan
TPA TALANGAGUNG
global menjadi suatu sumber energi baru terbarukan. Gas metan memiliki
pengaruh 25 kali lebih besar daripada karbondioksida terhadap perubahan iklim.23
Perlu diketahui pula bahwasannya sekitar 60% gas metan yang ada di alam ini
merupakan hasil dari aktivitas manusia.24 Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui
bahwa ternyata manusia-lah yang menjadi penyumbang terbesar dalam
menghasilkan gas metan yang berbahaya bagi lingkungan, khususnya bagi lapisan
ozon yang semakin menipis.
Kondisi TPA Talangagung sebelum tahun 2009 tidak jauh berbeda dengan
TPA-TPA pada umumnya yang kotor, jorok, berbau tidak sedap, banyak lalat di
sana-sini, kumuh, gersang, dan penyumbang pencemaran lingkungan. Namun hal
tersebut mulai berubah setelah ditugaskannya Ir. Koderi yang saat ini menjabat
sebagai seorang Kepala Bidang AMDAL di BLH Kabupaten Malang dimandatkan
untuk mengelola TPA Talangagung pada tahun 2007. Melihat kondisi TPA yang
saat itu memprihatinkan, Ir. Koderi dengan dibantu beberapa rekan penggiat
lingkungan mulai berupaya mengubah TPA Talangagung menjadi TPA yang
sesuai dengan standar pengelolaan sampah dan bahkan juga berhasil memberikan
terobosan-terobosan yang memberikan kemanfaatan yang besar untuk masyarakat
di sekitar TPA. Hal ini diwujudkan melalui pembangunan sarana stasiun
23 US Environmental Protection. 2010. “Overview Greenhouse Gases”, https://www.epa.gov/ghgemissions/overview-greenhouse-gases, diakses pada tanggal 21 November 2016. 24 Ibid.
penangkap dan pengendali gas metan. Gas biogas yang dihasilkan itu, kemudian
disalurkan kepada 75 kepala keluarga secara gratis.25
Lebih singkatnya, proses instalasi pengelolaan gas metan di TPA
Talangagung dapat dilihat melalui diagram alir berikut ini :
Gambar 1. 3 Diagram alir pengelolaan gas metan di TPA Talangagung
Sumber : Survey pra-penelitian di TPA Talangagung
Potensi gas metan di TPA Talangagung yang belum termanfaatkan
sebesar 99,8% dengan total potensi produksi gas metana dari tahun 2009-2013
ialah sebesar 17.737,64 ton.26 Namun saat ini dengan potensi sampah yang
mencapai 150 kubik per hari, akan ditargetkan mampu disambungkan ke 200
rumah kepala keluarga.27
Pengembangan dan penerapan teknologi pemanfaatan gas metan inilah
yang mengantarkan TPA Wisata Edukasi Talangagung Kepanjen meraih Top 25
25Priyo, A. 2013. “Sulap Kekumuhan TPA Talangagung Jadi Menyenangkan”. http://www.malang-
post.com/features/sulap-kekumuhan-tpa-talangagung-jadi-menyenangkan , diakses tanggal 26
Mei 2015. 26 Anzani, S. Dkk. 2015. Pemanfaatan Potensi Biogas Sebagai Sumber Energi Alternatif di Desa Talangagung.
Jurnal Vol. 4 No. 1. Department of Urban and Regional Planning Faculty of Engineering University
of Brawijaya : Malang. 27 Priyo, A. 2013. “ TPA Talangagung Layani 200 KK”.
http://malang‐post.com/metro‐raya/72864‐tpa‐talangagung‐layani‐200‐kk diakses tanggal 26
Mei 2015.
Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2015 dari Kemenpan dan RB.28 Keberhasilan
lainnya juga diperoleh Ir. Koderi melalui penghargaan Kalpataru dari Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2013 lalu. Penghargaan-penghargaan
energi lain pun juga ikut menyusul yang pada akhirnya memotivasi TPA
Talangagung untuk terus berbenah diri. Hal ini tentu menjadi suatu awal yang
baik di mana pengelolaan sampah berbasis gas metan ini dapat dirasakan
kemanfaatannya oleh masyarakat lebih luas.
Penerapan Controlled Landfilling dan keberhasilan sistem pemanfaatan
gas metan sebagaimana dipaparkan di atas kemudian membuat Kabupaten Malang
melalui TPA Talangagung memperoleh penghargaan Adipura atas prestasi
tersebut. TPA Talangagung menjadi salah satu faktor utama dari berhasilnya
Kabupaten Malang meraih penghargaan Adipura 7 kali secara berturut-turut.
Berikut ini daftar raihan penghargaan Adipura yang diperoleh Kota Kepanjen
Kabupaten Malang29 :
Tabel 1. 3 Daftar Raihan Penghargaan Adipura yang diperoleh Kabupaten
Malang30
NO PENGHARGAAN TAHUN
1 Penghargaan Adipura Kategori Kota Kecil 2006-2007
2 Penghargaan Adipura Kategori Kota Kecil 2007-2008
3 Penghargaan Adipura Kategori Kota Kecil 2009-2010
4 Penghargaan Adipura Kategori Kota Kecil 2010-2011
5 Penghargaan Adipura Kategori Kota Kecil 2011-2012
6 Penghargaan Adipura Kategori Kota Kecil 2012-2013
7 Penghargaan Adipura Kategori Kota Kecil 2013-2014
28 Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang. 2015. “TPA Wisata Edukasi Talangagung Meraih Penghargaan Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2015”, http://ciptakarya.malangkab.go.id/berita-568.html, diakses pada tanggal 27 Mei 2015. 29 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang. 2013. “Prestasi/Penghargaan Bidang Lingkungan Hidup”. http://lh.malangkab.go.id/konten-39.html, diakses tanggal 16 April 2015. 30 Ibid
Keberhasilan maupun penghargaan ini tentu tidak datang begitu saja.
Banyak sekali hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mengubah pandangan
terhadap pengelolaan sampah dan keberadaan TPA Talangagung. Tidak hanya
tantangan mengubah pola pikir masyarakat ataupun pemerintah namun juga
tantangan besar tidak adanya kepedulian manusia terhadap pelestarian lingkungan.
Sikap acuh tak acuh terhadap sampah masih sangat kuat hingga sekarang. Selain
itu, dibutuhkan kemampuan dan kemauan yang cukup keras untuk mengatasi isu
publik terkait permasalahan sampah ini. Masih sangat jarang ditemukan kesadaran
tinggi terkait pengelolaan sampah di berbagai daerah di Indonesia.
Secara garis besar, permasalahan yang dihadapi sebelum adanya upaya
inisiatif pengembangan TPA Talangagung ada tiga31, yakni pertama terkait
dengan karakter masyarakat di sekitar TPA yang beragam dan berada pada fase
transisi antara kebiasaan hidup di perkotaan dan perdesaan. Masyarakat di Desa
Talangagung berada di lingkaran luar perkotaan yang semakin tahun berkembang
menjadi daerah yang kekotaan. Masyarakat secara mental masih terbiasa dengan
membuang sampah di pekarangan rumah yang kemudian untuk memusnahkannya
dengan cara dibakar. Namun di lain sisi memiliki pola hidup konsumtif
sebagaimana orang kota. Hal ini tentu menjadi suatu permasalahan sosial
tersendiri dalam hal pelestarian lingkungan.
Permasalahan kedua adalah terkait sistem pengelolaan sampah di TPA
Talangagung yang masih menggunakan sistem open dumping. Sebagaimana telah
disinggung sebelumnya, sistem ini merupakan sistem yang paling kuno dimana
31 Berdasarkan hasil diskusi pada survey pra-penelitian di TPA Talangagung.
sampah hanya dikumpulkan dan kemudian ditumpuk begitu saja tanpa ada proses
pengolahan selanjutnya. Hal ini mengakibatkan berbagai dampak negatif bagi
masyarakat sekitar TPA, seperti pencemaran air, tanah maupun udara.
Permasalahan ketiga adalah terkait konflik sosial yang terjadi akibat lokasi
TPA. Permasalahannya adalah posisi TPA Talangagung sangatlah dekat dengan
lokasi pemukiman penduduk. Masyarakat di desa tersebut merasa banyak
dirugikan dengan keberadaaan TPA. Salah satu contoh kecilnya adalah bau
sampah TPA yang sangat menyengat tercium hingga ke desa. Belum lagi,
timbunan sampah tersebut tentu mengundang banyak serangga yang tidak
diinginkan, seperti lalat, nyamuk, dan lain-lain.
Berdasarkan pada suvey awal pra-penelitian di TPA Talangagung, sudah
banyak peneliti yang datang ke TPA Talangagung untuk meneliti kegiatan
inovasi, teknologi pemanfaatan gas metan, serta perencanaan pengembangan
model pengelolaan sampah ke depan. Sedangkan penelitian mengenai manajemen
proses inovasi di TPA Talangagung masih belum banyak dilakukan. TPA
Talangagung membutuhkan kajian mengenai manajemen proses inovasi untuk
mengetahui gambaran bagaimana manajemen proses inovasi yang selama ini telah
dilaksanakan apakah sudah inovatif atau belum. Hasil kajian ini dapat digunakan
sebagai evaluasi perbaikan manajemen proses inovasi untuk kedepannya. Kajian
manajemen proses inovasi ini meliputi analisis kapabilitas organisasi dalam
berinovasi dan analisis rantai nilai inovasi. Analisis kapabilitas organisasi dalam
berinovasi dibutuhkan dalam mengetahui sejauh mana kapasitas atau kemampuan
TPA Talangagung dalam mendukung keberlanjutan praktik-praktik cerdas
pengelolaan sampah ini, khususnya terkait pemanfaatan biogas sampah.
Sedangkan analisis rantai nilai inovasi digunakan untuk melihat tahapan-tahapan
inovasi yang telah dilakukan di TPA Talangagung dan tahapan inovasi mana yang
menjadi permasalahan. Semakin baiknya manajemen proses inovasi yang
dilakukan tentu diharapkan dapat meningkatkan kinerja UPT TPA Talangagung
dalam mengembangkan inovasi pengelolaan sampah yang dapat memberikan
kemanfaatan yang lebih besar untuk masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kapabilitas organisasi TPA Talangagung Kabupaten Malang
dalam mendukung keberlanjutan inovasi pemanfaatan biogas sampah ?
2. Bagaimana manajemen proses inovasi pemanfaatan biogas sampah
sebagai sumber energi alternatif baru di TPA Talangagung Kabupaten
Malang ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis kapabilitas organisasi TPA Talangagung Kabupaten
Malang dalam mendukung keberlanjutan inovasi pemanfaatan biogas
sampah.
2. Mendeskripsikan manajemen proses inovasi pemanfaatan biogas
sampah sebagai sumber energi alternatif baru di TPA Talangagung
Kabupaten Malang.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Penulis
Sebagai tambahan wawasan mengenai manajemen proses inovasi di
dalam organisasi publik, khususnya terkait dengan pengelolaan sampah
dengan metode pengendalian dan pemanfaatan gas metan sebagai sumber
energi alternatif baru. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat menjadi
referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
2. Untuk Akademis
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti-peneliti lain
yang ingin melakukan penelitian lebih jauh terkait kebijakan maupun
manajemen inovasi di organisasi publik, khususnya pada bidang pengelolaan
sampah.
3. Untuk Pemerintah
Sebagai salah satu konsep role model yang dapat diterapkan untuk
menumbuhkembangkan budaya inovasi di bidang pelayanan publik lain
maupun yang khusus terkait dengan pengelolaan sampah.
4. Untuk UPT TPA Talangagung
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi
kinerja pemerintah daerah terutama untuk UPT TPA Talangagung dalam
perumusan kebijakan-kebijakan terkait pengelolaan sampah di masa
mendatang.
5. Untuk Masyarakat Kabupaten Malang
Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan partisipasi masyarakat
Kabupaten Malang terkait dengan pengelolaan sampah dan kecintaan
terhadap lingkungan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan peran
masyarakat dalam menjaga kelestarian alam demi terciptanya kesehatan,
keasrian, kenyamanan dan keindahan lingkungan.
1.5 Batasan Penelitian
Dengan maksud supaya penelitian mempunyai titik fokus yang jelas, maka
penelitian ini difokuskan pada analisis manajemen proses inovasi TPA
Talangagung yang meliputi analisis dengan menggunakan framework rantai nilai
inovasi dan analisis kapabilitas organisasi dalam berinovasi. Pada penelitian
dengan menggunakan analisis rantai nilai inovasi ini biasanya juga dicari mata
rantai terlemah inovasi. Akan tetapi, dalam penelitian ini, hal tersebut tidak dapat
dilakukan karena jumlah minimal responden yang tidak mencukupi dan tingginya
frekuensi pergantian jabatan di UPT TPA Talangagung sehingga apabila
dipaksakan untuk diteliti justru hasil atau data yang didapatkan menjadi bias dan
tidak valid.