BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
PT Angkasa Pura II (Persero), selanjutnya disebut “Angkasa Pura II” atau
“Perusahaan” merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak
dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait
bandar udara di wilayah Indonesia Barat. Angkasa Pura II telah mendapatkan
kepercayaan dari Pemerintah Republik Indonesia untuk mengelola dan
mengupayakan pengusahaan Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang kini
berubah nama menjadi Bandara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta serta
Bandara Halim Perdanakusuma sejak 13 Agustus 1984.
Berdirinya Angkasa Pura II bertujuan untuk menjalankan pengelolaan dan
pengusahaan dalam bidang jasa kebandarudaraan dan jasa terkait bandar udara
dengan mengoptimalkan pemberdayaan potensi sumber daya yang dimiliki dan
penerapan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Hal tersebut diharapkan agar
dapat menghasilkan produk dan layanan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya
saing kuat sehingga dapat meningkatkan nilai Perusahaan dan kepercayaan
masyarakat.
Angkasa Pura II telah mengelola 13 Bandara, antara lain yaitu Bandara
Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Kualanamu (Medan),
Supadio (Pontianak), Minangkabau (Padang), Sultan Mahmud Badaruddin II
(Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara
(Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah
(Tanjungpinang), Sultan Thaha (Jambi), Depati Amir (Pangkal Pinang) dan
Silangit (Tapanuli Utara). (www.angkasapura2.co.id, diakses pada tanggal 25
April 2015)
PT Angkasa Pura II memiliki empat anak perusahaan, yaitu PT Angkasa
Pura Solusi, PT Gapura Angkasa, PT Railink, dan PT Purantara Mitra Angkasa
Dua. Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan, PT Angkasa Pura Solusi
bergerak dibidang usaha jasa penunjang bandara dengan 100% saham dimiliki
oleh PT Angkasa Pura II, PT Gapura Angkasa bergerak dibidang ground handling
dengan saham sebesar 31,5% dimiliki oleh PT Angkasa Pura II, kemudian PT
Railink bergerak dibidang kereta bandara dengan saham sebesar 40% dimiliki
oleh PT Angkasa Pura II, sedangkan PT Purantara Mitra Angkasa bergerak
dibidang inflight catering dengan saham sebesar 2% dimiliki oleh PT Angkasa
Pura II. Berikut adalah struktur organisasi dari PT Agkasa Pura II:
Gambar 1.1 Struktur Organisasi PT Angkasa Pura II
Sumber: Data PT Angkasa Pura II
Salah satu anak perusahaan yang dimiliki oleh PT Angkasa Pura II adalah
PT Angkasa Pura Solusi. Tahun 2012 bisa dibilang sebagai “permulaan yang baru”
untuk PT Angkasa Pura Solusi semenjak November 2011 kepemilikan saham PT
Angkasa Pura Solusi sepenuhnya dimiliki oleh PT Angkasa Pura II (Persero) dan
berubah dari yang sebelumnya bernama PT Angkasa Pura Schiphol. Berdasarkan
Direktur Utama
Director of Operation & Engineering
Deputi Direktur Manajemen
Keselamatan
Deputi Direktur Pelayanan
Penerbangan
Deputi Direktur Pelayanan Bandara
Deputi Direktur Pengamanan
Director of Commercial &
Business Development
Deputi Direktur Tata & Lingkungan
Bandara
Deputi Direktur Prasarana
Deputi Direktur Teknologi
Kebandarudaraan
Director of Human Capital, General
Affairs & IT
Deputi Direktur Pengembangan SDM
Deputi Direktur Pendidikan &
Pelatihan
Deputi Direktur Pelayanan
Administrasi
Director of Airport Services & Facility
Deputi Direktur Bisnis Terminal
Deputi Direktur Bisnis Penerbangan
Director of Finance
Deputi Direktur Manajemen Aset &
Pelengkapan
Deputi Direktur Anggaran & Akuntansi
Deputi Direktur Perbendaharaan
Deputi Direktur PKBL
data yang diperoleh dari PT Angkasa Pura Solusi, sejak tahun 2012, usaha yang
dijalankan pun mengalami peningkatan, yang dimulai hanya dari Airport
Consultancy, IT, dan Saphire, diperluas menjadi bisnis yang lain, seperti: ICT,
lounge, advertising, cargo handling services, car-park, property management,
training &support, aviation security dan sebagainya. Penambahan bisnis tersebut
mempengaruhi perubahan didalam organisasi, peningkatan sumber daya manusia
dan menyebabkan perubahan pada nilai perusahaan berdasarkan kepentingan
pemegang saham. PT Angkasa Pura Solusi, yang sebelumnya dikenal sebagai PT
Angkasa Pura Schiphol, adalah sebuah anak perusahaan dari PT Angkasa Pura II
telah mendapat persetujuan sejak 28 November 2011 dengan sebuah bisnis yang
fokus pada area pelayanan dalam industri penerbangan. Berikut adalah sejarah
terbentuknya PT Angkasa Pura Solusi:
1. 8 April 1996: PT Angkasa Pura Schiphol dilaksanakan berdasarkan UU
Investment Modal Asing, adalah sebuah investasi perusahaan asing yang
didirikan pada tahun 1996 dimulai sebagai usaha bersama dengan 50/50
pembagian saham antara PT Angkasa Pura II (Persero) dengan Schiphol
Management Services BV.
2. 8 April 1998: Perusahaan beroperasi sebagai perusahaan komersial.
3. 21 Februari 2011: PT Angkasa Pura II menandatangani penyelesaian
pembelian 50% saham milik Schiphol International.
4. 28 November 2011: PT Angkasa Pura Schiphol secara resmi berubah nama
menjadi PT Angkasa Pura Solusi dengan 100% saham menjadi milik PT
Angkasa Pura II (Persero).
Berikut adalah struktut organisasi dari PT Angkasa Pura Solusi:
Gambar 1.2 Stuktur Organisasi PT Angkasa Pura Solusi
Sumber: Data PT Angkasa Pura Solusi tahun 2015
1.1.1 Visi dan Misi
Visi PT Angkasa Pura Solusi adalah :
Menjadi perusahaan dengan layanan terbaik dalam penyediaan jasa terkait
kebandarudaraan.
Misi PT Angkasa Pura Solusi adalah :
Sebagai perusahaan pelayanan penyedia jasa yang terkait kegiatan
kebandarudaraan guna memberikan nilai tambah dan pengaruh positif untuk
semua pemegang saham melalui integrasi bisnis pelayanan bandar udara.
1.1.2 Bidang Usaha
PT Angkasa Pura Solusi adalah sebuah anak perusahaan dari PT Angkasa
Pura II dengan usaha yang fokus pada area pelayanan dalam industri penerbangan
dan sebagai perusahaan pelayanan penyedia jasa yang terkait kegiatan
kebandarudaraan.
1.1.3 Makna Logo PT Angkasa Pura Solusi
Berikut adalah gambar logo PT Angkasa Pura Solusi beserta maknanya:
Gambar 1.3 Logo PT Angkasa Pura Solusi
Sumber: http://www.aps.co.id/
Bentuk logo PT Angkasa Pura Solusi mempunyai korelasi yang kuat
dengan kegiatan perusahaan yaitu yang bergerak dibidang transportasi udara
termasuk juga pendukung kebandarudaraan. Warna Biru pada logo PT Angkasa
Pura Solusi melambangkan kepercayaan, konservatif, teknologi, kebersihan,
keteraturan, kesabaran, tenang, terpercaya, ilmu dan wawasan.Melambangkan
kesan ketegaran dalam menghadapi tantangan. Warna orange mencerminkan
energi, keseimbangan, kehangatan. Melambangkan PT Angkasa Pura Solusi untuk
melakukan perubahan dan transformasi dalam rangka menjadi perusahaan
terdepan dalam bisnis yang terkait kebandarudaraan dan menyatukan pelayanan
dengan solusi dan juga menuju “World Class Company”.
1.1.4 Produk PT Angkasa Pura Solusi
PT Angkasa Pura Solusi fokus pada area pelayanan dalam industri
penerbangan, dengan berbagai layanan seperti ICT, Saphire Lounge, media
advertising, cargo handling services, car-park, property management, training &
support, aviation security, dan sebagainya.
Business Portofolio PT Angkasa Pura Solusi meliputi :
1. Saphire Lounge
Saphire adalah sebuah program yang memberikan pelayanan eksklusif,
prioritas dan efisiensi untuk para traveller. Saphire mendesain untuk
menyiapkan perjalanan dari dan melalui Bandar Udara Internasional
Soekarno-Hatta menjadi pengalaman yang menyenangkan, karena Saphire
menawarkan berbagai pelayanan istimewa untuk para membernya, seperti:
a. Automatic Border Passage (ABP) adalah sebuah akses cepat melalui
pengeluaran.
b. Sebuah area parkir khusus untuk selama 30 menit yang berlokasi di
sayap Terminal D bagian kedatangan.
c. Zona penjemputan yang memperbolehkan membernya untuk
menggunakan jalan terminal yang ditutup untuk masyarakat umum di
wilayah kedatangan international.
d. Prioritas jalur keamanan.
e. Counter check-in khusus pada maskapai penerbangan yang berpartisipasi.
f. Fasilitas lounge pada wilayah umum yang memberikan pelayanan check-
in dan penanganan bagasi di keberangkatan.
2. Information, Communication & Technology (ICT) & Media
ICT adalah salah satu unit usaha di PT Angkasa Pura Solusi, dan saat ini
memiliki proyek yang sedang dalam proses, seperti:
a. Data Komunikasi
b. Internet Protocol Television (IPTV)
c. Coverage Signal (Base Transceiver Station)
d. Wifi
e. Common Use Passanger Processing System
f. E-Payment
g. Pengelolaan Jaringan
h. Trunking
i. Saphire System Development
j. Mobile Application
k. Hardware & software
l. Support & Maintenance
Media adalah salah satu unit usaha di PT Angkasa Pura Solusi,
sebelumnya unit ini terpisah dari Unit ICT. Pada bulan Juni 2014, Unit Media
bergabung dengang Unit ICT. Unit Media memiliki berbagai tugas dan
tanggung jawab yaitu sebagai berikut:
a. Digital (LED, TV)
b. Events & Promotions
c. Media Advertising
d. Mobile Application
PT Angkasa Pura Solusi membantu klien atau para partner bisnis
meningkatkan periklanan dari produk mereka untuk mengembangkan brand
awareness di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Kisaran
penempatan media menawarkan pelayanan seperti billboard, bandobillboard
LED, media placement, product placement (booth), neon box, co-branding,
dan lain-lain. Penawaran tersebut berlokasi di tempat yang strategis dengan
konstruksi terbaik sekitar Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.
3. Parking
Manajemen parkir oleh PT Angkasa Pura Solusi dimaksudkan untuk
mengoptimalkan pendapatan parkir seluruh bandar udara milik PT Angkasa
Pura II (Persero), membuktikan kualitas dari pelayanan parkir dan keamanan
di bandar udara milik PT Angkasa Pura II (Persero), dan juga menjadi
tanggung jawab atas infrastruktur, sumber daya manusia, sistem parkir
(software&hardware), dan kebersihan.
4. Logistic
Logistik adalah salah satu unit usaha yang bertanggung jawab untuk
menyediakan gudang dan layanan layar/screen untuk cargo dan pos udara
yang mengirimi melalui transportasi udara.
5. Consultancy Airport
PT Angkasa Pura Solusi mempunyai bisnis pelayanan dalam bentuk
pelayanan konsultansi, baik dalam konsultansi perencanaan dan juga
konsultansi pengawasan.
1.2 Latar Belakang Penelitian
Airport lounge adalah ruang tunggu dengan berbagai fasilitas kenyamanan
yang berada di bandar udara. Airport Lounge pada umumnya disediakan oleh
pihak bandar udara, pihak maskapai, bank, ataupun pihak ketiga lainnya yang
menawarkan kenyamanan yang lebih baik dibandingkan dengan fasilitas yang
sudah disediakan di tiap terminal di bandar udara, seperti tempat duduk yang lebih
nyaman, suasana yang lebih tenang, dan terkadang akses ke customer service
yang lebih mudah. Akomodasi yang tersedia pada airport lounge mencakup ruang
meeting, telepon, akses internet, dan layanan bisnis lainnya.
Wilayah barat Indonesia memiliki 13 bandar udara, penelitian ini dibatasi
hanya Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, sebagai bandar udara utama di
Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari PT Angkasa Pura Solusi, Bandar
Udara Internasional Soekarno-Hatta memiliki 15 airport lounge yang disediakan
oleh para pihak ketiga yang tersebar di terminal 1 hingga terminal 3. Salah satu
airport lounge di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta adalah Saphire
Lounge milik PT Angkasa Pura Solusi yang merupakan anak perusahaan dari PT
Angkasa Pura II (Persero) sebagai pengelola Bandar Udara Internasional
Soekarno-Hatta. Data dari PT Angkasa Pura Solusi menjelaskan bahwa hingga
tahun 2014 Saphire Lounge memiliki 3.000 member aktif.
Gambar 1.4 Pendapatan Saphire Lounge Tahun 2011 – 2014
Sumber: Data PT Angkasa Pura Solusi tahun 2015, data yang diolah
Berdasarkan gambar 1.4 diatas, pendapatan Saphire Lounge sempat
mengalami kenaikan dari tahun 2011 hingga tahun 2013. Namun pada tahun
selanjutnya, yaitu dari tahun 2013 ke 2014, pendapatan Saphire Lounge
mengalami penurunan sebesar Rp 1.466.700.000, yaitu dari Rp 5.216.400.000
pada tahun 2013 menjadi Rp 3.749.700.000.
Rp0
Rp1.000.000.000
Rp2.000.000.000
Rp3.000.000.000
Rp4.000.000.000
Rp5.000.000.000
Rp6.000.000.000
2011 2012 2013 2014
Rp 1.692.470.000
Rp 5.216.400.000
Rp 3.749.700.000
Rp 2.306.428.387
Gambar 1.5 Jumlah Tamu Saphire Lounge Tahun 2013 - 2014
Sumber: Data PT Angkasa Pura Solusi Tahun 2015, data yang diolah
Selain penurunan pendapatan rata-rata perbulan pada satu tahun terakhir,
berdasarkan gambar 1.5 diatas, tamu reguler Saphire Lounge pun mengalami
penurunan sebanyak 936 orang pada satu tahun terakhir, yaitu dari 3.606 orang
tamu di tahun 2013 menjadi 2.670 orang tamu di tahun 2014. Namun, bertolak
belakang dengan tamu reguler, tamu umroh di Saphire Lounge mengalami
peningkatan sebesar 4.310 orang pada satu tahun terakhir, yaitu sebanyak 23.489
orang tamu pada tahun 2013 menjadi 27.799 orang tamu pada tahun 2014. Selain
itu dapat dilihat juga pada gambar 1.3 bahwa tamu umroh yang menggunakan
layanan Saphire Lounge jauh lebih banyak daripada tamu reguler baik pada tahun
2013 maupun pada tahun 2014.
Melihat penurunan tamu reguler yang diikuti oleh penurunan pendapatan
pada satu tahun terakhir, Saphire Lounge berencana mengembangkan target
pasarnya, yaitu khusus untuk tamu umroh karena pada satu tahun terakhir tamu
umroh di Saphire Lounge mengalami peningkatan dan justru lebih banyak apabila
dibandingkan dengan jumlah tamu reguler. Sebelum melakukan pengembangan
bisnis, seperti yang dilakukan oleh Saphire Lounge, perlu dilakukan kajian supaya
dapat diketahui apakah bisnis yang akan dijalankan layak atau tidak. Menurut
Umar (2009:12) kajian yang harus dilakukan adalah studi kelayakan bisnis. Studi
kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam
tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan
layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. (Kasmir & Jakfar, 2014:7)
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
2013 2014
Tamu Reguler
Tamu Umroh
23.489
27.799
3.606 2.670
Menurut Kasmir & Jakfar (2014:7) untuk menentukan layak atau tidaknya
suatu usaha dapat dilihat dari berbagai aspek. Aspek-aspek yang dinilai dalam
studi kelayakan bisnis meliputi aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek
keuangan, aspek teknis/operasi, aspek manajemen dan organisasi, aspek ekonomi
dan sosial, serta aspek dampak lingkungan bisnis. Dalam studi kelayakan bisnis
yang akan dilakukan pada Saphire Lounge terdapat beberapa aspek yang perlu
ditinjau, yaitu aspek pemasaran dan teknis. Aspek pemasaran ditinjau untuk
mengetahui intensitas persaingan dan kesesuaian strategi pemasaran yang
digunakan Saphire Lounge dengan target pasar yang baru agar memperoleh
tingkat penjualan yang menguntungkan. Aspek teknis ditinjau untuk mengetahui
kesesuaian letak lokasi, layout, dan teknologi dari Saphire Lounge dengan target
pasar yang baru.
Berdasarkan pentingnya studi kelayakan bisnis dan rencana PT Angkasa
Pura Solusi untuk membuat lounge khusus jamaah umroh tersebutlah yang
menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS
KELAYAKAN BISNIS PADA RENCANA PENGEMBANGAN
PELAYANAN PT ANGKASA PURA SOLUSI (STUDI KASUS PADA
SAPHIRE LOUNGE TAHUN 2015)”.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan permasalahan
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kelayakan bisnis rencana pengembangan pelayanan PT Angkasa
Pura Solusi ditinjau dari aspek pemasaran?
2. Bagaimana kelayakan bisnis rencana pengembangan pelayanan PT Angkasa
Pura Solusi ditinjau dari aspek teknis?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui kelayakan bisnis rencana pengembangan pelayanan PT Angkasa
Pura Solusi ditinjau dari aspek pemasaran.
2. Mengetahui kelayakan bisnis rencana pengembangan pelayanan PT Angkasa
Pura Solusi ditinjau dari aspek teknis.
1.5 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini sebagai berikut:
1. Aspek Teoritis
Melalui penelitian ini, peneliti mendapatkan serta mengaplikasikan pengalaman
dan pengetahuan berdasarkan ilmu atau teori yang sudah diperoleh selama
perkuliahan dan selama penelitian, sehingga bisa menambah wawasan bagi
peneliti.
2. Aspek Praktis
a. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam
mempertahankan dan meningkatkan pendapatan PT Angkasa Pura Solusi.
b. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi
dan tambahan pengetahuan untuk para akademisi ataupun pihak–pihak
yang tertarik pada analisis kelayakan bisnis mengenai rencana
pengembangan pelayanan pada suatu perusahaan.
1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Pembahasan dalam tugas akhir ini akan dibagi dalam lima bab yang
terdiri dari beberapa sub-bab. Sistematika penulisan tugas akhir ini secara garis
besar adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek
penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
Bab ini berisi uraian umum tentang teori-teori yang digunakan, literatur-
literatur yang berkaitan dengan penelitian sebagai acuan perbandingan dalam
masalah yang terjadi sehingga akan diperoleh gambaran yang cukup jelas,
kerangka pemikiran, serta ruang lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci
batasan dan cakupan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian, variabel penelitian,
operasional variabel, teknik pengumpulan data, teknik sampling dan teknik
analisa data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan penjelasan setelah diadakan penelitian.Hal tersebut
hasil analisis data dan hasil analisis perhitungan statistik serta pembahasan. Bab
ini juga menjelaskan deskripsi hasil penelitian yang telah diidentifikasi, analisis
model dan hasil pengujian hipotesis, dan pembahasan mengenai pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan menjelaskan mengenai kesimpulan dari hasil pembahasan
yang disertai dengan saran atau rekomendasi bagi perusahaan yang diteliti.