BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia...

19
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI) Gambar 1.1 Logo Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumber : www.idx.co.id Gambar 1.1 merupakan logo Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX). Bursa Efek Indonesia (BEI) didirikan oleh pemerintah Belanda di Indonesia pada tanggal 14 Desember 1912. Namun, karena adanya Perang Dunia I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintahan kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi, menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan dan BEI ditutup. BEI diaktifkan kembali pada tanggal 10 Agustus 1977. Beberapa tahun kemudian, pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Seiring dengan perkembangan pasar dan tuntutan untuk lebih meningkatkan efisiensi serta daya saing di kawasan regional, maka pemerintah memutuskan untuk menggabungkan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 3 Desember 2007 dengan menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated Trading System (JATS). (Buku Panduan Indeks Harga Saham BEI, 2010:5)

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/16193/bab1/analisis... · 1.1.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia ... Dampak

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)

Gambar 1.1

Logo Bursa Efek Indonesia (BEI)

Sumber : www.idx.co.id

Gambar 1.1 merupakan logo Bursa Efek Indonesia (BEI) atau

Indonesia Stock Exchange (IDX). Bursa Efek Indonesia (BEI) didirikan

oleh pemerintah Belanda di Indonesia pada tanggal 14 Desember 1912.

Namun, karena adanya Perang Dunia I dan II, perpindahan kekuasaan

dari pemerintahan kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan

berbagai kondisi, menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan

dan BEI ditutup. BEI diaktifkan kembali pada tanggal 10 Agustus 1977.

Beberapa tahun kemudian, pasar modal mengalami pertumbuhan seiring

dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Seiring dengan perkembangan pasar dan tuntutan untuk lebih

meningkatkan efisiensi serta daya saing di kawasan regional, maka

pemerintah memutuskan untuk menggabungkan Bursa Efek Jakarta (BEJ)

dengan Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)

pada tanggal 3 Desember 2007 dengan menggunakan sistem perdagangan

bernama Jakarta Automated Trading System (JATS). (Buku Panduan

Indeks Harga Saham BEI, 2010:5)

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/16193/bab1/analisis... · 1.1.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia ... Dampak

2

1.1.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia

Indeks sektoral Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah sub indeks dari

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Semua emiten yang tercatat di

BEI diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor menurut klasifikasi

industri yang telah ditetapkan BEI yang diberi nama JASICA (Jakarta

Industrial Classification). Kesembilan sektor tersebut adalah :

A. Sektor-sektor Primer (Ekstraktif)

■ Sektor 1 : Pertanian

■ Sektor 2 : Pertambangan

B. Sektor-sektor Sekunder (Industri Pengolahan / Manufaktur)

■ Sektor 3 : Industri Dasar dan Kimia

■ Sektor 4 : Aneka Industri

■ Sektor 5 : Industri Barang Konsumsi

C. Sektor-sektor Tersier (Industri Jasa / Non-manufaktur)

■ Sektor 6 : Properti dan Real Estate

■ Sektor 7 : Transportasi dan Infrastruktur

■ Sektor 8 : Keuangan

■ Sektor 9 : Perdagangan, Jasa dan Investasi

1.1.3 Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi

Sektor perdagangan, jasa dan investasi merupakan salah satu indeks

sektoral yang terdiri dari delapan sub sektor yaitu perdagangan besar

barang produksi, perdagangan eceran, restoran, hotel & pariwisata,

advertising, printing & media, jasa komputer & perangkatnya,

perusahaan investasi dan lainnya. Peneliti membahas empat sub sektor

yaitu sub sektor restoran, hotel & pariwisata, advertising, printing &

media dan perusahaan investasi. Tabel 1.1 merupakan daftar emiten sub

sektor restoran, hotel & pariwisata, advertising, printing & media dan

perusahaan investasi.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/16193/bab1/analisis... · 1.1.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia ... Dampak

3

Tabel 1.1

Sub Sektor Restoran, Hotel & Pariwisata, Advertising, Printing & Media dan Investasi

No. Kode Nama Perusahaan

Sub Sektor Restoran

1. FAST Fast Food Indonesia Tbk.

2. MAMI Mas Murni Indonesia Tbk.

3. MAMIP Mas Murni Indonesia Tbk. (Preferen)

4. PGLI Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk.

5. PJAA Pembangunan Jaya Ancol Tbk.

6. PNSE Pudjiadi & Sons Tbk.

7. PSKT Pusako Tarinka Tbk.

8. PTSP Pioneerind Gourmet International Tbk.

9. PUDP Pudjiadi Prestige Tbk.

10. SMMT Eatertainment International Tbk.

Sub Sektor Hotel & Pariwisata

11. BAYU Bayu Buana Tbk.

12. BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk.

13. GMCW Grahamas Citrawisata Tbk.

14. HOME Hotel Mandarine Regency Tbk.

15. ICON Island Concepts Indonesia Tbk.

16. INPP Indonesian Paradise Property Tbk.

17. JSPT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk.

18. PANR Panorama Sentra Wisata Tbk.

19. PDES Destinasi Tirta Nusantara Tbk.

20. SHID Hotel Sahid Jaya Internasional Tbk.

Sub Sektor Advertising, Printing & Media

21. ABBA Mahaka Media Tbk.

22. EMTK Elang Mahkota Teknologi Tbk.

23. FORU Fortune Indonesia Tbk.

24. IDKM Indosiar Karya Media Tbk.

25. JTPE Jasuindo Tiga Perkasa Tbk.

26. KBLU First Media Tbk.

27. LPLI Star Pacific Tbk.

28. MNCN Media Nusantara Citra Tbk.

29. SCMA Surya Citra Media Tbk.

30. SRAJ Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk.

31. TMPO Tempo Intimedia Tbk.

32. VIVA Visi Media Asia Tbk.

Sub Sektor Perusahaan Investasi

33. BHIT Bhakti Investama Tbk.

34. BMTR Global Mediacom Tbk.

35. BNBR Bakrie & Brothers Tbk.

36. BRMS Bumi Resources Minerals Tbk.

37. MLPL Multipolar Tbk.

38. PLAS Polaris Investama Tbk.

39. POOL Pool Advista Indonesia Tbk.

Sumber : Data yang diolah Penulis tahun 2012

3

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/16193/bab1/analisis... · 1.1.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia ... Dampak

4

1.2 Latar Belakang Penelitian

Pada tahun 2007-2008, perekonomian dunia dilanda krisis finansial

global. Salah satunya disebabkan oleh kasus subprime mortgage di

Amerika Serikat. Perbankan di Amerika tidak mengontrol dan terlalu

besar dalam memberikan kredit dalam bidang properti dan real estate.

Hal ini disebabkan oleh kebijakan bank sentral AS dalam menurunkan

suku bunga maka industri properti bersaing untuk memberikan pinjaman

kredit dengan bunga ringan. Ketika bank sentral AS menaikkan kembali

suku bunga, maka suku bunga untuk hutang juga naik.

Permasalahan muncul ketika banyak lembaga keuangan pemberi

kredit properti di Amerika Serikat menyalurkan kredit kepada masyarakat

yang sebenarnya secara finansial tidak layak memperoleh kredit yaitu

kepada masyarakat yang tidak memiliki kemampuan ekonomi untuk

memenuhi kredit yang mereka lakukan. Situasi tersebut memicu

terjadinya kredit macet di sektor properti (subprime mortgage).

Kredit macet di sektor properti tersebut mengakibatkan efek domino

yang mengarah pada bangkrutnya beberapa lembaga keuangan di

Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan lembaga pembiayaan sektor

properti umumnya meminjam dana jangka pendek dari pihak lain yang

umumnya adalah lembaga keuangan. Jaminan yang diberikan perusahaan

pembiayaan kredit properti adalah surat utang (subprime mortgage

securities) yang dijual kepada lembaga-lembaga investasi dan investor di

berbagai negara. (Buku Pegangan Penyelenggaraan Pemerintahan dan

Pembangunan Daerah, 2009:3)

Krisis finansial global mengancam stabilitas perekonomian dunia.

Hal ini ditandai dengan peristiwa seluruh sektor ekonomi pasar dunia

mengalami keruntuhan sehingga menimbulkan efek domino yang

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/16193/bab1/analisis... · 1.1.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia ... Dampak

5

mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia. Dimulai dari runtuhnya

pasar saham yang ditandai dengan melemahnya bursa saham domestik di

kawasan Eropa dan Asia Pasifik.

Krisis keuangan global yang berlangsung pada tahun 2008

menyebabkan macetnya sistem keuangan dunia sehingga menyebabkan

merosotnya aktivitas ekonomi dan perdagangan dunia. Perlambatan

pertumbuhan ekonomi dunia dan menurunnya pertumbuhan volume

perdagangan dunia telah terjadi sejak pertengahan tahun 2007.

Dampak yang ditimbulkan oleh krisis keuangan global terhadap

perekonomian Indonesia mulai dirasakan pada triwulan IV tahun 2008,

dimana pertumbuhan ekonomi triwulan IV tahun 2008 menurun sebesar

minus 3.6% dibandingkan triwulan III-2008 dan meningkat 5.2%

dibandingkan dengan triwulan IV-2007 yang berarti lebih lambat dari

pertumbuhan ekonomi pada triwulan-triwulan sebelumnya pada tahun

2008 yaitu 6.2% di triwulan I, 6.4% pada triwulan II, 6.4% pada triwulan

III.

Melemahnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV tahun 2008

disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan ekspor barang dan jasa.

Melemahnya pertumbuhan ekspor barang dan jasa adalah sebagai akibat

dari meningkatnya harga minyak serta menurunnya permintaan

komoditas ekspor Indonesia sebagai dampak dari krisis keuangan global.

Untuk menjaga kemerosotan pertumbuhan ekonomi, konsumsi

masyarakat diupayakan untuk tetap dijaga dengan menjaga daya beli

masyarakat melalui pengendalian inflasi dan berbagai program

pengurangan kemiskinan. Di samping itu efektifitas pengeluaran

pemerintah juga ditingkatkan dengan program stimulus untuk menjaga

daya beli masyarakat dan peningkatan investasi. (Buku Pegangan

Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah, 2009:6)

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/16193/bab1/analisis... · 1.1.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia ... Dampak

6

Dampak dari krisis finansial global yaitu, tingginya suku bunga

domestik karena Bank Indonesia menaikkan suku bunga (BI Rate) untuk

meredam capital outflow yang semakin membumbung tinggi.

Jika suku bunga terus meningkat maka ada kecenderungan pemilik

modal akan mengalihkan modalnya ke deposito dan tentunya berakibat

negatif terhadap pasar modal, karena imbalan saham yang diterima lebih

kecil dibandingkan dengan imbalan (pendapatan) dari bunga deposito.

(Oksiana Jatiningsih, 2007)

Bagi dunia usaha, tingginya suku bunga domestik tentu akan

menyebabkan penundaan ekspansi bisnis baru. Hal ini dikarenakan,

tingginya suku bunga tabungan dan deposito berarti semakin tinggi pula

tingkat suku bunga pinjaman. Kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI

Rate) menimbulkan kerugian pada berbagai bisnis karena semakin

tingginya biaya operasional yang dikeluarkan sehingga dapat

mengakibatkan naiknya harga produk. Hal ini dapat menghambat

pertumbuhan ekonomi dan bisnis di Indonesia. Gambar 1.2 merupakan

grafik BI Rate dari Januari 2007-Desember 2009.

Gambar 1.2

BI Rate Januari 2007 - Desember 2009

Sumber : Data yang diolah Penulis tahun 2012 (www.bi.go.id)

0.00%2.00%4.00%6.00%8.00%

10.00%

3 D

es 2

009

5 O

kt 2

009

5 A

gust

3 Ju

ni 2

009

3-A

pr-

09

4-F

eb-0

9

4 D

es 2

008

7 O

kt 2

008

5 A

gust

5 Ju

ni 2

008

3-A

pr-

08

6-F

eb-0

8

6 D

es 2

007

8 O

kt 2

007

7 A

gust

7 Ju

ni 2

007

5-A

pr-

07

6-F

eb-0

7

BI Rate 2007-2009

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/16193/bab1/analisis... · 1.1.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia ... Dampak

7

Dampak dari krisis finansial global yang lain yaitu tingginya inflasi

pada bulan April 2008 sebesar 8,96% meningkat menjadi 10,38% pada

bulan Mei 2008 seiring dengan kenaikan harga BBM internasional dan

kenaikan harga bahan pangan pokok. Selama tahun 2008 inflasi mencapai

11,1%. Inflasi mengalami penurunan pada akhir tahun 2008 dan awal

tahun 2009 seiring dengan menurunnya harga bahan bakar internasional

dan domestik serta bahan-bahan pokok lainnya.

Menurunnya inflasi pada akhir tahun 2008 memberikan cukup ruang

bagi Bank Indonesia untuk melakukan perubahan kebijakan moneter yang

semakin longgar. (Buku Pegangan Penyelenggaraan Pemerintahan dan

Pembangunan Daerah, 2009:9)

Jika penyebab inflasi adalah pada sektor riil (supply stock) yang

mencakup tingkat produktivitas dan tingkat pengangguran, maka tingkat

inflasi berpengaruh negatif terhadap tingkat return saham. Adapun

tingkat inflasi akan berpengaruh positif apabila penyebab inflasi adalah

sektor moneter (monetary shock) yang mencakup pasokan uang, tingkat

bunga, dan tingkat harga. (Akhmad Sodikin, 2007) Gambar 1.3

merupakan grafik inflasi Januari 2007-Desember 2009.

Gambar 1.3

Inflasi Januari 2007-Desember 2009

Sumber : www.bi.go.id (diakses 19 Februari 2012)

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/16193/bab1/analisis... · 1.1.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia ... Dampak

8

Berdasarkan data inflasi tahun 2007-2009 tersebut mengindikasikan

peningkatan inflasi secara relatif pada tahun 2008 yang merupakan sinyal

negatif pemodal di pasar modal yang dapat saja diartikan inflasi

meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya

produksi lebih tinggi daripada peningkatan harga yang dapat dinikmati

oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan menurun.

(Tandelilin, 2001:213)

Selain itu, dampak inflasi berimbas pula pada Produk Domestik

Bruto (PDB) di Indonesia. Dampak resesi ekonomi Amerika Serikat

terhadap Indonesia tentunya negatif, tetapi karena net-ekspor (ekspor

dikurang impor) hanya menggerakkan sekitar 8% dari Produk Domestik

Bruto (PDB) Indonesia, maka dampaknya relatif kecil dibandingkan

dengan negara tetangga yang ketergantungan ekspornya ke Amerika

Serikat besar, misalnya Hong Kong, Singapura, dan Malaysia. (Fauzi

Ichsan, 2008) Gambar 1.4 merupakan grafik PDB tahun 2007-2009.

Gambar 1.4

PDB / GDP 2007-2009

Sumber : www.worldbank.org (diakses 19 Februari 2012)

0

100,000,000,000

200,000,000,000

300,000,000,000

400,000,000,000

500,000,000,000

600,000,000,000

2007 2008 2009

GDP (dalam US$)

GDP (dalam US$)

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/16193/bab1/analisis... · 1.1.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia ... Dampak

9

Berdasarkan data PDB/GDP tahun 2007-2009 tersebut

mengindikasikan adanya peningkatan PDB/GDP dari tahun 2007-2009.

Hal ini berpengaruh positif terhadap daya beli konsumen sehingga dapat

meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan. (Tandelilin,

2001:213) Dengan meningkatnya PDB/GDP mengindikasikan bahwa,

minat daya beli masyarakat Indonesia pada saat krisis global tidak terlalu

berpengaruh. Dengan begitu, perusahaan tetap bisa memperoleh

pemasukan dari penjualan produk.

Selain itu, dampak krisis finansial global berpengaruh pada nilai

tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang sebelumnya sempat menguat

dari Rp9.419,-/USD pada bulan Desember 2007 menjadi Rp9.118,-/USD

pada bulan Juni 2008 didorong oleh peningkatan penerimaan ekspor dan

pemasukan modal swasta. Selanjutnya, nilai tukar kemudian kembali

melemah dan mencapai puncaknya menjadi Rp12.151,-/USD pada bulan

November 2008 dan sedikit menguat menjadi Rp10.700,- /USD pada

minggu ketiga April 2009. (Buku Pegangan Penyelenggaraan

Pemerintahan dan Pembangunan Daerah, 2009:9) Gambar 1.5 merupakan

grafik kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika 2007-2009.

Gambar 1.5

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika

Januari 2007-Desember 2009

Sumber : www.bi.go.id (diakses 19 Februari 2012)

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/16193/bab1/analisis... · 1.1.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia ... Dampak

10

Pengaruh nilai tukar rupiah terhadap saham sektor perdagangan dan

jasa tercatat paling tinggi, di mana penguatan atau pelemahan Rp 1 nilai

tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan menaikkan atau

menurunkan indeks sektor ini 0,66 basis poin.

(www.indonesiafinancetoday.com diakses 13 Maret 2012)

Selain nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, krisis finansial

global berimbas pula pada nilai tukar Rupiah terhadap Euro. Gambar 1.6

merupakan grafik kurs Rupiah terhadap Euro tahun 2007-2009.

Gambar 1.6

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Euro

Januari 2007 – Desember 2009

Sumber : www.bi.go.id (diakses 19 Februari 2012)

Pada saat krisis finansial global, pelemahan nilai tukar Rupiah

terhadap kurs dollar dan kurs Euro bisa saja positif dan negatif. Bagi

perusahaan yang sudah go public yang mempunyai orientasi ekspor

dengan supply bahan baku lokal, maka apabila terjadi apresiasi mata uang

asing akan memberikan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Dengan

jumlah valuta asing yang sama perusahaan akan memperoleh jumlah mata

uang lokal yang lebih banyak apabila dikonversikan.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/16193/bab1/analisis... · 1.1.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia ... Dampak

11

Di lain pihak, perusahaan yang memproduksi barang dengan

kandungan bahan baku impor yang tinggi dan mengutamakan penjualan

dalam negeri akan sangat menderita dengan adanya apresiasi mata uang

asing. Dengan jumlah bahan baku impor yang sama perusahaan

membutuhkan mata uang domestik yang lebih banyak untuk

dikonversikan ke dalam mata uang eksportir. Hal ini akan meningkatkan

arus kas keluar perusahaan. Apabila arus kas keluar lebih besar daripada

arus kas masuk tentu saja perusahaan ini akan mengalami kerugian.

Dalam kondisi apresiasi mata uang asing perusahaan jenis ini kurang

menarik bagi para investor, bila diikuti dengan tindakan menjual saham

oleh para investor maka harga saham perusahaan tersebut akan menurun.

Jika ha1 ini dialami banyak perusahaan maka akan menurunkan Indeks

Harga Saham Gabungan. (Oksiana Jatiningsih, 2007)

Goncangan pasar modal internasional berimbas pula kepada Bursa

Efek Indonesia (BEI). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI yang

sedikit membaik pada awal tahun 2008 dari 2.627,3 pada bulan Januari

2008 menjadi 2.721,9 (3.6%) pada bulan Februari 2008, menurun secara

bertahap menjadi 2.165,9 (-20,4%) pada bulan Agustus, dan menurun

secara bergejolak menjadi 1.355,4 (-37,4%) pada bulan Desember 2008.

Penurunan IHSG didorong pula oleh keluarnya sebagian investor asing

dari bursa. Pada bulan Februari 2009 IHSG masih mengalami penurunan

menjadi 1.296,9 (-4,3%). Pada minggu III April 2009 IHSG sudah mulai

meningkat menjadi 1.625,09. (Buku Pegangan Penyelenggaraan

Pemerintahan dan Pembangunan Daerah, 2009:11)

Penggambaran indeks IHSG mencerminkan persepsi investor

terhadap kinerja saham dan menandai keadaan stabilitas nasional suatu

negara. Dengan menguatnya IHSG, mengindikasikan banyaknya investor

yang membeli saham yang dapat dilihat dari perdagangan saham yang

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/16193/bab1/analisis... · 1.1.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia ... Dampak

12

relatif stabil dan rata-rata pertumbuhannya naik sehingga harapan

investor untuk mendapatkan return dan buy back yang dihasilkan juga

naik. Gambar 1.7 merupakan pergerakan IHSG dari bulan Januari 2007

sampai dengan bulan Desember 2009.

Gambar 1.7

IHSG Januari 2007-Desember 2009

Sumber : Data yang diolah Penulis tahun 2012

Selain investasi di bidang saham, yang terkena imbas dari krisis

ekonomi global yaitu perdagangan emas internasional. Tercatat bahwa

selama krisis ekonomi global, harga emas internasional menurun. Hal ini

mengindikasikan bahwa perdagangan emas internasional menurun akibat

krisis ekonomi global. Namun, pasca krisis ekonomi global harga emas

internasional kian melambung.

Dengan meningkatnya harga emas internasional dapat menjadi sinyal

negatif bagi para investor karena banyak investor yang beralih ke

investasi emas dengan tingkat risiko yang tidak terlalu tinggi jika

dibandingkan dengan investasi saham sehingga pamor saham menjadi

02000400060008000

1000012000140001600018000

01/0

1/07

04/0

1/07

07/0

1/07

10/0

1/07

01/0

1/08

04/0

1/08

07/0

1/08

10/0

1/08

01/0

1/09

04/0

1/09

07/0

1/09

10/0

1/09

IHSG 2007-2009

CLOSE

LOW

HIGH

OPEN

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/16193/bab1/analisis... · 1.1.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia ... Dampak

13

menurun. Gambar 1.8 merupakan grafik pergerakan harga emas

internasional tahun 2007-2009.

Gambar 1.8

Harga Emas Januari 2007 – Desember 2009

Sumber : www.gold.org (diakses 17 April 2012)

Dampak krisis finansial global yang paling dirasakan bagi

masyarakat menengah ke atas, khususnya mereka yang “bermain” saham.

Selain itu, dampaknya berimbas ke sektor perekonomian lainnya yang

melibatkan kalangan menengah ke bawah. Krisis finansial global

merupakan risiko pasar yang dialami investor. Risiko kondisi pasar

tergambarkan pada fluktuasi pasar, krisis moneter dan resesi ekonomi.

(Tandelilin , 2001:48)

Faktor-faktor makroekonomi seperti BI rate, inflasi, PDB/GDP, kurs

Dollar Amerika, kurs Euro, IHSG dan harga emas internasional dinilai

sebagai risiko pasar yang disebabkan oleh krisis global yang dialami oleh

para investor. Sebagaimana dikemukakan oleh Samsul (2006:199), faktor

makro merupakan faktor yang berada di luar perusahaan, tetapi

mempunyai pengaruh terhadap kenaikan dan penurunan kinerja

0.0

2,000,000.0

4,000,000.0

6,000,000.0

8,000,000.0

10,000,000.0

12,000,000.0

14,000,000.0

1/1/2007 1/1/2008 1/1/2009

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/16193/bab1/analisis... · 1.1.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia ... Dampak

14

perusahaan yang akan berpengaruh terhadap return saham baik secara

langsung maupun tidak langsung. Menurut Tandelilin (2001:50),

perubahan pasar modal akibat krisis finansial global tersebut akan

mempengaruhi variabilitas return suatu investasi.

Krisis finansial global dirasakan oleh Bursa Efek Indonesia sebagai

penyelenggara pasar modal di Indonesia yang terdiri dari beberapa indeks

saham. Salah satu indeks sektor yang terkena dampaknya yaitu sektor

Perdagangan, Jasa dan Investasi. Dampak krisis finansial global terhadap

bidang perdagangan terlihat pada penurunan volume perdagangan dunia.

Melemahnya pertumbuhan ekonomi ini akan mengakibatkan penurunan

permintaan, sehingga volume perdagangan dunia pun akan mengalami

penyusutan yang cukup berarti.

Perlambatan volume perdagangan dunia sudah mulai terlihat di tahun

2008. Penurunan ekspor dan impor dari negara maju di tahun 2009 akan

menjadi pemicu utama penurunan ekspor dan impor negara-negara

berkembang, yang merupakan konsumen utama dari produk-produk

ekspor dan impor negara maju. (Buku Pegangan Penyelenggaraan

Pemerintahan dan Pembangunan Daerah, 2009:23)

Pada bidang hotel & pariwisata, juga mengalami dampak krisis

global dikarenakan minat wisatawan berkurang yang disebabkan

kebutuhan dana segar meningkat sehingga prioritas terhadap hiburan dan

liburan berkurang. Namun, di Indonesia tidak terkena dampak penurunan

secara drastis. Perkembangan pariwisata di Indonesia tumbuh dengan

baik sehingga dapat meningkatkan devisa untuk pemasukan negara.

Pada tahun 2007-2008, perkembangan wisatawan mancanegara ke

Indonesia meningkat. Pada tahun 2009 mengalami penurunan akibat

krisis global. Namun, pemerintah Indonesia menanggulangi dengan

program Indonesia Visit Year 2009 sehingga pariwisata Indonesia tidak

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/16193/bab1/analisis... · 1.1.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia ... Dampak

15

menurun drastis. Tabel 1.2 merupakan perkembangan wisata

mancanegara 2007-2011.

Tabel 1.2

Perkembangan Wisata Mancanegara di Indonesia 2007-2011

Sumber : www.budpar.go.id (diakses 21 Mei 2012)

Perkembangan usaha restoran menengah dan besar tidak terlalu

terkena dampak krisis global secara signifikan karena minat dan daya beli

masyarakat untuk konsumsi juga tidak dipengaruhi oleh krisis global.

Tabel 1.3 merupakan perkembangan usaha restoran/rumah makan skala

menengah dan besar.

Tabel 1.3

Perkembangan Usaha Restoran/Rumah Makan

Skala Menengah dan Besar Tahun 2007-2010

Sumber : www.budpar.go.id (diakses 21 Mei 2012)

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/16193/bab1/analisis... · 1.1.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia ... Dampak

16

Pada bidang advertising, printing & media, lembaga riset AC

Nielsen mencatat belanja iklan di Indonesia sepanjang 2008 secara

keseluruhan meningkat 19% atau sebesar Rp 41,71 triliun dibandingkan

tahun sebelumnya belanja iklan tercatat Rp. 35,08 triliun. Peningkatan

biaya iklan ini menggambarkan industri perekonomian di Indonesia yang

terbilang baik meskipun telah memasuki resesi ekonomi dunia. Lembaga

riset ini juga memproyeksikan, khususnya di kuartal pertama tahun 2009,

belanja iklan untuk kegiatan Pemilu akan meningkat dua kali lipat

dibandingkan tahun sebelumnya pada 2008. (www.studentmagz.com,

diakses 17 Mei 2012)

Krisis global tahun 2008 juga mempengaruhi minat investasi di

Indonesia sehingga berpengaruh terhadap pemasukan perusahaan

investasi. Namun, di Indonesia tidak terlalu terkena dampak krisis global

secara signifikan karena Bank Indonesia membuat kebijakan dengan

menaikkan tingkat suku bunga (BI Rate) sehingga minat investasi

masyarakat tidak menurun. Hal ini dapat berpengaruh pada pemasukan

dan return saham sub sektor perusahaan investasi.

Dengan demikian, pada penelitian ini penulis memberi judul

“Analisis Pengaruh Faktor Eksternal Terhadap Return Saham

Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi Sub Sektor Restoran, Hotel

& Pariwisata, Advertising, Printing & Media dan Perusahaan

Investasi Periode Sebelum, Saat dan Sesudah Krisis Tahun 2008

(Studi Kasus Bursa Efek Indonesia 2007-2009)”

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/16193/bab1/analisis... · 1.1.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia ... Dampak

17

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah, yaitu :

1. Bagaimana pengaruh faktor eksternal (BI Rate, inflasi, GDP, Kurs

USD, Kurs Euro, IHSG & Harga Emas) terhadap return saham

sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi sub sektor Restoran, Hotel &

Pariwisata, Advertising, Printing & Media dan Perusahaan Investasi

periode sebelum, saat dan sesudah krisis tahun 2008 secara parsial di

Bursa Efek Indonesia ?

2. Bagaimana pengaruh faktor eksternal (BI Rate, inflasi, GDP, Kurs

USD, Kurs Euro, IHSG & Harga Emas) terhadap return saham

sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi sub sektor Restoran, Hotel &

Pariwisata, Advertising, Printing & Media dan Perusahaan Investasi

periode sebelum, saat dan sesudah krisis tahun 2008 secara simultan

di Bursa Efek Indonesia ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor eksternal (BI Rate, inflasi, GDP,

Kurs USD, Kurs Euro, IHSG & Harga Emas) terhadap return saham

sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi sub sektor Restoran, Hotel &

Pariwisata, Advertising, Printing & Media dan Perusahaan Investasi

periode sebelum, saat dan sesudah krisis tahun 2008 secara parsial di

Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh faktor eksternal (BI Rate, inflasi, GDP,

Kurs USD, Kurs Euro, IHSG & Harga Emas) terhadap return saham

sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi sub sektor Restoran, Hotel &

Pariwisata, Advertising, Printing & Media dan Perusahaan Investasi

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/16193/bab1/analisis... · 1.1.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia ... Dampak

18

periode sebelum, saat dan sesudah krisis tahun 2008 secara simultan

di Bursa Efek Indonesia.

1.5 Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis ( Keilmuan )

Hasil penelitian mengenai pengaruh faktor eksternal terhadap

return saham pada sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi ini

diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam

bidang penelitian investasi saham dalam pasar modal sehingga dapat

meminimalisasi risiko serta dapat dijadikan bahan referensi untuk

penelitian selanjutnya.

b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian mengenai pengaruh faktor eksternal terhadap

return saham pada sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi ini

diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan pembelajaran

untuk para investor khususnya dalam mengambil keputusan

berinvestasi pada saat krisis finansial.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi penjelasan secara umum, ringkas dan padat yang

menggambarkan tentang Gambaran Umum Objek Penelitian, Latar

Belakang Penelitian, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan

Penelitian serta Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tinjauan pustaka penelitian yang mendeskripsikan

dengan jelas, ringkas dan padat mengenai teori yang berkaitan dengan

topik dan variabel penelitian untuk dijadikan dasar bagi penyusunan

kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/16193/bab1/analisis... · 1.1.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia ... Dampak

19

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi pendekatan, metode dan teknik yang digunakan untuk

mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau

menjelaskan masalah penelitian yang menjelaskan jenis penelitian,

variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel,

pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi pembahasan dari penelitian yang berupa analisis

pengolahan data yang diuraikan secara kronologis dan sistimatis yang

sesuai dengan perumusan masalah serta tujuan penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil

analisis temuan penelitian yang disajikan dalam rangkuman seluruh

penelitian yang terlebih dahulu didapatkan dari hasil penelitian dan

pembahasan serta saran dan rekomendasi yang ditujukan untuk perbaikan

terhadap hasil penelitian dan teori yang mendasari.