BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang...

8
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Dewasa ini terjadi peningkatan yang tajam baik dari segi korban maupun peredaran dan perdagangan NAPZA yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh Wakil Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional Irjen Ansyaad Mbai: “Peredaran narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya khususnya di lingkungan sekolah saat ini sudah sampai pada tahap yang memprihatinkan. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat belajar dan tempat untuk mendidik perilaku yang baik ternyata menjadi salah satu sarang peredaran narkoba. Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Narkotika Nasional bekerja sama dengan Universitas Indonesia, diperoleh data bahwa ada kecenderungan (annual prevalence) semakin dini usia pengguna narkoba. Survei dilakukan terhadap 13.710 responden yang sebagian besar adalah kalangan pelajar dan mahasiswa. Dari survei yang dilakukan menunjukkan bahwa anak pada usia tujuh tahun sudah mulai mengonsumsi narkoba jenis inhalan. Pada usia delapan tahun menggunakan ganja dan pada usia 10 tahun sudah menggunakan narkoba dengan jenis yang bervariasi, yaitu pil penenang, ganja, dan morfin. Kemudian dari tingkat pendidikan, kelompok yang paling banyak mengonsumsi narkoba adalah kalangan mahasiswa (9,9 persen), SLTA (4,8 persen), dan SLTP (1,4 persen). Lebih lanjut menurut Ansyaad Mbai menyatakan bahwa sampai saat ini ada 10 ibu kota provinsi yang dikategorikan memprihatinkan karena banyak terjadi penyalahgunaan narkoba dan melebihi rata-rata nasional (3,9 persen). Kesepuluh kota itu adalah Medan dengan jumlah 6,4 persen, Surabaya jumlahnya 6,3 persen, Ternate 5,9 persen, Padang 5,5 persen, Bandung 5,1 persen, Kendari 5 persen, Banjarmasin 4,3 persen, Palu 8,4 persen, Yogyakarta 4,1 persen, dan Pontianak 4,1 persen (keterangan ini diambil dari Kompas Cyber Media edisi 27 Mei 2004)”. Seorang pengamat masalah narkoba Lina. G. Padmohortojo, MA. MPH menyatakan bahwa: “Situasi penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Jumlah pecandu telah meningkat tajam di kalangan sekolah menengah dan telah menjalar di kalangan mahasiswa dan eksekutif muda. Dan anak-anak Sekolah Dasar pun telah menjadi sasaran penjualan narkoba. Berdasarkan hasil tes urine yang dilakukan pada 1092 orang siswa Sekolah Menengah Umum dari 64 sekolah menunjukkan bahwa 35% atau 290 orang siswa ditemukan sebagai pecandu berat dan juga sebagai pengedar narkoba. Sedangkan di kalangan mahasiswa terjadi peningkatan yang tajam, dari jumlah 366 orang mahasiswa pada tahun 1996 menjadi 1677 orang mahasiswa pada tahun 1999. Dan sekarang ini kampus tertentu telah menjadi pasar bagi pengedar narkoba 1 ”. 1 Sides Sudyarto. DS, Jenis Jurus Ampuh Mencegah Bahaya Narkoba,Restu Agung, Jakarta, 2003, p.iii

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahansinta.ukdw.ac.id/.../4428b462799438034d27516b498e3691/intro.pdf · dengan kesadaran dalam ... kepustakaan dengan cara melakukan penelusuran

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Permasalahan

Dewasa ini terjadi peningkatan yang tajam baik dari segi korban maupun peredaran dan

perdagangan NAPZA yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Berdasarkan keterangan

yang disampaikan oleh Wakil Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional Irjen

Ansyaad Mbai: “Peredaran narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya khususnya di lingkungan sekolah saat ini sudah sampai pada tahap yang memprihatinkan. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat belajar dan tempat untuk mendidik perilaku yang baik ternyata menjadi salah satu sarang peredaran narkoba. Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Narkotika Nasional bekerja sama dengan Universitas Indonesia, diperoleh data bahwa ada kecenderungan (annual prevalence) semakin dini usia pengguna narkoba. Survei dilakukan terhadap 13.710 responden yang sebagian besar adalah kalangan pelajar dan mahasiswa. Dari survei yang dilakukan menunjukkan bahwa anak pada usia tujuh tahun sudah mulai mengonsumsi narkoba jenis inhalan. Pada usia delapan tahun menggunakan ganja dan pada usia 10 tahun sudah menggunakan narkoba dengan jenis yang bervariasi, yaitu pil penenang, ganja, dan morfin. Kemudian dari tingkat pendidikan, kelompok yang paling banyak mengonsumsi narkoba adalah kalangan mahasiswa (9,9 persen), SLTA (4,8 persen), dan SLTP (1,4 persen). Lebih lanjut menurut Ansyaad Mbai menyatakan bahwa sampai saat ini ada 10 ibu kota provinsi yang dikategorikan memprihatinkan karena banyak terjadi penyalahgunaan narkoba dan melebihi rata-rata nasional (3,9 persen). Kesepuluh kota itu adalah Medan dengan jumlah 6,4 persen, Surabaya jumlahnya 6,3 persen, Ternate 5,9 persen, Padang 5,5 persen, Bandung 5,1 persen, Kendari 5 persen, Banjarmasin 4,3 persen, Palu 8,4 persen, Yogyakarta 4,1 persen, dan Pontianak 4,1 persen (keterangan ini diambil dari Kompas Cyber Media edisi 27 Mei 2004)”.

Seorang pengamat masalah narkoba Lina. G. Padmohortojo, MA. MPH menyatakan

bahwa: “Situasi penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Jumlah pecandu telah meningkat tajam di kalangan sekolah menengah dan telah menjalar di kalangan mahasiswa dan eksekutif muda. Dan anak-anak Sekolah Dasar pun telah menjadi sasaran penjualan narkoba. Berdasarkan hasil tes urine yang dilakukan pada 1092 orang siswa Sekolah Menengah Umum dari 64 sekolah menunjukkan bahwa 35% atau 290 orang siswa ditemukan sebagai pecandu berat dan juga sebagai pengedar narkoba. Sedangkan di kalangan mahasiswa terjadi peningkatan yang tajam, dari jumlah 366 orang mahasiswa pada tahun 1996 menjadi 1677 orang mahasiswa pada tahun 1999. Dan sekarang ini kampus tertentu telah menjadi pasar bagi pengedar narkoba 1”.

1 Sides Sudyarto. DS, Jenis Jurus Ampuh Mencegah Bahaya Narkoba,Restu Agung, Jakarta, 2003, p.iii

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahansinta.ukdw.ac.id/.../4428b462799438034d27516b498e3691/intro.pdf · dengan kesadaran dalam ... kepustakaan dengan cara melakukan penelusuran

2

Drs. H. Ahmad Sanusi Musthofa memaparkan bahwa: “Pada bulan Juni 1999 ada sekitar 1,3 juta orang di Indonesia yang mengkonsumsi narkotika-psikotropika secara rutin. Pada bulan April 2000, angka tersebut ternyata terus meningkat menjadi 2,4 juta orang. Jika diperkirakan penduduk Indonesia sekarang adalah 210 juta jiwa, maka 1-2 persen diantaranya adalah pelaku penyalahgunaan narkotika-psikotropika. Kemudian berdasarkan angka pengguna tahun 1998, terungkap bahwa dalam sehari omzet penjualan heroin di Jakarta berkisar antara 260-780 milyar rupiah dan belum termasuk ganja dan obat-obat terlarang lainnya 2”

Natan Setiabudi memaparkan bahwa:

“Untuk tingkat global perdagangan NAPZA mencapai US$ 400 M atau setara dengan 8% perdagangan dunia, nomor 2 terbesar di dunia setelah perdagangan senjata. Hal ini dikarenakan bisnis ini sangat menguntungkan dan dilakukan oleh sindikat yang modern dan terorganisir. Dan untuk tingkat lokal pemakai NAPZA telah mencapai 8 juta orang dengan omset milyaran rupiah per hari 3”.

Dari paparan-paparan diatas menunjukkan bahwa permasalahan penyalahgunaan narkoba

dan juga yang menjadi korban dari penyalahgunaan ini dalam masyarakat telah sangat

memprihatinkan. Dimana dari tahun ke tahun yang menjadi korban bukannya berkurang

akan tetapi mengalami peningkatan. Dimana yang menjadi korban dari penyalahgunaan

narkoba ini hampir sebagian besar adalah anak usia sekolah. Selain itu, juga

menggambarkan bahwa Indonesia telah menjadi cengkeraman kejahatan NAPZA.

“Indonesia yang sebelum tahun 2000an masih menjadi negara transit namun sekarang

sudah menjadi salah satu negara pemasok 4”.

Selain peningkatan yang tajam pada korban, penyalahgunaan narkoba ini akan

memberikan dampak yang buruk/negatif, yaitu: fungsi berpikir, berperasaan, dan

berperilaku dari si pemakai atau pecandu akan terganggu. Hal ini dikarenakan “Narkoba-

psiktropika menyerang sistem dan fungsi neo-transmitter pada susunan syaraf pusat atau

otak 5”.

2 Drs. Ahmad Sanusi Musthofa, Problem Narkotika-Psikotropika dan HIV-AIDS: Sebuah Tantangan Bagi Generasi Penerus Bangsa dan Penanggulangannya Ditinjau Dari Segi Al-Qur’an dan As-Sunnah, Zikrul Hakim, Jakarta, 2002, p.125 3 Natan Setiabudi, Mewujudnyatakan Gereja Kristiani Yang Esa Sambil Mengatasi Penyalahgunaan Napza, Suara GKYE Peduli Bangsa, 2002, p. 33-34 4 Ibid. p. 60 5 Ibid.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahansinta.ukdw.ac.id/.../4428b462799438034d27516b498e3691/intro.pdf · dengan kesadaran dalam ... kepustakaan dengan cara melakukan penelusuran

3

Dengan memperhatikan kondisi peningkatan baik segi ketersediaan barang maupun

korban dan juga akibat yang ditimbulkan dari permasalahan NAPZA ini saat ini telah

banyak berdiri organisasi atau lembaga-lembaga sebagai tempat rehabilitasi maupun

menyampaikan kampanye penyadaran ke masyarakat untuk menangani permasalahan ini.

Lembaga-lembaga tersebut antara lain: “Yayasan Cinta Anak Bangsa, Rumah Sakit

Ketergantungan Obat, Wisma Ibrahim, Yayasan Duolos, Rumah Kemang, Yayasan Tulus

Hati, Pamardisiwi, Drop In Centre 6”.

Gereja juga dalam hal ini tidak ketinggalan untuk menangani permasalahan NAPZA ini.

Salah satunya adalah Gereja Kristen Indonesia Pondok Indah yang berada di Jakarta.

Wujud keterlibatan GKI Pondok Indah adalah dengan membentuk Tim Peduli AIDS-

Narkoba.

Keterlibatan Gereja Kristen Indonesia Pondok Indah dalam menangani permasalahan ini

salah satunya didasari pada visi dan misi yang dimiliki oleh Gereja ini yaitu:

Visi: Gereja Indonesia yang anggota jemaatnya peduli pada pembaruan manusia dan

lingkungan dalam rangka misi Kerejaan Allah.

Misi: Meningkatkan kualitas kepedulian jemaat.

Kalimat “…….peduli pada pembaruan manusia dan lingkungan……” dijelaskan sebagai

berikut: Peduli, didasari oleh spiritualitas Kristen yang mengintegritaskan hati, pikiran

dan perbuatan menuntut kesediaan untuk mengenal dan terlibat secara kritis dalam konteks

kehidupannya yang meliputi aspek ke dalam (jemaat) dan ke luar (dunia). Dilakukan

dengan kesadaran dalam kebersamaan dan kesetaraan dengan gereja-gereja lain dan

masyarakat. Pembaruan, bertitik tolak dari karya Allah untuk terus menerus memperbarui

manusia dan lingkungannya menuju pemenuhan Kerajaan Allah. Dan sejalan dengan

semangat gereja reformasi yang terus menerus diperbarui. Pembaruan hanya bisa terjadi

melalui upaya-upaya pembinaan yang berkesinambungan, integratif dan partisipatif bagi

seluruh anggota jemaat maupun bagi masyarakat. Manusia dan Lingkungannya, yang

dimaksudkan dengan manusia disini adalah anggota jemaat sendiri dan anggota

masyarakat yang lain. Manusia harus dipandang secara utuh dalam seluruh aspek

kehidupannya. Manusia harus dipandang sebagai manusia berdosa dan sebagai sasaran

6 Sides Sudyarto. DS, Jenis Jurus Ampuh Mencegah Bahaya Narkoba, CV. Restu Agung, Jakarta, 2003, p.53-64

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahansinta.ukdw.ac.id/.../4428b462799438034d27516b498e3691/intro.pdf · dengan kesadaran dalam ... kepustakaan dengan cara melakukan penelusuran

4

dosa. Lingkungan adalah ciptaan Allah yang harus dihargai dan dilestarikan dan dengan

menyadari bahwa manusia adalah bagia lingkungan) 7”.

2. Permasalahan

Pelayanan yang dilakukan oleh Tim Peduli AIDS-Narkoba Gereja Kristen Indonesia

Pondok Indah ini bertujuan untuk memberikan penyadaran kepada jemaat maupun

masyarakat tentang dampak negatif yang diakibatkan dari pemakaian NAPZA. Namun,

usaha-usaha yang dilakukan oleh tim dalam memberikan penyadaran ini didalam

prakteknya mengalami hambatan-hambatan atau masalah . Berdasarkan data-data yang

diperoleh melalui wawancara pada penelitian, hambatan-hambatan atau masalah yang

dialami oleh tim tersebut antara lain:

1. Program-program yang telah direncanakan oleh tim tidak berjalan8

2. Kurangnya respon dari gereja atau jemaat terhadap tim ini9

3. Visi dan misi tim yang belum tercapai10

4. Semangat anggota tim yang mulai luntur11

Hambatan atau masalah merupakan hal sering dijumpai khususnya dalam sebuah

lembaga atau organisasi. Dengan adanya hambatan atau masalah yang ada tersebut

menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Menurut Nouwen, bahwa: “Ada tiga

godaan atau perangkap yang dihadapi oleh orang yang terlibat dalam kegiatan sosial.

Tiga perangkap tersebut adalah konkretisme, kekuasaan dan kesombongan 12”. Ketiga

perangkap ini menyebabkan hambatan daripada pertolongan atau bantuan dalam usaha

memberikan bantuan kepada sesama. Ketiga perangkap atau godaan ini jika dapat

disimpulkan ditimbulkan karena adanya dualisme sikap yaitu “Ingin menjadi seorang

pembawa perubahan sosial dan sekaligus menjadi seorang Kristen. Padahal dua hal ini

7 Tulisan ini diambil dari website Gereja Kristen Indonesia Pondok Indah: www.gkipi.or.id 8 Lih. Lampiran 1&4 9 Lih. Lampiran 1&2 10 Lih. Lampiran 2 11 Lih. Lampiran 3 12 Henri J.M. Nouwen, Pelayanan Yang Kreatif, Kanisius, Yogyakarta, 2001, p. 92

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahansinta.ukdw.ac.id/.../4428b462799438034d27516b498e3691/intro.pdf · dengan kesadaran dalam ... kepustakaan dengan cara melakukan penelusuran

5

adalah bertentangan menurut Nouwen 13”. Pada satu sisi prihatin atau lebih ekstrim lagi

mengutuk atas apa yang terjadi dalam dunia ini namun disisi yang lain harus

menunjukkan sikap kasih. Sehingga menimbulkan suatu pemikiran bahwa untuk

mengadakan atau melakukan perubahan maka pertama-tama yang dilakukan adalah

mengubah dunia. Dengan melakukan perubahan atas dunia ini maka manusia juga akan

ikut berubah.

Oleh karena itu untuk mengetahui lebih mendalam hambatan atau masalah yang terjadi

pada Tim Peduli AIDS-Narkoba ini selaras dengan pandangan Nouwen tersebut, maka

penyusun rumuskan dengan beberapa pertanyaan:

1. Mengapa program-program yang telah disusun atau direncanakan oleh tim

tidak berjalan?

2. Mengapa respon dari gereja terhadap tim ini kurang?

3. Mengapa visi dan misi yang dimiliki oleh tim ini belum tercapai?

4. Mengapa semangat anggota tim mulai luntur?

Melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut akan lebih diketahui dengan jelas yang menjadi

penyebab dari hambatan atau masalah yang terjadi pada Tim Peduli AIDS-Narkoba

tersebut.

3. Batasan Permasalahan

Agar tulisan ini tidak terlalu luas maka penyusun membatasinya hanya pada perspektif

pelayanan gereja. Dan batasan penelitian hanya pada Tim Peduli AIDS-Narkoba GKI

Pondok Indah yang berada di Jakarta.

13 Ibid

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahansinta.ukdw.ac.id/.../4428b462799438034d27516b498e3691/intro.pdf · dengan kesadaran dalam ... kepustakaan dengan cara melakukan penelusuran

6

4. Judul dan Alasan Pemilihan Judul

Berdasarkan permasalahan dan batasan permasalahan yang telah dikemukakan di atas

maka judul yang dianggap cocok dan relevan oleh penyusun adalah:

PELAYANAN PASTORAL SOSIAL TIM PEDULI AIDS-NARKOBA GKI

PONDOK INDAH DALAM MENANGANI PERMASALAHAN NARKOBA

Adapun yang menjadi alasan penyusun dalam pemilihan judul di atas adalah: penyusun

ingin mengetahui lebih jauh pelayanan yang dilakukan Tim Peduli AIDS-Narkoba GKI

Pondok Indah dalam menangani permasalahan Narkoba.

5. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Memberikan sumbangan pemikiran yang obyektif kepada Tim Peduli AIDS-

Narkoba GKI Pondok Indah atas permasalahan-permasalahan yang tim alami

dalam pelayanannya

2. Memberikan sumbangan pemikiran dari perspektif teologis dengan

memperhatikan konteks yang menjadi pokok permasalahan.

6. Metode Penulisan

Dalam memperoleh bahan/data dan referensi untuk penulisan skripsi ini, penyusun akan

menggunakan dua metode. Pertama, metode penelitian lapangan dengan cara melakukan

wawancara. Melalui wawancara ini maka akan diperoleh bahan dari lapangan secara

langsung, terkait dengan pelayanan yang dilakukan. Yang kedua, metode studi

kepustakaan dengan cara melakukan penelusuran pada buku-buku yang terkait dengan

penulisan skripsi ini. Kedua metode yang digunakan ini menurut hemat penyusun akan

sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahansinta.ukdw.ac.id/.../4428b462799438034d27516b498e3691/intro.pdf · dengan kesadaran dalam ... kepustakaan dengan cara melakukan penelusuran

7

7. Sistimatika Penulisan

Sistimatika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penyusun akan menguraikan latar belakang permasalahan, batasan

permasalahan, judul dan alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, metode penulisan,

serta sistimatika penulisan.

2. BAB II PELAYANAN DAN MASALAH-MASALAH TIM PEDULI AIDS-

NARKOBA GKI PONDOK INDAH

Dalam bab ini penyusun akan memaparkan gambaran umum tim, masalah-masalah

yang dihadapi oleh tim. Gambaran umum itu antara lain berisikan: sekilas tentang

Gereja Kristen Indonesia Pondok Indah, Sejarah pembentukan dan pelayanan tim, dan

struktur organisasi. Kemudian penyusun akan memaparkan masalah-masalah yang

dihadapi oleh tim yaitu: program-program yang tidak berjalan, respon gereja atau

jemaat yang kurang, visi dan misi yang belum tercapai dan semangat anggota tim

yang mulai luntur.

3. BAB III TINJAUAN KRITIS TERHADAP PELAYANAN DAN MASALAH-

MASALAH TIM PEDULI AIDS-NARKOBA GKI PONDOK INDAH

Dalam bab ini penyusun akan menguraikan analisa atas tim. Analisa ini ditujukan

pada pelayanan yang dilakukan oleh tim dan masalah-masalah yang dihadapi oleh

tim. Analisa pada pelayanan tim adalah untuk mencari tahu bentuk pelayanan seperti

apa yang dilakukan oleh tim. Dan analisa terhadap masalah-masalah tim adalah untuk

mencari tahu akar permasalahan dari masalah-masalah yang ada pada tim

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahansinta.ukdw.ac.id/.../4428b462799438034d27516b498e3691/intro.pdf · dengan kesadaran dalam ... kepustakaan dengan cara melakukan penelusuran

8

4. BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS PADA PELAYANAN DAN PERMASALAHAN

TIM PEDULI AIDS-NARKOBA GKI PONDOK INDAH

Dalam bab ini penyusun akan memaparkan uraian berupa refleksi teologis atas

pelayanan maupun permasalahan-permasalahan yang ada dalam tim. Dimana refleksi

teologis ini akan didasari pada ajaran sosial gereja dan Alkitab.

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian yang terakhir, dimana penyusun akan memaparkan atau

memberikan Kesimpulan dan Saran-saran.