Bab i Pendahuluan (1) 2013

28

Click here to load reader

description

best

Transcript of Bab i Pendahuluan (1) 2013

Page 1: Bab i Pendahuluan (1) 2013

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Olahraga softball adalah permainan yang mirip dengan permainan

kasti. Permainan ini merupakan permainan beregu terdiri-dari dua tim. Dalam

satu tim minimal memiliki 9 orang pemain dan selebihnya merupakan

cadangan. Permainan ini pertama kali ditemukan oleh George Hancock pada

tahun 1887 di kota Chicago, Amerika Serikat. Olahraga ini terdiri-dari 9

babak  yang disebut inning. Di dalam satu inning, tim yang bertanding

masing-masing mempunyai kesempatan memukul (batting) untuk mencetak

angka (run). Ketika tim yang menyerang mendapat giliran memukul, seorang

pelempar bola tim bertahan melemparkan bola ke arah penangkap bola

sekencang-kencangnya agar bola tidak dapat dipukul. Tim yang mendapat

giliran memukul bergantian seorang demi seorang untuk memukul bola. Tim

yang berjaga berusaha mematikan anggota tim yang mendapat giliran

memukul. Tim yang mendapat giliran memukul mendapat kesempatan 3 kali

mati (out) sebelum giliran memukul digantikan tim yang bertahan.

Sebelum perang kemerdekaan softball sudah ada yang memainkan

di Indonesia, namun sifatnya masih sangat terbatas. Yaitu hanya dimainkan di

sekolah-sekolah tertentu saja. Pada mulanya ada anggapan bahwa

permainan olahraga softball hanya pantas dimainkan oleh golongan wanita

saja. Hal ini terus berlangsung sampai tahun 1966. Oleh karenanya sampai

tahun itu, softball hanya dimainkan oleh putri. Ketika Asian Games Bangkok

Page 2: Bab i Pendahuluan (1) 2013

2

pada tahun 1966, terbukalah mata kita bahwa sebenarnya olahraga softball itu

dapat dimainkan baik oleh putri maupun putra. Pada waktu itu putra-putra

kita, masih menyenangi olahraga baseball. Melihat perkembangan softball

sedemikan cepatnya dan adanya kompetisi antara negara setiap tahunnya.

Timbul perhatian kita terhadap cabang olahraga ini secara serius.

Mulanya softball hanya berkembang di Jakarta, Bandung, Palembang,

Semarang dan Surabaya. Tetapi kini telah menjadi salah satu

cabang olahraga yang sangat digemari masyarakat, terutama para pelajar dan

mahasiswa. Untuk menyalurkan kegiatan-kegiatan softball di Indonesia,

diperlukan suatu badan yang mengaturnya, maka dibentuklah organisasi

induk dengan nama PERBASASI (Perserikatan Baseball dan Softball Amatir

Seluruh Indonesia).

Dengan adanya wadah Pengurus Besar  PERBASASI ini mulailah

diadakan kompetisi softball tingkat nasional. Kejuaraan Nasional I

diselenggarakan tahun 1967 di Jakarta. Di samping itu sejak PON VII

di Surabaya, softball menjadi salah satu cabang olahraga yang

dipertandingkan.

Salah satu komponen penting dalam membangun sebuah tim softball

yang baik adalah adanya komunikasi yang efektif dalam tim tersebut.

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara

keduanya. Secara sederhana, komunikasi dapat dirumuskan sebagai proses

pengoperan isi pesan berupa lambang-lambang dari komunikator ke

Page 3: Bab i Pendahuluan (1) 2013

3

komunikan. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal

yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Komunikasi dapat

memperkuat ataupun memperlemah bahkan menghancurkan sebuah tim.

Komunikasi yang baik dapat membangun kekuatan sebuah tim, sedangkan

komunikasi yang buruk dapat menghancurkannya.

Untuk dapat membangun kerjasama dalam sebuah tim, diperlukan

komunikasi antarpribadi agar tujuan bersama dapat tercapai. Komunikasi

antarpribadi adalah sebuah interaksi tatap muka secara verbal dan non-verbal

pada tataran psikologis antara individu yang satu dengan individu yang lain,

dimana arus pesan terjadi dari dua arah secara aktif. Softball merupakan

olahraga tim, sebisa mungkin harus terjaga kualitas komunikasi antara pelatih

dengan atlet dan atlet dengan atlet. Faktor yang sangat penting dalam perilaku

komunikasi antara pelatih dan atlet adalah saling pengertian dan saling

terbuka. Hal ini merupakan sebuah sistem hubungan kerjasama untuk

memperoleh tujuan yang sama yaitu meningkatkan kualitas dalam sebuah

tim.

Apabila dalam sebuah tim, pelatih dapat berkomunikasi dengan baik

dengan atletnya dan begitu pula sebaliknya, maka akan menghasilkan situasi

dan kondisi yang sangat menyenangkan. Perilaku komunikasi yang baik

seperti ini, dapat memberikan hasil yang sangat memuaskan dalam sebuah

tim. Banyak pelatih olah raga yang baik mempunyai kemampuan yang sangat

besar untuk membangun hubungan erat antara pemimpin dan pengikut.

Sebagian menyatakan bahwa ikatan tersebut merupakan hasil perangai yang

Page 4: Bab i Pendahuluan (1) 2013

4

disebut “kharisma”, karena kharismalah yang membuat pelatih dapat

meyakinkan atletnya bahwa mereka mampu mengatasi rintangan macam

apapun.

Pelatih yang mencapai keberhasilan melalui sifat kharismatik

kepribadiannya semua mempunyai sifat dasar yang sama. Mereka semua

memimpin dari dalam kerangka tim daripada memimpin dari atas. Mereka

berkomunikasi dengan atletnya dan dengan asisten pelatih. Mereka sangat

yakin bahwa komunikasi sangat penting bagi keberhasilan tim.

Dalam dunia olahraga fungsi dan peran seorang pelatih sangat erat

hubungannya dengan capaian prestasi yang diukir oleh atlet. Pelatih adalah

seorang yang harus tahu tentang semua kebutuhan yang menjadi dasar bagi

terpenuhinya kondisi dimana atlet memiliki peluang untuk mencapai prestasi.

Hubungan antara pelatih atlet yang dibina harus merupakan hubungan yang

mencerminkan kebersamaan pandangan dalam mewujudkan apa yang dicita-

citakan.

Seorang pelatih dituntut mampu mejalani profesinya dengan tidak

semata-mata bermodalkan dirinya sebagai bekas atlet, melainkan harus

melengkapi dirinya dengan seperangkat kompetensi pendukung yang penting.

Diantaranya adalah kemampuan untuk mentransfer pengetahuan

keolahragaannya kepada atlet secara lengkap baik dari segi teknik, taktik,

maupun mental. Kemampuan untuk mengorganisir dinamika mental atlet

merupakan hal yang sangat penting untuk dikuasai pelatih. Kompetensi ini

akan lebih banyak terlihat ketika dirinya menghadapi suasana kompetensi

Page 5: Bab i Pendahuluan (1) 2013

5

yang penuh dengan tekanan. Pengalaman akan menjadi modal utama dalam

menghadapi situasi ini. Penguasaan kecabangan olahraga dan dalamnya

pengalaman tidak serta merta akan menjadikan dirinya sebagai pelatih yang

dihormati dan disegani kecuali jika dirinya sudah memiliki karakter dan

filosofi sebagai seorang pelatih. Karakter adalah konsistensi sikap dan cara

pandang dalam menghadapi suatu masalah. Sedangkan filosofi adalah bingkai

kepribadian yang akan menjadi jembatan bagi aktualisasi seluruh komponen

yang dimiliki agar apa yang dilakukan dapat diterima oleh orang lain. Dengan

memiliki filosofi seorang melatih akan dapat memiliki pegangan ketika

menjalankan tugas profesionalnya.

Komunikasi merupakan suatu proses dua arah, ini mencakup

berbicara dan mendengarkan orang lain. Seringkali pelatih berpendapat

bahwa merekalah yang harus berbicara dan atlet harus selalu mendengarkan.

Pelatih yang baik harus selalu belajar kapan dan bagaimana harus bicara dan

mendengarkan atletnya.

Berkomunikasi dengan atlet seharusnya merupakan bagian dari

tanggung jawab pelatih, karena itu berkomunikasi secara formal dengan atlet

harus dilakukan secara teratur. Dengan kata lain berkomunikasi dengan atlet

tidak hanya dilakukan ketika atlet mempunyai masalah atau kesalahan. Bila

itu terjadi, dampak positif boleh dikatakan sangat kecil.

Mendengar secara aktif berarti membiarkan lawan bicara mengatakan

suatu hal yang ingin dibicarakan dan disampaikan, pendengar menyimak dan

peduli.Intinya adalah pendengar mengkonsentrasikan diri terhadap maksud

Page 6: Bab i Pendahuluan (1) 2013

6

dari pesan yang disampaikan. Weinberg dan Gould (1995) mengatakan,

“seorang pendengar aktif seringkali menguraikan isi perkataan yang

disampaikan oleh pembicaranya.

Mendengarkan secara aktif menjadi sangat penting ketika pelatih

dengan atlet berinteraksi, atlet seringkali menyampaikan persoalan dan

motivasinya. Seorang pelatih harus dapat mendengarkan secara aktif, karena

salah satu tanggung jawab utamanya adalah memotivasi atlet agar dapat

mencapai potensi tertinggi.

Tim softball Sulawesi Selatan merupakan tim yang selalu berusaha

meningkatkan kualitas tim untuk meningkatkan prestasi. Upaya tersebut

mancakup mengenai kemampuan berkomunikasi antara pelatih dan atletnya,

hal inilah yang menjadi perhatian dan fokus penelitian ini, yaitu untuk

mengamati penerapan komunikasi dalam meningkatkan prestasi tim.

Berkaitan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: “Penerapan Komunikasi Antarpribadi Antara

Pelatih dan Atlet Softball Sulawesi Selatan”

Page 7: Bab i Pendahuluan (1) 2013

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas, maka permasalahan yang dapat

diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan komunikasi antarpribadi antar pelatih dan atlet

softball Sulawesi Selatan?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi berlangsungnya komunikasi

antar pelatih dan atlet softball Sulawesi Selatan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan komunikasi antarpribadi antar pelatih dan

atlet softball Sulawesi Selatan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berlangsungnya

komunikasi antar pelatih dan atlet softball Sulawesi Selatan.

D. Kegunaan Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

rangka pengembangan ilmu komunikasi.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi

mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.

Page 8: Bab i Pendahuluan (1) 2013

8

E. Kerangka Konseptual

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat bertahan hidup tanpa

adanya komunikasi dengan manusia lainnya. Namun demikian tidak banyak

yang benar-benar mengerti makna kata komunikasi yang selalu dibicarakan

atau bahkan pernah dilaksanakan. Kata komunikasi sendiri berasal dari

bahasa Latin communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan.

Komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat

kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.

Jelasnya jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan

orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Sebaliknya jika ia tidak

mengerti, komunikasi tidak berlangsung. Menurut Effendy dengan

mendasarkan defenisi dari Harold Laswell (suatu defenisi tua yang sampai

saat ini masih digunakan) maka rumusan komunikasi adalah: Siapa,

mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dengan efek apa (Who

says what in which channel to whom with effect).

Salah satu bentuk komunikasi adalah komunikasi antar pribadi

(Interpersonal Communication). Komunikasi antar pribadi melibatkan

komunikator dan komunikan untuk saling bertatap muka secara langsung

(face to face communication). Dengan demikian, bentuk komunikasi ini

dianggap paling efektif diantara bentuk komunikasi yang lain karena efek dan

timbal balik yang ditimbulkan dari proses komunikasi antarpribadi dapat

dirasakan.

Page 9: Bab i Pendahuluan (1) 2013

9

Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi

instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain,

karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi

daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai

komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi

antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih

mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat

manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi

lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi

tercanggih pun.

Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi tatap muka, karena

itu kemungkinan umpan balik besar sekali. Dalam komunikasi itu, penerima

pesan dapat langsung menanggapi dengan menyampaikan umpan balik.

Dengan demikian, diantara pengirim dan penerima pesan terjadi interaksi

yang satu mempengaruhi yang lain, dan kedua-duanya saling mempengaruhi

dan memberi serta menerima dampak.

Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal atau

hubungan emosional yang baik. Disini ditekankan bahwa hubungan

kedekatan atau relasi yang baik antara pelatih dan atlet harus selalu dijaga

karena dengan demikian atlet akan merasa dekat secara emosional dan

dengan sendirinya atlet akan percaya dan membuka diri kepada pelatihnya.

Kegagalan komunikasi terjadi apabila isi pesan dipahami, tetapi hubungan

diantara komunikan menjadi rusak.

Page 10: Bab i Pendahuluan (1) 2013

10

Hal yang sama dikatakan oleh Devito (1997) dalam bukunya Devito

mengatakan bahwa keberhasilan dalam menyampaikan informasi sangatlah

ditentukan oleh sifat dan mutu hubungan diantara pribadi yang terlibat dan

mengandung lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu: keterbukaan

(opennes), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap

positif (positivenes), dan kesetaraan (equality).

1. Keterbukaan

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari

komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif

harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Hal ini tidak

berarti bahwa orang harus membuka semua riwayat tentang hidupnya

namun harus ada kesediaan untuk mengungkapkan informasi yang

biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Kedua

mengacu pada kesediaan komunikator untuk berinteraksi secara jujur

terhadap stimulus yang datang. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan

perasaan dan pikiran. Artinya terbuka adalah mengakui bahwa perasaan

dan pikiran yang orang lontarkan adalah memang miliknya dan harus

dipertanggungjawabkan.

2. Empati

Henry Backrack dalam Devito (1997) mendefinisikan empati

sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang

dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain

itu. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman

Page 11: Bab i Pendahuluan (1) 2013

11

orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan

mereka di masa mendatang. Pengertian yang empatik ini akan membuat

seseorang lebih mampu menyesuaikan komunikasinya.

3. Sikap Mendukung

Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat

sikap mendukung. Sikap mendukung ditandai dengan sikap deskriptif,

spontan, dan provisional.

a. Deskriptif adalah mempersepsikan suatu komunikasi sebagai

permintaan akan informasi atau uraian mengenai suatu kejadian

tertentu dan tidak merasakannya sebagai ancaman. Sebaliknya sikap

evaluatif seringkali membuat orang bersikap defensif.

b. Spontan. Orang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang

dalam mengutarakan pikirannya biasanya memperoleh reaksi yang

sama. Sebaliknya, bila seseorang menyembunyikan perasaannya

yang sebenarnya, maka orangpun akan bereaksi secara defensif.

c. Provisional. Bersikap provisional artinya bersikap tentatif dan

berpikiran terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang

berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan

mengharuskannya. Bila seseorang bersikap yakin tak tergoyahkan

dan berpikiran tertutup, akan mendorong perilaku defensif pada diri

pendengar.

Page 12: Bab i Pendahuluan (1) 2013

12

4. Sikap Positif

Sikap positif dalam komunikasi antarpribadi ada dua cara yaitu:

(1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang

yang menjadi teman kita berinteraksi.

a. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi

antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang

memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan

positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting

untuk interaksi yang efektif.

b. Dorongan positif umumnya berbentuk pujian atau penghargaan, dan

terdiri atas perilaku yang biasanya kita harapkan. Dorongan positif

ini mendukung citra pribadi seseorang dan membuatnya merasa

lebih baik.

5. Kesetaraan

Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara.

Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak

sama-sama bernilai dan berharga, dan masing-masing pihak mempunyai

sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Makin baik hubungan antarpribadi, makin terbuka orang untuk

mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain

dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang

berlangsung diantara pelaku komunikasi. Hal ini sangat berperan dalam

meningkatkan prestasi atlet dimana hubungan antarpribadi yng baik akan

Page 13: Bab i Pendahuluan (1) 2013

13

membantu pelatih dalam mengenali, menggali, dan mengembangkan

potensi yang dimiliki atlet serta membantu kesulitan-kesulitan yang

dihadapinya.

Untuk lebih jelasnya maka akan digambarkan dalam kerangka

konseptual sebagai berikut:

Gambar 1. Skema Kerangka Konseptual

KOMUNIKASI

1. Keterbukaan2. Empati3. Dukungan4. Perasaan Positif5. Kesetaraan

PELATIH ATLET

1. Kerja sama yang baik antar atlet dengan atlet dan antara atlet dengan pelatih.

2. Kualitas komunikasi antara atlet dengan atlet dan atlet dengan pelatih.

3. Perilaku komunikasi yang baik antara atlet dengan atlet dan atlet dengan pelatih.

Page 14: Bab i Pendahuluan (1) 2013

14

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap konsep-konsep yang

digunakan dalam penelitian ini, maka dipandang perlu member batasan

pengertian sebagai berikut:

1. Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antara pelatih dan atlet, yang mana komunikasi ini

merupakan komunikasi yang efektif yang mengubah sikap, pendapat,

atau perilaku.

2. Softball

Olahraga softball adalah permainan yang mirip dengan permainan kasti.

Permainan ini merupakan permainan beregu terdiri dari dua tim.

Permainan terdiri dari 9 babak yang disebut inning. Di dalam satu inning,

tim yang bertanding masing-masing mempunyai kesempatan memukul

(batting) untuk mencetak angka (run). Ketika tim yang menyerang

mendapat giliran memukul, seorang pelempar bola tim bertahan

melemparkan bola ke arah penangkap bola sekencang-kencangnya agar

bola tidak dapat dipukul.

Tim yang mendapat giliran memukul bergantian seorang demi seorang

untuk memukul bola. Tim yang berjaga berusaha mematikan anggota tim

yang mendapat giliran memukul. Tim yang mendapat giliran memukul

mendapat kesempatan 3 kali mati (out) sebelum giliran memukul

digantikan tim yang bertahan.

Page 15: Bab i Pendahuluan (1) 2013

15

3. Pelatih

Adalah seseorang yang bertugas untuk mempersiapkan fisik dan mental

seorang atlet.

4. Atlet

Adalah orang yang ikut serta dalam suatu kompetisi olahraga softball.

5. Keterbukaan

Adalah cara menyampaikan pesan secara timbal balik antara pelatih

dengan atlet dengan bebas (terbuka), jujur, serta tidak ada yang ditutup-

tutupi.

6. Empati

Adalah kemampuan pelatih untuk merasakan masalah yang dihadapi oleh

atlet, mengerti keinginan atlet dan memahami apa yang dibutuhkan oleh

atlet.

7. Dukungan

Adalah semangat yang diberikan oleh pelatih kepada atletnya, utamanya

pada saat atlet memiliki masalah dan membantu atlet memecahkan

masalah atau keluhan-keluhannya.

8. Perasaan positif

Adalah adanya perasaan atau sikap dan perilaku yang baik dari pelatih

kepada atletnya yang dapat mendorong atlet berperan secara aktif dan

membuka diri atas masalah-masalah ataupun keluhan-keluhan.

9. Kesamaan

Page 16: Bab i Pendahuluan (1) 2013

16

Adalah adanya saling pengertian antara pelatih dan atlet menyangkut

pentingnya pelatih dalam memberikan arahan dan masukan kepada atlet

dan sebaliknya atlet akan mampu menanggapi hal tersebut dengan baik

tanpa merasa terpaksa.

G. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif, yaitu

menggambarkan dan memberikan pemaparan serta menjelaskan

mengenai yang diteliti berdasarkan wawancara mendalam serta observasi

yang diperoleh dalam penelitian terhadap tim softball Sulawesi Selatan.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di tempat latihan atlet softball Sulawesi

Selatan yang berada di Lapangan Softball Karebosi. Adapun waktu

penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011-November 2011.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer

1. Observasi, yakni untuk memperoleh data-data yang akurat,

penulis melakukan observasi langsung ke lapangan di lokasi

penelitian yakni Lapangan Softball Karebosi. Data tersebut

dilengkapi dengan berupa dokumentasi.

Page 17: Bab i Pendahuluan (1) 2013

17

2. Wawancara, pengumpulan data juga dilakukan dengan

wawancara mendalam terhadap yang nantinya menjadi informan

dalam penelitian ini, yakni pelatih dan atlet.

b. Data Sekunder

Diperoleh dari studi literatur, dengan mencari data melalui lembaga-

lembaga yang terkait dengan penelitian. Selain itu juga membaca

surat kabar, buku bacaan, majalah, bahan kuliah, laporan serta situs

internet yang memiliki relevansi kuat dengan masalah yang diteliti.

4. Informan

Sesuai dengan metode penelitian yaitu deskriptif kualitatif, maka

dalam penelitian ini dipergunakan teknik pengumpulan data yaitu

purposive sampling dengan memilih informan yang dianggap layak

dalam pemberian data. Dalam penelitian ini penulis memilih informan

yakni 3 pelatih dan 3 atlet dengan kriteria sebagai berikut:

a. Pelatih

1. Usia maksimal 50 Tahun

2. Telah menjadi pelatih softball selama minimal 5 tahun

b. Atlet

1. Usia maksimal 30 Tahun

2. Atlet merupakan pemain softball Sulawesi Selatan yang aktif

mengikuti latihan dan pertandingan.

Page 18: Bab i Pendahuluan (1) 2013

18

5. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dengan teknik

pengolahan data dan analisa dilakukan secara bersamaan pada proses

penelitian. Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data

yang tersedia dari berbagai sumber, seperti wawancara dan observasi

yang dituliskan dalam catatan lapangan. Setelah dibaca dan ditelaah

maka kemudian mereduksikan data dengan jalan membuat abstraksi yang

merupakan usaha membuat rangkuman inti. Kemudian langkah

selanjutnya adalah mengkategorikan data berdasarkan tema yang sesuai

dengan fokus penelitian.