Laporan Pendahuluan Lobster Pacitan 2013

12
Kajian Pengelolaan Lobster di Kabupaten Pacitan Page 0 SUMMARY LAPORAN PENDAHULUAN KAJIAN PENGELOLAAN LOBSTER DI KABUPATEN PACITAN DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2013

description

Lobster, pacitan, pesisir, bioekonomi, CPUE

Transcript of Laporan Pendahuluan Lobster Pacitan 2013

Page 1: Laporan Pendahuluan Lobster Pacitan 2013

Laporan Pendahuluan Kajian Pengelolaan Lobster di Kabupaten Pacitan Page 0

SUMMARY LAPORAN PENDAHULUAN

KAJIAN PENGELOLAAN LOBSTER DI KABUPATEN PACITAN

DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2013

Page 2: Laporan Pendahuluan Lobster Pacitan 2013

Summary Laporan Pendahuluan Kajian Pengelolaan Lobster di Kabupaten Pacitan Page 1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat pulih kembali

(renewable) namun, ada batas-batasnya apabila dimanfaatkan semena-

mena dan melebihi batas optimalnya dapat mengakibatkan kerusakan pada

sumberdaya ikan tersebut sehingga usaha pemanfaatannya atau

penangkapan ikan diperlukan pengaturan-pengaturan dan selalu diupayakan

tidak melebihi batas optimalnya (potensi tangkap lestasi).

Perikanan adalah suatu kegiatan perekonomian yang memanfaatkan

sumber daya alam perikanan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan

teknologi untuk kesejahteraan manusia dengan mengoptimalisasikan dan

memelihara produktifitas sumber daya perikanan dan kelestarian lingkungan.

Salah satu komoditas perikanan Indonesia yang sampai sekarang

masih menjadi primadona adalah udang barong (lobsters). Udang barong

(lobsters) merupakan salah satu satrum sumber daya hayati laut yang

tersedia hampir di seluruh perairan Indonesia dan merupakan salah satu

komoditas ekspor andalan dari sub sektor perikanan. Setiap tahunnya, terjadi

peningkatan pangsa pasar ekspor udang ke negara-negara tujuan ekspor

seperti Jepan, Amerika Serika, dan Uni Eropa.

Perikanan lobster di Kabupaten Pacitan bersifat free entry-out fishery

(konsekuensi dari perikan akses terbuka) dan lebih ke arah open acces.

Pada saat hasil tangkapan tinggi maka alat tangka meningkat dengan

tekanan effort cukup tinggi, sedangkan pada saat hasil tangkapan rendah

maka jumlah yang beroperasi akan menurun untuk mengurangi kerugian

operasional.

Penangkapan ikan berlebihan cenderung mengurangi kemampuan

sumberdaya dalam melakukan pemulihan (recovery) secara alami.

Peningkatan effort dari alat tangkap dalam hal ini alat tangkap dengan tujuan

untuk meningkatkan produksi lobster harus dibatasi. Dengan demikian perlu

diadakan kajian pengelolaan lobster di Kabupaten Pacitan untuk lebih

mempertimbangkan aspek pembangunan perikanan lobster dalam jangka

panjang.

Page 3: Laporan Pendahuluan Lobster Pacitan 2013

Summary Laporan Pendahuluan Kajian Pengelolaan Lobster di Kabupaten Pacitan Page 2

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, maka rumusan masalah dari kajian

Pengelolaan Losbter di Pacitan ini sebagai berikut:

1. Berapa Catch Per Unit Effort (CPUE) lobster di Kabupaten Pacitan?

2. Berapa konversi eksternal alat tangkap perikanan lobster di

Kabupaten Pacitan terhadap alat tangkap standart?

3. Berapa potensi tangkap lestari/ Maksimum Sustainable Yield (MSY)

perikanan lobster dan Jumlah Tangkap yang Diperbolehkan (JTB)?

4. Seperti apa status dan tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan

lobster di Kabupaten Pacitan?

5. Seperti apa gambaran rekomendasi mengenai jumlah effort perikanan

lobster yang diperbolehkan berdasarkan perhitungan dengan

pendekatan Equilibrium State dan Non Equilibrium State Model?

6. Seperti apa simulasi dinamika stok cadangan dan hasil tangkapan

terhadap perubahan upeya penangkapan sampai dengan tahun

2020?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah;

1. Menghitung Catch Per Unit Effort (CPUE) lobster di Kabupaten

Pacitan;

2. Menghitung konversi eksternal alata tangkap perikanan lobster di

Kabupaten Pacitan terhadap alat tangkap standart;

3. Menduga potensi tangkap lestari/ Maksimum Sustainable Yield (MSY)

perikanan lobster dan Jumlah Tangkap yang Diperbolehkan (JTB);

4. Menduga status dan tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan

lobster di Kabupaten Pacitan;

5. Memberikan rekomendasi mengenai jumlah effort perikanan lobster

yang diperbolehkan berdasarkan perhitungan dengan pendekatan

Equilibrium State dan Non Equilibrium State Model;

6. Membuat simulasi dinamika stok cadangan dan hasil tangkapan

terhadap perubahan upeya penangkapan sampai dengan tahun 2020.

Page 4: Laporan Pendahuluan Lobster Pacitan 2013

Summary Laporan Pendahuluan Kajian Pengelolaan Lobster di Kabupaten Pacitan Page 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Wilayah Studi

2.1.1. Kondisi Geografis Wilayah

Kabupaten Pacitan terletak di pesisir selatan Propinsi Jawa Timur. Letak

Kabupaten Pacitan secara geografis berada pada 100°55’ - 111°25’ BT,

07°55’ - 08°17’ LS dengan luas wilayah 1.419,44 km2. Sebagian besar

wilayahnya berupa perbukitan dan tanah kapur yang merupakan bagian

pegunungan kapur selatan, dan membentang dari Gunung Kidul hingga

Trenggalek menghadap ke Samudera Hindia.

2.1.2. Wilayah Administratif

Secara administratif, Kabupaten Pacitan dibagi menjadi 4 wilayah pembantu

bupati, 12 wilayah kecamatan, 5 kelurahan dan 159 desa. Kabupaten ini

merupakan pintu gerbang Propinsi Jawa Timur bagian Selatan dan

berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah serta Daerah Istimewa

Yogyakarta.

Batas wilayah Kabupaten Pacitan sebagai berikut :

Sebelah Timur : Kabupaten Trenggalek,

Sebelah Selatan : Samudera Hindia,

Sebelah Barat : Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah),

Sebelah Utara : Kabupaten Ponorogo

Gambar 2.1 Peta Administrasi Wilayah Jawa Timur

Wilayah Studi

Page 5: Laporan Pendahuluan Lobster Pacitan 2013

Summary Laporan Pendahuluan Kajian Pengelolaan Lobster di Kabupaten Pacitan Page 4

Wilayah Kabupaten Pacitan berada pada ketinggian 0 – 1500 meter di

atas permukaan laut (dpl) yang terdiri atas wilayah yang berada pada 7 – 25

m dpl sebesar 2,62%; 25 – 100 m dpl sebesar 2,67%; 100 – 500 m dpl

sebesar 52,68%; 500 – 1000 m dpl sebesar 36,43% dan >1000 m dpl

sebesar 5,59% (Balitbang, 2003).

Jenis tanah yang ada di Kabupaten Pacitan adalah alluvial kelabu

endapan liat seluas 3.969 Ha atau 4,04%, assosiasi litosol dan mediteran

merah seluas 4.629 Ha atau 4,71%, litosol campuran tuf dan bahan vulkan

seluas 58.097 Ha atau 59,15% dan kompleks litosol kemerahan dan litosol

seluas 31.529 Ha atau 32,10% (Balitbang, 2003).

Berdasarkan tingkat kemiringannya, komposisi lahan di Kabupaten

Pacitan dapat digolongkan menjadi datar, dengan kemiringan sampai

dengan 5% sebesar 4%, berombak dengan kemiringan 6 – 10% sebesar

10%, bergelombang dengan kemiringan 11 – 30% sebesar 4%, berbukit

dengan kemiringan 31 – 50% sebesar 52% serta bergunung dengan

kemiringan >50% sebesar 10% (Balitbang, 2003).

2.2. Gambaran Potensi Lobster di wilayah Studi

Kabupaten Pacitan memiliki wilayah laut sekitar 7.636 km2, dengan panjang

pantai 70,709 km. Wilayah perairan laut termasuk dalam perairan Samudera

Hindia, memiliki potensi sumberdaya ikan cukup besar yang diperkirakan

kurang lebih 84.4330 ton pertahun, dengan perincian ikan dasar (demesral)

= 24.577 ton, ikan pelagis 98.310 ton, sejenis udang mencapai kurang lebih

2.220 ton pertahun (8,22 %) berupa Lobster yang mempunyai nilai jual tinggi.

Jenis udang Lobster yang dihasilkan di perairan Pacitan adalah jenis

Mutiara, Pasir, Batu dengan Produksi mencapai 15.625 Kg pertahun.

Komoditi ini sudah menembus pasar ekspor seperti Singapura, Hongkong

dan Jepang melalui pedagang dan perusahaan yang ada di Surabaya,

Semarang, Kediri dan Jakarta (Kemendagri, 19 feb, 2013).

Page 6: Laporan Pendahuluan Lobster Pacitan 2013

Summary Laporan Pendahuluan Kajian Pengelolaan Lobster di Kabupaten Pacitan Page 5

BAB 3 METODOLOGI

3.1. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di kawasan tangkap rajungan, Kabupaten Pacitan, Jawa

Timur. Secara geografis Kabupaten Pacitan membentang antara 07°55’ LS

sampai dengan 08°17’ LS dan 110°55’ BT sampai dengan 111°25’ BT

dengan luas wilayah mencapai 1.419,44 km2. Lokasi penelitian,

sebagaimana yang dimaksud dapat terlihat pada gambar 3.1. di bawah ini.

Gambar 3.1. Peta Administrasi Kabupaten Pacitan

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2013 sampai dengan bulan

April 2013. Penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Maret 2013 untuk

memperoleh informasi awal tentang daerah dan objek penelitian melalui studi

data-data skunder dan literatur terkait. Penelitian utama dilaksanakan pada

bulan April 2013 melalui observasi secara langsung. Adapun secara rinci

time shedule pada penelitian ini dapat terlihat pada tabel di bawah ini.

Page 7: Laporan Pendahuluan Lobster Pacitan 2013

Summary Laporan Pendahuluan Kajian Pengelolaan Lobster di Kabupaten Pacitan Page 6

Tabel 3.1. Time Shedule Penelitian

3.2. Jenis Penelitian

Jenis peneltan ini adalah penelitian deskriptif, menurut Sekaran (2003: 121),

penelitian deskriptif digunakan untuk mengetahui dengan pasti dan

menggambarkan bagaimana karakteristik dari variavel perhatian dalam

sebuah situasi. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk memberikan

gambaran atau penjelasan aspek-aspek yang penting dalam memahami

fenomena-fenomena atau permasalahan dari individu, organisasi, orientasi

industri atau perspektif lain (Sekaran, 2003: 122). Selain itu, pada penelitian

ini dilakukan beberapa perhitungan statistika terkait penentuan model

produksi surplus, dan standarisasi upaya penangkapan.

3.3. Jenis dan Sumber data 3.3.1 Jenis Data

Penelitian ini merupakan penelitian terhadap fakta berupa opini atau

pendapat orang (responden). Maka jenis data yang digunakan adalah data

subyek. Data subyek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap,

pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang

menjadi subyek penelitian (responden) (Indriantoro dan Supomo, 2002: 145).

Page 8: Laporan Pendahuluan Lobster Pacitan 2013

Summary Laporan Pendahuluan Kajian Pengelolaan Lobster di Kabupaten Pacitan Page 7

3.3.2 Sumber Data

Dalam penelitian ini,digunakan 2 macam data,yaitu :

1. Data primer

Menurut Marzuki (2002:55) “data primer yaitu data yang diperoleh secara

langsung dari sumber datanya diamati dan dicatat untuk pertama

kalinya”. Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari hasil

wawancara dan penyebaran daftar pertanyaan kepada responden

nelayan di wilayah Kabupaten Pacitan.

2. Data sekunder

Menurut Marzuki (2002:56) “data sekunder yaitu data yang bukan

diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti”. Dalam penelitian ini

data sekunder diperoleh dari beberapa sumber sebagai berikut:

- Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur;

- Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pacitan;

- Dan Beberapa UPTD-UPTD Dinas di Wilayah Kabupaten Pacitan.

Baik yang berupa buku laporan, jurnal, dan beberapa referensi lainnya

yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

3.4. Teknik Pengmpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. Studi Literatur

Teknik pengumpulan data dengan cara mencari beberapa literature

terkait baik bersumber dari jurnal-jurnal ilmiah, buku-buku laporan

terdahulu, dan literature terkait lainnya.

2. Kuisioner

Teknik pengumpulan data dengan cara pengajuan sejumlah pertanyaan

terhadap responden yang diteliti.

3. Wawancara.

Teknik pengumpulan data dengan cara mewawancarai secara langsung

dengan personalia atau staf perusahaan yang relevan dan

berkepentingan dengan penelitian dan jenis data yang dibutuhkan.

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu proses pengolahan data yang telah

dikumpulkan sebelumnya. Penetapan teknik analisis data harus tepat agar

Page 9: Laporan Pendahuluan Lobster Pacitan 2013

Summary Laporan Pendahuluan Kajian Pengelolaan Lobster di Kabupaten Pacitan Page 8

dapat memberikan suatu output kesimpulan yang benar dan akurat. Analisis-

analisis data yang digunakan ini adalah (Sutrisno Hadi, 2005):

1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif adalah suatu analisis yang dibuat berdasarkan data

dalam bentuk uraian dan hanya dapat diukur secara langsung.

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah suatu bentuk analisis yang menggunakan

angka-angka dan perhitungan dengan metode statistik tertentu.

3.6. Analisis Standarisasi Upaya Penangkapan

Standardisasi terhadap alat tangkap yang lain bertujuan untuk

menyeragamkan satuan-satuan upaya yang berbeda sehingga dapat

dianggap upaya penangkapan suatu jenis alat tangkap diasumsikan

menghasilkan tangkapan yang sama dengan alat tangkap standar. Pada

umumnya pemilihan suatu alat tangkap standar didasarkan pada dominan

tidaknya alat tangkap tersebut digunakan di suatu daerah serta besarnya

upaya penangkapan yang dilakukan. Alat tangkap yang ditetapkan sebagai

alat tangkap standar mempunyai faktor daya tangkap atau fishing power

indeks (FPI) = 1 (Tampubolon dan Sutedjo 1983 in Tinungki 2005).

Adapun nilai fishing power indeks (FPI) jenis alat tangkap lainnya dapat

dihitung dengan membagi nilai catch per unit effort (CPUE alat tangkap lain)

dengan CPUE alat tangkap standar. Nilai FPI ini kemudian digunakan untuk

mencari upaya penangkapan standar alat tersebut

dengan CPUEs merupakan hasil tangkapan per upaya penangkapan alat

tangkap standar, CPUEi adalah hasil tangkapan per upaya penangkapan alat

tangkap i, Cs merupakan jumlah tangkapan jenis alat tangkap standar, Ci

adalah jumlah tangkapan jenis alat tangkap i, fs adalah jumlah upaya jenis

alat tangkap standar , fi adalah jumlah upaya jenis alat tangkap i, FPIs

Page 10: Laporan Pendahuluan Lobster Pacitan 2013

Summary Laporan Pendahuluan Kajian Pengelolaan Lobster di Kabupaten Pacitan Page 9

adalah faktor daya tangkap jenis alat tangkap standar, sedangkan FPIi

adalah faktor daya tangkap jenis alat tangkap i.

3.7. Analisis Model Produksi Surplus

Model produksi surplus bertujuan untuk menentukan tingkat upaya optimum

yang dapat menghasilkan suatu hasil tangkapan maksimum yang lestari

tanpa mempengaruhi produktivitas stok secara jangka panjang. Struktur

umum model produksi surplus adalah hubungan yang dinyatakan sebagai

berikut:

Ketika produksi lebih besar dibandingkan kematian alamiah, maka stok akan

bertambah, sedangkan stok akan berkurang bilamana kematian alami

meningkat. Model produksi surplus digunakan untuk menyatakan perbedaan

antara produksi dan kematian alamiah. Dua model yang akan digunakan dan

dicobakan dalam penelitian ini adalah model Schaefer dan Walter & Hilborn.

Model produksi surplus yang telah dikenalkan oleh para ahli akan diterapkan

ke dalam data runut waktu tahunan tangkapan dan upaya tangkapan

rajungan (Portunus pelagicus) yang dilakukan oleh nelayan di perairan Utara

jawa timur yang kemudian didaratkan di pangkahkulon, Ujungpangkah,

Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur.

Berikut adalah persamaan matematik masing-masing model produksi surplus

yang digunakan untuk menduga tangkapan maksimum lestari (MSY) dan

upaya optimum penangkapan dengan menggunakan bantuan program

Microsoft Excel:

A. Model Schaefer (1954)

Page 11: Laporan Pendahuluan Lobster Pacitan 2013

Summary Laporan Pendahuluan Kajian Pengelolaan Lobster di Kabupaten Pacitan Page 10

B. Walter & Hilborn (1976)

Keterangan:

Ct : Tangkapan tahun ke-t

Ft : Upaya penangkapan tahun ke-t

CPUEt : Hasil tangkapan per satuan upaya tahun ke-t

r : Parameter pertumbuhan

K : Daya dukung lingkungan

q : Koefisien penangkapan

m : Parameter tambahan

MSY : Tangkapan Maksimum Lestari (Maximum Sustainable

Yield)

Fopt : Upaya tangkapan optimal

Page 12: Laporan Pendahuluan Lobster Pacitan 2013

Summary Laporan Pendahuluan Kajian Pengelolaan Lobster di Kabupaten Pacitan Page 11