BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang
Transcript of BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang
1
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Semenjak 1 Januari 2014 adalah awal diterapkannya program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Program JKN bertujuan untuk memberikan pelayanan
kesehatan kepada seluruh masyarakat Indonesia, termasuk bagi warga negara
asing yang telah menetap dan mendapatkan pekerjaan selama enam bulan di
Indonesia. Awal dari terbentuknya jaminanan kesehatan menjadi program
pemerintah berdasarkan dari hasil pertemuan yang dilakukan di Jenewa pada
tahun 2005. Dalam pertemuan tersebut difasilitasi oleh World Health
Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia, merupakan bentukan dari
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). WHO memiliki misi yang dikenal dengan
Universal Health Coverage (UHC), merupakan sistem kesehatan yang
memastikan setiap warga yang ada dunia memiliki akses yang adil terhadap
pelayanan kesehatan.1
Patut kiranya dipahami, bahwa jaminan kesehatan diterapkan di
Indonesia tidak lain merupakan amanat resolusi World Health Assembly (WHA)2
ke-58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negara mengembangkan
UHC bagi seluruh penduduk. Di Indonesia dikenal dengan Jaminan Kesehatan
Nasional.
Jauh sebelum ditetapkan program JKN, jaminan kesehatan sudah
diuraikan dalam UUD 1945 Pasal 28H ayat (1) dan pasal 34 ayat (3):
1Kementrian Kesehatan RI. Universal Health Converage. http://mediakom.sehatnegeriku.com/
universal-health-converage/. Diakses pada 18 Juni 2015. 2 Wiku Adisasmito. 2014. Sistem Kesehatan. Rajagrafido Persada. Jakarta. Cet ke-V.
2
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”
“Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak”.
Dari hal tersebut dibentuklah undang-undang tentang kesehatan yaitu UU
No 23 Tahun 1993 yang kemudian diganti dengan UU No 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan. Dalam UU No 36 Tahun 2009 menyampaikan bahwa setiap
orang memiliki hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di
bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam
program jaminan kesehatan sosial.3
Untuk memberikan jaminan tersebut, pemerintah mengeluarkan UU No
40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang merupakan
amanat dari UUD 1945 Pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 Ayat (2)
“Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat”.
“Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”.
Dalam UU SJSN, menjelaskan bahwa dalam jaminan sosial terdiri dari;
jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan pensiun, jaminan hari tua,
dan jaminan kematian. Untuk memudahkan dalam pengelolaan jaminan sosial,
maka dibentuk suatu badan hukum. Badan hukum tersebut dikenal dengan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), dalam penyelenggaraan jaminan sosial,
3 Buku Pegangan Sosialisasi. Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial
Nasional. http://www.depkes.go.id/resources/download/jkn/buku-pegangan-sosialisasi-jkn.pdf.
3
BPJS terbagi menjadi dua, BPJS Kesehatan dan BPJS Ketegakerjaan. BPJS
Kesehatan mengayomi jaminan kesehatan, sedangkan jaminan lainnya menjadi
kewenangan BPJS Ketenagakerjaan.
Mekanisme jaminan kesehatan yang diterapkan dari UU SJSN
menyeluruh, tanpa terkecuali. Bagi masyarakat yang tidak mampu akan dibiayai
oleh negara, baik hal tersebut bersumber dari APBN maupun dari APBD. Dalam
hal ini mekanisme pencantuman warga tidak mampu diatur dalam PP 101 Tahun
2012 Tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI).
Pelaksaan PP 101 Tahun 2012 Tentang PBI terdapat permasalahan dalam
melakukan pendataan. Dalam PP tersebut disampaikan bahwa yang melakukan
pendataan adalah Menteri Sosial dengan berkoordinasi dengan Menteri Keuangan
dengan BPJS Kesehatan Pusat dalam menetapkan data terpadu, nantinya akan di
distribusikan kepada provinsi, kabupaten dan kota.
Kota Malang yang telah melaksanakan program JKN terdapat
permasalahan pada pendataan warga tidak mampu. Acuan yang digunakan adalah
data pada tahun 2011. Dimana data tersebut diperoleh melalui RT/RW dan
Kelurahan, adalah terapan cara yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
dengan mekanisme Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS),4 PPLS
tersebut dijadikan sebagai acuan dalam pendistribusian kartu kesehatan PBI (baik
APBN maupun APBD).5 Kewenangan pendataan PBI-JKN di Kota Malang
dilaksanakan oleh Dinas Sosial.
4Rizqia Khoirunisa. Ketentuan Agar Dapat Program KIS, KIP Dan KKS Untuk Warga Kurang
Mampu. http://www.pasienbpjs.com/2017/10/ketentuan-agar-dapat-program-kis-kip.html. 5 Panduan Praktis Tentang Kepesertaan dan Pelayanan Kesehatan yang Diselenggarakan Oleh
BPJS Kesehatan Berdasarkan Regulasi yang Sudah Terbit. https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/
dmdocuments/a9c04aa825ffc12d24aeee668747f284.pdf.
4
Dengan kewenganan yang dimiliki oleh Dinas Sosial sebagai pelaksana
urusan pemerintah di bidang sosial. Salahsatu tugas dan fungsinya adalah
penanganan fakir miskin dan pemberdayaan sosial. Lebih lanjut Dinas Sosial
dapat melaksanakan perlindungan dan jaminan sosial (Perwali Kota Malang No
29 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta
Tata Kerja Dinas Sosial).
Pendataan bagi warga tidak mampu untuk mendapatkan jaminan
kesehatan masih bermasalah, hal ini ditemukan dari hasil riset Malang Corruption
Watch selama Januari-Oktober 2017 – salahsatu LSM di Kota Malang. Mereka
menemukan berbagai permasalahan kesehatan di Kota Malang, salahsatunya
adalah masalah pendataan warga tidak mampu. Temuan tersebut disampaikan
dalam bentuk Focus Group Discossion (FGD).6 Setidaknya dari aduan kesehatan
yang diterima sebanyak 49 aduan, 23 diataranya mengalami permasalahan
administrasi dan 12 lainnya mengalami kesulitan akses pelayanan kesehatan, kartu
kesehatan tidak dapat digunakan terdapat dua orang, permasalahan sosialisasi 11
orang, dan obat terlambat terdapat satu orang.
Pada pelaksanaan FGD tersebut, Dinas Sosial mangakui, bahwa data
untuk distribusi bantuan sosial yang disampaikan memang masih belum ada
perubahan dengan banyaknya warga miskin di Kota Malang, karena mengacu
pada program PPLS yang dilaksanakan oleh BPS. Perubahan data tersebut belum
terupdate dengan kondisi kebutuhan masyarakat Kota Malang, baik yang miskin
dan persoalan kemiskinan.
6Warga Kota Malang Masih Banyak Keluhkan Administrasi Program JKN. http://malang
voice.com/warga-kota-malang-masih-banyak-keluhkan-administrasi-program-jkn. Diakses Pada
19 Oktober 2017. Malang Voice; Media Online.
5
Dapat dilihat semenjak pelaksaan awal tahun 2014, pendataan untuk
warga tidak mampu yang berhak mendapatkan layanan kesehatan tidak terjadi
pergantian, keterangan pada FGD tersebut disampaikan bahwa distribusi PBI yang
telah melalui pendataan serta verifikasi dan validasi namun tidak memberikan
perubahan yang signifikan.7Sebagaimana yang disampaikan oleh PP tentang PBI
Pasal 6 bahwa pendataan dilakukan selama enam bulan sekali pada tahun
anggaran berjalan. Seharusnya pendataan tersebut jika memang dilakukan selama
enam bulan sekali, maka distribusi PBI tidak akan terjadi kesalahan alamat.
Seharusnya kewenangan pemerintah Kota Malang dalam melaksanakan
program jaminan sosial, dapat memperhitungkan keakuratan warga tidak mampu,
sehingga data yang diterima oleh masyarakat tepat sasaran.
Pembagian fungsi dalam pelaksanaan pendataan adalah Dinas Sosial,
fungsi sebagai pembantu dalam menyukseskan penyelenggaraan JKN dengan
berkoodinasi dengan BPJS Kesehatan. Untuk mencapai hal tersebut, maka
perlunya ada sinergitas antara kedua instansi. Secara umum sinergitas diartikan
kegiatan atau operasi gabungan, yang dimaksud untuk mencapai tujuan, maka
diperlukan kerjasama antar individu atau kelompok.8
Berdasarkan penyampaian diatas, dalam mewujudkan pelayanan kesehatan di
Kota Malang, dimana masyarakat masih merasakan adanya hambatan untuk
memperoleh pelayanan kesehatan terkhusus dalam menkanisme pendataan PBI,
daripada hal tersebut untuk mengetahui lebih lanjut perlu kiranya untuk melakukan
peneilitian lebih jauh. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitan dengan judul
Sinergitas Instansi Pelayanan Kesehatan Di Kota Malang Melalui Program
7Ibid.
8 Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://kbbi.web.id/sinergi
6
Jaminan Kesehatan Nasional (Studi Mekanisme Pendataan bagi Warga Miskin
dalam Menerima PBI).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari temuan diatas, maka rumusan masalah yang ingin diteliti
oleh peneliti adalah:
1. Bagaimana Sinergitas antara Dinas Sosial dan BPJS Kesehatan dalam
Pelayanan Kesehatan untuk mencapai Program Jaminan Kesehatan?
2. Bagaimana proses pendataan PBI bagi warga miskin di Kota Malang dalam
program Jaminan Kesehatan Nasional?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sinergitas antar Dinas Sosial dan
BPJS Kesehatan dalam penerapan program JKN untuk warga tidak mampu agar
mendapatkan akses kesehatan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
bahan atau referensi dalam pengembangan kajian ilmu pemerintahan khususnya
yang berkaitan dengan kebijakan publik.
Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
dan pertimbangan oleh pemangku kebijakan dalam penerapan pelayanan
kesehatan. Khusunya sebagai produk hukum yang berkaitan dengan pemerintah
7
daerah Kota Malang bagi masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan
untuk warga tidak mampu.
E. Definisi Konseptual dan Definis Operasional
Untuk memahami lebih lanjut pada penelitian ini, maka perlu untuk
menjabarkan dari definisi konsep sebagai pengantar untuk melakukan penelitian.
a. Definisi Konseptual
Definis konseptual merupakan penggambaran secara umum dan
menyeluruh yang menyiratkan maksud dari konsep atau istilah tersebut,
bersifat konstitutif (merupakan definisi yang tersepakati oleh banyak pihak
dan telah dibakukan – setidaknya dikamus bahasa), formal dan mempunyai
pengertian yang abstrak. Dalam hal ini perlu kiranya untuk memahami
bagaimana kedudukan antara instansi yang menyelenggarakan program JKN
sebagai bentuk sinergitas untuk mencapai akses kesehatan dengan mudah
oleh warga masyarakat.
Sinergitas yang merupakan kegiatan atau operasi gabungan, yang
dimaksud untuk mencapai tujuan, maka diperlukan kerjasama antar individu
atau kelompok. Sama halnya yang disampaikan oleh Najianti dan Rahmad
(2011), mereka menjelaskan bahwa sinergi merupakan kombinasi ataupun
paduan unsur atau bagian yangdapat menghasilkankeluaran lebih baik
danlebih besar.9 Tepatnya sinergi diartikan sebagai operasi gabungan atau
perpaduan unsur dengan akhirnya menghasilkan output yang lebih baik.
9 M. Irwanda Firmansyah. Agustus 2016. Studi Deskriptif Tentang Sinergitas Kewenangan Antara
Bpjs Kesehatan dengan Organisasi Profesi dalam Penyediaan Layanan Kesehatan di Kota
Surabaya. Jurnal Universitas Airlangga Vol 4 No 2 (146 – 156). http://journal.unair.ac.id/KMP
8
Oleh karena itu penting kiranya sinergitas ini diterapkan kepada setiap
intansi yang menyelenggarakan program JKN. Terkhusus bagaimana warga
tidak mampu di Kota Malang mendapatkan akses kesehatan dengan mudah.
1. BPJS Kesehatan
UU No 24 Tahun 2011 mengamanatkan, bahwasanya BPJS Kesehatan
memiliki kewengan pada; menerima pendaftaran peserta, memungut iuran,
menerima bantuan iuran dari pemerintah, mengelola dana jaminan sosial
untuk kepentingan peserta, mengumpulkan dan mengelola data peserta
program jaminan sosial, membayarkan manfaat dan/atau membiayai
pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial,
memberikan informasi mengenai penyeleng-garaan program jaminan sosial
kepada peserta dan masyarakat.
2. Peran Dinas Sosial dalam Penyelenggaraan JKN
Pada penyelenggaraan JKN, kewenangan dari Dinas Sosial ialah
memastikan masyarakat dalam penerimaan bantuan iuran (PBI). PBI di
fungsikan bagi masyarakat tidak mampu untuk mendapatkan akses pelayanan
kesehatan. Cara kerja dari Dinas Sosial untuk memastikan PBI diterima oleh
masyarakat tidak mampu ialah melaui pendataan yang dilakukan oleh Pekerja
Sosial Masyarakat (PSM) dengan berkerjasama dengan kader posyandu di
wilayah Rukun Warga (RW).
Pada tahap pendataan sebagaimana yang tertera dalam Pasal 11 PP No 101
Tahun 2012 Tentang PBI “Verifikasi dan validasi terhadap perubahan data PBI
@studi-deskriptif-tentang-sinergitas-kewenangan-antara-bpjs-article-10910-media-138-category-
8.html
9
Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan setiap 6
(enam) bulan dalam tahun anggaran berjalan.”
Yang dimaksud dalam aturan ini ialah, bahwa pendataan dilakukan
selama enam bulan sekali. Dengan begitu, setiap enam bulan akan ada
pergantian bagi masyarakat yang diusulkan dalam penerimaan PBI. Proses
verifikasi dan validasi data, merupakan penyesuaian data yang diperoleh oleh
Dinas Sosial dengan data yang dimiliki oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Dengan hal demikian, akan dipilih sesuai dengan kategori warga miskin. Data
yang masuk, nantinya akan disampaikan kepada Menteri Sosial.Sebagaimana
yang ddisampaikandalampasal3 PP No 101 Tahun 2012 Tentang PBI “Hasil
pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu yang dilakukan oleh lembaga
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik diverifikasi dan
divalidasi oleh Menteri untuk dijadikan data terpadu”.
Setelah data tersebut dijadikan data terpadu, selanjutkan akan dilakukan
koordinasi terlebih dahulu dengan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan dan menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait.
Setelah semuanya dilaksanakan, data terpadu yang ditetapkan oleh
Menteri dirinci menurut provinsi dan kabupaten/kota. Data terpadu
sebagaimana dimaksud menjadi dasar bagi penentuan jumlah nasional PBI
Jaminan Kesehatan. Data terpadu dimaksud tersebut, disampaikan oleh
Menteri di bidang sosial kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dibidang kesehatan dan DJSN. Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan mendaftar-kan
jumlah nasional PBI Jaminan Kesehatan yang telah ditetapkan sebagaimana
10
dimaksud sebagai peserta program JaminanKesehatan kepada BPJS
Kesehatan.10
Untuk terbentuknya pendataan sebagai basis data terpadu, dapat
dilihat pada gambar 1.1 dibawah ini yang dipambil dari PP 101 Tahun 2012:
Gambar 1.1
Sumber: Diolah dari PP No 101 Tahun 2012
b. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah serangkaian langkah-langkah prosedural
dan sistematis yang menggambarkan kegiatan guna mendapatkan eksistensi
empiris dari konsep. Definisi operasional merupakan penghubung antara
konsep yang bersifat teoritis dengan tingkat pengamatan yang bersifat
empiris.
Dalam pelaksanaan program JKN, di daerah kegiatannya dilaksanakan
oleh BPJS Kesehatan, Dinas Kesehatan, dan Dinas Sosial. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Hal tersebut telah ditentukan pada PP No
10
PP 101 Tahun 2012 Tentang PBI Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7.
Data warga kurang
mampu
Badan
Pusat
Statistik
Verifikasi
dan
Validasi Menteri sosial
Kementrian
Keuangan Data Terpadu
Kabupaten Kota Provinsi
Dasar Penetapan
PBI-JKN
Menteri Kesehatan
DJSN
11
85 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Hubungan Antara Lembaga BPJS. Mengacu
pada fungsi dari setiap intansi, maka kerangka berfikir yang menggabarkan pada
alur pendataan JKN dapat dilihat pada gambar 1.2 dibawah ini:
Gambar 1.2
Gambar diatas menyampaikan terkait dengan kewenangan pada kedua instansi yang yang
menjalankan JKN. Diharapkan dari penelitian ini akan ditujukan pada:
Hubungan BPJS Kesehatan dengan Dinas Sosial dalam mencapai Sinergitas
Sebagai penyelenggara dari program Jaminan Kesehatan Nasional,
BPJS Kesehatan memiliki kendali penuh, selain itu, BPJS Kesehatan juga
tidak dapat menjalankan sendiri program JKN. Ditentukannya melalui PP 101
Tahun 2012, maka yang memiliki kewenangan untuk melakukan pendataan
kepada warga tidak mampu untuk memperoleh akses kesehatan melalui
mekanisem verifikasi dan validasi adalah Dinas Sosial. Kepesertaan JKN
untuk warga tidak mampu dikenal dengan PBI JKN (Kartu Indonesia
Sehat/KIS).
Sinergitas
Instansi
JKN
Dinas
Sosial
BPJS
Kesehatan
Verifikasi
pendataan bagi
warga tidak
mampu untuk
mendapatkan
jaminan
kesehatan
Iuran peserta
(dana kapitasi)
Menerima
pembayaran dari
pemeritah
rujukan
Keterangan: Dalam
penerapan program JKN di
Kota Malang, terdapat
sinergitas antar instansi
dalam mecapai jaminan
kesehatan semesta, salah
satunya terdapat pendataan
masyarakat tidak mampu
untuk mendapatkan
jaminan kesehatan.
12
Untuk mencapai sinergitas tersebut, adalah melihat pelaksanaan progam
JKN di Kota Malang. Sebagaimana temuan yang disampaikan oleh MCW,
bahwa kendali daripada penyelenggara JKN di Kota Malang masih kurang,
dilihat dari banyaknya persoalan tersebut. Terlebih adalah persoalan
pendataan yang merupakan harapan masyarakat tidak mampu untuk
memperoleh akses kesehata.
Bahwasanya pendataan yang dilakukan oleh Dinas Sosial tidak
semuanya diperoleh warga tidak mampu di Kota Malang. Masih terdapat
kesalahan pendataan yang dilakukan oleh aktor pendata yaitu Pekerja Sosial
Masyarakat (PSM) dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Hal inilah yang menjadi persoalan, dan harus segera dilakukan evalusi
oleh setiap penyelenggara JKN di Kota Malang. Dengan harapan semua
warga yang tekategori tidak mampu dapat memperoleh akses kesehatan.
Bagi peserta PBI, karena dibiayai oleh pemerintah. Pelayanan
kesehatan yang diperoleh peserta PBI terdapat pada Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) dan kelas III di Fasilitas Kesehatan Rujukan
TingkatLanjut (FKRTL).11
Setiap fasilitas kesehatan yang dituju merupakan
fasilitas kesehatan yang telah berkerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Sebelumnya peserta PBI merupakan peserta Jamkesmas (jaminan
kesehatan masyarakat) yang danai oleh APBN – Kemenkes dan Jamkesda
(jaminan kesehatan daerah) yang didanai dari APBD. Saat ini seluruh bentuk
11 Rizqia Khoirunisa. Mengenal Persamaan & Perbedaan BPJS PBI APBN dan PBI APBD?
http://www.pasienbpjs.com/2017/01/persamaan-dan-perbedaan-bpjs-pbi-apbn-vs-apbd.html#com
ment-form.
13
jaminan kesehatan telah di integrasikan agar dikelola oleh BPJS Kesehatan.12
Biaya yang ditanggung oleh pemerintah bagi peserta PBI sebesar Rp
23.000,00 per orang per bulan.13
Dari pada hal tersebut dapat diketahui
melalui jumlah warga miskin dikali dengan iuran yang dibiayai oleh
pemerintah.
F. Metode Penelitian
Pada dasarnya metode penelitian kajian ilmiah terbagi menjadi dua; metode
penelitian kuantitatif dan kualitatif. Metode penelitian kuantitatif lebih pada
penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Sedangkan
metode penelitian kualitatif lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data
yang ditemukan dilapangan.14
Dalam peneilitian ini, peneliti menggunakan
metode kualitatif. Berangkat dari temuan tersebut, perlu kiranya melakukan
penelitian dengan berbagai hal:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitan yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian
bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang tujuan
menggambarkan suatu keadaan atau sifat seperti apa adanya.15
Langkah untuk
mendeskripsikan objek, fenomena atau setting sosial terjewantah dalam suatu
tulisan bersifat naratif. Artinya, data, fakta yang terhimpun berbentuk kata
12
Hasbullah Thabrany. 2015. Jaminan Kesehatan Nasional. RajaGrafindo Persada. Jakarta. Cet
Ke-II. 13
Lihat Perperes No 19 Tahun 2016 Perubahan Perpres No 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan
Kesehatan Pasal 16A Ayat 1. 14
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian; Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Alfabeta. Bandung. Cet
Ke-22 15
Suparmoko. 1999. Metode Penelitian (Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Ekonomi dan Bisnis).
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
14
atau gambar daripada angka-angka. Mendeskripsikan sesuatu berarti
menggabarkan apa, mengapa dan bagaimana kejadian terjadi.16
2. Sumber Data
Adapun dalam penelitin ini mengacu pada dua sumber data. Dua
sumber data yang dimaksud adalah data primer dan data skunder. Umunya
data primer dikenal dengan data yang diperoleh dari sumber asli atau
pertama. Sedangkan data skunder adalah data yang diperoleh melalui media
perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang
telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak
dipublikasikan secara umum:17
a. Sumber data primer dalam penelitian ini sumber data primer ditujukan
pada BPJS Kesehatan Cabang Malang dan Dinas Sosial Kota Malang.
Kedua instansi tersebut merupakan pengelola jaminan kesehatan dan
pendataan warga miskin. Daripada hal tersebut menjadi acuan dalam
pengelolaan data primer.
b. Sumber data skunder dalam penelitian ini dapat diperoleh dari arsip-arsip
atau dokumen-dokumen yang ada sebelumnya, tertutama berkenaan
dengan arsip-arsip laporan, dokumen resmi, majalah, koran, internet, dan
lain sebagainya yang menunjang dalam penulisan ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data, digunakan dalam penelitan kualitatif,
karena yang bersangkutan adalah peneliti sendiri, maka perlunya untuk
16
Satori Djam’an Komariah Aan. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta. 17Maulidi, Achmad. 2016. Pengertian Data Primer dan Data Skunder. http://www.
kanalinfo.web.id/2016/10/pengertian-data-primer-dan-data-sekunder.html. Diakses pada 19
Oktober 2016.
15
mengetahui permasalahan dilapangan sebagai ujung tombak dari
pengumpulan data. Sumber data primer, dan teknik pengumpulan data yang
lebih banyak pada observasi dan adanya wawancara untuk mendalami hal
yang diteliti, sebagai pembuktian perlu dilakukan dokumentasi, salah satunya
adalah foto.18
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam tulisan ini adalah:
a. Metode observasi (pengamatan), merupakan teknik pengumpulan data
yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang
berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu
peristiwa, tujuan dan perasaan.19
Dalam penelitian, hal-hal yang akan
diobservasi ruang kerja Dinas Sosial dalam melakukan pendataan, atau
bahkan tempat yang bersangkutan dengan proses pendataan PBI.
b. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, yang
dimaksud dalam narasumber disini adalah Dinas Sosial dan BPJS
Kesehatan, tidak lupa juga dalam proses wawancara tersebut akan ada
pertanyaan yang lebih, jikalau dalam prosesi wawancara terdapat jawaban
yang menimbulkan pertanyaan baru. Sehingga terjadi pembahasan diluar
dari konteks wawancara. Adapun tujuan tersebut adalah menggali lebih
jauh terkait proses pendataan PBI.
c. Data dalam penelitian kualitatif tidak hanya diperoleh melalui observasi
dan wawancara, melainkan juga dapat diperoleh melalui dokumen.
Adapun dokumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
berupa hasil notulensi rapat lembaga-lembaga tersebut, laporan
18
Ibid 19
Ghoni Djunaidi M dan Almansur Fauzan. 2012. Motode Penelian Kualitatif. Jogjkarta. Ar-Ruzz
Media.
16
pertanggungjawaban serta dokumen lain yang berhubungan dengan
penelitian ini. Dalam hal untuk mendapatkan dokumen pula diatur dalam
UU No 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.
G. Subyek Penelitian
Subyek penelitan adalah salah satu instrumen penting dalam mendapatkan
informasi yang banyak. Informasi adalah organ dalam pada latar penelitian yang
dimaksud.20
Oleh karena itu dalam penelitan ini akan digunakan metode proposive
sumpling sebagai subyek penelitian. Adapun subyek dari penelitian ini adalah:
1. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dibawah naungan Dinas Sosial yang
berada pada Kasi Pengelolaan Sumber Daya Sosial dan Jaminan Sosial.21
PSM merupakan bagian pendata masyarakat yang berada di lingkup
kelurahan/desa untuk diberikan bantuan sosial, salahsatunya jaminan
kesehatan. Adapun aktor yang menjadi subyek penelitian di Dinas Sosial
adalah Gunung Herdian.
2. BPJS Kesehatan mengacu pada Bagian Kepatuhan, Hukum dan Hubungan
Antara Lembaga yang memiliki dua bidang; Bidang Kepatuhan dan
Pelayanan Hukum dan Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Regulasi.22
Bidang-bidang tersebut merupakan pelaksana tugas BPJS Kesehatan dalam
menerapkan kerjasama dengan intansi pemerintah. Adapun aktor yang
menjadi narasumber untuk dimintai keterangan adalah Agus Setiawan.
20
Satori Djam’an Komariah Aan. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta. 21
https://dinsos.malangkota.go.id/wp-content/uploads/sites/23/2014/04/Untitled.png 22
Peraturan Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 10 Tahun 2017
Tentang Struktur Organisasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
17
H. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini secara umum akan dilakukan di Kota Malang sebagai
tempat yang menjadi obyek penelitian daripada pelayanan kesehatan melalui
program JKN. Secara khusus, lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor BPJS
Kesehatan dan Kantor Dinas Sosial. Karena kedua intansi tersebut merupakan
pelaksana dari program JKN, maka penting kiranya untuk mengetahui sinergitas
dari kedua instansi tersebut. Jikalau pada penelitian ini terdapat data maupun
informasi pada tempat yang berbeda di Kota Malang, maka lokasi penelitian akan
ditambah.
I. Analisa Data
Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, observasi, dokumen pribadi,
dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Dalam hal ini, kelengkapan data
akan sangat mendukung terhadap proses analisa data. Proses analisa data adalah
pada penelitian kualitatif dulakukan secara berkesinambungan sejak memasuki
lapang, selama dilapangan, dan selesai dilapangan. Nasution menyatakan analisa
telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke
lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.23
Adapun model analisa data adalah model yang diperkenalkan oleh Miles
dan Huberman, dilakukan pada saat pengumpulan data dalam periode tertentu.
Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
diwawancarai, maka penelitian akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap
23
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian; Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Alfabeta. Bandung. Cet
Ke-22
18
tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles dan Huberman,24
mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisa data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya
sudah jenuh. Aktivitas dalam analisa data, yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung
sampai tuntas, sehingga datanya mencapai jenuh:
a. Reduksi data, yaitu data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau
data yang terperinci, laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh
dan direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-
hal penting.
b. Penyajian data, yaitu untuk memudahkan dan memahami apa yang terjadi,
juga untuk merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami
tersebut.
c. Penarikan kesimpulan yaitu temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya
masih belum jelas atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat
berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.25
24
Satori Djam’an Komariah Aan. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta. 25
Ibid