BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13337/1/T2... · 2017-12-18 · menyisakan...

15
BAB I PENDAHULUAN “Kau salah jika mengarahkan cinta, sebab cinta tau kemana ia akan pergi. Sama seperti air sungai yang tidak pernah bericta-cita ke-muara tetapi ia sampai juga. Begitupun dengan sayur yang tidak pernah meminta garam untuk membuatnya enak, engkaulah yang harus menaruhnya sesuai seleramu”. M. A, Salatiga 2016. 1.1. Latar Belakang Masalah Mungkin saja bagi mereka yang bernegara lain dan belum pernah ke- Indonesia, akan “terkejut” ketika mengetahui fakta bahwa, Indonesia adalah negara yang memiliki ratusan bahkan ribuan pulau yang dihuni dari beragam suku dan kebudayaan yang berbeda. Selain itu, terdapat juga 6 (enam) agama resmi yang telah diakui negara, dan juga begitu banyak agama-agama suku yang tersebar di setiap kebudayaan-kebudayaan lokal. Pernyataan di atas, dipertegas oleh hasil penelitian seorang antropolog Hilder Geertz, bahwa: Terdapat lebih dari tiga ratus kelompok etnis yang berbeda-beda di Indonesia, masing-masing kelompok mempunyai identitas budayanya sendiri-sendiri, dan lebih dari dua ratus lima puluh bahasa yang dipakai berbeda-beda. Hampir semua agama besar dunia diwakili, selain dari agama-agama asli yang jumlahnya banyak sekali. 1 1 Dikutip dalam buku Faisal Ismail yang berjudul Republik Bhineka Tunggal Ika, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2012) 12.

Transcript of BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13337/1/T2... · 2017-12-18 · menyisakan...

Page 1: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13337/1/T2... · 2017-12-18 · menyisakan dendam di antara keduanya, dengan berbagai tudingan dan tafsir yang menganggap

BAB I

PENDAHULUAN

“Kau salah jika mengarahkan cinta, sebab cinta tau kemana ia akan pergi. Sama

seperti air sungai yang tidak pernah bericta-cita ke-muara tetapi ia sampai juga.

Begitupun dengan sayur yang tidak pernah meminta garam untuk membuatnya

enak, engkaulah yang harus menaruhnya sesuai seleramu”.

M. A, Salatiga 2016.

1.1. Latar Belakang Masalah

Mungkin saja bagi mereka yang bernegara lain dan belum pernah ke-

Indonesia, akan “terkejut” ketika mengetahui fakta bahwa, Indonesia adalah negara

yang memiliki ratusan bahkan ribuan pulau yang dihuni dari beragam suku dan

kebudayaan yang berbeda. Selain itu, terdapat juga 6 (enam) agama resmi yang

telah diakui negara, dan juga begitu banyak agama-agama suku yang tersebar di

setiap kebudayaan-kebudayaan lokal.

Pernyataan di atas, dipertegas oleh hasil penelitian seorang antropolog

Hilder Geertz, bahwa:

Terdapat lebih dari tiga ratus kelompok etnis yang berbeda-beda diIndonesia, masing-masing kelompok mempunyai identitas budayanyasendiri-sendiri, dan lebih dari dua ratus lima puluh bahasa yang dipakaiberbeda-beda. Hampir semua agama besar dunia diwakili, selain dariagama-agama asli yang jumlahnya banyak sekali.1

1 Dikutip dalam buku Faisal Ismail yang berjudul Republik Bhineka Tunggal Ika,(Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2012) 12.

Page 2: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13337/1/T2... · 2017-12-18 · menyisakan dendam di antara keduanya, dengan berbagai tudingan dan tafsir yang menganggap

Fakta di atas, melayakkan Indosesia disebut sebagai negara mejemuk. Di

satu sisi, kemajemukan merupakan tantangan tersendiri. Namun di sisi lain

kemajemukan adalah peluang untuk menjadikan negara semakin “besar dan

disegani,” tinggal bagaimana cara mengelola, merawat keragaman dan

keberagamaan dalam perbedaan itu.

Kemajemukan tersebut menandakan akan adanya ‘percampuran’ antara

masyarakat yang berbeda di setiap pulau yang ada di Indonesia. Oleh karena kondisi

masyarakat tersebut, tidaklah mengherankan jika; etnis, ras, suku, kebudayaan,

bahkan agama mencoba membangun relasi satu sama lain untuk menciptakan

suasana harmoni dalam wilayah tempat mereka tinggal. Kemudian, dalam konteks

kemajemukan yang telah dijelaskan di atas, perjumpaan atau pertemuan antara

lintas ras, etnis dan agama adalah wajar dan tidak dapat dihindari setiap harinya.

Berbaurnya muda-mudi yang berbeda agama dalam suatu interaksi, kegitan

organisasi, gotong royong dan pergaulan adalah suatu resiko mutlak dalam

masyarakat heterogen. Bahkan, terkadang lewat hubungan tersebut timbul perasaan

dan jalinan cinta dengan komitmen yang mendalam antara muda-mudi yang

berbeda itu.2 Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan mereka yang berbeda

agama saling mencitai, lalu membuat suatu komitmen lebih serius menuju pada

tahap dengan sebuatan pernikahan. Berkaitan dengan hal di atas, dalam

wawancaranya Toni Tampake yang diunggah di youtube mengatakan:

Agama itu urusan orang per orang, perkawinan itu juga urusan orang perorang sehingga pernikahan beda agama itu tidak menjadi masalah karenayang menikah adalah manusia itu, bukan agama itu. Orang semakin sadar

2 S. Wesley Ariahrajah, Tak Mungkin Tanpa Sesamaku, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2008) 93

Page 3: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13337/1/T2... · 2017-12-18 · menyisakan dendam di antara keduanya, dengan berbagai tudingan dan tafsir yang menganggap

perbedaan agama itu kenyataan dan tidak bisa ditolak, kemungkinan untukmenikah antara yang berbeda agama itu semakin besar, kalau ini tidak diaturjustru berbahaya, orang akan hidup bersama tanpa pernikahan atau mencaritempat-tempat yang mengatur akan hal itu, sehingga Indonesia harusmemikirkan hal ini.3

Dari penjelasannya, Tony Tampake sadar bahwa hubungan percintaan beda

agama antara muda-mudi kini telah menjadi fenomena sosial. Akan tetapi realita

yang ada, agama dengan sokongan umat dan legitimasi tafsir kitab suci—fatwa

haram, justru menjadi alasan atau penghalang yang kuat bagi “mereka” yang

mencintai dan mau menikah dalam perbedaan agama. Lalu mengenai kisruh

mencintai-menikah berbeda agama, John Titaley mengatakan dalam youtube:

Orang jatuh cinta itu hal yang alami, orang mencintai seseorang itu bukankarena agama tetapi karena perasaan-perasaan kemanusiaan yang timbulsecara alami. Larangan terhadap kawin yang berbeda agama itu laranganpemerintah yang tidak boleh melanggar perasaan jatuh cinta itu, karenajatuh cinta hal yang alami bukan suatu kejahatan, kalau pemerkosaan itukejahatan. Tetapi kalau saling mencintai itu hal yang alami dan itu hak asasibagi manusia.4

Pada aras ini penulis sepakat, bahwa pada umumnya seolah-olah mencintai

atau menikah dengan yang berbeda agama dianggap kekeliruan yang selalu saja

disangkut-pautkan dengan urusan dosa-haram serta dianggap tidak ada yang baik

akan hal itu. Sama seperti yang dikatakan John D Caputo, pada umumnya banyak

orang yang dianggap menyimpang karena mencintai sesuatu secara berbeda dari

yang agama inginkan. Sementara banyak orang yang dianggap “religius” ketika

mereka tidak mencintai yang lain kecuali keinginan agamanya dan dirinya, serta

memaksa orang lain mengikuti keinginannya dengan mengatas namakan Tuhan.5

3 Toni Tampake, lihat, https://www.youtube.com/watch?v=scjxhMIZ3IU menit 5.45.4 John Titaley, lihat https://www.youtube.com/watch?v=scjxhMIZ3IU menit 5.005 John D Caputo, Agama Cinta Agama Masa Depan, (Bandung: Mizan, 2013) 3

Page 4: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13337/1/T2... · 2017-12-18 · menyisakan dendam di antara keduanya, dengan berbagai tudingan dan tafsir yang menganggap

Pernyataan Caputo ini menarik jika dijadikan bahan evaluasi reflektif mengenai

pandangan masing-masing agama terhadap yang berbeda. Sementara menurut Erich

Fromm, perbedaan seharusnya dimanfaatkan sepanjang sejarah manusia.6 Sebab

keunikan yang dimiliki masing-masing dapat berfungsi menjamin kelangsungan

hidup bersama. Lanjut Caputo menegaskan bahwa, salah satu gagasan di balik kata

cinta adalah bentuk pemberian yang sepenuhnya, suatu komitmen “tanpa syarat”

yang menandai cinta dengan semacam ekses tertentu. Oleh karena itu, tidak ada

artinya jika mencintai sedang-sedang saja, sampai batas tertentu. Sebab, cinta

bukanlah tawar-menawar melainkan pemberian diri yang tak bersyarat; bukan

investasi demi masa depan, melainkan komitmen, apapun yang terjadi di masa

depan.7

Secara teologis-mitologis, Islam maupun Kristen percaya bahwa hanya ada

satu Tuhan yang menciptakan manusia pertama Adam dan Hawa. Pada kisah ini,

terdapat kesamaan alur cerita di dalam alkitab maupun Al-Qur’an. Kedua kitab

tersebut sepakat bahwa, Tuhan memberkati mereka (baca: Adam dan Hawa) dalam

ikatan cinta sehingga lewat ikatan tersebut mereka bersatu dan membentuk ikatan

keluarga dan dengan ikatan tersebut mereka beranak cucu menjalankan perintah

Tuhan “beranak cuculah dan penuhilah bumi.” Tentunya tidak ada yang salah

dengan hal ini. Namun dalam perkembangan selanjutnya, antara Islam dan Kristen

tercatat bahwa ada sejarah kelam yang pernah dilalui (peperangan ideologi-fisik

dan taktik penyebaran misi masing-masing). Sejarah ini memungkinkan

6 Rainar Funk dalam Erich Fromm, Cinta Seksualitas dan Martriarki, (Yogyakarta:Jalasutra, 2011) x

7 John D Caputo, Agama Cinta Agama Masa Depan, 1

Page 5: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13337/1/T2... · 2017-12-18 · menyisakan dendam di antara keduanya, dengan berbagai tudingan dan tafsir yang menganggap

menyisakan dendam di antara keduanya, dengan berbagai tudingan dan tafsir yang

menganggap Kristen adalah agama yang dilaknat Allah karena konsep

Tritunggalnya. Sebaliknya bagi Kristen, Islam adalah agama yang dianalogikan

sebagai kegelapan. Misalnya, Bagi Kristen “gelap dan terang tak mungkin

menyatu” ayat ini menjadi ayat favorit yang dihidupi turun-temurun sekaligus

dijadikan gembok untuk menolak mempersatukan mereka yang saling mencintai

karena berbeda agama. Begitu pun dengan Islam “di luar dari Islam ialah kafir”

yang dengan secara tidak langsung mau mengatakan bahwa jangan pernah menjalin

hubungan dengan orang-orang yang bukan Islam karena mereka adalah orang-

orang yang dilaknat oleh Allah, apalagi menikahinya. Dengan paham seperti ini,

yang penulis hendak katakan ialah, telah terjadi disorientasi pemaknaan dari yang

apa semula telah diselenggarakan Tuhan. Maksudnya, Tuhan

mengiakan/mengizinkan terjalinnya ikatan cinta antara laki-laki dan perempuan

tanpa memandang apa agamanya, penulis pikir cerita mengenai Adam dan Hawa

mengajarkan kita akan hal itu. Akan tetapi, faktanya berbeda dari apa yang sekarang

agama lakukan. Mama Dede pernah bilang dalam ceramahnya, bahwa orang yang

kafir tidak halal bagi perempuan yang beriman begitu pun sebaliknya, orang yang

tidak satu akidah (baca:beda agama) tidak halal untuk menikah karena ketika

mereka berhubungan badan hukumnya sama dengan zina.8 Menurut penulis,

disorientasi paham seperti ini sangat berbahaya yang juga dapat membuat

persatuan, kedamaian itu jauh di bumi Indonesia secara khusus hubungan Islam-

8 Mamah Dede dalam pengajiannya, dapat dilihat di alamat: http://r11---snnpo7en7d.googlevideo.com/videoplayback?id=o-

Page 6: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13337/1/T2... · 2017-12-18 · menyisakan dendam di antara keduanya, dengan berbagai tudingan dan tafsir yang menganggap

Kristen karena sifatnya sangat provokatif aktif. Bila dibiarkan, bentuk-bentuk

doktrinasi itu berpotensi akan menghasilkan diskriminasi, kekerasan, ketidakadilan

dan kenaifan.

Kembali pada aras ini, agama mencoba memberi solusi dengan ‘meng-ia-

kan’ hubungan cinta dalam perbedaan tersebut, namun dengan alasan bahwa salah

satunya dari mereka yang saling mencintai itu harus pindah agama jika hendak

melangsungkan pernikahan. Namun pernikahan pindah agama ini, bukanlah solusi

yang baik karena sering terjadi ‘saling tarik-menarik’ sehingga memunculkan

paradigma ada agama yang “kalah dan menang” dengan istilah lain akan

memunculkan superioritas. Superioritas bisa menjadi ancaman timbulnya masalah

baru dengan memperkuat laju diskriminasi agama. Di sisi lain, pernikahan pindah

agama menjadi masalah karena mereka yang berpindah agama sering dikucilkan

dalam keluarga bahkan tidak dianggap lagi sebagai keluarga dengan sebutan ‘anak

durhaka’. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan dan sering memunculkan konflik

baru dengan potensi merusak hubungan kekeluargaan atanra orang tua dan anak.

Perlu pula diapresiasi bahwa, dalam kondisi majemuk sekarang ini, agama-

agama sedang hangat membicarakan paham plural kepada umatnya, lewat khotbah

dan ceramah dimesjid maupun digereja. Dengan harapan agar setiap manusia hidup

damai berdampingan, saling menghormati, bekerja sama dalam menyelesaikan

masalah-masalah sosial, turut serta menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat

meskipun dalam perberbedaan agama. Akan tetapi, beberapa hal yang menjadi

pertanyaannya, mengapa agama tidak membolehkan umatnya menikamati,

meresapi hidup plural dan saling mencintai dalam hubungan rumah tangga dalam

Page 7: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13337/1/T2... · 2017-12-18 · menyisakan dendam di antara keduanya, dengan berbagai tudingan dan tafsir yang menganggap

perenikahan beda agama? Bukankah keduanya (islam-kristen) percaya bahwa cinta

itu anugerah Tuhan yang mempersatukan dan mendamaikan? Bukankah pernikahan

yang diikat dengan cinta kasih juga adalah baik adanya? Lalu, Bukankah perbedaan

itu adalah kehendak yang juga Tuhan ciptakan?

Oleh karena bebrapa alasan penolakan dan tudingan negatif mengenai

pernikahan beda agama, lewat tulisan ini penulis akan meniliti beberapa pasangan

yang telah dan terlanjur menikah beda agama, kemudian secara intensif menggali

dan mencari tau hakikat mencinta yang terjalin-terbangun dalam kemah cinta

(penikahan) di antara meraka. Selain itu, melalui observasi singkat yang penulis

lakukan terhadap mereka (pasangan beda agama), penulis melihat adanya

kebahagiaan tersendiri yang tidak kalah harmonisnya dibanding mereka yang

menikah se-agama. Apalgi jika diperhadapkan dengan polemik perselingkuhan

hingga perceraian yang sering terjadi dalam pernikahan se-agama.

Berdasakan penjelasan, alasan serta pertanyaan di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penulisan ini ialah, bagaimana filsafat cinta dalam

perspektif pernikahan beda agama? Kemudian, bertolak dari rumusan masalah

tersebut, yang menjadi tujuan penulisannya ialah, menjelaskan filsafat cinta dalam

perspektif pernikahan beda agama.

Berbicara mengenai pernikahan beda agama, sebenarnya hal ini bukanlah

sebuah wacana baru dalam kalangan akademisi. Ahmad Nurcholish(Islam) pelaku

nikah beda agama bersama istrinya Ang Mei Yong(Konghucu) yang juga mantan

aktivis Youth Islamic Study Club (YISC) Al-Azhar Jakarta telah menulis empat

buku yang berbicara mengenai pernikahan beda agama. Pertama, “Memoar

Page 8: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13337/1/T2... · 2017-12-18 · menyisakan dendam di antara keduanya, dengan berbagai tudingan dan tafsir yang menganggap

Cintaku : Pengalaman Empiris Pernikahan Beda Agama.”9 Kedua, “Kado Cinta

Bagi Pasangan Beda Agama.”10 Ketiga, “Pernikahan Beda Agama; Kesaksian,

Argumen Keagamaan, dan Analisis Kebijakan.”11 Dan yang ke empat, “101

Menjawab Masalah Menikah Beda Agama.”12 Dari empat tulisan ini, penulisnya

mengkonsentrasikan kajiannya pada seputaran topik atau masalah boleh atau tidak

bolehnya menikah beda agama. Selain menceritakan pengalaman empirisnya

sebelum dan setelah menikah beda agama dengan Ang Mei Yong(istrinya) penulis

juga melakukan kajian kritis mendalam terhadap teks-teks Al-Qur’an yang sering

dianggap menjadi acuaan untuk melarang menikah beda agama. Dengan

argumentasi dan analisis kritis penulis buku-buku di atas menyimpulkan bahwa

dalam Islam baik laki-laki maupun perempuan Muslim boleh menikah dengan non-

Muslim. Selain itu, Nurcholish juga menyinggung mengenai UU Perkawinan No.1

Tahun 1974, pengesahan kompilasi Hukum Islam (KHI) melalui Inpres No.1 Tahun

1991 yang dianggapnya tidak mengakomodir pernikahan beda agama, juga

melakukan kritik terhadap fatwa Majelis Ulama Indonesia(MUI) yang

mengharamkan pernikahan beda agama. Selain karena ingin berbagi

pengalamannya, buku-buku ini ditulis karena sebuah keprihatinan terhadap

banyaknya muda-mudi yang sedang risau dan membutuhkan jawaban karena

berada pada status pacaran namun berbeda agama. Selain tulisan Ahmad

9 Ahmad Nurcholis, Memoar Cintaku : Pengalaman Empiris Pernikahan Beda Agama,(Yogyakarta: LKiS, 2004)

10 Ahmad Nurcholish, Kado Cinta Bagi Pasangan Beda Agama, (Yogyakarta: Gramedia,2008)

11Ahmad Nurcholish dkk, Pernikahan Beda Agama: Kesaksian, Argumen, dan AnalisisKebijakan, (Jakarta: ICRP-Komnas-HAM, 2010)

12 Ahmad Nurcholis, 101 Menjawab Masalah Menikah Beda Agama, (Jakarta: HMM,2012)

Page 9: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13337/1/T2... · 2017-12-18 · menyisakan dendam di antara keduanya, dengan berbagai tudingan dan tafsir yang menganggap

Nurcholish, Muhammad Amin Suma, juga menulis buku yang berjudul, “Kawin

Beda Agama di Indonesia: Telaah Syariah dan Qanunia”.13 Penjelasan dalam buku

ini, tidak jauh beda dengan apa yang telah menjadi fokus konsentrasi dari buku-

buku di atas. Singkatnya, buku ini diarahkan pada kajian ilmiah terhadap hukum-

hukum Islam (Syariah) dan juga terhadap hukum-hukum yang berlaku(Qanuniah)

yang berkaitan dengan pernikahan beda agama.

Dari penjelasan menganai kajian buku-buku di atas, hal ini berbeda dengan

apa yang kemudian penulis akan lakukan. Dimana dalam tulisan ini, penulis akan

lebih memokuskan kajian terhadap cinta sebagai suatu falsafah dalam jalinan ikatan

hubungan pernikahan beda agama. Maksudnya, dengan meneliti pasangan menikah

beda agama, penulis akan mengemukan filsafat cinta yang dibangun oleh mereka

yang menikah beda agama.

Sekalipun demikian, tulisan-tulisan dari penulis-penulis di atas tentunya

akan turut memperkaya tulisan ini. Terutama dari sisi informasi, dan pengalaman-

pengalaman yang terkait. Namun, bila dibandingkan beberapa pokok permasalah

yang dikemukakan dalam tulisan-tulisan tersebut, relatif sejajar dengan apa yang

kemudian penulis akan kemukan dalam tulisan ini(saling mengisi). Sama seperti

kegelisahan dan harapan penulis, secara garis besar, buku-buku di atas juga

mengkritik larangan dan mendukung pernikahan beda agama.

13 Muhammad Amin Suma, Kawin Beda Agama di Indonesia: Telaah Syariah danQanunia, (Jakarta: Lentera Hati, 2015)

Page 10: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13337/1/T2... · 2017-12-18 · menyisakan dendam di antara keduanya, dengan berbagai tudingan dan tafsir yang menganggap

1.2. Manfaat Penulisan

Secara teoritis tulisan ini diharapkan memberi sumbangsi pemikiran bagi

para pembaca semua kalangan yang secara khusus bagi mereka yang mendalami

mengenai polemik pernikahan beda agama. Sekaligus menambah, memperkaya

referensi literatur mengenai kasuistik pernikahan beda agama. Kemudian, secara

praktis, tulisan ini diharapkan dapat memberi sumbangsi pemikiran bagi para

pendeta, ustads, guna dijadikan bahan pertimbangan dalam diskusi-diskusi

mengenai tema yang terkait. Kemudian yang sama dengan itu, tulisan ini juga

diharapkan dapat menjawab kegelisahan untuk muda-mudi yang sementara

menjalin hubungan beda-agama. Lalu yang pang penting ialah menjadi bahan

pertimbangan bagi agama dan negara menuju pernikahan beda agama sebagai salah

satu jalan mewujudkan hubungan harmonis antara Islam- Kristen di Indonesia.

1.3. Metodologi Penelitan

1.3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni data yang

disajikan dalam bentuk verbal bukan dalam bentuk angka.14 Mengutip

Bogdan dan Taylor, Lexy J. Moleong mengatakan bahwa metodologi

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

14 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), 29.Sementara Hadawi dan Mimi Martin mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yangbersifat atau memiliki karakteristik, bahwa datanya dinyatakan dalalm keadaan sewajarnya, atausebagaimana aslinya (natural setting), dengan tidak dirubah dalam bentuk simbol-simbol ataubilangan. Penelitian kualitatif ini tidak bekerja menggunakan data dalam bentuk atau diolah denganrumusan dan tidak ditafsirkan atau diinterpretasikan sesuai ketentuan statistik / matematik. Hadawidan Mimi Martin, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1996), 174.

Page 11: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13337/1/T2... · 2017-12-18 · menyisakan dendam di antara keduanya, dengan berbagai tudingan dan tafsir yang menganggap

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati.15

Pendekatan terhadap fenomena kemasyarakatan menggunakan

metode deskriptif kualitatif, peneliti berupaya untuk menggambarkan,

menganalisis, serta menginterpretasikan kesatuan-kesatuan dari variabel-

variabel yang diteliti, melalui pengamatan terhadap fakta-fakta yang

berkaitan dengan permasalahan pokok, serta fenomena-fenomena yang

terdapat dalam masyarakat, secara khusus yang berkaitan dengan pokok

penelitian. Pendekatan ini akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata lisan dari masyarakat yang diteliti, secara sistematis, faktual dan

akurat.16

1.3.2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan cara yang penulis lakukan untuk

mengumpulkan data. Untuk mendapatkan data yang berupa teori, peneliti

menggunakan metode library research atau studi kepustakaan, yaitu usaha

untuk memperoleh data dengan cara mendalami, mencermati, menelaah dan

mengidentifikasi pengetahuan yang ada dalam kepustakaan (sumber

bacaan, buku referensi atau hasil penelitian lain).17 Di samping itu, untuk

mendukung data-data kepustakaan, penulis juga menggunakan metode

15 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosdakarya, 2002),3.

16Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung:Rosdakarya, 2003), 136-137.

17 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 2003), 45.

Page 12: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13337/1/T2... · 2017-12-18 · menyisakan dendam di antara keduanya, dengan berbagai tudingan dan tafsir yang menganggap

observasi dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur

penulis lakukan kepada beberapa pasangan suami- istri yang telah menikah

beda agama. Wancara ini penulis lakukan dengan langsung atau tidak

langsung (By phone).

1.3.3. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan

tema dan dapat dirumuskan ide yang disarankan oleh data.18 Dalam

memberikan interpretasi data yang diperoleh, disini menggunakan metode

analisis deskriptif yakni suatu metode penelitian yang dimaksud untuk

membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.19

Metode ini digunakan untuk menggambarkan konsep sebagaimana adanya

agar mendapatkan gambaran yang terkandung dalam konsep tersebut,

kemudian data tersebut akan diinterpretasi, yakni melalui menarik benang

merah dari data-data tersebut. Kemudian menyusunnya dalam sebuah

ringkasan interpretasi.

1.3.4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini penulis lakukan di Kab. Kolaka (SULTRA). Tempat

tersebut secara sengaja penulis pilih, karena di tempat tersebut terjadi, atau

ada kasus yang penulis telah amati sebelumnya, sesuai dengan topik atau

hal yang hendak penulis kaji.

18Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 103.19Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), 18.

Page 13: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13337/1/T2... · 2017-12-18 · menyisakan dendam di antara keduanya, dengan berbagai tudingan dan tafsir yang menganggap

1.4. Definisi Operasional Peristilahan

Dalam tesis ini sekurang-kurangnya terdapat beberapa istlah kunci yang

perlu untuk dipaparkan batasan definisi operasionalnya. Beberapa istilah kunci

yang dimaksud ialah: Filsafat, Cinta, Pernikahan dan Beda Agama.

Filsafat: secara etimologi filsafat terdiri atas dua kata philein yang berarti

cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta kebijaksanaan.

Jadi filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati.20

Dengan demikian setiap hal yang dianggap sebagai “kebenaran” mutlak haruslah

diperiksa kembali dengan mempertimbangkan konteksnya. Di sini filsafat menjadi

sarana untuk melakukan hal tersebut. Filsafat digunakan sebagai jalan masuk untuk

mendobrak kemapanan berfikir, tatapi tidak hanya sampai di situ, filsafat juga

dipergunakan untuk membangun kembali pemahaman-pemaham yang sama seperti

dikatakan oleh Erich Will bahwa, filsafat adalah jalan untuk mewujudkan hidup

rasional dan damai. Juga filsafat tidak memberikan dogma melainkan sebuah

undangan untuk bersikap dan berperilaku terbuka, kritis dan dialogis.

Cinta: Cinta berarti hasrat yang besar atau suatu energi yang berkoar-koar dalam

kesungguhannya.21 Sebgaimana yang telah disepakati bahwa cinta meliputi agape,

philia, eros dan storge sehingga dalam dimensi ini, cinta akan dibicarakan berkaitan

dengan istilah di atas yaitu: cinta kepada Tuhan, sahabat atau sanak saudara,

hubungan intim antara laki-laki dan perempuan, dan cinta yang berkaitan sosial

hubungan lintas agama dan juga nasionlisme.

20 Soetriono & Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: AndiOffset, 2007) 20

21 Ibid, 20

Page 14: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13337/1/T2... · 2017-12-18 · menyisakan dendam di antara keduanya, dengan berbagai tudingan dan tafsir yang menganggap

Pernikahan: secara umum pernikahan dipahami sebagai suatu tindakan antara dua

insan (Pria-Wanita), bersepakat untuk hidup bersama menjalani bahtera rumah

tangga. Menurut Subeno, pernikahan sebagai salah satu bentuk relasi agar manusia

dapat saling melengkapi satu sama lainnya (perempuan dan laki-laki). Sementara

menurut P. Borong, pernikahan adalah peraturan suci yang ditetapkan oleh Tuhan,

agar setiap menjadi sumber untuk saling membahagiakan dalam kehidupan.

Beda Agama: beda agama yang dimaksudkan dalam konteks ini ialah terjalinnya

hubungan atau ikatan dalam pernikahan meski berbeda agama secara khusus islam

dan kristen dalam satu rumah tangga.

1.5. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Bagian ini diawali dengan pemaparan latar belakang permasalahan, setelah itu

tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Dari latar belakang permasalahan, penulis

merumuskan inti masalah yang akan dijawab melalui tujuan penulisan. Untuk

merumuskan tujuan, penulis secara konsisten, maka dalam bagian pendahuluan

dipaparkan juga penelitian terdahulu, signifikasi penulisan, metodologi dan

sistematika penulisan.

Bab II : Kajian Teori

Bagian ini penulis memaparkan beberapa pengertian mengenai pernikahan.

Penulis juga memaparkan beberapa kendala atau pemahaman-pemahaman yang

menolak pernikahan beda agama sekaligus melakukan kritik terhadap pemahaman-

pemahaman yang menolak pernikahan beda agama. Juga lewat bab ini, penulis akan

memaparkan mengenai filosofi cinta yang didukung beberapa teori para ahli.

Page 15: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13337/1/T2... · 2017-12-18 · menyisakan dendam di antara keduanya, dengan berbagai tudingan dan tafsir yang menganggap

Bab III : Pemaparan Hasil Penelitian

Bagian ini penulis akan memaparkan beberapa kasus atau fenomena

pernikahan beda agama. Kemudian memaparkan data-data hasil penilitian

mengenai tema yang terkait.

Bab IV: Analisis Terhadap Hasil Penelitian

Bagian ini penulis memaparkan analisis dari hasil penelitian yang dikaitkan

dengan teori-teori dalam Bab II dengan memperhatikan temuan-temuan yang telah

penulis paparkan pada Bab III. Acuan dalam analisis ini adalah apa telah

dikemukakan dalam rumusan masalah dan tujuan penelitian.

Bab V: Kesimpulan dan Rekomendasi

Bagian akhir tulisan ini merupakan simpulan pembahasan dari keseluruhan

bab sebelumnya dan rekomendasi yang berisikan masukan-masukan atau saran-

saran penulis terhadap orang atau lembaga tertentu.