BAB I obat

4
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Obat adalah senyawa kimia organic yang dapat berinteraksi secara selektif dengan system biologi. Obat dapat digolongkan dengan berbagai cara, misalnya berdasarkan aksi farmakologisnya atau berdasarkan struktur kimianya. Untuk kepentingan terapi, obat mungkin lebih mudah jika digolongkan berdasarkan aksi farmakologisnya. Namun untuk memprediksi suatu reaksi alergi atau idiosinkrasi, penggolongan obat berdasarkan struktur kimia mungkin akan membantu, karena obat dengan struktur kimia serupa mungkin menghasilkan reaksi yang hamper sama. Untuk itu kadang digabung antara penggolongan berdasar aksi farmakologi dan struktur kimia, contoh obat golongan sulfa, antibiotika golongan makrolida atau antidepresan trisiklik. (Ikawati, 2008) Untuk dapat menghasilkan efek, obat harus melewati berbagai proses yang menentukan, yaitu absorpsi, dstribusi, metabolisme, dan eliminasinya, namun yang terpenting adalah bahwa obat harus dapat mencapai tempat aksinya. Dengan semakin diketahuinya interaksi obat dan reseptornya pada tingkat molekuler, dan untuk kepentingan pengembangan penemuan obat baru, maka

description

obat adalah..

Transcript of BAB I obat

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Obat adalah senyawa kimia organic yang dapat berinteraksi secara selektif

dengan system biologi. Obat dapat digolongkan dengan berbagai cara, misalnya

berdasarkan aksi farmakologisnya atau berdasarkan struktur kimianya. Untuk

kepentingan terapi, obat mungkin lebih mudah jika digolongkan berdasarkan aksi

farmakologisnya. Namun untuk memprediksi suatu reaksi alergi atau idiosinkrasi,

penggolongan obat berdasarkan struktur kimia mungkin akan membantu, karena

obat dengan struktur kimia serupa mungkin menghasilkan reaksi yang hamper

sama. Untuk itu kadang digabung antara penggolongan berdasar aksi farmakologi

dan struktur kimia, contoh obat golongan sulfa, antibiotika golongan makrolida

atau antidepresan trisiklik. (Ikawati, 2008)

Untuk dapat menghasilkan efek, obat harus melewati berbagai proses yang

menentukan, yaitu absorpsi, dstribusi, metabolisme, dan eliminasinya, namun

yang terpenting adalah bahwa obat harus dapat mencapai tempat aksinya. Dengan

semakin diketahuinya interaksi obat dan reseptornya pada tingkat molekuler, dan

untuk kepentingan pengembangan penemuan obat baru, maka berkembanglah

penggolongan obat berdasarkan tempat aksinya, yang kemudian bisa dirinci lebih

jauh. (Ikawati, 2008)

Ada beberapa tempat yang bisa menjadi target aksi obat, salah satunya

yaitu pada reseptor. Reseptor merupakan target aksi obat yang utama dan paling

banyak. Reseptor didefinisikan sebagai suatu makromolekul seluler yang secara

spesifik dan langsung berikatan dengan ligan (obat, hormon, neurotransmitter)

untuk memicu proses biokimia antara dan di dalam sel yang akhirnya

menimbulkan efek. Berdasarkan transduksi sinyalnya reseptor dapat digolongkan

ke dalam beberapa kelompok, salah satunya yaitu reseptor yang terkait dengan

aktivitas kinase (tyrosine kinaselinked receptor). Reseptor ini merupakan reseptor

single transmembrane (sekali melintasi membrane), yang memiliki ativitas kinase

dalam transduksi signalnya. Contohnya adalaah reseptor sitokin, reseptor insulin

dan reseptor growth factor. (Ikawati, 2008)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.I Teori

Reseptor insulin termasuk reseptor tirosin kinase, namun tidak sama

dengan RTK lainnya yang berbentuk monomer, reseptor ini berbentuk dimer.

Resptor insulin terdiri dari 2 subunit α dan 2 subunit β yang dihubungkan dengan

ikatan disulfida. Rantai α terletak di bagian ekstraseluler dan merupakan domain

ikatan insulin, sedangkan rantai β berada menembus membran (Zullies, 2006).

Seperti signaling pada reseptor jenis RTK lainnya, pengikatan suatu ligan

(insulin) pada subunit α resptornya akan menyebabkan subunit β mengalami

autofosforilasi, yang selanjutnya memicu aktivitas katalitik reseptornya. Reseptor

yang teraktivasi akan memfosforilasi sejumlah reseptor intraseluler lainnya,

sampai akhirnya menimbulkan respon biologis. Salah satu protein yang menjadi

efektor bagi reseptor insulin adalah insulin receptor substrate 1 atau IRS-1 yang

terikat dengan protein Grb2, suatu p0rotein adaptor memeiliki Sh2 domain

(Zullies, 2006).

Jika IRS-1 terfosforilasi, maka ia akan memicu serangkaian peristiwa molekuler.

Antara lain akan menyebabkan suatu proses transporter glukosa yang disebut

GLUT-4 menepi dan berfusi dengan plasma membran, yang memungkinkan

glukosa untuk ditranspor ke dalam sel. Tanpa insulin dan aktivitas reseptornya,

GLUT-4 tetap berada di dalam sitoplasmik dan tidak berfungsi untuk mentranspor

glukosa. Jhika kadar insulin turun atau reseptor insulin tidak lagi teraktivasi,

GLUT-4 akan kembali ke sitoplasma. Selain itu, insulin juga menstimulasi liver

untuk mensintesis glikogen dan lipid (Zullies, 2006).

Daftar Pustaka

Ikawati, Zullies. 2006. Pengantar Farmakologi Molekuler. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press

Oleh : Nurina Khi’matus Sholihah /G1F011022

About these ads