BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam...

77
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya pelestarian lingkungan hidup diamanatkan dalam amandemen UUD 1945 pasal 33 ayat 4 yang berbunyi: ”Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan dan kesatuan ekonomi nasional”. Amandemen Pasal 33 UUD 1945 tersebut, secara tegas mengkaitkan antara pembangunan ekonomi nasional dengan lingkungan hidup. Jadi prinsip dasar pembangunan yang dianut sekarang ini harus dapat menyelaraskan pembangunan ekonomi, sosial, maupun lingkungan secara baik dan harmonis. Falsafah dan makna yang terkandung dalam pasal 33 UUD 45 sungguh amat dalam, yaitu adanya filosofi “ transgenerasi ”. Bumi, air dan kekayaan alam yang menjadi dasar pembangunan bangsa Indonesia untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat hanya akan tercapai apabila dilaksanakan berdasarkan prinsip- prinsip pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Jaminan kekayaan akan dapat bermanfaat bagi generasi masa kini dan dapat dinikmati generasi mendatang apabila kekayaan alam tidak mengalami kerusakan dan pencemaran yang diakibatkan oleh eksploitasi dan eksplorasi yang berlebihan dan tidak terencana. Pembangunan lingkungan hidup di Indonesia telah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional, dengan sasaran yang ingin dicapai adalah membaiknya sistem pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Tujuannya untuk mencapai 1

Transcript of BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam...

Page 1: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pentingnya pelestarian lingkungan hidup diamanatkan dalam amandemen UUD 1945 pasal 33 ayat 4 yang berbunyi: ”Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan dan kesatuan ekonomi nasional”. Amandemen Pasal 33 UUD 1945 tersebut, secara tegas mengkaitkan antara pembangunan ekonomi nasional dengan lingkungan hidup. Jadi prinsip dasar pembangunan yang dianut sekarang ini harus dapat menyelaraskan pembangunan ekonomi, sosial, maupun lingkungan secara baik dan harmonis.

Falsafah dan makna yang terkandung dalam pasal 33 UUD 45 sungguh amat dalam, yaitu adanya filosofi “ transgenerasi ”. Bumi, air dan kekayaan alam yang menjadi dasar pembangunan bangsa Indonesia untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat hanya akan tercapai apabila dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Jaminan kekayaan akan dapat bermanfaat bagi generasi masa kini dan dapat dinikmati generasi mendatang apabila kekayaan alam tidak mengalami kerusakan dan pencemaran yang diakibatkan oleh eksploitasi dan eksplorasi yang berlebihan dan tidak terencana.

Pembangunan lingkungan hidup di Indonesia telah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional, dengan sasaran yang ingin dicapai adalah membaiknya sistem pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Tujuannya untuk mencapai keseimbangan antara aspek pemanfaatan sumber daya alam sebagai modal pertumbuhan ekonomi (kontribusi sektor perikanan, kehutanan, pertambangan dan mineral terhadap PBD) dengan aspek perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup sebagai penopang sistem kehidupan secara luas. Adanya keseimbangan tersebut berarti menjamin keberlanjutan pembangunan. Untuk itu, perlu percepatan pengarusutamaan (mainstreaming) prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di seluruh sektor, baik di pusat maupun di daerah. Sustainable development adalah upaya memenuhi kebutuhan generasi masa kini tanpa mengorbankan kepentingan generasi yang akan datang.

1

Page 2: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Implementasi pelestarian dan pengelolaan lingkungan tersebut diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) termaktub dalam Pasal 19 ayat (1) menyatakan bahwa Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat, setiap perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada kajian lingkungan hidup strategis (KLHS). Pasal 19 ayat (2) berbunyi, Perencanaan tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Sedangkan pada Pasal 20 ayat (1) mengatur tentang Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup. Pasal 20 ayat (2) menyatakan bahwa baku mutu lingkungan hidup meliputi: a. baku mutu air; b. baku mutu air limbah; c. baku mutu air laut; d. baku mutu udara ambien; e. baku mutu emisi; f. baku mutu gangguan; dan g. baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selanjutnya dijelaskan lebih lanjut dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air menyatakan bahwa Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Pengelolaan sumberdaya air didefinisikan sebagai aplikasi dari cara struktural dan non-struktural untuk mengendalikan sistem sumberdaya air alam dan buatan manusia untuk kepentingan/manfaat manusia dan tujuan-tujuan lingkungan (Kodoatie Robert J dkk, 2002). Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Pernyataan dalam pasal-pasal kedua undang-undang di atas mengingatkan kepada pengelola sumberdaya air tentang pentingnya peran air bagi kehidupan gender dan anak dalam lingkungan.

Issue HAM atas air secara eksplisit juga telah dirumuskan dalam CEDAW Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women) pada Pasal 14 ayat (2), mewajibkan negara untuk menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan di daerah pedesaan, dan memastikan agar kaum perempuan tersebut memiliki "right to enjoy adequate living conditions, particularly in relation to housing, sanitation, electricity and water supply, transport and communication”.

Secara implisit dasar hukum juga dijumpai dalam International Covenant on Civil and Political Rights dan International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights dalam cakupan hak untuk hidup,

2

Page 3: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

hak atas standar kehidupan yang memadai, dan hak atas kesehatan fisik dan mental yang tertinggi yang dapat dicapai

Keterkaitan issue air dengan perubahan iklim tidak dapat dipungkiri bahwa kenaikan suhu bumi yang terus berlanjut berakibat pada terhambatnya pemenuhan hak asasi manusia maupun agenda MDGs. Menurut WHO, perubahan iklim menyebabkan kematian sekitar 150.000 orang setiap tahunnya yang berkorelasi pada naiknya insiden diarrhoea, malaria dan malnutrisi. Untuk mengatasi kondisi lingkungan tersebut, Komisi HAM PBB pada 2008 mengeluarkan resolusi Nomor 7/23 tentang Perubahan Iklim dan Hak Asasi Manusia. Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) atau Panel Pemerintah tentang Perubahan Iklim menyatakan perubahan iklim akan memperparah krisis air yang dialami lebih dari jutaan orang umumnya di belahan Afrika dan Asia. Begitu pula halnya dengan krisis pangan akan diderita oleh sekitar 150-550 juta orang (Stern 2007). Hal ini belum termasuk dampak terhadap pengungsian orang-orang di pulau kecil dan pesisir (tepi pantai) akibat naiknya permukaan air laut seperti yang sedang dialami oleh masyarakat di wilayah yang tergenang rab. Maka jelas, perubahan iklim akan menjadi salah satu hambatan terbesar bagi setiap negara dalam melindungi, menghormati dan memenuhi hak asasi manusia warga negara-nya berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan air.

Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa adalah negara kepulauan dengan luas 5,8 juta km2 mempunyai ± 17.500 pulau dan beriklim tropis. Sebagai negara kepulauan, Indonesia menjadi salah satu bangsa yang rentan terhadap dampak perubahan iklim dan kebijakan internasional terkait. Indonesia yang memiliki sumberdaya alam (SDA) melimpah dan beragam, baik SDA yang dapat pulih seperti mangrove, estuaria, padang lamun, hutan bakau dan yang tidak dapat pulih seperti.minyak, gas, mineral. Selain itu, kepulauan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa dengan berjuta spesies flora dan fauna.

Potensi wilayah pesisir dan lautannya memiliki arti penting secara ekonomi dan politik bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia sejak dulu. Kondisi ini sudah tentu merupakan potensi kuat wilayah yang harus dipelihara keberadaannya dan dilestarikan keberlanjutannya. Walaupun kita tahu saat ini, ancaman dampak pemanasan global dan perubahan iklim sehingga terjadi pola perubahan hujan yang tak dapat dihindarkan dan saat ini telah kita rasakan, pola musim kemarau atau musim hujan sudah tidak dapat diperediksi. Dampak dari perubahan iklim dunia terhadap sumber air belum diketahui secara pasti. Akan

3

Page 4: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

tetapi, estimasi terbaru menyebutkan, perubahan iklim global menyebabkan kelangkaan air global hingga 20 persen.

Menurut Ramly (2007), pengelolaan Sumber Daya Air berarti serangkaian kegiatan yang dirancang dengan menggunakan sumber daya air secara efektif dan efisien untuk mencapai kualitas hidup. Mengelola Sumber Daya Air merupakan usaha sadar untuk memelihara dan memperbaiki mutu Sumber Daya air agar kebutuhan dasar manusia terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Persepsi tentang kebutuhan dasar tidak sama dan berubah-ubah, pengelolaan Sumber Daya Air seharusnya bersifat lentur dan mengakomodasi harapan setiap golongan masyarakat termasuk di dalamnya terhadap kepentingan laki-laki dan perempuan secara seimbang. Untuk mencapai idealisasi pengelolaan Sumber Daya Air yang memperhatikan akses terhadap laki-laki dan perempuan, maka salah satu strategi yang dijalankan untuk mencapai tujuan tersebut adalah Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam pengelolaan Sumber Daya Air.

Prinsip kesetaraan gender dalam pengelolaan Sumber Daya Air menuntut tersedianya data-data yang bisa menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan baik pada akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pelaksanaan pengelolaan sumberdaya air bagi laki-laki dan perempuan. Data tersebut akan memberi legitimasi kuat terhadap sasaran program pembangunan yang akan dilaksanakan. Penyediaan data ataupun indikasi untuk mengarahkan cara melihat data berbasis gender pada pengelolaan sumberdaya air yang saat ini masih sangat minim, oleh karena itu perlu kiranya dibuat profil gender sebagai upaya membantu dalam melihat data berbasis gender tersebut.

B. TujuanTujuan disusunnya Profil Gender Dalam Pengelolaan Sumber

Daya Air adalah:a. Memaparkan relasi gender dalam Pengelolaan Sumber Daya

Daya Airb. Mendukung penyediaan data untuk analisis gender dalam

Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender dalam Pengelolaan Sumber Daya Air

c. Mendorong percepatan PUG dalam Pengelolaan Sumber Daya Air sebagai bagian strategi pembangunan nasional berkelanjutan

C. ManfaatManfaat disusunnya Profil Gender Pengelolaan Sumber Daya

Air adalah:

4

Page 5: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

a. Memberi penjelasan kepada Kementerian/Lembaga Pusat dan Daerah tentang pentingnya PUG bagi para pengambil kebijakan dan pelaksana dalam Pengelolaan Sumber Daya Air

b. Menjadi acuan bagi penyusun Rencana Kerja dan Rencana Kerja Anggaran dalam melakukan analisis gender pada Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender dalam Pengelolaan Sumber Daya Air

c. Memberi arah percepatan PUG dengan menunjukkan sasaran Pengelolaan Sumber Daya Air berbasis gender menuju falsafah pembangunan yang lebih berkeadilan

D. Ruang LingkupCakupan buku ini meliputi:

a. Pentingnya PUG dalam pengelolaan Sumber Daya Airb. Pengelolaan Sumber Daya Air mencakup kebijakan kegiatan

produksi, distribusi dan konsumsi dalam perspektif gender dengan menampilkan data baik kualitatif maupun kuantitatif

5

Page 6: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

BAB II

KRISIS DAN TANTANGAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

A. Ketersediaan Sumberdaya Air dan Permasalahannya

Air adalah sumber daya yang terbarui, bersifat dinamis mengikuti siklus hydrologi yang secara alamiah berpindah-pindah serta mengalami perubahan bentuk dan sifat.Tergantung dari waktu dan lokasinya, air dapat berupa zat padat sebagai es dan salju, dapat berupa air yang mengalir serta air permukaan. Berada dalam tanah sebagai air tanah, berada di udara sebagai air hujan, berada di laut sebagai air laut, dan bahkan berupa uap air yang didefinisikan sebagai air udara.

Sumber daya air merupakan bagian dari sumber daya yang mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan sumber daya alam lainnya. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Pengelolaan sumberdaya air didefinisikan sebagai aplikasi dari cara struktural dan non-struktural untuk mengendalikan sistem sumberdaya air alam dan buatan manusia untuk kepentingan/manfaat manusia dan tujuan-tujuan lingkungan (Kodoatie Robert J dkk, 2002).

Namun berbagai permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah terkait kehidupan dalam keluarga adalah pemanfaatan sumberdaya air meliputi ; (1) adanya kekeringan di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan; (2) persaingan dan perebutan air antara daerah hulu dan hilir atau konflik antara berbagai sektor; (3) penggunaan air yang berlebihan dan kurang efisien; (d) penyempitan dan pendangkalan sungai, danau karena desakan lahan untuk pemukiman dan industri; (e) pencemaran air permukaan dan air tanah ; (f) erosi sebagai akibat penggundulan hutan.

Kondisi ketersediaan air yang ada selama ini telah mengancam kesehatan masyarakat, mengancam stabilitas politik, dan juga mengancam lingkungan. Peringatan ini muncul dalam World Water Development Report (WWDR), sebuah laporan PBB mengenai ketersediaan air bersih dunia yang diluncurkan pada Third World Water

6

Page 7: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Forum, tanggal 16-23 Maret 2003, di Jepang. Fakta-fakta tentang keadaan air di dunia terungkap dalam laporan antara lain menyatakan bahwa meski jumlah air merupakan bagian terbesar di bumi, namun hanya 2,53 persennya merupakan air bersih. Sebanyak dua pertiga dari air bersih itu berupa sungai es (glaser) dan salju permanen yang sulit untuk dimanfaatkan.

Permasalahan air yang semakin komplek ini menuntut kita untuk mengelola sumberdaya air dan menggunakan air sehemat mungkin sehingga dapat menunjang kehidupan masyarakat dalam kesetaraan gender baik laki-laki maupun perempuan. Ketersediaan sarana dan prasarana air bersih yang berkaitan dengan penyehatan lingkungan semakin menjadi kebutuhan, karena terpenuhinya sarana air bersih dan lingkungan sehat dan layak, maka usia harapan hidup masyarakat suatu Negara akan meningkat secara tidak langsung akan menurunkan tingkat kemiskinan suatu Negara. Hal ini sejalan dengan target 10 tujuan 7 MDGs berbunyi” Menurunkan sebesar separuh proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air bersih yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar “ dan sejalan dengan target mengurangi kemiskinan pada tahun 2015 salah satunya kemudahan akses air bersih bagi gender dan anak-anak.

Faktanya di Indonesia akses air bersih ternyata belum sepenuhnya dinikmati masyarakat Indonesia. Untuk itu, pemerintah menargetkan setidaknya 60 persen masyarakat Indonesia mendapat akses air minum sehat di tahun 2015. Saat ini, diperkirakan baru sekira 25 persen masyarakat Indonesia baik di kota maupun di desa yang mendapat akses air bersih melalui jaringan PDAM baru terpenuhi 24-25 persen baik di kota maupun desa,. Sementara itu 50 persen masyarakat mengakses air minum dengan kualitas terjamin melalui sumur yang berjarak lebih dari 10 meter dari septic tank. Sedangkan sisanya ternyata belum mendapat akses air bersih yang memadai. catatan World Water Forum, hingga tahun 2025 sekitar 2,7 milyar atau lebih dari sepertiga penduduk dunia akan kekurangan air bersih jika keterancaman ini tidak segera diakhiri.

Tantangan Indonesia berdasarkan target MDGs tersebut adalah, pertama; meningkatkan 67% proporsi penduduk yang memiliki akses

7

Page 8: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

terhadap sumber air bersih yang aman. Kedua, tantangan untuk meningkatkan hingga 63,3% proporsi penduduk yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi dasar yang memadai terdiri dari jamban dan tangki septik yang memadai.

B. Produksi Sumberdaya Air

Produksi atau beberapa sumber air yang digunakan masyarakat adalah air hujan, air sungai, air waduk, mata air, air tanah, air perpipaan dan air lainnya. Salah satu cara untuk memproduksi air bersih adalah pengelolaan berdasarkan pada ‘watershed’ (Daerah Aliran Sungai/DAS). Karena DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curahhujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Pernyataan pasal-pasal kedua undang-undang di atas mengingatkan kepada pengelola sumberdaya air tentang pentingnya peran air bagi kehidupan gender dan anak dan lingkungannya.Pengelolaan air dengan menggunakan baku DAS maka diharapkan akan tercipta kesinambungan sumber daya air karena air tidak bisa dilihat satu bagian wilayah saja. Pengelolaan air pada suatu daerah dengan memperhatikan variabel–variabel hidrologis dengan memperhitungkan keseluruhan DAS dan masalahnya. Bahkan sebuah titik di ujung terluar DAS pun memiliki pengaruh terhadap keberadaan dan kualitas air di sungai utama. Selain itu, untuk mengelola sumber daya air berbasis DAS ini, kita harus mengacu pada aspek–aspek yang ada dalam DAS tersebut, bukan hanya dibatasi pada aspek fisika saja, tetapi juga sosial–budaya, kualitas air, aktivitas industri, politik, ekonomi, demografi (kependudukan).

8

Page 9: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Tabel 2.1 Produksi Air Bersih Menurut Sumber Air di Jawa TengahTahun 2000-2009 ( 000 M3 )

Tahun Sungai Waduk Mata Air Air Tanah Lainnya Jumlah

2009 170.140,47 15.544,10 155.859,18 36.698,05 223.698,27 601.940,07

2008 104.799,93 7.640,12 184.230,70 59.274,06 9.613,63 365.558,45

2007 10.682,4 8.126,51 176.544,33 67.967,46 859,39 264.180,08

2005 28.784 7.712 160.011 48.264 553.60 245.325

2004 69.800 6.179 178.630 63.931 0 318.540

2003 67.775 6.334 178.461 54.366 0 306.936

2002 68.759 6.054 168.500 56.523 0 299.836

2001 50.093 4.649 149.628 45.088 0 249.458

2000 46.772 3.836 176.779 52.079 0 279.465

Catatan:I. Krisis DAS Keseimbangan neraca air (kekurangan dan kelebihan air)

sumber data BPS (debit air dari sofecopy di Taman Teratai) dan PU (dirjen pengairan)

II. Krisis iklim (contoh masukan data daerah yang mengalami kekeringan) sumber BPS

III. Permasalahan di produksi, distribusi dan konsumsi dalam pengelolaan sumber daya air, Solusi atau upaya yang dapat dilakukan

C. Distribusi Sumber Daya Air

9

Page 10: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

1. Krisis Daerah Aliran Sungai (DAS)

Berdasarkan hasil kajian Suriansyah (1991), sebanyak 282 DAS dan bantaran sungai di Indonesia dalam kondisi kritis, salah satu contoh DAS Ciliwung yang mengalirkan air hujan berlebih dari DAS seluas 30.000 hektar. Di masa lalu aliran sungai ini masih terkendali, aman, memberikan kenyamanan, baik sebagai sumber air mineral, mencuci, mandi, air irigasi, industri, maupun untuk penggelontoran sampah-sampah Jakarta. Namun akhir-akhir ini, paling tidak 5-10 tahun terakhir, DAS Ciliwung sudah berkali-kali memberikan ketidaknyamanan, tidak mencukupi kebutuhan air minum, mandi dan mencuci pada musim kemarau. Di musim hujan alirannya menggenangi dan membanjiri banyak lokasi, bahkan menghilangkan harta benda dan nyawa beberapa warga Jakarta yang bertempat tinggal di sepanjang flood plam sungai itu.

Tampaknya frekuensi dan intensitas ketidaknyamanan yang diberikan DAS Ciliwung semakin tinggi. Genangan dan banjir semakin tinggi serta frekuensinya sudah hampir dua atau tiga tahun sekali atau sekali setiap tahun dan bahkan dalam setahun pun dapat terjadi beberapa kali.Rentang waktu kekurangan air bersih pada musim kemarau atau kebanjiran pada musim hujan pun sudah semakin panjang. Kontribusi yang paling besar terhadap terjadinya banjir tersebut, maka penilaiannya harus dikaitkan dengan faktor-faktor yang menyebabkan banjir. Kalau faktor curah hujan, jenis tanah, dan topografi wilayah adalah faktor penyebab banjir yang kita terima sebagaimana adanya tanpa bisa menolak. Ternyata, faktor penggunaan lahan dan pengelolaan lahan merupakan faktor kontribusi penyebab utama terjadinya banjir. Hal ini berdasarkan luas dan nilai koefisien limpasan daerah permukiman adalah yang terbesar, maka kontribusi daerah permukimanlah (desa, kota, perdagangan, dan industri) yang terbesar mengakibatkan banjir Ciliwung, disusul oleh daerah pertanian (tegalan dan kebun campuran).

LIPI (2004), mulai memikirkan langkah keberlanjutan air bahkan hingga di Asia Pasifik untuk mengatasi banjir tersebut, Jakarta juga perlu dibangun daerah atau jalur biru untuk air selain jalur hijau,".Tahun 2009, United Nation Educational, Scientific and Cultural Organisation (UNESCO) berkerjasama dengan Indonesia mendirikan pusat pengembangan manajemen air atau dikenal Asia Pasific Center for

10

Page 11: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Ecohydrology (APCE) di Cibinong, Bogor. Solusi dengan revitalisasi waduk penampung dan pencegah banjir dengan pembuatan kolam dan situ besar alamiah dan artifisial atau buatan dibuat untuk menghadirkan daerah lahan basah buatan. Dalam prinsip ekohidrologi pemanfaatannya bisa menjadi air bersih, mencegah banjir, resapan air dan sarana rekreasi.

Selain itu, upaya yang dapat dilakukan untuk menghindarkan Jakarta dari bencana banjir yang lebih dahsyat, DAS Ciliwung harus dirancang lebih konseptual dengan debit aliran di Stasiun Ratujaya (Depok) tidak melebihi 350 m>sprscript. Pembangunan tanggul atau menggali saluran tambahan, memang

masalahnya akan berkurang untuk sesaat. Namun, apabila ada energi baru, yaitu curah hujan yang lebih tinggi dengan periode ulang lebih lama, maka bahaya dan kerugian akan lebih besar karena kapasitas tampung akan terlewati dan daerah sekitar sudah terbangun.

Menerapkannya agar air hujan di setiap rumah/bangunan tidak dialirkan ke selokan, tetapi diresap ke dalam tanah atau ke dalam sumur resapan. Di daerah pertanian penurunan koefisien limpasan air dapat dilakukan dengan menerapkan tindakan konservasi tanah yang memadai dan cocok untuk setiap usaha tani.

Jawa Barat. Atau kerja sama antara hulu dan hilir dalam penanggulangan banjir untuk pelestarian sumber daya air harus direncanakan, dilaksanakan, dipantau, dan dievaluasi oleh suatu badan dengan prinsip satu Pembangunan check dam terutama di bagian hulu dan tengah DAS serta situ-situ di bagian tengah dan hilir DAS.

Kerja sama Pemerintah Provinsi DKI dan Pemerintah Provinsi sungai satu perencanaan (one river one plan).

2. Krisis air

Dari waktu ke waktu sumber daya air bersih makin berkurang akibat pertambahan penduduk, sehingga penduduk miskin perkotaan bisa mengeluarkan uang 10 kali lebih mahal demi mendapatkan air bersih saat terjadi masalah krisis air. Kondisi itu dalam pandangan peneliti hidrologi, air tidak lagi memiliki kecukupan ruang. Paradoks, saat hujan menyebabkan banjir dan pada musim kemarau justru kekurangan air. Saat ini Indonesia mengalami krisis air bersih, bahkan dialami di Asia Pasifik.

11

Page 12: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Masalah krisis air dikarenakan berbagai faktor antar lain pertambahan penduduk, pengelolaan air kurang tepat,dankesadaran kita tentang air serta kualitas perairan pun buruk. Misalnya saja membuang limbah, pemukiman dan praktik pertanian keliru, kerusakan hutan dan daerah aliran sungai terus merusak keseimbangan neraca air," Bersamaan dengan itu, degradasi lingkungan dan dampak perubahan iklim terus terjadi. Walaupun Indonesia diakuinya kaya air baik alami maupun buatan, memiliki lebih dari 500 danau besar, ironisnya komitmen untuk kepentingan umum tergerus kepentingan sektor atau kelompok tertentu. (Endang Sukara, Waka LIPI,2011).

Gambar 1. Antri Air Bersih

D. Konsumsi Sumber Daya Air

1. Penggunaan Air Antar Sektor

Kebutuhan air makin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan ragam kebutuhan yang menuntut sumber daya air dalam jumlah banyak, baik untuk rumah tangga, industri, irigasi, penggelontoran, energi, rekreasi, dan berbagai aspek kehidupan lainnya. Indeks penggunaan air (IPA) atau rasio kebutuhan dan ketersediaan air sudah melebihi 1, artinya sumber daya air yang ada sudah tidak cukup untuk menopang kebutuhan penggunaannya. Pemanfaatan air secara nasional telah mencapai sekitar 80 miliar m3/tahun, dengan tingkat pemanfaatan tertinggi di Jawa dan Bali, yaitu sekitar 60%. Dalam 5 tahun terakhir, pemanfaatan air diperkirakan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan ragam kebutuhan air. Penggunaan air tawar di Indonesia didominasi

12

Page 13: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

untuk pertanian, sekitar 76%, dan sisanya untuk industri (11%) dan domestik (3%).

Di sisi lain, alokasi dan distribusi air antarsektor dan antarwilayah makin kompleks dengan potensi konflik yang cenderung meningkat. Kondisi ini diakibatkan oleh kemampuan pasokan air yang makin menurun dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi, serta pengguna yang makin beragam dan banyak jumlahnya. Kebutuhan air untuk nonpertanian yang meningkat tajam pada 10 tahun terakhir akan menurunkan kemampuan pasokan air irigasi di suatu wilayah. Masalah akan makin kompleks dengan adanya keragaman ketersediaan air antarwaktu dan antarwilayah pada musim kemarau, sehingga kemampuan pasokan air untuk keperluan pertanian, domestik, dan rumah tangga menurun. Di Indonesia, konflik alokasi air antarsektor dan antarwilayah cenderung meningkat, bahkan dari konflik tertutup menjadi konflik terbuka.

Masalah ketersediaan air akan berpengaruh pada pasokan pangan. Untuk itu dibutuhkan sistem pertanian yang memadai karena jumlah penduduk dunia mencapai sekitar enam milyar orang. Untuk menyediakan pangan sebanyak 2.800 kalori per orang per hari membutuhkan paling sedikit seribu kubik air. Kebutuhan air untuk pertanian dipasok sebagian besar dari air hujan dan sebagian kecil dari irigasi. Namun, jumlah air untuk irigasi juga tidak mencukupi sehingga sumber air untuk irigasi juga berasal dari limbah cair. Paling tidak 10 persen dari lahan beririgasi di negara berkembang mendapat pasokan dari limbah cair.Dibutuhkan investasi yang besar untuk membuat fasilitas irigasi. Setidaknya butuh 1.000 dollar AS hingga 10.000 dollar AS per hektar untuk membangun irigasi. Manfaatnya, ada hubungan yang positif antara investasi irigasi, ketahanan pangan, dan pengurangan kemiskinan.

Air untuk kebutuhan irigasi sudah banyak tercemar limbah cair yang harus diolah lebih dulu. Namun, di banyak negara berkembang air yang tercemar itu digunakan langsung untuk irigasi. Padahal cara seperti ini memiliki risiko bahwa air tersebut mengandung bakteri, cacing, virus dan logam berat yang berbahaya.Mikroorganisme dan senyawa ini berbahaya bagi petani dan pengelola irigasi yang bersentuhan langsung dengan air itu, maupun para konsumen pangan yang mendapat pasokan pangan dari area pertanian tersebut. Tidak bisa disangkal, berbagai jenis penyakit dan logam berat berada di dalam produk-produk pangan.

13

Page 14: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Air juga terkait dengan masalah perkotaan. Saat ini sekitar 48 persen populasi dunia tinggal di perkotaan. Pada tahun 2030 diperkirakan persentase itu meningkat menjadi 60 persen. Kenaikan itu harus diikuti dengan penyediaan air dan sanitasi yang memadai, serta membutuhkan pengelolaan limbah secara memadai. Bila saja limbah tersebut tidak ditangani, maka hal itu menjadi ancaman bagi lingkungan. Air ini akan kembali masuk ke sungai-sungai kecil sehingga membebani penyediaan air bersih bagi penduduk di sekitarnya.

Pengelolaan air bersih untuk perkotaan sangat kompleks karena harus memadukan kebutuhan air untuk penduduk dan industri, pengendalian polusi, membutuhkan penanganan limbah, mencegah banjir, dan menjaga kelestarian sumber daya air. Masalah ini bisa diselesaikan dengan melakukan kerja sama antarberbagai daerah yang memiliki kaitan dengan aliran sungai dan sumber air tanah.

Penyediaan air bersih di negara dengan pendapatan yang rendah merupakan masalah yang besar. Kualitas penyediaan air sangat rendah sementara harganya sangat mahal, ketika penduduk harus membeli air dari tukang air bersih keliling.Saat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membuat tolok ukur akses yang memadai untuk seorang penduduk mendapatkan air. Penduduk dikategorikan bisa mengakses penyediaan air bersih bila untuk mendapatkan 20 liter per hari harus berjalan kurang dari satu kilometer. Kenyataannya banyak penduduk yang tidak bisa mendapatkan akses dengan tolok ukur itu.

Pemenuhan kebutuhan dan ketersediaan air bersih, fasilitas sanitasi, dan pengendalian banjir merupakan masalah yang penting bagi sebuah kota. Diperlukan zonasi untuk pembangunan perumahan dan industri agar tidak mengganggu sumber daya air. Akan tetapi, ini bukan hal yang mudah untuk sebuah kota yang memiliki pendapatan yang rendah.Bukan hanya rumah tangga yang membutuhkan air bersih, industri pun membutuhkan air untuk bahan baku. Kebutuhan air untuk industri meningkat dari sekitar 725 kilometer kubik pada tahun 1995 dan diperkirakan menjadi 1.170 kilometer kubik pada tahun 2025. Peningkatan ini akan terjadi di negara-negara berkembang, di mana industrialisasi semakin meningkat

Kondisi lain menunjukkan bahwa krisis air menimbulkan berbagai penyakit yang disebabkan media air. Upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi berbagai penyakit melalui media air adalah dengan memperbaiki pasokan air bersih. Akan tetapi, pada kenyataannya

14

Page 15: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

masih terdapat 1,1 milyar penduduk dunia tidak bisa mendapatkan akses perbaikan pasokan air bersih. Bila upaya perbaikan pasokan air dilakukan dengan sanitasi dasar, maka sebenarnya tingkat kematian karena minimnya pasokan air bersih bisa dikurangi sebanyak 17 persen per tahun. Sedangkan dengan perbaikan sanitasi lanjutan, maka tingkat kematian bisa dikurangi 70 persen per tahun.

Investasi industri di berbagai daerah ternyata tidak menyebar rata, karena pertimbangan prasarana ekonomi yang tersedia di lokasi industri. Pada umumnya perkembangan industri tumbuh pesat di berbagai kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan di kota-kota yang berdekatan dengan fasilitas prasarna ekonomi yang diperlukan. Dalam pelaksanaan pembangunan industri tersebut, maka memerlukan penyediaan jumlah air yang lebih banyak, sehingga masalah distribusi ketersediaan air menjadi sangat penting. Jika distribusi penyediaan air tidak memperoleh perhatian secara memadai, maka akan muncul berbagai kendala dalam pelaksaanaan pembangunan tersebut, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi selanjutnya.

Disamping itu, akibat pemusatan industri telah tumbuh di kota-kota besar, maka akan memacu arus pendatang yang pada waktunya akan juga memerlukan penyediaan air yang makin meningkat. Yang berarti kebutuhan air di kota besar akan bertambah. Mengingat perkembangan industri di Indonesia memusat di Pulau Jawa, maka hasil berbagai analisa dikhawatirkan pada akhir tahun 2025, Pulau Jawa secara keseluruhan, termasuk di Jawa Timur, akan menghadapi krisis air, diduga akan defisit lebih dari 130 juta m3 per tahun. Untuk mengantisipasi kondisi kritis tersebut, maka pengelolaan dalam penyediaan dan distribusi air secara efisien sejak dini harus telah dipersiapkan

Air juga menjadi sumber produksi energi. Pembangkit listrik dengan menggunakan tenaga air digunakan di banyak negara. Saat ini dua milyar manusia tidak mendapatkan listrik, satu milyar menggunakan listrik yang tidak ekonomis, dan 2,5 milyar penduduk mendapat akses terbatas dari penyediaan listrik.Keberadaan listrik sangat membantu dalam mengurangi kemiskinan, membantu usaha kecil dan menengah, penyedia penerangan sehingga memungkinkan penduduk untuk belajar di malam hari, dan memperpanjang waktu untuk bekerja.

15

Page 16: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Pembangkit listrik tenaga air menyediakan sekitar 19 persen dari produksi total listrik pada tahun 2001. Penggunaan air untuk pembangkit listrik dapat mengurangi efek rumah kaca dan polusi udara.

2. Bencana yang Disebabkan oleh Air

Manusia yang menjadi korban bencana sekitar 211 juta per tahun. Sebanyak 90 persen dari korban bencana itu akibat air. Dengan rincian 50 persen merupakan korban banjir, 28 persen akibat penyakit dengan media air, dan 11 persen akibat kekeringan.Jumlah kematian akibat bencana alam mencapai 665.000 jiwa, 15 persen di antaranya karena banjir, serta 42 persen akibat kekeringan. Jumlah kerugian akibat bencana itu naik dari 30 milyar dollar AS pada tahun 1990 menjadi 70 milyar dollar AS pada tahun 1999.Kejadian ini mengindikasikan adanya kaitan antara sumber daya air dan investasi untuk pencegahan bencana, seperti pembuatan dam, perencanaan penggunaan lahan, dan peramalan banjir.

Upaya yang dilakukan untuk mengurangi persaingan penggunaan air adalah

Membuat strategi nasional, alokasi air antarsektor, penanganan kualitas air, serta pengelolaan sistem penampungan air bersih.PBB menyarankan Integrated Water Resources Management (manajemen pengelolaan sumber daya air secara terintegrasi).

Air tidak hanya memiliki nilai ekonomis, tetapi juga memiliki nilai sosial, religius, kultural, dan lingkungan. Konsep keadilan dalam penggunaan air yaitu memaksimalkan penggunaan air untuk kepentingan semuanya, sambil menyediakan akses untuk penduduk dan meningkatkan penyediaan air bersih. Ini berarti dalam menggunakan instrumen ekonomi untuk alokasi air, maka harus mempertimbangkan masyarakat yang kesulitan untuk mendapatkan air, masyarakat gender yang hidup dalam kemiskinan, anak-anak, serta masyakakat lokal.

Valuasi air berguna untuk alokasi air, pengelolaan kebutuhan, dan investasi. Meski demikian, banyak masalah yang muncul karena perhitungan ekonomi tidak dapat memperkirakan secara tepat nilai-nilai sosial, keadaan ekonomi dan lingkungan, dan hakikat dari air. Investasi di sektor pengairan membutuhkan dana sekitar 20 milyar-60 milyar dollar AS.

16

Page 17: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Masalah-masalah yang muncul dalam pengelolaan air merefleksikan perbedaan berbagai kepentingan yang ada. Perbedaan berbagai sektor ekonomi seperti penggunaan air untuk pangan, perkotaan, dan industri harus dikaji secara saksama. Kewajiban membayar air tidak bisa ditetapkan untuk penduduk di semua tempat.

Krisis air sebenarnya adalah krisis pengelolaan. Gabungan dari krisis ini tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat. Pengelolaan air akan mendapati situasi yang kompleks dan tidak menentu. Mereka harus mampu menyeimbangkan berbagai kepentingan dalam mendapatkan air.  Krisis air di Pulau Jawa makin mengkhawatirkan. Krisis air ini semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk, degradasi lingkungan dan menurunnya ketersediaan air.

Hasil kajian Bappenas (2005), untuk wilayah di luar Jabodetabek ditemukan bahwa sekitar 77 persen kabupaten/kota di Jawa  telah memiliki satu hingga delapan bulan defisit air dalam setahun."Pada tahun 2025 jumlah kabupaten/kota yang defisit air meningkat hingga mencapai sekitar 78,4 persen dengan defisit berkisar mulai dari satu hingga dua belas bulan, atau defisit sepanjang tahun," (Sutopo Purwo Nugroho BNPB) 9/9/2011). Dari wilayah yang mengalami defisit tersebut, terdapat 38 kabupaten/kota atau sekitar 35 persen telah mengalami defisit tinggi. Khusus wilayah Jabotabek yang 60 persen pasokan dari waduk Jatiluhur, sekitar 50 persen kabupaten/kota mengalami defisit air dan diperkirakan meningkat menjadi 100 persen pada tahun 2025. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian secara khusus dan perlu dilakukan upaya penanganan segera dalam jangka pendek.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah mengadvokasi dan mensosialisasikan "Upaya penyediaan air melalui tandon air atau pemanenan air hujan saat musim penghujan dan konservasi tanah dengan membuat lobang resapan biopori.

BAB IIIPROFIL GENDER

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

17

Page 18: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

A. Pengrusutamaan Gender (PUG) dalam Pengelolaan Sumber Daya Air

Pengarustamaan Gender (PUG) adalah strategi untuk mengembangkan kebijakan/program/kegiatan di semua sektor/bidang pembangunan menjadi responsif gender termasuk di dalamnya pembangunan Sumber Daya Air. Pengarusutamaan Gender, dilakukan berlandaskan Inpres Nomor 9 Tahun 2000 dan sejalan dengan kebijakan dunia internasional dalam upaya meningkatkan kesejahteraan manusia. Peningkatan kesejahteraan tersebut ditetapkan melalui pencapaian salah satu target sasaran pembangunan milenium (Milennium Development Goals / MDGs), yaitu mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup di dunia internasional dilandasi oleh Rencana Aksi Beijing yang membahas tentang perempuan dan lingkungan yang disepakati sebagai sasaran yang harus dicapai. Sasaran aksi pada dasarnya melibatkan perempuan dalam semua proses pengambilan keputusan tentang lingkungan serta perlindungan perempuan dari dampak lingkungan.

Air merupakan kebutuhan pokok penduduk sehari-hari, sehingga dapat dikatakan penduduk tidak dapat hidup tanpa air. Secara umum, air diperlukan untuk keperluan rumah tangga sehari-hari, industri, pembangkit listrik, pertanian, dan sebagainya. Dalam rumah tangga, air digunakan untuk air minum, memasak, mencuci, mandi, membersihkan rumah seperti mengepel atau mencuci kendaraan dan untuk keperluan lain. Pada kondisi tertentu kebutuhan air untuk kegiatan domestik yang sebagian besar dilakukan oleh perempuan kurang mendapatkan porsi yang cukup. Perempuan menjadi kelompok yang terpinggirkan dalam dalam pemenuhan kebutuhan air. Di sisi lain perempuan selalu dianggap sebagai bagian pencemar air melalui limbah rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik.

Pertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air meningkat, baik secara kuantitas maupun kualitas dan bahkan melebihi ketersediaannya. Hal tersebut menyebabkan kelangkaan sumberdaya air. Padahal, banyak permintaan air di sektor domestik yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan pengairan. Perempuan sebagai subyek sentral di sektor domestik menjadi kelompok terdampak.

18

Page 19: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Selama ini, orang berpikir bahwa upaya pelestarian alam adalah tugas para pecinta alam, peneliti, pendidik, masyarakat adat, organisasi non pemerintah dan pemerintah semata, kini sudah waktunya untuk merubah pikiran seperti itu. Siapapun berperan dalam upaya pelestarian alam dan lingkungan, termasuk perempuan. Partisipasi merupakan proses memahami, menyadari, bersikap positif dan akhirnya berperilaku sesuai dengan wawasan kearifan dalam mengelola alam. Proses ini bukanlah hal yang sederhana karena kebiasaan sehari-hari kita, nilai-nilai, keyakinan dan wawasan kita yang seringkali juga dikuatkan oleh kebanyakan orang, dapat membuat kita tidak peka terhadap upaya melestarikan alam. Partisipasi untuk melestarikan, peduli dan berperilaku positif sesuai dengan wawasan kearifan dalam mengelola lingkungan sesungguhnya berakar pada sikap seseorang bukan karena adanya jenis kelamin yang berbeda dan sikap ini bisa saja muncul dari lingkungan terkecil kita, di rumah atau di keluarga kita yang dilakukan oleh anggota keluarga kita yang tidak lagi mempermasalahkan peran perempuan dalam mengelola lingkungan hidup.

Pengelolaan Sumber Daya Air bertujuan untuk meningkatkan perbaikan fungsi lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam dalam upaya mengendalikan perusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup pada air dan keanekaragaman hayati demi kesejahteraan manusia. Manusia perempuan dan laki-laki berhak untuk hidup sejahtera dalam keseimbangan dan keselarasan dengan alam. Perempuan berperan penting dalam pengembangan pola produksi dan konsumsi yang berkesinambungan dan sehat secara ekologi serta pengelolaan lingkungan (Konferensi PBB tentang lingkungan hidup dan pembangunan).

Perempuan juga berperan dalam menggerakkan masyarakat untuk memperbaiki Sumber Daya Air, akan tetapi karena adanya relasi gender (subordinasi, stereotype) perempuan kurang dilibatkan dalam pengelolaan Sumber Daya Air. Pembangunan Sumber Daya Air seharusnya memberi akses, partisipasi, kontrol dan manfaat yang adil bagi perempuan dan laki-laki dalam pengelolaan dan pemanfaatnya. Akibat peran dan tanggung jawab yang dikonstruksi masyarakat (gender) yang melekat pada diri perempuan atau laki-laki, maka salah satu jenis kelamin tidak diperhitungkan ketika merancang kebijakan atau program sehingga tidak mempunyai akses terhadap sumberdaya pembangunan.

Prinsip keadilan pengelolaan sumber daya air bagi semua sudah selayaknya dimaknai sebagai upaya memberi peluang yang sama untuk menikmati sumber daya alam tersebut bagi manusia.

19

Page 20: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Ketidakadilan pengelolaan yang selama ini ada termasuk yang berbasis gender harus semakin dikurangi. Mendorong pengelolaan yang adil termasuk yang berbasis gender akan memberi kesejahteraan masyarakat yang lebih merata.

B. Issu Gender dalam Pengelolaan Sumber Daya Air

Kebutuhan perempuan dan laki-laki berbeda sehingga harus dipertimbangkan dalam menyusun kebijakan atau program pembangunan Sumber Daya Air. Apabila tidak dipertimbangkan salah satu jenis kelamin bisa kurang mendapat manfaat pembangunan. Dalam relasi gender seringkali partisipasi perempuan rendah karena perempuan termarginalkan dan tersubordinasi sehingga tidak didengar suaranya dalam pengambilan keputusan. Berkaitan dengan adanya relasi gender yang tidak setara, aspek kontrol (penguasaan) terhadap informasi, pelatihan, kredit dan lain-lain, menempatkan perempuan pada sisi yang terpinggirkan.

Isu gender yang sering terjadi dalam bidang Sumber Daya Air antara lain: 1. Rendahnya akses dan partisipasi perempuan dalam pengambilan

keputusan pengelolaan Sumber Daya Air di berbagai tingkatan mulai dalam rumah tangga sampai tingkat nasional dan internasional.

2. Akses dan kontrol perempuan yang tidak adil pada pendidikan, informasi, pelatihan, modal, lahan, dan teknologi tentang Sumber Daya Air.

3. Adanya ketidakadilan dalam menikmati manfaat pembangunan Sumber Daya Air. Perempuan mendapatkan beban yang lebih besar dalam pelestarian dan dampak kerusakan lingkungan. Akibatnya, dampak negatif degradasi Sumber Daya Air pada perempuan lebih besar daripada laki-laki

Menurut Conley & Midgley (1988, dalam Lidonde, 2002), pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) terpadu adalah pendekatan manajemen strategis yang mempertimbangkan keberagaman dan saling ketergantungan di antara para pengguna Sumber Daya Air dalam konteks sosial, lingkungan, ekonomi, dan budaya. Salah satu prinsip Dublin Principles yang dideklarasikan di konferensi internasional air dan lingkungan di Dublin, Januari 1992, menyebutkan, perempuan berperan penting dalam penyediaan, pengelolaan, dan pelestarian sumber daya air. Prinsip tersebut disusun karena peran perempuan sebagai pelaku utama dalam pengelolaan air. Dalam rumah tangga, misalnya, aktivitas seperti mencuci, membersihkan rumah dan memasak, sebagian besar adalah tanggung jawab perempuan. Pelaksanaan prinsip di atas perlu

20

Page 21: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

kebijakan positif yang mengarah kepada pengakuan bahwa perempuan mempunyai keinginan dan kepentingan spesifik dalam pengelolaan Sumber Daya Air dan diperlukan pemberdayaan perempuan untuk aktif dalam pengelolaan Sumber Daya Air.

Di Dalam Agenda 21, hasil konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai lingkungan di Rio de Janeiro tahun 1992 disebutkan, pengelolaan Sumber Daya Air terpadu pada wilayah sungai dilakukan berdasarkan pendekatan partisipasi publik yang melibatkan peran perempuan, generasi muda, dan komunitas lokal dalam penetapan kebijakan pengelolaan Sumber Daya Air. Program Water for Life Decade yang dicanangkan PBB menyebutkan, perempuan merupakan pemeran utama dalam penyediaan, pengelolaan, dan pelestarian Sumber Daya Air.

United Nation (UN)-Water (2005) juga merekomendasi beberapa aksi dalam kaitannya dengan program Water for Women, antara lain melibatkan perempuan dan pria dalam penentuan kebijakan; memerhatikan keleluasaan pribadi, dan keamanan untuk perempuan terkait dengan lokasi dan desain fasilitas sanitasi; meningkatkan akses terhadap air untuk semua; dan mendorong kesamaan kesempatan antara pria dan perempuan dalam program pelatihan dan pendidikan pengelolaan Sumber Daya Air dan sanitasi.

Di sebagian besar dunia, perempuan dan anak perempuan secara tradisional bertanggung jawab untuk suplai air rumah tangga dan sanitasi, dan memelihara lingkungan rumah higienis. Sebagai manajer di tingkat rumah tangga, wanita juga memiliki saham lebih tinggi pada perbaikan pelayanan air dan sanitasi dan fasilitas mempertahankan. UNICEF bekerja untuk memastikan bahwa perempuan terlibat langsung dalam perencanaan dan pengelolaan air bersih dan program sanitasi. Perempuan dan anak perempuan menanggung beban mengambil air dan sebagai akibatnya kehilangan kesempatan untuk pendidikan, kegiatan produktif atau waktu luang.

Perempuan menanggung beban: waktu yang dihabiskan mengambil air di Afrika (MICS dan survei DHS dari 18 negara Afrika pada tahun 2005 dan 2006).  Kementrian kesehatan pada kesempatan nya dalam Pelatihan Fasilitator Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Bandung pada bulan maret 2011 menyampaikan mengenai Permasalahan Kesehatan terkait Air, Sanitasi, dan Higiene di Indonesia dimana dipaparkan bahwa kondisi sanitasi dan hygiene di Jawa Barat menurun. Faktor yang menyebabkan adalah kemiskinan, lingkungan kumuh, keadaan sanitasi yang buruk.

21

Page 22: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Hasil kajian Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup tahun 2010 yang dilakukan Pusat Studi Wanita UGM menunjukkan bahwa permasalahan pengelolaan Sumber Daya Air memberi dampak terhadap perempuan dan laki-laki yang berbeda dan cenderung dampak negatif lebih dirasakan perempuan. Hasil kajian menunjukkan bahwa masih terjadi marginalisasi, subordinasi, stereotype, kekerasan dan beban kerja yang timpang antara perempuan dan laki-laki dalam pengelolaan Sumber Daya Air.

Hasil kajian juga menemukan penggunaan air oleh masyarakat menunjukkan: (1) pada masyarakat di daerah aliran sungai (DAS) menunjukkan prevalensi infeksi saluran kemih yang terjadi pada perempuan lebih banyak dari laki-laki karena perempuan lebih banyak terpapar pada air sungai yang tercemar; (2) bencana alam, sosial dan tingkat pencemaran yang tinggi, mengakibatkan perempuan semakin sulit untuk bisa mengakses air bersih dan menjaga keamanan pangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Di Kota Balikpapan menunjukkan bahwa banyak perempuan yang melakukan aktifitas di sekitar pantai (pasar tradisional dan pedagang kaki lima), sehingga memungkinkan terpapar air laut yang tercemar logam berat. Kontaminasi logam berat dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada mereka. Penelitian tersebut juga menemukan persentase yang tinggi dari anak-anak menderita infeksi usus yang disebabkan oleh parasit sebagai akibat dari kebersihan yang buruk dan sanitasi yang tidak memadai. Parasit mengkonsumsi nutrisi, memperburuk gizi buruk, menghambat perkembangan fisik anak-anak dan mengakibatkan kehadiran sekolah yang buruk.

Kondisi lain juga menunjukkan terjadi permasalahan di pesisir pantai yaitu banyaknya anak laki-laki yang putus sekolah akibat harus melaut pada musim panen ikan. Anak-anak juga dibebani tugas-tugas rumah tangga, seperti mengambil air baik untuk kebutuhan rumah tangga ataupun pertanian yang berdampak terjadi putus sekolah. Penggunaan air bersih dan sehat mutlak diperlukan seperti pada kegiatan di atas. Proporsi pengguna air pada kegiatan tersebut akan lebih banyak dilakukan Perempuan dari pada laki-laki.

Beberapa data hasil kajian tersebut menunjukkan betapa pentingnya PUG digunakan sebagai strategi pengelolaan Sumberdaya Air untuk menjamin pembangunan yang tepat sasaran dan menjaga aspek keadilan bagi semua.

22

Page 23: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

C. Relasi Gender dalam Sistem Produksi Sumber Daya Air

Sistem produksi sumber daya air terdiri dari beberapa sumber air terkait, meliputi air hujan sebagai sumber utama, air sungai dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai penyangga dan air tanah. Produksi air pada tiga sistem tersebut mempunyai berbagai permasalahan terutama bagaimana produksi air yang bersifat tetap, mampu mencukupi kebutuhan penduduk yang semakin bertambah dengan teknologi maju yang semakin banyak membutuhkan air.

Pengelolaan pada sistem produksi dengan menjaga pasokan pada kondisi terbaik merupakan usaha yang perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air bagi keberlangsungan kehidupan manusia. Menjaga kualitas dan kuantitas produksi sumber daya air akan menjaga keberlangsungan pemenuhan kebutuhan air. Relasi gender merupakan bagian tidak terpisahkan dalam pengelolaan sistem produksi air untuk menjaga bahwa setiap produksi air dengan segala dampak positif dan negatifnya bisa dipastikan berdampak adil bagi perempuan maupun laki-laki.

Berdasarkan siklus hidrologi dapat kita lihat ada beberapa jenis sumberdaya air yang dapat digunakan: Sumberdaya air itu untuk di Indonesia, dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu : sumberdaya air hujan, air permukaan dan air tanah.

1. Sumber Daya Air Hujan

Ketersediaan air di Indonesia, mencapai 15.000 meter kubik per kapita per tahun masih diatas rata-rata dunia yang hanya 8.000 meter kubik per kapita per tahun – namun jika ditinjau ketersediaannya perpulau sangat bervariasi. Pulau Jawa yang luasnya mencapai tujuh persen dari total daratan wilayah Indonesia hanya mempunyai 4,5% dari total potensi air tawar nasional.

Kondisi ini menggambarkan potensi kelangkaan air di Pulau Jawa sangat besar. Jika dilihat ketersediaan air perkapita per tahun, di Pulau Jawa hanya tersedia 1.750 meter kubik perkapita per tahun. Jumlah ini akan terus menurun sehingga pada tahun 2020 diperkirakan hanya akan tersedia 1.200 meter kubik per kapita pertahun. Potensi Krisis air juga terjadi di Bali, NTB dan Sulawesi Selatan.Ketersediaan air bersih baik air tanah, mata air dan DAS sangat dipengaruhi oleh curah hujan. Indonesia memiliki curah hujan yang

23

Page 24: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

besar yaitu 1000-4000 mm/tahun atau dapat dikatakan 2 – 22 mm/hari. Angka ini merupakanlah suatu potensi yang sangat baik sebagai ketersediaan sumberdaya air. Permasalahan utama di Indonesia adalah hujan ini tidak turun setiap hari. Indonesia mengenal 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Rata-rata musim ini akan berlangsung selama 6 bulan untuk pulau-pulau besar di Indoensia. Untuk pulau kecil bisa mencapai 220 hari hujan dalam satu tahun (BMG, 2006). Hal inilah yang menjadi penyebab utama ketidakseimbangan dalam ketersediaan air di Indonesia (water imbalance). Berikut adalah data curah hujan rata-rata di Indonesia:

Tabel 3.1 Persentase Curah Hujan Tahunan Rata-Rata Wilayah Indonesia

Wilayah Curah Hujan Rata-rata (mm/tahun)

< 1000 1000-2000

2000-3500

3500-5000

>5000

Sumatra Jawa Bali dan Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku Papua

12.0 0,8

6,2 29,5 69,5 4,7 30,9 26,4 15,7

71,5 56,0 16,3 66,3 66,1 71,9 40,3

21,5 12,6 2,1

29,0 23,0 1,7

33,7

0,8 1,9 10,3

Indonesia 1,0 16,2 59,7 20,5 2,6 Sumber : Las, dkk, 2007

Air hujan adalah sumber utama dari produksi air yang akan mengisi air pada DAS dan juga air tanah. Produksi air hujan bisa dimanfaatkan langsung oleh masyarakat terutama untuk memenuhi kebutuhan pertanian dan rumah tangga. Pada musim hujan, kebutuhan air untuk pertanian sangat cukup di penuhi dari air tersebut sehingga tidak lagii membutuhkan air irigasi dan juga air tanah (pompa). Kebutuhan rumahtangga akan air bersih pada musim hujan juga lebih dari cukup. Banyak rumah tangga dengan tingkat pemenuhan air bersih sangat sulit dimusim kemarau memanfaatkan air hujan sebagai cadangan dengan membuat bak-bak penampungan (tandon air).

24

Page 25: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Pemanfaatan air hujan untuk air minum dan air bersih untuk kebutuhan sehari hari adalah hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat. Apalagi di daerah pedalaman dan daerah yang belum dijangkau oleh jalur pipa distribusi PDAM. Penggunaan air hujan dilakukan dengan menampung air hujan tersebut dalam drum dan bak-bak penampungan air. Namun sebaliknya pada saat hujan tidak turun (apalagi musim kemarau) maka penduduk sangat kesulitan untuk memperoleh air minum dan air bersih untuk kebutuhan sehari hari. Bahkan penduduk sampai berjalan jauh ke sumber mata air untuk sekedar mendapatkan air bersih.

Pemanfaatan air hujan untuk air bersih untuk keperluan Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) sebenarnya tidak ada masalah, hanya yang perlu diperhatikan adalah penggunaan air hujan untuk air minum, karena kandungan rata rata air hujan di Indonesia :

Mineral rendah Kesadahan rendah PH rendah ( antara 3,0 s/d 6,0 ) Kandungan Organik tinggi ( > 10 ) Zat besi tinggi ( > 0,3 )

Penggunaan air hujan untuk air minum dalam jangka panjang dikhawatirkan akan menyebabkan rapuhnya tulang dan gigi.

Untuk masyarakat perkotaan Indonesia, ketersediaan air hujan sebagai salah satu sumberdaya air seringkali terlupakan. Hujan yang turun secara intensif lebih sering dianggap sebagai bahaya banjir yang akan datang daripada sebagai sumber air yang sangat diharapkan. Di

25

Contoh Kasus:

Hasil kajian Penanggulangan Bencana yang Responsif Gender di Gunungkidul, Yogyakarta (2009) menunjukkan bahwa prosentase penggunaan air hujan (tandon) meliputi untuk minum ternak 30%, MCK 50%, memasak 10% dan air minum 10%. Air hujan tersebut disimpan dalam Penampung Asir Hujan (PAH). Hingga 12 Maret 2009, penampungan air hujan yang dibangun secara gotong royong telah mencapai 1.023 unit. Jumlah tersebut dibangun oleh 357 kelompok masyarakat dari sekitar 9.000 keluarga atau sekira 35.000 warga masyarakat dari Kecamatan Patuk dan Gedangsari, Gunung Kidul.

Apabila di telaah lebih jauh maka pemanfaat air hujan tersebut jauh lebih banyak digunakan perempuan di bandingkan dengan laki-laki. Pada musim kemarau sebagian besar laki-laki di Gunungkidul akan merantau ke kota untuk bekerja karena lahan sawah sedang kering. Perempuan yang tinggal di rumah akan memanfaatkan air hujan dalam tandon tersebut untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Dalam jangka panjang perempuan akan terdampak karena meminum air hujan yang memiliki kandungan mineral yang rendah.

Kondisi lain menjelaskan bahwa pembangunan tandon air rumah tangga lebih banyak dilakukan di bagian depan rumah yang jauh dengan seringnya perempuan beraktifitas menggunakan air tersebut yang biasanya banyak dilakukan di dapur yang berlokasi di bagian belakang rumah. Perempuan harus mengambil air tersebut untuk di bawa ke dapur untuk melakukan kegiatan domestiknya.

Page 26: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Indonesia, teknologi pengumpulan air hujan sebenarnya bukanlah suatu ide yang baru. Masyarakat di daerah transmigran dan pedesaan yang terletak jauh dari sungai, sudah lama memanfaatkan teknologi ini. Di perkotaan, konsep sumur resapan pun menggunakan ide pengumpulan air hujan. Selain untuk sumur resapan, tampungan air hujan ini digunakan untuk peruntukkan air baku perunit rumah di daerah perkotaan

Kendala dalam pengumpulan air ini adalah kekhawatiran warga kota akan kualitas air hujan. Hujan asam (hujan dengan pH dibawah 5,6) serta kualitas udara kota yang kurang baik sering menjadi penyebab kekhawatiran warga kota untuk menggunakan air ini. Salahsatu upaya pemecahan yang ditawarkan adalah memasang saringan alami sebelum air masuk ke bak penampungan dan mengukur pH air tampungan sebelum digunakan dengan menggunakan pH meter atau kertas lakmus. Jika memang kualitas tidak terlalu baik, air tampungan ini sebaiknya digunakan untuk kebutuhan air baku saja dan tidak diminum (non pottable use).

2. Sumberdaya Air Tanah.

Bumi Indonesia mempunyai potensi air tanah yang tersimpan di bawah permukaan dalam sistem akifer. Air tanah ini berasal dari proses infiltrasi yang besarnya kira-kira 10 persen dari rata-rata curah hujan tahunan. Penelitian Departemen ESDM menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai potensi air tanah sebesar 485 x 109 m3 per tahun yang terdiri dari air tanah bebas sebesar 472 x 109 m3 dan airtanah tertekan sebesar 12,6 x 109 m3. Dari potensi airtanah sebesar itu, sekitar 67 persen berada di Sumatra dan Papua (Anonim, 2004b).

Peran air tanah sebagai sumber daya yang melengkapi air permukaan untuk pasokan air yang terus meningkat dapat dipahami karena beberapa keuntungannya yaitu : kualitas air yang umumnya baik, biaya investasi relatif rendah, dan pemanfaatannya dapat dilakukan di tempat yang membutuhkannya (insitu). Namun pengambilan air tanah yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap sumber daya itu sendiri maupun lingkungan sekitarnya seperti intrusi air laut, pencemaran akuifer, penurunan kualitas air tanah akibat pemompaan yang berlebih dan amblesan tanah (land subsidence). Melihat hal ini, penggunaan air tanah sebaiknya dilakukan apabila sumberdaya air lainnya tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan air untuk berbagai keperluan baik jumlah maupun mutunya.

26

Page 27: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Penggunaan air tanah biasanya dilakukan dengan membuat sumur ataupun pompa air. Kondisi rumah tangga di perkotaan lebih banyak menggunakan sumur atau pompa air pribadi yang berada di dalam rumah dan sudah dialirkan pada tempat-tempat penggunaan air. Permasalahannya terletak pada tingkat pecemaran air tanah oleh zat kimia atau logam berbahaya. Disamping itu penggunaan air tanah dalam oleh industri dengan pompa kapasitas besar berpotensi mengurangi rpoduksi air tanah dangkal yang digunakan rumah tangga.

Di daerah pedesaan, pemanfaatan air tanah biasanya menggunakan sumur pribadi dengan tenaga manusia ataupun sumur-sumur umum. Apabila terjadi penurunan produksi air pada sumur-sumur tersebut akan berdampak langsung pada pemenuhan kebutuhan air domestik yang cenderung menjadi tanggung jawab perempuan. Produksi air tanah yang konsisten di dalam rumah tangga pedesaan, akan mengurangi beban kerja perempuan

Menjaga konsistensi produksi air tanah baik secara kualitas mapun kuantitas baik di perkotaan maupun di pedesaan akan memberi dampak yang signifikan terhadap kesehatan dan beban kerja masyarakat terutama perempuan yang lebih banyak bersentuhan dengan air untuk kepentingan domestik.

3. Sumberdaya Air Permukaan

Indonesia, sebenarnya merupakan salah satu diantara negara-negara yang kaya air setelah Brasil, Rusia, Cina, dan Kanada. Hal ini tercermin juga pada potensi ketersediaan air permukaan, terutama dari sungai, yang menurut catatan Departemen Pekerjaan Umum (2006), memiliki debit rata-rata 15.500 meter kubik per kapita per tahun, jauh melebihi rata-rata dunia yang hanya 600 meter kubik per kapita per tahun.

Air permukaan terdiri dari air yang ada di dalam danau, situ, waduk/resevoir buatan, dan yang mengalir di sungai. Berdasarkan studi Ditjen Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum pada tahun 1994, potensi air permukaan di Indonesia adalah sebesar 1.789 miliar m3/tahun. Potensi air tersebut tersebar di berbagai pulau, antara lain Papua sebesar 1.401 x 109 m3/tahun, Kalimantan sebesar 557 x 109 m3/tahun, dan Jawa sebesar 118 x 109 m3/tahun. Air permukaan tersebar di berbagai badan air yaitu 5.886 buah sungai, 1.600 buah danau/situ, serta waduk dan rawa seluas 33 juta hektar.

Ketersediaan air waduk dan situ secara signifikan akan berpengaruh terhadap pemenuhan air baik diperkotaan untuk industri dan rumah

27

Page 28: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

tangga, serta di pedesaan untuk pertanian dan rumah tangga. Kualitas dan kuantitas air pada sumber tersebut merupakan potensi dalam memasok air bersih pada masyasarakat.

Hasil pengukuran rutin pada beberapa sungai besar di Indonesia yang dilakukan oleh Departemen Pekerjaan Umum menunjukkan bahwa pada umumnya volume air sungai cukup besar, yaitu di atas 1.000 juta m3 (terlihat pada tabel 2). Hasil pengukuran tersebut mendapatkan tiga sungai yang mempunyai volume kurang dari 100 juta m3, yaitu Sungai Asahan di Sumatra Utara, Kali Pemali di Jawa Tengah, dan Sungai Palu di Sulawesi Tengah. Potensi air permukaan lainnya adalah danau dan situ. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum, Indonesia memiliki tidak kurang dari 1.600 danau dan situ dengan volume tampung total lebih dari 53 x 1012 m3.

Dalam sejarahnya air sungai memegang peranan penting dalam pengembangan kota-kota di Indonesia. Hampir semua kota di Indonesia terkenal dengan sungainya. Jakarta dengan Ciliwungnya Palembang dengan sungai Musinya, Samarinda dengan sungai Mahakamnya dan banyak lagi. Namun demikian dalam perkembangannya produksi air sungai menjadi permasalahan kota karena pencemaran. Produksi yang melimpah, tidak bisa digunakan secara maksimal karena pencemaran. Penduduk yang dengan terpaksa menggunakan air sungai yang tercemar dalam jangka panjang akan terkena dampak berupa penurunan derajad kesehatannya.

Permasalahan yang utama adalah debit sungai yang mengacu kepada ketersediaan curah hujan yang tetap setiap tahunnya tidak dapat mengimbangi pertumbuhan penduduk yang luar biasa. Sebagai contoh : di Pulau Jawa yang penduduknya mencapai 65 persen dari total penduduk Indonesia, hanya tersedia 4,5 persen potensi air permukaan nasional (Dep.PU, 2006). Faktanya, jumlah ketersediaan air sungai di Pulau Jawa yang mencapai 30.569,2 juta meter kubik per tahun tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air bagi seluruh penduduknya. Artinya, di pulau yang terpadat penduduknya itu selalu mengalami defisit, paling tidak hingga 2015. Ini akan terus meningkat jika tidak ada upaya konservasi dan efisiensi pemanfaatannya.

Permasalahan lainnya adalah ketersediaannya pun sangat fluktuatif antara musim hujan dan musim kemarau. Catatan Departemen PU (2006) menunjukkan, pada musim hujan debit air di Sungai Cimanuk, misalnya, mencapai 600 meter3/detik, tetapi pada musim kemarau hanya 20 meter3/detik.

28

Page 29: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Di Indonesia, penggunaan air permukaan dengan cara dibendung menjadi sumber utama penyediaan air kota oleh pemerintah (PDAM) dan air irigasi umtuk pertanian wilayah perdesaan. Permasalahan yang muncul adalah perluasan kota yang sangat cepat tidak dapat diimbangi oleh ketersediaan debit air yang memadai. Sudah menjadi rahasia umum bagi masyarakat perkotaan, bahwa mereka yang tinggal jauh dari pusat distribusi air PDAM hanya mendapatkan air baku di malam hari atau malah tidak sama sekali.

D. Relasi Gender dalam Sistem Distribusi Sumber Daya Air

Sistem distribusi air merupakan bagian penting pengelolaan Sumber Daya Air untuk kepentingan manusia. Tuntutan kebijakan distribusi air yang adil tidak saja dihadapkan semata-mata  pada problem kelangkaan air namun juga pada prinsip pemenuhan kebutuhan dasar manusia terhadap air.  Kebijakan distribusi air yang adil (termasuk adil gender) pada keadaan ini tidak saja hanya tergantung pada kearifan pemerintah namun juga harus didukung dengan kemauan masyarakat bekerja sama memahami, menyadari dan akhirnya merelakan pihak lain juga memperoleh pemenuhan yang seimbang akan haknya terhadap air. Keadilan akan tercapai apabila ada bentuk kerja sama sosial. Dengan kata lain keadilan air hanya akan terpenuhi apabila masyarakat mau saling bekerja sama untuk menjamin terciptanya pemenuhan hak atas air semua anggotanya.

Secara praktis tuntutan kerjasama sosial dianggap tidak lebih penting dibandingkan dengan praktek kooptasi dan dominasi sumber daya air untuk kepentingan segelintir orang seperti halnya privatisasi air dengan mengusung dalih pemenuhan kualitas, kuantitas, realibilitas pasokan air kepada masyarakat. Prinsip-prinsip ekonomi yang melekat pada privatisasi secara sengaja diarahkan pada keuntungan kelompok-kelompok terbatas dengan mengabaikan kebutuhan kelompok-kelompok masyarakat miskin yang tak terlayani dan tidak mampu bersaing secara ekonomi.

Dari sudut pandang kebijakan, definisi keadilan lingkungan dapat dirumuskan sebagai upaya yang berkaitan dengan bagaimana proses kebijakan suatu agenda terjadi dan bagaimana kerugian atau resiko dan keuntungan didistribusikan diantara kelompok masyarakat kaya dan miskin” dan kuat serta marginal (Anand, 2004). Dengan kata lain ada keterkaitan antara suatu kebijakan lingkungan dan tindakan yang dilakukan untuk menjamin pembagian yang adil antara  kerugian dan keuntungan secara lingkungan (Wenz, 1988: 4).   Pertimbangan untuk melakukan pembagian keuntungan dan kerugian lingkungan dalam

29

Page 30: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

masyarakat akan selalu mengandung berbagai perbedaan dalam cara-cara sebagai berikut (Dobson, 1998: 6):

1. prinsip distribusi yang digunakan untuk melakukan pembagian2. ide atau gagasan mengenai keuntungan dan kerugian

lingkungan3. pemahaman masyarakat mengenai keberlanjutan lingkungan

 Keadilan lingkungan untuk air ditandai dengan bagaimana setiap kelompok masyarakat dapat memperoleh akses yang sama pada air bersih sebagai jaminan pemenuhan hak asasinya atas air. Keadilan tersebut dijamin dengan regulasi dan perlakuan yang non-diskriminasi dari tingkat peraturan sampai pada implementasinya diantara berbagai kelompok masyarakat. Distribusi air dalam konteks keadilan lingkungan dimaksudkan untuk memenuhi hak manusia atas air, bukan untuk kepentingan kelompok atau pasar sebagaimana yang diyakini dalam ideologi water market. Water market memfasilitasi pemilik hak atas air untuk melepaskan atau menjual kepada pihak lain yang mempunyai kemampuan membayarnya (The Environmental Justice Coalition for Water, 2005: 36). Ideologi ini mendistribusikan air atas dasar kekuatan ekonomi dan prinsip permintaan (Ibid). Selain itu secara prosedural ada jaminan bagi kelompok masyarakat manapun tidak terkecuali kelompok masyarakat yang miskin dan termaginalkan  dapat berpartisipasi secara sama dalam setiap level pengambilan keputusan.

Konsep keadilan air perlu dipertimbangkan untuk menjaga kepentingan yang menyangkut wilayah public dan wilayah privat. Berbagai kasus distribusi air menunjukkan bahwa factor ekonomi menjadi orientasi utama. Orientasi keuntungan dari penjualan air dengan sengaja telah dijadikan dasar melakukan pembatasan akses petani terhadap air. Air dialokasikan kepada pihak-pihak yang membayar. Petani tidak lagi dapat dengan mudah mengalirkan air ke lahan pertaniannya. Ada aturan masa tanam regional yang harus dipatuhi terkait dengan ketersediaan air irigasi untuk jangka waktu tertentu. Di luar masa itu petani hanya akan mengalami kerugian sebab tidak  akan ada panen karena keterbatasan air yang dapat digunakan untuk mengairi lahan pertanian.  Masalah keadilan dan ketidakadilan distribusi sumber daya selalu terjadi karena sebab kelangkaan. Pemahaman kelangkaan sumber daya dalam  konteks ini sama dengan kelangkaan material seperti yang dimaksudkan John Rawls ketika menjelaskan ‘the circumstance of justice’ (Katzner, 1980). Prinsip keadilan pulalah yang menjadi persoalan ketika dilakukan pembagian atas barang publik atau sosial. Hal keadilan akan muncul bila seseorang mengklaim atau menyatakan diri sebagai orang yang paling berhak atas barang publik atau sosial tertentu. Jika kondisi sumber daya sangat berlimpah dan mencukupi untuk semua orang sebanyak yang diinginkan dan

30

Page 31: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

dibutuhkan, maka pertanyaan “bagaimana sumber daya tersebut akan dibagi tidak akan muncul dalam keadaan ini”.

1. Air Bersih Berbasis DAS dan Keterlibatan Masyarakat

Indonesia memiliki sedikitnya 5.590 sungai utama dan 65.017 anak sungai. Dari 5,5 ribu sungai utama panjang totalnya mencapai 94.573 km dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 1.512.466 km2. Selain mempunyai fungsi hidrologis, sungai juga mempunyai peran dalam menjaga keanekaragaman hayati, nilai ekonomi, budaya, transportasi, pariwisata dan lainnya.

DAS adalah suatu wilayah yang mengalirkan air yang jatuh di atasnya beserta sedimen dan bahan terlarut melalui titik yang sama  sepanjang suatu aliran atau sungai. Apabila ada kegiatan di suatu DAS maka kegiatan tersebut dapat mempengaruhi aliran air di bagian hilir baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Penebangan hutan secara sembarangan di bagian hulu suatu DAS dapat mengganggu distribusi aliran sungai di bagian hilir. Pada musim hujan air sungai akan terlalu banyak bahkan sering menimbulkan banjir tetapi pada musim kemarau jumlah air sungai akan sangat sedikit atau bahkan kering. Disamping itu kualitas air sungai pun menurun, karena sedimen yang terangkut akibat meningkatnya erosi cukup banyak. Perubahan penggunaan lahan atau penerapan agroteknologi  yang tidak cocok pun dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas air yang mengalir ke bagian hilir.

Laju erosi suatu DAS dapat dijadikan salah satu indikator kecepatan proses pengrusakan (degradasi) DAS. Untuk menilai laju erosi yang terjadi di suatu DAS, petunjuk dasar yang mudah diperoleh adalah konsentrasi sedimen dalam aliran permukaan (Sinukaban 1981). Berdasarkan konsentrasi sedimen dalam air sungai, laju erosi di beberapa  DAS di Indonesia pada 30 – 40 tahun yang lalu sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan (Badrudin Mahbub, 1978) dan di banyak tempat sudah lebih besar dari erosi yang dapat ditoleransikan (Sinukaban 1994). Dari perkembangan pengamatan ternyata laju erosi saat ini sudah semakin meningkat dan sudah jauh lebih gawat dari pada keadaan 30 – 40 tahun yang lalu, terutama pada DAS kategori prioritas I.

31

Page 32: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Gb. 2 Daerah Aliran Sungai

Banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau adalah indikator utama kerusakan DAS yang sangat jelas. Pada dasarnya banjir terjadi karena sebagian besar dari hujan yang jatuh ke bumi tidak masuk kedalam tanah mengisi akuifer, tetapi mengalir di atas permukaan yang pada gilirannya masuk ke sungai dan mengalir sebagai banjir ke bagian hilir. Hal ini terjadi karena kapasitas infiltrasi tanah sudah menurun akibat rusaknya DAS. Faktor utama kerusakan DAS yang mengakibatkan menurunnya infiltrasi adalah: (1) hilang / rusaknya penutupan vegetasi permanen / hutan di bagian hulu, (2) pengunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, dan (3) penerapan teknologi pengelolaan lahan / pengelolaan DAS yang tidak memenuhi syarat yang diperlukan. Oleh karena itu perlu adanya konservasi yang melibatkan masyarakat.

Tipe teknik konservasi tanah dan air yang banyak diterapkan di seluruh dunia termasuk dalam pengelolaan DAS di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok utama yaitu agronomi, vegetatif, struktur, dan manajemen (WASWC, 1998). Kajian yang dilakukan di Jawa Barat (2007) menunjukkan masing-masing kelompok teknik konservasi tersebut menuntut keterlibatan masyarakat yang intensif.

Tipe teknik konservasi tanah dan air yang dikelompokkan ke dalam kelompok agronomi antara lain penanaman tanaman campuran (tumpang sari), penananam berurutan (rotasi), penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimum, penananam tanpa olah tanah, penanaman mengikuti kontur, penananam di atas guludan mengikuti kon tur, penggunaan pupuk hijau atau pupuk buatan, dan penggunaan kompos

32

Page 33: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Tabel berikut menunjukkan kecenderungan partisipasi masyarakat dalam konservasi tipe Agronomi berdasarkan gender dalam pola konservasi lahan.

Tabel 3.2 Keterlibatan Masyarakat dalam Konservasi Lahan tipe Agronomi

Tipe teknik konservasi Keterlibatan MasyarakatL P

tumpang sari Ya Yarotasi Yapengolahan tanah Yapenggunaan pupuk Ya

Sumber: Diadaptasi hasil kajian Pengelolaan Irigasi Pedesaan di Gunung Kidul: 2002

Teknik konservasi tanah dan air yang  dikelompokkan ke dalam kelompok vegetatif antara lain penanaman tanaman pohon atau tanaman tahunan (seperti kopi, teh, tebu, pisang), penanaman tanaman tahunan di batas lahan (tanaman pagar), penanaman strip rum put (vetiver, rumput makanan ternak).

Tabel berikut menunjukkan kecenderungan partisipasi masyarakat dalam konservasi tipe Vegetatif berdasarkan gender dalam pola konservasi lahan.

Tabel 3.3 Keterlibatan Masyarakat dalam Konservasi Lahan tipe Vegetatif

Tipe teknik konservasi Keterlibatan MasyarakatL P

penanaman tanaman pohon Yapenanaman tanaman pagar Yapenanaman strip rumput Ya

Sumber: Diadaptasi hasil kajian Pengelolaan Irigasi Pedesaan di Gunung Kidul: 2002

Teknik konservasi tanah dan air yang dikelompokkan ke dalam kelompok struktur antara lain saluran penangkap aliran permukaan, saluran pembuangan air, saluran teras, parit penahan air (rorak), sengkedan, guludan, teras guludan, teras bangku, dam penahan air, dan embung pemanen air hujan.

33

Page 34: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Tabel berikut menunjukkan kecenderungan partisipasi masyarakat dalam konservasi tipe Struktur berdasarkan gender dalam pola konservasi lahan.

Tabel 3.4 Keterlibatan Masyarakat dalam Konservasi Lahan tipe Struktur

Tipe teknik konservasi Keterlibatan MasyarakatL P

penangkap aliran permukaan Yasaluran air Yasengkedan Yaembung Ya

Sumber: Diadaptasi hasil kajian Pengelolaan Irigasi Pedesaan di Gunung Kidul: 2002

Teknik konservasi tanah  dan air yang dikelompokkan ke dalam kelompok manajemen antara lain perubahan pengunaan lahan menjadi lebih sesuai, pemilihan usaha pertanian yang lebih cocok, pemilihan peralatan dan masukan komersial yang lebih tepat, penataan pertanian termasuk komposisi usaha pertanian, dan penentuan waktu persiapan lahan, penanaman, dan pemberian input.

Tabel berikut menunjukkan kecenderungan partisipasi masyarakat dalam konservasi tipe Manajemen berdasarkan gender dalam pola konservasi lahan.

Tabel 3.5 Keterlibatan Masyarakat dalam Konservasi Lahan tipe Manajemen

Tipe teknik konservasi Keterlibatan MasyarakatL P

perubahan pengunaan lahan Yapemilihan usaha pertanian YaPenentuan waktu pengolahan lahan Ya

Sumber: Diadaptasi hasil kajian Pengelolaan Irigasi Pedesaan di Gunung Kidul: 2002

Penerapan teknik konservasi tanah dan air yang memadai di berbagai proyek pengembangan pertanian dan penelitian telah membuktikan bahwa teknik konservasi tanah dan air mampu menstabilkan produktivitas pertanian dan bahkan pada beberapa tempat mampu

34

Page 35: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani (Sihite dan Sinukaban, 2004).

Kaum perempuan memiliki peran-peranutama dalam

mengumpulkan, mengangkut,menggunakan dan mengelola airdan memajukan praktek-praktek

saniter namun hampir tidak pernahdilibatkan dalam pembuatankeputusan dalam sektor ini.

Untuk menjaga kelestarian sumberdaya air di suatu DAS, penutupan vegetasi permanen harus tetap dijaga kelestariannya, penggunaan lahan harus sesuai dengan kemampuan lahan dan teknologi pengelolaan DAS harus memenuhi kaidah-kaidah konservasi tanah dan air. Di DAS yang didominasi oleh daerah pertanian, penerapan teknik konservasi yang memadai sangat diperlukan untuk meningkatkan infiltrasi dan menurunkan aliran permukaan yang pada gilirannya dapat melestarikan sumberdaya air.

Saat ini beberapa Daerah Aliran Sungai di Indonesia mendapatkan perhatian serius oleh pemerintah dalam upaya pemulihan kualitas air. Sungai-sungai itu terdiri atas 10 sungai besar lintas provinsi, yakni:

Sungai Ciliwung; Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta dengan DAS seluas 97.151 ha.

Sungai Cisadane; Provinsi Jawa Barat dan Banten dengan DAS seluas 151.283 ha

Sungai Citanduy; Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan DAS seluas 69.554 ha

Sungai Bengawan Solo; Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan DAS seluas 1.779.070 ha.

Sungai Progo; Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta dengan DAS seluas 18.097 ha

Sungai Kampar; Provinsi Sumatera Barat dan Riau dengan DAS seluas 2.516.882 ha

Sungai Batanghari; Provinsi Sumatera Barat dan Jambi dengan DAS seluas 4.426.004 ha

Sungai Musi; Provinsi Bengkulu dan Sumatera Selatan dengan DAS seluas 5.812.303 ha

Sungai Barito; Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan dengan DAS seluas 6.396.011 ha.

Sungai Mamasa (Saddang); Provinsi Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan dengan DAS seluas 846.898 ha.

35

Page 36: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Selain pada 10 sungai lintas provinsi juga pada 3 sungai strategis nasional, yaitu:

Sungai Citarum; Provinsi Jawa Barat dengan DAS seluas 562.958 ha.

Sungai Siak; Provinsi Riau dengan DAS seluas 1.061.577 ha. Sungai Brantas; Provinsi Jawa Timur dengan Daerah Aliran

Sungai seluas 1.553.235 ha.

Aliran sungai tersebut merupakan sumber utama penyediaan air beberapa kota dan desa yang dilaluinya.

2. Sungai sebagai Sistem Distribusi Air untuk Kepentingan Masyarakat

Terbatasnya sumber air yang menyebabkan harus dilakukannya pola distribusi di Indonesia sebenarnya terletak pada permasalahan bagaimana pemerintah dan masyarakat dalam menjaga sumber-sumber air. Pencemaran sungai yang hampir terjadi di semua Sungai di Indonesia menjadi contoh bagaimana sebenarnya sumber air yang melimpah di sekitar kita yang sebenarnya bisa digunakan menjadi tidak bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan manusia.

36

Page 37: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Tabel 3.6 Status Mutu Air Sungai di Indonesia

No Provinsi SungaiStatus Mutu Air dengan Metoda Indeks Pencemaran, Terhadap Baku Mutu Air Klas II dari PP 82/2001

Hulu Hilir1 Nangro Aceh Darusalam Krueng Tamiang MB CR2 Sumatera Utara Deli CR CR3 Riau Kampar CR CS4 Sumatera Barat Batang Agam CR CS5 Jambi Batang Hari CS CS6 Bengkulu Air Bengkulu CR CS7 Sumatera Selatan Musi CR CR8 Lampung W. Sekampung CR CR9 Bangka Belitung Rangkui CS CR10 Banten Kali Angke CR CS11 Banten – Jawa Barat Cisadane CB CS12 DKI Jakarta Ciliwung CB CB13 Jawa Barat Citarum CB CB14 Jawa Tengah-DIY Progo CR CS15 Jawa Timur Brantas CS CS16 Bali Tukad Badung CR CR17 Nusa Tenggara Barat Kali Dendeng MB CR18 Nusa Tenggara Timur Kali Jangkok CR CS19 Kalimantan Barat Kapuas CR CR20 Kalimantan Tengah Kahayan CR CS21 Kalimantan Selatan Martapura CR CS22 Kalimantan Timur Mahakam CR CR23 Sulawesi Utara Tondano CR CR24 Gorontalo Bone CR CR25 Sulawesi Tengah Palu CS CR26 Sulawesi Selatan Tallo CS CS27 Sulawesi Tenggara Konaweha CR CR28 Maluku Batu Gajah CR CS29 Maluku Utara Tabobo CS CS30 Papua Anafre CR CS

Keterangan: MB- memenuhi baku mutu air yang ditetapkan, CR-tercemar ringan, CS-tercemar sedang, CB-tercemar berat

Sumber: SLHI-2004, KLH yang telah di-update untuk S.Citarum, S.Ciliwung, dan S.Cisadane.

Limbah rumah tangga dan limbah industri merupakan sumber pencemaran utama sungai yang berada di wilayah perkotaan

37

Page 38: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

sedangkan yang berada diwilayah perdesaan limbah pertanian merupakan pemicu utama pencemaran sungai. Sebagai contoh buangan limbah rumah tangga di wilayah Jakarta menjadi beban pencemaran yang tinggi di sungai yang mengalir di wilayah tersebut.

Tabel 3.7 Jumlah Limbah Rumah Tangga Rata-rata Tahun 2010 di DKI Jakarta

Limbah Rumah Tangga Jumlah (ltr/orang hari)Limbah Toilet (tinja, air kencing, bilasan)

23

Limbah Non Toilet (air mandi, limbah cucian, limbah dapur dll)

124

Jumlah 147Sumber : Studi Pencemaran Air di DKI Jakarta 2009 (diolah)

Beberapa jenis limbah rumah tangga tersebut dihasilkan sangat kental dengan aktifitas perempuan.

Tabel 3.8 Jenis Limbah Rumah Tangga dan Penghasil Dominan

Jenis Limbah Rumah Tangga Pendukung Aktifitas DominanL P

Tinja Ya YaAir Kencing Ya YaBilasan Ya YaAir Mandi Ya YaLimbah cucian YaLimbah dapur YaLimbah kosmetik YaSumber : Studi Pencemaran Air di DKI Jakarta 2009 (diolah)

Di pedesaan distribusi air sangat kental dengan aktifitas pertanian. Dalam hal keadilan air, pemerintah harus segera meninjau kembali tanpa harus merasa kalah, Undang-Undang (UU) No 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air yang memberi peluang hak guna air kepada swasta yang secara nyata bertentangan dengan Pasal 33 UUD 1945. Selain menyengsarakan masyarakat dan petani, dampak negatif langsung dari implementasi UU itu sudah amat mengganggu sistem produksi pertanian nasional. Sebagai contoh terjadi penurunan indeks pertanaman di wilayah sekitar mata air dari 2,5 menjadi 1,8 dengan pendapatan yang amat rendah, bahkan tidak layak dibandingkan dengan upah minimum sekalipun. Pemerintah harus segera memberi alokasi dan distribusi sumber daya air kepada masyarakat secara memadai karena merekalah pemilik sejati (the real owner/stakeholder).

38

Page 39: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Kelangkaan air, umumnya memicu individu melakukan berbagai upaya untuk   memenuhi kebutuhannya, bahkan banyak tindakan negatif sepihak dilakukan disadari atau tidak akan mengabaikan kepentingan yang sama pihak lain  akan air.  Kesadaran petani akan keterbatasan aksesnya terhadap air di wilayah ini tampaknya mulai  mengkristal menjadi suatu gerakan menuntut keadilan. Kesadaran akan ketidakadilan air adalah akar dari aksi yang akan membentuk sebuah gerakan keadilan air. Analisis ini penting untuk mengidentifikasi apakah gagasan dari gerakan yang menuntut keadilan air sudah ada atau belum menjadi suatu kesadaran masyarakat di sebuah wilayah tertentu. Informasi yang dapat digunakan untuk menganalisis persoalan ini adalah; usaha-usaha yang dilakukan masyarakat untuk menuntut haknya serta tindakan pemerintah lokal untuk menjamin penegakan (Cable and Benson, 1993) hak atas air.

Berikut adalah usaha-usaha yang dilakukan petani dalam rangka melakukan pemenuhan kebutuhannya akan air irigasi (Rusmadi, 2010):

1. Melakukan pembobolan saluran air  dengan peralon dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan air sawah.

2. Melakukan penyedotan air dari saluran dengan pompa air baik secara pribadi maupun berkelompok.

3. Adanya sistem hukum rimba petani dalam melakukan pembagian air, siapa kuat dan mempunyai kekuasaan akan memperoleh alokasi air yang besar.

4. Melakukan tindakan tanam sendiri berdasarkan ketersediaan air. Hal ini dilakukan akibat ketidak jelasan pola tanam yang diatur oleh SK Gubernur Jawa Barat.

5. Rencana melayangkan protes kepada Presiden RI dan DPR RI tentang maraknya alih atau konversi lahan pertanian menjadi perumahan yang diijinkan oleh Pemerintah Daerah setempat.

Kelangkaan air pada sektor pertanian ternyata juga memberi beban yang lebih terhadap Perempuan. Hasil pertanian yang buruk akibat kekurangan air akan berdampak pada penurunan produksi pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan keluarga. Kajian Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan UGM (2002) menunjukkan bahwa Perempuan adalah pemeran utama dalam mencukupi kebutuhan pangan keluarga. Kegiatan diversifikasi pangan akibat kelangkaan beras menjadi tanggung jawab utama kelompok Perempuan dalam setiap keluarga.

C. Relasi Gender dalam Sistem Konsumsi Sumber Daya Air

39

Page 40: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Dalam acara Forum Air Dunia II (World Water Forum) di Den Haag (Maret, 2000) disebutkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang akan mengalami krisis air pada 2025. Penyebabnya antara lain kelemahan dalam pengelolaan air, seperti pemakaian air yang tidak efisien. Laju kebutuhan akan sumber daya air dan potensi ketersediaannya sangat pincang dan semakin menekan kemampuan alam dalam menyediakan air. Sumberdaya air secara kuantitatif akan semakin terbatas dan secara kualitatif akan semakin menurun. Sumberdaya air merupakan sumberdaya yang terbarui namun demikian kadang ketersediaannya tidak selalu sesuai dengan waktu, ruang, jumlah dan mutu yang dibutuhkan. Pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi telah meningkatkan kebutuhan air baik jumlahnya maupun kualitasnya. Sebagai contoh : Keperluan air di daerah perkotaan khususnya, semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi. Air khususnya di daerah perkotaan sekarang sudah merupakan komoditi yang “langka” dan relatif mahal.

Konsep keadilan pada konsumsi air selayaknya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan air pada berbagai sektor. Kepentingan publik harus mendapat prioritas lebih karena mernyangkut kepentingan bersama. Regulasi harus dijalankan secara adil dan jauh dari kepentingan ekonomi pemilik modal

1. Konsumsi Air Bersih daerah Perkotaan dan Perdesaan

Air merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup semua makhluk hidup termasuk manusia. Air juga sangat diperlukan oleh kegiatan komersial seperti kegiatan industri, pertanian, perikanan dan usaha perkotaan lainnya. Kota, menurut definisi universal, adalah sebuah area (urban) yang berbeda dari desa ataupun kampung berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum.

Kekhasan lain dari Kota adalah kebutuhan air baku yang secara umum lebih digunakan untuk :1. Keperluan Air Minum2. Air baku untuk kebutuhan rumah tangga (domestik)3. Air baku untuk industri perkotaan

Penyediaan air untuk masyarakat perkotaan haruslah memperhatikan kebutuhan dari komposisi ini secara berimbang. Setiap kota akan

40

Page 41: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

memiliki ciri khas tersendiri, untuk komposisi kebutuhan jenis air yang diperlukan. Kegagalan memahami kebutuhan yang nyata dalam penyediaan jenis sumberdaya air yang diperlukan, dapat mengakibatkan manajemen sumberdaya air berjalan tidak optimal.

Sedangkan untuk wilayah desa kebutuhan air baku secara umum lebih digunakan untuk:1. Keperluan Air Minum2. Air Baku untuk Kebutuhan rumah tangga3. Air baku untuk kegiatan pertanian dan peternakan

a. Konsumsi Air untuk Kebutuhan Domestik

Permasalahan air yang dihadapi saat ini adalah adanya peningkatan permintaan air dari berbagai sektor baik pertanian, industri, permukiman, perkotaan, pariwisata dll. Keadaan ini menyebabkan semakin ketatnya kompetisi penggunaan air antar sektor, selain itu masih lemahnya kelembagaan pemakai air serta belum optimalnya koordinasi kelembagaan pengelolaan air yang disebabkan oleh sikap ego sektor dan perbedaan kepentingan yang masih menonjol menyebabkan terhambatnya koordinasi antar sektor.

Pada tahun-tahun belakangan ini, sebagian besar angka pertumbuhan penduduk terpusat pada kawasan perkotaan. Pertumbuhan penduduk secara menyeluruh di negara-negara berkembang kira-kira 2,1 % setahun, tetapi di kawasan perkotaan lebih dari 3,5%. Daerah kumuh perkotaan atau hunian yang lebih padat di kota yang menyedot pemukim baru termiskin tumbuh dengan laju sekitar 7% setahun. Hunian pinggiran yang lebih padat sering dibangun secara membahayakan di atas tanah yang tak dapat digunakan untuk apapun, seperti bukit-bukit terjal yang labil atau daerah-daerah rendah yang rawan banjir. Kawasan semacam itu tidak sesuai dengan perencanaan kota manapun, dipandang dari segi tata-letak ataupun aturan baku. Kawasan semacam itu dianggap sah secara hukum dan bersifat "darurat", sehingga pemerintah kota biasanya tidak cepat melengkapinya dengan prasarana seperti jalan, gedung sekolah, klinik kesehatan, pasokan air, dan sanitasi. Namun sebenarnya hunian semacam ini tak pelak akan menjadi pola bagi kota yang harus dilayani dengan prasarana modern; hal ini mempunyai implikasi-implikasi baik untuk pemecahan secara teknis maupun secara lembaga yang akan diperlukan sebagai syarat supaya segala layanan mencapai semua orang dan berkesinambungan. Pemakaian air bersih terbesar per orang Indonesia tiap harinya adalah untuk mandi. Rata-rata pemakaian harian air bersih per orang

41

Page 42: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Indonesia adalah sebesar 144 L. Pemakaian terbesar adalah untuk mandi, yakni sebesar 65 L atau sekitar 45 % dari total pemakaian air bersih (Survey Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya pada tahun 2006). Sikat gigi dengan kran 1 menit = 6 L. Sikat gigi dengan gelas = 0,5 L, Mandi shower 5 menit = mandi bak 30 gayung = 30 L, Mandi bathtub standar = 100 LWC flush tipe baru = 6 L (1/2 flush = 3 L), Cuci mobil dengan ember = 75 L, Cuci mobil dengan selang = 300 L, Cuci mobil/siram tanaman dengan selang 30 menit = 180 L, Mesin cuci front loading = 100 L, Mesin cuci top loading = 150 L, Cuci piring dengan kran 15 menit = 90 L, Cuci piring dengan sink = 45 L, Kran/WC bocor per hari = 100 L (BPPT: 2008).

Berbagai kebutuhan air tersebut dapat dipenuhi dari beberapa sumber air antara lain sungai, sumur, danau dan air hujan. Khusus air minum pemenuhan kebutuhan untuk rumah tangga baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel 3.9 Sumber Air Minum Rumah Tangga Perkotaan dan Perdesaan

Sumber Air Minum Perkotaan PerdesaanLeding di dalam rumah 20,6 5,0Leding di halaman 2,5 1,6Leding Umum 4,0 2,3Sumur tak terlindung di dalam rumah 3,6 3,1Sumur tak terlindung di halaman 3,3 8,3Sumur tak terlindung umum 1,3 4,0Sumur terlindung di dalam rumah 19,6 12,9Sumur terlindung di halaman 12,3 17,6Sumur terlindung umum 5,4 10,8Mata air 3,3 22,8Sungai/kali 0,8 4,8Kolam/danau/dam 0,1 0,3Air hujan 1,8 2,4Truk Tangki 4,0 1,1Air botolan 17,3 2,6lainnya 0,2 0,3Tidak menjawab 0,0 0,0Jumlah 100 100

Sumber: Survai Demografi dan Kesehatan 2007

Berdasarkan survey tahunan perusahaan air yang dilaksanakan oleh BPS, rata-rata produksi air bersih oleh Perusaan Air Minum sepanjang tahun 2004-2009 sekitar 3.011 juta m3, sedangkan air bersih yang

42

Page 43: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

terdistribusi selama rentang waktu tersebut rata-rata sekitar 2.516 juta m3. Volume air bersih yang diproduksi dan didistribusikan pada tahun 2009 berturut-turut adalah 3.141 juta m3 dan 2.581 juta m3, sehingga persentase air bersih yang terdistribusi sekitar 82,17 persen dari volume air bersih yang diproduksi.

Diagram 3.1 Produksi dan Distribusi Air Bersih oleh Perusahaan Air Minum (juta m3), 2004-2009

Sumber: Statistik Lingkungan Hidup 2010

Produksi air bersih dari perusahaan air minum (PAM) yang minim membuat kebutuhan air bersih bagi kegiatan minum dan kegiatan domestik rumah tangga terganggu. Hasil kajian Universitas Negeri Semarang di Pati (2009) menunjukkan bahwa Perempuan mempunyai porsi paling besar dalam menggunakan air pada keluarga. Tabel berikut menggambarkan prosentase penggunaan air bersih dalam keluarga oleh anggota keluarga.

Tabel 3.10 Penggunaan Air Bersih Dalam Keluarga Oleh Anggota Keluarga.No Anggota Keluarga Penggunaan Air (%)1 Ayah 202 Ibu 30

43

Page 44: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

3 Anak laki-laki 204 Anak Perempuan 30

Sumber: Kajian Penggunaan air untuk Rumah Tangga, 2007

Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pemakaian air tersebut adalah pelaku utama dari aktifitas yang mempergunakan air tersebut. Keberlanjutan penyediaan air sangat tergantung pada bagaimana manusia berusaha untuk menjaga kelestarian air dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan penghematan pemakaian air. Apabila tujuannya adalah penghematan air maka sasaran utama “pencerdasan” adalah orang yang lebih banyak berkegiatan menggunakan air tersebut.

Di beberapa negara, masalah terbesar mengenai persediaan air bukan hanya dari masalah kelangkaan air dibanding dengan jumlah penduduk, melainkan dari kekeliruan menentukan kebijakan tentang air, dan baru menyadari masalah-masalah tersebut lama setelah akibat yang tak dikehendaki menjadi kenyataan. Jadi meskipun penambahan investasi dalam sektor ini diperlukan, penambahan itu perlu disertai dengan perubahan: Prioritas utama haruslah pada cara pemanfaatan paling bijak terhadap investasi besar yang telah ditanam dalam sektor ini setiap tahun. Kegiatan penghematan air harus melibatkan semua pihak seperti pada tabel potensi penghematan air dan sasarannya berdasarkan gender di bawah ini.

Tabel 3.11 Potensi Penghematan Air dan Sasarannya Berdasarkan Gender

Kegiatan Model Penghematan Sasaran DominanP L

Cuci Mobil Gunakan ember dan hindari menggunakan Ya

44

Page 45: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

slang yang terus mengalir

Siram Tanaman Gunakan ember dengan air secukupnya

Ya

Mandi Gunakan gayung dengan air secukupnya

Ya Ya

Sikat Gigi Gunakan air di gelas, hindari penggunaan kran yang mengalir

Ya Ya

Cuci Piring Gunakan air mengalir hanya pada waktu membilas

Ya

Memperbaiki Kran Bocor

Secepatnya memperbaiki kran bocor walaupun hanya berujud tetesan air

Ya

Studi identifikasi pola konsumsi air bersih yang dilakukan di daerah Cimahi (2009) menunjukkan rata-rata konsumsi air bersih rumah tangga adalah sekitar 147,74 l/org/hr. Jumlah konsumsi air bersih untuk setiap keperluan antara lain: MCK sebesar 57,53%, wudhu 14,60%, mencuci pakaian 11,17%, memasak 9,01%, menyiram tanaman 4,33%, kebersihan rumah 3,73%, mencuci kendaraan 2,46%, dan mengisi kolam atau akuarium 1,75%, dan minum 1,3%.

Pola konsumsi air bersih rumah tangga tersebut tergolong tinggi. Untuk itu diperlukan perubahan pola konsumsi air bersih rumah tangga sebagai upaya penghematan air bersih. Penghematan air bersih dapat efektif dilakukan jika responden bersedia untuk melakukan penghematan. Responden yang bersedia melakukan penghematan adalah sekitar 71,05%.

Upaya penghematan air bersih yang bisa dilakukan responden berdasarkan survei dan analisis adalah mengurangi frekuensi mencuci pakaian bagi responden yang mencuci tiap hari menjadi 2 atau 3 kali sehari, membatasi konsumsi air untuk MCK dan wudhu menjadi 50 dan 15 l/org/hr, dan menggunakan air bekas cucian dapur untuk menyiram tanaman. Penghematan ini dapat mengubah kebutuhan air bersih responden dari 147,74 l/org/hr menjadi antara 98,53-142,49 l/org/hr. Dengan perubahan tersebut, maka konservasi air yang dapat dicapai di Kota Cimahi adalah antara 0,04-0,37 dan 1-9,39 miliar liter per tahun.

45

Page 46: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Selain itu, penduduk diharapkan melakukan perubahan pola konsumsi air bersih rumah tangga sebagai upaya penghematan air dengan mengurangi frekuensi mencuci pakaian bagi penduduk yang mencuci tiap hari 3 hari sekali, membatasi konsumsi air bersih untuk keperluan MCK menjadi 50 liter per orang per hari, membatasi konsumsi air bersih untuk wudhu menjadi 15 liter per orang per hari, dan menggunakan air bekas cucian dapur (ikan, sayur, buah, dll) untuk menyiram tanaman.

Jumlah kerluarga yang bisa menikmati air bersih untuk mencukupi kebutuhannya mengalami peningkatan. Walaupun apabial dilihat secara umum keluarga yang bisa menikmati air bersih masih sangat rendah. Tingkat penggunaan air bersih dalam rumah tangga berdasarkan provinsi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.12 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air Bersih Menurut Provinsi, 2008 - 2009

Provinsi 2008 2009(1) (2) (3)

Aceh 41,23 48,61Sumatera Utara 52,27 56,52Sumatera Barat 49,51 53,55Riau 41,02 43,50Jambi 46,89 46,83Sumatera Selatan 48,23 51,54Bengkulu 31,31 37,97Lampung 45,01 45,20Kep.Babel 54,03 60,47Kep Riau 56,82 61,50DKI Jakarta 87,77 87,86Jawa Barat 50,41 55,62Jawa Tengah 58,09 61,93DI Yogyakarta 69,61 70,65Jawa Timur 65,16 67,08Banten 53,89 53,01Bali 74,57 80,38NTB 50,00 53,01NTT 45,13 45,34Kal. Barat 19,44 19,28Kal. Tengah 35,46 38,11Kal Selatan 54,00 55,45Kal. Timur 67,51 69,47Sul Utara 58,47 62,50Sul Tengah 45,74 49,64Sul Selatan 53,97 58,06

46

Page 47: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Sul Tenggara 56,04 59,31Gorontalo 41,29 48,46Sul Barat 44,91 47,68Maluku 46,92 56,68Maluku Urata 41,82 44,56Papua Barat 40,00 42,72Papua 27,83 31,39Indonesia 55,07 58,18

Sumber: Indikator Pembangunan Berkelanjutan 2010, BPSCatatan : Terdiri dari air kemasan, air isi ulang, ledeng, dan [sumur bor/pompa, sumur terlindung, serta mata air terlindung, dengan jarak ke tempat penampungan akhir tinja 10 m]

Tidak semua keluarga bisa memenuhi air bersih yang tersedia di dalam keluarga. Banyak keluarga yang kemudian mencari sumber air bersih yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Banyak keluarga yang harus mendapatkan air bersih di luar lingkungan keluarga tersebut berarti membutuhkan waktu khusus untuk pemenuhan kebutuhan air ter sebut. Tabel berikut menunjukkan waktu yang diperlukan oleh keluarga dalam pengadaan air bersih bagi keluarganya.

Tabel 3.13. Waktu Ke Sumber Air Rumah Tangga Perkotaan dan Perdesaan

Waktu ke sumber air Perkotaan PerdesaanTersedia di dalam rumah 87,5 70,3Kurang dari 30 menit 10,8 24,030 menit/lebih 1,0 4,7Tidak tahu/tidak menjawab 0,8 1,0Jumlah 100 100

Sumber: Survai Demografi dan Kesehatan 2007

Di wilayah pedesaan masyarakat lebih banyak membutuhkan waktu untuk mencari air bersih. Hal tersebut di sebabkan karena masyarakat pedesaan belum mendapat pelayanan air yang di berikan oleh pemerintah melalui PDAM.

Berkaitan dengan ketidaktersediaan air di dalam rumah tangga, maka perlu aktifitas untuk mencari air. Beberapa aktifitas mencari air di pedesaan maupun di perkotaan lebih banyak dilakukan oleh Perempuan ataupun anak Perempuan. Di daerah perdesaan aktifitas Perempuan dalam mencari air jauh lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Penyebab dari kondisi tersebut adalah anggapan bahwa air di dalam rumah tangga masuk dalam kebutuhan domestik yang dianggap pemenuhannya menjadi tanggung jawab Perempuan. Berikut adalah

47

Page 48: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

persentase orang yang biasa ke sumber air untuk mengambil air di wilayah perkotaan dan perdesaan.

Tabel 3.14 Orang yang Biasa Ke Sumber Air Perkotaan dan Perdesaan

Orang yang biasa mengambil air Perkotaan PerdesaanWanita Dewasa 15+ 5,8 18,6Pria Desawa 15+ 5,3 8,6Anak Wanita di bawah usia 15 tahun 0,3 1,2Anak Pria di bawah usia 15 tahun 0,7 0,8Tersedia di rumah tangga 87,5 70,3Tidak menjawab 0,5 0,5Jumlah 100 100Sumber: Survai Demografi dan Kesehatan 2007

Kebutuhan dan pola perilaku berkaitan dengan penggunaan air yang berbeda antara perempuan dan laki-laki berdampak pada pengetahuan yang berbeda pula dalam hal pengematan air. Laki-laki cenderung kurang perhatian terhadap air yang mengalir dari kran yang cenderung memboroskan air. Namun demikian laki-laki ternyata lebih banyak mempunyai pengetahuan tentang pentingnya resapan untuk menampung air di dalam tanah. Berikut adalah tabel pengetahuan laki-laki dan perempuan berkait hal tersebut:

Tabel 3.15 Persentase Penduduk yang Mempunyai Pengetahuan tentang Penghematan Air, (ujicoba April 2011)

Jenis Pengetahuan Laki-laki Perempuan L + P

Membiarkan air mengalir memboroskan persediaan air

92,4 88,6 90,0

Perlu ada tempat resapan air

71,9 61,8 65,6

Sumber: Hasil Uji coba SPPLH 2011 di 6 Kab/kota, BPSb. Konsumsi Air Untuk Kebutuhan Pertanian dan Industri

Penggunaan air di seluruh dunia untuk irigasi mencapai 69%. Di beberapa wilayah irigasi dilakukan terhadap semua tanaman pertanian, sedangkan di wilayah lainnya irigasi hanya dilakukan untuk tanaman pertanian yang menguntungkan, atau untuk meningkatkan hasil. Berbagai metode irigasi melibatkan perhitungan antara hasil pertanian, konsumsi air, biaya produksi, penggunaan peralatan dan bangunan.

48

Page 49: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Saat populasi dunia meningkat, dan permintaan terhadap bahan pangan juga meningkat dengan suplai air yang tetap, terdapat dorongan untuk mempelajari bagaimana memproduksi bahan pangan dengan sedikit air, melalui peningkatan metode dan teknologi irigasi, manajemen air pertanian, tipe tanaman pertanian, dan pemantauan air.

Dalam perspektif ketersediaan air, pertanian padi di Indonesia belum bisa dikatakan aman dari kekeringan selama produktivitas air belum meningkat. Dengan adanya perubahan iklim, kejadian kekeringan akan sulit diprediksi sehingga berpengaruh terhadap kesinambungan tingkat produksi padi saat ini.

Pertanian padi memerlukan banyak air. Notohadiprawiro (2006) menyebutkan perkiraan kebutuhan air per satu musim tanam 1744 mm pada musim hujan dan 1940 mm pada musim kemarau di Indonesia.

Walaupun secara umum Indonesia tidak termasuk wilayah miskin air, setiap tahun Indonesia mengalami periode kekeringan pada musim kemarau. Periode kekeringan ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan petani. Air menjadi barang langka yang diperebutkan. Petani-petani yang tidak memiliki akses terhadap air, baik karena persaingan maupun karena letaknya di ujung saluran irigasi merelakan sawahnya puso. Di samping itu ada pula kasus premanisme air yakni para pemilik sawah besar membayar preman untuk menyedot air dari saluran irigasi dengan menggunakan pompa. Tindakan ini merugikan banyak petani dan mengabaikan regulasi yang dilakukan oleh instansi setempat. Kedua kasus ini merupakan contoh yang sangat mungkin terjadi di daerah-daerah lain.

Kesulitan air untuk mengairi sawah pada waktu kemarau, mengharuskan dilakukannya pengaturan distribusi dan konsumsi air oleh petani. Petani secara bergiliran mengatur pembagian air irigasi yang dihitung berdasarkan luas lahan dan waktu mendapatkan aliran air. Pada konteks ini, petani dengan kepala rumah tangga perempuan biasanya menjadi kelompok yang terabaikan. Mereka harus mengeluarkan biaya lebih untuk membayar “penjaga air” untuk mengalirkan air ke sawahnya yang biasanya dilakukan pada malam hari.

49

Page 50: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Selain itu, 15% air di seluruh dunia juga dipergunakan untuk industri. Banyak pengguna industri yang menggunakan air, termasuk pembangkit listrik yang menggunakan air untuk pendingin atau sumber energi, pemurnian bahan tambang dan minyak bumi yang menggunakan air untuk proses kimia, hingga industri manufaktur yang menggunakan air sebagai pelarut. Porsi penggunaan air untuk industri bervariasi di setiap negara, namun selalu lebih rendah dibandingkan penggunaan untuk pertanian.

Air juga digunakan untuk membangkitkan energi. Pembangkit listrik tenaga air mendapatkan listrik dari air yang menggerakkan turbin air yang dihubungkan dengan generator. Pembangkit listrik tenaga air adalah pembangkit listrik yang rendah biaya produksi, tidak menghasilkan polusi, dan dapat diperbarui. Energi ini pada dasarnya disuplai oleh matahari; matahari menguapkan air di permukaan, yang lalu mengalami pengembunan di udara, turun sebagai hujan, dan air hujan mensuplai air bagi sungai yang mengaliri pembangkit listrik tenaga air. Bendungan Three Gorges merupakan bendungan pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia.

Penggunaan industrial lainnya adalah turbin uap dan penukar panas, juga sebagai pelarut bahan kimia. Keluarnya air dari industri tanpa dilakukan pengolahan terlbih dahulu dapat disebut sebagai polusi. Polusi meliputi pelepasan larutan kimia (polusi kimia) atau pelepasan air sisa penukaran panas (polusi termal). Industri membutuhkan air murni untuk berbagai aplikasi dan menggunakan berbagai tehnik pemurnian untuk suplai air maupun limbahnya.

Walaupun industri menggunakan air jauh lebih sedikit dibandingkan dengan irigasi pertanian, namun penggunaan air oleh bidang industri mungkin membawa dampaknya yang lebih parah dipandang dari dua segi. Pertama, penggunaan air bagi industri sering tidak diatur dalam kebijakan sumber daya air nasional, maka cenderung berlebihan. Kedua, pembuangan limbah industri yang tidak diolah dapat menyebabkan pencemaran bagi air permukaan atau air bawah tanah, seihingga menjadi terlalu berbahaya untuk dikonsumsi. Air buangan industri sering dibuang langsung ke sungai dan saluran-saluran, mencemarinya, dan pada akhirnya juga mencemari lingkungan laut, atau kadang-kadang buangan tersebut dibiarkan saja meresap ke dalam sumber air tanah tanpa melalui proses pengolahan apapun. Kerusakan yang diakibatkan oleh buangan ini sudah melewati proporsi

50

Page 51: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

volumenya. Banyak bahan kimia modern begitu kuat sehingga sedikit kontaminasi saja sudah cukup membuat air dalam volume yang sangat besar tidak dapat digunakan untuk minum tanpa proses pengolahan khusus.

2. Konsumsi Air Bersih di Daerah Pesisir

Perubahan iklim berdampak luas terhadap jutaan nelayan pesisir. Mereka bergantung pada ekosistem yang amat rentan yang dengan perubahan kecil saja sudah berdampak besar: perubahan suhu air yang merusak terumbu karang, misalnya, akan memperparah kondisi buruk yang dilakukan manusia seperti polusi dan penangkapan ikan besar-besaran sehingga menurunkan populasi ikan. Perahu-perahu penangkap ikan juga mesti mesti menghadapi cuaca yang tidak menentu dan gelombang tinggi. Perubahan iklim juga sudah mengganggu mata pencaharian di banyak pulau. Di Maluku, misalnya nelayan mengatakan mereka tidak lagi dapat memperkirakan waktu dan lokasi yang pas untuk menangkap ikan karena pola iklim yang sudah berubah. Kenaikan muka air laut juga dapat menggenangi tambak-tambak ikan dan udang di Java, Aceh, dan Sulawesi.

Sebagai sebuah kepulauan amat luas yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 80.000 kilometer garis pantai, Indonesia amat rentan terhadap kenaikan muka air laut. Kenaikan 1 meter saja dapat menenggelamkan 405.000 hektar wilayah pesisir dan menenggelamkan 2.000 pulau yang terletak dekat permukaan laut beserta kawasan terumbu karang. Banyak bagian di wilayah pesisir sudah makin direntankan oleh erosi – yang juga sudah diperparah oleh aktivitas manusia seperti pembangunan dermaga dan tanggul di laut, pembendungan sungai, penambangan pasir dan batu, dan perusakan hutan mangrove. Saat ini sekitar 42 juta penduduk Indonesia mendiami wilayah yang terletak 10 meter di atas permukaan laut. Jumlah desa di Indonesia tercatat sebanyak 75.410 desa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 64.756 desa merupakan desa non pesisir, sedangkan sisanya 10.644 desa merupakan desa pesisir atau sekitar 14,14 persen dari total desa yang ada. Persentase desa pesisir terbanyak berturut-turut terdapat di Provinsi Maluku (85,21 persen) dan Provinsi Kepulauan Riau (81,90 persen). Provinsi Sumatera Selatan adalah provinsi dengan persentase desa pesisir terendah yaitu 0,71 persen (22 desa pesisir dari 3.079 desa). Jika dilihat dari jumlahnya,

51

Page 52: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Provinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai desa pesisir terbanyak yaitu mencapai 841 desa pesisir, diikuti Provinsi Sulawesi Tengah (839 desa pesisir) dan Provinsi Maluku (772 desa pesisir). Adapun jumlah desa pesisir paling sedikit adalah Provinsi DKI Yakarta (15 desa pesisir).

Diagram 3.2 Persentase Desa Pesisir Menurut Provinsi, 2008

Sumber: Statistik Sumber Daya Laut dan Pesisir 2010

Penduduk yang tinggal di wilayah pesisir menghadapi masalah kenaikan muka air laut. Air bersih yang tidak terkontaminasi air laut menjadi kebutuhan yang sulit di dapat. Menghadapi kondisi tersebut, biasanya warga masyarakat pesisir melakukan tiga strategi umum: ‘membuat perlindungan’, yaitu dengan menanam tanaman penghadang seperti pohon mangrove untuk menghadang laju erosi yang menyebabkan interupsi air laut semakin jauh; ‘mundur’, dengan bermukim jauh dari pantai, atau ‘melakukan penyesuaian’ yaitu misalnya, dengan beralih menggunakan air leding atau membeli dengan tangki.

52

Page 53: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

Kawasan pesisir menjadi pengendapan berbagai bahan pencemar yang terbawa oleh ombak, arus sungai dan hujan. Karena perairan tidak memiliki batas maka pencemaran air bisa berdampak luas. Dampak pencemaran air di wilayah pesisir akan dirasakan masyarakat terutama bagi mereka yang setiap hari bersentuhan dengan kegiatan nelayan. Sangat mungkin dampak tersebut juga dirasakan oleh kaum perempuan, karena aktifitas mereka yang tinggi dalam kegiatan nelayan tersebut.

Menurut data DKP (2001), sekitar 79,3 persen istri nelayan terlibat aktif mencari nafkah keluarga seperti mengolah hasil tangkapan, memperbaiki jaring dan pedagang ikan. Menurut Kumar (2004), Perempuan nelayan memainkan peran penting dalam bidang perikanan dan memelihara struktur sosial dari rumah tangga dan lingkungan mereka, namun demikian posisi tersebut kurang diakui keberadaannya.

Hasil kajian Murni (2008) di Kab. Subang, menunjukkan ketimpangan antara laki-laki dan Perempuan nelayan dalam sistem kerja yang dilakukan selama ini. Tabel di bawah menunjukkan bagaimana peran Perempuan terlihat sangat signifikan dalam menunjang kerja produktif, namun demikian tidak ada sumbangan sama sekali dari laki-laki terhadap kerja reproduktif. Dampak bagi perempuan akan semakin lebih besar karena tanggung jawab kerja produktif yang memungkinkan terpapar pencemaran, ditambah kerja reproduktif yang menguras tenaga.

Tabel 3.16 Alokasi Waktu dalam Rumah Tangga Menurut Kegiatan, Musim dan, Gender di Pesisir Kab. Subang

KegiatanPenggunaan Waktu

Panen - Transisi PaceklikL P L P

Jam % Jam % Jam % Jam %Kerja Produktif

14 58,34 5 20,83 10 41,67 3 12,50

Kerja - 0 7 29,17 - 0 8 33,33

53

Page 54: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

ReproduktifWaktu Luang 5 20,83 7 29,17 8 33,33 5 20,83Tidur 5 20,83 5 20,83 6 25,00 8 33,33Total 24 100 24 100 24 100 24 100Sumber: Kajian Peran Perempuan dalam Kegiatan Perikanan Tangkap Laut (2008)

BAB IVPENUTUP

Pembangunan seringkali dianggap tidak atau kurang berpihak kepada perempuan. Program-program pembangunan secara formal seringkali dikuasai oleh laki-laki. Sumber daya yang penting dalam kehidupan suatu masyarakat hampir selalu dikuasai oleh pihak-pihak yang memiliki kekuatan sosial, ekonomi, dan politik lebih kuat yaitu kaum

54

Page 55: BAB I - negripapua « A great WordPress.com site · Web viewPertambahan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu telah menyebabkan kebutuhan sumber air

laki-laki. Hal tersebut terjadi karena perempuan memang jarang dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.

Dalam isu gender dan sumber daya air, masyarakat merupakan salah satu sumber diskriminasi terhadap perempuan. Ketidak setaraan di dalam alokasi sumber daya air baik dalam proses produksi, distribusi dan konsumsi dalam masyarakat memperlihatkan laki-laki dan perempuan mengalami bentuk perlakuan yang berbeda. Dengan tercapainya kesetaraan gender disetiap level, maka telah dilakukan optimalisasi terhadap sumber daya manusia (perempuan dan laki-laki) yang dimiliki. Hal ini dapat meningkatkan kualitas dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan.

55