BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc ·...

29
Penelitian Pengembangan Pembelajaran PROPOSAL PENELITIAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, KEMAMPUAN KONSEP KINEMATIKA DAN SIKAP ILMIAH MAHASISWA PGMIPA-BI PENDIDIKAN FISIKA UAD Diajukan oleh : Drs. Ishafit, M.Si Drs. Fatkhulloh, M.Si PROGRAM STUDI PGMIPA-BI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS 1

Transcript of BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc ·...

Page 1: BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc · Web viewDosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang

Penelitian Pengembangan Pembelajaran

PROPOSAL PENELITIAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, KEMAMPUAN KONSEP KINEMATIKA DAN SIKAP ILMIAH MAHASISWA

PGMIPA-BI PENDIDIKAN FISIKA UAD

Diajukan oleh :Drs. Ishafit, M.Si

Drs. Fatkhulloh, M.Si

PROGRAM STUDI PGMIPA-BI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

AHMAD DAHLANJULI, 2012

BAB I

1

Page 2: BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc · Web viewDosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahPada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi

atau hubungan timbal balik antara dosen dan mahasiswa. Dosen sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting, sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini dosen bertugas mengarahkan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dalam suasana yang menyenangkan dan menarik, bahkan mampu menginspirasi mahasiswa agar dapat termotivasi untuk lebih mendalami materi yang diajarkan.

Menurut (Klausner, 1996; McDermott, 1990; Suprapto, 2000), kemampuan yang harus dikuasai oleh dosen fisika adalah (1) melakukan penalaran kualitatif dan kuantitatif, (2) menggambarkan pengetahuan fisika secara efektif, (3) membangun dan menginterpretasikan konsep, prinsip, dan representasi ilmiah, (4) memecahkan masalah, (5) memahami proses-proses IPA, dan (6) mengidentifikasi miskonsepsi, (7) memiliki kesadaran akan skala besaran, (8) memahami bahasa simbolik, (9) memahami kerangka logika taat azas dari hukum alam, (10) melakukan inferensi logika, (11) memahami hukum sebab akibat, dan (12) membangun model matematik

Gambaran kemampuan dosen tersebut, sangat jelas mengisyaratkan bahwa dosen harus mampu membawa mahasiswa agar memperoleh pengalaman lapangan sendiri dalam menemukan konsep-konsep fisika dalam suatu kegiatan belajar mengajar yang menantang dan penuh inspiratif. Dosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang inovatif sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.

Bagi sebagian besar mahasiswa fisika Pendidikan Guru Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unggulan (PGMIPAU) Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan (UAD), materi fisika dirasakan abstrak dan banyak matematis. Tantangan inilah yang mestinya menjadi focus dari dosen fisika, agar mampu menjelaskan kepada mahasiswa bahwa fisika yang bersifat abstrak, dapat dijelaskan dengan model pembelajaran yang pas sehingga menjadi nyata. Materi fisika yang bersifat matematis, dapat dijelaskan dengan model pembelajaran yang pas sehingga menjadi visual. Model pembelajaran yang mampu memenuhi harapan tersebut adalah adalah model pembelajaran berbasis multimedia.

Seiring pesatnya perkembangan teknologi, terjadi pergeseran paradigma pendekatan pembelajaran. Justru dengan perkembangan teknologi tersebut, seorang dosen diharapkan mampu memanfaatkannya untuk pengembangan model pembelajaran untuk kepentingan proses belajar mengajar. Kenyataan yang terjadi, tidak semua dosen mempunyai kemampuan tersebut. Beberapa di antaranya masih bertahan dengan metode konvensional, di mana sebagian besar konsep yang disampaikannya tidak berangkat dari pengalaman langsung mahasiswa lewat percobaan di laboratorium atau simulasi, model pembelajaran masih banyak bersifat verbal. Ada juga dosen yang tidak tepat dalam menentukan model pembelajaran sehingga proses pembelajaran tidak berjalan baik dan tidak mampu mengembangkan potensi mahasiswa secara optimal.

Sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut, ditawarkan pengembangan dan implementasi model pembelajaran fisika, khususnya untuk

2

Page 3: BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc · Web viewDosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang

materi kinematika berbasis ICT. Dalam pembelajaran berbasis ICT ini, kesulitan dan persepsi mahasiswa yang salah terhadap fisika yang bersifat abstrak dan matematis dapat dipecahkan. Pengembangan model pembelajaran fisika berbasis ICT mampu mengubah pesepsi mahasiswa yang menyatakan fisika itu abstrak menjadi fisika itu nyata. Fisika itu terlalu matematis menjadi fisika itu dapat dibuat dengan model matematis sehingga menjadi visual.

Model pembelajaran berbasis ICT pada penelitian ini adalah model pembelajaran yang menggunakan peralatan komputer yang mampu menghubung-kan konsep-konsep fisis, kejadian fisika yang abstrak menjadi kejadian fisika yang nyata, dan kejadian fisika yang abstrak dengan model matematis menjadi visual, sehingga mampu merangsang rasa keingintahuan mahasiswa, mampu membangkitkan motivasi belajaranya.

Pada penelitian pengembangan ini akan dikembangkan dan di implemen-tasikan model pembelajaran berbasis ICT untuk kinematika. Model pembelajaran berbasis ICT menuntut aktivitas mahasiswa dalam bentuk keterampilan, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah sehingga mahasiswa mampu menemukan konsep fisika sendiri, mahasiswa akan dihadapkan dengan realitas kejadian fisika dalam kehidupan sehari-hari, yang tandinya dirasa abstrak, namun dengan modul dari model pembelajaran berbasis ICT ini, mahasiswa diharapkan mampu mengubah persepsinya sendiri yang salah.

Ada beberapa tipe model pembelajaran fisika berbasis ICT, diantaranya Video Based Laboratory (VBL), Modelling , Microcomputer Based Laboratory (MBL), Calculator Based Lab (CBL), Physics Simulation, dan Physics Animation. Dari sekian banyak tipe model pembelajaran fisika berbasis ICT yang ada, pada penelitian ini dikembangkan dan diimplementasikan model pembelajaran VBL dan Modelling.

Pada implementasi model pembelajaran VBL, mahasiswa diberi pengeta-huan tentang teknik analisis kejadian fisika untuk topic kinematika melalui rekaman video. Perekaman kejadian fisika dengan video dikenal dengan istilah Video Based Laboratory (VBL). Hasil perekaman kejadian fisis tersebut di import ke dalam software Logger-Pro. Analisis melalui video dimungkinkan oleh karena teknologi komputer mampu menangkap dan menjalankan kembali gambar bergerak resolusi tinggi dengan cukup mudah. Mahasiswa dapat mengkonsentrasi-kan pada gambaran gejala fisika dalam video dan bukan pada teknik pengumpulan data.

Melalui software yang dikembangan untuk VBL yang mengolah video digital secara interaktif, memungkinkan mahasiswa menangani kejadian gerak dalam video dengan software Logger Pro dan dapat menganalisis gerakan dengan cermat melalui data dan grafik yang dibuat otomatis oleh mikrokomputer. Dengan berbekal kemampuan analisis matematis, mahasiswa akan mampu mengubah kejadian fisika yang abstrak menjadi nyata.

Selain model pembelajaran berbasis VBL, pada penelitian pengembangan ini juga dikembangkan dan diimplementasikan model pembelajaran berbasis modeling. Model pembelajaran berbasis modelling menuntut mahasiswa dan dosen untuk menggunakan persamaan fisika dalam bentuk matematik sebagai bahasa prasyarat untuk  mendesain  model yang interaktif. Model pembelajar-an fisika berbasis modelling ini dapat membantu mahasiswa untuk memberi

3

Page 4: BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc · Web viewDosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang

pengalaman belajar, yang tadinya beranggapan fisika itu abtrak, ternyata dapat diubah menjadi visual sepeti kejadian dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mengoperasikan modelling hanya perlu memasukkan konsep fisis secara matematis. Pada modelling tidak menggunakan bahasa pemogram-an baik visual ataupun logical, seperti bahasa pemograman, Delphi, Visual Basic, Foltran, Turbo Pacaal, C++, dan sebagainya. Cukup mengetikkan persaman matematis yang sesuai dengan teori kejadian fisisnya dalam kolom model yang tersedia tidak perlu menggunakan algoritma sebagaimana diguna-kan dalam bahasa pemrograman tingkat tinggi.

Penggunaan model pembelajaran fisika berbasis ICT menggunakan teknologi tinggi yang friendly dan sangat mudah untuk dioperasionalkan, sehingga mampu memikat mahasiswa, mampu mengembangkan ketertarikan mahasiswa akan belajar fisika, sehingga mahasiswa termotivasi untuk belajar fisika dengan lebih giat lagi. Karena implementasi model pembelajaran fisika berbasis ICT mampu menghubungkan kemampuan matematik dan kejadian fisis yang bersifat abstrak menjadi visual dan nyata, maka proses pembelajaran dengan mengguna-kan model model pembelajaran berbasis ICT akan mampu membangkitkan rasa ingin tahu mahasiwa, menanamkan sifat kejujuran dalam memperoleh dan mengolah data, sehingga mahsiswa dapat menemukan konsep fisika sendiri. Hal ini berarti proses pembentukan sikap ilmiah mahasiswa sudah berjalan. Dengan demikian model pembelajaran berbasis ICT mampu meningkatkan motivasi, sikap ilmiah dan pengusaan konsep fisika.

Motivasi adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan (Huitt, W, 2001). Di samping meningkatkan motivasi, model pembelajaran fisika berbasis ICT juga diharapkan mampu meningkatakan sikap ilmiah. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah (rafhy, 2012).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, model pembelajaran berbasis ICT untuk kinematika merupakan salah satu pengembangan model pembelajaran yang diharapkan mampu mengatasi problematik mahasiswa, yaitu menganggap fisika itu lebih bersifat abtrak dan matematis. Pengembangan model pembelajaran fisika berbasis ICT yang didukung teknologi yang canggih dan mudah dioperasionalkan diharapkan mampu memberi inspirasi untuk menggantikan model pembelajaran konvensional berbasis verbal, sehingga diharapkan mampu meningkatkan motivasi, sikap ilmiah, dan penguasaan konsep fisika mahasiswa.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengembangan dengan judul “Penembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis ICT Untuk Meningkatkan Motivasi, Sikap Ilmiah dan Penguasaan Konsep Kinematika pada mahasiswa PGBI Pendidikan Fisika UAD”.

B. Rumusan MasalahMasalah yang akan dijawab melalui penelitian penembangan ini adalah:

1. Apakah model pembelajaran fisika berbasis ICT dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa?

2. Apakah model pembelajaran fisika berbasis ICT dapat meningkatkan penguasaan konsep kinematika mahasiswa?

4

Page 5: BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc · Web viewDosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang

3. Apakah model pembelajaran fisika berbasis ICT dapat meningkatkan sikap ilmiah mahasiswa?

4. Apakah ada perbedaan motivasi, sikap ilmiah dan penguasaan konsep kinematika mahasiswa yang diajar dengan model pembelajaran fisika berbasis ICT menggunakan Modelling dan VBL?

C. Tujuan PengembanganAdapun tujuan penelitian adalah untuk:

1. Untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dengan mengimplementasi-kan model pembelajaran fisika berbasis ICT.

2. Untuk meningkatkan penguasaan konsep kinematika mahasiswa dengan mengimplementasikan model pembelajaran fisika berbasis ICT.

3. Untuk meningkatkan sikap ilmiah mahasiswa dengan mengimplementasikan model pembelajaran fisika berbasis ICT.

4. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan motivasi, sikap ilmiah dan penguasaan konsep kinematika mahasiswa yang diajar dengan model pembelajaran fisika berbasis ICT menggunakan Modelling dan VBL.

D. Pentingnya PengembanganStudi pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswa di PGBI prodi

pendidikan fisika UAD diperoleh informasi, bahwa materi fisika oleh sebagian besar mahasiswa masih dianggap bersifat abstrak dan matematis. Di samping itu model pembelajaran fisika kebanyakan masih menggunakan metode konvensio-nal berbasis verbal, dimana sebagian besar konsep yang disampaikannya tidak berangkat dari pengalaman langsung mahasiswa lewat percobaan di laboratorium atau simulasi. Pada hal fisika lahir dari kejadian alam, sehingga pendekatan model pembelajarannya mestinya juga berbasis pada fenomena alam, yaitu mahasiswa diajari untuk menemukan kembali konsep fisika yang sesungguhnya.

Model pembelajaran yang mampu membawa pengetahuan mahasiswa untuk menemukan sendiri konsep fisika, mampu menghubungkan fisika yang dianggap abstrak menjadi nyata, fisika yang dianggap matematis menjadi visual, tentulah model pembelajaran yang berbasis penemuan dan pemodelan, bukan model pembelajaran konvensional berbasis verbal.

Salah satu tujuan pembelajaran fisika adalah membentuk sikap ilmiah mahasiswa. Apabila model pembelajaran kebanyakan bersifat konvensial berbasis verbal, maka sikap ilmiah tidak terbentuk sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran fisika yang mampu menjelaskan fisika yang bersifat abstrak dan matematis menjadi visual dan nyata, serta dapat membangkitkan motivasi belajar mahasiswa. Model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran berbasis ICT. Dengan pengembangan dan implementasi modul sebagai produk dari model pembelajaran berbasis ICT, materi fisika yang dirasa abstrak dan matematis, dapat dirasakan mahasiswa menyadi menarik karena dapat berupa visual dan nyata sehingga ketertarikan mahasiswa akan meningkat. Dengan demikian diharapkan motivasi, sikap ilmiah dan pengusaan konsep fisika mahasiswa dapat meningkat.

5

Page 6: BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc · Web viewDosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang

E. Spesifikasi Produk yang DiharapkanSpesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran yang berbasis ICT dengan penggunaan software Modelling dan VBL sebagai sarana untuk menvisualisasikan konsep-konsep kinematika dan modul pembelajaran sebagai sarana untuk menjelaskan materi kinematika .

F. Asumsi dan Keterbatasan PengembanganDalam kaitannya dengan kepentingan penelitian ini dapat dirumuskan

asumsi-asumsi sebagai berikut:1. Mahasiswa memiliki kemampuan matematis yang sama. Dimana kemampuan

matematis merupakan salah satu faktor pendukung dalam model pembelajaran berbasis ICT yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran mahasiswa.

2. Mahasiswa sudah memiliki kemampuan untuk mengoperasikan komputer atau laptop.

3. Mahasiswa sudah memiliki kemampuan teknik pengambilan video.Adapun keterbatasan dalam penelitian pengembangan ini adalah

membutuhkan infrastruktur computer yang canggih.

G. Definisi OperasionalSupaya tidak terjadi interpretasi yang salah, maka diberikan definisi

sebagai berikut:1. Motivasi merupakan suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang

diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan.

2. Sikap ilmiah adalah sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah.

3. Penguasaan konsep kinematika adalah kemampuan mahasiswa dalam memahami konsep-konsep fisika yang bersifat abstrak baik dari segi grafik, penjabaran rumus, aplikasi dan analisis soal, sehingga permasalahan fisika dapat terselesaikan dengan baik.

4. Model pembelajaran berbasis ICT adalah model pembelajaran yang menggunakan komputer sebagai media pembelajaran dan software Modellus dan software Logger Pro sebagai mendukung VBL.

BAB IIKAJIAN TEORI

6

Page 7: BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc · Web viewDosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang

A. Kajian Teori Implementasi pembelajaran berbasis Information and Communication

Technology (ICT) merupakan bagian dari proses pengembangan pembelajaran berbasis ICT yang terkait dengan beberapa komponen seperti guru, model pembelajaran, media, serta fasilitas penunjang pembelajaran berbasis ICT. ICT sendiri sebagaimana yang dikemukakan oleh Sutopo (2011) merupakan teknologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. ICT mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, pengguna-an alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari satu perangkat ke perangkat lainnya. Dengan demikian, teknologi informasi dan teknologi komuni-kasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Sesuai dengan rumusan masalah yang ingin di bahas dalam penelitian ini, maka kajian pustaka akan membahas tentang pembelajaran berbasis ICT , media pembelajaran, motivasi belajar dan sikap ilmiah.1. Pembelajaran berbasis ICT

Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi gelombang minat tentang pemanfaatan computer dan internet untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas pendidikan pada semua jenjang dan secara formal dan non-formal. Menurut Sutopo (2011) Jenis pemanfaatan ICT yang biasanya di gunakan dalam dunia pendidikan diantaranya :a. E-Learning

Meskipun paling sering dikaitkan dengan pendidikan tinggi dan pelatihan perusahaan, e-learning meliputi pembelajaran pada semua tingkat-an, baik formal dan non-formal, yang menggunakan internet (LAN) atau extranet (WAN), untuk seluruhnya atau sebagian, interaksi, fasilitasi. Pembelajaran berbasis web adalah himpunan bagian dari e-learning dan mengacu pada pembelajaran menggunakan browser-browser (seperti internet Explorer, Mozilla Firefox, Opera dan lainnya)b. Blended Learning

Blended Learning adalah suatu model pembelajaran yang mencoba menggabungkan beberapa model pembelajaran yang telah ada. Seiring dengan perkembangan dalam teknologi informasi dan teknologi, terutama dalam teknologi jaringan berupa internet, umumnya model-model pembe-lajaran yang digabungkan itu berupa model pembelajaran tatap muka (face to face), offline learning, dan online learning.

Model online learning dapat berupa pembelajaran dengan menggunakan Web, blog, e-learning, dan sebagainya. Sedangkan offline learning dapat berupa pembelajaran yang menggunakan CD, DVD, dan lain sebagainya.

Tujuan umum pembelajaran model blended adalah untuk mencari kombinasi model-model pembelajaran yang efektif. Pada akhirnya, model pembelajaran ini bertujuan untuk mencapai keefektifan pembelajaran.c. Belajar berbantuan computer

Computer digunakan diberbagai bidang, seperti kantor, sekolah, dan rumah. Pada saat ini computer merupakan alat komunikasi yang paling utama bagi miliaran orang. Perusahaan berhubungan dengan klien, pendidik dengan mahamahasiswa, dan sebagainya. CAI (Computer Assisted Instruction) telah

7

Page 8: BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc · Web viewDosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang

cukup lama dikenal oleh para ahli computer maupun ahli pendidikan, terutama di Negara maju. Selain dalam dunia pengajaran, computer juga digunakan untuk aplikasi aplikasi pengajaran yang menunjang pendidikan, seperti mengolah data, mencatat kehadiran pengajar dan mahasiswa dan evalusai.

Aplikasi bidang pembelajaran dengan computer sebagai alat bantunya, di antaranya adalah :a. Drill and Practice (latih dan praktek): CAI menggantikan pengajar untuk

memberikan latihan kepada mahasiswa.b. Tutorial (penjelasan): sistem komputer digunakan untuk menyampaikan materi ajaran.c. Simulasi : digunakan untuk mengkaji permasalahan yang rumit, misalnya dalam penjelasan fisika tentang gerak bumi, biologi tentang system pencernaan dan lain-lain.d. Game (permainan): game sangat digemari oleh anak-anak, dan dapat menambah pengetahuan.

Aplikasi bidang bukan pengajaran dengan alat bantu computer, diantaranya adalah : a. Computer Assisted Testing (Ujian berbantuan computer) : computer digunakan untuk sarana ujian.b. Computer Assisted Guidance (Pengarahan berbantuan computer):

computer digunakan sebagai sarana untuk mencari informasi yang diperlukan.

c. Computer Managed Instruction : computer digunakan untuk merencana-kan pelajaran, evaluasi belajar, serta secara langsung memantau prestasi mahamahasiswa.

2. Media PembelajaranKata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium

menurut Daryanto (2010) dapat didefenisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Ibrahim et.al.,1997). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996). Berdasarkan defenisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi.Secara umum dapat dikatakan media mempunyai kegunaan, antara lain:a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid

dengan sumber belajar.d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemam-

puan visual, auditori dan kinestetiknya.e. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan

menimbulkan persepsi yang sama.f. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru

(komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pem-belajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan

8

Page 9: BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc · Web viewDosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang

perasaan mahamahasiswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Tiga kelebihan kemampuan media menurut Gerlach & Ely (Ibrahim,2001) adalah sebagai berikut :a. Kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menam-

pilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya.

b. Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya.

c. Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.

3. Model pembelajaran berbasis ICT a. Model pembelajaran berbasis VBL

Kemajuan teknologi komputer saat ini telah memunculkan alternatif teknik analisis melalui rekaman video, yang dikenal dengan istilah Video Based Laboratory (VBL). Analisis melalui video dimungkinkan oleh karena teknologi komputer mampu menangkap dan menjalankan kembali gambar bergerak resolusi tinggi dengan cukup mudah. Mahasiswa dapat mengkonsentrasikan pada gambaran gejala fisika dalam video dan bukan pada teknik pengumpulan data. Melalui software yang dikembangan untuk VBL yang mengolah video digital secara interaktif, memungkin-kan mahasiswa menangani kejadian gerak dalam video dan dapat menganalisis gerakan dengan cermat melalui grafik yang dibuat oleh mikrokomputer (Escalada, et al., 1996).

Ide menggunakan video untuk menganalisis gerak pertama kali dikembangkan oleh D. A. Zollman dan R. G. Fuller di tahun 1994, yaitu dengan menggunakan gambar videodisc yang ditayangkan di layar televisi. Mahasiswa diminta memasang lembar plastik transparan pada layar dan memberi tanda di posisi objek ketika bergerak dari frame ke frame. Tanda-tanda ini kemudian digunakan untuk membuat grafik gerakan objek (Zollman dan Fuller, 1994). Sedangkan penggunaan komputer dalam kegiatan laboratorium fisika telah dimulai dipertengahan tahun 1980-an oleh Beichner. Ketersediaan teknologi yang relatif primitif saat itu hanya menghasilkan gambar hitam putih. Objek bergerak dari digitalisasi video sulit diorganisir, karena minimnya warna atau bayangan abu-abu yang datar (Beichner dan Abbot, 1999).

Saat in telah tersedia beberapa perangkat lunak untuk VBL, seperti VideoPoint dari Lenox Softwork yang dikembangkan untuk Workshop Physics Project. Vernier Software & Technology mengembangkan Logger Pro sebagai perangkat lunak untuk mengambil dan menganalisis data dari Vernier Lab Pro 3, yang memiliki fasilitas Video Analysis untuk membuat dan menganalisis grafik representasi gerak yang terlihat dalam video. Kontrol panel utama dari perangkat lunak secara otomatis atau

9

Page 10: BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc · Web viewDosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang

manual dengan mudah dioperasikan dalam menjalankan rekaman video dari frame ke frame sehingga kejadian atau perubahan gejala sebagai fungsi waktu dapat teramati. (Vernier Internationl, 2004).

Gamboa, et al. (1999) mengemukakan bahwa VBL merupakan alat pendidikan yang dapat memadukan aspek teoritis dana eksperimental dalam pengajaran fisika. Video digital interaktif dalam VBL memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran sains (Escalada, et al, 1996). Beichner dan Abbot (1999) berpendapat bahwa dengan melihat keduanya yaitu kejadian gerak sebenarnya dengan penyajian grafik secara abstrak dalam VBL maka siswa akan lebih mudah membuat hubungan kognitif bila dihadapkan pada munculnya miskonsepsi terhadap gerak.

Program Logger Pro merupakan salah satu softwere dari VBL yang mempunyai keistimewaan mampu menyajikan gejala fisika secara nyata baik berupa data kuantitatif dan grafiknya secara simultan dan memberikan jembatan antara pengamatan langsung dengan representasi abstrak dari berbagai fenomena fisika.

Pelacakan posisi gerak dengan warna tampilan yang berbeda dalam suatu gambar video, mampu mengubah data yang dihasilkan ke dalam bentuk nilai dan grafik secara jelas sehingga menawarkan banyak kemungkinan untuk membangun dan menguji model fisika  baik secara konseptual maupun analitis.

Merekam video dari animasi pembelajaran fisika adalah cara yang paling praktis untuk menampilkan pada kecepatan gerak suatu objek pengamatan yang sesungguhnya dan memberikan kesempatan untuk mengobservasi dan mengukur suatu model animasi. Dengan software Logger Pro, dapat disajikan secara bersama-sama kejadian fisis tumbuk-an, yaitu hubungan antara jarak tempuh (x) sebagai fungsi waktu (t). Melalui media ini pula memungkinkan pengamat untuk memprediksikan dan membandingkan hasil kesimpulan yang diperoleh secara teoritis dengan perilaku yang diamati secara objektif .

b. Model pembelajaran berbasis modelingModellus adalah perangkat lunak yang digunakan untuk membantu

menyelesaikan permasalahan fisika melalui suatu permodelan. Model disini diwujudkan dalam bentuk persamaan matematika sehingga harus menggunakan fungsi-fungsi matematika. Modellus dibangun dengan pola interaktif yang menggambarkan konsep-konsep ilmiah. (http://modellus.fct.unl.pt)

Modellus memungkinkan mahasiswa untuk menggunakan matemati-ka menjadi suatu model pembelajaran interaktif. Membuat dan menjajaki model matematika adalah tugas mendasar dalam banyak ilmu. Modellus dapat membantu mahasiswa menciptakan pengalaman belajar sekaligus menciptakan simulasi dan menganalisis model matematika secara interak-tif di komputer. Untuk mengatur model, hanya perlu memasukkan persamaan matematika konvensional dan ekspresi (fungsi, persamaan diferensial dan iterasi). Tidak ada bahasa pemrograman atau perintah khusus, baik visual atau tertulis yang diperlukan. Jadi modellus merupa-kan suatu perangkat lunak yang dapat menggambarkan suatu kejadian-

10

Page 11: BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc · Web viewDosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang

kejadian fisis misalnya pada pembelajaran fisika yang abstrak menjadi lebih nyata dengan menggunakan persamaan matematika dan animasi.

4. Instrumen a. Motivasi

Huitt, W. (2001) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan. Jadi ada tiga kata kunci tentang pengertian motivasi menurut Huitt, yaitu: 1) kondisi atau status internal itu mengaktifkan dan memberi arah pada perilaku seseorang; 2) keinginan yang memberi tenaga dan mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan; 3) Tingkat kebutuhan dan keinginan akan berpengaruh terhadap intensitas perilaku seseorang.Pengukuran motivasi belajar, dapat dilakukan dengan membuat sebuah instrumen pengukur yang memiliki rentangan. Rentangan tersebut kemudian diberi nilai secara kontinum dari yang tertinggi sampai yang terendah, berbentuk kode yaitu secara berturut-turut kode, misalnya: 1) SS (Sangat Setuju) dengan nilai 5, 2) S (Setuju) dengan nilai 4,3) R (Ragu-ragu) dengan nilai 3, 4) TS (Tidak Setuju) dengan nilai 2, 5) STS (Sangat Tidak Setuju) dengan nilai 1.

b. Penguasaan konsepInstrumen penelitian berupa tes yang disusun dengan memperhatikan

indikator masing- masing variabel yang diukur. Indikator kebenaran konsep adalah ketepatan mahasiswa menjawab soal tes dengan benar. Apabila menjawab soalan dengan menerapkan konsep yang tepat dan jawabannya benar maka ditetapkan bahwa mahasiswa menjawab dengan konsep yang benar.

c. Sikap ilmiahSikap menurut Gagne (Dahar,1996:23) adalah suatu kondidi internal

yang mempengaruhi pilihan untuk bertindak. Sikap ilmiah menurut Mulyono (dalam Suyitno 1997:2) adalah sikap yang disiapkan untuk bertindak berdasarkan pada pendidiran/ pendapat/ keyakinan. Sikap berkaitan dengan objek yang disertai dengfan perasaan positif (favourable) atau perasaan negatif (unfavorable). Sikap ilmiah dapat diartikan sebagai “scientific attitude”. Istilah sikap ilmiah jika tidak hati-hati dapat dimaknai secara sempit, yaitu karena didalamnya terdapat kata sifat, kemudian hanya dianggap sebagai domain afektif semata. Padahal scientific attitude merupakan sesuatu yang kompleks dan melibatkan seluruh domain psikologi manusia, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Menurut Krech, et al. (1962) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sikap seseorang yaitu : keinginan (want), informasi (information), afiliasi kelompok (the group affiliations), kepribadian (personality). Menurut Carin (1997) terdapat serangkaian sikap dan nilai

11

Page 12: BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc · Web viewDosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang

yang dapat ditumbuhkan melalui kerja ilmiah. Pertama, memupuk rasa ingin tahu (being curious) dalam memahami dunia sekitarnya. Kedua, mengutamakan bukti dalam arti kesimpulan yang diperoleh perlu ditunjang oleh bukti empiris yang berkaitan dengan fakta. Ketiga, menjadi skeptis yaitu siswa yang terlibat kerja ilmiah harus skeptis terhadap konklusi atau pandangan orang lain. Keempat, mau menerima perbedaan dan menghormati pandangan yang berbeda. Kelima, dapat bekerjasama (kooperatif). Keenam, bersikap positif terhadap kegagalan.

B. Penelitian yang relevan.1. Penelitian Pramono Andri Suswanto dkk (2012) menunjukkan bahwa ada

peningkatan hasil belajar siswa kelas XII SMK Negeri 1 Bulakamba pada kompetensi pemeliharaan sistem suspensi dan komponen setelah menggu-nakan media berbasis web.

2. Penelitian Rai Sujanem (2012) tentang pengembangan modul fisika kontekstual interaktif berbasis web untuk meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar fisika siswa SMA di Singaraja. menyimpulkan bahwa dalam uji komparasi keunggulan produk melalui penelitian eksperimen kuasi, dapat diungkapkan simpulan-simpulan sebagai berikut. (1) Terdapat perbedaan pemahaman konsep antara siswa yang menggunakan model modul fisika kontekstual interaktif berbasis web dan yang menggunakan model modul físika kontekstual konvensional. Siswa yang menggunakan model modul fisika kontekstual interaktif berbasis web menunjukkan pemahaman konsep yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model modul físika kontekstual konvensional. (2) Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan model modul fisika kontekstual interaktif berbasis web dan yang menggunakan model modul físika kontekstual konvensional. Siswa yang menggunakan model modul fisika kontekstual interaktif berbasis web menunjukkan hasil relajar fisika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model modul físika kontekstual konvensional.

3. Penelitian Putu Mardana (2007) tentang pengaruh modul eksperimen dalam menurunkan miskonsepsi dan meningkatkan aktivitas belajar maha-siswa di FPMIPA IKIP Singamangaraja Bali. Diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran modul eksperimen berbasis ICT dengan model cogni-tive apprenticeship dapat menurunkan miskonsepsi, meningkatkan aktivi-tas belajar, hasil belajar, literasi komputer dan respon mahasiswa.

4. Penelitian Wiyono dkk (2012) tentang modul eksperimen berbasis ICT dengan model cognitive apprenticeship dalam upaya meningkatkan hasil belajar fisika dan literasi komputer mahasiswa. Disimpulkan bahwa peng-gunaan multimedia interaktif berbasis gaya belajar lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan penguasaan konsep pen-dahuluan fisika zat padat.

12

Page 13: BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc · Web viewDosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Jenis PenelitianPenelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan pendidikan

(R&D) yang dimodifikasi dari Borg & Gall (1983). Tujuan penelitian dan pengembangan pendidikan adalah tidak hanya untuk mengembangkan produk, namun lebih dari itu untuk menemukan pengetahuan baru atau menjawab pertanyaan khusus mengenai masalah-masalah praktis.

Data yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penguasaan konsep fisika adalah dengan menggunakan tes awal (pretest), hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa sebelum diberi perlakuan dan menggunakan tes akhir (posttest) untuk mengetahui kemampuan akhir mahasiswa, dari tes awal dan tes akhir ini kita bisa mengetahui penguasaan konsep fisika. Desain penelitian yang digunakan adalah Control-Group Pretest-Posttest, sebagai berikut :

Tabel 1. Desain penelitian dengan metode eksperimenGroup Pretest Treatment Posttest

Kelas eksperimen

Kelas Kontrol

T1

T1

XaXbXc

T2

T2 (Sumadi Suryabrata, 2010:105)

Keterangan :T1 = Tes kemampuan awal (pretest)T2 = Tes kemampuan akhir (posttest)Xa = Model pembelajaran menggunakan ModellingXb = Model pembelajaran menggunakan VBLXc = Model pembelajaran Reguler

B. Prosedur Penelitian/PengembanganPengembangan model pembelajaran mengikuti tahapan-tahapan, yakni (1)

studi pendahuluan dan studi literatur, (2) perancangan model pembelajaran, (3) uji coba model pembelajaran, (4) revisi model, dan (5) implementasi dan peng-ujian efektivitas model pembelajaran. Model pembelajaran yang dikembangkan terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut: (1) kemampuan fisika dan matematika yang harus dikuasai oleh mahasiswa, (2) kaitan antar topik kinematika dengan kemampuan fisika, (3) topik-topik terpilih, (4) bahan ajar; (5) strategi pembelajaran, dan (6) model evaluasi.

Bahan ajar disusun dalam modul-modul berbasis aktivitas. Tingkat keluasan dan kedalaman materinya diadaptasi dari Fundamental of Physics (Halliday, et al, 2000). Tiap modul berisikan uraian teori, kegiatan mahasiswa, kegiatan praktikum, dan tugas-tugas latihan. Pengujian efektivitas model dilaku-kan dengan membandingkan model pembelajaran yang dikembangkan dengan model pembelajaran reguler. Metode perbandingan dimodifikasi dari rancangan eksperimen pre-test post-test kelompok kontrol yang tak diacak.

13

Page 14: BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc · Web viewDosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, mencakup: (a) motivasi belajar; (b) penguasaan konsep; dan (c) sikap ilmiah. Data ini dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensial. Peningkatan kemampuan-kemampuan fisika antara sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g factor (gain score ternormalisasi), yaitu:

(Hake dalam Savinainen & Scott, 2002)

Dengan Spre= skor pre-test, Spost= skor post-test; Smax= skor maximum. Tingkat perolehan skor kemudian dikategorikan ke dalam tiga kategori yaitu: Tinggi: g>0,7; Sedang: 0,3 < g < 0,7; Rendah: g < 0,3 (Savinainen & Scott, 2002).

Untuk mengetahui pengaruh variable bebas model pembelajaran terhadap ketiga variabel terikat motivasi, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah akan tampil dalam dua versi. Versi pertama akan dihasilkan oleh uji multivariat (multivariate Tests) dan versi kedua dihasilkan oleh uji pengaruh antar subjek (Tests of Between-Subjects Effects). Uji multivariat akan menampilkan pengaruh variabel bebas terhadap semua variabel terikat secara bersama-sama, sedangkan uji pengaruh antar subjek akan menampilkan pengaruh masing-masing variabel terhadap variabel terikat secara individual.

Uji multivariat dilakukan terhadap angka-angka signifikansi dari nilai-nilai F statistik Pillai’s Trace, Wilks’ Lambda, Hotelling’s Trace, dan Roy’s Largest Root (Santoso,2001:126). Kriteria pengujian jika angka signifikan yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05 berarti Ho ditolak. Artinya, secara bersama-sama semua variabel terikat dipengaruhi oleh masing-masing variabel.

Prosedur penelitian pengembangan terdiri dari tiga tahapan yakni (1) Studi pendahuluan, (2) Tahap pengembangan model, (3) Tahap evaluasi/ pengujian model.

Tahap 1 : Studi pendahuluanPenelitian dan pengambilan informasi merupakan studi pendahuluan

sebagai bentuk pengumpulan data awal dilapangan yang dijabarkan dalam bentuk studi literatur, observasi kelas khususnya berkenaan dengan ketersediaan sarana, alat, media serta sumber belajar, telaah kondisi dan model pembelajaran yang biasa digunakan dosen dalam mengajarkan materi kinematika serta data tentang kemampuan awal mahasiswa seperti nilai kalkulus, fisika dasar. Hal ini penting untuk dilakukan guna menentukan wilayah pengetahuan penelitian, sehingga dapat menunjang pengembangan model pembelajaran.

Tahap 2 : Tahap pengembangan modelTahap ini meliputi beberapa langkah 1. Model Pengembangan (Desain Produk)

Prosedur dalam mendesain produk penelitian pengembangan, mesti diawali dari analisis kebutuhan lapangan, perencanaan, evaluasi, uji coba, dan revisi. Draft modul penguasaan konsep fisika sebagai produk dari model pembelajaran berbasis ICT didesain dalam 7 modul, yaitu (1) Gerak Lurus Beraturan (2) Gerak Lurus Berubah Beraturan, (3) Gerak Parabola, (4) Gerak Jatuh Bebas, (5) Gerak Vertikal ke Atas, (6) Hukum Kekekalan Energi, (7) Hukum Kekekalan Momentum. Pada setiap modul berisikan materi teori

14

Page 15: BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc · Web viewDosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang

fisika, alat dan bahan, prosedur percobaan, pengumpulan data, analisis data, kesimpulan, dan tugas pendalaman materi.

2. Validasi DesainValidasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah

rancangan produk lebih efektif atau tidak. Prosedur validasi dilaksanakan dengan melibatkan para dosen fisika, ahli isi pembelajaran, ahli desain pembelajaran, dan mahasiswa pemakai.

3. Revisi DesainMerupakan tahap penyempurnaan atau perbaikan yang dilakukan

berdasarkan temuan, saran dari validasi desain. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh rancangan produk yang lebih siap untuk diujikan.

4. Uji Coba ProdukSebelum modul digunakan untuk pengambilan data, perlu

dilakukan uji coba dalam kelas kecil diluar sampel penelitian. Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat keefektifan, efisiensi, dan daya tarik dari produk yang dihasilkan. Hasil uji coba dilakukan evaluasi secara mendalam guna dilakukan perbaikan atau revisi.a. Desain Uji Coba

Secara lengkap, uji coba produk pengembangan biasanya dilaku-kan melalui tiga tahapan, yakni uji perseorangan, uji kelompok kecil, dan uji lapangan. Dalam kegiatan pengembangan mungkin hanya melewati dan berhenti pada tahap uji perseorangan atau dilanjutkan dan berhenti sampai tahap uji kelompok kecil, atau sampai uji lapangan. Pada penelitian pengembangan ini desain uji coba akan dilakukan sampai uji coba kelom-pok kecil dan digunakan desain penelitian eksperimental.

b. Subjek Uji CobaSubjek penelitian ini adalah mahasiswa MIPAPG-BI prodi pen-

didikan fisika dan mahasiswa pendidikan fisika reguler FKIP UAD semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013.

c. Variabel Penelitian 1) Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi, pemahaman konsep dan sikap ilmiah.

2) Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran fisika berbasis ICT dengan menggunakan modelling, VBL dan konvensional.

d. Instrumen Pengumpulan Data1) Tes Penguasaan Konsep Kinematika Tes penguasaan konsep kinematika digunakan untuk mengumpulkan data variabel terikat penguasaan konsep. Data tentang penguasaan konsep kinematika diperoleh dengan menggunakan tes kognitif. Instrumen peng-ukuran penguasaan konsep kinematika berupa tes obyektif pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban dan setiap soal memiliki satu jawaban yang

15

Page 16: BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc · Web viewDosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang

benar. Tes ini dilakukan dua kali, pertama sebelum dilaksanakan model pembelajaran (pretest) dan tes akhir setelah selesai pembelajaran posttest.2) Angket Angket merupakan teknik pengumpulan data secara tidak langsung, peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden. Angket berisi pertanyaan atau pernyataan yang berkaitan dengan perencanaan penelitian sampai dengan evaluasi akhir dari penelitian. Angket digunakan untuk mengukur variable motivasi belajar dan sikap ilmiah.

e. Teknik analisis data1) Uji Validitas dan Reabilitas dataUntuk menguji tingkat validitas instrumen dalam penelitian ini meng-gunakan rumus Product-Moment (Arikunto,2005), yaitu :

untuk menentukan reliabilitas digunakan rumus alfa:

dengan indeks reliabilitas tes, n cacah butir soal, dan varians total yang dicari dengan

2) Uji Normalitas DataTeknik uji normalitas adalah dengan rumusan hipotesisH0 : Populasi yang berdistribusi normalH1 : Populasi yang berdistribusi tidak normal,selanjutnya dihitung frekuensi yang diharapkan (E i), frekuensi yang diamati (Oi). Untuk menghitung frekuensi yang diharapkan, terlebih dahulu ditentukan batas bawah kelas yang didapat dengan cara mengurangkan 0,5 dari ujung bawah kelas interval, dan nilai Z untuk tiap-tiap batas kelas dengan persamaan

dengan = Rata-rata hitung, dan S simpangan baku. Untuk menghitung nilai parameter chi-square, digunakan persamaan

Kriteria uji chi-square adalah, Ho ditolak jika

pada = 0,05 atau 5 %, dengan k = cacah kelas interval.3) Uji HomogenitasTeknik pengujian homogenitas dua dengan parameter F dihitung dari

16

Page 17: BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc · Web viewDosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang

Kriteria uji yang digunakan adalah Ho ditolak jika

dan didapat dari daftar acuan dengan probabilitas dan v1 =

n1 - 1 dan v2 = n 1 pada = 0,05.4) Uji Tingkat KesukaranAsumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, disamping memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah adanya keseimbang-an dari tingkat kesukaran soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksud adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara proposional. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal dengan mengguna-kan rumus sebagai berikut:

P =

Keterangan:P = Indeks kesukaran untuk setiap butir soalB = Banyak siswa menjawab benar setiap butir soalN = Jumlah siswa

Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:P = 0,00 – 0,30 : soal sukarP = 0,31 – 0,70 : soal sdangP = 0,71 – 1,00 : soal mudah

5) Analisis daya pembedaDaya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi.Untuk menganalisis daya pembeda digunakan rumus sebagai berikut:

= Pa – Pb

Keterangan Na = Banyak peserta kelompok atasNb = Banyak peserta kelompok bawahBa = Banyak peserta kelompok atas yang menjawab benarBb = Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar(Suharsimi Arikunto, 2002: 211)

Klasifikasi daya pembembedaD : 0,00 – 0,20 : jelekD : 0,20 – 0,40 : cukupD : 0,40 – 0,60 : baikD : 0,70 – 1,00 : baik sekali

Jika D = negatif, maka soal dibuang

17

Page 18: BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc · Web viewDosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang

5. Revisi ProdukRevisi produk ini dilakukan dengan memperhatikan masukan dan

saran-saran yang diperoleh dari kondisi nyata terhadap kekurangan dan kelemahan.

6. Evaluasi dan PenyempurnaanBerdasarkan masukan dan saran-saran, maka produk penelitian ini

dilakukan evaluasi dan perbaikan agar terbentuk produk penelitian yang sempurna.

Tahap 3: Tahap Evaluasi/Pengujian Model

Produk modul dari model pembelajaran fisika berbasis ICT setelah dilakukan uji coba dan dilakukan evaluasi maka akan diperoleh hasil penilaian dalam suatu kategori yakni kategori kurang baik, baik, dan amat baik. Jika hasil evaluasi menyatakan kurang baik maka akan dilakukan perbaikan, namun apabila hasil evaluasi menyatakan kategori baik atau amat baik, maka modul penguasaan konsep fisika dapat langsung digunakan untuk pengambilan data penelitian pada kelas eksperimen.

Daftar Pustaka

Beichner, R. J., and Abbott, D. S., 1999, Video-Based Labs for Introductory Physics Courses, JCST November 99. http://www.ncsu.edu/per/articles/jcst9911_101.pdf

Daryanto, 2010, Media Pembelajaran perannya sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran.Yogyakarta : Gava media.

Escalada, L. T., et al., 1996, Application of Interactive Digital Video in a Physics Classroom, Journal of Educational Multimedia and Hypermedia, 5(1), 73-97. http://www.phys.ksu.edu/perg/papers/applicat.html

Sutopo, A.H., 2011, Teknologi Informasi dan komunikasi.Yogyakarta : Graha Ilmu.

18

Page 19: BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc · Web viewDosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang

Heinch, molenda, Russel, Smaldino, 1996, Instructional media and technologies for learning. Prentice Hall, Engelwood, New Jersey.

Zollman, D. A. and Fuller, R. G., 1994, Teaching and Learning Physics with Interactive Video, Physics Today, 47(4), 41-47. http://www.phys.ksu.edu/perg/dvi/pt/intvideo.html

Gagne, R. M, 1996. The Condition of Learning. New York :Holt, Rinehart and Winston.

Gamboa, F., et al., 1999, Specification and Development of A Physics Video Based Laboratory, Instrumentation and Development Vol. 4 Nr. 5.

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2010/03/hakikat-motivasi-belajar.html

http://ratu-aby.blogspot.com/2012/01/penilaian-sikap-ilmiah.html

http://modellus.fct.unl.pt

McDermott, L.C, 1990, A Prespective on Teacher Preparation in Physics and Other Science : The Need for Special Special Science Course for Teacher. American Journal of Physics. 58 (6) 56-61.

McDermott, L.C, 1990, Preparing Teacher to Teach physic and Physical by Inquiry. Phsics Educatian58(8),411-416

Vernier International, 2004, Data Collection with Computer and Handhelds 2004 Catalog. http://www.vernier-intl.com

S. Arikunto, 2005, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumiaksara

Sumadi Suryabarata, 2010, Metodelogi Penelitian. Jakarta : Rajawali pres.

Suprapto, 2000, Hakikat Pembelajaran MIPA (Fisika) di Perguruan Tinggi Proyak Pengembangan Universitas Terbuka Direktoran Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta: Depdiknas

19

Page 20: BAB I - Moral and Intellectual Integrityishafit.pfis.uad.ac.id/.../2018/07/MRPF-proposal-1.doc · Web viewDosen fisika dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran fisika yang

20