BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas...

72
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Aceh merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat, bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat Aceh yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan program pembangunan kesehatan secara menyeluruh, terpadu, sistematis, dan berkesinambungan, oleh pemerintah, pemerintah Aceh maupun pemerintah Kabupaten/kota beserta masyarakat, termasuk dunia usaha. Sebagai arah dan strategi untuk mencapai target pembangunan di bidang kesehatan, Dinas Kesehatan Aceh menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPA Dinas Kesehatan Aceh Tahun 2012-2017. Renstra ini merupakan dokumen perencanaan bersifat indikatif yang memuat program pembangunan kesehatan Aceh dengan indikator kinerja yang ditetapkan, sebagai pedoman dalam penanganan permasalahan kesehatan di Aceh dalam jangka waktu lima tahun kedepan. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh disusun dengan memperhatikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah beserta Petunjuk pelaksanaannya melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010. Dalam proses penyusunan juga berkoordinasi dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh selaku leading sector perencanaan pembangunan Aceh dan Dinas Kesehatan Aceh selaku penanggungjawab pembangunan di sektor kesehatan menyusun substansi perencanaan strategis untuk menjawab tantangan di bidang kesehatan. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini tersusun atas kerja sama dengan SKPK Kesehatan Kabupaten/Kota, dan unsur lintas sektor terkait lainnya, termasuk lembaga-lembaga donor melalui kegiatan konsultasi publik di tingkat provinsi. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh mengacu kepada RPJM Aceh Tahun 2012 – 2017 yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Gubernur Aceh dalam satu periode masa jabatan. Di samping itu, RPJM Aceh Tahun 2012 – 2017 disusun dengan memperhatikan sumber daya dan potensi yang dimiliki, faktor pendukung keberhasilan, evaluasi pembangunan 5 (lima) tahun sebelumnya, dinamika perubahan yang terjadi secara nasional maupun global, serta isue strategis yang berkembang. Sebagai penuntun arah pembangunan kesehatan Aceh lima tahun yang akan datang, Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh disusun secara sinergis dan saling melengkapi dengan rencana pembangunan kesehatan di Kabupaten/kota. Karena itu, Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini dipandang sebagai suatu rolling plan, yakni suatu rencana yang secara reguler dan sistimatis dapat dikaji kembali untuk disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dilingkungan internal maupun eksternal, seperti perubahan aturan terkait dengan sektor kesehatan, kondisi keuangan negara dan daerah, transisi epidemiologi, iklim politik, dan kondisi ekternal lainnya yang mempengaruhi asumsi-asumsi dalam penyusunan Renstra ini. Dokumen Rencana Strategis merupakan suatu tatanan untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat dengan memperhitungkan dinamika perubahan lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Untuk mencapai proses tersebut, maka keterkaitan suatu dokumen perencanaan dengan dokumen perencanaan lainnya sangat erat dan menentukan antara lain seperti Rencana Pembangunan Tahunan Aceh, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) yang merupakan dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun dan Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Aceh, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Aceh (Renja-SKPA) adalah

Transcript of BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas...

Page 1: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan Aceh merupakan bagian integral dari pembangunan

nasional, bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat, bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat Aceh yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan program pembangunan kesehatan secara menyeluruh, terpadu, sistematis, dan berkesinambungan, oleh pemerintah, pemerintah Aceh maupun pemerintah Kabupaten/kota beserta masyarakat, termasuk dunia usaha.

Sebagai arah dan strategi untuk mencapai target pembangunan di bidang kesehatan, Dinas Kesehatan Aceh menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPA Dinas Kesehatan Aceh Tahun 2012-2017. Renstra ini merupakan dokumen perencanaan bersifat indikatif yang memuat program pembangunan kesehatan Aceh dengan indikator kinerja yang ditetapkan, sebagai pedoman dalam penanganan permasalahan kesehatan di Aceh dalam jangka waktu lima tahun kedepan.

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh disusun dengan memperhatikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah beserta Petunjuk pelaksanaannya melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010. Dalam proses penyusunan juga berkoordinasi dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh selaku leading sector perencanaan pembangunan Aceh dan Dinas Kesehatan Aceh selaku penanggungjawab pembangunan di sektor kesehatan menyusun substansi perencanaan strategis untuk menjawab tantangan di bidang kesehatan. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini tersusun atas kerja sama dengan SKPK Kesehatan Kabupaten/Kota, dan unsur lintas sektor terkait lainnya, termasuk lembaga-lembaga donor melalui kegiatan konsultasi publik di tingkat provinsi.

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh mengacu kepada RPJM Aceh Tahun 2012 – 2017 yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Gubernur Aceh dalam satu periode masa jabatan. Di samping itu, RPJM Aceh Tahun 2012 – 2017 disusun dengan memperhatikan sumber daya dan potensi yang dimiliki, faktor pendukung keberhasilan, evaluasi pembangunan 5 (lima) tahun sebelumnya, dinamika perubahan yang terjadi secara nasional maupun global, serta isue strategis yang berkembang.

Sebagai penuntun arah pembangunan kesehatan Aceh lima tahun yang akan datang, Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh disusun secara sinergis dan saling melengkapi dengan rencana pembangunan kesehatan di Kabupaten/kota. Karena itu, Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini dipandang sebagai suatu rolling plan, yakni suatu rencana yang secara reguler dan sistimatis dapat dikaji kembali untuk disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dilingkungan internal maupun eksternal, seperti perubahan aturan terkait dengan sektor kesehatan, kondisi keuangan negara dan daerah, transisi epidemiologi, iklim politik, dan kondisi ekternal lainnya yang mempengaruhi asumsi-asumsi dalam penyusunan Renstra ini.

Dokumen Rencana Strategis merupakan suatu tatanan untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat dengan memperhitungkan dinamika perubahan lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Untuk mencapai proses tersebut, maka keterkaitan suatu dokumen perencanaan dengan dokumen perencanaan lainnya sangat erat dan menentukan antara lain seperti Rencana Pembangunan Tahunan Aceh, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) yang merupakan dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun dan Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Aceh, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Aceh (Renja-SKPA) adalah

Page 2: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 2

dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun. Dengan demikian akan tercipta sinkronisasi program pembangunan antar sektor dan wilayah baik bersifat jangka panjang, menengah, maupun jangka pendek, sehingga terwujudnya pembangunan yang terpadu dan berkelanjutan.

1.2. Landasan Hukum

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh disusun berlandaskan berbagai peraturan perundang-undangan, antara lain sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Undang–Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahab Kedua atas Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional; 6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436);

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

9. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 203, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4023);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4027);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3747);

Page 3: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 3

13. Peraturan Pemerintah Nomor 741 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

15. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014;

16. Peraturan presiden Nomor 7 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional; 17. Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan

Pemerintah Nomor No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 267 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota

19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 971 Tahun 2009 tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan;

20. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : HK.03.01/160/I/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014;

21. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 32/Menkes/SK/I/2013 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014;

22. Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2007 Nomor 05, Tambahan Lembaran Provinsi Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 05);

23. Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Aceh (Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008 Nomor 01, Tambahan Lembaran Provinsi Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 11);

24. Qanun Aceh Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008 Nomor 08, Tambahan Lembaran Provinsi Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 18);

25. Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2010 tentang Kesehatan (Lembaran Daerah Aceh Tahun 2011 Nomor 01, Tambahan Lembaran Provinsi Aceh Nomor 30);

26. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 18 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Pemangku Jabatan Struktural di Lingkungan Dinas-dinas Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;

27. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 26 Tahun 2009 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kelola pada Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;

28. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 53 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kelola pada Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Kesehatan Paru Masyarakat pada Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

29. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 67 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh Tahun 2012 – 2017;

1.3. Maksud dan Tujuan

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh merupakan dokumen yang bersifat indikatif dan menjadi pedoman bagi seluruh komponen pemerintah di tingkat Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota baik bidang kesehatan maupun sektor terkait lainnya serta masyarakat dalam membuat kebijakan pembangunan kesehatan dalam Tahun 2012 – 2017.

Page 4: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 4

Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah : 1. Menyediakan kerangka kerja yang responsive, dinamis dan konsisten yang dapat dibuat

pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota; 2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, sinergi dan kesinambungan antar ruang,

waktu, fungsi pemerintah pusat, Pemerintah Aceh, dan pemerintah Kabupaten/Kota; 3. Mengoptimalkan pemberdayaan dan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan; 4. Menjaga kesinambungan antara Rencana Kerja Pemerintah Aceh dengan Rencana Kerja

SKPA pada setiap tahunnya; 5. Menjadi pedoman sektor kesehatan untuk menyediakan, mendayagunakan sumber daya

kesehatan yang berkeadilan, efisien, efektif, dan berkelanjutan untuk pencapaian visi dan misi pembangunan kesehatan; dan

6. Memudahkan pemberi bantuan/donor dari dalam dan luar negeri yang peduli dan terlibat dalam pembangunan kesehatan Aceh.

1.4. Sistimatika Penulisan

Penyusunan Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini mengikuti logika dan alur pikir siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) dengan melakukan workshop dan melibatkan sebanyak mungkin pemangku kepentingan termasuk unsur eksekutif, legislatif, wakil/tokoh masyarakat, sektor kesehatan (dinas kesehatan, RSU dan puskesmas) , organisasi profesi, akademisi, LSM dan unsur swasta. Melalui workshop diperolehnya penjaringan “impian” para stakeholder dan merumuskan kegiatan pokok yang perlu dilakukan untuk mewujudkan “impian” tersebut dalam bentuk visi dan misi sedangkan workshop dilakukan ditingkat provinsi sebagai upaya memperoleh rumusan alur pikir, dan pentelaahan terhadap lingkungan strategis serta diperoleh informasi analisis situasi beserta faktor determinan masalah kesehatan dan sekaligus merumuskan visi yang ingin dicapai serta kegiatan-kegiatan pokok yang perlu dilakukan dalam mewujudkan visi tersebut dengan menyesuaikan dengan nilai-nilai kearifan lokal yang dianut oleh masyarakat. Setelah dilakukan pentelaahan terhadap hal tersebut dirumuskanlah misi, isu strategis dan strategi yang akan dilakukan serta menguraikannya dalam bentuk misi dan program pokok kegiatan oleh tim perumus dan terakhir dimusyawarahkan lagi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk penyempurnaan materi dan teknis penulisannya.

Merujuk pada penulisan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014 dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 beserta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, serta memperhatikan kemudahan pemahaman semua pihak, maka dokumen ini dibagi menjadi enam BAB yaitu : BAB Pertama memuat pendahuluan yang mengemukan secara ringkas pengertian

Renstra SKPA, fungsi Renstra SKPA dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, proses penyusunan Renstra SKPA, keterkaitan Renstra SKPA dengan RPJMA, Renstra K/L dan Renstra provinsi/kabupaten/kota, dan dengan Renja SKPA;

BAB Kedua berupa gambaran pelayanan SKPA yang memuat informasi tentang peran (tugas dan fungsi) SKPA dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, mengulas secara ringkas apa saja sumber daya yang dimiliki SKPA dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya, mengemukakan capaian-capaian penting yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan Renstra SKPA periode sebelumnya, mengemukakan capaian program prioritas SKPA yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan RPJMA periode sebelumnya, dan mengulas hambatan-hambatan utama yang masih dihadapi dan dinilai perlu diatasi melalui Renstra SKPA ini;

BAB Tiga memuat identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan SKPA, visi, misi, dan program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, serta telaah Renstra K/L;

Page 5: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 5

BAB Keempat memuat tentang visi, misi, tujuan, sasaran jangka menengah, strategi dan kebijakan SKPA;

BAB Kelima dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif; dan

BAB Keenam dikemukakan indikator kinerja SKPA yang secara langsung menunjukkan kinerja yang akan dicapai SKPA dalam lima tahun mendatang sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMA.

Page 6: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 6

BAB II GAMBARAN FUNGSI PELAYANAN SKPA

2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPA Dinas Kesehatan Aceh

Sesuai Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 18 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Pemangku Jabatan Struktural di Lingkungan Dinas-dinas Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu : (1) Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari :

a. Kepala Dinas; b. Sekretariat; c. Bidang Program dan Pelaporan; d. Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; e. Bidang Pembinaan Pelayanan Kesehatan; f. Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan dan Kefarmasian; g. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD); h. Kelompok Jabatan Fungsional.

(2) Sekretariat, terdiri dari : a. Sub Bagian Umum; b. Sub Bagian Kepegawaian dan Tata Laksana; b. Sub Bagian Keuangan.

(3) Bidang Program dan Pelaporan, terdiri dari : a. Seksi Data dan Informasi; b. Seksi Penyusunan Program; c. Seksi Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan.

(4) Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, terdiri dari : a. Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ; b. Seksi Penyehatan Lingkungan dan Permukiman; c. Seksi Promosi Kesehatan.

(5) Bidang Pembinaan Pelayanan Kesehatan, terdiri dari : a. Seksi Kesehatan Dasar dan Rujukan; b. Seksi Kesehatan Ibu, Anak dan Gizi; c. Seksi Konseling Trauma.

(6) Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan dan Kefarmasian, terdiri dari: a. Seksi Kefarmasian dan Bantuan Kesehatan; b. Seksi Pengembangan Profesi Kesehatan; c. Seksi Registrasi dan Akreditasi.

Kepala Dinas Kesehatan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada

Gubernur melalui Sekretaris Daerah dan mempunyai tugas melakukan tugas umum pemerintahan di bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, pembinaan pelayanan kesehatan, pengembangan sumber daya kesehatan dan kefarmasian sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kepala Dinas Kesehatan berfungsi : a. pelaksanaan urusan ketatausahaan dinas; b. penyiapan kebijakan daerah di bidang kesehatan; c. penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang; d. penyusunan program dan kebijaksanaan teknis di bidang kesehatan; e. pelaksanaan pembinaan dan pengendalian di bidang kesehatan meliputi bidang

peningkatan upaya kesehatan, pencegahan penyakit, penyehatan lingkungan dan

Page 7: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 7

permukiman, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, promosi kesehatan, pemulihan kesehatan dan penelitian kesehatan serta pelayanan konseling trauma;

f. pelaksanaan pembinaan teknis di bidang peningkatan sumber daya tenaga kesehatan, registrasi dan akreditasi tenaga, sarana kesehatan dan institusi pendidikan tenaga kesehatan;

g. pelaksanaan hubungan kerjasama dengan instansi pemerintah, lembaga swasta dan organisasi kemasyarakatan;

h. pelaksanaan uji kompetensi tenaga kesehatan; i. pengawasan dan pengendalian internal pelaksanaan program-program kesehatan; j. pemantauan, evaluasi dan pelaporan; k. pelaksanaan pembinaan operasional di bidang kesehatan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku; l. pelaksanaan koordinasi dengan instansi Dinas Kesehatan kabupaten/kota dalam Provinsi

Aceh dan atau lembaga terkait lainnya di bidang kesehatan; m. pembinaan UPTD; dan n. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan

tugas dan fungsinya. Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud, Dinas Kesehatan

mempunyai kewenangan sebagai berikut: a. menetapkan pedoman penyuluhan dan kampanye kesehatan; b. mengelola dan memberikan izin sarana dan prasarana kesehatan serta sarana dan

prasarana pelayanan kesehatan lainnya; c. memberikan sertifikasi tehnologi kesehatan; d. melaksanakan surveilans epidemiologi serta penanggulangan wabah penyakit dan

kejadian luar biasa; e. menetapkan tenaga kesehatan strategis, pemindahan tenaga kesehatan tertentu antar

Kab/Kota serta bimbingan teknis tenaga kesehatan; dan f. merencanakan dan mengendalikan pembangunan regional secara makro di bidang

kesehatan.

Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas, sekretariat mempunyai tugas melakukan pengelolaan urusan administrasi, umum, perlengkapan, peralatan, kerumahtanggaan, perpustakaan, keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, hukum dan perundang-undangan serta pelayanan administrasi di lingkungan Dinas Kesehatan.

Bidang-bidang dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya yaitu : 1. Bidang Program dan Pelaporan adalah unsur pelaksana teknis di bidang penyusunan

program, data, informasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan. Bidang Program dan Pelaporan mempunyai tugas melakukan kegiatan penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang, penelitian, pengkajian, pengembangan, data, informasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan. Untuk melaksanakan tugas, Bidang Program dan Pelaporan mempunyai fungsi : a. penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang; b. penyusunan rencana anggaran yang bersumber dari APBD, APBN dan PHLN; c. pelaksanaan penelitian, pengkajian dan pengembangan program kesehatan; d. penyiapan data dan informasi di bidang pelaksanaan program kesehatan; e. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program kesehatan; f. penyusunan rencana strategis, laporan akuntabilitas kinerja dan rencana kinerja

Dinas Kesehatan; dan

Page 8: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 8

g. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan adalah unsur pelaksana teknis

di bidang pencegahan, penanggulangan pengendalian penyakit, penyehatan lingkungan dan permukiman serta promosi kesehatan dan Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mempunyai tugas melakukan perencanaan, pengamatan, upaya pencegahan, penanggulangan dan pengendalian penyakit, pemberantasan penyakit, kejadian luar biasa, penyehatan lingkungan dan permukiman, serta promosi kesehatan. Untuk melaksanakan tugas, Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mempunyai fungsi : a. pelaksanaan kegiatan pengamatan gejala dan kejadian penyakit menular dan tidak

menular; b. pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan tidak menular; c. pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyakit, pemberantasan vektor

penyebab serta pengendalian penyakit; d. pelaksanaan tugas pembantuan, pencegahan dan pemberantasan penyakit lainnya

serta penyakit tertentu; e. pelaksanaan kegiatan pengawasan, penyehatan lingkungan dan permukiman serta

upaya promosi kesehatan; f. pelaksanaan koordinasi pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan dengan

instansi dan atau lembaga terkait lainnya; dan g. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas

Kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Bidang Pembinaan Pelayanan Kesehatan adalah Unsur Pelaksanaan Teknis di bidang pelayanan kesehatan dasar, rujukan, kesehatan ibu dan anak, gizi masyarakat dan konseling trauma dan Bidang Pembinaan Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas melakukan tugas melakukan perencanaan, pembinaan dan pengendalian terhadap pelayanan kesehatan dasar, rujukan, kesehatan ibu dan anak, gizi masyarakat, bencana dan konseling trauma. Untuk melaksanakan tugas, Bidang Pembinaan Pelayanan Kesehatan mempunyai fungsi : a. pelaksanaan kebijakan umum upaya pengembangan dan peningkatan mutu

pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan pengembangan jaminan kesehatan masyarakat;

b. pelaksanaan kebijakan umum upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu, anak dan gizi masyarakat;

c. pelaksanaan pengembangan pelayanan bencana dan konseling trauma; d. pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di bidang

pembinaan pelayanan kesehatan; dan e. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas

Kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4. Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan dan Kefarmasian adalah unsur pelaksana teknis di bidang kefarmasian, bantuan kesehatan, pengembangan profesi kesehatan, registrasi dan akreditasi. Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan dan Kefarmasian mempunyai tugas melakukan tugas melakukan perencanaan, pembinaan dan pengendalian pelayanan kefarmasian, alat kesehatan, bantuan kesehatan, pengembangan profesi, pendidikan tenaga kesehatan, registrasi dan akreditasi. Untuk melaksanakan tugas, Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan dan Kefarmasian mempunyai fungsi :

Page 9: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 9

a. pelaksanaan perencanaan, pembinaan dan pengendalian pelayanan kefarmasian, alat kesehatan dan bantuan kesehatan;

b. pelaksanaan pembinaan, pengembangan dan pengendalian profesi dan uji kompetensi tenaga kesehatan;

c. pelaksanaan kegiatan registrasi, akreditasi, perizinan, sertifikasi sarana dan prasarana serta kalibrasi alat kesehatan;

d. pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di bidang pengembangan sumber daya kesehatan dan kefarmasian; dan

e. pelaksanaan tugas-tugas dinas lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

5. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas Kesehatan Aceh dipimpin oleh seorang

Kepala UPTD yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya sebagai berikut :

A. UPTD Balai Laboratorium Kesehatan (Balai Labkes)

Penetapan UPTD Balai Laboratorium Kesehatan berdasarkan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 26 Tahun 2009. Susunan organisasi UPTD Balai Laboratorium Kesehatan terdiri dari : a. Kepala UPTD; b. Subbag Tata Usaha; dan c. Kelompok jabatan fungsional. UPTD Balai Labkes mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang dibidang pelayanan pemeriksaan laboratorium, pengembangan program laboratorium kesehatan, pembinaan teknis pemeriksaan laboratorium kesehatan lainnya dan membimbing tenaga teknis di bidang laboratorium kesehatan. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana tersebut diatas, UPTD Balai Labkes mempunyai fungsi : a. penyusunan program perencanaan kegiatan laboratorium kesehatan; b. pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan; c. pelaksanaan bimbingan teknis di bidang laboratorium kesehatan; d. pelaksanaan pemeriksaan mikrobilogi; e. pelaksanaan pemeriksaan kimia kesehatan; f. pelaksanaan pemeriksaan kimia klinik dan patologi klinik; g. pelaksanaan pemeriksaan kimia lingkungan dan toksologi; h. pelaksanaan pemeriksaan imunologi/serologi; i. pelaksanaan kegiatan rujukan pemeriksaan specimen, sarana serta rujukan

pengetahuan dan teknologi; dan j. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan

B. UPTD Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM)

Pembentukan UPTD Balai Kesehatan Paru Masyarakat berdasarkan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 53 Tahun 2010. UPTD Balai Kesehatan Paru Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis kegiatan teknis penunjang dibidang pelayanan kesehatan paru, baik upaya kesehatan masyarakat mapun upaya kesehatan perorangan. Susunan organisasi UPTD Balai Kesehatan Paru Masyarakat terdiri dari : a. Kepala UPTD; b. Subbag Tata Usaha; dan c. Kelompok jabatan fungsional.

Page 10: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 10

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana tersebut diatas, UPTD Balai Kesehatan Paru Masyarakat mempunyai fungsi : a. pemberdayaan masyarakat untuk mampu mencegah dan mengatasi masalah

kesehatan masyarakat dalam bidang kesehatan paru; b. pemberian bimbingan teknis secara berjenjang dalam bidang kesehatan paru; c. penyelenggaraan pelayanan kesehatan paru spesialistik; d. pengembangan jejaring kemitraan dan koordinasi dengan institusi terkait dalam

mengatasi masalah kesehatan paru; e. penyelenggaraan rujukan dengan sarana pelayanan kesehatan lainnya; f. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan dalam bidang kesehatan paru;

dan g. pelaksanaan urusan tata usaha.

C. UPTD Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Pembentukan UPTD Balai Pelatihan Kesehatan berdasarkan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 26 Tahun 2009. Susunan organisasi UPTD Balai Pelatihan Kesehatan , terdiri dari : a. Kepala UPTD; b. Subbag Tata Usaha; dan c. Kelompok jabatan fungsional. UPTD Bapelkes mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang di bidang pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, akreditasi pelatihan, kerjasama pendidikan dan pelatihan kesehatan serta bimbingan teknis tenaga kesehatan di kabupaten/kota. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana tersebut diatas, UPTD Bapelkes mempunyai fungsi : a. penyusunan program perencanaan kebutuhan diklat kesehatan; b. pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan; c. pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan teknis, fungsi pelaksanaan

bimbingan teknis di bidang pendidikan dan pelatihan, pelaksanaan akreditasi pelatihan di bidang kesehatan;

d. pelaksanaan fasilitasi pelatihan kesehatan masyarakat; dan e. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan.

D. UPTD Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (P2KK) Pembentukan UPTD Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 6 Tahun 2010. Susunan organisasi UPTD Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, terdiri dari : a. Kepala UPTD; b. Subbag Tata Usaha c. Seksi Pelayanan Ambulans Terpadu. d. Seksi Penanggulangan Krisis Kesehatan UPTD Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan mempunyai tugas : a. menyusun program perencanaan kegiatan pusat penanggulangan krisi kesehatan; b. melaksanakan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan; c. melaksanakan bimbingan teknis di bidang penanggulangan krisis kesehatan; d. melaksanakan pelayanan ambulance terpadu; e. melaksanakan kerjasama dalam penggunaan ambulans antar instansi/lembaga; f. melaksanakan pemenuhan respon cepat terhadap laporan masyarakat ke pusat

pemanggilan (call centre) dan memobilisasi ambulan ke sasaran korban;

Page 11: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 11

g. melaksanakan pemantauan tingkat kedaruratan dan penilaian kebutuhan kesehatan secara cepat melalui analisa data dan surveilens ketika pra, saat dan pasca bencana;

h. melaksanakan sistem informasi dan komunikasi penanggulangan krisis kesehatan;

i. melaksanakan peningkatan kapasitas dan kualitas tenaga kesehatan dan masyarakat di bidang penaggulangan krisis kesehatan;

j. melaksanakan distribusi dan mobilisasi sumber daya kesehatan dalam penanganan krisis kesehatan di daerah bencana; dan

k. melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan

Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 267 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota maka seharusnya struktur organisasi yang ada mampu mengakomodir seluruh tugas dan fungsi SKPA Dinas Kesehatan Aceh. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian dan penyesuaian kembali Peraturan Gubernur Aceh Nomor 18 Tahun 2008 tentang struktur organisasi dan rincian tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan Aceh dengan memperhatikan kewenangan, kesesuaian beban kerja dan regulasi baik bersifat global, nasional dan local, dengan demikian pengembangan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang berada pada SKPA Dinas Kesehatan Aceh menjadi pilihan untuk penyesuaian kewenangan yang bersinergi dengan peraturan perundang-undangan.

2.2 Sumber Daya SKPA Dinas Kesehatan Aceh a. Sumber daya manusia dan fasilitas kesehatan

Jumlah dan penyebaran sumber daya manusia kesehatan di Pemerintah Aceh sudah

mengalami peningkatan yang cukup bermakna, hingga saat ini tercatat sekitar 29.071 orang dengan latar belakang pendidikan di bidang kesehatan yang bervariasi, sedangkan rincian SDM Dinas Kesehatan Aceh dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Struktur Kepegawaian Dinas Kesehatan Aceh Tahun 2012

PNS Menurut Tingkat Pendidikan

S2 S1/DIV DIII SMA/ Sederajat

SMP/ Sederajat

91 183 47 124 6

PNS Menurut Golongan

IV III II I

56 298 92 5

PNS Menurut Jabatan

Struktural Fungsional Pelaksana

27 104 320 Dalam rangka mendukung keberhasilan pencapaian tugas pokok dan fungsi, Dinas

Kesehatan Aceh dilengkapi dengan sarana dan prasarana berupa tanah, bangunan, peralatan dan mesin serta aset lainya. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 12: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 12

Tabel 2. Daftar Aset Dinas Kesehatan Aceh Tahun 2012

1 2 3 5 6 7 8 9

1 01 TANAH 46,487,750,000 46,487,750,000

2 02 PERALATAN DAN MESIN 27,295,886,850 27,295,886,850

3 03 GEDUNG DAN BANGUNAN 23,536,567,079 625,502,100 - 24,162,069,179

4 04 607,239,000 607,239,000

97,927,442,929 625,502,100 - 98,552,945,029

Aset Tahun 2012 Terima Hibah/Pindah Pencatatan Tahun 2012

Aset s/d Tahun 2012 (5+6+7) Keterangan

J U M L A H

4

JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN

No. Urut Gol. Kode

Barang Nama Bidang Barang Aset s/d Tahun 2011

Disamping hal tersebut, aset lain yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam

melakukan fungsi teknis pada SKPA Dinas Kesehatan Aceh adalah fasilitas pelayanan publik. Tabel berikut ini menggambarkan jumlah fasilitas kesehatan di Aceh sampai dengan Tahun 2012.

Tabel 3. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Provinsi Aceh Tahun 2012

RSUD TNI/POLRI Swasta Mobil Perahu Bermotor

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)1. Simeulue 1 0 0 8 110 8 0 3 112. Aceh Singkil 1 0 0 11 29 26 11 2 13. Aceh Selatan 1 0 0 22 55 56 22 0 04. Aceh Tenggara 1 0 0 18 53 84 17 0 185. Aceh Timur 1 0 1 26 62 164 20 2 86. Aceh Tengah 1 0 1 14 51 169 0 0 147. Aceh Barat 1 0 0 13 31 48 21 0 08. Aceh Besar 1 0 0 28 71 312 42 1 09. Pi d i e 1 0 0 26 70 79 32 0 32

10. Bireuen 1 0 4 18 45 198 18 0 611. Aceh Utara 1 0 0 28 88 0 56 0 5612. Aceh Barat Daya 1 0 0 13 25 41 14 0 213. Gayo Lues 1 0 0 12 35 35 10 0 1014. Aceh Tamiang 1 0 0 14 32 170 14 0 015. Nagan Raya 1 0 0 13 6 52 12 0 1916. Aceh Jaya 1 0 0 10 26 91 1 0 3117. Bener Meriah 1 0 0 10 35 112 10 0 1018. Pidie Jaya 1 0 0 10 18 86 14 0 1319. Banda Aceh 1 2 9 11 25 34 14 0 220. Sabang 1 1 0 6 13 1 0 0 1021. Langsa 1 0 3 5 7 49 5 0 322. Lhokseumawe 1 1 7 6 21 43 0 0 623. Subulussalam 1 0 0 5 49 74 3 3 224 Provinsi 3 0 0

2012 26 4 25 327 957 1932 336 112011 325 957 1932 336 11 2542010 316 951 1661 325 11 3602009 307 931 1418 325 14 -

Jumlah

No Kabupaten/Kota Puskesmas PembantuPuskesmas

Jum

lah

AmbulancePolindes / Poskesdes

Puskesmas KelilingRumah Sakit

Page 13: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 13

Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan unsur utama dalam menyelenggarakan upaya kesehatan. Fasilitas kesehatan di Aceh secara umum sudah memadai, baik sarana pelayanan dasar, sarana pelayanan rujukan maupun sarana pelayanan penunjang. Sarana pelayanan dasar yang dimaksud adalah puskesmas dan jaringannya. Sedangkan sarana pelayanan rujukan dan penunjang adalah rumah sakit umum daerah (RSUD), rumah sakit swasta, rumah sakit TNI/Polri, BKPM, dan Balabkes. b. Pembiayaan kesehatan

Dalam periode Tahun 2007 – 2012 terjadi peningkatan alokasi anggaran kesehatan

secara bermakna. Penambahan ini terjadi oleh karena meningkatnya kebutuhan pelayanan khususnya pada pelayanan rujukan sehingga pemerintah menetapkan suatu program pembiayaan kesehatan perorangan melalui jaminan kesehatan Aceh (JKA) yang mulai diberlakukan pada Bulan Juli Tahun 2010. Dengan tidak mengurangi perhatian kepada upaya kesehatan masyarakat Pemerintah Pusat juga telah mengalokasikan anggaran melalui program jamkesmas, jampersal, dan BOK di setiap Kabupaten/Kota.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 171 ayat (2) disebutkan bahwa besaran anggaran pemerintah provinsi, kabupaten-kota dialokasikan minimal 10 % (sepuluh persen) dari anggaran pendapatan daerah, diluar gaji. Pada Tahun 2011 alokasi anggaran kesehatan pada SKPA Dinas Kesehatan sebesar Rp.608.067.233.785,-. Apabila didasarkan pada pasal 171 ayat (2) tersebut diatas ternyata persentase alokasi terhadap total Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA) sangat memadai, yaitu mendapat porsi 8.94 % dari Rp. 6,8 Triliun dan mengalami kenaikan dibanding porsi Tahun 2010 sebesar 5.95% dari Rp. 8.3 Triliun. Apabila dilihat lebih jauh bahwa alokasi anggaran 10% sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan seharusnya juga mempertimbangkan perhitungan pencapaian SPM, peta kapasitas fiskal daerah dan pendapatan per kapita penduduk setempat. Disisi lain anggaran yang mempunyai daya ungkit langsung untuk pencapaian indikator kinerja adalah belanja operasional dalam katagori belanja publik.

Alokasi Anggaran APBA selain didistribusikan untuk mendukung kegiatan program, juga untuk pembangunan fisik, khususnya pembangunan fasilitas kesehatan masyarakat di Kabupaten/Kota. Tabel berikut (tabel 4) memperlihatkan jumlah alokasi pembiayaan kesehatan bersumber APBA berdasarkan tahun anggaran, upaya kesehatan , pembangunan fisik dan aparatur.

Tabel 4. Jumlah alokasi anggaran APBA Tahun 2010-2012 berdasarkan Upaya

kesehatan , pembangunan fisik dan administrasi

Tahun Jumlah anggaran Upaya kesehatan (%)

Pembangunan fisik (%)

Administrasi (%)

2010 494,091,804,986 51.06 40.05 8.99 2011 642,067,233,785 66.51 31.49 2.0 2012 706.579.161.255 63.43 34.60 1.97

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa upaya kesehatan baik kesehatan

masyarakat maupun perorangan mendapat porsi lebih tinggi dibanding pembangunan fisik dan administrasi, namun jika ditelusuri secara rinci berdasarkan kategori pelayanan, terlihat bahwa upaya promotif, preventif masih sangat rendah dan tidak terjadi keseimbangan yang proporsional dengan upaya kuratif dan rehabilitative. Kondisi ini kemungkinan karena alokasi upaya kuratif sangat besar khususnya untuk program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) yang menganut sistem asuransi dengan cakupan seluruh penduduk (universal coverage)

Page 14: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 14

Penelusuran dokumen anggaran pada 5 (lima) kabupatan/kota dalam pendampingan perhitungan anggaran kesehatan kabupaten (District Health Account - DHA) dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Sebagian besar alokasi anggaran bersumber dari Pemerintah dengan kisaran 62 % -

74,35%. Kecukupan proporsi biaya kesehatan berkisar 2,54 % - 3,83% dari alokasi minimal yang diamanatkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Rata-rata biaya kesehatan perkapita adalah $ 31,36 – $ 50,06.

2. Berdasarkan jenis kegiatan, alokasi untuk biaya langsung rata-rata berkisar 64,72% - 81,8%, sementara untuk belanja kegiatan upaya kesehatan perorangan lebih besar dari belanja kegiatan upaya kesehatan masyarakat (1,46% - 6,2%)

3. Berdasarkan mata anggaran, belanja operasional berkisar 37,77 % - 94,86 %; belanja modal berkisar 3,9 % -24,98 %; belanja pemeliharaan berkisar 0,69% - 11,43%.

4. Sebagian besar jenjang kegiatan di lakukan pada level Kabupaten/kota dibanding kegiatan yang dilakukan pada level kecamatan ( 3,38%-13,69%).

5. Penerima manfaat hanya didapat berdasarkan kelompok umur, sebagian besar (50,97% - 57,54%) penerima manfaat adalah semua kelompok umur dan hanya 0,46%-2,77% penerima manfaat adalah kelompok umur < 1 tahun.

6. Belanja untuk kebutuhan non essensial seperti : rokok, sirih dan pulsa, 4 kali lebih besar dibanding pengeluaran untuk kebutuhan essensial kesehatan.

c. Kefarmasian dan perbekalan kesehatan

Strategi program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan/khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan. Untuk itu dibangun kebijakan peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan, peningkatan produksi dan distribusi alkes dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT), peningkatan pelayanan kefarmasian, peningkatan produksi dan distribusi kefarmasian dengan dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya pada program kefarmasian dan alat kesehatan. Kebijakan ini diikuti dengan aturan-aturan tentang daftar obat esensial nasional (DOEN), penggunaan obat generik pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, penetapan daftar harga obat nasional dan penggunaan obat rasional. Operasionalisasi kebijakan tersebut tidak dapat dilepaskan dari tersedianya data dan informasi yang lengkap, akurat dan mutakhir terkait bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Manajemen kefarmasian dan alat kesehatan pada SKPA-Dinas Kesehatan Aceh meliputi penyediaan, penyimpanan dan pendistribusian obat. Pengaturan tersebut dapat dilakukan melalui mekanisme pengadaan obat dan bahan habis pakai pada SKPA Dinas maupun penerimaan bantuan obat program dan alat kesehatan baik dari Kementrian Kesehatan maupun donor. Untuk menjalankan ketiga fungsi teknis kefarmasian tersebut, sistem pengadaan dilakukan sesuai mekanisme perencanaan obat termasuk bahan habis pakai dengan prinsip buffer stock.

Buffer stock merupakan tanggungjawab SKPA Dinas Kesehatan Aceh karena masing-masing SKPK Kabupaten/Kota juga menyediakan obat dan bahan habis pakai melalui dana APBK. Buffer stock berfungsi untuk memfasilitasi dan mengantisipasi bila Kabupaten/kota mengalami kekurangan persediaan untuk menjamin kelangsungan pelayanan kefarmasian untuk masyarakat di fasilitas pelayanan dasar . Pendistribusian ke fasilitas pelayanan di lakukan secara berjenjang melalui instalasi farmasi Kabupaten/kota dengan mekanisme standar yang telah ditetapkan.

Page 15: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 15

d. Balai Laboratorium Kesehatan

Balai laboratorium kesehatan (Balabkes) merupakan pusat pelayanan penunjang dan rujukan yang melakukan fungsi pelayanan untuk pemeriksaan mikrobiologi, kimia kesehatan, kimia klinik dan patologi klinik, kimia lingkungan dan toksitologi, Imonologi serta kegiatan, pemeriksaan spesimen, sarana dan rujukan pengetahuan-teknologi.

Balai Laboratorium kesehatan daerah Aceh sudah diakui oleh Komite Akreditasi Nasional sebagai laboratorium medik dengan ISO 15189 pada Tanggal 31 Maret 2011. Dengan adanya pengakuan tersebut maka laboratorium kesehatan berkewajiban untuk menjaga mutu dan hasil pemeriksaan dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Kegiatan pelayanan yang dilakukan di laboratorium kesehatan secara garis besar terdiri dari 5 bidang yaitu : Hematologi, kimia klinik, mikrobiologi, imonologi/ serologi, kimia kesehatan dan toksikologi. e. Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (P2KK)

Sejak Tahun 2010, berdasarkan Peraturan Gubernur Aceh Aceh Nomor 06 Tahun 2010, SKPA Dinas Kesehatan menambah 1 (satu) unit pelaksana teknis daerah (UPTD) P2KK untuk menjalankan fungsi teknis penanggulangan krisis kesehatan sebagai dampak terjadinya bencana termasuk mengembangkan mekanisme pelaksanaan kegiatan ambulans terpadu. Dalam melaksanakan tugas ini, koordinasi dan kerjasama lintas sektor menjadi kunci keberhasilan teknis penanggulangan masalah kesehatan di lapangan terutama kerjasama dengan SKPA-Badan Penanggulangan Bencana dan Rumah Sakit. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan untuk penanggulangan krisis kesehatan merupakan langkah awal yang dilakukan oleh P2KK, dalam upaya menata sumber daya manusia yang kompeten di bidang penanggulangan krisis kesehatan dan pelayanan ambulans terpadu, disamping penyediaan sarana pendukung lainnya. f. Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM)

Dalam melaksanakan fungsi pelayanan pada unit pelaksana teknis daerah (UPTD)

BKPM mengacu pada standar pelayanan kesehatan masyarakat, selain melakukan pelayanan langsung terhadap klien yang berkunjung ke BPKM juga melakukan upaya promosi dan preventif di dalam gedung. Untuk fungsi kuratif BPKM melakukan kerjasama dengan RSUD Zainoel Abidin, sehubungan dengan keterbatasan tenaga spesialis di bidang kesehatan paru, sedangkan untuk melakukan fungsi promotif dan preventif dilakukan bersama dengan SKPA-Dinas kesehatan dibawah koordinasi bidang pembinaan pelayanan kesehatan. g. Balai Pelatihan Kesehatan

Tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu membutuhkan

ketersediaan tenaga kesehatan yang kompeten, integritas serta berdedikasi tinggi. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi bidang kesehatan dan informasi serta arus globalisasi juga menuntut tenaga kesehatan yang profesional. Keberadaan Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) merupakan unit teknis yang seharusnya mampu menjawab tantangan tersebut. UPTD Bapelkes berkedudukan di Kota Jantho, Aceh Besar berfungsi sebagai unit teknis penyelenggara pelatihan tenaga kesehatan dan mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan sumber daya manusia kesehatan dan masyarakat yang meliputi diklat kesehatan dan non kesehatan. Untuk menjalankan roda organisasi dan fungsi teknis, UPTD berkoordinasi dengan bidang teknis pada SKPA-Dinas Kesehatan melalui bidang pengembangan sumberdaya kesehatan. Keberadaan widyaiswara menjadi sumber utama yang harus dimiliki, disamping sarana pendukung lainnya.

Page 16: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 16

2.3. Kinerja Pelayanan SKPA 2.3.1. Tata Kelola

a. Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK)

NSPK adalah serangkaian aturan yang ditetapkan pemerintah menjadi sebuah

kebijakan Nasional sebagai pedoman penyelenggaraan urusan pemerintahan. Dalam penjelasanan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan Pemerintahan antara pemerintah, pemerintah Provinsi dan Kabupaten/ Kota diurakan definisi masing-masing dari Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria. Norma adalah aturan atau ketentuan yang dipakai sebagai tatanan untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah. Standar adalah acuan yang dipakai sebagai patokan dalam penyelenggaraan

Beberapa regulasi yang telah dihasilkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun RPJMA 2012 adalah Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2010 tentang Kesehatan, Peraturan Gubernur Aceh Nomor 40 Tahun 2010 tentang Eliminasi Malaria, Peraturan Gubernur Aceh Nomor tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Aceh (JKA), Peraturan Gubernur Aceh Nomor 53 Tahun 2010 tentang UPTD Balai Kesehatan Paru Masyarakat, Peraturan Gubernur Aceh Nomor 06 Tahun 2010 tentang Penetapan UPTD Pusat Penanggulangan Krisis kesehatan. Dalam hal pelasanaan standar pelayanan minimal bidang kesehatan yang merupakan salah satu kewenangan wajib pemerintah untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, menjadi tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan daerah kabupaten/Kota. Dalam penyelenggaraannya Menteri Kesehatan melakukan monitoring dan evaluasi atas penerapan SPM oleh pemerintah daerah dalam rangka menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat. Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud dilakukan oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah untuk pemerintah kabupaten/Kota. Hasil monitoring tersebut digunakan sebagai bahan masukan bagi pengembangan kapasitas pemerintah daerah dalam pencapaian SPM Kesehatan; sebagai bahan pertimbangan dalam pembinaan dan pengawasan penerapan SPM Kesehatan, termasuk pemberian penghargaan bagi pemerintah daerah yang berprestasi sangat baik; dan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan sanksi kepada pemerintah daerah kabupaten/kota yang tidak berhasil mencapai SPM Kesehatan dengan baik dalam batas waktu yang ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi khusus daerah yang bersangkutan sesuai peraturan perundang-undangan yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008.

Kondisi saat ini hanya 10 Kabupaten/kota (43,47%) telah memiliki SPM yang difasilitasi oleh SKPA Dinkes Aceh baik melalui dana otonomi khusus maupun donor. Pada periode lima tahun kedepan penyelesaian dokumen SPM Kabupaten/kota menjadi target utama kinerja tatakelola SKPA sekaligus penyiapan SPM bidang kesehatan Pemerintah Aceh. Sementara ini sedang dilakukan pengkajian kembali terhadap Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008 tentang SPM yang juga harus diantisipasi oleh SKPA Dinas Kesehatan Aceh.

b. Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah

Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dilakukan untuk mengetahui

kemampuan SKPA dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi yang mencakup indikator, metode, mekanisme dan tata cara pelaporan kinerja instansi pemerintah. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah digunakan untuk melaksanakan akuntabilitas kinerja sebagai wujud pertanggungjawaban instansi pemerintah dalam mencapai misi dan tujuan organisasi. Setiap instansi pemerintah sampai tingkat eselon II telah mempunyai perencanaan

Page 17: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 17

strategis tentang program utama yang akan dicapai selama 1 (satu) sampai 5 (lima) tahunan. Perencanaan strategi yang dimaksud mencakup uraian tentang visi, misi, strategi dan faktor-faktor kunci keberhasilan organisasi; uraian tentang tujuan, sasaran dan aktivitas organisasi; uraian tentang cara mencapai tujuan dan sasaran. Atas dasar Instruksi tersebut maka pada akhir tahun anggaran, setiap instansi menyampaikan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah kepada Presiden dan salinannya kepada Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dengan menggunakan pedoman penyusunan sistem akuntabilitas kinerja.

Sasaran sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah: a. menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya; b. terwujudnya transparansi instansi pemerintah; c. terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan; d. terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Kegiatan yang menjadi perhatian utama mencakup tugas pokok dan fungsi instansi pemerintah; program kerja yang menjadi isu global, nasional dan lokal serta aktifitas yang dominan dan vital bagi pencapaian visi dan misi instansi Pemerintah. Pada Tahun 2010 SKPA Dinas Kesehatan mendapat nilai evaluasi kinerja sebesar 34,5%, kemudian Tahun 2011 mencapai 50,6 % dan diharapkan Tahun 2012 akan mencapai nilai yang akan terus meningkat dengan kategori baik dan memuaskan.

c. Petunjuk dan Pedoman Pelaksanaan Program

Sebagaimana tugas dan fungsi SKPA Dinas Kesehatan Aceh yang tercantum

dalam Peraturan Gubernur Nomor 18 Tahun 2008 antara lain pelaksanaan urusan ketatausahaan dinas dan penyiapan kebijakan daerah di bidang kesehatan. Fungsi sebagai regulator, menjadi bagian yang melekat erat dalam penentuan kebijakan dan pemantauan serta pengendalian terhadap pelaksanaan kebuijakan yang dijabarkan dalam bentuk kegiatan program. Penyiapan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan program sebagai penjabaran implementasi sebuah kebijakan yang di tetapkan oleh SKPA, harus dilakukan sesuai target dan tepat sasaran sehingga penilaian terhadap kinerja SKPA akan terukur dampaknya terhadap peningkatan kesehatan masyarakat.

Disadari bahwa penataan sistem rekrutment SDM Kesehatan yang transparant dan akuntabel berbasis kompetensi belum terlaksana dengan baik, karena belum dilakukan analisis kebutuhan. Sementara pelaksanaan kegiatan program tetap mengacu pada ketetapan peraturan dan petunjuk tehnis yang diterbitkan dari satuan kerja teknis dalam hal ini Kementrian Kesehatan. Beberapa pedoman yang mengacu pada teknis pelaksanaan belanja APBA disesuaikan dengan Peraturan Keuangan Negara, Peraturan dan Keputusan Menteri Dalam Negeri, Peraturan Gubernur, Surat Edaran, petunjuk teknis program dan pedoman pelaksanaan dari Kementerian Kesehatan. Sebagai contoh, Juknis program Jamkesmas - Jampersal, BOK, Dana Alokasi Khusus, Dana Tugas Perbantuan (TP) dan Dana Dekonsentrasi serta Pedoman pelaksanaan Jamkesda (JKA) yang dirancang oleh SKPA dan disahkan dengan Peraturan Gubernur Aceh.

Pelaksanaan urusan ketatausahaan SKPA, diatur dalam Peraturan Gubernur yang mengacu pada Peraturan diatasnya yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Qanun Aceh di bidang Kesehatan dan selanjutnya dijabarkan kembali dalam bentuk operasional melalui Keputusan Kepala SKPA Dinas Kesehatan Aceh. Sebagian besar kegiatan program pokok dalam DPA SKPA Dinas Kesehatan Aceh telah mempunyai petunjuk teknis dan pedoman pelaksanaan, sehingga pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan sesuai petunjuk teknis yang tersedia.

Page 18: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 18

d. Standarisasi, Akreditasi dan Kalibrasi Standar prosedur operasional merupakan salah satu kunci utama dalam

tatakelola administrasi dan manajemen di lingkup SKPA. Penilaian kinerja tatakelola sangat tergantung dari arus mekanisme penyelenggaraan tugas dan fungsi unit kerja dalam satu kesatuan sistem manajemen kesehatan. Pembagian tugas setiap personil dalam unit kerja dan bagaimana menyelenggarakan tugas tersebut seharusnya berpedoman pada standar operasional. Meskipun secara tertulis belum lengkap tersedia di masing-masing unit kerja namun dalam pelaksanaan pekerjaannya diawasi dan dinilai oleh pimpinan unit dengan alat kendali tugas pokok dan fungsi personil yang tertulis. Penerapan pengawasan melekat menjadi penting sehingga semua proses penyelenggaraan kegiatan dapat dipertanggungjawabkan dengan menganut nilai transparansi dan akuntabel. Oleh karena standar prosedur operasional ini menjadi ukuran penilaian kinerja unit kerja dan individu, maka penyediaan standar harus diselesaikan dan di lengkapi sebagai bagian dari ukuran mutu jalannya sistem manajemen di lingkup SKPA. Sementara untuk akreditasi fasilitas dalam lingkup SKPA Dinkes dilihat dari persentase UPTD yang terakreditasi. Dari 4 (empat) UPTD SKPA Dinkes hanya 1 (satu) unit yang terakreditasi yaitu UPTD Balabkes yang mempunyai sertifikast ISO 15189 yang didapat pada Tanggal 31 Maret 2011.

Dalam menyelenggarakan fungsinya maka SKPA Dinas Kesehatan Aceh mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi terlaksananya akreditasi fasilitas kesehatan di level Pemerintah Aceh dan Kabupaten/Kota sebagai upaya penyiapan kelembagaan fasilitas pelayanan publik menghadapi penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional. Penyiapan kelembagaan RSUD menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) harus dilakukan sesuai amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Kondisi saat ini RSUD menjadi BLUD sebanyak : 10 unit (18%); RSUD terakreditasi 13 unit (23%). Kegiatan kalibrasi alat kesehatan belum terlaksana secara optimal, oleh karena keterbatasan jumlah dan kompetensi tenaga. Untuk UPTD Balai Labkes, semua peralatan pemeriksaan sudah di kalibrasi secara rutin, dan Balai Labkes sedang dipersipakan untuk menjadi Balai Layanan Umum Daerah (BLUD)

2.3.2. Manajemen Kesehatan a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan didasarkan pada evaluasi kinerja tahunan yang dilakukan

sesuai LAKIP atas penilaian kesenjangan capaian target kinerja SKPA serta memperhatikan transisi epidemiologi dan kebutuhan lokal. Proses perencanaan dilakukan sesuai mekanisme yang ditetapkan pemerintah dalam hal ini mengikuti peraturan pemerintah baik Peraturan Menteri Dalam Negeri, Peraturan Menteri Kesehatan dan Peraturan Gubernur. Disamping perencanaan berbasis kinerja, juga perencanaan dilakukan dengan memperhatikan pola perkembangan global, nasional dan lokal.

Pada periode Tahun 2007 – 2012, prioritas perencanaan terfokus pada peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, jangkauan dan mutu pelayanan, pengembangan pola BLUD untuk fasilitas rujukan kabupaten/ kota dan provinsi, penerapan mekanisme pembiayaan jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat Aceh serta percepatan pencapaian target MDGs. Mekanisme bottom up planning masih merupakan kekuatan utama dalam proses perencanaan yang komprehensif dengan komitmen yang kuat. Artinya kegiatan program disusun berdasarkan kebutuhan lokal berbasis data sehingga setiap kegiatan yang direncanakan harus disertai dengan data dukung yang kuat dan terdokumentasi. Upaya ini dilakukan

Page 19: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 19

untuk menjamin bahwa proses perencanaan yang benar pada gilirannya akan ber kontribusi terhadap keberhasilan program sehingga dapat mengurangi kesenjangan status kesehatan masyarakat antar wilayah. Mekanisme tahapan perencanaan dapat dilihat pada alur berikut in

Kinerja perencanaan di SKPA Dinas Kesehatan, masih belum optimal karena forum SKPA Dinas Kesehatan Aceh sebagai pembahas perencanaan program dan anggaran tidak berfungsi maksimal, kendala utama disebabkan belum terlaksananya alur perencanaan program yang standar. Ukuran kinerja yang dinilai untuk perencanaan antara lain kesesuaian dengan RPJP, RPJM dan RKT dicapai 35% sesuai bobot evaluasi kompenen manajemen kinerja. Mekanisme tahapan perencanaan dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 1. Mekanisme Tahapan Perencanaan

b. Pembiayaan

Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk menyediakan biaya kesehatan yang

berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

Peraturan presiden Nomor 7 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) pada susbsistem pembiayaan kesehatan disebutkan bahwa pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan barang publik (public good) yang menjadi tanggung jawab pemerintah, sedangkan untuk pelayanan kesehatan perorangan pembiayaannya bersifat privat, kecuali pembiayaan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu menjadi tanggung jawab pemerintah.

Transisi demografi, perubahan lingkungan dan dinamika sosial ekonomi penduduk mempengaruhi perubahan masalah kesehatan, disamping itu desentralisasi dan tantangan globalisasi yang demikian tingginya, diperkirakan juga mempengaruhi pola pembiayaan kesehatan. Dinamika masalah kesehatan yang digambarkan dari transisi epidemiologi, determinan serta disparitas secara langsung mempengaruhi besaran kebutuhan pembiayaan kesehatan. Alokasi anggaran SKPA yang terus menunjukkan trend meningkat tetapi tidak mengikuti alur perubahan dinamika masalah kesehatan, akan sangat sedikit berkontribusi untuk penyelesaian masalah kesehatan masyarakat khususnya disparitas status kesehatan antar wilayah. Masalah total fertilation rate (TFR), kesehatan lingkungan dan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) membutuhkan alokasi anggaran yang berpihak pada program pencapaian target MDGs antara lain melalui program kesehatan ibu dan anak, kesehatan lingkungan, gizi, imunisasi, promosi kesehatan.

Page 20: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 20

Sejak Tahun 2005 hingga Tahun 2012 belanja kesehatan Aceh meningkat tiga kali lipat namun belanja pelayanan kesehatan ibu, anak dan gizi, promosi kesehatan dan imunisasi mendapat porsi belanja yang rendah. Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk dana otonomi khusus yang diberikan kepada Aceh, harus disikapi oleh SKPA-Dinas Kesehatan Aceh sebagai peluang dalam menyeimbangi kebutuhan program cost effective serta memperhatikan disparitas horizontal dalam hal ini antar wilayah khususnya perhatian pada daerah terpencil perbatasan dan kepulauan. Kajian tentang belanja sector kesehatan yang dilakukan oleh Lembaga “public expenditure analysis and capacity strengthening program (PECAPP), menemukan bahwa pola anggaran APBA cendrung untuk upaya kuratif (57%) sementara untuk upaya promotif - preventif (4%) dan supportif (31%), sebagai mana tergambar pada gambar dibawah ini.

Gambar 2. Pola Anggaran Dinas Kesehatan Aceh Tahun 2007 - 2012

Berdasarkan mata anggaran dijelaskan bahwa belanja pemeliharaan rata-rata

sebesar 2 %; Belanja pelatihan rata-rata 1 %, belanja investasi rata-rata 32% dan pada tahun 2012 pola anggarannya juga tidak jauh berbeda, 72,0% belanja dialokasikan untuk asuransi kesehatan dan pembangunan sarana kesehatan, sebagaimana gambar berikut ini (PECAPP 2012)

Gambar 3. Pola Belanja Dinas Kesehatan Aceh Tahun 2007 - 2012

Berdasarkan analisis tersebut diharapkan pada periode 5 (lima ) tahun kedepan

sesuai dengan fokus perencanaan SKPA- Dinas kesehatan, maka penganggaran dan belanja kesehatan perlu keseimbangan alokasi antara upaya promosi kesehatan, pencegahan, pengobatan dan manajemen sistem kesehatan daerah.

Page 21: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 21

Untuk penilaian kinerja pembiayaan kesehatan yang bersifat universal caverage dalam segi penyediaan anggarannya sudah dicapai (100%) melalui badan penyelenggaran jaminan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Utilisasi pemanfaatannya masih belum optimal dan biaya terbesar terdapat pada belanja pelayanan tingkat lanjutan yang cendrung meningkat.

c. Sistem Informasi Kesehatan

Untuk mendukung proses perencanaan yang benar berbasis data yang

berdampak pada penganggaran dan belanja sektor kesehatan, maka keberadaan sistem informasi yang berbasis teknologi menjadi sangat penting. Ketersediaan data tepat waktu dengan tingkat akurasi yang tinggi menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pengelolaan sistem informasi di setiap SKPA. Kondisi saat ini, sistem infomasi kesehatan belum optimal oleh karena mekanisme alur masuk data yang tidak disiplin, analisis data yang belum maksimal dan tidak tersedianya tenaga information and technology (IT) dan epidemiolog.

Untuk meminimalisir masalah ini, dilakukan proses validasi data yang diakomodir dari penanggungjawab program dan dari Kabupaten/Kota secara rutin , serta dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, SKPA mampu menyediakan profil kesehatan tahunan. Proses penyusunan profil dilakukan secara inten melalui konsolidasi internal antar bidang, lintas SKPA terkait dan komunikasi dengan Kabupaten/kota. Penggunaan software sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) dan sistem informasi puskesmas (SIMPUS) masih menjadi andalan utama sebelum ada sistem on line untuk informasi berbasis IT, yang pada gilirannya Dinas Kesehatan Aceh harus mampu mengoperasionalkan software informasi yang berbasis teknologi seperti data berbasis global information system (GIS), IT/CTN dan termasuk software lain berbasis elektronik (e-planning, e-budgeting, e-katalog, e-monev). Penyediaan server data untuk mendukung arus masuk data dari kabupaten/kota dan dari unit dalam lingkup SKPA sudah ada namun fungsi operasional yang dijalankan belum maksimal. Pada Tahun 2011 sistem infomasi yang dikelola SKPA hanya mencapai 60% , software dan server tersedia namun operasional tidak maksimal, hal ini juga berkaitan dengan ketersediaan perangkat IT yang belum tersedia diseluruh fasilitas pelayanan dasar sebagai simpul awal sumber data.

d. Koordinasi

Salah satu fungsi SKPA Dinas kesehatan adalah melaksanakan fungsi koordinasi ,

baik dengan lintas sektor terkait maupun dengan Kabupaten Kota. Fungsi koordinasi ini masih belum maksimal, tidak intens dan ketidakjelasan pembagian peran sehingga beberapa kegiatan program terjadi overlap dan bahkan ada kegiatan program yang belum diakomodir, baik di level SKPA maupun di level SKPK. Koordinasi dengan RS juga masih sangat lemah terutama pada penerbitan dan penerapan regulasi pelayanan kesehatan yang banyak dipengaruhi oleh dinamika demografi dan transisi epidemiologi. Demikian juga hal nya koordinasi dengan Loka Litbang Aceh, khususnya untuk kegiatan survey cepat terhadap kinerja SKPA dan agenda penelitian strategis lainnya. Beberapa bentuk koordinasi sektoral yang sudah dilakukan melalui kelompok kerja antara lain Manunggal KB-KES, Pokjanal Posyandu, Penilaian Fasilitas kesehatan (RSUD dan Puskesmas) untuk pelayanan unggulan program Sayang ibu dan Sayang bayi, komite penanggulangan HIV/AIDS, Penetapan kelas/type dan akreditasi RSUD, diterbitkannya Peraturan Gubernur Aceh Nomor 40 Tahun 2010 tentang Eliminasi Malaria serta

Page 22: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 22

penetapan Balai Labkesda sebagai centre of excellent diagnosa HIV/AIDS, Tuberkulosa dan Malaria.

e. Penelitian pengembangan

Penelitian pengembangan untuk bidang kesehatan sejak Tahun 2007 - 2012 tidak dilakukan oleh SKPA, sehubungan dengan adanya riset kesehatan dasar (RISKESDAS) Tahun 2007 yang dilakukan oleh badan penelitian dan pengembangan kesehatan (BALITBANGKES) Kementerian Kesehatan, tetapi dalam kegiatan tersebut ada peran dan keikutsertaan SKPA Dinas kesehatan Aceh bersama tim Loka Litbang Aceh. Berdasarkan hasil riset tersebut Aceh masuk dalam kategori daerah bermasalah kesehatan (DBK) dengan sejumlah 16 kabupaten/kota bermasalah kesehatan. Sementara untuk survey cepat (rapid assement) selama periode Tahun 2007 - 2012 hanya ada satu kegiatan yaitu survey kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan JKA.

Pemanfaatan UPT pusat Loka Litbang Aceh belum secara inten dilakukan. Diharapkan SKPA Dinas kesehatan Aceh harus pro aktif menggalang kerjasama dengan LitbangKes Aceh untuk mengembangkan penelitian yang mengarah pada penilaian kinerja SKPA terhadap kegiatan program kesehatan masyarakat baik yang bersifat manajerial maupun teknis. Agenda penelitian yang perlu dilakukan adalah penelitian strategis yang ditujukan untuk melihat keberhasilan kegiatan program terhadap indikator kesehatan termasuk evaluasi jaminan kesehatan Aceh sesuai rekomendasi dari lembaga penelitian PECAPP-UNSYIAH. Pelaksanaan penelitian dapat dilakukan melalui kontrak pihak ketiga (outsourcing).

f. Monitoring evaluasi

Monitoring dan evaluasi merupakan salah satu tugas dan fungsi SKPA yang berkaitan dan mendasari penilaian kinerja institusi Dinas kesehatan Aceh. Kesulitan utama dalam penilaian LAKIP disebabkan karena kegiatan monitoring dan evaluasi yang ter-fragmentasi dan dilakukan oleh bidang / program masing-masing dalam lingkungan SKPA. Monitoring dan evaluasi terpadu akan lebih memudahkan dalam penilaian dan penetapan kinerja institusi serta meningkatnya pengendalian penggunaan anggaran, sehingga akuntabilitas dan integrasi kegiatan program dapat diterapkan. Secara bertahap SKPA Dinas Kesehatan akan menerapkan mekanisme monitoring terintegrasi dengan sistem satu pintu “one gate integrated monitoring system” dengan alokasi dana monev pada satu mata anggaran kegiatan tertentu. Kinerja Monev selama Tahun 2007 - 2012 masih sangat rendah dan hanya terfokus pada pengendalian pembangunan fisik melalui koordinasi dengan pusat percepatan kegiatan (P2K) APBA yang menghasilkan rekam jejak pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik di seluruh kabupaten/kota. Hasil kegiatan monev lainnya adalah monev pelaksanaan pendidikan jenjang lanjutan termasuk tenaga spesialistik yang difasilitasi oleh yayasan beasiswa tenaga kesehatan bersumber dari dana BRR NAD-NIAS Tahun 2006 sebagaimana tabel berikut.

Page 23: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 23

Tabel 5. Rekam Jejak Pendidikan jenjang lanjutan

Yayasan Beasiswa Nakes NAD (April 2009)Lanj Progran BRR ( 10 Juli ‘06 s.d 6 April ’09 )

Pembina : Taqwallah - M.Yani - Saifuddin Ishaq

Pengurus : Syahrul (Ketua) Warqah H (Sekretaris)Sofia (Bendahara)

Pengawas : T. Anjar Asmara – Andalas - Fachrul JamalT.M.Thaib - Alfridsyah

1.Formasi Nakes Strategis Kab/Kota 233 Org2.Wajib Mengabdi 3xMasa Pendidikan (Notaris)3.Non Spesialis 90 Org: Mkes 38, MARS 19 & SKep 334.Dokter Spesialis 133 Org: 144 Dasar & 19 Khusus

Perlu Arahan & Dukungan Bpk Gubernur

1.Prioritas CPNS 12 Org Selesai 6 & Pendidikan 62.Ketersediaan Infrastruktur & Alat Medis RSUD (Anastesi-Bedah-Obgyn)

3.Kemudahan Fasilitas (Intensif & Perumahan)

2.3.3. Pengendalian penyakit & Penyehatan lingkungan

Kinerja upaya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan meliputi upaya promosi kesehatan, surveilens epidemiologi, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, kesehatan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.

2.3.3.1. Pemberdayaan masyarakat dan Promosi Kesehatan

Ukuran kinerja dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan strategi program promosi kesehatan adalah persentase rumah tangga yang Ber-PHBS, persentase desa siaga aktif, dan jumlah poskesdes yang beroperasi. Berdasarkan strategi tersebut secara nasional posisi Aceh untuk masing-masing indikator dijelaskan sebagai berikut : a. Rumah tangga ber-PHBS dicapai 33,1%, angka nasional 56,6% b. Desa siaga aktif dicapai hanya 9 %, angka nasional 67,9 % c. Poskesdes yang beroperasi sejumlah 2.186 poskesdes.

2.3.3.2. Surveilens epidemiologi

Surveilans epidemiologi merupakan serangkaian kegiatan yang diawali dengan proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk diambil tindakan. Dalam aplikasi dilapangan kegiatan surveilans epidemiologi mempunyai landasan hukum yaitu Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular. Sehubungan dengan pencapaian MDGs tahun 2015 pengelola surveilans epidemiologi kesehatan mempunyai peran dan tanggung jawab secara aktif menyediakan informasi untuk upaya pengendalian dan penanggulangan secara terpadu. Kinerja surveilans dapat dijelaskan dengan beberapa indikator berikut :

a. Surveilans AFP Penemuan kasus AFP : 36 kasus (target : 26 kasus) dengan AFP rate : 2,8 100.00 anak < 15thn) non Polio AFP rate : 2,8 (indikator : ≥2/100.000 anak < 15 thn).

b. Surveilans Campak Dari 708 kasus klinis campak yang dilaporkan hanya 13,4% memiliki status vaksinasi campak dan 86,6 % status imunisasi campaknya tidak ada / tidak jelas. Kasus

Page 24: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 24

campak tertinggi terjadi pada golongan umur 5-9 tahun sebanyak 208 dan kasus terendah pada golongan umur < 1 tahun sebanyak 83 kasus. KLB dugaan campak selama Tahun 2011 terjadi di 6 (enam) kab/kota yaitu : Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tengah, Kota Banda Aceh, Aceh Besar dan Aceh Tamiang.

c. Case Based Measles Surveilans ( CBMS) Strategi penanggulangan penyakit campak mengarah pada pelaksanaan surveilans campak berbasis individu (case based measles surveillance) . Untuk mendapatkan gambaran kasus campak pasti, maka setiap kasus klinis campak perlu dilakukan konfirmasi laboratorium melalui kegiatan CBMS . Untuk Provinsi Aceh pelaksanaannya dimulai pada Tahun 2010 . Sejumlah 16 Kabupaten /Kota yang mengirimkan sample CBMS dan hasil laboratorium terlihat bahwa ; positif campak hanya 14% dari seluruh sample yang diduga campak, rubella 39 %. dan selebihnya adalah negatif (42%). Dengan pelaksanaan CBMS ini diharapkan intervensi program imunisasi dalam penanggulangan penyakit campak akan lebih efektif.

d. Surveilans Tetanus Neonatorum Terjadi penurunan jumlah kasus dan kematian yang disebabkan Tetanus Neonatorum. Pada Tahun 2011 dijumpai 3 kasus tetanus neonatorum dengan 1 (satu) kematian, CFR : 33,33 %, bila dibandingkan dengan Tahun 2010 , terdapat 6 (enam) kasus dengan 4 (empat) kematian (CFR ; 66,66%).

e. Surveilans Difteri Selama Tahun 2010 – 2011 belum ditemukan adanya kasus Difteri di Aceh .

2.3.3.3. Pengendalian penyakit menular dan tidak menular Upaya pemerintah melalui SKPA-Dinas kesehatan, terhadap pengendalian

penyakit menular dan tidak menular tetap menjadi prioritas, karena beberapa penyakit menular yang diamati memperlihatkan kecenderungan fluktuatif setiap tahun, dan kecendrungan peningkatan penyakit tidak menular mulai meningkat secara signifikan. Kegiatan program yang terfokus pada prilaku hidup sehat menjadi sasaran utama diimbangi dengan upaya pengobatan terhadap penyakit. Berikut dijelaskan beberap penyakit yang diamati;

1). Penyakit Menular. a. ISPA dan Pneumonia;

Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyebab kesakitan tertinggi anak balita di Aceh, Prevalensi ISPA sebesar 36,6% dan jauh di atas angka nasional sekitar 25% (Gani, 2010). Sekitar 35,4% anak menderita batuk dan 39,1% di antaranya juga menderita demam (DHS, 2007). Gani (2010) melaporkan prevalensi Pneumonia di Aceh sebesar 3,97%, angka ini di atas rata-rata angka nasional yaitu 2,85%. Kasus ISPA yang dilaporkan puskesmas cenderung menurun jika dilihat pada laporan empat tahun terakhir. Kasus ISPA pada Tahun 2011 prevalensinya sejumlah 177.857 kasus. Penemuan kasus pneumoni sejumlah 2.332 kasus dengan cakupan penemuan sebesar 5,21% dari target 70%. Cakupan tertinggi berada di Kabupaten Aceh Singkel, Pidie, Bireun dan Aceh Jaya dengan kisaran 9,92 - 17,31%.

b. TB Paru

TB paru masih perlu mendapat perhatian karena prevalensinya di Aceh 1,45% sementara prevalensi TB nasional 0,99%. Case detection rate (CDR) baru mencapai 54,9% pada dari target minimal (nasional) 70%, angka CDR lima tahun terakhir berada

Page 25: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 25

pada kisaran 35,5% - 49,1%, sementara tingkat kesembuhan TB mencapai 92% dan angka kesuksesan 90%.

c. Penyakit dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)

Kualitas pelayanan imunisasi dasar harus mendapat perhatian khusus karena masih terdapat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Ditinjau dari aspek keterjangkauan program dicapai 62,1% dari target 80%, dan tingkat perlindungan dicapai 69% dari target 90%. Dengan melihat tingkat capai program ini maka diperkirakan kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti tetanus neonatorum, campak, dan hepatitis , kemungkinan masih ditemukan. Pada Tahun 2011 dijumpai 2 kasus Tetanus neonatorum, AFP 36 kasus dengan NP-AFP rate 2,8/100.000 anak usia < 15 tahun, campak dijumpai 708 kasus.

d. Malaria

Malaria masih merupakan penyakit endemis hampir di seluruh kabupaten di Aceh. Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi malaria di Aceh 3,7% masih lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional sebesar 2,85%. Prevalensi malaria yang relatif tinggi dijumpai di Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Bener Meriah, dan Kabupaten Aceh Selatan. Penderita penyakit malaria klinis dalam sebulan terakhir yang mengonsumsi obat program masih di bawah 50%. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat (50%) yang mengonsumsi obat malaria tidak sesuai dengan program dan mereka membeli obat di warung. Kondisi ini makin diperparah dengan rendahnya penggunaan kelambu (35%) yang mengandung insektisida (Insecticide treated net) ketika tidur. Indikator yang diukur untuk program pengendalian malaria adalah Annual Parasite Incidence (API), Target API untuk eliminasi malaria adalah <1/100.000 penduduk dan kondisi setiap tahunnya sebagaimana gambar dibawah ini.

Gambar 4. Target API untuk Eliminasi Malaria

e. Demam Berdarah Dengue Penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi permasalahan

kesehatan utama di Aceh. Sebanyak 23 Kabupaten/Kota telah dilakukan pembinaan pelaksanaan kegiatan penanggulangan penyakit DBD, Chikungunya serta bimbingan pencatatan-pelaporan kasus DBD dan Chikungunya. Berdasarkan pencatatan dan pelaporan dari setiap Kabupaten/Kota, jumlah kasus DBD pada Tahun 2011 mengalami penurunan dari tahun 2010 ( kasus = 2834, meninggal = 26 orang, CFR=0,91%), Tahun 2011 DBD sebanyak 2541 kasus dan 15 orang meninggal (CFR=0,59%), Kota Lokseumawe, Kota Banda Aceh, dan Kabupaten Aceh Besar merupakan daerah DBD tertinggi di Aceh. Incidence rate DBD di Aceh sebesar 55,9/100.000 penduduk, Target Nasional IR ≤ 55/100.000 penduduk.

Page 26: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 26

Kasus Chikungunya ditemukan dibeberapa Kabupaten/Kota, kasus terbanyak di Kabupaten Aceh Utara 163 kasus, Kabupaten Bireun 22 kasus, Kabupaten Aceh Tamiang 9 kasus, dan kasus terendah di Aceh Tenggara dan Nagan Raya, masing-masing 5 kasus.

Angka Bebas Jentik (ABJ) di masih rendah yaitu 78,25% dibandingkan dengan target nasional yaitu 95%. Saat ini vaksin untuk mencegah kedua penyakit ini belum ditemukan sehingga upaya untuk menurunkan angka kesakitan dilakukan melalui kegiatan pencegahan melalui pengendalian perkembangbiakan nyamuk penularnya, mencegah terjadinya penularan penyakit dari kasus melalui kegiatan tatalaksana kasus, serta dilakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk secara terpadu, penanggulangan fokus, fogging massal sebelum musim penularan dan abatisasi setiap tiga bulan di kecamatan /desa endemis.

f. HIV-AIDS dan Penyakit Menular Seksual lain

Secara kumulatif sejak Tahun 2004 sampai dengan akhir Tahun 2011 ditemukan sekitar 112 kasus ( HIV 24 kasus dan AIDS 88 kasus) yang tersebar di 20 Kabupaten/Kota dan 18 kasus diantaranya meninggal. Grafik berikut menujukkan trend kumulatif kasus HIV-AIDS di Aceh.

Gambar 5 . Trend Kumulatif Kasus HIV-AIDS di Aceh s/d Tahun 2011.

Penyakit menular seksual lainnya (PMS) seperti Sifilis dan Gonorhoe dilaporkan

sejumlah 69 kasus. 2) Penyakit Tidak Menular

Angka kematian penyakit tidak menular (PTM) meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun 2007 (Riskesdas, 2007). Beberapa jenis penyakit tidak menular yang diamati, dijelaskan sebagai berikut;

a. Penyakit jantung, Stroke, Hipertensi, dan Diabetes mellitus

Hasil Riskesdas Tahun 2007 memperlihatkan bahwa prevalensi penyakit jantung dan stroke di Aceh menempati urutan pertama di Indonesia. Berturut-turut proporsinya 12,6% dan 16,6% atau dua kali lipat prevalensi nasional sebesar 7,2% dan 8,3%. Prevalensi penyakit Diabetes mellitus di Aceh sebesar 1,7% dan menduduki urutan nomor dua di Indonesia dan penyakit diabetes cendrung meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

1 1 1 1 3 1019

3146

71

112

0

20

40

60

80

100

120

Page 27: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 27

b. Penyakit gigi dan mulut Penduduk yang bemasalah dengan gigi dan mulut di Aceh sebesar 30,5%. Kabupaten yang tertinggi dengan masalah gigi dan mulut adalah Kabupaten Bener Meriah 44,7% dan terendah Kabupaten Aceh Tenggara 12,8%. Terdapat empat jenis perawatan gigi yang diterima penduduk dan secara umum yang tertinggi adalah pengobatan 94,6% dan penambalan/pencabutan/bedah gigi 32,9%. Untuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara umum dilakukan di fasilitas pelayanan dasar dan rujukan juga dilakukan melalui program upaya kesehatan gigi sekolah, namum jumlah sekolah yang dicakup masih sangat rendah (53%). Prevalensi tertinggi penyakit gigi dan mulut adalah karies gigi dan sebagian besar dialami pada anak sekolah. Upaya promotif dan preventif di sekolah menjadi prioritas kegiatan 5 tahun kedepan melalui program UKS-UKGS.

c. Cedera

Prevalensi cedera secara total (dengan berbagai sebab) di Aceh sebesar 5,2% dan urutan tiga terbanyak sebagai penyebab cedera meliputi jatuh 48,2%, kecelakaan transportasi darat 35,4%, dan terluka benda tajam /tumpul 18,1%. Prevalensi cedera tertinggi terdapat di Kabupaten Aceh Selatan (14,8%), terendah di Kabupaten Aceh Timur (0,7%) (Riskesdas, 2007). Upaya pencegahan kecelakaan khususnya kecelakaan akibat kerja menjadi issue program yang harus dicermati mengingat angka kejadian cendrung meningkat, demikian juga hubungan koordinasi dengan sekor terkait yang harus dilakukan.

2.3.3.4. Kesehatan lingkungan

Kinerja program kesehatan lingkungan diukur dari beberapa indikator antara lain

akses penduduk terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Rumah tangga dengan akses terhadap sumber air terlindungi sebesar 74,5% Penggunaan sumur galian merupakan sumber air terbesar (44,5%) yang digunakan oleh rumah tangga di Aceh. Sisanya menggunakan sumber air dari ledeng/perpipaan (13,6%), pompa (1,5%), penampungan air hujan dan mata air (4,1%), air kemasan (1,2%), sementara persentase rumah sehat di Aceh mencapai 62,5 %.

Proporsi rumah tangga yang memiliki akses yang baik terhadap jamban sehat sebesar 64,2% dan tempat sampah yang sehat sebesar 63,9%, serta pengelolaan air limbah sehat sebesar 61,2% (Profil Kesehatan Aceh, 2011). Riskesdas 2007 memperlihatkan kepemilikan penampungan sampah tertutup dan terbuka di dalam rumah di Aceh sebesar 5,6% dan 15,2%. Penampungan sampah di luar rumah yang tertutup 8,7% dan terbuka 26,0%.

2.3.4. Pembinaan Upaya Kesehatan

Kinerja pembinaan upaya kesehatan meliputi upaya kesehatan masyarakat, upaya

kesehatan perorangan, upaya kesehatan penunjang dan penanggulangan bencana termasuk kegiatan pada UPTD Balai Labkesda dan P2KK. Upaya kesehatan masyarakat (UKM) dilaksanakan di fasilitas pelayanan dasar sedangkan upaya kesehatan perorangan (UKP) dominan dilakukan di fasilitas rujukan (RSUD) dan sebagian dilakukan juga di fasilitas pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas). Di fasilitas pelayanan dasar (puskesmas) selain melakukan UKM juga melaksanakan UKP, namun porsi UKM lebih besar dari UKP, karena upaya promotif dan preventif merupakan kegiatan utama di Puskesmas. Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, maka indikator kinerja program pembinaan kesehatan didasarkan pada indikator SPM-BK yang dilakukan oleh Kabupaten/Kota melalui unit teknisnya yaitu Puskesmas dan

Page 28: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 28

RSUD. Disamping indikator SPM berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008, tersebut juga terdapat beberapa indikator proxy lainnya yang merupakan variable antara yang perlu dicermati sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam pencapaian target MDGs Tahun 2015. Kinerja upaya kesehatan dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.3.4.1. Upaya kesehatan dasar dan rujukan

Dalam menyelenggrakan fungsi pembinaan terhadap upaya kesehatan dasar yang dilakukan di Puskesmas, maka SKPA berperan memfasilitasi peningkatan manajerial dan teknis agar fungsi puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat dapat berjalan maksimal. Salah satu upaya yang konsisten dilakukan adalah meningkatkan penyelenggaraan manajemen puskesmas. Karena selain menjalankan fungsi pengobatan puskesmas juga sebagai perencana, pelaksana dan penilai kinerja pelayanan dasar melalui instrument yang tersedia, termasuk penilaian kinerja bidan didesa. Dari 327 Puskesmas di Aceh 92,3 % sudah terlatih Manajemen Puskesmas yang diimplikasikan untuk menjalankan tupoksi di wilayah kerjanya. Ukuran keberhasilan manajemen puskesmas dilihat dari dokumen perencanaan tahunan, minilokakarya bulanan dan triwulanan, capaian kinerja yang dipantau melalui instrument pemantauan wilayah setempat (PWS) dan utilisasi penggunaan anggaran operasional, termasuk mekanisme penggunaan dana jamkesmas, jamkesda, jampersal dan BOK.

Dukungan input lainnya untuk mendukung pelaksanaan fungsi manajerial dan teknis di puskesmas adalah jumlah dan kompetensi tenaga kesehatan. Sebagian besar puskesmas memiliki tenaga medis (dr dan drg), keperawatan (bidan, perawat umum dan perawat gigi) dan tenaga administrasi (umum dan pekarya ) dengan kisaran 98,7-100%, kecuali tenaga drg hanya 48,2%, penyuluh kesehatan 49,5% , rekam medik 14,8% dan apoteker 4,8% (Risfaskes 2012). Selain fungsi manajerial, puskesmas mempunyai urusan wajib melakukan pelayanan kesehatan masyarakat minimal 6(enam) dasar yaitu promosi kesehatan, pelayanan KIA-KB, P2M, gizi, imunisasi, kesehatan lingkungan dan pengobatan. Sebagian besar puskesmas di Aceh (92,3%) sudah melakukan kegiatan dasar dengan 6 pelayanan dan program pengembangan seperti pelayanan gigi-mulut, UKS-UKGS, pelayanan jiwa masyarakat, PKPR, dan pelayanan usia lanjut (lansia). Sebagian besar Bidan dan dokter puskesmas telah mendapatkan pelatihan teknis medis terutama untuk kompetensi life saving skill , manajemen kasus maternal-neonatal, manajemen terpadu balita sakit , tatalaksana kasus gizi buruk dan kesehatan remaja.

Berdasarkan kompetensi tenaga di fasilitas pelayanan dasar, maka Aceh memiliki beberapa puskesmas dalam kategori mampu melakukan pelayanan gawat darurat maternal-neonatal dasar ( PONED) sejumlah 45 unit dari target 92 unit dengan rincian 4 puskesmas/kab/kota; 24 puskesmas peduli kesehatan remaja (PKPR) dari target 46 puskesmas dan semua puskesmas perawatan mampu melakukan tatalaksana gizi buruk (194 unit). Untuk indikator pelayanan rujukan dinilai dari indikator pelayanan kesehatan di rumah sakit umum daerah sebagai fasilitas rujukan sekunder. Indikator tersebut antara lain; rata-rata cakupan kunjungan rawat jalan 25,3%; Rawat inap 0,2%, GDR 10,3/100.000 pasien keluar; NDR 5,2/100.000 pasien keluar; BOR 62,4%; LOS 5,9 hari dan TOI 6,5 hari.

2.3.4.2. Upaya kesehatan ibu, anak dan gizi

Upaya kesehatan ibu dan anak (KIA) dan peningkatan gizi masyarakat merupakan program prioritas dan strategis dalam upaya menciptakan generasi masa depan bangsa serta menjadi isu strategis pembangunan kesehatan global utamanya dalam rangka pencapaian target MDG’s Tahun 2015. Sektor kesehatan Aceh juga menjadikan penguatan system pelayanan KIA dan gizi sebagai peluang akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), penurunan prevalensi gizi kurang dan penatalaksanaan kasus gizi buruk di semua fasilitas pelayanan kesehatan. Pemberi pelayanan KIA pada

Page 29: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 29

umumnya bidan dan keberadaannya ada di semua puskesmas, hanya beberapa desa saja yang belum mempunyai bidan yang menetap di desa. Sementara untuk tenaga gizi masih belum dimiliki oleh sebagian puskesmas, dimana 75,6 % dari 327 puskesmas yang telah mempunyai tenaga gizi. Dengan jumlah tenaga bidan yang sangat banyak seharusnya juga dibarengi dengan kompetensi teknis sehingga mutu pelayanan KIA secara bertahap dapat ditingkatkan. Upaya ini terus dilakukan secara berkeninambungan, baik melalui pelatihan teknis medis, on the job, bimbingan fasilitatif, magang, simulasi kasus dsb. Beberapa indikator output yang dinilai sebagai upaya percepatan capaian target lokal, Nasional dan MDG’s, dapat diukur dari aspek aksesibilitas pelayanan, kesinambungan pelayanan dan mutu pelayanan dengan beberapa indikator terpilih yang ditetapkan dalam SPM bidang kesehatan. Tabel berikut menjelaskan beberapa capaian indikator upaya kesehatan dan indikator proksi lainnya yang saling berhubungan dalam upaya pembinaan kesehatan.

Page 30: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 30

Tabel 6. Capaian Indikator Upaya Kesehatan SKPA-Dinas Kesehatan Aceh Tahun 2007-2012

NO INDIKATOR Capaian target RPJMA 2007 – 2012

CAPAIAN 2007 2008 2009 2010 2011 2012

A VITAL STATISTIC

1 ANGKA KEMATIAN IBU (PER 100.000 LH) 237 189 189 193 158 192

2 ANGKA KEMATIAN BAYI (PER 1.000 LH) 35 25

(SDKI) 25

(SDKI) 16.3 15

3 PREVALENSI GIZI KURANG (%) 26,6

(Riskesdas) 18.6 16,69 (PSG) 15.68 18.6 12,7

4 UMUR HARAPAN HIDUP (UHH) 68.2 68 68 68 68 68, 9

5 INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) 70.4

(RANK 17 DARI 33 PROV) Berada pada posisi menengah atas (66<IPM<80)

B

INDIKATOR PROKSI SESUAI SPM (%) dan Indikator penting lain

1 Cakupan kunjungan ibu hamil (K4) 78.86 80.5 78 84.54 85.79 83,2

2 Cakupan kunjungan Neonatal (KN) lengkap 83 73.8 87.07 80,4

3 Komplikasi kebidanan yang ditangani 15.79 21.7 30 45.25 33.51 40,9

4 Pertolongan Persalinan oleh tenaga professional 78.2 83.03 87 84.25 84.67

88,47

5 Cakupan pelayanan nifas 81.3 84.07 84.44 77.17 78.43 80,3

6 Cakupan peserta KB aktif 41.7 50.75 59.9 65.9 55 48,11

7 Penanganan komplikasi Bayi baru lahir 12.5 12.6 70 50.65 13.67 31,1 8 Cakupan kunjungan bayi 60.57 87.1 85 86.3 91.04 78,9 9 Cakupan pelayanan Balita 31.9 35.6 80 82.4 77.91 59,5

10 Cakupan pemberian MP-ASI pada anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin 87 89 82 90

11 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 56 59 63.2 73.7 66 87

Untuk Sekolah lanjutan 30 30

12 Pelayanan Kesehatan dasar masyarakat miskin 82.60

88.46 96.53 100 100 100

13 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Balita 70.62 61.1 66.3 87,8

14 Cakupan D/S 70 62.8 75,5

15 Cakupan ASI Eksklusif 13.70

13.80 8.58 4.3 33.2 38

16 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 61 80 90 100 100 100

17 Cak. pelayanan gawat darurat level I yang hrs diberikan RS di Kab/kota 45 50 47 45 78 45,2

18 Cakupan Balita Gizi buruk mendapat perawatan

42.70 48.83 68.83 77.9 100 100

Page 31: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 31

Berdasarkan tabel diatas dan sesuai dengan amanat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008, maka SKPA Dinas Kesehatan berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan monitoring evaluasi kinerja pelayanan di fasilitas kesehatan seluruh kabupaten/kota. Pelaksanaan fungsi monitoring evaluasi dan pembinaan upaya kesehatan dilakukan melalui supervisi fasilitatif yang terintegrasi. Diperlukan upaya terintegrasi untuk antisipasi perubahan/revisi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008 dalam upaya menjawab tantangan permasalahan kesehatan lima tahun mendatang dengan melakukan analisis secara periodik terhadap transisi epidemiologi dan demografi.

Untuk indikator yang berhubungan dengan MDGs, target capaian berfluktuasi, terutama pada Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi, sementara untuk status gizi yang dinyatakan dengan prevalensi gizi kurang, masih menjadi masalah. Hal ini sangat erat kaitannya dengan keaktifan posyandu yang berfungsi sebagai penjaringan awal dan deteksi dini terhadap masalah gizi pada bayi dan balita. Peranserta masyarakat yang diukur dari indikator D/S (75,5%). Seharusnya semua bayi dan balita (100%) ditimbang setiap bulan dengan peran kader yang ada di setiap posyandu. Indikator D/S inilah yang merupakan salah satu indikator penting yang berkaitan dengan upaya peningkatan status gizi disuatu wilayah.

Masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi berkaitan erat dengan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi serta kompetensi tenaga kesehatan yang bekerja di lini terdepan (puskesmas dan jaringannya). Disamping itu sarana pendukung untuk fasilitas pelayanan rujukan juga masih belum memadai, baik untuk Puskesmas PONED maupun RSUD PONEK. Pembiayaan kesehatan yang cost effective untuk indikator yang berhubungan dengan target MDGs menjadi isu utama yang perlu dicermati, sehingga biaya operasional pelayanan langsung untuk menjemput sasaran yang tidak akses ke fasilitas pelayanan dapat dilakukan oleh petugas di lapangan. Jika diperhatikan secara rinci alokasi anggaran untuk percepatan pencapaian target MDGs telah menunjukkan trend yang meningkat, namun belum terjadi keseimbangan alokasi antara dukungan manajemen program dengan biaya operasional pelayanan langsung.

2.3.4.3. Upaya Kesehatan Jiwa Masyarakat

Program kesehatan jiwa masyarakat merupakan salah satu program pengembangan di sebagian besar fasilitas pelayanan dasar di Aceh (96,5%), sementara secara nasional sebanyak 61,2 % puskesmas melaksanakan upaya kesehatan jiwa. Hal ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sejarah masa lalu Aceh yang tidak kondusif dan pasca bencana Tsunami yang mengakomodir pentingnya peningkatan pelayanan kesehatan jiwa di Aceh. Dari beberapa hasil kajian pasca bencana Tsunami, bahwa gangguan jiwa di Aceh cukup tinggi serta hasil Riskesdas 2007 memperlihatkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional usia diatas 15 tahun di Aceh sebesar 14,1%, dengan kisaran antara 4,8-32,1%, lebih tinggi dibandingkan prevalensi Nasional (11,6 %). Berdasarkan kondisi itulah pendekatan khusus model Aceh dengan konsep pelayanan kesehatan jiwa di komunitas yang dilakukan melalui asuhan keparawatan jiwa menjadi unggulan.

Model tersebut dikenal dengan Community Mental Health Nerse (CMHN) yang terus berkembang hingga tersedia nya unit pelayanan intensif psikiatri (UPIP) di fasilitas rujukan dengan menyediakan minimal 10 tempat tidur untuk kasus rujukan dari CMHN dengan lama rawatan maksimal 21 hari. Pemberdayaan Masyarakat dibidang kesehatan jiwa terus berkembang dengan adanya kader kesehatan jiwa masyarakat, dan untuk meningkatkan keperdulian keluarga, TOGA,TOMA dan masyarakat dibentuk Desa Siaga Sehat Jiwa. Cakupan pelayanan Kesehatan Jiwa masyarakat sejak Tahun 2007 sampai 2011 di Kabupaten/Kota, dilaporkan jumlah penderita gangguan jiwa (termasuk penderita yang di pasung) sebanyak 15.025 penderita, mendapat perawatan di rumah sebanyak 11.960 (79,6%) selebihnya dilayani di puskesmas, RSUD dan RS Jiwa. Sampai Tahun 2011 penderita

Page 32: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 32

yang mandiri/pulih dengan minimal care sejumlah 6.953 orang (58,1%), jumlah penderita yang memerlukan bantuan (partial care) sebanyak 4.472 orang (37,4 %) serta penderita gangguan jiwa yang tergantung (total care) sebanyak 1.956 (16,4 %).

2.3.4.4. Upaya Kesehatan Penunjang

Kinerja upaya pelayanan penunjang dilakukan oleh UPTD SKPA Dinas Kesehatan

yaitu pelayanan laboratorium kesehatan, pelayanan kesehatan paru masyarakat dan upaya penanggulangan bencana. Secara garis besar pelayanan laboratorium kesehatan terdiri dari 5 jenis pelayanan yaitu : hematologi, kimia klinik, mikrobiologi, imonologi/ serologi, kimia kesehatan lingkungan dan toksikologi. Sejumlah parameter pelayanan laboratorium kesehatan sudah ter- akreditasi (43 parameter) sehingga peningkatan mutu pelayanan di unit teknis laboratorium perlu secara terus menerus ditingkatkan termasuk kompetensi petugas pelayanan laboratorium. Berdasarkan data yang dicantumkan dalam profil UPTD, maka dapat dijelaskan cakupan pelayanan laboratorium kesehatan seperti tabel 6 dibawah ini.

Tabel 7. Jenis dan Jumlah Pemeriksaan Laboratorium di Balai Laboratorium

Kesehatan Aceh Tahun 2011

No Jenis Pemeriksaan Jumlah Pemeriksaan

Cakupan (%) Keterangan

1 Hematologi 12.572 22% 10 parameter

2 Kimia klinik 22.608 40% 22 parameter

3 Serologi 2.004 4% 21 parameter

4 Parasitologi 364 1% 4 parameter

5 Baktriologi 1032 2 % 17 parameter

6 Kimia kesehatan 1703 3% 43 parameter

7 Urine Analysis 16.016 28% 14 parameter

Dari tabel diatas diketahui bahwa cakupan pemeriksaan terbanyak adalah

pemeriksaan kimia klinik (40%), pemeriksaan urine (28%) dan darah (22%), cakupan pemeriksaan terkecil adalah parasitologi (1%). Kendala utama yang dihadapi oleh UPTD Balai Labkes adalah pendeknya waktu/masa pengunaan reagensia, sehingga ketersediaannya sering tidak terpenuhi, yang berakibat akan terganggu pelayanan. Untuk mengantisipasi kondisi ini UPTD Balai Labkes melakukan sistem pengadaan bahan reagensia secara triwulan atau semester sesuai dengan kebutuhan pelayanan laboratorium.

2.3.4.5. Upaya penanggulangan krisis kesehatan

Upaya penanggulangan krisis kesehatan utamanya bencana, dilakukan melalui UPTD P2KK yang telah operasional pada Tahun 2010. Walau dengan kegiatan yang terbatas dalam DPA SKPA-Dinas Kesehatan di Tahun 2011 antara lain: melakukan konsolidasi tim penanggulangan krisis kesehatan; pelatihan system kegawat daruratan terpadu (SPGDT); koordinasi pelaksanaan ambulans terpadu pada 2 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh; magang petugas untuk kompetensi PPGD dan monitoring - evaluasi di daerah rawan bencana (14 Kabupaten/kota) serta assessment logistik bantuan kesehatan Sistem penanggulangan gawatdarurat terpadu (SPGDT) menjadi salah satu kegiatan prioritas pada unit teknis P2KK, baik yang berhubungan dengan kegawat daruratan

Page 33: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 33

sehari-hari maupun dalam situasi bencana (SPGDT~S–B). Penyelenggaraan sistem ambulans terpadu akan menjadi indikator utama UPTD P2KK karena insidens kecelakaan lalulintas cendrung meningkat, sehingga menggalang koordinasi lintas sektor terkait penanggulangan risiko dan bencana menjadi sangat penting.

Tabel 8. Data Penannggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012

asi penanggulanagn krisi kesehatan yang dilakn sejak tahun 2009s/d 2012.abel. 8 : Penanggula

Frek Kab Kec PNGS LB LR Mngl Frek Kab Kec PNGS LB LR Mngl Frek Kab Kec PNGS LB LR Mngl

1 Banjir 11 11 26 16,095 0 10 0 19 19 31 8,919 4 69 12 23 20 45 51,737 0 20 42 tanah longsor 2 2 2 28 0 0 3 1 1 2 - 0 0 0 2 2 2 677 3 0 03 Kebakaran 4 4 5 376 0 6 0 13 13 13 182 0 15 1 13 13 13 297 0 3 04 Gempa 20 19 0 17,136 11 44 0 3 3 0 - 0 2 1 76 13 0 - 2 0 85 Angin Puting Beliung 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 - 0 0 0 7 7 7 5 0 0 06 Konflik Sosial 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 - 0 0 0 1 1 1 16 0 8 37 Dll 2 2 2 - 7 48 9 1 1 3 - 0 0 0 1 1 1 16 0 8 7

Total 33,635 18 108 12 9,101 4 86 14 52,748 5 39 22

Keterangan :PNGS = PengungsiLB = Luka BeratLR = Luka RinganMngl = Meninggal

No KejadianTahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

ngan s kesehatan di Aceh berdasarkan Kejadian 2.3.5. Sumberdaya Kesehatan dan kefarmasian

Kinerja SKPA Dinas Kesehatan Aceh yang dicakup pada bidang sumber daya dan

Kefarmasian meliputi kefarmasian, sarana kesehatan, akreditasi, registrasi, sertifikasi, perizinan dan uji kompetensi tenaga kesehatan. 2.3.5.1 Kefarmasian dan Bantuan Kesehatan Indikator kinerja kefarmasian yang dinilai adalah ketersediaan obat dasar dan vaksin di fasilitas pelayanan kesehatan dasar, penggunaan obat rasional dan obat generik, instalasi farmasi yang standar; serta pengembangan obat tradisional. Sementara untuk alat kesehatan, indikator yang dinilai adalah persentase sarana distribusi alat kesehatan yang memenuhi persyaratan distribusi dan persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan manfaat. Capaian indikator kinerja kefarmasian dan perbekalan kesehatan disampaikan sebagai berikut : 1. Persentase ketersediaan obat dan vaksin mencapai : 90 % ( target 95%) 2. Persentase penggunaan obat generik di fasilitas kesehatan : 70% (target 75%) 3. Persentase instalasi farmasi sesuai standar mencapai : 66,3 % ( target 100%) 4. Persentase produk alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi persyaratan keamanan,

mutu dan manfaat, mencapai 80% ( target 90%) 5. Persentase sarana distribusi alat kesehatan yang memenuhi persyaratan distribusi

mencapai 60% ( target 65%) 6. Persentase pengunaan obat rasional di fasilitas pelayanan dasar mencapai 94,8% (Target

55%) 7. Jumlah bahan baku obat tradisional mancapai 25% (target 100%)

Page 34: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 34

Pencapaian indikator kinerja ini didasarkan pada informasi pelaksanaan pelayanan

kefarmasian di fasilitas pelayanan dasar seluruh kabupaten/kota. Namun dari aspek manajemen kefarmasian SKPA Dinas Kesehatan masih rendah, mulai dari proses perencanaan kebutuhan, penyimpanan bahan/material kefarmasian di instalasi farmasi termasuk pengaturan suhu ruangan, lembar control dan mekanisme pemusnahan obat dan bahan kadaluarsa, ketersediaan sarana pendukung serta keterbatasan tenaga kefarmasian. Kompetensi untuk tenaga teknis kefarmasian disesuaikan dengan indicator penggunaan obat rasional dan kemampuan konseling terhadap 6 Tepat (tepat diagnosa, tepat indikasi, tepat jenis obat, tepat dosis dan cara, tepat informasi dan tepat kondisi pasien). Dari laporan akuntabilitas kinerja program SKPA untuk kefarmasian mencapai 66%. Dengan rendahnya kinerja kefarmasian, maka segera diperlukan reformasi manajemen kefarmasian menjelang pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional melalui BPJS Tahun 2014. Hal ini berkaitan dengan mutu kefarmasian yang akan menjadi kunci utama keberhasilan pelayanan kesehatan dengan prinsip standar kendali biaya dan kendali mutu. Setiap tahun, SKPA Dinas Kesehatan Aceh melakukan pengadaan Obat untuk seluruh fasilitas pelayanan dasar dan berfungsi sebagai buffer stock, sementara itu juga menyimpan obat-obat program yang di supply dari penangungjawab program dan dari Kememkes. Obat program antara lain Vitamin A, suplemen mikronutrion, obat TB, Kusta, Malaria dan Jiwa serta bahan bantuan lain nya.

2.3.5.2 Registrasi dan Akreditasi

Berdasarkan hasil Riset fasilitas kesehatan (Risfaskes) Tahun 2011, keberadaan sarana kesehatan di Aceh sudah memadai, sebagian besar dibangun diatas Tahun 2000 dan 64,3 % dalam kondisi baik. Jumlah sarana kesehatan yang terakreditasi 5 pelayanan versi Tahun 2007 mencapai 40% sementara target yang harus dicapai sampai dengan Tahun 2012 sebesar 70%. Sarana kesehatan rujukan di level Pemerintah Aceh sudah menjadi BLUD dengan sumber daya yang cukup memadai. Untuk BLUD RSU Dr.Zainoel Abidin memiliki standar akreditasi 16 pelayanan sementara BLUD RSIA dan RSJ masih memiliki standar akreditasi 5 pelayanan. Ketiga BLUD ini akan mempersiapkan standar akreditasi RS versi 2012 dan tahap persiapan mulai dilakukan pada Tahun 2013 sampai Tahun 2014.

Akreditasi RSUD Kabupaten/kota dengan 5 pelayanan sebanyak 12 unit, RSU Swasta 1 unit dan Labkesda 1 unit. Registrasi dan perizinan dimiliki oleh 21 RSUD Kabupaten/kota, 3 RSU Swasta dan 2 RSU TNI/POLRI. Penerbitan perizinan ditetapkan satu pintu di Sekretariat Pemerintah Aceh melalui Badan Perizinan Terpadu (BP2T) dan SKPA Dinas Kesehatan hanya memfasilitasi bahan rekomendasi untuk penerbitan iizin fasilitas pelayanan kesehatan se Aceh. Setiap tahun SKPA Dinas Kesehatan Aceh melakukan penilaian terhadap program unggulan di fasilitas pelayanan dasar dan fasilitas pelayanan rujukan. Program unggulan yang dimaksud adalah kegiatan yang mendukung capaian target MDG’s yaitu upaya menurunkan jumlah kematian ibu dan bayi melalui RSUD dan Puskesmas sayang ibu dan sayang bayi. Kegiatan ini dilakukan secara terpadu lintas sektor terkait. Dukungan lain yang diberikan oleh SKPA Dinas Kesehatan Aceh adalah memfasilitasi penetapan kelas/type RSUD; bimbingan akreditasi fasilitas kesehatan serta penilaian tenaga kesehatan terbaik (teladan) sebagai reward petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk kegiatan kalibrasi alat di fasilitas kesehatan masih sangat minim, hal ini disebabkan karena SDM yang memiliki kompetensi kalibrasi masih sangat kurang dan di beberapa kabupaten tenaga ini tidak tersedia. Pada 5 tahun kedepan akreditasi fasilitas pelayana kesehatan menjadi kegiatan yang haruis menjadi prioritas dan secara rutin dilakukan evaluasi dan pengembangan.

Page 35: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 35

2.3.5.3. Pendayagunaan SDM kesehatan melalui Pengembangan Profesi Uji kompetensi tenaga kesehatan ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala SKPA

Dinas Kesehatan Aceh yang didasarkan pada standar profesi dibawah koordinasi bidang pengembangan sumberdaya kesehatan dan kefarmasian. Disamping itu SKPA-Dinas Kesehatan Aceh juga memiliki Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP) yang merupakan wakil dari majelis tenaga kesehatan Kementrian Kesehatan R.I sebagai wadah registrasi tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya . Tenaga keperawatan yang dimaksud adalah bidan, perawat umum dan perawat gigi, tenaga kesehatan lainnya adalah tenaga fisio terapi, rekam medis, elektro medik, teknik lingkungan, analis kesehatan dan tenaga gizi. Ketersediaan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan dasar di seluruh Aceh yang terbanyak adalah tenaga keperawatan (100%); Tenaga administrasi dan Pekarya (99,7%) serta tenaga dokter umum (98,7%). Ketersedian tenaga kesehatan yang paling sedikit adalah tenaga apoteker (8,4%), tenaga rekam medis (14,8%), dokter gigi (48 %) dan tenaga penyuluh/promkes (49,5%). Secara umum dari aspek kuantitas dan ketersediaan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan sudah sangat memadai, namun dari aspek kualitas yang diukur berbasis kompetensi masih rendah. Kemungkinan juga disebabkan karena frekuensi uji kompetensi yang terbatas, fungsi koordinasi antar profesi belum berjalan, ketimpangan yang besar untuk pelatihan berbasis kompetensi pada masing-masing profesi dan program serta penerapan sertifikasi. Rencana analisis kebutuhan SDM kesehatan dan kebutuhan pelatihan teknis medis dan manajerial menjadi ukuran utama pemberdayaan SDM kesehatan sesuai Kemenkes No. 81/2004 dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan secara umum.

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPA

Berdasarkan analisis tugas pokok dan fungsi SKPA Dinas Kesehatan Aceh, maka peran sebagai regulator merupakan tantangan utama yang perlu disikapi untuk pengembangan pelayanan SKPA Dinas Kesehatan Aceh lima tahun kedepan. Disamping itu masih terdapat tantangan lainnya seperti: 1. Kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan menghadapi penerapan jaminan kesehatan

nasional (JKN) melalui BPJS, terutama di wilayah terpencil perbatasan dan kepulauan. 2. Dinamika pembangunan Aceh yang turut berpengaruh pada politik anggaran dan transisi

demografi dengan mobilitas penduduk yang tinggi. 3. Disparitas status kesehatan antar wilayah terutama didaerah terpencil, perbatasan dan

kepulauan. 4. Kecenderungan peningkatan pola penyakit menular dan tidak menular serta masalah gizi

yang berkaitan dengan prilaku pola hidup. 5. Sistem manajemen kefarmasian terutama keterjangkauan harga obat, penyediaan obat

generik sesuai dengan daftar obat esensial nasional (DOEN) dan penggunaan obat rasional.

6. Sistem informasi berbasis teknologi. 7. Profesionalisme tenaga kesehatan dan sertifikasi fasilitas kesehatan dalam upaya

meningkatkan mutu pelayanan. 8. Dinamika perubahan kebijakan pembangunan kesehatan.

Peluang yang dapat digunakan untuk pengembangan pelayanan SKPA dalam mewujudkan good governance adalah sebagai berikut;

1. Kesatuan pendapat dan komitmen pemerintah yang kuat.

Kekuatan utama dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bersih adalah kesatuan pendapat dan komitment yang kuat membangun negeri. Integrasi dan kerjasama lintas

Page 36: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 36

sektor terkait yang saling mendukung dan menguatkan disemua lini menjadi tolok ukur keberhasilan bersama dalam membangun Aceh menuju masa depan yang lebih baik.

2. Kekuatan perdamaian yang harus terus didengungkan. Upaya untuk terus mendengungkan kedamaian diseluruh pelosok negeri, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam percepatan pembangunan yang merata dan dapat dinikmati oleh seluruh penduduk Aceh, utamanya menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan dan mendapatkan kualitas pelayanan yang optimal.

3. Transportasi yang terjangkau Ketersediaan transportasi sebagai wujud dari percepatan pembangunan di sektor perhubungan menjadi bagian penting dalam upaya memudahkan akses penduduk terhadap fasilitas pelayanan kesehatan dasar hingga fasilitas pelayanan rujukan dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada kelompok rentan ( Ibu hamil, Bayi, Balita dan usia lanjut)

4. Terbuka dalam perdagangan sehingga peluang dalam pelaksanaan pembangunan menjadi meningkat dan kesejahteraan masyarakat akan meningkat pula.

5. Kecenderungan pola pembiayaan kesehatan yang terus membaik. Dengan adanya dana Bagi hasil (OTSUS-MIGAS) di Aceh, terbukti bahwa pembiayaan di sektor kesehatan juga cendrung meningkat, hingga Pemerintah mampu mengalokasikan dana untuk Jaminan kesehatan seluruh pemduduk Aceh sejak medio tahun 2010. Walau peningkatan pembiayaan upaya kesehatan untuk fasilitas pelayanan dasar fasilitas rujukan belum seimbang dengan penguatan system manajemen kesehatan secara keseluruhan, namun pada 5 tahun kedepan alokasi pembiayaan penguatan system manajemen kesehatan termasuk penguatan SDM kesehatan yang berbasis kompetensi akan diseimbangkan dengan alokasi anggaran secara proporsional.

6. Jumlah tenaga kesehatan yang cukup memadai. Berdasarkan Risfaskes 2011, Aceh termasuk salah satu daerah dengan jumlah tenaga keperawatan (Bidan dan perawat) terbanyak di Indonesia terutama di fasilitas pelayanan dasar yang dapat di akses oleh masyarakat. Semua puskesmas memiliki Bidan dan perawat, serta sebagian besar puskesmas (98,7%) memiliki dokter umum dan dokter gigi (48,2%). Tenaga kesehatan yang cukup dengan kompetensi yang optimal menjadi peluang utama untuk mewujudkan Aceh Sehat yang mandiri, berkeadilan, bermartabat dan Islami.

7. Reformasi sistem pelayanan kesehatan dan pola anggaran

Page 37: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 37

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPA

Ada beberapa isu strategis program prioritas pembangunan kesehatan 5 tahun kedepan dalam rangka mewujudkan visi pemerintahan Aceh “Aceh yang bermatabat, sejahtera, berkeadilan dan mandiri, berlandaskan Undang-undang Pemerintahan Aceh sebagai wujud MoU Helsinki” sehingga pada Tahun 2017 Aceh akan tercapainya masyarakat Aceh yang mandiri, makmur dan sejahtera dalam bingkai NKRI. Berdasarkan tugas dan fungsi SKPA Dinas Kesehatan Aceh maka dapat diuraikan permasalahan sebagai berikut : 1. Administrasi dan Manajemen (Tata Kelola)

Perencanaan yang baik dapat memberikan daya ungkit optimal terhadap pencapaian indikator kinerja secara signifikan dan derajat kesehatan masyarakat. Proses perencanaan dengan metode bottom up harus dan layak dipertahankan karena merupakan mekanisme yang mampu menghasilkan komitmen dan mengakomodir secara menyeluruh upaya pelayanan kesehatan sampai ketingkat pelayanan kesehatan dasar. Secara umum perencanaan belum dapat memberikan jawaban optimal terhadap pencapaian tujuan dan kinerja pembangunan kesehatan disebabkan oleh lemahnya pengelolaan informasi kesehatan, terbatasnya pengelolaan prototype perencanaan berkelanjutan. Disamping itu keterbatasan regulasi untuk menyusun standard procedure operational (SPO) yang menjadi hambatan penerapan NSPK sebagai instrument kerja dalam tata kelola.

Pengembangan, pembaharuan dan peningkatan kapasitas tenaga termasuk penggunaan tehnologi yang handal menjadi sangat penting untuk mendorong terwujudnya pelaksanaan administrasi dan manajemen kesehatan (stewardship) secara efektif, efisien dan professional. Pada kenyataannya bahwa penerapan promosi jabatan structural dan fungsional dengan metode reward and punishment, the right man and the right place di lingkungan kesehatan perlu direview karena mekanisme ini terbukti dan mampu memberikan jaminan terhadap sustainability pelaksanaan administrasi dan manajemen organisasi dengan benar. Penerapan program dan software data berbasis teknologi seperti aplikasi GIS, e-Planning, e-budgeting, e-catalog dan e-monev termasuk SIK dan SIM, SP2TP dan Simpus perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Situasi ini pada gilirannya akan mewujudkan perencanaan berbasis data dan informasi serta penganggaran berbasis kinerja secara terintegrasi. Untuk menjamin keberlanjutan pelaksanaannya harus didukung dengan pengawasan dan evaluasi secara berkelanjutan pula.

2. Sumber Daya Manusia Kesehatan/Ketenagaan

Kinerja upaya pelayanan berkorelasi positif dengan kualitas tenaga kesehatan baik secara teknis maupun manajerial. Penempatan personil yang tidak sesuai disiplin ilmu masih banyak menduduki posisi struktural pada Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit menunjukan gambaran belum diterapkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 267 Tahun 2008 tentang Pedoman dan Pengorganisasian Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 971 Tahun 2009 tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan. Seiring dengan perubahan arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan maka perencanaan, rekrutmen dan distribusi tenaga kesehatan strategis seperti tenaga medis, penyuluh kesehatan/promkes, farmasi dan gizi harus

Page 38: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 38

menjadi prioritas sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional.

Pendayagunaan tenaga kesehatan perlu dikelola secara professional agar distribusi dan pemanfaatannya seimbang serta dievaluasi secara periodik melalui uji kompetensi. Pengembangan karier, pengaturan kompensasi dan remunerasi menjadi hal yang perlu dilakukan. Penerapan reward dan punishment untuk peningkatan motivasi dan kinerja juga harus dilakukan sehingga menjamin mutu pelayanan kesehatan sesuai standard.

3. Pembiayaan dan Pengangggaran Kesehatan Secara umum pembiayaan kesehatan di Aceh menunjukkan trend peningkatan,

namun alokasi penganggaran berbasis kinerja belum dilakukan secara benar dan berimbang. Pengalokasian anggaran upaya pelayanan kesehatan masyarakat, upaya pelayanan kesehatan perorangan/rujukan dan administrasi/manajemen pelayanan kesehatan belum mengikuti dinamika perubahan masalah kesehatan. Keberadaan Program Jamkesmas, Jampersal, Program JKA, BOK, DAK, TP, Dana Otonomi Khusus -Migas seharusnya menjadi kekuatan untuk menjamin penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat, demikian juga halnya dengan lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang pelaksanaannya dimulai pada Tahun 2014 akan memberikan kekuatan bagi pembiayaan kesehatan daerah yang perlu disikapi dengan cermat. Penyiapan regulasi, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penggunaan anggaran segera dilakukan sehingga keseimbangan pembiayaan dapat bersinergi dengan kinerja, secara tepat guna dan berhasil guna.

4. Obat dan Alat Kesehatan

Penyediaan kefarmasian dan manajemen perbekalan kesehatan seharusnya sesuai dengan kebutuhan ditingkat pelayanan, rendahnya penggunaan obat rasional dan penataan peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar, menggambarkan bahwa penataan perbekalan kesehatan belum dilakukan secara optimal. Kebijakan Kementerian Kesehatan tentang daftar obat esensial nasional (DOEN), kewajiban penggunaan obat generik pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, harga obat yang terjangkau dan penggunaan obat rasional perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian serta evaluasi secara berkesinambungan disemua fasilitas pelayanan. Reformasi pelayanan kefarmasian perlu segera dilakukan mengingat pengelolaan obat menjadi bangian yang tidak terpisahkan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan menjadi kunci utama keberhasilan penerapan sistem jaminan kesehatan Nasional yang dimulai pada Tahun 2014.

5. Kerjasama Lintas Sektor

Untuk mendukung tercapainya kondisi derajat kesehatan masyarakat yang optimal peran lintas sektor menjadi sangat penting, karena permasalahan kesehatan juga berhubungan dengan kondisi eksternal lainnya termasuk ketahanan pangan, upaya peningkatan kualitas lingkungan dan pengurangan risiko bencana.

6. Upaya Kesehatan

Peningkatan upaya kesehatan untuk mempertahankan kinerja pelayanan membutuhkan strategi khusus dan fokus terutama pada peningkatan upaya promosi kesehatan dan penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Peran organisasi profesi harus dioptimalkan dalam upaya peningkatan promosi kesehatan yang menggiring perubahan perilaku masyarakat hidup sehat.

Page 39: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 39

7. Standarisasi, Sertifikasi dan Kalibrasi Penyediaan fasilitas dan sarana kesehatan untuk menunjang peningkatan mutu

pelayanan sesuai standar yang ditetapkan harus segera dilakukan , karena belum semua rumah sakit umum daerah (RSUD) menjadi badan layanan umum daerah (BLUD). Kalibrasi alat-alat kesehatan belum dilaksanakan secara berkala, karena keterbatasan sumberdaya untuk melaksanakan kegiatan ini, disamping itu mekanisme rujukan perlu ditingkatkan sesuai standar pelayanan rujukan termasuk mekanisme rujukan balik.

3.2. Telaah Visi, Misi, dan Program Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh 2012 –

2017. Sesuai Peraturan Gubernur Aceh Nomor 67 Tahun 2012 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Aceh Tahun 2012 – 2017, visi pembangunan Aceh Tahun 2012-2017 adalah Aceh yang bermartabat, sejahtera,berkeadilan, dan mandiri berlandaskan Undang-Undang Pemerintahan Aceh sebagai wujud MoU Helsinki yang sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Aceh (RPJPA) Tahun 2005-2025.

Dalam mewujudkan visi Aceh tersebut ditempuh melalui 5 (lima) misi pembangunan Aceh sebagai berikut: 1. Misi pertama adalah mewujudkan tata kelola Pemerintahan Aceh yang amanah melalui

penyelesaian turunan dan Implementasi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh untuk menjaga perdamaian yang abadi;

2. Misi kedua adalah mewujudkan nilai-nilai budaya Aceh dan nilai-nilai dinul islam di semua sektor kehidupan;

3. Misi ketiga dalah mewujudkan struktur ekonomi dan kualitas sumber daya manusia yang handal;

4. Misi keempat adalah mewujudkan pembangunan Aceh yang proporsional, terintegrasi dan berkelanjutan; dan

5. Misi kelima adalah mewujudkan peningkatan nilai tambah produksi masyarakat dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam.

Berdasarkan misi ketiga yaitu mewujudkan struktur ekonomi dan Kualitas Sumber Daya Manusia yang handal disusunlah strategi pembangunan kesehatan Aceh Tahun 2012 - 2017 adalah sebagai berikut : a. Mewujudkan tata kelola pelayanan kesehatan yang profesional; b. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adil dan merata serta terjangkau

melalui penyediaan sumber daya kesehatan yang memadai di seluruh Aceh, pemberian pelayanan kesehatan dan gizi, pencegahan penyakit serta dukungan penyediaan jaminan kesehatan;

c. Mewujudkan pemerataan akses terhadap pelayanan kesehatan yang profesional melalui penyediaan tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya yang memadai dan berkualitas; dan

d. Meningkatkan pemahaman masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat melalui peningkatan upaya-upaya promosi kesehatan dan penyediaan tenaga penyuluh kesehatan yang memadai dan berkualitas.

Dengan melakukan kajian terhadap visi, misi dan program Gubernur dan wakil gubernur Aceh 2012 – 2017, maka SKPA-Dinas Kesehatan berkewajiban menjaga sinergisme pembangunan kesehatan dengan memahami kunci utama yang tercakup dalam arah kebijakan pembangunan Aceh pada perencanaan semua kegiatan/ program kesehatan melalui pemanfaatan sumber daya kesehatan yang tersedia. Salah satu kunci utama dalam arah kebijakan pembangunan Aceh adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Page 40: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 40

Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dilakukan melalui kegiatan program

SKPA Dinas Kesehatan Aceh antara lain : 1. Program administrasi dan managemen kesehatan, meliputi :

a. Tatakelola penyelenggaraan administrasi kesehatan; b. Penyiapan dan penerapan norma, standar, pedoman dan kriteria (NSPK); c. Penyiapan dan penerapan SPM bidang kesehatan d. Perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja; e. Penguatan system informasi kesehatan dan pelaporan; serta f. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terpadu.

2. Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, meliputi : a. Pengendalian penyakit menular dan penyakit tidak menular; b. Pelaksanaan survailans epidemilogi; c. Pengendalian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I); d. Peningkatan akses air bersih dan sanitasi total berbasis masyarakat; serta e. Peningkatan promosi kesehatan termasuk penerapan PHBS.

3. Program peningkatan pelayanan kesehatan, meliputi : a. Program kesehatan ibu dan anak; b. Perbaikan peningkatan gizi masyarakat; c. Program kesehatan jiwa masyarakat; dan d. Penyiapan rumah sakit rujukan regional;

4. Program peningkatan sumber daya kesehatan dan kefarmasian, meliputi : a. Peningkatan kualifikasi sumber daya manusia melalui pengembangan profesi; b. Pelaksanaan standarisasi, akreditasi dan kalibrasi; dan c. Peningkatan manajemen kefarmasian.

3.3 Telaahan Renstra Kementerian Kesehatan RI

Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 32/Menkes/SK/I/2013 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014 (Revisi ke-3) disebutkan bahwa visi kementerian kesehatan yaitu “Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan”. Dalam mewujudkan visi tersebut, ditempuh melalui misi sebagai berikut : 1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat,

termasuk swasta dan masyarakat madani; 2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersediannya upaya kesehatan yang

paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan; 3. Menjamin ketersedian dan pemerataan sumber daya kesehatan; 4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

Tujuan kementerian kesehatan adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan

secara berhasil guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan Tahun 2010 – 2014 yaitu : 1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat; 2. Menurunkan angka kesakitan akibat penyakit menular; 3. Menurunkan disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan antar tingkat

sosial ekonomi serta gender; 4. Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka mengurangi

risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk, terutama penduduk miskin;

5. Meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat (PBHS) pada tingkat rumah tangga dari

Page 41: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 41

50% menjadi 70 %.; 6. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis di DTPK; 7. Seluruh provinsi melaksanakan program pengendalian penyakit tidak menular; dan 8. Seluruh kabupaten/kota melaksanakan standar pelayanan minimum (SPM). 3.4. Isu-isu Strategis Pembangunan Kesehatan Aceh Tahun 2012 – 2017

Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode Delbeq melalui explorasi dan pembahasan dengan melibatkan seluruh stakeholders maka yang menjadi isu strategis pembangunan Kesehatan Aceh 5 tahun ke depan (2012-2017) adalah sebagai berikut: 1. Optimalisasi Tatakelola/administrasi dan manajemen kesehatan; 2. Pengelolaan dan pendayagunaan SDM kesehatan; 3. Pembiayaan dan peng-anggaran proporsional; 4. Penyediaan sarana prasarana, obat dan alat kesehatan; 5. Penguatan kerjasama lintas sektor dan lintas program; 6. Penguatan upaya kesehatan perorangan, upaya kesehatan masyarakat ; dan 7. Mendorong peran serta dan kemandirian masyarakat. 8. BBBBBAaaaaaaa 9. LLLLAaaaaaaaaaaaaaaaa 10. AAAaaaaaaaaaaaaaaaaaa

TAMBAHAN YA NUR ?????

Page 42: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 42

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN 4.1. Visi dan Misi

Berdasarkan kondisi Aceh saat ini dengan memperhatikan visi dan misi dari Pemerintah Aceh Tahun 2012 – 2017 maka dengan berpegang kepada tugas pokok dan fungsi dari Dinas Kesehatan Aceh menetapkan perubahan visi Dinas Kesehatan Aceh Tahun 2012 – 2017 dari sebagai berikut :

” ACEH SEHAT, MANDIRI, BERKEADILAN, BERMARTABAT DAN ISLAMI

Dengan visi ini, Dinas Kesehatan Aceh akan menciptakan kondisi sebagai perintis,

pemimpin dan teladan bagi semua pemangku kepentingan (stakeholder) dalam menyelengarakan pemerintahan yang bersih dan amanah untuk mewujudkan Aceh Sehat yang dapat diuraikan sebagai berikut : Aceh Sehat adalah seluruh sektor menyadari bahwa derajat kesehatan akan tercapai dengan optimal bila sektor lain juga ikut mengembangkan pembangunan yang berwawasan kesehatan. Pembangunan di Aceh menempatkan rakyat sebagai pusat pembangunan sehingga setiap pembangunan harus menghilangkan dampak negatif terhadap kesehatan rakyat sehingga rakyat Aceh akan bebas dari penyakit dan mampu hidup secara produktif, baik secara ekonomi, sosial, emosional dan spriritual serta hidup dalam lingkungan yang sehat. Mandiri berarti Pemerintah Aceh akan menciptakan masyarakat yang proaktif dan berperilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko penyakit terhadap dirinya dan orang lain, mencegah kerusakan lingkungan, dengan mengandalkan kekuatan sendiri serta bepartisipasi aktif dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kesehatan dan pengunaan kemampuan intelektual yang ada serta kearifan lokal sebagai cerminan Sehat Mandiri. Pembangunan kesehatan dilandaskan pada kepercayaan atas kemampuan dan kekuatan sendiri serta semangat kebersamaan antara pemerintah dan masyarakat termasuk swasta. Berkeadilan sebagai upaya dalam pemenuhan kebutuhan dan hak kesehatan rakyat, Rakyat Aceh akan mendapatkan pelayanan kesehatan secara komprehensif sesuai dengan kebutuhan tanpa membedakan status ekonomi, geografis (kabupaten/kota, kota-desa), politik, agama, dan jenis kelamin sebagai cerminan keadilan. Rakyat Aceh akan mengeluarkan belanja kesehatan sesuai dengan tingkat kemampuan sebagai cerminan pembiayaan yang berkeadilan. Pemerintah Aceh dan Pemerintah kabupaten/kota secara bersama-sama akan menyediakan pelayanan yang bermutu dan merata dengan menyeimbangkan dan mencukupi anggaran kesehatan terutama untuk operasional pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan. Bermartabat kondisi masyarakat Aceh yang dicirikan dengan ketahanan dan daya juang yang tinggi, cerdas, taat aturan, kooperatif dan inovatif yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia berlandaskan penerapan syariat Islam yang kaffah Perwujudannya antara lain melalui penuntasan peraturan-peraturan hasil turunan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dan peraturan perundangan lainnya, pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih, bebas dari praktek

Page 43: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 43

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, serta penegakan supremasi hukum dan HAM, mengangkat kembali budaya Aceh yang islami dan pelaksanaan nilainilai Dinul Islam dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Islami adalah kondisi masyarakat Aceh yang secara utuh berkeyakinan menjalankan seluruh aspek kehidupannya berdasarkan nilai-nilai Islam. Setiap pelayanan kesehatan yang diberi dan diterima harus didasari oleh sikap dan prilaku manusia Islam sebagaimana ada empat hal yang disebutkan dalam Al-Quran berkaitan dengan sikap dan prilaku manusia, keempat hal tersebut adalah; iman, islam, ihsan dan taqwa, sehingga mampu memberikan pelayanan kesehatan dalam suasana ”damai, selamat, jauh dari bahaya, terpadu, bermakna dan tidak sia-sia (yusni saby, 1998). Kesemuanya itu bermakna ”untuk menjadi selamat” atau ”untuk menjadi utuh dan baik”. Dengan demikian setiap pelayanan kesehatan merupakan dasar ibadah kepada Allah SWT dalam suasana keislaman sehingga akan timbul rasa sabar dan tawakkal dalam memberi dan menerima pelayanan kesehatan.

Dalam mewujudkan visi tersebut, ditempuh melalui 3 (tiga) misi SKPA - Dinas Kesehatan Aceh sebagai berikut : 1. Menyempurnakan tata kelola penyelenggaraan upaya kesehatan 2. Pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia dengan menjaga keseimbangan antar

wilayah 3. Mendorong peran serta dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat 4.2. Tujuan dan Sasaran

Sebagai penjabaran dari visi dan misi SKPA Dinas Kesehatan Aceh, maka tujuan yang

akan dicapai adalah terselenggaranya upaya kesehatan di Aceh secara berhasil guna dan berdaya guna, responsif terhadap kebutuhan dan hak masyarakat dalam Aceh yang Islami, Damai dan Sejahtera dengan : 1. Mewujudkan tata kelola administrasi dan managemen di SKPA sesuai standar dan

regulasi. 2. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan standar dan regulasi melalui

sistem monitoring dan evaluasi terpadu. 3. Mewujudkan pemerataan akses terhadap pelayanan kesehatan melalui penyediaan

tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya yang memadai dan berkualitas diseluruh fasilitas kesehatan.

4. Mewujudkan mutu pelayanan kesehatan yang optimal melalui peningkatan sistem manajemen pelayanan kesehatan dan peningkatan professionalism.

5. Menurunkan angka kesakitan dan kematian terutama pada kelompok rentan dan meningkatkan status gizi masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat.

6. Meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat (PBHS) serta pengembangan desa siaga. 7. Revilatalisasi upaya kesehatan bersumber masyarakat melalui program kemitraan

termasuk dunia usaha dengan pendekatan coorporate social responsibility (CSR).

Sasaran yang hendak dicapai sebagai berikut : 1. Terwujudnya budaya kerja SKPA yang transparan, adil, professional, efektif, efisien dan

bermartabat dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi. 2. Meningkatkan kualitas aparatur kesehatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. 3. Terlaksananya fungsi pengawasan dan pengendalian berdasarkan standar dan regulasi. 4. Penyediaan dan penempatan tenaga strategis sesuai kebutuhan dalam penyelenggaraan

upaya kesehatan termasuk di daerah tertinggal perbatasan dan kepulauan (DTPK). 5. Meningkatnya penyediaan pelayanan kefarmasian dan perbekalan kesehatan melalui

penyediaan dan pendistribusian obat esensial di sarana pelayanan dasar.

Page 44: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 44

6. Terselenggaranya sistem jaminan kesehatan dengan universal coverage. 7. Memperkuat sarana kesehatan dasar dan jaringannya sebagai fasilitas kesehatan

mampu menyelenggarakan kegawat-daruratan obstetric neonatal emergency dasar. 8. Penatalaksanaan system survailans gizi dalam upaya pengendalian dampak gizi buruk

dan penguatan system survailans imunisasi. 9. Pengendalian morbiditas dan mortalitas penyakit menular dan penyakit tidak menular

melalui pengembangan pola hidup bersih dan sehat serta lingkungan sehat. 10. Menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dan dunia usaha

sebagai penggerak upaya kesehatan berbasis masyarakat. 4.3. Strategi dan Kebijakan

Strategi pembangunan kesehatan Aceh Tahun 2012- 2017 mengacu pada RPJMA

dengan memperhatikan kebutuhan dan perkembangan situasi kesehatan baik secara global, nasional dan lokal. Strategi dan kebijakan yang ditetapkan akan berpengaruh terhadap proses pembangunan kesehatan yang bersinergi kuat dengan elemen sistem kesehatan nasional. Dengan memperhatikan perseptif tugas pokok dan fungsi SKPA, elemen sistem kesehatan nasional dan mempertimbangkan lingkungan eksternal, maka strategi dan kebijakan pembangunan kesehatan di Aceh dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Penguatan sistem kesehatan.

Proses pembangunan kesehatan yang bersinergi dengan elemen sistem kesehatan nasional ditentukan oleh 1). ketersediaan sistem informasi yang mendukung pengambilan keputusan; 2). perencanaan dan penganggaran kesehatan sesuai kebutuhan dan fokus pada program cost effective; 3). SDM kesehatan yang berkualitas dan profesional; 4). kekuatan kerjasama dan dukungan lintas sektor; 5). ketersediaan obat dan alat kesehatan; 6). kemampuan mendorong peran serta masyarakat termasuk dunia usaha serta koordinasi antar level (pusat-provinsi dan kabupaten/kota). Upaya ini harus dibarengi dengan kemampuan manajerial pimpinan SKPA yang peka terhadap perubahan baik internal maupun ekternal termasuk komimen politik.

2. Penguatan dan intensifikasi kinerja penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan.

Penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) baik primer, sekunder, maupun tersier harus dilakukan dengan adil, bermutu, merata, dan terjangkau sebagai salah satu upaya pemenuhan hak rakyat terhadap akses pelayanan kesehatan. Dalam upaya peningkatan kualitas dan daya saing pelayanan kesehatan diperlukan pelayanan profesional dan responsif melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan berbasis kompetensi. Disamping itu, kondisi geografis juga menjadi perhatian dalam menyiapkan sumber daya kesehatan dan menyelenggarakan upaya kesehatan termasuk penguatan sumber daya kesehatan di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan.

3. Menyiapkan peta jalan menuju jaminan kesehatan nasional.

Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) sebagai perwujudan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang akan diberlakukan pada Tahun 2014 baik kesiapan fasilitas pelayanan sebagai PPK dan sistem manajemen pengelolaan jaminan kesehatan.

4. Pelaksanaan one gate policy untuk manajemen kefarmasian.

Page 45: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 45

5. Penyiapan rumah sakit rujukan regional di beberapa kabupaten terutama untuk penguatan sistem rujukan berjenjang melalui mekanisme regionalisasi. Rumah sakit rujukan regional berada pada wilayah Barat-Selatan, Utara-Timur dan Tengah – Tenggara.

6. pendampingan dalam upaya penanggulangan daerah bermasalah Kesinambungan kesehatan (PDBK) sekaligus antisipasi terhadap hasil riset kesehatan dasar Tahun 2013.

7. Kesepakatan eliminasi malaria secara bertahap di seluruh kabupaten/kota.

8. Pelaksanaan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan terpadu dan professional sesuai

tugas pokok dan fungsi.

9. Monitoring dan evaluasi terpadu menuju akuntabilitas publik yang terkendali.

Page 46: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 46

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN

DAN PENDANAAN INDIKATIF

5.1. Rencana Program dan Kegiatan A. Program administrasi dan manajemen kesehatan, meliputi kegiatan :

1. Penyelenggaraan administrasi perkantoran 2. Peningkatan sarana dan prasarana aparatur 3. Peningkatan disiplin aparatur 4. Peningkatan kapasitas sumber daya kesehatan dan kelembagaan 5. Pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan 6. Penguatan sistem informasi kesehatan dan pelaporan 7. Penyiapan dan penerapan NSPK serta SPM bidang kesehatan 8. Perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja 9. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan dan manajemen SDM 10. Revitalisasi sistem kesehatan 11. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terpadu dan pendampingan

B. Program peningkatan sumber daya kesehatan dan kefarmasian, meliputi

kegiatan : 11. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan 12. Pengawasan obat dan makanan 13. Peningkatan pemberdayaan konsumen di bidang obat dan makanan 14. Pengembangan standarisasi tanaman obat / bahan alami Indonesia termasuk sentra

pengobatan tradional 15. Peningkatan diklat tenaga / SDM kesehatan (medis dan non medis) 16. Pengembangan sumber daya kesehatan dan professional kesehatan 17. Penelitian dan pengembangan kesehatan baik tenaga dan fasilitas kesehatan 18. Penyusunan dan pengembangan standar dan akreditasi sarana kesehatan 19. Penyusunan standar analisa belanja pelayanan kesehatan 20. Evaluasi dan penilaian standarisasi sumber daya kesehatan 21. Pengembangan/peningkatan status/type Rumah Sakit dan sarana pelayanan

kesehatan penunjang lainnya serta penyiapan BLUD Balai Labkesda 22. Analisis kebutuhan SDM Kesehatan termasuk tenaga spesialistik

C. Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, meliputi kegiatan :

1. Penyemprotan/fogging sarang nyamuk 2. Pelayanan dan pencengahan penyakit menular 3. Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemic 4. Peningkatan pelayanan imunisasi untuk penanggulangan PD3I 5. Peningkatan surveilance epidemiologi dan penanggulangan wabah 6. Peningkatan KIE pencegahan dan pemberantasan penyakit menular 7. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular 8. Peningkatan promosi kesehatan melalui penerapan pola hidup bersih dan sehat 9. Pengembangan desa siaga 10. Peningkatan kompetensi tenaga penyuluh kesehatan 11. Pengembangan lingkungan sehat melalui penyuluhan 12. Penyediaan akses air bersih dan sanitasi total berbasis masyarakat

Page 47: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 47

D. Program peningkatan pelayanan kesehatan, meliputi kegiatan :

1. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya 2. Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan 3. Penanggulangan masalah gizi, antara lain kurang Energi Protein (KEP) pada balita

anemea gizi besi pada ibu hamil dan menyusui, gangguan akibat kurang Iodium (GAKI), kekurangan Vit A pada bayi dan balita dan kekurangan zat gizi mikro lainnya.

4. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi 5. Peningkatan pelayanan kesehatan anak balita 6. Peningkatan pelayanan kesehatan jiwa masyarakat 7. Peningkatan pelayanan kesehatan paru masyarakat 8. Peningkatan pelayanan kesehatan dan keselamatan Ibu dan Anak 9. Peningkatan pelayanan kesehatan usia lanjut 10. Peningkatan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR) 11. Pendidikan dan pelatihan asuhan keperawatan kesehatan Ibu, Bayi dan Anak 12. Penyiapan rumah sakit rujukan regional; 13. Kemitraan asuransi kesehatan masyarakat

E. Program pengadaan, peningkatan perbaikan sarana dan prasarana kesehatan,

meliputi kegiatan : 1. Pembangunan puskesmas pustu dan poskesdes 2. Pengadaan sarana dan prasarana puskesmas, pustu dan poskesdes 3. Pembangunan rumah sakit 4. Pengadaan alat-alat kesehatan rumah sakit 5. Pengadaan Ambulance dan kendaraan operasional

F. Program pelayanan penunjang, meliputi kegiatan :

1. Pengadaan reagensia untuk pelayanan laboratorium kesehatan 2. Peningkatan operasional pelayanan kesehatan paru dan balai laboratorium kesehatan 3. Peningkatan pelayanan patologi klinik

G. Program pelayanan krisis kesehatan dan ambulance terpadu, meliputi kegiatan : 1. Peningkatan kapasitas petugas penanggulangan krisis kesehatan 2. Pelayanan ambulance terpadu 3. Pelayanan Kesehatan bagi pengungsi korban bencana 4. Surveilens terpadu masalah kesehatan

5.2. Indikator Kinerja 5.3. Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif

Page 48: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

No. Program dan Kegiatan Indikator Kinerja Program

dan Kegiatan Satuan Kelompok Sasaran Penanggung Jawab

A. Program Administrasi dan Manajemen Kesehatan

Meningkatnya tata kelola administrasi dan managemen sesuai standar dan regulasi.

1. Penyelenggaraan administrasi perkantoran

Persentase pemenuhan kebutuhan SDM aparatur

% PNS dan PTT Sekretariat

Persentase penyelesaian administrasi sesuai standard an tepat waktu

% Dokumen Sekretariat

2. Peningkatan sarana dan prasarana aparatur

Jumlah sarana dan prasarana yang dibangun/direhabilitasi

Unit Barang dan Bangunan (Aset)

Sekretariat

3. Peningkatan disiplin aparatur Persentase pegawai yang menerima reward/punishment

% PNS Sekretariat

4. Peningkatan kapasitas sumber daya kesehatan dan kelembagaan

Diklat/sosialisasi/bintek yang diselenggarakan

Kegiatan PNS dan UPTD UPTD Bapelkes

Pegawai yang ditingkatkan kapasitas teknis

Orang PNS UPTD Bapelkes

5. Peningkatan Pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan

Jumlah dokumen pelaporan capaian kinerja dan keuangan yang tersusun sesuai AKIP

Dokumen Unit kerja Bina Program dan Pelaporan

6. Penguatan sistem informasi kesehatan dan pelaporan

Jaringan SIK terintegrasi di Kabupaten/Kota

Titik Kabupaten/Kota Bina Program dan Pelaporan

Persentase ketersediaan profil kesehatan kab/kota

Dokumen Kabupaten/Kota Bina Program dan Pelaporan

7. Penyiapan dan penerapan NSPK serta SPM bidang kesehatan

Jumlah dokumen NSPK yang diselesaikan/ditetapkan

Dokumen Unit kerja Sekretariat

Persentase kab/kota yang melaksanakan SPM

% Kabupaten/Kota Sekretariat

8. Perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja

Jumlah dokumen perencanaan dan penganggaran yang tersusun tepat waktu

Dokumen Unit kerja Bina Program dan Pelaporan

9. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan dan managemen SDM

Jumlah kab/kota yang telah mampu melaksanakan perencanaan kebutuhan SDM kesehatan

Dokumen Kabupaten/Kota Bidang PSDK dan Kefarmasian

Persentase fasilitas kesehatan yang mempunyai SDM kesehatan sesuai standar

% Fasilitas kesehatan Bidang PSDK dan Kefarmasian

10. Revitalisasi sistem kesehatan Jumlah sub sistem kesehatan yang diselenggarakan

Sub system

Unit kerja Bina Program dan Pelaporan

11. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terpadu

Jumlah dokumen monitoring dan evaluasi yang dihasilkan

Dokumen Unit kerja dan Kabupten/Kota

Bina Program dan Pelaporan

Persentase hasil monitoring dan evaluasi yang ditindak lanjuti

% Dokumen Bina Program dan Pelaporan

Page 49: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 49

B. Program Peningkatan Sumber Daya Kesehatan dan Kefarmasian

Meningkatnya ketersediaan dan mutu sumber daya kesehatan dan kefarmasian

1. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan

Persentase obat buffer stock yang digunakan

% Gudang farmasi Bidang PSDK dan Kefarmasian

Persentase ketersediaan obat dan vaksin yang memenuhi standar, cukup dan terjangkau

% Fasilitas kesehatan dasar

Bidang PSDK dan Kefarmasian

Persentase instalasi farmasi kab/kota sesuai standar

% Instalasi farmasi Bidang PSDK dan Kefarmasian

2. Pengawasan obat dan makanan Persentase obat dan makanan yang beredar sesuai standar

% Pasar dan Pusat Perbelanjaan

Bidang PSDK dan Kefarmasian

3. Peningkatan pemberdayaan konsumen di bidang obat dan makanan

Persentase penggunaaan obat di fasilitas kesehatan dasar

% Fasilitas kesehatan dasar

Bidang PSDK dan Kefarmasian

Persentase PKRT yang memenuhi persyaratan cara produksi yang baik

% PKRT Bidang PSDK dan Kefarmasian

4. Pengembangan standarisasi tanaman obat/bahan alami Indonesia termasuk sentra pengobatan tradisional

Jumlah tanaman obat tradisional yang dikembangkan

Jenis Tanaman obat Bidang PSDK dan Kefarmasian

Jumlah sentra pengobatan tradisional yang sesuai standar kefarmasian

Unit Sentra pengobatan tradisional

Bidang PSDK dan Kefarmasian

5. Peningkatan diklat tenaga / SDM kesehatan (medis dan non medis)

Jumlah pelatihan aparatur yang terakreditasi

Pelatihan Unit kerja Bidang PSDK UPTD Bapelkes

Jumlah aparatur yang telah mengikuti pelatihan penjenjangan, fungsional dan managemen kesehatan

Orang Tenaga kesehatan Bidang PSDK UPTD Bapelkes

6. Pengembangan sumber daya kesehatan dan profesionalisme tenaga kesehatan serta analisis kebutuhan SDM Kes dan kebutuhan pelatihan

Jenis pendidikan tenaga kesehatan yang dikembangkan

Jenis Institusi pendidikan Tenaga kesehatan

Bidang PSDK dan Kefarmasian

Persentase tenaga kesehatan yang professional dan memenuhi standar kompetensi

% Tenaga kesehatan Bidang PSDK dan Kefarmasian

Tersedianya dok. Analisis kebutuhan SDM Kes termasuk tenaga spesialis dan analisis kebutuhan pelatihan

Dokumen Tim kerja (pokja) Bidang PSDK dan Kefarmasian

7. Penelitian dan pengembangan tenaga dan fasilitas kesehatan

Jumlah publikasi ilmiah yang dimuat di media cetak dan elektronik

Dokumen Tenaga dan Fasilitas Kesehatan

Bina Program dan Pelaporan

8. Penyusunan dan pengembangan standar dan akreditasi sarana kesehatan

Jumlah dokumen akreditasi yang diselesaikan

Dokumen Fasilitas kesehatan Bidang PSDK dan Kefarmasian

9. Penyusunan standar analisa belanja pelayanan kesehatan

Jumlah dokumen analisa belanja pelayanan kesehatan

Dokumen Kabupaten/Kota Bina Program dan Pelaporan

10. Evaluasi dan penilaian standarisasi sumber daya kesehatan

Jumlah dokumen evaluasi dan penilaian standar

Dokumen Kabupaten/Kota Bidang PSDK dan Kefarmasian

Page 50: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 50

11. Pengembangan/peningkatan status/type rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan penunjang lainnya dan persiapan BLUD

Jumlah rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan penunjang lainnya yang terakreditasi

Jumlah Rumah sakit dan sarana pelayanan

kesehatan penunjang lainnya

Bidang PSDK dan Kefarmasian

C. Program Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit

1. Penyemprotan/fogging sarang nyamuk Persentase kasus zoonosa yang ditemukan dan ditangani sesuai standar

% Kasus zoonosa Bidang P2PL

2. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

Persentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yang ditemukan

% Masyarakat Bidang P2PL

Persentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yang disembuhkan

% Masyarakat Bidang P2PL

Jumlah kasus diare per 1000 penduduk

Kasus Masyarakat Bidang P2PL

Persentase cakupan penemuan dan tatalaksana penderita pneumonia

% Masyarakat Bidang P2PL

Prevalensi kasus HIV angka Kabupaten/Kota Bidang P2PL 3. Pencegahan penularan penyakit

endemik/epidemik Persentase penaggulangan KLB < 24 jam

% Kabupaten/Kota Bidang P2PL

Persentase kab/kota yang melakukan mapping vektor

% Kabupaten/Kota Bidang P2PL

4. Peningkatan pelayanan imunisasi dan penanggulangan PD3I

Capaian cakupan bayi yang mendapat imunisasi lengkap

% Bayi Bidang P2PL

Persentase desa yang mencapai UCI % Desa Bidang P2PL Penemuan kasus non Polio AFP rate per 100.000 anak < 15 tahun

Kasus Masyarakat Bidang P2PL

5. Peningkatan surveillance epidemiologi dan penanggulangan wabah

Persentase penyelidikan epidemiologi < 24 jam pada desa yang mengalami KLB

% Desa

Penguatan system kewaspadaan dini Kabupaten/Kota Bidang P2PL 6. Peningkatan KIE pencegahan dan

pemberantasan penyakit Dokumen KIE yang telah diselesaikan Dokumen Kabupaten/Kota Bidang P2PL

7. Pelayanan pencegahan dan

penanggulangan penyakit tidak menular Persentase kab/kota yang memilki perda tentang kawasan tanpa rokok

% Kabupaten/Kota Bidang P2PL

Jumlah kader yang mampu melaksanakan posbindu

Orang Kabupaten/Kota Bidang P2PL

Advokasi pengendalian PTM Lokasi Kabupaten/Kota Bidang P2PL

Page 51: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 51

8. Peningkatan promosi kesehatan melalui

penerapan pola hidup bersih dan sehat Persentase rumah tangga yang melaksanakan PBHS

% Rumah tangga Bidang P2PL

Persentase peningkatan promosi kesehatan di sekolah

% Kabupaten/Kota Bidang P2PL

9. Pengembangan desa siaga Persentase desa siaga akatif % Desa Bidang P2PL 10. Peningkatan kompetensi tenaga

penyuluh kesehatan Jumlah tenaga penyuluh kesehatan yang ditingkatkan kemampuannya

Orang Kabupaten/Kota Bidang P2PL

11. Pengembangan lingkungan sehat Persentase penduduk yang

menggunakan jamban sehat % Rumah tangga

Bidang P2PL

Persentase kab/kota yang telah melaksanakan kab/kota sehat

% Kabupaten/Kota Bidang P2PL

Persentase cakupan tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan

% Tempat-tempat umum

Persentase cakupan rumah yang memenuhi syarat kesehatan

% Rumah tangga Bidang P2PL

12. Penyediaan akses air bersih dan sanitasi total berbasis masyarakat

Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas

% Rumah tangga Bidang P2PL

Persentase kualitas air minum yang memenuhi syarat

% Rumah tangga Bidang P2PL

Jumlah desa yang melaksanakan sanitasi

Desa Desa Bidang P2PL

D. Program Peningkatan Pelayanan

Kesehatan Meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat

1. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya

Cakupan pelayanan kesehatan penduduk miskin

% Masyarakat miskin Bidang Pemb. Pelayanan Kesehatan

2. Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan Cakupan upaya pemeliharaan dan pemulihan kesehatan

% Kabupaten/Kota Bidang Pemb. Pelayanan Kesehatan

3. Penanggulangan masalah gizi Persentase balita gizi buruk yangmendapat perawatan

% Balita Bidang Pemb. Pelayanan Kesehatan

Persentase balita ditimbang berat badannya (D/S)

% Balita Bidang Pemb. Pelayanan Kesehatan

4. Pemberdayaan masyarakat untuk Persentase keluarga sadar gizi % Keluarga Bidang Pemb. Pelayanan

Page 52: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 52

pencapaian keluarga sadar gizi Kesehatan

5. Peningkatan pelayanan kesehatan anak balita

Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1)

% Bayi dan Balita Bidang Pemb. Pelayanan Kesehatan

Cakupan pelayanan kesehatan bayi % Bayi dan Balita Bidang Pemb. Pelayanan Kesehatan

Cakupan pelayanan kesehatan anak balita

% Bayi dan Balita Bidang Pemb. Pelayanan Kesehatan

Cakupan SD/MI melaksanakan penjaringan siswa kelas I

% Siswa SD/MI Bidang Pemb. Pelayanan Kesehatan

6. Peningkatan pelayanan kesehatan jiwa masyarakat

Jumlah RS Kab/Kota yang menyediakan minimal 10 TT untuk pelayanan kegawatdaruratan psikiatri

RSUD Kabupaten/Kota Bidang Pemb. Pelayanan Kesehatan

Jumlah Gampong Siaga Sehat Jiwa Gampong Gampong Bidang Pemb. Pelayanan Kesehatan

Persentase penanganan kasus penderita gangguan jiwa yg dipasung dan terlantar

Kasus Penderita gangguan jiwa

Bidang Pemb. Pelayanan Kesehatan

7. Peningkatan pelayanan kesehatan paru masyarakat

Persentase pasien paru yang sembuh

% Pasien Paru UPTD BKPM

8. Peningkatan pelayanan kesehatan dan keselamatan ibu dan anak

Persentase ibu bersalin yang ditolong nakes terlatih (cakupan PN)

% Ibu Bersalin Bidang Pemb. Pelayanan Kesehatan

Persentase ibu hamil mendapat pelayanan ante natal care (ANC)

% Ibu Hamil Bidang Pemb. Pelayanan Kesehatan

Persentase ibu hami yang mendapat pelayanan antenatal (Cakupan K4)

% Ibu Hamil Bidang Pemb. Pelayanan Kesehatan

Persentase ibu nifas yang mendapat pelayanan

% Ibu Nifas Bidang Pemb. Pelayanan Kesehatan

9. Peningkatan pelayanan kesehatan usia lanjut

Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut

% Usia lanjut Bidang Pemb. Pelayanan

Page 53: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 53

Kesehatan

10. Peningkatan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KKR)

Persentase puskesmas mampu pelayanan kesehatan reproduksi esensial (PKRE) terpadu

% Puskesmas Bidang Pemb. Pelayanan Kesehatan

11. Pendidikan dan pelatihan asuhan keperawatan kesehatan ibu, bayi dan balita

Jumlah aparatur yang mampu melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan ibu, bayi dan balita

% PNS Bidang Pemb. Pelayanan Kesehatan

12. Penyiapan rumah sakit rujukan regional Jumlah dokumen kerjasama pembangunan rumah sakit rujukan regional

Dokumen Rumah Sakit Bidang Pemb. Pelayanan Kesehatan

13. Kemitraan asuransi kesehatan masyarakat

Jumlah kebijakan teknis pembiayaan dan jaminan kesehatan masyarakat

Dokumen Unit kerja Bidang Pemb. Pelayanan Kesehatan

Tingkat kepuasan peserta % Fasilitas Kesehatan Bidang Pemb. Pelayanan Kesehatan

E. Program Pengadaan, Peningkatan

Perbaikan Sarana dan Prasarana Kesehatan

Meningkatnya sarana, prasarana dan peralatan kesehatan di fasiltas pelayanan kesehatan yang sesuai standar

1. Pembangunan puskesmas, pustu dan poskesdes

Jumlah puskesmas, pustu dan poskesdes yang dibangun sesuai standar

Unit Kabupaten/Kota Sekretariat , dan Bid. Bina Program dan Pelaporan

2. Pengadaan sarana dan prasarana puskesmas, pustu dan poskesdes

Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang diadakan

Unit Kabupaten/Kota Sekretariat dan Bid. Bina Program dan Pelaporan

3. Pembangunan rumah sakit Jumlah rumah sakit yang dibangun sesuai standar

Unit Kabupaten/Kota Sekretariat dan Bid. Bina Program dan Pelaporan

4. Pengadaan alat-alat kesehatan rumah sakit

Jumlah peralatan kesehatan rumah sakit yang diadakan

Unit Kabupaten/Kota Sekretariat dan Bid. Bina Program dan Pelaporan

5. Pengadaan ambulans dan kendaraan operasional

Jumlah ambulance dan kendaraan operasional

Unit Kabupaten/Kota Sekretariat dan Bid. Bina Program dan Pelaporan

F. Program Pelayanan Penunjang Meningkatnya pelayanan

Page 54: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017 54

penunjang yang terakreditasi

1. Pengadaan reagensia untuk pelayanan laboratorium kesehatan

Jumlah reagensia yang tersedia Unit Laboratorium kesehatan

UPTD Balai Labkesda dan BKPM

2. Peningkatan operasional pelayanan kesehatan paru dan balai laboratorium kesehatan

Cakupan pelayanan/pemeriksaan di balai kesehatan paru masyarakat dan balai laboratorium kesehatan

% Balabkes dan BKMP UPTD Balai Labkesda dan BKPM

3. Peningkatan pelayanan patologi klinik Jumlah pelayanan patologi klinik yang terakreditasi

Jenis Balabkes UPTD Balai Labkesda

G. Program Pelayanan Krisis Kesehatan dan Ambulance Terpadu

Meningkatnya pelayanan krisis kesehatan dan ambulance terpadu

1. Peningkatan kapasitas petugas penanggulangan krisis kesehatan

Jumlah aparatur yang mampu melaksanakan penanggulangan krisis kesehatan

Orang PNS UPTD P2KK

2. Pelayanan ambulance terpadu Cakupan pelayanan ambulance terpadu

% Unit Kerja UPTD P2KK

3. Pelayanan kesehatan bagi pengungsi korban bencana

Cakupan pengungsi yang diberikan palayanan kesehatan

% Masyarakat UPTD P2KK

4. Survailance terpadu masalah kesehatan Dokumen pemetaan masalah kesehatan

Unit kerja UPTD P2KK

Page 55: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPA YANG MENGACU PADA TUJUAN

DAN SASARAN RPJMA 2012 - 2017

No Indikator

Kondisi Kinerja

pada Awal Periode RPJMA

Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja pada Akhir Periode

RPJMA Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2015

Tahun 2016

Tahun 2017

Target Target Target Target Target Target (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1. Angka harapan hidup (Tahun) 68.90 69.00 69.20 69.40 69.60 69.80 69.8 2. Angka kematian bayi (per 1000 Lahir Hidup) 25 20 18 15 12 12 12 3. Angka kematian balita (per 1000 Lahir Hidup) 45 40 35 30 25 20 20 4. Angka kematian ibu (per 100.000 Lahir Hidup) 192 143 123 102 100 100 100 5. Prevalensi gizi kurang dan buruk (%) 23.7 20 18 15 14 14 14 6. Rasio dokter umum per satuan penduduk 19 20 30 40 40 40 40 7. Rasio dokter spesialis per satuan penduduk 8 10 12 15 18 20 20 8. Rasio dokter gigi per satuan penduduk 4 5 6 7 8 9 9 9. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani (%) 33.51 50 70 90 95 100 100

10 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan(%) 82.9 85 87 90 90 90 90

11. Cakupan kunjungan bayi(%) 78,9 95 95 95 95 95 95

12. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD/sederajat(%) 87 70 75 80 85 90 90

13. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan(%) 100 100 100 100 100 100 100

14. Cakupan pemberian MP-ASI usia 6-24 bulan dari keluarga miskin(%) 100 100 100 100 100 100

15. Cakupan pemberian ASI eksklusif(%) 38 50 60 70 75 80 80

16. Cakupan(%) Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 62 70 80 85 85 85 85

17. Cakupan (%)penemuan kasus baru penyakit TB BTA + 54.9 60 65 70 75 80 80 18. Angka kesuksesan pengobatan TB(%) 92 > 85% > 85% > 85% > 85% > 85% > 85% 19. Angka kejadian (Incident Rate) DBD(per 100.000 PddK) 57.2 45 30 20 15 15 15 20. Cakupan prevalensi penyakit kusta (%) 1.2 1 <1 <1 <1 <1 <1

21. Cakupan kabupaten/kota yang memasuki tahap eliminasi malaria 1 7 17 23 23 23 23

22. Desa siaga aktif(%) 45 50 55 60 70 80 80 23. Akses sanitasi dasar(%) 44 50 55 60 65 70 70 DBD : CFR : < 1% IR : < 20/100.000 Pddk Sucsess Rate : > 85 %

HIV : Prevalensi < 1 % < 1% < 1% < 1% < 1% < 1% < 1% < 1% Malaria : API : < 1 / mil 0.61 < 1‰ < 1‰ < 1‰ < 1‰ < 1‰ < 1‰

Peningkatan KIE Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular

Page 56: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017

BAB VII PENUTUP

7.1. Program Transisi

Rumusan strategi dan program intervensi sesuai arah kebijakan pembangunan Aceh

merupakan hasil dari sebuah proses yang melibatkan hampir seluruh stakeholder kesehatan yang memiliki kepedulian dan tanggungjawab terhadap pembangunan kesehatan di Aceh, baik yang berasal dari sector pemerintah maupun non pemerintah. Rumusan program dan indikator keberhasilan telah ditetapkan untuk memenuhi operasional program yang akan dibiayai baik oleh APBN, APBN-P, APBA, APBK Kab/Kota dan Donor serta LSM lainnya. Jika hasil penyesuaian dan evaluasi Rencana Stategis Pembangunan Kesehatan Aceh periode Tahun 2012 - 2017 ini sudah habis masa berlakunya dan Gubernur/Wakil Gubernur berikutnya belum terpilih, maka pada masa vakum , arah kebijakan pembangunan masih berpedoman pada penyesuaian dan evaluasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh Tahun 2012 - 2017. Rencana Jangka Menengah transisi ini akan digunakan hingga Gubernur dan Wakil Gubernur berikut terpilih.

Rencana kegiatan program kesehatan pada umumnya sudah baku, baik jenis maupun intervensi yang perlukan, namun pengembangan program inovasi dapat terus ditingkatkan sesuai dinamika perubahan yang terjadi. Rencana program tersebut selanjutnya akan secara detail disusun dalam kerangka rencana kerja tahunan termasuk penetapan capaian target tahunan . Terdapat 2 (dua) hal yang merupakan cirri khas sebuah rencana strategis yaitu (a) visi, misi dan nilai-nilai serta (b) isu strategis yang diharapkan mewarnai rencana dan pelaksanaan masing-masing program. Oleh Sebab itu internalisasi Visi, Misi dan nilai-nilai serta pemahaman akan isu-isu strategis menjadi syarat pokok efektifitas rencana strategis ini. Selain itu perlu disampaikan bahwa rencana staregis ini bukanlah harga mati, terdapat kata “strategis” yang bermakna responsive terhadap dinamika perubahan baik lingkungan birokrasi, internal maupun eksternal. Jika dinamika perubahan itu terjadi secara signifikan, maka rencana strategis ini perlu dilakukan peninjauan ulang. 7.2. Kaidah Pelaksanaan

Prioritas pembangunan bidang kesehatan adalah penyediaan prasarana dan sarana

kesehatan yang berkualitas sehingga pelayanan dasar dan rujukan dapat diakses seluruh masyarakat, serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Ketersediaan prasarana dan sarana kesehatan yang memadai akan meningkatkan angka indeks pembangunan manusia (IPM) Aceh yang ditunjukkan dengan meningkatnya usia harapan hidup (UHH), menurunnya angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian Ibu (AKI). Dalam periode ini pembangunan kesehatan juga ditujukan untuk mencapai tujuan pembangunan milenium (Millenium Development Goals-MDGs) yaitu yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak; status gizi ; pengendalian penyakit menular, khususnya HIV-AIDS, TB dan malaria; serta mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat dengan akses air bersih yang memadai.

Setiap sasaran dalam misi pembangunan jangka menengah dapat ditetapkan prioritasnya secara bertahap. Prioritas masing-masing misi dapat dirinci menjadi prioritas utama. Prioritas utama menggambarkan makna strategis dan urgensi permasalahan kesehatan yang dihadapi. Hasil penyesuaian dan evaluasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh Tahun 2012-2017 ini tetap merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Gubernur dan Wakil Gubernur Tahun 2012-2017 dan penjebaran dari visi, misi dan Program Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010 - 2015.

Page 57: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017

Hasil penyesuaian dan evaluasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh ini menjadi pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah Aceh (SKPA) dan semua unsur pemangku kepentingan yang bekerja di Aceh dan merupakan pedoman bagi kabupaten/kota ataupun Rencana Kerja dari Pemangku kepentingan/stakeholder. Kaidah pelaksanaan yang penting untuk dicermati adalah sebagai berikut: a. Penguatan peran para stakeholders/pelaku dalam pelaksanaan hasil penyesuaian dan

evalusi RPJM Aceh, Satuan Kerja Perangkat Daerah Aceh (SKPA), Pemerintah kabupaten/kota maupun masyarakat termasuk dunia usaha juga berkewajiban untuk melaksanakan dan menyesuaikan kegiatan sesuai program yang tercakup dalam Rencana strategis ini.

c. SKPK di kabupaten/kota berkewajiban melakukan penyesuaian dan evaluasi terhadap Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten/Kota yang sudah pernah ditetapkan, dan juga melakukan penyesuaian Rencana Strategis Dinas Kesehatan kabupaten/kota dengan berpedoman pada hasil penyesuaian dan evaluasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan rencana strategis ini.

d. Segenap jajaran unit kerja yang terkait dengan bidang kesehatan dapat menyelaraskan perencanaan program dan kegiatannya seperti yang telah digariskan dalam dokumen ini. Substansi dokumen ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang persoalan penanggulangan masalah kesehatan di Aceh dan strategi pilihan yang dapat diimplementasikan.

Semoga rencana strategis pembangunan kesehatan Tahun 2012 – 2017 ini dapat

menjadi pertimbangan dalam setiap upaya pengembangan sistem kesehatan di Aceh.

Page 58: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 1 2 3 4 5(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)

1. 95%2. 80%

3. 90%

4. 90%5. 80%6. 90%7. 100%8. 90%

9. 100%

10. 100%11. 100%12. 70%13. 100%14. 100%15. 100%

16. 100%

17. 100%

18. 80%19. IKK

20. IKK

21. IKK22. IKK22. IKK23. IKK24. IKK25. IKK27. IKK28. MDG's29. MDG's33. MDG's34. MDG's35. MDG's36. MDG's37. MDG's

MDG'sMDG'sMDG'sMDG'sMDG'sMDG'sMDG'sMDG'sMDG'sMDG'sMDG'sMDG'sMDG'sMDG'sMDG's

Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yg harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kab/KotaCakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam.

Cakupan Balita gizi buruk mendapat perawatan.Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat.Cakupan peserta KB Aktif.Cakupan Penemuan dan penanganan penderita penyakit.

Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4.Cakupan Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani.Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.Cakupan pelayanan Ibu Nifas Cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani.

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin.

Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI).Cakupan pelayanan anak balita.Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin.

Angka kematian Balita

Cakupan kunjungan bayi.

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditanganiCakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensiCakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatanCakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA

Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin.

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

Angka prevalensi penyakit TBC

Realisasi Capaian Tahun Target Indikator Lainnya

Target IKKTarget SPMIndikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi SKPA

Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD

Cakupan kunjungan bayiAngka usia harapan hidup

Target Renstra SKPA Tahun Rasio Capaian Tahun

(2)

REVIEW PENCAPAIAN KINERJA PELAYANAN SKPA DINAS KESEHATAN ACEH

No

Cakupan Desa Siaga Aktif.

Angka prevalensi penyakit malaria

Angka kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidupAngka prevalensi anak-anak di bawah berat badan normalPr

Angka kematian karena penyakit malariaAngka kematian karena penyakit TBC

Page 59: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

DBD : CFR : < 1% <1% <1% <1% <1% <1% 0,8% 1,4% 1,02% 0,9% 0,54%IR : < 20/100.000 Pddk < 20/100.000 Pddk < 20/100.000 Pddk < 20/100.000 Pddk < 20/100.000 Pddk < 20/100.000 Pddk 37/100.000 Pddk 48/100.000 Pddk 38,3/100.000 Pddk 63,1/100.000 Pddk 55,8/100.000 Pddk ABJ : > 95% ABJ : > 95% ABJ : > 95% ABJ : > 95% ABJ : > 95% ABJ : > 95%

TB : CDR : min. 70% Min.70 % Min.70 % Min.70 % Min.70 % Min.70 % 35,50% 40% 42,30% 49,71% 65,41%SR : > 85 % > 85 % > 85 % > 85 % > 85 % > 85 % 90,60% 94% 90% 92% 90%Kusta : PR : < 1/10.000 Pddk < 1 /10.000 Pddk < 1 /10.000 Pddk < 1 /10.000 Pddk < 1 /10.000 Pddk < 1 /10.000 Pddk 1,2 / 10.000 Pddk 1,1 / 10.000 Pddk 1,0 / 10.000 Pddk 1,0 / 10.000 Pddk 1,2 / 10.000 PddkIR : < 10/100.000 Pddk < 10/100.000 Pddk < 10/100.000 Pddk < 10/100.000 Pddk < 10/100.000 Pddk < 10/100.000 Pddk 11 / 100.000 Pddk 10 / 100.000 Pddk 11 / 100.000 Pddk 10 / 100.000 Pddk 13 / 100.000 PddkHIV : Prevalensi < 1 % < 1 % < 1 % < 1 % < 1 % < 1 %

Malaria : API : < 1 / mil < 1 / mil < 1 / mil < 1 / mil < 1 / mil < 1 / mil 1,13 / mil 0,83 / mil 0,65 / mil 0,92 / mil 0,44 / mil

Cakupan UCI desa : 85 % 85% 85% 85% 85% 85% 22% 31,2% 34,94% 52,3% 63%

100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Persentase Respon KLB < 24 jam 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular

Penyemprotan/fogging sarang nyamuk

Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

Peningkatan KIE Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Jumlah anak usia 0-11 bulan yangmendapat imunisasi lengkap

Persentase kelengkapan danketepatan lap W1

Peningkatan Surveillance Epidemiologi dan Penanggulangan wabah

Pencegahan Penularan Penyakit Endemik/epidemik

Peningkatan Imunisasi

Page 60: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. % % % % %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I. BELANJA TIDAK LANGSUNG 17.605.350.000 20.898.757.332 31.240.000.000 32.021.000.000 33.942.260.000 16.888.776.937 20.118.170.451 27.412.523.544 30.627.246.345 33.261.785.799 95,93 96,26 87,75 95.65 98.00 25.661.700.615,20 55,99

1 Gaji dan Tunjangan 17.605.350.000 20.898.757.332 31.240.000.000 32.021.000.000 33.942.260.000 16.888.776.937 20.118.170.451 27.412.523.544 30.627.246.345 33.261.785.799 95,93 96,26 87,75 95.65 98.00 25.661.700.615,20 55,99

II. PROGRAM/KEGIATAN RUTIN PADA SETIAP SKPA 6.725.523.877 9.572.751.100 24.962.203.499 16.351.267.046 10.824.037.597 4.883.389.976 6.920.731.485 16.143.483.999 13.427.860.082 9.408.392.790 82.13 86.92 10.156.771.666,40

01 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 5.143.208.877 7.062.202.100 14.719.173.749 11.066.245.735 8.394.314.597 3.693.180.023 5.323.852.406 9.866.577.266 8.564.855.313 7.172.263.743 71,81 75,39 67,03 77.40 85.44 6.924.145.750,20 42,85 02 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 1.114.315.000 720.089.000 5.794.379.750 3.283.863.311 995.995.000 752.833.410 671.472.000 4.865.887.500 3.039.275.500 899.580.350 67,56 93,25 83,98 92.55 90.32 2.045.809.752,00 48,96 03 3 Program Peningkatan Disiplin Aparatur 344.400.000 193.650.000 581.200.000 29.250.000 - 324.510.000 173.130.000 362.784.000 26.250.000 94,22 89,40 62,42 89.74 177.334.800,00 49,21 05 4 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 123.600.000 1.596.810.000 3.767.450.000 1.971.908.000 1.433.728.000 112.866.543 752.277.079 949.825.233 1.797.479.269 1.336.548.697 91,32 47,11 25,21 91.15 93.22 989.799.364,20 32,73 05 5 Program Peningk Kapasitas Pengelolaan Keu.Daerah 100.000.000 98.410.000 98,41 19.682.000,00 19,68

III. PROGRAM/KEGIATAN SPESIFIK SKPA 21.196.594.623 194.633.137.068 259.072.228.092 445.719.537.940 597.243.196.188 7.918.590.165 52.809.109.966 138.222.736.737 323.488.922.844 581.970.706.997 220.882.013.342

15 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan 7.994.093.323 4.120.500.618 8.901.133.680 1.030.146.689 551.375.000 168.033.500 1.483.137.417 8.070.460.128 785.047.364 536.207.800 2,10 35,99 90,67 76.21 97.25 2.208.577.241,80 25,75 01 Pengadaan Obat & Perbekalan 7.565.193.323 4.064.000.618 8.147.201.680 991.146.689 492.575.000 1.429.952.417 7.574.652.328 753.443.364 479.295.800 35,19 92,97 76.02 97.30 2.047.468.781,80 25,63 02 Peningkatan Pemerataan Obat dan Perbekalan Kesehatan 163.400.000 56.500.000 357.124.000 - 53.185.000 194.304.500 94,13 54,51 49.497.900,00 29,73 03 Peningkatan Keterjangkauan Harga Obat & Perkalan Kesehatan 105.400.000 04 Peningkatan Mutu Pelayanan Farmasi 105.400.000 05 Peningkatan Mutu Penggunaan Obat 318.808.000 232.617.300 72,96 46.523.460,00 14,59 06 Monitoring Evaluasi dan Pelaporan 54.700.000 78.000.000 39.000.000 58.800.000 68.886.000 31.604.000 56.912.000 88,32 81.04 96.79 31.480.400,00 17,66

16 Program Upaya Kesehatan Masyarakat 2.326.215.000 1.049.801.000 28.303.117.750 11.713.850.810 1.315.064.000 1.556.546.250 750.331.250 14.416.596.186 9.530.953.445 1.125.758.307 66,91 71,47 50,94 81.36 85.60 5.476.037.087,60 37,86 02 Pemeliharaan & Pemulihan Kesehatan 1.291.000.000 19.498.207.750 9.879.248.457 12.310.509.070 7.878.401.320 63,14 79.75 4.037.782.078,00 12,63 06 Revitalisasi Sistem Kesehatan 2.687.150.000 200.000.000 269.215.000 418.407.400 184.334.000 239.122.000 15,57 92.17 88.82 168.372.680,00 3,11 08 Pengadaan Peralatan dan Perbekalan Kes Termasuk Obat Generik 834.602.353 775.965.700 92.97 155.193.140,00 09 Peningkatan Kesehatan Masyarakat 117.155.000 517.501.000 2.528.260.000 300.000.000 360.254.000 453.164.500 870.009.700 233.036.400 265.329.800 87,57 34,41 77.68 73.65 364.308.080,00 24,40 10 Peningk. Pelay.Kes.Bagi Pengungsi Korban Bencana 645.500.000 332.300.000 1.000.000.000 150.000.000 278.722.500 162.504.750 250.950.000 144.257.625 233.229.307 48,90 25,10 96.17 83.68 158.188.336,40 14,80 11 Peningkatan Pelayanan dan Penanggulangan Masalah Kesehatan 272.560.000 102.000.000 250.000.000 271.152.500 - 234.828.400 261.088.900 - 93.93 96.29 99.183.460,00 14 Monitoring Evaluasi dan Pelaporan 239.900.000 100.000.000 135.720.000 187.205.900 80.130.000 126.988.300 78,03 80.13 93.57 78.864.840,00 15,61 15 Penyediaan Jasa Pelayanan Kesehatan 200.000.000 2.247.600.000 - 134.662.000 379.514.116 67,33 16,89 102.835.223,20 16,84

17 Program Pengawasan Obat dan Makanan - - - - -

01 Peningkatan pemberdayaan konsumen/masyarakat dibidang obat dan makanan

19 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 799.399.800 682.400.000 4.618.918.800 336.920.000 424.239.500 467.936.750 503.586.500 1.534.876.585 298.328.500 376.019.000 58,54 73,80 33,23 41.28 88.63 636.149.467,00 33,11

01 Pengembangan Media Promosi dan Informasi Sadar hidup Sehat 125.898.000 68.400.000 998.450.000 136.920.000 150.000.000 44.396.000 376.301.710 136.920.000 150.000.000 64,91 37,69 35.18 100.00 141.523.542,00 20,52 02 Penyuluhan Masyarakat Pola Hidup Sehat 101.761.800 109.400.000 850.630.000 100.000.000 138.509.500 75.635.500 572.982.000 72.312.500 103.427.000 69,14 67,36 28.75 74.67 164.871.400,00 27,30 03 Peningkatan Pendidikan tenaga penyuluhan kesehatan 276.770.000 226.000.000 1.958.688.800 194.104.000 500.360.875 85,89 25,55 138.892.975,00 22,29 05 Monitoring Evaluasi & Pelaporan 294.970.000 278.600.000 811.150.000 100.000.000 135.730.000 189.451.000 85.232.000 89.096.000 122.592.000 68,00 10,51 62.16 90.32 97.274.200,00 15,70

20 Program Perbaikan Gizi Masyarakat 2.251.395.000 806.250.000 4.549.882.500 596.100.000 681.229.025 1.078.712.500 340.691.000 2.987.191.000 424.415.500 424.201.375 47,91 42,46 65,65 71.20 62.27 1.051.042.275,00 31,20

03 Penanggulangan kurang Energi Protein (KEP) anemea gizi besi, gangguan akibat kurang Iodium (GAKI), kurang Fit A, dan kekurangan zat gizi mikro lainnya.

4.549.882.500 - 2.987.191.000 65,65 597.438.200,00 13,13

04 Pemberdayaan Masyarakat untuk pencapaian Keluarga Sadar Gizi 2.251.395.000 806.250.000 596.100.000 681.229.025 340.691.000 424.415.500 424.201.375 42,46 71.20 62.27 237.861.575,00 8,49

21 Program Pengembangan Lingkugan Sehat 2.770.300.000 3.585.480.000 5.725.100.000 2.737.229.412 363.260.000 2.306.891.700 3.172.919.635 4.717.821.395 2.646.610.700 318.644.250 83,27 88,49 82,41 96.69 87.72 2.632.577.536,00 50,83 02 Penyuluhan Menciptakan Lingkungan 2.770.300.000 3.585.480.000 5.725.100.000 2.737.229.412 363.260.000 3.172.919.635 4.717.821.395 2.646.610.700 318.644.250 88,49 82,41 96.69 87.72 2.171.199.196,00 34,18

REVIEW PENCAPAIAN KINERJA PELAYANAN SKPA DINAS KESEHATAN ACEH TAHUN ANGGARAN 2007 - 2011

KodeURAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN

Anggaran Tahun Rasio Antara Realisasi dan Anggaran Rata-rata Pertumbuhan

Program Kegiatan Anggaran Realisasi

Realisasi Anggaran Pada Tahun

3

Page 61: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. % % % % %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

KodeURAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN

Anggaran Tahun Rasio Antara Realisasi dan Anggaran Rata-rata Pertumbuhan

Program Kegiatan Anggaran Realisasi

Realisasi Anggaran Pada Tahun

03 Sosialisasi Kebijakan Lingkungan Sehat - 04 Monitoring Evaluasi & Pelaporan -

22 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular 1.132.740.000 2.321.880.600 9.129.021.300 992.200.000 2.120.115.000 424.880.800 1.578.894.650 3.943.790.000 850.652.500 1.556.993.343 37,51 68,00 43,20 85.73 73.44 1.671.042.258,60 29,74 01 Penyemprotan /Fogging Sarang nyamuk 203.700.000 284.400.000 3.182.022.500 300.000.000 1.379.900.000 254.238.000 1.876.936.000 278.406.500 929.026.250 89,39 58,99 92.80 67.33 667.721.350,00 29,68 05 Pelayanan Pencegahan dan Penanggulagan Penyakit Menular 315.670.000 320.610.000 1.516.244.600 200.000.000 182.750.000 104.085.000 181.398.500 180.182.000 147.701.000 32,46 11,96 90.09 80.82 122.673.300,00 8,88 06 Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemik 93.000.000 111.240.000 148.686.000 88.619.000 91.485.000 79,66 61,53 36.020.800,00 28,24 08 Peningkatan Imunisasi 25.935.000 227.575.000 1.202.720.500 75.000.000 92.955.000 62.930.000 705.598.000 58.923.000 53.261.293 27,65 58,67 78.56 57.30 176.142.458,60 17,26 09 Peningk.Surveilance Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah 59.235.000 348.655.600 1.380.008.700 100.000.000 136.780.000 145.543.400 483.205.900 65.543.000 120.116.000 41,47 35,01 65.54 87.82 162.881.660,00 15,30 10 Peningkatan KIE Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 435.200.000 1.029.400.000 1.699.339.000 317.200.000 327.730.000 923.479.250 605.166.600 267.598.000 306.888.800 89,71 35,61 84.36 93.64 420.626.530,00 25,06

23 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan 409.606.000 797.630.000 2.095.134.000 457.800.000 439.345.000 333.097.050 477.003.335 894.186.385 390.456.900 370.494.600 81,32 59,80 42,68 85.29 84.33 493.047.654,00 36,76 01 Penyusunan Standar Pelayanan Kesehatan 181.400.000 261.050.000 - 25.207.000 49.380.000 13,90 18,92 14.917.400,00 6,56 02 Evaluasi dan Pengembangan Standar Pelayanan Kesehatan 188.178.000 316.990.000 384.090.000 100.000.000 180.455.000 250.213.000 123.742.500 95.579.700 175.280.900 78,93 32,22 95.58 97.13 128.963.220,00 22,23

03 Pembangunan dan Pemutakhiran Data Dasar Standar Pelayanan Kesehatan

112.980.000 - 78.618.000 65,59 15.723.600,00 13,12 04 Penyusunan Naskah Akademis Standar Pelayanan Kesehatan 100.194.000 257.800.000 77.885.000 51.583.400 197.683.200 22.298.200 51,48 76.68 28.63 54.312.960,00 10,30 05 Penyusunan standar analisis belanja pelayanan kesehatan 827.350.000 - 301.201.000 36,41 60.240.200,00 7,28 06 Monitoring Evaluasi & Pelaporan 221.428.000 299.240.000 409.470.000 100.000.000 181.005.000 201.583.335 289.661.485 97.194.000 172.915.500 67,37 70,74 97.19 95.53 152.270.864,00 27,62

25 Program Pengadaan Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/Pustu serta Jaringannya 571.640.000 60.428.674.200 73.801.157.658 69.786.709.228 71.816.931.096 13.325.422.529 52.393.335.142 65.458.042.129 67.442.283.740 22,05 70,99 93.80 93.91 39.723.816.708,00 18,61

01 Pembangunan Puskesmas 15.582.521.000 16.528.391.909 21.457.078.328 28.438.861.596 1.781.987.459 10.577.283.600 19.233.911.000 26.124.196.040 11,44 63,99 89.64 91.86 11.543.475.619,80 15,09 02 Pembangunan Puskesmas Pembantu 426.640.000 5.061.502.000 7.033.869.343 9.592.380.833 1.597.159.000 860.327.368 5.537.332.540 9.326.733.474 1.564.344.900 17,00 78,72 97.23 97.95 3.457.747.656,40 19,14 05 Pembangunan Posyandu/Poskesdes 31.486.053.200 36.228.859.741 25.847.460.460 29.304.964.000 4.670.315.667 25.720.480.474 24.869.854.020 28.155.786.500 14,83 70,99 96.22 96.08 16.683.287.332,20 17,16 06 Pengadaan Sarana dan Prasarana Puskesmas 8.298.598.000 7.068.542.960 8.123.468.277 7.648.946.500 6.012.792.035 6.088.685.500 7.540.147.195 6.980.267.800 72,46 86,14 92.82 91.26 5.324.378.506,00 31,72 07 Pengadaan Sarana dan Prasarana Puskesmas Pemabantu 145.000.000 1.297.013.200 1.515.500.000 1.190.800.000 1.352.762.840 91,81 89.26 508.712.568,00 18,36 10 Pengadaan Sarana dan Prasarana Posyandu/Poskesdes 5.644.480.505 3.250.821.330 4.827.000.000 3.278.753.028 3.134.633.600 4.585.688.500 58,09 96.43 95.00 2.199.815.025,60 11,62

26 Program Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Umum/RS Jiwa/RS Paru/RS Mata - 116.371.165.650 91.562.061.513 114.055.977.160 118.651.788.445 30.070.734.500 41.042.365.516 109.508.092.000 25,84 44,82 88.97 92.29 36.124.238.403,20 14,13

01 Pembangunan Rumah Sakit 71.424.119.650 57.430.174.884 57.991.395.135 89.120.442.000 2.572.051.997 24.103.737.490 51.544.277.493 81.620.603.200 3,60 41,97 88.88 91.58 31.968.134.036,00 9,11 18 Pengadaan Alat-alat Kesehatan Rumah Sakit 44.947.046.000 32.044.286.629 56.064.582.025 29.531.346.445 27.498.682.503 16.909.952.026 49.931.505.199 27.887.488.800 61,18 52,77 89.06 94.43 24.445.525.705,60 22,79 20 Pengadaan Ambulance/Mobil Jenazah 1.988.000.000 - - - 25 Pembangunan Tipe Rumah Sakit - 26 Monitoring Evaluasi & Pelaporan 99.600.000 28.676.000 28,79 5.735.200,00 5,76

27 Proghram Pemeliharaan Sarana dan Prasarana RS - - 455.180.000 - - 197.565.700 43,40 39.513.140,00 8,68

20 Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan RS 455.180.000 - 197.565.700 43,40 39.513.140,00 8,68

28 Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan - 659.410.000 16.985.350.000 243.612.604.641 400.380.774.122 456.509.400 1.337.622.600 242.711.352.056 399.905.901.582 69,23 7,88 99.63 99.88 128.882.277.127,60 15,42

01 Kemitraan Asuransi Kesehatan masyarakat 659.410.000 16.246.350.000 243.612.604.641 400.380.774.122 456.509.400 1.229.876.600 242.711.352.056 399.905.901.582 69,23 7,57 99.63 99.88 128.860.727.927,60 15,36 05 Kemitraan Peningkatan kualitas Dokter dan Paramedis 739.000.000 - 107.746.000 14,58 21.549.200,00 2,92

29 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita 758.765.500 737.445.000 3.669.100.000 150.000.000 182.330.000 506.121.615 335.694.550 1.644.027.600 149.198.000 142.565.000 66,70 45,42 44,81 99.47 78.19 555.521.353,00 31,39 01 Penyuluhan kesehatan anak balita 737.445.000 3.669.100.000 - - 335.694.550 1.644.027.600 45,42 44,81 395.944.430,00 18,05 04 Pelatihan dan Pendidikan Perawatan Anak Balita 758.765.500 - 150.000.000 182.330.000 149.198.000 142.565.000 99.47 78.19 58.352.600,00

30 Program Peningkatan Pelay. Kesehatan Lansia 206.270.000 505.500.000 1.200.000.000 100.000.000 135.645.000 180.928.500 256.657.200 521.301.250 93.994.000 100.063.000 87,81 50,77 43,44 93.99 73.77 230.588.790,00 36,40 03. Pendidikan dan Pelatihan Perawatan Kesehatan 206.270.000 505.500.000 1.200.000.000 100.000.000 135.645.000 256.657.200 521.301.250 93.994.000 100.063.000 50,77 43,44 93.99 73.77 194.403.090,00 18,84

32 Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak 176.170.000 767.000.000 2.764.860.000 150.000.000 181.100.000 113.338.000 57.528.000 519.613.000 149.871.750 163.483.000 64,33 7,50 18,79 99.91 90.27 200.766.750,00 18,12 4

Page 62: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. % % % % %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

KodeURAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN

Anggaran Tahun Rasio Antara Realisasi dan Anggaran Rata-rata Pertumbuhan

Program Kegiatan Anggaran Realisasi

Realisasi Anggaran Pada Tahun

01 Penyuluhan kesehatan Bagi Ibu Hamil dari Kel.Kurang Mampu 176.170.000 767.000.000 2.764.860.000 150.000.000 181.100.000 57.528.000 519.613.000 149.871.750 163.483.000 7,50 18,79 99.91 90.27 178.099.150,00 5,26

33 Program Program Pembinaan dan pengembangan Pendidikan Tinggi

1.800.000.000 1.800.000.000 5.312.210.891 - - 782.103.500 4.001.984.250 43,45 62,46 75,34 956.817.550,00 36,25

01 Pengadaan Buku 73.864.681 54.673.055 - -

03 Penyediaan bahan dan Alat laboratorium 147.814.464 125.529.660 1.044.975.811 124.800.000 1.014.929.250 99,42 97,12 227.945.850,00 39,31

04 Penyediaan Mebeluer ruang kuliah,pustaka dan Laboratorium 38.850.000 82.976.200 82.000.000 98,82 16.400.000,00 19,76

05 Pengadaan Mebeluer ruang Laboratorium 28.775.499

07 Beasiswa Dosen 12.000.000

08 Pemabangunan fasilitas pendukung proses belajar mengajar 1.436.550.340 2.692.028.600 865.977.900 2.044.728.000 60,28 75,95 582.141.180,00 27,25 09 Pengembangan Kegiatan Kemahasiswaan - 10 Pengembangan program study 1.480.017.776 237.920.000 713.911.300 133.592.000 518.980.000 56,15 72,70 130.514.400,00 25,77 11 Penelitian Dosen 90.240.000 37.550.000 41,61 7.510.000,00 8,32 15 Penunjang sekolah kedinasan 18.677.580 633.405.925 303.797.000 47,96 60.759.400,00 9,59

36 Program Peningkatan Sumber Daya Kesehatan - - - - - 01 Peningkatan Diklat Medis/Non Medis - - 02 Penelitian dan Pengembangan Medis dan Non Medis - -

T O T A L 45.527.468.500 225.104.645.500 315.274.431.591 494.091.804.986 642.009.493.785 29.690.757.078 80.972.381.802 181.778.744.280 469.090.998.123 624.640.885.586 65,22 35,97 57,66 94.94 97.29

dr. H. Taqwallah, M.Kes.

NIP. 19640504 199703 1 002

KEPALA DINAS KESEHATAN ACEH

5

Page 63: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

2013 2014 2015 2016 2017(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)1. Persentase pemenuhan kebutuhan SDM

aparaturPersentase penyelesaian administrasi sesuai standar dan tepat waktuPersentase pegawai yang menerima reward/punishmentJumlah pegawai yang ditingkatkan kapasitas teknis dan managemen

2. Jumlah dokumen NSPK yang diselesaikan/ditetapkanJumlah dokumen monitoring dan evaluasi yang ditindak lanjuti

3. Jumlah kab/kota yang telah mampu melaksanakan perencanaan kebutuhan SDM kesehatanPersentase fasilitas kesehatan yang mempunyai SDM kesehatan sesuai standar

Persentase ketersediaan obat dan vaksin yang memenuhi standar, cukup dan terjangkauPersentase instalasi farmasi kab/kota sesuai standar

4. Terselenggaranya system jaminan kesehatan dengan universal coverage

Jumlah dokumen kebijakan teknis pembiayaan dan jaminan kesehatan masyarakatJumlah puskesmas, pustu dan poskesdes yang dibangun/direhab sesuai standar PONEDJumlah sarana dan prasarana yang diadakan

5. Persentase kasus zoonosa yang ditemukan dan ditangani sesuai standarJumlah kasus diare per 1000 pendudukPersentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yang ditemukan dan disembuhkan

Mewujudkan mutu pelayanan kesehatan yang optimal melalui peningkatan sistem managemen pelayanan kesehatan dan peningkatan profesionalisme Memperkuat sarana kesehatan dasar dan

jaringannya sebagai fasilitas kesehatan mampu menyelenggarakan kegawat-daruratan obstetric neonatal emergency dasar

Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta pengembangan desa siaga

Pengendalian morbiditas dan mortalitas penyakit menular dan penyakit tidak menular melalui pengembangan pola hidup bersih dan sehat serta lingkungan sehat.

Mewujudkan tata kelola administrasi dan managemen di SKPA sesuai standar dan regulasi

Melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan standar dan regulasi melalui sistem monitoring dan evaluasi terpadu

Mewujudkan pemerataan akses terhadap pelayanan kesehatan melalui penyediaan tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya yang memadai dan berkualitas diseluruh fasilitas kesehatan

Meningkatnya penyediaan pelayanan kefarmasian dan perbekalan kesehatan melalui penyediaan dan pendistribusian obat esensial di sarana pelayanan dasar

Penyediaan dan penempatan tenaga strategis sesuai kebutuhan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan termasuk di DTPK

Terlaksananya fungsi pengawasan dan pengendalian berdasarkan standar dan regulasi

Meningkatkan kualitas aparatur kesehatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan

Terwujudnya budaya kerja SKPA yang transparan, adil, professional, efektif, efisien dan bermartabat dalam penyelenggaraan TUPOKSI

INDIKATOR SASARANTARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN

NO. TUJUAN SASARAN

Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan SKPA Dinas Kesehatan Aceh

Page 64: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Persentase cakupan penemuan dan tatalaksana penderita pneumoniaPrevalensi kasus HIVPersentase penaggulangan KLB < 24 jamCapaian cakupan bayi yang mendapat imunisasi lengkapPersentase desa yang mencapai UCIPenemuan kasus non Polio AFP rate per 100.000 anak < 15 tahunPersentase penyelidikan epidemiologi < 24 jam pada desa yang mengalami KLBDokumen KIE yang telah diselesaikanPersentase kab/kota yang memilki perda tentang kawasan tanpa rokokJumlah kader yang mampu melaksanakan posbinduAdvokasi pengendalian PTMPersentase rumah tangga yang melaksanakan PBHSPersentase peningkatan promosi kesehatan di sekolahPersentase penduduk yang menggunakan jamban sehatPersentase cakupan tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan

Persentase cakupan rumah yang memenuhi syarat kesehatanPersentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitasPersentase kualitas air minum yang memenuhi syaratJumlah desa yang melaksanakan STBM

6. Penatalaksanaan system survailans gizi dalam upaya pengendalian dampak gizi buruk dan penguatan system survailans

Persentase balita gizi buruk yangmendapat perawatanPersentase balita ditimbang berat badannya (D/S)Persentase keluarga sadar gizi

7. Cakupan pelayanan kesehatan penduduk miskinCakupan upaya pemeliharaan dan pemulihan kesehatanPersentase desa siaga aktif

Menurunkan angka kesakitan dan kematian terutama kelompok rentan dan meningkatkan status gizi masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat

Revilatalisasi upaya kesehatan bersumber masyarakat melalui program kemitraan termasuk dunia usaha dengan pendekatan CSR

Menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dan dunia usaha sebagai penggerak upaya kesehatan berbasis masyarakat

Page 65: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah
Page 66: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.(3) (6) (8) (10) (12) (14) (16) (17) (17)

Meningkatnya Tata Kelola Administrasi dan Managemen Sesuai Standar dan Regulasi

LokasiTahun 2013 Tahun 2016 Tahun 2017 Kondisi Kinerja Akhir Periode Renstra SKPA

(2) (4) (5) (7)

Indikator Kinerja Program (outcome) dan Kegiatan (Output)

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

(1) (9)

Tahun 2015Target

Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

Program dan KegiatanUnit Kerja SKPA

Penanggung Jawab

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIFDINAS KESEHATAN ACEH TAHUN 2012 - 2017

KodeData Capaian

padaTahun Awal Perencanaan ( 2012) Target Target Target

Tahun 2014TargetTarget

(11) (13) 15=5+&+9+11+13

01.Managemen Sesuai Standar dan Regulasi

01. 01 Persentase penyelesaian administrasi surat menyurat tepat waktu

100 % 100 % 38.400.000 Sekretariat

01. 02 Persentase pemenuhan kebutuhan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik

100 % 100 % 1.076.800.000 Sekretariat

01. 07 Persentase penyelesaian administrasi keuangan sesuai standard keuangan

100 % 100 % 1.135.380.000 Sekretariat

01. 08 Persentase pemenuhan kebutuhan jasa kebersihan kantor

100 % 100 % 1.047.612.200 Sekretariat

01. 10 Persentase pemenuhan kebutuhan alat tulis kantor

100 % 100 % 411.533.150 Sekretariat

Penyediaan Jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik

Penyediaan Jasa administrasi keuangan

Penyediaan Jasa kebersihan kantor

Penyediaan alat tulis kantor

Penyediaan Jasa surat menyurat

01. 11 Persentase pemenuhan kebutuhan barang cetakan dan penggandaan

100 % 100 % 82.930.000 Sekretariat

01. 12 Persentase pemenuhan kebutuhan komponen instalasi listrik penerangan

100 % 100 % 643.220.000 Sekretariat

01. 13 Persentase pemenuhan kebutuhan peralatan kantor

90 % 90 % 572.325.000 Sekretariat

01. 15 Persentase pemenuhan kebutuhan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan

80 % 80 % 30.000.000 Sekretariat

01. 16 Persentase pemenuhan kebutuhan bahan logistik kantor

100 % 100 % 3.163.572.200 Sekretariat

01. 17 Persentase pemenuhan kebutuhan makanan dan minuman

100 % 100 % 237.280.000 Sekretariat

Penyediaan dan peralatan kantor

Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan

Penyediaan bahan logistik kantor

Penyediaan makanan dan minuman

Penyediaan barang cetakan dan penggandaan

Penyediaan komponen instalasi listrik penerangan bangunan kantor

01. 17 Persentase pemenuhan kebutuhan makanan dan minuman

100 % 100 % 237.280.000 Sekretariat

01. 18 Jumlah dokumen/Laporan hasil rapat-rapat koordinasi dan konsultasi keluar daerah

100 % 100 % 782.900.000 Sekretariat

01. 19 Persentase jasa keamanan kantor yang dilaksanakan

100 % 100 % 632.160.000 Sekretariat

01. 20 Persentase kegiatan administrasi perkantoran yang didokumentasikan

100 % 100 % 40.000.000 Sekretariat

Meningkatnya jumlah Sarana dan Prasarana Yang dibangun/direhilitasi

02. 01 Jumlah rumah jabatan yang selesai dibangun02. 02 Jumlah rumah dinas yang selesai dibangun

Penyediaan Jasa dokumentasi kantor

Pembangunan rumah jabatan

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

Pembangunan rumah dinas

Penyediaan makanan dan minuman

Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi keluar daerah

Penyediaan Jasa keamanan kantor

02.

02. 02 Jumlah rumah dinas yang selesai dibangun02. 03 Jumlah gedung kantor yang selesai dibangun02. 07 Persentase pemenuhan perlengkapan gedung

kantor100 % 100 % 414.285.712 Sekretariat

02. 10 Persentase pemenuhan kebutuhan mebeleur 100 % 100 % 175.000.000 Sekretariat02. 22 Persentase gedung kantor yang dilakukan

pemeliharaan rutin/berkala100 % 100 % 311.000.000 Sekretariat

02. 24 Persentase kendaraan dinas yang dilakukan pemeliharaan rutin/berkala

100 % 100 % 420.000.000 Sekretariat

02. 26 Persentase rumah jabatan/dinas yang dilakukan pemeliharaan rutin/berkala

100 % Sekretariat

02. 28 Persentase peralatan gedung kantor yang 100 % 100 % 244.998.000 Sekretariat

Pengadaan mebeleurPemeliharaan rutin/berkala gedung kantor

Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional

Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan rumah jabatan/dinas

Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor

Pembangunan gedung kantorPengadaan Perlengkapan Gedung Kantor

Pembangunan rumah dinas

02. 28 Persentase peralatan gedung kantor yang dilakukan pemeliharaan rutin/berkala

100 % 100 % 244.998.000 Sekretariat

Persentase Pegawai Yang Menerima Rewads/punishment

03. 02. Jumlah pakaian dinas beserta perlengkapannya yang disediakan

100 % 100 % 403.850.000 Sekretariat

Meningkatnya pengetahuan dan wawasan aparatur

05. 01. Jumlah diklat non formal yang diselenggarakan 23 kab/kota 23 kab/kota 300.000.000 Bapelkes05. 02. Jumlah Sosialisasi yang diselenggarakan 23 kab/kota 23 kab/kota 100.000.000 Bapelkes

Pendidikan dan pelatihan non formalSosialisasi Peraturan Perundang-undangan

Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor

Pengadaan Pakaian Dinas beserta Perlengkapannya

Program Peningkatan Disiplin Aparatur

Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

03.

05.

05. 02. Jumlah Sosialisasi yang diselenggarakan 23 kab/kota 23 kab/kota 100.000.000 Bapelkes05. 03. Jumlah bintek yang diselenggarakan 3 orang 3 Plthan 130.000.000 Bapelkes

Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja

06. 01. Jumlah dokumen pelaporan capaian kinerja dan keuangan yang tersusun sesuai AKIP

06. 08. Jumlah kab/kota yang mempunyai dokumen Renstra dan Renja sesuai standar

100 % 460.000.000 Program dan Pelaporan

Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

Sosialisasi Peraturan Perundang-undanganBimbingan teknis implementasi peraturan perundang-undangan

Pembinaan teknis penyusunan rencana strategis dan rencana kinerja

Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPA

06.

Page 67: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat

15. 01 Persentase obat buffer stock yang digunakan 100 % 100 % 700.000.000 Persentase ketersediaan obat dan vaksin yang memenuhi standar, cukup dan terjangkauPersentase instalasi farmasi kab/kota sesuai standar15. 02 Persentase pengelolaan sediaan farmasi disarana pelayanan kesehatan sesuai standar/rasional

100 %

Persentase kepuasan pasien terhadap pelayanan 100 %

Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan

Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit

15.

Persentase kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian

100 %

15. 03 Persentase penggunaan obat rasional di sarana pelayanan kesehatan

100 %

16. Program Upaya Kesehatan Masyarakat Meningkatnya upaya pelayanan kesehatan masyarakat16. 01Cakupan pelayanan kesehatan penduduk miskin

100 % 395.628.281

16. 02 Cakupan upaya pemeliharaan dan pemulihan kesehatan

100 % 100 % 19.650.662.557

16. 06 Jumlah sub-sistem kesehatan yang diselenggarakan

60 % 101 % 5.000.000.000

Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas jaringannya

Revitalisasi Sistem Kesehatan

Peningkatan Mutu Penggunaan Obat dan perbekalan kesehatan

Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan

diselenggarakan

Meningkatnya jumlah fasilitas kesehatan rujukan yang melaksanakan managemen dan teknis medis lanjutan

60 %

16. 11 Meningkatnya kapasitas dan kualitas tenaga kesehatan dalam Penanggulangan krisis kesehatan

100 %

Penanggulangan Daerah bermasalah kesehatan (PDBK)

95 %

16. 14 Jumlah dokumen monitoring dan evaluasi yang dihasilkan

90 % 100 % 1.680.284.000

16. 15 Persentase jumlah jasa pelayanan kesehatan

Monitoring, evaluasi dan pelaporan

Penyediaan jasa pelayanan kesehatan

Peningkatan Pelayanan dan Penanggulangan Masalah Kesehatan

16. 15 Persentase jumlah jasa pelayanan kesehatan yang diterima

16. 16 Jumlah kegiatan peningkatan kapasitas pengelola program kesehatan jiwa di puskesmas

58 orang 537.720.000

Jumlah Gampong Siaga Sehat Jiwa Jumlah RS Kab/Kota yang menyediakan minimal 10 TT untuk pelayanan kegawatdaruratan psikiatri

Persentase penanganan kasus penderita gangguan jiwa yg dipasung dan terlantar.Persentase jumlah penderita gangguan jiwa yang

Penyediaan jasa pelayanan kesehatan

Peningkatan Pelayanan Kesehatan Jiwa

Persentase jumlah penderita gangguan jiwa yang dirujuk ke dan dari (rujuk balik) di RSUD/RSJ

16. 17 Persentase pasien paru yang sembuh

Meningkatnya jumlah obat dan makanan yang beredar sesuai standar

17. 01 Persentase penggunaaan obat di fasilitas kesehatan dasar

210 orang 329.200.000

Persentase PKRT yang memenuhi persyaratan cara produksi yang baik

17. 02 Persentase tindakan pengawasan di bidang

Program Pengawasan Obat dan Makanan

Peningkatan Pelayanan Kesehatan paru masyarakat

Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya

Peningkatan pemberdayaan konsumen/masyarakat dibidang obat dan makanan

17.

17. 02 Persentase tindakan pengawasan di bidang pangan dan bahan berbahaya

18. Meningkatnya upaya pengembangan obat dan sentra pengobatan tradisional

Program Pengembangan Obat Asli Indonesia

Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya

Page 68: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Jumlah Tempat Umum yang dibina Pola PHBS

Jumlah Tempat Kerja/institusi kerja yang dibina Pola PHBSJumlah RS / Institusi Kesehatan yang dibina Pola PHBS

19. 04 Persertase tenaga fungsional penyuluh kesehatan ditingkat Puskesmas

100 % 23 kab/kota 1.373.000.000

Persentase tenaga fungsional penyuluh kesehatan yang tersertifikasi/kompetensiPersentase Gampong yang memiliki kader

Peningkatan Pendidikan tenaga penyuluhan kesehatan

Persentase Gampong yang memiliki kader Desa/Gampong siaga

20. Meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan perbaikan gizi masyarakat

20. 03 Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan

100 % 23 kab/kota 3.000.000.000

Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S) 80 %

Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI 50 %

Program Perbaikan Gizi Masyarakat

Penanggulangan kurang Energi Protein (KEP) anemea gizi besi, gangguan akibat kurang Iodium (GAKI), kurang Vitamin A, dan kekurangan zat gizi mikro lainnya.

Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif

50 %

Persentase usia 6-59 bulan dapat kapsul Vit A 85 %Persentase Kab/Kota yang melaksanakan surveilans gizi

80 %

Persentase penyediaan bufferstock MP-ASI 95 %Jumlah kader aktif di tiap posyandu 5 KaderPersentase Pemberian Obat cacing tiap tahun di Sekolah Dasar

80 %

Persentase Sekolah dasar yang melaksanakan PMT-AS

50 %

20. 04 Cakupan rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium

65 % 23 kab/kota 1.000.000.000

Persentase ibu hamil mendapat Fe 90 tablet 80 %Jumlah puskesmas yang memiliki tenaga yang telah dilatih tata laksana gizi buruk. (MDGs)

75 Puskesmas

21. Program Pengembangan Lingkugan Sehat Meningkatnya penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan

21. 02 Persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat

23 kab/kota 978.000.000

Pemberdayaan Masyarakat untuk pencapaian Keluarga Sadar Gizi

Penyuluhan Menciptakan Lingkungan Sehat

Persentase kab/kota yang telah melaksanakan kab/kota sehatPersentase cakupan TTU yang memenuhi syarat kesehatanPersentase cakupan rumah yang memenuhi syarat kesehatan

21. 03 Jumlah kegiatan sosialisasi kebijakan lingkungan sehat 457 desa

22. Menurunkan angka kesakitan, kematian dan Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

Sosialisasi Kebijakan Lingkungan Sehat

22. Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit

22. 01 Persentase kasus zoonosa yang ditemukan dan ditangani sesuai standar

100 % 23 kab/kota 750.000.000

22. 02 Persentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yang ditemukan

100 %

Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

Penyemprotan /Fogging Sarang nyamuk

Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

Page 69: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

22. 10 Dokumen KIE yang telah diselesaikan 23 kab/kota 100 % 797.105.000 22. 12 Persentase kab/kota yang memiliki Perda tentang

kawasan tanpa rokok 100 % 998.191.000

Jumlah kader yang mampu melaksanakan posbinduAdvokasi pengendalian PTM

Meningkatnya Fasilitas Kesehatan Sesuai Standar

23. 01 Jumlah dokumen standar pelayanan kesehatan yang diselesaikan

5 Dokumen 1.604.371.719 Penyusunan Standar Pelayanan Kesehatan

Peningkatan KIE Pencegahan dan Pemberantasan PenyakitPelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular

Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan23.

yang diselesaikan23. 02 Persentase dokumen evaluasi dan

pengembangan standar yang ditindak lanjuti100 % 100 % 1.590.905.000

Meningkatkan kualitas tenaga medis dan Paramedis

23. 03 Persentase kab/kota yang memiliki data dasar pelayanan kesehatan sesuai standar

100 %

23. 04 Jumlah naskah akademik standar pelayanan kesehatan yang diselesaikan

100 %

23. 07 Jumlah dokumen analisa belanja pelayanan kesehatan yang diselesaikan (DHA)

10 Kab/Kota Penyusunan Standar Analisis Belanja Pelayanan Kesehatan

Evaluasi dan Pengembangan Standar Pelayanan Kesehatan

Pembangunan dan Pemutakhiran Data Dasar Standar Pelayanan KesehatanPenyusunan Naskah Akademis Standar Pelayanan Kesehatan

23. 08 Jumlah jaringan SIK Terintergrasi di kab/kota Kab/Kota Persentase ketersediaan profil kesehatan kab/kota

Meningkatnya Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Dasar sesuai Standar

25. 01 Jumlah Puskesmas yang dibangun 100 % Jumlah Puskesmas yang rehabilitasi 100 %

25. 02 Jumlah Pustu yang di Rehabilitasi 100 %

Pembangunan Puskesmas

Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah Terintergrasi

Pembangunan Puskesmas Pembantu

Program Pengadaan Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/Pustu serta Jaringannya

25.

25. 02 Jumlah Pustu yang di Rehabilitasi 100 % 25. 05 Jumlah Puskesdes yang dibangun 100 % 25. 06 Jumlah sarana dan prasarana Puskesmas yang

disediakan100 % 100 % 19.877.615.934

25. 07 Jumlah sarana dan prasarana Pustu yang disediakan

100 % 100 % 1.010.000.000

25. 10 Jumlah sarana dan prasarana Poskesdes yang disediakan

100 % 100 % 5.000.000.000

25. 11 Jumlah puskesmas yang ditingkatkan menjadi puskesmas rawat inap

100 %

25. 12 Jumlah puskesmas pembantu yang ditingkatkan menjadi puskesmas

100 %

Pengadaan Sarana dan Prasarana Puskesmas Pembantu

Pembangunan Posyandu/PoskesdesPembangunan Puskesmas Pembantu

Pengadaan Sarana dan Prasarana Puskesmas

Pengadaan Sarana dan Prasarana Posyandu/Poskesdes

Peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas Rawat Inap

Peningkatan Puskesmas Pembantu menjadi Puskesmas

Meningkatnya Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Rujukan sesuai Standar

26. 01 Jumlah RS yang dibangun (lanjutan) 100 % 100 % 770.000.000 Jumlah RS yang ditingkatkan fasilitasnyaJumlah ruang kelas III yang dibangun

26. 18 Jumlah peralatan kesehatan RS yang disediakan 100 % 100 % 35.702.587.418 26. 20 Jumlah kenderaan ambulance/mobil jenazah

yang diadakan26. 25 Jumlah rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan penunjang lainnya yang terakreditasi

100 % 27 RSUD 1.037.552.000

Pembangunan Rumah Sakit

Pengadaan Alat-alat Kesehatan Rumah Sakit

Program Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Umum/RS Jiwa/RS Paru/RS Mata

Pengadaan Ambulance/Mobil Jenazah

26.

Pembangunan Tipe Rumah Sakit

Meningkatnya pembiayaan dan jaminan kesehatan masyarakat

28. 01 Cakupan masyarakat yang mendapatkan asuransi kesehatan

100 % 100 % 418.752.895.000

Jumlah kebijakan teknis pembiayaan dan jaminan

Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan28

Kemitraan Asuransi Kesehatan masyarakat

Page 70: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

Meningkatnya Cakupan Pelayanan Kesehatan Lansia

30. 01 Jumlah lansia yang diberikan pelayanan kesehatan

30. 03 Jumlah tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kepada Lansia

32. Menurunnya Angka Kematian Ibu32. 01 Peningkatan frekuensi penyuluhan untuk ibu

hamil dari Gakin100 % 100 % 3.000.000.000

Penguatan kelompok peminat kesehatan ibu dan

Penyuluhan kesehatan Bagi Ibu Hamil dari Keluarga Kurang Mampu

Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia

Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak

Pelayanan pemeliharaan kesehatan

Pendidikan dan pelatihan perawatan kesehatan

30.

Penguatan kelompok peminat kesehatan ibu dan anak (KPKIA) dan Kelas IbuPeningkatan frekuensi kunjungan untuk ibu hamil dan nifas dari Gakin minimal 4 kali Penyiapan materi dan Penyediaan Buku Penyuluhan untuk ibu hamil dan nifas dari Gakin

32. 05 Persentase puskesmas mampu pelayanan kesehatan reproduksi esensial (PKRE) terpadu

100 % 500.000.000

Meningkatnya pelayanan penunjang yang terakreditasi

Advokasi dan KIE tentang Kesehatan reproduksi remaja (KKR)

Program Pelayanan Penunjang Medis/Non Medis35.terakreditasi

35. 01 Persentase tenaga farmasi yang memilki kompetensi sesuai standarJumlah pelayanan farmasi yang terakreditasi

35. 05 Persentase tenaga keperawatan yang memilki kompetensi sesuai standar

Jumlah pelayanan patologi anatomi yang terakreditasi

35. 06 Persentase tenaga analis kesehatan yang memilki kompetensi sesuai standar

Jumlah pelayanan patologi klinik yang

Peningkatan pelayanan farmasi

Peningkatan pelayanan patologi anatomi

Peningkatan pelayanan patologi klinik

Jumlah pelayanan patologi klinik yang terakreditasi

36. Meningkatnya ketersediaan dan mutu sumber daya kesehatan

36. 01 Jumlah pelatihan aparatur yang terakreditasi 100 % 2.097.400.000 Jumlah aparatur yang telah mengikuti pelatihan penjenjangan, fungsional dan managemen kesehatan

36. 02 Jenis pendidikan tenaga kesehatan yang dikembangkan

1 kegiatan 250.000.000

Peningkatan Diklat Medis/Non Medis

Penelitian dan Pengembangan Medis dan Non Medis

Program Peningkatan Sumber Daya Kesehatan

dikembangkanPersentase tenaga kesehatan yang professional dan memenuhi standar kompetensiTersedianya dok. Analisis kebutuhan SDM Kes termasuk tenaga spesialis dan analisis kebutuhan pelatihan

Jumlah publikasi ilmiah yang dimuat di media cetak dan elektronik

Meningkatnya pelayanan krisis kesehatan dan ambulance terpadu

Program Pelayanan Krisis Kesehatan dan Ambulans Terpadu37.ambulance terpadu

37. 01 Jumlah aparatur yang mampu melaksanakan penanggulangan krisis kesehatan

100 % 1.544.570.000

Dokumen pemetaan masalah kesehatan

37. 02 Cakupan pelayanan ambulance terpadu 100 % 200.000.000

Peningkatan kapasitas petugas penanggulangan krisis kesehatan

Pelayanan ambulance terpadu

Page 71: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

INDIKATOR KINERJA SKPA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMA

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017

Target Target Target Target Target Target(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Penyemprotan/fogging sarang nyamukDBD : CFR : < 1%IR : < 20/100.000 Pddk ABJ : > 95%

Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit MenularTB : CDR : min. 70%SR : > 85 %Kusta : PR : < 1/10.000 PddkIR : < 10/100.000 PddkHIV : Prevalensi < 1 %

Pencegahan Penularan Penyakit Endemik/epidemikMalaria : API : < 1 / mil

Peningkatan ImunisasiCakupan UCI desa : 85 %Jumlah anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi lengkap

Peningkatan Surveillance Epidemiologi dan Penanggulangan wabahPersentase kelengkapan dan ketepatan lap W1Persentase Respon KLB < 24 jam

Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja pada

Akhir Periode RPJMA

(3)

No Indikator Kondisi Kinerja pada Awal Periode RPJMA

Page 72: BAB I membuat kebij ak an pembangunan kesehatan dalam T ahun 201 2 201 7. Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 201 2-201 7 4 Tujuan khusus dari Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh ini adalah

INDIKATOR KINERJA SKPA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMA

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017

Target Target Target Target Target Target

Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja pada

Akhir Periode RPJMA

No Indikator Kondisi Kinerja pada Awal Periode RPJMA

Peningkatan KIE Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular