BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

191
1 BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR A. Pengertian Media Pendidikan Pengertian pendidikan, sudah tidak asing lagi kedengarannya. Kehadiran dan pelaksanaan pendidikan dapat melalui jalur sekolah maupun nonsekolah. Jalur sekolah maksudnya pendidikan yang diberikan secara resmi di dalam kelas dalam sebuah lembaga pendidikan misalnya SD, SMP, SMTA dan perguruan tinggi. Jalur nonsekolah artinya pendidikan yang diberikan dalam keluarga, lingkungan, masyarakat, atau melalui kursus-kursus. Berbicara mengenai pembelajaran, ada dua aspek yang terpenting yakni aspek pendidik (dalam hal ini pendidik) dan aspek penerima pendidikan yakni peserta didik atau mahasiswa. Oleh karena pendidikan merupakan proses, maka proses yang terjadi adalah belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar, satu hal yang perlu dipersiapkan guna menunjang dalam penyampaian materi pembelajaran dan keberhasilan suatu pendidikan yakni media pendidikan Media perndidikan, secara harafiah berarti perantara yang diperlukan dalam dunia pendidikan. Media (dalam bahasa latin adalah bentuk jamak dari kata median), yakni dapat berupa alat/bahan yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar yang dimaksud adalah pesan/materi pembelajaran yang disampaikan baik oleh pendidik, dosen, tutor kepada peserta didiknya.

Transcript of BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Page 1: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

1

BAB I

MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

A. Pengertian Media Pendidikan

Pengertian pendidikan, sudah tidak asing lagi kedengarannya. Kehadiran dan pelaksanaan pendidikan dapat melalui jalur sekolah maupun nonsekolah. Jalur sekolah maksudnya pendidikan yang diberikan secara resmi di dalam kelas dalam sebuah lembaga pendidikan misalnya SD, SMP, SMTA dan perguruan tinggi. Jalur nonsekolah artinya pendidikan yang diberikan dalam keluarga, lingkungan, masyarakat, atau melalui kursus-kursus.

Berbicara mengenai pembelajaran, ada dua aspek yang terpenting yakni aspek pendidik (dalam hal ini pendidik) dan aspek penerima pendidikan yakni peserta didik atau mahasiswa. Oleh karena pendidikan merupakan proses, maka proses yang terjadi adalah belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar, satu hal yang perlu dipersiapkan guna menunjang dalam penyampaian materi pembelajaran dan keberhasilan suatu pendidikan yakni media pendidikan

Media perndidikan, secara harafiah berarti perantara yang diperlukan dalam dunia pendidikan. Media (dalam bahasa latin adalah bentuk jamak dari kata median), yakni dapat berupa alat/bahan yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar yang dimaksud adalah pesan/materi pembelajaran yang disampaikan baik oleh pendidik, dosen, tutor kepada peserta didiknya.

Page 2: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

2

Untuk melengkapi keterangan mengenai media, di bawah ini ada beberapa batasan tentang hal tersebut sebagai berikut: Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika misalnya, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar. Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar.

Sedikit berbeda dengan batasan oleh Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA), media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dilihat, di-dengar dan dibaca. Walaupun banyak terdapat batasan mengenal media, tetapi sekian banyak batasan tersebut pada intinya adalah ada persamaannya di antaranya bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perhatian dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Arief S. Sadiman, et al, 1986 :7).

Beberapa batasan tersebut di atas secara umum dapat berlaku untuk semua proses belajar mengajar, sedangkan di dalam pendi-dikan seni rupa pemakaian media juga sangat diperlukan sekali, mengingat pendidikan tersebut memerlukan visualisasi. Sedangkan media yang diperlukan pada dasarnya sama seperti media yang dipakai untuk semua proses belajar mengajar seperti, buku, slide proyektor, gambar dan sejenisnya.

B. Perkembangan Media Pendidikan

Kali pertama media hanya dianggap sebagai perlengkapan/alat bantu mengajar pendidik, (teaching aids). Alat bantu yang dimaksud adalah alat bantu visual, yakni gambar, model, dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman kongkrit, motivasi belajar serta mempertimbangkan daya serap balajar peserta didik. Namun, karena pendidik terlalu memusatkan perhatiannya pada alat bantu visual yang dipakainya sehingga ia kurang memperhatikan aspek disain, pengembangan pembelajaran (instruction), dan evaluasinya.

Page 3: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

3

Pada pertengahan abad ke 20 dengan masuknya pengaruh teknologi audio, sehingga perkembangan selanjutnya dikenal adanya audio visual atau visual aids (AVA). Dengan demikian dengan AVA ini dapat menghindari verbalisme yang masih terjadi pada diri peserta didik. Karena dengan adanya AVA maka pembelajaran untuk peserta didik di samping dapat dilihat juga dapat didengar. Usaha meman-faatkan media sebagai alat bantu ini, Edgar Dale mengada-kan klasifikasi pengalaman belajar menurut tingkat dari yang paling kongkrit ke yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian di-kenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of experience). Dan pada saat munculnya kerucut pengalaman ini banyak penganut terutama dalam menentukan alat bantu apa yang paling sesuai untuk pengalaman belajar tertentu. Klasifikasi tersebut kemudian dapat dilihat pada skema di bawah ini .

Gambar 1. Kerucut Pengalaman E. Dale.

Sumber: Arief S. Sadiman, 1984: 8

Adapun penjelasan tingkat-tingkat belajar yang dikemukakan Edgar Dale tersebut sebagai berikut:

Pengalaman langsung

Observasi

Partisipasi

Demonstrasi

Wisata

TV

Film

Radio

Visual

Simbol visual

Verbal

abstrak

konkrit

Page 4: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

4

1. Pengalaman langsung dan observesi maksudnya peserta didik secara aktif berlatih sendiri. Menjalani sendiri atau memecahkan sendiri masalahnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentu-kan. Pengalaman langsung obsevasi ini diperoleh peserta didik dengan cara berhubungan langsung dengan benda. Suatu kejadian atau keadaan yang sebenarnya. Ini berarti peserta didik dapat mengamati sendiri merasakan, dan meraba benda yang dipelajarinya.

2. Pengalaman melalui pertisipasi dramatisasi, maksudnya penyaji-an suatu materi pembelajaran dengan melalui drama artinya penjelasan yang menunjukkan penjelasan yang menunjukkan situasi yang mendekati keadaan sebenarnya. Bentuk penyajian dramatisasi antara lain: sosio drama, simulasi dan sebagainya.

3. Pengalaman melalui demontrasi. Demontrasi merupakan suatu cara menyampaikan informasi dengan jalan mempertunjukkan atau mempergerakkan suatu benda atau kejadian memper-tunjukkan atau kejadian misalnya peragaan tari, hasil karya dan sebagainya.

4. Pengalaman melalui wisata. Melalui kegiatan ini, peserta didik diajak keluar kelas dalam proses belajar mengajar, misalnya dalam proses belajar mengajar di bidang pendidikan seni rupa. Peserta didik dapat diajak melihat museum, gallery, peman-dangan alam yang indah dari kegiatan ini peserta didik dapat aktif mengamati karya-karya seni atau mengamati keindahan alam dan ia dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada nara sumber atau dapat jadi ia dapat memberi komentar atas sesuatu yang dilihatnya.

5. Pengalaman melalui pameran. Dalam bidang seni rupa, pameran merupakan kegiatan lanjutan dari serangkaian proses pencipta-an karya seni rupa oleh karena itu pameran perlu diadakan di sekolah, di samping sebagai proses akhir dari kegiatan mencipta-kan dapat juga sebagai laporan hasil prestasi belajarnya. Hal ini dilakukan bersama dengan penerimaan rapor (hasil studi). Sehingga kegiatan ini di samping dapat di lihat oleh teman satu sekolah, secara langsung orang tua murid dapat melihatnya karena pada waktu penerimaan orang tua murid datang ke sekolah.

Page 5: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

5

6. Pengalaman yang diperoleh dari televisi. Munculnya teknologi canggih sekarang ini, seorang dapat belajar dengan jarak jauh. Dalam hal ini yang dimaksud adalah dengan cara melihat dan mendengarkan siaran pendidikan yang ditayangkan oleh televisi ataupun internet.

7. Pengalaman melalui gambar hidup atau mati. Gambar hidup atau film adalah serangkaian gambar mati yang diproyeksikan pada layar putih dengan kecepatan tertentu. Oleh karena gambar yang dihasilkan dalam layar putih dapat memperlihat-kan gambar yang seakan-seakan seperti keadaan sebenarnya, maka film ini dapat menjelaskan penyampaian informasi atau pendidikan kepada masyarakat luas.

8. Pengalaman belajar melalui radio atau tape recorder. Pengalam-an belajar melalui radio ini lebih memberikan rangsangan kepada indera pendengaran saja, karena melalui media ini hanya dapat didengar saja.

9. Pengalaman belajar melalui lambang visual, artinya sebagai alat komunikasi dapat memberikan pengetahuan dengan jalan memberi apa yang digambarkan misalnya: peta, grafik, bagan dan sebagainya.

10. Pengalaman melalui lambang verbal.

Lambang verbal maksudnya adalah penyampaian pengetahuan melalui bahasa lisan maupun tertulis. Kehadiran lambang verbal, dapat berbentuk kosa kata/kalimat atau kumpulan informasi yang berbentuk buku teks.

Sejak teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual pada akhir tahun 1950, peranan audio visual di samping sebagai alat bantu media juga berfungsi sebagai penyalur pesan atau informasi belajar. Mulai saat itu, alat audio visual tidak hanya dipandang sebagai alat penyalur pesan atau media. Teori ini sangat penting dalam penggunaan media untuk kegiatan program-program pembelajaran. Sayang sekali pengaruhnya masih terbatas pada pemilikan media saja, sedang faktor peserta didik yang mestinya menjadi komponen utama dalam proses belajar mengajar belum mendapat perhatian. Hal tersebut berlangsung cukup lama, baru sekitar tahun 1960-1965 orang mulai memperhatikan peserta didik sebagai unsur yang penting dalam kegiatan belajar mengajar. Pada saat itu teori tingkah laku (behaviorism theory) ajaran B.F.

Page 6: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

6

Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Teori ini telah mendorong orang untuk lebih mem-perhatikan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Menurut teori ini, mendidik adalah mengubah tingkah laku peserta didik. Perubahan tingkah laku ini harus tertanam pada diri peserta didik sehingga menjadi adat kebiasaan. Supaya tingkah laku tersebut menjadi adat kebiasaan, maka setiap ada perubahan tingkah laku positif ke arah tujuan yang dikehendaki, harus diberi penguatan (reinforcement), berupa pemberitahuan bahwa tingkah laku ter-sebut telah betul. Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah laku sebagai peserta didik sebagai hasil proses pembelajaran. Media instruksional yang terkenal yang dihasilkan teori ini adalah teaching mackine dari programed instruction.

Pendekatan sistem (system approach) sekitar tahun 1965-1970 juga mulai berpengaruh dalam pendidikan, sehingga pengaruh ter-sebut mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam program pembelajaran. Perlu diperhatikan bahwa dalam program pembelajaran perencanaannya harus secara sistematis dan pusat perhatian tertuju pada peserta didik. Perencanaannya didasar-kan pada azas kebutuhan dan karakteristik peserta didik serta di-arahkan kepada tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Begitu pula di dalam perencanaan media yang akan digunakan harus dipertimbangkan dan ditentukan secara seksama.

Melihat kenyataan bahwa di dalam pembelajaran pada saat itu lebih mengarah kepada tingkah laku, sedangkan tingkah laku peserta didik itu sendiri berbeda-beda, maka lahirlah konsep penggunaan multi media dalam proses pembelajaran. Penggunaan multi media artinya sebagian pendidik menggunakan media audio, media visual dan sebagian lagi memilih penggunaan media audio, media cetak atau media yang lain yakni media audio visual.

Dengan demikian dari sejumlah pemakaian media dalam pem-belajaran maka selayaknya jika media tidak dianggap sebagai alat bantu pendidik untuk mengajar tetapi benar-benar sebagai alat penyalur pesan (pendidik, dosen, dan sebagainya) kepada penerima pesan (murid, mahasiswa, dan sebagainya).

Page 7: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

7

C. Proses Belajar Mengajar Sebagai Proses Komunikasi

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi yaitu penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan (Arief S. Sadiman, et all, 1986: 11). Dari keterangan tersebut, maka yang termasuk kompo-nen proses komunikasi adalah pemberi pesan, pesan, penerima pesan dan media. Pemberi pesan (encoder) dapat pendidik, dosen, penulis buku, produser media atau peserta didik. Sedangkan pesan yang dikomunikasikan berupa isi pembelajaran yang tecantum dalam kurikulum, dan penerima pesan (decoder) dapat peserta didik, mahasiswa, peserta latihan atau pendidik, dosen pelatihnya sendiri.

Sehubungan dengan pengertian di atas, fungsi sosial kultur seorang pemberi pesan dalam bidang pendidikan ialah sebagai komunikator, di samping sebagai motivator dan emansipator. Sebagai komunikator, pertama ia menyediakan sumber informasi (materi pembelajaran) dan kedua menyaring, mengevaluasi infor-masi yang tersedia serta mengemas informasi ini ke dalam suatu bentuk yang cocok bagi kelompok penerima informasi tersebut sehingga kelompok ini memahami isi informasi tersebut.

Di dalam proses belajar mengajar, komunikasi tidak selalu berjalan lancar artinya selama komunikasi itu berlangsung kemungkinan terdapat gangguan atau hambatan yang sering disebut barriers to effective learning. Secara psikologis, hambatan itu seperti misalnya minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensi, penge-tahuan dan hambatan fisik misalnya kelelahan, sakit keterbatasan daya indera/cacat tubuh. Hambatan kultural seperti perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai panutan, hambatan lainnya misalnya lingkungan yaitu situasi dan kondisi yang tidak memenuhi persyaratan.

Dientje Burman Rumampuk (1988) dalam bukunya Media Instruksional IPS menyebutkan beberapa hambatan dalam proses komunikasi yakni :

1. Verbalisme (verbalism) artinya ketergantungan pada peng-gunaan kata-kata peserta didik dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengerti makna kata tersebut. Hal tersebut terjadi biasanya jika pendidik hanya menggunakan keterangan secara lisan dalam proses belajar mengajar.

Page 8: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

8

2. Kesalahan penafsiran (referent confussion) artinya istilah yang sama dapat ditafsirkan berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi jika pendidik dalam menjelaskan istilah tersebut tidak menggunakan media misalnya gambar yang dapat memperjelas penafsiran. Perbedaan pengalaman dapat memberikan penafsiran yang berbeda.

3. Perhatian yang tidak terpusat (day dreaming)

Hal demikian dapat terjadi karena:

a. Tidak konsentarasi.

b. Melamun dan menghayal.

c. Prosedur penyampaian bahan pengajaran yang monoton/ membosankan.

d. Sumber informasi yang bervariasi.

e. Bimbingan dan pengawasan pendidik kurang.

4. Tidak ada tanggapan yang menyeluruh/bulat (limited percep-tion). Ini berarti pengalaman yang diperoleh melalui peng-inderaan diterima secara terpisah-pisah, proses berpikir mulai dari kesadaran sampai pada timbulnya konsep tidak berlangsung dan tidak terbentuknya sikap yang diperlukan.

5. Keadaan fisik/lingkungan belajar yang mengganggu (physical discomfort), seperti ventilasi yang kurang, cahaya yang kurang pengaturan/ penempatan media yang tidak tepat.

Karena adanya berbagai jenis hambatan dalam proses belajar mengajar, seringkali proses komunikasi belajar mengajar ber-langsung secara tidak efektif dan efisien. Untuk mewujudkan/ meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses belajar meng-ajar, salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan adalah pemanfaatan media pendidikan ini dapat membantu mengatasi perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lainnya.

Lebih lanjut Dientje Borman Rumampuh menyampaikan bebe-rapa pengertian tentang kemampuan media pendidikan sebagai berikut:

Page 9: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

9

1. The fixative property (kemampuan fiksatif)

Kemampuan fiksatif artinya media mempunyai kemampuan menangkap suatu objek atau peristiwa. Ini berarti bahwa suatu obek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam atau difilmkan kemudian dapat disimpan lama sehingga apabila dikemudian hari diperlukan, maka dapat diamati kembali sama dengan kejadian sebenarnya.

2. The manipulative property (kemampuan manipulatif)

Kemampuan manipulatif artinya melalui kemamuan ini media dapat memindahkan suatu objek atau kejadian dengan berbagai macam cara, disesuaikan dengan keperluan misalnya penampil-an suatu objek atau kejadian dapat diubah-ubah ukurannya, kecepatannya penampilannya dapat diulang-ulang misalnya suatu kejadian yang direkam dengan film penampilan dapat diperlambat agar lebih jelas.

3. The distributive property (kemampuan distributif)

Kemampuan ini memungkinkan kita menstransfer atau me-mindahkan suatu objek atau kejadian melalui ruang (space). Dalam sekali penampilan suatu objek/kejadian dapat men-jangkau pengamat yang jumlahnya besar seperti penggunaan TV dan radio. Kejadian yang sudah direkam melali film atau tape recorder ataupun dalam bentuk cetakan dapat diproduksi kem-bali pada setiap waktu dan tempat dan dapat didistribusikan ke berbagai sekolah dan tempat. Kemampuan distribusi ini penting bagi pendidik karena dapat memperluas daerah pemakaian dan dapat memberikan informasi yang cepat dan tepat misalnya rekaman film terhadap suatu peristiwa sejarah di suatu negara dapat disaksikan dengan cepat oleh negara-negara melalui siaran TV.

D. Kegunaan Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar

Hubungannya dengan proses belajar mengajar, media pendi-dikan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal-istik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)

Page 10: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

10

2. Mengatasi keterbatasannya ruang, waktu dan daya indera misalnya :

a. Objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realita, gambar, film atau model.

b. Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar.

c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high speed photography.

d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal.

e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram dan lain-lain.

f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dan sebagainya) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan sebagainya.

3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dengan demikian media pendi-dikan dapat berfungsi :

a. Menimbulkan kegairahan belajar.

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.

c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

4. Dengan sifat yang unik pada tiap peserta didik ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap peserta didik, maka pendidik akan banyak mengalami kesulitan apabila semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi jika latar belakang lingkungan pendidik dengan peserta didik juga berbeda, maka masalah ini dapat diatasi dengan media pen-didikan caranya dengan :

a. Memberikan perangsang yang sama;

b. Mempersamakan pengalaman;

c. Menimbulkan persepsi yang sama.

Page 11: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

11

BAB II

PERALATAN / KARAKTERISTIK

MEDIA PENDIDIKAN

Pengertian media pendidikan, sampai saat sekarang masih di-kaitkan dengan peralatan. Media atau bahan adalah perangkat lunak (sofware berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau perang-kat keras (hardware) merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung dengan media tersebut. (AECT, 1977)

Dengan ditemukan teknologi canggih seperti dalam pengetahuan cetak mencetak, elektronik dan sebagainya, dalam perkembangannya media tampil dalam berbagai jenis antara lain berbentuk film, televisi, radio, komputer dan sejenisnya. Dari berbagai jenis media pendidikan tersebut, di bawah ini akan dijelaskan masing-masing media pendidikan dan dikelompokkan sesuai dengan karak-teristik (ciri khasnya).

A. Media Grafis / Media Visual

Yang tergolong media grafis antara lain: gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik (graphs), kartun, poster, peta dan globe. Pada umumnya, media grafis dituangkan ke dalam simbol-simbol tertentu yang berfungsi untuk menyalurkan pesan. Dan secara khusus media grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan dapat dilupakan atau diabaikan apabila tidak di-grafiskan (Arif S. Sadiman, et. all, 1986).

Page 12: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

12

Dilihat dari dimensinya, media grafis termasuk media visual, karena itu prinsip media grafis adalah terletak pada indera penglihatan. Pada umumnya, media garfis kehadirannya merupakan gambar 2 (dua) dimensional artinya hanya mempunyai ukuran panjang dan lebar. Sedangkan globe dalam pembicaraan ini sebagai media visual tiga dimensi, benda tersebut mempunyai dimensi kedalaman atau isi, sehingga pengamatannya dari segala arah.

Media visual tiga dimensional lainnya antara lain; benda asli, model spesimen, mocs-up, diorama, dan museum.

Berikut ini, dibicarakan satu persatu penjelasan dan karakteris-tik media grafis/media visual.

1. Gambar/Foto

Gambar/foto adalah salah satu media grafis yang sering digunakan dalam media pendidikan. Gambar/foto sebagai media grafis kehadirannya sebagai penjelas suatu ceritera. Oleh karena itu gambar/foto yang dihadirkan harus menunjukkan ceritera antara kejadian tertentu dan bersifat representatif. Misalnya, sebuah ceritera/peristiwa yang telah dilakukan mahasiswa yang sedang kuliah kerja lapangan bahwa di desa ia melakukan per-tandingan olah raga persahabatan. Contoh lain foto-foto yang dapat digunakan untuk media pendidikan yang menunjukkan peristiwa sejarah di Indonesia yakni: (a) foto sejarah perang kemerdekaan di tanah air, (b) perang Diponegoro, (c) perjuang-an jenderal Soedirman, dan (d) foto budaya tradisi di suatu daerah.

Untuk mengetahui foto sebagai media pendidikan, maka manfaatnya sama dengan pepatah China yakni ”Bahwa satu foto sama dengan seribu kata-kata”. Foto merupakan bahan infor-masi yang dapat menunjukkan suatu peristiwa yang dapat direkam melalui gambar-gambar yang nyata dan aktual.

Pada era globalisasi sekarang ini, eksistensi rekaman foto sangat diperlukan sama dengan keberadaan kehidupan manusia baik itu sebagai intern manusia, kelompok masyarakat, organi-sasi pemerintah dan swasta, bahkan kehidupan Negara seluruh dunia selalu membutuhkan foto sebagai bahan informasi yang aktual.

Page 13: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

13

Perhatikan gambar/foto berikut ini.

Gambar 2. Foto di atas menunjukkan salah satu peristiwa atau dapat

menunjukkan budaya tradisi (tata upacara penganten) yang ada di suatu daerah Jawa Barat.

Kebaikan media atau gambar / foto adalah:

a. Sifatnya konkrit representatif, artinya dapat menunjukkan pokok masalah secara realistis atau sesuai dengan gambar dan pokok permasalahan.

b. Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Misalnya dalam studi dalam sejarah, untuk mempelajari tentang candi-candi maka tidak harus peserta didik diharapkan pada objek-objek tersebut tetapi dapat diatasi dengan menunjukkan gambar/ foto candi-candi tersebut.

c. Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Dalam studi dalam geografi, untuk menentukan atau melihat ke-adaan tanah (daratan) maka dapat dibatasi yakni dengan melihat gambar/foto.

d. Dapat memperjelas suatu masalah.

e. Murah harganya dan mudah didapat serta digunakan.

Walaupun banyak kelebihannya, tetapi media gambar (foto) ini juga ada kelemahannya yakni: (1) Hanya menekan persepsi indra mata, (2) Benda yang terlalu kompleks kurang

Page 14: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

14

efektif untuk pembelajaran, (3) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Untuk memenuhi persyaratan pemakaian gambar (foto) dalam pembelajaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni:

a. Gambar/foto harus otentik/representatif.

b. Sederhana

c. Ukuran relatif

d. Gambar/foto menunjukkan kesan gerak atau perbuatan

e. Gambar/foto tidak boleh terlepas dari nilai estetis

f. Gambar/foto diutamakan berwarna.

2. Sketsa

Pemakaian media ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pemakaian media gambar/foto. Sedikit perbedaannya, yakni: jika dalam media gambar goresan/garis lebih jelas dan bersifat realistis, tetapi pemakaian sketsa, goresan/garisnya hanya sepintas (sederhana) tetapi goresan tersebut tetap di-arahkan pada sifat realitis. Kehadiran media sketsa ini biasanya dilakukan pendidik bersamaan dengan penjelasan materi pem-belajaran, dan sering disampaikan/dibuat di papan tulis (demonstrasi)

Gambar 3. Sketsa karya Edy Tri Sulistyo (2003), disajikan sebagai sketsa yang menjelaskan perahu-perahu nelayan.

Page 15: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

15

3. Diagram

Diagram adalah gambar sederhana yang menggunakan garis-garis dan simbol-simbol, diagram suatu skema meng-gambarkan struktur dari objeknya secara garis besar, menunjuk-kan hubungan yang ada antara komponennya atau sifat-sifat proses yang ada di situ (Arief S. Sadiman, et.al. 1986). Isi diagram pada umumnya berupa petunjuk-petunjuk dan penyerderhana-an sesuatu yang kompleks sehingga penyajian pesan lebih jelas.

Ciri-ciri diagram yang perlu diketahui adalah:

a. Bersifat simbolis dan abstrak sehingga kadang-kadang sulit dimengerti

b. Untuk dapat membaca diagram seseorang harus mem-punyai latar belakang tentang apa yang didiagramkan.

c. Walaupun sulit dimengerti, karena sifatnya padat, diagram dapat memperjelas arti.

Diagram yang baik sebagai media pendidikan antara lain:

a. Benar, rapi, diberi titel, label dan penjelasan-penjelasan yang perlu.

b. Cukup besar dan ditempatkan secara strategis dan

c. Penyusunannya disesuaikan dengan pola pembaca yang umum dari kiri ke kanan dari atas ke bawah.

4. Bagan/Chart

Fungsi bagan/chart yang pokok adalah penyajian ide-ide atau konsep-konsep yang sulit apabila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bagan yakni:

a). Dapat dimengerti

b). Sederhana dan lugas, tidak rumit atau berbelit-belit dan

c). Selalu diganti agar tidak monoton dan selalu menarik.

Bagan/chart secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua bagian yakni (1) Chart yang menyajikan pesan secara ber-tahap, dan (2) Chart yang menyajikan pesannya sekaligus.

Page 16: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

16

Chart yang menyajikan pesan secara bertahap terdiri:

a. Bagan balikan (flip chart)

Apabila urutan informasi yang akan disajikan tersebut sulit ditunjukkan dalam selembar chart, maka bagan balikan dapat dipakai. Bagan-bagan dari pesan tersebut ditulis/dituang-kan dalam lembaran tersendiri, kemudian lembaran-lembaran tersebut dibundel jadi satu. Penggunaannya tinggal membalik satu persatu sesuai dengan bagan pesan yang akan disajikan.

b. Bagan tertutup (hiden chart) disebut juga strip chart.

Pesan yang akan dikomunikasikan mula-mula dituangkan ke dalam lembaran chart. Misalnya saja pesan tersebut berupa jenis chart tertentu. Setiap satu pesan ditutup dengan potongan kertas yang mudah untuk dilepas, kemudian pada saat penyajian satu persatu tutup itu dibuka.

Gambar 4. Bagan Tertutup

Bagan/chart yang menyajikan pesan sekaligus terdiri:

1). Bagan pohon (tree chart)

Disebut bagan pohon karena bagan yang dimaksud dapat diibaratkan sebuah pohon yakni yang terdiri batang, cabang dan ranting. Bagan pohon, biasanya menunjukkan sifat, komposisi atau hubungan antar kelas/keturunan. Misalnya: instruktur organisasi sekolah, silsilah keluarga/raja dan sebagainya.

Perhatikan contoh bagan pohon berikut ini.

1

9

8

5

1

9

8

6

1987

1988 1989 1990 0

2

0

0

4

0

0

6

0

0

8

0

0

1

0

0

Page 17: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

17

STRUKTUR ORGANISASI UKS

SMA NEG. 2 SKA.

Gambar 5. Bagan pohon struktur organisasi UKS SMAN 2 Surakarta

2). Bagan arus (flow chart)

Bagan arus, biasanya menunjukkan alur suatu proses atau dapat pula menelusuri tanggungjawab atau hubungan kerja antar berbagai bagian atau seksi suatu organisasi. Perhatikan bagan arus berikut ini.

Kepala Sekolah Pembimbing

Sekretaris

Guru

Ketua

Guru UKS

Bendahara

Guru

Sanitasi Guru OR

Pendidikan Kesehatan Guru OR

Pelayanan Kesehatan

Dokter/ Guru UKS

OSIS / PMR

Masyarakat Sekolah, Guru, Siswa,

Karyawan

Page 18: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

18

ALUR PERIKSA KESEHATAN

DI POLIKLINIK UNS SOLO

Gambar 6. Bagan alur di Poliklinik UNS Solo

3). Bagan garis waktu (time line chart) dan Kebalikan bagan pohon (stream chart)

Bagan garis dipakai untuk menggambarkan hubungan antara peristiwa dan waktu.

Perhatikan bagan berikut ini.

Gambar 7. Bagan garis waktu: Perkembangan Seni Lukis Indonesia

Seni lukis Seni lukis Seni lukis Seni lukis Seni lukis

R. Saleh Mooi Indie Persagi Setelah ke- Seni Rupa

Syarif Bustaman merdekaan Baru

+ 1800 + 1930 + 1944 + 1950 + 1975

Pendaftaran Poliklinik

Dokter Umum

Dokter Spesialis

Mata

Apotik

Obat

Kasir

Dokter Spesialis

THT

Dokter Spesialis Gigi

Keluar

Page 19: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

19

Kebalikan dari bagan pohon (Strem chart).

Jika pada bagan pohon dimulai dari satu hal kemudian memecah menjadi beberapa bagian, maka dalam stream chart berbagai hal/ beberapa bagian tersebut pada ujung akhirnya menyimpulkan atau menuju hal yang sama.

Perhatikan bagan di bawah ini:

Gambar 8. Streem Chart Proses Pengembangan Media Instruksional

5. Grafik (Graphs)

Grafik adalah gambar sederhana yang biasanya dihadirkan dalam bentuk titik-titik, garis dan sering kali dilengkapi dengan simbol-simbol verbal. Grafik berguna untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan suatu objek atau peristiwa yang saling berhu-bungan. Penyusunannya, didasarkan pada prinsip-prinsip mate-matik/statistik dan menggunakan data-data komparatif.

Topik

Analisis Kebutuhan (Masalah)

Tujuan

Pokok Materi

Revisi

Evaluasi

Naskah Awal

Naskah siap

produksi

Uji coba

Revisi

Produksi Prototipe

Program Final Treatment

Page 20: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

20

Sebagai media pendidikan, grafik terdiri dari beberapa macam yakni:

a. Grafik garis (line graphs)

b. Grafik batang (bargraphs)

c. Grafik lingkungan (circle atau pie graphs) dan

d. Grafik gambar (pictorial graphs)

Grafik garis (line graphs)

Grafik ini dianggap paling tepat dan akurat, karena ber-manfaat untuk menggambarkan suatu perkembangan atau per-ubahan dalam suatu periode

perhatikan grafik garis di bawah ini:

Gambar 9. Grafik garis : Perkembangan jumlah mahasiswa Jurusan PBS – FKIP – UNS

Grafik batang (bargraphs)

Grafik batang termasuk grafik yang paling sederhana dan mudah dibaca. Grafik ini menggunakan garis-garis terutama garis horisontal yang menunjukkan suatu jumlah:

2007 2008 2009 2010 0

200

400

600

800

1000

Page 21: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

21

Keterangan :

- angka 0 s/d 60 dan seterusnya menunjuk-kan jumlah mahasiswa yang memilih MK Pilihan

- kode A.B.C.D = jenis MK pilihan

Gambar 10. : Grafik batang : Perbandingan Pengambilan MK Pilihan di Program Seni Rupa UNS

Grafik lingkungan (circle graphs atau pie graphs)

Grafik ini dapat dibagi dalam sektor-sektor, tiap sektor dipakai untuk menyajikan suatu komponen sebagai sebagian dari keseluruh-an. Grafik ini menunjukkan presentasi atau frekuensi misalnya presentasi jumlah penduduk, usia sekolah pada suatu daerah/ negara.

Contoh:

Gambar 11. Grafik Lingkaran : Keadaan penduduk di daerah A.

Buruh 20%

Pelajar/ Pegawai 20%

Petani 30%

Pedagang 30%

0

10

20

30

40

50

60

A B C D

Page 22: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

22

Grafik gambar (pictorial graphs)

Media grafik gambar biasanya menggunakan simbol-simbol gambar, perhatikan grafik di bawah ini:

Gambar 12. Grafik Gambar

6. Kartun/Karikaritur

Kartun/karikatur adalah media gamabar yang kehadiranya melukiskan gambar seseorang yang dibuat lucu, menggelikan atau bersifat humoris. Di samping gambarnya merupakan pencerminan watak orang, kadang-kadang juga mengandung sindiran .

Perhatikan gambar di bawah ini.

13.a 13.b

Page 23: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

23

13.c 13.d

Gambar 13. Kartun (13.a, 13.b) dan Karikatur (13.c, 13.d).

7. Poster

Poster adalah sebuah gambar yang dilengkapi dengan tulisan (ajakan) yang ditunjukkan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal, memahami, malaksanakan/memiliki barang/anjuran yang diharapkan oleh seseorang yang mencipta-kan memasang poster. Contoh gambar poster yakni poster-poster film, Keluarga Berencana, Hemat Energi, Pelestarian Alam dan Lingkungan, Pengembangan Budaya dan Pariwisata, dan Pertunjukan Seni. Poster dapat dibuat dengan bermacam-macam ukuran baik ukuran besar maupun kecil, sesuai dengan kebutuhan dan anggaran pembuatan yang tersedia.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan poster antara lain:

a. Dominasi, dalam hal ini yang penting adalah tema pokok (the key idea) yaitu bahwa suatu gambar harus menguasai ruangan dan lebih mencolok dari unsur penunjang lainnya. Untuk mewujudkannya diperlukan daya kreatif dan imajinasi yang penuh, sehingga dalam menyajikan sesuatu dalam bentuk konkrit dapat mengena sasaran dengan tepat. Hal-hal yang perlu diperhatikan di sini yakni (1) unsur dominasi (yang pokok/penting) jangan ditempatkan pada garis pinggir, (2) agar lebih menarik perhatian dapat ditambahkan tanda-tanda yang mengarah pada unsur pokok, (3) penekan-an pada unsur pokok dengan cara menghubungkan satu dengan lainnya dengan seimbang.

Page 24: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

24

b. Serasi, dalam masalah ini yang perlu mendapat perhatian adalah tata letak gambar dan tulisan harus ada keseimbang-an. Di samping itu komposisi warna yang dipakai harus serasi jangan sebagian gambar mencolok warnanya sedang bagian lain tidak. Gambar jangan terlalu penuh, atau tulisan jangan terlalu memenuhi halaman sehingga gambarnya kalah dari pada tulisannya.

c. Harmonis, sebuah poster seharusnya tidak banyak diberikan variasi seperti coretan/garis dan gambar baik dimaksud sebagai background ataupun tulisan yang dimaksud untuk memperjelas keterangan dan lain-lainnya.

d. Isi pesan penerangan, untuk membuat poster tentunya tidak lepas dari sebuah isi pesan yang dimuat di dalamnya, jadi tegasnya dalam menyajikan poster antara gambar dan teks/ tulisan harus saling berhubungan.

Unsur lain yang dapat dijelaskan di sini yakni bahwa pembuatan poster pada dasarnya adalah sederhana, menyajikan satu ide dan mencapai satu tujuan pokok, berwarna, slogan (tulisan) ringkas dan mengena, bentuk tulisan jelas dibaca, motif dan desain bervariasi. Sehubungan dengan penjelasan poster tersebut, berikut ini disajikan bahan-bahan yang dapat diguna-kan untuk pembuatan poster yakni kertas tebal/karton, play-wood/triplek, seng atau papan, water colour/cat air/cat tembok, spidol dan pensil, dan alat yang digunakan yakni kuas, mistar, penggaris, dan jangka.

Contoh poster:

Gambar 14. Poster sebagai media pendidikan yang menginformasikan tentang Perebutan Piala Dunia sepak bola

yang diselengarakan pada tahun 2008 di Austria.

Page 25: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

25

8. Peta dan Globe

Peta (flat maps) adalah gambaran rata permukaan bumi yang terdiri atas permukaan tanah dan air dengan menggunakan garis, simbol, kata dan warna.

Berdasarkan jenisnya, peta terdiri atas:

a. Peta keadaan alam, yang menggambarkan permukaan bumi serta tanah, laut, gunung dan sebagainya

b. Peta politik, yang menunjukkan daerah pemerintahan/luas wilayah politik suatu negara

c. Peta khusus, untuk maksud tertentu misalnya peta sejarah, ekonomi, budaya dan sebagainya.

Gambar 15. Peta

9. Media Papan

Media papan maksudnya penyampaian informasi dan ide ditempatkan pada dinding atau permukaan horisontal lainnya.

Media papan ini ada beberapa macam yakni:

a. Papan tulis (chalk boards) adalah media bentuk papan per-segi panjang, yang warnanya macam-macam misalnya hitam, hijau, coklat, putih yang dapat digunakan untuk menggambarkan fakta-fakta, ide dan sebagainya. Papan tulis ini murah harganya, tetapi jika pemakaian tulisan dengan kapur, kelemahannya timbul debu jika dihapus dan tangan menjadi kotor.

b. Papan flanel (flanel boards/felt board) adalah media papan yang permukaannya dilapisi oleh kain oleh kain flanel atau kain lain yang berbulu agar dapat digunakan untuk melekat-

Page 26: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

26

kan gambar-gambar atau benda-benda lain. Ukurannya da-pat berbeda-beda. Harganya terjangkau dan praktis diguna-kan.

c. Papan pameran (display board), adalah sejenis media papan yang dipakai untuk memamerkan suatu hasil karya peserta didik atau sesuatu yang perlu diinformasikan kepada peserta didik secara nyata dalam bentuk tiga dimensi.

d. Media papan tempel (information board) yaitu media ben-tuk papan yang dipakai untuk menyampaikan pengumuman-pengumuman dengan cara menempelkan catatan-catatan peraturan-peraturan, atau kejadian (peristiwa), kegiatan yang akan datang.

e. Media papan magnet (magnetic board) yaitu media bentuk papan alasnya dilapisi logam agar di atas papan tersebut dapat ditempelkan benda lain yang pada alas satu sisinya ditempeli magnet. Papan ini harganya terjangkau, praktis dipakai, dan bersih.

Media papan memiliki karakter antara lain :

Karakteristiknya yakni: media yang sangat umum dipakai, mudah menulis dan menghapusnya, dan sangat efektif untuk dipakai menjelaskan gagasan. Kelebihannya, dapat dipakai di semua tingkat sekolah, murah dan mudah penggunaannya, materi/gambar dapat disajikan sebelumnya. Sedangkan ke-kurangannya yakni pendidik membelakangi peserta didik sewaktu menulis, sehingga sulit mengaktifkan keaktifan peserta didik, debu kapur dapat mengakibatkan polusi di kelas, dan memerlukan alat tulis lain.

Karakteristik papan panel yakni pembuatan dan pemakai-annya mudah, ukurannya dapat kecil, besar dan sedang, dapat dibawa/digantung di dinding, menarik perhatian peserta didik, bahan-bahan dapat disiapkan dan digunakan lagi, bahan mudah didapat.

Kelebihannya yakni dapat memotivasi dan mengaktifkan peserta didik, dapat dipakai di semua tingkat sekolah, dapat dibuat sendiri oleh peserta didik, pendidik atau pendidik ber-sama peserta didik, menghemat tenaga dan waktu, bahan dapat diganti-ganti.

Page 27: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

27

Kekurangannya yakni memerlukan keterampilan dan ke-tekunan, mudah rusak apabila tidak dipelihara dengan baik.

10. Benda Asli

Benda asli sebagai media pendidikan merupakan benda-benda dimensional, artinya benda tersebut dapat dilihat dari segala arah. Dalam bidang studi sejarah misalnya, untuk mem-pelajari candi Borobudur, maka anak perlu mendapatkan peng-alaman melalui pancaindera secara riil yakni dengan cara diajak berkunjung ke lokasi candi tersebut.

Di bawah ini merupakan contoh gambar candi.

Gambar 16. Candi Borobudur (di Magelang Jawa Tengah).

Karakteristik benda asli yakni tepat untuk menjelaskan kehidupan nyata sehari-hari, dapat dibawa ke dalam kelas atau peserta didik diajak berkunjung/melihat benda-benda tersebut.

Kelebihannya yakni mempunyai potensi menambah realisme, misalnya melihat candi Borobudur di lokasi lebih jelas daripada melihat gambarnya di buku/foto, sedangkan ke-kurangannya yakni benda asli tidak selamanya tersedia dan banyak memakan waktu dan biaya.

Page 28: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

28

11. Maket/Miniatur

Maket/miniatur sebagai media pendidikan keduanya ter-masuk benda-benda tiga dimensional. Perbedaannya, jika maket menunjukkan benda yang semula belum ada menjadi ada. Sedangkan miniatur benda yang sesungguhnya sudah ada (misalnya candi Borobudur) dalam menjelaskan pengertian ter-sebut dipakai minatur. Candi artinya tiruan benda sesungguhnya dalam ukuran kecil. Persamaannya, keduanya merupakan media benda tiga dimensional yang berukuran kecil.

Gambar 17. Maket/miniatur kota Swiss

12. Spesimen

Spesimen adalah objek yang menyajikan sekelompok benda yang sama. Spesimen dapat berupa makhluk hidup misal-nya :

a. Aquarium, tempat mengumpulkan bermacam-macam bina-tang air seperti ikan

b. Insektarium, tempat mengumpulkan berbagai serangga

c. Tersarium, tempat mengumpulkan bermacam-macam bina-tang melata dan tanaman

d. Kebun binatang, berisi bermacam-macam binatang

e. Kebun percobaan, tempat dikumpulkan dan ditanam ber-macam-macam tumbuhan.

Page 29: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

29

Spesimen makhluk yang sudah mati misalnya:

1) Herbarium, yaitu tempat menyimpan/mengumpulkan bagi-an tumbuhan yang sudah dikeringkan seperti daun, bunga dan sebagainya.

2) Awetan dalam botol, yaitu makhluk yang sudah mati diawetkan dalam botol agar dapat tahan lama

3) Awetan dalam cairan plastik (bioplastic) yaitu makhluk yang sudah mati disimpan dalam cairan plastik yang mulanya cair kemudian membeku.

Spesimen dari benda tidak bernyawa seperti jenis batu-batuan, mineral, gedung dan lain-lain.

Gambar 18. Tanah, batu air dan tanaman yang menggambarkan keragaman dalam ekosistem.

13. Mocks-up

Mocks-up adalah suatu jenis model yang hampir mirip dengan miniatur hanya pada mocks-up yang ditonjolkan adalah bagian-bagian dasar saja.

Page 30: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

30

Gambar 19. Mocks up pondasi rumah Swiss.

14. Diorama

Diorama adalah suatu pemandangan tiga dimensional yang disatukan bersama-sama dengan sekelompok objek berupa model dan gambar-gambar dalam suatu penataan yang alamiah (sama dengan keadaan aslinya atau keadaan sebenarnya). Pemandangan diorama biasanya ditata dalam suatu panggung miniatur. Misalnya, diorama yang ada di museum Monas Jakarta, museum Serangan Umum Yogyakarta. Di tempat ter-sebut kita lihat dengan adegan perjuangan bangsa. Masing-masing peristiwa dihadirkan dalam satu panggung. Pelaku peris-tiwa atau yang dianggap tokoh semuanya dibuat patungnya dalam ukuran kecil, dan dilengkapi dengan latar belakang ruang, alam misalnya gunung, bukit, awan dan sebagainya. Latar belakang (background) tersebut kadang-kadang cukup memain-kan pewarnaan belaka pada bagian dinding temboknya. Tetapi perlengkapan ruang seperti meja, kursi dan sebagainya biasanya juga dibuat benda tiga dimensionalnya. Contoh diorama juga terdapat di beberapa museum lain misalnya di Monumen Nasional Jakarta, Museum Sangiran (Manusia Purba di daerah Sragen Jawa Tengah, Museum Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Page 31: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

31

20.a 20.b

Gambar 20a. Diorama kehidupan manusia purba Gambar 20b. Diorama Gunung Merapi di museum Gunung Api Merapi

Yogyakarta

15. Museum

Museum adalah suatu lembaga yang mengumpul dan menyimpan serta memelihara benda-benda bersejarah dan nilai-nilai estetis. Museum sebagai media pendidikan artinya untuk melengkapi atau memperjelas suatu informasi yang disampaikan pendidik kepada murid maka museum inilah sebagai objek kunjungan. Sebab di tempat inilah anak dapat lebih jelas menerima materi pendidikan.

Benda-benda yang tersimpan di dalam museum merupa-kan benda-benda peninggalan yang kemungkinan benda ter-sebut dibuat bersamaan dengan benda-benda yang ada di luar museum (lokasi benda-benda peninggalan yang terpenting). Misalnya arca-arca yang terdapat di museum Gajah Jakarta kemungkinan pembuatannya bersamaan dengan pendirian Candi Prambahan di Jawa Tengah. Di Solo, museum Radya Poetaka juga merupakan museum yang dapat digunakan untuk pembelajaran sejarah, sedangkan museum Dullah merupakan meseum yang berisi tentang hasil karya seni rupa terutama lukisan hal ini berguna untuk pembelajaran seni rupa.

Page 32: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

32

Gambar 21. Museum Radya Pustaka di Surakarta Jawa Tengah yang berisi aneka hasil peninggalan sejarah dan budaya bangsa

Indonesia pada masa lampau.

B. Media Audio

Yang tergolong media jenis audio antara lain: radio, tape recorder, televisi dan laboratorium bahasa.

1. Radio

Radio bagi kita sudah tidak asing lagi kedengarannya, artinya bagaimana cara pemakaiannya, dimana membelinya dan sebagainya semua dapat dilakukan baik anak-anak maupun orang dewasa. Namun, radio sebagai media pendidikan jika dibanding dengan media yang lain mempunyai kelebihan sebagai berikut :

a. Harganya murah dan variasi programnya lebih banyak daripada TV.

b. Sifatnya mudah dipindahkan.

c. Radio dapat mengembangkan imajinasi anak.

Page 33: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

33

d. Dapat merangsang partisipasi aktif dari pada pendengar.

e. Radio dapat memusatkan perhatian peserta didik pada kata-kata yang digunakan, pada bunyi dan artinya.

f. Sangat cocok untuk mengajarkan musik dan bahasa.

g. Dapat mengatasi masalah kekurangan pendidik, dan dapat menyajikan laporan-laporan seketika serta dapat memberi-kan suasana kesegaran.

h. Dapat menyajikan pengalaman dunia luar ke kelas.

i. Dapat mengatasi batasan ruang, waktu dan jangkauannya luar.

Walaupun banyak kelebihannya, namun radio sebagai media pendidikan memiliki kekurangan, yakni sifat komunikasi-nya hanya satu arah, siarannya biasanya disentralisasikan sehingga pendidik tak dapat mengontrolnya, dan penjadwalan pembelajaran dan siaran sering menimbulkan masalah.

Contoh media ini lihat gambar berikut.

Gambar 22. Radio Klasik dan Radio Modern

2. Tape Recorder

Informasi yang akan disampaikan terlebih dahulu harus diproses melalui rekaman pita kaset. Rekaman yang sudah diprogram tersebut pemakaiannya dapat melalui tape recorder atau piringan hitam.

Beberapa kelebihan alat perekam tersebut antara lain:

Page 34: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

34

a. Mempunyai fungsi ganda yang efektif, yakni untuk mere-kam, menampilkan rekaman dan menghapusnya.

b. Rekaman dapat dihapus secara otomatis dan pitanya dapat dipakai kembali.

c. Pita rekaman dapat digunakan sesuai jadwal yang ada, dan pendidik dapat mengontrolnya secara langsung.

d. Program kaset dapat menyajikan kegiatan-kegiatan/hal-hal di luar sekolah.

e. Program kaset memberikan efisiensi dalam pendidikan bahasa.

Dibandingkan dengan program radio, program kaset mempunyai kelemahan yakni daya jangkauannya terbatas, dari segi biaya pengadaannya apabila untuk kegiatan yang banyak jauh lebih mahal.

Contoh gambar :

Gambar 23. Tape Recorder klasik dan canggih

3. Televisi

Televisi adalah alat untuk melihat gambar dan men-dengarkan suara yang berasal dari jarak jauh. Termasuk dalam kategori ini adalah semua bentuk sistem audio video elektronik yang melalui tabung sinar katode, yang hasilnya dapat disaksikan melalui layar TV. Termasuk dalam kelompok ini adalah :

- Televisi siaran terbuka (broadcast)

- CCTV (Closed Circuit Television) = siaran tertutup

- VTR (Video Tape Recorder)

Page 35: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

35

Karakteristik TV dan VTR ialah :

a. Menyiarkan informasi/program melalui dua jalur yaitu jalur terbuka dan siaran tertutup.

b. Menjadi media yang utama dalam proses instruksional.

c. Menyatukan gambar diam dan gambar hidup.

d. Menyiapkan berita tiap hari.

Kelebihannya :

a. TV menyediakan alat untuk memberikan pengalaman yang sama bagi siapa yang melihatnya pada saat yang sama.

b. Memberikan kepada peserta didik, kejadian/peristiwa-peristiwa dari tempat yang tidak dapat dilihat dengan cara lain.

c. Membuat peserta didik dapat lebih kritis.

d. Konkritasi dan realita dari gambaran visual sebagai mana yang ada pada TV sama dengan media audio visual lainnya.

e. Merupakan media yang menarik dan up to date.

f. Adanya pemakaian TV dan VTR acara langsung dewasa ini memungkinkan program dapat direkam dan dipakai jika sangat diperlukan.

g. Signal TV dapat berasal dari satu sumber tetapi dapat didistribusikan ke beberapa tempat dalam waktu yang sama

h. Memungkinkan pendidik berada di dua tempat dalam waktu yang sama.

i. TV dapat memperbesar objek yang kecil, sehingga semua peserta didik dalam kelas dapat melihatnya dengan jelas dalam waktu yang sama.

Kekurangannya :

a. Banyaknya penggunaan TV kadang-kadang anak bertingkah laku pasif, sehingga banyak peserta didik yang tidak tahu bagaimana belajar dengan TV.

b. Walaupun dalam kelas dilengkapi dengan TV yang besar, peserta didik mungkin mendapat kesulitan melihat gambaran yang terinci dalam ruang yang besar.

Page 36: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

36

c. Salah satu masalah utama dari siaran TV yaitu penjadwalan, jika pendidik tidak menggunakan program pada waktu disiarkan maka kesempatan itu akan hilang.

Gambar 24. Media Belajar kombinasi (Laptop-Televisi)

4. Laboratorium Bahasa

Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih peserta didik mendengar dan berbicara dalam bahasa asing dengan jalan menyajikan materi pembelajaran yang disiapkan sebelumnya. Media yang yang dipakai adalah alat perekam, kotak bilik akustik, kotak suara dan ruang kontrol lewat handphone.

Dalam laboratorium bahasa, peserta didik duduk sendiri-sendiri di dalam kotak bilik akustik dan kotak suara. Peserta didik mendengar suara pendidik yang duduk di ruang kontrol. Lewat headphone inilah peserta didik dapat mendengar ucapan-ucapan bahasa asing dengan jelas. Memang, dalam bahasa asing seperti bahasa Inggris, Jerman, Perancis dan sebagainya dalam mempelajarinya harus didengar dan diucapkan dengan jelas dan benar. Dan jika salah satu anak dalam penerimaan materi ini belum jelas maka ia dapat menanyakan kembali kepada pendidik dengan jalan menekan nomor tombol yang sesuai dengan nomor yang terdapat di depannya. Oleh karena di depan meja kontrol (tempat pendidik) juga dilengkapi dengan nomor-nomor sejumlah peserta didik yang ada maka, pendidik dapat mene-rima pernyataan tersebut dari siapa asalnya. Dan jika ada salah

Page 37: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

37

seorang yang dalam proses belajar mengajar ini tidak memper-hatikan (ramai) maka hal ini terdengar oleh pendidik dan kemu-dian akan ditegur oleh pendidik lewat headphone.

Gambar 25. Suasana di laboratorium bahasa

C. MEDIA PROYEKSI DIAM (STILL PROYECTED MEDIUM)

Media proyeksi diam boleh disamakan dengan media grafis karena pada media ini indera penglihatanlah yang berperan. Akan tetapi ada kalanya media proyeksi diam ini dilengkapi dengan rekaman radio. Jika media grafis operasionalnya dapat dilihat secara langsung, tetapi media proyeksi diam ini harus dioperasikan dengan alat proyektor. Ada beberapa jenis media proueksi diam antara lain : slide (film bingkai), film rangkai (film strip), OHP (Overhead pro-yektor), proyektor apaque, tachitatoscope, microprojector dengan microfilm.

Pada bagian ini diberikan penjelasan sebagian dari media proyeksi diam yang diutamakan pada media yang sering dilihat dan dipakai. Adapun penjelasan tersebut sebagai berikut:

1. Slide (film bingkai)

Dilihat dari ukurannya ada beberapa slide yakni :

- Slide dengan ukuran : 2 x 2 inci

- Oversized slides : 2 ¼ x 2 ½ inci

- Latern slide : 3 ¼ x 4 inci

Page 38: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

38

Slide yang lazimnya digunakan adalah yang berukuran 2 x 2 inci atau 35 mm. Film transparan tersebut penyajiannya dibungkus bagian tepinya (diberi frame) dengan bahan kardus atau plastik. Sedangkan jumlah gambar dalam suatu program tidak tentu sesuai dengan kebutuhan. Dan ada pula operasional, slide dilengkapi dengan rekaman audio, tetapi slide yang sering kita gunakan adalah slide tanpa rekaman audio. Untuk meleng-kapi penjelasan materi suara yang dimunculkan adalah suara langsung dari pendidik. Dengan demikian tatkala slide dioperasi-kan maka pendidik selalu memberi penjelasan/komentar ter-hadap gambar yang telah diproyeksikan.

Jadi, program slide dengan rekaman suara dikelompokkan ke dalam media audio visual sedang slide tanpa program suara dikelompokkan media visual. Adapun karakteristik slide yakni: (a) merupakan media yang cocok dalam semua kondisi, (b) mu-dah dirancang dan disusun kembali untuk keperluan instruk-sional, (c) dapat diproyeksikan tanpa ruangan digelapkan, (d) dapat dikombinasikan dengan tape, dan (e) dapat diproduksi sendiri.

Kelebihan media slide yakni:

a. Urut-urutan slides dapat diubah atau diatur kembali dengan cepat untuk keperluan khusus.

b. Mudah dibuat dengan kamera 35 mm dan untuk pembuatan filmnya hanya dibutuhkan suatu proses laboratorium.

c. Gambar dapat lebih mendetail diproduksi.

d. Mudah diperbaiki dan diperbaharui.

e. Dapat dibuat berwarna dan secara realistis.

f. Mudah menyimpannya dan dapat diatur untuk bermacam-macam penggunaan.

g. Ada keluasan waktu, gambar dapat dipampang di layar selama diskusi kelas berlangsung.

h. Dapat digabung dengan ceritera yang direkam dalam tape.

i. Dapat dipakai untuk studi kelompok/individua.l

Page 39: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

39

j. Dapat disimpan untuk koleksi pribadi berisi pengalaman, hobi atau bahan-bahan yang terdapat dalam lingkungan setempat.

k. Dapat dibuat sendiri-sendiri secara local.

Kekurangannya :

a. Memerlukan keterampilan memotret dan peralatan khusus.

b. Alat proyeksi mahal harganya.

c. Karena urut-urutannya yang tetap, slide dapat tidak ber-aturan jika dipakai peserta didik untuk belajar individual.

d. Audio slide harganya cukup mahal.

e. Film sile mudah hilang.

f. Mudah rusak.

g. Perlu pemeliharan yang intensif agar tidak ternoda atau kotor.

Gambar 26. Slide Film dan aktivitas shuting gambar.

2. OHP (Overhead Proyektor)

OHP adalah media transformasi/media visual proyeksi, yang dibuat di atas bahan transformasi biasanya film acecata atau plastik berukuran 8,5 x 11 cm. Cara menulis pada permukaan plastik cukup menggunakan spidol/rugos dan dapat menampil-kan bermacam-macam warna sesuai dengan yang dikehendaki. Untuk memproyeksikan gambar atau tulisan tersebut meng-gunakan perangkat keras yakni overhead proyektor.

OHP sebagai media pendidikan mempunyai karakter sebagai berikut :

Page 40: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

40

a. Dapat dipergunakan secara umum

b. Alat komunikasi yang sederhana dan efektif

c. Memungkinkan pendidik berinteraksi dalam kelas

d. Dapat menggunakan gulungan acelote atau terpisah (lembaran), dalam menyiapkan materi untuk diproyeksikan

e. Memerlukan alat menulis seperti pensil warna, spidol, sebagainya.

Kelebihannya :

a. Dapat dipakai di muka kelas, guna menghadap kelas sehingga pendidik dapat memelihara kontak mata dengan kelas (peserta didik).

b. Dapat menyajikan informasi secara sistematis.

c. Bahan-bahan dapat disiapkan sebelumnya.

d. Gambaran yang jelas dapat diproyeksikan di dalam ruang yang terang, memungkinkan pendidik dan peserta didik dapat saling melihat satu dengan yang lain.

e. Transfaran dapat dihapus dan dapat dipakai kembali.

f. Bahan-bahan juga dapat disimpan untuk dapat dipakai kembali.

g. Alatnya relatif murah.

h. Mudah digunakan peserta didik dengan sedikit petunjuk.

i. Dapat dipakai untuk belajar kelompok yang kecil dan besar.

Kekurangannya :

a. Harus menggunakan transfaran.

b. Harus menggunakan alat tulis yang khusus sehingga perlu keterampilan.

c. Transfaran yang disiapkan dengan mesin ketik yang biasa atau ditulis tangan sering menciptakan tampilan yang sangat kecil untuk dilihat peserta didik dalam kelas.

3. Media Berbasis Komputer (Computer Based Media)

Pemanfaatan komputer oleh dunia pendidikan modern dapat di-katakan sudah menjadi kebutuhan dan tidak sekedar keleng-kapan dan alternatif. Menurut Hannafin dan Peck (1998) potensi

Page 41: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

41

media komputer yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kefektivitas proses pembelajaran antara lain :

1. Memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara maha-siswa dan materi pembelajaran.

2. Proses belajar dapat berlangsung secara individual sesuai dengan kemampuan belajar mahasiswa.

3. Mampu menampilkan unsur audio visual untuk meningkat-kan minat belajar.

4. Memberikan umpan balik terhadap respon mahasiswa dengan segera.

5. Mampu menciptakan proses belajar secara berkesinam-bungan.

Heinich, et. al (1996) mengemukakan enam bentuk interaksi yang dapat diaplikasikan dalam merancang sebuah media pem-belajaran yang berbasis komputer, berupa :

1. Praktik dan latihan (drill and practice)

Digunakan apabila mahasiswa diasumsikan telah mem-pelajari konsep, prinsip dan prosedur sebagai materi pem-belajaran. Tujuan dari bentuk program ini adalah melatih kecakapan dan keterampilan dan biasanya menyajikan sejumlah soal atau kasus yang memerlukan respon maha-siswa dengan disertai umpan balik, baik yang bersifat positif maupun negatif. Selain memberikan umpan balik, program ini umumnya juga menyajikan pengukuhan terhadap jawab yang tepat.

2. Tutorial

Program ini menyajikan informasi dan pengetahuan dalam topik-topik tertentu diikuti dengan latihan pemecahan soal dan kasus. Keunggulan lain dari program tutorial adalah kemampuannya untuk menyajikan informasi dalam bentuk bercabang (branches). Bentuk ini memberikan kebebasan bagi mahasiswa untuk mempelajari materi ajar yang lebih disukai terlebih dahulu.

3. Permainan (games)

Program yang berisi permainan dapat memberik motivasi bagi mahasiswa untuk mempelajari informasi yang ada di

Page 42: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

42

dalamnya. Hal ini sangat berkaitan erat dengan esensi bentuk permainan yang selalu menampilkan masalah menantang yang perlu dicari solusinya oleh pemakai.

4. Simulasi (simulation)

Program simulasi berupaya melibatkan mahasiswa dalam persoalan yang mirip dengan situasi yang sebenarnya namun tanpa resiko yang nyata. Melalui program simulasi mahasiswa diajak untuk membuta keputusan yang tepat dari beberapa alternatif solusi yang ada. Setiap keputusan yang diambil akan memberi dampak tertentu.

5. Penemuan (discovery)

Komputer mampu menayangkan masalah yang harus di-pecahkan oleh mahasiswa dengan cara trial and error. Mahasiswa harus terus mencoba sampai berhasil menemu-kan solusi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Dengan cara ini mereka diharapkan dapat lebih memahami prosedur yang ditempuh untuk memecahkan suatu masalah dan mampu mengingatnya lebih lama.

6. Pemecahan masalah (problem solving)

Program ini dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan cara yang ditempuh mahasiswa dalam memberikan respon. Pada cara yang pertama mahasiswa merumuskan sendiri solusi masalah yang ditampilkan lewat komputer dan memasukkan program ke dalamnya. Sedangkan cara yang kedua, komputer menyediakan jawaban yang mewakili respon mahasiswa terhadap masalah yang ditayangkan oleh komputer.

4. Media Presentasi Power Point

Microsoft Powerpoint 2000 adalah program aplikasi pre-sentasi yang merupakan salah satu program aplikasi di bawah Microsoft Office. Meskipun program aplikasi ini sebenarnya merupakan program untuk membuat presentasi namun fasilitas yang ada dapat dipergunakan untuk membuat program pem-belajaran bahasa. Program yang dihasilkanpun akan cukup menarik. Keuntungan lainnya adalah bahwa program ini dapat disambungkan ke jaringan internet.

Page 43: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

43

Pengembangan materi pembelajaran khususnya mende-ngarkan dan membaca dapat dikembangkan secara mudah de-ngan program ini. Materi pembelajaran bahasa yang dihasilkan oleh program aplikasi inipun cukup menarik, khususnya materi pembelajaran yang berupa permainan.

a. Membaca

Fasilitas menampilkan teks dalam program aplikasi ini memungkinkan pembuatan materi pembelajaran ketrampilan membaca dengan mudah. Pembuat program dapat memasukan teks dalam slide pertama, kemudian memasukan latihan dlam slide kedua dan umpan balik latihan dalam slide berikutnya. Untuk memperindah tampilan teks-teks bacaan juga dapat dilengkapi dengan berbagai gambar. Apabila pembuat ingin memberikan materi pembelajaran yang lebih otentik maka dapat diberikan satu alamat situs web. Pembelajar akan mem-baca teks di situs itu kemudian kembali ke program dan menger-jakan latihan yang ada dan kemudian melihat slide umpan balik.

b. Mendengarkan

Dengan adanya fasilitas memasukkan suara dan video maka pembelajaran ketrampilan mendengarkan mempunyai lebih banyak pilihan variasi. Pemrogram dapat membuat bahan pembelajaran dengan video ataupun audio. Seperti halnya pada membaca materi pembelajaran, latihan-latihan dan umpan balik dapat diberikan di slide-slide yang berbeda. Fasilitas hyperlink yang memungkinkan program dihubungkan dengan jaringan internet akan memperkaya penyediaan bahan pembelajaran.

c. Menulis dan Berbicara

Keterbatasan program aplikasi ini adalah pada umpan balik yang berupa tulisan. Program ini tidak mempunyai fasilitas yang memungkinkan pembelajar memberikan umpan balik dalam bentuk tulisan atau suara. Namun demikian keterbatasan program dalam menyediakan fasilitas untuk umpan balik suara ini dapat diatasi dengan strategi pembelajaran gabungan, yaitu menggabungkan pembelajaran mandiri dan berpasangan.

Page 44: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

44

Sesudah menjalankan program komputer pembelajar diberi tugas untuk berinteraksi dengan pembelajar yang lain.

Sedangkan untuk mengatasi keterbatasan dalam mem-berikan umpan balik berupa tulisan dapat diatasi dengan mem-pergunakan fasilitas hyperlink. Pada waktu ada tugas menulis pembelajar dihubungan dengan program yang mempunyai fasi-litas menulis seperti Microsoft Word misalnya.

Gambar 27. Tampilan Power Point di Layar Komputer dan saat lay out

D. MEDIA GERAK

Yang dimaksud dengan media gerak adalah media yang peng-operasionalannya dengan cara mempraktikkan/memperagakan sesuai materi pembelajaran. Yang termasuk media gerak antara lain permainan, simulasi dan demonstrasi.

1. Permainan dan Simulasi

Permainan (games) adalah setiap kontes antara para pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula.

Empat komponen utama yang harus ada dalam setiap permainan yakni :

a. Pemain;

b. Lingkungan dimana para pemain berinteraksi;

Page 45: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

45

c. Peraturan permainan; dan

d. Tujuan permainan.

Istilah lain kecuali permainan ialah simulasi dan per-mainan peran (role playing), sosiodrama. Simulasi adalah suatu model hasil penyederhanaan suatu realitas. Kecuali harus men-cerminkan situasi yang sebenarnya, simulasi haruslah bersifat operasional. Artinya menggambarkan proses yang sedang ber-langsung. Simulasi dapat bersifat fisik (misalnya simulai ruangan pengemudi pesawat terbang), verbal (misalnya simulasi untuk pembelajaran membaca permulaan) ataupun matematis (untuk mengajarkan sistem ekonomi). Simulasi merupakan metode latihan yang dimaksudkan untuk menempatkan seseorang pada situasi tertentu, seolah-olah menggambarkan situasi sebenar-nya, dengan memerankan sesuatu. Peserta latihan akan meng-hayati sendiri hal-hal yang bersifat positif maupun negatif.

Tujuan simulasi adalah memberikan bekal pengalaman terhadap situasi pelaksanaan tugas manajerial tertentu, agar peserta nantinya siap menghadapi tugas senyatanya. Tujuan tersebut dapat dijabarkan antara lain:

1. Memberikan kesempatan kepada peserta bagaimana bereaksi terhadap peristiwa;

2. Memberikan pengalaman mawas diri;

3. Merasakan perasaan orang lain (tenggang rasa);

4. Memperkaya perasaan agar dapat menghayati maksud sebenarnya dan kemungkinan merupakan sikap orang lain dengan siapa ia berkomunikasi;

5. Belajar menjadi pengamat, untuk dapat membuka cara ber-komunikasi yang lebih baik ;

6. Mengembangkan human relations;

7. Mengembangkan sikap kepemimpinan.

Permainan simulasi menggabungkan unsur-unsur per-mainan yaitu adanya setting, pemain, aturan, tujuan dan penyajian model situasi sebenarnya. Pemain peran (role playing) berbeda dari yang lain karena adanya 3 komponen pokok :

a. Skenario atau lingkungan tempat terjadinya tindakan-tin-dakan.

Page 46: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

46

b. Sejumlah peran dengan berbagai karakternya yang harus dibawakan.

c. Adanya masalah yang harus dipecahkan oleh pemegang-pemegang peran tersebut.

Sekalipun ada perbedaan tetapi semuanya dapat dike-lompokkan ke dalam satu istilah yakni permainan. Berdasarkan aturannya dapat dibedakan menjadi dua yakni :

a. Permainan yang aturannya ketat (misalnya catur).

b. Permainan yang aturannya luwes (misalnya permainan peran).

Berdasarkan sifatnya dibedakan atas :

a. Permainan kompetitif.

b. Permainan nonkompetitif.

Sebagai media pendidikan, permainan mempunyai bebe-rapa kelebihan yakni :

a. Permainan mempunyai sifat menyenangkan dan menghibur. Karena ada unsur kompetitif maka dalam permainan lebih hidup dan menarik dan ada keragu-raguan karena tidak tahu sebelumnya siapa yang akan menang atau kalah.

b. Permainan kemungkinan adanya partisipasi aktif dari pe-serta didik untuk belajar. Dalam permainan, peran pendidik atau tutor tidak begitu banyak. Sedangkan interaksi yang terjadi untuk peserta didik atau warga justru lebih menonjol. Karena itu peserta didik itu sendiri merupakan sumber belajar bagi sesamanya. Jika ada masalah diusahakan dipecahkan sendiri, baru diajukan kepada pendidiknya jika ada hal-hal yang belum dimengerti. Dengan demikian keha-diran pendidik/tutor pada kesenangan ini adalah sebagai fasilitator.

c. Permainan dapat memberikan umpan balik secara langsung. Artinya dengan cepat dapat memberitahukan apakah yang kita lakukan menunjukkan sesuatu yang benar, salah, menguntungkan atau merugikan.

d. Permainan memungkinkan penerapan konsep-konsep atau peran-peran ke dalam situasi dan peranan yang sebenarnya

Page 47: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

47

di masyarakat. Keterampilan yang dipelajari dalam per-mainan penerapannya lebih mudah dalam kehidupan sehari-hari.

1) Permainan memberi kesempatan kepada peserta didik/ warga belajar untuk mempraktikkan tingkah laku yang nyata, tidak hanya mendiskusikannya.

2) Tidak sulit mengaitkan permainan ke situasi setempat membuat pengalihan dari apa yang telah dipraktikkan di situ ke kehidupan nyata lebih gampang.

e. Permainan bersifat luwes, artinya permainan dapat dipakai untuk berbagai tujuan pendidikan dengan mengubah sedikit alat, aturan maupun persoalannya. Permainan dapat dipakai untuk :

1) Mempraktikkan keterampilan membaca dan berhitung sederhana.

2) Mengajarkan sistem sosial dan sistem ekonomi.

Dengan permainan, peserta didik/warga dapat dilatih berbagai kemampuan membuat keputusan seperti misalnya merencanakan, mengorganisaiskan informasi dan sebagainya.

3) Membantu peserta didik/warga belajar meningkatkan kemampuan komunikatifnya : memahami pendapat orang lain, memimpin diskusi kelompok yang efektif dan sebagainya.

4) Membantu peserta didik/warga yang sulit belajar de-ngan metode tradisional.

f. Permainan dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak tidak diperlukan oleh seorang ahli.

Seperti halnya media lain, permainan dan simulasi mem-punyai kelemahan atau kelebihan yakni :

Kelebihannya:

1). Memberikan kesempatan untuk menyadari, mengenai apa yang sedang terjadi apabila keadaan itu terjadi.

2). Menekankan pentingnya perasaan/emosi terutama dalam banyak hal pemecahan masalah (peranan emosi).

Page 48: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

48

3). Memungkinkan belajar dari pengalaman dan pandangan orang lain di samping pengalaman sendiri.

4). Menarik minat peserta untuk belajar, karena memberikan keadaan seperti sebenarnya. Sikap yang kurang baik dapat diperbaiki, sikap yang baru dapat dibina dan dikembangkan.

Kelemahannya:

1) Pembahasan masalah yang kompleks tidak bisa dituntaskan.

2) Sangat tergantung pada motivasi diri peserta dan kemam-puan pelatih dalam membuka jendela perasaan peserta agar lebih peka dalam bersikap dan menanggapi suatu keadaan.

3) Kadang-kadang timbul sikap palsu atau dibuat-buat dan menunjukkan seperti sandiwara, akibatnya peserta lupa ter-hadap masalah yang seharusnya dipecahkan.

4) Kadang-kadang membosankan, apabila masalah yang harus dipecahkan kurang kompleks.

5) Diperlukan sikap spontanitas agar berhasil, karena adanya pengaruh kebiasaan dan budaya yang telah dimiliki peserta, namun apabila peserta sudah terbiasa dengan sikap informal dan spontan dalam menanggapi suatu keadaan simulasi akan sukses.

2. Demonstrasi

Demonstrasi sebagai media pendidikan, adalah merupa-kan media yang paling praktis pemakaiannya. Dalam demons-trasi tidak begitu banyak menyiapkan alat-alat atau bahan-bahan secara khusus. Alat dan bahan yang disediakan cukup dengan kapur tulis, spidol, papan tulis dan kertas. Dengan kapur tulis, apaapabila diterapkan pada permukaan papan tulis dan spidol untuk white board/kertas.

Demonstrasi, dalam proses belajar mengajar dilakukan bersamaan dengan penjelasan materi pembelajaran sehingga dalam hal ini peserta didik tetap dituntut aktif mengikuti jalan-nya pembelajaran. Hal yang perlu dipersiapkan pendidik dalam demonstrasi ialah kemampuan/keterampilan pendidik dalam mengekspresikan materi dalam bentuk gambar.

Page 49: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

49

E. CONTOH PEMILIHAN MEDIA UNTUK PENDIDIKAN SENI RUPA

Media-media yang telah dijelaskan di atas sebagian besar dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan belajar mengajar untuk bidang studi seni rupa. Perlu diketahui bahwa pendidikan seni rupa mencakup kegiatan penyampaian pengetahuan yang sifatnya teoretis misalnya sejarah, pendidikan seni rupa, apresiasi dan kegiatan berolah/mencipta karya seni rupa.

Pada kegiatan pertama, dapat memanfaatkan media yang sifatnya umum seperti gambar/foto, slide, modul, transfaransi dan sebagainya. Sedangkan pada bagian lain (kegiatan mencipta) perlu memilih media seperti maket, miniatur, benda model dan sebagai-nya.

Ada beberapa unsur yang menjadi syarat dalam mengem-bangkan media pendidikan. Unsur-unsur tersebut meliputi Visible (mudah dilihat) , Interesting (menarik), Simple (sederhana), Useful (isinya berguna/ bermanfaat), Accurate (benar dan dapat diper-tanggungjawabkan), Legitimate (masuk akal/sah), Structured (ter-struktur/tersusun dengan baik).

Berikut ini diberikan beberapa contoh pemakaian media untuk keperluan pendidikan seni rupa sebagai berikut:

1. Pendidikan Seni Rupa yang Sifatnya Teoretis

Pendidikan seni rupa adalah pendidikan yang menitik-beratkan pada indera penglihat (visual) karena itu dalam memilih media pendidikan haruslah sesuai dengan kebutuhan.

a. Modul, adalah media pendidikan yang berupa materi ajar. Dengan modul ini, mahasiswa sudah dapat mempelajari isi materi dan jika ada kesulitan baru menanyakan kepada Dosen pengampu. Dengan demikian, peserta didik dituntut aktif dalam PBM. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam modul adalah tidak berwarnanya gambar dalam modul tersebut, hal ini merupakan salah satu kelemahannya, sebab warna dalam dunia seni rupa merupakan satu hal yang sangat penting.

b. Gambar, telah disinggung pada bagian di atas (modul) bahwa gambar dalam dunia seni rupa tidak dapat terhindari. Dengan gambar, peserta didik atau mahasiswa lebih mudah menangkap materi pembelajaran. Karena itu, dalam pendi-

Page 50: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

50

dikan seni rupa, kegiatan atau menggambar jelas dianggap sesuatu yang penting, misalnya menggambar ilustrasi, menggambar bentuk dan sebagainya. Bahkan dalam penyampaian semua materi pembelajaran, kegiatan meng-gambar sangat diperlukan misalnya pada waktu menjelas-kan, demonstrasi menggambar perlu untuk dilakukan di-harapkan para peserta didik/mahasiswa.

2. Penciptaan Karya Seni Rupa

Dalam pendidikan seni rupa, kegiatan mencipta merupa-kan kegiatan yang menonjol di samping teori kesenirupaan. Bahkan jika ditinjau dari presentasinya kegiatan mencipta hampir tujuh puluh persen. Untuk melengkapi kebutuhan dalam mencipta, biasanya diperlukan media tertentu seperti :

a. Benda model, sebagai contoh untuk melaksanakan pem-belajaran menggambar bentuk media ini selalu dibutuhkan. Karena di dalam menggambar bentuk, bentuk-bentuk yang selalu digambar adalah bentuk-bentuk yang sudah ada modelnya misalnya botol, perkakas rumah tangga, bahkan manusia pun juga sebagai modelnya.

b. Maket, dalam mata pembelajaran/MK perencanaan seperti Desain Tri Matra, Dekorasi, Patung, media ini selalu di-tampilkan. Untuk menciptakan sebuah patung, misalnya sebelum peserta didik/mahasiswa mencipta karya dalam bentuk dan ukuran yang sebenarnya sebelumnya mereka harus membuat maketnya. Karena dengan maketnya sudah dapat dibicarakan dalam arti bagaimana kehadiran konsep karya seni patung yang diciptakan.

c. Miniatur, dalam pembelajaran/MK sejarah seni rupa mini-atur kadang diperlukan. Pembahasan mengenai relief, arca Budha, candi-candi misalnya, peserta didik tidak perlu da-tang ke lokasi tetapi dengan miniatur benda-benda tersebut mereka dapat membicarakannya di dalam kelas.

3. Kegiatan Apresiasi Karya

Kegiatan ini di dalam pendidikan seni rupa juga merupa-kan kegiatan formal (ada dalam kurikulum) karena itu ia selalu

Page 51: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

51

dilaksanakan oleh peserta didik/mahasiswa seni rupa. Dalam kegiatan ini, media yang lazim diperlukan adalah sebagai berikut:

a. Benda asli, maksudnya di dalam mengapresiasi karya lukisan kita membutuhkan karya yang sebenarnya, jadi tidak se-kedar mengapresiasi karya yang serupa reproduksi dari foto-copy. Hal ini dapat dilakukan peserta didik/peserta didik dengan cara mengapresiasikan karya dari temannya sendiri. Langkah yang ditempuh peserta didik/mahasiswa dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut: seorang penyaji menun-jukkan hasil karyanya di depan kelas/di hadapan teman-temannya untuk mempresentasikan/mempertanggungjawab-kan konsep karyanya. Teman-teman yang lain memberi ko-mentar mungkin penilaian mungkin pertanyaan, hal ini sangat bermanfaat bagi kedua pihak.

Pihak penyaji akan merasakan kebanggaan, kekurangannya dan yang akhirnya dapat mengembangkan/meningkatkan lagi hasil karyanya di kemudian hari. Pihak penyanggah/ komentar, akan merasakan peningkatan kemampuan ber-pikir dan kemampuan berbicara dalam memberikan komen-tar terhadap hasil karya seni rupa.

b. Slide proyektor, di samping benda asli media inipun jika dapat diusahakan juga mempunyai manfaat besar dalam kegiatan apresiasi seni. Sebagai contoh, jika membicarakan hasil karya seni rupa masa lampau/primitif yang kebetulan karya tersebut sudah tidak dapat lagi dilihat benda aslinya, maka dalam hal ini tetap dapat berhadapan dengan repro-duksi karya tersebut. Mengapa memerlukan alat proyektor, karena dengan slide ini dapat diusahakan warna yang sebenarnya artinya sesuai dengan aslinya dengan cara di-potret dengan colour slide dan dapat kita usahakan ukuran yang mendekati benda aslinya dengan cara memperbesar film tersebut dengan alat proyektor.

c. Museum, jika peserta didik ingin mengapresiasi karya seni-man besar, hal ini jelas sulit dilakukannya dikarenakan karya-karya seniman besar tidak mungkin dapat dipinjam, dan jika mau memilikinya harus mengeluarkan puluhan/ ratusan juta rupiah. Oleh sebab itu cara yang paling mudah adalah mengajak peserta didik/mahasiswa datang ke

Page 52: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

52

museum/galery seni rupa terdekat. Sebagai contoh, di Solo dapat berkunjung ke museum Dullah dan pura Mangku-negaran. Di museum ini di samping dapat mengapresiasi karyanya, dapat juga mengapresiasi karya-karya seniman besar lainnya. Sekali lagi, media ini betul-betul sangat di-butuhkan mengingat dengan kegiatan ini peserta didik dapat meningkatkan kualitas apresiasinya. Dan dengan kegiatan ini peserta didik dapat menambah pengetahuan serta ide-ide kreatifnya yang dapat meningkatkan kualitas hasil karyanya.

d. Film, media ini sebenarnya juga diperlukan dalam pendi-dikan seni rupa. Sebab, dengan film peserta didik dapat belajar lebih jelas mengenai teknik mencipta yang ada dalam pengetahuan kesenirupaan. Bahkan dengan film ini, peserta didik dapat mempelajari teknik-teknik mencipta karya seni rupa dari seniman-seniman besar. Sebagai contoh dapat mempelajari bagaimana proses penciptaan seni lukis batik oleh Amri Yahya, atau bagaimana proses penciptaan seni lukis Affandi dan sebagainya. Dengan film, tahapan-tahapan proses tersebut dapat kita lihat dalam film tersebut.

4. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan media pembelajaran meliputi:

a. Visible : mudah dilihat

b. Interesting : menarik

c. Simple : sederhana

d. Useful : isinya berguna/bermanfaat

e. Accurate : benar (dapat dipertanggungjawabkan)

f. Legitimate : masuk akal/sah

g. Structured : terstruktur/tersusun dengan baik

Page 53: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

53

BAB III

PEMBELAJARAN: REAL TEACHING, MICRO TEACHING DAN PROGRAM PENGALAMAN

LAPANGAN

A. Real Teaching

Real teaching atau disebut pembelajaran sebenarnya adalah suatu pembelajaran yang benar-benar terjadi di dalam kelas. Kelas di sini merupakan sebuah ruangan atau bangunan yang memiliki ukuran standar yakni kurang lebih 7 m x 10 m. Di dalam ruang tersebut berisi sejumlah 20 meja dan kursi untuk 40 peserta didik, dan satu meja kursi untuk seorang pendidik.

Proses pembelajaran terprogram atau terjadwal, di sekolah menengah, untuk satu mata pelajaran biasanya diampu oleh satu orang pendidik bidang studi, sedangkan di sekolah dasar diampu oleh pendidik kelas. Di Perguruan Tinggi kadangkala satu mata kuliah diampu oleh lebih dari satu dosen atau disebut pembelajaran team teaching. Dalam pembelajaran ini, pendidik yang dimaksud adalah seseorang yang telah memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya dan secara resmi yang bersangkutan telah memiliki surat keputusan dari Menteri Pendidikan Nasional atau surat tugas dari instansi mereka bekerja dan juga yang berangkutan telah memiliki pendidikan atau ijazah minimal diploma dua untuk pembelajaran di sekolah dasar atau di taman kanak-kanak, diploma tiga dan strata satu untuk pembelajaran di sekolah menengah, serta magister untuk pembelajaran di perguruan tinggi.

Pembelajaran sebenarnya atau real teaching baik di sekolah menengah, maupun di perguruan tinggi, yang penting harus meme-

Page 54: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

54

nuhi kaidah pembelajaran yakni waktu proses pembelajaran di-sesuaikan dengan bobot mata pelajaran, atau jika di perguruan tinggi disesuaikan dengan jumlah satuan kredit semester (SKS). Satu SKS lama pembelajaran kurang lebih berlangsung 50 menit, sedangkan satu mata pelajaran di sekolah menengah berlangsung kurang lebih 40 menit setiap satu tatap muka/perminggu.

Peserta didik baik di sekolah menengah maupun di perguruan tinggi adalah mereka yang benar-benar terdaftar sebagai peserta didik di instansi tersebut ditandai dengan yang bersangkutan telah terdaftar dalam registrasi instansi tersebut setiap semester.

Materi ajar mengacu pada kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Menteri Pendidikan Nasional. Dalam per-siapan pembelajaran setiap pendidik atau dosen dituntut menjabar-kan kurikulum dalam bentuk silabus atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sedangkan penyampaiannya pendidik dapat memilih salah satu model pembelajaran dan memadukan metode dan keterampilan pembelajaran.

B. Micro Teaching

1. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Mikro

Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan cara meningkatkan mutu pendidik. Peningkatan mutu pendidik dapat jadi peningkatan pengetahuan, taraf hidup, dan sebagainya.

Pembicaraan mengenai peningkatan mutu pendidik pada pembahasan disini adalah dikhususkan pada peningkatan ke-mampuan/keterampilan mengajarnya (teaching skill). Jika meng-ajar merupakan suatu keterampilan, maka ia dapat dipelajari, dikembangkan, ditingkatkan sehingga dengan usaha ini akan menghasilkan pendidikan yang sesuai dengan tujuan.

Usaha untuk meningkatkan mutu pendidik ini sebenarnya sudah dirintis sekitar tahun 1963 di Stanford University, USA dengan mengadakan pendidikan mikro (micro teaching). Dan dengan cepat micro teaching digunakan di sebagian besar lembaga pendidikan di Amerika Serikat. Tidak hanya di Amerika Serikat, bahkan berdasarkan rekomendasi dari “The Second Sub Regional Workshop on Teacher Education” yang diadakan di

Page 55: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

55

Bangkok tahun 1971, pendidikan mikro ini mulai dipergunakan di berbagai negara di Asia (terutama di Malaysia dan Philipina).

Pendidikan mikro mulai diperkenalkan oleh beberapa lembaga pendidikan, misalnya : IKIP Yogyakarta (sekarang Uni-versitas Negeri Yogyakarta), IKIP Bandung (sekarang Universitas Pendidikan Indonesia), dan FKIP Universitas Kristen Satyawacara Salatiga. Dan pada bulan Mei – Juni 1997 telah diadakan seminar/penataran pendidikan mikro di Yogyakarta, yang telah menyarankan antara lain agar pendidikan mikro dimasukkan ke dalam silabi kegiatan kurikulum pada lembaga pendidikan. Sejak itu pulalah pendidikan mikro dimantapkan penggunaannya di semua lembaga pendidikan di Indonesia. Sebagai contoh pendi-dikan mikro yang diberikan di FKIP Universitas Sebelas Maret merupakan mata kuliah yang diprogramkan di semester VI. Dan mata kuliah tersebut merupakan persyaratan untuk pengambil-an Program Pengalaman Lapangan di semester VII dengan bobot 2 SKS.

Dalam mata kuliah micro teaching, semua mahasiswa mendapat giliran untuk berlatih praktik mengajar di depan teman-temannya sekelas. Karena waktu, materi dan jumlah mahasiswa dibatasi maka hal ini sesuai dengan pengertian micro teaching sebagai berikut : Mc. Knight (1971) mengemukakan bahwa micro teaching adalah “A scaled down teaching encounter designed to develop new skills and refine old onse”. Calon pendidik atau pendidik yang sedang berlatih mengajar sejumlah kecil murid untuk 5-10 menit, yang kadang-kadang direkam dengan “Video Tape Recorder” (VTR) untuk diobservasi dan dianalisis oleh yang berlatih bersama-sama dengan super-visor (Brown, 1975 : 14 diambil dari S.L.La Sulo et all dalam Pendidikan Mikro).

Sedangkan pengertian micro teaching dalam buku pedom-an PPL – FKIP UNS disebutkan bahwa : micro teaching adalah latihan mengajar dalam bentuk micro (kecil) yaitu mikro dalam hal : (1) Waktu yang digunakan untuk melaksanakan praktik, setiap kali (episode) kira-kira antara 10-15 menit saja, (2) Jumlah murid yang diikutsertakan dalam kelas praktik antara 6-10 orang, (3) Tugas-tugas serta keterampilan mengajar yang harus dilaksanakan juga sangat terbatas.

Page 56: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

56

Dari penjelasan di atas, bahwa pendidikan mikro pada dasarnya merupakan “real teaching”, sebab di dalam micro teaching meliputi hampir semua komponen dalam interaksi belajar mengajar. Komponen yang dimaksud adalah jumlah murid, bahan pembelajaran, waktu dan jenis keterampilan mengajar yang digunakan.

Sumber : S.L.La Sulo, Pendidikan Mikro, Jakarta, 1983, hal 9

Gambar 28. Penggolongan pengajaran mikro.

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa pendidikan mikro mempunyai tujuan dan banyak manfaatnya, baik itu untuk mahasiswa calon pendidik ataupun untuk seorang pendidik.

Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan mikro yakni :

a. Dapat menganalisis tingkah laku mengajar kawan-kawannya dan diri sendiri.

b. Dapat melaksanakan keterampilan khusus dalam mengajar.

c. Dapat mempraktikkan berbagai teknik mengajar dengan benar dan tepat.

d. Dapat mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif, produktif dan efisien.

e. Dapat bersikap profesional kependidikan.

Pengajaran

(teaching)

PM

PM : Pengajaran Mikro

30 – 40 orang

30+ – 45 ≠ menit

Luas

Terintegrasi

Murid

Waktu

Bahan pelajaran

Keterampilan

5 – 10 orang

10 ≠ – 15 menit

Terbatas

Terisolasi

Page 57: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

57

Manfaat pendidikan mikro antara lain :

(1) Calon pendidik dapat melatih dan memusatkan perhatian-nya pada keterampilan khusus itu dapat ditransfer, apabila calon pendidik mengajar dalam situasi kelas yang biasa, yaitu dalam waktu yang relatif lama dan jumlah murid banyak, serta dengan keterampilan umum.

(2) Calon pendidik dapat mengadakan latihan berkali-kali dalam waktu yang singkat dan lebih banyak keterampilan dapat dilatihkan, dibandingkan dengan yang dicapai dalam situasi kelas biasa.

(3) Calon pendidik dapat langsung mempelajari keterampilan itu dari pengalamannya.

(4) Calon pendidik dapat segera memperoleh “reinforbement”

(5) Calon pendidik dapat segera memperoleh “feed back” dan dengan demikian ia dapat segera menilai kemajuannya dan memperbaiki yang perlu diperbaiki.

Walaupun pendidikan mikro banyak manfaatnya namun dari pendidikan tersebut tetap ada kelemahannya. Kelemahan itu antara lain:

a. Pendidikan mikro merupakan “real teaching” tetapi tetap bukan “real class – room teaching”.

b. Tidak dapat menjangkau kompetensi yang bersangkut paut dengan pengelolaan kelas, disiplin murid di kelas dan sebagainya.

c. Micro teaching yang ideal memerlukan biaya dan peralatan yang mahal serta tenaga ahli bidang teknis maupun dalam pendidikan pendidikan pada umumnya dan metodologi pendidikan pada khususnya.

d. Micro teaching menuntut perencanaan, pengetahuan dan pelaksanaan yang cermat, mendetail, logis dan sistematis.

e. Micro teaching dengan menggunakan rekan sendiri sebagai murid, merupakan sandiwara saja sehingga tidak mewujud-kan situasi belajar mengajar yang sewajarnya.

f. Untuk latihan ulangan yang menggunakan murid yang sama mengenai bahan yang sama oleh orang yang sama adalah menjemukan. Oleh karenanya dalam praktik ulang murid harus lain.

Page 58: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

58

g. Dalam micro teaching dibutuhkan sekali adanya sifat saling kerjasama, saling terbuka, saling aktif, saling inisiatif untuk mencapai tujuan serta memecahkan masalah bersama, dari seluruh personal dalam micro teaching.

h. Micro teaching saja tidaklah cukup, harus diikuti praktik sesungguhnya, dalam situasu belajar mengajar di Sekolah Latihan dan dalam segala kegiatan profesional pendidik

2. Prosedur Pelaksanaan Micro Teaching

Prosedur pelaksanaan micro teaching, seperti halnya prosedur dalam program pengalaman lapangan yang meliputi tahap-tahap: observasi/orientasi, latihan mengajar, dan latihan tugas-tugas nonmengajar, dalam latihan mengajar terdapat latihan keterampilan mengajar secara terbatas. Prosedur yang dimaksud dalam pelaksanaan micro teaching dapat dilihat diagram di bawah ini.

Page 59: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

59

Sumber : SLLa Sulo, Pendidikan Mikro, Jakarta, 1983, hal. 14

Gambar 29. Prosedur Diagram Micro Teaching

Penjelasan langkah-langkah dalam pelaksanaan micro teaching sebagai berikut :

Langkah ke 1 (Pengenalan Pendidikan Mikro)

a. Sebelum diperkenalkan micro teaching, mahasiswa calon pendidik diberi tugas ke sekolah-sekolah latihan untuk mengadakan observasi tentang proses/interaksi belajar mengajar.

Pengenalan Pengajaran Mikro

Penyajian model dan diskusi

Perencanaan/per-siapan mengajar

Praktik Mengajar

Diskusi/ Umpan Balik

Praktik mengajar ulang

Diskusi/Umpan Balik ulang

Observasi/pe-rekam ulang

observasi/rekamm

1.

2.

3.

4.a

5.

7.a

8.

Perencanaan / persiapan ulang

6.

7.b

4.b

Page 60: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

60

b. Hasil observasi didiskusikan di kampus.

c. Pengenalan segala sesuatu yang berhubungan dengan micro teaching yakni mengenai apa itu pendidikan mikro, bagai-mana maksud dan tujuan micro teaching, dan unsur-unsur atau keterampilan mengajar yang perlu disampaikan dalam micro teaching.

Langkah ke 2 (Penyajian Model dan Diskusi)

a. Mahasiwa calon pendidik ditugasi mempelajari berbagai komponen keterampilan mengajar sesuai model (paket) yang tersedia. Paket dapat berupa: transkrip, rekaman ATR/VTR atau gabungan di ketiganya.

b. Mahasiswa calon pendidik mempraktikkan penggunaan panduan observasi atau lembar-lembar observasi/penilaian lainnya.

Langkah ke 3 (Perencanaan/Persiapan Mengajar)

a. Mahasiswa calon pendidik membuat desain instruksional, yakni persiapan mengajar dengan pendidikan mikro untuk berlatih keterampilan tertentu. Isi desain instruksional ini yakni: komponen-komponen mengajar, tujuan dan sebagai-nya.

Keterampilan dalam mictro teaching meliputi keterampilan membuka dan menutup pembelajaran, variasi stimulus, bertanya dan lain-lain.

b. Pembuatan rencana secara individual/kelompok.

Langkah ke 4a dan 4b (Praktik Mengajar dan Observasi/ Perekam).

1). Mahasiswa calon pendidik berlatih mengajar dengan meng-gunakan keterampilan tertentu sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

2). Kegiatan ini didampingi oleh supervisor dan mahasiswa sekelas lainnya serta jika dimungkinkan dilengkapi dengan alat perekam seperti ATR/VTR.

3). Latihan menggunakan keterampilan mengajar dapat dilaku-kan dua tahap yakni: peer teaching (pendidikan sebaya), dan mengajar peserta didik yang sebenarnya.

Page 61: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

61

Peer teaching merupakan latihan mengajar yang dilaksana-kan oleh seorang calon di depan kelas yang terdiri dari teman-teman sebaya (sekelasnya). Mengajar peserta didik yang sebenarnya dapat dilaksanakan dengan baik pada waktu mahasiswa menempuh Program Pengalaman Lapangan.

Langkah ke 5 (Diskusi/Umpan Balik)

a. Jika kegiatan latihan keterampilan mengajar direkam (ATR/ VTR) maka rekaman tersebut diputar kembali (play back) sehingga calon dapat mengobservasi dirinya sendiri.

b. Diskusi hasil kegiatan oleh calon, teman se kelas dan pen-didik.

c. Dari hasil diskusi ada kesepakatan dalam menentukan hal yang kurang sehingga calon dalam praktik ulang telah dapat memperbaikinya.

Langkah ke 6, 7, dan 8 (Perencanaan/persiapan ulang, praktik mengajar ulang, observasi/perekam ulang dan diskusi/umpan balik ulang).

(1) Memperbaiki kelemahan-kelemahan/kekurangan yang ada dalam langkah ke 3, 4, dan 5.

(2) Jika dalam micro teaching dilengkapi dengan ATR/VTR, maka hal ini memerlukan pengaturan tempat duduk yang khusus. Alternatif pengaturan tempat duduknya adalah:

d. Pengaturan tempat duduk dengan ATR

G = Guru/pendidik

ATR = Audio – Tape – Recorder

M = Murid

M M

G.

ATR M

M

M M

Page 62: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

62

e. Pengaturan tempat duduk dengan VTR dan kamera

G = pendidik

M = murid

K = kamera

VTR= Video-Tape Recorder.

f. Pengaturan tempat duduk dengan VTR dan dua kamera

G = pendidik

M = murid

K1 = kamera 1

K2 = kamera 2

VTR = Video-Tape-Recorder.

C. Program Pengalaman Lapangan

Di setiap lembaga kependidikan, program pengalaman lapangan selalu ada dan merupakan kegiatan melaksanakan kuri-kulum yang harus diselesaikan oleh semua mahasiswa sebelum akhir studinya. Istilah program tersebut di masing-masing lembaga kependidikan adalah berlainan, namun pada prinsipnya adalah sama yakni membekali keterampilan mengajar kepada mahasiswa sehingga diharapkan lulusan dari lembaga ini mampu atau dapat menjadi pendidik yang profesionalis, sebagai contoh di Fakultas Kependidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret pro-gram tersebut dengan nama Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang diberikan di semester VII dengan beberapa persyaratan (lihat persyaratan PPL pada materi berikutnya). Sedangkan di IKIP Sema-rang (sekarang UNES), program ini dengan nama Praktik Mengajar.

Bagaimana pengertian, tujuan, sasaran dan lain-lainnya pro-gram pengalaman lapangan, berikut ini diberikan penjelasan secara singkat.

M M M VTR G M M M

K

K2

VTR M G M M M M M M M

K1

Page 63: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

63

1. Pengertian Tujuan dan Sasaran Program Pengalaman Lapangan

Dalam buku pedoman program lapangan FKIP UNS di-sebutkan bahwa pengalaman lapangan merupakan salah satu kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh mahasiswa, yang men-cakup latihan mengajar maupun tugas-tugas kependidikan di luar mengajar secara terbimbing dan terpadu untuk memenuhi persyaratan pembentukan profesi kependidikan.

Tujuan pelaksanaan pengalaman lapangan ditujukan untuk pembentukan profesionalitas pendidik atau tenaga pelak-sanaan pengalaman tersebut dapat dijelaskan/kelompokkan berdasarkan hasil penelitian dan diskusi sebagai berikut :

a. Yang berhubungan dengan perkembangan kepribadian pen-didik.

1) Membantu calon pendidik mengembangkan corak kepri-badian, sikap kepercayaan pada diri sendiri, kemampuan dan bertingkah laku sebagai pendidik.

2) Menumbuhkan pemahaman calon pendidik dan penya-daran mereka akan hubungan-hubungan yang kompleks dalam kegiatan di sekolah dan dalam kelas, terutama yang menyangkut interaksi antara manusia.

3) Memperoleh kesempatan untuk memasuki situasi yang nyata di sekolah, sehingga dapat memperluas dan mem-perdalam pengetahuan calon pendidik tentang sekolah, dapat menyesuaikan pikirannya dengan situasi praktis, dan mengembangkan cara-cara mereka sendiri mengatur dan mengontrol kelas, misalnya masalah disiplin.

4) Memberi kesempatan kepada calon pendidik untuk me-nilai diri sendiri.

b. Yang berhubungan dengan usaha membina hubungan yang efektif antara calon pendidik dengan murid dan membantu murid belajar.

1) Membantu calon pendidik memperoleh pengertian ten-tang murid dalam situasi kelas, memahami cara murid berfikir, belajar dan bekerja, serta meningkatkan kemam-puan mengadakan kontrol dengan murid.

Page 64: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

64

2) Mengembangkan kemampuan mendorong murid-murid belajar.

3) Mengembangkan kemampuan menilai murid.

c. Yang berhubungan dengan usaha mengembangkan hubungan antara teori dengan praktik pendidikan.

1) Membantu calon pendidik menyesuaikan diri dengan situasi praktis dan menghubungkan yang telah dipelajari tentang perkembangan anak dengan kegiatan mengajar.

2) Memberikan kesempatan kepada calon pendidik untuk mempraktikkan teori-teori pendidikan yang telah di-pelajari di dalam situasi praktis.

d. Yang berhubungan dengan tujuan meningkatkan hubungan kerjasama antara sekolah pendidik dan sekolah latihan.

1) Memperluas kesempatan bagi tumbuhannya kontak antara tenaga pendidik di sekolah pendidik dengan seko-lah latihan melalui tukar pikiran, penggunaan alat-alat, pengembangan pikiran-pikiran baru dan sebagainya.

2) Memberikan kesempatan yang berlangsung di lembaga pendidikan, Adapun sasaran yang ingin dicapai dari Pro-gram Pengalaman Lapangan adalah pribadi calon pendidik yang memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap serta tingka laku yang diperlukan bagi profesi-nya serta cakap dan tepat menggunakan di dalam penye-lenggaraan pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah.

2. Status Program Pengalaman Lapangan

Program pengalaman lapangan atau PPL (Praktik Kependi-dikan) merupakan bagian integral dari keseluruhan kurikulum pendidikan. Berdasarkan kompetensi yang diberi bobot antara 2-4 SKS (untuk FKIP UNS adalah 2 SKS). Program pengalaman lapangan ini dilaksanakan mahasiswa pada semester VII selama sebulan penuh. Sedang sekolah latihan meliputi Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas baik umum maupun kejuruan sesuai dengan bidang studi masing-masing.

Page 65: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

65

3. Sistem dan Tugas Pembimbingan Program Pengalaman Lapangan (PPL)

a. Sistem Pelaksanaan Pengalaman Lapangan

Sistem pelaksanaan pengalaman lapangan bersifat ter-bimbing, terpadu dan terarah. Artinya, mahasiswa calon pendidik dibimbing oleh pendidik Pamong, Dosen Pem-bimbing, Kepala Sekolah dan petugas lainnya dalam pelbagai kegiatan pengalaman lapangan berdasarkan koordinasi pelaksanaan masing-masing.

b. Komponen-komponen pendukung program pengalaman lapangan.

Di dalam buku pedoman PPL FKIP UNS dijelaskan bahwa yang secara nyata mendukung pelaksanaan PPL adalah :

1) Mahasiswa

2) Dosen pembimbing

3) Koordinator dosen pembimbing

4) Pimpinan jurusan, pimpinan program, PA (Pembimbing Akademik)

5) Pendidik pamong

6) Koordinator PPL sekolah latihan

7) Kepala sekolah latihan

8) Unit PPL.

Mengetahui tugas masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut:

1) Mahasiswa/Praktikan

Mahasiswa praktikan wajib bersikap dan berperilaku yang baik terhadap semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PPL sesuai dengan citra pendidik profesi-onal antara lain:

a) Mendaftarkan diri sebagai calon peserta PPL tepat pada waktunya lewat PA/Program studi masing-masing.

b) Mempersiapkan diri secara mental maupun material/ilmu dengan sebaik-baiknya.

Page 66: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

66

c) Hadir pada waktu upacara penyerahan praktikan ke sekolah-sekolah latihan (lapangan).

d) Melaksanakan semua tugas-tugas yang diberikan oleh pendidik pamong/sekolah latihan.

e) Menaati peraturan-peraturan dan tata tertib yang berlaku disekolah latihan.

f) Berkonsultasi dengan pendidik pamong dan dosen pembimbing secara kontinue.

g) Selalu menjaga diri agar tidak melakukan perbuatan tercela.

h) Menghadiri upacara penyerahan kembali para praktikan kepada fakultas.

2) Dosen Pembimbing

Tugas pokok dosen pembimbing adalah :

a) Menghadiri upacara penyerahan mahasiswa prak-tikan kepada sekolah latihan.

b) Bersama pendidik pamong pasangannya merenca-nakan kegiatan PPL untuk mahasiswa bimbingannya.

c) Bersama pendidik pamong menunggui/mengobser-vasi penampilan mahasiswa bimbingan dalam latih-an praktik mengajar latihan praktik dan sebagainya, dilanjutkan dengan kegiatan supervisi.

d) Secara terpisah atau bersama pendidik pamong memberi bimbingan (pengarahan, petunjuk-petun-juk) kepada mahasiswa bimbingannya untuk lebih memantapkan penampilan mahasiswa.

e) Bersama pendidik pamong/koordinator sekolah latihan/kepala sekolah/koordinator dosen pembim-bing/DPL memecahkan mengatasi masalah/asus yang mungkin timbul.

f) Bersama pendidik palong memberikan penilaian ter-hadap penampilan mahasiswa dalam ujian praktik mengajar.

g) Menandatangani daftar hadir setiap kali datang ke sekolah latihan dalam rangka kegiatan PPL.

Page 67: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

67

h) Menghadiri upacara penyerahan kembali para prak-tikan kepada fakultas (yang mewakili koordinator dosen pembimbing).

3) Koordinator Dosen Pembimbing

Tugas pokoknya adalah :

a) Mewakili fakultas untuk menyerahkan secara formal para mahasiswa praktikan ke sekolah latihan, dan menerima kembali penyerahan mahasiswa praktik-an dari kepala sekolah.

b) Mengkoordinir dan memonitor pelaksanaan PPL di sekolah latihan masing-masing, sehingga pelaksana-an PPL dapat berjalan lancar dan berhasil baik (termasuk memonitor mahasiswa, dosen pembim-bing, pelaksanaan latihan mengajar/BK, ujian dan sebagainya).

c) Bersama sekolah/koordinator sekolah latihan/ mahasiswa menampung dan memecahkan masalah/ kasus yang mungkin timbul.

d) Menyampaikan laporan pada unit PPL.

4) Pimpinan Jurusan/Program/PA

a) Bertanggung jawab atas penyiapan mahasiswa dalam menghadapi pelaksanaan PPL di antaranya :

(1) Perbekalan materi bidang studi secara mantap.

(2) Perbekalan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan khusus yang menunjang keber-hasilan mahasiswa dalam mengikuti PPL seperti:

(a) Penyusunan satuan pembelajaran.

(b) Keterampilan bertanya, menjelaskan, mem-beri penguatan-penguatan pengadaan variasi dan sebagainya yang kesemuanya termasuk dalam mata kuliah PBM, termasuk latihan micro teaching.

(c) Menyeleksi para mahasiswa yang telah memenuhi syarat untuk mengikuti PPL.

(d) Mengirimkan daftar calon peserta PPL ke unit PPL pada waktunya.

Page 68: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

68

(e) Ikut memonitor dan memotivasi para dosen pembimbing di programnya agar melaksana-kan tugasnya dengan baik, dengan memberi contoh konkrit yang baik.

5) Pendidik Pamong

Tugas pokoknya adalah :

a) Menghadiri upacara penyerahan mahasiswa praktik-an dari fakultas kepada sekolah latihan.

b) Bersama dosen pembimbing dan kepala sekolah/ koordinator sekolah latihan merencanakan kegiatan PPL untuk mahasiswa bimbingannya.

c) Memberikan model les kepada para mahasiswa praktikan.

d) Bersama dosen pembimbing menunggui/meng-observasi penampilan mahasiswa dibimbingnya dalam melaksanakan latihan praktik/ mengajar BK, dilanjutkan dengan supervisor.

e) Secara terpisah atau bersama dosen pembimbing memberikan bimbingan masalah-masalah khusus (misalnya materi pembelajaran, metode, penyusun-an satuan pembelajaran dan sebagainya untuk lebih memantapkan pemilihan mahasiswa).

f) Bersama kepala sekolah/koordinator sekolah latih-an/dosen pembimbing/unit PPL, memecahkan/ mengatasi masalah/kasus yang timbul.

g) Memberikan penilaian latihan praktik mengajar/BK para mahasiswa bimbingannya.

h) Memberikan penilaian pada penampilan mahasiswa dalam ujian praktik mengajar.

i) Bersama kepala sekolah/kepala tata usaha dan/ petugas lain menilai kualitas laporan observasi.

j) Menyampaikan laporan tentang hasil pelaksanaan PPL dari para mahasiswa bimbingannya kepada kepala sekolah/koordinator sekolah latihan.

Page 69: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

69

k) Menghadiri upacara penyerahan kembali para mahasiswa/praktikan dari Kepala Sekolah kepada fakultas.

6) Koordinator PPL Sekolah Latihan

Tugasnya adalah menerima dan melaksanakan pelimpa-han tugas-tugas dari kepala sekolah yang berkaitan dengan pelaksanaan PPL.

7) Kepala Sekolah Latihan

Pada prinsipnya kepala sekolah bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan PPL di sekolahnya. Perincian tugas tersebut di antaranya adalah :

a) Menentukan pendidik pamong dan mengirimkan daftarnya ke unit PPL.

b) Menerima penyerahan mahasiswa praktikan dari fakultas yang diwakili koordinator dosen pembim-bing.

c) Bersama staf sekolah membicarakan/merencanakan pelaksanan PPL di sekolahnya.

d) Memberikan pengarahan kepada semua fihak yang terlibat dalam pelaksanaan PPL

e) Memberikan ceramah umum kepada para maha-siswa praktikan dalam rangka penyusunan laporan observasi.

f) Mengkoordinasi dan memonitor pelaksanaan PPL secara menyeluruh.

g) Menampung dan memecahkan masalah/kasus yang mungkin timbul.

h) Mengusahakan dan memelihara situasi dan kondisi yang menunjang keberhasilan pelaksanaan PPL.

i) Dalam hal-hal tertentu turut/berhak menilai penam-pilan para mahasiswa praktikan.

j) Menyerahkan kembali para mahasiswa praktikan kepada fakultas.

k) Menyampaikan lapporan hasil pelaksanaan PPL di sekolahnya kepada unit PPL.

Page 70: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

70

8) Unit PPL

Menurut Peraturan Pemerintah No. 5 tahun 1980 tentang pokok-pokok organisasi universitas/institut, bab X pasal 43 menyatakan bahwa :

Unit pelaksana teknis universitas/institut mempunyai tugas melakukan kegiatan di bidang tertentu yang ber-sifat teknis yang tidak dilakukan oleh unit organik di universitas/institut. Sedang keputusan Mendikbud No. 0141/0/1983 tentang organisasi dan tata kerja Univer-sitas Sebelas Maret Bab XI pasal 103 menyatakan bahwa:

Ayat (1) Unit Program Pengalaman Lapangan adalah unit pelaksanaan teknis di bidang praktik pengalaman lapangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada rektor dan sehari-hari pembinaannya dilakukan oleh Dekan Fakultas Kependidikan dan Ilmu Pendidikan.

Pasal 104 berbunyi : Unit Program Pengalaman Lapang-an mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan praktik pengalaman lapangan yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kependidikan dan Ilmu Pendidikan.

Dari ketentuan tersebut di atas kiranya jelas bahwa tugas UPPL adalah melaksanakan tugas teknis di bidang PPL dari pemasukan daftar calon peserta PPL se FKIP, menghubungi sekolah-sekolah latihan/lapangan, me-nyusun garis besar jadwal kegiatan PPL, mengatur penerjunan PPL ke sekolah-sekolah latihan, menyiapkan segala macam blanko PPL dan sebagainya, sampai pada pemasukan nilai PPL, membuat surat keterangan tanda lulus PPL bagi seluruh peserta dan membuat laporan kepada Rektor serta Dekan.

4. Persyaratan bagi Mahasiswa Calon Praktikan

a. Telah mengumpulkan kredit (lulus) minimal 80 SKS.

b. Telah lulus semua mata kuliah PBM dan MKDK, atau kalau masih ada yang belum lulus didasarkan atas pertimbangan dan izin program.

Page 71: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

71

c. Lulus mata kuliah (materi) bidang studi prasarat PBM dari masing-masing program.

d. Lulus micro teaching.

e. Mengisi blanko permohonan untuk PPL.

5. Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan

Pelaksanaan pengalaman lapangan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :

a. Observasi

Sebelum mengalami latihan yang sebenarnya tiap calon diwajibkan menempuh masa observasi yang meliputi:

1) Bagaimana kondisi lingkungan diatur, misalnya : gedung, akomodasi, ruang belajar, alat-alat yang tersedia/media mengajar, perpustakaan, ruang pendidik, aula, kafetaria, kamar kecil/WC, tempat sepeda dan sebagainya.

a) Latar belakang peserta didik pada umumnya.

b) Pelaksanaan administrasi dan organisasi sekolah.

c) Kegiatan-kegiatan ekstra maupun intra kurikuler yang berlaku.

2) Observasi kelas pada umumnya.

a) Situasi kelas pada umumnya.

b) Keadaan ruang dengan peralatannya.

c) Kemungkinan adanya kekhususan pada suatu kelas tertentu.

3) Observasi pendidik pada umumnya.

a. Hubungan kepala sekolah dengan pendidik, antar teman sejawat, dengan murid dan petugas tata usaha.

b. Disiplin dan sikap menta.

c. Cara mempersiapkan program pendidikan.

d. Cara memberikan bimbingan khusus.

Page 72: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

72

e. Pelaksanaan mengajar.

f. Sikap phisik di depan kelas.

g. Cara menggunakan media baik klasikal maupun individual.

h. Pelaksanaan evaluasi .

Untuk melaksanakan observasi ini pamong diminta untuk memberikan paling tidak satu kali model les kepada praktikan .

4) Observasi teman mengajar.

Apabila seorang calon melaksanakan tugas mengajar, beberapa orang teman lain dapat mengikutinya di kelas untuk kemudian mendiskusikan bersama dengan pamong dan pembimbing.

5) Observasi dan memimpin diskusi peserta didik dalam jumlah kecil.

Untuk pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi sekolah setempat.

6) Hasil dari kegiatan observasi disusun oleh mahasiswa dalam suatu laporan tertulis dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Laporan observasi ditulis sendiri (tulis tangan) oleh masing-masing praktikan.

Dimungkinkan adanya bagian-bagian tertentu yang tidak perlu ditulis tangan, misalnya foto copian daftar-daftar, format-format dan sebagainya.

b) Laporan obseravsi dibuat rangkap 3 dengan ketentu-an: satu eksemplar tulisan tangan asli dan 2 eksem-plar boleh hasil foto copian, atau ditulis tangan semua. Terserah kepada para praktikan.

1 exemplar untuk sekolah latihan/pendidik pamong;

1 exemplar untuk Unit PPL/dosen pembimbing;

1 exemplar untuk praktikan (yang asli).

c) Cover/sampul depan hendaknya dicetak dengan format-format seperti yang telah ditetapkan.

Page 73: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

73

d) Ukuran kuwarto.

e) Bagian depan pada lembar pengesahan yang di-tandatangani oleh Pamong, dosen pembimbing dan kepala sekolah serta dibubuhi cap sekolah.

b. Partisipasi

1) Latihan mengajar

a) Latihan mengajar terbatas (sederhana)

(1) Merencanakan dan membuat persiapan mengajar untuk satu kali pertemuan.

(2) Memilih dan menggunakan strategi mengajar yang cocok.

(3) Melaksanakan pendidikan yang sudah disusun.

b) Latihan mengajar lengkap dengan bimbingan.

(1) Merencanakan unit pendidikan.

(2) Memilih dan menggunakan beberapa strategi mengajar.

(3) Memilih atau membuat dan menggunakan media pendidikan yang cocok.

(4) Melaksanakan mengajar satu unit penuh yang sudah direncanakan.

(5) Mengevaluasi pelaksanaan pendidikan.

(6) Menganalisis pelaksanaan pendidikan.

c) Latihan mengajar lengkap tanpa bimbingan langsung

(1) Merencanakan beberapa unit pembelajaran dari satu unit course.

(2) Memilih dan menggunakan berbagai strategi mengajar yang tepat.

(3) Melaksanakan beberapa model pendidikan.

(4) Menganalisis rencana pendidikan.

(5) Melaksanakan rencana pendidikan yang sudah direncanakan.

Page 74: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

74

(6) Mengevaluasi hasil pendidikan.

(7) Menganalisis pelaksanaan pendidikan tiap unit.

(8) Menganalisis hasil-hasil evaluasi.

2) Latihan melaksanakan tugas-tugas kependidikan di luar mengajar.

a) Partisipasi dalam kelas;

b) Partisipasi di sekolah;

(1) Kegiatan ekstra kurikuler;

(2) Karya wisata;

(3) Piket sekolah.

c) Partisipasi dalam pertemuan orang tua murid dan pendidik.

d) Latihan melaksanakan administrasi kependidikan:

(1) Administrasi sekolah;

(2) Administrasi kelas;

(3) Administrasi kepegawaian.

e) Partisipasi dalam hubungan dengan petugas-petugas kependidikan seperti KaDinas, Kasi Olahraga, Kasi Kebudayaan, PLS dan sebagainya (sejauh situasi dan kondisi memungkinkan).

3) Frekuensi Latihan

Program simulasi dilaksanakan sebelum latihan meng-ajar di sekolah/lapangan sampai mahasiswa dianggap telah siap diterjunkan ke sekolah/lapangan. Di samping kegiatan simulasi mahasiswa juga melakukan observasi. Waktu observasi disesuaikan dengan kesediaan sekolah, dengan target mahasiswa mendapat-kan data dalam program tersebut.

c. Ujian praktik mengajar

Ujian praktik mengajar dilaksanakan setelah kemampuan mengajar dinilai cukup oleh pamong dan dosen pem-bimbing. Pengaturan ujian mengajar diserahkan kepada sekolah masing-masing.

Page 75: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

75

Calon yang akan menempuh ujian praktik mengajar diwajib-kan:

1. Menyerahkan hasil observasi, yang diketahui oleh pembimbing, pamong dan kepala sekolah.

2. Tugas-tugas mengajar dari pamong.

3. Mengambil tugas untuk ujian satu minggu sebelum ujian dilaksanakan.

6. Hubungan Pendidikan Mikro dengan PPL

Telah disebutkan pada bagian terdahulu bahwa pendidikan mikro merupakan bagian dari program praktik mengajar. Oleh karena program pengalaman lapangan juga merupakan kegiatan mengajar, maka pendidikan mikro juga merupakan bagian dari padanya, dan juga berusaha untuk menimbulkan, mengem-bangkan serta membina keterampilan-keterampilan tertentu dari calon-calon pendidik dalam menghadapi kelas.

Kedudukan pendidikan mikro dalam ruang lingkup program pengalaman lapangan, dapat dilihat diagram di bawah ini.

Alternatif I :

Alternatif II

Sumber : S.L.La Sulo, et.all, Pendidikan Mikro, 1983, hal. 20.

Observasi kegiatan proses

belajar mengajar kelas

dan diskusi

Melaksanakan micro teaching (peer/realpupil)

Praktik mengajar real

class room teaching

Observasi kegiatan

proses belajar mengajar kelas dan

diskusi

Praktik mengajar

(real classroom) )teaching)

Melaksana-kan micro teaching

(peer/real) pupil)

Praktik mengajar

(real classroom)

teaching)

Page 76: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

76

Pemilihan alternatif ini didasarkan pada latar belakang pendidikan/pengalaman dari peserta didik/mahasiswa. Alter-natif manapun yang terpilih, mahasiswa tetap mengikuti prinsip yakni dari keterampilan terbatas (secara terisolasi dalam micro teaching) harus dilatihkan kembali secara integrasi dalam real classroom teaching.

Page 77: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

77

BAB IV

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

Ada dua hal penting menurut Degeng, suatu pembelajaran dapat menarik perhatian bagi peserta didik yakni (1) eksistensi mata pembelajaran itu sendiri, dan (2) ditentukan oleh cara penyampaian pendidik (dalam Sugiyanto, 2007: 1). Sehubungan dengan kebutuhan tersebut, maka pendidik harus dituntut memiliki kompetensi yang profesional. Kompetensi profesional ini, pendidik harus memiliki kemampuan dalam penguasaan landasan kependidikan, psikologi pengajaran, penguasaan materi pelajaran, penerapan berbagai metode dan strategi pembelajaran, kemampuan dalam menyususn program pembelajaran, kemampuan dalam mengevaluasi pembelajaran, dan kemampuan dalam mengembangkan kinerja pembelajaran. Pendidik dituntut memiliki kompetensi yakni sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator, dan evaluator. Dalam hal ini pendidik harus berusaha memberikan layanan pembelajaran yang maksimal menuju ke arah pelaksanaan pendekatan pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenang-kan). Untuk menerapkan kemampuan dalam pembelajaran dengan pendekatan tersebut diperlukan penguasaan model-model pembelajar-an yang relevan.

Yang dimaksud model/strategi pembelajaran, menurut Winata-putra, adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk men-capai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman nagi para perancangg pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (dalam Sugiyanto, 2007: 4).

Page 78: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

78

Kaitannya dengan pemilihan model pembelajaran, maka perlu mempertimbangkan (1) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (2) sifat bahan/materi ajar, (3) kondisi siswa, dan (4) ketersediaan sarana dan prasarana belajar. Di samping itu dalam memilih model pembelajaran menurut Killen dan Depdiknas dalam Sugiyanto (2007) dapat memper-timbangkan delapan prinsip yakni (1) berorientasi pada tujuan, (2) mendorong aktivitas siswa, (3) memperhatikan aspek individual siswa, (4) mendorong proses interaksi, (5) menantang siswa untuk berfikir, (6) menimbulkan inspirasi siswa untuk berbuat dan menguji, (7) menimbul-kan proses belajar yang menyenangkan, dan (8) mampu memotivasi siswa belajar lebih lanjut.

Pada bagian ini, dibicarakan empat model pembelajaran yakni (1) model pembelajaran Kontekstual, (2) model pembelajaran Koopertif, (3) model pembelajaran Quantum, dan (4) model pembelajaran Ter-padu.

A. Model Pembelajaran Kontekstual (Contectual Teaching and Learning = CTL)

Model pembelajaran kontekstual menurut Johnson adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong peserta didik untuk melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik de-ngan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dewngan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka (dalam Sugiyanto, 2007: 1). Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka perlu memperhatikan komponen berikut ini: membuat keterkaitan-keterkaiatan yang yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerjasama, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, berpikir kritis dan kreatif untuk mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik.

Model pembelajaran kontekstual merupakan payung dari tujuh komponen model pembelajaran CTL yakni (1) konstruktivisme (construktivism), (2) bertanya (questioning), (3) menemukan (inquiry), (4) masyarakat belajar (learning community), (5) pem-belajaran terpadu (integreted), (6) pemodelan (modeling), (7) peni-laian sebenarnya (authentic assessment). Di samping itu, model pembelajaran CTL merupakan pembelajaran yang bermakna dan

Page 79: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

79

menyenangkan peserta didik karena pembelajaran tersebut di-berikan kepadanya sesuai dengan konteksnya. Penjelasan secara singkat ketujuh komponen tersebut sebagai berikut.

Pertama, perlu diketahui bahwa landasan filosofi model pem-belajaran CTL adalah konstruktivisme. Menurut Degeng, pada era reformasi dan global sekarang ini dunia pendidikan memerlukan pandangan konstruktivistik dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan alasan mereformasi tujuan, strategi, evaluasi pembelajaran dan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam era globalisasi bahwa anak didik harus dipersiapkan mampu berfikir kreatif, mampu memecah-kan masalah dan pengambilan keputusan, mengenali belajar bagaimana seharusnya belajar, mampu melakukan kolaborasi, dan mampu mengelola diri (dalam Edy Tri Sulistyo, 2003:11).

Penerapan pandangan konstruktivistik dalam pembelajaran, dapat bermanfaat sebagi berikut: (1) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menampilkan, menciptakan, menghasil-kan, atau melakukan sesuatu, (2) Mendorong tingkat berfikir atau imajinasi yang lebih tinggi dan ketrampilan pemecahan masalah, (3) Memberikan tugas-tugas yang menuntut aktivitas belajar (berkarya) yang bermakna, dan (4) Menerapkan apa yang dipelajari dalam konteks nyata.

Pandangan atau teori belajar dan pembelajaran konstruktiv-istik secara ringkas dapat dinyatakan bahwa pengetahuan bersifat nonobjektif, temporer dan selalu berubah. Belajar merupakan pemaknaan pengetahuan sedangkan belajar adalah menggali makna. Tentang anak dapat memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari, otak (mind) berfungsi sebagai alat menginterprestasi sehingga muncul makna yang unik.

Masalah belajar dan pembelajaran dalam teori konstruktiv-istik menanggalkan keteraturan menuju ketidakaturan. Pembelajar dihadapkan kepada lingkungan belajar yang bebas. Ini berarti bahwa kebebasan merupakan unsur yang sangat esensial. Kebebas-an dipandang sebagai penentu keberhasilan dan pengawasan ter-hadap hasil belajar dilakukan sendiri oleh pembelajar.

Tujuan belajar konstruktivistik, adalah untuk mengidentifikasi pembelajaran yang menekankan pembelajaran pada konteks. Brown, menyatakan bahwa pengatahuan yang biasanya dapat

Page 80: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

80

disebarkan oleh pembelajar merupakan hasil pengembangan. Hal ini dapat dilakukan dalam konteks aktivitas bermakna (Driscoll, 1994 : 362). Pengertian tersebut dapat pula diperoleh konsep, tanpa pernah dipadukan dengan penyajian masalah yang relevan untuk dipecahkan. Sebaiknya, pengetahuan harus berkembang dan terus berubah seiring dengan aktivitas yang dilakukan oleh pem-belajar. Selanjutnya Brown menganggap bahwa pembelajaran merupakan proses kontinyu sepanjang kehidupan sebagai hasil dari tindakan dalam berbagai situasi.

Ada beberapa tujuan pembelajaran yang dapat diperoleh dari pendekatan konstruktivistik antara lain menurut Perkins, tujuan pendidikan berupaya membentuk ingatan, pemahaman, dan apli-kasi secara aktif pengetahuan dan keterampilan. Menurut Spiro kebutuhan pembelajar untuk mendapat untuk mendapatkan fleksi-belitas kognitif, sedangkan Culler, berbicara tentang kebutuhan untuk mendukung pemikiran post-strukturalis, semacam kritisme reflektif (Driscoll, 1994: 363).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran menekankan pada penciptaan pemahaman, yang menuntut aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata. Belajar adalah proses pemaknaan informasi baru, sehingga menuntut penyusunan makna secara aktif. Kondisi belajar konstruk-tivistik, sasaran pengajarannya adalah pemecahan masalah, logika, pemikiran kritis dan aplikasi pengetahuan. Dalam bahasan ini bagaimana kondisi-kondisi pembelajaran yang digunakan untuk mencapai sasaran. Berbagai rekomendasi dari sejumlah penelitian untuk mengungkapkan teori konstrutivistik. Banyak di antara rekomendasi tersebut memasukkan prinsip prinsip pembelajaran yang diambil dari teori-teori yang telah ada. Dan rekomendasi tersebut pada umumnya menekankan proses pembelajaran, bukan-nya produk pembelajaran itu sendiri.

Secara kolektif rekomendasi tersebut mencakup: (1) Menye-diakan konsep belajar lingkungan yang kompleks dan berhubungan dengan aktivitas yang otentik atau alami; (2) Menyediakan berbagai negosiasi social berbagai bagian integral, pembelajaran timbal balik, pembelajaran kooperatif, pengembangan bahasa dan riset hiper-media; (3) Mendekatkan pembelajaran yang berbasis isi/materi dan menunjukkkan akses ke berbagai betuk representasi dan juga teori

Page 81: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

81

semiotika; (4) Mengadakan refleksifitas dalam pembelajaran; dan (5) Menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Kedua, inkuiri adalah suatu proses pembelajaran yang di-dasarkan pada pencairan dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Secara umum proses ini dilakukan melalui bebe-rapa langkah, yakni (1) merumuskan masalah; (2) mengajukan hipotesis; (3) mengumpulkan data; (4) menguji hipotesis; dan (5) membuat simpulan.

Ketiga, bertanya adalah proses pembelajaran yang intinya yaitu menemukan atau memperoleh pengetahuan. Dalam hal ini pendidik tidak hanya sekedar mentransfer pengetahuan ke peserta didik, namun ia harus memancing agar peserta didik dapat mem-peroleh atau menemukan jawabannya sendiri. Keterampilan ber-tanya perlu disampaikan ke peserta didik dalam prose pembelajar-an, karena dengan usaha ini pendidik dapat (1) menggali informasi tentang kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi pem-belajaran, (2) membangkitkan motivasi peserta didik untuk belajar, (3) merangsang keingintahuan peserta didik terhadap sesuatu, (4) memfokuskan peserta didik pada sesuatu yang diinginkan, dan (5) membimbing peserta didik untuk menukan atau membuat simpulan suatu.

Keempat, masyarakat belajar adalah pembelajaran yang di-dasarkan pada pengertian bahwa pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain. Dalam model CTL hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, teman, antarkelompok, sumber lain selain guru. Dengan demikian asas masyarakat belajar dapat diterapkan melalui belajar kelompok, dan sumber-sumber lain.

Kelima, pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan suatu contoh atau figur yang dapat ditiru oleh peserta didik. Misalnya pembelajaran bahasa Inggris, seorang pen-didik harus memberikan contoh ucapan atau lafal yang benar kata-kata dalam bahasa tersebut kemudian peserta didik menirukannya.

Keenam, refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajarinya dengan cara mengurutkan dan mengevalu-asi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telalh di-laluinya untuk mendapatkan pemahaman yang dicapai baik yang

Page 82: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

82

bernilai positif atau negatif. Dengan cara refleksi ini peserta didik akan dapat mengetahui kekurangan dan memperbaikinya.

Ketujuh, penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh peserta didik. Penilaian ini dilakukan pendidik untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang telah ditransfer ke peserta didik, dapat diterima atau tidak. Penilaian dalam model pembelajaran CTL dilakukan secara terus menerus atau selama proses pembelajaran berlangsung dan dilakukan secara terintegrasi, oleh karena itu hasil yang dicapai oleh peserta didik tidak hanya masalah kemampuan intelektual saja, melainkan menyeluruh dari berbagai aspek.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dinyatakan bahwa kon-sep pembelajaran CTL yang utama adalah usaha untuk mendorong pendidik untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata peserta didik, dan juga dalam model ini peserta didik dapat terdorong untuk membuat hubungan antara penge-tahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran kooperatif dalam CTL merupakan salah satu komponen untuk menciptakan masyarakat belajar. Pada era globalisasi, banyak ditemukan berbagai reformasi yakni di bidang sosial, politik, ekonomi dan sebagainya. Dalam bidang pendidikan sosial misalnya, untuk mengembangkan sikap afektif dan kognitif, maka diperlukan model/strategi pembelajaran yang mendukung berkembang-nya keterampilan sosial bagi peserta didik.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang ber-tujuan untuk menciptakan interaksi asah, asih, dan asuh, sehingga tercipta masyarakat belajar (Lie, 2004: 27). Dalam pembelajaran ini peserta didik tidak hanya belajar dari pendidik, melainkan juga dari sesama pendidik. Peserta didik tidak hanya menjadi objek, tetapi sebagai subjek dalam pembelajaran.

Di dalam pembelajaran kooperatif, terdapat elemen-elemen yang harus diperhatikan yakni: (1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual; dan (4) kete-

Page 83: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

83

rampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosiaL yang secara sengaja diajarkan.

C. Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning)

Inti model pembelajaran quantum adalah pembelajaran yang bertujuan agar suasana pembelajaran berlangsung secara menye-nangkan (enjoyful learning). Quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur (DePorter dan Hernaccki,1999: 15).

Di dalam pembelajaran tersebut, berusaha untuk menanam-kan nilai-nilai dan keyakinan pada peserta didik, yang didasari oleh dua hal utama yakni (1) lingkungan, dan (2) sumber-sumber belajar. Aspek lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan yang positif, aman, mendukung, santai, penjelajahan (exploratory), dan meng-gembirakan. Lingkungan fisik mencerminkan gerakan (action), terobosan, perubahan keadaan, permainan-permainan, fisiologi, estafet, dan partisifasi, sedangkan suasana belajar mencerminkan kenyamanan, cukup penerangan, enak dipandang, dan diperlukan pula musik sebagai ilustrasi dalam pembelajaran. Sumber-sumber belajar meliputi interaksi pengetahuan, pengalaman, hubungan, dan inspirasi. Metode yang dapat dipilih misalnya mencontoh, permainan, simulasi, dan simbol. Jadi di dalam pembelajaran ini, peserta didik dibawa untuk mempelajari keterampilan untuk meng-hapal, membaca, menulis, mencatat, mengembangkan kreativitas, menemukan cara belajar, berkomunikasi, dan berhubungan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa di dalam pembelajaran kuantum, mencakup bidang dan keteram-pilan berikut ini: (1) bersikap positif; (2) termotivasi; (3) menemu-kan cara belajar oleh peserta didik; (4) menciptakan lingkungan belajar yang sempurna; (5) membaca dengan cepat; (6) membuat catatan yang efektif; (7) mempelajari teknik menulis yang canggih; (8) berpikir kreatif; dan (9) mengembangkan hafalan yang menak-jubkan.

Di akhir penjelasan ini DePorter dan Hernaccki menyatakan bahwa manfaat Quantum learning adalah (1) menanamkan sifat positif; (2) motivasi yang tinggi; (3) meningkatkan dan menanamkan keterampilan belajar seumur hidup; (4) menanamkan kepercayaan diri; dan (5) memperoleh kesuksesan.

Page 84: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

84

D. Model Pembelajaran Terpadu

Peraturan Pemerintah No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi IPS dan IPA menyebutkan bahwa mata pelajaran di SMP harus disajikan secara terpadu. Mengacu pada peraturan tersebut, maka usaha untuk menerapkan atau memilih model pembejaran terpadu harus diupayakan. Pembelajaran terpadu pada dasarnya adalah proses belajar mengajar yang disajikan dengan cara memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu tema (subject matter).

Menurut Anitah, pembelajaran terpadu mempunyai banyak keuntungan dan kelebihan yakni (1) dapat meningkatkan ke-dalaman dan keluasan dalam belajar, (2) memberikan kesadaran metakognitif kepada pebelajar, (3) memudahkan pebelajar untuk memahami alasan mengerjakan sesuatu yang dikerjakan, (4) hu-bungan antara isi dan proses pembelajaran menjadi lebih jelas, dan (6) transfer konsep antar isi bidang studi lebih baik.

Prinsip dasar pembelajaran menurut Sukardi, dkk (dalam Sugiyanto, 2009: 127) pembelajaran terpadu memiliki satu tema actual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa pelajaran.

Secara umum prinsip pembelajaran terpadu dapat diklasifi-kasikan menjadi: (a) prinsip penggalian tema; (b) prinsip pengo-lahan pembelajaran; (c) prinsip evaluasi; dan (d) prinsip reaksi.

1. Prinsip Penggalian Tema

Prinsip penggalian tema merupakan prisip utama (fokus) dalam pem-belajaran terpadu. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran. Dengan demikian dalam penggalian tema ter-sebut hendaklah memperhatikan beberapa persyaratan: (1) Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran; (2) Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yangdipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya; (3) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkem-bangan psikologis anak; (4) Tema dikembangkan harus me-wadahi sebagian besar minat anak; (5) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang

Page 85: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

85

terjadi di dalam rentang waktu belajar; (6) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi); dan (7) Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

2. Prinsip Pengolahan Pembelajaran

Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila pendidik mamu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya, pendidik harus mampu m enempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu menurut Prabowo (2000), bahwa dalam pembelajaran hendak-lah pendidik dapat berlaku sebagai berikut: (1) Pendidik hendak-nya jangan menjadi kelompok mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar; (2) Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok; dan (3) Pendidik perlu meng-akomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan.

3. Prinsip Evaluasi

Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap ke-giatan. Bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi. Dalam hal ini untuk melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran terpadu, maka diperlukan bebe-rapa langkah-langkah prositif antara lain: (1) Memberi kesem-patan kepada peserta didik untuk melakukan evaluasi diri (self evaluation assesment) di samping bentuk evaluasi lainnya; (2) Pendidik perlu mengajak para peserta didik untuk meng-evaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.

4. Prinsip Reaksi

Dampak pengiring, bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh pendidik dalam KBM. Karena itu pendidik di-tuntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembe-lajaran tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran.

Page 86: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

86

Pendidik harus bereaksi terhadap aksi peserta didik dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit, melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna. Pem-belajaran terpadu memungkinkan hal ini dan pendidik hendak-nya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan ke permukaan hal-hal yang dicapai melalui dampak pengiring.

Pentingnya pembelajaran terpadu dilandasi beberapa alasan, antara lain: (1) Dunia anak adalah dunia nyata; (2) Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peris-tiwa/objek lebih terorganisir; (3) Pembelajaran akan lebih ber-makna; (4) Memberi peluang peserta didik untuk mengem-bangkan kemampuan diri; (5) Memperkuat kemampuan yang diperolah; dan (6) Efisiensi waktu.

Karakteristik pembelajaran terpadu mempunyai ciri yakni: (1) holistik; (2) bermakna; (3) otentik; dan (4) aktif. Ciri holistik, artinya pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari berbagai bidang, sehingga peserta didik dapat menerima pem-belajaran (pengetahuan) dari segala sisi. Bermakna, artinya pengkajian suatu fenomena yang membentuk jalinan antar-konsep yang berhubungan dan menghasilkan skemata. Di akhir pembelajaran ini peserta didik dapat menerapkan perolehan untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul di dalam kehidupannya. Otentik, artinya di dalam pembelajaran terpadu memungkinkan peserta didik dapat menerima secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Aktif, artinya di dalam pembelajaran terpadu mengharuskan peserta didik harus aktif dalam pem-belajaran baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosi-onal guna tercapainya hasil belajar yang optimal.

Pada bagian akhir bab ini, disajikan secara singkat me-ngenai langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran ter-padu yakni: (1) Pemetaan kompetensi dasar; (2) Penentuan topik/tema; (3) Penjabaran (perumusan) kompetensi dasar ke dalam indikator sesuai topik; (4) Pengembangan silabus; dan (5) Penyusunan desain/Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Sedangkan dalam merancang pembelajaran terpadu ada empat hal yang perlu dipersiapkan yakni (1) Menentukan tujuan; (2) Menentukan materi/media; (3) Menyusun skenario; dan (4) Menentukan evaluasi (Hadisubroto dan Herawati, 2000: 21).

Page 87: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

87

BAB V

KETERAMPILAN MENGAJAR DAN METODE PENDIDIKAN

A. Keterampilan-Keterampilan Mengajar

Keterampilan khusus yang harus diperhatikan praktikan da-lam kegiatan mengajar yakni: Keterampilan prosedur, Teknik-teknik dasar, Keterampilan-keterampilan penggunaan alat yang diperguna-kan mengajar.

a. Keterampilan Prosedur

Keterampilan yang terutama erat hubungannya dengan pro-sedur-prosedur mengajar meliputi :

1). Prosedur pra intruksional.

2). Teknik mengintroduksi bahan pembelajaran.

3). Teknik memberi ceramah.

4). Prosedur penutupan pembelajaran.

b. Teknik-teknik Dasar

Teknik-teknik dasar yang dibutuhkan dan dipakai dalam kegiatan mengajar adalah :

1). Keterampilan bertanya.

2). Keterampilan memberi penguatan.

3). Keterampilan mengadakan variasi.

4). Keterampilan menjelaskan.

5). Keterampilan membuka dan menutup pembelajaran.

6). Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil.

Page 88: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

88

7). Keterampilan mengelola kelas.

8). Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.

c. Keterampilan-keterampilan penggunaan alat yang dipergunakan mengajar:

1). Keterampilan penggunaan media mengajar secara umum

2). Keterampilan menggambar di papan tulis

Pada bagian ini tidak semua keterampilan khusus dijelaskan secara mendalam mengingat ada sebagian keterampilan yang sudah dibicarakan pada bagian yang lain. Dan yang perlu dibicara-kan di sini adalah mengenai teknik-teknik dasar (keterampilan dasar) yang sangat diutamakan dalam mengajar.

1. Keterampilan Bertanya (Questioning Skills)

Bertanya, dalam arti umum adalah kehendak yang di-sampaikan oleh seseorang kepada orang lain dengan tujuan memperoleh informasi mengenai hal yang belum diketahuinya. Dalam PBM, pertanyaan dapat dilakukan oleh pendidik, dan mungkin juga oleh peserta didik. Pertanyaan oleh peserta didik biasanya ia tidak/belum mengerti pengetahuan yang disampai-kan oleh pendidik. Pertanyaan yang disampaikan pendidik kepada murid, umumnya bertujuan agar peserta didik belajar, yaitu memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berfikir.

Ada beberapa hal yang menjadi alasan penting mengapa keterampilan bertanya ini sangat perlu dimiliki pendidik dan calon pendidik.

a. Kebiasaan mengajar dengan metode ceramah, cenderung menempatkan pendidik sebagai sumber informasi, sedang peserta didik menjadi penerima informasi yang pasif.

b. Latar belakang kehidupan anak dan lingkungan keluarga dan masyarakat yang kurang biasa mengajukan pertanyaan dan mengeluarkan pendapat.

c. Penggalakan penerapan gagasan cara belajar peserta didik aktif, menuntut peserta didik untuk bertanya, berusaha menemukan jawaban-jawaban masalah yang dihadapinya.

Page 89: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

89

d. Pandangan yang salah mengenai tujuan pertanyaan yang mengatakan bahwa pertanyaan hanya dipakai untuk meng-evaluasi hasil belajar peserta didik.

Pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik bertuju-an untuk:

1) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu peserta didik terhadap suatu pokok permasalahan.

2) Memusatkan perhatian peserta didik terhadap suatu pokok permasalahan/konsep.

3) Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat peserta didik belajar.

4) Mengembangkan cara belajar peserta didik aktif.

5) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk meng-asimilasikan informasi.

6) Mendorong peserta didik mengemukakan pandangannya dalam diskusi.

7) Menguji dan mengukur hasil belajar peserta didik.

Ada beberapa cara untuk menggolongkan jenis-jenis pertanyaan yakni :

1) Jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya

a. Pertanyaan permintaan, ialah pertanyaan yang meng-harapkan agar murid mematuhi perintahnya.

b. Pertanyaan retoris, pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban.

c. Pertanyaan mengarahkan/menuntut, pertanyaan untuk memberi arah kepada murid dalam proses berfikirnya.

d. Pertanyaan menggali, adalah pertanyaan lanjutan yang akan mendorong murid untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan yang sama.

2) Jenis-jenis pertanyaan menurut taksonomi bloom

a. Pertanyaan pengetahuan, adalah pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang sifatnya hafalan atau ingatan terhadap apa yang telah dipelajari murid.

Page 90: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

90

Pertanyaan ini biasanya diawali dengan kata apa, di mana, kapan, siapa dan sebutkan.

b. Pertanyaan pemahaman, adalah pertanyaan yang me-merlukan pemikiran atau mungkin komentar dari peserta didik.

Pertanyaan ini biasanya menggunakan perintah: (1) Je-laskan/uraikan menurut pendapatmu, dan (2) Banding-kan.

c. Pertanyaan penerapan/aplikasi, adalah pertanyaan yang menuntut peserta didik untuk memberikan jawaban tunggal dengan cara menetapkan : pengetahuan, infor-masi, aturan-aturan, kriteria dan lain-lain.

d. Pertanyaan analisis, adalah pertanyaan yang menuntut peserta didik untuk menemukan jawaban dengan cara :

1). Mengidentifikasikan motif masalah.

2). Mencari bukti-bukti kejadian yang menunjang suatu simpulan.

3). Menarik simpulan berdasarkan informasi-informasi yang ada.

e. Pertanyaan sintesa, adalah pertanyaan yang menuntut jawaban murid unatuk mengembangkan potensi serta daya kreasinya.

Karena itu murid dituntut untuk:

1). Membuat ramalan/prediksi

2). Memecahkan masalah berdasarkan imajinasi.

f. Pertanyaan evaluasi, adalah pertanyaan yang menghen-daki murid untuk menjawab dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu issue yang ditampilkan.

3) Jenis-jenis pertanyaan menurut luas sempitnya sasaran.

a. Pertanyaan sempit, pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang tertutup dan biasanya kunci jawabannya telah tersedia.

Page 91: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

91

(1) Pertanyaan sempit informasi langsung, per-tanyaan semacam ini menuntut murid untuk mengingat atau menghafal informasi yang ada.

(2) Pertanyaan sempit memusat, pertanyaan ini me-nuntut murid agar mengembangkan idea atau jawabannya dengan cara menuntunnya melalui petunjuk tertentu.

b. Pertanyaan luas

Pertanyaan ini belum mempunyai jawaban spesifik, karenanya masih diharapkan hasil yang terbuka.

(1) Pertanyaan luas terbuka

Pertanyaan ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari jawabannya menurut cara dan gayanya masing-masing.

(2) Pertanyaan luas-menilai

Pertanyaan ini meminta peserta didik untuk meng-adakan penilaian terhadap aspek kognitif maupun sikap.

2. Keterampilan Memberi Penguatan

Dalam proses belajar mengajar, kita sering melihat tingkah laku peserta didik yakni ada yang baik dan ada yang kurang baik bahkan mengabaikan. Kepada peserta didik yang bertingkah laku baik inilah seorang pendidik akan memberikan tanggapan yang baik pula. Tanggapan baik ini mungkin berupa senyuman, pujian, penghargaan dan sebagainya. Usaha mem-beri tanggapan, merespon peserta didik inilah yang kita maksud-kan sebagai pemberian penguatan. Dengan demikian memberi penguatan pengertiannya adalah tingkah laku pendidik dalam merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu peserta didik yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali (J.J. Hasibuan dan Moedjiono, 1986 : 58).

Tujuan penggunaan penguatan dalam PBM yakni:

a. Meningkatkan perhatian peserta didik.

b. Melancarkan atau memudahkan proses belajar.

Page 92: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

92

c. Membangkitkan dan mempertahankan motivasi.

d. Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu ke arah tingkah laku belajar yang produktif.

e. Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar.

f. Mengarahkan kepada cara berfikir yang baik/divergen dan inisiatif pribadi.

Cara penggunaan penguatan :

(1) Penguatan kepada pribadi tetentu.

(2) Penguatan kepada kelompok peserta didik.

(3) Pemberian penguatan dengan segera.

(4) Penguatan tak penuh.

(5) Variasi dalam penguatan.

Komponen-komponen penguatan :

a) Penguatan verbal

1). Kata-kata : bagus, ya, benar, tepat danm sebagainya.

2). Kalimat : karyamu makin lama makin bagus.

b) Penguatan berupa mimik dan gerakan badan

Dengan cara anggukan, senyuman, acungan ibu jari dan sebagainya.

c) Penguatan dengan cara mendekati.

d) Penguatan dengan sentuhan.

e) Penguatan berupa simbol atau benda.

3. Keterampilan Bervariasi

Dalam proses belajar mengajar, sering kali peserta didik mengalami kejenuhan, kebosanan dan sejenisnya. Hal ini terjadi karena ada kemungkinan antara lain penyampaian materi sering diulang-ulang, metode penyampaian yang tidak sesuai dan masih banyak yang lain. Dari kenyataan tersebut, maka perlulah kiranya pendidik berusaha mengatasinya sehingga kebosanan, kejenuhan, ketidakseriusan, ketidak-aktifan peserta didik dapat

Page 93: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

93

dihindarkan. Usaha untuk menangani hal tersebut maka dalam proses mengajar belajar harus memperhatikan keterampilan khusus yakni keterampilan menggunakan variasi.

Karena itu menggunakan variasi diartikan sebagai per-buatan pendidik dalam konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan peserta didik, sehingga dalam proses belajarnya peserta didik senantiasa menunjukkan ke-tekunan, keantusiasan, serta berperan serta secara aktif (J.J. Hasibun dan Moedjiono, 1986 : 64).

Manfaat pemakaian variasi dalam PBM yakni :

1. Memelihara dan meningkatkan perhatian peserta didik.

2. Memberikan kesempatan peserta didik dalam mengem-bangkan gagaasannya.

3. Membentuk sikap positif terhadap pendidik dan sekolah.

4. Memberikan kemudahan belajar peserta didik.

5. Mewujudkan suasana CBSA (Cara Belajar Peserta didik Aktif).

Beberapa aspek yang perlu dilatihkan dalam variasi yakni :

a) Gerak pendidik (teacher movement).

b) Isyarat/sasmita pendidik (teacher gesture).

c) Suara pendidik (teacher voice).

d) Pendidik diam (teacher silence)

e) Gaya interaksi (interaction styles).

f) Kontak pandang dan gerak (eye contact and movement).

g) Pemusatan perhatian murid (focusing).

h) Pengalihan penggunaan indera (switching sensory channels) (S.L.La. Sulo, et al, 1983 : 52).

Penjelasan beberapa aspek yang diperlukan dalam latihan variasi sebagai berikut.

a). Pendidik

Tujuannya: melatih/membiasakan calon pendidik untuk bergerak bebas.

Page 94: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

94

Petunjuk :

1. Biasakan bergerak bebas, sambil memberikan dorongan dan mengontrol tingkah laku.

2. Jangan menerangkan sambil menulis di papan tulis (membelakangi peserta didik).

3. Waktu menerangkan jangan berjalan mondar-mandir dan jangaan pula duduk saja.

4. Waktu menerangkan usahakan arah pandang menye-luruh kelas (pandanglah ke semua wajah murid).

5. Jika seorang murid bertanya, jauhilah dia agar suara lebih keras dan murid yang lain dapat mendengar-nya.

6. Jika ingin mengetahui tingkah laku masing-masing peserta didik, bergeraklah dengan perlahan-lahan dari arah belakang ke depan.

b). Isyarat/sasmita pendidik.

Yang dimaksud isyarat ialah gerak tubuh maupun anggota badan yang mengandung arti/maksud tertentu hubungan-nya untuk menimbulkan perhatian, rangsangan pada peserta didik, misalnya:

1. Gerak tangan, dapat menunjukkan bentuk benda, ukuran dan sebagainya.

2. Anggota kepala, dapat menyatakan perasaan setuju, senang dan sebagainya.

3. Gerak mengangkat alis dapat menunjukkkan kekagum-an, keheranan dan sebagainya.

4. Mengerutkan kening yang berarti tidak setuju.

5. Bertepuk tangan, berarti minta perhatian, kagum dan sebagainya.

c). Suara pendidik

Dalam menyampaikan pesan, sebaiknya pendidik harus berbicara dengan nada yang berlainan artinya ada penekanan-penekanan sehingga tidak monoton dan pen-dengar akan menerima suara-suara yang jelas, enak di-dengar dan mudah ditangkap.

Page 95: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

95

d). Pendidik diam

Teknik ini diberikan agara dapat mengundang per-hatian peserta didik, sebab dengan diam sebentar maka biasanya peserta didik ingin mengetahui kelanjutan dari isi pembicaraan.

Begitu pula jika ada pertanyaan dari peserta didik, pendidik sebaiknya diam sejenak menunggu selesainya per-tanyaan dan dalam keadaan diam tersebut pendidik dapat mempersiapkan jawabannya.

e). Gaya interaksi

Untuk menghidupkan suasana kelas, maka interaksi (hubungan) antara pendidik dengan peserta didik perlu di-lakukan. Jika ini dilakukan berarti kebosanan kejemuan tidak akan terjadi.

1. Pendidik dengan kelompok murid.

2. Pendidik dengan murid sebagai individu (begitu sebalik-nya).

3. Murid dengan murid.

f). Kontak pandang dan gerak

Kontak pandang dan gerak diberikan sebenarnya hanya untuk memberikan penekanan ekspresi (gerak pendi-dik). Misalnya, pendidik pada waktu menerangkan sedang-kan suasana kelas ramai maka pendidik dapat melakukan menggebrak meja sambil mata memandang dengan terbuka lebar ini berarti bahwa ia tidak senang pada peserta didiknya yang sedang ramai itu.

g). Pemusatan perhatian murid

Usaha pendidik untuk memusatkan perhatian murid pada suatu persoalan disebut focusing.

Ada dua macam focusing yakni :

1) Verbal focusing

Contoh : - coba dengarkan!

- perhatikan gambar ini!

Page 96: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

96

2) Gestural focusing

Contoh: pendidik menunjuk sebuah gambar yang tergan-tung di depan kelas. Kedua focusing tersebut, pemakai-annya diberikan bersama-sama artinya pada waktu pendidik menunjuk sebuah gambar tadi sekaligus ia mengucapkan kata-kata tersebut di atas.

h). Pengalihan penggunaan indera

Usaha peserta didik agar ia dapat menyerap dan memproses informasi yang diperoleh secara baik. Misalnya: pengalihan saluran dari indera pendengar ke penglihatan kemudian kembali lagi ke pendengar. Indera pendengar di-perlukan untuk menerima ucapan-ucapan (keterangan) dari pendidik sedang indera penglihat untuk mengamati/melihat gambar-gambar yang dipertunjukkan oleh pendidik.

Contoh yang lain dapat terjadi pengalihan dari indera pendengar ke saluran psykhomotor, pengalihan dari indera penglihat ke indera pendengar dilanjutkan ke indera peng-lihat lagi, dapat juga dari indera peraba dan dilanjutkan ke indera pencium.

4. Keterampilan Menjelaskan

Dalam buku Panduan Micro Teaching FKIP UNS disebut-kan bahwa pengertian micro teaching adalah menyajikan informasi lisan yang diorganisir secara sistematik dan bertujuan untuk menunjukkan hubungan, misalnya antara sebab dan akibat atau antara yang diketahui dengan yang belum diketahui, atau antara hukum (dalil, definisi) yang berlaku dengan bukti/ contoh sehari-hari.

Keterampilan menjelaskan ini harus dikuasai secara baik oleh guru, sebab keterampilan ini dipakai untuk semua mata pembelajaran dan tidak mengenal tingkatan kelas maupun perbedaan jenis sekolah. Tujuan yang ingin dicapai pendidik dalam memberikan penjelasan di dalam kelas antara lain : (1) Membantu peserta didik untuk menerima/memahami materi pembelajaran, (2) Melibatkan murid untuk berfikir dengan me-mecahkan masalah-masalah atau pertanyaan, (3) Untuk men-dapatkan balikan dari peserta didik mengenai tingkat pema-

Page 97: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

97

hamannya dan untuk mengatasi kesalahan pengertian mereka, (4) Menolong peserta didik untuk menghayati dan mendapatkan proses penalaran dan menggunakan bukti dalam penyelesaian keadaan yang meragukan.

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam mem-berikan penjelasan yakni: (a) Penjelasan dapat diberikan di awal, tengah atau akhir jam pertemuan tergantung keperluan, (b) Penjelasan dapat diselingi tanya jawab, (c) Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran, (d) Penjelasan dapat di-berikan apabila ada pertanyaan dari peserta didik atau diren-canakan pendidik, (e) Materi penjelasan harus bermakna bagi peserta didik, (f) Penjelasan harus sesuai dengan latar belakang dan kemampuan peserta didik.

Komponen-komponen dalam keterampilan menjelaskan meliputi :

1. Merencanakan penjelasan.

Yang harus diperhatikan dalam merencanakan penjelasan adalah isi pesan dan penerima pesan.

2. Menyajikan penjelasan

a. Kejelasan : kejelasan tujuan, bahasa dan proses penjelas-an.

b. Penggunaan contoh dan ilustrasi : untuk mempermudah peserta didik dalam menerima penjelasan.

c. Penekanan : pemberian variasi dalam gaya mengajar dengan maksud agar peserta didik tidak merasa bosan dalam menerima materi pembelajaran.

d. Pengorganisasian: memberikan ikhtisar butir-butir ter-penting dari materi pembelajaran.

e. Balikan: untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik.

5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran

Yang dimaksud membuka pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian peserta didik agar terpusat

Page 98: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

98

pada hal-hal yang akan dipelajari. Sedangkan yang dimaksud menutup pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan pendidik untuk mengakhiri kegiatan inti pembelajaran.

Tujuan kegiatan membuka dan menutup pembelajaran antara lain:

1) Menimbulkan perhatian dan motivasi peserta didik terhadap tugas-tugas yang akan dihadapi.

2) Peserta didik tahu batas-batas tugas yang akan dikerjakan.

3) Peserta didik mengetahui pendekatan-pendekatan yang akan digunakan dalam memperlajari bagian-bagian pem-belajaran.

4) Peserta didik mengetahui hubungan antara pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.

5) Peserta didik mengetahui tingkat keberhasilannya dalam pembelajaran.

Prinsip-prinsip penggunaannya :

a. Kebermaknaan

Dalam usaha menarik perhatian peserta didik, pendidik harus memilih cara yang relevan dengan isi dan tujuan pembelajaran.

b. Berurutan dan berkesinambungan

Aktivitas yang ditempuh pendidik dalam mengenalkan dan merangkum kembali pokok-pokok penting pembelajaran hendaknya merupakan bagian yang utuh (secara totalitas)

Komponen-komponen keterampilan membuka dan menutup pembelajaran.

1) Membuka pembelajaran

a) Menarik perhatian peserta didik antara lain : gaya mengajar pendidik, penggunaan alat-alat bantu mengajar, dan pola interaksi yang bervariasi.

b) Menimbulkan motivasi, dengan cara : pendidik ber-sikap ramah, menunjukkan kehangatan dan antusias, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide-

Page 99: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

99

ide yang bertentangan, serta memperhatikan minat peserta didik.

c) Memberikan acuan, artinya usaha mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan peserta didik memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan dipelajari.

Cara yang ditempuh dengan: mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-lang-kah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas dan mengajukan perta-nyaan.

d) Membuat kaitan, adalah menghubungkan hal-hal yang telah dikenal peserta didik dengan pengalam-an-pengalaman peserta didik terdahulu.

Usaha yang dilakukan pendidik : membuat kaitan an-tara aspek-aspek yang relevan dari mata pembelajar-an yang dikenal peserta didik, membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui peserta didik, menjelaskan konsepnya ter-lebih dahulu baru kemudian uraian secara terinci.

2) Menutup Pembelajaran

Beberapa cara yang dilakukan pendidik yakni :

a) Meninjau kembali dengan cara merangkum inti pem-belajaran dan membuat ringkasan.

b) Mengevaluasi dengan berbagai banyak evaluasi, misalnya mendemonstrasikan keterampilan, meng-aplikasikan ide baru pada situasi lain, mengekspresi-kan pendapat peserta didik sendiri dan memberikan soal-soal tertulis.

6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Secara umum diskusi adalah kegiatan yang dilakukan di dalam dunia politik, sosial, budaya dan sebagainya yang biasa-nya mempunyai syarat-syarat tertentu misalnya :

Page 100: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

100

a. Melibatkan kelompok yang terdiri minimal 3 orang.

b. Berlangsung dalam interaksi tatap muka yang informal yang berarti semua anggota harus dapat melihat, mendengar serta berkomunikasi secara bebas dan langsung.

c. Mempunyai tujuan yang dicapai dengan kerja sama antar anggota kelompok.

d. Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis menuju suatu kesimpulan.

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengana tujuan berbagai pengalaman atau informasi, mengambil keputusan, atau memecahkan suatu masalah (Panduan Micro Teaching FKIP, 1986 : 105).

Pengertian di atas berlaku untuk diskusi dalam kelompok kecil yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar. Dan diskusi kelompok kecil ini dapat diterapkan untuk semua bidang studi, dan hal ini perlu dilakukannya karena dengan diskusi dapat diperoleh keuntungan sebagai berikut : (1) Peserta didik dapat berbagai informasi dalam menjelajahi gagasan baru atau memecahkan suatu masalah, (2) Dapat meningakatkan pema-haman atas masalah-masalah penting, (3) Peserta didik dapat mengembangkan kemampuan untuk berpikir dan berkomuni-kasi, (3) Dapat meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, dan (4) Dapat membina semangat kerja sama yang sehat dan bertanggungjawab.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik agar diskusi dapat berjalan baik antara lain: a). Diskusi hendaknya berlangsung dalam iklim terbuka, kehangatan, keantusiasan, kesediaan menerima dan mengahargai pendapat orang lain, b). Diskusi yang efektif haruslah didahului oleh perencanaan dan persiapan yang matang.

Perencanaan meliputi :

1) Pemilihan topik atau masalah.

2) Pereancanaan dan penyiapan bahan-bahan pengait.

3) Penyiapan diri sebaik-baiknya sebagai pemimpin diskusi.

Page 101: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

101

4) Penetapan besarnya kelompok.

5) Pengaturan tempat duduk yang menyenangkan.

Komponen keterampilan dalam membimbing diskusi kelompok yakni :

1) Pemusatan perhatian

Hal ini dapat dikerjakan dengan cara :

a) Merumuskan tujuan.

b) menyatakan masalah-masalah yang spesifik dan menegas-kan kembali jika terjadi penyimpangan.

c) Menandai dengan cermat pembicaraan yang tidak relevan yang menyimpang dari tujuan diskusi.

d) Membuat rangkuman sementara.

2) Memperjelas permasalahan, dengan cara :

a) Merangkum ide-ide peserta didik;

b) Melacak komentar peserta didik;

c) Menguraikan atau memperluas pandangan peserta didik dengan cara memberikan informasi tambahan.

3) Menganalisis pandangan peserta didik.

4) Meningkatkan pola pikir peserta didik.

5) Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang peserta didik.

a) Memberikan contoh-contoh verbal/nonverbal.

b) Menghangatkan dan memancing suasana dengan meng-ajukan pertanyaan yang mengundang perbedaan pen-dapat.

c) Memberikan dukungan terhadap urunan pendapat pe-serta didik.

6) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dengan cara :

a) Memberikan pertanyaan langsung kepada peserta didik yang kurang berparatisipasi.

b) Mencegah kegaduhan.

Page 102: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

102

c) Mencegah peserta didik yang suka memonopoli pembi-caraan.

d) Mendorong peserta didik untuk memberi komentar ter-hadap pendapat teman.

7) Menutup diskusi :

a) Membuat rangkuman secara jelas dan singkat tentang butir-butir yang penting.

b) Memberitahukan langkah tindak lanjut hasil diskusi.

c) Mengajak peserta didik menilai hasil dan proses diskusi.

Agar diskusi dapat berlangsung dengan baik, maka hal-hal berikut ini hendaknya dihindari yakni:

1) Menyelenggarakan diskusi dengan topik yang tidak sesuai dengan minat dan latar belakang peserta didik.

2) Mendominasi diskusi.

3) Membiarkan peserta didik tertentu menonopoli diskusi.

4) Membiarkan penyimpangan dalam pembicaraan.

5) Tergesa-gesa meminta respons peserta didik/mengisi waktu dengan terus berbicara, sehingga peserta didik tak sempat berfikir.

6) Tidak memperjelas atau mendukung urunan pikiran.

7) Membiarkan peserta didik enggan berpartisipasi.

8) Mengabaikan kesempatan bagi peserta didik untuk memper-jelas, mempertajam, serta memperluas sumbangan pikiran mereka dengan pertanyaan melacak.

9) Gagal mengakhiri diskusi secara efektif.

7. Keterampilan Mengelola Kelas

Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan pendidik untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial (J.J. Hasibuan dan Moedjijono, 1986 : 82).

Page 103: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

103

Penggunaan komponen keterampilan mengelola kelas mempunyai tujuan sebagai berikut :

a. Tujuan untuk peserta didik

1) Mendorong peserta didik mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya.

2) Membantu peserta didik mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan memahami bahwa teguran pendidik merupakan suatu peringatan, dan bukan ke-marahan.

3) Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang sesuai dengan aktivitas.

b. Tujuan untuk pendidik

1) Mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah-langkah pembelajaran secara tepat dan baik.

2) Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan peserta didik dan mengembngkan kompetisinya di dalam memberikan pengarahan yang jelas pada peserta didik.

3) Memberi respon secara efektif terhadap tingkah laku peserta didik yang menimbulkan gangguan-gangguan kecil atau ringan serta memahami dan menguasai perangkat kemungkinan strategi yang didapat digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku peserta didik yang berlebihan.

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melak-sanakan keterampilan mengelola kelas adalah :

a) Kehangatan dan keatusiasan.

b) Penggunaan bahan-bahan yang menantang akan meningkat-kan gairah belajar peserta didik.

c) Perlu dipertimbangkan pengguaan variasi media, gaya meng-ajar, dan pola interaksi.

d) Diperlukan keluwesan tingkah laku pendidik dalam meng-ubah strategi mengajarnya untuk mencegah gangguan-gang-guan yang timbul.

Page 104: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

104

e) Penekanan hal-hal positif dan menghindari pemusatan per-hatian peserta didik pada hal-hal negatif.

f) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan disiplin diri sendiri dengan cara memberi contoh dalam perbuatan pendi-dik sehari-hari.

Komponen keterampilan mengelola kelas pada dasarnya dikelompokkan menjadi 2 bagian yakni.

1) Keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.

a) Menunjukkan sikap tanggap

b) Membagi perhatian

c) Memusatkan perhatian kelompok

d) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas

e) Menegur

f) Memberi penguatan.

2) Keterampilan yang berkaitan dengan mengembalikan kondisi belajar yang optimal

Strategi yang dapat dilakukan pendidik yakni :

a) Memodivikasi tingkah laku

(1) merinci tingkah laku

(2) memilih norma yang realistis

(3) bekerja sama dengan rekan atau konselor

(4) memilih tingkah laku yang akan diperbaiki

(5) memvariasikan pola penguatan .

b) Pengelolaan kelompok

(1) memperlancar tugas

(2) memelihara kegiatan kelompok.

c) Menemukan dan memecahkan tingkah laku, yang menim-bulkan masalah

(1) pengabaian yang direncanakan

Page 105: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

105

(2) campur tangan dengan isyarat

(3) mengawasi dari dekat

(4) mengawasi perasaan yang mendasari terjadinya, suatu perbuatan yang negatif

(5) mengungkapkan perasaan peserta didik

(6) memindahkan masalah yang bersifat mengganggu

(7) menyusun kembali rencana belajar

(8) menghilangkan ketegangan dengan humor

(9) memindahkan penyebab gangguan

(10) pengekangan fisik

(11) pengasingan.

8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Pendidik kelompok kecil dan perorangan diartikan sebagai perbuatan pendidik dalam konteks belajar mengajar yang hanya melayani 3-8 peserta didik, dan perorangan (individual). Pada dasarnya bentuk pendidikan ini dapat dikerjakan dengan mem-bagi kelas dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.

Dalam pendidikan kelompok kecil dan perorangan, pendi-dik jangan berperan. Peran tersebut antara lain sebagai:

a. Organisator.

b. Sumber informasi.

c. Pendorong bagi peserta didik untuk belajar.

d. Orang yang mendiagnosa kesulitan peserta didik dan mem-berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

e. Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi peserta didik.

f. Peserta kegiatan yang mempunyai hak dan kewajiban seperti peserta didik lainya, ini berarti pendidik ikut menyumbang-kan pendapatnya untuk memecahkan masalah atau mencari kesepakatan bersama sebagaimana peserta didik melakukan-nya.

Page 106: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

106

Komponen yang perlu dikuasai pendidik dalam pendidikan kelompok kecil dan perorangan yakni :

a. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi

1) menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap ke-butuhan peserta didik;

2) memberikan respon positif terhadap pikiran peserta didik;

3) membangun hubungan saling mempercayai;

4) menunjukkan kesiapan untuk membantu peserta didik tanpa kecenderungan mengambil alih atau mendominasi tugas peserta didi;

5) mendengarkan secara simpati;

6) menerima perasaan peserta didik dengan penuh penger-tian dan keterbukaan;

7) berusaha mengendalikan situasi sehingga peserta didik merasa aman, merasa membantu, serta merasa me-nemukan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.

b. Keterampilan mengorganisasi

1. Memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas atau masalah yang akan dipecahkan secara jelas.

2. Memfasilitasi kegiatan yang mencakup penetapan rumusan kerja, peralatan, cara kerja aturan dan waktu.

3. Membentuk kelompok yang tepat pada berbagai tugas dan kebutuhan peserta didik.

4. Mengkoordinasikan kegiatan dengan cara melihat ke-majuan serta penggunaan materi dan sumber sehingga dapat memberikan bantuan dengan tepat.

5. Membagi-bagi perhatian kepada berbagi tugas dan kebutuhan peserta didik sehingga pendidik siap datang membantu siapa saja yang memerlukannya.

6. Mengakhiri kegiatan dengan suatu kuminasi yang dapat berupa laporan hasil dan simpulan dari kegiatan.

c. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar

Page 107: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

107

1. Memberikan penguatan.

2. Mengembangkan supervisi proses awal, yang dikerjakan dengan tujuan melihat apakah peserta didik sudah bekerja sesuai dengan arah, memberi bantuan jika di-perlukan dan sebagainya.

3. Mengadakan supervisi proses lanjut:

- memberikan bimbingan tambahan;

- melibatkan diri sebagai peserta untuk memotivasi peserta didik;

- memimpin diskusi;

- sebagai katalisator.

4. Mengadakan supervisi pemanduan.

d. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

1) membantu peserta didik menetapkan tujuan pembe-lajaran;

2) merencanakan kegiatan belajar bersama peserta didik;

3) berperan sebagai penasihat;

4) membantu menilai pencapaian dan kemajuan sendiri.

B. Metode Mengajar

Metode mengajar adalah kumpulan dari prinsip-prinsip yang tersusun untuk melaksanakan proses mengajar dan belajar, ter-utama menyangkut cara-cara menyajikan sesuatu bahan pembe-lajaran pada situasi dengan langkah-langkah yang teratur untuk mencapai suatu tujuan. Ia dilakukan secara sadar dengan meng-gunakan berbagai pengetahuan sistematis untuk keadan yang berbeda.

Secara umum metode mengajar dibedakan menurut golong-an, peserta didik, yakni individu, kelompok, dan massa. Metode pendidikan yang banyak dikenal umum adalah pendidikan untuk kelompok dengan metode ceramah dan kuliah.

Page 108: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

108

Berikut ini diberikan beberapa penjelasan mengenai metode mengajar sebagai berikut:

1. Metode Ceramah / Kuliah

Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pem-belajaran secara lisan di depan kelas/kelompok.

Cara ini dipandang sebagai cara yang ekonomis dan efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian.

Kelemahannya adalah :

a. kurang berdaya hasil untuk peningkatan pikiran;

b. kurang memadai untuk mencapai tujuan-tujuan dalam mengubah sikap peserta didik;

c. peserta didik cenderung pasif;

d. kurang cocok untuk pembentukan keterampilan;

e. cenderung menetapkan pendidik sebagai otoritas.

Metode ceramah baik dilakukan untuk:

a. menyampaikan informasi;

b. apabila bahan ceramah langka;

c. kalau organisasi sajian harus disesuaikan dengan sifat penerima;

d. apabila perlu membangkitkan minat;

e. kalau bahan cukup diingat sebentar;

f. untuk memberi pengantar atau petunjuk bagai format lain.

2. Metode Tanya Jawab

Untuk mengurangi kebosanan dan rasa ngantuk yang ter-jadi pada diri peserta didik dalam ceramah/kuiah, maka pendidik harus menciptakan kehidupan interaksi belajar mengajar ter-sebut yakni dengan teknik tanya jawab (dialog). Tanya jawab dapat terjadi dari murid kepada pendidik atau sebaliknya. Teknik ini dilakukan untuk memberi motivasi pada peserta didik agar bangkit pemikirannya untuk bertanya selama mendengarkan

Page 109: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

109

pembelajaran jika ada hal-hal yang belum jelas. Di samping itu tanya jawab mempunyai tujuan sebagai pengukur sampai sejauh mana pembelajaran itu dimengerti oleh peserta didik, juga diharapkan peserta didik mampu menjelaskan langkah-langkah berpikir atau proses yang ditempuh dalam memecahkan masalah.

Metode tanya jawab memang mempunyai kelebihan tetapi kelemahannya pun juga ada ialah kelancaran jalannya pembelajaran agak terlambat karena diseling dengan tanya jawab. Jawaban peserta didik belum tentu semua benar, bahkan menyimpang dari persoalan karena itu pendidik harus memerlu-kan waktu untuk meluruskan persoalan atau memberikan jawaban yang benar.

3. Metode Diskusi

Diskusi adalah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah.

Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pem-belajaran dimana pendidik memberi kesempatan kepada para peserta didik (kelompok-kelompok peserta didik) untuk meng-adakan perbincangan ilmiah guna mengumpulan pendapat, membuat simpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah (Hasibuan dan Moedjiono, 1986: 20). Di samping itu tujuan diskusi adalah untuk mendapatkan konsensus bersama mengenai simpulan dan saran pemecahan tentang persoalan yang dibahas.

Untuk melakukan diskusi ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan antara lain:

a. Tentukan sasaran, arah/tujuan dan hasil yang akan dicapai;

b. Jelaskan topik yang akan didiskusikan;

c. Pertimbangkan kebutuhan pokok, meliputi kepemilikan latar belakang pengetahuan masalah dan konplik apa yang mungkin terjadi;

Page 110: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

110

d. Persiapan garis besar, meliputi aspek yang perlu didiskusikan, waktu, pengantar dan sasaran diskusi;

e. Lain-lain misalnya lay out peralatan.

Adapun cara menghimpun diskusi dapat dilakukan sebagai berikut.

a. Memulai dengan memperhatikan ketepatan waktu dan penciptaan suasana yang baik;

b. Berikan pengarahan, misalnya apa sasaran diskusi, jelaskan topik dan prosedur batas waktu;

c. Memimpin diskusi meliputi:

1) Partisipasi anggota kelompok;

2) Kendalikan monopoli bicara;

3) Usahakan semua peserta bicara;

4) Hal yang tidak relevan diperhatikan;

5) Masalah pribadi tidak perlu disinggung;

6) Usahan diskusi dapat berjalan lancar;

7) Jangan menyimpang dari sasaran.

Dilihat dari sifat kegiatannya diskusi dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Whole group.

Whole group yang ideal apabila jumlah anggota tidak melebihi 15 orang, namun jika di dalam pembelajaran terdapat lebih dari 15 siswa, maka dapat dilakukan diskusi. Hal ini dapat dikatakan bahwa kelas merupakan satu kelompok diskusi.

b. Controlled discussion, jika proses kegiatannya dirancangkan dan diarahkan secara tegas oleh pendidik.

c. Buzz discussion, suatu cara agar jika diskusi dilakukan oleh 2-6 orang dengan secara informal, waktu pendek dan di dalam di tengah-tengah pembelajaran.

d. Case discussion suatu cara pembahasan terhadap problema yang nyata guna dianalisis secara terperinci, dengan mem-berikan saran pemecahan/keputusan.

Page 111: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

111

e. Focus group discussion, situasi belajar yang ditimbulkan dengan tema dan arahnya dilakukan oleh perserta didik yang bersangkutan adapun kedududkan seorang pendidik sebagai pengamat saja.

f. Brainstorming (sumbangsaran), suatu diskusi intensif, hal ini dilakukan secara bebas dan spontan, untuk memerlukan ide pemecahan terhadap problema tanpa kritisasi.

Cara ini dimaksudkan untuk menelorkan ide baru (kreati-vitas) pemecahan problema dan pembuatan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam brainstorming: (1) anggota diminta menyumbangkan pemikiran alternatif; (2) kegiatan ini harus melukiskan proses kelompok tentang pemecahan masalah yang kreatif; (3) aturan-aturan yang berlaku misalnya tidak dilaksanakan kritik/sanggahan ter-hadap pendapat yang diajukan, berlaku kebebasan tak ter-hambat artinya semakin ekstrim justru semakin baik dan diusahakan penemuan pemikiran baru, serta dikehendaki kuantitas makin besar jumlah pemikiran makin besar kemungkinan ditemukan alternatif.

g. Metode sindikat suatu pendidikan/pengkajian kelompok di dalam kelas terdiri dari antar 6 orang anggota bekerja dengan areal problema yang sama sebagai tugasnya (dari pendidik/pelatih) dan menuliskan laporan bersama untuk mendapatkan penilaian laporan bersama serta mendapat penilaian kritis dari seluruh anggota kelas.

h. Informal debate, kelas dibagi 2 tim yang jumlahnya se-imbang. Masalah didiskusikan, diperdebatkan tanpa mem-perhatikan peraturan diskusi formal. Bahan yang diper-debatkan biasanya yang bersifat problematis

i. Fish bowl. Diskusi yang dipimpin oleh seorang ketua, cara pengaturan kursi dibuat setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi, kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi.

j. Colloquium (kolokium)

Kolokium biasanya dilakukan oleh para mahasiswa dari jurusan exacta. Dalam kolokium seseorang atau beberapa orang manusia sebagai nara sumber yang siap menjawab pertanyaan dari audience.

Page 112: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

112

k. Panel

Diskusi dari kelompok kecil biasanya antara 3-6 orang, duduk dalam posisi semi melingkar dan dipimpin oleh seorang moderator. Dan yang duduk sebagai panelis adalah orang yang ahli dalam bidangnya. Secara fisik panel dapat dilakukan secara langsung dengan audience, tetapi dapat juga secara tidak langsung misalnya panel dalam TV. Panel yang murni audience tidak ikut dalam diskusi.

Usaha yang harus dipersiapkan agar diskusi panel dapat berjalan lancar dan efektif adalah:

1) Harus menentukan garis besar pokok persoalan yang akan dibahas.

2) Menentukan siapa-siapa panelisnya.

3) Masalahnya harus aktual, sehingga masih hangat dan menarik minat untuk didengarkan.

4) Panelis harus mencakup berbagai ahli yang berpenga-laman dibidangnya, mereka harus mampu pula ber-bicara dan menggunakan bahasa dengan lancar dan baik.

5) Panelis harus sudah mengetahui dan menguasai pokok-pokok persoalan yang dibicarakan terlebih dahulu.

6) Moderator harus dipilih dari orang-orang yang cekatan dalam sikap dan perbuatan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan waktu melaksanakan diskusi panel yakni :

1) Para panelis dipimpin oleh moderator.

2) Moderator bertugas memperkenalkan masing-masing panelis dan mengemukakan persoalan yang akan dibahas memimpin jalannya diskusi, serta menyimpul-kan hasil pembicaraan, tidak perlu mencapai keptuusan atau kesatuan pendapat.

3) Moderator tidak perlu memberi kesempatan kepada audience untuk mengajukan pertanyaan, terkecuali dalam keadaan yang khusus.

Page 113: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

113

4) Masalah yang ditentukan harus aktual dan relevan dengan tujuan pendidikan kelompok massa tertentu.

Dalam melaksanakan diskusi panel kadang berjalan tidak sesuai dengan harapan misalnya persoalan yang dibahas tidak aktual, pembahasan hanya dari satu sudut pandang dan sebagainya, karena itu diskusi panel mempunyai kele-mahan antara lain :

1) Mudah tersesat.

2) Memungkinkan panelis berbicara terlalu banyak.

3) Tidak memungkinkan semua peserta mengambil bagian.

4) Cenderung menjadi serial pidato pendek.

5) Memerlukan moderator yang terampil dan sebagainya.

Namun perlu diketahui bahwa diskusi panel jelas mempu-nyai kelebihan antara lain :

1) Pendengar dapat mengikuti dan mengamati proses serta perkembangan berpikir para panelis jadi tidak semata-mata menerima apa saja yang didengar.

2) Mengemukakan pandangan yang berbeda-beda.

3) Mendapatkan hasil kesimpulan.

4) Dapat merangsang pemikiran masal dalam waktu singkat.

5) Perbedaan pendapat para panelis merangsang pula para pendengar untuk menimbulkan masalah baru.

l. Simposium

Teknik ini menyerupai panel, tetapi sifatnya lebih formal. Masing-masing pembicara diberi kesempatan mem-bacakan makalahnya di depan audience kurang lebih selama 20 menit. Pendengar diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan atau pertanyaan. Moderator dalam hal ini tidak seaktif dalam panel, ia hanya mengkoordinir pembicaraan saja. Bahasan dan sanggahan yang muncul telah dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.

Page 114: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

114

Tujuan penggunaan teknik simposium ialah untuk me-rangsang daya pikir manusia dalam kelompok besar, agar mau turut berpartisipasi untuk memecahkan atau mem-bahas suatu masalah, dalam waktu yang relatif singkat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode simpo-sium adalah sebagai berikut :

1) Menentukan persoalan yang akan dibahas bersama.

2) Menentukan pemrasaran dan penyanggah-penyang-gahnya.

3) Masalah yang akan dibahas sebaiknya diumumkan/ dipublikasikan terlebih dahulu.

4) Membentuk tim yang akan bertindak lebih lanjut dalam menyimpulkan hasil simposium.

5) Masalah yang sudah ditentukan dalam persiapan di-bahas dari titik tolak yang berbeda-beda atau menentu-kan sejumlah aspek terlebih dahulu kemudian masing-masing aspek disoroti tersendiri.

6) Perlu ada pembahasan/sanggahan utama.

7) Pendengar diberi kesempatan untuk mengajukan pan-dangan/pertanyaan setelah pembahas utama selesai.

8) Modearator yang bertugas meneruskan sanggahan, pan-dangan umum serta pernyataan seluruh peserta.

9) Tim yang dibentuk harus mampu bertugas menampung, mengesahkan dan menyebarluaskan hasil simposium.

Meskipun dalam siposium kadang-kadang mengalami kesulitan misalnya sukarnya menemukan pemrasaran/ pe-nyanggah yang mampu memberi bahasan/sanggahan secara ringkas namun metode simposium ini tetap mempunyai kelebihan antara lain :

1) organisasinya sangat sederhana;

2) adanya persiapan pemrasaran, sehingga pembahasan lebih terarah;

3) dapat membahas hal-hal aktual;

Page 115: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

115

4) memberi kesempatan kepada pendengar untuk berpar-tisipasi secara aktif.

m. Musyawarah Kerja

Yang dimaksud dengan musyawarah kerja ialah ada-nya pertemuan khusus yang dihadapi oleh orang-orang yang bergerak atau mempunyai profesi dalam bidang kerja yang sama.

Tujuan yang akan dicapai dari musyawarah kerja adalah sebagai berikut:

1) Agar ada peningkatan kompetensi profesional.

2) Agar mereka mempunyai kesempatan untuk saling tukar pengetahuan dan pengalaman demi peningkatan kuali-tas dan kelancaran kerja.

3) Untuk mengatasi kebutuhan darurat yang dianggap perlu.

a) Dapat meningkatkan kualitas dalam bidangnya.

b) Meningkatkan kompetensi profesional.

c) Memberi kesempatan untuk berkomunikasi se-hingga menjamin kelancaran kerja.

d) Dapat mengatasi kebutuhan-kebutuhan khusus.

Kesulitan dalam pelaksanaan musyawarah kerja yakni :

1) Sukar menentukan waktu dan tempat yang sesuai de-ngan permintaan peserta.

2) Biaya cukup besar.

Langkah-langkah yang perlu dipersiapkan agar musyawarah kerja dapat berhasil secara efektif yakni :

a) Fase persiapan

- Membentuk panitia.

- Pemberitahuan kepada peserta jauh sebelumnya.

- Peserta diminta memasukkan persoalan-persoalan yang dianggap perlu.

Page 116: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

116

- Panitia mengumpulkan, mengklasifikasi persoalan dan perlu mengadakan jenis pembahasan dan pengelompokan peserta.

- Menetapkan nara sumber.

b) Fase pelaksanaan

- Penjelasan umum dan pengarahan.

- Membentuk kelompok.

- Setiap kelompok dibentuk pimpinan dan penasehat ahli /narasumber.

- Perlu mencantumkan acara panel, demonstrasi, ceramah dan sebagainya.

- Hasil perumusan akhir pada sidang pleno.

c) Fase evaluasi

- Apakah perlu ada tindak lanjut dari hasil perumusan.

- Apakah hasil perumusan telah memenuhi tujuan yang akan dicapai.

n. Seminar

Seminar adalah teknik diskusi atau kegiatan pemba-hasan yang bersifat ilmiah tentang hal-hal yang bertalian dengan kehidupan sehari-hari.

Tujuan seminar adalah agar memperoleh pedoman-pedoman atau pemecahan masalah secara ilmiah.

Kelebihan pelaksanaan seminar adalah :

1) Kegiatan seminar terorganisasi dengan baik, ada panitia penyelenggara, perumus.

2) Ada pemrasaran dan pembahas serta kertas kerja.

Hambatannya :

1) Biaya besar

2) Sukar menentukan peserta yang sungguh-sungguh ber-kualitas.

Page 117: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

117

3) Sukar menentukan waktu yang sesuai dengan perminta-an peserta.

4) Dalam pembahasan sering berlarut-larut sehingga wktu perumusan tersita mengakibatkan hasil perumusannya kurang mantap.

Agar pelaksanaan seminar dapat berjalan lebih efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Fase Persiapan

- Perlu merumuskan tujuan yang jelas.

- Perlu menetapkan/menyusun bahan untuk seminar.

- Perlu menetapkan pemrasaran dan pembahasan utama.

- Membentuk panitia penyelenggara dan panitia perumus.

- Menyiapkan jadwal acara.

- Memberitahukan peserta seminar jauh sebelumnya.

2) Fase Pelaksanaan

- Penjelasan umum mengenai pokok acara seminar dan ketentuan-ketentuannya.

- Seminar diawali dengan pengantar yang tepat, pan-dangan umum oleh seorang pakar sebagai peletak dasar pemikiran.

- Mengelompokkan peserta.

- Perumusan akhir oleh wakil-wakil kelompok ber-sama panitia perumus, kemudian disahkan oleh peserta dalam sidang pleno.

3) Fase Evaluasi

- Hasil perumusan apakah saudah sesuai dengan tujuan.

- Dari hasil perumusan, apakah perlu ada tidak lanjut?

4. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah suatu metode mengajar, cara pelaksanaannya yakni membagi peserta didik dalam satu

Page 118: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

118

kelas menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 5 atau 7 peserta didik mereka bekerja bersama dalam memecah-kan masalah atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pendidikan.

Adapun pengelompokan tersebut didasarkan pada :

a. Adanya alat pembelajaran yang tidak mencukupi

b. Kemampuan belajar peserta didik

c. Minat khusus

d. Memperbesar partisipasi peserta didik

e. Pembagian tugas atau pekerjaan

f. Kerjasama yang efektif.

5. Metode Pemberian Tugas

Metode kerja kelompok adalah suatu metode mengajar, cara pelaksanaannya yakni peserta didik dalam satu kelas menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 5 atau 7 peserta didik, mereka bersama dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pendidikan :

Adapun pengelompokan tersebut didasarkan, pada :

a. Adanya alat pembelajaran yang tidak mencukupi

b. Kemampuan belajar peserta didik

c. Minat khusus

d. Memperbesar partisipasi peserta didik

e. Pembagian tugas atau pekerjaan

f. Kerja sama yang efektif.

Keuntungan dari kerja kelompok antara lain :

1) Dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya dan membahas suatu masalah.

2) Dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus/masalah.

3) Para peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran mereka dan aktif berpartisipasi dalam diskusi.

Page 119: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

119

4) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengem-bangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi teman-nya.

Tetapi, metode ini pun mempunyai kelemahan antara lain :

a. Kerja kelompok sering-sering hanya melibatkan kepada peserta didik yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang.

b. Kemampuan peserta didik dalam memimpin kelompok sangat menentukan keberhasilan kerja kelompok.

c. Kerja kelompok, menuntut pengaturan tempat duduk dan gaya mengajar pendidik yang berbeda pula.

6. Metode Pemberian Tugas

Suatu cara pengajaran dengan pemberian tugas kepada peserta didik dalam bentuk: membuat ikhtisar bacaan, me-ngerjakan pemecahan suatu masalah, menjawab soal-soal dalam buku kegiatan, guntingan koran (kliping), membuat sesuatu, mengadakan observasi terhadap sesuatu dan dapat juga me-lakukan eksperimen.

Teknik pemberian tugas dengan biasanya digunakan dengan tujuan agar peserta didik memiliki hasil belajar yang mantap, karena peserta didik melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas.

7. Metode Eksperimen

Yang dimaksud metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana peserta didik melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampai-kan ke kelas dan dievaluasi oleh pendidik.

Biasanya metode eksperimen ini lebih banyak dilakukan oleh peserta didik/mahasiswa dalam bidang teknik, eksakta, kedokteran, namun dalam bidang sosial pun hal ini juga dilaku-kannya : misalnya dalam bidang seni rupa, metode eksperimen ini sangat diperlukannya.

Page 120: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

120

Tujuan metode eksperimen ini adalah agar peserta didik mampu mencari dan menemukan sendiri berbagi jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan per-cobaan sendiri.

Agar metode eksperimen dapat digunakan secara efisien dan efektif, pelaksana perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Peserta didik harus melaksanakan percobaan.

b. Pemakaian alat dan bahan percobaan harus baik dan bersih.

c. Peserta didik perlu memiliki ketelitian, konsentrasi, dan waktu yang cukup.

d. Peserta didik dalam bereksperimen masih belajar dan ber-latih maka perlu petunjuk yang jelas.

e. Perlu diberi pengertian bahwa semua masalah tidak mesti dapat dieksperimenkan.

Keuntungan metode eksperimen antara lain :

a. Melatih peserta didik dalam menggunakan metode ilmiah setiap menghadapi masalah, sehingga ia tidak cepat percaya jika ada pembuktian.

b. Di samping memperoleh ilmu pengetahuan, dengan eksperi-men dapat menemukan pengalaman praktis serta peng-alaman dalam menggunakan alat-alat percobaan.

c. Peserta didik dapat membuktikan sendiri kebenaran sesuatu teori.

8. Metode Demonstrasi

Metode demontrasi hampir sama dengan metode ekspe-rimen. Dalam metode demontrasi, anak tidak melakukan per-cobaan melainkan hanya melihat apa saja yang dikerjakan (peragaan) oleh pendidik. Jadi demontrasi adalah cara mengajar dimana pendidik menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses, misalnya bagaimana cara mengafdruk film hitam putih, dan tindak lanjut dari metode ini peserta didik akan mendalami pro-ses yang disampaikan setelah itu ia akan mencobanya sendiri.

Teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar peserta didik mampu memahami tentang cara memproses sesuatu alat misal-

Page 121: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

121

nya dari pengadaan bahan sampai pemakaian alat afdruk dalam fotografi.

Keuntungan teknik demontrasi ialah :

a. Perhatian peserta didik lebih terpusat.

b. Dapat membetulkan kesalahan-kesalahan materi pada waktu disampaikan melalui ceramah.

c. Memberi motivasi yang besar kepada peserta didik untuk belajar.

d. Peserta didik lebih berpartisipasi aktif.

e. Dapat memperoleh pengalaman langsung

f. Dapat mengembangkan kecakapannya.

Kelemahannya :

a. Jika alatnya kecil tidak dapat terlibat oleh peserta didik se kelas.

b. Jika waktu yang tersedia sedikit, biasanya demonstrasi ber-langsung secara bertahap.

9. Metode Simulasi

Simulasi (bahasa Inggris simulation, artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja). Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih men-dalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Jadi simulasi sebagai metode mengajar adalah suatu cara pendidikan menuju kepada situasi yang sesungguhnya, bagian-bagian penting diduplikasikan dengan bentuk permainan atau problema.

Tujuan simulasi adalah :

a. Untuk melatih keterampilan tertentu, baik bersifat professi-onal maupun bagi kehidupan sehari-hari.

b. Untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip.

c. Untuk latihan memecahkan masalah.

Page 122: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

122

Dilihat dari pelaksanaannya simulasi ada beberapa bentuk yakni: peer-teaching, sosiodrama, psikodrama, simulasi game dan role playing.

Simulasi baik sekali digunakan dalam proses belajar meng-ajar karena:

a. Menyenangkan peserta didik.

b. Menggalakkan pendidik untuk mengembangkan kreativitas peserta didik.

c. Kemungkinan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya.

d. Mengurangi hal-hal yang verbalistis atau abstrak.

e. Tidak memerlukan pengarahan yang pelik dan mendalam.

f. menimbulkan interaksi antar peserta didik.

g. Menimbulkan respon yang positif dari peserta didik yang lamban.

h. Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.

Walaupun metode ini banyak kelebihannya, namun masih juga punya kelemahan yakni :

a. Tidak efektif karena dalam kegiatan ini menampung semua pendapat sehingga membutuhkan waktu untuk membuat simpulan pendapat;

b. Terlalu mahal biayanya;

c. Hasilnya masih diragukan;

d. Memerlukan ruang /gedung yang memadai;

e. Menghendaki banyak imajinasi dari pendidik maupun peserta didik;

f. Menimbulkan hubungan informasi antara pendidik dan peserta didik melebihi batas;

g. Sering mendapat kritik dari orang tua karena dianggap permainan saja.

10. Metode Karya Wisata

Metode karya wisata atau sekarang lazim disebut studi tour, adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak

Page 123: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

123

peserta didik ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari/menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik semen, pantai, art gallery, seniman, museum dan sebagainya.

Tujuan karya wisata adalah :

a. Peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya.

b. Dapat turut menghayati tugas pekerjaan orang lain.

c. Dengan tanya jawab kepada orang lain, dimungkinkan peserta didik dapat memecahkan persoalan yang dihadapi-nya.

Agar karya wisata dapat dilaksanakan secara efektif, maka ada beberapa yang harus diperhatikan yakni :

a. Masa persiapan pendidik perlu menetapkan :

a. Perumusan tujuan instruksional yang jelas

b. Pertimbangan pemilihan judul teknik ini

c. Mempersiapkan surat-surat ijin

d. Menghubungi pimpinan objek yang akan dikunjungi

e. Penyusunan perencanaan yang masak, membagi tugas dan sarana, mengirim utusan dan sebagainya.

b. Masa pelaksanaan karya wisata :

a. Pimpinan rombongan mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan ini.

b. Memenuhi tata tertib

c. Mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi

d. Memberi petunjuk/tugas.

c. Masa kembali dari karya wisata :

a. Diskusi mengenai hasil kunjungan

b. Menyusun laporan paper atau kesimpulan dari hasil yang diperoleh.

Dari keterangan di atas, maka karya wisata mempunyai kelebihan antara lain :

a. Peserta didik dapat berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas di lokasi, hal ini tidak mungkin dilaksanakan di bangku sekolah.

Page 124: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

124

b. Peserta didik dapat melihat langsung kegiatan para petugas di lokasi, dan ini merupakan tambahan pengalaman bagi mereka.

c. Peserta didik dapat melakukan Tanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka me-nemukan bukti kebenaran teorinya.

d. Dengan objek yang ditinjau, peserta didik dapat memper-oleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.

Walaupun karya wisata banyak kelebihannya, namun yang perlu kita perhatikan adalah :

a. Pelaksanaan karya wisata sangat memerlukan biaya yang cukup.

b. Membutuhkan waktu yang cukup pula.

c. Keamanan dan kesehatan peserta didik dalam bepergian perlu dijaga sebaik mungkin.

11. Metode Kerja Lapangan

Yang dimaksud dengan metode kerja lapangan ialah cara mengajar dengan jalan mengajak peserta didik ke suatu tempat di luar sekolah, yang bertujuan tidak sekedar observasi saja melainkan berpartisipasi aktif di lapangan, agar peserta didik dapat menghayati sendiri serta mengadakan penyelidikan serta bekerja sendiri di dalam pekerjaan yang ada di masyarakat. Bagi mahasiswa, Kuliah Kerja Nyata, Kerja Profesi, Kuliah Kerja Lapangan termasuk kegiatan ini.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kerja lapangan pada prinsipnya sama dengan teknik karya wisata yakni :

a. Masalah waktu harus disediakan yang cukup

b. Pembiayaan

c. Menghubungi terlebih dahulu tempat yang dijadikan sebagai latihan

d. Perlu disediakan trainer, pelatih, pendidik yang ahli

Page 125: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

125

Agar kerja lapangan dapat berhasil guna dan berdaya guna, maka perlu memperhatikan langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Merumuskan tujuan latihan kerja secara jelas.

b. Pendidik perlu menghubungi terlebih dahulu ke lokasi (minta ijin) sekaligus observasi pendahuluan.

c. Memberi tugas dalam kelompok.

d. Pendidik mendampingi selama peserta didik kerja lapangan.

12. Metode Modul

Pendidikan dengan sistem modul adalah suatu cara pendi-dikan dengan penyusunan satu unit program belajar terkecil, terperinci menggariskan sebagai berikut :

a. Tujuan instruksional umum yang akan ditunjang pencapaian-nya.

b. Ada topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar.

c. Tujuan instruksional khusus yang akan dicapai peserta didik.

d. Materi pembelajaran.

e. Kedudukan modul dalam kesatuan program yang lebih luas.

f. Peranan pendidik dalam PBM.

g. Alat dan sumber yang akan dipakai.

h. Kegiatan belajar yang harus dilakukan, dan dihayati peserta didik secara berurutan.

i. Lembaran kerja (buku kegiatan).

j. Program penilaian yang akan dilakukan selama PBM.

Tugas dari Modul ini adalah :

a. Agar memungkinkan peningkatan secara maksimal PBM.

b. Kegiatan belajar terpusat pada peserta didik.

c. Maju berkelanjutan secara efektif. Penggarapan secara optimal kegiatan individual peserta didik.

Esensi metode modul sebenarnya peserta didik dapat belajar sendiri, pendidik mendampinginya, namun kenyataannya

Page 126: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

126

masi hada kelemahannya yakni pendidik masih tetap menerang-kannya di depan kelas.

13. Metode Apresiasi

Khusus di bidang kesenian, metode ini sangat diperlukan. Sebagai contoh dalam pendidikan seni rupa, apresiasi perlu di-lakukan peserta didik/mahasiswa mengingat apresiasi di dalam-nya melibatkan pengamatan, penghargaan/penilaian terhadap hasil karya. Kegiatan ini tidak dapat dipisahkan dengan proses penciptaan sebuah karya. Artinya peserta didik/mahasiswa me-nyampaikan pesan yang berupa karya seni kepada orang lain. Sedangkan orang lain diharapkan dapat memberi umpan balik kepada pencipta yang berupa masukan yang dapat meningkat-kan hasil karyanya selanjutnya.

Penilaian terhadap suatu karya dapat berupa kritik atau komentar. Oleh karena kegiatan memberi komentar ini dilaku-kan secara langsung (diucapkan) maka kegiatan ini mempunyai tujuan dan manfaat yakni melatih peserta didik (pencipta) untuk berbicara begitu pula teman-temannya dalam memberi komen-tar, dan melatih peserta didik (pencipta) untuk mempertang-gungjawabkan hasil karyanya.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melaksana-kan apresiasi karya:

a. Pendidik memberi penjelasan secara umum yang ber-hubungan dengan apresiasi.

b. Peserta didik yang mendapat giliran maju ke depan sambil mempersiapkan/menunjukkan karyanya dimuka teman-temannya, dilanjutkan pertanggungjawaban karya yakni menyampaikan konsep karyanya secara lisan.

c. Peserta didik yang lain menyanggah pemberi komentar atau menyampaikan pertanyaan.

d. Peserta didik penyaji menjelaskan, menjawab pertanyaan.

e. Peran pendidik di sini tidak aktif, ia dapat jadi duduk di samping/belakang, baru setelah kegiatan itu selesai pendidik memberikan penjelasan yang sifatnya meluruskan/menyim-pulkan pembicaraan.

Page 127: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

127

Keuntungan kegiatan apresiasi ialah :

a. Melatih peserta didik berbicara dan mempertanggung-jawabkan hasil karyanya.

b. Dari hasil sanggahan/komentar dari temannya dapat dijadi-kan masukan demi peningkatan kualitas karyanya.

c. Peserta didik terlibat aktif.

Hambatan yang paling mendasar adalah pengadaan waktu. Sebab kegiatan ini memakan waktu yang cukup lama, jika waktu yang tersedia kurang memenuhi syarat maka penyampai-an atau tanggapan peserta didik dalam kegiatan ini akan ter-batas dan terlihat yang berarti mengurangi kualitas pembicara-an. Oleh karena waktu tatap muka dalam pembelajaran lebih banyak tersita untuk kegiatan ini, akibatnya tatap muka untuk berkreasi bersama di dalam kelas berkurang pada hal ini juga sama pentingnya.

Untuk mengakhiri pembahasan mengenai metode instruk-sional yang telah dijelaskan di atas, ada baiknya dapat pula di-simak pada metode instruksional yang dipaparkan oleh Atwi Suparman (1991: 149-20) yakni; (1) metode ceramah (lecture), metode demonstrasi, (3) metode penampilan, (4) metode dis-kusi, (5) metode studi mandiri, (6) metode kegiatan instruksional terprogram, (7) metode latihan dengan teman, (8) metode simu-lasi, (9) metode sumbang pendapat atau sumbangsaran (brain-storming), (10) metode studi kasus, (11) metode Computer Assisted Learning (CAL), (12) metode insiden, (13) metode prak-tikum, (14) metode proyek, (15) metode bermain peran, (16) metode seminar, (17) metode simposium, (18) metode tutorial, (19) metode deduktif, dan (20) metode deduktif.

Page 128: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

128

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Arief S. Sadiman, et al., 1986. Media Pendidikan. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.

______________. 2000. Paradigma Baru Pengemasan Pendidikan yang Demokratis Ditinjau dari Aspek Kebijakan. Makalah. Malang: Pascasarjana UNM.

Atwi Suparman. 1991. Desain Instruksional. Jakarta: Depdikbud Dirjen DIKTI Proyek Pengembangan Pusat Fasilitas Bersama Antar Universitas.

Benny Agus Pribadi dan Dewi Padmo Putri, 2001. Ragam Media Dalam Pembelajaran. Jakarta: Pusat Antar Universitas Untuk Pening-katan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Dirjen Dikti Depdiknas.

Dahlan, MD. 1990. Model-Model Mengajar (Beberapa Alternatif Inter-aksi Belajar Mengajar). Bandung: CV Diponegoro.

Darwis A. Sulaiman dkk. 1979. Pengantar Kepada Teori dan Praktik Pendidikan, Semarang: IKIP Semarang Press.

Deppen. 1996. Petunjuk Teknis Keterampilan Jupen. Jakarta: Departe-men Penerangan RI.

DePorter Bobbi & Hernacki Mike. 2001. Quantum Learning Membiasa-kan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Terjemahan oleh Alwiyah Abdurrahman. Bandung: Kaifa.

DePorter Bobbi, Reardon Mark, Singer Sarah-Nourie. 2000. Quantum Teaching Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Terjemahan oleh Ary Nilandari. Bandung: Kaifa.

Driscoll Marcy P. 1994. Psychology of Learning for Instruction. Boston: A Division of Paramount Publishing, lnc.

Dientje Borman Rumampuk, 1988. Media Instruksional IPS, Jakarta: Depdikbud Dirjen PT. Proyek Pengembangan LPTK.

Edy Tri Sulistyo, 2003. Penerapan Konstruktivistik dalam Pembelajaran Seni Lukis sebagai Usaha Meningkatkan Kreativitas Anak. Tesis. Pascasarjana Program studi Teknologi Pendidikan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Page 129: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

129

Gredler Margaret E. Bell. 1991. Belajar dan Membelajarkan Terjemahan oleh Munandir. Jakarta: CV Rajawali bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas di Universitas Terbuka.

Hasibuan, J. J. dan Moedjiana, 1986. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit Remaja Karya.

Henich, Molenda, Russell. 1982. Instructional Media and The New Technologies of Instruction. Canada: Printed in the United States of America.

Joyce Bruce, Weil Marsha. 1980. Model of Teaching (second edition). Englewood Cliffs: Prentice-Hall Englewood Cliffs.

La. Sulo, S. L. et al, 1983. Pendidikan Mikro, Jakarta: Depdikbud Dirjen PT. Proyek Pengembangan LPTK.

Mapes, James J. 2003. Quantum Leap Thinking. Terj. Basuki Heri Winarno. Surabaya: Ikon Teralitera.

Modul : Program Akta Mengajar V B.

Panduan Micro Teaching Unit PPL 1986. Surakarta: FKIP UNS.

Pedoman Program Pengalaman Lapangan. 1987. Surakarta: FKIP – UNS Unit PPL UNS.

Roestiyah NK dan Yumiati Suharto, 1985. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara

Soediatmo, 1980. Teknik Penyajian Materi. Semarang: BP7.

Sri Anitah, 2007. Media Pembelajaran. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Pendidik (PLPG). Surakarta: Panitia Sertifikasi Pendidik Rayon 13.

Sugiyanto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Pendidik (PLPG). Surakarta: Panitia Sertifikasi Pendidik Rayon 13.

Tisno Hadisubroto dan Siti Ida Herawati. 2002. Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Winarno Surakhmad, 1982. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar. Bandung: Penerbit Tarsito.

Page 130: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

130

Page 131: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

131

LAMPIRAN

Page 132: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

132

Page 133: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

133

Lampiran 1

LEMBAR PENILAIAN

LATIHAN / UJIAN PRAKTIK MENGAJAR *)

Nama :

No. Mahasiswa :

Program / Jurusan :

Sekolah Latihan :

Hari/Tanggal Latihan/Ujian :

Pokok Bahasan :

Sub Pokok Bahasan :

ASPEK / KEMAMPUAN YANG DINILAI SKOR SKOR

A. RENCANA PENDIDIKAN

1. MERENCANAKAN PENGORGANISASIAN BAHAN PEN-DIDIKAN

1.1. Menggunakan bahan pendi-dikan yang tercantum dalam kurikulum sekolah

1.2. Menyusun bahan pendidikan dengan berbagai jenjang ke-mampuan

1

1

2

2

3

3

4

4

5

5

Rata-rata

2. MERENCANAKAN PENGELOLAAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

2.1. Merumuskan tujuan instruk-sional

2.2. Menentukan metode meng-ajar

2.3. Menentukan langkah-lang-kah mengajar

1

1

1

2

2

2

3

3

3

4

4

4

5

5

5

Page 134: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

134

2.4. Menentukan cara memoti-vasi peserta didik

2.5. Menentukan bentuk perta-nyaan

1

1

2

2

3

3

4

4

5

5

Rata-rata

3. MERENCANAKAN PENGELOLAAN KELAS

3.1. Menentukan macam-macam pengaturan tempat duduk dan penataan ruang sesuai dengan tujuan instruksional

3.2. Menentukan alokasi waktu belajar mengajar

3.3. Menentukan cara mengorga-nisasian peserta didik agar berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar

1

1

1

2

2

2

3

3

3

4

4

4

5

5

5

Rata-rata

4. MERENCANAKAN PENGGUNAAN MEDIA DAN SUMBER PENDIDIKAN

4.1. Menentukan media pendi-dikan

4.2. Menentukan sumber pendi-dikan

1

1

2

2

3

3

4

4

5

5

Rata-rata

5. MERENCANAKAN PENILAIAN PRES-TASI PESERTA DIDIK UNTUK KEPEN-TINGAN PENDIDIKAN

5.1. Menentukan bermacam-ma-cam bentuk prosedur penilai-an

5.2. Membuat alat penilaian

1

1

2

2

3

3

4

4

5

5

Rata-rata

Page 135: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

135

B. PROSEDUR MENGAJAR

1. PENGGUNAAN METODE, MEDIA DAN BAHAN LATIHAN YANG SESUAI DENGAN PENDIDIKAN

1.1. Menggunakan metode meng-ajar yang sesuai dengan tu-juan, peserta didik lingkung-an dan perubahan situasi

1.2. Menggunakan peralatan pendidikan dan alat Bantu lainnya yang sesuai dengan tujuan

1.3. Menggunakan dengan tepat bahan latihan pendidikan yang sesuai dengan tujuan

1

1

1

2

2

2

3

3

3

4

4

4

5

5

5

Rata-rata

2. BERKOMUNIKASI DENGAN PE-SERTA DIDIK

2.1. Memberi petunjuk dan pen-jelasan yang berkaitan de-ngan isi pendidikan

2.2. Mengklasifikasi petunjuk dan penjelasan apabila peserta didik salah mengerti

2.3. Menggunakan respon dan pertanyaan peserta didik da-lam pendidikan

2.4. Menggunakan expresi lisan atau tertulis yang dapat di-tangkap peserta didik

2.5. Menutup pembelajaran

1

1

1

1

1

2

2

2

2

2

3

3

3

3

3

4

4

4

4

4

5

5

5

5

5

Rata-rata

Page 136: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

136

3. MENDEMONSTRASIKAN KHASA-NAH METODE MENGAJAR

3.1. Mengimplementasikan kegiatan belajar dalam urut-an yang logis

3.2. Mendemonstrasikan kemampuan mengajar de-ngan menggunakan berbagai metode

3.3. Mendemonstrasikan kemam-puan mengajar secara indi-vidu maupun kelompok

1

1

1

2

2

2

3

3

3

4

4

4

5

5

5

Rata-rata

4. MENDORONG DAN MENGGALAK-KAN KETERLIBATAN PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN

4.1. Menggunakan prosedur yang melibatkan peserta didik pada awal pendidikan

4.2. memberikan kesempatan ke-pada peserta didik untuk berpartisipasi

4.3. Memelihara keterlibatan pe-serta didik dalam pendidikan

4.4. Menguatkan upaya peserta didik untuk memelihara ke-terlibatan

1

1

1

1

2

2

2

2

3

3

3

3

4

4

4

4

5

5

5

5

Rata-rata

5. MENDEMONSTRASIKAN PENGUA-SAAN MATA PEMBELAJARAN DAN RELEVANSINYA

5.1. Membantu peserta didik me-ngenal maksud dan penting-nya topik

1

2

3

4

5

Page 137: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

137

5.2. Mendemonstrasikan pengua-saan pengetahuan dalam mata pembelajaran

1 2 3 4 5

Rata-rata

6. PENGORGANISASIAN WAKTU, RUANG, BAHAN. DAN PERLENG-KAPAN PENDIDIKAN

6.1. Melaksanakan tugas-tugas rutin

6.2. Menggunakan waktu pendi-dikan peserta didik secara efisien

6.3. Menyediakan lingkungan yang menarik dan teratur

1

1

1

2

2

2

3

3

3

4

4

4

5

5

5

Rata-rata

7. MELAKSANAKAN EVALUASI PEN-CAPAIAN PESERTA DIDIK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

7.1. Melakukan penilaian selama proses belajar mengajar ber-langsung

7.2. Mendemonstrasikan pelak-sanaan penilaian baik dengan lisan, tertulis maupun de-ngan pengamatan

7.3. Menafsirkan hasil penilaian dalam proses belajar meng-ajar yang telah dilaksanakan

1

1

1

2

2

2

3

3

3

4

4

4

5

5

5

Rata-rata

JUMLAH PM

C. HUBUNGAN ANTAR PRIBADI

1. MEMBANTU PENGEMBANGAN SIKAP POSITIF PADA DIRI PESERTA DIDIK

Page 138: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

138

1.1. Membantu peserta didik me-ngenal kelebihan dan keku-rangan diri

1.2. Membantu peserta didik me-numbuhkan kepercayaan pada diri sendiri

1.3. Membantu memperjelas fikiran dan perasaan peserta didik

1.4. Membantu peserta didik agar mampu mengambil ke-putusan yang sesuai baginya

1

1

1

1

2

2

2

2

3

3

3

3

4

4

4

4

5

5

5

5

Rata-rata

2. BERSKAP TERBUKA DAN LUWES TERHADAP PESERTA DIDIK ATAU ORANG LAIN

2.1. Menunjukkan, sikap terbuka terhadapat pendapat peserta didik dan orang lain

2.2. Menunjukkan sikap luwes baik si dalam maupun di luar kelas

2.3. Menerima peserta didik se-bagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keku-rangan

2.4. Menunjukkan sikap simpati dan sensitif terhadap perasa-an dan kesukaran peserta didik

2.5. Menunjukkan sikap ramah, penuh pengertian dan sabar baik kepada peserta didik maupun orang lain

1

1

1

1

1

2

2

2

2

2

3

3

3

3

3

4

4

4

4

4

5

5

5

5

5

Rata-rata

Page 139: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

139

3. MENUNJUKKAN KEGAIRAHAN DAN KESUNGGUHAN DALAM KBM DALAM MATA PEMBELAJARAN YANG DIAJARKAN

3.1. Menunjukkan kegaiahan da-lam mengajar

3.2. Merangsang minat peserta didik untuk belajar

3.3. Memberikan kesan kepada peserta didik bahwa dia me-nguasai apa yang diajarkan dan cara mengajarnya

1

1

1

2

2

2

3

3

3

4

4

4

5

5

5

Rata-rata

4. MENGELOLA INTERAKSI PERILAKU DALAM KELAS

4.1. Mengembangkan hubungan antar pribadi yang sehat dan serasi.

4.2. Memberikan tuntunan agar interaksi antar peserta didik serta antar gru dan peserta didik terpelihara dengan baik

4.3. Menangani perilaku peserta didik yang diinginkan.

1

1

1

2

2

2

3

3

3

4

4

4

5

5

5

Rata-rata

JUMLAH HAP

JUMLAH SKOR = RP + PM + HAP = ……….

Surakarta, ……….

*) coret salah Satu Penilai.

Pendidik Pamong/Dosen Pembimbing *)

( ……………………………………)

Page 140: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

140

Lampiran 2

CONTOH KERANGKA

BENTUK LAPORAN HASIL OBSERVASI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR

Dalam Bab ini perlu dikemukakan :

- Tujuan observasi dalam rangkaian Program Pengalaman Lapangan.

- Di sekolah mana praktikan berlatih.

- Kapan dilaksanakan dan sampai berapa lama dilaksanakan.

- Serta ucapan terima kasih kepada Kepala Sekolah serta para pendidik yang telah memberikan bimbingan.

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL (JIKA ADA)

DAFTAR GAMBAR (JIKA ADA)

BAB I. KEADAAN SEKOLAH PADA UMUMNYA

Hal-hal yang perlu dilaporkan antara lain :

A. Denah gedung sekolah, susunan ruangan-ruangan yang ada.

B. Struktur organisasi sekolah, susunan personalia, Kepala Sekolah, pendidik-pendidik serta pelaksana administrasi.

C. Jumlah murid tiap kelas.

D. Alat-alat pembelajaran yang tersedia.

E. Perpustakaan sekolah.

F. Koperasi (apabila ada).

G. Keadaan lingkungan belajar murid.

H. OSIS

I. Latar belakang para peserta didik pada umumnya.

J. Apakah dalam melaksanakan administrasi ada pembagian tugas.

Page 141: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

141

K. Bagaimana hasil ujian akhir sekolah tersebut (EBTA)

L. Apakah ada BP3 di sekolah tersebut.

M. Bagaimana kerjasama dengan sekolah, adakah pertemuan rutine.

N. Adakah usaha-usaha konkrit dari BP3

O. Bagaimanakah, keterampilan-keterampilan dilaksanakan.

BAB II KEADAAN KELAS YANG DIOBSERVASI

Laporan tentang kelas yang diobservasi antara lain :

A. Denah tempat duduk anak di kelas yang diobservasi.

B. Kesan umum tentang kelas tersebut, (aktif, pasif, cepat, lambat) dalam menerima pembelajaran murid-murid yang menarik per-hatian saudara karena kelebihan/kekurangan yang aa padanya.

C. Bagaimanakah hubungan antara murid-murid sekolah., anatar kelas tersebut dengan kelas yang lain.

D. Perlatan khusus kelas yang diobservasi.

E. Kalau mungkin ada kekhususan kelas tersebut yang perlu dilapor-kan.

BAB III HASIL MODEL LES DAN OBSERVASI TEMAN YANG MENGAJAR

A. Model les dari pendidik

1. Cara mempersiapkan program pendidikan/pembuatan Satuan Pembelajaran di sekolah tersebut.

2. Dalam pendidikan yang dilaksanakan pendidik/pelaksanaan mengajar.

3. Sikap pendidik di depan kelas.

4. Cara menggunakan media, baik klasikal maupun individual.

5. Pelaksanaan evaluasi.

6. Cara memberikan bimbingan khusus bagi anak-anak yang kurang.

B. Observasi teman yang mengajar

Page 142: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

142

(1) Persiapan tertulis.

(2) Pelaksanaan pendidikan (termasuk penguasaan bahan)

(3) Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi.

(4) Hubungan pendidik dengan murid.

(5) Aktivitas kelas.

(6) Disiplin / Ketertiban.

(7) Pelaksanaan evaluasi.

BAB IV PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI SEKOLAH

A. Adakah ruangan khusus/kantor tata usaha.

B. Personalia yang melaksanakan tugas tersebut (adakah petugas khusus, jumlahnya berapa dengan pembagian tugas masing-masing).

C. Sejauh manakah/dalam hal-hal pendidik dilibatkan pada pelaksana-an administrasi.

D. Pelaksanaan surat-menyurat/agenda, surat menyurat keluar, bagai-manakah peraturannya.

E. Pemasukan hasil belajar ke dalam report, adakah legger (daftar nilai kelas).

F. Seberapa jauh kelengkapan administrasi yang dimiliki sekolah.

G. Pendaftaran murid baru, bagaimana caranya, jumlah penerima tiap tahun, syarat-syarat khusus, adakah laporan yang diarsipkan dari tahun ke tahun.

H. Demikian pula hasil EBTA maupun kenaikan kelas yang semuanya ini sebagai data statistik sekolah.

I. Dan lain-lain yang dirasa perlu untuk dilaporkan.

PENUTUP (Kesan umum tentang observasi sebagai bekal untuk pelak-sanaan Program Pengalaman Lapangan).

Page 143: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

143

Lampiran 3

CONTOH PEMAKAIAN MEDIA

a. Media Komputer yang digunakan pada salah satu Pembelajaran di Sekolah Dasar

b. Media Organ/keyboard untuk pembelajaran seni musik di Sekolah Dasar.

Page 144: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

144

c. Media rekam untuk pembelajaran menggunakan alat kamera video.

d. Media rekam untuk pembelajaran melalui alat rekam kecil (hand recorder)

Page 145: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

145

Lampiran 4

INSTRUMEN

UJIAN PRAKTIK MENGAJAR (PEER TEACHING)

IDENTITAS PESERTA

1. Nama (lengkap dengan gelar akademik)

:

2. Nomor Peserta :

3. NIP/NIK :

4. Jenis Kelamin :

5. Tempat, tanggal lahir :

6. Pendidikan terakhir :

7. Sekolah tempat tugas :

8. Nomor Statistik Sekolah :

9. Mata Pelajaran :

LEMBAR PENILAIAN

Petunjuk

Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara melingkari angka pada kolom skor (1, 2, 3, 4) sesuai dengan kriteria berikut:

1 = sangat tidak baik

2 = tidak baik

3 = baik

4 = sangat baik

Page 146: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

146

No. INDIKATOR / ASPEK YANG DIAMATI SKOR

I. PEMBELAJARAN

1. Memeriksa kesiapan siswa 1 2 3 4

2. Melakukan apersepsi 1 2 3 4

II. KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

A. Penguasaan materi pelajaran

3. Menunjukkan penguasaan materi pembelajar-an

1 2 3 4

4. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan

1 2 3 4

5. Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar

1 2 3 4

6. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 1 2 3 4

B. Pendekatan/strategi pembelajaran

7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai

1 2 3 4

8. Melaksanakan pembelajaran secara runtut 1 2 3 4

9. Menguasai kelas 1 2 3 4

10. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual

1 2 3 4

11. Melaksanakan pembelajaran yang memung-kinkan timbulnya kebiasaan positif

1 2 3 4

12. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan

1 2 3 4

C. Pemanfaatan sumber belajar/media pembe-lajaran

13. Menggunakan media secara efektif dan efisien 1 2 3 4

14. Menghasilkan pesan yang menarik 1 2 3 4

15. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 1 2 3 4

D. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

16. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran

1 2 3 4

17. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa

1 2 3 4

18. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar

1 2 3 4

Page 147: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

147

E. Penilaian proses dan hasil belajar

19. Memantau kemajuan belajar selama proses 1 2 3 4

20. Melakkan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)

1 2 3 4

F. Penggunaan bahasa

21. Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar

1 2 3 4

22. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai

1 2 3 4

III. PENUTUP

23. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa

1 2 3 4

24. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberi-kan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagia remidi/pengayaan.

1 2 3 4

Total Skor ......................

100

96

x

SkorTotalAkhirSkor .......................

Penilai,

( ................................................)

NIP/NIK

--ooo--

Page 148: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

148

Lampiran 5

INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA PENDIDIK

(IPKG)

I. PRA PEMBELAJARAN

Indikator I.1 Kesiapan ruang, alat dan media pembelajaran.

Penjelasan Kesiapan ruang (misal keberadaaan, kebersihan, peruntukan/pengaturan perabot), alat pembe-lajaran (misal papan tulis, kapur /spidol), dan media (misal OHP, LCD dan kelengkapannya).

Indikator I.2 Memeriksa kesiapan siswa.

Penjelasan Kesiapan siswa,antara lain mencakup kehadiran, kerapian, ketertiban, perlengkapan pelajaran.

II. MEMBUKA PEMBELAJARAN

Indikator II.1 Melakukan kegiatan apersepsi.

Penjelasan Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman siswa atau pembelajaran sebelumnya (termasuk kemampuan prasyarat), mengajukan per-tanyaan menantang, menyampaikan manfaat materi pembelajaran, mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan materi pembelajaran.

Indikator II.2 Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan di-capai dan rencana kegiatan.

Penjelasan Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai de-ngan bahasa siswa, misalnya dengan mengatakan bahwa setelah pelajaran selesai siswa dapat menje-laskan faktor-faktor penyebab gempa bumi. Rencana kegiatan misalnya, kerja kelompok, dan melakukan observasi.

Page 149: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

149

III. KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

A. Penguasaan Materi Pelajaran

Indikator III.A.1 Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran.

Penjelasan Dilihat dari tingkat kebenaran dan keakuratan substansi (materi, isi) pembelajaran yang dibahas.

Indikator III.A.2 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan.

Penjelasan Menghubungkan materi dengan yang disampaikan dengan bidang studi lain yang relevan. Misalnya, mengaitkan bahasa Indonesia dengan aritmatika (operasi bilangan) dengan IPS (transaksi ekonomi).

Indikator III.A.3 Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan peserta didik.

Penjelasan Realita kehidupan antara lain mencakup mata pen-caharian penduduk, keadaan geografi, adat istiadat, dan kondisi realitas-realitas kehidupan peserta didik lainnya.

B. Strategi/pendekatan pembelajaran

Indikator III.B.1 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompe-tensi (tujuan) yang akan dicapai.

Penjelasan Pembelajaran sesuai dengan jenis kompetensi (tujuan). Misalnya, kegiatan untuk penguasaan pengetahuan adalah ceramah dan diskusi, kegiatan untuk penguasaan keterampilan adalah berlatih, dan untuk penguasaan sikap/nilai adalah berpikir siswa.

Indikator III.B.2 Melaksanakan pembelajaran secara runtut.

Penjelasan Metode dan meteri dipaparkan secara sistematis, memperhatikan prasyarat, dan kemampuan ber-pikir siswa.

Indikator III.B.3 Menguasai kelas.

Penjelasan Pendidik dapat mengendalikan pembelajaran, per-hatian siswa terfokus pada pelajaran, disiplin kelas terpelihara.

Page 150: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

150

Indikator III.B.4 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat konteks-tual.

Penjelasan - Kontekstual merujuk pada tuntutan situasi dan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.

- Pendidik mengupayakan agar materi pelajaran dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa memiliki manfaat (nilai fungsional) dalam kehi-dupan sehari-hari.

Indikator III.B.5 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect).

Penjelasan Kebiasaan positif antara lain dapat berbentuk kerja sama, tanggung jawab, disiplin, berpikir kritis.

Indikator III.B.6 Melaksanakan pembelajaan sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.

Penjelasan Pendidik memulai dan mengakhiri pelajaran tahap-tahap pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu.

Indikator III.B.7 Melatih keterampilan berbahasa/bersastra secara terpadu.

Penjelasan Sekurang-kurangnya untuk satu materi ada dua keterampilan yang dipadukan, misalnya mende-ngarkan dengan menulis, membaca dengan me-nulis, dan sebagainya.

Indikator III.B.8 Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bernalar.

Penjelasan Memicu siswa agar lebih mau dan suka berbicara (bertanya, berkomentar, menanggapi, dan sebagai-nya) dan agar ujaran siswa dikemukakan secara logis, misalnya melalui pertanyaan pancingan, membimbing, atau menuntun.

Indikator III.B.9 Memupuk kegemaran membaca/bersastra.

Penjelasan Menunjukkan pentingnya membaca/bersastra, menunjukkan sumber-sumber bacaan/buku-buku sastra, emberikan tugas membaca karya fiksi/ nonfiksi.

Page 151: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

151

C. Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran

Indikator III.C.1 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar /media pembelajaran.

Penjelasan 1. Terampil memanfaatkan lingkungan dan sumber belajar lainnya secara efektif dan efisien (men-capai target dan sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan).

2. Terampil mengoperasikan media pembelajaran, misal: mengoperasikan dengan benar dan lancar media OHP, tape recorder, chart, peta atau LCD.

Indikator III.C.2 Menghasilkan pesan yang menarik.

Penjelasan Media yang digunakan berhasil memusatkan per-hatian siswa sehingga pesan dapat ditangkap dengan jelas.

Indikator III.C.3 Melibatkan siswa dalam pembuatan dan peman-faatan sumber belajar/media pembelajaran.

Penjelasan Siswa dilibatkan dalam kegiatan pembuatan dan/ atau pemanfaatan sumber belajar/media pembe-lajaran, yang autentik, termasuk sumber belajar yang tersedia di perpustakaan misalnya siswa mem-buat, memodifikasi, mendemonstrasikan, dan menggunakan media.

D. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

Indikator III.D.1 Memfasilitasi terjadinya partisipasi aktif siswa melalui interaksi pendidik, siswa, sumber belajar.

Penjelasan Melakukan kegiatan yang memancing keaktifan siswa baik secara mental, emosional, maupun fisik dengan pendidik, teman maupun sumber belajar. Misalnya, membuka kesempatan untuk diskusi kelompok, meminta siswa lain untuk menanggapi pendapat teman atau mengondisikan siswa me-manipulasi sumber (objek) belajar secara langsung.

Page 152: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

152

Indikator III.D.2 Memfasilitasi terjadinya partisipasi siswa.

Penjelasan Misalnya memberi pujian, meminta siswa lian untuk menanggapi pendapat teman, dan mengajukan pertanyaan pelacak (probing)

Indikator III.D.3 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa.

Penjelasan Menghargai pendapat siswa, mengakui kebenaran pendapat siswa, mengakui keterbatasan diri.

Indikator III.D.4 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kon-dusif.

Penjelasan Menunjukkan sikap ramah, luwes, sopan, hangat, menghargai pendapat dan keragaman budaya (multikultur).

Indikator III.D.5 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar.

Penjelasan Siswa tampak senang dan bersemangat mengikuti pembelajaran.

E. Penilaian proses dan hasil belajar

Indikator III.E.1 Memantau kemajuan belajar.

Penjelasan Mengajukan pertanyaan/tugas terkait kom-petensi yang akan dicapai selama proses pembelajaran, termasuk asesmen autentik.

Indikator III.E.2 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompe-tensi.

Penjelasan Mengajukan pertanyaan/tugas terkait kompetensi yang dicapai pada akhir pembelajaran, termasuk asesmen autentik.

F. Penggunaan bahasa

Indikator III.F.1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar.

Penjelasan Bahasa lisan mudah dipahami dan tidak menimbul-kan penafsiran ganda/salah tafsir.

Page 153: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

153

Indikator III.F.2 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.

Penjelasan Struktur kalimat, frasa, kosakata, dan ejaan dalam bahasa tulis yang terdapat di papan tulis, di media, di LKS baik dan benar.

Indikator III.F.3 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai.

Penjelasan Ekspresi wajah, intonasi suara, gerakan tubuh sesuai dengan pesan yang disampaikan dan menarik.

IV. PENUTUP

Indikator IV.1 Melakukan refleksi dan/atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa.

Penjelasan - Mengajak siswa untuk mengingat kembali hal-hal penting yang terjadi dalam kegiatan yang sudah berlangsung, misal dengan mengajukan pertanyaan tentang proses, materi, dan kejadi-an lainnya.

- Memfasilitasi siswa dalam membuat rangkum-an, misalnya dengan mengajukan pertanyaan penuntut agar siswa dapat merumuskan rang-kuman yang banar.

Indikator IV.2 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.

Penjelasan - Memberikan kegiatan/tugas khusus bagi siswa yang belum mencapai komptensi, misalnya dalam bentuk latihan dan atau bantuan belajar.

- Memberikan kegiatan/tugas khusus bagi siswa yang berkemampuan lebih, misalnya dalam bentuk latihan, dan atau bantuan belajar, misal-nya meminta siswa membimbing temannya (peer tutoring), memberikan tugas-tugas bacaan tambahan, dan download internet.

--ooo—

Page 154: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

154

Lampiran 6

CONTOH SEDERHANA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMP N 3 Trucuk

Kelas / Semester : VIII / Gasal

Mata Pelajaran : Seni Budaya / Seni Tari

Alokasi Waktu : 1 x 40 menit

Pendidik : Ernawati, S.Pd.

Standar Kompetensi : Mengapresiasikan karya seni tari

Kompetensi Dasar : Mengidenetifikasikan jenis karya seni tari tunggal daerah setempat.

Indikator : 1. Menjelaskan pengertian tari tunggal.

2. Menyebutkan jenis-jenis tari tunggal yang ada di Jawa Tengah.

3. Mendemonstrasikan salah satu bentuk tari tunggal yang ada di Jawa Tengah.

I. Tujuan Pembelajaran :

1. Siswa dapat menjelaskan pengertian seni tari tunggal.

2. Siswa dapat menyebutkan 5 nama tari tunggal yang ada di Jawa Tengah.

3. Siswa dapat menyebutkan 5 ragam gerak yang ada dalam tari Gambyong.

4. Siswa dapat memperagakan 2 ragam gerak yang ada dalam tari Gambyong.

II. Materi Pokok : Tari Tunggal Daerah Setempat.

III. Model/Metode Pembelajaran : Pendekatan CTL dan Life Skil,

Metode : Ceramah, Tanya jawab dan Demonstrasi /Peragaan.

Page 155: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

155

IV. Langkah-langkah Pembelajaran:

1. Pendahuluan

A. Persepsi

1) Mempersiapkan siswa untuk memulai suatu proses pembelajaran.

2) Memberikan pertanyaan kepada siswa tentang pelajar-an yang telah disampaikan sebelumnya untuk mem-buka wawasan.

2. Kegiatan Inti

a. Pendidik menerangkan tentang pengertian tari tunggal.

b. Pendidik menerangkan tentang contoh-contoh bentuk tari tunggal.

c. Pendidik menunjukkan beberapa foto/gambar tari kepada siswa dan siswa menyebutkan nama tari yang ada dalam foto tersebut.

d. Pendidik mendemonstrasikan gerak tari gambyong dan siswa menirukan.

3. Penutup

a. Pendidik melakukan tanya jawab.

b. Menanyakan kepada siswa tentang kesulitan selama pelajaran berlangsung.

c. Pendidik memberikan tugas rumah.

d. Salam

V. Alat, Media dan Sumber Belajar

Alat : Sampur

Media : - Foto-foto

- OHP

- Tape Recorder

- Kaset tari Gambyong (Lokananta : S. Ngaliman)

Page 156: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

156

Sumber belajar:

Margono, 2006. Apresiasi Seni Tari dan Seni Musik 2. Surakarta: Yudhistira.

Wahyuni dkk. 1996. Materi Kesenian Daerah. Solo: Setia Budi.

VI. Penilaian

a. Tes

Jenis Tes : Tertulis

Bentuk Instrumen : Uraian terbatas

b. Non Tes

Jenis Tagihan : Performance

Bentuk Instrumen : Penampilan diri saat Presentasi

c. Contoh Instrumen

1) Jelaskan pengertian tari tunggal

2) Sebutkan 5 contoh nama tari tunggal yang siswa ketahui

3) Sebutkan 3 contoh ragam gerak yang ada pada Gambyong

Penskoran:

- Soal nomor 1 jawaban benar skor 5

- Soal nomor 2 jawaban benar skor 5

- Soal nomor 3 jawaban benar skor 5

100 max

x

Skor

PerolehanSkorNA

Mengetahui Klaten, 26 Januari 2008

Kepala Sekolah Pendidik Mata Pelajaran

Drs. Sumarno, M.Hum Ernawati, S.Pd.

NIP. 131 792 526 NIP. 500160861

Page 157: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

157

Lampiran 7 :

CONTOH LENGKAP PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

SENI BUDAYA SMP: KREASI SENI

Standar Kompetensi :

Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa

Kompetensi Dasar :

Menggambar bentuk dengan objek karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat.Gb 27

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA

2011

Page 158: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

158

Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Allah swt., atas rahmat-Nya Pengembangan Perangkat Pembelajaran Seni Budaya Standar Kompetensi Apresiasi Seni Rupa ini dapat diwujudkan. Pengem-bangan Perangkat Pembelajaran ini dibuat dengan maksud agar dapat dijadikan sebagai contoh bagi peserta Program Pendidikan Profesi Guru (PPG), khususnya guru SMP.

Pengembangan Perangkat Pembelajaran ini diharapkan dapat dipakai sebagai referensi bagi guru untuk mengemas pembelajaran dalam rangka mengembangkan kognisi, afeksi peserta didik dan psikomotorik. Dalam RPP ini hasil belajar kognitif meliputi produk (content) dan proses (study skills dan learning strategies). Sementara itu hasil belajar afektif terdiri atas perilaku berkarakter dan keterampilan sosial. Dengan kata lain perangkat RPP ini merupakan contoh perangkat RPP yang melatihkan keterampilan belajar, keterampilan sosial, dan mengembangkan perilaku berkarakter.

Perangkat Pembelajaran ini terdiri (1) Silabus (2) RPP (3) LKS (4) Kunci LKS (5)Tabel Spesifikasi Lembar Penilaian (6) LP1 (7) Kunci LP1 (8) LP2 (9) Kunci LP2 (10) LP3: Format Pengamatan Perilaku Berkarakter (11) LP4: Format Keterampilan Sosial.

Dengan dikembangkannya Perangkat Pembelajaran ini di-harapkan bisa memberikan manfaat bagi guru dalam melak-sanakan pembelajaran di sekolah masing-masing sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada dan pada gilirannya akan memberi-kan kesempatann bagi para siswa untuk mengembangkan potensi dirinya melalui keterampilan belajar, keterampilan sosial, dan mewujudkan perilaku berkarakter.

Surakarta, Desember 2010

Penyusun

Page 159: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

159

Daftar Isi

Halaman Sampul ….…………………………………………..…………………

Kata Pengantar …………………………………………………………………

Daftar Isi ………………………………………………………………………….....

Silabus ………………………………………………………………………….....

RPP: Mengapresiasi Karya Seni Rupa ……………………………...........

LKS 1 : Memahami Konsep Seni Rupa Terapan ……………….........

Kunici LKS 1 : Memahami Konsep Seni Rupa Terapan ……..........

LKS 2 : Mendeskripsikan Ciri-ciri Seni Rupa Terapan Daerah Setempat

Kunci LKS 2 : Mendeskripsi Ciri-ciri Seni Rupa Terapan Daerah Setempat

Tabel Spesifikasi Lembar Penilaian ….………………………………………

LP1 : Memahami Konsep Seni Terapan Daerah Setempat ……….

Kunci LP1 : Memahami Konsep Seni Rupa Terapan Daerah Setempat

LP2 : Mendeskripsikan Ciri-ciri Seni Rupa Terapan Daerah Setempat …………………………………………………………………………………

Kunci LP2 : Mendeskripsi Ciri-ciri Seni Rupa Terapan Daerah Setempat …………………………………………………………………………………

LP3 : Format Pengamatan Perilaku Berkarakter ……………………..

LP4 : Format Pengamatan Keterampilan Sosial ……………………….

Page 160: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

160

SILABUS

Satuan Pendidikan : SMP/MTs

Mata Pelajaran : Seni Budaya (Seni Rupa)

Kelas / Semester : IX / Semester 1

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Standar Kompetensi : Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa

Kompetensi Dasar : Menggambar bentuk dengan objek karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat.

Materi Pokok Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran (Pengalaman Belajar Siswa)

Indikator Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar

1. Pengertian menggambar bentuk, dan prinsip-prin-sip gambar bentuk geo-metris (ku-bus, silindris) dan non geo-metris (tak beraturan).

2. Identifikasi benda-benda model de-ngan objek karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah se-tempat ben-tuk vas bu-nga dari ba-han tanah liat (gerabah) dan teko poci dari bahan tanah liat (keramik), tempat kem-bar mayang dari bahan kuningan dan

Guru memberi penjelasan materi ajar dan tugas, siswa men-dengarkan dan menger-jakan tugas.

Kognitif 1. Pengertian meng-

gambar bentuk, dan prinsip-prinsip gambar bentuk geometris (kubus, silindris) dan non geometris (tak beraturan).

2. Identifikasi benda-benda model de-ngan objek karya seni rupa terapan tiga dimensi dae-rah setempat ben-tuk vas bunga dari bahan tanah liat (gerabah) dan teko poci dari bahan tanah liat (keramik), tempat kembar mayang dari bahan kuning-an dan tempat air untuk siraman pe-ngantin dari tem-baga, topeng dan menongan dari bahan kayu. Langkah-langkah dalam menggambar

LP1:

1.Tes tulis: Jelaskan 1. Pengertian meng-

gambar bentuk, dan prinsip-prinsip gambar bentuk geometris (kubus, silindris) dan non geometris (tak beraturan).

2. Identifikasi benda-benda model de-ngan objek karya seni rupa terapan tiga dimensi dae-rah setempat ben-tuk vas bunga dari bahan tanah liat (gerabah) dan teko poci dari bahan tanah liat (kera-mik), tempat kem-bar mayang dari bahan kuningan dan tempat air untuk siraman pengantin dari tembaga, topeng dan menongan dari bahan kayu.

3. Langkah-langkah

2 x 40 menit

LKS 1 LKS 2

Page 161: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

161

tempat air untuk sira-man pengan-tin dari tem-baga, topeng dan meno-ngan dari ba-han kayu.

3. Langkah- langkah-langkah kerja menggambar bentuk (prak-tik) meliputi: sketsa awal, sketsa pari-purna, dan gambar ben-tuk paripur-na (penerap-an arsiran)

4. Praktik menggambar dengan mo-del vas bu-nga dari ba-han tanah liat (gerabah) dan teko poci dari bahan tanah liat (keramik), tempat kem-bar mayang dari bahan kuningan dan tempat air untuk sira-man pengan-tin dari tem-baga, topeng dan meno-ngan dari ba-han kayu.

bentuk geometris dan non geome-tris.

Proses 1. Identifikasi prin-

sip-prinsip meng-gambar bentuk geometris dan non geometris.

2. Identifikasi benda-benda model kar-ya seni rupa terap-an tiga dimensi daerah setempat bentuk vas bunga dan teko poci, tempat kembar mayang dan tempat air untuk siraman pengan-tin, topeng/meno-ngan.

Produk (content) 1. Pembuatan gam-

bar bentuk sesuai aspek bentuk, ka-rakter bahan ta-nah liat, tembaga/ kuningan, kayu, dan teknik pem-buatan arsir de-ngan pensil tiga dimensi.

2. Pembuatan gam-bar bentuk sesuai langkah-langkah kerja meliputi: sketsa awal, sket-sa paripurna, dan gambar bentuk paripurna (pene-rapan arsiran).

Afektif Perilaku Berkarakter 1. Argumentasi da-

lam berdiskusi ttg bentuk geometris dan non geome-tris, karakter ba-han (tanah liat, tembaga/kuning-an, kayu), teknik pembuatan dan

dalam menggam-bar bentuk geome-tris dan non geo-metris

LP2: Format Pengamatan Kepribadian (berani beragumentasi, menghargai karya gambar bentuk, tekun, cermat dan ulet). LP3: 2. Tes kinerja:

Gambarlah objek/ model yang ada di depan kelas Anda dengan langkah-langkah sebagai berikut: sketsa awal, sketsa pari-purna, dan gambar bentuk paripurna (penerapan arsir-an) dengan objek/ model vas bunga dan teko poci, tempat kembar mayang dan tem-pat air untuk sira-man pengantin, topeng/meno-ngan.

Page 162: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

162

langkah-langkah kerja dalam meng-gambar bentuk.

2. Kecintaan dan perawatan alat dan bahan

3. Terbuka terhadap informasi ttg kar-ya-karya gambar bentuk.

4. Tekun, cermat dan ulet mencari data tentang meng-gambar bentuk.

Keterampilan Sosial 1. Menyumbangkan

pendapat tentang gambar bentuk dengan objek kar-ya seni rupa tera-pan tiga dimensi daerah setempat.

2. Mengajukan per-tanyaan yang ter-kait dengan po-kok bahasan

3. Melakukan kerja-sama dalam men-cari data gambar bentuk, karakter bahan dan teknik pembuatan gam-bar bentuk.

Psikomotor 1. Menerapkan lang-

kah-langkah kerja menggambar bentuk (praktik) meliputi: sketsa awal, sketsa pari-purna, dan gam-bar bentuk pari-purna (penerapan arsiran) dengan objek/model vas bunga dan teko poci, tempat kem-bar mayang dan tempat air untuk siraman pengan-tin, topeng/meno-ngan.

Page 163: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

163

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Ekspresi/ Kreasi Seni Rupa

I. Standar Kompetensi

Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa.

II. Kompetensi Dasar

Menggambar bentuk dengan objek karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat.

III. Indikator

Kognitif

1. Diskripsi tentang pengertian menggambar bentuk, dan prinsip-prinsip gambar bentuk geometris (kubus, silindris) dan non geometris (tak beraturan).

2. Diskripsi tentang benda-benda model dengan objek karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat bentuk vas bunga dari bahan tanah liat (gerabah) dan teko poci dari bahan tanah liat (keramik), tempat kembar mayang dari bahan kuningan dan tempat air untuk siraman pengantin dari tembaga, topeng dan menongan dari bahan kayu.

3. Langkah-langkah dalam menggambar bentuk geometris dan nongeometris.

Proses

1. Identifikasi prinsip-prinsip menggambar bentuk geometris dan nongeometris.

2. Identifikasi benda-benda model karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat bentuk vas bunga dan teko poci,

Satuan Pendidikan : SMP/ MTs Surakarta Mata Pelajaran : Seni Budaya Kelas/Semester : IX/ 1 Alokasi Waktu : 2 X 40 menit

Page 164: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

164

tempat kembar mayang dan tempat air untuk siraman pengantin, topeng/ menongan.

Produk (content)

1. Pembuatan gambar bentuk sesuai aspek bentuk, karakter bahan tanah liat, tembaga/kuningan, kayu, dan teknik pem-buatan arsir dengan pensil tiga dimensi.

2. Pembuatan gambar bentuk sesuai langkah-langkah kerja meliputi: sketsa awal, sketsa paripurna, dan gambar bentuk paripurna (penerapan arsiran).

Afektif

Perilaku Berkarakter

1. Argumentasi dalam berdiskusi tentang bentuk geometris dan nongeometris, karakter bahan (tanah liat, tembaga/ kuningan, kayu), teknik pembuatan dan langkah-langkah kerja dalam menggambar bentuk.

2. Kecintaan dan perawatan alat dan bahan

3. Terbuka terhadap informasi tentang karya-karya gambar bentuk.

4. Tekun, cermat dan ulet mencari data tentang menggambar bentuk.

Keterampilan Sosial

1. Sumbangan pendapat tentang gambar bentuk dengan objek karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat.

2. Pengajuan pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan

3. Kerjasama dalam mencari data gambar bentuk, karakter bahan dan teknik pembuatan gambar bentuk.

Psikomotorik

1. Penerapan langkah-langkah kerja menggambar bentuk (praktik) meliputi: sketsa awal, sketsa paripurna, dan gam-bar bentuk paripurna (penerapan arsiran) dengan objek/ model vas bunga dan teko poci, tempat kembar mayang dan tempat air untuk siraman pengantin, topeng/menongan.

Page 165: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

165

IV. Tujuan Pembelajaran

Kognitif

1. Siswa dapat menjelaskan pengertian gambar bentuk dengan 100% benar.

2. Siswa dapat menjelaskan prinsip-prinsip gambar bentuk geo-metris (kubus, silindris) dan nongeometris (tak beraturan).

3. Siswa mampu mendiskripsikan benda model karya seni rupa terapan 3D daerah setempat berdasarkan aspek bentuk, karak-ter bahan, teknik pembuatan, dan langkah-langkah kerjanya dengan 90% benar tanpa melihat catatan/buku.

4. Siswa dapat menguraikan langkah-langkah dalam menggambar bentuk geometris dan non geometris.

Proses

1. Siswa mampu mengidentifikasi unsur-unsur dan prinsip-prinsip gambar bentuk secara benar.

2. Siswa mampu menyebutkan langkah-langkah dalam menggam-bar bentuk dengan benar.

Produk

1. Siswa mampu membuat gambar bentuk dengan model karya seni terapan tiga dimensi daerah setempat berdasarkan aspek bentuk kendi, vas/pot bunga, topeng/menongan; karakter bahan tanah liat, tembaga/kuningan, kayu; langkah-langkah kerja meliputi: sketsa awal, sketsa paripurna, dan gambar bentuk paripurna (penerapan arsiran) dan teknik pembuatan dengan benar.

Afektif

1. Perilaku Berkarakter

Terlibat dalam proses belajar mengajar berpusat pada siswa, sekurang-kurangnya siswa menunjukkan perilaku berkarakter, meliputi : Keterampilan Sosial.

Terlibat dalam proses belajar mengajar berpusat pada siswa, sekurang-kurangnya siswa menunjukkan perilaku berkarak-ter, meliputi: menyumbangkan pendapat, mengajukan pertanyaan, menjadi pendengar yang baik, menjalin kerjasama.

Page 166: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

166

Psikomotorik

1. Siswa dapat menggambar bentuk sesuai langkah-langkah kerja meliputi: sketsa awal, sketsa paripurna, dan gambar bentuk pari-purna (penerapan arsiran).

V. Model dan Metode Pembelajaran

1. Model Pembelajaran : Model pembelajaran kontekstual (CTL)

2. Metode Pembelajaran: ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberi-an tugas, demonstrasi, drill.

VI. Media Pembelajaran

1. Bahan : Memerlukan bahan: kertas gambar padalarang putih ukuran A3/ pensil 3B.

2. Alat :

a. Benda-benda model karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat (vas bunga dari tanah liat/gerabah dan teko poci dari bahan tanah liat/keramik; tempat air untuk siraman dari bahan tembaga dan tempat kembar mayang dari bahan kuningan; menongan dan topeng dari bahan kayu).

b. Contoh kliping karya seni terapan tiga dimensi daerah setempat.

c. Contoh dokumentasi visual sederhana karya gambar bentuk

d. LKS

e. LCD, software Power Point.

VII. Materi pembelajaran

Menggambar Bentuk adalah mengungkakan gagasan atau perasaan yang estetis dan bermakna dari benda model yang di-wujudkan melalui media rupa yang ditata dengan prinsip-prinsip tertentu. Unsur-unsur Gambar Bentuk: titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur. Prinsip-prinsip Gambar Bentuk: proporsi & anatomi, ketepan bentuk, perspektif, gelap terang, komposisi.

Page 167: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

167

Langkah-langkah dalam gambar bentuk adalah sebagai berikut:

Langkah 1 : Sketsa Awal (pembuatan sketsa model secara global)

Langkah 2 : Sketsa Paripurna (penyempurnaan langkah 1)

Langkah 3 : Gambar Bentuk Paripurna (penerapan arsir, siswa bebas memilih di antara jenis arsir).

Karya seni rupa terapan tiga dimensi adalah ungkapan gagas-an atau perasaan yang estetis dan bermakna yang diwujudkan melalui media rupa yang ditata dengan prinsip-prinsip tertentu, yang selain mengandung keindahan juga mengutamakan fungsi atau ke-gunaan praktis. Misalnya kursi ukir-ukiran, vas bunga yang cantik, lampu hias yang indah, dan sebagainya. Kursi ukir selain mengan-dung keindahan bentuk juga harus nyaman digunakan sebagai tempat duduk. Begitu pula vas bunga dan lampu hias, selain indah juga harus sesuai dengan fungsinya.

Contoh-contoh karya Seni rupa terapan tiga dimensi yang digunakan untuk model gambar bentuk antara lain vas bunga dan teko/ poci dari bahan tanah liat, menongan dan topeng dari bahan kayu, tempat kembar mayang dari bahan kuningan dan tempat air untuk siraman pengantin bunga dari bahan tembaga.

VIII. Langkah-langkan Kegiatan Pembelajaran

A. Pendahuluan

Kegiatan Pembelajaran Penilaian Pengamat

1 2 3 4

1. Memotivasi siswa dengan meminta siswa untuk menyebutkan karya-karya seni rupa terapan yang diketahui siswa.

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran meli-

puti tujuan pembelajaran produk, proses, perilaku berkarakter, dan keterampilan sosial.

Page 168: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

168

B. Inti

Kegiatan Pembelajaran Penilaian Pengamat

1 2 3 4

Penggalan 1

1. Membagikan LKS 1: “Memahami penger-tian, unsur-unsur dan prinsip-prinsip menggambar bentuk, dan karakter bahan karya seni rupa terapan tiga dimensi dae-rah setempat, langkah-langkah dan teknik pembuatan.” kepada tiap-tiap siswa.

2. Menyajikan pengertian menggambar ben-tuk, unsur-unsur dan prinsip-prinsip meng-gambar bentuk.

3. Menyajikan informasi/pengertian tentang (1) karakter bahan (2) langkah-langkah menggambar bentuk (3) teknik pembuatan dengan referensi LKS 1.

4. Meminta siswa membaca teks LKS 1 dan mengamati secara seksama gambar-gam-bar di dalamnya yang dapat membantu mereka memahami gambar bentuk dengan objek seni rupa terapan tiga dimensi dae-rah setempat & contohnya.

5. Meminta tiga siswa memaparkan penger-tian menggambar bentuk dengan model karya seni rupa terapan tiga dimensi dae-rah setempat berdasarkan rumusannya sendiri secara bergantian.

6. Meminta dua siswa yang lain masing-masing menyebutkan dua contoh karya seni rupa terapan tiga dimensi yang bisa digunakan sebagai benda model.

Penggalan 2

1. Membentuk kelompok kecil (4-5 siswa) dan

Page 169: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

169

membagikan LKS 2: “Mendeskripsikan ciri-ciri karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat “

2. Membimbing kerja latihan kelompok kecil dengan topik mendeskripsikan ciri-ciri/ke-unikan karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat ditinjau dari aspek ben-tuk, karakter bahan, serta langkah-langkah kerja dalam menggambar bentuk, dan tek-nik pembuatan, dengan menggunakan LKS 2. Dalam rangka mengembangkan sifat toleransi dan kerjasama, perlu dilatihkan kepada siswa kebiasaan berbicara sesuai giliran/tidak memonopoli diskusi.

3. Tiap-tiap kelompok menunjuk satu siswa untuk mewakili presentasi hasil diskusi. Bila ada siswa yang tidak memperhatikan paparan temannya tersebut perlu ditegur sebagai upaya menumbuhkan sifat meng-hargai orang lain.

4. Memberi kesempatan kepada anggota kelompok lain untuk memberikan tanggap-an, sebagai upaya menumbuhkan sifat berani mengemukakan pendapat.

Penggalan 3

1. Masing-masing siswa mempersiapkan ker-tas gambar padalarang, dengan ukuran A3.

2. Menugasi dua siswa untuk menata benda model yang ditempatkan di depan kelas.

3. Meminta semua siswa untuk memulai menggambar bentuk sesuai objek (model) yang ada di depan kelas, sesuai dengan langkah-langkah menggambar bentuk me-liputi : sketsa awal, sketsa paripurna, dan gambar bentuk paripurna (penerapan arsir-an).

Page 170: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

170

4. Penyerahan tugas/ pengumpulan karya.

5. Apresiasi karya secara acak.

Penutup

Kegiatan Pembelajaran Penilaian Pengamat

1 2 3 4

1. Guru dan siswa melakukan refleksi materi pembelajaran.

2. Guru dan siswa merangkum materi pembe-lajaran yang mencakup pengertian, unsur-unsur, serta prinsip-prinsip menggambar bentuk dengan model benda-benda seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat, dan ciri-ciri/ keunikannya.

3. Penilaian menggunakan LP 1: Memahami konsep menggambar bentuk dengan mo-del benda-benda seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat dan LP2: Men-deskripsikan ciri-ciri karya seni rupa terap-an tiga dimensi daerah setempat.

4. Pemberian tugas mandiri sebagai latihan ketrampilan menggambar bentuk di luar jam pelajaran.

IX. Penilaian

Penilaian terhadap materi yang terkandung dalam RPP ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat penilaian sebagai berikut :

1. Tes tertulis, bersifat klasikal dengan menggunakan LP1: Mema-hami pengertian, unsur-unsur, prinsip-prinsip menggambar ben-tuk, dengan model karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat.

Page 171: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

171

2. Format Pengamatan Kepribadian (LP2).

No Nama Aspek yang dinilai

Argumentasi Kecintaan

Alat-Bahan Tekun Cermat Ulet

3. Format Pengamatan Keterampilan Sosial (LP3).

4. Tes kinerja, dapat dilakukan dengan menggunakan LP4: Mem-visualisasikan objek dalam bidang gambar dengan aspek sebagai berikut:

a. Ketepatan bentuk

b. Proporsi benda

c. Arsiran/ gelap terang

d. Perspektif

e. Komposisi

f. Karakter bahan

5. Format Visualisasi Karya (LP4).

X. Sumber Pembelajaran

LKS 1 : Memahami pengertian, unsur-unsur, dan prinsip-prinsip menggambar bentuk dengan model karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat.

No Nama

Aspek yang dinilai

Sumbang Pedapat

Pengajuan Pertanyaan

Kerja sama

Page 172: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

172

LKS 2 : Mendeskripsikan ciri-ciri karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat.

Daftar Pustaka

Budhy Raharjo,J. 1986. Seni Rupa. Bandung: Irama.

Departemen Pendidikan Nasional, 2006, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Seni Budaya untuk SMP, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasionnal.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2006: Panduan Pengembangan RPP SMP.

Hill, Adrian. 1979. Drawing and Sketching. Poole, Dorset: Blandford Press.

Mofit. 2004. Cara Mudah Menggambar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Page 173: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

173

LKS

LKS 1 : Memahami pengertian, unsur-unsur, prinsip-prinsip meng-gambar bentuk dengan model karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat.

Nama Siswa Kelas Tanggal

A. Pengantar

Dalam kegiatan belajar ini yang perlu dipahami ialah pengertian, unsur-unsur, prinsip-prinsip menggambar bentuk dengan model karya seni rupa terapan. Berikut dipaparkan pengertian menggambar bentuk dengan model seni rupa terapan, serta contoh-contoh konkrit seni rupa terapan, baik dalam rumusan kalimat maupun berupa gambar-gambar.

Apa yang dimaksud Menggambar Bentuk, dan apa saja Unsur-unsurnya serta Prinsip-prinsipnya?

Mengungkakan gagasan atau perasaan yang estetis dan bermakna dari benda model yang diwujudkan melalui media rupa yang ditata dengan prinsip-prinsip tertentu.

Unsur-unsur Gambar Bentuk : titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur.

Prinsip-prinsip Gambar Bentuk : proporsi & anatomi, ketepan ben-tuk, perspektif, gelap terang, kom-posisi.

Bagaimana langkah-langkah dalam gambar bentuk?

Tahapan proses menggambar bentuk dengan menghadapi benda model.

Langkah 1 : Sketsa Awal (pembuatan sketsa model secara global)

Langkah 2 : Sketsa Paripurna (penyempurnaan langkah 1)

Langkah 3 : Gambar Bentuk Paripurna (penerapan arsir, siswa bebas memilih di antara jenis arsir).

Page 174: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

174

Beberapa contoh karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat

Vas bunga Teko poci

Sebutkan beberapa contoh-contoh karya Seni rupa terapan tiga dimensi yang digunakan untuk model gambar bentuk?

Contoh karya seni rupa terapan tiga dimensi yang lazim digunakan sebagai model pad gambar bentuk adalah vas bunga dan teko/poci dari bahan tanah liat, menongan dan topeng dari bahan kayu, tempat kembar mayang dari bahan kuningan dan tempat air untuk siraman pengantin bunga dari bahan tembaga.

Seni Rupa Terapan Tiga Dimensi

Ungkapan gagasan atau perasaan yang estetis dan bermakna yang diwujudkan melalui media rupa yang ditata dengan prinsip-prinsip tertentu, yang selain mengandung keindahan juga mengutamakan fungsi atau kegunaan praktis. Misalnya kursi ukir-ukiran, vas bunga yang cantik, lampu hias yang indah, dan sebagainya. Kursi ukir selain mengandung keindahan bentuk juga harus nyaman digunakan sebagai tempat duduk. Begitu pula vas bunga dan lampu hias, selain indah juga harus sesuai dengan fungsinya.

Page 175: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

175

Karya-karya di atas disebut karya seni rupa terapan tiga dimensi yang dibuat dari tanah liat, karena selain bernilai seni dapat pula digunakan sebagai benda model, selain itu berfungsi praktis sebagai tempat bunga (gerabah) dan tempat menyeduh teh untuk minuman (keramik).

Menongan Topeng

Karya di atas disebut karya seni rupa terapan tiga dimensi yang dibuat dari kayu, karena selain bernilai seni dapat pula digunakan sebagai benda model gambar bentuk, selain itu berfungsi praktis sebagai hiasan di meja tamu (menongan) dan untuk tarian topeng (topeng).

Kuningan Tembaga

Page 176: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

176

Karya di atas disebut karya seni rupa terapan tiga dimensi yang dibuat dari kuningan dan tembaga, karena selain bernilai seni dapat pula digunakan sebagai benda model gambar bentuk, selain itu berfungsi praktis sebagai tempat kembar mayang (kuningan) dan tempat air siraman pengantin (tembaga).

B. Langkah-langkah

Langkah pertama: Membagikan LKS 1: “Memahami pengertian, unsur, dan prinsip, menggambar bentuk dengan model seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat” kepada seluruh siswa.

Langkah kedua : Membaca LKS 1 dengan seksama yang memuat pengertian tentang, unsur, prinsip menggambar bentuk dengan objek karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat, serta mengamati dengan cermat contoh gambar-gambar seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat untuk menunjang pe-mahaman. Pada saat yang sama guru membimbing-nya dengan cara memberikan informasi/penjelasan tentang hal tersebut. Membaca teks dengan seksama dan mengamati gambar dengan cermat adalah merupakan aplikasi dari karakter tekun dan cermat.

Langkah ketiga : Meminta tiga siswa memaparkan pengertian gambar bentuk maupun objek seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat sebagai model ber-dasarkan rumusannya sendiri secara bergantian – untuk mengukur pemahaman siswa. Langkah ketiga ini merupakan implementasi dari karakter keteram-pilan sosial mampu menyumbangkan pendapat.

Langkah keempat : Meminta dua siswa yang lain masing-masing menyebutkan dua contoh karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat, secara bergantian. Mampu mengajukan pertanyaan.

Page 177: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

177

Pengertian menggambar bentuk ialah sebagai berikut:

..............................................................................................................

Klasifikasi jenis karya seni rupa terapan tiga dimensi berdasarkan karakter bahan dan teknik pembuatannya ialah sebagai berikut:

..............................................................................................................

Contoh-contoh karya seni rupa terapan tersebut ialah

..............................................................................................................

Kunci LKS 1 : Memahami pengertian, unsur, prinsip menggambar bentuk dengan objek karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat.

Nama Siswa Kelas

Tanggal

Tugas Latihan 1 Jelaskan pengertian menggambar bentuk dengan menggunakan kalimatmu sendiri, yang dapat dipahami oleh teman-temanmu dengan mudah!

Tugas Latihan 2 Buatlah klasifikasi jenis karya seni rupa terapan tiga dimensi ber-dasarkan karakter bahan dan teknik pembuatannya, serta berikan contohnya masing-masing!

Page 178: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

178

Tugas Latihan 1

Jelaskan pengertian menggambar bentuk dengan menggunakan kalimat-mu sendiri, yang dapat dipahami oleh teman-temanmu dengan mudah!

Dalam LKS1 disebutkan bahwa gambar bentuk ialah karya seni rupa yang dibuat selain mengandung unsur-unsur gambar bentuk, juga meng-utamakan ketepatan bentuk dengan mengingat prinsip-prinsipnya.

Tugas Latihan 2

Buatlah klasifikasi jenis karya seni rupa terapan tiga dimensi ber-dasarkan karakter bahan dan teknik pembuatannya, serta berikan contohnya masing-masing!

Klasifikasi karya seni rupa terapan tiga dimensi berdasarkan karak-ter bahan dan teknik pembuatannya adalah sebagai berikut: gerabah pembuatannya dengan teknik putar dan dibakar dengan suhu rendah, keramik pembuatannya dengan teknik putar/dicetak dan dioven dengan suhu tinggi dan di finishing dengan glasir, kayu teknik pem-buatannya dengan teknik dipahat, logam (kuningan/tembaga) pem-buatannya dengan teknik kenteng dan las.

Contoh bendanya: yang terbuat dari tanah liat : vas bunga (gerabah), teko (keramik), tempat payung, dll.;yang terbuat dari keramik: vas bunga, guci, alat minum, dll.; yang terbuat dari kayu: menongan, topeng, dll.; yang terbuat dari logam tembaga: vas bunga, lampu hias, selain indah juga harus sesuai dengan fungsinya.

Teks cetak tebal di atas merupakan kata kunci untuk memahami seni rupa terapan. Dengan demikian, klasifikasi jenis seni rupa terapan berdasarkan bahan dan teknik pembuatannya dapat ditampilkan sebagai berikut.

Jenis Seni Rupa Terapan

Media/ Bahan dan Teknik Pembuatannya

Contoh

Kerajinan gerabah Tanah Liat, dibentuk dengan teknik putar.

Vas bunga.

Kerajinan Keramik Tanah Liat, dibentuk dengan teknik putar, cetak, dan finishing glasir

Teko poci.

Page 179: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

179

Kerajinan Kayu Kayu dipahat Menongan, Topeng.

Kerajinan Kuningan/ Tembaga

Kuningan/Tembaga dikenteng dan dilas.

Tempat kembar mayang, tempat ais siraman pengantin.

LKS 2 : Mendeskripsikan karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat.

Nama Siswa

Kelas Tanggal

A. Pengantar

Dalam kegiatan belajar mendeskripsikan karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat ini, diarahkan pada jenis karya seni rupa terapan yang ada di lingkungan sekitarnya. Maksudnya siswa diminta memeri atau menguraikan ciri-ciri karya seni rupa terapan dengan mengamati contoh-contoh gambar reproduksi gambar-gambar di bawah ini. Diskripsi atau uraian tersebut diarahkan pada aspek bentuk, bahan, teknik dan fungsi/ kegunaan praktis.

Bentuk : meliputi geometris dan non geometris, titik, garis, bidang, dan tekstur yang dikomposisikan dengan prinsip tertentu.

Bahan : meliputi semua jenis bahan yang digunakan untuk mem-buat karya seni rupa terapan, seperti kayu, kulit, tekstil, tanah, logam, plastik,kertas.

Teknik : meliputi berbagai cara pembuatan karya seni rupa berdasarkan bahan yang digunaan, seperti ukir, tatah, las, cetak,

Fungsi : uraian tentang kegunaan karya seni rupa terapan. Misal-nya tempat duduk, tempat lilin, perhiasan, publikasi.

B. Langkah-langkah

Langkah pertama : membentuk kelompok diskusi dengan anggota 4-5 siswa, seraya membagikan LKS 2: “Mendeskripsikan ciri-ciri seni rupa terapan daerah setempat.”

Page 180: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

180

Langkah kedua : sebagai pemanasan meminta satu siswa menyebut-kan bentuk, bahan, teknik, dan fungsi karya seni rupa terapan di lingkungan sekitarnya.

Langkah ketiga : membimbing diskusi kelompok kecil dengan topik mendeskripsikan ciri-ciri/keunikan karya seni rupa terapan ditinjau dari aspek bentuk, bahan, teknik, dan fungsinya. Dalam rangka mengem-bangkan sifat toleransi dan kerjasama, perlu dilatihkan kepada siswa kebiasaan berbicara sesuai giliran/tidak memonopoli diskusi atau mentaati aturan berdiskusi.

Langkah keempat : Tiap-tiap kelompok menunjuk satu siswa untuk mewakili presentasi hasil diskusi. Bila ada siswa yang tidak memperhatikan paparan temannya tersebut perlu ditegur sebagai upaya menumbuhkan sifat menghargai orang lain, atau menjadi pendenggar yang baik.

Langkah kelima : Memberi kesempatan kepada anggota kelompok lain untuk memberikan tanggapan, sebagai upaya menumbuh-kan sifat berani mengemukakan pendapat.

Langkah keenam : Memberi tugas kepada siswa untuk membuat dokumentasi pengetahuan tentang seni rupa terapan dalam bentuk kliping.

Amatilah dengan cermat gambar-gambar karya seni rupa terapan tiga dimensi di bawah ini dengan cermat.

1 2

Page 181: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

181

a. Keunikan/ciri-ciri karya-karya nomor 1 ialah sebagai berikut:

........................................................................................................

b. Keunikan/ciri-ciri karya-karya nomor 2 ialah sebagai berikut:

........................................................................................................

a) Keunikan/ciri-ciri karya-karya nomor 3 ialah sebagai berikut:

.......................................................................................................

.......................................................................................................

b) Keunikan/ciri-ciri karya-karya nomor 4 ialah sebagai berikut:

......................................................................................................

......................................................................................................

Kunci LKS 2:

Nama Siswa Kelas Tanggal

Tugas Latihan 1

Amatilah dengan seksama gambar (1 dan 2), lalu tuliskan pendapatmu mengenai ciri-cirinya yang tampak pada aspek bentuk, bahan, teknik dan fungsinya!

Tugas Latihan 2

Amatilah dengan seksama dua gambar (nomor 3 dan 4), lalu tuliskan pendapatmu mengenai ciri-cirinya yang tampak pada aspek tema dan estetiknya!

Page 182: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

182

Tugas Latihan 1

Amatilah dengan seksama gambar (1 dan 2), lalu tuliskan pendapatmu mengenai ciri-cirinya yang tampak pada aspek bentuk, bahan, teknik dan fungsinya!

Dalam kegiatan belajar mendeskripsikan ciri-ciri seni rupa terapan daerah setempat ini, diarahkan pada jenis karya seni rupa terapan yang ada di lingkungan sekitarnya. Maksudnya siswa diminta memeri atau menguraikan ciri-ciri seni rupa terapan dengan mengamati contoh-contoh gambar reproduksi lukisan-lukisan tersebut di bawah ini. Diskripsi atau uraian tersebut diarahkan pada aspek bentuk, bahan, teknik dan fungsi/kegunaan praktis.

Gambar 1

Bentuk : guci bulat.

Bahan : tanah liat dibakar dengan suhu tinggi dan finishingnya glasir.

Teknik : diputar/dicetak.

Fungsi : untuk hiasan sudut ruangan.

Gambar 2

Bentuk : vas bunga.

Bahan : tembaga.

Teknik : dikenteng dan las.

Fungsi : untuk hiasan sudut ruangan.

Tugas Latihan 2

Amatilah dengan seksama dua gambar (nomor 3 dan 4) pada LKS 2, lalu tuliskan pendapatmu mengenai ciri-cirinya yang tampak pada bentuk, bahan, teknik dan fungsinya!

Page 183: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

183

3 4

Deskripsi gambar 3 : karya kerajinan keramik

Bentuk : teko

Bahan : keramik

Teknik : putar dan ukir

Fungsi : tempat menyeduh teh

Deskripsi gambar 4 : karya kerajinan kaca

Bentuk : vas bunga

Bahan : kaca

Teknik : cetak dan dibentuk

Fungsi : benda hias meja tamu

Page 184: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

184

Tabel Spesifikasi Lembar Penilaian

Tujuan Pembelajaran Butir Kunci

Jawaban

Kognitif 1. Siswa dapat mendiskripsikan

pengertian seni rupa, unsur dan prinsip seni rupa.

2. Siswa dapat mendiskripsikan cabang-cabang seni rupa

3. Siswa dapat menyebut aspek-aspek dalam seni rupa terapan.

Produk (Content) 1. Tanpa melihat catatan/buku,

siswa dapat menjelaskan kon-sep seni rupa terapan daerah setempat sesuai yang tercan-tum dalam LKS 1: “Memahami Pengertian Seni Rupa, Unsur, Cabang, Prinsip dan Aspek Seni Rupa Terapan Daerah Se-tempat.”

2. Dengan diperlihatkan sejumlah gambar reproduksi siswa mampu menyebutkan dua con-toh karya seni rupa terapan.

Butir 1 LP1 Butir 2 LP1

Butir 1 Kunci LP1 Butir 2 Kunci LP1

Proses (Study skills, Learning Stra-tegies) 1. Dengan mengamati secara sek-

sama gambar-gambar repro-duksi karya seni rupa terapan daerah setempat siswa dapat menyebutkan bentuk, bahan, teknik pembuatan dan fungsi karya kerajinan tekstil dan logam.

2. Dengan mengamati secara sek-sama gambar-gambar repro-

Butir 1 LP2 Butir 2 LP2

Butir 1 Kunci LP2 Butir 2 Kunci LP2

Page 185: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

185

Nama Siswa Kelas Tanggal

LP1: Memahami pengertian seni rupa, unsur, prinsip, cabang, dan aspek seni rupa terapan daerah setempat.

Jawablah pertanyaan di bawah ini secara singkat!

1. Buatlah klasifikasi jenis karya seni rupa terapan berdasarkan bahan pembuatannya, serta berikan contohnya masing-masing!

duksi karya seni rupa terapan daerah setempat siswa dapat menyebutkan bentuk, bahan, teknik pembuatan dan fungsi karya kerajinan keramik dan desain komunikasi visual.

Afektif 1. Perilaku Berkarakter

Terlibat dalam proses belajar mengajar berpusat pada siswa, sekurang-kurangnya siswa me-nunjukkan perilaku berkarakter, meliputi : mentaati peraturan, menghargai pendapat orang lain, menghargai karya orang lain, tekun dan cermat.

2. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses belajar mengajar berpusat pada siswa, sekurang-kurangnya siswa me-nunjukkan perilaku berkarakter, meliputi: menyumbangkan pen-dapat, mengajukan pertanyaan, menjadi pendengar yang baik, menjalin kerjasama.

LP3: Form Pengamatan Perilaku Berkarakter LP4: Form Pengamatan Ketr. Sosial

Page 186: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

186

2. Buatlah rumusan konsep Seni rupa terapan daerah setempat dengan menggunakan kalimatmu sendiri, yang dapat dipahami oleh teman-temanmu dengan mudah!

Nama Siswa

Kelas Tanggal

Kunci LP1: Memahami pengertian seni rupa, unsur, prinsip, cabang, dan aspek seni rupa terapan daerah setempat.

Jawablah pertanyaan di bawah ini secara singkat!

1. Buatlah klasifikasi jenis karya seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat berdasarkan bahan pembuatannya, serta berikan contoh-nya masing-masing!

Jenis Seni Rupa Terapan

Media/Bahan dan Teknik Pembuatannya

Contoh

Kerajinan Kayu Kayu diukir Kursi, meja ukir

Kerajinan Kulit Kulit ditatah Kap Lampu hias di-tatah

Kerajinan Logam Logam dilas, dicor Gelang, Kalung da-ri emas dan perak.

Kerajinan Keramik Tanah Liat, dibentuk de-ngan teknik putar, cetak

Vas bunga dari ta-nah liat

Kerajinan Tekstil Kain, dibatik, disulam, Kain batik, kain songket

DKV Kertas, kain dicetak, di-sablon

Poster, Spanduk, Leaflet.

Desain Interior Elemen-elemen ruang ditata

Ruang tamu, ruang dapur,

Desain produk Handphone, TV, Sandal, ember, payung

Page 187: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

187

2. Buatlah rumusan konsep Seni rupa terapan tiga dimensi daerah setempat dengan menggunakan kalimatmu sendiri, yang dapat dipahami oleh teman-temanmu dengan mudah!

Karya seni rupa yang mengutamakan aspek keindahan dengan mem-perhatikan aspek fungsi/kegunaan praktis, yang berkembang di daerah setempat.

Nama Siswa Kelas

Tanggal

LP2: Mendeskripsikan ciri-ciri seni rupa daerah setempat.

Jawablah pertanyaan di bawah ini secara singkat!

1. Amatilah dengan seksama gambar (1 dan 2), lalu tuliskan pendapat-mu mengenai ciri-cirinya yang tampak pada aspek bentuk, bahan, teknik dan fungsinya!

2. Amatilah dengan seksama dua gambar (nomor 3 dan 4), lalu tuliskan pendapatmu mengenai ciri-cirinya yang tampak pada aspek tema dan estetiknya!

Nama Siswa Kelas

Tanggal

Kunci LP2: Mendeskripsikan ciri-ciri seni rupa daerah setempat.

Jawablah pertanyaan di bawah ini secara singkat!

Amatilah dengan seksama gambar (1 dan 2), lalu tuliskan pendapatmu mengenai ciri-cirinya yang tampak pada aspek bentuk, bahan, teknik dan fungsinya! Deskripsi gambar 1 : Karya Kerajinan Keramik

Bentuk : guci bulat.

Bahan : tanah liat dibakar dengan suhu tinggi dan finishingnya diglasir.

Teknik : diputar/dicetak.

Fungsi : untuk hiasan sudut ruangan.

Page 188: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

188

Deskripsi gambar 2 : Karya Kerajinan Tembaga.

Bentuk : vas bunga.

Bahan : tembaga.

Teknik : dikenteng dan las.

Fungsi : untuk hiasan sudut ruangan.

Amatilah dengan seksama dua gambar (nomor 3 dan 4) pada LKS 2, lalu tuliskan pendapatmu mengenai ciri-cirinya yang tampak pada bentuk, bahan, teknik dan fungsinya!

Deskripsi gambar 3 : karya kerajinan keramik

Bentuk : teko

Bahan : keramik

Teknik : putar dan ukir

Fungsi : tempat menyeduh teh

Deskripsi gambar 4 : karya kerajinan kaca

Bentuk : vas bunga

Bahan : kaca

Teknik : cetak dan dibentuk

Fungsi : benda hias meja tamu

Nama Siswa Kelas

Tanggal

LP3 : Format Pengamatan Perilaku Berkarakter

Petunjuk:

Berilah penilaian atas perilaku berkarakter siswa menggunakan skala berikut ini:

Page 189: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

189

D = memerlukan perbaikan

C = menunjukkan kemajuan

B = memuas-kan

A = Sangat baik

Format Pengamatan Perilaku Berkarakter

No Rincian Tugas

Kinereja (RTK)

Memerlukan Perbaikan (D)

Menunjukkan Kemajuan (C)

Memuas-kan (B)

Sangat Baik (A)

1 mentaati aturan dalam berdiskusi

2 enghargai pendapat orang lain

3 menghargai karya orang lain

4 tekun dan cermat

Surakarta, Januari 2011

Pengamat

…………………………………….

Page 190: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

190

Nama Siswa Kelas

Tanggal

LP4 : Format Pengamatan Keterampilan Sosial

Petunjuk:

Berilah penilaian atas perilaku keterampilan sosial siswa menggunakan skala berikut ini:

D = memerlukan perbaikan

C = menunjukkan kemajuan

B = memuaskan A = Sangat baik

Format Pengamatan Keterampilan Sosial

No Rincian Tugas Kinereja (RTK)

Memerlukan Perbaikan

(D)

Menunjuk-kan Kemajuan

(C)

Memuas-kan (B)

Sangat Baik (A)

1 Menyumbang-kan pendapat

2 Mengajukan pertanyaan

3 Menjadi

pendengar yang baik

4 Bekerjasama

Surakarta, Januari 2010

Pengamat

……………………………………….

Page 191: BAB I MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas

191

BIODATA PENULIS

H. Edy Tri Sulistyo, lahir di Purwodadi Jawa Tengah 17 Juli 1956. Pendidikan formal diawali dari SD SMPN SMAN Purwodadi, pendidikan seni rupa IKIP (sekarang UNES) Semarang, dan pasca-sarjana jurusan Teknologi Pendidikan di UNS Surakarta. Tahun 2005 melanjutkan studi S3 Linguistik minat utama Pragmatik di UNS Surakarta. Menjadi dosen pendidikan Seni Rupa FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (1985/1986 sampai sekarang). Buku yang telah diterbitkan: Konstruktivistik dan Pengembangan Kreativitas; Tinjauan Seni Lukis Indonesia, Kaji Dini Pendidikan Seni.

Hj. Sunarmi, lahir di Karanganyar 5 Maret 1967. Pendidikan SD, SMPN SMAN 2 Sragen (lulus 1985). Lulus S1 jurusan Desain Interior UNS Surakarta 1991, S2 dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta jurusan Humaniora Program Studi Kajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa tahun 2004 dengan predikat Cum Laude. Sejak tahun 1998 sampai sekarang menjadi tenaga pengajar pada jurusan Desain Interior FSRD Institut Seni Indonesia Surakarta. Di samping mengajar, sering memenangkan hibah penelitian baik di instansinya maupun tingkat Nasional lewat Dirjen DIKTI, aktif menulis artikel jurnal, dan menulis buku teks. Pengalaman lain memberikan pelatihan PEKERTI dan Applied Approach bagi dosen ISI dan PTS Seni.

Jumiyanto Widodo, lahir di Purwodadi 7 Oktober 1977. Melanjutkan pendidikan S1 Administrasi Negara FISIPOL (lulus 2000) dan pascasarjana Program Studi Administrasi Publik di UNS Surakarta (lulus 2006). Selama setahun (2002) berkiprah sebagai servicer and maintenancer komputer di Jakarta. Pada 2002-2006 bekerja di lembaga Konsultatif dan Diklat bidang Manajemen & Public Relations di Yogyakarta, sebagai maintenancer web serta dipercaya sebagai pengajar mata kuliah Komunikasi, Pendidikan Profesi Public Relations. Tahun 2008 menjadi dosen tetap di Bidang Keahlian Khusus (BKK) Pendidikan Administrasi Perkantoran - FKIP UNS Surakarta.