BAB I - mcdens14 – learning and working is worship · Web viewPendidikan merupakan bagian yang...
Transcript of BAB I - mcdens14 – learning and working is worship · Web viewPendidikan merupakan bagian yang...
PROPOSAL
ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN
MASALAH SOAL CERITA MENURUT POLYA
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
sebab dengan pendidikan inilah manusia dapat hidup sesuai dengan tujuan dan
fungsinya sebagai manusia. Untuk itu perlu upaya yang sungguh-sungguh dari
berbagai pihak, keterlibatan semua pihak dalam pendidikan akan sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pendidikan. Dengan kata lain kegiatan pendidikan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan seseorang sejak ia dilahirkan hingga ia meninggal dunia,
karena pendidikan merupakan proses pembinaan dan pengembangan sumber daya
manusia yang akan berguna untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam pendidikan terdapat sasaran dan tujuan seperti tujuan nasional,
institusional, kurikuler, dan instruksional. Berkaitan dengan tujuan instruksional,
guru dan siswa merupakan komponen yang sangat penting yang menjadi penentu
bagi tercapainya suatu tujuan instruksional. Tujuan instruksional menjadi tolak ukur
keberhasilan proses belajar mengajar. Proses yang tidak mencapai keberhasilan
diduga disebabkan oleh banyak faktor. Mungkin cara belajar siswa yang belum tepat,
pemilihan metode dan pendekatan mengajar guru yang belum sesuai dengan situasi
siswa, kurangnya fasilitas penunjang, atau yang lainnya. Untuk mengetahui
sejauhmana tercapainya tujuan tadi diperlukan evaluasi.
Sejalan dengan pernyataan di atas, Nana Sudjana (1995: 28) menyatakan
bahwa “Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin
dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja memecahkan masalah, metode, materi
dan lain-lain”.
Matematika merupakan salah satu bagian yang penting dalam bidang ilmu
pengetahuan. Apabila dilihat dari sudut pengklasifikasian bidang ilmu pengetahuan,
pelajaran matematika termasuk ke dalam kelompok ilmu-ilmu eksakta, yang lebih
banyak memerlukan pemahaman daripada hapalan. Untuk dapat memahami suatu
pokok bahasan dalam matematika, siswa harus mampu menguasai konsep-konsep
matematika dan keterkaitannya serta mampu menerapkan konsep-konsep tersebut
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Banyak orang yang menyatakan bahwa matematika adalah pelajaran yang
sukar. Berkenaan dengan itu Ruseffendi (1991: 157) menyatakan bahwa “Terdapat
banyak anak-anak yang setelah belajar matematika, bagian yang sederhanapun
banyak yang tidak dipahaminya, banyak konsep yang dipahami secara keliru”.
Matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet, dan banyak memperdayakan.
Hal ini membuktikan bahwa banyak anak yang mengalami kesulitan dalam belajar
matematika, karena kebanyakan dari mereka bukan memahami konsepnya melainkan
hanya menghapalnya. Penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika sangat
rendah, terbukti dengan hasil pada setiap Ebtanas yang menunjukan bahwa nilai
matematika selalu dibawah rata-rata. Rendahnya penguasaan siswa dalam
matematika, mengakibatkan timbulnya kesulitan dalam memahami dan mempelajari
pelajaran matematika sehingga siswa menjadi kurang berminat dalam
mempelajarinya. Temuan dari tes diagnostik yang dilakukan Suryanto dan Somerset
(Zulkardi, 2001: 1) menunjukkan bahwa terdapat 16 SLTP dari beberapa propinsi di
Indonesia, dimana hasil tes mata pelajaran matematika sangat rendah terutama pada
penyelesaian soal bentuk cerita.
Berdasarkan pengamatan penulis ketika menjalani program pengalaman
lapangan (PPL), bahwa masalah yang terjadi pada siswa saat menyelesaikan soal
matematika diantaranya adalah menerapkan konsep-konsep matematika dan
keterkaitan antara konsep yang satu dengan yang lainnya. Hal ini tercermin dalam
ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika bentuk cerita yang
diberikan oleh guru. Ketika siswa diberikan soal-soal latihan, Berdasarkan penelitian
sebelumnya, sebagian kecil yaitu 25% siswa yang dapat mengerjakan soal tersebut
dengan baik sedangkan yang lainnya tidak tahu apa yang harus dilakukan, karena
siswa tidak memahami soal yang ditanyakan. Selain itu kebanyakan siswa bekerja
kurang sistematis dan kurang memperhatikan langkah-langkah penyelesaiannya.
Mereka hanya mementingkan hasil akhir jawaban, sehingga banyak langkah-langkah
yang tidak ditempuh padahal merupakan langkah yang menentukan hasil akhir
jawaban.
Untuk menyelesaikan masalah dalam matematika, diperlukan langkah-
langkah yang sistematis agar proses penyelesaiannya mudah dan terarah. Pemecahan
masalah merupakan suatu cara belajar yang dianggap efisien dalam usaha untuk
mencapai tujuan pengajaran, salah satunya dengan heuristik pemecahan masalah
menurut Polya. Berdasarkan pendapat Ruseffendi (1991), “Polya menyajikan teknik
pemecahan-pemecahan masalah yang tidak hanya menarik, tetapi juga dimaksudkan
untuk meyakinkan konsep-konsep yang dipelajari selama belajar matematika.
Teknik/strateginya disebut Heuristik (memberi kesempatan menemukan), merupakan
strategi yang membantu dalam menyelesaikan soal-soal matematika”.
Dengan melihat pengalaman dan kenyataan adanya fenomena tersebut,
tampak menarik apabila diteliti secara khusus mengenai kesulitan siswa terhadap
mata pelajaran matematika. Pada kesempatan ini penulis akan membahas tentang hal
tersebut melalui judul: “ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM
MEMECAHKAN MASALAH SOAL CERITA MENURUT POLYA”. Di kelas
II SMU Muhammadiyah 3 Ciparay Kabupaten Bandung.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan memberikan gambaran yang lebih jelas
mengenai masalah yang diteliti, serta berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dikemukakan, rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi:
1. Bagaimana kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa SMU kelas II dalam
memecahkan masalah pada soal cerita menurut Polya?
2. Kesalahan bagian mana yang paling banyak dialami siswa SMU kelas II
dalam memecahkan masalah pada soal cerita menurut Polya?
3. Bagaimana cara mengatasi dan mencegah kesulitan yang dihadapi siswa
SMU kelas II dalam memecahkan masalah pada soal cerita menurut Polya?
Untuk lebih memfokuskan letak kesulitan yang dihadapi siswa, juga karena
keterbatasan waktu, dana, dan kemampuan penulis, masalah dibatasi pada pokok
bahasan Program Linear.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui letak terjadinya kesulitan yang dilakukan siswa SMU kelas II
dalam memecahkan masalah soal cerita pada pokok bahasan Program Linear,
sehingga menghasilkan suatu alternatif penyelesaian yang baik dan tepat.
D. Kerangka Pemikiran
Abin Syamsudin Maknum (2002: 307) mengatakan bahwa “Seorang siswa
diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukan
kegagalan”. Sejalan dengan itu Burton (Abin Syamsudin Makmun, 2002: 307)
mengungkapkan bahwa kegagalan belajar didefinisikan sebagai berikut:
a. Siswa dikatakan gagal apabila dalam waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan minimal dalam pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh guru.
b. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, intelegensia, bakat). Ia diramalkan akan dapat mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan kemampuannya.
c. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola organismiknya, pada fase perkembangan tertentu seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan.
d. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran selanjutnya.
Dalam menyelesaikan soal yang dihadapinya siswa akan terlibat dalam suatu
proses berpikir yang mengharuskan siswa untuk menghubungkan konsep-konsep dan
aturan yang telah diketahui sebelumnya. Hal ini sejalan dengan definisi pemecahan
masalah yang dikemukakan Gagne (Fannyta, 1999: 7) bahwa “Suatu proses berpikir
manusia dalam menghubungkan konsep-konsep atau aturan-aturan untuk
menghasilkan aturan yang lebih komplek”. Pendapat lainnya dikemukakan oleh
Hudoyo (Fannyta, 1999: 4) mengatakan bahwa “Dalam menyelesaikan masalah siswa
perlu dilatih berpikir untuk mendapatkan langkah-langkah penyelesaian secara
terurut, sistematis, dan penarikan kesimpulan yang sah (valid) berdasarkan kaidah-
kaidah yang telah ditetapkan”.
Untuk menyelesaikan masalah dalam matematika, Polya (Ruseffendi, 1991:
177) menganjurkan langkah-langkah pemecahan masalah yaitu, memahami
persoalan, membuat rencana penyelesaian, menjalankan rencana yang telah dibuat,
melihat kembali apa yang telah dilakukan. Dengan mengikuti langkah-langkah tadi
siswa akan terbiasa untuk mengerjakan soal secara sistematis. Pada akhirnya siswa
tidak akan merasa takut, bahkan sebaliknya akan merasa mudah untuk menyelesaikan
berbagai jenis soal.
Pada dasarnya setiap kesulitan belajar selalu berlatar belakang pada
komponen-komponen yang berpengaruh pada proses belajar mengajar itu sendiri.
Burton (Sapuro, 1997: 8) mengelompokkan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
ke dalam dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
adalah faktor yang terdapat pada diri siswa itu sendiri, yang meliputi kelemahan
jasmaniah, kelemahan mental, kelemahan yang disebabkan karena kebiasaan dan sifat
yang salah, serta kurangnya keterampilan dan pengetahuan dasar siswa. Sedangkan
faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri siswa, antara lain situasi
belajar, sikap dan cara mengajar guru, situasi keluarga dan lingkungan sekolah.
Karena itu guru sangatlah diperlukan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa,
namun guru tidak dapat mengambil keputusan dalam membantu siswanya yang
mengalami kesulitan belajar jika guru tidak tahu dimana letak kesulitannya. Oleh
karena itu seorang guru perlu mengenal karakteristik siswa yang mengalami kesulitan
dalam belajar matematika. Menurut Inda (Ari Sabilulungan, 2001: 13) mengatakan
bahwa “Kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari matematika
diklasifikasikan ke dalam tiga jenis kesulitan yaitu kesulitan dalam memahami
konsep, kesulitan dalam menerapkan konsep, dan kesulitan dalam menyelesaikan
konsep”.
Sebelum menentukan alternatif pengajaran yang tepat, seorang guru haruslah
mendiagnosis dahulu kesulitan belajar matematika. Diagnosis itu terbagi dua macam,
yaitu diagnosis individual dan diagnosis kelompok. Dalam diagnosis individual setiap
individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda sehingga masalah yang dihadapi
pun akan lebih bervariatif. Karenanya membutuhkan alat diagnotik yang cukup
banyak dan lebih intensif untuk setiap individu. Sedangkan diagnosis kelompok
menurut E. T. Ruseffendi (1991: 469-471) memberikan langkah-langkah
pendiagnosisan kelompok dalam suatu kelas yaitu:
1. Melihat tahap perkembangan mental siswa.2. Meneliti TPK yang belum tercapai.3. Meneliti prasyarat yang belum tercapai.4. Membuat soal-soal diagnostik.5. Melaksanakan tes diagnosis dan mengolah hasilnya.
Langkah yang diambil dalam penelitian ini adalah dengan memberikan tes
diagnostik untuk mengetahui letak kesulitan belajarnya. Karena dengan memberikan
tes diagnostik maka penulis akan mengetahui bagian mana yang belum dipahami oleh
siswa dan dapat mengungkapkan kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siswa.
E. Langkah-langkah Penelitian
1. Sumber Data
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di lingkungan SMU Muhammadiyah 3 Ciparay
Kabupaten Bandung. Lokasi ini dipilih karena berdasarkan hasil observasi
awal dan di sinilah penulis menemukan permasalahan, ternyata banyak
siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah soal cerita
khususnya pada bidang studi matematika.
b. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SMU
Muhammadiyah 3 Ciparay yang terdiri dari tiga kelas (2.1, 2.2, 2.3).
Subjek penelitiannya diambil satu kelas yaitu kelas 2.1 dari tiga kelas
yang ada dengan cara sampling purposif atau sampling pertimbangan.
Menurut Suharsimi (1997: 127) menyatakan bahwa “Sampel bertujuan
atau sampel purposif dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan
didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya
tujuan tertentu”. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa
pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana
sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.
Pengambilan kelas yang dijadikan subjek penelitian dilakukan
berdasarkan hasil observasi peneliti dan atas pertimbangan sebagai
berikut:
1. Kelas 2.1 mempunyai waktu efektif belajar yang lebih banyak
dibandingkan dua kelas lainnya yang kebetulan ada jadwal pelajaran
matematika hari Sabtu, pada semester II banyak digunakan untuk
persiapan UAN kelas III, sehingga waktu efektif belajar kelas 2.2 dan
2.3 jadi berkurang. Prestasi siswa dalam bidang studi matematika
cukup baik.
2. Suasana belajar di kelas 2.1 cukup kondusif, hal ini terlihat dari sikap
siswa kelas 2.1 yang mempunyai kedisiplinan dalam belajar dan
respons terhadap pelajaran yang lebih baik dibandingkan kelas 2.2
dan 2.3.
Dari pertimbangan di atas, kelas 2.1 yang terdiri dari 40 orang siswa
sangat cocok untuk dipakai penelitian. Hal ini pun sesuai dengan saran
guru-guru dan kepala sekolah SMU yang bersangkutan.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif, yaitu dengan cara menafsirkan data yang ada dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi tentang kesulitan yang dihadapi siswa dalam
memecahkan masalah soal cerita pada pokok bahasan Program Linear
menurut heuristik Polya.
Penelitian bersifat kualitatif yaitu dengan menggambarkan makna data atau
fenomena yang diperoleh peneliti dengan menunjukkan bukti-bukti, dalam
hal ini bukti didapat dari hasil tes tertulis dan wawancara (terlampir).
3. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini, yaitu berupa:
a. Obervasi
Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan terhadap objek baik secara langsung maupun tidak langsung
(Mohammad Ali, 1993: 72). Observasi ini digunakan untuk mengetahui
kondisi objektif SMU Muhammadiyah 3 Ciparay.
b. Wawancara
Menurut Mohammad Ali (1992: 64), “wawancara merupakan salah satu
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya
jawab baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data.”
Wawancara dimaksudkan untuk mengetahui lebih jauh mengenai letak
kesulitan dan faktor penyebab kesulitan yang dihadapi siswa serta untuk
melengkapi data yang tidak terungkap melalui tes tertulis. Dengan
demikian wawancara secara langsung dilakukan penulis kepada siswa
kelas 2-1 SMU Muhammadiyah 3 Ciparay. Sedangkan wawancara secara
tidak langsung dilakukan penulis melalui guru bidang studi matematika.
c. Tes Tertulis
Tes tertulis digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
mengorganisasi pengetahuannya ketika memecahkan masalah. Tes tertulis
dalam penelitian ini berfungsi sebagai tes diagnostik, menurut Mardiati
(Henny, 1999: 6) menyatakan bahwa “Diagnostik adalah suatu
pengetahuan untuk mengenali sesuatu (masalah) dengan mencari sebab-
sebab dan gejala-gejala karakteristik dari masalah tersebut".
Bentuk tes dalam penelitian ini adalah bentuk essay atau uraian sebanyak
8 soal yang dilaksanakan sebanyak dua kali masing-masing terdiri dari 4
soal untuk pre test dan 4 soal untuk post test. Sebelum diujikan pada
siswa tes tersebut diuji validitasnya, dalam hal ini yang diuji adalah
validitas isi atau content. Menurut Ruseffendi (Lia, 2001: 31) menyatakan
bahwa “Validitas isi ditentukan oleh pakar yang berpengalaman dan tidak
ada rumus atau hitungan yang dapat digunakan untuk
menginterprestasikan validitas isi suatu test”. Validitas isi dilakukan
dengan mengundang pertimbangan (Judgement) dari pakar yang
berpengalaman, dalam penelitian ini dilakukan konsultasi dengan
pembimbing/dosen yang berkompeten dalam bidang matematika dan guru
di lapangan. Judgement (terlampir)
4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data diperoleh dari hasil tes, selanjutnya diolah atau dianalisis.
Langklah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data adalah sebagai
berikut:
a. Melakukan analisis terhadap penyelesaian soal-soal hasil tes.
Analisis atau pengolahan terhadap penyelesaian soal dari hasil tes
dimaksudkan untuk menentukan apakah siswa termasuk kategori yang
mengalami kesulitan atau tidak pada setiap tahap pemecahan masalah
menurut Polya (tahap tertentu). Kriteria pengelompokkan siswa menjadi
kelompok yang mengalami kesulitan atau tidak mengalami kesulitan pada
tahap tertentu adalah batas kelulusan dari tiap tahap yang dinyatakan
sebagai batas minimum. Batas kelulusan yang digunakan adalah batas
lulus ideal dengan menggunakan rumus:
minimum = ideal + 0,25 . SD ideal
ideal = nilai rata-rata ideal
= ½ Skor maksimum
SDideal = simpangan baku ideal (Standar Deviasi)
= 1/3 ideal (Musiri, 2000: 44)
Siswa dianggap megalami kesulitan pada tahap tertentu jika pada tahap
itu siswa memperoleh nilai kurang dari mnimun atau tidak memberikan
jawaban dan siswa dianggap tidak mengalami kesulitan jika siswa
memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan minimum. Dalam penelitian
ini skor maksimum tiap tahap bervariasi untuk tiap tahap pokok uji. Di
bawah ini dicantumkan nilai skor maksimum dan batas lulus untuk tiap
tahap pada tabel berikut:
Tabel 1.1.BATAS LULUS
No. Pokok
Uji
Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IVNilai Maks
Nilai BL
Nilai Maks
Nilai BL
Nilai Maks
Nilai BL
Nilai Maks
Nilai BL
1 25 13,5 25 13,5 40 21,7 10 5,4
2 25 13,5 25 13,5 40 21,7 10 5,4
3 25 13,5 25 13,5 40 21,7 10 5,4
4 25 13,5 25 13,5 40 21,7 10 5,4
(Lia, 2001: 34)
Tabel 1.2.SKOR KEMAMPUAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA
Aspek yang dinilai Reaksi terhadap soal atau masalah Skor
Pemahaman masalah/soal
Tidak memahami soal/tidak ada jawaban 0Tidak mengindahkan syarat-syarat soal/cara interpretasi soal kurang tepat
10
Memahami soal dengan baik 25
Perencanaan strategi penyelesaian soal
Tidak ada rencana strategi penyelesaian 0Strategi yang dijalankan kurang relevan 10Menggunakan satu strategi tertentu tetapi tidak dapat dilanjutkan/salah langkah
15
Menggunakan satu strategi tertentu tetapi mengarah pada jawaban yang salah
20
Menggunakan beberapa strategi yang benar dan mengarah pada jawaban yang benar pula
25
Pelaksanaan rencana strategi penyelesaian
Tidak ada penyelesaian sama sekali 0Ada penyelesaian, tetapi prosedur tidak jelas 10Menggunakan satu prosedur tertentu yang mengarah kepada jawaban yang benar
20
Menggunakan satu prosedur tertentu yang benar tetapi salah dalam menghitung
30
Menggunakan prosedur tertentu yang benar dan hasil benar
40
Pengecekan jawaban
Tidak diadakan pengecekan jawaban 0Pengecekan hanya pada jawaban (perhitungan) 5Pengecekan hanya pada prosesnya 5Pengecekan terhadap proses dan jawaban 10
b. Menghitung Persentase Siswa yang Mengalami Kesulitan
Untuk menghitung persentase siswa yang mengalami kesulitan setiap
tahap dari soal yang diberikan, digunakan rumus sebagai berikut:
Pi = (Musiri, 2000: 45)
i = 1,2,3,4
Keterangan:
Pi = persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tahap ke-i
Ti = jumlah siswa yang mengalami kesulitan pada tahap ke-i
N = jumlah total siswa
c. Menafsirkan Data
Untuk memudahkan menafsirkan data tentang kesulitan yang dihadapi
siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada pokok bahasan Program
Linear yang diperoleh setelah menghitung prosentase, dilakukan
penetapan klasifikasi penafsiran data. Dalam penelitian ini akan
digunakan pedoman penafsiran data dari Kuntjaraningrat sebagai berikut:
Tabel 1.3.PEDOMAN PENAFSIRAN DATA
Persentase Kriteria0 % Tidak ada kesulitan1 % - 25 % Sebagian kecil mengalami kesulitan26 % - 49 % Hampir setengahnya mengalami kesulitan50 % Setengahnya mengalami kesulitan51 % - 75 % Sebagian besar mengalami kesulitan76 % - 99 % Pada umumnya mengalami kesulitan100 % Seluruhnya mengalami kesulitan
Koentjaraningrat (Musiri, 2000: 45)
d. Menyimpulkan Data
Dalam menyimpulkan data, kesimpulan diambil berdasarkan hasil
penafsiran data, kemudian kesimpulan yang diperoleh diklasifikasikan
kedalam tahapan menurut Polya yang dibagi menjadi empat bagian,
masing-masing memberi informasi sebagai berikut:
1. Kesimpulan pada tahap pemahaman soal.
2. Kesimpulan pada tahap pemikiran suatu rencana.
3. Kesimpulan pada tahap pelaksanaan rencana.
4. Kesimpulan pada tahap peninjauan kembali.
Dari uraian di atas, teknik pengolahan dan analisis data dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 1.1.SISTEMATIKA PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Tes Pokok Uji Program Linear
Kesulitan Siswa dalam Memecahkan Masalah Soal Cerita Pada Pokok Bahasan Program Linear
Kesulitan pada Tahap I
Kesulitan pada Tahap II
Kesulitan pada Tahap III
Kesulitan pada Tahap IV
Temuan I Temuan II Temuan III Temuan IV
KESIMPULAN
Berdasarkan bagan di atas, kegiatan penelitian ini secara garis besar dapat
dijelaskan sebagai berikut:
- Untuk menjawab permasalahan penelitian, diperlukan tes pokok uji Program
Linear dengan menggunakan instrumen penelitian, dalam hal ini tes tertulis yang
sudah teruji validitasnya, dalam hal ini validitas isi/content.
- Dari hasil tes pokok uji Program Linear, kita dapat mengetahui letak kesulitan
siswa dalam memecahkan masalah soal cerita pada pokok bahasan Program
Linear.
- Setelah mengetahui letak kesulitan, kita harus mengklasifikasikan kesulitan
tersebut berdasarkan heuristik Polya yang diharapkan akan menghasilkan temuan-
temuan sesuai dengan permasalahan yang diajukan.
- Temuan/hasil penelitian tersebut dijadikan dasar dalam pengambilan kesimpulan
yang diperkuat dengan hasil dari wawancara.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah .............................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 5
D. Kerangka Pemikiran ............................................................... 5
E. Langkah-langkah Penelitian ................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kesulitan Belajar Matematika .............................. 17
1. Pengertian Belajar ............................................................. 17
2. Kesulitan Belajar .............................................................. 19
B. Diagnosis Kesulitan Belajar .................................................... 21
C. Pemecahan Masalah Menurut Polya ....................................... 25
1. Pengertian Masalah dalam Pelajaran Matematika ............. 25
2. Pemecahan Masalah Menurut G. Polya ............................. 26
BAB III DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian ......................................... 35
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ........................................... 37
1. Hasil Penelitian ................................................................. 37
2. Pembahasan ...................................................................... 55
a. Kesulitan Setiap Tahap Pemecahan Masalah
Menurut Heuristik Polya ........................................... 55
b. Upaya untuk Mengatasi dan Mencegah Kesulitan . . . 58
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................. 61
B. Saran ....................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN
MASALAH SOAL CERITA MENURUT POLYA
(Penelitian Deskriptif di SMU Muhammadiyah 3 Ciparay Kelas II Semester IIPada Materi Soal Cerita Pokok Bahasan Program Linear)
Oleh:RICCA CAMBERA NUR ROSITA
99419489
B A N D U N G2004 M/1425 H
ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN
MASALAH SOAL CERITA MENURUT POLYA
Oleh:
Ricca Cambera Nur RositaNIM: 99419489
Menyetujui:
Pembimbing I Tanda tangan
Dra. Hj. Nunung Sobarningsih NIP. 150 218 918
Pembimbing II Tanda tangan
Dra. Wati SusilawatiNIP. 150 262 389
Mengetahui:Ketua Jurusan Tadris
Drs. H. Adang Hambali, M.Pd.NIP. 150 232 911