BAB I lama
-
Upload
kurnia-fitri-aprilliana -
Category
Documents
-
view
218 -
download
5
description
Transcript of BAB I lama
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau
berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Indeks massa tubuh (BMI) adalah indeks
sederhana untuk mengukur berat badan dan tinggi badan yang biasa digunakan untuk
mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa. Indeks ini
didefinisikan sebagai berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi
dalam meter (kg / m2). Dari definisi WHO, BMI lebih dari atau sama dengan 25 adalah
kelebihan berat badan (overweight) sedangkan BMI lebih besar dari atau sama dengan 30
adalah obesitas (World Health Organisation, 2012).
Menurut World Health Organizaton (WHO) Media Centre, pada tahun 2008,
terdapat total lebih dari setengah miliar orang dewasa dinyatakan obesitas di seluruh
dunia. Faktanya, di seluruh dunia obesitas memiliki prevalensi lebih dari dua kali lipat
sejak tahun 1980. Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa, 18 tahun dan
lebih tua, kelebihan berat badan. Dari jumlah tersebut lebih dari 600 juta orang
mengalami obesitas. 39% dari orang dewasa berusia 18 tahun ke atas kelebihan berat
badan pada tahun 2014, dan 13% mengalami obesitas. Sebagian besar penduduk dunia
tinggal di negara-negara di mana kelebihan berat badan dan obesitas membunuh lebih
banyak orang daripada rendahnya berat badan. 42 juta anak di bawah usia 5 yang
kelebihan berat badan atau obesitas pada tahun 2013. Secara keseluruhan, sekitar 13%
dari populasi dunia dewasa (11% pria dan 15% wanita) yang mengalami obesitas pada
tahun 2014. Kegemukan dan obesitas terkait dengan kematian di seluruh dunia lebih dari
berat badan. Sebagian besar populasi dunia tinggal di negara di mana kelebihan berat
badan dan obesitas membunuh lebih banyak orang daripada underweight (ini mencakup
semua berpenghasilan tinggi dan sebagian besar negara berpenghasilan menengah)
(World Health Organisation, 2012).
Dalam studi Trishnee Bhurosy dan Rajesh Jeewon University of Mauritius 2014,
dengan menggunakan data yang tersedia pada rata-rata indeks massa tubuh (BMI) nilai
dari enam WHO dikategorikan daerah, yaitu, Afrika, Amerika, Mediterania Timur,
Eropa, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat. Nilai BMI dilaporkan oleh WHO hingga 2008.
BMI telah universal digunakan untuk menilai status berat badan seseorang dan kesehatan
berkaitan dengan obesitas. Meskipun nilai BMI yang lebih rendah lebih banyak terjadi di
negara-negara Afrika dan Asia Tenggara, telah meramalkan bahwa negara-negara
berkembang akan segera menghadapi tingkat kelebihan berat badan saat ini lazim di
Amerika Serikat dan Eropa. Tingkat rata-rata BMI dilaporkan di Afrika dan Asia
Tenggara akan segera meningkat dari daerah-daerah yang berkembangkan dan
diantisipasi bahwa pada tahun-tahun mendatang (Bhurosy & Jeewon, 2014)
Menurut data yang tersedia pada tahun 2004 dari database Global Body Mass
Index diluncurkan pada situs WHO, prevalensi obesitas di seluruh dunia pada tahun 2004
juga berkisar dari lebih dari 20% di Amerika Serikat, Seychelles dan Selandia Baru
kurang dari 10% di Singapore. Prevalensi kelebihan berat badan untuk pria dan wanita
berkisar antara 23,2% di Jepang dan 66,3% di Amerika Serikat diantara negara-negara
maju, dan 13,4% di Indonesia hingga 72,5% di Arab Saudi diantara negara-negara
berkembang. Prevalensi obesitas terus meningkat di banyak bagian dunia. Laporan baru-
baru ini oleh Baker Institute yang menunjukkan bahwa prevalensi obesitas telah
mencapai 26% orang dewasa di Australia pada tahun 2007 dan ini telah melampaui
tingkat di USA (Low, Chin, & Deurenberg-Yap, 2009)
Peningkatan prevalensi obesitas tidak saja terjadi di negara-negara maju tetapi
juga di negara-negara berkembang. Prevalensi obesitas pada anak usia 6-17 tahun di
Rusia 10%, Cina 3,4% dan Inggris 10-17%. Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun
2007 menunjukkan angka Indonesia untuk kejadian berat badan lebih pada anak usia
sekolah mencapai 15,9% (Retnaningsih & Oktariza, 2011).
Angka kejadian obesitas dan resistensi insulin terkait telah meningkat secara
dramatis dalam 20 tahun terakhir dan memahami jalur mendorong perkembangan
resistensi insulin adalah sangat penting. Resistensi insulin adalah kerusakan patofisiologi
umum ditemukan pada orang obesitas, dan merupakan prediktor penting untuk kemajuan
untuk diabetes tipe 2. Secara keseluruhan penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pengurangan tingkat IL-1Ra (kira-kira setengah dari sirkulasi normal pada tikus obesitas)
meningkatkan sensitivitas insulin (Franck et al., 2014).
Komponen kedelai terdiri dari protein, lemak, serat dan photochemical termasuk
isoflavone. Beberapa penelitian meneliti isoflavone sebagai komponen bioaktif yang
penting dari kedelai. Isoflavone terdiri dari 3 komponen yaitu genistein, daidzein dan
glycitein. Penelitian Mezei et al (2003) mengatakan bahwa konsumsi kedelai akan
mengurangi beberapa gejala diabetes mellitus tipe 2 seperti insulin resistance dan
glycemic control, efek ini kemungkinan adalah hasil dari profil lipid darah yang
membaik. Kedelai mungkin mempunyai efek positif dan secara langsung dalam
manajemen diabetes melalui beberapa mekanisme yang belum diketahui, salah satunya
melalui peroxisome proliferator activated receptors (PPAR). PPAR adalah reseptor
nuklear yang berperan dalam sel untuk menjaga keseimbangan lemak dan aksi insulin.
Pada hasil penelitian Mezei et al (2003) menunjukkan bahwa isoflavone memperbaiki
metabolisme lemak dan glukosa melalui aktifasi reseptor PPAR (Mezei et al., 2003).
Persaud et al., (1999) dan Liu et al., (2006) melaporkan komponen isoflavon
tempe khususnya genistein mampu meningkatkan sekresi insulin pada sel pankreas tikus
secara in vitro. Insulin berperan penting di dalam metabolisme glukosa di antaranya
melalui stimulasi glikogenesis pada berbagai jaringan tubuh. Tujuan penelitian ini adalah
mengevaluasi gambaran histopatologi dari pankreas pada tikus percobaan yang diberi
tempe.
1.2 Rumusan Masalah
Obesitas adalah peningkatan lemak total tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan
berat badan atau BMI lebih dari atau sama dengan 30 (kg/m2). Pada tahun 2014, lebih
dari 1,9 miliar orang dewasa, 18 tahun dan lebih tua, kelebihan berat badan. Dari jumlah
tersebut lebih dari 600 juta orang mengalami obesitas. 39% dari orang dewasa berusia 18
tahun ke atas kelebihan berat badan pada tahun 2014, dan 13% mengalami obesitas.
Sekitar 80% - 90% individu dengan diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) mengalami obesitas,
dan obesitas dapat secara langsung menyebabkan berbagai derajat resistensi insulin.
melaporkan komponen isoflavon tempe khususnya genistein mampu meningkatkan
sekresi insulin pada sel pankreas tikus secara in vitro. Berdasarkan uraian latar belakang
diatas, didapatkan rumusan masalah :
1. Apakah ada pengaruh dari pemberian tempe terhadap gambaran histopatologi
pankreas tikus jantan obese?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian tempe terhadap gambaran histopatologi pankreas dari
tikus jantan obesitas.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui perbedaan gambaran histopatologi dari sel β pankreas tikus jantan obesitas
dengan sel β pankreas tikus jantan obesitas yang diberi tempe
1.4 Manfaat
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan hasil yang dapat bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan, bagi peneliti dan juga bagi masyarakat. Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah atau bahan acuan
bagi penelitian lain.
2. Bagi peneliti, merupakan sebagai suatu bentuk pengaplikasian disiplin ilmu yang telah
dipelajari selama perkuliahan dan dapat mengembangkan pengetahuan peneliti terutama
mengenai pengaruh pemberian tempe terhadap gambaran histopatologi pankreas tikus
jantan obese
3. Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi bagi
masyarakat umum mengenai manfaat dari mengkonsumsi tempe.