BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/360/4/4_bab1.pdfkursi (26,4%) di DPR RI, setelah mendapat...

14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kampanye pemilu adalah periode yang diberikan oleh panitia pemilu kepada semua kontestan, baik partai politik atau perorangan, untuk memaparkan program-program kerja dan mempengaruhi opini public sekaligus memobilisasi masyarakat agar memberikan suara kepada mereka sewaktu pencoblosan. 1 Kampanye dalam kaitan ini dilihat sebagai suatu aktivitas pengumpulan massa, parade, orasi politik, pemasangan atribut partai (misalnya umbul-umbul, poster, spanduk) dan pengiklanan partai. Periode waktu sudah ditetapkan oleh panitia. Masing-masing peserta diwajibkan mengikuti aturan-aturan resmi selama periode kampanye ini. Apabila tidak mengikuti aturan ditetapkan dianggap sebagai suatu pelanggaran dan akan mendapat penalty. Kampanye jenis ini diakhiri dengan pemungutan suara untuk menentukan siapa yang akan mendapat dukungan terbanyak untuk disahkan sebagai pemenang pemilu. 2 Sedangkan kampanye politik menurut Lock dan Harris (1996) terkait erat dengan pembentukan image politik. Dalam kampanye politik terdapat dua hubungan yang akan dibangun, yaitu internal dan eksternal. Hubungan internal adalah suatu proses anatara anggota-anggota partai dengan pendukung untuk memperkuat ikatan ideologis dan identitas mereka. Sementara hubungan eksternal 1 Hafied Cangara, Komunikasi Politik (Konsep, Teori, dan Strategi), (RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2009), hlm. 27 2 Ibid, hlm. 29

Transcript of BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/360/4/4_bab1.pdfkursi (26,4%) di DPR RI, setelah mendapat...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kampanye pemilu adalah periode yang diberikan oleh panitia pemilu kepada semua

kontestan, baik partai politik atau perorangan, untuk memaparkan program-program kerja

dan mempengaruhi opini public sekaligus memobilisasi masyarakat agar memberikan suara

kepada mereka sewaktu pencoblosan.1 Kampanye dalam kaitan ini dilihat sebagai suatu

aktivitas pengumpulan massa, parade, orasi politik, pemasangan atribut partai (misalnya

umbul-umbul, poster, spanduk) dan pengiklanan partai. Periode waktu sudah ditetapkan

oleh panitia. Masing-masing peserta diwajibkan mengikuti aturan-aturan resmi selama

periode kampanye ini. Apabila tidak mengikuti aturan ditetapkan dianggap sebagai suatu

pelanggaran dan akan mendapat penalty. Kampanye jenis ini diakhiri dengan pemungutan

suara untuk menentukan siapa yang akan mendapat dukungan terbanyak untuk disahkan

sebagai pemenang pemilu.2

Sedangkan kampanye politik menurut Lock dan Harris (1996) terkait erat dengan

pembentukan image politik. Dalam kampanye politik terdapat dua hubungan yang akan

dibangun, yaitu internal dan eksternal. Hubungan internal adalah suatu proses anatara

anggota-anggota partai dengan pendukung untuk memperkuat ikatan ideologis dan identitas

mereka. Sementara hubungan eksternal

1Hafied Cangara, Komunikasi Politik (Konsep, Teori, dan Strategi),(RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2009),

hlm. 27 2Ibid, hlm. 29

dilakukan untuk mengkominukasikan image yang akan dibangun kepada pihak luar partai,

termasuk media massa dan masyarakat secara luas. Karena image politik perlu didukung

oleh konsistensi aktivitas politik jangka panjang, kampanye politik perlu didukung oleh

konsistensi aktivitas secara permanen dan tidak terbatas pada waktu menjelang pemilu saja.

Image politik yang akan dibangun harus memiliki karakteristik sendiri dibandingkan

dengan para pesaing.

Kampanye politik adalah penciptaan, penciptaan ulang, dan pengalihan lambang signifikan

secara berkesinambungan melalui komunikasi.3Kampanye menggabungkan partisipasi aktif

dari yang melakukan kampaye dan pemberi suara. Yang melakukan kampanye berusaha

mengatur kesan pemberi suara (khalayak) tentang mereka dengan mengungkapkan

lambang-lambang yang oleh mereka diharapkan akan menghimbau para pemilih. Media

yang digunakan oleh para pelaku kampanye, promotor dan jurnalis akan memainkan peran

dalam media turut menciptakan dan memodifikasi lambang-lambang signifikan.

Kampanye sangat dibutuhkan bagi para calon pemimpin agar masyarakat bisa

mengenalnya. Masyarakat memerlukan informasi yang sebanyak-banyaknya untuk dapat

memilih calon wakilnya kelak. Bagi Partai Politik (Parpol) kampanye diharapkan agar

dapat mendapat dukungan dari masyarakat.4 Kampanye melalui medium media massa,

dapat memberikan informasi secara luas sehingga pesan informasi yang sama dapat

diterima secara serentak dan sesaat dari berbagai sumber, terutama dari media massa,

3Maswadi Rauf, Komunikasi Politik di Indonesia (Gramedia Pustaka Utama, 2004 ) hlm. 8

4Ramlan surbakti, Memahami Ilmu Politik (Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakrta 1999) hlm. 116

apakah itu dari siaran televisi dan radio (media elektronik), surat kabar dan majalah (media

cetak), komputer pribadi, atau bahkan dari internet.

Bahasa Audio dan Visual, adalah bahasa yang mudah dimengerti oleh khalayak, karena

melibatkan dua medium. Pendekatan marketing politik dalam Pemilu 2009 akan semakin

intensif karena dukungan media massa.5 Saat ini industri media di Indonesia sangat maju

pesat, sehingga memungkinkan digunakan secara intensif dalam marketing politik para

kandidat baik perseorangan maupun kelompok.

Masa kehidupan Rasulullah saw tidak pernah ada Pemilihan Umum (Pemilu) seperti hari

ini maka otomatis tidak ada pula kampanye seperti sekarang.6Ini bermakna kita tidak ada

rujukan langsung tentang kampanye dalam Islam sebagaimana kampanye yang berlangsung

hari ini. Namun Islam punya istilah lain untuk mengembangkan Islam dan ummatnya yang

disebut dakwah. Antara dakwah dengan kampanye tentunya mempunyai perbedaan yang

sangat signifikan.

Selain itu Islam juga tidak menggalakkan ummatnya untuk mempromosikan personalitas

dirinya agar dipilih oleh rakyat pada jabatan tertentu. Karena cara seumpama itu lebih dekat

kepada sikap ambisi pribadi yang mengejar jabatan yang dilarang Islam. Sabda Rasulullah

saw: “Jangan sekali-kali kamu meminta untuk menjadi pemimpin, kecuali diberikan dengan

5Artikel Sosial, Pemilu 2009 yang Hiruk-pikuk , Oleh : H St Zaili Asril, diakses pada tanggal 29 april 2012

18.59 WIB 6Muhammad Mukhsin Khan, Shahih Bukhari, Madinah: Dar Ahya Us-Sunnah al-Nabawiya, t.t., vol. 1, Kitab

Iman, hadis nomor 32, hlm. 31

cara yang wajar maka terimalah, kalau diberikan dengan cara yang salah maka tolaklah”

(Bukhari dan Nasa-i).7

Pernah Abu Zar al-Ghifari yang terkenal khusyu‟ dan wara‟ coba meminta posisi pemimpin

pada Rasulullah saw. Karena Rasulullah merasa beliau tidak serasi untuk memperoleh posisi

tersebut maka Baginda tidak memberikannya, alasan Beliau tidak mengabulkan permintaan

Abu Zar karena beliau meminta jabatan bukan diberikan dengan wajar, dan personalitas beliau

menurut Nabi tidak cocok untuk dipromosikan disana. Karenanya seseorang yang

berkampanye kepada orang banyak serta meminta rakyat untuk memilihnya, itu berarti identik

dengan meminta jabatan pada rakyat dengan perasaan ambisi. Berpijak kepada hadis Nabi dan

kasus Abu Zar al-Ghifari maka langkah tersebut sudah keluar dari tradisi Nabi, keluar dari

tradisi tersebut bermakna keluar dari ketentuan Islam. Namun manakala kita kembali

kebelakang mengingat tidak ada peraturan baku tentang kampanye dalam Islam, sementara

atribut politik hampir seluruh Negara modern hari ini menggunanakan sistem pemilu untuk

menentukan kepemimpinan Negara, maka langkah tersebut masih bisa dievaluasi lebih lanjut.

Artinya para calon barangkali dibolehkan berkampanye asalkan harus menggunakan rambu-

rambu agama Islam baik yang berkenaan dengan „aqidah, maupun akhlaq.8 Siapa saja bisa

mengemukakan program kerja untuk kemaslahatan rakyat bukan untuk kepentingan pribadi

dan keluarga, ketika ia terpilih maka program kerja tersebut harus benar-benar dilaksanakan,

kalaupun tidak sanggup atau gagal maka ia harus minta ma‟af pada rakyat yang memilihnya.

Berpolitik dalam Islam dengan cara yang benar merupakan bahagian dari „ibadah sementara

7Ibid, hml. 33

8Artikel, “kampanye politik islam”, jaka, diakses pada tanggal 29 april 2012 20.00 WIB

berpolitik jahat ala Machiavelli yang menghalalkan segala cara menjadi bahagian dari jinayah

atau kriminal. Kalau poin terakhir yang kita lakukan maka tempat akhir nanti adalah neraka.

Indonesia merupakan negara demokrasi yaitu oleh rakyat dan untuk rakyat, berbicara

tentang demokrasi berarti kita berbicara tentang pemilu. Karena pemilu merupakan dasar

kehidupan demokrasi. Dalam pemilu masyarakat diberikan kebebasan untuk menentukan

pilihannya. Pemilihan umum juga terkait dengan partai-partai politik, secara konseptual

menurut UU RI No.42 Tahun 2008 tentang pemilihan umum, pemilu adalah pelaksanaan

kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan UUD 1945.9

Sebagai alat demokrasi pemilu dijalankan secara jujur, bersih, bebas, kompetitif, dan

adil.Pemilu pada hakikatnya merupakan pengakuan dan perwujudan dari pada hak-hak

politik rakyat, dan sekaligus merupakan pendelegasian hak-hak tersebut oleh rakyat kepada

wakil-wakilnya untuk menjalankan pemerintahan. Esensi pemilu adalah sarana demokrasi

untuk membentuk suatu sistem pemerintahan negara, yang pada dasarnya lahir dari bawah

menurut kehendak rakyat, sehingga terbentuk kekuasaan negara yang benar-benar

memancarkan ke bawah, sebagai suatu kewibawaan sesuai dengan keinginan rakyat oleh

rakyat, menurut sistem permusyawaratan perwakilan. Sedangkan fungsinya adalah sebagai

alat menyehatkan dan menyempurnakan demokrasi bukan sebagai tujuan demokrasi.

Untuk meningkatkan kinerja dan pencapaian target pemenangan pemilu 2009, disusun

tugas operasional sebagai wujud penjabaran program pemilu secara menyeluruh disebut

9UUD 1945

sebagai “TRI SULA UTAMA” yaitu Pembinaan, Penggalangan dan Pengarahan, sebagai

master plan pelaksanaan Program dengan taktik dan teknik yang handal. Selain itu caleg

incumbent, hal ini tentunya menguntungkan bagi Partai Demokrat karena akan

mempermudah melakukan sosialisasi dengan masyarakat tanpa dianggap curi start

kampanye.

Lalu bagaimana dengan kemenangan Partai Demokrat pada pemilu 9 April 2009. Pada

tingkat Nasional, berdasarkan sumber data tabulasi KPU hasil Pemilu 2009, Partai

Demokrat menjadi Pemenang pemilu legislatif 2009.10

Partai Demokrat memperoleh 150

kursi (26,4%) di DPR RI, setelah mendapat 21.703.137 total suara (20,4%). Partai

Demokrat meraih suara terbanyak di banyak provinsi, hal yang pada pemilu sebelumnya

tidak terjadi, seperti di Aceh, DKI Jakarta, dan Jawa Barat.(Rekapitulasi hasil final KPU

(Komisi Pemilihan Umum) Pusat, Jakarta).

Bagaimana perbandingan kemenangan Partai Demokrat antara pemilu legislalatif 2004

dengan pemilu legislatif 2009 menjelaskan, pada pemilu legislatif 2004 Partai Demokrat

meraih suara sebanyak 8.455.225 (7,45%) dari total suara dan mendapatkan kursi sebanyak 56

di DPR, Semantara pada pemilu legislatif 2009 Partai Demokrat meraih suara sebanyak

21.703.137 (20,85%),dari total suara mendapatkan kursi sebanyak 150 kursi. 11

Namun yang

jelas kemenangan Partai Demokrat pada pemilu legislatif 2009 kemenangan mutlak yang tentu

tidak terlepas dari strategi kampanye, partai baru yang menjadi pemenang pada sistem multi

partai.

10

Anas Urbaningrum, Revolusi Sunyi, (Mizan, 2010 ) hlm. 17 11

Ibid, hlm. 358

Dalam penelitian ini perlu rasanya untuk digali kampanye politik SBY serta

mengimplementasikannya dalam dinamika kancah politik Indonesia. Untuk selanjutnya,

penulis mencoba menjadikannya dalam skripsi dengan judul: “Kampanye Politik Susilo

Bambang Yudoyono (SBY) pada Pemilihan Umum 2009 Dalam Presfektif Fiqh Siyasah”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang di ungkapkan diatas, maka dapat dirumuskan

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kampanye politik SBY pada pemilihan umum 2009 ?

2. Bagaimana kamapanye politik SBY pada pemilihan umum 2009 dalam presfektif fiqh

siyasah ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah harapan yang secara langsung dan secara spesifik akan dicapai

dengan penelitian yang akan dilakukan yang bertolak dari maslahnya. 12

Dari rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

a. Mengetahui Bagaimana kampanye politik SBY pada pemilihan umum 2009.

b. Mengetahui bagaimana kampanye politik SBY pada pemilihan umum 2009 dalam

presfektif fiqh siyasah.

12Tajul arifin, teknik penulisan skripsi (Bandung : 2011) hlm. 30

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian adalah nilai aplikasi dari hasil-hasil penelitian. Dalam penelitian

terapan, yang kegunaan penelitian merupakan bagian yang harus ditonjolkan, karena

penelitian jenis ini yang hampa nilai aplikasi dinilai gagal. 13

Adapun kegunaan penelitian ini antara lain:

a. Secara akademis diharapakan menjadi bahan referensi atau rujukan dalam

mengukur dan memperkaya khsanah keilmuan politik dalam bentuk komunikasi

bagi jurusan Siyasah (HKPI/ Hukum Ketatanegaraan dan Politik Islam) dan bagi

fakultas Syaria‟ah dan Hukum serta lembaga UIN SGD Bandung serta menjadi

gambaran peneliti selanjutnya.

b. Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi subjek penelitian sebagai

masukakan untuk meningkatkan kualitas komunikasi politiknya, serta memberikan

sumbangan pemikiran dan wawasan kepada para Mahasiswa UIN SGD Bandung.

D. Kerangka Pemikiran

Kampanye variabel komunikasi memainkan peran esensial dalam demokrasi. Batasan

demokrasi pun banyak ditentukan oleh interaksi komunikasi politik khususnya dalam

kampanye.14

Tingkat perkembangan demokrasi sangat banyak tergantung pada struktur dan

ciri sistem komunikasi tersebut.

13

Ibid, hlm. 32 14

Gungun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, Lasswell Visitama, April 2010, hlm.6

Futurlog ternama Alvin Toffler, juga menyatakan di era abad kecanggihan teknologi

informasi masa kini, pihak yang menguasai, mengendalikan informasi dan komuniksai akan

dapat pula menguasaidan mengendalikan politik khususnya dalam pemilihan presiden

tahun 2009. Pola hubungan tersebut berlangsung di tengah proses aktivitas demokrasi,

dalam ruang lingkup suatu sistem politik dan antara sistem dengan lingkungannya.

Aktivitas komunikasi politik dalam hal ini berkaitan dengan kampanye politik bertalian

dengan proses penyampaian informasi politik dan janji-janji calon presiden dan calon wakil

presiden dalam mempengaruhi masyarakat agar dapat berpartisipasi politik dengan cara

dapat memilihnya dalam pemilihan umum presiden tahun 2009.

Pelaksanaan kampanye pemilihan presiden hendaknya dapat ditumbuh-kembangkan

komunikasi politik cerdas. Suatu komunikasi politik yang menuju pada pencerahan

intelektual, dan pengayaan wawasan publik pemilih. Bukan bentuk kampanye yang negatif

serta bercorak pembodohan dan pembohongan publik pemilih. Dalam diskursus kampanye

politik , komunikator politik negatif dikenal dengan propagandis Machiavellis yang

menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan tunggal yakni pemenangan kandidatnya

semata.15

Sebaliknya gaya komunikator politik cerdas bercirikan empati sosial dan fokus

menjaga kohefitas masyarakat luas.

Seyogyanya para tim sukses dalam kampanye pemilihan umum presiden tahun 2009 dapat

mengutus komunikator-komunikator politik profesional yang cerdas, berorientasi program,

15

Dan Nimmo Dan James E.Combs, Propaganda Baru Kediktatoran Perundingan Dalam Politik Masa Kini,

Remaja Rosdakarya, Bandung,1994, hlm. 151

dan memiliki sensitifitas konflik. IFES ( the International Foundation For Electrocal

Systems) menyebutkan masa kampanye sebagai fase pemilu paling kritis karena sangat

rawan konflik. Pada rentang waktu inilah masa pemilih setiap hari dijejali dengan berbagai

informasi kandidat yang di kampanyekannya apda masyarakat luas.

دهم مانتم لوالذين هم راعونوعه

Artinya: “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan

janjinya.” (QS. Al mukminun : 8)

Al Baghowi mengatakan bahwa makna dari “mereka memelihara janji-janjinya” adalah

memelihara apa-apa yang diamanahkan kepada mereka serta menunaikan janji-janji yang

diutarakannya kepada manusia.” (Tafsir al Baghowi juz V hal 410)

Tak lupa dalam kampanye pun erat kaitannya dengan pesan-pesan dalam kampanye atau

sering kita sebut dengan janji-janji politik dalam kampanye kandidat tersebut . Pesan dari

kampanye adalah penonjolan ide bahwa sang kandidat atau calon ingin berbagi dengan

pemilih. Pesan sering terdiri dari beberapa poin berbicara tentang isu-isu kebijakan. Poin-

poin ini akan dirangkum dari ide utama dari kampanye dan sering diulang untuk

menciptakan kesan abadi kepada pemilih. Dalam banyak pemilihan, para kandidat partai

politik akan selalu mencoba untuk membuat para kandidat atau calon lain menjadi "tanpa

pesan" berkaitan dengan kebijakannya atau berusaha untuk pengalihan pada pembicaraan

yang tidak berkaitan dengan poin kebijakan atau program. Sebagian besar strategis

kampanye menjatuhkan kandidat atau calon lain yang lebih memilih untuk menyimpan

pesan secara luas dalam rangka untuk menarik pemilih yang paling potensial. Sebuah pesan

yang terlalu sempit akan dapat mengasingkan para kandidat atau calon dengan para

pemilihnya atau dengan memperlambat dengan penjelasan rinci programnya. Misalnya,

dalam Pemilu 2008 dari pihak John McCain awalnya mempergunakan pesan yang berfokus

pada patriotisme dan pengalaman politik, pesan itu kemudian ditangkap dan diubah

menjadi perhatian beralih ke peran sebagai "maverick" di dalam pendirian politiknya

sedangkan Barack Obama tetap pada konsistensi, pesan yang sederhana yang "mengubah"

seluruh kampanye itu.16

Dalam tekhnik kampanye politik kemenangan kandidat atau calon

yang dilakukan di dalam jajak pendapatkan hanya dipergunakan sebagai agenda politik di

kantor staf pemenangan kandidat atau calon.

Dengan demikian pola komunikasi di atas menjadi metode yang jitu dalam kampanye

politik kandidat atau calon presiden terhadap rakyatnya, yang dapat berpartisipasi akan

komunikasi poltik SBY pada pemilu 2009.

Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikran ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut .

16

www.komunikasi politik (political communication assignment).com , dikutip pada 13 April 2012 02.37

WIB

S

B

Y

Janji-janji kampanye

1. Keamanan Negara

2. Kesejahteraan

Rakyat

3. Kecerdasan Bangsa

4. Kesehatan Rakyat

5. Jaminan Hidup

Rakyat

6. Dll

Manajemen kampanye politik SBY

1.

personalcontact

2. media massa

3. teknik lobby

Respon dan

partisipasi politik

masyarakt

Kampaye politik SBY

pada pemilu 2009

ditinjau dari Fiqh Siyasah

E. Langkah-langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah mulai dari objek penelitian.

1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Kampanye Politik Susilo BambangYudhoyono (Sby) Pada

Pemilihan Umum 2009.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu

menggambarkan keadaan kampanye SBY pada pemilu 2009 berdasarkan fakta-fakta yang

tampak sebagaimana adanya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ialah sebagai berikut.

a. Studi kepustakaan, yaitu

1) Anas Urbaningrum , Revolusi Sunyi, Mizan, Jakarta 2010.

2) Imam Al-Mawardi , Al-Ahkam As-Sulthaniyyah, Darul Falah, Jakarta, 2007.

b. Wawancara, yaitu kegiatan tanya jawab pada sebagian orang masyarakat akan

respon dari kampanye politik SBY pada pemilu 2009.

4. Sumber Data

a. Sumber Primer

Kepopuleran SBY

(Anas Urbaningrum, Revolusi Sunyi, Mizan, Jakarta 2010 dan UU No 42 Tahun 2008),

(Imam Al-Mawardi Imam, Al-Ahkam As-Sulthaniyyah, Darul Falah, Jakarta, 2007),

(Undang-undang penyelenggara pemilihan umum , fokusmedia, Bandung , 2011),

(Maeswara Garda, Biografi Politik Susilo Bambang Yudhoyono, Narasi, 2009), dan

dokumen berupa rangkaian acara dari KPU Pusat.

b. Sumber Sekunder

(Dino Patti Djalal , Harus Bisa ! Seni Memimpin Ala SBY, Rew, Jakarta), (Onong Effendy

Uchjana, Kepemimpinan Dan Komunikasi, Mandar Maju, Bandung, 1992), (Muamar Noeh

Fuad, SBY & Islam, eLsaku, Depok, 2004), (M. Abu Fariz Abdul Qadir, Sistem Politik

Islam, Robbani Press, Jakarta, 2000) , (Sulaiman Rasyid., Fiqh Islam , Djaja Murni Jakarta,

Jakarta, 1954),

5. Analisis Data

Analisis data ini dilakukan menggunakan analisis kualitatif melelui langkah-langkah

sebagai berikut: (1) reduksi data yaitu data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan, (2)

pengolahan dan penyusunan data yaitu membuat berbagai macam tabel dan gambar, (3)

mengambil kesimpulan atau verifikasi.

Dari pengertian yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini dilakukan analisis data sejak

awal penelitian, analisis dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum

terjun kelapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian, analisis data

menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya, sampai jika mungkin tercapai “grouded

theory”.