BAB I Koefisien Distribusi

2
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Metode ekstraksi ini berdasarkan perbedaan koefisien distribusi zat terlarut dalam dua larutan yang berbeda fasa dan tidak saling bercampur. Ekstraksi ini dilakukan dengan pertimbangan beberapa faktor yaitu : Kemudahan dan kecepatan proses Kemurnian produk yang tinggi Rendah polusi Kebutuhan me-recovery logam dari larutannya Efektivitas dan selektivitas yang tinggi (Gozan, 2006). Koefisien distribusi atau koefisien partisi (partition coefficient), K didefinisikan sebagai perbandingan antara fraksi berat solute dalam fase ekstrak, dibagi dengan fraksi berat solute dalam fase rafinat, pada keadaan kesetimbangan (Jos, 2008). Koefisien distribusi adalah koefisien yang berkaitan dengan proses agihan (distribusi) yang dalam hal zat terlarut berada dalam dua fase yang tak campur dan koefisien ini mencerminkan perbandingan konsentrasi (Pudjaatmaka, 1993). Parameter penting dalam ekstraksi cair-cair meliput koefisien distribusi, selektivitas solven, dan perbandingan solven/umpan. Ekstraksi menggunakan solven konvensional seperti alkohol, eter, dan keton adalah tidak efisien I-1

description

BAB I KOEFISIEN DISTRIBUSI

Transcript of BAB I Koefisien Distribusi

BAB IPENDAHULUANI.1 Latar BelakangMetode ekstraksi ini berdasarkan perbedaan koefisien distribusi zat terlarut dalam dua larutan yang berbeda fasa dan tidak saling bercampur. Ekstraksi ini dilakukan dengan pertimbangan beberapa faktor yaitu : Kemudahan dan kecepatan proses Kemurnian produk yang tinggi Rendah polusi Kebutuhan me-recovery logam dari larutannya Efektivitas dan selektivitas yang tinggi (Gozan, 2006).Koefisien distribusi atau koefisien partisi (partition coefficient), K didefinisikan sebagai perbandingan antara fraksi berat solute dalam fase ekstrak, dibagi dengan fraksi berat solute dalam fase rafinat, pada keadaan kesetimbangan (Jos, 2008).Koefisien distribusi adalah koefisien yang berkaitan dengan proses agihan (distribusi) yang dalam hal zat terlarut berada dalam dua fase yang tak campur dan koefisien ini mencerminkan perbandingan konsentrasi (Pudjaatmaka, 1993).Parameter penting dalam ekstraksi cair-cair meliput koefisien distribusi, selektivitas solven, dan perbandingan solven/umpan. Ekstraksi menggunakan solven konvensional seperti alkohol, eter, dan keton adalah tidak efisien apabila diterapkan pada larutan yang kadar asam karboksilatnya rendah karena memberikan koefisien distribusi yang kecil. Di samping itu solven tersebut (terutama alkohol) mempunyai kelarutan yang cukup besar dalam air sehingga kurang cocok bila dipakai sebagai ekstraktan dalam pengolahan limbah cair (Jos, 2008).Senyawa amin terutama amin tersier lebih cocok dipakai sebagai extracting power untuk pengikat asamasam karboksilat karena dapat membentuk formasi asam-amin kompleks sehingga dapat meningkatkan harga koefisien distribusi. Kelemahan solven amin ini adalah tidak ekonomis apabila dipakai sebagai solven tunggal karena harganya sangat mahal dan mempunyai viskositas yang tinggi. Oleh karena itu perlu dikaji pemakaian solven campuran yang harganya jauh lebih murah namun tetap memberikan harga koefisien distribusi yang besar (Jos, 2008).

I.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana cara mencari harga koefisien distribusi larutan NaOH dan kloroform dengan variabel waktu 5 menit dan 10 menit ekstraksi ?

I.3 Tujuan Percobaan1. Untuk mengetahui cara mencari harga koefisien distribusi larutan NaOH dan kloroform dengan variabel 5 menit dan 10 menit ekstraksi.

I-1I-1