Bab i Kewajiban
-
Upload
albertina-widiana-sentyaji -
Category
Documents
-
view
239 -
download
0
description
Transcript of Bab i Kewajiban
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi saat ini, reformasi dan tuntutan transparansi semakin
meningkat, sehingga peran akuntansi semakin dibutuhkan. Peran akuntansi
dibutuhkan tidak saja untuk kebutuhan pihak manajemen suatu entitas, tetapi juga
untuk kebutuhan pertanggung jawaban kepada banyak pihak yang memerlukan.
Indonesia menerapkan UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang
menjadi pijakan penting perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia. UU
Keuangan Negara tersebut diikuti pula dengan UU Nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharan Negara dan UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara. Tuntutan akan akuntansi
pemerintahan semakin nyata di Indonesia dengan adanya ketiga undang-undang
tersebut.
Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia sekarang
ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik baik di
pusat maupun di daerah. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi
dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya melalui suatu
media pertanggung jawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003).
Pengertian sektor publik bervariasi dan cukup luas.
Bastian (2001) mendefinisikan akuntansi sektor publik adalah mekanisme teknis
dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat pada
1
2
lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen di bawahnya, pemerintah daerah,
BUMN, BUMD, LSM, dan yayasan sosial. Tujuan sektor publik dan pemerintah
didirikan berbeda dengan tujuan entitas bisnis. Entitas bisnis didirikan dengan tujuan
meningkatkan nilai perusahaan secara maksimal (value maximization) dengan
meningkatkan laba operasi secara berkelanjutan. Sementara, sektor publik atau
pemerintah dibentuk dengan tujuan umum memberikan pelayanan publik atau
menyejahterakan rakyat.
Standar Akuntansi Pemerintahan di Indoensia yang lama yaitu ditetapkanlah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan. Penerapan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2005 dirasa kurang efektif dan peraturan tersebut masih bersifat
sementara. Maka dari itu, diterbitkanlah Peraturan Pemerintahan Nomor 71 Tahun
2010 dan dicabutnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2005.
Diterapkannya Peraturan Pemerintahan Nomor 71 Tahun 2010, maka penerapan
standar akuntansi pemerintahan yang berbasis akrual telah memiliki landasan hukum.
Dalam hal ini berarti Pemerintah juga memiliki kewajiban untuk dapat segera
menerapkan SAP yang baru yaitu SAP yang berbasis akrual. SAP ini disusun oleh
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang independen dan ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintahan setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari
BPK.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang akuntansi kewajiban sesuai dengan
akuntansi dalam pemerintahan. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
3
Lampiran I PSAP Nomor 09 tentang Kewajiban menjelaskan bahwa kewajiban
adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah. Kewajiban
pemerintah daerah dapat muncul akibat melakukan pinjaman kepada pihak ketiga,
perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintahan, kewajiban kepada
masyarakat, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban kepada
pemberi jasa. Kewajiban bersifat mengikat dan dapat dipaksakan secara hukum
sebagai konsekuensi atas kontrak atau peraturan perundang-undangan.
BAB II
KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN
2.1 Kewajiban
2.1.1 Definisi secara umum
Menurut Suwardjono (2013), kewajiban adalah,
“Elemen laporan posisi keuangan yang akan membentuk informasi semantik berupa posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen lain yaitu aset dan ekuitas atau pos-pos rinciannya. Kewajiban mempresentasikan sebagian sumber dana dari aset badan usaha berupa potensi jasa (manfaat) fisis dan nonfisis yang memampukannya untuk menyediakan barang dan jasa.”
Menurut FASB (1985), SFAC NO. 6, paragraf 35, kewajiban adalah,
“Pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk menyerahkan aset atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu.”
Menurut Kam (1990), kewajiban adalah,
“Pengorbanan sumber ekonomik masa datang tidak menunjuk pada sesuatu yang sekarang ada dan nyata (real) tetapi menunjuk pada kejadian masa datang yang jelas belum terjadi.”
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kewajiban keharusan
yang dimiliki oleh perusahaan yang harus dibayarkan kepada pihak yang memberi
pinjaman (kreditor) dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat adanya transaksi yang
terjadi di masa lalu, di mana pinjaman tersebut dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan. Secara umum kewajiban memiliki 3 (tiga) karakteristik utama
sebagai berikut. (Suwardjono, 2013)
a. Pengorbanan manfaat ekonomik yang cukup pasti dimasa datang.
4
5
b. Keharusan sekarang untuk mentransfer aset.
c. Timbul akibat transaksi masa lalu
2.1.2 Definisi dalam Pemerintahan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Lampiran I PSAP Nomor 09
tentang Kewajiban menjelaskan bahwa kewajiban adalah utang yang timbul dari
peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya
ekonomi pemerintah daerah. Kewajiban pemerintah daerah dapat muncul akibat
melakukan pinjaman kepada pihak ketiga, perikatan dengan pegawai yang bekerja
pada pemerintahan, kewajiban kepada masyarakat, alokasi/realokasi pendapatan ke
entitas lainnya, atau kewajiban kepada pemberi jasa. Kewajiban bersifat mengikat
dan dapat dipaksakan secara hukum sebagai konsekuensi atas kontrak atau peraturan
perundang-undangan.
2.1.3 Definisi dalam Perusahaan
Utang atau kewajiban merupakan kewajiban perusahaan masa kini yang timbul
dari peristiwa masa lalu, penyelesainnya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumberdaya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Utang adalah semua
kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, di mana
kewajiban ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari
kreditor. Utang merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan
oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya. Dalam pengambilan
keputusan akan penggunaan utang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap
yang muncul dari kewajiban berupa bunga yang akan menyebabkan semakin
6
meningkatnya leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian
bagi para pemegang saham biasa (Munawir, 2010)
2.2 Klasifikasi
2.2.1 Dalam Pemerintahan
Kewajiban dikategorisasikan berdasarkan waktu jatuh tempo penyelesaiannya, yaitu
kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Pos-pos kewajiban menurut
PSAP Berbasis Akrual Nomor 09 tentang Kewajiban antara lain:
1. Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan dibayar dalam
waktu paling lama 12 bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek
antara lain utang transfer pemerintah daerah, utang kepada pegawai, utang bunga,
utang jangka pendek kepada pihak ketiga, utang Perhitungan Fihak Ketiga
(PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.
2. Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang diharapkan dibayar dalam
waktu lebih dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan. Selain itu, kewajiban yang
akan dibayar dalam waktu 12 bulan dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka panjang jika:
1) Angka waktu aslinya adalah untuk perioda lebih dari 12 bulan.
2) Entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut
atas dasar jangka panjang.
7
3) Maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan
kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap
pembayaran, yang diselesaikan sebelum pelaporan keuangan disetujui.
Permendagri 64 tahun 2013, dalam Bagan Akun Standar, kewajiban
diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 1. Bagan Akun StandarKewenangan
Kewajiban Jangka Pendek Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) SKPD
Utang Bunga SKPD
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang SKPD
Pendapatan Diterima Dimuka SKPD
Utang Belanja SKPD
Utang Jangka Pendek Lainnya SKPD
Kewajiban Jangka Panjang Utang Dalam Negeri PPKD
Utang Jangka Panjang Lainnya PPKD
Sumber : Permendagri, 2013
2.2.2 Dalam Perusahaan
Utang jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan akan dilunasi dalam
waktu satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan dengan menggunakan
sumber-sumber aktiva lancar atau dengan menimbulkan kewajiban jangka pendek
yang baru. Siklus operasi adalah perioda waktu yang diperlukan antara akuisisi
barang dan jasa yang terlibat dalam proses manufaktur serta realisasi kas akhir yang
8
dihasilkan dari penjualan dan penagihan selanjutnya. Secara umum utang jangka
pendek meliputi:
a. Utang dagang atau utang usaha
b. Utang wesel
c. Biaya yang masih harus dibayar
d. Utang jangka panjang yang segera jatuh tempo
e. Penghasilan yang diterima dimuka
Utang jangka panjang merupakan utang yang jangka waktu pembayarannya lebih
dari satu tahun sejak tanggal neraca dan sumbersumber untuk melunasi utang jangka
panjang adalah sumber bukan dari kelompok aktiva lancar. Utang Secara umum
utang jangka panjang meliputi:
1. Utang obligasi
2. Utang hipotik
3. Utang bank
2.3 Pengakuan
2.3.1 Dalam Pemerintahan
Pada PP 71 tahun 2010 PSAP 09, Kewajiban diakui pada saat:
a. Dana pinjaman diterima oleh pemerintah daerah
b. Dana dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan, dan/atau
c. Pada saat kewajiban timbul
9
Kewajiban diakui pada saat kewajiban untuk mengeluarkan sumber daya ekonomi di
masa depan timbul. Kewajiban tersebut dapat timbul dari:
1. Transaksi dengan Pertukaran (exchange transactions)
Dalam transaksi dengan pertukaran, kewajiban diakui ketika pemerintah daerah
menerima barang atau jasa sebagai ganti janji untuk memberikan uang atau
sumberdaya lain di masa depan, misal utang atas belanja ATK.
2. Transaksi tanpa Pertukaran (non-exchange transactions)
Dalam transaksi tanpa pertukaran, kewajiban diakui ketika pemerintah
daerah berkewajiban memberikan uang atau sumber daya lain kepada pihak
lain di masa depan secara cuma-cuma, misal hibah atau transfer pendapatan yang
telah dianggarkan.
3. Kejadian yang Berkaitan dengan Pemerintah (government-related events)
Dalam kejadian yang berkaitan dengan pemerintah daerah, kewajiban diakui
ketika pemerintah daerah berkewajiban mengeluarkan sejumlah sumber daya
ekonomi sebagai akibat adanya interaksi pemerintah daerah dan lingkungannya,
misal ganti rugi atas kerusakan pada kepemilikan pribadi yang disebabkan
aktivitas pemerintah daerah.
4. Kejadian yang Diakui Pemerintah (government-acknowledge events)
Dalam kejadian yang diakui pemerintah daerah, kewajiban diakui ketika
pemerintah daerah memutuskan untuk merespon suatu kejadian yang tidak
ada kaitannya dengan kegiatan pemerintah yang kemudian menimbulkan
konsekuensi keuangan bagi pemerintah, misal pemerintah daerah memutuskan
untuk menanggulangi kerusakan akibat bencana alam di masa depan.
10
2.3.2 Dalam Perusahaan
Utang diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa
kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal (Ikatan Akuntan
Indonesia, 2009). Pada umumnya pengakuan kewajiban berkaitan dengan pengakuan
suatu aset atau beban. Dalam suatu transaksi pembelian kredit atau impor barang,
perlu diperhatikan syarat perikatan jual beli untuk dapat menentukan kapan
pengakuan atas hak milik barang telah pindah dan kapan utang usaha yang terkait
harus diakui sebagai liabilitas (Widyastuti, 2003).
Pengetahuan dasar hukum perdata dan hukum dagang khususnya tentang
perikatan dan berbagai jenis transaksi jual beli atas barang atau benda dan jasa perlu
dipahami dengan baik. Pengakuan timbulnya suatu aset dan liabilitas dari sudut
akuntansi tentunya harus berdasarkan pada hukum dan peraturan perundangan yang
berlaku dan tidak mungkin terlepas berdiri sendiri. (http://www.academia.edu)
Dalam akuntansi double entry system, pengakuan suatu sisi akan mempengaruhi
sisi lainnya dari suatu transaksi atau event. Pengakuan utang seringkali merupakan
pengantisipasian suatu sisi biaya, pengakuan suatu kerugian atau penerimaan aktiva
tertentu oleh suatu perusahaan. Laporan laba rugi perusahaan dalam suatu perioda
akuntansi sangat dipengaruhi oleh berbagai transaksi yang dapat menimbulkan biaya
maupun pendapatan. Antisipasi utang untuk menimbulkan biaya yang berpengaruh
pada laporan laba rugi perioda berjalan dapat disebabkan karena penggunaan atau
pemanfaatan jasa yang diterima oleh perusahaan (Widyastuti, 2003)
11
2.4 Pengukuran
2.4.1 Dalam Pemerintahan
Menurut PP No 07 tahun 2010, kewajiban pemerintah daerah dicatat sebesar nilai
nominalnya. Apabila kewajiban tersebut dalam bentuk mata uang asing, maka
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah menggunakan kurs tengah bank
sentral pada tanggal necara. Penggunaan nilai nominal dalam pengukuran kewajiban
ini berbeda untuk masing-masing pos mengikuti karakteristiknya. Berikut ini akan
dijabarkan mengenai pengukuran untuk masing-masing pos kewajiban.
Pengukuran kewajiban atau utang jangka pendek pemerintah daerah berbeda-
beda berdasarkan jenis investasinya. Berikut ini akan dijabarkan bagaimana
pengukuran kewajiban untuk masing-masing jenis kewajiban jangka pendek.
1. Pengukuran Utang kepada Pihak Ketiga
Utang Kepada Pihak Ketiga terjadi ketika pemerintah daerah menerima hak atas
barang atau jasa, maka pada saat itu pemerintah daerah mengakui kewajiban
atas jumlah yang belum dibayarkan untuk memperoleh barang atau jasa tersebut.
Contoh: Bila kontraktor membangun fasilitas atau peralatan sesuai dengan
spesifikasi yang ada pada kontrak perjanjian dengan pemerintah, jumlah yang
dicatat harus berdasarkan realisasi fisik kemajuan pekerjaan sesuai dengan berita
acara kemajuan pekerjaan.
Ilustrasi 1
Pada tanggal 1 Juli 2015, SKPD N menerima Berita Acara Kemajuan Pekerjaan
atas kegiatan Pembangunan Gedung Kantor dengan bobot tingkat kemajuan
35%. Hasil pemeriksaan fisik dinilai sebesar Rp 350.000.000. Pada tanggal 11
12
Juli 2015 dilakukan pembayaran dengan mekanisme LS dengan menerbitkan
SP2D-LS.
JURNAL – LO DAN NERACATanggal No. Bukti Kode
RekeningUraian Debit Kredit
1-07-15 5/BA/VII/15 1.3.6.01.02 Aset Tetap Lainnya–Konstruksi Dalam Pengerjaan Bangunan Gedung Kantor
350.000.000
2.1.5.03.03 Utang Belanja Modal Gedung
350.000.000
JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
11-07-15 SP2D-LS 2.1.5.03.03 Utang Belanja Modal Gedung
350.000.000
3.1.3.01.01 RKPPKD 350.000.000
JURNAL - LRATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
11-07-15 SP2D-LS 5.2.3.01.01 Belanja Modal-Pengadaan Bangunan Gedung Kantor
350.000.000
0.0.0.0.0 Perubahan SAL 350.000.000
13
Ilustrasi 2
Pada tanggal 9 April 2015, PPTK kegiatan SKPD N melakukan pemesanan ATK
dengan menggunakan nota pesanan untuk pengadaan ATK untuk digunakan
segera. Pada tanggal 11 April 2015 diterima barang dan dibuatkan Berita Acara
Serah Terima Barang senilai Rp12.000.000. Tanggal 16 April 2015 dilakukan
pembayaran dengan menggunakan mekanisme UP/GU.
JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
11-Apr-15
9/BAST/IV/2015
9.1.2.01.01 Beban ATK 12.000.000
2.1.5.02.09 Utang Belanja Bahan Pakai Habis
12.000.000
JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
16-Apr-15
30/KK/IV/2015
2.1.5.02.09 Utang Belanja Bahan Pakai Habis
12.000.000
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran
12.000.000
14
JURNAL - LRATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
16-Apr-15
30/KK/IV/2015
5.1.2.01.01 Belanja ATK 12.000.000
0.0.0.00.00 Perubahan SAL 12.000.000
Ilustrasi 3
Pada tanggal 19 April 2015, SKPD N membeli 5 unit personal komputer dari
vendor senilai Rp 25.000.000. Pembayaran dilakukan dengan mekanisme LS
barang setelah SP2D keluar, yaitu pada tanggal 25 April 2015.
JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
19-Apr-15
10/BA/IV/2015
1.3.2.16.02 Peralatan dan Mesin - Personal Komputer
25.000.000
2.1.5.03.02 Utang Belanja Modal Peralatan dan Mesin
25.000.000
JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
25-Apr-15
30/KK/IV/2015
2.1.5.03.02 Utang Belanja Peralatan dan Mesin
25.000.000
2.1.5.03.02 RK PPKD 25.000.000
15
JURNAL - LRATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
25-Apr-15
30/KK/IV/2015
5.2.2.16.04 Belanja Modal Peralatan Personal Komputer
25.000.000
0.0.0.00.00 Perubahan SAL 25.000.000
2. Pengukuran Utang Transfer
Utang transfer adalah kewajiban suatu entitas pelaporan untukmelakukan
pembayaran kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan perundang-undangan.
Utang transfer diakui dan dinilai sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Pengukuran Utang Bunga
Utang bunga dicatat sebesar nilai bunga yang telah terjadi dan belum dibayar
dan diakui pada setiap akhir perioda pelaporan sebagai bagian dari kewajiban
yang berkaitan.
4. Pengukuran Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
Utang PFK dicatat sebesar saldo pungutan/potongan yang belum disetorkan
kepada pihak lain di akhir perioda.
Ilustrasi
Pada tanggal 15 Juli 2015, Bendahara Pengeluaran “SKPDA” melakukan
pemotongan pajak atas pembelian barang dan jasa (UP/GU/TU) senilai Rp
4.000.000. Pada tanggal 16 Juli 2015, Bendahara Pengeluaran “SKPD A”
16
melakukan penyetoran pajak atas pembelian barang dan jasa (UP/GU/TU) senilai
Rp4.000.000.
JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
15-07-15 1/BP/VII/15 1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran
4.000.000
2.1.1.07.01 Utang PFK 4.000.000
JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
16-07-15 1/SSP/VII/15 2.1.1.07.01 Utang PFK 4.000.000
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran
4.000.000
5. Pengukuran Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Bagian lancar utang jangka panjang dicatat sejumlah yang akan jatuh tempo
dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan.
6. Pengukuran Kewajiban Lancar Lainnya
Pengukuran kewajiban lancar lainnya disesuaikan dengan karakteristik masing-
masing pos tersebut. Contoh: biaya yang masih harus dibayar pada saat laporan
keuangan disusun. Contoh lainnya adalah penerimaan pembayaran di muka
atas penyerahan barang atau jasa oleh pemerintah kepada pihak lain.
17
Ilustrasi 1 (Pendapatan Diterima Dimuka)
Pada tanggal 1 September 2015, SKPD N menerima pendapatan sewa lods pasar
untuk 1 tahun sebesar Rp36.000.000.
JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
1-09-15 7/BKM/IX/15
1.1.1.02.02 Kas di Bendahara Penerima
36.000.000
2.1.4.04.01 Pendapatan Diterima Dimuka-Sewa
36.000.000
JURNAL - LRATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
01-09-15 7/BKM/IX/15
0.0.0.0.00 Perubahan SAL 36.000.000
4.1.2.16.02 Pendapatan Sewa -LRA
36.000.000
18
Pada tanggal 31 Desember 2015, SKPD N melakukan penyesuaian atas
pendapatan yang diterima pada tanggal 1 september 2015.
JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
31-12-15 BM 2.1.4.04.01 Pendapatan Diterima Dimuka-Sewa
12.000.000
8.1.2.16.02 Pendapatan Sewa – LO
12.000.000
Kewajiban atau utang jangka panjang pemerintah daerah juga diukur berdasarkan
karakteristiknya. Terdapat dua karakteristik utang jangka panjang pemerintah daerah,
yaitu:
1. Utang yang tidak diperjualbelikan
Utang yang tidak diperjualbelikan memiliki nilai nominal sebesar pokok
utang dan bunga sebagaimana yang tertera dalam kontrak perjanjian dan
belum diselesaikan pada tanggal pelaporan, misal pinjaman dari World Bank.
2. Utang yang diperjualbelikan
Utang yang diperjualbelikan pada umumnya berbentuk sekuritas utang
pemerintah. Sekuritas utang pemerintah dinilai sebesar nilai pari (original face
value) dengan memperhitungkan diskonto atau premium yang belum
diamortisasi. Jika sekuritas utang pemerintah dijual tanpa sebesar nilai pari,
maka dinilai sebesar nilai parinya. Jika sekuritas utang pemerintah dijual dengan
harga diskonto, maka nilainya akan bertambah selama perioda penjualan hingga
19
jatuh tempo. Sementara itu, jika sekuritas dijual dengan harga premium, maka
nilainya akan berkurang selama perioda penjualan hingga jatuh tempo.
Ilustrasi 1
Penerimaan Utang
Pada tanggal 3 Mei 2015, Pemerintah Kota Sentosa menerima pinjaman dari Bank
ABC senilai Rp 300.000.000 dengan tingkat bunga 12% pertahun.Bunga dibayar tiap
tanggal 3 Mei dan 3 November. Jatuh tempo pinjaman pada 2 Mei 2020.
JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
3 Mei 15 Nota Kredit 1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah
300.000.000
2.2.1.01.01 Utang Dalam Negeri Sektor
Perbankan – Bank ABC
300.000.000
JURNAL – LRATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
3 Mei 15 Nota Kredit 0.0.0.00.0 Perubahan SAL 300.000.000
7.1.4.01.01 Penerimaan Pembiayaan - Pinjaman
Dalam Negeri dari Bank ABC
300.000.000
20
Pembayaran Bunga Kewajiban - 1
Pada tanggal 5 November 2015, terbit SP2D LS untuk membayar bunga atas
pinjaman
Pemerintah Kota Sentosa kepada Bank XYZ sebesar Rp 18.000.000.
JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
3 Nov 15 SP2D – LS 9.1.3.01.03 Beban Bunga Pinjaman - Bank ABC
18.000.000
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah
18.000.000
JURNAL – LRATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
3 Nov 15 SP2D – LS 9.1.3.01.03 Bunga Utang Pinjaman kpd Bank ABC
18.000.000
0.0.0.00.0 Perubahan SAL 18.000.000
Penyesuaian Beban Bunga Pinjaman
Pada tanggal 31 Desember 2015, dilakukan penyesuaian terhadap bunga pinjaman
yang belum dibayar pada tahun 2015 selama 2 bulan (november s/d desember 2015)
sebesar Rp6.000.000.
21
JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
31 Des 15 BM 9.1.3.01.03 Beban Bunga Pinjaman - Bank ABC
6.000.000
2.1.2.04.01 Utang Bunga Pinjaman kpd Bank ABC
6.000.000
Pembayaran Bunga Kewajiban - 2
Pada tanggal 3 Mei 2016, terbit SP2D LS untuk membayar bunga atas pinjaman
Pemerintah Kota Sentosa kepada Bank XYZ sebesar Rp 18.000.000
JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
3 Mei 16 SP2D – LS 9.1.3.01.03 Beban Bunga Pinjaman - Bank ABC
12.000.000
2.1.2.04.01 Utang Bunga Pinjaman kpd Bank ABC
6.000.000
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah
18.000.000
22
JURNAL – LRATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
3 Mei 16 SP2D – LS 5.1.3.01.03 Bunga Utang Pinjaman kpd Bank ABC
18.000.000
0.0.0.00.0 Perubahan SAL 18.000.000
Pembayaran Pokok Utang
Pada tanggal 02 Mei 2016, Pemerintah Kota Sentosa membayar pokok utang
pinjamannya kepada bank ABC yang telah jatuh tempo sebesar Rp 60.000.000.
Untuk pembayaran kewajiban jangka panjang ini, diterbitkan SP2D LS.
JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
2 Mei 16 SP2D – LS 2.2.1.01.01 Utang Dalam Negeri Sektor
Perbankan – Bank ABC
60.000.000
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah
60.000.000
23
JURNAL – LRATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
2 Mei 16 SP2D – LS 7.2.3.01.01 Pengeluaran Pembiayaan –
Pembayaran Pokok Pinjaman
Kepada Bank ABC
60.000.000
0.0.0.00.0 Perubahan SAL 60.000.000
Reklasifikasi Utang
Pada tanggal 31 Desember 2015, Pemerintah Kota Sentosa melakukan reklasifikasi
bagian lancar hutang jangka panjang kepada Bank ABC atas hutang yang akan jatuh
tempo senilai Rp 60.000.000.
JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor
BuktiKode
RekeningUraian Debit Kredit
31-Des-15 4/KK/XI/2015
2.2.1.01.02 Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan - Bank ABC
60.000.000
2.1.3.01.02 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri Sektor
Perbankan - Bank ABC
60.000.000
24
2.4.2 Dalam Perusahaan
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi.
Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu. Sejumlah dasar
pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda
dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut
(Widyastuti, 2003)
1. Biaya Historis
Utang atau kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari
kewajiban atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak penghasilan) dalam
jumlah kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam
pelaksanaan usaha yang normal.
2. Biaya Kini
Utang atau kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas yang tidak didiskontokan
yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang.
3. Nilai Realisasi
Utang atau kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian yaitu jumlah kas
yang tidak didiskontokan dan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam
pelaksanaan usaha normal.
4. Nilai Sekarang
Kewajiban dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih di masa depan yang
didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
25
Kewajiban juga dapat bersifat moneter dan nonmeneter. Kewajiban moneter
adalah kewajiban yang pengorbanan sumber ekonomik masa datangnya berupa kas
dengan jumlah rupiah dan saat saat yang pasti. Kewajiban moneter ini dikukur atas
dasar nilai diskunan pembayaran kas masa datang (jangka panjang) dan atas dasar
nilai nominal (jangka pendek). Kewajiban nonmeneter adalah keharusan untuk
menyediakan barang dan jasa dengan jumlah dan saat yang cukup pasti yang biasanya
timbul karena penerimaan pembayaran dimuka untuk barang dan jasa tersebut.
kewajiban nonmeneter diukur atas dasar pembayaran tersebut yang menunjukkan
harga yang disepakati untuk barang dan jasa.
26
2.5 Penyajian
2.5.1 Dalam Pemerintahan
Menurut PP No 07 tahun 2010, kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka
panjang pemerintah daerah disajikan dalam neraca disisi pasiva. Berikut adalah
contoh penyajian kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang dalam
Neraca Pemerintah Daerah.
Uraian 20X1 20X0KEWAJIBANKEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX Utang Bunga XXX XXX Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat XXX XXX Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank XXX XXX Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan bukan Bank XXX XXX Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya XXX XXX Utang Jangka Pendek Lainnya XXX XXX Jumlah Kewajiban Jangka Pendek XXX XXXKEWAJIBAN JANGKA PANJANG Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat XXX XXX Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank XXX XXX Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan bukan Bank XXX XXX Utang Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX Utang Jangka Panjang Lainnya XXX XXX Jumlah Kewajiban Jangka Panjang XXX XXX JUMLAH KEWAJIBAN XXX XXX
NERACAPEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
27
2.5.2 Dalam Perusahaan
Kewajiban atau utang disajikan sebesar jumlah yang harus dibayar, kecuali
ditentukan lain (Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7). Berikut ini adalah contoh
penyajian kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang dalam Laporan
Posisi Keuangan (Neraca) perusahaan.
28
2.6 Pengungkapan
2.6.1 Dalam Pemerintahan
Dalam pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan terkait dengan
kewajiban, harus diungkapkan pula hal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang diklasifikasikan
berdasarkan pemberi pinjaman.
2. Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas
utang pemerintah dan jatuh temponya.
3. Bunga pinjaman yang terutang pada perioda berjalan dan tingkat bunga yang
berlaku.
4. Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo.
5. Perjanjian restrukturisasi utang meliputi:
a. pengurangan pinjaman;
b. modifikasi persyaratan utang;
c. pengurangan tingkat bunga pinjaman;
d. pengunduran jatuh tempo pinjaman;
e. pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan
f. pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan perioda pelaporan.
jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur utang
berdasarkan kreditur.
6. Biaya pinjaman:
a. perlakuan biaya pinjaman;
29
b. jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada perioda yang bersangkutan;
dan
c. tingkat kapitalisasi yang dipergunakan
2.6.2 Dalam Perusahaan
1. Pengungkapan Utang Jangka Pendek (Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7)
a. Utang Usaha
Pengungkapan dalam utang usaha yaitu:
1) Jumlah utang usaha dipisahkan antara pihak ketiga dan pihak berelasi.
2) Jumlah utang usaha menurut mata uang.
3) Jaminan yang diberikan oleh Emiten atau Perusahaan Publik dengan
menunjuk akun-akun yang berhubungan.
4) Rincian utang usaha berdasarkan umur.
b. Provisi Jangka Pendek
1) Nilai tercatat pada awal dan akhir perioda.
2) Provisi tambahan dalam perioda bersangkutan.
3) Jumlah yang terjadi dan dibebankan pada provisi selama perioda
bersangkutan.
4) Jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama perioda
bersangkutan.
5) Peningkatan selama perioda yang bersangkutan, dalam nilai kini yang
timbul karena berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan tingkat
diskonto.
30
6) Uraian mengenai karakteristik kewajiban dan perkiraan saat arus keluar
sumber daya ekonomi terjadi.
7) Indikasi ketidakpastian saat atau jumlah arus keluar tersebut. Jika
diperlukan, Emiten atau Perusahaan Publik mengungkapkan asumsi utama
yang mendasari prakiraan peristiwa masa depan.
8) Jumlah estimasi penggantian yang akan diterima dengan menyebutkan
jumlah aset yang telah diakui untuk estimasi penggantian tersebut.
c. Utang Pajak
1) Jenis dan jumlahnya; dan
2) Informasi mengenai ketetapan pajak
d. Utang Keuangan Jangka Pendek Lainnya
Pengelompokkan sesuai klasifikasi (diukur pada nilai wajar melalui laporan
laba rugi dan biaya perolehan diamortisasi) dan dipisahkan antara pihak ketiga
dan pihak berelasi, yang harus diungkapkan antara lain yaitu sebagai berikut.
1) Nilai tercatat liabilitas keuangan untuk setiap kategori;
2) Laba atau rugi neto pada setiap liabilitas keuangan; dan
3) Kejadian penting lainnya antara lain kepatuhan perusahaan dalam
memenuhi persyaratan dan kondisi utang (misalnya restrukturisasi utang.
e. Bagian Lancar atas Liabilitas Jangka Panjang
Pengungkapan Bagian Lancar atas Liabilitas Jangka Panjang mengacu pada
pengungkapan Utang Bank dan Lembaga Keuangan Jangka Panjang
sebagaimana diatur dalam peraturan ini.
31
2. Pengungkapan Utang Jangka Panjang (Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7)
a. Utang Pihak Berelasi Non-Usaha
1) Rincian jenis, nama pihak berelasi, dan jumlah utang.
2) Jumlah utang menurut mata uang.
3) Jaminan yang diberikan oleh Emiten atau Perusahaan Publik dengan
menunjuk akun-akun yang berhubungan.
4) Rincian utang berdasarkan umur.
b. Utang Bank dan Lembaga Keuangan Jangka Panjang
1) Rincian jumlah utang berdasarkan nama bank/lembaga keuangan dan jenis
mata uang.
2) Kisaran tingkat bunga dan saat jatuh tempo.
3) Jumlah bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan.
4) Penjelasan tentang fasilitas pinjaman yang diperoleh, termasuk jumlah dan
tujuan perolehannya.
5) Pembayaran yang dilakukan pada periode berjalan untuk masing-masing
fasilitas pinjaman.
6) Kejadian penting lainnya antara lain kepatuhan perusahaan dalam
memenuhi persyaratan dan kondisi utang (misalnya restrukturisasi utang).
7) Jaminan yang diberikan dengan menunjuk akun-akun yang berhubungan.
8) Persyaratan lain yang penting seperti adanya pembatasan pembagian
dividen, pembatasan rasio tertentu dan atau pembatasan perolehan utang
baru.
32
9) Pengungkapan informasi sehubungan dengan liabilitas berbunga jangka
panjang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan
sejak tanggal laporan posisi keuangan tetapi tetap diklasifikasikan sebagai
liabilitas jangka panjang.
c. Utang Sewa Pembiayaan
Selain pengungkapan untuk liabilitas keuangan, ditambahkan pengungkapan
antara lain:
1) Jumlah neto nilai tercatat untuk setiap kelompok aset dan perusahaan sewa
pembiayaannya pada tanggal laporan posisi keuangan;
2) Rekonsiliasi antara total pembayaran sewa minimum di masa depan pada
tanggal laporan posisi keuangan, dengan nilai kininya. Selain itu harus
mengungkapkan total pembayaran sewa minimum di masa depan pada
tanggal laporan posisi keuangan, dan nilai kininya, untuk setiap periode
berikut:
a) Sampai dengan satu tahun;
b) Lebih dari satu tahun sampai lima tahun; dan
c) Lebih dari lima tahun.
3) Rental kontinjen yang diakui sebagai beban pada periode tersebut.
4) Total pembayaran minimum sewa-lanjut (sublease) masa depan yang
diperkirakan akan diterima dari kontrak sewa-lanjut yang tidak dapat
dibatalkan (non-cancellable sublease) pada tanggal Laporan Posisi
Keuangan.
33
5) Penjelasan umum isi perjanjian sewa yang material, antara lain:
a) Dasar penentuan utang rental kontinjen.
b) Ada tidaknya klausul-klausul yang berkaitan dengan opsi
perpanjangan atau pembelian dan eskalasi beserta syarat-syaratnya.
c) pembatasan-pembatasan yang ditetapkan dalam perjanjian sewa.
d. Utang Obligasi
1) Rincian mengenai: jenis, nilai nominal dan nilai tercatat dalam rupiah
dan mata uang asing, tanggal jatuh tempo, jadwal pembayaran bunga,
tingkat bunga, serta tempat pencatatan.
2) Jumlah bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas)
bulan.
3) Jaminan serta pembentukan dana untuk pelunasan utang pokok
obligasi (jika ada) dengan menunjuk pos-pos yang berhubungan;
4) Pembatasan yang dipersyaratkan dalam perjanjian perwaliamanatan;
dan
5) Kejadian penting lainnya antara lain kepatuhan perusahaan dalam
memenuhi persyaratan dan kondisi utang (misalnya restrukturisasi
utang.
BAB III
PENUTUP
Bila ditinjau lebih lanjut terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara
kewajiban pada pemerintahan dengan kewajiban pada perusahaan, seperti, definisi,
klasifikasi, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan, yaitu sebagai
berikut.
1. Definisi kewajiban menurut pemerintahan dan menurut perusahaan secara
umum sama. Kewajiban merupakan utang yang timbul dari peristiwa masa
lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
bagi pemerintah daerah maupun bagi perusahaan.
2. Klasifikasi kewajiban menurut pemerintahan dan menurut perusahaan secara
umum juga sama. Kewajiban dikategorikan berdasarkan waktu jatuh tempo
penyelesaiannya, yaitu kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka
panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan
dilunasi dalam waktu paling lama 12 bulan atau 1 tahun. Kewajiban jangka
panjang adalah kewajiban yang diharapkan dilunasi dalam waktu lebih dari
12 bulan.
3. Pengakuan kewajiban pada pemerintahan adalah pada saat dana pinjaman
diterima oleh pemerintah daerah, dana dikeluarkan oleh kreditur sesuai
dengan kesepakatan, dan/atau pada saat kewajiban timbul. Sedangkan pada
perusahaan, kewajiban akan diakui dalam neraca jika kemungkinan
34
35
pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan
dapat diukur dengan andal.
4. Kewajiban pemerintah daerah dicatat sebesar nilai nominalnya. Apabila
kewajiban tersebut dalam bentuk mata uang asing, maka dijabarkan dan
dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penggunaan nilai nominal dalam
pengukuran kewajiban ini berbeda untuk masing-masing pos mengikuti
karakteristiknya. Sedangkan pada perusahaan, kewajiban diukur berdasarkan
beberapa dasar, seperti biaya historis, biaya kini, nilai realisasi, dan nilai
sekarang.
5. Dari segi penyajian, kewajiban baik pada pemerintahan maupun pada
perusahaan sama-sama disajikan dalam laporan posisi keuangan (neraca) pada
sisi passiva.
6. Pada pemerintahan pengungkapan kewajiban meliputi jumlah saldo
kewajiban, bunga pinjaman, konsekuensi penyelesaian kewajiban sebelum
jatuh tempo, biaya pinjaman dan perjanjian restrukturisasi utang. Sedangkan
pada perusahaan, pengungkapan kewajiban disesuaikan dengan akun-akun
terkait kewajiban yang ada di perusahaan, seperti: (a) pada utang usaha,
mengungkapkan jumlah utang usaha, rincian utang sesuai umur; (b) pada
utang provisi, mengungkapkan nilai tercatat pada awal dan akhir perioda; (c)
pada utang pajak, mengungkapkan jenis, jumlah dan ketetapan pajak, dsb.
36
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar Arif, Muchlis, dan Iskandar.2009.Akuntansi Pemerintahan.Akademia.Jakarta
Bastian, Indra, 2001. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Financial Accounting Standard Board. (1985). Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Concept No 6. Norwalk: Elements of Financial Statements of Business Enterprises.
Ikatan Akuntansi Indonesia Tahun 2009
Kam, V. (1990). Accounting Theory. New York: John Wiley & Sons.
Munawir, S. (2010). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 PSAP 09.
Perturan Bapepam Nomor VIII.G.7 Tahun 2012
Standbury, M,Reilley,M. J. & Rosenmen Kd. 2003.Work-Related Amputation Michigan, 1997. American Journal of Industrial Medicine, 44(4): 359-367.
Suwardjono. (2013). Teori Akuntansi, Perekayasaan Laporan Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta:BPFE.
Widyastuti, E. (2003) Analisis Atas Isu-Isu dan Kontroversi Hutang Jangka Panjang Dalam Laporan Keuangan Perusahaan. Jurnal Akuntansi Krida Wacana, 3(2).
www.academia.edu diakses pada 31 Mei 2015
www.ksap.org diakses pada 29 Mei 2015
37