Bab i Kewajiban

57
BAB I PENDAHULUAN Dalam era globalisasi saat ini, reformasi dan tuntutan transparansi semakin meningkat, sehingga peran akuntansi semakin dibutuhkan. Peran akuntansi dibutuhkan tidak saja untuk kebutuhan pihak manajemen suatu entitas, tetapi juga untuk kebutuhan pertanggung jawaban kepada banyak pihak yang memerlukan. Indonesia menerapkan UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menjadi pijakan penting perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia. UU Keuangan Negara tersebut diikuti pula dengan UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara dan UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara. Tuntutan akan akuntansi pemerintahan semakin nyata di Indonesia dengan adanya ketiga undang-undang tersebut. 1

description

sektor publik

Transcript of Bab i Kewajiban

Page 1: Bab i Kewajiban

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam era globalisasi saat ini, reformasi dan tuntutan transparansi semakin

meningkat, sehingga peran akuntansi semakin dibutuhkan. Peran akuntansi

dibutuhkan tidak saja untuk kebutuhan pihak manajemen suatu entitas, tetapi juga

untuk kebutuhan pertanggung jawaban kepada banyak pihak yang memerlukan.

Indonesia menerapkan UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang

menjadi pijakan penting perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia. UU

Keuangan Negara tersebut diikuti pula dengan UU Nomor 1 tahun 2004 tentang

Perbendaharan Negara dan UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara. Tuntutan akan akuntansi

pemerintahan semakin nyata di Indonesia dengan adanya ketiga undang-undang

tersebut.

Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia sekarang

ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik baik di

pusat maupun di daerah. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban

mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi

dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya melalui suatu

media pertanggung jawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003).

Pengertian sektor publik bervariasi dan cukup luas.

Bastian (2001) mendefinisikan akuntansi sektor publik adalah mekanisme teknis

dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat pada

1

Page 2: Bab i Kewajiban

2

lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen di bawahnya, pemerintah daerah,

BUMN, BUMD, LSM, dan yayasan sosial. Tujuan sektor publik dan pemerintah

didirikan berbeda dengan tujuan entitas bisnis. Entitas bisnis didirikan dengan tujuan

meningkatkan nilai perusahaan secara maksimal (value maximization) dengan

meningkatkan laba operasi secara berkelanjutan. Sementara, sektor publik atau

pemerintah dibentuk dengan tujuan umum memberikan pelayanan publik atau

menyejahterakan rakyat.

Standar Akuntansi Pemerintahan di Indoensia yang lama yaitu ditetapkanlah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan. Penerapan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 24 Tahun 2005 dirasa kurang efektif dan peraturan tersebut masih bersifat

sementara. Maka dari itu, diterbitkanlah Peraturan Pemerintahan Nomor 71 Tahun

2010 dan dicabutnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun

2005.

Diterapkannya Peraturan Pemerintahan Nomor 71 Tahun 2010, maka penerapan

standar akuntansi pemerintahan yang berbasis akrual telah memiliki landasan hukum.

Dalam hal ini berarti Pemerintah juga memiliki kewajiban untuk dapat segera

menerapkan SAP yang baru yaitu SAP yang berbasis akrual. SAP ini disusun oleh

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang independen dan ditetapkan

dengan Peraturan Pemerintahan setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari

BPK.

Dalam makalah ini akan dibahas tentang akuntansi kewajiban sesuai dengan

akuntansi dalam pemerintahan. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

Page 3: Bab i Kewajiban

3

Lampiran I PSAP Nomor 09 tentang Kewajiban menjelaskan bahwa kewajiban

adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya

mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah. Kewajiban

pemerintah daerah dapat muncul akibat melakukan pinjaman kepada pihak ketiga,

perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintahan, kewajiban kepada

masyarakat, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban kepada

pemberi jasa. Kewajiban bersifat mengikat dan dapat dipaksakan secara hukum

sebagai konsekuensi atas kontrak atau peraturan perundang-undangan.

Page 4: Bab i Kewajiban

BAB II

KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN

2.1 Kewajiban

2.1.1 Definisi secara umum

Menurut Suwardjono (2013), kewajiban adalah,

“Elemen laporan posisi keuangan yang akan membentuk informasi semantik berupa posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen lain yaitu aset dan ekuitas atau pos-pos rinciannya. Kewajiban mempresentasikan sebagian sumber dana dari aset badan usaha berupa potensi jasa (manfaat) fisis dan nonfisis yang memampukannya untuk menyediakan barang dan jasa.”

Menurut FASB (1985), SFAC NO. 6, paragraf 35, kewajiban adalah,

“Pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk menyerahkan aset atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu.”

Menurut Kam (1990), kewajiban adalah,

“Pengorbanan sumber ekonomik masa datang tidak menunjuk pada sesuatu yang sekarang ada dan nyata (real) tetapi menunjuk pada kejadian masa datang yang jelas belum terjadi.”

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kewajiban keharusan

yang dimiliki oleh perusahaan yang harus dibayarkan kepada pihak yang memberi

pinjaman (kreditor) dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat adanya transaksi yang

terjadi di masa lalu, di mana pinjaman tersebut dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan perusahaan. Secara umum kewajiban memiliki 3 (tiga) karakteristik utama

sebagai berikut. (Suwardjono, 2013)

a. Pengorbanan manfaat ekonomik yang cukup pasti dimasa datang.

4

Page 5: Bab i Kewajiban

5

b. Keharusan sekarang untuk mentransfer aset.

c. Timbul akibat transaksi masa lalu

2.1.2 Definisi dalam Pemerintahan

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Lampiran I PSAP Nomor 09

tentang Kewajiban menjelaskan bahwa kewajiban adalah utang yang timbul dari

peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya

ekonomi pemerintah daerah. Kewajiban pemerintah daerah dapat muncul akibat

melakukan pinjaman kepada pihak ketiga, perikatan dengan pegawai yang bekerja

pada pemerintahan, kewajiban kepada masyarakat, alokasi/realokasi pendapatan ke

entitas lainnya, atau kewajiban kepada pemberi jasa. Kewajiban bersifat mengikat

dan dapat dipaksakan secara hukum sebagai konsekuensi atas kontrak atau peraturan

perundang-undangan.

2.1.3 Definisi dalam Perusahaan

Utang atau kewajiban merupakan kewajiban perusahaan masa kini yang timbul

dari peristiwa masa lalu, penyelesainnya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari

sumberdaya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Utang adalah semua

kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, di mana

kewajiban ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari

kreditor. Utang merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan

oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya. Dalam pengambilan

keputusan akan penggunaan utang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap

yang muncul dari kewajiban berupa bunga yang akan menyebabkan semakin

Page 6: Bab i Kewajiban

6

meningkatnya leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian

bagi para pemegang saham biasa (Munawir, 2010)

2.2 Klasifikasi

2.2.1 Dalam Pemerintahan

Kewajiban dikategorisasikan berdasarkan waktu jatuh tempo penyelesaiannya, yaitu

kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Pos-pos kewajiban menurut

PSAP Berbasis Akrual Nomor 09 tentang Kewajiban antara lain:

1. Kewajiban Jangka Pendek

Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan dibayar dalam

waktu paling lama 12 bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek

antara lain utang transfer pemerintah daerah, utang kepada pegawai, utang bunga,

utang jangka pendek kepada pihak ketiga, utang Perhitungan Fihak Ketiga

(PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.

2. Kewajiban Jangka Panjang

Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang diharapkan dibayar dalam

waktu lebih dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan. Selain itu, kewajiban yang

akan dibayar dalam waktu 12 bulan dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban

jangka panjang jika:

1) Angka waktu aslinya adalah untuk perioda lebih dari 12 bulan.

2) Entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut

atas dasar jangka panjang.

Page 7: Bab i Kewajiban

7

3) Maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan

kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap

pembayaran, yang diselesaikan sebelum pelaporan keuangan disetujui.

Permendagri 64 tahun 2013, dalam Bagan Akun Standar, kewajiban

diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 1. Bagan Akun StandarKewenangan

Kewajiban Jangka Pendek Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) SKPD

Utang Bunga SKPD

Bagian Lancar Utang Jangka Panjang SKPD

Pendapatan Diterima Dimuka SKPD

Utang Belanja SKPD

Utang Jangka Pendek Lainnya SKPD

Kewajiban Jangka Panjang Utang Dalam Negeri PPKD

Utang Jangka Panjang Lainnya PPKD

Sumber : Permendagri, 2013

2.2.2 Dalam Perusahaan

Utang jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan akan dilunasi dalam

waktu satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan dengan menggunakan

sumber-sumber aktiva lancar atau dengan menimbulkan kewajiban jangka pendek

yang baru. Siklus operasi adalah perioda waktu yang diperlukan antara akuisisi

barang dan jasa yang terlibat dalam proses manufaktur serta realisasi kas akhir yang

Page 8: Bab i Kewajiban

8

dihasilkan dari penjualan dan penagihan selanjutnya. Secara umum utang jangka

pendek meliputi:

a. Utang dagang atau utang usaha

b. Utang wesel

c. Biaya yang masih harus dibayar

d. Utang jangka panjang yang segera jatuh tempo

e. Penghasilan yang diterima dimuka

Utang jangka panjang merupakan utang yang jangka waktu pembayarannya lebih

dari satu tahun sejak tanggal neraca dan sumbersumber untuk melunasi utang jangka

panjang adalah sumber bukan dari kelompok aktiva lancar. Utang Secara umum

utang jangka panjang meliputi:

1. Utang obligasi

2. Utang hipotik

3. Utang bank

2.3 Pengakuan

2.3.1 Dalam Pemerintahan

Pada PP 71 tahun 2010 PSAP 09, Kewajiban diakui pada saat:

a. Dana pinjaman diterima oleh pemerintah daerah

b. Dana dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan, dan/atau

c. Pada saat kewajiban timbul

Page 9: Bab i Kewajiban

9

Kewajiban diakui pada saat kewajiban untuk mengeluarkan sumber daya ekonomi di

masa depan timbul. Kewajiban tersebut dapat timbul dari:

1. Transaksi dengan Pertukaran (exchange transactions)

Dalam transaksi dengan pertukaran, kewajiban diakui ketika pemerintah daerah

menerima barang atau jasa sebagai ganti janji untuk memberikan uang atau

sumberdaya lain di masa depan, misal utang atas belanja ATK.

2. Transaksi tanpa Pertukaran (non-exchange transactions)

Dalam transaksi tanpa pertukaran, kewajiban diakui ketika pemerintah

daerah berkewajiban memberikan uang atau sumber daya lain kepada pihak

lain di masa depan secara cuma-cuma, misal hibah atau transfer pendapatan yang

telah dianggarkan.

3. Kejadian yang Berkaitan dengan Pemerintah (government-related events)

Dalam kejadian yang berkaitan dengan pemerintah daerah, kewajiban diakui

ketika pemerintah daerah berkewajiban mengeluarkan sejumlah sumber daya

ekonomi sebagai akibat adanya interaksi pemerintah daerah dan lingkungannya,

misal ganti rugi atas kerusakan pada kepemilikan pribadi yang disebabkan

aktivitas pemerintah daerah.

4. Kejadian yang Diakui Pemerintah (government-acknowledge events)

Dalam kejadian yang diakui pemerintah daerah, kewajiban diakui ketika

pemerintah daerah memutuskan untuk merespon suatu kejadian yang tidak

ada kaitannya dengan kegiatan pemerintah yang kemudian menimbulkan

konsekuensi keuangan bagi pemerintah, misal pemerintah daerah memutuskan

untuk menanggulangi kerusakan akibat bencana alam di masa depan.

Page 10: Bab i Kewajiban

10

2.3.2 Dalam Perusahaan

Utang diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang

mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa

kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal (Ikatan Akuntan

Indonesia, 2009). Pada umumnya pengakuan kewajiban berkaitan dengan pengakuan

suatu aset atau beban. Dalam suatu transaksi pembelian kredit atau impor barang,

perlu diperhatikan syarat perikatan jual beli untuk dapat menentukan kapan

pengakuan atas hak milik barang telah pindah dan kapan utang usaha yang terkait

harus diakui sebagai liabilitas (Widyastuti, 2003).

Pengetahuan dasar hukum perdata dan hukum dagang khususnya tentang

perikatan dan berbagai jenis transaksi jual beli atas barang atau benda dan jasa perlu

dipahami dengan baik. Pengakuan timbulnya suatu aset dan liabilitas dari sudut

akuntansi tentunya harus berdasarkan pada hukum dan peraturan perundangan yang

berlaku dan tidak mungkin terlepas berdiri sendiri. (http://www.academia.edu)

Dalam akuntansi double entry system, pengakuan suatu sisi akan mempengaruhi

sisi lainnya dari suatu transaksi atau event. Pengakuan utang seringkali merupakan

pengantisipasian suatu sisi biaya, pengakuan suatu kerugian atau penerimaan aktiva

tertentu oleh suatu perusahaan. Laporan laba rugi perusahaan dalam suatu perioda

akuntansi sangat dipengaruhi oleh berbagai transaksi yang dapat menimbulkan biaya

maupun pendapatan. Antisipasi utang untuk menimbulkan biaya yang berpengaruh

pada laporan laba rugi perioda berjalan dapat disebabkan karena penggunaan atau

pemanfaatan jasa yang diterima oleh perusahaan (Widyastuti, 2003)

Page 11: Bab i Kewajiban

11

2.4 Pengukuran

2.4.1 Dalam Pemerintahan

Menurut PP No 07 tahun 2010, kewajiban pemerintah daerah dicatat sebesar nilai

nominalnya. Apabila kewajiban tersebut dalam bentuk mata uang asing, maka

dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah menggunakan kurs tengah bank

sentral pada tanggal necara. Penggunaan nilai nominal dalam pengukuran kewajiban

ini berbeda untuk masing-masing pos mengikuti karakteristiknya. Berikut ini akan

dijabarkan mengenai pengukuran untuk masing-masing pos kewajiban.

Pengukuran kewajiban atau utang jangka pendek pemerintah daerah berbeda-

beda berdasarkan jenis investasinya. Berikut ini akan dijabarkan bagaimana

pengukuran kewajiban untuk masing-masing jenis kewajiban jangka pendek.

1. Pengukuran Utang kepada Pihak Ketiga

Utang Kepada Pihak Ketiga terjadi ketika pemerintah daerah menerima hak atas

barang atau jasa, maka pada saat itu pemerintah daerah mengakui kewajiban

atas jumlah yang belum dibayarkan untuk memperoleh barang atau jasa tersebut.

Contoh: Bila kontraktor membangun fasilitas atau peralatan sesuai dengan

spesifikasi yang ada pada kontrak perjanjian dengan pemerintah, jumlah yang

dicatat harus berdasarkan realisasi fisik kemajuan pekerjaan sesuai dengan berita

acara kemajuan pekerjaan.

Ilustrasi 1

Pada tanggal 1 Juli 2015, SKPD N menerima Berita Acara Kemajuan Pekerjaan

atas kegiatan Pembangunan Gedung Kantor dengan bobot tingkat kemajuan

35%. Hasil pemeriksaan fisik dinilai sebesar Rp 350.000.000. Pada tanggal 11

Page 12: Bab i Kewajiban

12

Juli 2015 dilakukan pembayaran dengan mekanisme LS dengan menerbitkan

SP2D-LS.

JURNAL – LO DAN NERACATanggal No. Bukti Kode

RekeningUraian Debit Kredit

1-07-15 5/BA/VII/15 1.3.6.01.02 Aset Tetap Lainnya–Konstruksi Dalam Pengerjaan Bangunan Gedung Kantor

350.000.000

2.1.5.03.03 Utang Belanja Modal Gedung

350.000.000

JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

11-07-15 SP2D-LS 2.1.5.03.03 Utang Belanja Modal Gedung

350.000.000

3.1.3.01.01 RKPPKD 350.000.000

JURNAL - LRATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

11-07-15 SP2D-LS 5.2.3.01.01 Belanja Modal-Pengadaan Bangunan Gedung Kantor

350.000.000

0.0.0.0.0 Perubahan SAL 350.000.000

Page 13: Bab i Kewajiban

13

Ilustrasi 2

Pada tanggal 9 April 2015, PPTK kegiatan SKPD N melakukan pemesanan ATK

dengan menggunakan nota pesanan untuk pengadaan ATK untuk digunakan

segera. Pada tanggal 11 April 2015 diterima barang dan dibuatkan Berita Acara

Serah Terima Barang senilai Rp12.000.000. Tanggal 16 April 2015 dilakukan

pembayaran dengan menggunakan mekanisme UP/GU.

JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

11-Apr-15

9/BAST/IV/2015

9.1.2.01.01 Beban ATK 12.000.000

2.1.5.02.09 Utang Belanja Bahan Pakai Habis

12.000.000

JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

16-Apr-15

30/KK/IV/2015

2.1.5.02.09 Utang Belanja Bahan Pakai Habis

12.000.000

1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran

12.000.000

Page 14: Bab i Kewajiban

14

JURNAL - LRATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

16-Apr-15

30/KK/IV/2015

5.1.2.01.01 Belanja ATK 12.000.000

0.0.0.00.00 Perubahan SAL 12.000.000

Ilustrasi 3

Pada tanggal 19 April 2015, SKPD N membeli 5 unit personal komputer dari

vendor senilai Rp 25.000.000. Pembayaran dilakukan dengan mekanisme LS

barang setelah SP2D keluar, yaitu pada tanggal 25 April 2015.

JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

19-Apr-15

10/BA/IV/2015

1.3.2.16.02 Peralatan dan Mesin - Personal Komputer

25.000.000

2.1.5.03.02 Utang Belanja Modal Peralatan dan Mesin

25.000.000

JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

25-Apr-15

30/KK/IV/2015

2.1.5.03.02 Utang Belanja Peralatan dan Mesin

25.000.000

2.1.5.03.02 RK PPKD 25.000.000

Page 15: Bab i Kewajiban

15

JURNAL - LRATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

25-Apr-15

30/KK/IV/2015

5.2.2.16.04 Belanja Modal Peralatan Personal Komputer

25.000.000

0.0.0.00.00 Perubahan SAL 25.000.000

2. Pengukuran Utang Transfer

Utang transfer adalah kewajiban suatu entitas pelaporan untukmelakukan

pembayaran kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan perundang-undangan.

Utang transfer diakui dan dinilai sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3. Pengukuran Utang Bunga

Utang bunga dicatat sebesar nilai bunga yang telah terjadi dan belum dibayar

dan diakui pada setiap akhir perioda pelaporan sebagai bagian dari kewajiban

yang berkaitan.

4. Pengukuran Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

Utang PFK dicatat sebesar saldo pungutan/potongan yang belum disetorkan

kepada pihak lain di akhir perioda.

Ilustrasi

Pada tanggal 15 Juli 2015, Bendahara Pengeluaran “SKPDA” melakukan

pemotongan pajak atas pembelian barang dan jasa (UP/GU/TU) senilai Rp

4.000.000. Pada tanggal 16 Juli 2015, Bendahara Pengeluaran “SKPD A”

Page 16: Bab i Kewajiban

16

melakukan penyetoran pajak atas pembelian barang dan jasa (UP/GU/TU) senilai

Rp4.000.000.

JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

15-07-15 1/BP/VII/15 1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran

4.000.000

2.1.1.07.01 Utang PFK 4.000.000

JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

16-07-15 1/SSP/VII/15 2.1.1.07.01 Utang PFK 4.000.000

1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran

4.000.000

5. Pengukuran Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

Bagian lancar utang jangka panjang dicatat sejumlah yang akan jatuh tempo

dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan.

6. Pengukuran Kewajiban Lancar Lainnya

Pengukuran kewajiban lancar lainnya disesuaikan dengan karakteristik masing-

masing pos tersebut. Contoh: biaya yang masih harus dibayar pada saat laporan

keuangan disusun. Contoh lainnya adalah penerimaan pembayaran di muka

atas penyerahan barang atau jasa oleh pemerintah kepada pihak lain.

Page 17: Bab i Kewajiban

17

Ilustrasi 1 (Pendapatan Diterima Dimuka)

Pada tanggal 1 September 2015, SKPD N menerima pendapatan sewa lods pasar

untuk 1 tahun sebesar Rp36.000.000.

JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

1-09-15 7/BKM/IX/15

1.1.1.02.02 Kas di Bendahara Penerima

36.000.000

2.1.4.04.01 Pendapatan Diterima Dimuka-Sewa

36.000.000

JURNAL - LRATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

01-09-15 7/BKM/IX/15

0.0.0.0.00 Perubahan SAL 36.000.000

4.1.2.16.02 Pendapatan Sewa -LRA

36.000.000

Page 18: Bab i Kewajiban

18

Pada tanggal 31 Desember 2015, SKPD N melakukan penyesuaian atas

pendapatan yang diterima pada tanggal 1 september 2015.

JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

31-12-15 BM 2.1.4.04.01 Pendapatan Diterima Dimuka-Sewa

12.000.000

8.1.2.16.02 Pendapatan Sewa – LO

12.000.000

Kewajiban atau utang jangka panjang pemerintah daerah juga diukur berdasarkan

karakteristiknya. Terdapat dua karakteristik utang jangka panjang pemerintah daerah,

yaitu:

1. Utang yang tidak diperjualbelikan

Utang yang tidak diperjualbelikan memiliki nilai nominal sebesar pokok

utang dan bunga sebagaimana yang tertera dalam kontrak perjanjian dan

belum diselesaikan pada tanggal pelaporan, misal pinjaman dari World Bank.

2. Utang yang diperjualbelikan

Utang yang diperjualbelikan pada umumnya berbentuk sekuritas utang

pemerintah. Sekuritas utang pemerintah dinilai sebesar nilai pari (original face

value) dengan memperhitungkan diskonto atau premium yang belum

diamortisasi. Jika sekuritas utang pemerintah dijual tanpa sebesar nilai pari,

maka dinilai sebesar nilai parinya. Jika sekuritas utang pemerintah dijual dengan

harga diskonto, maka nilainya akan bertambah selama perioda penjualan hingga

Page 19: Bab i Kewajiban

19

jatuh tempo. Sementara itu, jika sekuritas dijual dengan harga premium, maka

nilainya akan berkurang selama perioda penjualan hingga jatuh tempo.

Ilustrasi 1

Penerimaan Utang

Pada tanggal 3 Mei 2015, Pemerintah Kota Sentosa menerima pinjaman dari Bank

ABC senilai Rp 300.000.000 dengan tingkat bunga 12% pertahun.Bunga dibayar tiap

tanggal 3 Mei dan 3 November. Jatuh tempo pinjaman pada 2 Mei 2020.

JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

3 Mei 15 Nota Kredit 1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah

300.000.000

2.2.1.01.01 Utang Dalam Negeri Sektor

Perbankan – Bank ABC

300.000.000

JURNAL – LRATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

3 Mei 15 Nota Kredit 0.0.0.00.0 Perubahan SAL 300.000.000

7.1.4.01.01 Penerimaan Pembiayaan - Pinjaman

Dalam Negeri dari Bank ABC

300.000.000

Page 20: Bab i Kewajiban

20

Pembayaran Bunga Kewajiban - 1

Pada tanggal 5 November 2015, terbit SP2D LS untuk membayar bunga atas

pinjaman

Pemerintah Kota Sentosa kepada Bank XYZ sebesar Rp 18.000.000.

JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

3 Nov 15 SP2D – LS 9.1.3.01.03 Beban Bunga Pinjaman - Bank ABC

18.000.000

1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah

18.000.000

JURNAL – LRATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

3 Nov 15 SP2D – LS 9.1.3.01.03 Bunga Utang Pinjaman kpd Bank ABC

18.000.000

0.0.0.00.0 Perubahan SAL 18.000.000

Penyesuaian Beban Bunga Pinjaman

Pada tanggal 31 Desember 2015, dilakukan penyesuaian terhadap bunga pinjaman

yang belum dibayar pada tahun 2015 selama 2 bulan (november s/d desember 2015)

sebesar Rp6.000.000.

Page 21: Bab i Kewajiban

21

JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

31 Des 15 BM 9.1.3.01.03 Beban Bunga Pinjaman - Bank ABC

6.000.000

2.1.2.04.01 Utang Bunga Pinjaman kpd Bank ABC

6.000.000

Pembayaran Bunga Kewajiban - 2

Pada tanggal 3 Mei 2016, terbit SP2D LS untuk membayar bunga atas pinjaman

Pemerintah Kota Sentosa kepada Bank XYZ sebesar Rp 18.000.000

JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

3 Mei 16 SP2D – LS 9.1.3.01.03 Beban Bunga Pinjaman - Bank ABC

12.000.000

2.1.2.04.01 Utang Bunga Pinjaman kpd Bank ABC

6.000.000

1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah

18.000.000

Page 22: Bab i Kewajiban

22

JURNAL – LRATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

3 Mei 16 SP2D – LS 5.1.3.01.03 Bunga Utang Pinjaman kpd Bank ABC

18.000.000

0.0.0.00.0 Perubahan SAL 18.000.000

Pembayaran Pokok Utang

Pada tanggal 02 Mei 2016, Pemerintah Kota Sentosa membayar pokok utang

pinjamannya kepada bank ABC yang telah jatuh tempo sebesar Rp 60.000.000.

Untuk pembayaran kewajiban jangka panjang ini, diterbitkan SP2D LS.

JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

2 Mei 16 SP2D – LS 2.2.1.01.01 Utang Dalam Negeri Sektor

Perbankan – Bank ABC

60.000.000

1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah

60.000.000

Page 23: Bab i Kewajiban

23

JURNAL – LRATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

2 Mei 16 SP2D – LS 7.2.3.01.01 Pengeluaran Pembiayaan –

Pembayaran Pokok Pinjaman

Kepada Bank ABC

60.000.000

0.0.0.00.0 Perubahan SAL 60.000.000

Reklasifikasi Utang

Pada tanggal 31 Desember 2015, Pemerintah Kota Sentosa melakukan reklasifikasi

bagian lancar hutang jangka panjang kepada Bank ABC atas hutang yang akan jatuh

tempo senilai Rp 60.000.000.

JURNAL – LO DAN NERACATanggal Nomor

BuktiKode

RekeningUraian Debit Kredit

31-Des-15 4/KK/XI/2015

2.2.1.01.02 Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan - Bank ABC

60.000.000

2.1.3.01.02 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri Sektor

Perbankan - Bank ABC

60.000.000

Page 24: Bab i Kewajiban

24

2.4.2 Dalam Perusahaan

Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan

memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi.

Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu. Sejumlah dasar

pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda

dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut

(Widyastuti, 2003)

1. Biaya Historis

Utang atau kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari

kewajiban atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak penghasilan) dalam

jumlah kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam

pelaksanaan usaha yang normal.

2. Biaya Kini

Utang atau kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas yang tidak didiskontokan

yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang.

3. Nilai Realisasi

Utang atau kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian yaitu jumlah kas

yang tidak didiskontokan dan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam

pelaksanaan usaha normal.

4. Nilai Sekarang

Kewajiban dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih di masa depan yang

didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk

menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

Page 25: Bab i Kewajiban

25

Kewajiban juga dapat bersifat moneter dan nonmeneter. Kewajiban moneter

adalah kewajiban yang pengorbanan sumber ekonomik masa datangnya berupa kas

dengan jumlah rupiah dan saat saat yang pasti. Kewajiban moneter ini dikukur atas

dasar nilai diskunan pembayaran kas masa datang (jangka panjang) dan atas dasar

nilai nominal (jangka pendek). Kewajiban nonmeneter adalah keharusan untuk

menyediakan barang dan jasa dengan jumlah dan saat yang cukup pasti yang biasanya

timbul karena penerimaan pembayaran dimuka untuk barang dan jasa tersebut.

kewajiban nonmeneter diukur atas dasar pembayaran tersebut yang menunjukkan

harga yang disepakati untuk barang dan jasa.

Page 26: Bab i Kewajiban

26

2.5 Penyajian

2.5.1 Dalam Pemerintahan

Menurut PP No 07 tahun 2010, kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka

panjang pemerintah daerah disajikan dalam neraca disisi pasiva. Berikut adalah

contoh penyajian kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang dalam

Neraca Pemerintah Daerah.

Uraian 20X1 20X0KEWAJIBANKEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX Utang Bunga XXX XXX Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat XXX XXX Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank XXX XXX Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan bukan Bank XXX XXX Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya XXX XXX Utang Jangka Pendek Lainnya XXX XXX Jumlah Kewajiban Jangka Pendek XXX XXXKEWAJIBAN JANGKA PANJANG Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat XXX XXX Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank XXX XXX Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan bukan Bank XXX XXX Utang Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX Utang Jangka Panjang Lainnya XXX XXX Jumlah Kewajiban Jangka Panjang XXX XXX JUMLAH KEWAJIBAN XXX XXX

NERACAPEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTA

PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

Page 27: Bab i Kewajiban

27

2.5.2 Dalam Perusahaan

Kewajiban atau utang disajikan sebesar jumlah yang harus dibayar, kecuali

ditentukan lain (Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7). Berikut ini adalah contoh

penyajian kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang dalam Laporan

Posisi Keuangan (Neraca) perusahaan.

Page 28: Bab i Kewajiban

28

2.6 Pengungkapan

2.6.1 Dalam Pemerintahan

Dalam pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan terkait dengan

kewajiban, harus diungkapkan pula hal-hal sebagai berikut:

1. Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang diklasifikasikan

berdasarkan pemberi pinjaman.

2. Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas

utang pemerintah dan jatuh temponya.

3. Bunga pinjaman yang terutang pada perioda berjalan dan tingkat bunga yang

berlaku.

4. Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo.

5. Perjanjian restrukturisasi utang meliputi:

a. pengurangan pinjaman;

b. modifikasi persyaratan utang;

c. pengurangan tingkat bunga pinjaman;

d. pengunduran jatuh tempo pinjaman;

e. pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan

f. pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan perioda pelaporan.

jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur utang

berdasarkan kreditur.

6. Biaya pinjaman:

a. perlakuan biaya pinjaman;

Page 29: Bab i Kewajiban

29

b. jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada perioda yang bersangkutan;

dan

c. tingkat kapitalisasi yang dipergunakan

2.6.2 Dalam Perusahaan

1. Pengungkapan Utang Jangka Pendek (Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7)

a. Utang Usaha

Pengungkapan dalam utang usaha yaitu:

1) Jumlah utang usaha dipisahkan antara pihak ketiga dan pihak berelasi.

2) Jumlah utang usaha menurut mata uang.

3) Jaminan yang diberikan oleh Emiten atau Perusahaan Publik dengan

menunjuk akun-akun yang berhubungan.

4) Rincian utang usaha berdasarkan umur.

b. Provisi Jangka Pendek

1) Nilai tercatat pada awal dan akhir perioda.

2) Provisi tambahan dalam perioda bersangkutan.

3) Jumlah yang terjadi dan dibebankan pada provisi selama perioda

bersangkutan.

4) Jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama perioda

bersangkutan.

5) Peningkatan selama perioda yang bersangkutan, dalam nilai kini yang

timbul karena berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan tingkat

diskonto.

Page 30: Bab i Kewajiban

30

6) Uraian mengenai karakteristik kewajiban dan perkiraan saat arus keluar

sumber daya ekonomi terjadi.

7) Indikasi ketidakpastian saat atau jumlah arus keluar tersebut. Jika

diperlukan, Emiten atau Perusahaan Publik mengungkapkan asumsi utama

yang mendasari prakiraan peristiwa masa depan.

8) Jumlah estimasi penggantian yang akan diterima dengan menyebutkan

jumlah aset yang telah diakui untuk estimasi penggantian tersebut.

c. Utang Pajak

1) Jenis dan jumlahnya; dan

2) Informasi mengenai ketetapan pajak

d. Utang Keuangan Jangka Pendek Lainnya

Pengelompokkan sesuai klasifikasi (diukur pada nilai wajar melalui laporan

laba rugi dan biaya perolehan diamortisasi) dan dipisahkan antara pihak ketiga

dan pihak berelasi, yang harus diungkapkan antara lain yaitu sebagai berikut.

1) Nilai tercatat liabilitas keuangan untuk setiap kategori;

2) Laba atau rugi neto pada setiap liabilitas keuangan; dan

3) Kejadian penting lainnya antara lain kepatuhan perusahaan dalam

memenuhi persyaratan dan kondisi utang (misalnya restrukturisasi utang.

e. Bagian Lancar atas Liabilitas Jangka Panjang

Pengungkapan Bagian Lancar atas Liabilitas Jangka Panjang mengacu pada

pengungkapan Utang Bank dan Lembaga Keuangan Jangka Panjang

sebagaimana diatur dalam peraturan ini.

Page 31: Bab i Kewajiban

31

2. Pengungkapan Utang Jangka Panjang (Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7)

a. Utang Pihak Berelasi Non-Usaha

1) Rincian jenis, nama pihak berelasi, dan jumlah utang.

2) Jumlah utang menurut mata uang.

3) Jaminan yang diberikan oleh Emiten atau Perusahaan Publik dengan

menunjuk akun-akun yang berhubungan.

4) Rincian utang berdasarkan umur.

b. Utang Bank dan Lembaga Keuangan Jangka Panjang

1) Rincian jumlah utang berdasarkan nama bank/lembaga keuangan dan jenis

mata uang.

2) Kisaran tingkat bunga dan saat jatuh tempo.

3) Jumlah bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan.

4) Penjelasan tentang fasilitas pinjaman yang diperoleh, termasuk jumlah dan

tujuan perolehannya.

5) Pembayaran yang dilakukan pada periode berjalan untuk masing-masing

fasilitas pinjaman.

6) Kejadian penting lainnya antara lain kepatuhan perusahaan dalam

memenuhi persyaratan dan kondisi utang (misalnya restrukturisasi utang).

7) Jaminan yang diberikan dengan menunjuk akun-akun yang berhubungan.

8) Persyaratan lain yang penting seperti adanya pembatasan pembagian

dividen, pembatasan rasio tertentu dan atau pembatasan perolehan utang

baru.

Page 32: Bab i Kewajiban

32

9) Pengungkapan informasi sehubungan dengan liabilitas berbunga jangka

panjang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan

sejak tanggal laporan posisi keuangan tetapi tetap diklasifikasikan sebagai

liabilitas jangka panjang.

c. Utang Sewa Pembiayaan

Selain pengungkapan untuk liabilitas keuangan, ditambahkan pengungkapan

antara lain:

1) Jumlah neto nilai tercatat untuk setiap kelompok aset dan perusahaan sewa

pembiayaannya pada tanggal laporan posisi keuangan;

2) Rekonsiliasi antara total pembayaran sewa minimum di masa depan pada

tanggal laporan posisi keuangan, dengan nilai kininya. Selain itu harus

mengungkapkan total pembayaran sewa minimum di masa depan pada

tanggal laporan posisi keuangan, dan nilai kininya, untuk setiap periode

berikut:

a) Sampai dengan satu tahun;

b) Lebih dari satu tahun sampai lima tahun; dan

c) Lebih dari lima tahun.

3) Rental kontinjen yang diakui sebagai beban pada periode tersebut.

4) Total pembayaran minimum sewa-lanjut (sublease) masa depan yang

diperkirakan akan diterima dari kontrak sewa-lanjut yang tidak dapat

dibatalkan (non-cancellable sublease) pada tanggal Laporan Posisi

Keuangan.

Page 33: Bab i Kewajiban

33

5) Penjelasan umum isi perjanjian sewa yang material, antara lain:

a) Dasar penentuan utang rental kontinjen.

b) Ada tidaknya klausul-klausul yang berkaitan dengan opsi

perpanjangan atau pembelian dan eskalasi beserta syarat-syaratnya.

c) pembatasan-pembatasan yang ditetapkan dalam perjanjian sewa.

d. Utang Obligasi

1) Rincian mengenai: jenis, nilai nominal dan nilai tercatat dalam rupiah

dan mata uang asing, tanggal jatuh tempo, jadwal pembayaran bunga,

tingkat bunga, serta tempat pencatatan.

2) Jumlah bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas)

bulan.

3) Jaminan serta pembentukan dana untuk pelunasan utang pokok

obligasi (jika ada) dengan menunjuk pos-pos yang berhubungan;

4) Pembatasan yang dipersyaratkan dalam perjanjian perwaliamanatan;

dan

5) Kejadian penting lainnya antara lain kepatuhan perusahaan dalam

memenuhi persyaratan dan kondisi utang (misalnya restrukturisasi

utang.

Page 34: Bab i Kewajiban

BAB III

PENUTUP

Bila ditinjau lebih lanjut terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara

kewajiban pada pemerintahan dengan kewajiban pada perusahaan, seperti, definisi,

klasifikasi, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan, yaitu sebagai

berikut.

1. Definisi kewajiban menurut pemerintahan dan menurut perusahaan secara

umum sama. Kewajiban merupakan utang yang timbul dari peristiwa masa

lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi

bagi pemerintah daerah maupun bagi perusahaan.

2. Klasifikasi kewajiban menurut pemerintahan dan menurut perusahaan secara

umum juga sama. Kewajiban dikategorikan berdasarkan waktu jatuh tempo

penyelesaiannya, yaitu kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka

panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan

dilunasi dalam waktu paling lama 12 bulan atau 1 tahun. Kewajiban jangka

panjang adalah kewajiban yang diharapkan dilunasi dalam waktu lebih dari

12 bulan.

3. Pengakuan kewajiban pada pemerintahan adalah pada saat dana pinjaman

diterima oleh pemerintah daerah, dana dikeluarkan oleh kreditur sesuai

dengan kesepakatan, dan/atau pada saat kewajiban timbul. Sedangkan pada

perusahaan, kewajiban akan diakui dalam neraca jika kemungkinan

34

Page 35: Bab i Kewajiban

35

pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan

untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan

dapat diukur dengan andal.

4. Kewajiban pemerintah daerah dicatat sebesar nilai nominalnya. Apabila

kewajiban tersebut dalam bentuk mata uang asing, maka dijabarkan dan

dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penggunaan nilai nominal dalam

pengukuran kewajiban ini berbeda untuk masing-masing pos mengikuti

karakteristiknya. Sedangkan pada perusahaan, kewajiban diukur berdasarkan

beberapa dasar, seperti biaya historis, biaya kini, nilai realisasi, dan nilai

sekarang.

5. Dari segi penyajian, kewajiban baik pada pemerintahan maupun pada

perusahaan sama-sama disajikan dalam laporan posisi keuangan (neraca) pada

sisi passiva.

6. Pada pemerintahan pengungkapan kewajiban meliputi jumlah saldo

kewajiban, bunga pinjaman, konsekuensi penyelesaian kewajiban sebelum

jatuh tempo, biaya pinjaman dan perjanjian restrukturisasi utang. Sedangkan

pada perusahaan, pengungkapan kewajiban disesuaikan dengan akun-akun

terkait kewajiban yang ada di perusahaan, seperti: (a) pada utang usaha,

mengungkapkan jumlah utang usaha, rincian utang sesuai umur; (b) pada

utang provisi, mengungkapkan nilai tercatat pada awal dan akhir perioda; (c)

pada utang pajak, mengungkapkan jenis, jumlah dan ketetapan pajak, dsb.

Page 36: Bab i Kewajiban

36

DAFTAR PUSTAKA

Bahtiar Arif, Muchlis, dan Iskandar.2009.Akuntansi Pemerintahan.Akademia.Jakarta

Bastian, Indra, 2001. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Financial Accounting Standard Board. (1985). Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Concept No 6. Norwalk: Elements of Financial Statements of Business Enterprises.

Ikatan Akuntansi Indonesia Tahun 2009

Kam, V. (1990). Accounting Theory. New York: John Wiley & Sons.

Munawir, S. (2010). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 PSAP 09.

Perturan Bapepam Nomor VIII.G.7 Tahun 2012

Standbury, M,Reilley,M. J. & Rosenmen Kd. 2003.Work-Related Amputation Michigan, 1997. American Journal of Industrial Medicine, 44(4): 359-367.

Suwardjono. (2013). Teori Akuntansi, Perekayasaan Laporan Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta:BPFE.

Widyastuti, E. (2003) Analisis Atas Isu-Isu dan Kontroversi Hutang Jangka Panjang Dalam Laporan Keuangan Perusahaan. Jurnal Akuntansi Krida Wacana, 3(2).

www.academia.edu diakses pada 31 Mei 2015

www.ksap.org diakses pada 29 Mei 2015

Page 37: Bab i Kewajiban

37