Bab i Karet Alam Dan Turunannya

download Bab i Karet Alam Dan Turunannya

of 2

Transcript of Bab i Karet Alam Dan Turunannya

BAB I KARET ALAM DAN TURUNANNYA

1.1. Pengenalan Sejarah mengenai karet alam bermula ketika Christoper Columbus menemukannya pada tahun 1493. Kegunaannya mulai dikenal manusia ketika Goodyear dan Hancock menemukan proses vulakanisasi dalam tahun 1840. Terdapat lebih dari 2000 species tumbuhan yang menghasilkan lateks yang mengandung poliisoprena, tepai hanya Hevea Brasiliensis saja yang bernilai komersil. Hevea Brasiliensis berasal dari Lembah Amazon di Amerika Selatan, lalu diperkenalkan ke Asia Tenggara dala tahun 1877. Kebutuhan karet meningkat sejak tahun 1900-an karena penggunaan ban pneumatic pada kenderaan bermotor.

1.2. Sifat-sifat Karet Alam Karet alam mengandung seratus persen cis-1,4-poliisoprena, yang terdiri dari rantai polimer lurus dan panjang dengan gugus isoprenik yang berulang, seperti yang diilustrasikan oleh gambar berikut,

Komposisi lateks segar dari kebun dan karet kering disajikan pada tabel berikut, Komponen Komponen dalam lateks segar (%) Karet hidrokarbon Protein Karbohidrat Lipida Persenyawaan organik lain Persenyawaan anorganik Air 36 1,4 1,6 1,6 0,4 0,5 58,5 0,1 0,5 0,3 1,0 2,5 3,2 Komponen dalam lateks kering (%) 92 -94 2,5 3,5

Sumber: Dipetik dan dikompilasi dari Morton, M. Rubber technology. Edisi ke 3. New York: Van Nostrand Reinhold, 1987.

1

Pada saat penyimpanan, kekerasan karet alam bertambah. Penambahan kekerasan ini diindikasikan oleh nilai viskositas Mooney nya. Viskositas Mooney merupakan suatu pengujian terhadap viskositas dari karet. Semakin tinggi nilai viskositas Mooney maka semakin tahan karet tersebut terhadap regangan (strain). Pengerasan pada saat penyimpanan disebabkan rekasi sambung silang dari sejumlah kecil gugus aldehid yang terdapat dalam molekul karet. Efek pengerasan ini dapat dicegah dengan mengolah lateks dengan garam hidroksilamina. Garam hidroksilamina akan bereaksi dengan gugus aldehid membentuk oksim tak aktif.

2