Bab i interaksi herdelina, 10330049
-
Upload
delina-damanik -
Category
Documents
-
view
1.887 -
download
0
Transcript of Bab i interaksi herdelina, 10330049
![Page 1: Bab i interaksi herdelina, 10330049](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022073010/558331d9d8b42ac4048b4eb4/html5/thumbnails/1.jpg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi respon tubuh
terhadap pengobatan terdapat interaksi obat. Obat dapat berinteraksi
dengan makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan atau dengan
obat lain. Interaksi antar obat dapat berakibat menguntungkan atau
merugikan. Pengobatan dengan beberapa obat sekaligus (polifarmasi)
memudahkan terjadinya interaksi obat.
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat
meningkatkan toksisitas atau mengurangi efektivitas obat yang
berinteraksi. Mekanisme interaksi obat diantaranya yaitu inkompatibilitas
ini terjadi diluar tubuh (sebelum obat diberikan) antar obat yang tidak
tercampurkan (inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebabkan
terjadinya menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau
kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan,
perubahan warna, terjadi kelembapan bahan obat dan lain – lain, atau
mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi
obat.
I. 2 Perumusan masalah
Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak
dikehendaki, umumnya interaksi obat dihindari karena kemungkinan
mempengaruhi prognosis. Namun, ada juga interaksi yang sengaja dibuat,
pada makalah ini dibahas interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat
obat diformulasikan/disiapkan sebelum obat di gunakan oleh penderita.
I.3 TujuanPenulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah agar mahasiswa mengetahui interaksi
obat diluar tubuh manusia. Eksresi obat terhadap mekanisme kerejanya
serta cara penanganan interaksi obat diluar tubuh manusia
![Page 2: Bab i interaksi herdelina, 10330049](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022073010/558331d9d8b42ac4048b4eb4/html5/thumbnails/2.jpg)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Pengertian
Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi
aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi
aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki
sebelumnya. Biasanya yang terpikir oleh kita adalah antara satu obat
dengan obat lain. Tetapi, interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan
makanan, obat dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi
dengan kandungan infus
Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak
dikehendaki, umumnya interaksi obat dihindari karena kemungkinan
mempengaruhi prognosis. Namun, ada juga interaksi yang sengaja dibuat,
misal pemberian probenesid dan penisilin sebelum penisilin dibuat dalam
jumlah besar.
Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain
perubahan dalam farmakokinetika obat tersebut, seperti Absorpsi,
Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi (ADME) obat. Kemungkinan lain,
interaksi obat merupakan hasil dari sifat-sfat farmakodinamik obat
tersebut, misal, pemberian bersamaan antara antagonis reseptor dan
agonis untuk reseptor yang sama.
Obat dapat berinteraksi karena pengobatan dengan beberapa obat
sekaligus (polifarmasi), makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan,
atau dengan obat lain. Pada interaksi obat melibatkan dua jenis obat
yaitu: obat presipitan dan obat objek.
![Page 3: Bab i interaksi herdelina, 10330049](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022073010/558331d9d8b42ac4048b4eb4/html5/thumbnails/3.jpg)
3
Obat Presipitan
Obat Presipitan adalah obat yang mempengaruhi atau mengubah aksi
efek obat lain. Ciri - ciri dari obat presipitan adalah sebagai berikut:
Obat - obat dengan ikatan protein yang kuat sehingga akan menggusur
obat dengan ikatan protein yang lemah. Dengan demikian obat-obat
yang tergusur kadarnya akan bebas dalam darah dan meningkat
sehingga menimbulkan efek toksik.
Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau
merangsang (Inducer) enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam
hati.
Obat-obat yang dapat mempengaruhi atau merubah fungsi ginjal
sehinga eliminasi obat-obat lain dapat dimodifikasi.
Obat Objek
Obat objek adalah obat yang hasil atau efeknya dipengaruhi atau diubah
oleh obat lain. Cirinya adalah :
Mempunyai kurva dose response yang curam
Obat-obat dengan rasio toksis yang rendah
Insiden interaksi obat yang penting dalam klinik sukar diperkirakan karena
dokumentasinya masih sangat kurang, sering kali lolos dari pengamatan
karena kurangnya pengetahuan para dokter akan mekanisme dan
kemungkinan terjadinya interaksi obat, sehingga interaksi obat berupa
peningkatan toksisitas sering kali dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi
terhadap salah satu obat, sedangkan interaksi berupa penurunan
efektifitas sering kali diduga akibat bertambahnya keparahan penyakit.
Selain itu terlalu banyak obat yang saling berinteraksi sehingga sulit
untuk diingat dan kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh
variasi individual (populasi tertentu lebih peka misalnya penderita lanjut
usia atau yang berpenyakit parah, adanya perbedaan kapasitas
metabolisme antar individu), penyakit tertentu (terutama gagal ginjal atau
penyakit hati yang parah), dan faktor-faktor lain (dosis besar, obat ditelan
bersama-sama pemberian kronik)
![Page 4: Bab i interaksi herdelina, 10330049](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022073010/558331d9d8b42ac4048b4eb4/html5/thumbnails/4.jpg)
4
Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi obat
a. Faktor penderita:
Umur (yang paling peka adalah bayi, balita dan orang lanjut usia)
Sifat keturunan
Penyakit yang sedang diderita
Fungsi hati dan ginjal
b. Faktor obat:
Jumlahobat yang digunakan
Jangka waktu pengobatan
Jarak waktu penggunaan dua obat
Urutan pemberian ohat
Bentuksediaanobat
2. 2 Macam-MacamInteraksiObat
1.Interaksi farmasetis
Adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan
/disiapkan sebelum obat di gunakan oleh penderita.Misalnya interaksi
antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat
menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan.
Contoh lain : dua obat yang dicampur pada larutan yang sama dapat
terjadi reaksi kimia atau terjadi pengendapan salah satu senyawa, atau
terjadi pengkristalan salah satu senyawa dll.
Bentuk interaksi:
a.Interaksi secara fisik
Misalnya :
-Terjadi perubahan kelarutan
-Terjadinya turun titik beku
b.Interaksi secara kimia
![Page 5: Bab i interaksi herdelina, 10330049](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022073010/558331d9d8b42ac4048b4eb4/html5/thumbnails/5.jpg)
5
Misalnya :
Terjadinya reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu obat
selama dalam proses pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan.
2. Interaksi Farmakokinetika
Pada interaksi ini obat mengalami perubahan pada :
-Absorbsi
Mekanisme yang dapat mengubah kecepatan absorbsi obat dalam
GI tract dipengaruhi banyak factor antara lain, berubahnya: kecepatan
aliran darah GI, motilitas GI, pH GI, kelarutan obat, Metabolisme GI, Flora
GI, atau Mucosa GI, terbentuknya komplek yang tidak larut.
-Distribusi
Transport aktif dari beberapa obat anti hipertensi (bethanidine,
Guenethidine, debricoquine) ke pangkal syaraf simpatik yang merupakan
tempat terjadinya efek terapeutik, di inhibisi oleh antidepresan trisiklik
(dan mungkin juga oleh beberapa phenothiazine) sehingga terjadi
penurunan kontrol terhadap tekanan darah.Mekanisme tersebut juga
menjadi dasar dari interaksi antara antidepresan trisiklik dengan
clonidine.
-Metabolisme
Banyak interaksi obat disebabkan oleh perubahan dalam
metabolisme obat. Satu sistem yang terkenal dalam interaksi
metabolisme adalah sistem enzim yang mengandung cytochrome P450
oxidase. Sebagai contoh, ada interaksi obat bermakna antara
sipfofloksasin dan metadon. Siprofloksasin dapat menghambat
cytochrome P450 3A4 sampai sebesar 65%. Karena ini merupakan enzim
primer yang berperan untuk memetabolisme metadon, sipro bisa
meninggikan kadar metadon secara bermakna. Sistem ini dapat
dipengaruhi oleh induksi maupun inhibisi enzim, sebagaimana dibahas
dalam contoh berikut
![Page 6: Bab i interaksi herdelina, 10330049](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022073010/558331d9d8b42ac4048b4eb4/html5/thumbnails/6.jpg)
6
Induksi enzim - obat A menginduksi tubuh untuk menghasilkan
lebih banyak obat yang memetabolisme obat B. Hasilnya adalah kadar
efektif dari obat B akan berkurang, sementara efektivitas obat A tidak
berubah.
Inhibisi enzim - obat A menghambat produksi enzim yang
memetabolisme obat B, sehingga peninggian obat B terjadi dan mungkin
menimbulkan overdosis.
Ketersediaan hayati – obat A mempengaruhi penyerapan obat B.
-Ekskresi
Yang disebabkan karena obat/senyawa lain. Hal ini umumnya
diukur dari perubahan pada satu atau lebih parameter farmakokinetika,
seperti konsentrasi serum maksimum, luas area dibawah kurva, waktu,
waktu paruh, jumlah total obat yang diekskresi melalui urine, dsb.
3. Interaksi Farmakodinamika
Adalah obat yang menyebabkan perubahan pada respon pasien
disebabkan karena berubahnya farmakokinetika dari obat tersebut karena
obat lain yang terlihat sebagai perubahan aksi obat tanpa menglami
perubahan konsentrasi plasma.
Misalnya naiknya toksisitas dari digoksin yang disebabkan karena
pemberian secara bersamaan dengan diuretic boros kalium misalnya
furosemid.
2.3 Sasaran Interaksi Obat
Ada 4 sasaran interaksi :
1) Interaksi Obat-obat
Tipe interaksi obat dengan obat merupakan interaksi yang
paling penting dibandingkan dengan ketiga interaksi lainnya
(Walker dan Edward, 1999).
Semua pengobatan termasuk pengobatan tanpa resep atau obat
bebas harus diteliti terhadap terjadinya interaksi obat, terutama
bila berarti secara klinik karena dapat membahayakan pasien
2) Interaksi Obat – Makanan
![Page 7: Bab i interaksi herdelina, 10330049](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022073010/558331d9d8b42ac4048b4eb4/html5/thumbnails/7.jpg)
7
Tipe interaksi ini kemungkinan besar dapat mengubah
parameter farmakokinetik dari obat terutama pada proses absorpsi
dan eliminasi, ataupun efikasi dari obat.
Contoh: MAO inhibitor dengan makanan yang mengandung tiramin
(keju, daging, anggur merah) akan menyebabkan krisis hipertensif
karena tiramin memacu pelepasan norepinefrin sehingga terjadi
tekanan darah yang tidak normal (Grahame-Smith dan Arronson,
1992), makanan berlemak meningkatkan daya serap griseofulvin,
(Shim dan Mason, 1993).
3) Interaksi Obat – Penyakit
Acuan medis seringkali mengacu pada interaksi obat dan
penyakit sebagai kontraindikasi relatif terhadap pengobatan.
Kontraindikasi mutlak merupakan resiko, pengobatan penyakit
tertentu kurang secara jelas mempertimbangkan manfaat terhadap
pasiennya (Shimp dan Mason, 1993). Pada tipe interaksi ini, ada
obat-obat yang dikontraindikasikan pada penyakit tertentu yang
diderita oleh pasien. Misalnya pada kelainan fungsi hati dan ginjal,
pada wanita hamil ataupun ibu yang sedang menyusui. Contohnya
pada wanita hamil terutama pada trimester pertama jangan
diberikan obat golongan benzodiazepin dan barbiturat karena akan
menyebabkan teratogenik yang berupa phocomelia Juga pada
pemberian NSAID pada Px riwayat tukak lambung.
4) Interaksi Obat – Hasil Lab
Interaksi obat dengan tes laboratorium dapat mengubah
akurasi diagnostik tes sehingga dapat terjadi positif palsu atau
negatif palsu. Hal ini dapat terjadi karena interferensi kimiawi.
Misalnya pada pemakaian laksativ golongan antraquinon dapat
menyebabkan tes urin pada uribilinogen tidak akurat (Stockley,
1999), atau dengan perubahan zat yang dapat diukur contohnya
perubahan tes tiroid yang disesuaikan dengan terapi estrogen
(Shimp dan Mason, 1993)
![Page 8: Bab i interaksi herdelina, 10330049](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022073010/558331d9d8b42ac4048b4eb4/html5/thumbnails/8.jpg)
8
2.4 Strategi Penatalaksanaan Interaksi Obat
1. Menghindari kombinasi obat yang berinteraksi Jika resiko
terjadinya interaksi obat lebih besar dari manfaatnya, makaharus
dipertimbangkan untuk memakai obat pengganti.
2. Penyesuaian dosis Jika hasil interaksi obat meningkatkan atau
menurunkan efek obat, maka perlu dilakukan modifikasi dosis salah
satu atau kedua obat untuk mengimbangi kenaikan atau
penurunan efek obat tersebut. Penyesuaian dosis diperlukan pada
saat mulai atau menghentikan penggunaan obat yang
menyebabkan interaksi.
3. Memantau pasien Keputusan dari memantau atau tidak
memantau tergantung dari berbagai faktor, seperti karakteristik
pasien, penyakit lain yang diderita pasien, waktu mulai
menggunakan obat yang menyebabkan interaksi, dan waktu
timbulnya reaksi interaksi obat.
4. Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya dengan modifikasi
Jika kombinasi obat yang berinteraksi tersebut merupakan
pengobatan yang optimal, atau bila interaksi tersebut tidak
bermakna secara klinis.
![Page 9: Bab i interaksi herdelina, 10330049](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022073010/558331d9d8b42ac4048b4eb4/html5/thumbnails/9.jpg)
9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Interaksi Obat di Luar Tubuh
Interaksi obat selain terjadi di dalam tubuh atau terjadi setelah obat
diberikan kepada pasien, namun dapat terjadi sebelum diberikan kepada
pasien atau dengan kata lain interaksi obat terjadi di luar tubuh. Interaksi
obar diluar tubuh manusia disebut juga interaksi inkompabilitas, karena
interaksi ini terjadi sebelum obat diberikan antara obat yang tidak dapat
dicampur (inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebabkan
terjadinya interaksi langsung secara fisika atau kimia, yang hasilnya
mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna dan
lain-lain. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.
Hal yang paling penting untuk diketahui oleh dokter maupun
apoteker sebagai tenaga kesehatan adalah interaksi obat diluar tubuh
yaitu interaksi antara obat suntik dengan cairan infus, dimana banyak
sekali obat-obat suntik yang inkompatibilitas dengan cairan infus.Selain
itu interaksi obat dapat terjadi pada saat formulasi atau disiapkan
sebelum digunakan oleh pasien.
3.2. Prinsip
Merupakan interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya mungkin
terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna, dll, atau mungkin juga tidak
terlihat.
![Page 10: Bab i interaksi herdelina, 10330049](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022073010/558331d9d8b42ac4048b4eb4/html5/thumbnails/10.jpg)
10
3.3. Mekanisme Kerja Interaksi Obat
Interaksi yang terjadi karena adanya perubahan atau reaksi kimia dan fisika antara
2 obat atau lebih yang dapat dikenal/dilihat yang berlangsung diluar tubuh dan
mengakibatkan aktivitas farmakologik obat tersebut hilang/berubah.
Tanda-tanda interaksi farmasetik :
Presipitat/endapan
Kekeruhan/kekaburan
Perubahan warna
Pengeluaran gas
Namun terkadang tanda-tanda tersebut belum tentu ada interaksi farmasetik
Pencegahan yang dapat dilakukan pada interaksi farmasetik antara lain :
Hindari pemberian obat lewat cairan infus kecuali cairan glukosa dan salin
Hindari pencampuran obat dalam cairan infus atau jarum suntik. Atau jika
mencampur obat dalam cairan infus harus sesuai aturan yang ada dan amati
perubahan, tetapi jika tidak ada perubahan warna atau apa saja belum tentu tidak
terjadi perubahan/interaksi, dengan demikian perlunya membaca aturan atau
petunjuk yang telah ditentukan.
Waktu/jam pencampuran obat dan cairan infus harus dicatat dalam label dan dicatat
kapan infus harus habis.
Inkompatibilitas ini terjadi diluar tubuh (sebelum obat diberikan) antara obat yang
tidak dapat dicampur atau inkompatibel. Pencampuran obat demikian menyebabkan
terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat
sebagai pembentukan endapan, perubahan warna, dll, atau mungkin juga tidak terlihat.
Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.
Bagi seorang dokter, interaksi farmaseutik yang penting adalah, interaksi antara
obat suntik dan interaksi antara obat suntik dengan cairan infuse. Lebih dari 100 macam
obat tidak dapat dicampur dengan cairan infuse. Lagi pula banyak obat suntik tidak
kompatibel dengan berbagai obat suntik lainnya, yaitu dengan bahan obatnya atau
![Page 11: Bab i interaksi herdelina, 10330049](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022073010/558331d9d8b42ac4048b4eb4/html5/thumbnails/11.jpg)
11
dengan bahan pembawanya (Vehicle). Oleh karena itu, dianjurkan dianjurkan tidak
mencampur obat suntik dalam 1 semprit atau dengan cairan infuse. Kecuali bila jelas
diketahui tidak ada interaksi. Contoh, Gentamisin mengalami inaktivasi bila dicampur
dengan karbenisillin, demikian juga Penisillin G bila dicampur dengan Vitamin C,
sedangkan amfoterisin B mengendap dalam larutan garam fisiologis, atau larutan ringer.
3.4 Contoh interaksi obat di luar tubuh
No
.
Obat
Precipitant
(A)
Obat Object
(B)
Mekanisme kerja Efek Solusi
1. Penicilin Larutan RL
(Ringer Laktat)
Terbentuknya
senyawa kompleks
antara penicillin
dengan larutan ringer
sehingga terjadi
proses pengendapan
Penicillin tidak
aktif (endapan)
Penicillin tidak
dicampur
bersamaan
dengan
hidrokortison
2. Karbenisilin Gentamisin Jika diberikan secara
bersaam karbenisilin
menghambat kerja
gentamisin
Gentamisin tidak
aktif, kabenisilin
rusak
Tidak dicampur
secara
bersamaan
3. Rifampisin Isoniazid (INH) Bila digerus
bersamaan,
menurunkan aktifitas
INH karena sifat
rifampisin yang
higroskopis.
INH mengalami
penurunan aktifitas
Pemberian
obatnya dipisah,
tidak digerus
bersama.
![Page 12: Bab i interaksi herdelina, 10330049](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022073010/558331d9d8b42ac4048b4eb4/html5/thumbnails/12.jpg)
12
4. Amfoterisin Larutan garam
fisiologis/
larutan Ringer
Terbentuknya
senyawa kompleks
antara amfoterisin
dengan larutan ringer
sehingga terjadi
proses pengendapan
Amfoterisin akan
mengendap dalam
larutan garam
fisiologis/larutan
Ringer
Amfoterisin
tidak dicampur
bersamaan
dengan cairan
infus
5. Fenitoin Larutan
dextrose 5 %
Terjadinya interaksi
antara fenitoin
dengan larutan
dextrose 5 % jika
diberikan secara
bersamaan
Fenitoin akan
mengendap dalam
larutan dextrose 5%
Fenitoin tidak
dicampur
bersamaan
dengan cairan
infus
7. Diazepam Cairan Infus Terjadinya interaksi
antara diazepam
dengan cairan infus
jika diberikan secara
bersamaan
Diazepam akan
mengendap dalam
cairan infus
Diazepam
diberikan secara
terpisah dengan
cairan infus
8. Aspirin Natrium
bikarbonat
Dalam udara terdapat
H2O kemungkinan
terjadinya hidrolisis
Aspirin
Terhidrolisis
Pemakaian
wadah ampul
yang berwarna
gelap
(menghindari
terjadinya
hidrolisis)
9 Oksitetra
siklin- HCl
Diphenhidramin Terjadinya interaksi
antara oksitetrasiklin-
HCl dengan
diphenhidramin jika
diberikan secara
bersamaan
Oksitetrasiklin-HCl
akan mengendap
dalam larutan
diphenhidramin
Oksitetrasiklin-
HCl tidak
dicampur
bersama cairan
diphenhidramin
10 Phenitoin-Na Infus Terjadinya interaksi
antara phenitoin-Na
Phenitoin-Na akan
mengendap dalam
Phenitoin-Na
tidak dicampur
![Page 13: Bab i interaksi herdelina, 10330049](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022073010/558331d9d8b42ac4048b4eb4/html5/thumbnails/13.jpg)
13
dengan infus jika
diberikan secara
bersamaan
larutan infus bersama cairan
infus
3.5. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada interaksi farmasetik antara lain :
o Obat intravena diberikan secara suntikan bolus.
o Hindari pemberian obat lewat cairan infus kecuali cairan glukosa.
o Hindari pencampuran obat dalam cairan infus atau jarum suntik bacalah petunjuk
pemakain obat dari brosurnya.
o Mencampur cairan infus dengan seksama dan amati adanya perubahan. (Tidak
ada perubahan belum tentu tidak ada interaksi).
o Penyiapan larutan obat hanya kalau diperlukan.
o Bila lebih dari 1 obat yang diberikan secara bersamaan, gunakan jalur infus yg
berbeda kecuali yakin tidak ada interaksi.
o Jam pencampuran obat dan cairan infus harus dicatat dalam label, dan tuliskan
infus harus habis.
o Konsultasi dengan apoteker RS.
Inkompatibilitas ini terjadi diluar tubuh (sebelum obat diberikan) antara obat yang
tidak dapat dicampur atau inkompatibel. Pencampuran obat demikian menyebabkan
terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat
sebagai pembentukan endapan, perubahan warna, dll, atau mungkin juga tidak terlihat.
Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.
Bagi seorang dokter, interaksi farmaseutik yang penting adalah, interaksi antara obat
suntik dan interaksi antara obat suntik dengan cairan infuse. Lebih dari 100 macam obat tidak
dapat dicampur dengan cairan infuse. Lagi pula banyak obat suntik tidak kompatibel dengan
berbagai obat suntik lainnya, yaitu dengan bahan obatnya atau dengan bahan pembawanya
(Vehicle). Oleh karena itu, dianjurkan dianjurkan tidak mencampur obat suntik dalam 1
semprit atau dengan cairan infuse. Kecuali bila jelas diketahui tidak ada interaksi. Contoh,
![Page 14: Bab i interaksi herdelina, 10330049](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022073010/558331d9d8b42ac4048b4eb4/html5/thumbnails/14.jpg)
14
Gentamisin mengalami inaktivasi bila dicampur dengan karbenisillin, demikian juga
Penisillin G bila dicampur dengan Vitamin C, sedangkan amfoterisin B mengendap dalam
larutan garam fisiologis, atau larutan ringer.
BAB IV
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi
aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi
aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki
sebelumnya. Interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan makanan, obat
dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan
kandungan infus
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat
meningkatkan toksisitas atau mengurangi efektivitas obat yang
berinteraksi. Mekanisme interaksi obat diantaranya yaitu inkompatibilitas
ini terjadi diluar tubuh (sebelum obat diberikan) antar obat yang tidak
tercampurkan (inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebabkan
terjadinya menyebebkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau
kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan,
perubahan warna, terjadi kelembapan bahan obat dan lain – lain, atau
mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi
obat.
![Page 15: Bab i interaksi herdelina, 10330049](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022073010/558331d9d8b42ac4048b4eb4/html5/thumbnails/15.jpg)
15
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Kowaluk EA, Roberts MS, Blackburn HD, Polack AE. Interactions between
drugs and polyvinyl chloride infusion bags. Am J Hosp
Pharm.1981;38(9):1308-14
2. Larry K. Fry and Lewis D. Stegink Formation of Maillard Reaction Products
in Parenteral Alimentation Solutions J. Nutr. 1982 112: 1631-1637
3. Stadler RH, Blank I, Varga N, Robert F, Hau J, Guy PA, Robert MC, Riediker
S. Acrylamide from Maillard reaction products. Nature. 2002 Oct
3;419(6906):449-50.
![Page 16: Bab i interaksi herdelina, 10330049](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022073010/558331d9d8b42ac4048b4eb4/html5/thumbnails/16.jpg)
16
4. Fakultas Kedoteran UI.1995 ” Farmakologi dan Terapi Ed-4 hal 545-559”.
UI-Press. Jakarta
5. http://www.untukku.com/artikel-untukku/interaksi-obat-apa-yang-patut-
anda-ketahui-untukku.html
6. http://www.drugs.com/drug_interaction.html
7. http://www.drugs.com/drug_information.html
8. Anonim, 2009, Pedoman Pencampuran Obat Suntik Dan Penanganan Sediaan Sitostatiska,
DEPKES RI, Jakarta.